• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAR PENGESAHAN Satuan Kerja (Satker) : Pusat Penelitian Sosial Perikanan Judul Kegiatan : Panel Kelautan (PANELKANAS) Status : Baru/ Lanjutan *) Pa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBAR PENGESAHAN Satuan Kerja (Satker) : Pusat Penelitian Sosial Perikanan Judul Kegiatan : Panel Kelautan (PANELKANAS) Status : Baru/ Lanjutan *) Pa"

Copied!
241
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR TAHUN

TA. 2016

PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL

(PANELKANAS)

Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan

2016

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Kerja (Satker) : Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Judul Kegiatan : Panel Kelautan dan Perikanan Nasional

(PANELKANAS)

Status : Baru/ Lanjutan *)

Pagu Anggaran : Rp

2.000.000.000,-Tahun Anggaran : 2016

Sumber Anggaran : APBN/APBNP *)

DIPA Satker Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Tahun 2016

Pejabat Penanggungjawab Output

(PPO) : Dr. Ir. Tukul Rameyo Adi, M.T

NIP. 19610210 199003 1 001 Penanggung Jawab Pelaksana Output

(PJPO) : Andrian Ramadhan, M.T

NIP. 19810703 200502 1 002

Pejabat Penanggung Jawab Output

(Dr. Ir. Tukul Rameyo Adi, M.T) NIP.19610210 199003 1 001

Jakarta, Desember 2016

Penanggung Jawab Pelaksana Output

(Andrian Ramadhan, M.T) NIP. 19810703 200502 1 002 Mengetahui/Menyetujui:

Kepala Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Dr. Ir. Tukul Rameo Adi, MT NIP. 19610210 1990 03 1 001

(3)

RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN PENELITIAN

TA. 2016

PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL

(PANELKANAS)

Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

(4)

ii

2016

LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Kerja (Satker) : Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Judul Kegiatan : Panel Kelautan dan Perikanan Nasional

(PANELKANAS)

Status : Baru/ Lanjutan *)

Pagu Anggaran : Rp

2.000.000.000,-Tahun Anggaran : 2016

Sumber Anggaran : APBN/APBNP *)

DIPA Satker Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Tahun 2016

Pejabat Penanggungjawab Output

(PPO) : Dr. Ir. Tukul Rameyo Adi, M.T

NIP. 19610210 199003 1 001 Penanggung Jawab Pelaksana Output

(PJPO) : Andrian Ramadhan, M.T

NIP. 19810703 200502 1 002

Pejabat Penanggung Jawab Output

(Dr. Ir. Tukul Rameyo Adi, M.T) NIP.19610210 199003 1 001

Jakarta, Januari 2016

Penanggung Jawab Pelaksana Output

(Andrian Ramadhan, M.T) NIP. 19810703 200502 1 002 Mengetahui/Menyetujui:

Kepala Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Dr. Ir. Tukul Rameo Adi, MT NIP. 19610210 1990 03 1 001

(5)

iii RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN

PUSATPENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN 1. JUDUL KEGIATAN : Panel Kelautan Dan Perikanan Nasional

(Panelkanas)

2. SUMBER DAN TAHUN

ANGGARAN : APBN/ APBNP 2016

3. STATUS PENELITIAN : Baru Lanjutan

Perkembangan Kegiatan PANELKANAS

Kegiatan PANELKANAS pertama kali diinisiasi pada tahun 2006 ketika Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan terbentuk. Penelitian ini dibentuk atas dasar kebutuhan data mikro usaha kelautan dan perikanan yang terpantau secara berkelanjutan. Harapan utama dari kegiatan ini adalah menjadi penyuplai data bagi perumusan kebijakan terkait usaha kelautan dan perikanan. Secara ringkas kegiatan dan hasil penelitian yang dilakukan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2015 tersaji pada tabel berikut

Tahun Kegiatan Hasil

2006 -Identifikasi desa-desa kelautan dan perikanan berbasis tipologi -Survey dan Verifikasi Lapangan

- Jumlah masyarakat nelayan yang penghidupannya bersumber dari perikanan laut umumnya lebih dari 50 % KK dari total KK yang ada di desa–desa pantai/pesisir. Ditinjau dari segi ekonomi masyarakat di desa nelayan ditentukan oleh tingkat pendidikan yang bersumber dari pemanfaatan sumberdaya. Pendapatan rata-rata menurut responden adalah 9 juta per tahun.

- Teknologi budidaya ditambak masih dilakukan dengan tradisional. Produktivitas usaha budidaya laut masih < 100 ton/tahun (5,95 hingga 40 ton/ha/tahun) atau termasuk kategori rendah

- Sumber penghasilan masyarakat di desa perikanan tangkap perairan umum lainnya adalah petani, pedagang dan pegawai. Kesejahteraan masyarakat masih cukup rendah yaitu dibawah Rp.750.000.-/bulan Hampir seluruh masyarakat yang tinggal di sekitar desa melakukan kegiatan penangkapan ikan

- Persentase penggunaan lahan desa lebih dari 50 persen dimanfaatkan sebagai tambak garam dengan rata-rata kepemilikan lahan lebih dari 1 hektar dan luasan petak rata-rata 150-300m2. Produktivitas rata-rata-rata-rata 60 - 200 ton per musim tanam per unit usaha.

2007 - Sensus dan Survey rumah tangga : 9 Lokasi (3 PTL, 2 PTPUD, 2 PB, 2 TG)

- Jumlah trip dalam satu tahun bervariasi dari 244-344 hari per tahun tergantung tahun

- Pendapatan nelayan tangkap laut dalam satu tahun berkisar antara Rp. 13.502.000/tahun sampai dengan Rp 20.120.000/tahun

- Pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga berkisar antara Rp. 67.800 sampai dengan Rp. 120.000 per minggu.

(6)

iv - Analisis

kinerja makro

waduk rata-rata adalah sebesar Rp. 7.969.079/tahun dan nelayan rawa banjiran Rp. 6.116.626/tahun

- Pendapatan dari kegiatan perikanan pada petambak rata-rata adalah sebesar Rp. 24.865.250,-/tahun dan pembudidaya KJA Rp. 47.240.259,-/tahun.

- Indikator kinerja makro sektor kelautan dan perikanan dengan pendekatan melihat pada faktor Driven, Pressure, State, Impact dan Respons (DPSIR)

2008 - Survey topik terpilih rumah tangga pd 12 lokasi (4 PTL, 2 PTPUD, 3 PB, 2 TG, 1 WB)

- Pendapatan nelayan tangkap berkisar Rp. 13.502.000/tahun Rp 20.120.000/tahun

- NTN berkisar dari 0,76 sampai dengan 1,36

- Rata-rata penerimaan petambak dari komoditas udang pada tambak polikultur dalam satu tahun sebesar Rp 20,369,531,-(36,76%) dan rata-rata penerimaan bandeng sebesar Rp 35,048,438,- (63,24%).

- Rata-rata total pendapatan keluarga pembudidaya KJA sebesar Rp 20,213,125,-/tahun. Pendapatan keluarga terbesar sebesar Rp 34,500,000,-/tahun

- keuntungan usaha nelayan ptpud pada tahun 2008 mengalami penurunan dari Rp.7,395,808.- pada tahun 2007 menjadi Rp.4,234,406. pada tahun 2008 keuntungan nelayan rawa banjiran mengalami penurunan dari Rp.13,315,531 menjadi Rp.13,195,217 - 200 9 Survey rumah tangga 13 lokasi (5 PTL, 2 PTPUD, 4 PB, 2 TG)

- Dinamika usaha dari hasil survey baseline tahun 2007 dengan hasil monitoring pada 2009, maka terlihat bahwa – meskipun sebagian besar responden mengalami peningkatan – telah terjadi penurunan nilai rasio Penerimaan terhadap Biaya pada beberapa responden di dua lokasi-Desa Ketapang Barat dan Desa Batu Lubang

- Keuntungan pembudidaya ikan KJA dari tahun 2007-2009 mengalami penurunan sebesar 69.60% dari Rp 36.273.000 pada tahun 2007 menjadi Rp. 9.475.000 pada tahun 2009. Kondisi tersebut memberikan pengaruh pada konsumsi RTP KJA tahun 2009 menurun sebesar 66% dari tahun 2007 menjadi Rp. 15.444.000. Faktor penyebab penurunan keuntungan RTP KJA adalah kenaikan harga pakan dan benih pada komponen biaya. Sedangkan keuntungan usaha dari RTP pembudidaya tambak mengalami kenaikan sebesar Rp. 2.352.000. yaitu dari Rp. 15.791.000 tahun 2008 menjadi Rp 18.143.000 pada tahun 2009

- Selama rentang waktu tiga tahun tersebut kondisi usaha penangkapan ikan yang dilaksanakan oleh masyarakat nelayan di perairan umum rawa pada desa contoh tidak banyak mengalami perubahan yang memberikan arti ke arah yang lebih baik bagi kehidupan. Kondisi ini memperlihatkan bahwa tidak meningkatnya akumulasi aset pada masyarakat nelayan. - Dari aspek pendapatan rumah tangga pelaku usaha pariwisata

bahari, penyedia jasa transportasi di Karimunjawa dan penyewaan alat selam di Iboih memiliki pendapatan terbesar dibandingkan pelaku usaha pariwisata bahari lainnya dengan masing-masing rata-rata pendapatan per bulan Rp.

(7)

v 14,908,917,- dan Rp.

18,775,000,-2010 - Usaha penangkapan perikanan laut yang dilakukan dapat memberikan nilai R/C >1, yang berarti bahwa usaha penangkapan memiliki prospek yang baik untuk diusahakan dan dikembangkan lebih lanjut. Pendapatan rumah tangga nelayan tangkap laut didominasi dari pendapatan utama kepala keluarga, pengeluaran konsumsi pangan berkisar antara 53,41% - 78,01%. Khusus pengeluaran (konsumsi) ikan berkisar antara 12,45% - 40,43%. Pengeluaran konsumsi non pangan berkisar antara 21,99% - 46,59%. Pengeluaran terbesar dari kelompok konsumsi non pangan adalah biaya pendidikan, perawatan rumah dan perlengkapan dapur

- nelayan perairan sungai dan rawa banjiran hanya beroperasi menangkap ikan selama 81 hari; sedangkan nelayan perairan waduk mampu beroperasi sekitar 200 – 250 hari.

- Pendapatan rumah tangga petambak garam di Jeneponto, untuk petani petani garam penggarap Rp 14.015.217, untuk petani garam pemilik lahan yang dikerjakan sendiri Rp 16.447.714,- dan untuk petani garam pemilik lahan yang dikerjakan penggarap Rp 24.370.000,-per tahun.

2011 Survey rumah tangga 16 lokasi (5 PTL, 2 PTPUD, 5 PB, 4 PK)

- Bidang PTL : Usaha penangkapan perikanan laut yang dilakukan dapat memberikan nilai R/C >1. Pendapatan rumah tangga didominasi dari pendapatan utama kepala keluarga. Proporsi pengeluaran konsumsi pangan sebesar 68 %.

- Kondisi usaha perikanan tangkap perairan umum, baik sungai dan rawa banjiran maupun perairan umum waduk belum sepenuhnya dapat mendukung kehidupan masyarakat nelayan yang melaksanakan penangkapan ikan di perairan tersebut. - Kondisi usaha perikanan budidaya, baik budidaya tambak,

budidaya laut dan budidaya air tawar (sistem keramba jaring apung dan kolam) belum sepenuhnya dapat mendukung kehidupan masyarakat pembudidaya ikan. Faktor utama yang sangat berpengaruh dalam usaha budidaya ikan pada semua tipe usaha adalah tingginya persentase biaya pakan dalam struktur pembiayaan usaha (mencapai 75%)

- Rumah tangga petambak garam baik di Jeneponto maupun di Sumenep pada tahun 2010 tidak melakukan aktivitas usaha tambak garam karena hujan berlangsung hampir sepanjang tahun.

- Kajian Nilai Tukar Perikanan yang menjadi salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan masyarakat perikanan pada tahun 2011 dilakukan terbatas pada empat lokasi penelitian yaitu perikanan tangkap laut di Kabupaten Cirebon, perikanan tangkap perairan umum daratan di Kabupaten OKI, perikanan budidaya di Kabupaten Cianjur, dan produk kelautan di Kabupaten Sumenep. Tren positif dinamika nilai tukar ditunjukkan oleh perikanan tangkap laut di Kabupaten Cirebon, perikanan tangkap perairan umum daratan di Kabupaten OKI dan petambak garam di Kabupaten Sumenep sedangkan tren negatif ditunjukkan pembudidaya di Kabupaten Cianjur.

(8)

vi 2012 Survey rumah tangga 14 lokasi (5 PTL, 2 PTPUD, 5 PB, 2 PK)

- Secara keseluruhan usaha di sektor kelautan dan perikanan baik untuk bidang perikanan tangkap laut, perikanan tangkap perairan umum daratan, budidaya maupun garam masih layak secara finansial. Hal ini dibuktikan dengan nilai NPV yang positif, IRR yang jauh diatas tingkat suku bunga perbankan sebesar 12% yaitu berkisar antara 28%-38%, serta Net B/C yang lebih besar dari 1.

- Struktur pendapatan rumah tangga pada tipologi perikanan tangkap laut, perikanan budidaya dan tambak garam masih didominasi dari pekerjaan kepala rumah tangga yang bekerja di sektor perikanan dengan persentase antara 64-75%

- Pengeluaran rumah tangga pada tipologi pelagis kecil-demersal secara rata-rata cukup tinggi dimana mencapai Rp.589.638/Kapita/Bulan untuk responden pemilik

- Indeks nilai tukar pada tipologi perikanan tangkap laut di wilayah Bitung cenderung mengalami penurunan sedangkan di wilayah Sibolga dan Cirebon mengalami peningkatan. Indeks nilai tukar nelayan di OKI mengalami penurunan. Pada tipologi perikanan budidaya di Cianjur dan Pangkep mengalami peningkatan sedangkan di Klungkung mengalami penurunan. Indeks nilai pada produk kelautan garam mengalami peningkatan.

- Berdasarkan pendekatan 14 indikator, pada umumnya rumah tangga kelautan dan perikanan berada pada tingkat kesejahteraan ”kurang sejahtera” dimana kondisi rumah tinggal merupakan faktor utama yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan. Berdasarkan pendekatan Garis Kemiskinan, diketahui bahwa persentase rumah tangga miskin terbesar terdapat pada rumah tangga perikanan tangkap laut (pelagis kecil dan demersal) di Kab. Cirebon (48%) dan rumah tangga perikanan tangkap perairan umum daratan (waduk) di Kab. Purwakarta (43%) 2013 Survey rumah tangga 16 lokasi (7 PTL, 2 PTPUD, 5 PB, 2 PK)

- Kondisi dinamika sosial ekonomi rumah tangga kelautan dan perikanan menunjukkan gejala penurunan usaha. Pada perikanan tangkap, penurunan tersebut disebabkan oleh produktivitas usaha yang semakin menurun.

- Pada perikanan budidaya kondisi usaha juga mengalami penurunan usaha. Beberapa lokasi yang mengalami penurunan diantaranya adalah Subang, Klungkung, Cianjur dan Gresik. Kondisi yang sama juga ditunjukkan pada usaha tambak garam yang cenderung mengalami penurunan akibat panjangnya musim hujan

- Struktur pendapatan rumah tangga pada tipologi perikanan tangkap laut, perikanan budidaya dan tambak garam masih didominasi dari pekerjaan kepala rumah tangga yang bekerja di sektor perikanan dengan persentase antara 55%-84% - Nilai tukar nelayan mengalami perkembangan yang cenderung

negatif hampir pada semua lokasi. Kondisi ini menunjukkan beban pengeluaran yang semakin tinggi dari waktu ke waktu. Terlebih pada bulan Juni tahun 2013 terjadi kenaikan harga BBM yang membuat harga-harga barang secara umum

(9)

vii meningkat. 2014 Survey rumah tangga 8 lokasi (4 PTL, 1 PTPUD, 2 PB, 1 PK)

- Kondisi dinamika sosial ekonomi rumah tangga kelautan dan perikanan menunjukkan fluktuasi antar tahunnya. Fluktuasi produksi dan harga masih berimbas positif pada penerimaan dan keuntungan usaha. Hal ini terlihat dari perkembangannya yang selalu positif dalam kurun waktu 2010-2013 dengan rata-rata peningkatan sebesar 11,8% dan 32,3%.

- Berdasarkan data monitoring produksi dan harga Data Perikanan Tangkap Pelagis Kecil-Demersal yang dilakukan semenjak tahun 2010 diketahui bahwa produksi terus mengalami penurunan sementara harga yang diterima oleh nelayan secara keseluruhan mengalami peningkatan. Rata-rata persentase penurunan produksi -18,5% pertahun. Sebaliknya, harga rata-rata yang diperoleh nelayan per kg ikan naik sebesar 13,2% per tahunnya.

- Pada umumnya budidaya perikanan mengalami pertumbuhan yang positif dilihat dari sisi penerimaan dan pendapatan usaha. Peningkatan penerimaan terbesar terjadi pada rumput laut (18.38%) yang diikuti dengan KJA (17.6%), tambak (10.4%), dan kolam (7.4%)

- Produksi perikanan tangkap perairan umum daratan semenjak tahun 2010 terpantau terus mengalami penurunan. Rata-rata penurunan produksi per unit kapal sebesar -11,8%. Penurunan kondisi sumberdaya diduga menjadi penyebab turunnya produksi hasil tangkapan masyarakat. Selain itu harga jual ikan hasil tangkapan yang terus menurun juga membuat minat melakukan penangkapan ikan semakin turun. - Produksi garam mengalami penurunan pada tahun 2012 dan

tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh jumlah hari panas yang berkurang sehingga panen tidak optimal. Pada saat yang bersamaan terjadi perbaikan harga jual garam. Penurunan produksi pada tahun 2012 sebesar 36% dari tahun sebelumnya. Secara rata-rata laju penurunan produksi adalah -12,7% pertahun.

- Rata-rata pendapatan rumah tangga nelayan pada tipologi pelagis kecil dan demersal periode tahun 2006-2013 adalah sebesar Rp. 25.169.000/thn. Rata-rata laju kenaikan pendapatan rumah tangga yaitu sebesar 2% per tahun. Besarnya pendapatan rumah tangga perikanan sangat tergantung pada sumber pendapatan dari sektor perikanan, hal ini dapat dilihat dari besarnya distribusi pendapatan dari sektor perikanan mencapai 88% dari total pendapatan rumah tangga dan untuk distribusi pendapatan dari sektor non perikanan sebesar 12%. Besarnya pendapatan rumah tangga yang bersumber dari sektor perikanan (usaha penangkapan ikan) mengindikasikan bahwa rumah tangga nelayan pada tipologi pelagis kecil dan demersal sangat tergantung pada sektor perikanan (sumberdaya perikanan). Fluktuasi pendapatan terbesar terjadi pada tahun 2010-2011, yaitu terjadi peningkatan pendapatan sebesar 82%, namun pada tahun 2011-2012 terjadi penurunan pendapatan sebesar 62%.

(10)

viii - Rata-rata pendapatan rumah tangga nelayan pada tipologi

pelagis kecil dan demersal periode tahun 2006-2013 adalah sebesar Rp. 32.633.000,-/thn. Rata-rata laju kenaikan pendapatan rumah tangga yaitu sebesar 9% per tahun.

- Tingkat pendapatan rumah tangga nelayan perairan umum daratan masih relatif rendah yaitu sebesar Rp. 24 882 551 per tahun atau sekitar 2 juta rupiah perbulan. Rata-rata pendapatan nelayan perairan umum daratan tersebut mengalami peningkatan sebesar 24% pertahun.

- Pendapatan rumah tangga pembudidaya ikan secara umum mengalami peningkatan sebesar 2.6% pertahun. Rata-rata pendapatan rumah tangga pembudidaya ikan dari seluruh sumber pendapatan adalah Rp. 2.868.512 perbulan.

- Rata-rata pendapatan rumah tangga petambak garam diketahui sebesar Rp. 26 432 060 atau Rp.2.202.671 perbulan dengan proporsi pendapatan adalah 68% dari usaha tambak garam dan 32% dari non tambak garam.

- Rata-rata pengeluaran pangan dan non pangan rumah tangga nelayan pada tipologi pelagis kecil dan demersal periode tahun 2006-2013 yaitu sebesar Rp. 24.585.000,-/tahun. - Rata-rata pengeluaran pangan dan non pangan rumah tangga

nelayan pada tipologi pelagis besar periode tahun 2006-2013 yaitu sebesar Rp. 27.917.000,-/tahun.

- Rata-rata pengeluaran total rumah tangga perikanan budidaya mengalami kenaikan 6,1% dari tahun 2012 – 2014 yaitu sebesar Rp 37.034.080/tahun.

- Indeks nilai tukar perikanan bidang perikanan tangkap laut (tipologi pelagis kecil dan demersal) sangat fluktuatif antar bulan pengamatan. Disaat terjadi musim paceklik kecenderungan indeks nilai tukar nelayan akan berada dibawah 100 dan pada saat musim panen/penangkapan ikan maka indeks nilai tukar nelayan akan berada diatas 100. Secara keseluruhan rata-rata indeks nilai tukar nelayan pada tipologi pelgis kecil dan demersal berkisar antara 90 sampai dengan 97 dengan perkembangan positif rata-rata mencapai 24%.

- Nilai tukar pembudidaya berfluktuatif pada bulan pengamatan. Pada umumnya dari bulan Januari 2012 hingga Oktober 2014 semua jenis komoditas yang dipanen, mengalami peningkatan harga. Secara keseluruhan dari tahun 2012 – 2014 rata-rata indeks nilai tukar pembudidaya bergerak naik hampir 10% dari 100 pada tahun 2012 sebagai tahun dasar penghitungan menjadi rata-rata 109,8 pada tahun 2014. 2015 Survey rumah tangga 6 lokasi ( 3 PTL, 1 PB, 1 PTPUD, 1 PK)

- Resiko usaha pada perikanan pelagis besar dari segi produksi hasil tangkapan, risiko yang dihadapi oleh nelayan yaitu hasil tangkapan yang bervariasi, karena sangat tergantung dengan alam dan cuaca atau musim. Risiko lain yang dihadapi oleh nelayan yaitu teknologi dalam penangkapan yang masih menggunakan armada dengan perlengkapan belum memadai

(11)

ix seperti perlengkapan peralatan navigasi dan perlengkapan keselamatan.

- Pada perikanan pelagis kecil dan demersal dampak yang langsung dirasakan oleh nelayan dari risiko usaha yang semakin sulit untuk diprediksi adalah ketidakpastian penerimaan dan pengeluaran usaha.

- Untuk usaha produksi garam di Kabupaten Jeneponto, risiko yang mempengaruhi terbagi menjadi faktor alam dan faktor pasar.

Pada perjalannnya, perkembangan kegiatan panelkanas diikuti oleh berbagai perbaikan pada pelaksanaannya. Perbaikan tersebut meliputi metode pengumpulan data dilapangan, sistem database, kedalaman kuesioner sampai dengan sistem validasi data yang dikumpulkan. Pada perjalanannya pula kegiatan panelkanas mengalami permasalahan yang membuat pelaksanaan kegiatan tidak dapat berjalan secara ideal. Rangkuman perkembangan pelaksanaan tersaji pada gambar berikut.

Hasil Penelitian PANELKANAS APBNP Tahun 2015 :

Pengembangan Jaringan

Pengembangan jaringan dimaksudkan untuk mengumpulkan data sosial ekonomi tingkat rumah tangga nelayan. Data yang dimaksud terdiri dari data karateristik rumah tangga perikanan tangkap laut, struktur dan distribusi penguasaan aset usaha perikanan tangkap laut armada < 5 GT, 6-10 GT dan > 10 GT, struktur biaya usaha penangkapan, struktur penerimaan usaha penangkapan, pendapatan rumah tangga, pengeluaran pangan dan non pangan rumah tangga, serta modal sosial terkait rumah tangga perikanan tangkap laut. Mengingat jumlah target responden yang cukup

(12)

x banyak yang tidak mungkin dilakukan oleh peneliti dalam waktu yang terbatas. Pengembangan jaringan kerjasama dilakukan dengan institusi setempat (Dinas Kelautan dan Perikanan, Pelabuhan Perikanan) dan perguruan tinggi (Politeknik Kelautan dan Perikanan dan Universitas) di wilayah penelitian yaitu di Kabupaten Indramayu, Kabupaten Sumbawa, Kota Bitung, Kota Sorong, Tual, dan Kabupaten Pangkep.

Penentuan Kawasan Sentra Perikanan

Penentuan kawasan sentra perikanan yang dimonitor dilakukan dengan purposive sampling. Sumber data yang digunakan adalah hasil sensus tani 2013 khususnya menyangkut dengan jumlah rumah tangga perikanan tangkap berdasarkan provinsi dan kabupaten dan jumlah produksi perikanan laut menggunakan data statistik perikanan tangkap KKP 2013. Langkah yang dilakukan sebagai berikut : (1) pengelompokan Indonesia kedalam wilayah-wilayah tertentu berdasarkan representasi pulau-pulau besar di Indonesia dan atau gabungan beberapa pulau-pulau yang relatif lebih kecil, yaitu Sumatera, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Semakin tinggi persentase menunjukkan bahwa provinsi tersebut sebagai salah satu daerah yang memiliki rumah tangga dengan ketergantungan tinggi terhadap sektor perikanan tangkap; (2) mengidentifikasi persentase jumlah produksi pada setiap wilayah menurut provinsi. Sama halnya dengan rumah tangga, persentase produksi tertinggi juga semakin baik karena menunjukkan sentra produksi perikanan tangkap. Kedua indikator tersebut kemudian digabung untuk menghasilkan suatu indeks komposit dengan bobot rumah tangga lebih besar yaitu 0,7 dan bobot produksi sebesar 0,3; (3) pertimbangan pemilihan lokasi ditambah lagi dengan keterwakilan secara spasial dan keterwakilan wilayah pengelolaan perikanan (WPP) dengan mengambil peringkat-peringkat tertinggi dari masing-masing wilayah dan dilanjutkan dengan identifikasi WPP yang sudah terwakili oleh provinsi-provinsi tersebut. Pada pelaksanaannya kegiatan penelitian dibatasi oleh ketersediaan sumberdaya baik finansial, manusia, maupun waktu. Oleh karena itu diperlukan suatu langkah tambahan untuk dapat memilih lokasi yang lebih sempit dari daftar terpilih. Tahapan ini dilakukan dengan pendekatan expert judgement melalui diskusi kelompok terbatas antara tim peneliti dan narasumber kegiatan. Pertimbangan tambahan dalam pemilihan lokasi adalah aksesibilitas dan ketersediaan perguruan tinggi sebagai calon mitra penelitian. Lokasi tersebut antara lain Kabupaten Indramayu, Kabupaten Sumbawa, Kota Bitung, Kota Sorong, Tual, dan Kabupaten Pangkep.

Penentuan Indikator Mikro Pembangunan Kelautan dan Perikanan

Kegiatan PANELKANAS dirancang untuk memantau & memahami berbagai perubahan kondisi sosial ekonomi rumah tangga kelautan dan perikanan. Terdapat empat aspek utama yang menjadi kajian kegiatan yaitu usaha, pendapatan, konsumsi dan kelembagaan. Aspek-aspek tersebut akan dibingkai dengan pendekatan “sustainable livelihood” yang meliputi 4 (empat) aset yaitu modal finansial, modal alam, modal sosial dan modal sumberdaya manusia dengan indikator-indikator yang menyusun setiap aset yang menggambarkan indeks komposit. Hasil penelitian menunjukkan indeks penghidupan nelayan di 6 (enam) lokasi diantaranya:

1. Tual, Maluku Tenggara sebesar 52 (armada 0-5 GT) dan 56 (armada > 5 GT); 2. Indramayu sebesar 54,93 (armada < 5 GT);

3. Sumbawa sebesar 17,29 (armada < 5 GT), 31,09 (armada 5 – 10 GT) dan 19,50 (armada >10 GT); 4. Bitung sebesar 68,49 (armada < 5 GT), 68,49 (armada 5-10 GT) dan 69,49 (armada > 10 GT); 5. Pangkep sebesar 53,21 (armada < 5GT) dan 57,64 (armada 5-10 GT);

6. Sorong sebesar 60,28 (armada < 5 GT), 61,67 (armada 5 – 10 GT), 64,21 (armada >10 GT).

Indikator penyusun indeks penghidupan nelayan yang paling rendah terletak pada modal alam untuk lokasi Sorong dan Sumbawa sedangkan pada lokasi Tual, Indramayu, Pangkep dan Bitung indikator penyusun indeks terletak pada modal sosial.

(13)

xi

4. PROGRAM : Penelitian dan Pengembangan KP

a. Komoditas : Perikanan

b. Bidang/Masalah : Dimensi pembangunan sektor unggulan

Kedaulatan pangan

 Kedaulatan Energi dan Kelistrikan  Kemaritiman

 Pariwisata, Industri, IPTEK

c.Penelitian Pengembangan : Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jenis Penelitian:

 Penelitian Dasar Penelitian Terapan

 Pengembangan Eksperimental

d.Manajemen Penelitian : PusatPenelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

e. Isu Strategis Pembangunan KP 2015-2019 :

 Pengembangan produk perikanan untuk ketahanan pangan dan gizi nasional  Peningkatan daya saing dan nilai tambah produk kelautan dan perikanan  Pendayagunaan potensi ekonomi sumber daya KP

 Pengelolaan sumber daya KP secara berkelanjutan

Peningkatan kesejahteraan pelaku usaha kelautan dan perikanan  Pengembangan SDM dan IPTEK KP

f. DukunganTerhadap Agenda Pembangunan Nasional (NawaCita)

 Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara

 Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi system dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya

 Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional

Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik

g. Dukungan terhadap Indikator Kinerja BSC  Nilai Indeks Kesejahteraan Masyarakat KP  Pertumbuhan PDB Perikanan (%)

 Jumlah WPP yang terpetakan potensi di bidang sumberdaya sosial ekonomi KP untuk pengembangan ekonomi maritim dan kelautan yang berkelanjutan

 Jumlah rekomendasi kebijakan yang diusulkan untuk dijadikan bahan kebijakan (buah)  Jumlah pengguna hasil Iptek litbang di bidang sumberdaya sosial ekonomi KP (kelompok)  Jumlah Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan

6 Jumlah Data dan Informasi Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan 2 Karya Tulis Ilmiah Bidang Penelitian Sosial Ekonomi

 Jumlah Model Kelembagaan Penyebaran IPTEK dan Pemberdayaan Masyarakat  Jumlah Model Kebijakan Sosial Ekonomi Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan

(14)

xii 5. LOKASI KEGIATAN : Indramayu, Cilacap, Pangkep, Sorong, Bitung, Maluku

Tengah, Sibolga, Batam.

6. SASARAN PENGGUNA/USER : Biro Perencanaan, Direktorat Sumber Daya Ikan, Direktorat Kenelayanan, Pusdatin, Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

7. PENELITI YANG TERLIBAT:

No. N a m a Jabatan FungsionalPendidikan/ Disiplin Ilmu (Institusi)T u g a s Alokasi Waktu(OB) 1. Dr. Ir. Tukul Rameyo

Adi, M.T S3/ Non Peneliti Geografi Penanggung JawabOutput 3

2. Andrian Ramadhan,

M.T S2/Peneliti Muda Wilayah PesisirPembangunan Penanggung JawabPelaksana Output 5 3. Tenny Apriliani, M.Si S2/ Peneliti Muda Pengelolaan

Pesisir dan Laut

Anggota 5

4. Subhechanis Saptanto, M.SE

S2/ Peneliti Muda Ilmu Ekonomi Anggota 5

5. Hakim Miftakhul Huda, M.Si

S2/ Peneliti Muda Perencanaan Wilayah

Anggota 5

6. Christina Yuliaty, S.Sos S1/Peneliti Muda Antropologi Anggota 5 7. Dr. Umi Muawanah S3/Peneliti Pertama Ekonomi

Sumberdaya Anggota 5

8. Riesti Triyanti, S.Si S1/Peneliti Muda Kimia Anggota 5

9. Mira, M.T, M.Sc S2/ Peneliti Madya Pembangunan

Wilayah Pesisir Anggota 5

10. Hikmah, M.Si S2/ Peneliti Madya Pengelolaan

Pesisir dan Laut Anggota 5

11. Lindawati, S.Pi S1/Peneliti Muda Sosial Ekonomi

Perikanan Anggota 5

12. Siti Nurhayati, S.Sos S1/Pustakawan Ilmu

Perpustakaan PUMK 5

8. LATAR BELAKANG

Penelitian Panel Perikanan Nasional (PANELKANAS) merupakan sebuah Penelitian yang dirancang untuk memonitor dinamika sosial ekonomi desa perikanan sebagai dampak kegiatan pembangunan nasional. Kegiatan ini merupakan studi yang bersifat panel mikro yang memiliki kelebihan untuk menjelaskan perkembangan yang terjadi pada tipologi usaha kelautan dan perikanan

(15)

xiii serta perbedaan-perbedaannya menurut waktu. Dengan dasar keberadaan manfaat panel tersebut maka Panelkanas menjadi penting untuk dilaksanakan.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan kajian-kajian generik sosial ekonomi kelautan dan perikanan, yang lebih lanjut akan digunakan untuk mendasari penelitian yang bersifat problem solving dan prediksi perkembangan sosial ekonomi kelautan dan perikanan serta pengkajian-pengkajian opsi-opsi kebijakan dalam rangka pengentasan kemiskinan dan ketahanan pangan. Untuk itu kegiatan penelitian ini akan bersifat multi-years dengan menggunakan contoh lokasi yang sama sehingga dapat terlihat perkembangan yang terjadi.

Panelkanas merupakan suatu kegiatan penelitian terapan yang mengukur kesejahteraan masyarakat. Ukuran kesejahteraan masyarakat tersebut diukur melalui beberapa indikator seperti indikator pendapatan, konsumsi, human capital, natural capital, pendidikan dan kesehatan. Kegiatan panelkanas tersebut sangat mendukung kebijakan pemerintah yang tercantum dalam Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019. Kebijakan tersebut menetapkan 7 (tujuh) arah kebijakan umum yakni : 1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan; 2) meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam (SDA) yang berkelanjutan; 3) mempercepat pembangunan infrastrukur untuk pertumbuhan dan pemerataan; 4) peningkatan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana alam dan perubahan iklim; 5) penyiapan landasan pembangunan yang kokoh; 6) meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan; dan 7) mengembangkan dan memeratakan pembangunan daerah.

Kebijakan tersebut lebih lanjut dijabarkan dalam agenda prioritas pembangunan nasional (nawa cita). 9 Agenda Prioritas Pembangunan Nasional (Nawa Cita) untuk mencapai tujuan RPJMN tahun 2015-2019 yaitu : 1) menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara; 2) membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; 3) membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; 4) memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya; 5 ) meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia; 6) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasarinternasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya; 7) mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik; 8) melakukan revolusi karakter bangsa; dan 9) memperteguh Ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Di dalam nawa cita terdapat isu terkait dengan sektor strategis ekonomi domestik yang didukung oleh kegiatan panelkanas karena salah satu output panelkanas adalah berbagai indeks yang

(16)

xiv sangat terkait dengan sektor strategis seperti kesejahteraan, kedaulatan pangan, dan kemandirian usaha. Hal tersebut juga sangat terkait dengan salah satu isu strategis pembangunan KP 2015-2019 yaitu peningkatan kesejahteraan pelaku usaha kelautan dan perikanan. Selain itu panelkanas juga mendukung program balitbang terkait dengan keberlanjutan sumberdaya kelautan dan perikanan dan pemanfaatan sumberdaya KP.

Pada tahun 2016 PANELKANAS melakukan pengembangan jaringan pengumpulan data sosial ekonomi rumah tangga kelautan dan perikanan secara nasional yang akan dilakukan melalui kerjasama dengan perguruan tinggi, pemerintah daerah, organisasi profesi/kepakaran maupun institusi lain yang memiliki semangat yang sama untuk mendorong pembangunan sektor kelautan dan perikanan.

9. TINJAUAN PUSTAKA

Kebutuhan Data Sosial Ekonomi Dalam Pembangunan Kelautan Dan Perikanan

Data merupakan kebutuhan didalam merencanakan pembangunan. Data akan menjadi dasar bagi analisis baik yang bertujuan untuk perumusan, monitoring maupun evaluasi keberhasilan dari suatu kebijakan pembangunan. Oleh karena data berperan sangat penting didalam seluruh proses kebijakan pembangunan, baik dan buruknya data secara langsung akan berpengaruh terhadap suksesnya pembangunan.

Pembangunan kelautan dan perikanan dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan yang bertanggung jawab sehingga menjamin kelestarian dan keberlanjutan sumberdaya perikanan. Hal ini dapat kita lihat dari UU No 45 Tahun 2009 tentang perikanan yang lahir atas dasar belum terwujudnya pemanfaatan sumberdaya perikanan yang memberikan manfaat secara berkelanjutan dan berkeadilan. Bila mengacu pada konsep keberlanjutan maka minimal terdapat tiga aspek yang harus menjadi perhatian yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan (Dahuri, 2004). Bertolak dari hal tersebut, maka kebutuhan data-data yang terkait menjadi absolute atau bersifat mutlak. Bertolak dari kacamata yang lebih luas, data social ekonomi juga penting untuk memahami kondisi ekonomi suatu wilayah (termasuk didalamnya wilayah pesisir) (Cortright dan Reamer, 1998). Namun sayangnya data-data tersebut seringkali tidak mudah diperoleh. Bahkan data-data tersebut juga tidak jarang tidak tersedia khususnya yang bersifat spesifik seperti data sosial ekonomi sektor kelautan dan perikanan.

Data sosial ekonomi secara umum dapat dikategorisasi menjadi beberapa yaitu (Cortright dan Reamer, 1998) :

1. Demografi, mencakup data terkait populasi penduduk, pendidikan, sebaran usia produktif dan lain-lain ;

(17)

xv 2. Ketenagakerjaan ; dan

3. Pendapatan dan Pengeluaran.

Hal terpenting yang harus dilakukan sebelum menentukan kebutuhan data adalah menentukan indikator yang digunakan. Indikator tersebut yang akan menuntun tentang data apa saja yang seharusnya dikumpulkan. Lima langkah umum yang penting dilakukan ketika merumuskan indikator yang akan digunakan menurut Bowen dan Riley (2003) adalah :

a. Merumuskan kerangka indikator yang akan mengarahkan pada pemilihan parameter pengukuran tertentu;

b. Menentukan strategi yang efisien dan efektif dalam pengumpulan data; c. Menciptakan dan memelihara sistem manajemen data yang berkelanjutan; d. Bersepakat tentang langkah-langkah analisis data; dan

e. Mengembangkan produk laporan yang menyajikan kekayaan informasi dan mudah dipahami oleh pengguna.

Bila dilihat secara lebih spesifik pada sektor perikanan, data sosial ekonomi yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan pembangunan perikanan cukup luas. Bahkan untuk melakukan analisis sosial ekonomi dalam kerangka pembangunan berkelanjutan juga membutuhkan data diluar lingkup sosial ekonomi sebagaimana tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan Data Berdasarkan Indikator Pencapaian Pembangunan Kelautan Dan Perikanan Yang Berkelanjutan

Indikator Pencapaian Sosial Ekonomi Kebutuhan Data Terkait

Ekonomi

1. Memaksimumkan rente ekonomi Struktur biaya dan penerimaan usaha (net price

method)

2. Meningkatkan Pendapatan Nelayan Struktur biaya dan penerimaan usaha

3. Mempertahankan harga yang baik Dinamika harga

4. Meningkatkan efektifitas pembiayaan Penyaluran Kredit Usaha Perikanan

5. Mengurangi overcapacity Upaya penangkapan, produksi

6. Meningkatkan ekspor/devisa Pemasaran dan Nilai Produksi perikanan

7. Meningkatkan penerimaan negara Pajak, Retribusi

Sosial

8. Menyediakan lapangan pekerjaan Penyerapan tenaga kerja

9. Mengurangi konflik antar nelayan dan

stakeholder lainnya Inklusi social

10. Meningkatkan partisipasi perempuan Penyerapan tenaga kerja perempuan 11. Menjaga hak-hak usaha perikanan skala

kecil/tradisional Kelembagaan

Tekno-ekologi

12. Memaksimumkan tangkapan Teknologi penangkapan

13. Menstabilkan stok Kondisi stok ikan

14. Memelihara ekosistem yang sehat Kondisi ekosistem

15. Memperbaiki kualitas hasil tangkapan Penanganan pasca panen

16. Konservasi sumberdaya ikan Tata ruang, kelimpahan sumberdaya, ekosistem

17. Mencegah/mengurangi buangan Teknologi pengolahan limbah

(18)

xvi Sumber : dimodifikasi dari Fauzy (2010)

Gambar 1. Diagram Venn Tujuan Pembangunan Perikanan Dalam Dimensi Pembangunan Berkelanjutan

Sumber : Fauzy, 2010 Dinamika Usaha Kelautan dan Perikanan

Usaha kelautan dan perikanan dapat diamati dari struktur dan biaya usaha, ketenagakerjaan, teknologi dan produktifitas usaha. Perubahan yang terjadi pada keempat faktor tersebut akan memberi dampak yang berarti bagi keberlanjutan usaha kelautan dan perikanan. Aspek turunan yang perlu diperhatikan adalah kepemilikan aset investasi. Kepemilikan aset dapat dicerminkan sebagai kepemilikan faktor produksi maupun kekayaan oleh suatu rumah tangga yang pada akhirnya dapat mempengaruhi tingkat pendapatan dan konsumsi rumah tangga. Semakin besar kepemilikan aset oleh suatu rumah tangga akan memperbesar kesempatan rumah tangga tersebut untuk memperoleh tingkat pendapatan yang semakin besar dan rumah tangga tersebut akan mencapai tingkat kesejahteraan. Semakin tinggi asset yang dimiliki akan membangkitkan laju pendapatan (Sherraden, 2005). Sedangkan semakin rendah kepemilikan aset suatu rumah tangga akan memperkecil kesempatan rumah tangga untuk dapat mengakses pasar dan akan berakibat pada rendahnya tingkat pendapatan rumah tangga.

Pendapatan Rumah Tangga Perikanan

Upah dan gaji yang biasa disebut dalam istilah asing wages and salaries merupakan pendapatan yang diperoleh rumah tangga keluarga sebagai imbalan terhadap penggunaan jasa sumber tenaga kerja yang mereka gunakan dalam pembentukan produk nasional (Soediyono, 1984).Pendapatan adalah sama dengan pengeluaran. Pendapatan yang dicapai oleh jangka waktu

1 2 3 8 14 15 17 12 18 5 4 6 7 13 16 9 10 1 Ekono Sosial Ekologi

(19)

xvii tertentu senantiasa sama dengan pengeluaran jangka waktu tersebut. Pendapatan senantiasa harus sama dengan pengeluaran karena kedua istilah ini menunjukan hal yang sama hanya dipandang dari sudut pandang lain (Winardi, 1975).

Makin tinggi pendapatan perseorangan akan makin sedikit anggota masyarakat yang memilikinya, yang terbanyak menempati ruangan pendapatan yang rendah. Besarnya pendapatan perseorangan akan tergantung pada besarnya bantuan produktif dari orang atau faktor yang bersangkutan dalam proses produksi (Kaslan, 1962).

Perbedaan dalam tingkat pendapatan adalah disebabkan oleh adanya perbedaan dalam bakat, kepribadian, pendidikan, latihan dan pengalaman. Ketidaksamaan dalam tingkat pendapatan yang disebabkan oleh perbedaan hal-hal ini biasanya dikurangi melalui tindakan-tindakan pemerintah yaitu melalui bantuan pendidikan seperti beasiswa dan pemberian bantuan kesehatan. Tindakan-tindakan pemerintah ini cenderung menyamakan pendapatan riil. Pendapatan uang adalah upah yang diterima dalam bentuk rupiah dan sen. Pendapatan riil adalah upah yang diterima dalam bentuk barang/jasa, yaitu dalam bentuk apa dan berapa banyak yang dapat dibeli dengan pendapatan uang itu. Yang termasuk pendapatan riil adalah keuntungan-keuntungan tertentu seperti jaminan pekerjaan, harapan untuk memperoleh pendapatan tambahan, bantuan pengangkutan, makan siang, harga diri yang dikaitkan dengan pekerjaan, perumahan, pengobatan dan fasilitas lainnya (Sofyan, 1986). Besarnya pendapatan perseorangan akan tergantung pada besarnya bantuan produktif dari orang atau faktor yang bersangkutan dalam proses produksi (Kaslan, 1962).

Aspek yang terkait dengan tingkat pendapatan adalah tingat pengeluaran masyarakat. Secara umum diketahui bahwa tingkat pendapatan mempengaruhi pola dan tingkat pengeluaran (Nurmanaf dkk, 2000). Penelitian Sudaryanto dkk (1999) membuktikan bahwa tingkat pendapatan mempunyai hubungan negatif dengan porsi pengeluaran pangan. Semakin tinggi tingkat pendapatan rumah tangga semakin rendah porsi pengeluaran pangan. Dalam Pakpahan dkk (1993) disebutkan bahwa ada hubungan antara porsi atau pangsa pengeluaran pangan dengan ketahanan pangan rumah tangga. Pangsa pengeluaran pangan berhubungan terbalik dengan ketahanan pangan, semakin besar pangsa pengeluaran pangan maka semakin rendah ketahanan rumah tangga yang bersangkutan.

Pengeluaran Dan Konsumsi Rumah Tangga Perikanan

Konsumsi atau permintaan terhadap suatu barang dipengaruhi oleh harga komoditas itu sendiri, harga komoditas lain yang bersifat substitusi atau komplementer, tingkat pendapatan (riil), jumlah dan komposisi umur penduduk serta selera konsumen terhadap barang yang diminta. Setiap rumahtangga atau kelompok rumahtangga memiliki pola atau struktur konsumsi dan pengeluaran yang berbeda. Pola konsumsi dan pengeluaran umumnya berbeda antar agroekosistem, antar

(20)

xviii kelompok pendapatan, antar etnis atau suku dan antar waktu (Rachman dan Wahida, 1998; Arifin dan Simatupang, 1988; Suryana dkk, 1988). Struktur pengeluaran rumahtangga dapat pula dijadikan salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan rumahtangga. Dalam hal ini rumahtangga dengan pangsa pengeluaran pangan yang tinggi tergolong rumahtangga dengan tingkat kesejahteraan rendah relatif dibanding rumahtangga dengan proporsi pengeluaran untuk pangan yang rendah (BPS, 1996; Rachman, HPS, 2001).

Konsumsi (yaitu pengeluaran untuk konsumsi) tergantung dari pendapatan tetapi kita juga harus mengetahui bahwa pendapatan sebaliknya juga tergantung pada pengeluaran. Seakan-akan kita melihat sebuah lingkaran yang tidak berujung pangkal. Maka akan timbul pertanyaan : apakah kita perlu mengetahui besarnya konsumsi agar dapat menghitung besarnya pendapatan (Sudarsono, 1991). Pengeluaran konsumsi pertama-tama ditentukan oleh tingkat pendapatan, tetapi banyak lagi faktor lain yang mempangaruhi tingkat konsumsi yaitu jumlah anggota keluarga, tingkat usia mereka dan faktor-faktor lainnya seperti harga-harga nisbi berbagai jenis barang konsumsi juga berarti penting sebagai penentu (Sicat dan Arndt, 1991).

Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan komponen tunggal terbesar dari pengeluaran keseluruhan aktual, tetapi ada yang menentukan jumlah yang ingin dibelanjakan oleh rumah tangga untuk membeli barang dan jasa untuk konsumsinya dan berapa banyak yang ingin mereka tabung, salah satu faktor yang paling menentukan adalah pendapatan sisa rumah tangga. Dengan meningkatnya pendapatan sisa, rumah tangga mempunyai lebih banyak uang untuk dibelanjakan sebagai konsumsi. Penelitian empiris tentang perubahan pendapatan sisa dari tahun ke tahun dan konsumsi untuk suatu periode selama sepuluh tahun telah menemukan hubungan yang erat antara keduanya. Umumnya, tahun dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi biasanya juga merupakan tahun-tahun dengan tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada rata-rata (Lipsey dan Steiner, 1991). Pengeluaran konsumsi atau private consumption expenditure meliputi semua pengeluaran rumah tangga keluarga dan perseorangan serta lembaga-lembaga swasta bukan perusahaan untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang langsung dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pembelian barang-barang tahan lama yang baru seperti mobil, pesawat televisi dan sebagainya selain bangunan rumah termasuk variable ekonomi pengeluaran konsumsi (Soediyono, 1984).

Indeks Penghidupan Berkelanjutan

Penentuan indeks penghidupan nelayan (fisher livelihood index)dapat dilakukan dengan pendekatan penghidupan yang berkelanjutan (sustainable livelihood approach/SLA) yang dikembangkan oleh DFID (1999). Pendekatan penghidupan yang berkelanjutan adalah salah satu

(21)

xix metode untuk meningkatkan pemahaman tentang penghidupan rumah tangga miskin menggunakan pendekatan holistik yang mencoba untuk menangkap, dan menyediakan sarana pemahaman, penyebab dasar dan dimensi kemiskinan serta fokus ke hanya beberapa faktor. Selain itu, dibuat sketsa hubungan antara aspek yang berbeda dari kemiskinan, memungkinkan untuk tindakan prioritas yang lebih efektif pada tingkat operasional. Pendekatan SL bertujuan untuk membantu orang miskin mencapai perbaikan kehidupan abadi/mata pencaharian yang berkelanjutan diukur dengan menggunakan indikator kemiskinan yang dapat didefinisikan oleh mereka (diri mereka sendiri) (Sustainable Livelihoods Support Office, 1999).

Sebagian besar lembaga pengembangan mengadopsi Chambers dan Conway (1992: 7-8) untuk mendefinisikan mata pencaharian (atau sedikit variasi pada ini) yang menyatakan bahwa: Sebuah mata pencaharian terdiri dari kemampuan, aset (simpanan, sumber daya, klaim dan akses) dan kegiatan yang dibutuhkan untuk sarana hidup. SL dapat mengatasi dan memulihkan dari stres dan guncangan, memelihara atau meningkatkan kemampuan dan aset, serta menyediakan peluang mata pencaharian yang berkelanjutan bagi generasi berikutnya yang memberikan kontribusi keuntungan bersih ke mata pencaharian lain di tingkat lokal dan global dan dalam jangka panjang dan pendek.

Aset yang umumnya diakui dalam teori penghidupan yang berkelanjutan, seperti yang dirangkum oleh McLeod (2001), antara lain: modal alam, modal fisik, modal manusia, modal sosial, dan modal keuangan. Lima aspek tersebut penting untuk dilihat khususnya untuk mengenali hubungan penghidupan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanan masyarakat terhadap sumber penghidupannya.

10. TUJUAN :

Penelitian PANELKANAS bertujuan untuk menyediakan data indikator mikro usaha kelautan dan perikanan yang berguna dalam menilai perkembangan pembangunan kelautan dan perikanan serta perumusan kebijakan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Kegiatan ini bersifat multi-years sehingga data-data yang dihasilkan dapat dibandingkan antar periode pengamatan yang dilakukan. Secara lebih spesifik penelitina ini bertujuan untuk :

1. Mengkaji karakteristik usaha kelautan dan perikanan

2. Mengkaji karakteristik rumah tangga kelautan dan perikanan

(22)

xx 11. PERKIRAAN KELUARAN :

Hasil yang diharapkan pada kegiatan PANELKANAStahun 2016 meliputi jumlah paket data dan informasi, jumlah karya tulis ilmiah dan jumlah laporan hasil riset dengan rincian sebagai berikut: (1) Data dan Informasi : 6 (enam) buah

(2) Karya Tulis Ilmiah : 2 (dua) buah 12. METODOLOGI PENELITIAN :

Kerangka Pemikiran

Kegiatan PANELKANAS dirancang untuk memantau & memahami berbagai perubahan kondisi sosial ekonomi rumah tangga kelautan dan perikanan pada berbagai tipologi. Terdapat empat aspek utama yang akan menjadi kajian kegiatan yaitu usaha, pendapatan, konsumsi dan kelembagaan. Aspek-aspek tersebut akan dibingkai dengan pendekatan “sustainable livelihood”. Keterkaitan aspek-aspek tercakup dalam kegiatan Panelkanas dapat diilustrasikan dalam bentuk bagan alir pada Gambar 2 sebagai berikut:

Gambar 2. Bagan Alir Keterkaitan Aspek Usaha, Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga dan Kelembagaan Usaha Kelautan dan Perikanan

Aspek usaha sebagaimana terlihat dari gambar diatas akan meliputi tentang biaya investasi/modal usaha, kepemilikan asset produktif, input produksi termasuk teknologi serta tenaga kerja yang digunakan. Aspek usaha tersebut akan diperdalam melalui monitoring harga input-output serta produksi ikan. Yang kemudian akan diperdalam dengan studi kasus terkait isu-isu kelautan dan

(23)

xxi perikanan yang berkembang seperti isu kemiskinan, ketahanan pangan maupun kesejahteraan rumah tangga. Selain aspek usaha, monitoring terhadap pendapatan rumah tangga akan dilakukan melalui pengumpulan data berkala meliputi pendapatan usaha dan pendapatan rumah tangga. Pengumpulan data untuk menggambarkan konsumsi rumah tangga juga aka digali meliputi konsumsi pangan dan non pangan rumah tangga baik yang dikeluarkan harian, bulanan maupun tahunan. Aspek lainnya yang juga dimonitoring adalah kelembagaan pada tingkat pedesaan baik kelembagaan permodalan, input produksi, tenaga kerja hingga pemasaran.

Gambar 3 menunjukkan mekanisme pengumpulan data Panelkanas yang akan dilakukan secara berkala. Pengambilan data bulanan dilakukan pada berbagai sumber seperti data harga input-output bersumber dari data pedagang input maupun pengumpul ikan, serta data produksi ikan dapat bersumber dari tempat pendaratan ikan yang utama maupun pengumpul/pedagang ikan. Pengumpulan data yang sifatnya tahunan meliputi data usaha KP, pendapatan rumah tangga serta nilai tukar perikanan. Pendalaman terhadap isu-isu terkini juga dapat dilakukan pada setiap tahunny dengan isu yang berbeda. Monitoring dengan jangka waktu lima tahunan dilakukan untuk menggamparkan kondisi kelembagaan baik kelembagaan modal dan investasi, input usaha, aset produksi serta tenaga kerja, serta konsumsi rumah tangga baik pangan maupun non pangan. Sensus Rumah Perikanan juga dilakukan lima tahun sekali, untuk menggambarkan kondisi rumah tangga secara umum pada tingkat pedesaan.

Gambar 3. Monitoring Data Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan secara Berkala

Konsep penelitian PANELKANAS dirancang untuk memonitor dinamika sosial ekonomi desa perikanan sebagai dampak kegiatan pembangunan nasional. Oleh karena itu, menurut Irawan dkk (2006), kegiatan monitoring dan survey serta studi lainnya di dalam kegiatan Penelitian Panelkanas memerlukan beberapa kondisi dalam pelaksanaannya yaitu :

1) konsistensi desa dan rumah tangga contoh;

2) konsistensi metode pengukuran variabel yang diamati;

3) konsistensi kedalaman informasi yang dikumpulkan melalui kuesioner, dan

4) konsistensi interval waktu yang digunakan dalam mengkaji perubahanvariabel-variabel yang diamati.

(24)

xxii Institusi dan Personel Mitra Pengguna

Data dan informasi yang dihasilkan dari penelitian PANELKANAS diharapkan dapat bermanfaat bagi para pengambil kebijakan di sektor kelautan dan perikanan baik di tingkat pusat maupun daerah. Data dan informasi ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk penetapan suatu program dan kebijakan baik mulai dari tingkat yang paling rendah yaitu rumah tangga hingga tingkat yang paling tinggi yaitu secara nasional.

Kerangka Jaringan dan Sistem Pendataan

Pengumpulan data primer dan sekunder akan melibatkan berbagai institusi diantara BPS, perguruan tinggi, dinas kelautan dan perikanan setempat hingga masyarakat. Seperti pada Gambar 4 dan 5. Tim peneliti tingkat pusat (BBPSEKP) bertugas untuk menyusun panduan pelaksanaan kegiatan, melakukan supervisi, monitoring dan penyiapan kuisoner. Pengambilan data lapang akan bekerjasama dengan Perguruan Tinggi setempat melalui tenaga-tenaga enumerator yang telah dilatih terlebih dahulu mengenai metode pengambilan data yang baik dan benar. Validasi data dilakukan secara bertahap yaitu dilakukan oleh enumarator lapang, oleh tim perguruan tinggi dan tim peneliti tingkat pusat.

(25)

xxiii Gambar 5. Rancangan Organisasi Pelaksanaa PANELKANAS

Ruang lingkup kegiatan penelitian mencakup tipologi perikanan tangkap di laut dan perairan umum daratan, perikanan budidaya dan produk kelautan. Sedangkan aspek yang dimonitor adalah berkaitan dengan perkembangan usaha, pendapatan dan konsumsi rumah tangga.

Jenis dan Teknik pengumpulan data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer dikumpulkan secara panel. Panel data panel merupakan data berkala yang dikumpulkan dari responden (baik individu maupun keluarga) yang sama. Panel data panel dikumpulkan melalui survei penampang lintang terhadap sejumlah responden yang dilakukan secara berkala. Desa contoh di setiap propinsi dipilih secara sengaja (sesuai dengan tujuan) dengan mempergunakan beberapa pertimbangan keberadaan sistem usaha perikanan (perikanan tangkap dan perikanan budidaya) serta jenis perairan (perairan laut, pantai dan air tawar). Pada tahun 2014, pengumpulan data primer dilakukan melalui mekanisme survei monitoring pada masing-masing lokasi terpilih sesuai dengan aspek atau tema yang ditentukan seperti tertera pada Tabel 2. Pengambilan data primer tersebut dilakukan dengan bantuan instrumen (kuesioner) terstruktur terhadap 40 responden rumah tangga mewakili tipologi yang telah ditentukan lebih dulu setelah sensus dilakukan.

Pada tahap awal data primer didapat dari diskusi pakar dan workshop. Diskusi pakar merupakan sarana yang digunakan untuk mendapatkan expert judgement setelah melihat data-data sekunder yang telah didapat. Diskusi pakar dilakukan dalam rangka verifikasi data-data sekunder dengan kondisi dilapangan, untuk menentukan lokasi desa contoh pada masing-masing kabupaten.Workshop atau semiloka dilakukan untuk koordinasi dan mendapatkan masukan dari berbagai lembaga-lembaga terkait dan tokoh-tokoh masyarakat setempat.

(26)

xxiv Tabel 2. Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data dan Kegunaan Data Panelkanas

Jenis Data

Teknik Pengumpulan

Data

Kegunaan Data di dalam Analisis pada tahun

berjalan Kegunaan Data di dalam Analisis antar tahun

Perkembangan produksi menurut jenis Survey monitoring Analisis usaha, dinamika produksi, NTP,pendapatan Tren produksi menurut jenis, analisis perubahan iklim terhadapproduksi dan pendapatan, Perkembangan harga menurut jenis MonitoringBulanan Analisis usaha, dinamika harga, NTP,pendapatan Tren harga menurut jenis, analisis perubahan iklim terhadappendapatan Investasi usaha (ex : kapal, alat tangkap

etc) Survey monitoring Analisis usaha Perubahan teknologi, perubahan asset produksi Biaya operasional Survey monitoring Analisis usaha, beban biaya produksi menurut

komponen,

Perubahan input produksi akibat perubahan aktivitas produksi, perubahan beban biaya produksi

Status kepemilikan asset Survey monitoring Keterkaitan kepemilikan asset dengankesejahteraan Perubahan status dan keterkaitannya dengan perkembangankesejahteraan Sumber modal Survey monitoring Analisis “financial asset” Analisis perubahan “financial asset”

Karakteristik anggota rumah tangga (usia, hub keluarga, tingkat pendidikan,

pengalaman etc) Survey monitoring

Gambaran umum responden, analisis

ketenagakerjaan Analisis perubahan ketenagakerjaan

Jenis pekerjaan menurut bulan Survey monitoring Dinamika sumber pendapatan bulanan Pola jenis penghidupan masyarakat dan perubahannya Curahan tenaga kerja menurut bulan Survey monitoring Besaran waktu yang dicurahkan danketerkaitannya dengan pendapatan Melihat perubahan waktu kerja terkait dengan perubahanaktivitas produksi dan pendapatan Sumber pendapatan keluarga lainnya Survey monitoring Pendapatan rumah tangga Perubahan sumber pendapatan keluarga

Aset berharga Survey monitoring Kesejahteraan rt Perubahan kesejahteraan Tabungan Survey monitoring Kesejahteraan rt Perubahan kesejahteraan Hutang Survey monitoring Kesejahteraan rt Perubahan kesejahteraan

Jenis dan volume konsumsi pangan Survey monitoring Pengeluaran pangan, ketahanan pangan rt Perubahan pengeluaran pangan dan ketahanan pangan Jenis dan volume konsumsi non pangan Survey monitoring Pengeluaran non pangan Perubahan pengeluaran non pangan

Perkembangan harga pangan dan non

(27)

xxviii Metode Sampling

Pemilihan sampel lokasi

Lokasi penangkapan ikan di Indonesia tersebar dari bagian timur sampai dengan bagian barat Indonesia. Selain itu lokasi penangkapan juga tersebar di 11 wilayah pengelolaan perikanan (WPP) yang masing-masing memiliki karakteristik sumberdaya perikanan yang berbeda. Sebaran lokasi penangkapan ini pada akhirnya membuat karakteristik penangkapan yang berbeda pula antar satu lokasi dengan lokasi lainnya. Oleh karena itu pemilihan lokasi sampel perlu mencerminkan keragaman usaha penangkapan yang ada.

Metode sampling yang digunakan untuk mencapai tujuan diatas adalah purposive sampling. Arti purposive samping adalah sampel yang diambil dengan tujuan tertentu dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Kriteria yang digunakan dalam memilih lokasi adalah jumlah rumah tangga perikanan tangkap berdasarkan wilayah, provinsi dan kabupaten. Wilayah yang dimaksud adalah pengelompokan Indonesia kedalam wilayah-wilayah tertentu berdasarkan representasi pulau-pulau besar di Indonesia dan atau gabungan beberapa pulau-pulau yang relatif lebih kecil. Pembagian tersebut adalah wilayah Sumatera, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.

Pada setiap wilayah kemudian diidentitifikasi persentase jumlah rumah tangga laut menurut provinsi. Semakin tinggi persentase menunjukkan bahwa provinsi tersebut sebagai salah satu daerah yang memiliki rumah tangga dengan ketergantungan tinggi terhadap sektor perikanan tangkap. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi persentase jumlah produksi pada setiap wilayah menurut provinsi. Sama halnya dengan rumah tangga, persentase produksi tertinggi juga semakin baik karena menunjukkan sentra produksi perikanan tangkap. Kedua indikator tersebut kemudian digabung untuk menghasilkan suatu indeks komposit dengan bobot rumah tangga lebih besar yaitu 0,7 dan bobot produksi sebesar 0,3. Besarnya bobot ditentukan berdasarkan kesepakatan focus group

discussion (FGD) oleh internal peneliti dan narasumber kegiatan. Kemudian pemberian peringkat

tertinggi diberikan pada provinsi-provinsi dengan indeks komposit yang terbesar. Sumber data yang digunakan adalah hasil sensus tani 2013 khususnya menyangkut dengan jumlah rumah tangga perikanan tangkap berdasarkan provinsi dan kabupaten. Jumlah produksi menggunakan data statistik perikanan tangkap KKP 2013 (KKP, 2014). Hasil yang diperoleh melalui tahapan ini tersaji pada tabel berikut.

(28)

xxiv Tabel 3. Indeks Komposit Sentra Perikanan menurut Provinsi

Wilayah Nama Provinsi PenangkapanProduksi di Laut RTU Penangkapan ikan di Laut % Produksi % RTU Penangkapan ikan di Laut Bobot Produksi Bobot RTU Penangkapan ikan di Laut Indeks Komposit

SUMATRA Sumatera Utara 510,552 28,952 9.39 4.74 0.3 0.7 3.07

SUMATRA Kepulauan Riau 147,310 29,120 2.71 4.77 0.3 0.7 2.08

SUMATRA Aceh 148,765 17,424 2.74 2.85 0.3 0.7 1.41

SUMATRA Kep. Bangka Belitung 202,565 13,746 3.73 2.25 0.3 0.7 1.35

SUMATRA Sumatera Barat 197,460 8,925 3.63 1.46 0.3 0.7 1.06

SUMATRA Lampung 144,485 10,258 2.66 1.68 0.3 0.7 0.99

SUMATRA Riau 95,609 9,201 1.76 1.51 0.3 0.7 0.79

SUMATRA Sumatera Selatan 44,092 3,888 0.81 0.64 0.3 0.7 0.34

SUMATRA Jambi 46,894 3,365 0.86 0.55 0.3 0.7 0.32

SUMATRA Bengkulu 44,561 2,775 0.82 0.45 0.3 0.7 0.28

JAWA Jawa Timur 367,922 67,524 6.77 11.06 0.3 0.7 4.89

JAWA Jawa Tengah 256,093 32,903 4.71 5.39 0.3 0.7 2.59

JAWA Jawa Barat 198,978 18,622 3.66 3.05 0.3 0.7 1.62

JAWA Banten 59,702 10,754 1.10 1.76 0.3 0.7 0.78

JAWA DKI Jakarta 219,836 2,362 4.04 0.39 0.3 0.7 0.74

JAWA DI Yogyakarta 4,094 1,352 0.08 0.22 0.3 0.7 0.09

BALI, NTB, NTT Nusa Tenggara Timur 66,005 30,618 1.21 5.02 0.3 0.7 1.94

BALI, NTB, NTT Nusa Tenggara Barat 132,781 20,429 2.44 3.35 0.3 0.7 1.54

BALI, NTB, NTT Bali 80,413 8,804 1.48 1.44 0.3 0.7 0.73

KALIMANTAN Kalimantan Barat 101,991 11,961 1.88 1.96 0.3 0.7 0.97

KALIMANTAN Kalimantan Selatan 131,074 9,796 2.41 1.60 0.3 0.7 0.92

(29)

xxv Wilayah Nama Provinsi PenangkapanProduksi

di Laut RTU Penangkapan ikan di Laut % Produksi % RTU Penangkapan ikan di Laut Bobot Produksi Bobot RTU Penangkapan ikan di Laut Indeks Komposit

KALIMANTAN Kalimantan Tengah 54,574 3,792 1.00 0.62 0.3 0.7 0.37

KALIMANTAN Kalimantan Utara 31,618 4,517 0.58 0.74 0.3 0.7 0.35

SULAWESI Sulawesi Selatan 247,173 38,536 4.55 6.31 0.3 0.7 2.89

SULAWESI Sulawesi Tengah 196,108 38,578 3.61 6.32 0.3 0.7 2.75

SULAWESI Sulawesi Tenggara 135,446 35,325 2.49 5.79 0.3 0.7 2.40

SULAWESI Sulawesi Utara 279,031 21,493 5.13 3.52 0.3 0.7 2.00

SULAWESI Sulawesi Barat 42,002 12,232 0.77 2.00 0.3 0.7 0.82

SULAWESI Gorontalo 84,683 8,854 1.56 1.45 0.3 0.7 0.74

MALUKU Maluku 537,262 38,727 9.88 6.34 0.3 0.7 3.70

MALUKU Maluku Utara 150,970 18,601 2.78 3.05 0.3 0.7 1.48

PAPUA Papua 281,480 23,003 5.18 3.77 0.3 0.7 2.10

PAPUA Papua Barat 120,329 13,440 2.21 2.20 0.3 0.7 1.10

(30)

xxvi Setelah didapatkan list lokasi lengkap sebagaimana tabel diatas, pertimbangan pemilihan lokasi ditambah lagi dengan keterwakilan secara spasial dan keterwakilan wilayah pengelolaan perikanan (WPP). Langkah yang dilakukan adalah dengan mengambil peringkat-peringkat tertinggi dari masing-masing wilayah dan dilanjutkan dengan identifikasi WPP yang sudah terwakili oleh provinsi-provinsi tersebut. Secara lengkap hasil dari proses ini tersaji pada tabel berikut.

Tabel 4. Provinsi Terpilih Berdasarkan Peringkat dan Keterwakilan WPP

Provinsi WPP Sumatera Utara 571, 572 Kepulauan Riau 711 Lampung 572, 712 Jawa Timur 712, 573 Jawa Tengah 712, 573 Jawa Barat 712, 573

Nusa Tenggara Timur 713, 573

Nusa Tenggara Barat 713, 573

Kalimantan Barat 711 Kalimantan Timur 713 Sulawesi Selatan 713 Sulawesi Tengah 713, 714, 715 Sulawesi Tenggara 713, 714 Sulawesi Utara 716, 715 Maluku 714, 715, 718 Maluku Utara 715, 716 Papua 717, 718

Provinsi yang terpilih melalui proses seleksi diketahui ada 17 provinsi. Jumlah ini merupakan jumlah ideal yang seharusnya dilakukan untuk mendapatkan representasi secara nasional. Namun demikian keterbatasan anggaran, waktu dan tenaga yang tersedia membuat pemilihan lokasi harus dilakukan secara lebih selektif. Untuk mendapatkan provinsi terpilih maka dilakukan terlebih dahulu identifikasi terhadap kabupaten-kabupaten yang terdapat didalam provinsi tersebut diatas. Pembuatan prioritas lokasi menurut kabupaten dilakukan dengan cara yang sama dengan cara untuk mendapatkan lokasi provinsi terpilih. Rekapitulasi 5 peringkat kabupaten teratas dari masing-masing provinsi tersaji pada tabel berikut

(31)

xxvii Tabel 5. Prioritas Lokasi Penelitian Menurut Kabupaten pada Masing-masing Provinsi Terpilih

Provinsi

Prioritas Lokasi Penelitian Menurut Kabupaten

1 2 3 4 5

Sumatera Utara Langkat 571 Asahan 571 Nias Selatan (572) 572 Batu Bara (571) 571 Tapanuli Tengah

(572) 572

Kepulauan Riau Natuna 711 Lingga 711 Kota Batam (711) 711 Bintan (711) 711 Karimun (711) 711 Lampung Lampung Timur 712 Tanggamus 572 Tulangbawang (712) 712 Lampung Barat (572) 572 Lampung Selatan

(712, 572) 712 Jawa Timur Sumenep 712 Lamongan 712 Banyuwangi (573) 573 Gresik (712) 712 Pasuruan (712) 712 Jawa Tengah Rembang 712 Cilacap 573 Pati (573) 573 Demak (712) 712 Brebes (712) 712 Jawa Barat Indramayu 712 Cirebon 712 Sukabumi (573) 573 Karawang (712) 712 Bekasi (712) 712 Nusa Tenggara

Timur Alor 573, 714 Sikka 573, 714 Flores Timur (573, 714) 573,714 Sumba Timur (573) 573 Manggarai(573, 714) Barat 573 Nusa Tenggara

Barat

Sumbawa 573, 713 Bima 573, 713 Lombok Timur (573, 713) 573, 713 Dompu (573, 713) 573, 713 Lombok Barat (573, 713) 573 Kalimantan Barat Kubu Raya 711 Ketapang 711, 712 Sambas (711) 711 Kayong Utara (711) 711 Bengkayang (711) 711 Kalimantan Timur Kutai Kartanegara 713 Berau 716 Paser (713) 713 Kota Balikpapan

(713)

713 Kota Bontang (713)

713 Sulawesi Selatan Pangkajene Dan

Kepulauan 713 KepulauanSelayar 713 Bone (713) 713 Takalar (713) 713 Bulukumba (713) 713 Sulawesi Tengah Banggai

Kepulauan 715 Banggai 715 Morowali (715) 715 Poso (715) 715 Donggala (715) 715 Sulawesi Tenggara Buton 714 Kendari 714 Muna (714) 714 Kolaka Utara (714) 714 Wakatobi (714) 714 Sulawesi Utara Bitung 716 Kepulauan

Sangihe 716 Minahasa Utara (716) 716 Kepulauan(716) Talaud 716 Minahasa Selatan(716) 716 Maluku Maluku Tenggara

Barat

714 Maluku Tenggara

714 Maluku Tengah (714) 714 Buru (714) 714 Kepulauan Aru (714)

714 Maluku Utara Halmahera Barat 715 Halmahera

Tengah 715 Kepulauan Sula (715) 715 Halmahera(715) Selatan 715 Halmahera Utara(715) 715 Papua Merauke 718 Mappi 718 Biak Numfor (717) 717 Asmat (718) 718 Kepulauan Yapen

(32)

Pada pelaksanaannya kegiatan penelitian dibatasi oleh ketersediaan sumberdaya baik finansial, manusia, maupun waktu. Oleh karena itu diperlukan suatu langkah tambahan untuk dapat memilih lokasi yang lebih sempit dari daftar terpilih. Tahapan ini dilakukan dengan pendekatan expert judgement melalui diskusi kelompok terbatas antara tim peneliti dan narasumber kegiatan. Pertimbangan tambahan dalam pemilihan lokasi adalah aksesibilitas dan ketersediaan perguruan tinggi sebagai calon mitra penelitian. Hasil diskusi menghasilkan 12 lokasi penelitian pada tahun 2016 adalah sebagai berikut

Tabel 6. Lokasi Penelitian Tahun 2016

Provinsi Kabupaten WPP

Jawa Barat Indramayu 712

Sulawesi Selatan Pangkajene Kepulauan 713

Sulawesi Utara Bitung 716

Maluku Tual 714

Papua Barat Sorong 717

Sumatera Utara Langkat 571

Tapanuli Selatan 572

Kepulauan Riau Natuna 711

Kalimantan Timur Kutai Kertanegara 713

Sulawesi Tenggara Buton 714

Jawa Timur Lamongan 712

Papua Merauke 718

Pemilihan sampel rumah tangga

Pemilihan sampel rumah tangga dilakukan dengan metode sampling acak terstratifikasi (stratified random sampling). Stratifikasi dilakukan dengan tujuan mendapatkan data yang representatif berdasarkan tingkatan-tingkatan tertentu yang dalam hal ini adalah nelayan berdasaran ukuran armada sehingga data yang diperoleh dapat lebih presisi. Armada yang menjadi objek pengamatan dalam penelitian ini distratifikasi menjadi tiga yaitu dibawah 5 GT, 6-10 GT dan 11-30 GT. Dasar stratifikasi mengikuti pengelompokkan jenis kapal berdasarkan ukuran armada yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selain itu, pengamatan juga hanya dibatasi oleh usaha penangkapan ikan berbasis masyarakat sehingga hanya dipilih untuk kapal-kapal dibawah 30 GT. Secara statistik, jumlah

(33)

29 kapal dengan ukuran armada dibawah 30 GT secara nasional mencapai 98%. Dengan demikian, pemilihan sampel rumah tangga diharapkan dapat merepresentasikan kondisi usaha perikanan tangkap secara umum.

Gambar 6. Kerangka Pemilihan Sampling Rumah Tangga Contoh

Metoda Analisis Data

Analisis data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan dalam rangka menginterpretasikan perkembangan sosial ekonomi masyarakat pedesaan di sektor kelautan dan perikanan mencakup gambaran umum daerah penelitian, dinamika usaha perikanan dan kelautan, struktur dan distribusi pendapatan rumah tangga, dinamika pengeluaran dan konsumsi rumah tangga, dan kondisi kelembagaan ekonomi rumah tangga perikanan dan kelautan.

Analisis Finansial Usaha

Mengetahui perkembangan usaha di sektor kelautan dan perikanan memerlukan gambaran tentang analisis finansial dari usaha yang dijalankan. Tujuannya untuk memahami kelayakan usaha yang berguna bagi pemerintah, swasta maupun lembaga keuangan dalam pengambilan kebijakan terkait perkembangan usaha di sektor kelautan dan perikanan seperti penyediaan kredit untuk menumbuhkan kembangkan usaha dimasyarakat. Analisis finansial dapat memberikan gambaran sekaligus estimasi dari

Populasi RT Nelayan < 30 GT Populasi RT Nelayan < 5 GT Populasi RT Nelayan 5-10 GT Populasi RT Nelayan 11-30 GT Sampel RT Nelayan 10 % dari populasi/ Min

40 RT Nelayan

Sampel RT Nelayan 10 % dari populasi/ Min

40 RT Nelayan

Sampel RT Nelayan 10 % dari populasi/ Min

(34)

penerimaan dan pengeluaran bruto pada masa yang akan datang setiap tahun, termasuk biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi dan pembayaran kredit yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga kelautan dan perikanan (Gittinger, 1986).Pada analisis finansial terdapat beberapa indikator yang umum digunakan sebagaimana berikut :

Net Present Value (NPV)

NPV member gambaran nilai sekarang dari akumulasi penerimaan dan pengeluaran proyek dengan memprediksikan keseluruhan pengeluaran pada masa sekarang dan mendatang. Nilai NPV harus dibibotkan dengan suatu timbangan tingkat suku bunga tertentu sebagai acuan. Suatu proyek dikatakan feasible jika NPV >0. Rumus yang digunakan untuk menghitung NPV adalah:

Internal rate of Return (IRR)

IRR adalah suatu indikator yang menjelaskan pada tingkat suku bunga berapa suatu proyek memberikan nilai NPV = 0. Dengan kata lain suatu proyek dikatakan layak/feasible jika nilai IRR-nya lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga yang berlaku di pasar. Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR adalah:

Payback Period (PP)

PP adalah suatu periode yang menjelaskan tingkat pengembalian dari nilai investasi yang ditanamkan. Semakin cepat PB tercapai, makin bagus pula analisa atas suatu proyek. Rumus yang digunakan untuk menghitung PP adalah:

Dinamika Usaha (produksi), Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga Sektor Kelautan dan Perikanan Perhitungan dinamika usaha (produksi) perikanan dilakukan berdasarkan kegiatan usaha perikanan yang dihasilkan oleh rumah tangga perikanan pada empat bidang usaha yaitu perikanan tangkap laut, perikanan budidaya, perikanan perairan umum daratan dan produk kelautan (garam). Data yang digunakan merupakan data series data panel sejak tahun 2006, perkembangan produksi dapat menjadi acuan untuk menyusun strategi peningkatan produksi dari perikanan rakyat (budidaya/produk kelautan).

(35)

31 Dinamika perubahan pendapatan rumah tangga perikanan terkait bidang perikanan tangkap laut, perikanan budidaya, perikanan perairan umum daratan dan produk kelautan (garam). Dinamika pendapatan rumah tangga merupakan pendapatan yang diperoleh bagik dari usaha perikanan maupun non perikanan, serta yang dihasilkan oleh kepala keluarga maupun anggota keluarga. Dinamika perubahan pendapatan ini dapat menjadi acuan untuk mengembangkan bentuk-bentuk kelembagaan perikanan atau mata pencahariaan alternatif untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga perikanan.

Dinamika konsumsi merupakan bagian penting dalam penelitian ini untuk menyerap hasil produksi yang dihasilkan oleh rumah tangga perikanan. Pada tahun 2016 ini, konsumsi rumah tangga perikanan yang dipelajari mencakup dua hal : 1) terkait dengan pengeluaran rumah tangga perikanan dikeluarkan untuk konsumsi dan (2) investasi. Untuk konsumsi terdiri dari konsumsi pangan maupun non pangan sedangkan untuk investasi terdiri dari investasi usaha dan pendidikan.

Indeks Penghidupan Nelayan

Pengembangan indikator yang digunakan dalam menghitung indeks secara umum mengacu pada kerangka penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) yang dikembangkan oleh DFID (1999). Berdasarkan kerangka tersebut, penghidupan dipengaruhi oleh 5 aset modal yaitu, modal finansial, modal alam, modal sumberdaya manusia, modal sosial, dan modal fisik. Lima aspek tersebut penting untuk dilihat khususnya untuk mengenali hubungan penghidupan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanan masyarakat terhadap sumber penghidupannya. Namun demikian pemilihan indikator juga harus memperhatikan ketersediaan data dan kemudahan pengumpulan data yang diperlukan sehingga dapat diterapkan secara lebih masif. Pemilihan indikator juga sedapat mungkin yang dapat menghubungkan antara indikator mikro dan indikator makro sehingga dapat ditarik kesimpulan yang bersifat umum. Atas dasar hal tersebut, hasil diskusi panel dengan para narasumber mengerucutkan menjadi 4 aspek yaitu modal finansial, modal alam, modal sosial dan modal sumberdaya manusia.

1. Indeks Modal Finansial

Pada dunia bisnis modal finansial dapat diartikan sebagai segala bentuk sumberdaya ekonomi yang diukur terhadap uang yang dibelanjakan untuk membeli kebutuhan produksi dan biaya layanan bisnis yang menopang operasionalisasi kegiatan perusahaan. Konsep tersebut kemudian banyak digunakan pula pada skala rumah tangga untuk mengetahui kemampuan finansial dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup baik pangan dan non pangan. Pendekatan yang digunakan diantaranya adalah pendapatan dan konsumsi

(36)

a. Pendapatan

Pendapatan merupakan salah satu indikator yang dipilih dalam mengukur indeks penghidupan (livelihood) karena merupakan salah satu elemen yang bersifat dinamis dan melekat pada masyarakat selama masyarakat tersebut itu hidup. Pendapatan merupakan input bagi masyarakat didalam memenuhi kebutuhan hidup yang dengannya mereka melakukan aktivitas jual beli. Memenuhi kebutuhan hidup memang tidak mutlak dilihat dari pendapatan, akan tetapi sebagian besar kebutuhan hidup tidak lagi dapat dipenuhi secara mandiri tanpa adanya pendapatan. Dengan demikian terganggunya pendapatan secara langsung akan menganggu keberlanjutan penghidupan masyarakat.

Pada skala makro pendekatan pendapatan juga telah banyak digunakan untuk mengukur pembangunan ekonomi dan pengukuran kemiskinan masyarakat. Hal ini didasarkan oleh tujuan pembangunan ekonomi yaitu tercapainya kesejahteraan masyarakat dimana salah satu ukuran yang dijadikan indikator adalah pendapatan.

Pengukuran terhadap tingkat pendapatan masyarakat didasarkan pada garis kemiskinan yang dikeluarkan oleh BPS. Semakin jauh diatas garis kemiskinan maka semakin baik pula skor yang diberikan terhadap responden. Begitupula sebaliknya, semakin jauh dibawah garis kemiskinan maka semakin buruk pula skor untuk indikator ini.

Tabel 7. Pengukuran Indikator Pendapatan

Skor Kriteria Keterangan

1 < dari angka garis kemiskinan Buruk

2 100 – 150 % dari angka garis kemiskinan Kurang

3 151 – 200 % dari angka garis kemiskinan Cukup

4 Pendapatan 201-300 % dari angka garis

kemiskinan Baik

5 300% > dari angka garis kemiskinan Sangat Baik

b. Konsumsi

Pendekatan konsumsi seringkali digunakan sebagai indikator kemiskinan karena berkaitan dengan ketahanan pangan rumah tangga dan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk tetap bisa hidup. Bahkan isu terkait ketahanan pangan rumah tangga telah menjadi salah satu fokus dunia untuk diperhatikan (FAO, 2011). Pendekatan konsumsi juga sering digunakan sebagai pembanding karena dianggap memberikan nilai yang lebih mendekati kenyataan dibandingkan dengan pendapatan yang seringkali bias informasi dari apa-apa yang disampaikan oleh responden (World Bank, 2015).

Gambar

Tabel 1. Kebutuhan Data Berdasarkan Indikator Pencapaian Pembangunan Kelautan Dan Perikanan Yang Berkelanjutan
Gambar 2. Bagan Alir Keterkaitan Aspek Usaha, Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga dan Kelembagaan Usaha Kelautan dan Perikanan
Tabel 8. Pengukuran Indikator Konsumsi
Tabel 2. 1 Kebutuhan Data Berdasarkan Indikator Pencapaian Pembangunan Kelautan Dan Perikanan Yang Berkelanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi pada pembelajaran matematika di kurikulum 2013 pokok

DAFTAR NAMA CALON PESERTA DIKLAT INSTRUKTUR NASIONAL GURU PEMBELAJAR GURU KELAS PPPPTK BIDANG OTOMOTIF DAN ELEKTRONIKA MALANG.. No Nama NO PES Asal Instansi Alamat Instansi

apabila prasarana, sarana dan utilitas yang akan diserahkan oleh Pengembang kepada Pemerintah Daerah belum sesuai dengan persyaratan sebagaimana dimaksud

Aplikasi internet yang digunakan untuk berkomunikasi satu dengan yang lain dalam sebuah forum adalah….. Di bawah ini cara-cara menghubungkan dengan internet

Pada hari ………… tanggal ………, Jam …………WIB telah dilaksanakan Ujian Skripsi sebagai persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu di Fakultas Kesehatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kamar tidur umumnya persegi atau persegi panjang, persentase kelompok kamar kost yang dihuni oleh satu orang lebih besar

24 Maret, gajah mulai mendapatkan air untuk minum dan mandi (untuk mendinginkan badan saja) 25 Maret, mulai diakukan pemindahan gajah dari tempat ikatan semula yang

Walaupun seseorang itu mengalami kelelahan dalam bekerja namun tidak ada usaha yang sia-sia dilakukan karna pada dasarnya fitrah manusia adalah berusaha meskipun