• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Berat Badan Berlebih dengan Riwayat Bayi Berat Lahir Rendah pada Balita Usia 2-5 Tahun di Puskesmas Tamansari Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Berat Badan Berlebih dengan Riwayat Bayi Berat Lahir Rendah pada Balita Usia 2-5 Tahun di Puskesmas Tamansari Bandung"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Berat Badan Berlebih dengan Riwayat Bayi Berat Lahir Rendah pada Balita Usia 2-5 Tahun di Puskesmas Tamansari Bandung

1

Windy Nuraini Shufian, 2Dicky Santosa, 3R. Anita Indriyanti

1,2

Pedidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, Jl. Hariangbangga No.20 Bandung 40116

e-mail: 1windyshufian@gmail.com

Abstract: Overweight in adults has been started since the toddlers . Overweight in infants can cause the risk of degenerative diseases such as cardiovascular disease, diabetes mellitus when they grow up. West Java has a prevalence overweight 2-5 years of 12%. One of the factors that initiate the occurrence of overweight in children is a history of low birth weight babies at birth. The aim of this research is to find a correlation between overweight with a history of low birth weight in children aged 2-5 years.This research used observasional analytic design with case control method. Samples were children aged 2-5 years who have met the inclusion criteria taken randomly. The criteria for overweight is based on BH/BW in the 2005 WHO classification. The results showed that 3.3% children who were overweight had a history of low birth weight with odd ratio 1,036 which means that the low birth weight babies have 1,036 risk in having overweight condition. Based on statistical calculations using Fisher's Exact test, there is no significant correlation between overweight with a history of low birth weight in children aged 2-5 years in Tamansari Public Health Center Bandung (p = 0.248).It can be concluded that there is no significant correlation between overweight with a history of low birth weight babies from children aged 2-5 years in Tamansari Public Health Center Bandung.

Key Words: children 2-5 year, low birht weight babies, overweight.

Abstrak: Berat badan berlebih pada orang dewasa telah dimulai sejak masa balita. Berat badan berlebih pada balita dapat menyebabkan timbulnya risiko penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus pada saat mereka dewasa nanti. Jawa Barat memiliki prevalensi berat badan berlebih pada usia 2-5 tahun sebesar 12%. Salah satu dari beberapa faktor yang menginisiasi terjadinya berat badan berlebih pada balita ialah adanya riwayat bayi berat lahir rendah pada saat lahir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan berat badan berlebih pada balita usia 2-5 tahun dengan riwayat bayi berat lahir rendah. Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan metode case control. Sampel merupakan anak balita usia 2-5 tahun di Puskesmas Tamansari kota Bandung yang telah memenuhi kriteria inklusi dengan mengguankan cara random sampling. Sampel masuk dalam kriteria kegemukan berdasarkan TB/BB yang telah dimasukkan dalam klasifikasi WHO tahun 2005. Hasil penelitian menunjukkan kegemukan pada usia 2-5 tahun, didapatkan 3,3% yang mengalami BBLR. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai odd ratio sebesar 1,036 yang memiliki arti bahwa anak balita yang memiliki riwayat bayi berat lahir rendah mengalami risiko menjadi kegemukan sebesar 1,036. Berdasarkan perhitungan statistika dengan menggunakan uji Fisher Exact, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara berat badan berlebih dengan riwayat bayi berat lahir rendah pada balita usia 2-5 tahun di Puskesmas Tamansari kota Bandung (p=0,248). Simpulan penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang bermakna antara berat badan berlebih dengan riwayat bayi berat lahir rendah balita usia 2-5 tahun di Puskesmas Tamansari kota Bandung. Kata Kunci : Balita 2-5 tahun, Bayi berat lahir rendah, Berat badan berlebih.

A. Pendahuluan

Kegemukan pada anak mengalami peningkatan dari tahun ketahun baik di dunia maupun di Indonesia. Data dari survey The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 2009 menunjukkan bahwa prevalensi kegemukan telah meningkat, yaitu dari 5,0% menjadi 12,4% untuk anak-anak usia 2-5 tahun.1 Jurnal American Medical Association tahun 2011 tentang kegemukan pada anak, angka kegemukan pada anak dan remaja di Amerika Serikat meningkat pada anak usia 2-19

(2)

tahun dari 5% meningkat menjadi 21% yang mengalami kegemukan.2 Menurut CDC (Center for Disease Control and Prevention ) tahun 2011 prevalensi kegemukan mencapai 8,5% pada kelompok umur 2-5 tahun.3

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia tahun 2007, prevalensi nasional kegemukan pada anak balita yakni 12,2% dari jumlah anak Indonesia.4 Angka ini meningkat menjadi 14% pada tahun 2010. Jawa Barat memiliki prevalensi berat badan berlebih pada usia 2-5 tahun sebesar 12%. Prevalensi berat badan berlebih pada anak menurut data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 di Kota Bandung, didapatkan prevalensi berat badan berlebih pada anak usia 2-5 tahun sebesar 8,7%.5

Salah satu dari beberapa faktor yang menginisiasi timbulnya kegemukan dimasa kanak-kanak dan remaja adalah riwayat kelahiran yaitu anak yang lahir dengan berat badan lahir rendah memiliki risiko terjadinya kegemukan di masa anak dan remaja.6 Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, persentase balita yang memiliki riwayat BBLR semakin meningkat. Persentase balita yang memiliki riwayat BBLR 8,7 %.7

Berat badan pada saat lahir sangat berpengaruh pada berat badan anak di kemudian hari. Bayi yang memiliki riwayat BBLR pada saat berada didalam kandungan akan mengalami kekurangan gizi dan membutuhkan asupan energi dan lemak yang tinggi saat berada di luar kandungan. Bayi-bayi ini akan mengalami proses pertumbuhan cepat dikarenakan pemberian asuapan yang berlebih dari oragtua untuk mengejar pertumbuhannya. Janin yang kekurangan makanan pada saat berada dalam kandungan akan tumbuh sebagai individu yang mengatur tubuhnya untuk menyimpan lemak lebih banyak dan lebih efisien dalam penggunaannya.8

Menurut Parson, tahun 2009 berat lahir merupakan penyebab kegemukan selain faktor lainnya yaitu keturunan, faktor sosial, aktivitas fisik, perilaku, dan faktor psikologis. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) berhubungan dengan fungsi organ tubuh yang kurang baik dan peningkatan penyerapan lemak di tubuh pada saat dewasa, hal tersebut menunjukkan dapat meningkatkan risiko kegemukan.9

Karena dalam hal ini bayi berat lahir rendah terdapat hubungan yang erat dengan kegemukan maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Hubungan Berat Badan Berlebih dengan Riwayat Bayi Berat Lahir Rendah pada Balita Usia 2-5 Tahun di Puskesmas Tamansari Bandung”

B. Metode Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan berupa observasional analitik dengan desain case control yang bertujuan memberikan gambaran karakterisitik balita yang mengalami berat badan berlebih di Puksemas Tamansari kota Bandung dan untuk mengetahui terdapat hubungan berat badan berlebih dengan riwayat bayi berat lahir rendah (BBLR) pada balita usia 2-5 tahun di kota Bandung.

Data penelitian yang dikumpulkan meliputi data hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan didapat dari pihak puskesmas Tamansari. Data tersebut telah dikempokkan kedalam klasifikasi berdasarkan BB/PB untuk balita usia 0-24 bulan dan berdasarkan TB/BB untuk balita diatas 2 tahun menurut WHO tahun 2005, kemudian mengambil data tambahan meliputi riwayat berat badan pada saat lahir dengan melihat data dari KMS (Kartu Menuju Sehat).

Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan software Statistical

Package for the Social Science (SPSS) dengan uji statistik metode Fisher Exact karena

(3)

C. Hasil Penelitian

Variabel yang dilihat pada penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, dan juga hubungan berat badan berlebih dengan riwayat bayi berat lahir rendah. Seperti dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini yang akan dijelaskan secara terperinci.

Tabel 1 Karakteristik Kegemukan pada Balita Usia 2-5 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 1 menunjukkan karakteristik jenis kelamin balita usia 2-5 tahun pada penelitian ini hasilnya adalah balita laki-laki yang mengalami kegemukan lebih besar yaitu 36 balita (62%) dibandingkan dengan balita perempuan yang mengalami kegemukan yaitu 22 balita (38%), sedangkan balita yang tidak mengalami kegemukan untuk jenis kelamin laki-laki sebesar 28 balita (48%) dibandingkan dengan balita perempuan yang tidak mengalami kegemukan sebesar 30 balita (52%).

Tabel 2 Karakteristik Kegemukan pada Balita Usia 2-5 Tahun Berdasarkan Usia Gemuk

Tabel 2 menunjukkan hasil penelitian bahwa sebagian besar anak pada penelitian ini berada di usia 24-35 bulan yang mengalami kegemukan sebanyak 33 balita (57%), sedangkan untuk usia 36-60 bulan yang mengalami kegemukan sebanyak

(4)

25 balita (43%), dibandingkan anak yang tidak mengalami kegemukan pada rentang usia 24-35 bulan sebanyak 20 balita (34%) dan anak yang tidak mengalami kegemukan pada rentang usia 36-60 bulan sebanyak 38 balita (66%).

Tabel 3 Hubungan Kegemukan pada Balita Usia 2-5 Tahun dengan Riwayat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Tabel 3 menunjukkan hubungan kegemukan dengan riwayat bayi berat lahir rendah. Hasil analisis hubungan antara kegemukan dengan riwayat bayi berat lahir rendah diperoleh bahwa pada balita yang mengalami kegemukan pada usia 2-5 tahun, didapatkan 2 orang (1,7%) yang mengalami BBLR, sedangkan balita yang tidak gemuk usia 2-5 tahun tidak didapatkan yang mengalami BBLR. Secara statistik dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kegemukan dengan adanya riwayat BBLR dengan nilai p <0,05 (p=0,248). Dari hasil perhitungan didapatkan nilai odd ratio sebesar 1,036 yang memiliki arti bahwa anak balita yang memiliki riwayat bayi berat lahir rendah akan berisiko mengalami kegemukan sebesar 1,036.

D. Pembahasan

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara kegemukan dengan riwayat bayi berat lahir rendah pada balita usia 2-5 tahun. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh L. Tappy tahun 2012 di negara Switzerland bahwa anak yang mengalami bayi berat lahir rendah akan mengalami kegemukan dikarenakan janin yang kekurangan makanan pada saat berada di dalam kandungan akan tumbuh menjadi individu yang mengatur tubuhnya untuk menyimpan lemak lebih banyak dan lebih efisien dengan bayi yang beratnya normal. Bayi yang memiliki riwayat berat lahir rendah akan mengalami kegemukan di kemudian hari karena kesalahan penanganan bayi yaitu diberi asupan berlebih dari orangtuanya karena mengejar ketinggalan pertumbuhan dengan bayi yang lahir normal.9

Penelitian yang dilakukan oleh David J. Hill et al tahun 2013 di Kanada juga mendapatkan hasil yang bermakna antara balita yang mengalami kegemukan dengan adanya riwayat bayi berat lahir rendah. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa anak yang lahir dengan riwayat bayi berat lahir rendah akan mengalami kegemukan dan akan memiliki risiko tinggi hipertensi dan penyakit jantung di kemudian hari. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa anak yang lahir dengan bayi berat lahir rendah akan mengejar

(5)

pertumbuhannya pada bulan ke 6 dan bulan ke 12, sehingga pada usia 4 tahun keatas akan mengalami risiko tinggi kegemukan dan meningkatkan risiko terjadinya metabolik sindrom dan diabetes pada saat dewasa.10 Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan besar sampel, perbedaan aktifitas fisik, dan dari internal seseorang yaitu dari faktor genetik.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erna Ningsih tahun 2011 di Jakarta.11 Pada penelitian tersebut didapatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara kegemukan pada balita dengan riwayat berat bayi lahir rendah dan pada penelitian yang dilakukan Riyanti tahun 2002 di Jakarta juga menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara anak yang megalami kegemukan dengan riwayat berat bayi lahir rendah, pada penelitian tersebut menjelaskan bahwa anak yang lahir dengan berat ≥3,5 kg mengalami risiko kegemukan lebih besar dibandingkan anak yang lahir dengan berat <3,5 kg.12

E. Simpulan

Pada penelitian ini, tidak terdapat hubungan berat badan berlebih dengan riwayat bayi berat lahir rendah pada balita usia 2-5 tahun di Puskesmas Tamansari Bandung. Pada penelitian ini balita yang memiliki riwayat bayi berat lahir rendah memiliki risiko kegemukan sebesar 1,036.

Ucapan Terimakasih

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat Prof. Dr. Taufiq S. Boesoirie, dr., Sp. THT-KL (K) selaku Rektor Unisba, Prof. Dr. Hj. Ieva B. Akbar, dr., AIF sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Dicky Santosa, dr., Sp.A., M.Kes., M.M sebagai pembimbing pertama dan R.Anita Indriyanti, dr., M.Kes sebagai pembimbing kedua yang dalam kesibukannya selalu memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel ini.

Pertimbangan Masalah Etik

Pengambilan data dari KMS merupakan masalah etik dalam penelitian ini. Sehingga diperlukan izin dari pihak puskesmas terkait untuk pengambilan data dari KMS. Idientitas pasien tidak dicantumkan sehingga kerahasiaan pasien terjaga dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Obesity E, Living PC, Families L. JAMA Highlights. 2012;308(24) : 3-5

National Center for Health Statistics. Health, United States, 2011: With special features on socioeconomic statushealth. Hyattsville, MD; U.S. Department of Health and Human Services; 2012

Freedman DS, Kettel L, Serdula MK, Dietz WH,. The relation of childhood B MI to adultadiposity: the Bogalusa Heart Study. Pediatrics2005;22–27

Badan penelitian dan pengembangan kesehatan depkes RD 2008. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Laporan Nasional 2007.2008 p.1-384

Badan penelitian dan pengembangan kesehatan depkes RD 2008. Riset Kesehatan Dasar 2013

(6)

dan obesitas pada anak; Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia; 2012

Dehghan M, Akhtar-Danesh N, Merchant AT. Childhood obesity, prevalence and prevention. Nutr J.2005

Badan penelitian dan pengembangan kesehatan depkes RD 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013

Hill DJ, Prapavessis H, Shoemaker JK, Jackman M, Mahmud FH. Relationship between birth weight and metabolic status obese adolescents. ISRN Obes. 2013

Eriksson JG, Forsén T, Tuomilehto J, Osmond C, Barker DJP. Early growth and coronary heart disease in later life: BMJ 2001; 322: 949–953.

Erna Ningsih. Hubungan berat lahir dengan faktor lainnya dengan kejadian kegemukan pada balita (6-59 bulan). Jakarta 2011.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Riyanti, A. Riwayat Pemberian ASI dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan status gizi anak pra sekolah . Jakarta Selatan 2002. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Gambar

Tabel 2 Karakteristik Kegemukan pada Balita Usia 2-5 Tahun Berdasarkan Usia  Gemuk
Tabel 3 Hubungan Kegemukan pada Balita Usia 2-5 Tahun dengan Riwayat Bayi  Berat Lahir Rendah (BBLR)

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu personil Nazareth Musik Tiup yang memainkan Guitar Bass pada salah satu upacara kematian dii jambur adil makmur Kabanjahe pada tanggal 26 juli

penelitian ini berasal dari pimpinan dan pegawai Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah Cabang Semarang yang terlibat dalam pengelolaan pembiayaan jual

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penetapan kadar campuran loratadin dan pseudoefedrin HCl dalam sediaan kapsul kombinasi menggunakan metode KLT video densitometri telah

Kegiatan kedua dalam pengabdian kepada masyarakat adalah pelaksanaan pelatihan pencatatan data penjualan pada Microsoft Excel. Kegiatan pengabdian tahap kedua merupakan

and total population is 2,408,995 persons. The change of land use affected to water resource availability which can be used because related to evapotranspiration and the ability

Pelatihan kerja, pengembangan karir dan lingkungan kerja secara simultan berpengaruh terhadap kinerja pegawai di Dinas Cipta Karya Kabupaten Banyumas, dengan nilai

This refers back to the comments we made in Chapter 6 when we mentioned terms such as “tuple predicate in disguise.” In the database design specification methodology introduced in

Risiko Kredit diukur dengan Non Performing Loan, Efisiensi Operasional diukur dengan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, dan Kinerja Keuangan Perbankan diukur