• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Koperasi Pemuda Indonesia (KOPINDO)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Koperasi Pemuda Indonesia (KOPINDO)"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Koperasi Pemuda Indonesia (KOPINDO) 4.1.1 Sejarah Berdirinya KOPINDO

KOPINDO berdiri secara resmi tanggal 11 Juni 1981 di Batu, Malang Jawa Timur. Meskipun KOPINDO memang dibentuk di Malang, namun cikal bakal berdirinya KOPINDO berdasarkan sebuah pertemuan kecil di Cibogo dan berlanjut pada sebuah lokakarya yang diselenggarakan oleh Koperasi mahasiswa/pemuda di Solo, Jawa Tengah, awal tahun 1981. Lokakarya ini dihadiri oleh Koperasi-Koperasi mahasiswa/pemuda dari seluruh Indonesia, baik yang sudah berbadan hukum maupun yang belum.

Pembentukkan KOPINDO diprakarsai oleh sepuluh Koperasi primer yang berada di lingkungan Koperasi pemuda/mahasiswa,dan Koperasi pramuka dan sudah berbadan hukum, kesepuluh Koperasi tersebut adalah Koperasi Mahasiswa (KM) Brawijaya, KKB-ITB, KM-Unsoed, Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa Bandung (KKMB), KM-IKIP Bandung (sekarang KOPMA Bumi Siliwangi UPI), KM-Wirasasana Darmawiyata Jakarta, Koperasi Pesantren (KP) Suryalaya. KP-Maskumambang Gresik. Koperasi Pramuka Klaten, dan Koperasi Karya Jasa Pemuda Kalimantan Barat.

KOPINDO diharapkan dapat menjadi Koperasi kader dan kader Koperasi yang sesuai jati diri Koperasi. Berdasarkan tujuan pendiriannya, KOPINDO mempunyai peranan untuk melakukan pembinaan dan pengembangan sumber

(2)

daya manusia bagi anggota dan masyarakat melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan, penataran, diskusi dan seminar, lokakarya, studi banding dalam dan luar negeri, pendidikan khusus dan magang bagi para anggotanya.

Setelah KOPINDO resmi dibentuk, KOPINDO bertempat di Jln. Lapangan Roos Raya 52/IV Perkantoran Selmis Tebet Utara, Jakarta Selatan-12830 dengan Badan Hukum No. 8286/2 Juli 1981. Pada awal kepengurusan terbentuk, Ketua umum KOPINDO pertama yang terpilih untuk periode kepengurusan pertama pada periode tahun 1981-1984 yaitu Ir. Syarif Tando yang berasal dari ITB. Seiring berjalannya waktu, jumlah anggota KOPINDO semakin bertambah yang terdiri dari Koperasi Mahasiswa, Koperasi Pemuda, Koperasi Pondok Pesantren, Koperasi Pramuka, dan Koperasi Siswa.

4.1.2 Organisasi dan Manajemen KOPINDO

KOPINDO merupakan Koperasi sekunder yang berada di lingkungan generasi muda, Sebagai induk Koperasi pemuda Indonesia, KOPINDO membawahi berbagai Koperasi pemuda di Indonesia.

a. Rapat Anggota

Rapat Anggota Tahunan (RAT) laporan pertanggung jawaban pelaksanaan program kerja satu tahun kepengurusan dilaksanakan setahun sekali. RAT pemilihan ketua umum baru dilakukan tiga (3) tahun sekali. Sedangkan untuk susunan kepengurusan dipilih langsung oleh ketua yang merangkap sebagai formatur dalam memilih susunan kepengurusan. Pemilihan pengurus KOPINDO tidak dilakukan pada saat berlangsungnya RAT tapi setelah RAT berlangsung. Sebelum RAT berlangsung biasanya setiap Koordinator Wilayah (Korwil) akan

(3)

mengadakan pertemuan terlebih dahulu di daerahnya masing-masing untuk membicarakan hal apa saja yang akan dibahas di RAT nanti.

b. Pengurus dan Pengawas

Berdasarkan hasil RAT yang ke-27, pada hari Minggu 28 Juni 2009 tentang pengangkatan Ketua Umum yang baru terpilihlah Moch.Mujayin,S.Pdl dan seminggu kemudian terbentuklah susunan kepengurusan KOPINDO periode 2009-2012 yang langsung dipilih oleh Ketua Umum yaitu sebagai berikut :

1. Ketua Umum : Moch.Mujayin,S.Pdl 2. Sekretaris Umum : Awang Dodi Kardeli, S.Pdl 3. Bendahara Umum : Romi Pernando, SE

4. Kabid PSDA : Saifuddin Zuhri,SE 5. Kabid Organisasi & Kelembagaan : R.Mohd. Zamzami, S.EI

6. Kabid Pemanfaatan & Pengembangan Usaha Anggota : Andreko Zul, ST 7. Kabid Usaha Pemanfaatan Usaha Internal KOPINDO : Asep Palahudin, S.Sos 8. Ketua Bidang Perencanaan & Pengembangan : Dodi Santoso, S.Pd

Adapun untuk susunan Pengawas KOPINDO periode 2009-2012 adalah sebagai berikut :

Ketua Pengawas : Herlan Firmansyah M.Pd Anggota Pengawas : Rino Dwi Putra

Anggota Pengawas : Arifuddin d. Karyawan

Agar memudahkan dalam pelaksanaan tugas kewajiban, wewenang dan tanggung jawab pengurus, dalam pelaksanaannya dibantu oleh karyawan. Jumlah

(4)

karyawan yang dimiliki sebanyak 28 orang dan tersebar di bagian beberapa unit usaha serta ada juga yang bertugas untuk membantu bagian administrasi dan keuangan. Karyawan ini dipilih dan diangkat berdasarkan wewenang dan hasil kesepakatan pengurus serta tidak dipilih pada saat RAT. Berikut ini adalah daftar jumlah karyawan yang berada di KOPINDO :

Tabel 4.1

Daftar Jumlah Karyawan KOPINDO

No Unit Kerja Jumlah Karyawan

1 Administrasi dan Keuangan 3

2 Pondok Pemuda Cibodas 10

3 Alfamart 10

4 Tour dan Travel 3

5 Konsultan 2

Jumlah 28

Sumber : Data Base Karyawan KOPINDO 2009 4.1.3 Anggota KOPINDO

Anggota dalam suatu organisasi Koperasi merupakan salah satu unsur yang sangat penting, karena tanpa adanya anggota tidak mungkin sebuah Koperasi dapat berdiri sendiri dalam menjalankan roda organisasi dan kegiatan usahanya. Anggota KOPINDO sebagian berasal dari kalangan generasi muda yang meliputi Koperasi Mahasiswa (KOPMA), Koperasi Pemuda (KOPDA), Koperasi Pondok Pesantren, dan Koperasi Pramuka. Data terakhir pasa tahun 2009, jumlah anggota KOPINDO tercatat sebanyak 99 Koperasi primer. Berikut ini data perkembangan anggota KOPINDO selama lima tahun terakhir.

(5)

Daftar perkembangan Jumlah Anggota No Tahun 1 2005 2 2006 3 2007 4 2008 5 2009

Sumber : Laporan RAT Tahun 2005

Pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 jumlah anggota di KOPINDO terus mengalami penurunan yang diakibatkan banyaknya Koperasi primer yang bermasalah sehingga harus membubarkan Koperasinya, selain itu ada juga Koperasi primer yang keluar dari keanggotaan

dirasakan dengan menjadi anggota KOPINDO.

KOPINDO kembali mengalami kenaikan dengan adanya 7 anggota baru dari Koperasi Pemuda dan

penyempurnaan data

yang dinilai masih aktif dalam kegiatan

tersebar dalam tujuh (7) Wilayah seperti yang terlihat pada table berikut ini :

Daftar Nama No Propinsi/Wilayah 1 Sumatera 2 DKI Jakarta 3 Jawa Barat Tabel. 4.2

Daftar perkembangan Jumlah Anggota KOPIND Jumlah Anggota 103 - 101 -2 98 -3 92 -6 99 7

Sumber : Laporan RAT Tahun 2005-2008

Pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 jumlah anggota di KOPINDO terus mengalami penurunan yang diakibatkan banyaknya Koperasi primer yang bermasalah sehingga harus membubarkan Koperasinya, selain itu ada juga Koperasi primer yang keluar dari keanggotaan karena tidak adanya manfaat yang dirasakan dengan menjadi anggota KOPINDO. Pada tahun 2009 jumlah anggota kembali mengalami kenaikan dengan adanya 7 anggota baru dari Pemuda dan Koperasi Mahasiswa. Namun setelah adanya penyempurnaan data base anggota yang dilakukan, ternyata hanya ada 36 Anggota yang dinilai masih aktif dalam kegiatan KOPINDO. Anggota KOPINDO

tersebar dalam tujuh (7) Wilayah seperti yang terlihat pada table berikut ini : Tabel 4.3

Daftar Nama Koperasi Primer Anggota KOPINDO

Propinsi/Wilayah Nama Koperasi

Sumatera 1. KOPMA Imam Bonjol

2. KOPMA Univ. Lampung 3. KOPMA Univ. Negeri Padang DKI Jakarta 1. KOPMA UIN Syarifhidayatullah

Jawa Barat 1. KOPMA Univ. Islam Bandung

2. KOPMA Univ. Siliwangi Tasikmalaya 3. KOPMA Bumi Siliwangi UPI

4. KOPMA Univ. Pasundan Bandung 5. KOPMA Univ. Padjadjaran Bandung

6. KOPMA UIN Sunan Gunung Djati Bandung KOPINDO % - -1,98% -3,06% -6,52% 7,07%

Pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 jumlah anggota di KOPINDO terus mengalami penurunan yang diakibatkan banyaknya Koperasi primer yang bermasalah sehingga harus membubarkan Koperasinya, selain itu ada juga karena tidak adanya manfaat yang Pada tahun 2009 jumlah anggota kembali mengalami kenaikan dengan adanya 7 anggota baru dari Mahasiswa. Namun setelah adanya base anggota yang dilakukan, ternyata hanya ada 36 Anggota KOPINDO tersebut tersebar dalam tujuh (7) Wilayah seperti yang terlihat pada table berikut ini :

KOPINDO Koperasi

Univ. Negeri Padang UIN Syarifhidayatullah Univ. Islam Bandung

Univ. Siliwangi Tasikmalaya Bumi Siliwangi UPI

Univ. Pasundan Bandung Univ. Padjadjaran Bandung

(6)

7. Kop. Kesejahteraan Mahasiswa Bandung 8. KOPMA Univ. Kebangsaan

9. KOPMA STAIN Cirebon

10. Koperasi Bakti Pemuda Cianjur 11. Kopontren Bobos Cirebon

4 Jawa Tengah 1. KOPMA IAIN Walisongo

2. KOPMA UNDIP 3. KOPMA UNNES

4. KOPMA STAIN Pekalongan 5. KOPMA UMS

6. KOPMA UNS

7.KOPMA STAIN Surakarta 8. KOPMA UM Magelang 9. KOPMA STAIN Kudus 10. KopKun SOEDIRMAN 5 D.I Yogyakarta 1. KOPMA UIN Sunan Kalijaga

2. KOPMA UNY 3. KOPMA APMD

6 Jawa Timur 1. KOPMA UIN Malang

2. Kopontren Maskumambang Gresik

7 Sulawesi 1. KOPMA IAIN Alaudin Makasar

Sumber : Data Base Keanggotaan KOPINDO Pusat, Jakarta Tahun 2009

Dalam penelitian ini, yang menjadi analisis penelitian adalah anggota KOPINDO wilayah Jawa Barat dikarenakan jumlah anggota KOPINDO di wilayah ini merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan wilayah lainnya. Selain itu Koperasi Primer di wilayah Jawa Barat ini juga terhitung cukup aktif dalam keikutsertaan terhadap program atau kegiatan yang dilaksanakan oleh KOPINDO pusat.

Data diatas adalah data keanggotaan bedasarkan jumlah Koperasi primer yang menjadi anggota KOPINDO. Sedangkan jumlah anggota perorangan menjadi anggota Koperasi primer di KOPINDO apabila dibandingkan dengan jumlah anggota Koperasi primer yang tergabung di Koperasi Universitas NFUCA

(7)

Jepang sangat berbeda jauh. Jumlah anggota individu yang berada di 228 Koperasi primer yang tergabung di NFUCA pada tahun 2008 berjumlah sebanyak 1.480.000 orang (Laporan Annual Report Coop University, 2008). Sedangkan jumlah anggota individu yang berada di 92 Koperasi primer di KOPINDO, apabila diasumsikan masing-masing Koperasi memiliki 1000 orang anggota, maka jumlah anggota individu yang berada di KOPINDO baru sebanyak 92.000 orang atau baru sebesar 6,21% dari jumlah anggota individu di KOPINDO. Hal ini menunjukkan masih rendahnya kesadaran masyarakat khususnya pemuda untuk mengikuti Koperasi, karena hampir seluruh mahasiswa di Jepang adalah anggota Koperasi.

4.1.4 Keadaan Permodalan KOPINDO

Sumber daya yang dimiliki oleh Koperasi berasal dari modal sendiri dan modal luar. Modal sendiri KOPINDO berasal dari beberapa sumber yaitu simpanan pokok, simpanan wajib, dan cadangan. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah modal sendiri Koperasi dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.4

Perkembangan Jumlah Modal Sendiri KOPINDO Tahun Simpanan

Pokok

Simpanan Wajib

Cadangan Jumlah Modal Sendiri 2005 1.640.000 129.527.000 11.068.246 142.235.246 2006 1.640.000 129.527.000 11.068.246 142.235.246 2007 8.390.000 153.197.000 11.068.246 172.655.246 2008 9.390.000 176.787.000 35.744.546 221.921.546 Sumber : Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus KOPINDO 2005-2008

Dari tabel 4.4 dapat terlihat, jumlah modal sendiri mengalami kenaikan tiap tahunnya. Apabila dilihat sepintas tentang perkembangan jumlah modal sendiri KOPINDO selama 4 tahun terakhir dirasakan tidak ada permasalahan yang

(8)

serius. Namun berdasarkan data empirik yang peneliti dapatkan, hampir semua anggota mempunyai tunggakan simpanan wajib tiap tahunnya. Padahal simpanan wajib merupakan salah satu unsur terpenting dalam permodalan sebuah Koperasi dan harus dibayar oleh seluruh anggota. Apabila anggota melanggar kewajibannya, maka Koperasi tersebut dapat memberikan sanksi yang diatur dalam AD/ART.

Jika dirata-ratakan pertahun, kontribusi modal para anggota dalam melakukan simpanan terhadap KOPINDO terlihat sangat rendah. Dapat dilihat dari data terakhir jumlah simpanan pokok anggota pada tahun 2008 tercatat sebesar Rp. 9.390.000,- sedangkan simpanan pokok anggota pada tahun 2008 seharusnya berjumlah Rp. 10.540.000,-. Hal ini disebabkan adanya anggota yang masih memiliki tunggakan simpanan pokok sebesar Rp. 1.150.000,-. Sedangkan syarat untuk menjadi anggota Koperasi yaitu harus membayar simpanan pokok.

Apabila dilihat dari data simpanan wajib yang diterima KOPINDO pada tahun 2008 sebesar Rp. 176.787.000,- seharusnya simpanan wajib anggota yang diterima KOPINDO yaitu sebesar Rp. 315.345.900,-. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anggota belum melunasi simpanan wajib kepada KOPINDO yaitu sebesar Rp. 138.558.900,- atau sebesar 44% dari seluruh total simpanan wajib.

Melihat kondisi permodalan KOPINDO diatas sangat ironis, mengingat besaran simpanan yang diberikan anggota kepada KOPINDO sudah sangat kecil untuk ukuran anggota yang terdiri dari Koperasi primer, dengan simpanan pokok sebesar Rp.500.000,- dan simpanan wajib sebesar Rp.20.000,-/bulan. Padahal pelayanan yang diberikan kepada anggota tergantung dari besaran modal yang ada

(9)

di Koperasi dan modal tersebut sebagian besar berasal dari modal sendiri yang terdiri dari simpanan-simpanan anggota. Seperti yang terjadi di Koperasi Universitas Tokyo, setiap orang yang ingin menjadi anggota harus membayar simpanan sebesar ¥ 16.000 atau sebesar Rp.17.344.000. Dengan jumlah simpanan sebesar ini, maka tidak heran jika pelayanan yang diberikan oleh Koperasi sangat dirasakan oleh anggota dalam memenuhi kebutuhannya.

Dari penjelasan mengenai kondisi permodalan KOPINDO diatas, dapat terlihat bahwa adanya ketidak profesionalan pengelola dalam hal aturan pemenuhan modal Koperasi. Terlihat dari adanya sebagian anggota yang belum melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib yang seharusnya. Kondisi seperti ini sangat tidak bagus untuk sebuah Koperasi, karena cukup mempengaruhi kondisi keuangan dan biasanya permodalan Koperasi.

Apabial kondisi permodalan di KOPINDO tidak segera diperbaiki maka seperti yang terjadi saat ini yaitu terjadi kondisi dimana struktur permodalan di KOPINDO didominasi oleh modal luar baik berupa modal pinjaman dari bank atau dari pihak investor. Seperti halnya yang terjadi di KOPINDO, sector permodalan terbesar dimiliki oleh pihak luar atas kerjasama di beberapa unit usaha. Oleh karenanya jumlah hutang yang dimiliki KOPINDO pun terbilang cukup besar. Disamping itu, kesadaran dari anggota akan kewajibannya terhadap KOPINDO tidak dilaksanakan dan tentunya hal itu bertentangan dengan AD/ART yang dimiliki KOPINDO sehingga pengurus dituntut untuk selalu mengingatkan dan mengambil sikap tegas terhadap anggota yang melanggar sesuai dengan AD/ART yang berlaku.

(10)

4.2 Gambaran Umum Responden

4.2.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Koperasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada anggota KOPINDO wilayah Jawa Barat, diperoleh bahwa sebanyak 9 Anggota berasal dari Koperasi Mahasiswa, 1 Koperasi Pemuda, dan 1 Koperasi Pondok Pesantren. Mengenai penyebaran responden berdasarkan jenis Koperasi dalam penelitian ini, dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.5

Responden Berdasarkan Jenis Koperasi

No Jenis Koperasi Frekuensi Persentase

1 Koperasi Mahasiswa 9 81,8%

2 Koperasi Pondok Pesantren 1 9,1%

3 Koperasi Pemuda 1 9,1%

4 Koperasi Pramuka - -

Jumlah 11 100%

Sumber : Angket Masing-masing sampel anggota, tahun 2009

Melihat data diatas dapat diketahui bahwa Koperasi Mahasiswa adalah anggota KOPINDO yang paling banyak dibandingkan Koperasi lainnya. Pada data awal jumlah Koperasi Primer anggota KOPINDO per tahun 2008 di Jawa Barat berjumlah 12 Koperasi, namun jumlah tersebut berkurang menjadi 11 Koperasi.

4.2.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Usaha

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, semua Koperasi Primer anggota KOPINDO wilayah Jawa Barat memiliki jenis usaha Retail atau perdagangan umum. Tidak dijumpai anggota KOPINDO yang memiliki usaha di bidang simpan pinjam atau usaha multi purpose lainnya.

(11)

4.2.3 Gambaran Umum Berdasarkan Lamanya Menjadi Anggota

Gambaran umum berdasarkan lamanya menjadi anggota KOPINDO dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6

Responden Berdasarkan Lamanya menjadi anggota

No Lamanya menjadi anggota Frekuensi Persentase

1 <10 Tahun 3 27,3%

2 10-20 Tahun 6 54,5%

3 >20 Tahun 2 18,2%

Jumlah 11 100%

Sumber : Angket Masing-masing sampel anggota, tahun 2009

Berdasarkan lamanya responden menjadi anggota KOPINDO didapatkan bahwa 3 Koperasi telah menjadi anggota kurang dari 10 tahun, 6 Koperasi telah menjadi anggota KOPINDO antara 10 sampai 20 tahun, dan 2 buah Koperasi telah menjadi anggota KOPINDO selama lebih dari dua puluh tahun, yaitu Koperasi Mahasiswa Bumi Siliwangi UPI dan Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa Bandung. Dari tabel 4.2 diatas dapat terlihat bahwa sebagian besar Koperasi Primer reponden telah menjadi anggota rata-rata antara 10 sampai dengan 20 tahun sehingga dapat dikatakan sebagian besar anggota KOPINDO sudah cukup lama menjadi anggota.

4.3 Gambaran KOPINDO Dilihat Dari Variabel yang Diamati

Variabel yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari 3 variabel yaitu kemampuan manajerial pengurus, pelayanan Koperasi, dan partisipasi anggota yang diukur dari pembayaran simpanan, kehadiran dan keaktifan dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT). Berikut ini adalah gambaran KOPINDO berdasarkan variabel yang diamati.

(12)

4.3.1 Kemampuan Manajerial

Kemampuan manajerial yang diukur dalam penelitian ini adalah bentuk-bentuk kemampuan manajerial pengurus sebagaimana yang diungkapkan oleh Maman Ukas yaitu kemampuan konseptual, kemampuan kemanusiaan dan kemampuan teknis (1999 : 9).

Gambaran umum KOPINDO berdasarkan variabel kemampuan manajerial pengurus adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan Konseptual Pengurus

Sesuai dengan operasionalisasi variabel yang tercantum dalam BAB III bahwa kemampuan konseptual pengurus dinilai dari aspek kemampuan mental untuk berfikir serta memberikan pengertian, pandangan, persepsi dan pendapat dalam menangani kegiatan-kegiatan Koperasi secara menyeluruh, baik mengenai kebijakan, kemungkinan dalam menghadapi perubahan serta mengsinkronisasikan semua program atau kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi. Gambaran tersebut disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.7

Kemampuan Konseptual Pengurus (dalam %) No Kemampuan Konseptual Pengurus 5 4 3 2 1 % % % % % 1 Memberikan Pendapat - - 7 67% - - 4 36% - - 2 Membuat Kebijakan - - 7 67% 2 18% 2 18% - - 3 Membuat Program 2 18% 5 45% 1 9% 1 9% 2 18%

Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari Tabel 4.7 di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan konseptual pengurus sebagian besar berada pada skor 4 yang berarti kemampuan

(13)

konseptual pengurus yang dimiliki KOPINDO tinggi. Untuk lebih jelas, deskripsi kemampuan konseptual pengurus dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini :

Tabel 4.8

Deskripsi Kemampuan Konseptual Pengurus

RENTANG F PERSENTASI KETERANGAN

7 - 8 1 9,1 Sangat Rendah 9-10 2 18,2 Rendah 11-12 2 18,2 Sedang 13-14 1 9,1 Tinggi 15-16 5 45,4 Sangat Tinggi JUMLAH 11 100 Rata-rata : 23,16667 Skor Min : 7 Skor Max : 16 Range : 9 Panjang Kelas : 2,028582

Dari Tabel 4.8 tentang deskripsi kemampuan konseptual pengurus, dapat dilihat bahwa frekuensi hasil angket sebesar 5 responden berada pada rentang 15-16 dengan persentasi sebesar 45,4%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemampuan konseptual pengurus di KOPINDO berada pada skor Sangat Tinggi. Tingginya kemampuan konseptual memberi indikasi bahwa para pengurus KOPINDO menguasai konsep bila dibandingkan dengan kemampuan yang lainnya.

2. Kemampuan Kemanusiaan Pengurus

Kemampuan kemanusiaan pengurus diukur melalui kemampuan untuk bekerja dalam kelompok secara organisasi maupun individu dalam memberikan motivasi, komunikasi, dan mengarahkan orang-orang untuk mengerjakan sesuatu dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tabel mengenai

(14)

kemampuan kemanusiaan pengurus pada KOPINDO penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9

Kemampuan Kemanusiaan Pengurus (dalam %) No Kemampuan Kemanusiaan Pengurus 5 4 3 2 1 % % % % % 1 Menjalin Komunikasi - - 7 64% - - 4 36% - - 2 Memberikan Motivasi - - 7 64% 2 19 % 2 19% - - 3 Menampung Aspirasi 2 19% 5 45% 1 9% 1 9% 2 19 % 4 Melibatkan Anggota untuk aktif - - 3 27% - - 8 73% - -

Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari Tabel 4.9 di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan kemanusiaan pengurus sebagian besar berada pada skor 4 yang berarti kemampuan kemanusiaan pengurus yang dimiliki KOPINDO tinggi. Untuk lebih jelas, deskripsi kemampuan kemanusiaan pengurus dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut ini :

Tabel 4.10

Deskripsi Kemampuan Kemanusiaan Pengurus

RENTANG F PERSENTASI KETERANGAN

9-10 2 18,2 Sangat Rendah 11-12 1 9,1 Rendah 12-13 0 0 Sedang 14-15 2 18,2 Tinggi 16-17 6 54,5 Sangat Tinggi JUMLAH 11 100 Rata-rata : 26 Skor Min : 9 Skor Max : 17 Range : 8 Panjang Kelas : 1,803184

(15)

Dari Tabel 4.10 tentang deskripsi kemampuan kemanusiaan pengurus, dapat dilihat bahwa frekuensi hasil angket sebesar 6 responden berada pada rentang 16-17 dengan persentasi sebesar 54,5% atau masuk pada kategori sangat tinggi. Maka hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KOPINDO di Jawa Barat menilai tingkat kemampuan kemanusiaan pengurus di KOPINDO sudah sangat baik.

Kemampuan kemanusiaan pengurus KOPINDO menurut sebagian besar anggota KOPINDO di Jawa Barat termasuk pada kategori sangat tinggi, ini dikarenakan kemampuan pengurus dalam memberikan motivasi, komunikasi kepada anggota dirasakan cukup besar terutama saat anggota membutuhkan bantuan misalnya bantuan audiensi dengan pihak tertentu untuk kepentingan Koperasi anggotanya.

3. Kemampuan Teknis Pengurus

Kemampuan teknis pengurus diukur melalui kemampuan pengurus dalam mengoperasikan atau menggunakan suatu teknik, peralatan dan metode tertentu, misalnya menggunakan teknik pengambilan keputusan, mengoperasikan peralatan kantor atau menggunakan metode rapat yang efektif.

Tabel kemampuan teknis pengurus KOPINDO penelitian adalah sebagai berikut :

(16)

Kemampuan Teknis Pengurus (dalam %) No Kemampuan Kemanusiaan Pengurus 5 4 3 2 1 % % % % % 1 Menggunakan Teknik Mengambil Keputusan - - 7 64% 4 36% - - - - 2 Menggunakan Metode

rapat atau diskusi

- - 2 18% 4 36% 5 45% - - 3 Mengoperasikan

Peralatan Kantor

- - - - 1 9% 9 82% 1 9% Sumber : Angket Penelitian 2009

Dari Tabel 4.11 di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan teknis pengurus sebagian besar berada pada skor 4 d kemampuan teknis pengurus yang dimiliki KOPINDO tinggi. Untuk lebih jelas, deskripsi partisipasi anggota dapat dilihat pada Tabel 4.12 berikut ini :

Tabel 4.12

Deskripsi Kemampuan Teknis Pengurus

RENTANG F PERSENTASI KETERANGAN

6-7 3 27,27 Sangat Rendah 7-8 3 27.27 Rendah 8-9 3 27,27 Sedang 9-10 1 9,1 Tinggi 10-11 1 9,1 Sangat Tinggi JUMLAH 11 100 Rata-rata : 15,33333 Skor Min : 6 Skor Max : 11 Range : 5 Panjang Kelas : 1,128

Dari Tabel 4.12 tentang deskripsi kemampuan teknis pengurus, dapat dilihat bahwa ada tiga kategori yang memiliki frekuensi hasil angket yang sama yaitu, sedang, rendah dan sangat rendah dengan jumlah masing-masing sebesar 27,27%. Berdasarkan data tersebut, sebagian besar anggota KOPINDO di Jawa Barat menilai bahwa kemampuan teknis pengurus belum dapat dikatakan sudah

(17)

baik, bahkan dapat dikatakan sangat tidak baik mengingat ada juga anggota yang menilai kemampuan teknis pengurus di KOPINDO sangat rendah.

Adapun rata-rata kemampuan manajerial pengurus yang diukur berdasarkan 3 hal tersebut di atas yakni kemampuan konseptual pengurus, kemampuan kemanusiaan pengurus, dan kemampuan teknis pengurus adalah sebagaimana ditampilkan tabel berikut:

Tabel 4.13

Penyebaran Klasifikasi Kemampuan Manajerial Pengurus KOPINDO

No Klasifikasi F (%) 1. 2. 3. Rendah Sedang Tinggi 3 2 6 27,3 18,2 54,5 Jumlah 11 100

Sumber: hasil penelitian (data diolah kembali)

Dari data diatas dapat diketahui, kemampuan manajerial pengurus KOPINDO

yang meliputi kemampuan konseptual, kemampuan kemanusiaan, dan kemampuan teknis

berada pada klasifikasi tinggi dengan jumlah persentasi sebesar 54,5%, kemudian 18,2%

berada pada tingkat klasifikasi sedang, dan 27,3% pada klasifikasi rendah. Berdasarkan

hasil deskripsi data olah angket diatas, sebagian besar anggota menilai kemampuan

manajerial pengurus di KOPINDO sudah baik dengan jumlah persentase sebesar 54,5%.

Namun sebagian anggota lagi menilai bahwa kemampuan manajerial pengurus di

KOPINDO kurang baik atau belum dapat mengelola KOPINDO dengan baik.

Sedangkan untuk setiap aspek kemampuan manajerial, kemampuan rata-rata KOPINDO menurut anggota yang berada di Jawa Barat adalah 45,4% untuk kemampuan konseptual, 54,5% untuk kemampuan kemanusiaan dan 27,27% untuk kemampuan teknis. Tingginya kemampuan kemanusiaan memberi indikasi bahwa para pengurus KOPINDO lebih menguasai komunikasi dengan anggota

(18)

bila dibandingkan dengan kemampuan yang lainnya, yaitu kemampuan konseptual dan kemampuan teknis.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan manajerial pengurus dalam segi teknis kuarang dikuasai oleh seluruh pengurus KOPINDO sehingga dalam setiap pelaksanaan kegiatan program kerjanya dirasakan belum begitu baik dan maksimal.. Seharusnya kemampuan manajerial pengurus yang meliputi kemampuan kemanusiaan, kemampuan konseptual, dapat berjalan seimbang sehingga dapat saling menunjang satu sama lain. Sehingga tidak akan menimbulkan kesan bahwa pengurus KOPINDO hanya bisa membuat konsep, mengkomunikasikan, namun sulit untuk mengaplikasikannya sehingga anggota tidak merasakan pelayanan yang diberikan oleh KOPINDO.

4.3.2 Pelayanan Koperasi

Tujuan utama KOPINDO dalam menjalankan usahanya adalah selain mensejahterakan anggota juga memberikan pelayanan kepada anggotanya, oleh karena itu KOPINDO harus selalu meningkatkan kualitas pelayanannya, karena salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi anggota adalah dengan pelayanan yang memuaskan bagi para anggotanya, pelayanan yang memuaskan itu adalah pelayanan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan para anggotanya. Dengan adanya kesesuaian antara pelayanan yang dilakukan oleh Koperasi dengan keinginan dan kebutuhan para anggota maka akan meningkatkan minat anggota untuk berpartisipasi dalam memanfaatkan pelayanan dan mau mempertahankan hubungannya dengan KOPINDO.

(19)

Dari data-data tentang pelayanan Koperasi, kemudian diolah dan diperoleh kondisi pelayanan Koperasi terhadap anggotanya, seperti dibawah ini.

Tabel 4.14

Tingkat Pelayanan KOPINDO

No Skor pelayanan Koperasi Frekuensi Persentase

1 Rendah 1 9,1

2 Sedang 7 63,6

3 Tinggi 3 27,3

Jumlah 11 100

Sumber: Hasil penelitian (data diolah)

Dari Tabel 4.14 diatas, terlihat bahwa pelayanan yang diberikan oleh KOPINDO terhadap Koperasi primer anggotanya masuk ke dalam kategori sedang, hal tersebut terlihat dari jumlah sebesar 63,6%. Sedangkan untuk klasifikasi rendah sebesar 9,1% dan sebanyak 27,3% anggota menilai pelayanan KOPINDO sudah dikatakan tinggi.

Berdasarkan data diatas, pelayanan Koperasi di KOPINDO dikategorikan dalam klasifikasi rendah dengan asumsi anggota belum merasakan benar Pelayanan Koperasi sekunder ini terhadap Koperasi primernya, atau banyak juga anggota KOPINDO yang masih belum tahu tentang pelayanan apa saja yang diberikan KOPINDO kepada anggotanya. Pelayanan KOPINDO belum dikatakan baik dapat disebabkan karena belum sesuainya harapan dan kebutuhan anggota dengan jenis pelayanan yang diberikan KOPINDO kepada primer anggotanya.

Sebuah Koperasi seharusnya dapat memberikan pelayanan kepada naggota baik yang dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat tertuang dalam jenis pelayanan usaha ataupun program kerja yang ditujukan untuk mensejahterakan anggotanya. Seperti hal nya di Koperasi Universitas Jepang yang

(20)

membawahi 212 Koperasi primer, walaupun anggotanya banyak dan tersebar di 10 Wilayah namun pelayanan yang diberikan sama rata dan semua anggota merasakan manfaat yang sama dan tidak terkendala oleh masalah jarak ataupun waktu. Begitupun juga dengan unit usaha yang diadakan semuanya berdasarkan pada kebutuhan anggota yang terdiri dari seluruh civitas akademika di universitas tersebut.

4.3.3 Partisipasi Anggota

Berdasarkan kerangka pemikiran yang tercantum dalam Bab III, bahwa untuk mengukur partisipasi anggota digunakan tiga jenis partisipasi, yaitu partisipasi modal, partisipasi usaha, partisipasi pengambilan keputusan dan partisipasi pengawasan. Adapun data hasil penelitian mengenai tiga jenis partisipasi tersebut yang diperoleh dari pengurus Koperasi Primer anggota KOPINDO di Jawa Barat tersaji sebagai berikut :

a. Partisipasi dalam Permodalan

Sesuai dengan yang tercantum dalam operasional variabel, bahwa partisipasi anggota dalam permodalan diukur dari dimensi rasio besarnya simpanan pokok dan simpanan wajib yang telah disetorkan anggota ke KOPINDO dengan yang seharusnya ditentukan oleh KOPINDO. Perbandingan nilai simpanan pokok dan simpanan wajib yang telah disetor anggota dengan yang seharusnya sesuai dengan ketentuan dapat dilihat pada lampiran. Adapun rasio antara simpanan pokok dan simpanan wajib yang telah disetor dengan yang seharusnya dapat dilihat pada tabel 4.15.

Tabel 4.15

(21)

No Koperasi Jumlah Simpanan Tunggakan Simpanan Rasio Simpanan 1 KOBADA Cianjur 481.000 1.519.000 24,1 %

2 KOPMA BS UPI Bandung 536.000 1.464.000 26,8%

3 KOPMA UNPAD Bandung 510.000 1.490.000 26,5%

4 KOPMA UNPAS Bandung 258.000 1.742.000 12,9%

5 KKM UNISBA Bandung 625.000 1.375.000 31,3%

6 KOPMA Univ. Kebangsaan 350.000 1.650.000 17,5%

7 KKM Bandung 460.000 1.540.000 23%

8 KOPMA UNSIL Tasikmalaya 525.000 1.475.000 26,3%

9 KOPMA UIN SGD Bandung 1.040.000 960.000 52%

10 Koppontren Bobos Cirebon 547.000 1.453.000 27,4%

11 KOPMA STAIN Cirebon 1.470.000 530.000 73,5

Rata-Rata 30,02%

Sumber : Hasil Penelitian, (data diolah kembali)

Tabel 4.15 diatas menggambarkan persentase partisipasi anggota dalam permodalan. Partisipasi permodalan anggota yang paling tinggi ada pada Kopontren Bobos Cirebon, sedangkan partisipasi permodalan anggota yang paling rendah ada pada KOPMA UNISBA Bandung. Nilai persentase permodalan ini didapat dari rasio antara jumlah simpanan yang masuk ke KOPINDO selama 4 tahun dengan simpanan yang seharusnya masuk selama 4 tahun berturut-turut sejak tahun 2004 hingga 2008. Pada tahun 2008, rata-rata persentase partisipasi anggota dalam bidang permodalan adalah 30,02 %. Artinya sekitar 69,98% simpanan anggota tidak diterima oleh Koperasi.

Untuk memberikan penafsiran kualitatif mengenai jumlah simpanan anggota ini, maka diklasifikasikan sebagai berikut :

<33% : Klasifikasi rendah 33% - 66% : Klasifikasi sedang > 66% : Klasifikasi Tinggi

(22)

Tabel 4.16 berikut ini menggambarkan penyebaran tinggi rendahnya partisipasi anggota yang diukur melalui rasio presentase jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib yang diterima dengan yang seharusnya masuk ke KOPINDO.

Tabel 4.16

Penyebaran Jumlah Simpanan Anggota KOPINDO Di Jawa Barat

No Klasifikasi F (%) 1. 2. 3. Rendah Sedang Tinggi 9 1 1 81,8 9,1 9,1 Jumlah 11 100

Sumber: hasil penelitian (data diolah kembali)

Dari tabel 4.16 diatas dapat dilihat bahwa persentase simpanan anggota yang diterima oleh KOPINDO sebesar 9,1% berada pada klasifikasi tinggi, 9,1% pada klasifikasi sedang, dan sebesar 81,8% berada pada klasifikasi rendah.

Sehingga dapat disimpulkan tingkat partisipasi permodalan di KOPINDO cukup rendah, hal ini karena masih banyak anggota yang memiliki tunggakan simpanan dan tidak membayar tepat pada waktunya.

b. Partisipasi Dalam Kegiatan Usaha

Partisipasi anggota dalam kegiatan usaha KOPINDO diukur dari persentase pembelian anggota dan persentase anggota yang memanfaatkan pelayanan KOPINDO. Anggota yang berpartisipasi aktif dengan Koperasi, pasti akan menggunakan semua fasilitas pelayanan yang disediakan oleh Koperasi. Seperti, membeli di Koperasi dan memanfaatkan semua pelayanan dari Koperasi. Namun sangat disayangkan kegiatan usaha yang ada di KOPINDO lebih banyak ditujukan untuk non anggota bukan untuk anggota. Sehingga KOPINDO tidak memiliki data mengenai jumlah transaksi usaha atau pembelian di setiap unit

(23)

usaha yang dilakukan oleh anggotanya. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan tingkat partisipasi anggota dalam segi partisipasi usaha sangat rendah, karena anggota tidak memanfaatkan unit usaha yang disediakan oleh KOPINDO.

Anggota tidak dapat memanfaatkan setiap unit usaha yang disediakan oleh KOPINDO dikarenakan setiap unit usaha yang berada di KOPINDO tidak ditujukan langsung untuk anggota, sehingga anggota tidak dapat merasakan manfaat pelayanan usaha secara langsung. Setiap unit usaha yang ada di KOPINDO tidak langsung berdasarkan pada kebutuhan anggota, misalnya saja pada unit usaha Alfamart, padahal hampir semua aggota KOPINDO khusunya wilayah Jawa Barat bergerakpada usaha retail atau perdagangan umum. Selain itu sangat tidak memungkinkan anggota melakukan transaksi usaha secara langsung, dikarenakan tempat berlangsungnya kegiatan usaha KOPINDO berada jauh dari lokasi Koperasi primer anggotanya. Maka tidak aneh apabila KOPINDO tidak memiliki laporan transaksi pendapatan usaha yang berasal dari anggota, karena anggota KOPINDO tidak memanfaatkan setiap unit jasa usaha yang disediakan oleh KOPINDO.

c. Partisipasi Pengambilan Keputusan

Partisipasi dalam pengambilan keputusan Koperasi diukur dari kehadiran anggota dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) Koperasi dan keaktifan anggota dalam memberikan saran, usul, ataupun kritik ketika RAT dan diluar RAT Koperasi. RAT memegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi. Dalam rapat tersebut, anggota berhak meminta pertanggungjawaban pengurus dan pengawas mengenai pengelolaan Koperasi.

(24)

Keputusan RAT diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat, apabila tidak diuperoleh keputusan dengan cara musyawarah, maka pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak. Dalam pemungutan suara untuk menghindari dominasi dari pihak tertentu maka setiap anggota mempunyai hak satu suara. Hak suara dalam Koperasi diatur dalam anggaran dasar dengan mempertimbangkan jumlah anggota dan jasa Koperasi secara berimbang.

Untuk mengetahui tingkat partisipasi anggota dalam segi pengambilan keputusan di KOPINDO dapat dilihat dari data berikut ini :

Tabel 4.17

Partisipasi Pengambilan Keputusan 5 Tahun Terakhir

No Koperasi Ikut Serta

RAT Saran dan Usul Rata-Rata (%) 1 KOBADA Cianjur 5 5 100%

2 KOPMA BS UPI Bandung 5 5 100%

3 KOPMA UNPAD Bandung 5 5 100%

4 KOPMA UNPAS Bandung 5 5 100%

5 KKM UNISBA Bandung 3 3 60%

6 KOPMA Univ. Kebangsaan 2 2 40%

7 KKM Bandung 5 5 100%

8 KOPMA UNSIL Tasikmalaya 5 5 100%

9 KOPMA UIN SGD Bandung 5 5 100%

10 Koppontren Bobos Cirebon 3 3 60%

11 KOPMA STAIN Cirebon 4 4 80%

Rata-Rata 85,45%

Sumber : Hasil Penelitian, (data diolah kembali)

Berdasarkan tabel 4.17 diatas dapat terlihat bahwa tingkat partisipasi pengambilan keputusan di KOPINDO cukup tinggi, mengingat Rapat Anggota yang diselenggarakan oleh KOPINDO hanya berlangsung satu kali dalam setahun maka hanya di forum ini saja anggota dapat mengeluarkan hak suara mereka. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, rata-rata persentase partisipasi anggota dalam bentuk pengambilan keputusan adalah 85,45 %. Artinya sekitar 14,55%

(25)

anggota masih belum memberikan partisipasi aktifnya dalam proses pengambilan keputusan KOPINDO.

Untuk memberikan penafsiran kualitatif mengenai partisipasi dalam Pengambilan keputusan maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

<33% : Klasifikasi rendah 33% - 66% : Klasifikasi sedang > 66% : Klasifikasi Tinggi

Tabel 4.18 berikut ini menggambarkan penyebaran tinggi rendahnya partisipasi anggota yang diukur melalui partisipasi pengambilan keputusan anggota secara kualitatif.

Tabel 4.18

Penyebaran Klasifikasi Partisipasi Pengambilan Keputusan Anggota KOPINDO Di Jawa Barat

No Klasifikasi f (%) 1. 2. 3. Rendah Sedang Tinggi 0 3 8 0 27,3 72,7 Jumlah 12 100

Sumber: hasil penelitian (data diolah kembali)

Dari tabel 4.18 diatas dapat dilihat bahwa persentase partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan yang diukur melalui tingkat kehadiran dalam RAT serta usul dan saran yang diberikan sebesar 0% berada pada klasifikasi rendah, 27,3% berada pada klasifikasi sedang dan sebesar 72,7% berada pada klasifikasi tinggi.

Partisipasi pengambilan keputusan di KOPINDO baru dapat dilakukan pada saat Rapat Anggota Tahunan (RAT) berlangsung saja di setiap tahunnya, hal

(26)

ini dikarenakan agenda pertemuan rutin KOPINDO dengan anggotanya memang baru terlaksana pada saat RAT saja.

d. Partisipasi Pengawasan

Partisipasi dalam pengawasan diukur dari keaktifan anggota dalam mengawasi seluruh kegiatan atau program yang dikerjakan oleh pengurus KOPINDO. Namun kenyataan yang terjadi di lapangan, anggota hanya melakukan kegiatan pengawasan pada saat RAT berlangsung saja, dan selebihnya lebih mempercayakan pengawasan tersebut kepada Pengawas KOPINDO yang merupakan wujud representative anggota. Untuk mengetahui tingkat partisipasi anggota dalam segi pengawasan dapat dilihat dari data berikut ini :

Tabel 4.19

Partisipasi Pengawasan 5 Tahun Terakhir

No Koperasi Ikut Serta

RAT

Rata-Rata (%)

1 KOBADA Cianjur 5 100%

2 KOPMA BS UPI Bandung 5 100%

3 KOPMA UNPAD Bandung 5 100%

4 KOPMA UNPAS Bandung 5 100%

5 KKM UNISBA Bandung 3 60%

6 KOPMA Univ. Kebangsaan 2 40%

7 KKM Bandung 5 100%

8 KOPMA UNSIL Tasikmalaya 5 100%

9 KOPMA UIN SGD Bandung 5 100%

10 Koppontren Bobos Cirebon 3 60%

11 KOPMA STAIN Cirebon 4 80%

Rata-Rata 85,45%

Sumber : Hasil Penelitian (data diolah kembali)

Berdasarkan tabel 4.19 diatas dapat terlihat bahwa tingkat partisipasi pengawasan di KOPINDO cukup tinggi dengan jumlah 85,45% atau dengan kata lain hampir sebagian besar pedulu dan aktif dalam mengawasi KOPINDO, namun karena minimnya intensitas kegiatan yang melibatkan seluruh anggota

(27)

KOPINDO, maka kegiatan pengawasan lebih banyak dilakukan oleh Pengawas dibandingkan oleh anggota langsung.

Untuk memberikan penafsiran kualitatif mengenai partisipasi dalam pengawasan maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

<33% : Klasifikasi rendah 33%-66% : Klasifikasi sedang >66% : Klasifikasi tinggi

Tabel 4.20 berikut ini menggambarkan penyebaran tinggi rendahnya partisipasi anggota yang diukur melalui partisipasi pengawasan secara kualitatif.

Tabel 4.20

Penyebaran Klasifikasi Partisipasi Pengawasan

No Klasifikasi f (%) 1. 2. 3. Rendah Sedang Tinggi 0 3 8 0 27,3 72,7 Jumlah 12 100

Sumber: hasil penelitian (data diolah kembali)

Dari tabel 4.20 diatas dapat dilihat bahwa persentase partisipasi anggota dalam hal pengawasan sebesar 0% pada klasifikasi rendah, 27,3% berada pada klasifikasi sedang dan sebesar 72,7% pada klasifikasi tinggi.

Adapun rata-rata partisipasi anggota yang diukur berdasarkan 3 hal tersebut di atas yakni partisipasi permodalan, partisipasi usaha serta partisipasi pengambilan keputusan adalah sebagaimana ditampilkan tabel 4.21 berikut:

Tabel 4.21

Partisipasi Anggota KOPINDO di Jawa Barat No Koperasi P. Per- modalan P. Usaha P. Pengawas -an P.Pengam bilan Keputu-san Rata-rata %

(28)

1 KOBADA Cianjur 25,5 % 0% 100% 100% 56,3% 2 KOPMA BS UPI 26,8% 0% 100% 100% 56,7% 3 KOPMA UNPAD 26,5% 0% 100% 100% 56,6% 4 KOPMA UNPAS 12,9% 0% 100% 100% 53,2% 5 KKM UNISBA 31,3% 0% 60% 60% 38% 6 KOPMA U. K 27,3% 0% 40% 40% 27% 7 KKM Bandung 17,5% 0% 100% 100% 54,3% 8 KOPMA UNSIL 24,05% 0% 100% 100% 56% 9 KOPMA UIN SGD 23% 0% 100% 100% 55,8% 10 Koppontren Bobos 73,5% 0% 60% 60% 48,3% 11 KOPMA STAIN 52% 0% 80% 80% 53% Rata-rata 50,5%

Sumber: hasil penelitian (data diolah kembali)

Tabel 4.21 diatas menggambarkan persentase partisipasi anggota dalam hal permodalan, usaha, pengawasan, serta pengambilan keputusan. Partisipasi anggota KOPINDO yang paling tinggi ada pada KOPMA BS UPI diikuti oleh KOPMA UNPAD dan KOBADA Cianjur, sedangkan partisipasi anggota yang paling rendah ada pada KOPMA Universitas Kebangsaan Bandung. Pada 5 (lima) tahun terakhir ini , rata-rata persentase partisipasi anggota KOPINDO yang berada di Jawa Barat adalah 50,5 %. Artinya sekitar 49,5% anggota masih belum memberikan partisipasi aktifnya terhadap KOPINDO baik dalam hal permodalan, usaha/pembelian, pengawasan serta dalam proses pengambilan keputusan KOPINDO.

Untuk memberikan penafsiran kualitatif mengenai partisipasi anggota secara keseluruhan maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

<33% : Klasifikasi rendah 33% - 66% : Klasifikasi sedang > 66% : Klasifikasi Tinggi

(29)

Tabel 4.22 berikut ini menggambarkan penyebaran tinggi rendahnya partisipasi anggota yang diukur melalui partisipasi permodalan, partisipasi usaha/pembelian, serta pengambilan keputusan anggota secara kualitatif .

Tabel 4.22

Penyebaran Klasifikasi Partisipasi Anggota KOPINDO Di Jawa Barat

No Klasifikasi f (%) 1. 2. 3. Rendah Sedang Tinggi 1 10 0 9,1 90,9 0 Jumlah 11 100

Sumber: hasil penelitian (data diolah kembali)

Dari tabel 4.22 diatas dapat dilihat bahwa persentase partisipasi anggota terhadap Koperasi Pemuda Indonesia (KOPINDO) di Jawa Barat yang diukur melalui partisipasi permodalan, partisipasi usaha (pembelian), partisipasi pengawasan dan partisipasi pengambilan keputusan sebesar 90,9% berada pada klasifikasi sedang dan sebesar 9,1% berada pada klasifikasi rendah.

4.4 Analisis Instrument Penelitian 4.4.3 Uji Validitas

Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat kemampuan dalam mengukur apa yang akan diukur. Untuk menguji validitas angket, digunakan korelasi Product Moment sebagai berikut :

(30)

(

)( )

( )

{

∑ ∑

}

{

( )

}

∑ ∑ ∑ − − − − = 2 2 2 2 xy Y Y n X X n Y X XY n r (Suharsimi Arikunto 1997 : 255)

Uji validitas ini dilakukan pada setiap item angket dengan taraf signifikansi 0,05. Diluar taraf signifikansi tersebut item angket dinyatakan tidak valid pada tingkat kepercayaan 95%. Kemudian pengujian dilanjutkan dengan uji t, dengan rumus: ) r -(1 2) -(n r t = 2 (Suharsimi Arikunto 1997 : 255)

Kriteria pengujian validitas adalah jika thitung > ttabel dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika suatu item tidak valid maka harus diperbaiki atau dibuang.

Hasil pengujian validitas pada variabel Kemampuan manajerial pengurus baru dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.23

Uji Validitas Kemampuan Manajerial Pengurus No

Item

r hitung t hitung t tabel Kriteria

1 0,858 5,287 2,228 Valid 2 0,895 6,342 2,228 Valid 3 0,730 3,379 2,228 Valid 4 0,587 2,292 2,228 Valid 5 0,921 7,501 2,228 Valid 6 0,743 3,508 2,228 Valid 7 0,672 2,866 2,228 Valid 8 0,914 7,120 2,228 Valid 9 0,746 3,547 2,228 Valid 10 0,637 2,613 2,228 Valid 11 0,693 3,041 2,228 Valid Sumber : angket

Dari tabel 4.23 diatas, dapat diketahui bahwa semua butir soal yang berjumlah 11 soal sudah valid, yang berarti soal tersebut baik untuk dijadikan

(31)

instrumen. Sedangkan untuk hasil pengujian pada variabel pelayanan Koperasi, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.24

Uji Validitas Pelayanan Koperasi No

Item

r hitung t hitung t tabel Kriteria

11 0,806 4,087 2,262 Valid 12 0,783 3,779 2,262 Valid 13 0,705 2,979 2,262 Valid 14 0,806 4,087 2,262 Valid 15 0,777 3,707 2,262 Valid 16 0,853 4,910 2,262 Valid 17 0,693 2,883 2,262 Valid 18 0,660 2,639 2,262 Valid 19 0,724 3,147 2,262 Valid 20 0,626 2,405 2,262 Valid 21 0,806 4,087 2,262 Valid Sumber : Angket

Dari uji validitas pelayanan Koperasi pada Tabel 4.24, dapat diketahui bahwa semua butir soal yang berjumlah 10 soal sudah valid, yang berarti soal tersebut baik untuk dijadikan instrumen.

4.4.4 Uji Reliabilitas

Tes reliabilitas digunakan sebagai alat pengumpul data yang dapat dipercaya karena instrumen sudah baik. Rumus yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah rumus alpha sebagai berikut:

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa instrumen penelitian pada variabel kemampuan manajerial pengurus memiliki jumlah varians item sebesar 7,769, varians total sebesar 45,79 dan memiliki realibilitas yang baik karena angka realibilitasnya sebesar 0.913 yang berarti r hitung lebih besar dari r

2 11 1 2 1 n t k r k σ σ  Σ    =  −  −   

(32)

tabel (0.913 > 0.60). Dengan kata lain semua item dalam penelitian mengenai variabel partisipasi anggota merupakan instrumen yang dapat dipercaya. Untuk realibilitas tiap item dapat dilihat pada Tabel 4.25 berikut ini:

Tabel 4.25

Uji Reliabilitas Kemampuan Manajerial Pengurus No Item Varians item 1 0,926 2 0,612 3 1,868 4 0,793 5 0,793 6 0,777 7 0,612 8 0,413 9 0,231 10 0,637 11 0,693 Sumber : angket

Untuk hasil perhitungan instrumen penelitian pada variabel pelayanan Koperasi menunjukkan bahwa jumlah varians item sebesar 4,483 varians total sebesar 24,93 dan memiliki realibilitas yang baik karena angka realibilitasnya sebesar 0.895 yang berarti r hitung lebih besar dari r tabel (0.895 > 0.60). Dengan kata lain semua item dalam penelitian mengenai variabel pelayanan Koperasi merupakan instrumen yang dapat dipercaya. Untuk realibilitas tiap item dapat dilihat pada Tabel 4.28 berikut ini:

Tabel 4.26

Uji Reliabilitas Pelayanan Koperasi No

Item

Varians item

12 0,331

(33)

14 0,727 15 0,331 16 0,083 17 0,512 18 0,744 19 0,612 20 0,512 21 0,38 Sumber : angket

4.5 Hasil Pengujian Hipotesis

Data yang diolah merupakan data dari hasil penelitian, kemudian diuji melalui perhitungan SPSS 12.0 for windows. Pengolahan data dilakukan dengan metode statistik dengan menggunakan model Regresi Linier Berganda karena variabel independen lebih dari satu. Variabel yang diteliti adalah variabel independen yang meliputi kemampuan manajerial pengurus, dan pelayanan Koperasi, dengan variabel dependen partisipasi anggota.

Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan program SPSS, maka diperoleh gambaran mengenai pengaruh kemampuan manajerial pengurus, pelayanan Koperasi terhadap partisipasi anggota yang disajikan dalam tabel di bawah ini :

Adapun hasil uji signifikasinya sebagai berikut. Tabel 4.27 Output Uji Regresi

(34)

Tabel 4. 28 Hasil Uji Signifikasi

Dari hasil pengolahan data tersebut, diperoleh model regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = 17,167 + 0,906 X1 + 0.710 X2 + e 1 (5,140) (0.248) (0.277) T = (3,340) (3,652) (2,565) R2 = (0,899) Keterangan: Y = Partisipasi Anggota

X1 = Kemampuan Manajerial Pengurus

X2 = Pelayanan Koperasi

Dari persamaan regresi diatas dapat diketahui bahwa:

Coefficientsa 17.167 5.140 3.340 .010 .906 .248 .598 3.652 .006 .710 .277 .420 2.565 .033 (Constant) Kemampuan Manajerial Pelayanan Koperasi Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Partisipasi Anggota a. Model Summaryb .948a .899 .874 3.84173 1.590 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson Predictors: (Constant), Pelayanan Koperasi, Kemampuan Manajerial a.

Dependent Variable: Partisipasi Anggota b.

(35)

1) Konstanta persamaan regresi adalah 17,167 artinya bahwa ketika variabel-variabel bebas (X) tidak diteliti, partisipasinya memiliki nilai atau angka sebesar 17,167

2) Variabel X1 (Kemampuan Manajerial Pengurus) berpengaruh signifikan dengan arah posistif sebesar 0,906. Artinya ketika Kemampuan Manajerial Pengurus ditingkatkan sebesar 1 %, maka partisipasi akan bertambah sebesar 90,6%.

3) Variabel X2 (Pelayanan Koperasi) berpengaruh signifikan dengan arah positif sebesar 0.710. Artinya ketika motivasi meningkat sebesar 1 %, partisipasi anggota akan bertambah sebesar 71,0%.

Dari data tersebut diperoleh koefisien korelasi atau keeratan hubungan antara variabel kepemimpinan pengurus dan pelayanan KOPINDO yang cukup tinggi yaitu sebesar 0.948 atau 94,8 %, sedangkan koefisien determinasi diketahui sebesar 0.899. Artinya variasi atau perubahan partisipasi anggota dijelaskan oleh kemampuan manajerial pengurus dan pelayanan Koperasi sebesar 89,9% dan sebesar 10,1% dipengaruhi oleh faktor lain, sedangkan besarnya pengaruh kemampuan manajerial pengurus (X1) terhadap partisipasi anggota (Y) ditunjukkan oleh koefisien β sebesar 0.598. Dengan demikian maka variabel X1 berpengaruh terhadap Y sebesar (0.598)2 = 0.357 atau 35,7%.

Untuk menguji signifikasi model regresi diatas secara simultan dilakukan uji F dan hipotesis.

(36)

Ho : diterima jika F hitung lebih besar daripada F tabel (a,k/ n-k-1)

Ho : ditolak jika F hitung lebih kecil daripada F tabel (a,k /n-k-1)

Dari tabel anova diperoleh nilai F statistik sebagai berikut. Tabel 4.29 Anova

Berdasarkan tabel 4.29 diatas diperoleh F hitung sebesar 35,717 taraf signifikan 0.000. sedangkan F tabel diketahui 3,98. Karena F hitung > F tabel, maka variabel bebas kemampuan manajerial pengurus (X1) dan pelayanan Koperasi (X2) secara keseluruhan berpengaruh secara nyata terhadap partisipasi anggota.

Selanjutnya untuk menguji hipotesis parsial dilakukan uji t dengan cara membandingkan t tabel dengan t hitung.

Jika t hitung > atau sama dengan daripada t tabel, maka Hoditolak dan Hi diterima.

Jika T hitung < daripada t tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak

Dari tabel 4.22, untuk koefisien kemampuan manajerial pengurus (X1) diperoleh nilai t hitung sebesar 3.652 dengan taraf signifikan 0.006 sedangkan t tabel diperoleh sebesar 2,228. Karena t hitung > t tabel dengan derajat kepercayaan atau α

ANOVAb 1054.276 2 527.138 35.717 .000a 118.071 8 14.759 1172.347 10 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Pelayanan Koperasi, Kemampuan Manajerial a.

Dependent Variable: Partisipasi Anggota b.

(37)

0.05, maka Ho ditolak atau HI diterima artinya “kemampuan manajerial pengurus berpengaruh positif terhadap partisipasi anggota diterima”. Sedangkan besarnya pengaruh kemampuan manajerial pengurus (X1) terhadap partisipasi anggota (Y) adalah sebesar (0.598)2 = 0.357 atau 35,7%.

Dari tabel 4.22, untuk koefisien pelayanan Koperasi (X2) diperoleh nilai t

hitung sebesar 2,565 dengan taraf signifikan 0.033 sedangkan nilai t tabel diperoleh sebesar 2,262. Karena t hitung > t tabel dengan derajat kepercayaan atau α 0.05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, artinya “pelayanan Koperasi berpengaruh positif terhadap partisipasi anggota diterima”. Sedangkan besarnya pengaruh variabel pelayanan Koperasi (X2) terhadap variabel partisipasi anggota (Y) adalah sebesar (0.420)2 = 0.176 atau 17,6%.

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam bagian pembahasan ini akan dikemukakan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. Hasil penelitian tersebut akan diuraikan berdasarkan teori/pendapat yang digunakan oleh penulis yang kemudian dapat diketahui apakah penelitian ini sesuai dengan teori/pendapat, menentang teori/pendapat atau bahkan menemukan teori/pendapat yang baru. Selain itu juga akan diuraikan hal lain yang ditemukan penulis ini beserta implikasi terhadap pendidikan.

Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial, variabel Kemampuan manajerial pengurus dan pelayanan Koperasi berpengaruh signifikan terhadap partisipasi anggota

(38)

KOPINDO. Berikut ini akan dikemukakan pembahasan secara parsial atas analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan.

4.6.1 Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus Terhadap Partisipasi Anggota

Berdasarkan hasil penelitian kemampuan manajerial pengurus mempengaruhi partisipasi anggota. Hal ini terbukti dari pengujian secara parsial atau individu dengan menggunakan uji t diperoleh nilai t hitung sebesar 3.652 dengan taraf signifikan 0.006 sedangkan t tabel diperoleh sebesar 2,228. Karena t

hitung > t tabel dengan derajat kepercayaan atau α 0.05, maka Ho ditolak atau HI diterima artinya “kemampuan manajerial pengurus berpengaruh positif terhadap partisipasi anggota diterima”. Dengan menggunakan analisis regresi berganda, diketahui bahwa kemampuan manajerial pengurus dan pelayanan Koperasi secara keseluruhan berpengaruh secara nyata terhadap partisipasi anggota.

Pengurus dalam organisasi Koperasi memegang peranan penting, karena pengurus merupakan perangkat organisasi Koperasi setingkat di bawah Rapat Anggota yang diberi kepercayaan untuk memimpin Koperasi dan mengelola seluruh kegiatan Koperasi baik dari segi usaha maupun kegiatan organisasinya. Menurut pasal 30 UU No. 25 tahun 1992 ayat 1 mengenai tugas pengurus adalah sebagai berikut :

1. Mengelola Koperasi dan usahanya

2. Mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana anggaran pendapatan dan belanja Koperasi

3. Menyelenggarakan rapat anggota

4. Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

(39)

5. Memelihara daftar buku anggota dan pengawas.

Sedangkan dalam pasal 30 UU No. 25 tahun 1992 ayat 2, pengurus berwenang :

1. Mewakili Koperasi di dalam dan di luar pengadilan

2. Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar. 3. Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan Koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan rapat anggota.

Sebagai perangkat organisasi yang diberi wewenang untuk melakukan tindakan dan upaya hukum atas nama Koperasinya, maka pengurus bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan Koperasi dan usahanya kepada Rapat Anggota. Oleh karena itu maka, berhasil tidaknya Koperasi dalam menjalankan kegiatan usahanya sangat ditentukan oleh kemampuan pengurus dalam mengelola organisasi Koperasi. Seorang pengurus harus dapat mengatur, mempengaruhi, dan mengajak anggota-anggotanya untuk bekerja sama. Selain itu pengurus juga harus mampu mengakomodir seluruh kebutuhan anggota dan ditawarkan lewat program-program yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Agar dapat memimpin sebuah Koperasi dengan baik, maka seorang pengurus harus memiliki kemampuan manajerial yang baik yang dapat membantunya dalam mengelola sebuah Koperasi. Kemampuan manajerial yaitu kemampuan yang harus dimiliki oleh para pengurus Koperasi karena para pengurus merupakan mandataris Rapat Anggota Tahunan yang akan berperan sebagai badan eksekutif dalam mengelola Koperasi. Kemampuan Manajerial Pengurus dapat diketahui dari beberapa indikator, Maman Ukas (1999:97) mengungkapkan bahwa untuk dapat menangani pekerjaan dengan baik maka para

(40)

manajer diisyaratkan agar mempunyai kemampuan yang sesuai dengan lapangan kerja yang dipegangnya, keberhasilan dibidang manajemen banyak dibantu oleh pengetahuan dan keterampilan dalam ketiga bidang sebagai indicator dari kemampuan manajerial seseorang yaitu sebagai berikut:

1. Kemampuan Konseptual (Conceptual Skill) 2. Kemampuan Kemanusiaan (Human Skill) 3. Kemampuan Teknis (Technical Skill)

Pengurus KOPINDO yang berjumlah 8 orang yang terdiri dari beragam profesi, dan latar belakang yang berbeda-beda. Namun semua pengurus diharuskan untuk memiliki kemampuan manajerial tersebut, mengingat dalam keberlangsungan hidup KOPINDO baik dari segi organisasi maupun usahanya, pengurus mempunyai peranan yang sangat penting. Dengan kemampuan manajerial yang baik, maka pekerjaan pengurus menjadi lebih efektif, sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan menjadi lebih mudah.

Namun dalam kenyataan yang ada di Koperasi Pemuda Indonesia (KOPINDO), kemampuan manajerial pengurus yang ada masih dirasakan kurang. Karena apabila dilihat dari tingkat partisipasi yang rendah, maka dapat diambil kesimpulan apabila pengurus kurang dapat mengakomodir kebutuhan anggotanya sehingga rasa percaya anggota terhadap kinerja pengurus akan berimbas kepada partisipasinya kepada KOPINDO. Tidak sedikit anggota yang enggan membayar simpanan karena mereka tidak merasakan manfaat memiliki simpanan di KOPINDO.

(41)

Salah satu kemampuan manajerial yang harus dimiliki oleh pengurus KOPINDO adalah kemampuan konseptual, disini pengurus dituntut untuk dapat membuat kebijakan dan membuat kegiatan atau program yang sesuai dengan kebutuhan anggota. Sedangkan program atau kegiatan yang diadakan KOPINDO lebih bersifat untuk kepentingan KOPINDO dibandingkan untuk kepentingan anggotanya. Terlebih lagi pada program-program usaha yang ada di KOPINDO, yang dirasakan belum menyentuh kebutuhan anggota. Karena yang lebih banyak merasakan manfaatnya justru dari non anggota bukan dari anggota terlebih dahulu.

Selain itu untuk untuk aspek kemampuan kemanusiaan, pengurus KOPINDO juga dituntut agar dapat menjalin komunikasi yang harmonis dengan Koperasi primer anggotanya, juga mampu memberikan motivasi dan arahan agar seluruh kegiatan yang ada di KOPINDO berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Saat ini pengurus KOPINDO dapat menjalin komunikasi cukup baik dengan Koperasi-Koperasi primer anggotanya, terlebih lagi dengan adanya Koordinator di tiap wilayahnya. Namun tidak sedikit anggota yang justru lebih mengenal Koordinator wilayahnya daripada seluruh pengurus yang ada di KOPINDO. Hal ini terjadi karena intensitas waktu untuk komunikasi yang dirasakan kurang, karena para anggota kebanyakan baru dapat bertemu dan berinteraksi dengan pengurus pada saat Rapat Anggota Tahunan dan itu pun berlangsung hanya satu tahun sekali. Oleh karena itu diperlukan media komunikasi yang baik dan efektif seperti adanya bulletin anggota, agar hubungan

(42)

KOPINDO dengan Koperasi primer anggotanya dapat berjalan dengan baik walaupun jarak antara KOPINDO dan anggotanya cukup jauh.

Sedangkan dalam hal kemampuan teknis, pengurus KOPINDO dituntut untuk dapat menangani permasalahan yang ditunjukkan melalui kemampuan menggunakan suatu prosedur, metode maupun peralatan teknis. Kemampuan teknis pengurus KOPINDO dinilai cukup baik, namun dirasakan belum maksimal. Misalnya saja ketika terjadi konflik internal di kepengurusan pada periode kepengurusan 2008-2011, dan solusi baru dapat diambil pada saat Rapat Anggota Tahunan 2009 dan hasil keputusan yang diperoleh adalah adanya penggantian ketua baru. Belum lagi tentang permasalahan kondisi keuangan yang belum terselesaikan dengan tuntas, dan seolah-olah dibiarkan berlarut-larut.

Berdasarkan pemaparan diatas, kemampuan manajerial berpengaruh positif terhadap tingkat partisipasi anggota, dan berdasarkan hasil penelitian diketahui tingkat partisipasi anggota di KOPINDO cukup rendah. Salah satu penyebabnya adalah kinerja pengurus yang kurang dapat mengakomodir kebutuhan anggota sehingga menyebabkan anggota menjadi kurang percaya dengan kepengurusan dan berimbas pada tingkat partisipasi anggota menjadi rendah.

Saat ini kemampuan manajerial pengurus KOPINDO sangat diuji dan harus mampu bersikap professional. Walaupun pada dasarnya semua pengurus KOPINDO berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, namun mereka adalah orang-orang terbaik yang terpilih dari masing-masing Koperasi primernya. Oleh karenanya apabila partisipasi anggota di KOPINDO ingin lebih

(43)

baik, maka hal yang harus dilakukan adalah melakukan perbaikan terhadap kinerja kepengurusan terutama dalam hal kemampuan manajerial pengurusnya.

Hal ini dapat diawali ketika proses pemilihan pengurus berlangsung pada saat RAT. Seorang pengurus hendaklah dipilih berdasarkan kemampuan manajerial yang dimilikinya, karena dalam kenyataannya Koperasi akan berkompetisi dengan banyak pesaing dan akan menghadapi uji pasar, sehingga dengan adanya kemampuan manajerial pengurus maka Koperasi diharapkan memiliki keunggulan khusus. Pemilihan pengurus harus dilakukan berdasarkan kebutuhan agar KOPINDO menjadi lebih baik, bukan berdasarkan pada kepentingan pihak tertentu saja yang justru malah dapat berakibat pada kemunduran KOPINDO.

Apabila pengurus telah memiliki kemampuan manajerial yang baik, maka mereka dapat membuat program-program dan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan anggota, sehingga para anggota akan merasakan manfaat menjadi anggota KOPINDO dan akan terus berpartisipasi aktif baik pada aspek permodalan, usaha, maupun pada pengambilan keputusan. Ketika tingkat partisipasi anggota telah tinggi, maka tujuan KOPINDO pun akan tercapai sehingga tingkat keberhasilan KOPINDO pun akan tinggi.

4.6.2 Pengaruh Pelayanan Koperasi Terhadap Partisipasi Anggota

Berdasarkan pengujian hipotesis menunjukkan partisipasi secara nyata dipengaruhi oleh pelayanan Koperasi. Tujuan utama Koperasi yaitu adanya kemanfaatan yang dirasakan oleh anggota dalam memenuhi kebutuhan.- kebutuhannya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Untuk

(44)

dapat mewujudkan tujuan tersebut, maka Koperasi harus memberikan pelayanan yang baik pada anggota sehingga diharapkan anggota akan merasakan manfaat yang diberikan oleh Koperasi tersebut.

Semakin baik atau semakin banyak pelayanan itu, maka semakin tinggi peran serta anggota Koperasi tersebut. Dengan adanya pelayanan yang baik oleh Koperasi kepada para anggotanya maka secara langsung akan meningkatkan kontribusi para anggotanya. Hal ini karena pelayanan merupakan faktor yang sangat penting dalam upaya meningkatkan partisipasi anggota Koperasi seperti yang diungkapkan Ropke (2003:104) bahwa Partisipasi dalam organisasi yang ditandai oleh hubungan identitas, dapat diwujudkan jika pelayanan yang diberikan oleh perusahaan Koperasi sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan daripada anggotanya.

Kegiatan pelayanan Koperasi dapat berupa pemasaran hasil produksi anggota, usaha simpan pinjam, atau berupa pemasaran barang konsumsi lainnya asalkan sesuai dengan kebutuhan anggota. Namun kondisi yang ada di KOPINDO saat ini, Pelayanan yang diberikan kepada anggota belum sesuai dengan kebutuhan anggota. Misalnya saja, jenis usaha yang ada di KOPINDO lebih ditujukan kepada non anggota bukan kepada anggota terlebih dahulu, oleh karenanya tidak heran apabila KOPINDO tidak memiliki data laporan mengenai jumlah transaksi pembelian dari anggota. Pelayanan yang diberikan oleh KOPINDO lebih banyak kepada aspek non usaha misalnya pengadaan advokasi.

Padahal kehidupan sebuah Koperasi sangat ditunjang oleh aspek usaha, karena Koperasi merupakan badan usaha yang berorientasi mencari laba. Hanya

(45)

saja laba yang tersebut akan dikembalikan lagi kepada anggota, dan digunakan untuk menunjang kebutuhan anggota sehingga anggota merasakan manfaatnya berada di Koperasi tersebut. Oleh karena itu karena Koperasi bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya maka, semua kegiatan pelayanan baik usaha maupun non usaha harus bertujuan kepada anggota terlebih dahulu sebelum kepada non anggota.

Apabila dibandingkan dengan Koperasi Universitas di Jepang, pelayanan yang diberikan benar-benar menyentuh pada kebutuhan anggota bahkan pada kebutuhan yang paling mendasar seperti kebutuhan primer dan sekunder anggotanya. Seluruh pelayanan yang ada di Koperasi primer anggotanya disediakan langsung oleh Koperasi sekundernya, misalnya di Koperasi Universitas Tokyo yang memiliki unit usaha toko buku, restoran, bahkan apartemen dan asrama untuk mahasiswa semuanya berdasarkan standar dari

National Federation of University Co-operative Association in Japan (NFUCA)

yang merupakan Koperasi Sekundernya.

Kondisi KOPINDO sama dengan NFUCA, yaitu sama-sama menjadi organisasi Koperasi pusat yang beranggotakan Koperasi primer. Namun pelayanan yang diberikan oleh NFUCA kepada anggotanya yaitu Koperasi Universitas sudah sangat baik, sedangkan kegiatan pelayanan KOPINDO sebagian besar dirasakan oleh non anggota dibandingkan dengan anggota. Hal ini dapat terlihat pada laporan tahunan NFUCA Tahun 2008, dimana total pendapatan penjualan yang diterima dari anggota di NFUCA sebesar Rp. 220.594.000.000.000,- (220 triliun) dan untuk KOPINDO, transaksi penjualan

Gambar

Tabel  kemampuan  teknis  pengurus  KOPINDO  penelitian  adalah  sebagai  berikut :
Tabel  4.15  diatas  menggambarkan  persentase  partisipasi  anggota  dalam  permodalan
Tabel  4.16  berikut  ini  menggambarkan  penyebaran  tinggi  rendahnya  partisipasi  anggota  yang  diukur  melalui  rasio  presentase  jumlah  simpanan  pokok  dan simpanan wajib yang diterima dengan yang seharusnya masuk ke KOPINDO
Tabel  4.18  berikut  ini  menggambarkan  penyebaran  tinggi  rendahnya  partisipasi  anggota  yang  diukur  melalui  partisipasi  pengambilan  keputusan  anggota secara kualitatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada proses pencarian handphone, konsumen menginputkan kriteria handphone yang diinginkan, dan kemudian akan mendapatkan satu atau lebih data handphone yang

Pengelolaan kelas yang efektif dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan yaitu pendekatan perubahan tingkah laku dimana pengelolaan kelas dilakukan

Dalam menjalankan rutinitas media yaitu produksi berita, ketiga redaksi stasiun televisi yaitu iNews TV Semarang, RCTI Network Jawa Tengah, dan MNC TV Semarang

Peserta dalam video yang diunggah pada portal youtube dengan judul sesuai juknis LKSN PDBK Tahun 2021 dan dikirimkan melalui portal aplikasi registrasi LKSN PDBK Tahun 2021 merupakan

Sebaliknya siswa dengan Self-Efficacy yang lemah atau rendah cenderung rentan dan mudah menyerah menghadapi masalah matematika tersebut, mengalami kesulitan dalam

Sinarmas Multifinance Cabang Bima dan umumnya pada organisasi atau perusahan agar dapat membantu karyawan dalam mengatasi stres kerja, karena kalao karyawan mengalami

I-2 : Citra CP Prima yang sedang menurun memang membutuhkan proses atau waktu yang tidak singkat untuk mengembalikannya seperti sebelumnya tetapi saya sangat yakin bahwa

Tujuan dari pengali adalah untuk memperluas batas ukur tegangan dari meter dan untuk membatasi arus yang melewati pengerak meter pada saat arus menyimpang skala penuh maksimum... V 1