• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KEPENDUDUKAN TAHUN 2014"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan baik fisik maupun sosial merupakan suatu upaya perubahan kearah yang lebih baik. Untuk melakukan pembangunan diperlukan suatu konsep, perencanaan dan strategi yang tepat dengan memperhatikan berbagai variabel, agar tujuan pembangunan tersebut berhasil. Pembangunan yang berhasil adalah pembangunan yang memperhatikan kependudukan sebagai titik sentral pembangunan itu sendiri. Pembangunan yang tidak memperhatikan pembangunan kependudukan, akan merugikan karena setiap keuntungan ekonomi akan digunakan untuk membiayai kebutuhan penduduk.

Pembangunan kependudukan merupakan isu strategis dan bersifat lintas sektor, sehingga pengintegrasian berbagai aspek kependudukan ke dalam perencanaan pembangunan perlu diwujudkan. Upaya-upaya mewujudkan keterkaitan perkembangan kependudukan, dengan berbagai kebijakan pembangunan menjadi prioritas penting agar pengelolaan perkembangan kependudukan dapat mewujudkan keseimbangan yang serasi antara kuantitas, kualitas dan mobilitas penduduk.

Data kependudukan memegang peran penting dalam menentukan kebijakan, perencanaan dan evaluasi hasil pembangunan, baik bagi pemerintah maupun swasta dan masyarakat. Oleh karena itu ketersediaan data kependudukan di semua tingkat administrasi pemerintahan (kabupaten, kecamatan, kelurahan/desa) menjadi faktor kunci keberhasilan program-program pembangunan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menegaskan bahwa dalam Perencanaan Pembangunan Daerah harus didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan, baik yang menyangkut masalah kependudukan, masalah potensi sumberdaya daerah maupun informasi tentang kewilayahan lainnya.

(3)

Selain itu, Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 sebagimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan mengamanatkan bahwa data penduduk yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dan tersimpan di dalam database kependudukan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan perumusan kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan. Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan pengelolaan data kependudukan yang menggambarkan kondisi daerah dengan menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan kepentingan penyelanggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Pasal 17 menyebutkan bahwa perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas dan persebaran penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan guna menunjang pelaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan. Pada Pasal 49 ditegaskan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data dan informasi mengenai kependudukan dan keluarga. Data dan informasi kependudukan dan keluarga tersebut wajib digunakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sebagai dasar penetapan kebijakan, penyelenggaraan dan pembangunan. Penduduk juga memiliki hak dan kewajiban dalam perkembangan kependudukan. Penduduk berhak untuk mendapatkan pelayanan administrasi kependudukan, sosial, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Di samping itu penduduk juga mempunyai kewajiban untuk memberikan data dan informasi berbagai hal yang menyangkut diri dan keluarganya termasuk mutasi yang terjadi sesuai yang diminta oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk pembangunan kependudukan sepanjang tidak melanggar hak-hak penduduk.

Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 2 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan Pasal 67 ayat 2 menyebutkan bahwa pengelolaan Sistem informasi Administrasi Kependudukan Daerah dilakukan oleh Dinas melalui pengelolaan

(4)

database. Pada Pasal 72 menyebutkan bahwa pengelolaan database sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 huruf f meliputi kegiatan perekaman data Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil ke dalam database kependudukan, pengolahan data Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil, penyajian data sebagai informasi data kependudukan dan pendistribusian data untuk kepentingan perumusan kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sudah menyelenggarakan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil dengan menggunakan Sistem Administrasi Kependudukan (SAK) yang didukung dengan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Sistem ini sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 2005. Dan sudah menghasilkan database kependudukan untuk Kabupaten Banyuwangi. Database kependudukan ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan gambaran bagaimana kondisi dan karakteristik penduduk kabupaten Banyuwangi dan dapat menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan data kependudukan bagi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Berkenaan dengan penyajian data dan informasi perkembangan kependudukan terutama untuk perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan ekonomi, sosial, politik, lingkungan, dan lain-lain yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan manusia, maka data dan informasi perlu menggunakan data yang valid dan dapat dipercaya baik dari sisi jumlah maupun kualitas data dan dikemas secara baik, sederhana, informatif dan tepat waktu dalam bentuk profil perkembangan kependudukan yang disajikan secara berkelanjutan. Profil perkembangan kependudukan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi kependudukan di Kabupaten Banyuwangi serta prediksi prospek kependudukan dimasa yang akan datang.

(5)

B. Tujuan

Menyajikan gambaran informasi yang berkaitan dengan perkembangan kependudukan di Kabupaten Banyuwangi tahun 2014 serta bagi pihak yang berkepentingan dan masyarakat pada umumnya, sedangkan tujuan secara khusus penyusunan profil perkembangan kependudukan adalah mendeskripsikan aspek kuantitas penduduk; jumlah, komposisi dan distribusi penduduk, dan aspek kualitas penduduk kesejahteraan, pendidikan dan ketenagakerjaan.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Banyuwangi meliputi :

1. Pendahuluan.

2. Gambaran umum daerah.

3. Data kuantitatif yang berkaitan dengan pengendalian kuantitas penduduk. 4. Data kuantitatif yang berkaitan dengan mobilitas penduduk.

5. Data kuantitatif yang berkaitan dengan kepemilikan dokumen kependudukan.

(6)

BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUWANGI

Kabupaten Banyuwangi

adalah “The Sun Rise Of Java“

karena lokasinya yang berada di paling ujung

timur pulau Jawa berada di Provinsi

Jawa Timur. Banyuwangi mempunyai tiga obyek

wisata international karena daya tariknya

yang cukup eksotis, yaitu Pantai Pengkung,

Kawah Ijen dan Pantai Sukamade, yang

terkenal dengan Diamond Trangle.

(7)

Kabupaten Banyuwangi mempunyai luas wilayah 5.782,50 km2, terdiri atas 24 ( dua puluh empat ) Kecamatan, 28 (dua puluh delapan) kelurahan dan 189 (seratus delapan puluh Sembilan) desa, 2.775 Rukun Warga ( RW ) dan 10.177 Rukun Tetangga ( RT ). Kedua puluh empat kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo, Tegaldlimo, Muncar, Cluring, Gambiran, Srono, Genteng, Glenmore, Kalibaru, Singojuruh, Rogojampi, Kabat, Glagah, Banyuwangi, Giri, Wongsorejo, Songgon, Sempu, Kalipuro, Siliragung, Tegalsari, Licin. Sedangkan wilayah perkotaan Banyuwangi meliputi Kecamatan: Banyuwangi, Giri, Glagah dan Kalipuro.

Legenda

asal usul Banyuwangi konon, dahulu kala wilayah ujung timur Pulau Jawa yang alamnya begitu indah ini dipimpin oleh seorang raja yang bernama Prabu Sulahkromo. Dalam menjalankan pemerintahannya ia dibantu oleh seorang Patih yang gagah berani, arif, tampan bernama Patih Sidopekso. Istri Patih Sidopekso yang bernama Sri Tanjung sangatlah elok parasnya, halus budi bahasanya sehingga membuat sang Raja tergila- gila padanya. Agar tercapai hasrat sang raja untuk membujuk dan merayu Sri Tanjung maka muncullah akal liciknya dengan memerintah Patih Sidopekso untuk menjalankan tugas yang tidak mungkin bisa dicapai oleh manusia biasa. Maka dengan tegas dan gagah berani, tanpa curiga, sang Patih berangkat untuk menjalankan titah Sang Raja. Sepeninggal Sang Patih Sidopekso, sikap tak senonoh Prabu Sulahkromo dengan merayu dan memfitnah Sri Tanjung dengan segala tipu daya dilakukanya. Namun cinta Sang Raja tidak kesampaian dan Sri Tanjung tetap teguh pendiriannya, sebagai istri yang selalu berdoa untuk suaminya. Berang dan panas membara hati Sang Raja ketika cintanya ditolak oleh Sri Tanjung. Ketika Patih Sidopekso kembali dari misi tugasnya, ia langsung menghadap Sang Raja. Akal busuk Sang Raja muncul, memfitnah Patih Sidopekso dengan menyampaikan bahwa sepeninggal Sang Patih pada saat menjalankan titah raja meninggalkan istana, Sri Tanjung mendatangi dan merayu serta bertindak serong dengan Sang Raja. Tanpa berfikir panjang, Patih Sidopekso langsung menemui Sri Tanjung dengan penuh kemarahan dan tuduhan yang tidak beralasan. Pengakuan Sri Tanjung yang lugu dan jujur membuat hati Patih Sidopekso semakin panas menahan amarah dan bahkan Sang Patih dengan berangnya mengancam akan membunuh

(8)

Namun sebelum Patih Sidopekso membunuh Sri Tanjung, ada permintaan terakhir dari Sri Tanjung kepada suaminya, sebagai bukti kejujuran, kesucian dan kesetiannya ia rela dibunuh dan agar jasadnya diceburkan ke dalam sungai keruh itu, apabila darahnya membuat air sungai berbau busuk maka dirinya telah berbuat serong, tapi jika air sungai berbau harum maka ia tidak bersalah. Patih Sidopekso tidak lagi mampu menahan diri, segera menikamkan kerisnya ke dada Sri Tanjung. Darah memercik dari tubuh Sri Tanjung dan mati seketika. Mayat Sri Tanjung segera diceburkan ke sungai dan sungai yang keruh itu berangsur-angsur menjadi jernih seperti kaca serta menyebarkan bau harum, bau wangi. Patih Sidopekso terhuyung-huyung, jatuh dan ia jadi linglung, tanpa ia sadari, ia menjerit "Banyu... ... wangi... . Banyu wangi ... .." Banyuwangi terlahir dari bukti cinta istri pada suaminya.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagai Negara, selanjutnya dalam perkembangannya berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 ( Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2753), Kemudian berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, Kabupaten Banyuwangi disebut Daerah Tingkat II dan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang disempurnakan dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai Kabupaten Banyuwangi.

A. Letak Geografi

Secara Geografis Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur Pulau Jawa. Daerahnya terbagi atas dataran tinggi yang berupa daerah pegunungan, merupakan daerah penghasil berbagai produksi perkebunan. Daratan yang datar dengan berbagai potensi yang berupa produksi tanaman pertanian, serta daerah garis pantai yang membujur dari arah Utara ke Selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut. Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Banyuwangi terletak diantara 7 43’ – 8 46’ Lintang Selatan dan 113 53’ – 114 38’ Bujur Timur.

(9)

Secara administratif Kabupaten Banyuwangi ini berbatasan dengan kabupaten lain yaitu:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Situbondo Sebelah Timur : Berbatasan dengan Selat Bali

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Samudra Indonesia

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Jember dan Bondowoso

B. Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2014 adalah 1.656.309 jiwa, terdiri dari 833.385 laki-laki dan 822.924 perempuan. Rasio jenis kelamin Kabupaten Banyuwangi 101,27 persen, ini menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan. Jika dikaitkan dengan kelompok umur nampak bahwa proporsi penduduk perempuan yang lebih besar berada pada kelompok-kelompok umur tua. Sehingga untuk perencanaan pembangunan kependudukan di bidang kesehatan, kelompok manula perempuan ini menjadi penting.

Penduduk terbesar di Kecamatan Muncar yaitu 132.744 jiwa dan terkecil di Kecamatan Licin 28.331 jiwa. Kepadatan penduduk yaitu mencapai 286,43 jiwa/km2, Jumlah penduduk Bulan Desember tahun 2014 sebesar 1.656.309

jiwa, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Bulan Desember tahun 2013 sebesar 1.627.130 jiwa maka mengalami kenaikan sebesar 29.179 jiwa dalam kurun waktu 12 (dua belas) bulan yaitu dari akhir Bulan Desember 2013 sampai akhir Bulan Desember 2014. Jadi kenaikan jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi adalah 1,78 persen. Kenaikan jumlah penduduk ini diduga disebabkan karena faktor kelahiran.

(10)

BAB III

KUANTITAS PENDUDUK

A. Jumlah dan Persebaran Penduduk 1. Jumlah Penduduk

Kabupaten Banyuwangi dengan luas wilayah 5.782,50 km2 didiami

penduduk sebanyak 1.656.309 jiwa, terdiri dari 833.385 jiwa laki-laki dan 822.924 jiwa perempuan, Penduduk ini tersebar di 24 (dua puluh empat) kecamatan yaitu Kecamatan Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo, Tegaldlimo, Muncar, Cluring, Gambiran, Srono, Genteng, Glenmore, Kalibaru, Singojuruh, Rogojampi, Kabat, Glagah, Banyuwangi, Giri, Wongsorejo, Songgon, Sempu, Kalipuro, Siliragung, Tegalsari, Licin. Dari table 1 terlihat bahwa jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Muncar yaitu 132.744 jiwa (8,01 %), sedangkan Kecamatan Licin memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu 28.331 Jiwa (1,71%).

Tabel 1. Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2014.

n (jiwa) % n (jiwa) % n (jiwa) %

1 2 3 4 5 6 7 8 1 Pesanggaran 25,084 3.01 24,691 3.00 49,775 3.01 2 Bangorejo 31,639 3.80 30,668 3.73 62,307 3.76 3 Purwoharjo 33,635 4.04 33,100 4.02 66,735 4.03 4 Tegaldlimo 33,298 4.00 32,593 3.96 65,891 3.98 5 Muncar 67,513 8.10 65,231 7.93 132,744 8.01 6 Cluring 38,182 4.58 37,354 4.54 75,536 4.56 7 Gambiran 32,014 3.84 31,659 3.85 63,673 3.84 8 Srono 47,735 5.73 46,384 5.64 94,119 5.68 9 Genteng 45,333 5.44 44,460 5.40 89,793 5.42 10 Glenmore 37,790 4.53 37,943 4.61 75,733 4.57

(11)

11 Kalibaru 32,582 3.91 32,665 3.97 65,247 3.94 12 Singojuruh 25,788 3.09 25,724 3.13 51,512 3.11 13 Rogojampi 49,025 5.88 49,493 6.01 98,518 5.95 14 Kabat 36,593 4.39 36,084 4.38 72,677 4.39 15 Glagah 17,303 2.08 17,650 2.14 34,953 2.11 16 Banyuwangi 56,663 6.80 57,921 7.04 114,584 6.92 17 Giri 14,768 1.77 14,737 1.79 29,505 1.78 18 Wongsorejo 37,331 4.48 36,792 4.47 74,123 4.48 19 Songgon 28,444 3.41 28,303 3.44 56,747 3.43 20 Sempu 40,358 4.84 39,303 4.78 79,661 4.81 21 Kalipuro 39,706 4.76 39,262 4.77 78,968 4.77 22 Siliragung 23,822 2.86 22,994 2.79 46,816 2.83 23 Tegalsari 24,510 2.94 23,851 2.90 48,361 2.92 24 Licin 14,269 1.71 14,062 1.71 28,331 1.71 833,385 100.00 822,924 100.00 1,656,309 100.00 Jumlah

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi, data agregat

kependudukan hasil konsolidasi semester II Tahun 2014.

Jika diperhatikan menurut jenis kelamin nampak bahwa penduduk laki-laki ( 50,32 %) lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan ( 49,68 % ).

Kepadatan Penduduk

Kabupaten Banyuwangi tergolong daerah yang belum padat penduduknya, hal ini dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini. Tabel 2 memperlihatkan kepadatan penduduk di Kabupaten Banyuwangi . Dengan luas 5.782,50 km2, Kabupaten Banyuwangi didiami oleh 1.656.309 jiwa

atau dengan kepadatan sebesar 286,06 jiwa/km2. Dengan kata lain

(12)

Tabel 2. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014

Jumlah Penduduk Luas Wilayah

n (jiwa) Km2 1 2 3 4 5 1 Pesanggaran 49,775 802.50 62 2 Bangorejo 62,307 137.43 453 3 Purwoharjo 66,735 200.30 333 4 Tegaldlimo 65,891 1,341.12 49 5 Muncar 132,744 146.07 909 6 Cluring 75,536 97.44 775 7 Gambiran 63,673 66.77 954 8 Srono 94,119 100.77 934 9 Genteng 89,793 82.34 1,091 10 Glenmore 75,733 421.98 179 11 Kalibaru 65,247 406.76 160 12 Singojuruh 51,512 59.89 860 13 Rogojampi 98,518 102.33 963 14 Kabat 72,677 107.48 676 15 Glagah 34,953 76.75 455 16 Banyuwangi 114,584 30.13 3,803 17 Giri 29,505 21.31 1,385 18 Wongsorejo 74,123 464.80 159 19 Songgon 56,747 301.84 188 20 Sempu 79,661 174.83 456 21 Kalipuro 78,968 310.03 255 22 Siliragung 46,816 95.15 492 23 Tegalsari 48,361 65.23 741 24 Licin 28,331 169.25 167 1,656,309 5,782.50 286 Kepadatan Penduduk Jumlah No Kecamatan

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi ,Tahun 2014,diolah. Jika dilihat persebaran di setiap kecamatan nampak bahwa terdapat di lima ( 5 ) Kecamatan, Banyuwangi merupakan wilayah terpadat dengan kepadatan sebesar 3.803, jiwa/km2, diikuti oleh Kecamatan Giri sebesar

1.385 jiwa/km2, Kecamatan Genteng sebesar 1.091 jiwa/km2, Kecamatan

Rogojampi 963 jiwa//km2 dan Kecamatan Gambiran sebesar 954 jiwa/km2,

sedangkan wilayah dengan kepadatan terendah di Kecamatan Tegaldlimo yaitu sebesar 49 jiwa/km2, Kecamatan Pesanggaran yaitu sebesar 62

(13)

Kepadatan penduduk per wilayah di Kabupaten Banyuwangi perlu mulai diperhatikan, terutama dalam perencanaan persebaran penduduk, tata ruang dan tata guna tanah. Jika ketiga hal ini tidak diperhatikan dengan baik, maka ke depan, Kabupaten Banyuwangi akan menjadi padat dengan implikasi pada penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

2. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk merupakan angka yang menggambarkan penambahan penduduk yang dipengaruhi oleh pertumbuhan alamiah maupun migrasi penduduk. Angka pertumbuhan penduduk dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah dan struktur penduduk beberapa tahun ke depan. Angka pertambahan penduduk Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada tabel 3. Data penduduk tahun 2013 yang digunakan adalah data Bulan Desember 2013 sedangkan data penduduk tahun 2014 menggunakan data Bulan Desember 2014. Pertumbuhan penduduk yang dihitung merupakan pertambahan penduduk dalam kurun waktu satu tahun.

Tabel 3 : Angka Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2014 n (jiwa) % n (jiwa) % 1 2 3 4 5 6 1 Pesanggaran 51,030 3.14 49,775 3.01 2 Bangorejo 64,338 3.95 62,307 3.76 3 Purwoharjo 67,693 4.16 66,735 4.03 4 Tegaldlimo 59,646 3.67 65,891 3.98 5 Muncar 126,713 7.79 132,744 8.01 6 Cluring 70,072 4.31 75,536 4.56 7 Gambiran 59,515 3.66 63,673 3.84 8 Srono 89,394 5.49 94,119 5.68 Pddk Tahun 2013 Pddk Tahun 2014 4.65 7.51 6.75 5.15 No Kecamatan Angka Pertumbuhan Penduduk 7 -2.49 -3.21 -1.43 9.96

(14)

9 Genteng 86,109 5.29 89,793 5.42 10 Glenmore 76,267 4.69 75,733 4.57 11 Kalibaru 73,804 4.54 65,247 3.94 12 Singojuruh 46,071 2.83 51,512 3.11 13 Rogojampi 91,395 5.62 98,518 5.95 14 Kabat 68,889 4.23 72,677 4.39 15 Glagah 30,739 1.89 34,953 2.11 16 Banyuwangi 115,313 7.09 114,584 6.92 17 Giri 26,604 1.64 29,505 1.78 18 Wongsorejo 84,957 5.22 74,123 4.48 19 Songgon 51,395 3.16 56,747 3.43 20 Sempu 76,678 4.71 79,661 4.81 21 Kalipuro 90,454 5.56 78,968 4.77 22 Siliragung 47,041 2.89 46,816 2.83 23 Tegalsari 45,496 2.80 48,361 2.92 24 Licin 27,517 1.69 28,331 1.71 1,627,130 100.00 1,656,309 100.00 6.11 2.92 1.78 10.35 -13.64 9.91 3.82 -13.58 -0.48 -12.32 11.16 7.50 5.35 12.85 -0.63 4.19 -0.70 Jumlah

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi ,Tahun 2014, diolah.

Angka pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyuwangi termasuk bertambah. Selama kurun waktu Desember 2013 sampai dengan Desember 2014, pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyuwangi bertambah 1,78 persen.

Pertumbuhan Penduduk yang relatif stabil ini sangat menguntungkan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, apabila pertumbuhan penduduk tidak terkendali, maka implikasi dari hal tersebut adalah munculnya berbagai masalah sosial ekonomi seperti kemiskinan, pertumbuhan daerah kumuh, berkurangnya lahan pertanian karena menjadi pemukiman, tuntutan menyediakan fasiltas umum, kriminalitas dan lain sebagainya.

Jika dilihat menurut kecamatan, pertumbuhan penduduk yang jumlahnya bertambah yang prosentase tertinggi terdapat di Kecamatan Glagah yaitu 12,85 persen, diikuti Singojuruh 11,16 persen, Giri 10,35 persen, Tegaldlimo 9,96 persen, Sedangkan Kecamatan yang mempunyai angka pertumbuhan minus yaitu Kecamatan Wongsorejo -13,64 persen, Kalipuro -13,64 persen, Kalibaru -12,32 persen, Perubahan ini diduga disebabkan oleh perpindahan penduduk ke tempat yang lain, dan adanya pembersihan

(15)

data penduduk ganda . Khusus untuk Kecamatan dengan pertumbuhan penduduk bertambah itu diduga disebabkan tingkat kelahiran dan faktor migrasi dan juga masih banyaknya penduduk yang baru mengurus data administrasi kependudukan yang sebelumnya belum pernah terekam dalam data base kependudukan.

B. Penduduk Menurut Karakteristik Demografi

1. Jumlah dan Proporsi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin

Karakteristik penduduk menurut umur dan jenis kelamin berguna dalam membantu menyusun perencanaan pemenuhan kebutuhan dasar bagi penduduk sesuai dengan kebutuhan kelompok umur masing-masing, baik kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan dan lain sebagainya. Setiap kelompok umur memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, misalnya kelompok bayi dan balita, mereka lebih membutuhkan asupan gizi yang baik dan perawatan kesehatan. Bagi penduduk perempuan remaja misalnya, mempunyai kebutuhan untuk meningkatkan status kesehatan agar ketika memasuki usia perkawinan tidak terkena anemia sedangkan kelompok penduduk usia lanjut juga membutuhkan pelayanan berkaitan dengan kesehatan dengan kesehatan dan lain-lain.

Tabel. 4. menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Banyuwangi sebagian besar merupakan penduduk usia produktif yaitu pada kelompok umur antara 15-64 tahun (70,55%) dengan komposisi terbesar berada pada penduduk berumur 35-44 tahun. Demikian pula dengan komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, nampak bahwa penduduk laki-laki yang terbesar berada pada kelompok umur 30-44 tahun, sedangkan penduduk perempuan berada pada kelompok umur 30-44 tahun. Kondisi ini sangat menguntungkan karena sebagian besar (diatas 50%) merupakan penduduk usia kerja (usia produktif), dan sisanya sebanyak 20,91 persen merupakan penduduk usia muda (berusia dibawah 15 tahun) dan 8,52 persen merupakan penduduk lanjut usia (65 tahun ke atas).

(16)

Tabel 4. Jumlah dan Proporsi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin, Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2014.

n (jiwa) % n (jiwa) % n (jiwa) %

1 2 3 4 5 6 7 00-04 48,999 5.88 46,458 5.65 95,457 5.76 05-09 61,001 7.32 57,896 7.04 118,897 7.18 10-14 67,918 8.15 64,216 7.80 132,134 7.98 15-19 64,304 7.72 60,185 7.31 124,489 7.52 20-24 63,751 7.65 60,510 7.35 124,261 7.50 25-29 60,741 7.29 57,848 7.03 118,589 7.16 30-34 66,569 7.99 66,021 8.02 132,590 8.01 35-39 65,760 7.89 67,471 8.20 133,231 8.04 40-44 67,386 8.09 69,521 8.45 136,907 8.27 45-49 63,745 7.65 66,639 8.10 130,384 7.87 50-54 53,556 6.43 55,130 6.70 108,686 6.56 55-59 45,164 5.42 43,635 5.30 88,799 5.36 60-64 36,763 4.41 33,889 4.12 70,652 4.27 65-69 26,311 3.16 27,457 3.34 53,768 3.25 70-74 20,995 2.52 20,834 2.53 41,829 2.53 >75 20,422 2.45 25,214 3.06 45,636 2.76 Jumlah 833,385 100.00 822,924 100.00 1,656,309 100.00 Kelompok Umur Laki-laki Perempuan L+P

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi , Tahun 2014, diolah. Penduduk berusia kurang dari 15 tahun sukup besar pula yaitu seperlima penduduk Kabupaten Banyuwangi (20,91%). Hal ini harus menjadi perhatian karena 5 tahun mendatang kelompok ini akan menjadi tambahan tenaga kerja baru, yang memerlukan skill dan kualitas SDM yang memadai baik ketrampilan maupun etos kerja dan kepribadian. Untuk memperoleh hal tersebut, diperlukan asupan gizi yang cukup, pendidikan yang memadai serta lingkungan pergaulan yang cukup, baik di rumah maupun di masyarakat. Sehingga ketika mereka memasuki pasar kerja, mampu memperoleh peluang kerja yang tersedia. Disisi yang lain pemerintah Kabupaten banyuwangi harus mampu pula menciptakan pasar kerja yang dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi. Jika dicermati lebih lanjut, ternyata 5,76 % penduduk Kabupaten Banyuwangi merupakan balita. Kondisi ini menuntut perhatian Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam

(17)

penanganan penduduk balita terutama dari segi kesehatan dan investasi bidang pendidikan.

Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan perempuan menurut kelompok umur lima tahunan.

10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 00-04 05-09 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 >75 Laki-laki Perempuan Piramida Penduduk

(18)

Penduduk Kabupaten Banyuwangi menunjukkan struktur umur penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan kelompok umur di atasnya. Pada piramida ini terlihat bahwa jumlah penduduk kelompok umur 0-4 tahun yang terletak pada dasar piramida mulai mengecil. Ini berarti angka kelahiran mulai menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya, walaupun dari segi jumlah absolut tidak kecil. Demikian juga dengan jumlah penduduk 5-9 tahun masih terlihat lebar, berarti lima tahun ke depan dibutuhkan fasilitas pendidikan dasar dan menengah yang cukup untuk menampung penduduk kelompok ini.

Demikian pula jumlah penduduk pada kelompok 30-44 tahun menunjukkan jumlah yang paling besar. Diduga penduduk kelompok umur ini adalah kelompok yang lahir pada tahun 1980an yang mulai memasuki usia tersebut. Penduduk lansia (65 tahun ke atas), menunjukkan proporsi yang masih kecil yaitu 8,52 persen. Namun dimasa depan proporsi penduduk lansia akan terus merambat naik, karena pergeseran umur penduduk serta usia harapan hidup yang semakin meningkat. Pertambahan jumlah penduduk lansia ini harus mulai diantisipasi dari sekarang, karena kelompok ini akan terus membesar di masa depan, sehingga diperlukan kebijakan seperti ketenagakerjaan, kesehatan, pelayanan lansia serta kebutuhan sosial dasar lainnya.

2. Rasio Jenis Kelamin

Rasio Jenis Kelamin (RJK) adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan banyaknya jumlah penduduk laki-laki dan banyaknya jumlah

penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya jumlah penduduk laki-laki per 100

penduduk perempuan. Data rasio jenis kelamin ini berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Selain itu, informasi rasio jenis kelamin juga penting diketahui oleh para politisi, terutama untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen.

(19)

Tabel. 5. Rasio Jenis Kelamin ( Sex Ratio ), Kabupaten Banyuwangi , Tahun 2014.

Kelompok

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah RJK

1 2 3 4 5 00-04 48,999 46,458 95,457 105.47 05-09 61,001 57,896 118,897 105.36 10-14 67,918 64,216 132,134 105.76 15-19 64,304 60,185 124,489 106.84 20-24 63,751 60,510 124,261 105.36 25-29 60,741 57,848 118,589 105.00 30-34 66,569 66,021 132,590 100.83 35-39 65,760 67,471 133,231 97.46 40-44 67,386 69,521 136,907 96.93 45-49 63,745 66,639 130,384 95.66 50-54 53,556 55,130 108,686 97.14 55-59 45,164 43,635 88,799 103.50 60-64 36,763 33,889 70,652 108.48 65-69 26,311 27,457 53,768 95.83 70-74 20,995 20,834 41,829 100.77 >75 20,422 25,214 45,636 80.99 Total 833,385 822,924 1,656,309 101.27

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi , Tahun 2014, diolah. Dari tabel 5 nampak bahwa Rasio Jenis Kelamin (RJK) atau Sex Ratio di Kabupaten Banyuwangi adalah 101,27 yang berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 101 orang penduduk laki- laki gambaran rasio jenis kelamin Kabupaten Banyuwangi. Namun demikian, jika dilihat dari kelompok umur menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki yang lebih besar berada pada kelompok umur 30 tahun ke atas. Sedangkan jika dilihat pada kelompok umur 0-4 tahun sebesar 105,47 yang artinya terdapat 105 balita berjenis kelamin laki-laki dari 100 balita perempuan. Secara biologis jumlah kelahiran bayi laki-laki pada umumnya lebih besar dibanding dengan kelahiran bayi perempuan, namun bayi laki-laki lebih rentan terhadap kematian dibanding bayi perempuan. Rasio jenis kelamin pada kelompok umur diatas 65 tahun juga menunjukkan penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Ini menunjukkan bahwa teori yang mengatakan bahwa umur harapan hidup perempuan lebih tinggi

(20)

dibandingkan dengan laki-laki adalah benar, karena secara biologis umur harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.

Tabel 6. Rasio Jenis Kelamin Berdasarkan Kecamatan, di Kabupaten Banyuwangi , Tahun 2014. n (jiwa) % n (jiwa) % 1 2 3 4 5 6 7 1 Pesanggaran 25,084 50.39 24,691 49.61 101.59 2 Bangorejo 31,639 50.78 30,668 49.22 103.17 3 Purwoharjo 33,635 50.40 33,100 49.60 101.62 4 Tegaldlimo 33,298 50.53 32,593 49.47 102.16 5 Muncar 67,513 50.86 65,231 49.14 103.50 6 Cluring 38,182 50.55 37,354 49.45 102.22 7 Gambiran 32,014 50.28 31,659 49.72 101.12 8 Srono 47,735 50.72 46,384 49.28 102.91 9 Genteng 45,333 50.49 44,460 49.51 101.96 10 Glenmore 37,790 49.90 37,943 50.10 99.60 11 Kalibaru 32,582 49.94 32,665 50.06 99.75 12 Singojuruh 25,788 50.06 25,724 49.94 100.25 13 Rogojampi 49,025 49.76 49,493 50.24 99.05 14 Kabat 36,593 50.35 36,084 49.65 101.41 15 Glagah 17,303 49.50 17,650 50.50 98.03 16 Banyuwangi 56,663 49.45 57,921 50.55 97.83 17 Giri 14,768 50.05 14,737 49.95 100.21 18 Wongsorejo 37,331 50.36 36,792 49.64 101.46 19 Songgon 28,444 50.12 28,303 49.88 100.50 20 Sempu 40,358 50.66 39,303 49.34 102.68 21 Kalipuro 39,706 50.28 39,262 49.72 101.13 22 Siliragung 23,822 50.88 22,994 49.12 103.60 23 Tegalsari 24,510 50.68 23,851 49.32 102.76 24 Licin 14,269 50.37 14,062 49.63 101.47 RJK

No Kecamatan Laki-laki Perempuan

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaaten Banyuwangi , Tahun 2014 diolah Jika dilihat menurut wilayah kecamatan, dari Table. 6. terlihat bahwa rasio jenis kelamin (sex ratio) disetiap kecamatan di atas 100, hanya ada lima ( 5 ) kecamatan yang dibawah 100 hal ini berarti bahwa jumlah penduduk laki-laki disetiap kecamatan lebih banyak daripada perempuan. Jika diamati masing-masing wilayah Kecamatan, maka terlihat bahwa Kecamatan Siliragung, memiliki Rasio jenis kelamin tertinggi yaitu 103,60

(21)

diikuti Kecamatan Muncar sebesar 103,50 sedangkan Rasio jenis kelamin terendah 97,83 terdapat di Kecamatan Banyuwangi.

3. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)

Rasio Ketergantungan digunakan untuk melihat hubungan antara perubahan struktur umur penduduk dengan ekonomi secara kasar. Rasio ini melihat seberapa besar beban tanggungan yang harus dipikul oleh penduduk produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk produktif secara ekonomi adalah mereka yang berada pada umur 15 – 64 tahun, yang dianggap memiliki potensi ekonomi. Semakin rendah Dependency Ratio, maka semakin rendah pula beban kelompok umur produktif untuk menanggung penduduk usia tidak produktif atau belum produktif.

Tabel 7. Jumlah Penduduk Kabupaten Banyuwangi menurut Umur Muda, Umur Produktif dan Umur Tua, Tahun 2014

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan ∑ Pddk %

(1) (2) (3) (4) (5)

0-14 Tahun (Umur Muda) 177,918 168,570 346,488 20.92 15-64 Tahun (Umur Produktif) 587,739 580,849 1,168,588 70.55 >= Tahun (Umur Tua) 67,728 73,505 141,233 8.53

Jumlah 833,385 822,924 1,656,309 100

Sumber :Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2014,diolah.

Dari Tabel. 7. nampak bahwa 70,55 persen penduduk Kabupaten Banyuwangi merupakan penduduk Usia produktif (usia kerja) yang berpotensi sebagai modal pembangunan, sedangkan penduduk yang berpotensi sebagi beban yaitu penduduk yang belum produktif (0-14 tahun) sebesar 20,92 persen dan penduduk yang dianggap kurang produktif atau tidak produktif lagi (65 tahun ke atas) sebesar 8,53 persen. Jika diperhatikan menurut jenis kelamin, jumlah penduduk usia produktif

(22)

laki-laki lebih besar daripada penduduk usia produktif perempuan, terlihat pada kelompok usia lanjut penduduk perempuan yang lebih banyak, sedangkan pada kelompok usia muda terlihat bahwa penduduk perempuan lebih kecil dibandingkan dengan penduduk laki-laki.

Memperhatikan komposisi penduduk menurut kelompok usia muda, usia produktif, dan usia tua yang demikian, diketahui rasio ketergantungan Kabupaten Banyuwangi tahun 2014 sebesar 41,74 per 100 penduduk usia kerja, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif (usia kerja) di Kabupaten Banyuwangi mempunyai tanggungan sekitar 41-42 penduduk usia non produktif, 29,65 % diantaranya berasal dari kelompok usia muda dan 12,09 % lainnya berasal dari kelompok usia lanjut.

Tabel 8. Rasio Ketergantungan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014.

Total n % n % % Laki-laki 587,739 177,918 30.27 67,728 11.52 41.80 Perempuan 580,849 168,570 29.02 73,505 12.65 41.68 L+P 1,168,588 346,488 29.65 141,233 12.09 41.74 Jenis Kelamin Umur Produktif Muda Tua Rasio Ketergantungan

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2014,diolah Rasio ketergantungan total Kabupaten Banyuwangi jika dirinci menurut jenis kelamin, nampak bahwa angka beban tanggungan laki-laki lebih besar daripada perempuan, tetapi pada usia lanjut angka beban tanggungan perempuan menjadi lebih tinggi daripada laki-laki. Perempuan yang berusia lanjut terus bertambah dan jumlahnya melebihi laki-laki karena usia perempuan relatif lebih panjang.

(23)

C. Komposisi Penduduk menurut Karakteristik Sosial

1. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu ukuran untuk kualitas penduduk. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan semakin baik kualitas SDM di wilayah tersebut. Namun ukuran ini masih harus ditambah dengan

etos kerja dan ketrampilan baik hard skill maupun soft skill. Beberapa pelaku usaha menyatakan bahwa yang dibutuhkan tidak saja ketrampilan tetapi juga kepribadian, karena ketrampilan bisa ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan.

Tamat sekolah didefinisikan sebagai jenjang pendidikan yang telah berhasil diselesaikan oleh seseorang dengan dibuktikan adanya ijazah atau surat tanda tamat belajar. Tetapi jika menggunakan ukuran menurut jenjang tertinggi merupakan jenjang atau kelas tertinggi yang pernah ditempuh oleh seseorang.

Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2014.

n (jiwa) % n (jiwa) % n (jiwa) %

1 Tidak/Belum Sekolah 137,719 16.53 153,670 18.67 291,389 17.59 2 Belum Tamat SD/Sederajat 76,390 9.17 81,230 9.87 157,620 9.52 3 Tamat SD/Sederajat 287,051 34.44 312,002 37.91 599,053 36.17 4 SLTP/Sederajat 151,529 18.18 135,729 16.49 287,258 17.34 5 SLTA/Sederajat 151,306 18.16 114,998 13.97 266,304 16.08 6 Diploma I/II 2,371 0.28 2,673 0.32 5,044 0.30 7 Akademi/Diploma III/SARMUD 4,314 0.52 4,951 0.60 9,265 0.56 8 Diploma IV/Strata I 21,486 2.58 17,133 2.08 38,619 2.33 9 Strata II 1,141 0.14 447 0.05 1,588 0.10 10 Strata III 78 0.01 91 0.01 169 0.01 833,385 100 822,924 100 1,656,309 100 No Jenjang pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

Jumlah

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2014, diolah.

(24)

Data SIAK menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan relatif masih rendah. Lebih dari sepertiga penduduk Kabupaten Banyuwangi (36,17%) tamat SD/Sederajat. Jika dilihat menurut jenis kelamin, persentase penduduk yang tamat SD/Sederajat penduduk perempuan lebih tinggi dibanding penduduk laki-laki, sedangkan penduduk yang tamat SLTA/Sederajat untuk penduduk laki-laki (18,16%) lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan(13,97%). Sedangkan persentase penduduk yang tamat SLTP/Sederajat untuk perempuan hampir sama dengan persentase penduduk laki-laki selisih (2%).

2. Komposisi Penduduk menurut Agama

Informasi tentang jumlah penduduk berdasarkan agama diperlukan untuk merencanakan penyediaan sarana dan prasarana peribadatan serta merencanakan suatu program kegiatan yang berkaitan dengan kerukunan antar umat beragama. Penduduk Kabupaten Banyuwangi pada umumnya memeluk agama Islam (96,63 persen), disusul kemudian pemeluk agama Hindu ( 1,61 persen ), sedangkan Kristen (1,12 persen ) dan Katholik (0,31 persen). Budha dan Konghucu serta aliran kepercayaan masih sangat sedikit (0,28 persen).

Tabel 10. Prosentase Penduduk Menurut Agama Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 n % n % n % n % n % n % n % 1 Pesanggaran 44,944 90.29 1,487 2.99 89 0.18 2,300 4.62 943 1.89 9 0.02 3 0.01 49,775 2 Bangorejo 58,506 93.90 771 1.24 256 0.41 2,751 4.42 8 0.01 10 0.02 5 0.01 62,307 3 Purwoharjo 60,618 90.83 946 1.42 898 1.35 4,092 6.13 154 0.23 25 0.04 2 0.00 66,735 4 Tegaldlimo 59,835 90.81 961 1.46 130 0.20 4,601 6.98 358 0.54 6 0.01 0 0.00 65,891 5 Muncar 129,245 97.36 958 0.72 413 0.31 1,984 1.49 72 0.05 67 0.05 5 0.00 132,744 6 Cluring 74,492 98.62 496 0.66 67 0.09 379 0.50 78 0.10 14 0.02 10 0.01 75,536 7 Gambiran 60,174 94.50 1,813 2.85 328 0.52 37 0.06 1,287 2.02 14 0.02 20 0.03 63,673

No Kecamatan Islam Kristen Katolik Hindu Budha Konghucu Penganut

Kepercayaan Jumlah A G A M A

(25)

8 Srono 93,135 98.95 396 0.42 100 0.11 312 0.33 83 0.09 93 0.10 0 0.00 94,119 9 Genteng 87,176 97.09 1,305 1.45 411 0.46 551 0.61 288 0.32 48 0.05 14 0.02 89,793 10 Glenmore 73,832 97.49 1,121 1.48 237 0.31 464 0.61 39 0.05 40 0.05 0 0.00 75,733 11 Kalibaru 64,846 99.39 239 0.37 54 0.08 30 0.05 32 0.05 44 0.07 2 0.00 65,247 12 Singojuruh 51,285 99.56 143 0.28 32 0.06 6 0.01 5 0.01 41 0.08 0 0.00 51,512 13 Rogojampi 95,101 96.53 766 0.78 317 0.32 1,885 1.91 367 0.37 81 0.08 1 0.00 98,518 14 Kabat 72,484 99.73 109 0.15 24 0.03 35 0.05 4 0.01 21 0.03 0 0.00 72,677 15 Glagah 34,597 98.98 196 0.56 96 0.27 39 0.11 24 0.07 1 0.00 0 0.00 34,953 16 Banyuwangi 109,911 95.92 2,644 2.31 980 0.86 366 0.32 626 0.55 56 0.05 1 0.00 114,584 17 Giri 28,936 98.07 297 1.01 140 0.47 76 0.26 50 0.17 6 0.02 0 0.00 29,505 18 Wongsorejo 73,718 99.45 191 0.26 78 0.11 50 0.07 37 0.05 49 0.07 0 0.00 74,123 19 Songgon 56,311 99.23 190 0.33 31 0.05 200 0.35 14 0.02 1 0.00 0 0.00 56,747 20 Sempu 78,541 98.59 600 0.75 136 0.17 308 0.39 56 0.07 19 0.02 1 0.00 79,661 21 Kalipuro 77,726 98.43 711 0.90 219 0.28 242 0.31 45 0.06 25 0.03 0 0.00 78,968 22 Siliragung 40,961 87.49 1,929 4.12 74 0.16 3,819 8.16 15 0.03 10 0.02 8 0.02 46,816 23 Tegalsari 45,858 94.82 283 0.59 22 0.05 2,174 4.50 3 0.01 5 0.01 16 0.03 48,361 24 Licin 28,260 99.75 35 0.12 11 0.04 3 0.01 6 0.02 16 0.06 0 0.00 28,331 1,600,492 96.63 18,587 1.12 5,143 0.31 26,704 1.61 4,594 0.28 701 0.04 88 0.01 1,656,309 JUMLAH

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2014, diolah.

Jika dikaitkan dengan wilayah kecamatan, maka agama islam mendominasi semua wilayah kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Kecamatan Muncar merupakan wilayah pemeluk agama Islam terbesar yaitu 129.245 jiwa, diikuti Kecamatan Banyuwangi yaitu 109.911 jiwa, dan Kecamatan Srono yaitu 93.135 jiwa. Sedangkan sebaran agama Islam terkecil berada di Kecamatan Giri 28.936 jiwa dan Licin yaitu 28.260 jiwa. Agama kedua terbesar setelah Islam yang tersebar disetiap kecamatan adalah agama Hindu. Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo merupakan wilayah dengan agama Hindu terbesar disusul pemeluk agama Kristen, karena Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten yang didominasi agama Islam, maka sedikit yang menganut agama Katolik, Budha, Konghucu dan Penghayat Kepercayaan.

(26)

3. Komposisi Penduduk Menurut Status Perkawinan

Informasi tentang struktur perkawinan penduduk pada waktu tertentu berguna bagi para penentu kebijakan dan pelaksana program kependudukan. Terutama dalam hal pembangunan keluarga, kelahiran dan upaya-upaya peningkatan kualitas keluarga. Dari informasi penduduk berstatus kawin, Umur Perkawinan Pertama, lama kawin akan berguna untuk mengestimasi angka kelahiran yang akan terjadi.

Umur perkawinan pertama misalnya berkaitan dengan lamanya seseorang perempuan beresiko untuk hamil dan melahirkan. Perkawinan umur dini juga akan berakibat pada besarnya angka perceraian, ketidaksiapan orang tua untuk pengasuhan anak serta kurang matangnya perempuan menjalankan tugas dan fungsinya dalam rumah tangga.

Tabel 11: Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Status kawin, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014. n % n % n % n % n % 00-04 95,457 14.91 0 0.00 0 0.00 0 0.00 95,457 5.76 05-09 118,897 18.57 0 0.00 0 0.00 0 0.00 118,897 7.18 10-14 132,120 20.64 14 0.00 0 0.00 0 0.00 132,134 7.98 15-19 120,754 18.86 3,639 0.40 84 0.29 12 0.01 124,489 7.52 20-24 89,056 13.91 34,452 3.83 678 2.31 75 0.09 124,261 7.5 25-29 42,165 6.59 74,244 8.25 1,957 6.67 223 0.26 118,589 7.16 30-34 20,588 3.22 107,889 11.99 3,577 12.19 536 0.62 132,590 8.01 35-39 9,442 1.47 118,248 13.14 4,311 14.69 1,230 1.41 133,231 8.04 40-44 4,798 0.75 125,169 13.91 4,675 15.93 2,265 2.60 136,907 8.27 45-49 2,666 0.42 119,241 13.25 4,154 14.15 4,323 4.96 130,384 7.87 50-54 1,482 0.23 97,480 10.83 3,213 10.95 6,511 7.48 108,686 6.56 55-59 976 0.15 76,139 8.46 2,385 8.13 9,299 10.68 88,799 5.36 60-64 628 0.10 56,837 6.32 1,718 5.85 11,469 13.17 70,652 4.27 65-69 437 0.07 38,425 4.27 1,125 3.83 13,781 15.82 53,768 3.25 70-74 296 0.05 26,441 2.94 780 2.66 14,312 16.43 41,829 2.53 >=75 377 0.06 21,514 2.39 692 2.36 23,053 26.47 45,636 2.76 Jumlah 640,139 100 899,732 100 29,349 100 87,089 100 1,656,309 100 Total Kel

Umur Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati

STATUS KAWIN

(27)

Tabel.11. menyajikan komposisi penduduk menurut status kawin di Kabupaten Banyuwangi. Tabel tersebut menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Banyuwangi didominasi oleh penduduk berstatus kawin yakni 54,32 persen.

Jika dikaitkan dengan umur nampak bahwa proporsi penduduk yang berstatus belum kawin pada kelompok umur 10-14 tahun cukup tinggi, sedangkan yang berstatus kawin proporsi tertinggi pada kelompok umur 30-49 tahun. Banyaknya proporsi penduduk muda yang belum kawin diduga disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk yang berada pada umur sekolah ditambah dengan mereka yang berstatus bekerja.

Menarik untuk diperhatikan adalah mereka yang berstatus cerai baik cerai hidup maupun cerai mati. Proporsi penduduk yang berstatus cerai hidup lebih banyak berada pada umur 35-49 tahun, sementara penduduk yang berstatus cerai mati lebih banyak berada pada kelompok umur di atasnya yakni 55 tahun ke atas. Penduduk berumur muda yang cerai hidup biasanya segera melakukan perkawinan kembali sehingga proporsi mereka lebih rendah dibandingkan dengan penduduk yang berstatus cerai mati.

Rata-Rata Umur Kawin Pertama

Umur kawin pertama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi fertilitas. Umur kawin pertama mempunyai korelasi negatif dengan tingkat fertilitas seorang perempuan, artinya semakin tua umur kawin pertama perempuan, maka semakin kecil potensi perempuan tersebut untuk melahirkan banyak anak. Hal ini terjadi karena semakin tinggi umur kawin pertama seorang perempuan, maka semakin pendek masa usia suburnya dan pada akhirnya akan menurunkan tingkat fertilitas perempuan tersebut.

(28)

Tabel 12: Penduduk Rata-Rata Usia Kawin Pertama, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014. PEREMPUAN LAKI-LAKI 1 Pesanggaran 24 29 2 Bangorejo 24 30 3 Purwoharjo 24 29 4 Tegaldlimo 24 29 5 Muncar 24 29 6 Cluring 24 30 7 Gambiran 24 30 8 Srono 23 29 9 Genteng 25 30 10 Glenmore 24 29 11 Kalibaru 23 28 12 Singojuruh 22 28 13 Rogojampi 23 28 14 Kabat 22 28 15 Glagah 22 28 16 Banyuwangi 25 29 17 Giri 22 28 18 Wongsorejo 23 27 19 Songgon 22 28 20 Sempu 24 29 21 Kalipuro 23 27 22 Siliragung 24 29 23 Tegalsari 24 30 24 Licin 22 28 23 29

NO KECAMATAN RATA-RATA USIA KAWIN PERTAMA

Jumlah Rata-rata

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014, diolah.

Angka perkawinan umur pertama masing-masing kecamatan sebagaimana pada tabel 12, sehingga dapat dilihat rata-rata perkawinan umur pertama di Kabupaten Banyuwangi adalah perempuan 23 tahun dan laki-laki 29 pada tahun 2014 (Angka ini diperoleh dari data SIAK terolah).

(29)

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kecacatan

Informasi tentang banyaknya penduduk penyandang cacat dan jenis kecacatannya sangat diperlukan dalam memberikan program pelayanan publik yang ramah penyandang cacat. Selama ini perhatian pemerintah dianggap kurang dan masih banyak perlakuan diskriminatif dalam pelayanan publik kepada kelompok ini. Informasi jumlah penyandang cacat terutama cacat fisik dapat digunakan untuk dasar perencanaan pembangunan berbagai fasilitas umum yang ramah penyandang cacat, pelayanan fasilitas pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja dan lain sebagainya. Data SIAK mencakup data tentang penyandang cacat ini.

Tabel : 13. Jumlah dan Prosentase Penduduk Menurut Jenis Kecacatan ,

Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014.

n % n % n %

Cacat Fisik 142 0.017 107 0.013 249 0.015

Cacat Netra/Buta 89 0.011 94 0.011 183 0.011

Cacat Rungu/Wicara 107 0.013 83 0.010 190 0.011

Cacat Mental/Jiwa 127 0.015 89 0.011 216 0.013

Cacat Fisik dan Mental 26 0.003 25 0.003 51 0.003

Cacat Lainnya 22 0.003 25 0.003 47 0.003

Jumlah 513 54.81 423 45.19 936 100

PENYANDANG CACAT LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014, diolah.

Pada Tabel. 13. terlihat bahwa jumlah penduduk penyandang cacat di Kabupaten Banyuwangi tidak terlalu besar yaitu 936 jiwa, jika dibandingkan dengan jumlah seluruh penduduk Kabupaten Banyuwangi yaitu 1.656.309 jiwa. (0,05%), Meskipun proporsinya kecil, penduduk penyandang cacat tetap harus menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk tetap memberikan pelayanan sosial bagi mereka seperti pendidikan, kesehatan, fasilitas layanan umum lainnya. Dilihat dari jenis kecacatan, jumlah terbesar adalah penyandang cacat fisik yaitu 249 orang,

(30)

diikuti penyandang cacat Mental/Jiwa sebesar 216 orang ini ada kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya, dan terkecil adalah penyandang cacat Fisik dan Mental dan catat lainya 51orang.

Jika dikaitkan dengan jenis kelamin, maka penyandang cacat terbesar adalah penduduk berjenis kelamin laki-laki dengan jenis kecacatan adalah cacat fisik yaitu sebesar 142 orang, diikuti cacat mental/jiwa yaitu 127 orang. Hal yang sama juga terjadi pada penyandang cacat perempuan yaitu sebesar 107 orang adalah penyandang cacat fisik dan 94 orang penyandang cacat tuna netra/buta.

D. Keluarga

Keluarga merupakan unit masyarakat terkecil dalam kehidupan. Data keluarga menjadi penting untuk menyusun berbagai program pembangunan seperti peningkatan ekonomi, penghasilan dan penanganan kemiskinan dan lain sebagainya. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat merupakan tempat pertama dan utama dalam tumbuh kembang anak, baik dari sisi fisik, pembentukan karakter dan pengembangan intelektual. Oleh sebab itu perencanaan keluarga menjadi penting, tidak hanya jumlah anggota keluarga tetapi juga kualitasnya.

1. Jumlah Keluarga dan Rata-Rata Jumlah Anggota Keluarga

Keluarga dibentuk dari sekelompok orang yang terikat dan mempunyai hubungan kekerabatan karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Unit keluarga menjadi hal penting untuk berbagai intervensi seperti penanganan kemiskinan, keluarga berencana, kesehatan dan lain sebagainya. Keluarga terbagi menjadi dua yaitu keluarga inti/batih (nuclear family) dan keluarga luas (extended family). Besarnya jumlah anggota keluarga biasanya digunakan untuk menggambarkan kesejahteraan keluarga, dimana semakin kecil jumlah anggota keluarga diasumsikan akan semakin tinggi tingkat kesejahteraannya.

(31)

Tabel 14 : Jumlah Penduduk, Jumlah Keluarga, dan Rata-Rata Jumlah Anggota Keluarga, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014.

n (jiwa) % n (jiwa) % 1 Pesanggaran 49,775 3.01% 16,196 2.97% 3.07 2 Bangorejo 62,307 3.76% 20,147 3.70% 3.09 3 Purwoharjo 66,735 4.03% 22,002 4.04% 3.03 4 Tegaldlimo 65,891 3.98% 21,771 3.99% 3.03 5 Muncar 132,744 8.01% 40,986 7.52% 3.24 6 Cluring 75,536 4.56% 24,927 4.57% 3.03 7 Gambiran 63,673 3.84% 20,296 3.72% 3.14 8 Srono 94,119 5.68% 31,353 5.75% 3.00 9 Genteng 89,793 5.42% 27,368 5.02% 3.28 10 Glenmore 75,733 4.57% 23,949 4.39% 3.16 11 Kalibaru 65,247 3.94% 20,886 3.83% 3.12 12 Singojuruh 51,512 3.11% 17,983 3.30% 2.86 13 Rogojampi 98,518 5.95% 34,042 6.24% 2.89 14 Kabat 72,677 4.39% 24,973 4.58% 2.91 15 Glagah 34,953 2.11% 12,837 2.35% 2.72 16 Banyuwangi 114,584 6.92% 36,855 6.76% 3.11 17 Giri 29,505 1.78% 10,507 1.93% 2.81 18 Wongsorejo 74,123 4.48% 25,140 4.61% 2.95 19 Songgon 56,747 3.43% 19,733 3.62% 2.88 20 Sempu 79,661 4.81% 25,796 4.73% 3.09 21 Kalipuro 78,968 4.77% 27,127 4.98% 2.91 22 Siliragung 46,816 2.83% 14,835 2.72% 3.16 23 Tegalsari 48,361 2.92% 15,162 2.78% 3.19 24 Licin 28,331 1.71% 10,367 1.90% 2.73 1,656,309 100.00% 545,238 100.00% 3.04 Jumlah Rata-rata Anggota Keluarga Jumlah

No Kecamatan Penduduk Kepala Keluarga

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014, diolah.

Jumlah keluarga di Kabupaten Banyuwangi sebanyak 545.238 keluarga yang terbesar tersebar di 4 kecamatan. Kecamatan Muncar memiliki jumlah keluarga terbesar yaitu 40.986 keluarga (7,57%) kemudian disusul oleh kecamatan Banyuwangi sebanyak 36.855 keluarga (6,76%), Kecamatan Rogojampi sebanyak 34.042 keluarga (6,24%), dan Kecamatan Srono sebanyak 31.353 keluarga (5,75%). Sedangkan jumlah keluarga terkecil berada di Kecamatan Giri yaitu 10.507 keluarga (1,93%), dan Kecamatan Licin sebanyak 10.367 keluarga (1.90%).

(32)

Rata-rata jumlah anggota keluarga di Kabupaten Banyuwangi sebanyak 2,85 per keluarga. Ini menunjukkan bahwa keluarga di Banyuwangi lebih banyak merupakan keluarga inti dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 2-3 orang. Bila diperhatikan menurut kecamatan, rata-rata jumlah anggota keluarga di setiap Kecamatan juga terdiri dari 2-3 orang per keluarga.

3. Status Hubungan dengan Kepala Keluarga.

Tabel 15 Jumlah Penduduk Berdasarkan Status Hubungan dengan Kepala Keluarga, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014.

n % n % n % Kepala Keluarga 455,523 54.66 89,715 10.90 545,238 32.92 Suami 172 0.02 0 0.00 172 0.01 Istri 0 0.00 406,610 49.41 406,610 24.55 Anak 345,888 41.50 275,236 33.45 621,124 37.50 Menantu 2,552 0.31 2,188 0.27 4,740 0.29 Cucu 13,697 1.64 10,841 1.32 24,538 1.48 Orang tua 2,377 0.29 16,730 2.03 19,107 1.15 Mertua 1,471 0.18 9,062 1.10 10,533 0.64 Famili lain 10,229 1.23 10,642 1.29 20,871 1.26 Pembantu 28 0.00 104 0.01 132 0.01 Lainnya 1,448 0.17 1,796 0.22 3,244 0.20 Jumlah 833,385 100.00 822,924 100.00 1,656,309 100.00 Status Hubungan Dengan Kepala Keluarga

Laki-laki Perempuan Laki-laki dan

Perempuan

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014, diolah.

Status hubungan anggota keluarga dengan kepala keluarga diperlukan untuk melihat komposisi anggota keluarga, pola pengaturan tempat tinggal dan pola pengasuhan anak. Dari Tabel. 15. nampak bahwa kepala keluarga laki-laki umumnya mempunyai pasangan/isteri yaitu dari 455.523 kepala keluarga laki-laki (54,66%) yang mempunyai isteri sebanyak

(33)

406.610 orang (49,41%), sedangkan dari 89.715 kepala keluarga perempuan (10,90%) hanya 172 orang (0,25%) saja yang bersuami. Hal ini menunjukkan bahwa kepala keluarga perempuan pada umumnya berstatus lajang baik mereka yang belum pernah kawin maupun mereka yang berstatus janda. Perempuan berstatus kepala keluarga ini perlu mendapat perhatian lebih,

karena pada umumnya keluarga yang dikepalai oleh kepala keluarga perempuan mempunyai tingkat kesejahteraan lebih rendah dibandingkan keluarga yang dikepalai oleh laki-laki.

Adapun proporsi anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah yang berstatus menantu, cucu, orang tua, mertua, dan famili lain menunjukkan proporsi yang rendah yaitu sekitar 5,03 persen. Ini mencerminkan bahwa keluarga luas di Kabupaten Banyuwangi jumlahnya tidak besar.

3. Karakteristik Kepala Keluarga

Karakteristik kepala keluarga berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, status kesehatan, pekerjaan penting untuk diketahui, berkaitan dengan perencanaan kebijakan pelayanan kebutuhan dasar berbasis keluarga seperti ketersediaan pangan, pendidikan, kesehatan, perumahan, kemiskinan, dan lain-lain.

Tabel 16. Jumlah dan Proporsi Kepala Keluarga Menurut Status Kawin dan Jenis Kelamin, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014.

n % n % n % 1 Belum Kawin 6,647 1.5 2,720 3.0 9,367 1.7 2 Kawin 433,795 95.2 26,608 29.7 460,403 84.4 3 Cerai Hidup 6,603 1.4 12,410 13.8 19,013 3.5 4 Cerai Mati 8,478 1.9 47,977 53.5 56,455 10.4 455,523 100 89,715 100 545,238 100

No Status Kepala Keluarga Laki-laki Perempuan Jumlah

Jumlah

(34)

Pada umumnya kepala keluarga berstatus kawin (84,4%), dan pada umumnya laki-laki (95,2%). Kepala keluarga yang berstatus belum kawin hanya 1,7%, meskipun demikian perlu dikaji kembali apakah mereka yang berstatus lajang ini memiliki anggota keluarga atau dia hidup sendirian. Kepala keluarga yang berstatus cerai baik cerai hidup maupun cerai mati, persentase perempuan jauh lebih besar dibandingkan laki-laki yaitu masing-masing 53,5% dan 1.9%. Kemungkinan laki-laki setelah menduda cepat untuk kawin lagi, sehingga menyebabkan perbedaan persentase tersebut. Selain itu, perempuan yang berstatus cerai baik hidup maupun mati, mempunyai pertimbangan untuk melakukan kawin lagi terutama apabila mereka telah memiliki anak-anak yang biasanya menjadi tanggungjawab perempuan. Meskipun pada saat ini kecenderungan tersebut sudah mulai menurun tetapi kondisi ini masih terjadi. Faktor yang lain adalah mereka yang cerai mati, terjadi pada kelompok umur yang lebih tua, yang menyebabkan perempuan enggan untuk menikah kembali. Dalam administrasi kependudukan, perempuan berstatus kawin yang menjadi kepala keluarga juga diberikan kepada mereka yang berstatus sebagai istri kedua, ketiga maupun keempat. Oleh sebab itu proporsi perempuan kepala keluarga yang cukup besar (10,90%), diduga termasuk mereka yang menjadi kepala keluarga ini adalah menjadi isteri kedua, ketiga, dan seterusnya.

Disamping itu, terlihat pula adanya kepala keluarga yang berstatus belum kawin (lajang) sebanyak 1.7 persen. Proporsi kepala keluarga perempuan yang belum kawin lebih tinggi daripada kepala keluarga laki-laki. Biasanya kepala keluarga yang berstatus belum kawin merupakan anggota keluarga yang menggantikan orang tua yang meninggal, atau kepala keluarga tersebut hidup sendirian.

(35)

Tabel 17. Jumlah dan Proporsi Kepala Keluarga Menurut Kelompok Umur dan Status Kawin, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014.

n % n % n % n % n % 10-14 131 1.40 0 0.00 0 0.00 0 0.00 131 0.02 15-19 594 6.34 225 0.05 13 0.07 3 0.01 835 0.15 20-24 1,999 21.34 7,303 1.59 259 1.36 40 0.07 9,601 1.76 25-29 1,528 16.31 27,177 5.90 888 4.67 126 0.22 29,719 5.45 30-34 1,124 12.00 48,020 10.43 1,766 9.29 358 0.63 51,268 9.40 35-39 862 9.20 57,021 12.39 2,435 12.81 929 1.65 61,247 11.23 40-44 819 8.74 63,547 13.80 3,193 16.79 1,875 3.32 69,434 12.73 45-49 727 7.76 62,425 13.56 3,117 16.39 3,698 6.55 69,967 12.83 50-54 504 5.38 52,924 11.50 2,487 13.08 5,373 9.52 61,288 11.24 55-59 403 4.30 44,363 9.64 1,805 9.49 7,259 12.86 53,830 9.87 60-64 269 2.87 35,983 7.82 1,278 6.72 8,417 14.91 45,947 8.43 65-69 207 2.21 25,249 5.48 844 4.44 9,353 16.57 35,653 6.54 70-74 111 1.19 19,307 4.19 532 2.80 8,739 15.48 28,689 5.26 >75 89 0.95 16,859 3.66 396 2.08 10,285 18.22 27,629 5.07 Jumlah 9,367 100 460,403 100 19,013 100 56,455 100 545,238 100 Kelompok Umur

Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Jumlah

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014, diolah.

Dari Table. 17. terlihat bahwa mayoritas keluarga di Kabupaten Banyuwangi dikepalai oleh kepala keluarga yang berumur antara 35-54 tahun. Ini menunjukkan bahwa Kabupaten Banyuwangi merupakan keluarga yang berada pada kelompok produktif dan yang menarik adalah adanya kepala keluarga pada kelompok umur di bawah 15 tahun yaitu 0,02 persen.

Proporsi tertinggi kepala keluarga berstatus kawin berada pada kelompok umur 30-54 tahun, hal Ini menunjukkan bahwa kepala keluarga di Kabupaten Banyuwangi berada pada kelompok produktif. Sedangkan kepala keluarga yang berstatus belum kawin terbesar juga berada pada kelompok umur 20-34 tahun, kepala keluarga yang berstatus cerai hidup tertinggi berada pada kelompok umur 35-54 tahun serta kepala keluarga berstatus cerai mati berada pada kelompok umur 55 tahun ke atas.

(36)

Tabel 18. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014.

n % n % n %

Tidak/Belum Sekolah 15,278 3.35 13,481 15.03 28,759 5.27

Belum Tamat SD/Sederajat 16,298 3.58 8,264 9.21 24,562 4.50

Tamat SD/Sederajat 218,644 48.00 47,325 52.75 265,969 48.78 SLTP/Sederajat 87,248 19.15 10,198 11.37 97,446 17.87 SLTA/Sederajat 95,456 20.96 8,533 9.51 103,989 19.07 Diploma I/II 1,762 0.39 235 0.26 1,997 0.37 Akademi/Diploma III/SARMUD 3,147 0.69 315 0.35 3,462 0.63 Diploma IV/Strata I 16,556 3.63 1,273 1.42 17,829 3.27 Strata II 1,073 0.24 65 0.07 1,138 0.21 Strata III 61 0.01 26 0.03 87 0.02 Jumlah 455,523 100 89,715 100 545,238 100

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014, diolah.

Dari Tabel. 18. di atas, terlihat bahwa sebagian besar kepala keluarga berpendidikan Tamat SD/Sederajat yaitu sebesar 48,78 persen, disusul dengan Tamat SLTA/Sederajat sebesar 19,7 persen, dan SLTP/Sederajat sebesar 17,87 persen. Proporsi kepala keluarga yang berpendidikan D1/D2/D3 sebesar kurang 1 persen dan S1/S2/S3 sebesar 3,5 persen , dan masih adanya kepala keluarga yang tidak sekolah dan belum tamat SD persentasenya mencapai 5,27 persen, hal ini menunjukkan bahwa tinggkat pendidikan Kepala Keluarga rata rata di Kabupaten Banyuwangi dibangdingkan tahun 2013 meningkat yang sebelumnya untuk Tingkat SLTA/Sederajat 19 persen dan S1/S2/S3 hanya 3 persen dan yang khusus untuk tidak sekolah dan belum tamat SD sebesar 6 persen ini sudah menurun hal ini menunjukkan adanya peningkatan tingkat pendidikan.

Tabel 19. Distribusi Kepala Keluarga Menurut Jenis Kegiatan dan Jenis Kelamin, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014.

(37)

n % n % n %

1 2 3 4 5 6 7

Bekerja 445,047 97.70 72,500 80.81 517,547 94.92

Belum/Tidak Bekerja 3,311 0.73 3,994 4.45 7,305 1.34

Mengurus Rumah Tangga 3 0.001 11,266 12.56 11,269 2.07

Pelajar/Mahasiswa 1,128 0.25 883 0.98 2,011 0.37

Pensiunan 6,034 1.32 1,072 1.19 7,106 1.30

Jumlah 455,523 100 89,715 100 545,238 100

Status Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014, diolah.

Untuk itu pemerintah Kabupaten Banyuwangi perlu memperhatikan keluarga yang dikepalai oleh kepala keluarga yang tidak bekerja, walaupun proporsi mereka kecil. Kepala keluarga yang tidak bekerja, dapat disebabkan karena sudah memasuki usia pensiun atau memang tidak mampu masuk ke pasar kerja. Untuk mereka ini perlu diberikan intervensi untuk membantu meningkatkan status kesejahteraan mereka, karena pada umumnya keluarga yang dikepalai oleh kepala keluarga yang tidak bekerja memiliki status ekonomi yang rendah. Karena bagaimana mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan diduga mereka tidak mempunyai penghasilan, sehingga pemerintah Kabupaten Banyuwangi perlu membuat perencanaan pelayanan kebutuhan dasar penduduk.

Selanjutnya Tabel. 20. menunjukkan jenis pekerjaan yang banyak digeluti oleh kepala keluarga sebagai pekerjaan pokok dan sumber pendapatan keluarga untuk menunjang perekonomian dalam memenuhi kebutuhan kehidupan keluarga.

(38)

Tabel 20. Distribusi Kepala Keluarga Menurut Jenis Pekesjaan dan Jenis Kelamin, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014.

Laki-laki % Perempuan % Jumlah %

1 Belum/Tidak Bekerja 3,311 0.727 3,994 4.452 7,305 1.340

2 Mengurus Rumah Tangga 3 0.001 11,266 12.558 11,269 2.067

3 Pelajar/Mahasiswa 1,128 0.248 883 0.984 2,011 0.369

4 Pensiunan 6,034 1.325 1,072 1.195 7,106 1.303

5 Pegawai Negeri Sipil 8,531 1.873 592 0.660 9,123 1.673

6 TNI 964 0.212 1 0.001 965 0.177 7 Kepolisian 1,013 0.222 2 0.002 1,015 0.186 8 Perdagangan 6,207 1.363 1,685 1.878 7,892 1.447 9 Pertanian/Pekebun 121,185 26.604 25,708 28.655 146,893 26.941 10 Peternak 161 0.035 24 0.027 185 0.034 11 Nelayan/Perikanan 7,541 1.655 76 0.085 7,617 1.397 12 Industri 585 0.128 120 0.134 705 0.129 13 Konstruksi 629 0.138 5 0.006 634 0.116 14 Transportasi 755 0.166 6 0.007 761 0.140 15 Karyawan Swasta 30,495 6.695 2,833 3.158 33,328 6.113 16 Karyawan BUMN 3,244 0.712 181 0.202 3,425 0.628 17 Karyawan BUMD 259 0.057 23 0.026 282 0.052 18 Karyawan Honorer 234 0.051 23 0.026 257 0.047

19 Buruh Harian Lepas 19,900 4.369 6,136 6.839 26,036 4.775

20 Buruh Tani/Perkebunan 15,349 3.370 5,664 6.313 21,013 3.854

21 Buruh Nelayan/Perikanan 186 0.041 53 0.059 239 0.044

22 Buruh Peternakan 14 0.003 7 0.008 21 0.004

23 Pembantu Rumah Tangga 5 0.001 70 0.078 75 0.014

24 Tukang Cukur 11 0.002 1 0.001 12 0.002

25 Tukang Listrik 10 0.002 0 0.000 10 0.002

26 Tukang Batu 534 0.117 0 0.000 534 0.098

27 Tukang Kayu 391 0.086 0 0.000 391 0.072

28 Tukang Sol Sepatu 1 0.000 0 0.000 1 0.000

29 Tukang Las/Pandai Besi 31 0.007 0 0.000 31 0.006

30 Tukang Jahit 114 0.025 26 0.029 140 0.026 31 Tukang Gigi 6 0.001 0 0.000 6 0.001 32 Penata Rias 0 0.000 1 0.001 1 0.000 33 Penata Busana 1 0.000 0 0.000 1 0.000 34 Penata Rambut 3 0.001 1 0.001 4 0.001 35 Mekanik 119 0.026 0 0.000 119 0.022 36 Seniman 23 0.005 2 0.002 25 0.005 37 Tabib 3 0.001 0 0.000 3 0.001 38 Paraji 0 0.000 2 0.002 2 0.000 39 Perancang Busana 1 0.000 1 0.001 2 0.000 40 Penterjemah 2 0.000 1 0.001 3 0.001 41 Imam Masjid 8 0.002 0 0.000 8 0.001

(39)

Laki-laki % Perempuan % Jumlah %

1 Belum/Tidak Bekerja 3,311 0.727 3,994 4.452 7,305 1.340

2 Mengurus Rumah Tangga 3 0.001 11,266 12.558 11,269 2.067

3 Pelajar/Mahasiswa 1,128 0.248 883 0.984 2,011 0.369

4 Pensiunan 6,034 1.325 1,072 1.195 7,106 1.303

5 Pegawai Negeri Sipil 8,531 1.873 592 0.660 9,123 1.673

6 TNI 964 0.212 1 0.001 965 0.177 7 Kepolisian 1,013 0.222 2 0.002 1,015 0.186 8 Perdagangan 6,207 1.363 1,685 1.878 7,892 1.447 9 Pertanian/Pekebun 121,185 26.604 25,708 28.655 146,893 26.941 10 Peternak 161 0.035 24 0.027 185 0.034 11 Nelayan/Perikanan 7,541 1.655 76 0.085 7,617 1.397 12 Industri 585 0.128 120 0.134 705 0.129 13 Konstruksi 629 0.138 5 0.006 634 0.116 14 Transportasi 755 0.166 6 0.007 761 0.140 15 Karyawan Swasta 30,495 6.695 2,833 3.158 33,328 6.113 16 Karyawan BUMN 3,244 0.712 181 0.202 3,425 0.628 17 Karyawan BUMD 259 0.057 23 0.026 282 0.052 18 Karyawan Honorer 234 0.051 23 0.026 257 0.047

19 Buruh Harian Lepas 19,900 4.369 6,136 6.839 26,036 4.775

20 Buruh Tani/Perkebunan 15,349 3.370 5,664 6.313 21,013 3.854

21 Buruh Nelayan/Perikanan 186 0.041 53 0.059 239 0.044

22 Buruh Peternakan 14 0.003 7 0.008 21 0.004

23 Pembantu Rumah Tangga 5 0.001 70 0.078 75 0.014

24 Tukang Cukur 11 0.002 1 0.001 12 0.002

25 Tukang Listrik 10 0.002 0 0.000 10 0.002

26 Tukang Batu 534 0.117 0 0.000 534 0.098

27 Tukang Kayu 391 0.086 0 0.000 391 0.072

28 Tukang Sol Sepatu 1 0.000 0 0.000 1 0.000

29 Tukang Las/Pandai Besi 31 0.007 0 0.000 31 0.006

30 Tukang Jahit 114 0.025 26 0.029 140 0.026 31 Tukang Gigi 6 0.001 0 0.000 6 0.001 32 Penata Rias 0 0.000 1 0.001 1 0.000 33 Penata Busana 1 0.000 0 0.000 1 0.000 34 Penata Rambut 3 0.001 1 0.001 4 0.001 35 Mekanik 119 0.026 0 0.000 119 0.022 36 Seniman 23 0.005 2 0.002 25 0.005 37 Tabib 3 0.001 0 0.000 3 0.001 38 Paraji 0 0.000 2 0.002 2 0.000 39 Perancang Busana 1 0.000 1 0.001 2 0.000 40 Penterjemah 2 0.000 1 0.001 3 0.001 41 Imam Masjid 8 0.002 0 0.000 8 0.001

(40)

42 Pendeta 111 0.024 15 0.017 126 0.023 43 Pastor 1 0.000 0 0.000 1 0.000 44 Wartawan 68 0.015 1 0.001 69 0.013 45 Ustadz/Mubaligh 79 0.017 3 0.003 82 0.015 46 Juru Masak 0 0.000 2 0.002 2 0.000 47 Anggota DPR RI 2 0.000 0 0.000 2 0.000 48 Anggota DPD 2 0.000 1 0.001 3 0.001 49 Anggota BPK 0 0.000 0 0.000 0 0.000 50 Duta Besar 1 0.000 1 0.001 2 0.000 51 Bupati 1 0.000 0 0.000 1 0.000 52 Wakil Bupati 1 0.000 0 0.000 1 0.000 53 Anggota DPRD Kabupaten 23 0.005 0 0.000 23 0.004 54 Dosen 162 0.036 11 0.012 173 0.032 55 Guru 4,283 0.940 611 0.681 4,894 0.898 56 Pengacara 40 0.009 0 0.000 40 0.007 57 Notaris 14 0.003 2 0.002 16 0.003 58 Arsitek 5 0.001 0 0.000 5 0.001 59 Akuntan 2 0.000 0 0.000 2 0.000 60 Konsultan 12 0.003 1 0.001 13 0.002 61 Dokter 117 0.026 14 0.016 131 0.024 62 Bidan 1 0.000 35 0.039 36 0.007 63 Perawat 233 0.051 21 0.023 254 0.047 64 Apoteker 4 0.001 1 0.001 5 0.001 65 Psikiater/Psikolog 1 0.000 0 0.000 1 0.000 66 Penyiar Radio 1 0.000 0 0.000 1 0.000 67 Pelaut 197 0.043 0 0.000 197 0.036 68 Peneliti 8 0.002 1 0.001 9 0.002 69 Sopir 2,622 0.576 0 0.000 2,622 0.481 70 Pialang 1 0.000 0 0.000 1 0.000 71 Paranormal 4 0.001 0 0.000 4 0.001 72 Pedagang 6,629 1.455 1,708 1.904 8,337 1.529 73 Perangkat Desa 4,106 0.901 694 0.774 4,800 0.880 74 Kepala Desa 315 0.069 24 0.027 339 0.062 75 Biarawati 58 0.013 30 0.033 88 0.016 76 Wiraswasta 207,135 45.472 25,996 28.976 233,131 42.758 77 Lainnya 292 0.064 84 0.094 376 0.069 455,522 100 89,715 100 545,237 100 Jumlah

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014, diolah.

Dilihat dari kegiatan ekonomi, 42 persen kepala keluarga di Kabupaten Banyuwangi adalah bekerja dengan jenis pekerjaan terbesar adalah sebagai wiraswasta yaitu 42 persen, diikuti pertanian/pekebun yaitu 26 persen, dan karyawan swasta yaitu 6 persen.

(41)

Proporsi kepala keluarga laki-laki yang bekerja sebagai wiraswasta lebih tinggi dibandingkan kepala keluarga perempuan.

(42)

BAB IV

KUALITAS PENDUDUK

Kualitas penduduk biasanya diukur dari tingkat kesehatan, pendidikan, masalah sosial dan lain sebagainya. Secara internasional kualitas pembangunan manusia diukur dengan Indikator Pembangunan Manusia yang terdiri dari tingkat pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah), kesehatan (angka kematian bayi dan angka harapan hidup waktu lahir) serta kesejahteraan yang diukur dengan penghasilan per kapita.

A. Kelahiran dan Kematian

Rasio Anak dan Perempuan (Child Women Ratio/CWR)

Rasio anak dan perempuan adalah perbandingan antara anak di bawah usia lima tahun dengan jumlah penduduk perempuan usia produktif (15-49 tahun) disuatu wilayah dan waktu tertentu. Rasio anak dan perempuan bisa digunakan untuk melihat jumlah kelahiran yang terjadi selama 5 tahun yang lalu.

Tabel 21. Rasio Anak dan Perempuan, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014.

Anak Perempuan 0 - 4 Tahun 15 - 49 Tahun 1 Pesanggaran 2,960 13,821 21 2 Bangorejo 3,231 17,065 19 3 Purwoharjo 3,252 18,298 18 4 Tegaldlimo 3,515 18,043 19 5 Muncar 7,533 36,630 21 6 Cluring 4,129 20,023 21 7 Gambiran 3,721 17,245 22 8 Srono 5,330 25,354 21 9 Genteng 5,399 24,131 22 10 Glenmore 4,082 20,206 20 11 Kalibaru 3,529 17,984 20 No Kecamatan CWR

(43)

12 Singojuruh 3,033 13,580 22 13 Rogojampi 5,708 25,825 22 14 Kabat 4,442 19,461 23 15 Glagah 1,979 9,097 22 16 Banyuwangi 7,413 30,434 24 17 Giri 1,878 7,857 24 18 Wongsorejo 4,335 20,631 21 19 Songgon 3,440 14,848 23 20 Sempu 4,765 21,660 22 21 Kalipuro 4,902 22,149 22 22 Siliragung 2,535 12,827 20 23 Tegalsari 2,921 13,202 22 24 Licin 1,425 7,824 18 95,457 448,195 21 Jumlah

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014, diolah.

Pada tahun 2014, besarnya rasio anak dan perempuan di Kabupaten Banyuwangi sebesar 21. Hal ini berarti bahwa diantara 100 perempuan usia produktif terdapat 21 balita. Angka ini mengindikasikan tingkat fertilitas yang masih cukup tinggi karena masih besarnya jumlah anak balita. CWR tertinggi di dua ( 2 ) Kecamatan yaitu, Banyuwangi dan Giri, masing-masing sebesar 24, Sedangkan CWR terendah di dua ( 2 ) Kecamatan Purwoharjo dan Licin yaitu sebesar 18.

B. Ekonomi

1. Angkatan Kerja menurut Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Angkatan Kerja adalah penduduk usia 15 tahun keatas (Tenaga Kerja/ manpower) dan tidak termasuk didalamnya penduduk yang sedang sekolah, pensiunan, mengurus rumah tangga, dan lainnya. Angkatan Kerja dibagi 2 (dua) yaitu bekerja (employed) dan mencari pekerjaan/menganggur (unemployed)

Gambar

Tabel  1.    Jumlah Penduduk menurut  Kecamatan dan Jenis Kelamin, Kabupaten  Banyuwangi, Tahun 2014
Tabel 2.  Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten  Banyuwangi Tahun 2014
Tabel 3 :   Angka  Pertumbuhan  Penduduk  Kabupaten  Banyuwangi,  Tahun  2014  n (jiwa) % n (jiwa) % 1 2 3 4 5 6 1 Pesanggaran 51,030 3.14 49,775 3.01 2 Bangorejo 64,338 3.95 62,307 3.76 3 Purwoharjo 67,693 4.16 66,735 4.03 4 Tegaldlimo 59,646 3.67 65,891
Tabel  4.  Jumlah  dan  Proporsi  Penduduk  Berdasarkan  Kelompok    Umur  Dan  Jenis Kelamin, Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Banyaknya Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Bogorejo, Tahun 2014. Kelompok

Berdasarkan pada hasil dari perhitungan Analisa Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio), Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio), Analisa Rasio Aktivitas (Activity Ratio),

Pembekalan pengetahuan ini akan memberikan pengetahuan kepada calon wasit tentang kondisi cedera yang terjadi pada atlet, dan wasit akan mampu memberikan

Pada tahun 2019, rasio jenis kelamin penduduk Kota Palangka Raya sebesar 105,05 yang berarti jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibanding jumlah penduduk perempuan atau

Selain itu beliau adalah pendakwah yang aktif dalam dunia politik pada masa mudanya, dan penentangan keras Shaykh Muim terhadap gerakan PKI ini, telah menjadikan

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 36 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2021 tentang Badan Percepatan Penyelenggaraan Perumahan, perlu

fekunditas tinggi, toleran terhadap lingkungan dan mampu menerima pakan buatan dengan baik, sehingga sangat tepat diintroduksikan pada masyarakat untuk dibudidayakan (Slamat

Adsorpsi fisika terjadi bila gaya intermolekular lebih besar dari gaya tarik antar molekul atau gaya tarik menarik yang relatif lemah antara adsorbat dengan