• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. METODE PENELITIAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

IV. METODE PENELITIAN

4.1.Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan secara langsung di Taman Wisata Alam (TWA) dan Cagar Alam (CA) Pananjung Pangandaran, dan menggunakan data populasi rusa timor di Taman Nasional (TN) Alas Purwo. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2011.

4.2.Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Alat tulis, gunting, jam tangan, kamera digital, kompas, label, peta kawasan, pita meter, plastik sampel, tali plastik, tally sheet, teropong binokuler, termohigrometer, timbangan, perangkat lunak Microsoft Excel 2007, dan perangkat lunak ArcGis 9.3.

4.3.Metode Pengumpulan Data

4.3.1. Pengumpulan Data Demografi Rusa

Data demografi rusa yang diperlukan meliputi: ukuran populasi, kelas umur, sex rasio, peluang hidup, fekunditas, dan breeding age. Data yang dikumpulkan dilapangan berupa ukuran populasi, kelas umur dan sex rasio. Peluang hidup dan fekunditas didapatkan dari hasil analisis data lapangan sedangkan breeding age didapatkan dari hasil studi pustaka.

Pengumpulan data populasi rusa di TWA dan CA Pananjung Pangandaran dilakukan dengan metode titik konsentrasi (concentration

count) di tempat-tempat sumber pakan, dan tempat-tempat rusa biasa

berkumpul. TWA dan CA Pananjung Pangandaran memiliki 6 padang rumput. 3 padang rumput terdapat di cagar alam dan 3 lainnya di taman wisata alam. Rusa biasa berkumpul untuk melakukan aktivitas makan di padang-padang rumput tersebut, kecuali di padang rumput badeto dan nanggorak. Karena lokasi tersebut sudah sangat rapat karena adanya invasi tumbuhan semak. Selain di dalam kawasan TWA

(2)

dan CA rusa timor juga menggunakan padang rumput diluar kawasan sebagai tempat melakukan aktivitas makan. Pemilihan lokasi titik konsentrasi didasari oleh studi pendahuluan dan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kangiras (2009).

Penghitungan dilakukan secara serentak di 6 titik konsentrasi oleh 6 orang pengamat pada pagi (06.00-08.00) dan sore hari (16.00-18.00). Waktu pengamatan ditentukan berdasarkan studi pendahuluan, dimana pada waktu-waktu tersebut rusa timor berkumpul pada titik-titik konsentrasi yang telah ditentukan. Diasumsikan pada waktu yang sama seluruh rusa yang ada di TWA dan CA pananjung pangandaran berada pada titik-titik konsentrasi tersebut. Penghitungan dilakukan selama tiga hari sebagai ulangan.

Data populasi, kelas umur dan sex rasio rusa di TN Alas Purwo didapatkan dari hasil penelitian Santosa (2008) yang menggunakan metode strip transect dengan unit contoh berupa jalur dengan panjang rata-rata 1,5 km dengan lebar 100m. Pengamatan dilakukan dengan berjalan pada kecepatan konstan pada setiap jalur. Intensitas sampling yang digunakan adalah 0,5%.

Data yang dicatat meliputi jumlah individu pada setiap kelas umur dan jenis kelamin. Penentuan umur rusa timor dapat dilakukan dengan pengamatan pola keausan gigi, susunan geligi dan pertumbuhan rangga pada rusa jantan, namun perlakuan tersebut sulit diakukan dilapangan. Oleh karena itu penentuan umur rusa hanya didasarkan pada morfologinya saja lalu dikategorikan menjadi kelas umur anak, remaja dan dewasa. Ciri-ciri morfologi dan perilaku pada setiap kelas umur di sajikan pada Tabel 4.1.

4.3.2. Laju Pertumbuhan

Data mengenai laju pertumbuhan rusa di TWA dan CA Pananjung pangandaran dan TN Alas Purwo didapatkan dari hasil penelitian terdahulu yaitu Kangiras (2009) dan Santosa (2008).

(3)

Tabel 4.1. Gambar Rusa timor Berdasarkan Kelas Umur dan Jenis Kelamin Kelas

Umur

Jenis Kelamin

Jantan Betina Keterangan

Anak

Individu anak juga dapat dilihat dari perilakunya yang selalu mengikuti induknya, atau bergerak tidak pernah jauh dari induknya.

Remaja

Individu remaja, mempunyai ukuran tubuh sedikit lebih besar dari pada individu anak, dan melakukan aktivitas secara berkelompok dengan individu remaja lainnya.

Dewasa

Individu dewasa memiliki ukuran tubuh yang besar. Untuk jantan biasanya berkelompok dengan jantan lainnya atau soliter.

4.3.3. Pengumpulan Data Produktivitas Pakan

Pendugaan produktivitas jenis tumbuhan pakan dilakukan dengan cara memanen hijauan pakan rusa yakni rumput dan anakan pohon. Rumput dan anakan pohon dipangkas hingga mendekati permukaan tanah (McIlroy 1976). Dalam penelitian ini hijauan pakan dipangkas hingga kurang lebih 0,5 cm di atas permukaan tanah Selanjutnya sisa tumbuhan pakan dibiarkan tumbuh sampai 20 hari (Kangiras 2008, Sunarno 2006, Ratag 2006, Teddy 1998). kemudian dilakukan pemangkasan kembali dengan cara yang sama, hijauan yang telah dipangkas dipisahkan berdasarkan jenisnya lalu ditimbang berat basahnya (McIlroy 1976). Pemangkasan dan penimbangan diulang sebanyak 2 kali ulangan. Setiap petak contoh diberi pagar pelindung agar tumbuhan pakan didalamnya tidak terganggu dan dimakan oleh rusa yang berada di sana (McIlroy 1976).

(4)

Pemangkasan dilakukan setiap 20 hari sekali karena pada waktu tersebut produksi dan nilai gizi cukup tinggi dan tidak akan mengganggu pertumbuhan berikutnya.

Pengukuran produktivitas tumbuhan pakan dilakukan di 6 padang rumput yang ada di TWA dan CA Pananjung Pangandaran sebanyak 21 plot yakni masing masing 3 plot (1x1 m) di depan Wisma Rengganis,

Information Center, dan depan Wisma Ciborok, serta 6 plot di padang

penggembalaan Cikamal yakni 3 plot ukuran 1x1 m untuk area terbuka dan 3 plot ukuran 2x2 m untuk area dibawah tegakan, dan masing-masing 3 plot dengan ukuran 2 x 2 m di bekas padang penggembalaan Badeto dan Nanggorak. Data mengenai produktivitas pakan rusa di TN Alas Purwo didapatkan dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Santosa (2008).

Data mengenai luasan padang rumput sangat perlu diketahui untuk menghitung produktivitas pakan rusa timor. Luasan ke enam padang rumput di TWA dan CA Pananjung Pangandaran telah diketahui yakni 0,16 ha untuk padang rumput Rengganis, 0,13 ha untuk Ciborok, 0,173 ha untuk Information centre, 10 ha untuk bekas padang pengembalaan Badeto, 10 ha untuk bekas padang penggembalaan Nanggorak dan 20 ha untuk padang penggembalaan Cikamal. Sebagian padang penggembalaan Cikamal sudah tertutupi oleh semak, untuk menghitung luasan padang rumput yang tersisa dan padang rumput yang telah ditutupi semak, dilakukan penghitungan luasan dengan cara meretifikasi citra padang penggembalaan Cikamal yang didapatkan dari Google Earth dengan menggunakan perangkat lunak ArcGis 9.3.

4.3.4. Suhu udara, Kelembaban, dan Curah Hujan

Pada TWA/ CA Pananjung Pangandaran, suhu udara dan kelembaban diukur dengan menggunakan termohigrometer, sedangkan data curah hujan dan panjang hari didapatkan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Sedangkan untuk TN Alas Purwo data faktor

(5)

lingkungan didapatkan dari hasil pengukuran yang dilakukan oleh Santosa (2008).

4.4.Analisis Data 4.4.1. Ukuran Populasi

Ukuran Populasi dari hasil sensus dengan metode concentration count adalah jumlah tertinggi dari seluruh pengamatan.

4.4.2. Struktur umur dan Sex rasio

Jumlah individu pada setiap kelas umur disusun dalam piramida populasi. namun untuk mendapatkan Gambaran pola pertumbuhan populasi yang sebenarnya, jumlah individu dalam kelas umur dibagi selang umurnya yakni (0-1) untuk anak, (2-5) untuk remaja, dan (6-17) untuk dewasa di TWA dan CA Pananjung Pangandaran dan (0-2) untuk anak, (3-5) untuk remaja, dan (6-17) untuk dewasa di TN Alas Purwo (Santosa, 2008). Sex rasio didapatkan dari perbandingan jumlah individu jantan dan betina pada tiap kelas umur. Untuk kelas umur anak sex rasio yang digunakan adalah sex rasio kelas umur satu tingkat diatasnya yaitu kelas umur remaja. Sex Rasio dihitung dengan rumus berikut ini:

Dimana: Y = Jumlah Individu Jantan, X = Jumlah Individu Betina

4.4.3. Peluang Hidup

Peluang hidup dihitung pada setiap kelas umur. Data peluang hidup didapatkan dari jumlah individu yang hidup pada kelas umur x+1 dibagi dengan jumlah individu pada kelas umur dibawahnya (x). Sedangkan persentase kematian adalah 1- peluang hidup dikalikan 100%. Peluang hidup dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

Keterangan :

Px = Peluang hidup kelas umur x

Lx+1 = jumlah individu yang hidup pada KU X+1 x x x L L p  1

(6)

Lx = jumlah individu yang hidup pada KUx

4.4.4. Fekunditas dan Breeding age

Fekunditas merupakan jumlah bayi yang mampu dilahirkan oleh seekor induk pada satu tahun. Fekunditas pada setiap kelas umur didapatkan dari pengamatan di lapangan, dengan mengamati berapa bayi atau anak yang dimiliki oleh induk betina pada kelas umur tertentu. Karena kesulitan dilapangan untuk membedakan anak dari induk kelas umur muda atau dewasa, dalam penelitian ini fekunditas dihitung secara umum. Breeding age atau usia kawin rusa didapatkan dari studi literatur dari berbagai penelitian terdahulu. Fekunditas dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

Dimana : F = Fekunditas

x = jumlah anak

B = jumlah betina produktif

4.4.5. Produktivitas Pakan

Produktivitas rumput pada setiap padang rumput selama 20 hari dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Produktivitas keseluruhan padang rumput di TWA dan CA Pananjung Pangandaran selama satu tahun adalah:

Dimana: (Susetyo,1980)

(7)

n = Jumlah plot

P = Produktivitas rumput selama 20 hari

L = luas areal

l = luas petak contoh

= rata-rata berat basah rumput

Nilai proper use yang digunakan mengacu kepada Susetyo (1980). Yakni proper use untuk lapangan datar dan bergelombang dengan kemiringan dengan kemiringan 0%-11% adalah 60%-70%, pada lapangan bergelombang dan berbukit dengan kemiringan 11%- 51% adalah 40%-45% dan pada lapangan berbukit sampai curam dengan kemiringan lebih dari 51% adalah 25%-30%.

4.4.6. Daya Dukung

Nilai daya dukung dihitung dengan rumus berikut ini:

4.4.7. Ukuran Populasi Minimum Lestari

Kelestarian dicapai ketika setidaknya populasi akhir sama dengan populasi awal atau mengalami peningkatan dan tidak mengalami penurunan. Dengan kata lain:

N0 = N1 =N2 = Nt Dimana :

N0 = jumlah individu anak (A0) + jumlah individu remaja (R0) + Jumlah Individu Dewasa (D0)

N1 = jumlah individu anak (A1) + jumlah individu remaja (R1) + Jumlah Individu Dewasa (D1)

N2 = jumlah individu anak (A2) + jumlah individu remaja (R2) + Jumlah Individu Dewasa (D2)

Jumlah individu pada setiap kelas umur ditentukan berdasarkan matriks Leslie yang telah dimodifikasi (Priyono 1998) sebagai berikut :

(8)

A1 δA Fm Fd A 0

R1 = p1 δR 0 x R0

D1 0 P2 δD D0

Fx = Fecunditas kelas umur

Px = peluang hidup bagi individu kelas umur x untuk melangsungkan kehidupan pada kelas umur berikutnya (age specific survival) δx = proporsi anggota populasi yang tidak mengalami peningkatan

kelas umur

Dari matriks Leslie tersebut, dibangun persamaan aljabar linear. Ukuran populasi minimum lestari ditentukan dengan metode eliminasi pada persamaan tersebut. Persamaan yang dibangun adalah:

N0 = A + R + D ………..……..(1) N1 = {(F.R+F.D+(δ + {(A.P1)+( δ )}+ {(1-δ .P2)+ δDD………...(2)

N2 = [F. {(A.P1)+( δ )}+F. {(1-δ .P2)+ δDD}+ δ δ ]

+ [{P1. (F.R+F.D+(δ }+ δR{(A.P1)+( δ R)}] +

[P2. (1-δ {(A.P1)+( δ )}+ δD{(1-δ .P2)+ δDD}]…...(3)

Keterangan : notasi δ didapatkan dari selang umur pada setiap kelas umur.

4.4.8. Ukuran Populasi Optimum Lestari

Populasi awal akan diproyeksikan pertahun dengan menggunakan matriks Leslie terpaut kepadatan (Density Dependence) sehingga dapat dilihat pertumbuhan populasinya. Populasi optimum lestari adalah ukuran populasi pada tahun ke t dimana selisih antara Nt dengan Nt+1 merupakan selisih terbesar diantara tahun- tahun lainnya. Waktu yang digunakan pada proyeksi populasi ini adalah 100 tahun. Populasi yang digunakan sebagai populasi awal dalam proyeksi matriks Leslie ini hanya populasi jenis kelamin betina. Ukuran populasi pada jantan akan didapatkan dari perbandingan sex rasio.

(9)

Persamaan matrik Leslie terpaut kepadatan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dimana: Fx = Fekunditas setiap kelas umur Px = Peluang hidup

Nt = jumlah populasi pada setiap kelas umur

Q = faktor pembatas pertumbuhan qt = 1 + α. Nt

α = (λ-1)/ K λ = er

( laju pertumbuhan finit) (Coughley 1994) r = laju pertumbuhan

K = Daya dukung

Dalam menyusun matriks Leslie, selang waktu antar kelas umur haruslah sama. Karena sulitnya menentukan umur satwa di lapangan maka dalam penelitian ini populasi awal pada setiap kelas umur akan dibagi oleh selang waktu pada masing-masing kelas umur. Sehingga didapatkan selang waktu yang seragam yakni 1 tahun. Peluang hidup yang digunakan ada dua yaitu peluang hidup antar kelas umur (anak ke remaja dan remaja ke dewasa) dan peluang hidup di dalam kelas umur. Hal ini dilakukan karna tidak semua individu dalam kelas umur tersebut berpindah kelas umur pada tahun berikutnya. Perkalian matriks dibantu dengan Microsoft Excel 2007. Contoh perkalian matriks terlapir pada Lampiran 2.

Gambar

Tabel 4.1. Gambar Rusa timor Berdasarkan Kelas Umur dan Jenis Kelamin

Referensi

Dokumen terkait

Keragaman acak pada H1 menurun sangat besar dibandingkan dengan H0, menunjukkan tidak adanya perubahan peluang sepanjang urutan bertelur ketika pengaruh dari jenis

disampaikan guru, dan diskusi, siswa dapat mempraktikkan gerak spesifik menahan (menggunakan kaki bagian dalam, dan kaki bagian luar) pada permainan sepak bola

Peraturan Zonasi.. Penyusunan RD!Rberisi ketentuan yang arus, yang bole, atau yang tidak bole dilaksanakan pada +ona pemanaatan ruang yang dapat terdiri atas ketentuan

Usaha yang tidak kalah pentingnya pada masa Dinasti Umayyah ini dimulainya penterjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain ke dalam Bahasa Arab, seperti yang dilakukan oleh

Berpedoman pada latar belakang penelitian di atas, yang menjadi pernyataan masalah ( Problem Statement) dalam penelitian ini adalah: kinerja pegawai pada Sub

Untuk menunjang pelaksanaan akuntansi agar dapat menyajikan informasi yang benar mengenai kas yang dimiliki oleh perusahaan maka diperlukan suatu prosedur audit kas,

"dagangan subjek" ertinya kelas atau jenis dagangan yang diimport atau dijual untuk pengimportan ke dalam Malaysia yang menjadi subjek bagi apa-apa tindakan duti timbal

Menetapkan : KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO TENTANG PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK), PEJABAT PELAKSANA DAN PENGENDALI KEGIATAN (PPPK) DAN PEMEGANG UANG MUKA