• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN PRODUKSI DAN DISTRIBUSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBINAAN PRODUKSI DAN DISTRIBUSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN PRODUKSI DAN DISTRIBUSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Faesal1), E. Hosang2), Made J. Mejaya1), dan Sania Saenong1) 1)Balai Penelitian Tanaman Serealia

2)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ABSTRAK

Pembinaan produksi dan distribusi benih sumber jagung komposit dilakukan Balitsereal bekerjasama dengan instansi terkait (Diperta, BPSB, dan BBI). Penelitian bertujuan untuk mempercepat distribusi benih dasar (BD) atau benih pokok (BP) jagung komposit. Produksi benih dilakukan oleh Diperta dan BBI sesuai dengan prosedur memproduksi benih dasar yang diawasi secara intensif dan ketat oleh BPSB. Penanaman dilakukan pada September 2005 di desa.Naibonat menggunakan jagung komposit varietas Lamuru dan Srikandi putih-1, sedangkan di BBI Tarus menanam varietas Lamuru masing masing 1 ha. Jarak tanam 75 cm x 40 cm, 2 tanaman/lubang, dipupuk dengan 300 kg urea + 200 kg SP 36 + 100kg KCl. Roguing dilakukan 2 kali yaitu pada fase vegetatif dan setelah keluar rambut. Hasil benih varietas Lamuru yang sudah disortir pada kadar air 10 % di Naibonat dan BBI Tarus masing-masing 2,80 dan 4,20 t/ha, sedangkan Srikandi putih-1 di BPTP Naibonat diperoleh 2,67 t/ha. Benih tersebut sudah diberikan ke beberapa penangkar benih untuk memproduksi benih di Kabupaten (TTS, TTU, Belu dan Sumba Timur) Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Kata Kunci: Pembinaan, Produksi, Distribusi, Benih sumber Jagung PENDAHULUAN

Benih unggul adadah katalis sangat penting untuk memacu peningkatan produktivitas pertanian secara signifikan. Produksi benih yang bermutu penting untuk semua jenis tanaman, dan produksi benih unggul tidak banyak manfaatnya kalau tidak diantar dan terdistribusi kepada petani pengguna (Morris, 1998).

Dalam kurun waktu 9 tahun terakhir Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan 8 varietas jagung unggul bersari bebas dan terbaru diantaranya adalah Lamuru, Sukmaraga, Srikandi putih dan Srikandi kuning dengan potensi hasil 7,0 – 9,0 t/ha. Lamuru adalah varietas toleran kekeringan, Sukmaraga toleran lahan masam, sedangkan Srikandi kuning dan Srikandi putih merupakan jagung yang memiliki protein bermutu tinggi (promunggi) oleh karena mengandung Lisin dan Triptopan lebih tinggi dibandingkan jagung biasa (Balitsereal, 2005). Jagung promunggi prospektif dikembangkan untuk mendukung program peningkatan mutu pakan dan pangan berbasis jagung, misalnya di Nusatenggara Timur (NTT) yang dikenal sebagai daerah ternak dan makanan pokok sebagian besar penduduk adalah jagung. Kendala utama yang dihadapi petani adalah ketersediaan benih yang tidak cukup dengan harga terjangkau Balitsereal (2004). Hal yang perlu diperhatikan di dalam memproduksi benih adalah harus lebih baik dari produksi biji untuk konsumsi dan untuk memperoleh benih dalam jumlah besar dengan mutu baik, maka pembinaan penangkar merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan (David Beek dalam Cimmyt, 1999).

Untuk mempercepat pengembangan, penyediaan dan distribusi benih jagung varietas unggul komposit perlu diupayakan dengan cara menjalin kerjasama antara Balitsereal dengan instansi terkait (Diperta, BPTP, BBI dan lain-lain) dalam mensosialisasikan varietas unggul sekaligus dengan teknik produksi benih sumber kelas benih dasar, sehinggga varietas unggul lebih cepat tersebar sampai kepada pengguna. Sosialisasi varietas–varietas baru ditujukan kepada instansi terkait dengan perbenihan dapat dilakukan melalui acara temu lapang. Target produksi 25 kg Benih Penjenis (BP) seluas 1,0 ha lahan, akan menghasilkan 2.500 - 3.000 kg benih dasar (BD). Selanjutnya 25 kg benih kelas BD apabila dikembangkan diharapkan menjadi 2.500 – 3.000 kg benih Benih Pokok (BP), Kemudian 2500 kg BP apabila dikembangkan akan menjadi 250.000 kg Benih Sebar (BR) yang selanjutnya digunakan oleh petani di setiap daerah sasaran.

(2)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini kegiatannya meliputi sosialisasi varietas baru, produksi benih dan distribusi benih sumber jagung komposit yang dilakukan bekerjasama instansi terkait dengan perbenihan antara lain Diperta Prpinsi, BPSB dan BBI Propinsi Nusa Tenggara Timur yang merupakan salah satu sentra produksi jagung di Indonesia.

Benih dasar (BD) adalah keturunan pertama benih penjenis (BP). Benih kelas BD diproduksi oleh Diperta Propinsi dengan bimbingan dan pengawasan intensif dan ketat oleh petugas BPSB. Penangkaran benih jagung komposit kelas BD atau BP dilakukan di Naibonat pada MK 2005 seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Penangkaran benih jagung komposit kelas benih dasar (BD) atau benih pokok (BP) di NTT pada MK 2005

Varietas Lokasi

Luas penangkaran untuk kelas benih Benih dasar

(ha) Benih pokok (ha)

Total (ha) Perkiraan hasil benih (t/ha) Lamuru Srikandi Putih-1 Lamuru Naibonat Naibonat BBI Tarus 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 1,0 1,0 1,0 3,00 2,50 3,00

Varietas yang ditanam adalah Lamuru dan Srikandi Putih-1 dengan prosedur mengacu kepada cara memproduksi benih kelas BD dan BP jagung bersari bebas di lapangan mengikuti metode yang diuraikan oleh Dahlan (1988) dan BSN (2000) sebagai berikut:

1. Sebelum benih di tanam petugas BPSB mengambil sampel dan meninjau lokasi penangkaran, dilanjutkan pemeriksaan lapangan rutin sampai tongkol dipanen untuk keperluan sertifikasi benih yang akan dihasilkan (minimal 4 kali kunjungan lapangan).

2. Benih kelas BS atau BD tiap varietas ditanam dalam petak terisolasi jarak minimum 500 m dan atau isolasi waktu 1 bulan.

3. Jarak tamnam 75 cm x 20 cm (2-3 biji perlubang, diperjarang pada umur 14 hari menjadi 1 tanaman/lubang) dan jumlah benih yang diperlukan 25 kg/ha.

4.

Pengelolaan tanaman sesuai anjuran yaitu pupuk an organik 300 kg urea, 150 kg SP36,

100 kg KCl dan 50 kg ZA per ha. Sepertiga takaran urea diberikan pada umur 1-7 hari setelah tanaman tumbuh bersama seluruh takaran P dan K pada jarak sekitar 7 cm dari tanaman sedalam 10 cm dan lubang pupuk ditutup kembali dengan tanah. Sisa pupuk urea dan seluruh pupuk ZA diberikan pada umur 30-35 hst pada jarak sekitar 15 cm dari tanaman sedalam 10 cm dan lubang pupuk ditutup kembali dengan tanah. Tanaman dipelihara secara optimal dari gangguan gulma, hama dan kebutuhan air.

5. Sebelum keluar bunga, dilakukan pembuangan tanaman menyimpang dalam hal warna batang dan daun, tinggi tongkol dan batang, umur berbunga, warna rambut, warna malai serta tanaman yang terinfeksi hama penyakit.

6. Pada saat panen (kadar air 20%) pilih tongkol yang diinginkan sesuai dengan deskripsi varietas pada saat panen. Tongkol terpilih kemudian dipipil pada kadar air 14 % dan bijinya digabung sebagai benih kelas BD dan BP.

7. Biji dikeringkan hingga kadar air maksimum 10% kemudian dimasukkan dalam kemasan plastik berisi 5 kg benih.

Pengamatan

1. Bobot tongkol kupasan basah(kg/ha) 2. Kadar air biji saat panen (%)

3. Hasil biji (kg/ha, setelah disortir, pipilan kering pada kadar air 10%)

4. Setiap hamparan pertanaman (ha) dibuat ubinan 10m x 10 m dengan data: a. Jumlah tanaman dipanen

b. Jumlah tongkol dipanen

(3)

d. Bobot biji (kadar air 15%)

e. Hasil benih setelah disortir pipilan kering kadar air 10%

5. Pendistribusisn benih kelas BD dan atau BP yang dihasilkan (data nama penangkar dan jumlah benih).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil biji kering calon benih kelas BD atau BP jagung unggul komposit Lamuru dan Srikandi Putih-1 di Naibonat masing-masing diperoleh sebanyak 3,47 t/ha dan 3,11 t/ha pada kadar air 15%. Bobot biji Lamuru setelah disortir pada kadar air 10% adalah 2,80 dan 2,67 t/ha, sedangkan varietas Lamuru di BBI Tarus memberikan calon benih 5,30 t/ha ada kadar air 15% dengan hasil sortir pada kadar air 10% sebanyak 4,20 t/ha (Tabel 2). Benih BD yang diperoleh lebih tinggi dari perkiraan hasil yang ditargetkan, meskipun tanaman mendapat cekaman kekeringan yang disebabkan menanam terlambat (28 Agustus 2005), sehingga persediaan air pada sumur pompa dan atau kolam tidak mampu mengairi secara optimal seluruh pertanaman yang luasnya 2,0 ha termasuk pertanaman selain produksi untuk benih yang dilakukan isolasi waktu 1 bulan. Hasil biji yang rendah juga disebabkan oleh populasi tanaman panen dan jumlah tongkol lebih rendah dari populasi normal, karena dilakukan seleksi tanaman menyimpang sebelum dan setelah keluar bunga jantan (Tabel 2). Produksi benih Lamuru yang ditanam di BBI Tarus hasilnya lebih tinggi dibandingkan di Naibonat oleh karena ada air sungai yang dapat dipompa setiap saat ke pertanaman, sehingga kebutuhan air lebih terjamin selama pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan pola distribusi bulanan dan jumlah hari hujan (Gambar 1) maka penanaman jagung untuk produksi benih sebaiknya dilakukan pada bulan Maret atau April, mengikuti pola tanam petani yang umumnya menanam jagung momnokultur atau ditumpangsarikan dengan ubikayu atau labu diawal musim penghujan. Pertanaman jagung untuk produksi benih sebaiknya waktu tanamamnya mundur sampai pertengahan atau akhir musim hujan, sehingga tanaman jagung masih ada sedikit hujan hujan untuk mendukung pertumbuhan vegetatif awal dan selanjutnya dapat dibantu penyiraman menggunakan air yang dipompa dari sumber air yang masih tersedia, dengan demikian pada fase pemasakan biji serta panen dan prosessing sudah tidak ada hujan, sehingga kuantitas maupun kualitas benih yang dihasilkan menjadi lebih baik. Penanaman jagung untuk produksi benih juga dapat dilakukan di musim kemarau pada lokasi yang memiliki sumber air dan dipanen pada awal musim hujan kalau ada alat pengering.

Hasil biji varietas Lamuru di Naibonat lebih tinggi dibandingkan Srikandi Putih-1, hal ini menunjukkan bahwa jagung komposit varietas Lamuru lebih toleran terhadap kekeringan dibandingkan dengan varietas Srikandi Putih-1, padahal persediaan airnya lebih terjamin oleh karena pertanaman jagung varietas Srikandi Putih-1 memiliki sumur tersendiri dengan luas pertanaman yang relatif lebih kecil yaitu 1,0 ha. Benih sumber kelas BD dan atau BP sebahagian sudah didistribusikan kepada penangkar benih dibeberapa kabupaten yaitu Kabupaten TTS, Kabupaten TTU, Kabupaten Belu dan Sumba Timur untuk memproduksi kalas benih selanjutnya. Benih pokok Lamuru sebanyak 7,0 ton dan Srikandi Putih-1 2,67 ton (Tabel 2).

(4)

Gambar 1. Grafik jumlah curah hujan dan hari hujan lokasi penelitian , Naibonat 2004/2005 Benih dasar yang dihasilkan pada penelitian ini, apabila ditangkarkan untuk memproduksi kelas benih selanjutnya akan dihasilkan benih popkok (BP) Varietas Lamuru sebanyak 700 ton dan varietas Srikandi putih 267 ton. Benih pokok ini akan memberi kontribusi cukup signifikan terhadap penyediaan benih sumber jagung di NTT. Luas pertanaman jagung di Propinsi Nusa Tenggara Timur pada musim tanam tahun 2004 adalah 264.907 ha (BPS, 2004) apabila diasumsikan bahwa kebutuhan benih 20 kg/ha maka, diperlukan benih jagung sebanyak 5.298 ton dan kebutuhan benih tersebut pada tahun 2005 meningkat menjadi 6000 ton (Diperta NTT, 2005). Produksi Benih Sumber varietas Lamuru dan Srikandi putih-1 mampu mensuplai benih sumber sebesar 9,67 t pada musim tanam 2005/ 2006. Apabila benih sumber tersebut ditangkarakan dapat menghasilkan benih sebar sebanyak 967 ton. Dengan demikian terjadi percepatan penyebaran benih jagung bermutu pada musim tanam tahun berikutnya. Jumlah benih sumber Lamuru dan Srikandi putih-1 yang terdistribusi sampai akhir Desember 2005 tertera pada Tabel 3.

Tabel 2. Hasil varietas Lamuru dan Srikandi Putih -1 produksi benih sumber (BD) dan benih pokok (BP). Naibonat NTT, 2005

Lokasi/ No. Jumlah Jumlah Bobot Kadar Hasil biji Biji sortir

JG + UBK JG Benih 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

Okt Nop Des Jan Feb Mar Aprl Mei Jun Jul Agst Sept

J u m la h c u ra h h u ja n 0 5 10 15 20 25 30 H a ri h u ja n Curah hujan Hari hujan

(5)

Varietas Ubinan tananan panen tongkol panen ubinan (kg) air (%) ka 15% (t/ha) 10% (t/ha)pada ka Naibonat Lamuru Srikandi Putih-1 BBI Tarus Lamuru I II Rata-rata I II Rata-rata I II Rata-rata 205 202 203 207 224 216 321 314 318 214 211 203 217 232 225 334 325 330 44,9 38,0 41,5 46,4 49,0 47,2 77,5 74,5 75,9 25,8 23,7 26,3 30,4 30,7 30,5 26,1 25,4 25,8 3,60 3,34 3,47 3,03 3,20 3,11 5,40 5,21 5,30 2,90 2.70 2,80 2,60 2,73 2,67 4,25 4,15 4,20

Tabel 3. Distribusi benih komposit Lamuru dan Srikandi Putih-1. Naibonat, Desember 2005

Varietas Jumlah benih (kg) Kabupaten Penangkar/InstansiNama

Lamuru (BD) Srikandi Putih-1 (BP) 50 60 40 420 2230 200 300 40 2130 TTU Belu Sumba Tinur Kupang Kupang TTU Kupang Sumba Timur Kupang Alex Nana Yosefin Clara Kornelis BPTP Naibonat Diperta NTT Alex Nana BPTP Naibonat Kornelis Diperta NTT Total 5470 NTT

Jumlah benih yang terdistribusi sampai akhir Desember 2005 menunjukkan bahwa produksi benih sumber pada MK 2005 sudah terbagi ke beberapa penangkar binaan Diperta maupun BPTP yang tersebar di beberapa Kabupaten di NTT dan sisa benih yang belum tersalurkan akan digunakan atau didistribusikan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi NusaTenggara Timur.

KESIMPULAN

Produksi benih kelas BD varietas Lamuru setelah sortir pada kadar 10 % diperoleh benih 2,80 t/ha (Naibonat) dan 4,20 t/ha (BBI Tarus), sedangkan varietas Srukandi Putih-1 di Naibonat menghasilkan benih BD setelah disortir sebanyak 2,67 t/ha pada kadar air 10%. Distribusi benih dilakakukan melalui penangkar benih binaan Dinas Pertanian dan BPTP pada beberapa kabupaten di NTT.

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Balitsereal. 2005. Highlight Balai Penelitian Tanaman Serealia 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 36 p.

---. 2004. Highlight Balai Penelitian Tanaman Serealia 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 41 p.

BPS Propinsi NTT. 2005. Buku Saku Statistik Nusa Tenggara Timur 2004. Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Timur. 157 p.

BSN. 2000. Benih jagung bersari bebas kelas benih pokok (BP). Badan Standarisasi Nasional. SNI. 01-6232.2000.

Cimmyt. 1999. Training cource on hybrid technology and seed production in maize. Central Research Institute For Food Crops. Agency for Agriculture Research and Development and International Maize and Wheat Improvement. Maros, South Sulawesi, 8-13 November 1999.

Dinas Pertanian NTT. 2005. Laporan Tahunan Dinas Tanaman Pangan Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Dahlan, M. 1988. Pembentukan dan produksi benih jagung bersari bebas. Dalam: Subandi et al. (eds). Jagung. Puslitbangtan. Bogor. p. 101-118.

Krull, C. F., J. M. Prescott and C. W. Crum. 1998. Seed marketing and distribution. Dalam: Morris (eds). Maize Seed Industries in Developing Countries. p. 125-141.

(7)

Gambar

Tabel 1. Penangkaran benih jagung komposit kelas benih dasar (BD) atau benih pokok (BP) di  NTT pada MK 2005
Gambar 1. Grafik jumlah curah hujan dan hari hujan lokasi penelitian , Naibonat 2004/2005
Tabel   3.   Distribusi   benih   komposit   Lamuru   dan   Srikandi   Putih-1.   Naibonat,   Desember  2005

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan kemandirian yang signifikan antara kedua kelompok tersebut dimana siswa Sekolah Dasar yang tidak mengikuti bimbingan belajar

Sahlan, anak seorang petani menggantikan orang tuanya yang menghilang dengan menjaga pohon kesayangan keluarga mereka.Mereka memiliki janji, untuk dapat piknik

Badru Zaman (2006: 4-5) mengemuakan bahwa alat-alat permainan yang dikembangkan memiliki berbagai fungsi dalam mendukung penyelenggaraan proses belajar anak sehingga

[r]

hal ini dirasa sangat penting dan menarik untuk dilakukan penelitian terkait anggrek tanah dan vegetasi lantai di sekitarnya di kawasan tersebut untuk mengetahui

Dalam kasus Perkawinan Sesama Jenis yang dicatatkan oleh Kantor Catatan Sipil dan Dinas Kependudukan DKI Jakarta, dimana hal tersebut dilakukan oleh Penggugat dengan

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 ini ialah transplantasi dengan judul Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan

Sistem operasi yang digunakan komputer disebut platform 4 Operating System/ Platform A Operating System/ Platform B Operating System/ Platform C Operating System/ Platform