• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESESUAIAN LAHAN WISATA PANTAI MELALUI PARAMETER OSEANOGRAFI FISIKA DI PULAU SAMALONA MAKASSAR SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESESUAIAN LAHAN WISATA PANTAI MELALUI PARAMETER OSEANOGRAFI FISIKA DI PULAU SAMALONA MAKASSAR SULAWESI SELATAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KESESUAIAN LAHAN WISATA PANTAI MELALUI PARAMETER OSEANOGRAFI FISIKA DI PULAU SAMALONA MAKASSAR

SULAWESI SELATAN

THE LAND SUITABILITY OF THE BEACH TOURISM THROUGH THE PHYSICAL OCEANOGRAPHY ON THE SAMALONA ISLAND

MAKASSAR SOUTH SULAWESI Hasriyanti *)

Jurusan Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Karakteristik Oceanografi Fisika Pantai, dan 2) Tingkat kesesuaian lahan wisata pantai melalui parameter Oceanografi Fisika Pantai di Pulau Samalona Makassar Sulawesi Selatan. Lingkup penelitian meliputi pengukuran parameter oceanografi fisika (pasang surut, angin, ombak, arus, suhu, kedalaman, kecerahan). Data hasil pengukuran kemudian dihitung dengan menggunakan metode pembobotan untuk menentukan nilai kelayakan Pulau Samalona sebagai daerah tujuan wisata pantai. Hasil penelitian menunjukkan semua titik pengamatan memiliki nilai kelayakan antara 83-100 % dengan nilai kelayakan masuk dalam kategori S1 (sangat sesuai), khusus untuk wilayah sebelah barat laut Pulau Samalona yang paling tepat sebagai lokasi yang aman untuk berjemur dan berenang dengan nilai kelayakan 100 %. Evaluasi tingkat kesesuaian lahan menunjukkan bahwa Pulau Samalona sesuai untuk dijadikan lokasi pariwisata ditinjau dari faktor oceanografi fisika dengan nilai rata-rata kesesuaian lahan 95,83 %.

Kata kunci : Oceanografi Fisika , Kesesuaian Lahan, Pariwisata.

__________________________________________________________________

*) Hasriyanti, Staf Pengajar pada Jurusan Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar

(2)

ABSTRACT

This research, purposes are to know: 1) the level of land suitability of ocean tourism land through the physical oceanography, and 2) the level of the match of morphology of the Samalona Island, Makassar, South Sulawesi. The experiment scope, including the measurement of Physical Oceanography (rise withdraw, wind, wave, flow, temperature, depth, brightness). The date of the measurement result, then counted by the scoring method to find the value of worthiness. The result showing that the every spot of station have worthiness value between 83-100 % with worthiness value is in S1 category (very appropriate), and special for the north west area from the Samalona Island is a very appropriate area for swimming and expose to the sun, with worthiness value is 100 %. The evaluation of the land suitibility level showing that the Samalona Island could become a tourism place if we try to look it from the Physical Oceanography factor with score 95,83 %.

Key word : Physical Oceanography, Land Suitability, Tourism.

PENDAHULUAN

Perkembangan industri pariwisata dunia dari tahun ke tahun semakin memuncak di berbagai belahan dunia. Dari tahun 1999 menuju tahun 2000, terjadi peningkatan sebesar 7,3% atau sekitar 50 juta turis internasional, yang merupakan pertumbuhan tertinggi pada 10 tahun terakhir. Di Asia Timur dan Pasifik sendiri, terjadi peningkatan sebesar 14,6% dan 16% dari total pasar (Fandelli, 1995).

Secara umum, perencanaan ruang adalah suatu proses penyusunan rencana tata ruang untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup, manusia dan kualitas pemanfaatan ruang. Perencanaan tata ruang tersebut dilakukan melalui proses dan prosedur penyusunan serta penataan rencana berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mengikat semua pihak (Darwanto, 2000).

Sulawesi Selatan pada khusunya, memiliki potensi untuk mengembangkan wisata bahari. Karakteristik wilayah pantai dan pesisir yang dimiliki oleh propinsi Sulawesi Selatan cukup memenuhi standar untuk pengelolaan sebuah kawasan pariwisata pantai (beach tourism). Salah satu contoh pulau yang memiliki cukup potensi untuk dijadikan sebagai wilayah pariwisata pantai adalah Pulau Samalona di mana yang berada dalam kepulauan Sangkarang, karena dilihat dari kondisi pulau yang hampir datar dengan hamparan pasir putih serta keadaan geomorfologi yang landai, sehingga memungkinkan untuk dijadikan sebagai daerah tujuan wisata pantai yang menarik.

Kepulauan Sangkarang merupakan salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati dan potensi wisata bahari yang mendukung yang disertai keanekaragaman sosial budaya. Keterwakilan elemen-elemen sumber daya hayati khas daerah laut tropis umumnya dan Indonesia secara khusus menjadikan salah satu pulau dari kepulauan Sangkarang ini sarat akan potensi wisata bahari.

Kenyataan menunjukkan bahwa pulau Samalona telah menjadi salah satu daerah kunjungan wisata, baik domestik maupun mancanegara, walaupun intensitasnya masih kurang. Pada musim timur yaitu antara bulan April sampai Agustus, intensitas pengunjung mengalami peningkatan sebesar 5% dari jumlah 350 pengunjung selama musim barat (Alamsyah, 2000).Perhatian pemerintah juga hingga saat ini belum sampai pada peluncuran legalitas formal yang dapat mengatur dan menjamin pemanfaatan sumber daya pulau agar tetap selaras dan

(3)

berkelanjutan. Namun hal ini dapat dijadikan indikator awal bahwa Pulau Samalona perlu untuk dikembangkan secara nyata sebagai destinasi wisata pantai.

Setelah mempertimbangkan hal di atas, dan dalam konteks pengembangan Pulau Samalona sebagai daerah tujuan wisata, maka perlu penelitian yang menyangkut penyediaan data dan informasi secara komprehensif mengenai potensi alam yang dimilikinya. Salah satunya menyangkut karakteristik oceanografi físika. Dengan demikian, maka kajian peruntukan atau pemanfaatan lahan pada sebuah wilayah pantai dapat ditentukan, yang pada gilirannya dapat menjadi masukan dalam pengambilan kebijakan untuk pengembangan dan pemanfaatan wilayah pulau Samalona sebagai daerah tujuan wisata.

METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel merupakan suatu obyek yang menjadi pusat pengamatan dari suatu penelitian yang dapat diukur atau dianalisa.

Adapun variabel dalam penelitian ini meliputi : 1. Pasang surut 2. Angin 3. Arus 4. Ombak / Gelombang 5. Suhu Perairan 6. Kedalaman Perairan 7. Kecerahan Perairan B. Jenis data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu :

1. Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan berupa hasil pengukuran, seperti data pasang surut, kecepatan angin, kecepatan arus, data gelombang, suhu perairan, kedalaman perairan, kecerahan perairan.

2. Data sekunder, berupa data pembanding seperti :

a. Peta LPI (Lingkungan Pantai Indonesia) dengan skala 1 : 50.000, lembar 2010-2 dan 3, tahun 1993, Bakosurtanal, Edisi I (1993).

b. Data pasang surut c. Data angin

d. Data gelombang C. Alat dan bahan

Data primer akan dijaring dengan menggunakan alat-alat survey, sebagai berikut :

Tabel. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

No. Nama Alat Fungsi

1 GPS (Global Position System) Menentukan posisi 2 Layang-layang arus Mengukur kecepatan arus

3 Tiang skala Mengukur pasut dan ombak

4 Secchi disk Mengukur kecerahan

5 Fishfinder Mengukur kedalaman dan suhu

6 Kompas geologi Menentukan arah

7 Timbangan digital Menimbang sampel sedimen

8 Personal komputer Mengolah data

(4)

lahan

10 Kamera photo Dokumentasi

11 Alat tulis menulis Mencatat hasil pengukuran

12 Perahu motor Alat transportasi

13 Stop watch Mengukur waktu

17 Anemometer Mengukur kecepatan angin

19 Klinometer Mengukur kemiringan lereng

D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan

Dalam tahap ini dilakukan studi literatur tentang subyek penelitian, pengumpulan data sekunder yang berkaitan dengan obyek penelitian seperti Peta LPI, data angin, serta mempersiapkan alat/instrumen yang akan digunakan di lapangan. Survei lapangan untuk mengetahui lebih awal kondisi lokasi penelitian, disamping itu dilakukan pengumpulan data sekunder dan studi literatur yang berhubungan dengan penelitian.

2. Penentuan titik pengamatan

Dalam menentukan stasiun pengamatan, didasarkan pada hal-hal sebagai berikut :

a. Kenampakan visual lokasi yang kemungkinan cocok sebagai area permandian pantai (berenang dan snorkling), seperti pantai yang bersih, lebar pantai, kemiringan pantai, keindahan panorama pantai, dan lokasi yang jauh dari daerah hunian penduduk.

b. Pertimbangan untuk memenuhi keempat arah mata angin yakni utara, selatan, timur dan barat.

c. Stratified Random Sample, yaitu metode keterwakilan dimana titik pengamatan yang ditentukan, mewakili wilayah sekeliling pulau.

3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu pengumpulan data sekunder yaitu data pasang surut, kecepatan angin dan gelombang, sedangkan pengambilan data primer di lokasi penelitian dengan tahap sebagai berikut :

a. Pasang surut

1) Pengukuran pasang surut dilakukan untuk mencari MSL, dengan menggunakan rambu pasut yang ditempatkan didaerah yang diperkirakan tetap tergenang air bila air surut

2) Tiang skala dipasang pada lokasi yang dianggap representatif. 3) Pembacaan tiang skala dilakukan tiap 1 jam sekali, selama 39 jam. b. Angin

Pengukuran kecepatan angin dilakukan dengan menggunakan alat pengukur kecepatan angin yang disebut Anemometer.

c. Arus

Pengukuran arah dan kecepatan arus dilakukan dengan menggunakan layang-layang arus ( drift float )yakni dengan cara menghitung selang waktu (t) yang dibutukan pelampung untuk menempuh suatu jarak (x) tertentu, sedangkan arah arus diukur menggunakan kompas dengan mengamati arah layang-layang arus. d. Ombak/Gelombang

Pengukuran tinggi, waktu dan arah gelombang dilakukan dengan menggunakan tiang berskala, stop watch, kompas dan alat tulis menulis. Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan cara membaca pergerakan naik (puncak) dan turun (lembah) permukaan laut pada tiang skala yang ditancapkan

(5)

pada mintakat sebelum gelombang pecah, bersamaan dengan mencatat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncak dan lembah gelombang tersebut dengan mempergunakan stop wacth, pengulangannya dilakukan sebanyak 25 kali. Arah gelombang diukur dengan mempergunakan kompas. Pengukuran gelombang dilaksanakan selama 2 kali yaitu pagi dan sore pada titik pengamatan yang mewakili.

e. Kedalaman

Kedalaman perairan diukur dengan cara pemeruman, yaitu dengan menggunakan fishfinderh. Kemudian data yang didapatkan dikonservasikan ke data pasut untuk memperoleh nilai kedalaman sesungguhnya.

f. Suhu

Untuk pengukuran suhu , dapat dilihat pada alat Fishfinder yang juga dapat membaca nilai suhu saan mengukur kedalaman pada titik pengamatan. g. Kecerahan

Kecerahan diukur dengan menggunakan Secchidisk yang diikat dengan menggunakan tali berskala yang telah diketahui panjangnya, selanjutnya diasukkan ke dalam perairan secara perlahan-lahan hingga tidak tampak secara visual. Nilai kecerahan dihitung dengan mempresentasekan panjang tali saat Secchidisk masih terlihat dan tidak terlihat lagi sama sekali.

4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data a. Data Pasang Surut

Data hasil pengamatan pasang surut dimasukkan dalam tabel untuk menentukan nilai MSL (Mean Sea Level). Data pasang surut diperlukan sebagai koreksi kedalaman dan penentuan tipe pasut.

b. Kecepatan Arus

Kecepatan arus yang diukur di lapangan, dihitung menggunakan persamaan:

S= Panjang lintasan laying-layang arus (m) t= Waktu tempuh laying-layang arus (detik) c. Analisis Data Gelombang

 Tinggi dan periode gelombang

Tinggi gelombang : H = puncak – lembah

Tinggi gelombang rata-rata : N H H

H

H  1 2 ... N Periode gelombang : T = t/N

Tinggi gelombang signifikan :

Sumber : Nontji (1987) dalam Hasmawi (2002) Dari hasil pengukuran arah dan kecepatan arus kemudian dituangkan dalam peta pola arus pada daerah tersebut dengan memplot di peta sesuai dengan posisi, arah dan kecepatan dari hasil pengukuran. Kecepatan arus di plot di peta dengan menggunakan program Surfe 7.0 dan ArcView 3.2 dengan metode interpolasi. 3 / 3 / 1 3 / 1 n Hu H n i

 

(6)

d. Analisis Kecerahan

Kecerahan diukur dengan menggunakan Secchidisk yang diikat dengan menggunakan tali berskala yang telah diketahui panjangnya, selanjutnya diasukkan ke dalam perairan secara perlahan-lahan hingga tidak tampak secara visual. Nilai kecerahan dihitung dengan mempresentasekan panjang tali saat Secchidisk masih terlihat dan tidak terlihat lagi sama sekali, yang dikonversikan ke dalam nilai persen kecerahan dengan menggunakan rumus :

Kecerahan perairan ( % ) = 100% ) ( ) ( x cm Kedalaman cm ahan NilaiKecer

Sumber : Nontji (1987) dalam Hasmawi (2002) 5. Tingkat Kesesuaian Lahan

Dalam memperoleh tingkat kesesuaian lahan, digunakan metode pembobotan dan skoring, kemudian dianalisa secara deskriptif. Apabila nilai skor setiap parameter telah diketahui, maka standar kelayakan dapat ditentukan berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Asmawi (1990) dalam Alqifli (2001):

% 100 x TSS TSD NK  dimana : NK = nilai kelayakan

TSD = total skor yang diperoleh

TSS = total skor yang sebenarnya seluruhnya (skor komulatif maksimal)

Nilai kelayakan dari hasil pengamatan kemudian diklasifikasikan berdasarkan standar kategori kelayakan yang dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel. Standar penentuan kategori kelayakan pariwisata pantai

Nilai kelayakan ( % ) Kategori kelayakan 80 – 100 50 -79 < 50 Sangat Sesuai (S) Cukup Sesuai (M) Tidak Sesuai (N) Sumber : Asnawi, 1990 dalam Alqifli, 2001 (modifikasi)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penentuan Letak Titik Pengamatan

Pulau ini terletak pada 507’26,5”-507’33,4” LS dan 1190 20’33,3”-119020’38,6” BT, dengan luas 450 ha, yang berjarak 19 km ke arah barat dari Pantai Losari Makassar. Titik pengamatan dibagi atas dua belas (12) titik pengamatan.

B. Hasil dan Pembahasan a. Pasang Surut

Tipe pasang surut yang terjadi di perairan pulau Samalona adalah tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda yang dapat dilihat dari grafik pasang surut, dimana dalam satu hari pengamatan terjadi lebih dari 2 (dua) kali pasang dan surut, dengan periode dan juga tinggi yang berbeda. Pasang surut ini banyak terdapat di perairan Indonesia Timur (Triatmodjo, 1999).

b. Angin

Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, dapat diketahui bahwa kisaran kecepatan angin masuk dalam kategori nomor 2 pada Skala beaufort yaitu sangat lemah dengan kecepatan angin berkisar antara 1,6-3,3 m/dtk. Dimana kenampakan yang dapat dilihat di lautan yaitu riak gelombang yang merata,puncak gelombang tampak mengkilat tanpa buih dan tidak pecah.

(7)

c. Arus

Berdasarkan pada data hasil pengukuran kecepatan arus, diperoleh kecepatan arus rata-rata di Pulau Samlona adalah 0,09 m/dtk, dimana nilai tersebut masuk dlam kelas S1 (sangat sesuai) yakni < 0,4 m/dtk. Hal ini membuktikan bahwa Pulau Samalona sangat sesuai sebagai destinasi wisata pantai.

d. Gelombang

Tinggi ombak rata-rata di lokasi penelitian berdasarkan hasil pengukuran berkisar antara 0,086 meter (titik pengamatan I) hingga 0,1004 meter (titik pengamatan III). Tinggi rata-rata ombak signifikan berkisar antara 0,1275 meter (titik pengamatan I) hingga 0,1537 meter (titik pengamatan II). Periode ombak rata-rata berkisar antara 3,2304 detik (titik pengamatan II) hingga 5, 086 detik (titik pengamatan IV). Hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang begitu nyata antar setiap titik pengamatan. Tinggi ombak rata-rata di Pulau Samalona adalah 0,0922 m, dimana nilai tersebut masuk dalam kelas S1 (sangat sesuai) yakni berkisar antara < 0,20 m. Maka dapat disimpulkan, bahwa dilihat dari parameter ombak/gelombang, Pulau Samalona sangat sesuai sebagai daerah tujuan wisata pantai.

e. Suhu

Hasil pengukuran suhu rata-rata yakni 28 – 29 0C, masuk dalam kategori kelas S1 (sangat sesuai) dengan nilai kesesuaian 27 – 30 0C. hal ini membuktikan bahwa Pulau Samalona sangat sesuai untuk dijadikan sebagai daerah tujuan wisata pantai, seperti renang dan menyelam, karena keadaan suhu perairannya yang ideal.

f. Kedalaman

Standar kesesuaian kawasan wisata pantai untuk kedalaman di Pulau Samalona, berada dalam kelas S1 (sangat sesuai) dengan nilai kesesuaian 0-3 meter yang ditemui di setiap titik pengamatan, terkecuali pada titik pengamatan IIb. Jadi pada wilayah ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang mahir yang ingin melakukan kegiatan berenang, karena dapat membahayakan bagi mereka yang belum mahir berenang.

g. Kecerahan

Dari hasil pengukuran kecerahan perairan di pulau Samalona, diketahui bahwa nilai kecerahan setiap titik pengamatan memperoleh angka 100%, kecuali pada titik pengamatan IIb memeiliki nilai kecerahan 58,8%, sehingga memungkinkan lokasi tersebut untuk dijadikan sebagai lokasi wisata pantai. C. Evaluasi Kesesuaian Lahan

Hasil pengukuran yang diperoleh di lapangan dimasukkan dalam tabel penentuan kesesuaian lahan, berdasarkan kriteria pemberian skor untuk wisata pantai, kemudian menentukan tingkat kesesuaian lahan setiap titik pengamatan. Hasil penentuan kesesuaian lahan wisata pantai Pulau Samalona, dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 1. Penentuan Kesesuaian Lahan Wisata Pantai Pulau Samalona TP Parameter Ket. P.Surut ( m ) Angin (m/s) Arus (m/s) Gelombang (cm ) Suhu Perairan ( 0 ) Kedalaman Perairan ( m ) Kecerahan Perairan (%) Ia  1 3.05 0.06 8.6 29 1.20 100 S1 Ib  1 3.05 0.10 8.6 29 2 100 S1 Ic  1 3.05 0.13 8.6 29 8 100 S1

(8)

IIa  1 3.05 0.05 8.96 28 1.15 100 S1 IIb  1 3.05 0.02 8.96 29 17 58.8 S1 IIc  1 3.05 0.08 8.96 29 6 100 S1 IIIa  1 3.05 0.10 10.04 28 1.20 100 S1 IIIb  1 3.05 0.11 10.04 29 1.5 100 S1 IIIc  1 3.05 0.13 10.04 28 1.5 100 S1 IVa  1 3.05 0.10 9.28 28 1.15 100 S1 IVb  1 3.05 0.15 9.28 29 1.5 100 S1 IVc  1 3.05 0.10 9.28 29 8 100 S1

Ket. S1 = Sangat Sesuai

Hasil olahan data lapangan, Samalona 25-26 Maret 2006

Dari hasil perhitungan berdasarkan standar yang ada, diperoleh nilai kelayakan setiap stasiun untuk dijadikan sebagai lokasi pariwisata pantai, khususnya untuk permandian pantai sebagai berikut:

Tabel 2. Nilai Kesesuaian Peruntukan Lahan untuk Permandian Pantai

No. TP Titik Koordinat

Tingkat Kesesuaian Nilai Kelayakan ( % ) Kategori Kelayakan 1 Ia 507’29,5’’ LS dan 119020’38,3’’ BT 100 Sangat Sesuai 2 Ib 507’29,3’’ LS dan 119020’40,5’’ BT 100 Sangat Sesuai 3 Ic 507’30,8’’ LS dan 119020’42,5’’ BT 93,3 Sangat Sesuai 4 IIa 507’26,5’’ LS dan 119020’37,0’’ BT 96,6 Sangat Sesuai 5 IIb 507’26,0’’ LS dan 119020’37,6’’ BT 86,6 Sangat Sesuai 6 IIc 507’23,8’’ LS dan 119020’36,5’’ BT 90 Sangat Sesuai 7 IIIa 507’29,4’’ LS dan 119020’33,3’’ BT 100 Sangat Sesuai 8 IIIb 507’29,0’’ LS dan 119020’31,1’’ BT 100 Sangat Sesuai 9 IIIc 507’26,8’’ LS dan 119020’23,6’’ BT 100 Sangat Sesuai 10 IVa 507’33,9’’ LS dan 119020’36,3’’ BT 100 Sangat Sesuai 11 IVb 507’35,6’’ LS dan 119020’34,8’’ BT 100 Sangat Sesuai 12 IVc 507’42,2’’ LS dan 119020’31,5’’ BT 93,3 Sangat Sesuai Sumber : Hasil olahan data lapangan, Samalona 25-26 Maret 2006

Dari hasil analisis nilai kesesuaian untuk setiap stasiun pengamatan, diperoleh hasil bahwa semua titik pengamatan yang memiliki nilai kesesuaian berada dalam kategori sangat sesuai dengan nilai 75 – 100 %, dimana diperoleh nilai rata-rata kesesuaian lahan yakni 95,83 %. Kategori yang diperleh yakni sangat sesuai untuk lokasi wisata pantai seperti kegiatan berenang, berjemur, menyelam dan sebagainya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Karakteristik Oceanografi Fisika di Pulau Samalona sangat baik untuk wisata pantai. Berdasarkan hasil analisa kesesuaian lahan wisata pantai di Pulau Samalona, diperoleh nilai kesesuaian masuk dalam kategori sangat sesuai untuk setiap titik pengamatan dengan nilai keesuaian mulai dari 83-100%, dan khusus titik pengamatan IIIa, IIIb dan IIIc, berada di sebelah barat laut Pulau Samalona,

(9)

merupakan wilayah yang sangat cocok dijadikan sebagai areal permandian dan berjemur, karena memiliki nilai kelayakan sebesar 100%. Beberapa hal yang disarankan yaitu bagian wilayah sebelah barat laut dari Pulau Samalona, merupakan wilayah yang paling tepat direkomendasikan untuk kegiatan permandian dan berjemur, serta memberi rasa aman bagi para pengunjung karena pada wilayah ini semua parameter pengukuran masuk dalam katgori kelas S1 (sangat sesuai), walaupun wilayah yang lain juga memiliki nilai kelayakan yang sangat sesuai.

DATAR PUSTAKA

Alamsyah. 2000. Study Destinasi Ekowisata Pantai Samalona Makassar Sulawesi Selatan. Skripsi Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Alkifli, M. 2001. Studi Peruntukan Pelabuhan dan Pariwisata di Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju berdasarkan Kondisi Fisika Oceanografi dan Morfologi Pantai. Skripsi Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Asmawi., S., 2001. Penggunaan Model Budidaya Perikanan di Perairan Danau Tempe. Tesis Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.

Awaluddin, dkk. 2004. Pengelolaan Wilayah Pesisir untuk Pemanfaatan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan. Laporan Geografi Sumber Daya. Jurusan Geigrafi. UNM. Makassar.

Bakosurtanal, 1997., Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Kesesuaian Lahan Pariwisata Pesisir di Kabupaten II Serang. Pelatihan SIG/Inderaja Tingkat Perencana, PUSDIKLAT BAKOSURTANAL, Bogor.

Beer. 1983. Introduction to Oceanography Chemistry. Academik Press. New York.

Boggs. 1987. Oceanography a View of Earth, 6th ed, Pratice hall, Engle Wood Cliffs, New Jersey.

Dahuri, R., J., Rais, SP, Ginting, M, J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Wilayah Pesisisr dan Lautan Secara Terpadu., PT. Pradyna Paramita, Jakarta.

Djurjani. 1998. Konsep Pemetaan. PUSPICH. Fakultas geografi UGM. Yokyakarta.

Fandelli, C. 1995. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Liberty. Yogyakarta.

Hadinoto. 1998. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. UI Press. Jakarta.

Hasnawi. 2002. Identifikasi Potensi Pengembangan Pariwisata Pesisir Kecamatan Budong-budong Kabupaten Mamuju Suatu Pendekatan Keruangan dengan Sistem Informasi Geografis. Skripsi Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Hindartan, dan Handayana, A. 1994. Pertemuan Geomorfologi Sistematis untuk Studi Geologi. Proceeding IAGI. Yokyakarta.

Hutabarat, S., S. Evans. 1984. Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Lawrence. 1998. Ocean Chemistry and Deep Sea Sediment. Published in Association With Program Press. New York.

Lemsa. 2000. Studi Fisik Lingkungan Pulau Langkai-Lanjukang. Skripsi Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin. Makassar.

(10)

Linberg and Hawkins. 1995. Water Quality Modelling, Application to Estuaries. Vol. II CRC Press. Florida.

Komar, P.D. 1976. Beach Processesand Sedimentation. Prentice Hall. Inc. Englewood Cliffs, New jersey.

Munawir. 2002. Studi Kesesuaian Kondisi Oceanografi Fisika dan Kimia Untuk Pemanfaatan Wisata Pantai Tanjung Alam Kecamatan Mariso Kota Makassar. Skripsi Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Nawawi. 1994. Perencanaan Pelabuhan. Geneca Exact Bandung. Bandung. Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Nybakken, J. W., 1992. Biologi Laut ; Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta .

Oka, A. Y., 1996. Pengantar Pariwisata. Edisi Revisi Angkasa. Bandung. Ongkosono dan Suyarso. 1989. Pasang Surut. LIPI. Jakarta.

Partini, dkk. 1997. Pendekatan Ekologis Laut. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Pratikno. W. A, H.D., Armono., Suntoyo. 1997. Perencanaan Fasilitas Pantai dan Laut. BPFE. Yokyakarta.

Rochmanto, B. 1999. Analisis dan Interpretasi Angkutan Sedimen di Pantai. Laboratorium Sedimentologi Jurusan Geologi UNHAS. Makassar.

Sastroprawiro dan Yudo. 1996. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. PT Surya Pustaka Promedia. Bandung.

Suriamihardja, D. 1996. Morfogenetika dan Geomorfologi Pantai. Pusat Studi Lingkungan, UNHAS. Makassar.

Supangat dan Susanna, 2004. Pengantar Oceanografi. Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Supriharyono. 2000. Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata Sebagai ”sictemik linkage”. Gramedia. Jakarta.

Sutarto, A. 1997. Study Geomorfologi untuk Penentuan Zona Perairan Pantai dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis di Perairan Bireun Aceh Utara. Skripsi Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Suwarno. 1991. Budidaya Rumput Laut. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset. Jakarta.

Usman. 2000. Study Kualitas Air di Perairan Muara Sungai Tallo. Skripsi Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Gambar

Tabel 1. Penentuan Kesesuaian Lahan Wisata Pantai Pulau Samalona  TP  Parameter  Ket.  P.Surut  ( m )  Angin (m/s)  Arus
Tabel  2. Nilai Kesesuaian Peruntukan Lahan untuk Permandian Pantai

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.10 terlihat jika nilai cronbach alpha hasil pengujian untuk variabel motivasi adalah sebesar 0,709 &gt; 0,60 Ini berarti bahwa instrumen variabel

Tersusunnya Dokumen hasil identifikasi rancangan peraturan perundang- undangan di bidang Pembangunan Kawasan Perdesaan 1 Dokumen Pembahasan rancangan Peraturan Menteri Desa,

M-79 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR KALKULUS DIFFERENSIAL MELALUI METODE EKSPOSITORI UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VII SMP KANISIUS PAKEM PADA POKOK

Dalam melaksanakan pembelajaran Nasionalisme dengan penerapan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Diklat Prajabatan, kemampuan fasilitator dalam

Perjanjian luhur rakyat Indonesia adalah suatu perjanjian yang disepakati bersama oleh seluruh rakyat Indonesia dan harus diamalkan serta dilestarikan.Pada saat

,isini Badan Usaha Milik Negara berperan dalam pengelola sumber daya strategi&amp; maksudnya adalah seperti yang sudah tertulis dalam pengertian BUMN itu sendiri yaitu BUMN

nelitian memperlihatkan bahwa w:rnira hamil sering tidak melaporkan aclanya cacat lahir dalam keluarga atau salah melaporkannya. Karena itu jenis cacat arau penyakit

Aloei Saboe Kota Gorontalo, setelah diukur dengan menggunakan chi square didapatkan bahwa tidak terdapat pengaruh dimana setelah diuji nilai X 2 yang diperoleh