• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V DESAIN SURVEY DAN PENGOLAHAN DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V DESAIN SURVEY DAN PENGOLAHAN DATA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

DESAIN SURVEY DAN PENGOLAHAN DATA

5.1 Desain Survey

Pengukuran data VLF dilakukan 4 – 8 November 2007 di daerah Semanu, pada sistem sungai bawah permukaan Bribin, meliputi 2 lokasi pengukuran, yakni: Depan dan Belakang Kantor Bribin. Adapun parameter akusisi dan desain survey pengukurannya disusun sebagai berikut (Gambar 5.1):

Tabel 5.1 Parameter akusisi survei VLF Depan dan Belakang kantor Bribin

No Parameter Nilai Parameter

1 Jumlah lintasan per lokasi 3 2 Panjang lintasan 400 m 3 Spasi titik pengukuran 10 m 4 Jumlah titik per lintasan 41 titik

5 Jumlah pengukuran per 1 titik 2 kali: (posisi bediri (up) dan posisi duduk (down))

6 Frekuensi pengukuran 18200 Hz

7 Data terukur Inphase, quadrature, total-field dan tilt- angle

Gambar 5.1 Desain survei lokasi penelitian pada sistem sungai bawah permukaan Bribin, Semanu.

(2)

5.2 Pengolahan

data

Pengolahan data pada penelitian ini dibagi 2 (Gambar 5.2) :

1) Pengolahan data pertama bertujuan untuk mendapatkan hasil interpretasi kualitatif.

2) Pemodelan ke belakang bertujuan untuk mendapatkan hasil interpretasi kuantitatif.

Gambar 5.2 Diagram alir pengolahan data VLF

5.2.1 Koreksi topografi

Koreksi topografi dilakukan pada masing-masing titik untuk setiap lintasan pengukuran. Besarnya koreksi topografi tergantung pada besarya sudut kemiringan lereng dari topografi yang dilewati lintasan pengukuran. Adapun koreksi topografi pada penelitian ini menggunakan koreksi Baker dan Myers.

(3)

Koreksi Baker dan Myers pada prakteknya dilakukan dengan cara menghitung sudut kemiringan antara 2 titik topografi. Kemudian berdasarkan grafik hubungan antara kemiringan dan koreksi topografi Baker dan Myers didapatkan nilai koreksi topografinya. Nilai terkoreksi adalah rata-rata dari 2 titik pengukuran VLF ditambah dengan nilai koreksinya. Jika lintasan pengukurannya turun bukit, maka nilai koreksi negatif (mengurangi) dan sebaliknya nilai koreksi positif untuk lintasan pengukuran naik bukit. Gambar 5.3 - 5.5 adalah contoh penentuan koreksi topografi Baker dan Myers pada titik pengukuran ke-3 dan ke-4 yang mempunyai kemiringan 160.

Gambar 5.3 Profil Topografi line 1 Depan Kantor Bribin. Kotak merah adalah kemiringan diantara titik ke-3 dan titik ke-4.

Gambar 5.4 Contoh penentuan koreksi topografi Baker dan Myers pada kemiringan 160.

(4)

Gambar 5.5 Data inphase-up pada line 1 sebelum dan sesudah (ungu) dilakukan koreksi topografi Baker dan Myers.

5.2.2 Filter Moving Average

Dengan asumsi terdapatnya noise harian pada daerah survey, maka dilakukan filter moving average pada data yang sudah terkoreksi topografi. Setelah penerapan filter moving average diharapkan sinyal yang ada benar-benar menggambarkan anomali yang disebabkan oleh benda konduktif dibawah permukaan. Gambar 5.6 adalah contoh penerapan filter moving average pada data inphase-up.

Gambar 5.6 Filter moving average dengan menggunakan window 5 pada data inphase-up line 1 yang telah terkoreksi topografi.

(5)

5.2.3 Filter Fraser

Dengan menggunakan filter Fraser, titik infleksi menjadi maksimum (peak), sehingga diharapkan setelah menerapkan filter ini dapat mempermudah penginterpretasian.

Misalkan data VLF terdiri dari M1, M , M , M , M ... M2 3 4 5 n dan

seterusnya, diukur pada interval yang teratur. Berdasarkan persamaan 2.26 filter Fraser dilakukan secara berturut turut:

• Nilai filter Fraser pertama , F = (M1 4 + M ) - (M + M3 2 1). Hasilnya

diletakan pada tengah-tangah antara stasiun ke-2 dan ke-3

• Nilai filter kedua, F = (M2 5 + M ) - (M4 3 + M2) Hasilnya diletakan pada

tengah-tengah antara stasiun 3 dan 4. Begitu pula perhitungan filter Fraser pada titik berikutnya dilakukan sepanjang lintasan.

Gambar 5.7 adalah contoh hasil filter Fraser pada data real dan imaginer untuk line1 Depan Kantor Bribin.

Gambar 5.7 Filter Fraser diaplikasikan pada data inphase-up dan quadrature-up pada line 1.

Filter Fraser diaplikasikan untuk seluruh lintasan pengukuran VLF dengan menempatkan lintasan pengukuran pada posisi (x,y) dan nilai anomalinya (z),

(6)

dapat dibuat konturnya. Kontur tersebut dapat memperlihatkan sebaran posisi anomali daerah pengukuran. Gambar 5.8 memperlihatkan kontur sebelum dan sesudah dilakukan filter Fraser.

Gambar 5.8 Peta Kontur data lapangan inphase-up Depan Kantor Bribin: (a) Sebelum dan (b) Sesudah dilakukan filter fraser.

Interpretasi dengan menggunakan data kontur sebelum dilakukan filter Frasre (Gambar 5.8a) akan mengalami hambatan, karena sulit untuk menentukan titik infleksi yang tidak berfokus pada satu tempat saja, selain itu jika di daerah tersebut terdapat banyak benda konduktif, titik infleksi menjadi semakin sulit untuk ditentukan. Setelah dilakukan filter Fraser (Gambar 5.8b) daerah anomali menjadi sedikit lebih jelas. Dari gambar ini kita perkirakan bahwa anomali konduktif (dicirikan dengan nilai maksimum) berada pada titik A, B, C dan D. Sedangkan anomali resistif (dicirikan dengan nilai minimum) berada pada titik E.

(7)

Namun untuk lebih meyakinkan dapat dibantu dengan menggunakan data lainnya (quadrature, titlt-angle, atau total-field).

5.2.4 Filter Karous-Hjelt

Interpretasi kualitatif VLF dapat pula dilakukan dengan menggunakan filter Karous-Hjelt. Penerapan filter ini menghasilkan pola distribusi rapat arus terhadap kedalaman semu yang dapat memberikan informasi keberadaan daerah konduktif.

Gambar 5.9 memperlihatkan perbandingan antara filter Fraser dan filter Karous-Hjelt data inphase-up untuk seluruh lintasan pada daerah Depan Kantor Bribin. Kedua filter ini mengindikasikan posisi suatu anomali yang sama.

Gambar 5.9 Profil kedalaman rapat arus akivalen hasil filter Karous-Hjelt dan peta kontur filter Fraser inphase-up Depan Kantor Bribin. Titik-garis biru menunjukkan posisi anomali pada sumbu x pada kedua jenis filter tersebut.

(8)

5.2.5 Kontur Fraser VLF-EM–vGrad

Metode Very Low Frequency Electromagnetic Vertical Gradient (VLF-EM–vGrad), mengukur selisih nilai dari respon EM terukur pada alat VLF yang ditentukan oleh medan magnetik sekunder dan mencerminkan nilai konduktivitas dari bawah permukaan itu sendiri. Prakteknya adalah dengan mengurangkan nilai data VLF-up terhadap VLF-down.

Hasil VLF-EM-vGrad menunjukkan bahwa daerah anomali yang dicurigai menjadi lebih jelas dari VLF-EM. Gambar 5.10 memperlihatkan bahwa daerah anomali yang sebelumnya tersebar dibeberapa daerah menjadi lebih sedikit dan lebih fokus, sehingga mengurangi ambiguitas penentuan titik anomali

Gambar 5.10 Peta kontur Fraser dan profil kedalaman Karos-Hjelt VLF-EM (a dan b) dan VLF-EM-vGRAD (c). Anomali pada peta kontur Fraser VLF-EM-VGRAD menjadi lebih jelas dibandingkan VLF-EM.

(9)

5.2.6 VLF EM-vGRAD Inphase, Quadrature, T-Field, dan Tilt-Angle

Titik Anomali data inphase gradien, quadrature gradien, toral-field gradien, dan tilt-angle gradien diperlihatkan pada Gambar 5.11. Pada data inphase gradien titik anomali terdiri dari titik A-D, dengan titik A yang terdeteksi sebagai anomali yang paling besar nilainya. Pada data quadrature gradien hanya ditemukan 1 titik anomali yaitu titik E. Pada data total-field gradien terdapat 4 buah titik-titik anomali: titik F, G, H dan I yang tidak terlihat pada data lainnya. Pada data tilt-angle gradien, ditemukan 6 titik anomali dimana titik-titik tersebut beberapa terdapat juga pada data inphase gradien ditambah dengan titik J dan K yang lebih jelas dari data inphase. Gambar 5.11 juga memperlihatkan kesesuaian antara filter Fraser gradien dan filter Karous-Hjelt gradien yang memperlihatkan suatu indikasi lokasi anomali yang sama.

Berdasarkan hasil dari VLF-EM-vGRAD tersebut diperkirakan anomali pada line 1 untuk titik C berada pada jarak 225-250 meter dengan kedalaman semu antara 25-45 meter. Anomali pada line 2 untuk titik B pada jarak 175-200 meter dengan kedalaman semu 35 meter, sedangkan untuk titik A pada jarak 75-100 meter.

Informasi ini digunakan sebagai masukan dalam penentuan mesh yang digunakanfinite element dalam melakukan pemodelan ke belakang.

Gambar

Tabel 5.1 Parameter akusisi survei VLF Depan dan Belakang kantor Bribin
Gambar 5.2  Diagram alir  pengolahan data VLF
Gambar 5.4  Contoh penentuan koreksi topografi Baker dan  Myers pada kemiringan 16 0
Gambar 5.6  Filter moving average dengan menggunakan window  5  pada data inphase-up line 1 yang telah terkoreksi topografi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berikut ini di tampilan gambar service bedrock hotel yang kedua yaitu grand deluxe.Grand deluxe memberikan fasilitas yang lebih menarik dan tetap di berikan

Dari gambar peta kontur penurunan muka tanah Semarang periode 2008-2009, penurunan muka tanah tanah terbesar diwakilkan oleh warna merah yang tersebar pada daerah Semarang

Gambar V.9 diatas memperlihatkan Activity Diagram Deployment dimana proses ini diawali dari Officer/Staff (diasumsikan sudah melakukan login) mendapat notifikasi

Shoot close up, lalu muncul disisipi gambar untuk mendukung pernyataan. Wawancara narasumber

Deformasi yang terjadi akibat pembebanan dari bagian rangka daerah motor, reducer, dan juga hopper, seperti yang ditujukan pada gambar..

Untuk melengkapi informasi mengenai perbandingan nilai unit ruko di daerah Kedoya dan sekitarnya dan menambahkan data sekunder mengenai harga pasaran, penulis secara

Dari gambar grafik perbandingan di atas dapat dilihat bahwa kapasitas waktu yang tersedia untuk Mesin Hopper lebih banyak dari pada waktu yang dibutuhkan, maka

Gambar 4.5 Sudut yang Terbentuk pada elemen kerja pada saat mengambil pensil  Langkah kedua yaitu menghitung skor untuk bagian-bagian tubuh yang sudah diberi sudut.. Bagian tubuh