• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH AUDIT INTERNAL TERHADAP PENGELOLAAN KREDIT DI BANK BJB KELAS 1 BANDUNG RAYA LISNA LISNAWATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH AUDIT INTERNAL TERHADAP PENGELOLAAN KREDIT DI BANK BJB KELAS 1 BANDUNG RAYA LISNA LISNAWATI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH AUDIT INTERNAL TERHADAP PENGELOLAAN KREDIT DI BANK BJB KELAS 1 BANDUNG RAYA

LISNA LISNAWATI

STIE SEBELAS APRIL SUMEDANG Jl. Angkrek Situ No.19 Sumedang

Email: watilisna879@gmail.com ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Audit Internal terhadap pengelolaan kredit di Bank BJB Bandung tahun 2018. Data yang digunakan dalam penelitian ini data primer yang diperoleh dari responden yaitu karyawan yang menangani Kredit, dan Audit Internal di Bank BJB Kelas I Bandung Raya di 3 Cabang yaitu Cabang Utama Bandung, Cabang Soreang, dan Cabang Tamansari.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif Deskriptif Yaitu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran atau kilasan peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, dan faktual ukuran mengenai fakta-fakta, sifat -sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Teknik analisis data yang digunakan adalah Regresi Sederhana karena hanya terdapat satu variabel independent dan satu variabel dependent.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari audit internal terhadap pengelolaan kredit. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa semakin efektif fungsi audit internal akan meningkatkan pengelolaan kredit pada Bank BJB Kelas I Bandung Raya.

Kata Kunci : Audit Internal, Pengelolaan Kredit

Latar Belakang

Dalam era perdagangan bebas dan Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) tidak dapat dipungkiri persaingan usaha dan bisnis di Indonesia akan semakin kompetitif. Hal tersebut mendorong perusahaan-perusahaan untuk bisa semakin meningkatkan Competitive Advantages sehingga dapat bersaing dan bertahan dari perubahan dan pergerakan pasar yang semakin cepat. Keberadaan usaha-usaha yang berskala besar, mikro kecil dan menengah menjadi semakin saat dibutuhkan untuk menunjang perindustrian dari sisi hulu sampai hilir.

Pemerintah mendorong semua sisi agar perkembahan perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia makin bisa berkembang dan dapat menajajaki pasar internasional. Hal tersebut dapat dilihat dari kemudahan untuk mendapatkan modal dengan banyak skema yang ditawarkan. Lembaga keungan memegang perananan yang sangat penting dalam mendukung ketersediaan modal selain itu keberadaan pasar modal dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Dalam kehidupan masyarakat dapat dilihat bahwa aktivitas manusia dalam dunia bisnis tidak lepas dari peranan bank selaku pemberi layanan perbankan bagi masyarakat. Menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan, pengertian bank adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Bank melakukan bisnis dengan menggunakan dana orang lain (other people’s money) untuk disalurkan dalam bentuk kredit. Berdasarkan pengertian diatas, kegiatan pokok bank adalah menerima simpanan dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana dalam bentuk giro, tabungan serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana. Kegiatan bank pada akhirnya akan diarahkan kepada

(2)

peningkatan taraf hidup masyarakat, agar masyarakat menjadi lebih baik dan lebih sejahtera daripada sebelumnya. Dalam menjalankan kegiatannya tersebut, bank wajib memiliki asas demokrasi ekonomi dengan menerapkan prinsip kehati-hatian.Salah satu kegiatan bank adalah memberikan kredit. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit kepada siapapun tanpa jaminan pemberian kredit (Kep.BI No. 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 pasal 2). Jaminan pemberian kredit adalah keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan (Kep. BI No. 23/69/DIR tanggal 28 Februari 1991 pasal 1b).

Pemberian kredit kepada calon debitur yaitu melalui proses pengajuan kredit dan proses analisis pemberian kredit terhadap kredit yang diajukan. Bank dapat melakukan analisis permohonan kredit calon debitur apabila persyaratan yang ditetapkan oleh bank telah terpenuhi. Selain kelengkapan data pendukung permohonan kredit, bank juga melakukan penilaian kelengkapan dan kebenaran informasi dari calon debitur dengan cara petugas bank melakukan wawancara dan kunjungan (on the spot) ketempat usaha debitur. Tujuan dari analisis kredit adalah menilai mutu permintaan kredit baru yang diajukan oleh calon debitur. Namun dalam realitanya banyak terjadi kredit yang bermasalah, disebabkan berbagai alasan baik itu dari pihak internal maupun eksternal bank. Masalah yang timbul dari Pihak eksternal bank yaitu debitor sendiri selaku peminjam, masalah yang biasanya muncul dari pihak nasabah debitor misalnya usaha yang dibiayai dengan kredit mengalami kebangkrutan atau menurun omset penjualannya, krisis ekonomi, kalah bersaing ataupun kesengajaan debitor melakukan penyimpangan dalam penggunaan kredit seperti untuk membiayai usaha yang tidak jelas masa depannya, sehingga mengakibatkan sumber pendapatan usaha tidak mampu untuk mengembangkan usahanya dan akhirnya mematikan usaha debitor, sedangkan masalah yang ditimbulkan dari internal bank selaku pemberi kredit adalah sebagai akibat analisis pemberian persetujuan kredit yang tidak begitu ketat oleh SDM (Sumber Daya Manusia) yang ada di bank itu sendiri.

Kegiatan perkreditan adalah risk asset bagi bank karena asset bank dikuasai oleh pihak luar bank, yaitu para debitor, akan tetapi kredit yang diberikan kepada para debitor selalu ada risiko berupa kredit tidak kembali tepat pada waktunya yang dinamakan kredit bermasalah. Bahaya yang timbul dari kredit macet adalah tidak terbayarnya kembali kredit tersebut, baik sebagian maupun seluruhnya.“Dengan adanya kredit bermasalah maka bank tengah menghadapi resiko usaha bank jenis resiko kredit (default risk) yaitu resiko akibat ketidak mampuan nasabah debitor mengembalikan pinjaman yang diterimanya dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.”Likuiditas, solvabilitas dan profitailitas bank sangat dipengaruhi oleh keberhasilan bank dalam mengelola kredit yang disalurkan.Kredit macet memberikan dampak yang kurang baik bagi negara,masyarakat, dan perbankan Indonesia. Permasalahan- permaslahan itu dapat dihindari dengan adanya pengelolaan resiko yang memadai dalam perkreditan. Dengan kata lain, diperlukan suatu sistem pengendalian intern dan pengelolaan risiko yang dapat menunjang pengelolaan kredit. Audit Internal merupakan salah satu bentuk pengawasan yang ada di bank, yang dapat membantu dalam proses pencapaian tujuan. Fungsi ini membantu pihak manajemen dalam proses pengendalian internal operasional bank yang sangat rentan terhadap berbagai resiko tertentu. Audit internal merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu pengendalian di suatu perusahaan.

Audit internal membantu manajemen dalam menjalankan pengendalian di perusahaan, sehingga bila ada penyelewengan–penyelewengan dapat dideteksi lebih dini. Audit internal mempunyai peranan yang penting di dalam mengefektifan pengendalian internal atas kredit, karena melalui fungsi ini kesepadanan dan keefektifan pengendalian internal selalu dikaji atau dinilai secara kontinyu dan tidak memihak (independent) sehingga pengendalian internal atas kredit dapat dijaga agar tetap memadai dan berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Bagi bank, audit internal ini merupakan proses yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dengan pengendalian internal pengelolaan kredit. Hal ini dapat disebabkan karena pengendalian kredit

(3)

mempunyai tujuan agar resiko dalam pengelolaan kredit dapat diminamalisir, sehingga tujuan kredit dapat tercapai baik dari segi keamanan (safety) maupun dari segi keuntungan(profitability).

2.1 Kredit

Pengertian kredit pada Undang-undang nomor 10 tahun 1988 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dalam Pasal 1 angka (11), yang dimaksud dengan kredit adalah sebagai berikut :

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain

yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.“

Kredit yang didefinisikan oleh Malayu S.P Hasibuan (2007:87) adalah Jenis-jenis pinjaman yang harus dibayarkan bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Sedangkan menurut Kasmir (2007:102) kredit didefinisikan sebagai berikut : “Penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam melunasi utangya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”

Dari beberapa pengertian kredit diatas dapat ditarik beberapa unsur yang memungkinkan terjadinya kredit. Adapun unsur -unsur kredit menurut Kasmir (2011 : 103) tersebut adalah :

“Kepercayaan , Kesepakatan, Jangka waktu , Resiko, Balas jasa”. Kepercayaan yaitu suatu keyakinan bagi kreditur bahwa kredit yang diberikan (baik berupa uang, jasa atau barang) akan benar -benar diterimanya kembali dimasa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit. Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara kreditur dengan debitur. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek (dibawah 1 tahun), jangka menengah (1sampai 3 tahun) dan jangka

panjang (diatas 3 tahun). Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah pihak.Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar resikonya, demikian pula sebaliknya. Balas jasa bagi bank merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit. Balas jasa kita kenal dengan nama bunga. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit yang juga merupakan keuntungan bagi bank.

Pemberian kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank. Tujuan kredit menurut Kasmir dalam (2011: 105): 1) “Mencari keuntungan

2) Membantu usaha nasabah 3) Membantu pemerintah ”

Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan pada nasabah. Tujuan selanjutnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang membutuhkan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja.Dengan dana itu maka pihak debitur dapat mengembangkan dan memperlas usahanya.Bagi pemerintah semakin banyak kredit

(4)

yang diberikan oleh pihak bank, maka semakin meningkatkan jumlah kegiatan ekonomi yg akan terjadi.Mengingat

semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan berbagai sektor.

Organisasi bank dalam kehidupan perekonomian yang modern, banyak memegang peranan yang sangat penting sehingga bank selalu di ikut sertakan dalam menentukan kebijakan di bidang moneter. Hal ini menyebabkan, bank mempunyai pengaruh yang sangat luas dalam bidang kehidupan khususnya di bidang ekonomi. Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut (Suyatno, 2007 :16):

1) “Kredit pada hakekatnya dapat meningkatkan daya guna uang. 2) Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalulintas uang. 3) Kredit dapat pula meningkatkan daya guna peredaran barang. 4) Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi

5) Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha. 6) Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan. 7) Kredit sebagai alat meningkatkan hubungan internasional.

Beragam jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan jenis kredit. Dalam praktiknya kredit yang ada di masyarakat terdiri dari beberapa jenis, begitu pula dengan pemberian kredit oleh bank kepada masyarakat. Pemberian kredit oleh bank dikelompokkan kedalam jenis yang masing-masing dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karateristik tertentu. Kredit dapat dibedakan menjadi lima macam (Hasibuan, 2005:89) yaitu:

1) Dilihat dari segi kegunaan kredit : a. Kredit investasi , b. Kredit modal kerja 2) Dilihat dari segi tujuan kredit : a. Kredit produktif , b. Kredit konsumtif, c. Kredit perdagangan

3) Dilihat dari segi jangka waktu: a. Kredit jangka pendek , b. Kredit jangka menengah , c. Kredit jangka panjang .

4.) Dilihat dari segi sektor usaha: a.Kredit pertanian, b. Kredit industri, c.Kredit pertambangan, d.Kredit pendidikan, e. Kredit perumahan

5) Dilihat dari segi jaminan: a.Kredit dengan jaminan, b. Kredit tanpa jaminan

Dalam pemberian kredit diperlukan prosedur agar berjalan dengan lancar. Menurut Thomas Suyatno (2007:69) prosedur pemberian kredit terdiri dari beberapa tahapan yaitu :

1) Permohonan Kredit Permohonan fasilitas kredit mencakup: 1) Permohonan pengajuan kredit

2) Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan.

3) Permohonan perpanjangan/pembaruan masa laku kredit yang telah berakhir jangka waktunya.

4) Permohonan-permohonan lainnya untuk perubahan syarat-syarat fasilitas kredit yang sedang berjalan, antara lain penukaran jaminan, perubahan/pengunduran jadwal angsuran dan lain sebagainya.

2) Penyidikan dan Analisis Kredit

Yang dimaksud dengan penyidikan (investigasi) kredit adalah pekerjaan yang meliputi:

a. Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur.

b. Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang diajukan nasabah, baik data intern bank maupun data ekstern.

c. Pemeriksaan/penyidikan atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal-hal yang dikemukakan nasabah dan informasi lainnya yang diperoleh.

d. Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang telah dilaksanakan. 3) Keputusan Atas Permohonan Kredit

Keputusan adalah setiap tindakan pejabat yang berdasarkan wewenangnya berhak mengambil keputusan berupa menolak, menyetujui dan atau mengusulkan permohonan fasilitas kredit kepada pejabat yang lebih tinggi. Setiap keputusan

(5)

permohonan kredit, harus memperhatikan penilaian syarat-syarat umum yang pada dasarnya tercantum dalam laporan pemeriksaan kredit dan analisis kredit. Bahan pertimbangan atau informasi informasi lainnya yang diperoleh pejabat pengambil keputusan, harus dibubuhkan secara tertulis (disposisi-disposisi) Sedangkan menurut M.Tohar (2004:107-111) urutan kegiatan dalam penyaluran kredit adalah sebagai berikut: 1) Permohonan kredit

2) Evaluasi atau analisis kredit 3) Keputusan pinjaman

4) Perjanjian pinjaman 5) Pencairan pinjaman

Pada umumnya dilakukan dengan mengisi formulir permohonan kredit, antara lain Calon peminjam terlebih dahulu mengisi formulir permohonan pinjaman yang telah tersedia. Petugas memberikan petunjuk serta bimbingan kepada calon dalam pengisian formulir. Proses permohonan diteruskan untuk diproses.Fungsi utama dari evaluasi atau analisis pinjaman adalah untuk menilai sampai sejauh mana kredit tersebut diperlukan oleh calon peminjamdan menilai kondisi serta kemampuan peminjam untuk melunasi pinjaman tersebut, rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam mengevaluasi pinjaman adalah Melakukan interview pada calon peminjam dan Melaksanakan survey dilakukan untuk mendapatkan informasi dari berbagai pihak tentang Reputasi dan kondisi calon peminjam Hubungan dengan pemberi kredit bank atau koperasi lain dan kondisinya sampai saat ini. Penilaian dari teman, rekan usaha atau tetangga. Melakukan peninjauan ke tempat usaha .Hal ini dilakukan apabila sifat, jenis usaha calon Setiap permohonan pinjaman memperoleh wewenang dari pengurus koperasi. Manajer simpan pinjam dalam mengambil keputusan mempergunakan bahan pertimbangan Hasil evaluasi dari permohonan pinjaman, rekomendasi dari pengurus kelompok Informasi lain yamg diperoleh dari sumber lain sepanjang menyangkut calon peminjam. Ketentuan peminjam yang tertulis dalam lembaran evaluasi yang memuat: Jumlah pinjaman yang di setujui Penggunaan pinjaman Besarnya bunga pinjaman

Tanggal jatuh tempo pinjaman Jaminan pinjaman Perjanjian pinjaman berisi hal-hal Perjanjian pinjaman merupakan hal yang harus dilaksanakan sebelum kredit di cairkan. Penandatanganan perjanjian baru harus

dapat dilakukan setelah adanya keputusan pinjaman dari hasil evaluasi. Perjanjian pinjaman tersebut dilaksanakan dengan meliputi surat perjanjian pinjaman dan surat kuasa menjual memindah hak. Surat perjanjian yang asli harus disimpan koperasi Penandatanganan perjanjian dilaksanakan di Bank. Copy dari perjanjian harus dipegang oleh peminjam. Peminjam harus menandatangani kuitansi rangkap 2 sebagai bukti tanda terima uang tersebut. Jadi Prosedur peminjaman kredit pada bank adalah rangkaian kegiatan yang harus dilakukan di dalam mengelola permohonan kredit dari saat permohonan diterima sampai dengan pencairan dana kredit. Manfaat prosedur pemberian kredit adalah untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada nasabah, untuk mengetahui dan menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam permohonan kredit dan untuk mengusahakan pemberian kredit dalam waktu relatif singkat. Menurut pasal 1 angka 11 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (UU Perbankan) Pasal 8 ayat (1) UU Perbankan selanjutnya mengatur bahwa dalam memberikan kredit, Bank wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Pasal 29 ayat UU Perbankan selanjutnya mengatur bahwa dalam memberikan kredit, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank. Penjelasan pasal 8 UU Perbankan menyebutkan bahwa untuk memperoleh keyakinan atas itikad, kemampuan dan kesanggupan debitur

untuk melunasi utangnya, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek

(6)

usaha dari Nasabah Debitur, yaitu si perusahaan penerima kredit tersebut. Standar Penilaian Kredit

Menurut Anggraini (2008 : 35) standar Penilaian kredit adalah sebagai berikut : 1. Melihat reputasi dan sifat-sifat positif dari nasabah

2. Pedoman penyusunan kebijakan perkreditan bank 3. Kemampuan nasabah membayar kewajibannya

4. Analisis modal untuk menggambarkan structure nasabah 5. Sejumlah aktiva yang dijadikan jaminan oleh debitur 6. Penyebarluasan pedoman kredit

7. Pemberian kredit sesuai dan seirama dengan kebijakan moneter dan ekonomi 8. Pemberian kredit selektif dan diarahkan kepada sektor-sektor yang diprioritaskan 9. Penetapan limit pemberian kredit

2.2 Audit Internal

Audit Internal merupakan fungsi yang independen di suatu bank. Peran utamanya adalah melaksanakan penilaian berkelanjutan melalui penyusunan laporan yang menganalisis metodologi, prosedur dan proses di dalam manajemen risiko bank. Definisi Audit Internal dalam TheInternational Professional Practices Framework /IPPFyang dirilis oleh The Institute of Internal Auditors/The IIA( 2009 : 114)

“Audit Internal adalah kegiatan pemastian dan konsultasi yang independen dan objektif yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi mencapai tujuannya melalui pendekatan yang sistematik dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko,

pengendalian, dan tata kelola”.

Sedangkan Menurut Standar Profesi Audit Internal/SPAI( 2004 :52) Pengertian audit internal adalah :

“Kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan objektif yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi.Audit Internal membantu organisasi untuk mencapai tujuanya,melalui pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko,pengendalian,dan proses governance”.

Sawyer, et. Al. (2003:10), juga telah menjelaskan secara luas mengenai lingkup audit internal, bahwa audit internal adalah suatu penilaian yang sistematis dan obyektif oleh auditor internal pada berbagai operasi dan pengendalian di dalam suatu organisasi untuk menetapkan :

a. Informasi operasi dan keuangan yang akurat dan andal b. Risiko perusahaan telah diidentifikasi dan diminimumkan

c. Regulasi eksternal dan prosedur-prosedur serta kebijakan yang digunakan telah diikuti d. Kriteria operasi yang memuaskan telah diperoleh

e. Sumber-sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis

f. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif, dan seluruh konsultasi terhadap manajemen ditujukan untuk membantu seluruh anggota organisasi dalam membebaskan tanggung jawab pengelolaannya.

Pengertian tersebut di atas tidak hanya mengatakan fungsi audit internal, tetapi juga merupakan peluang dan tanggungjawabnya.

Fungsi audit internal adalah sebagai alat bantu bagi manajemen untuk menilai efisien dan keefektifan pelaksanaan struktur pengendalian intern perusahaan, kemudian memberikan hasil berupa saran atau rekomendasi dan memberi nilai tambah bagi manajemen yang akan dijadikan landasan mengambil keputusan atau tindak selanjutnya. Menurut standar profesi audit internal (SPAI-2004), audit internal juga mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses governance. Fungsi audit internal yang lainnya, menurut Maher (1988:54 -55) adalah untuk meningkatkan perusahaan atau kinerja manajemen melalui pemonitoran: Dengan demikian,maka fungsi audit internal adalah

(7)

bertalian dengan proses GCG dan juga berpengaruh terhadap peningkatan kinerja manajemen atau kinerja perusahaan. Hal tersebut dicapai melalui pemantauan atau monitoring untuk meningkatkan pengendalian manajemen.

Menurut the IIA’s Global Internal Audit Survey yang dilakukan pada tahun 2006 sampai dengan 2010 (Bailey,james A.,2010 : 5 –27) bahwa di antara : kode etik, standar atribut dan standar kinerja yang paling berperan dalam aktivitas audit internal adalah :

1. Kompetensi umum :

a. Keterampilan Komunikasi

b. Keterampilan mengidentifikasi dan memecahkan persoalan 2. Keterampilan perilaku :

a. Menjaga kerahasiaan b. Obyektivitas

3. Keterampilan khusus :

a. Pemahaman bisnis organisasi

b. Tekhnik-tekhnik analisis risiko dan penilaian pengendalian 4. Pengetahuan :

a. Auditing

b. Standar audit internal. 3.1 Populasi dan Sampel

Populasi yang dimaksud pada penelitian ini yaitu seluruh karyawan bagian audit internal serta kepala KCP, jumlah keseluruhan adalah 65 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini dengan metode random sampling yaitu Responden dari staf, kepala cabang, supervisor, manager yang berada di 3 cabang yaitu Cabang Utama, Cabang Taman Sari dan Cabang Soreang terutama divisi kredit. Teknik yang digunakan menggunakan rumus slovin untuk menentukan sampel.

4.1 Pembahasan : Pengaruh audit Internal terhadap pengelolaan kredit pada 3 Cabang di Bank BJB Kelas I Bandung Raya

Tabel 4

Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Internal audit Pada Bank BJB Kelas I Bandung Raya

Daftar Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah

Skor SS S CS TS ST

S Dalam melaksanakan tugasnya setiap

auditor internal harus mampu berkomunikasi dengan auditee tentang penugasannya dan menyampaikan serta mendiskusikan hasil temuannya maupun rekomendasi yang diberikan baik secara verbal maupun tertulis

27 3 2 0 0 285

Dalam melaksankan tugasnya setiap auditor intrnal mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh auditee termasuk memberikan solusi pemecahan terhadap masalah tersebut

23 3 7 0 0 276

Dalam melaksanakan tugasnya setiap auditor internal mampu menjaga kerahasiaan yang berkaitan dengan penugasan

34 3 1 0 0 293

Dalam melaksanakan tugasnya setiap auditor internal mampu menjaga sikap mental yang tidak memihak dan

(8)

menghindari kemungkinan timbulnya konflik terhadap penugasannya

Dalam melaksanakan tugasnya setiap auditor internal memiliki keterampilan tentang pemahaman bisnis proses tentang objek yang diauditnya

26 3 7 0 0 279

Dalam melaksanakan tugasnya setiap auditor internal menggunakan teknik-teknik analisis resiko dan penilaian desain serta efektivitas pengendalian terhadap objek yang diauditnya

22 3 4 0 0 278

Selama penugasan setiap auditor internal pernah memperoleh pendidikan dan pelatihan serta pendidikan profesi yang berkelanjutan tentang auditor.

25 3 7 0 0 278

Total 19 2 35 0 0 1976

Total skor jawaban responden mengenai internal audit pada Bank BJB Kelas I Bandung Raya sebesar 1976 berada pada interval kategori “Sangat Efektif” bila mengacu pada pedoman kategorisasi yang terdapat pada tabel diatas. Audit internal berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan kredit pada Bank BJB Kelas I Bandung Raya. Audit Internal merupakan salah satu bentuk pengawasan yang ada di bank BJB, yang dapat membantu dalam proses pencapaian tujuan. Fungsi ini membantu pihak manajemen dalam proses pengendalian inte rnal operasional bank yang sangat rentan terhadap berbagai resiko tertentu. Bagi bank BJB, audit internal merupakan proses yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dengan pengendalian internal pengelolaan kredit investasi. Hal ini dapat disebabkan karena pengendalian kredit investasi mempunyai tujuan agar resiko dalam pengelolaan kredit investasi dapat diminamalisir, sehingga tujuan kredit dapat tercapai baik dari segi keamanan (safety) maupun dari segi keuntungan (profitability) yang didapat dengan adanya pemberian kredit investasi tersebut.

Sesuai yang diungkapka oleh T.Flemming bahwa Fungsi audit internal di dalam organisasi (perusahaan) adalah memberikan dukungan umum kepada manajemen, komite audit dan dewan direksi, eksternal auditor dan pemegang kepentingan utama lainnya.Selanjutnya pengujian hipotesis ke 2 ini di dukung oleh teori keagenan dari Brigham dan Gapenski yang menyatakan bahwa dalam pengelolaan perusahaa selalu ada konflik kepentingan. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya pihak yang melakukan proses pemantauan dan pemeriksaan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut. Dalam agency theorykreditor membutuhkan auditor untuk memastikan bahwa uang yang mereka kucurkan untuk membiayai kegiatan perusahaan, benarbenar digunakan sesuai dengan persetujuan yang ada, sehingga kreditor bisa menerima bunga atas pinjaman yang diberikan.

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh audit internal terhadap pengelolaan kredit (studi kasus pada Bank BJB Kelas I di Bandung Raya). Berdasarkan data yang diperoleh maupun hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai pengaruh audit internal terhadap pengelolaan kredit pada Bank BJB, yaitu : Terdapat pengaruh yang signifikan dari audit internal terhadap pengelolaan kredit. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa semakin efektif fungsi audit internal akan meningkatkan pengelolaan kredit pada Bank BJB Kelas I Bandung Raya, nilai tHitung dari variabel audit internal adalah sebesar 2,302 dengan nilai signifikansi sebesar 0,005. Karena thitung (2,302) lebih besar dari ttabel (1,999), maka pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menolak Ho sehingga Ha diterima.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Bailey,James A.2010.”The IIA’s Global Internal Audit Survey:A Component of the CBOK Study, Core Comptencies for Today’s Internal Auditor, Report II”, The Institute of Internal Auditor Research Foundations

Hasibuan. S.P Malayu. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Husein Umar.2013. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Kasmir.2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Kasmir.2010. Dasar-dasar perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Lanen, William N., Shannon W. Anderson, and Michael W. Maher.2014. Fundamentalof Cost Accounting.4. New York: McGraw-Hill Irwin.

Malayu S.P.Hasibuan. 2007.Dasar-dasar Perbankan,Jakarta: PT.BumiAksara M. Tohar. 2010. Permodalan dan Perkreditan Koperasi. Yogyakarta : Kanisius

Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 tentang penerapan Manajemen Resiko Pada Bank Umum

Sutarno,2005.Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank. Bandung: CV.Alfabeta Standar Profesi Audit Internal. 2004

Sugiyono. 2007. MetodePenelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. The international Profesional Practise Framework. The institute of internal auditor. 2009 Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan

Referensi

Dokumen terkait

independen satu adalah Kredit Bermasalah. Kredit masalah adalah suatu keadaan di mana nasabah sudah tidak sanggup membayar atau mengembalikan kewajiban baik pokok

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa audit intern berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan tingkat kredit macet di Permata Bank dengan persentase pengaruh

Berdasarkan hasil perhitungan statistik, dapat diketahui hasil penelitian yang menyatakan bahwa kredit bermasalah berpengaruh negatif terhadap profitabilitas pada Bank

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah jumlah kredit bermasalah berpengaruh terhadap profitabilitas pada Bank Perkreditan Rakyat di Kota Bandung5.

NPL merupakan rasio kredit macet terhadap total kredit yang diberikan bank semakin tinggi rasio ini maka menunjukkan mutu bank yang tidak baik akibat kredit

Hambatan dari internal bank yang timbul dalam penanganan kredit macet seperti kurang komunikasi dengan debitur, kesalahan komunikasi dengan staff bagian lain,

Kredit bermasalah akan berakibat pada kerugian bank, yaitu kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan, maupun pendapatan bunga yang tidak

Pemantauan kredit dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kredit bermasalah. Selain itu, pemantauan bukan hanya berusaha untuk mengukur dan mengawasi saja, akan