• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE EFFECT OF CROSSES HAMSTER CAMPBELL NORMAL WITH HAMSTER CAMPBELL ALBINO AND PARENT AGE WHEN MATED TO THE APPEARANCE OF CHILDRENS PRODUCTION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "THE EFFECT OF CROSSES HAMSTER CAMPBELL NORMAL WITH HAMSTER CAMPBELL ALBINO AND PARENT AGE WHEN MATED TO THE APPEARANCE OF CHILDRENS PRODUCTION"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

THE EFFECT OF CROSSES HAMSTER CAMPBELL NORMAL WITH HAMSTER CAMPBELL ALBINO AND PARENT AGE WHEN MATED TO THE APPEARANCE

OF CHILDRENS PRODUCTION Sugiharto1), N. Cholis2) dan M. Nur Ihsan2)

1)

Student at Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University

2)

Lecturer at Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University

ABSTRACT

Research has been conducted to determine the effect of crosses hamster Campbell Normal with hamster Campbell Albino and parent age when mated to the appearance of childrens productionat people's livestock production subsidiary in Singosari Kab. Malang. The material used is 64 hamsters were divided into 2 treatment and 2 parent age group. Variables measured were litter size, mean birth weight and child coat color dominance. The results showed that the age of the parent not significant (P> 0.05) on litter size, and also both treatment not significant (P> 0.05) on mean birth weight. Children colored hamster Campbell Normal dominate the overall number of children born.

Keywords: Campbell Hamsters, Litter size, birth weight

PENGARUH PERSILANGAN HAMSTER CAMPBELL NORMAL DENGAN HAMSTER CAMPBELL ALBINO DAN UMUR INDUK SAAT DIKAWINKAN

TERHADAP PENAMPILAN SIFAT – SIFAT PRODUKSI ANAK

Sugiharto1), N. Cholis2) dan M. Nur Ihsan2)

1)

Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

2)

Dosen fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh persilangan hamster Campbell normal dengan hamster Campbell Albino dan umur induk saat dikawinkan terhadap penampilan sifat – sifat produksi anak di peternakan rakyat Kec. Singosari Kab. Malang. Bahan yang digunakan adalah 64 hamster dibagi menjadi 2 perlakuan dan 2 kelompok umur induk. Variabel yang diukur adalah litter size, rataan berat lahir rata-rata, mortalitas dan dominasi warna bulu anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur induk tidak berpengaruh nyata (P> 0,05) pada Litter size, rataan bobot lahir dan mortalitas. Warna hamster Campbell normal mendominasi jumlah keseluruhan anak yang dilahirkan.

(2)

PENDAHULUAN

Hamster Campbell merupakan salah satu jenis hamster yang banyak diminati oleh para penggemar hamster. Hamster Campbell memiliki keunggulan dewasa kelamin lebih cepat dibandingkan jenis hamster lainnya. Popularitas hamster

Campbell masih tergolong tinggi di

kalangan para penggemar hamster. Ketersediaannya dipasaran juga cukup banyak, baik di petshop, breeder, maupun pedagang kaki lima. Hamster campbell juga digunakan sebagai hewan kesayangan karena keunikan yang dimilikinya dan menjadi pilihan yang sesuai bagi peternak maupun konsumen sebagai salah satu usaha di bidang peternakan ( Sadgala, 2010).

Habitat asli hamster Campbell adalah padang rumput, padang pasir dan semi gurun, lebih dapat ditemukan hidup pada tanah dengan substrat lebih kuat daripada

Roborovski. Hamster Campbell hidup

dilingkungan yang bersuhu 25-26 OC dengan kelembapan sekitar 70-75 % ini dikarenakan hamster tidak suka keadaan berair, panas dan berangin. Hamster Campbell ini merupakan hamster yang paling banyak mempunyai variasi warna dan tipe bulu, dimana hamster campbell ini termasuk dalam kelas hamster mini yang mempunyai ukuran 9 - 12cm. Karakter dari hamster campbell ini yang menonjol adalah sifatnya

yang lebih berani "galak" karena tidak jarang menggigit tangan kita (Yoga, 2013).

Sartika dan Diwyanto (1986) menyatakan bahwa induk yang berbobot badan besar akan menghasilkan litter size yang lebih rendah dari pada induk yang berbobot badan sedang) karena induk yang berbobot badan besar diduga dari litter size yang kecil sehingga menghasilkan litter size yang kecil pula. Herman (1989) menyatakan bahwa jumlah litter size juga berpengaruh terhadap bobot hidup dan rataan bobot lahir.

Menurut Setiadi, Sutama dan Budiarsana (1997), jumlah anak sekelahiran cenderung meningkat dengan meningkatnya umur induk. Peningkatan tersebut disebabkan bertambah sempurnnya mekanisme hormonal dengan semakin dewasanya induk. Menurut Sembiring (2008) Bobot lahir dari anak juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jumlah anak yang lahir mempengaruhi berat anak, pengaruh jenis kelamin (umumnya jenis kelamin jantan lebih berat daripada betina), breed, induk dan pejantan, makanan dan umur induk. Bayi hamster berukuran kecil dengan berat sekitar 3 gram per ekor (Anonim, 2009). Berat lahir seekor hamster adalah 2-4 gram (Anonim, 2010b). Menurut Whysnu, (2011) rataan bobot lahir pada hamster campbell berkisar antara 1,38 ± 0,123 gram sampai 1,75 ± 0,224 gram.

(3)

Warna, pola warna dan tipe bulu merupakan sifat kualitatif, yaitu suatu sifat yang dipengaruhi oleh satu atau beberapa pasangan gen yang bersifat non-aditif serta sedikit sekali dipengaruhi oleh lingkungan (Noor,1998), sedangkan Warwick dkk., (1995) menyatakan bahwa, sifat ini dapat diklasifiasikan dalam satu atau lebih kelompok yang memiliki perbedaan yang jelas antara satu sama lain.

Korelasi diantara sifat – sifat merupakan akibat dari pengaruh lingkungan atau dapat diakibatkan oleh pengaruh genetic. Korelasi ini dapat positif apabila satu sifat meningkat dan sifat lain juga meningkat, sebaliknya juga dapat negative (Warwick, dkk, 1995) Penelitian ini diharapakan dapat mengetahui seberapa jauh pengaruh persilangan Hamster campbell Normal dengan Hamster Campbell Albino dan umur induk saat dikawinkan terhadap penampilan produksinya.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di peternakan rakyat milik saudara Andrianto RT.05 RW.03 No.255 Kelurahan Candirenggo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang Penelitian berlangsung selama 2 bulan pada bulan Mei sampai bulan Juli 2013. Materi yang digunakan adalah Hamster campbell normal jantan 32

ekor umur 6 bulan dengan bobot badan antara 50 – 55 g dan hamster campbell normal betina umur 4 bulan sebanyak 8 ekor, umur 5 bulan sebanyak 8 ekor dengan bobot badan masing – masing antara 30 – 35 g. Hamster campbell albino betina umur 4 bulan sebanyak 8 ekor, umur 5 bulan sebanyak 8 ekor dengan bobot badan masing – masing 30 – 35 g.

Pakan berupa campuran millet merah, millet putih dan biji bunga matahari serta pakan tambahan berupa sayuran (Sawi hijau dan kangkung), kacang hijau yang sudah direndam air (kecambah). Alas kandang hamster. Alas kandang yang digunakan adalah serbuk kayu sisa dari serutan kayu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode percobaan dan data dianalisis menggunakan Sidik Ragam Tersarang. Percobaan dilakukan dengan 2 perlakuan, setiap perlakuan di kelompokkan menjadi 2 kelompok umur dengan 8 kali ulangan atau blok, adapun perlakuan yang dicobakan sebagai berikut:

• P1. Perlakuan 1 persilangan hamster Campbell Normal dengan hamster Campbell Normal.

(4)

• P2. Perlakuan 2 persilangan hamster Campbell Panda dengan hamster Campbell Normal. • U1 tersarang pada perlakuan 1.

Umur induk 4 bulan.

• U2 tersarang pada perlakuan 2. Umur induk 5 bulan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Suhu dan Kelembaban

Rataan suhu pada pagi hari dalah 25,62 °C dan pada sore hari 23,76 °C, sedangkan kelembaban pada pagi hari adalah 79,32 % dan sore hari 72,63 %. Menurut Yoga (2013), hamster Campbell hidup di lingkungan yang bersuhu 25-26 °C dengan kelembaban sekitar 70-75 % ini dikarenakan hamster tidak suka keadaan berair, panas dan berangin. Lokasi penelitian ini sudah cukup sesuai sebagai habitat dari hamster Campbell hal ini ditandai dengan hamster di lokasi penelitian tidak mengalami stres, nafsu makannya baik, mampu bereproduksi dengan optimal ( jumlah rata-rata anak 4-5 ekor per induk) dan jumlah hamster yang mati hanya sedikit, kematian ini bukan berasal dari manajemen pemeliharaan yang kurang baik tapi kematian ini disebabkan oleh hewan predator yaitu kucing yang memakan hamster.

Jumlah Anak per Kelahiran (Litter size) Berdasarkan hasil penelitian pada penampilan produksi hamster Campbell hasil perkawinan dengan umur induk yang berbeda diperoleh hasil pengamatan disetiap perlakuan terhadap litter size yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Litter Size Pada Anak Hamster Campbell

Data dan hasil analisis ragam liiter size pada hamster Campbell dengan perlakuan perbedaan umur induk dapat dilihat pada Lampiran 1. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa umur induk tidak memberikan perbedaan pengaruh (P>0,05) terhadap litter size pada hamster Campbell.

Hasil penelitian pada Tabel 2. Diperoleh litter size hamster Campbell pada perlakuan 1 dengan umur induk 4 bulan diperoleh data sebanyak 4,75±1,67 ekor/induk sedangkan pada umur induk 5 bulan litter size sebanyak 5,63±1,06 ekor/induk. Data litter size pada perlakuan 2 dengan umur induk 4 bulan diperoleh data sebanyak 5,25±2,55 ekor/induk sedangkan pada umur induk 5 bulan sebesar 5,50±1,07

Perlakuan Umur Litter Size P1 U1 4,75 ± 1,67

U2 5,63 ± 1,06 P2 U1 5,25 ± 2,55 U2 5,50 ± 1,07

(5)

ekor/induk. Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian Wibowo (2010), litter size pada hamster Campbell sebesar 5,33 ekor/induk dan Wildan (2011) yang melaporkan litter size hamster Campbell sebesar 5,85+1,81 ekor/induk tetapi lebih rendah dari penelitian Satoh, Nishida, Aredonk and Lende (1997) dan Pratt and Lisk (1989) yang menyatakan litter size Golden hamster masing-masing sebanyak 11,3 dan 11,2+0,6 ekor/induk, serta Anonimous (2009), litter size Golden Syrian hamster sebanyak 11-12 ekor/induk.

Data diatas secara analisis tidak ada perbedaan litter size pada umur induk 4 dengan 5 bulan tetapi terdapat kecenderungan litter size pada umur induk 5 bulan lebih tinggi daripada induk umur 4 bulan, hal ini sesuai pendapat Vallet, Freking, Miles, Nienaber and Brown-Brandl (2009) yang mengemukakan bahwa litter size adalah jumlah total anak yang dilahirkan sekelahiran dari setiap induk hamster. Litter size ditentukan oleh tiga faktor yaitu: jumlah sel telur yang dihasilkan setiap birahi dan ovulasi, fertilisasi dan kondisi selama masa kebuntingan. Ketiga faktor tersebut tergantung dari umur induk, berat badan induk, pejantan, lingkungan dan genetik.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis warna bulu pada hamster

Campbell tidak mempengaruhi litter size pada hamster Campell. Hal ini dikarenakan warna bulu merupakan sifat kualitatif yang tidak berhubungan dengan parameter produksi.

Jumlah sel telur yang diovulasikan dan dibuahi serta berkembang menjadi anak sampai lahir tergantung pada kondisi induk, umur induk, kualitas pakan dan bangsa. Kualitas pakan yang baik menentukan jumlah sel telur yang dihasilkan dalam satu proses ovulasi serta kondisi uterus untuk menyediakan makanan anak selama kebuntingan (Santoso, 2000). Menurut Sanford and Woodgate (1979) menyatakan bahwa ada dua faktor utama mempengaruhi jumlah anak dalam setiap kelahiran, yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan hanya mempengaruhi betinanya saja, sedangkan faktor keturunan mempengaruhi secara bersama-sama oleh pejantan dan betina karena eratnya hubungan dengan genetik anak.

Bobot lahir

Data penampilan produksi hamster Campbell hasil perkawinan berdasarkan jenis warna bulu dan umur induk pada hamster Campbell yang digunakan terhadap bobot lahir yang dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini :

(6)

Tabel 3. Nilai Rataan Bobot Lahir Pada Anak Hamster Campbell

Perlakuan Umur Bobot lahir rata-rata P1 U1 1,47 ± 0,22

U2 1,36 ± 0,44 P2 U1 1,46 ± 0,25 U2 1,67 ± 0,11

Data dan hasil analisis ragam bobot lahir pada hamster Campbell dengan perlakuan perbedaan umur induk pada persilangan hamster Campbell albino dengan hamster Campbell normal dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa umur induk hamster tidak memberikan pengaruh (P>0,05) terhadap bobot lahir anak hamster Campbell. Perbedaan bobot lahir ini disebabkan karena litter size yang berbeda. Rata-rata bobot lahir anakan hamster Campbell hasil perkawinan dengan umur induk yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.

Data hasil penelitian pada Tabel 3. Diperoleh bobot lahir individu hamster Campbell pada perlakuan 1 dari induk umur 4 bulan sebesar 1,47±0,22 gram/ekor sedangkan pada induk umur 5 bulan sebesar 1,36±0,44 gram/ekor. Data bobot lahir pada perlakuan 2 pada induk umur 4 bulan diperoleh data sebesar 1,46±0,25 gram/ekor sedangkan pada induk umur 5 bulan sebesar 1,67±0,11 gram/ekor. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan 1 bobot

lahir anak dari induk umur 4 bulan lebih besar dibandingkan bobot lahir anak dari induk umur 5 bulan, hal ini disebabkan karena litter size pada induk 5 bulan lebih tinggi dibanding induk umur 4 bulan sehingga anak yang lahir memiliki bobot lahir yang lebih rendah. Data diatas dapat dikatakan bahwa bobot lahir pada perlakuan 1 maupun perlakuan 2 termasuk kategori sedang, hal ini sependapat dengan Smith dan Soesanto (1988) yang menyatakan bahwa anak hamster yang memiliki bobot lahir berkisar antara 1-1,5 gram/ekor termasuk kategori kecil, untuk bobot lahir 1,5-2 gram/ekor termasuk kategori sedang, dan untuk bobot lahir 2-3 gram/ekor termasuk kategori tinggi. Hasil penelitian ini hampir sama dari hasil penelitian Wibowo (2010) bobot lahir hamster Campbell sebesar 1,75±0,244 gram/ekor. Edwards, Charlotte, Paul, Robert and Katherine (1998), menyatakan bobot lahir hamster Syrian sebesar 1,62±0,06 gram/ekor dan lebih rendah dari penelitian Arington, Taylor, Ammerman and Shirley (1995), bobot lahir hamster rata-rata 2,4 gram/ekor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot lahir pada anak hamster Campbell dari induk umur 5 bulan lebih tinggi daripada anak dari induk 4 bulan. Perbedaan ini disebabkan karena litter size dan umur induk yang berbeda. Induk dengan umur yang

(7)

lebih tua akan mempunyai bobot lahir yang tinggi kaitannya dengan kematangan organ reproduksinya. Penyebabnya karena umur induk mempengaruhi derajat perkembangan uterus dan vaskularitas uterus. Perkembangan anak babi di dalam uterus dibatasi oleh kapasitas plasenta yang berfungsi untuk mengangkut makanan dari induk ke fetus, apabila plasenta kecil akan mengakibatkan kematian fetus, dan induk akan melahirkan anak dengan bobot yang rendah (Thompson, Gill and Varley, 2004). Bobot lahir dipengaruhi oleh genetik, bangsa, paritas, jenis kelamin, jumlah anak dalam kandungan dan pakan. Brahmantiyo, Raharjo, Savitri dan Duldjaman (2009), mengemukakan bahwa jumlah anak yang tinggi menghasilkan bobot individu lebih rendah, di mana korelasi antara jumlah anak perkelahiran dengan bobot lahir pada hamster Campbell sebesar 0,92 (Wibowo, 2010).

Hasil analisis menunjukkan jenis warna bulu pada hamster Campbell tidak memberikan pengaruh terhadap bobot lahir hamster baik secara individu maupun kumulatif. Penyebabnya karena warna hamster merupakan sifat kualitiatif dan dipengaruhi oleh pasangan gen sederhana serta tidak berhubungan dengan produksi (Rusfida, 2006), selain itu hamster yang digunakan juga sama tetapi berbeda pada

warna bulunnya saja. Brahmantiyo (2008) menyatakakan induk yang diberi pakan bermutu rendah akan menghasilkan anak yang kecil, lemah dan mudah mati. Bangsa kelinci yang besar akan menghasilkan anak yang relatif besar, demikian pula sebaliknya.

Warna bulu anak hamster

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan pertama menghasilkan anak dengan keturunan yang berwarna normal (coklat dengan garis hitam ditengah) dengan persentase 100 %. Anak pada perlakuan kedua menunjukkan persentase warna menurun Albino 35,71 % dan normal 64,29 % (untuk umur induk 4 bulan). Sedangkan untuk umur induk 5 bulan menghasilkan anak dengan persentase Albino 29,55% dan normal 70,45%. Kebanyakan warna bulu anak hamster cenderung memiliki warna bulu yang sama dengan pejantannya yakni warna coklat (normal). Sementara anak hamster yang berwarna albino jumlahnya hanya sedikit. Gen dominan adalah gen yang kuat dan mampu menonjolkan fitur pada organisme. Gen dominan merupakan gen yang mengontrol penampakan individu.( Anonim, 2013). Apabila gen dominan disilangkan dengan gen resesif, sifat yang muncul adalah sifat gen dominannya. Bila ingin memunculkan sifat resesif, harus dari pasangan yang mempunyai gen resesif semua.

(8)

Campbell dengan kode gen Mo dan Si ( mottled dan paltinum ), dikenal memiliki karakter gen yang dominan, sementara yang lain resesif. Artinya, untuk mendapatkan anak hamster yang memiliki corak/pola (tidak polos), cukup salah satu dari ayah atau ibunya yang dominan. Gen resesif adalah gen yang lemah. Gen ini tidak akan menonjolkan cirinya apabila bertemu dengan gen dominan. Gen resesif dapat memperlihatkan cirinya apabila bertemu dengan gen dominan. Gen resesif hanya muncul jika bertemu dengan pasangan gen resesif yang sama. Gen Albino merupakan gen yang unik di antara gen resesif Campbell. Itu berarti bahwa setiap hamster yang memiliki dua gen albino (satu dari setiap orangtua) akan selalu albino dalam warna. Dengan demikian, tidak ada warna dikombinasikan dengan albino (Anonim, 2013).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Persilangan hamster Campbell normal dengan hamster Campbell albino tidak memberikan pengaruh terhadap litter size dan bobot lahir anakan tetapi warna bulu induk dapat dijadikan dugaan dominasi warna pada anakan hamster.

2. Umur induk saat dikawinkan tidak memberikan pengaruh terhadap litter size, bobot lahir dan warna bulu anakan hamster.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Kematian Hamster. http://hammieshop.com. Diakses pada tanggal 15 April 2013

Anonim.2010b.Hamster.http://diki31jan.wor dpress.com. Diakses 13 April 2013.

Anonim. 2013. Pengertian Gen Dominan,

Resesif,Lethal,Gen Stabil or

Murni dan Gen Warna

Overlapping.http://www.hamster.w

eb.id/ /2013/05/pengertian-gen-

dominanresesiflethalgen.html#sthash.

TCT9qRZy.dpuf. Diakses 4

Oktober 2013.

Brahmantiyo, B, YC. Raharjo, ND. Savitri dan M. Duldjaman, 2009. Karakteristik Reproduksi Kelinci Rex, Satin dan Reza. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor, 13-14 Agustus 2009. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Departemen Pertanian Herman, R. 1989. Produksi Kelinci.

Fakultas Peternakan. Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Noor, R. R. 1998. Pewarisan Sifat Pada

Kucing. Seminar Cat Fancy

Indonesia. Safari Garden Hotel Cipayung, Bogor.

Pratt, N. C and R. D. Lisk. 1989. Effects of

social stress during early

pregnancy on litter size and sex ratio in the golden hamster

(9)

(Mesocricetus auratus). J Reprod Fert (1989) 87. 763-769.

Rusfidra, A. 2006. Manfaat Heritabilitas

dalam Pemuliaan Ternak..

http:www.bung_hatta.info. Diakses 15 Oktober 2013.

Sadgala, Y. 2010. Merawat Hamster. Agromedia Pustaka. Jakarta. Sanford, J.P and Woodgate., 1979. Domestic

Rabbit. Third Edition. Chairman The British Rabbit Comercial Association. London.

Santoso, S., 2000. Studi Litter Size pada

Kelinci dengan Perbaikan

Manajemen. Skripsi. Fakultas

Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sartika, T dan K. Dwiyanto. 1986. Produktifitas kelinci lokal : Litter size, pertumbuhan, mortalitas dan

kondisi induk. Ilmu dan

Perternakan. 2 (3): 117-122. Satoh, M., A. Nishida., J. A. van Arendonk

and T. van der Lende., 1997. Benefit of Multiple Trait Selection to Increase Reproductive Traits:

Experimental Evidence from

Golden Hamsters. J Animal

Science, 75:3103-3113.

Sembiring, D. L. 2008. Pengaruh Frekuensi

Perkawinan dan Sex Ratio

Terhadap Litter Size, Bobot Lahir, Mortalitas, Selama Menyusui dan

Bobot Sapih Pada Kelinci

Persilangan. Skripsi. Departemen Peternakan. Universitas Sumatra Utara. Medan.

Setiadi, B., I-K. Sutama Dan I.G.M. Budiarsana. 1997. Efisiensi

Reproduksi dan Produksi kambing PE pada berbagai tatalaksana perkawinaan. JITV. 2:233

Smith, J.B dan Soesanto, M. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia. Jakarta.

Stansfield, W. D. 1983. Schaum’s Outline of Theory and Problems of Genetics. Second Edition. Mc Graw Hill Inc. New York

Warwick, E. J., J. M. Astuti dan W. Hardjosubroto. 1995. Pemuliaan Ternak. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Whysnu, P. H. W. 2011. Korelasi Antara

Jumlah Anak Perkelahiran

dengan Bobot Lahir Pada

Hamster Campbell (Phodopus

campbelli). Skripsi. Jurusan

Produksi Ternak Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.

Wibowo, W.P.H., 2010. Korelasi Antara

Jumlah Anak Perkelahiran

Dengan Bobot Lahir Pada

Hamster Campbell. Skripsi

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

Yoga, A. S. 2013. Sejarah Hamster Campbell.http://hamster

/Yoga%20Hammy%. Diakses 13

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Chief Executive Officer... 6) Memastikan angsuran yang harus dijemput telah ditagih sesuai. dengan waktunya. 7) Memastikan tidak ada selisih antara dana yang

[r]

d. ,.>) adalah fungsi yang mengaitkan dua vektor sembarang di ruang vektor V dengan suatu bilangan riil dan memenuhi aksioma berikut.. ALJABAR LINEAR

The research aimed at investigating the effects of replacing barley/soybean meal-mixture by urea treated cocoa pod in ruminant feed rations on methane release, SCFA

Perpustakaan umum memberikan layanan yang memungkinkan pengguna perpustakaan menggunakan waktu luangnya untuk berekreasi, baik melaui bahan pustaka tertulis, terekam atau bahan

Hasil wawancara dengan dosen mekanika adalah: (1) agar mahasiswa sukses dalam mekanika teknik perlu menguasai matematika, menggambar dasar, minat dan perhatian pada