• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Protein Hati Itik Cihateup

Rata-rata kadar protein hati pada itik Cihateup yang diberi minyak buah makasar (MBM) pada kondisi pemeliharaan minim air disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-Rata Kadar Protein Hati Itik Cihateup Fase Grower

Keterangan :

K : Tanpa pemberian minyak buah makasar BJ. A : Pemberian 100 µL minyak buah makasar BJ. B : Pemberian 150 µL minyak buah makasar BJ. C : Pemberian 200 µL minyak buah makasar

Berdasarkan hasil analisis varians polinomial orthogonal (lampiran 2), dapat diketahui bahwa rata-rata kadar protein hati itik Cihateup fase grower yang diberi minyak buah makasar pada level yang berbeda terdapat pengaruh sangat nyata (P<0,01). Hasil dari analisis varians diuji lanjut dengan menggunakan uji contrast polinomial orthogonal (Lampiran 3) untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil dari uji contrast orthogonal dapat dilihat pada Tabel 6.

Ulangan Perlakuan K BJ. A BJ. B BJ. C ...%... 1 18,57 19,54 19,46 20,46 2 19,18 19,99 19,86 22,68 3 18,78 20,52 20,56 22,52 4 19,43 21,89 20,78 21,39 5 18,82 21,34 21,79 21,79 6 18,47 20,89 20,57 21,58 Rata-rata 18,88±0,37 20,70±0,87 20,50±0,81 21,74±0,81

(2)

Konsentrasi protein hati itik Cihateup terbesar (P<0,01) pada perlakuan BJ. C dengan pemberian minyak buah makasar 200 µL yaitu sebesar 21,74%, dan rataan terendah pada perlakuan K (tanpa pemberian) sebesar 18,88%.

Tabel 6. Signifikansi Kadar Protein Hati Itik Cihateup Fase Grower

Perlakuan (%) Signifikansi*

K 18,88

BJ. B 20,5

BJ. A 20,7

BJ. C 21,74

Keterangan : *Rata-rata perlakuan yang diikuti notasi huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kadar protein hati itik Cihateup fase grower yang diberi minyak buah makasar berbeda sangat nyata lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan tanpa pemberian minyak buah makasar. Rata-rata kadar protein hati itik Cihateup fase grower yang diberi minyak buah makasar pada perlakuan BJ. C (200 µL) berbeda nyata dengan perlakuan BJ. B (150 µL) tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan BJ. A (100 µL).

Pemeliharaan itik Cihateup pada kondisi minim air mengakibatkan hormon kortisol di dalam tubuh itik meningkat, sehingga mekanisme glukoneogenesis berlangsung tinggi. Proses glukoneogenesis meningkat dalam rangka untuk pemenuhan energi ternak salah satunya melalui katabolisme protein hati. Hillman dkk. (2000) menyatakan bahwa glukokortikoid memicu peningkatan pembentukan glukosa dengan meningkatkan katabolisme protein, glikogen, dan lipida. Minyak buah makasar mengandung asam linoleat yang memiliki ikatan rangkap dan berfungsi dalam penurunan radikal bebas di dalam tubuh ternak. Penurunan radikal bebas dari phosprorilasi oksidatif di mitokondria dapat menghambat

(3)

hipoxia inducble factor (HIF), sehingga terjadi peningkatan enzim piruvat dehidrogenase yang merubah asam piruvat menjadi asetil Ko-A.

Asam amino seperti triptofan dan metionin akan diubah menjadi prekursor molekul yang terlibat dalam siklus krebs, melalui transaminasi dan selanjutnya akan diubah menjadi asetil Ko-A untuk mempertahankan siklus krebs agar produk NAD dan ion H+. Kedua senyawa tersebut diperlukan untuk phosphorilasi oxidative untuk menghasilkan ATP. Oksaloasetat akan diubah menjadi phospoenol piruvat dan mengalami konversi balik sehingga menjadi glukosa. Alamdari dkk. (2008) menunjukkan peningkatan kadar pyruvat dan acetil co-A seiring dengan meningkatnya perombakan protein untuk memenuhi kebutuhan energi dan mempertahankan kadar glukosa darah.

Konversi asam-asam amino menjadi asam pyruvat dan acetil co-A menjadi alasan utama kadar protein hati pada kelompok itik tanpa pemberian minyak buah makasar (Perlakuan K). Kandungan asam linoleat yang tinggi dalam minyak buah makassar telah menjadi molekul inhibitor terhadap cortisol yang menyebabkan peningkatan pengurain asam amino. Pearce dkk. (2013) mengemukakan bahwa asam lemak asensial mampu mengurangi penguraian molekul non karbohidrat menjadi prekursor ATP dan glukosa. Kadar protein yang tinggi pada kelompok itik dengan perlakuan minyak buah makasar, dapat dikemukakan merupakan indikator glukoneogenesis yang rendah, sehingga kadar protein hati dapat dipertahankan, meskipun terdapat kecederungan pemberian dengan minyak buah makassar dengan kadar 150 µL masih menunjukka aktivitas glukoneogenesis yang lebih tinggi, ditandai dengan kadar protein hati lebih rendah (P<0,01) yaitu 20,5% dibandingkan dengan pemberian 200 µL.

(4)

Penurunan katabolisme protein dengan pemberian minyak buah makasar akan mengakibatkan terjadinya penurunan glukoneogenesis yang berdampak pada kadar protein yang tinggi karena tidak terjadinya perombakan protein yang berguna untuk memenuhi energi yang hilang ketika itik mengalami stres.

4.2 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Lemak Hati Itik Cihateup

Rata-rata kadar lemak hati pada itik Cihateup yang diberi minyak buah makasar (MBM) pada kondisi pemeliharaan minim air disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-Rata Kadar Lemak Hati Itik Cihateup Fase Grower

Ulangan Perlakuan K BJ. A BJ. B BJ. C ...%... 1 40,45 43,46 44,98 45,87 2 41,06 42,79 45,65 46,76 3 40,53 44,15 44,98 45,96 4 41,12 43,07 45,63 46,64 5 40,67 44,17 46,04 46,18 6 42,18 43,64 45,85 46,27 Rata-Rata 41,00±0,64 43,55±0,56 45,52±0,45 46,28±0,36

Tabel 7. dapat dilihat bahwa konsentrasi rataan lemak hati itik Cihateup berbanding lurus dengan kadar pemberian minyak buah makasar, semakin tinggi kadar pemberian maka konsentrasi lemak hati itik Cihateup semakin meningkat. Konsentrasi lemak hati itik Cihateup terbesar pada perlakuan BJ. C yaitu pemberian minyak buah makasar 200 µL sebesar 46,28% dan rataan terendah pada perlakuan K (tanpa perlakuan) sebesar 41,00%. Berdasarkan hasil analisis varians polinomial orthogonal (Lampiran 6), dapat diketahui bahwa rata-rata kadar lemak hati itik Cihateup fase grower yang diberi minyak buah makasar pada

(5)

level yang berbeda terdapat pengaruh sangat nyata (P<0,01). Hasil analisis varians yang menunjukkan pengaruh, maka telah dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji contrast orthogonal (Lampiran 7) untuk mengetahui tingkat perbedaan antar perlakuan. Hasil dari uji contrast orthogonal dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Signifikansi Kadar Lemak Hati Itik Cihateup Fase Grower

Perlakuan % Signifikan*

K 41,00

BJ. A 43,59

BJ. B 45,52

BJ. C 46,28

Keterangan : *Rata-rata perlakuan yang diikuti notasi huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Berdasarkan Tabel 8 tampak bahwa rata-rata kadar lemak hati itik Cihateup fase grower yang diberi minyak buah makasar sebesar 100 µL (BJ. A); 150 µL (BJ. B) dan 200 µL (BJ. C) hasilnya berbeda sangat nyata lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan tanpa pemberian minyak buah makasar (K). Perlakuan BJ. B berbeda sangat nyata lebih rendah (P<0,01) dibandingkan dengan perlakuan BJ. C, namun lebih tinggi dibandingkan dengan pelakuan BJ. A.

Kondisi stres akibat pemeliharaan minim air yang dialami itik Cihateup akan menyebabkan perubahan aktivitas hormonal pada itik. Kondisi stres ini ditandai dengan peningkatan tekanan darah, kandungan glukosa darah, konstraksi otot, dan percepatan respirasi. Cekaman lingkungan menyebabkan meningkatnya ACTH yang menyebabkan korteks adrenal meningkatkan sekresi glukokortikoid (Von Borell 2001; Hardy dkk., 2005; Garriga dkk., 2006).

(6)

Katabolisme lemak meningkat di dalam sel-sel hati itik Cihateup akibat dari kekurangan glukosa di dalam tubuh itik sehingga kadar lemak di dalam hati itik rendah. Kondisi ini merupakan dampak stres yang menstimulasi peningkatan glukoneogenesis. Ternak membutuhkan glukosa sebagai prekursor pembentukan energi, sedangkan kadar glukosa dalam darah harus dipertahankan tetap. Glukosa di sintesis dari glikogen atau cadangan karbohidrat, dan pada saat cadangan glikogen ini menurun maka akan memanfaatkan cadangan lipid (trigliserida).

Trigliserida (TGA) akan diubah menjadi gliserol dan asam-asam lemak di mana asam-asam lemak melalui β-oksidasi diubah menjadi asetil Ko-A dan masuk ke dalam siklus krebs. Oksaloasetat akan diubah menjadi phospoenil piruvat dan mengalami konversi balik sehingga menjadi glukosa. Proses gukoneogenesis yang berkepanjangan menyebabkan lemak di dalam hati terpakai untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, sehingga produksi ternak menurun. Proses yang berkempajangan terjadi di hati menyebabkan kadar lemak menurun, sebagaimana halnya yang terjadi pada kelompok itik tanpa pemberian minyak buah makasar, sehingga menunjukkan kadar lemak yang terendah (41,00%).

Seiring penambahan level minyak buah makasar, kadar lemak juga menunjukkan peningkatan dengan kadar yang berbeda sangat nyata (P<0,01). Terkait hasil ini dapat dikemukakan bahwa asam linoleat merupakan komponen lemak yang dapat melintasi mebran sel-sel villi illeum dan ditransfor langsung ke dalam hati tanpa mengalami safonifikasi. Peningkatkan kadar lemak di hati, bukan hanya disebabkan oleh asupan asam lemak sesuai perlakuan, tetapi O’Brien dkk. (2010) melaporkan kadar lemak hati lebih tinggi bagi ternak yang tidak megalami stres, sehingga glukoneogenesis menurun. Rhoads dkk. (2011) menunjukkan penurunan glukoneogenesis karena peningkatan hormon

(7)

pertumbuhan yang dapat distimulasi oleh asam lemak tidak jenuh (oleat, linoleat, linolenat dan arakidonat).

4.3 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Kolesterol Hati Itik Cihateup

Rata-rata kadar kolesterol itik cihateup tanpa pemberian serta dengan pemberian minyak buah makassar, ditampilkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-Rata Kadar Kolesterol Hati Itik Cihateup Fase Grower

Ulangan Perlakuan K BJ. A BJ. B BJ. C ... µg/mg... 1 1,01 1,24 1,23 1,14 2 1,15 1,43 1,06 1,11 3 1,42 1,47 1,23 1,06 4 1,11 1,08 1,49 1,56 5 1,03 1,11 1,27 1,08 6 1,17 1,28 1,82 1,10 Rata-rata 1,15±0,15 1,27±0,16 1,35±0,27 1,18±0,19

Berdasarkan hasil analisis varians polinomial orthogonal (Lampiran 6), dapat diketahui bahwa rata-rata kadar kolesterol hati itik Cihateup fase grower yang diberi minyak buah makasar pada level yang berbeda tidak terdapat pengaruh nyata (P>0,05). Konsentrasi kolesterol rataan hati itik Cihateup terbesar pada perlakuan BJ. B dengan pemberian minyak buah makasar 150 µL sebesar 1,349 µg/mg, dan rataan terendah pada perlakuan K (tanpa perlakuan) sebesar 1,147 µg/mg.

Kemampuan asam linoleat mengikat radikal bebas dapat menjadi indikator bahwa asam linoleat efektif sebagai antistres. Pemberian lemak esensial dapat meningkatkan HDL di dalam darah tinggi sehingga transportasi kolesterol dari

(8)

sel-sel jaringan ke hati semakin tinggi. HDL (High Density Lipoprotein) mempunyai efek antiaterogenik yaitu mengangkut kolesterol bebas dari pembuluh darah dan jaringan lain menuju hati. Kolesterol yang diangkut ke dalam hati diubah menjadi kolesterol ester yang sebangian dipindahkan ke VLDL melalui bantuan enzim CETP dan dikembalikan lagi ke hati oleh IDL dan LDL. Hati akan memanfaatkan kembali kolesterol bebas tersebut untuk diubah menjadi garam empedu atau langsung mengsekresikan ke dalam empedu.

Penelitian terdahulu juga ditunjukkan, antara oleh Yalcin dkk. (2007), asam lemak tidak jenuh bersifat kolesterolemik atau menghambat sintesis kolesterol endogen, dengan menurunkan aktivitas enzim hepatic 3-hydroxy-3-ethylglutaryl-CoA (HMG-3-hydroxy-3-ethylglutaryl-CoA) reductase serta enzim cholesterol 7α-hydroxylase dalam proses biosintesis kolesterol.

Fenomena biokimiawi ini menyebabkan kadar kolesterol tidak berbeda nyata (P<0,05) dengan kelompok itik yang tidak diberi dengan minyak buah makasar. Kadar kolesterol yang rendah pada kelompok itik yang tidak diberi minyak buah makasar disebebkan karena aktivitas glukoneogenesis yang meningkat, sebagaiman telah dikemukakan pada pembahasa sebelumnya, dengan demikian, bukan hanya protein dan lemak, tetapi juga kolesterol dikatabolisme menjadi asetil co-A sebagai sumber energi.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan uji regresi logistik, hasil analisis menunjukkan bahwa aktivitas fisik merupakan indikator yang paling tidak signifikan diantara variabel yang

Perlakuan akuntansi pada Tabungan Haji dapat dijelaskan bahwa pembiayaan yang disalurkan oleh bank Rakyat Indonesia Cabang Sidoarjo apabila nasabah yang akan berangkat

Pada perlakuan lainnya, yaitu frekuensi pemberian pakan 1 kali per 3 dan 4 hari dengan persentase molting, pertumbuhan, dan efisiensi pakan terendah disebabkan

Dalam penjilidan kembali bahan pustaka atau buku pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen di lakukan dengan menggunakan lem.. Penjilidan dengan menggunakan paku dan hekter

Studi kasus adalah strategi penelitian sosial atau suatu metode penelitian yang mempelajari kejadian-kejadian (cases) pada fenomena kontemporer di dalam

Hasil ini menun- jukkan bahwa pada kedalaman tersebut merupakan habitat ikan pelagis di perairan Laut Arafura dimana densitas ikan pelagis kecil di perairan dangkal atau dekat

Kita melihat kerinduan mereka untuk hadir dalam ibadah, dalam ayat 4 kita melihat bahwa mereka datang pagi-pagi benar atau dengan kata lain mereka datang dengan tidak

Kegiatan Remidial dapat dilaksanakan pada waktu dan hari tertentu, misalnya saat jam belajar apabila masih ada waktu yang tersisa atau di luar jam pelajaran (30