• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN INTENSI MENCONTEK SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 16 BANDA ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN INTENSI MENCONTEK SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 16 BANDA ACEH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

88

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN INTENSI MENCONTEK SISWA

SEKOLAH DASAR NEGERI 16 BANDA ACEH

Nurul Fadhilah, Ruslan, Sudirman Z. [email protected]

ABSTRAK

Konsep diri pada setiap orang tidak sama. Konsep diri berperan penting dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan ke depannya. Konsep diri seorang siswa merupakan gambaran dan penilaian terhadap diri siswa yang memegang peranan terhadap keinginan di masa yang akan datang. Konsep diri siswa meliputi cara pandang siswa terhadap keyakinan atas dirinya sendiri dalam usahanya meraih prestasi. Penelitian ini mengangkat masalah adakah hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek pada siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh. Hipotesis penelitian yaitu terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh.

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa di Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh yang aktif pada tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 395 siswa. Sampel dipilih menggunakan teknik simple random sampling dan diperoleh 195 siswa untuk menjadi sampel penelitan.

Data dikumpulkan menggunakan angket/kuesioner dengan skala likert. Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan uji hipotesis korelasi product moment pearson dengan bantuan komputer SPSS versi 22.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek yang signifikan. Berdasarkan jawaban angket/kuesioner, maka hasil yang diperoleh yaitu antara variabel konsep diri dengan intensi mencontek memiliki hubungan sebesar -0,180 dengan nilai signifikansi sebesar 0,012. Dari penelitian ini dapat dikemukakan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh (Ha) diterima. Kata Kunci: Konsep Diri, Intensi Mencontek, Siswa

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan rangkaian aktivitas belajar. Penilaian hasil pendidikan merupakan salah satu dari rangkaian proses aktivitas belajar. Penilaian hasil pendidikan dilakukan untuk mengetahui sejauh manakah kemampuan anak didik setelah melalui proses pendidikan yang didapatnya. Masyarakat menganggap bahwa prestasi belajar yang baik ditunjukkan dengan pencapaian nilai yang tinggi, bahkan sebagian menganggap bahwa proses yang telah dilaluinya tidak penting.

Tahun 2014 dunia pendidikan Indonesia dihebohkan dengan berita siswa SD memilih menyontek jawaban Ujian Nasional. Berita yang dimuat oleh Tempo di

(2)

89 https://nasional.tempo.co/read/news/2014/05/20/079578898/siswa-sd-memilih-menyontek-jawaban-ujian-nasional/, Beberapa siswa yang di wawancarai mengakui bahwa mereka sudah mendapatkan kunci jawaban di hari pertama Ujian Nasional. Bahkan murid lainnya mengatakan bahwa dia mencontek saat mengerjakan soal ujian. Kasus ini cukup menyita perhatian publik sampai dimuat ke dalam media online dan dibagikan oleh ribuan pembaca media tersebut.

Kasus serupa juga terjadi di tahun 2011 silam seperti berita lansiran Okezone di http://news.okezone.com/read/2011/06/15/340/468463/menyontek-massal-bukti-sistem-pendidikan-tak-sempurna/, yaitu pada kejadian mencontek massal siswa Sekolah Dasar yang berada di Surabaya, Jawa Timur. Salah satu siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Gadel II Surabaya mengakui bahwa ia disuruh oleh gurunya untuk menyebarkan contekan untuk semua siswa yang berada pada tingkat yang sama dengannya. Kejadian ini didapati setelah 4 hari Ujian Nasional berakhir sesuai dengan laporan dari wali murid. Kasus ini menghebohkan karena sampai ditindak lanjuti oleh Dinas Pendidikan serta persebaran berita melalui media.

Berdasarkan hasil diskusi awal dengan guru di Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh, siswa yang didapati ketahuan dalam mencontek tidak diberikan hukuman dalam bentuk apapun dari pihak sekolah. Sekedar ditegur secara verbal sampai yang terberat adalah pengurangan poin dari nilai siswa tersebut.

Perilaku mencontek pada siswa disebabkan karena keinginan siswa untuk memperoleh nilai yang baik tanpa usaha yang sebanding dengan nilai tersebut. Dampak dari mencontek adalah siswa kurang menghargai proses pembelajaran dan siswa cenderung menghalalkan cara apapun untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tentunya hal ini bertentangan dengan fungsi pendidikan nasional.

Secara psikologis, mencontek merupakan perbuatan yang tidak baik karena pelaku mencontek biasanya menjadi tidak mandiri dan tidak bisa mempertanggungjawabkan hasil contekannya di depan khalayak ramai. Mencontek dapat menyebabkan kerusakan moral dan etika dalam berpikir serta bertindak.

Banyak orangtua menuntut anaknya untuk memperoleh prestasi akademis yang tinggi, padahal kinerja akademik bukan hanya dapat dinilai dari sekedar segi kognitif, tetapi segi afektif juga psikomotorik pun memiliki peran di dalamnya.

Konsep diri merupakan seperangkat sikap (aspek afektif) yang dinamis. Konsep diri ialah penggabungan dari keyakinan yang disandang oleh setiap orang mengenai dirinya sendiri. Menurut ibu Sri Darwina Hanum, salah satu guru di Sekolah Dasar Negeri 16 Banda

(3)

90 Aceh, konsep diri setiap anak tidak luput dari perlakuan dan kepedulian guru di lingkungan sekolah yang terbentuk dalam keikutsertaan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh siswa guna meraih prestasi.

Konsep diri dan prestasi belajar memiliki korelasi sangat kuat. Pada seorang siswa dengan konsep diri yang tinggi, maka kecenderungannya untuk mendapat prestasi belajar yang baik juga ikut tinngi. Sebaliknya, pada siswa dengan konsep diri yang rendah, siswa ini condong dalam memiliki prestasi belajar yang rendah pula. Sehingga kebanyakan pada siswa yang mempuyai konsep diri rendah biasanya melihat dirinya sebagai orang yang merasa tidak mampu dan merasa bahwa belajar tiada manfaatnya. Alhasil, siswa ini memutuskan untuk mendapatkan bantuan dari orang lain. Seringnya, mencontek merupakan jalan pintas yang dipilih oleh siswa berkonsep diri rendah.

Paparan di atas mengindikasikan bahwa hubungan konsep diri dengan intensi mencontek relevan untuk dijadikan penelitian karena hal ini memiliki dampak yang luas terhadap sikap pribadi seseorang. Konsep diri memiliki peranan yang penting dalam pembentukan perilaku mencontek.

Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan dapat dibuat rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh?”

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana hubungan konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh.

Konsep diri dapat diartikan sebagai cara pandang seorang individu terhadap dirinya sendiri dari berbagai aspek baik mengenai fisik, psikologis, dan sikap. Konsep diri dapat bersumber dari dalam diri sendiri. Kuat atau lemahnya konsep diri dalam diri seorang individu dapat menentukan kualitas hidup yang dijalani oleh individu tersebut. Konsep diri memiliki andil yang besar dalam kehidupan seorang individu. Konsep diri kerap dikaitkan dengan kekuatan individu yang ada dalam diri seseorang. Konsep diri bukanlah kejadian yang tabu lagi untuk diperbincangkan dalam lingkungan pendidikan. Kajian tentang konsep diri telah lama diteliti dan memiliki keterkaitan dengan teori psikologi yang telah dibahas oleh para ahli psikologi

Konsep diri merupakan gambaran total seseorang terhadap dirinya sendiri. Gambaran ini merupakan hal yang dipercayai mengenai diri seseorang yang bersifat deskriptif dan evaluatif (Papalia et al, 2009:380).

(4)

91 Combs et al dalam Soemanto (2006:185) berpendapat dimana konsep diri merupakan pemikiran atau cara pandang individu mengenai dirinya, dan bukan orang lain. Konsep diri merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam memengaruhi tingkah laku.

Rogers dalam Pervin (2010:179) menyatakan bahwa konsep aktualisasi diri mencakup kecenderungan organisme untuk tumbuh dari sebuah entitas sederhana menjadi kompleks, bergerak dari sebuah ketergantungan kepada kemandirian, dan dari kekakuan kepada proses kebebasan berekspresi.

Rogers menyatakan dimana setiap orang perlu memerankan dirinya. Personalitas yang sehat adalah kepribadian yang mampu meyakini keahliannya serta menyepakati fakta bahwasanya dirinya dengan orang yang lain tidak sama (Friedman, 2011:345)

Lebih lanjut, Rogers mendefinisikan self (diri) atau konsep diri sebaga pola karakterisitik yang diserap dari “saya” (sebagai subjek dan objek). Pola tersebut selalu konsisten dan terorganisasi (Daffidov, 1991:156)

Adapun pokok-pokok teori Rogers dalam Suryabrata (2011:259) dirumuskan sebagai berikut: (1) Organism yakni keseluruhan pribadi/individu (the total individu), (2) Medan phenomenal yakni keutuhan pengalaman (the totally of experience), (3) self yakni diri sebagai komponen dari medan phenomenal.

Lebih khusus, sifat setiap konsep dijabarkan sebagai berikut: 1. Organism

Organisme mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

(a) organisme memiliki pandangan pada keutuhan medan phenomenal karena tujuan dalam melengkapi kebutuhan-kebutuhannya.

(b) Organisme memiliki sebuah pokok inti yakni aktualisasi, pertahanan, dan pengembangan diri.

(c) Organisme bisa jadi merepresentasikan pengalaman-pengalaman itu sehingga mampu untuk disadari, atau mungkin juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman yang telah dikumpulkannya.

2. Medan Phenomenal

Medan phenomenal memiliki karakteristik disadari atau tak disadari, terkait apakah pengalaman yang menjadi dasar medan phenomenal itu disimbolkan ataupun tidak.

3. Self (Diri)

Menurut Rogers dalam Pervin (2010:173) diri (The Self) merupakan bagian dari medan fenomenal yang dilihat oleh individu sebagai gambaran self (diri), me (saya, objek), dan I (saya, subjek). Rogers membagi self menjadi dua, yaitu actual self (konsep diri aktual,

(5)

92 yaitu dirinya sendiri pada saat ini), dan ideal self (konsep diri ideal, dirinya sendiri di masa mendatang).

Oleh sebab itu menurut Rogers, orang tidak saja hanya memikirkan dirinya pada saat ini, tetapi juga diri mereka yang potensial di masa depan. Pengorganisasian pola persepsi tidak hanya mengenai diri mereka pada saat ini, tetapi juga ideal self yang mereka inginkan (Cervone, 2011:211)

Intensi (intention) dapat diartikan sebagai pola perilaku yang dikondisikan ke stimulus pemelihara, intensi sebagai arah dari tindakan yang akan dilakukan di masa depan Husamah (2015:175).

Menurut Riyanti (2015:253) intensi merupakan gejala kecondongan seseorang dalam mengerjakan sebuah tingkah laku juga sebagai anteseden langsung.

Mencontek adalah aktivitas kecurangan dalam tes melalui pemanfaatan informasi yang berasal dari luar secara tidak sah (Pudjiastuti, 2010:107).

Kesimpulannya mencontek adalah segala bentuk ketidakjujuran yang dilakukan demi mencapai hasil yang bagus namun melalui jalan yang tidak legal.

Riyanti (2015:253) menyatakan intensi mencontek merupakan niat atau kecenderungan individu dalam membuat dan merekayasa kecurangan dengan tindakan-tindakan yang tidak diperbolehkan dalam penyelesaian tugas guna mendapatkan nilai atau hasil yang lebih baik.

Macam-macam bentuk perilaku menyontek, yaitu:

a. Individualistic-opportunistic, bisa dimaknai sebagai sikap yang terjadi dimana siswa merubah jawabannya saat ulangan, tes, atau ujian tengah terjadi melalui catatan sementara guru tidak berada di dalam kelas.

b. Individualistic-planned, cirinya adalah memakai catatan ulangan, tes, atau ujian sedang terjadi, atau membawa jawaban yang sudah sempurna atau sudah disiapkan dengan menuliskannya sebelum ujian dimulai.

c. Social-active, adalah perilaku mencontek yang dilakukan oleh siswa dalam menyalin, mencontoh, atau meminta jawaban milik siswa lain.

d. Social-passive, perilaku mencontek yang membolehkan orang lain melihat bakan menyalin jawaban miliknya. (Hetherington dan Feldman dalam Hartanto, 2012:17)

Menurut Singarambun dalam Iskandar (2009:56) Hipotesis merupakan sarana penelitian ilmiah yang utama dan harus dilakukan, karena hal ini merupakan instrumen kerja dan teori. Hal ini adalah dasar berpijak dari penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan paparan teoritis yang telah dijelaskan, hipotesis pada penelitian ini yakni “Terdapat

(6)

93 hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh”.

METODE PENELITIAN

Pada penelitan ini digunakan pendekatan kuantitatif serta jenis penelitian korelasi. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua siswa di Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh yang aktif pada tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 395 siswa. Penggunaan teknik simple random sampling dalam penelitian ini mengasilkan sampel sebanyak 195 siswa.

Angket/kuesioner dengan skala likert digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini. Hasil penelitian ini dianalisis dengan uji hipotesis korelasi product moment pearson yang dianalisis menggunakan komputer SPSS versi 22.

Hasil dari penelitian ini menyatakan terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek yang signifikan. Berdasarkan jawaban angket/kuesioner, maka hasil yang diperoleh yaitu antara variabel konsep diri dengan intensi mencontek memiliki hubungan sebesar -0,180 dengan nilai signifikansi sebesar 0,012.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran secara umum konsep diri siswa di Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh dapat dilihat dari analisis data dengan menggunakan deskriptif data penelitian. Konsep diri siswa di Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh diukur menggunakan angket yang terdiri dari 16 pernyataan. Sebelum siswa mengisi angket, peneliti terlebih dahulu memberikan arahan/ petunjuk pengisian angket.

Kategorisasi Konsep Diri Siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase

X < 57,416 Rendah 35 17,9%

57,416< X ≤

71,148 Sedang 132 67,7%

X > 71,184 Tinggi 28 14,4%

Adapun hasil penelitian dapat dilihat dari frekuensi dan persentasenya. Siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh sebagian memiliki konsep diri dalam kategori sedang, kondisi ini dapat dideskripsikan dari frekuensi 28 orang dengan persentase 14,4%, 67,7% lainnya berada dalam kategori sedang dengan frekuensi 132 orang, dan 35 orang lainnya memiliki tingkat konsep diri yang rendah dengan persentase 17,9%. Berdasarkan persentase hasil penelitian sekolah tersebut, terlihat bahwa sebagian siswa Sekolah Dasar Negeri 16

(7)

94 Banda Aceh memiliki konsep diri yang sedang. Hasil analisis data menunjukkan konsep diri siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh dikatakan sedang. Agar lebih jelas, penjelasan tersebut dapat diintepresikan menggunakan histogram berikut :

Histogram konsep diri siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh

Gambaran secara umum intensi mencontek siswa di Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh dapat dilihat dari analisis data dengan menggunakan deskriptif data penelitian. Intensi mencontek siswa di Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh diukur menggunakan angket yang terdiri dari 26 pernyataan. Sebelum siswa mengisi angket, peneliti terlebih dahulu memberikan arahan/ petunjuk pengisian angket.

Kategorisasi Intensi Mencontek Siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase

X < 73,246 Rendah 19 9,7%

73,246 < X ≤

107,254 Sedang 143 73,3%

X > 73,246 Tinggi 33 16,9%

Adapun hasil penelitian dapat dilihat dari frekuensi dan persentasenya. Siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh sebagian memiliki intensi mencontek dalam kategori sedang berdasarkan frekuensi 143 orang dengan persentase 73,3, 9,7% lainnya berada dalam kategori rendah dengan frekuensi 19 orang, dan 33 orang lainnya memiliki tingkat intensii mencontek yang tinggi dengan persentase 16,9%. Berdasarkan persentase hasil penelitian tersebut, terlihat bahwa sebagian siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh memiliki intensi mencontek yang sedang. Hasil analisis data menunjukkan konsep diri siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh dikatakan sedang. Agar lebih jelas, penjelasan tersebut dapat diintepresikan menggunakan histogram berikut :

0 100 200

Rendah Sedang Tinggi

(8)

95 Histogram intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa dari hasil pengisian kuesioner secara keseluruhan konsep diri siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh dalam kriteria sedang dan perilaku intensi mencontek berada dalam kriteria yang sedang juga. Hal ini diperkuat dengan analisis statistik konsep diri siswa dengan memperoleh frekuensi relatif sebesar 67,7% dan intensi mencontek memperoleh frekuensi relatif sebesar 73,3%.

Berdasarkan hasil uji korelasi penelitian, diperoleh bahwa hipotesis yang berbunyi “terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh” diterima. Hasil korelasi antara konsep diri dengan intensi mencontek menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya adalah negatif. Artinya adalah hubungan antara kedua variabel tidak linier atau tidak searah, jadi jika variabel X tinggi maka variabel Y rendah yang dalam hal ini jika konsep diri tinggi maka intensi mencontek

akan rendah.

Pada siswa usia sekolah dasar, pembentukan konsep diri memiliki keterkaitan dengan kegiatan yang dilakukan sehari-hari, termasuk di dalamnya proses belajar mengajar di kelas. Proses pembentukan konsep diri ini bermula semenjak anak berusia dini. Di sekolah, guru dan teman sejawat memiliki peran penting dalam turut serta membentuk konsep diri seorang anak. Jika anak memiliki konsep diri positif, maka semua hal yang dilakukan oleh anak turut juga menjadi positif.

Setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menyelesaikan tanggung jawab berupa tugas, ulangan, ataupun ujian yang diberikan di sekolah. Sebagian siswa memandang dengan penuh tanggung jawab setiap tugas yang diberikan, sebagian lagi memaknai setiap tugas yang diberikan merupakan pengalaman serta pengamalan ilmu yang di dapat di sekolah.

Siswa yang mampu mengenal kemampuan dan ketidak mampuannya dalam menyelesaikan suatu permasalahn tentu meiliki perbedaan, tentu saja itu akan terlihat dari penghargaannya terhadap dirinya sendiri, dan juga orang lain.

0 50 100 150 200

Rendah Sedang Tinggi

(9)

96

Hal ini sejalan dengan pendapat Rogers yang membagi konsep diri menjadi 3 bagian penting, yaitu Organism berupa keseluruhan individu (the total individu), Medan Phenomenal berupa keseluruhan pengalaman, dan self yaitu diri individu itu sendiri. Adapun indikator yang dimiliki oleh konsep diri yakni mengenal Kondisi Fisik, menjelaskan identitas diri terkait kepribadian, mempelajari cara-cara pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, mengenal kemampuan dan ketidakmampuan yang dimiliki diri, memiliki keyakinan terhadap dirinya sendiri pada masa sekarang, memiliki cita-cita dan harapan di masa depan, dan memaknai pengalaman.

Mencontek merupakan hal yang kerap kali dianggap lumrah di mata masyarakat awam. Pada dasarnya, mencontek merupakan perbuatan yang dilakukan demi mendapatkan nilai yang bagus tanpa berusaha dengan jerih payah sendiri. Pada siswa Sekolah Dasar, mencotek kerap kali terjadi ketika ulangan maupun ujian. Bentuk-bentuk mencontek yang sering dilakukan oleh siswa dijabarkan menjadi 4 kategori. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Hetherington dan Feldman ketika melakukan studi dampak penelitian mencotek di kalangan pelajar. 4 kategori tersebut yaitu: macam-macam bentuk perilaku menyontek, yaitu: (a) Individualistic-opportunistic, bisa dimaknai sebagai sikap yang terjadi dimana siswa merubah jawabannya saat ulangan, tes, atau ujian tengah terjadi melalui catatan sementara guru tidak berada di dalam kelas. (b) Individualistic-planned, dapat dicirikan sebagai memakai catatan ulangan, tes, atau ujian sedang terjadi, atau membawa jawaban yang sudah sempurna atau sudah disiapkan dengan menuliskannya sebelum ujian dimulai. (c) Social-active, adalah perilaku mencontek yang dilakukan oleh siswa dalam menyalin, mencontoh, atau meminta jawaban milik siswa lain. (d) Social-passive, perilaku mencontek yang membolehkan orang lain melihat bakan menyalin jawaban miliknya.

Penelitian ini berusaha mengungkap hubungan antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu “Terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh”. Setelah seluruh data dikumpulkan, dan dianalisis secara seksama, diperoleh hasil penelitan yang menunjukan nilai koefisien korelasi (r)sebesar -0,180 dengan signifikansi 0,012. hasil perhitungan tersebut menunjukkan hipotesis diterima, dan terbukti bahwa terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh.

(10)

97 Bersumber pada penelitian yang berjudul “Hubungan Konsep Diri dengan Intensi Mencontek Siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh” dapat ditarik simpulan Terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh. Koefisien korelasi (r) antara variabel konsep diri dengan intensi mencontek sebesar -0,180 dengan nilai signifikansi 0,012 menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsep diri siswa maka akan semakin rendah intensi mencontek siwa. Sebaiknya, semakin rendah konsep diri siswa, maka semakin tinggi intensi mencontek siswa. Sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan intensi mencontek siswa Sekolah Dasar Negeri 16 Banda Aceh diterima.

DAFTAR PUSTAKA

Cervone, Daniel., dan Lawrence A. Pervin.2011. Kepribadian Teori dan Penelitian. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika

Friedman, Howard S., dan Miriam W. Schustack. Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hartanto,Dody. 2012. Bimbingan dan Konseling Menyontek Mengungkap Akar Masalah dan Solusinya. Jakarta: Penerbit Indeks

Iskandar.2009. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.

Okezone. 2011. “Menyontek Massal Bukti Sistem Pendidikan Tak Sempurna”. (Online), http://news.okezone.com/read/2011/06/15/340/468463/menyontek-massal-bukti-sistem-pendidikan-tak-sempurna/., diakses pada 17 Desember 2016).

Papalia, Diane E. et al. 2009. Human Development. Jakarta: Salemba Humanika.

Pervin, Lawrence A. et al. 2010. Psikologi Kepribadian Teori dan Penelitian Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pudjiastuti, Endang. 2012. Hubungan “Self Efficacy” dengan Perilaku Mencontek Mahasiswa Psikologi. Jurnal Terakreditasi, (Online), Vol. XXVIII, No. 1, (http://www.academia.edu., diunduh pada 14 Desember 2016).

Riyanti.2015. Intensi Mencontek ditinjau dari Theory of Planned Behavior. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, (Online), Vol. 03, No. 02, (http://ejournal.umm.ac.id., diunduh pada 18 Desember 2016).

Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Suryabrata, Sumadi. 2011. Psikologi Kepribadiani. Jakarta: Rajawali Pers.

Tempo. 2014. “Siswa SD Memilih Menyontek Jawaban Ujian Nasional”. (Online),

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi : Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Kualitas Warna Fisiko-Kimia

The results stated that after being given mindfulness intervention, breast cancer patients and prostate cancer who were undergoing outpatient treatment,

Penelitian ini memberikan informasi untuk merefleksikan penerapan model POE2WE berbasis blended learning dengan menggunakan media Google Classroom dalam meningkatkan minat belajar

Namun demikian yang memberikan pengertian khusus jual beli menurut Hukum Perdata adalah bahwa penyerahan barang yang menjadi objek jual beli bisa dilakukan kemudian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan pendapatan Pemerintah Daerah di Propinsi Jawa Tengah berdasarkan analisis rasio derajad desentralisasi, analisis

Hubungan antara kadar metanol, jumlah katalis NaOH dan waktu reaksi terhadap angka asam metil ester yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 3.13., 3.14.. Hubungan

ESS:n aineiston voi kuitenkin katsoa tukevan tutkimuksen taustahypoteeseja siitä, että sosiaalisen pääoman ja luottamuksen tutkimuksilla ja näiden perusteella esitetyillä