• Tidak ada hasil yang ditemukan

BBP3KP RENCANA STRATEGIS TAHUN BALAI BESAR PENGUJIAN PENERAPAN PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BBP3KP RENCANA STRATEGIS TAHUN BALAI BESAR PENGUJIAN PENERAPAN PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BALAI BESAR PENGUJIAN PENERAPAN PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BBP3KP

TAHUN

(2)

KEPUTUSAN

DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN

NOMOR 94/KEP-DJPDSPKP/2020 TENTANG

RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR PENGUJIAN PENERAPAN PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2020 – 2024

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (2) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17/PERMEN-KP/2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2020-2024, perlu menyusun rencana strategis Balai Besar Pengujian Penerapan Produk Kelautan Dan Perikanan Tahun 2020-2024;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan tentang Rencana Strategis Balai Besar Pengujian Penerapan Produk Kelautan Dan Perikanan Tahun 2020-2024;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Negara;

(3)

4. Peraturan Pemerintah Pemerintah Nomor 57 Tahun 2015 tentang Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726);

5. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 5);

6. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 203)

7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 220) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 7/PERMEN-KP/2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 317);

8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17/PERMEN-KP/2020 tentang Rencana strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2020–2024 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 699);

9. Keputusan Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Nomor 87/KEP-DJPDSPKP/2020 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Tahun 2020-2024;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR PENGUJIAN PENERAPAN PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2020-2024.

(4)

KESATU : Dokumen Rencana Strategis Balai Besar Pengujian Penerapan Produk Kelautan Dan Perikanan Tahun 2020-2024 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal ini.

KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 24 Agustus 2020

DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN

Ttd.

ARTATI WIDIARTI

Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Hukum, Kerja Sama

dan Humas

(5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penetapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 melalui Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 sebagai tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 adalah sangat penting dan merupakan titik tolak dalam mencapai sasaran Visi Indonesia 2045 yaitu Indonesia Maju. RPJMN 2020-2024 juga telah menjadi pedoman bagi Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam menyusun Rencana Strategis KKP 2020-2024, yang kemudian dijadikan pedoman pula dalam penyusunan Renstra Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan.

Arahan utama Presiden mengenai pembangunan dalam lima tahun ke depan adalah pembangunan Sumber Daya Manusia, pembangunan infrastruktur, penghapusan kendala regulasi, penyederhanaan birokrasi, dan transformasi ekonomi. Kelima fokus program utama arahan Presiden diterjemahkan ke dalam tujuh agenda pembangunan nasional. Ketujuh agenda tersebut adalah: (1) Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas dan Berkeadilan, (2) Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin Pemerataan, (3) Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berdaya Saing, (4) Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan, (5) Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar, (6) Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim, dan (7) Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan Publik. Renstra KKP 2020-2024 memuat arah pembangunan kelautan dan perikanan 2020-2020-2024 yang mengacu kepada agenda pembangunan nasional.

Pembangunan penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pelaksanaan agenda pembangunan nasional secara khusus melalui implementasi program pengelolaan perikanan dan kelautan, program nilai tambah dan daya saing industri, serta program dukungan manajemen. Pelaksanaan ketiga program tersebut diharapkan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan, dan peningkatan ekonomi sektor kelautan dan perikanan.

Sebagai satu-satunya Unit Pelaksana Teknis pada Ditjen PDSPKP, Balai Besar Pengujian Penerapan Produk Kelautan dan Perikanan diharapkan

LAMPIRAN I : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN

NOMOR 94/KEP-DJPDSPKP/2020 TENTANG

RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR PENGUJIAN PENERAPAN PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2020-2024

(6)

mampu menjadi instrumen pendukung pencapaian target pembangunan nasional melalui pelaksanaan kegiatan pengujian penerapan produk kelautan dan perikanan dalam koridor program nilai tambah dan daya saing industri dan program dukungan manajemen.

Rencana Strategis Balai Besar Pengujian Penerapan Produk Kelautan dan Perikanan merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis, arah kebijakan, strategi, kegiatan, dan anggaran sesuai dengan tugas dan fungsi Balai Besar Pengujian Penerapan Produk Kelautan dan Perikanan, yang disusun dengan berpedoman kepada Renstra Ditjen PDSPKP, Renstra KKP, RPJMN, dan dapat direviu sesuai aturan yang berlaku.

B. Kondisi Umum

Salah satu implikasi dari Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah ketiadaan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP) dan kehadiran Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (Ditjen PDSPKP) didalam organisasi dan tata kerja KKP yang baru. Dengan adanya Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri tersebut, Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan (BBP2HP) sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan KKP yang semula bertanggung jawab kepada Ditjen P2HP beralih menjadi bertanggung jawab kepada Ditjen PDSPKP. Keberadaan UPT BBP2HP ditetapkan berdasar pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 28/PERMEN-KP/2013. Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 02/PERMEN-KP/2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pengujian Penerapan Produk Kelautan dan Perikanan, unit kerja yang semula bernama Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan (BBP2HP) berubah menjadi Balai Besar Pengujian Penerapan Produk Kelautan dan Perikanan (BBP3KP).

Dalam mendukung pelaksanaan tugas Ditjen PDSPKP menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penguatan daya saing dan sistem logistik produk kelautan dan perikanan serta peningkatan keberlanjutan usaha kelautan dan perikanan, BBP3KP dengan nama lama BBP2HP telah menghasilkan capaian kegiatan yang secara langsung maupun tidak langsung berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Selama periode tahun 2015–2019, capaian indikator kinerja kegiatan BBP3KP adalah sebagai berikut:

1. Ragam Inovasi Teknologi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan

Dalam rangka mendukung program peningkatan daya saing produk kelautan dan perikanan, pada tahun 2019, BBP2HP ditargetkan menghasilkan 5 (lima) ragam kegiatan perekayasaan yang terdiri dari 4 (empat) ragam rancang bangun perekayasaan inovasi teknik, desain layout dan alat/mesin pengolahan dan 1 (satu) ragam rancang bangun perekayasaan inovasi teknik pengemasan, desain layout, dan sarana distribusi dan pemasaran.

(7)

Pencapaian target IKU tersebut didukung oleh keberadaan SDM Pejabat Fungsional Perekayasa, Litkayasa, Pengawas Perikanan Bidang Mutu, dan Analis Pasar Hasil Perikanan yang bekerja bersama dalam tim menghasilkan 5 ragam inovasi teknologi pengolahan dan pemasaran hasil kelautan dan perikanan dalam bentuk:

1. Seaweed flake, 2. Edible straw,

3. Penyedap rasa dari kepala udang, 4. Alat pencetak tortilla, dan

5. Kemasan biodegradable.

Kegiatan perekayasaan yang dilakukan oleh tim BBP2HP meliputi tahapan persiapan (pembentukan tim pelaksana, rapat persiapan dan penyusunan proposal, identifikasi dan pengumpulan data), tahapan pelaksanaan dan tahap evaluasi serta pelaporan.

Tahapan pelaksanaan kegiatan perekayasaan ragam uji terap rancang bangun desain layout unit pengolahan dan pemasaran hasil kelautan dan perikanan meliputi pembuatan rancangan awal, pembuatan rancangan rinci, pembuatan model/ mock up, pengukuran dan uji kesesuaian. Tahapan pelaksanaan kegiatan perekayasaan ragam uji terap rancang bangun alat, desain, mesin teknologi pengolahan dan pemasaran hasil kelautan dan perikanan meliputi pembuatan rancangan, pembuatan dan pengadaan komponen, perakitan, uji coba pendahuluan, uji lanjutan (performance) dan uji kelayakan alat/mesin. Tahapan pelaksanaan kegiatan perekayasaan teknik pengolahan produk pangan dan non pangan, pengemasan dan pelabelan meliputi uji coba pendahuluan, uji lanjutan, analisa usaha dan uji penerimaan produk. Indikator kinerja ini pada tahun 2015 bernama Jumlah Produk Hasil Uji Terap Teknologi Inovatif Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, dengan target dan capaian 10 ragam. Pada tahun 2016, indikator kinerja ini diubah lagi menjadi Uji Terap Inovasi Teknologi Hasil Kelautan dan Perikanan dengan target dan capaian 10 ragam, serta Uji Terap Inovasi Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan dengan target dan capaian 3 ragam. Seiring penajaman fokus program yang diikuti dengan pengurangan anggaran, pada tahun 2017 indikator kinerja diubah menjadi Jumlah Ragam Inovasi Teknologi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan yang Dihasilkan, dengan target dan capaian 4 ragam. Pada tahun 2018 terdapat sedikit perubahan menjadi Ragam Inovasi Teknologi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan yang Dihasilkan, dengan target 4 ragam. Pada tahun 2019, nilai capaian IKU di atas mencapai 100% dari target yang ditetapkan yaitu 5 ragam. IKU dimaksud telah mencapai target renstra BBP2HP Tahun 2015-2019 yaitu sebanyak 36 ragam.

Tabel 1. Pencapaian Target Ragam Inovasi Teknologi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan

Target 2015- 2019 Target/Capaian Persentase terhadap target 5 tahun (%) 2015 2016 2017 2018 2019 36 10 10 13 13 4 4 4 4 5 5 100

(8)

2. Bahan RSNI Produk Kelautan dan Perikanan

Standar minimal mutu dan keamanan bahan pangan selalu berkembang mengikuti tuntutan konsumen. Perkembangan tersebut berkaitan erat dengan masalah gizi, manfaat bahan pangan, dan keamanan pangan bagi kesehatan manusia. Bahan pangan dengan kandungan nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan manusia dan memenuhi standar keamanan akan sangat diminati oleh konsumen. Keamanan pangan sangat tergantung pada pelaku industri dalam mengolah bahan pangan serta peran (kebijakan) pemerintah yang dapat memberi jaminan keamanan pada produk pangan. Salah satu peranan pemerintah yang dapat memberi jaminan keamanan produk pangan adalah dengan standardisasi.

Standardisasi memiliki peran yang strategis dalam peningkatan daya saing suatu produk. Umumnya standar dimanfaatkan konsumen sebagai acuan dalam memilih produk, sedangkan bagi produsen standar berfungsi sebagai patokan dalam memproduksi produk yang berkualitas dan dapat diterima pasar nasional maupun internasional. Masyarakat secara umum menghendaki bahwa seluruh produk kelautan dan perikanan yang beredar di pasar merupakan produk yang memenuhi standar.

Standar Nasional Indonesia dirumuskan oleh Komite Teknis. Komite Teknis melaksanakan kaji ulang minimal 1 kali dalam lima tahun setelah SNI ditetapkan untuk menjaga kesesuaian SNI terhadap kebutuhan pasar dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam rangka memelihara dan menilai kelayakan dan kekinian SNI. Hasil kaji ulang dapat ditindaklanjuti dengan menerbitkan ralat, amandemen, revisi, abolisi atau tetap tanpa perubahan terhadap SNI. BBP2HP sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan bertugas melakukan penyiapan Bahan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) untuk dibahas dalam rapat teknis dan rapat konsensus bersama dengan Komite Teknis 65-05 Produk Perikanan dan Komite Teknis 65-08 Produk perikanan Non Pangan.

Berdasarkan Rapat Program Nasional Perumusan Standar yang dilakukan oleh Ditjen PDSPKP dan Komite Teknis, pada tahun 2019, BBP2HP ditetapkan untuk melakukan penyusunan 3 (tiga) Bahan RSNI yaitu “tekwan”; “metode uji: bobot tuntas”; dan “ikan hias tigerfish”. Nilai capaian Bahan RSNI produk kelautan dan perikanan yang disiapkan mencapai 3 Bahan RSNI atau sebesar 100% dari target yang ditetapkan. Bila dibandingkan dengan target jangka menengah sebagaimana tercantum pada Review III Renstra BBP2HP Tahun 2015-2019, maka pencapaian indikator kinerja ini telah mencapai 26 Bahan RSNI (136,84%) dibandingkan dengan target 19 Bahan RSNI sampai dengan tahun 2019.

(9)

Tabel 2. Pencapaian Target Bahan RSNI Produk Kelautan dan Perikanan Target 2015- 2019 Target/Capaian Persentase terhadap target 5 tahun (%) 2015 2016 2017 2018 2019 19 5 9 5 7 3 4 3 3 3 3 136,84

3. Produk Perikanan yang Mendapatkan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI

Pemberian tanda SNI pada suatu produk dapat dilakukan apabila produk tersebut dihasilkan dari unit pengolahan yang telah memiliki Sertifikat Kelayakan Pengolah, melakukan produksi dan pemasaran produk secara kontinu, serta melakukan proses produksi sesuai SNI. Pemberian tanda SNI hanya dapat dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Produk yang telah terakreditasi.

Peraturan Dirjen P2HP Nomor 01/PER-DJP2HP/2013 yang telah direvisi menjadi Peraturan Dirjen P2HP Nomor 05/PER-DJP2HP/2014 tentang Lembaga Sertifikasi Produk Hasil Perikanan menjelaskan bahwa LSPro-HP merupakan lembaga nonstruktural yang bersifat mandiri dan berada di bawah serta bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Peraturan Dirjen tersebut juga menunjuk BBP2HP sebagai pelaksana LSPro-HP yang mempunyai tugas melaksanakan sertifikasi dan menerbitkan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT SNI) untuk produk hasil perikanan.

BBP2HP sebagai pelaksana lembaga sertifikasi produk hasil perikanan yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) turut berperan serta dalam peningkatan kualitas produk hasil perikanan. Sehubungan dengan hal tersebut, pada tahun anggaran 2019 BBP2HP menargetkan penambahan jumlah produk yang bersertifikat SNI sebanyak 7 produk. Sasaran produk yang disertifikasi didasarkan pada ruang lingkup sertifikasi LSPro-HP yang telah diakreditasi oleh KAN, yaitu meliputi produk baso ikan beku, kerupuk ikan/udang/moluska, ikan asin kering, bandeng duri lunak, bandeng cabut duri, bandeng isi, abon ikan, siomay ikan, otak-otak ikan, naget ikan, pempek ikan rebus beku, amplang ikan, sarden dan makarel dalam kemasan kaleng, tuna dalam kemasan kaleng, ikan pindang dan surimi.

Dalam rangka keberlangsungan akreditasi, BBP2HP melaksanakan kegiatan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu dan Persyaratan Teknis Lembaga Sertifikasi Produk sesuai SNI ISO/IEC 17065.

(10)

Capaian IKU Produk Perikanan yang Mendapatkan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI Tahun 2019 sebanyak 10 produk dari target 7 produk atau setara 142,86%. Jumlah tersebut menurun jika dibandingkan dengan capaian tahun 2018 sebanyak 22 produk. Hal tersebut disebabkan oleh implementasi SNI wajib bagi produk sarden dan makarel dalam kemasan kaleng dan tuna dalam kemasan kaleng mulai tahun 2018 yang menyebabkan peningkatan signifikan dalam jumlah produk yang diajukan untuk proses sertifikasi pada tahun 2018. Bila dibandingkan dengan target jangka menengah tahun 2015-2019 (31 produk), maka pencapaian indikator kinerja ini telah mencapai 190,32% dengan total capaian sebanyak 59 produk.

Tabel 3. Pencapaian Target Produk Perikanan yang Mendapatkan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI

Target 2015- 2019 Target/Capaian Persentase terhadap target 5 tahun (%) 2015 2016 2017 2018 2019 31 7 7 9 9 3 11 5 22 7 10 190,32 4. Data Uji Nutrisi dan Mutu Produk Perikanan

Produk perikanan secara umum perlu diuji nutrisi dan mutunya karena produk tersebut telah mengalami proses pengolahan dan pencampuran dengan bahan-bahan non ikan, seperti tepung dan bumbu-bumbu yang digunakan dalam proses pembuatannya. Dari sudut pandang konsumen, ketersediaan data nutrisi dan mutu memberi kesempatan bagi mereka untuk memilih produk yang sesuai dengan kebutuhannya. Di sisi lain, dari sudut pandang produsen, ketersediaan data nutrisi dan mutu produk diharapkan dapat meningkatkan daya saing dari produk tersebut.

Uji nutrisi dan mutu produk hasil perikanan telah dilaksanakan oleh BBP2HP sejak tahun 2010. Pada tahun 2019, kegiatan ini meliputi pengujian contoh produk klien LS Pro-HP untuk proses sertifikasi dan pengujian dalam rangka mendukung pengujian penerapan hasil perikanan yang meliputi pengujian produk tenant Inbis-Invapro, produk kegiatan inovasi perekayasaan dan sampel penyusunan bahan RSNI, di Laboratorium BBP2HP.

Dalam rangka keberlangsungan akreditasi, BBP2HP melaksanakan kegiatan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu dan Persyaratan Teknis Laboratorium Pengujian sesuai SNI ISO/IEC 17025.

Laboratorium BBP2HP juga melaksanakan kegiatan pengujian nutrisi untuk pencantuman nilai AKG pada produk-produk UKM. Data uji yang dihasilkan diharapkan dapat membantu pelaku usaha pengolahan dan pemasaran untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya. Selain itu, hasil pengujian nutrisi dan mutu ini juga diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi kebijakan Ditjen PDSPKP.

(11)

Gambar 2. Capaian Data Uji Nutrisi dan Mutu Produk Perikanan Tahun 2015-2019 (Data Uji)

Pada tahun anggaran 2019, kegiatan ini menargetkan 300 data pengujian dan telah menghasilkan 2070 data atau sebesar 690%. Data uji ditargetkan berasal dari proses sertifikasi produk (150 data) dan dukungan kegiatan pengujian penerapan hasil perikanan secara umum (150 data). Berdasarkan Laporan Hasil Uji (LHU) yang dikeluarkan oleh Laboratorium BBP2HP selama tahun 2019, data uji yang dihasilkan berasal dari: pengujian nutrisi (280 data uji), klien LSPro-HP (870 data uji), perekayasaan inovasi dan penyusunan bahan RSNI (284 data uji), tenant Inkubator Bisnis (73 data uji), dan sampel eksternal (563 data uji). Sampel eksternal yang diterima oleh Lab BBP2HP tahun 2019 berasal dari Dinas Pertanian Kota Bogor, DKP Kota Depok, Kementerian Perindustrian, BSN, Balai LPPMHP Medan, penelitian mahasiswa, dan masyarakat umum.

Bila dibandingkan dengan target jangka menengah sebagaimana tercantum pada Review III Renstra BBP2HP Tahun 2015-2019, maka pencapaian indikator kinerja ini adalah sebesar 254,83% dengan total capaian sebanyak 4778 data dibandingkan dengan target sampai dengan tahun 2019 sebanyak 1875 data.

Tabel 4. Pencapaian Target Data Uji Nutrisi dan Mutu Produk Perikanan Target 2015- 2019 Target/Capaian Persentas e terhadap target 5 tahun (%) 2015 2016 2017 2018 2019 1875 600 639 600 648 150 250 225 1178 300 2070 254,83

5. Pelaku Usaha yang Dibina dalam Inkubator Bisnis

Inkubasi bisnis pengembangan usaha dilakukan oleh BBP2HP sebagai bentuk pelaksanaan tugas pelayanan pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Pada tahun 2019, indikator kinerja

639 648

250

1178

2070

(12)

BBP2HP adalah pelaku usaha yang dibina dalam inkubator bisnis. Output ini didukung oleh Perpres No.27 Tahun 2013 tentang pengembangan inkubator wirausaha, dan Peraturan Direktorat Jenderal PDSPKP No. 26 tahun 2017 tentang Pedoman Teknis Inkubator Bisnis Inovasi Produk Kelautan dan Perikanan (Inbis Invapro-KP). Pelayanan Inkubator Bisnis Inovasi Produk Kelautan dan Perikanan (Inbis Invapro-KP) didukung oleh Pejabat Fungsional Perekayasa, Analis Pasar Hasil Perikanan, Pembina Mutu, dan Pranata Humas.

Indikator kinerja ini pada tahun 2015 bernama Jumlah Pelayanan Pengembangan Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, dengan target dan capaian 14 UMKM. Pada tahun 2016, indikator kinerja ini diubah menjadi Jumlah UMKM yang Terfasilitasi Inkubasi Bisnis/Pengembangan Usaha, dengan target dan capaian 9 UMKM. Seiring penajaman fokus program yang diikuti dengan pengurangan anggaran pada tahun 2017, indikator kinerja diubah menjadi Jumlah Pelaku Usaha yang Dibina dalam Inkubator Bisnis dan pada tahun 2018 diubah menjadi Pelaku Usaha yang Dibina dalam Inkubator Bisnis dengan target total 48 UMKM sampai dengan tahun 2019.

Gambar 3. Sebaran Tenant Inkubator Bisnis Inovasi Produk Kelautan dan Perikanan BBP2HP Tahun 2016-2019

Dalam mendukung inkubasi bisnis, BBP2HP juga melakukan kegiatan diseminasi hasil pengujian penerapan hasil perikanan melalui penyebarluasan informasi hasil uji terap dan pengujian hasil perikanan. Total penerima informasi dari kegiatan diseminasi hasil pengujian

penerapan hasil perikanan pada tahun 2019 adalah sebanyak 870 orang.

Bila dibandingkan dengan target jangka menengah sebagaimana tercantum pada Review III Renstra BBP2HP Tahun 2015-2019, maka pencapaian indikator kinerja ini adalah sebesar 100% dengan total capaian sebanyak 48 UMKM dibandingkan dengan target sampai dengan tahun 2019.

(13)

Tabel 5. Pencapaian Target Pelaku Usaha yang Dibina dalam Inkubator Bisnis Target 2015- 2019 Target/Capaian Persentase terhadap target 5 tahun (%) 2015 2016 2017 2018 2019 48 14 14 9 9 7 7 9 9 9 9 100

Selama periode tahun 2015–2019, beberapa penghargaan yang telah diterima pegawai BBP3KP dan sebagai organisasi adalah sebagai berikut: 1. Indonesia-Postharvest Loss Alliance for Nutrition (I-PLAN)

Organisasi non-profit, Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) merancang Indonesia-Postharvest Loss Alliance for Nutrition (IPLAN) yakni sebuah program khusus yang memfokuskan perhatian untuk mengurangi hilangnya nutrisi di sepanjang rantai pasokan pangan. Guna mengatasi permasalahan tersebut, program I-PLAN yang bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan dan dengan dukungan penuh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), mengadakan program kompetisi tingkat nasional bertajuk “Innovation Challenge”. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Innovation Factory dan NTUitive dari Nanyang Technological University, Singapura. Sarana dan Display Pemasaran Ikan Segar yang dikembangkan oleh Tim Perekayasa BBP2HP dari UPT Ditjen PDSPKP, KKP, menjadi juara II Innovation Challenges kategori Pengecer pada kompetisi yang diselenggarakan tanggal 12 Desember 2018.

2. Unit Kerja Berpredikat Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) di lingkungan KKP 2019

Pembangunan Zona Integritas didasarkan pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 10 Tahun 2019 sebagai perubahan dari Permen PANRB Nomor 52 tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBK/WBBM).

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Tim Penilai Internal KKP pada tahun 2019, BBP2HP telah mendapatkan predikat Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) di lingkungan KKP dengan nilai 80,61.

Berdasarkan Permen KP nomor 62/PERMEN-KP/2017 tentang Pedoman Pembangunan dan Penetapan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBK/WBBM) di lingkungan KKP, unit kerja yang telah diberikan predikat WBK/WBBM akan dievaluasi secara berkala dalam kurun waktu 2 tahun setelah ditetapkan. BBP3KP sebagai unit kerja yang telah berpredikat Menuju WBK di lingkungan KKP tahun 2019, diusulkan untuk dievaluasi oleh Tim Penilai Nasional dari Kementerian PANRB pada tahun 2020.

(14)

3. Pejabat Fungsional Teladan

Pejabat Fungsional di Bidang Kelautan dan Perikanan Teladan, adalah pejabat fungsional yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh dalam perbuatan, kelakuan dan sifat saat melaksanakan tugas di bidang kelautan dan perikanan. Penilaiannya dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 20/PERMEN-KP/2018 tentang Penilaian Pejabat Fungsional di Bidang Kelautan dan Perikanan Teladan.

Pada tahun 2018, dua orang pejabat fungsional Analis Pasar Hasil Perikanan (APHP) di BBP2HP yaitu Kaharuddin Sholeh (APHP Muda) dan Soleh Haerul Soleh (APHP Terampil Pelaksana) memperoleh Predikat Teladan. Selanjutnya pada tahun 2019, dua orang pejabat fungsional Pengawas Perikanan Bidang Mutu di BBP2HP yaitu Sutoro (Pengawas Perikanan Muda) dan Tri Kurniasih (Pengawas Perikanan Pelaksana Lanjutan), serta satu orang pejabat fungsional APHP di BBP2HP yaitu Doni Suhadak (APHP Pelaksana Lanjutan) memperoleh Predikat Teladan.

4. Pengakuan Paten

Paten merupakan kekayaan intelektual yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasilnya di bidang teknologi yang merupakan peranan strategis dalam mendukung pembangunan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum. Perlindungan paten sangat penting bagi inventor dan pemegang paten karena dapat memotivasi inventor untuk meningkatkan hasil karya, baik secara kuantitas maupun kualitas untuk mendorong kesejahteraan bangsa dan negara serta menciptakan iklim usaha yang sehat.

Salah satu tugas dan fungsi BBP2HP adalah melaksanakan uji terap teknik pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Pelaksanaan uji terap teknik pengolahan dan pemasaran dilakukan melalui kegiatan perekayasaan inovasi teknologi pengolahan produk, alat dan mesin, rancang bangun dan tata letak sarana prasarana pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, yang hasilnya dapat diusulkan untuk mendapatkan hak paten yang memiliki manfaat ekonomi.

Pada kurun waktu 2015-2019, telah diperoleh sebanyak 6 sertifikat paten hasil perekayasaan inovasi, sebagaimana tertera pada Tabel 6.

Tabel 6. Paten Hasil Perekayasaan Inovasi

No Judul Paten Waktu Perolehan

1 Alat Pencetak Naget Februari 2018 2 Alat Pencetak Bakso Agustus 2018 3 Alat Pencetak Sosis Maret 2019 4 Alat Pemotong Kerang Juli 2019 5 Proses Pembuatan Kolagen dari

Teripang Emas (Stichopus horrens) September 2019

6 Beras Rumput Laut untuk

(15)

C. Potensi dan Permasalahan

Penyusunan rencana strategis kegiatan pengujian penerapan produk kelautan dan perikanan perlu diawali dengan suatu analisis terhadap potensi dan permasalahan yang ada dalam bidang tersebut. Dengan demikian, kebijakan strategis yang diformulasikan diharapkan dapat tepat sasaran.

Potensi yang merupakan peluang dalam bidang pengujian penerapan produk kelautan dan perikanan antara lain adalah:

1. Besarnya jumlah penduduk Indonesia sebagai konsumen prospektif produk kelautan dan perikanan dalam negeri;

2. Ketersediaan berbagai jenis alternatif bahan baku produk kelautan dan perikanan;

3. Tingginya kebutuhan pelaku usaha terhadap sarana dan prasarana pengolahan dan pemasaran produk kelautan dan perikanan;

4. Meningkatnya preferensi dan kesadaran konsumen domestik dan internasional akan pentingnya produk kelautan dan perikanan bernilai tambah yang aman dan bermutu tinggi;

5. Besarnya jumlah unit pengolahan dan pemasaran skala usaha mikro, kecil, menengah dan besar yang memerlukan bimbingan mutu, inovasi, dan pengembangan usaha;

6. Tingginya kebutuhan masyarakat akan informasi mengenai teknologi, mutu dan keamanan produk kelautan dan perikanan.

7. Kebutuhan inovasi terhadap pengganti bahan baku impor (substitusi). Di sisi lain, permasalahan yang dihadapi antara lain adalah:

1. Terbatasnya jumlah sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan;

2. Belum optimalnya penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana perkantoran dan laboratorium.

3. Kurangnya koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait dalam pelaksanaan kegiatan;

4. Ketidaksesuaian antara rencana operasional kegiatan (ROK) dan pelaksanaan kegiatannya;

5. Sinkronisasi kegiatan lingkup Direktorat Teknis dengan BBP3KP sebagai UPT serta unit kerja pemerintah daerah belum optimal sehingga terkendala dalam koordinasi dan penentuan jadwal;

6. Kurang optimalnya akses data dan informasi terhadap hasil-hasil penelitian dan pengembangan;

7. Terbatasnya ruang lingkup pengujian dan sertifikasi produk yang terakreditasi;

8. Terbatasnya alat pengolahan hasil perikanan yang applicable sesuai dengan standar dan persyaratan;

9. Terbatasnya infrastruktur pendukung dalam menunjang optimalisasi pemanfaatan alat pengolahan dan pemasaran di daerah;

10.Kurangnya kesadaran dan motivasi pelaku usaha produk kelautan dan perikanan terhadap kewirausahaan;

11.Kondisi geografis Indonesia menyebabkan terbatasnya transfer informasi dan teknologi mutu, dan keamanan produk kelautan dan perikanan; 12.Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai Standar Nasional

(16)

13.Sulitnya proses pengurusan ijin edar produk kelautan dan perikanan tertentu; dan

14.Kurang konsistennya pelaku usaha dalam melakukan usaha pengolahan yang memenuhi persyaratan.

D. Lingkungan Strategis

Beberapa faktor lingkungan internal yang berpengaruh dalam pelaksanaan kegiatan pengujian penerapan produk kelautan dan perikanan tahun 2020-2024, diantaranya: (a) Kapabilitas pelaku usaha pengolahan dan pemasaran, (b) Utilitas Unit Pengolahan Ikan (UPI), (c) Produksi produk bernilai tambah, (d) Infrastruktur pengolahan produk kelautan dan perikanan, (e) Mutu produk kelautan dan perikanan, (f) Susut hasil dan pemanfaatan hasil samping dalam penanganan dan pengolahan hasil kelautan dan perikanan.

Kapabilitas pelaku UMKM pengolahan dan pemasaran, sebagian besar belum dapat mencapai skala ekonomis. Volume produk olahan yang diperjualbelikan per satuan waktu tidak begitu banyak, sementara pengerjaannya sering menghabiskan waktu seharian dan melibatkan beberapa orang. Kondisi ini adalah unsteady-state bisnis, di mana tidak terjadi perimbangan yang layak pada benefit-cost dan net present value

usaha.

Dari sisi mutu, produk kelautan dan perikanan dihadapkan pada tantangan pemenuhan perubahan standar mutu pangan yang berlaku di pasar. Untuk mempertahankan posisi tawar dan menjamin penerimaan produk kelautan dan perikanan di pasaran, maka setiap standar yang berlaku harus dipenuhi. Keterampilan penanganan mutu dan keunikan cita rasa produk Indonesia dengan dukungan pembinaan mutu intensif dari pemerintah diyakini dapat menjawab tantangan standar mutu tersebut. Pembinaan penerapan standar dan sertifikasi mutu dinilai strategis membantu pembenahan internal yang dihadapi pelaku usaha.

Beberapa faktor eksternal yang berpengaruh dalam pembangunan

penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan diantaranya: (a) Isu ketahanan pangan, (b) Perubahan iklim dunia, (c) Peluang pemanfaatan inovasi Blue Economy, (d) Ancaman stunting Indonesia, (e) Mikroplastik (produk dan kemasan), dan (f) Perkembangan teknologi.

Mewabahnya virus corona (COVID-19) di berbagai belahan dunia bisa menjadi salah satu pelecut pergerakan harga komoditas pangan ke depan, karena membatasi ruang gerak manusia terutama dalam penyediaan pangan.

Isu mikroplastik pada produk maupun kemasan akan berpengaruh penting dalam pembangunan daya saing produk kelautan dan perikanan. Kontaminasi monomer dari kemasan berbahan plastik dapat membahayakan kesehatan, sehingga diperlukan teknologi yang menggantikan kemasan yang berbahan baku plastik.

Pengaruh teknologi cenderung positif karena mengintroduksikan konsep Revolusi Industri 4.0 dan ekonomi digital. Penyediaan bahan baku, proses produksi, distribusi, dan pemasaran produk secara digital dapat mempercepat pertumbuhan usaha perikanan. Muatan digitalisasi usaha, perizinan/sertifikasi online, pembinaan dan diseminasi secara online akan menjadi bagian penting dalam mendukung pembangunan penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan ke depan.

(17)

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS A. Visi

Berdasarkan kondisi umum, capaian Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan selama tahun 2015-2019, dan potensi serta permasalahan pembangunan bidang pengujian penerapan produk kelautan dan perikanan pada saat ini dan masa yang akan datang, serta untuk mendukung tercapainya Visi Ditjen PDSPKP sebagaimana tercantum dalam Keputusan Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Nomor 87/KEP-DJPDSPKP/2020 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Tahun 2020-2024, yaitu “Mewujudkan Pengelolaan Perikanan dan Kelautan yang Berkelanjutan untuk Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Industri” dalam rangka mendukung terwujudnya Visi Presiden dan Wakil Presiden dalam urusan Kelautan dan Perikanan, maka Visi Balai Besar Pengujian Penerapan Produk Kelautan dan Perikanan adalah Mewujudkan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah dan berdaya saing industri melalui inovasi, sertifikasi dan pengembangan usaha.

B. Misi

Dalam rangka mencapai visi yang ditetapkan, Balai Besar Pengujian Penerapan Produk Kelautan dan Perikanan perlu menentukan misi organisasi. Misi BBP3KP mendukung kedua Misi Ditjen PDSPKP yang bertujuan untuk menjalankan Misi Presiden dan Wakil Presiden dalam RPJMN 2020-2024. Misi Ditjen PDSPKP adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan kontribusi ekonomi sektor Kelautan dan Perikanan terhadap perekonomian nasional melalui Peningkatan mutu, daya saing, dan penguatan sistem logistik hasil Kelautan dan Perikanan;

2. Peningkatan tata Kelola pemerintahan di KKP melalui perwujudan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya lingkup Ditjen PDSPKP.

Selaras dengan misi tersebut, misi yang diemban oleh BBP3KP adalah: 1. Peningkatan mutu, daya saing, dan penguatan sistem logistik hasil

kelautan dan perikanan melalui Penerapan teknologi pengolahan dan pemasaran inovatif, pengujian dan sertifikasi produk, dan pelayanan pengembangan usaha;

2. Perwujudan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya melalui Pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi di BBP3KP.

C. Tujuan

Guna mendukung visi dan misi yang telah ditetapkan, BBP3KP merumuskan tujuan pengujian penerapan produk kelautan dan perikanan untuk tahun 2020-2024, sebagai berikut:

(18)

1. Misi Penerapan teknologi pengolahan dan pemasaran inovatif, pengujian dan sertifikasi produk, dan pelayanan pengembangan usaha, dengan tujuan:

a. Meningkatnya pelaku usaha kelautan dan perikanan yang inovatif dan berdaya saing

Pencapaian tujuan ini ditandai dengan peningkatan persentase pelaku usaha kelautan dan perikanan penerap inovasi yang berdaya saing, dari 60% pada tahun 2020 menjadi 70% pada tahun 2024. b. Meningkatnya produk kelautan dan perikanan berdaya saing untuk

konsumsi masyarakat

Pencapaian tujuan ini ditandai dengan peningkatan jumlah produk kelautan dan perikanan yang aman dan bermutu untuk dikonsumsi masyarakat, dari 30 produk pada tahun 2020 menjadi 50 produk pada tahun 2024.

2. Misi Pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi di BBP3KP, dengan tujuan:

a. Meningkatnya nilai LKE Pembangunan ZI menuju WBK BBP3KP

Pencapaian tujuan ini ditandai dengan peningkatan nilai LKE Pembangunan ZI menuju WBK BBP3KP, dari 75 pada tahun 2020 menjadi 85 pada tahun 2024, atau dengan kata lain, perolehan predikat Wilayah Birokrasi Bersih Melayani pada tahun 2024.

b. Meningkatnya nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran BBP3KP Pencapaian tujuan ini ditandai dengan peningkatan nilai IKPA BBP3KP, dari 88 pada tahun 2020 menjadi 92 pada tahun 2024. D. Sasaran Strategis

Sasaran kegiatan pengujian penerapan produk kelautan dan perikanan merupakan kondisi yang ingin dicapai oleh BBP3KP sebagai suatu

outcome/impact dari pelaksanaan kegiatan dalam program nilai tambah dan daya saing industri serta program dukungan manajemen di Ditjen PDSPKP. Adapun sasaran tersebut adalah:

1. Program Nilai Tambah dan Daya Saing Industri

a. Sasaran: Pelaku usaha kelautan dan perikanan inovatif dan berdaya saing. Indikator kinerja untuk mengukur capaian sasaran strategis ini adalah persentase pelaku usaha kelautan dan perikanan penerap inovasi yang berdaya saing meningkat dari 60% pada tahun 2020 menjadi 70% pada tahun 2024.

b. Sasaran: Produk kelautan dan perikanan berdaya saing untuk konsumsi masyarakat. Indikator kinerja untuk mengukur capaian sasaran strategis ini adalah jumlah produk kelautan dan perikanan yang aman dan bermutu untuk dikonsumsi masyarakat meningkat dari 30 produk pada tahun 2020 menjadi 50 produk pada tahun 2024.

(19)

2. Program Dukungan Manajemen

Sasaran: Tata Kelola pemerintahan yang baik lingkup BBP3KP. Indikator kinerja untuk mengukur capaian sasaran strategis ini adalah:

1) Indeks profesionalitas ASN BBP3KP, meningkat dari 72 pada tahun 2020 menjadi 76 pada tahun 2024;

2) Persentase unit kerja BBP3KP yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar, meningkat dari 82% pada tahun 2020 menjadi 86% pada tahun 2024;

3) Nilai rekonsiliasi kinerja BBP3KP, meningkat dari 85 pada tahun 2020 menjadi 89 pada tahun 2024;

4) Persentase rekomendasi hasil pengawasan yang dimanfaatkan untuk perbaikan kinerja lingkup BBP3KP, meningkat dari 60% pada tahun 2020 menjadi 80% pada tahun 2024;

5) Nilai WBK BBP3KP, meningkat dari 75 pada tahun 2020 menjadi 85 pada tahun 2024;

6) Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) BBP3KP, meningkat dari Baik (88) pada tahun 2020 menjadi Baik (92) pada tahun 2024.

(20)

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

A. Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan

Dalam rangka mendukung arah kebijakan KKP membangkitkan industri kelautan dan perikanan melalui pemenuhan kebutuhan bahan baku industri, peningkatan kualitas mutu produk dan nilai tambah untuk peningkatan investasi dan ekspor hasil perikanan dan kelautan, Ditjen PDSPKP menetapkan arah kebijakan sebagai berikut :

1. Meningkatkan investasi kelautan dan perikanan

2. Meningkatkan pembiayaan usaha KP melalui kredit program 3. Meningkatkan kinerja logistik hasil perikanan

4. Meningkatkan produk olahan kelautan dan perikanan yang bermutu, aman dan berdaya saing

5. Meningkatkan konsumsi ikan

6. Meningkatkan ekspor hasil perikanan

Dalam melaksanakan 6 (enam) arah kebijakan di atas, Ditjen PDSPKP menerapkan tatakelola pemerintahan yang baik yang dilakukan oleh seluruh unit kerja di pusat dan daerah. Disamping itu, Ditjen PDSPKP melaksanakan seluruh kebijakan pengarustamaan dalam RPJMN 2020-2024, yakni gender, pembangunan berkelanjutan, modal sosial, dan transformasi digital.

Strategi pelaksanaan arah kebijakan di atas adalah:

1. Arah kebijakan “meningkatkan investasi kelautan dan perikanan” dilaksanakan dengan strategi antara lain:

A. Pemetaan potensi dan promosi peluang investasi.

Langkah operasional untuk mendukung strategi ini adalah: 1) penyiapan bahan informasi potensi dan peluang investasi; 2) penyiapan paket investasi yang ready to offer kepada investor;

3) penyelenggaraan Forum Bisnis dan Investasi (Marine and Fisheries Business and Investment Forum – MFBIF), dan

4) partisipasi, kerja sama promosi dan pameran investasi. B. Pendampingan kepada investor.

Strategi ini dilakukan melalui langkah-langkah operasional: (1) fasilitasi kemitraan usaha calon investor, (2) fasilitasi perizinan online, dan (3) fasilitasi penyelesaian hambatan investasi.

C. Pengembangan Klaster Daya Saing kelautan dan perikanan yang ready to offer.

Klaster Daya Saing produk kelautan dan perikanan merupakan tempat pemusatan kegiatan industri perikanan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dilaksanakan dalam sistem bisnis perikanan sehingga menghasilkan produk perikanan yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi. Langkah

(21)

operasional untuk mendukung strategi penyiapan Klaster Daya Saing yang ready to offer ini adalah:

1) penyusunan konsep Klaster Daya Saing;

2) identifikasi calon lokasi dan kajian kelayakan lokasi; 3) penyusunan master plan dan analisis rencana investasi, 4) fasilitasi perizinan dan kajian lingkungan,

5) sinergisitas dukungan dan promosi investasi, dan 6) fasilitasi kemitraan dan realisasi investasi.

Klaster Daya Saing tersebut dapat berbasis kawasan industri, Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT), koridor logistik di dalam wilayah pengelolaan perikanan.

D. Pemantuan dan pengendalian investasi.

Strategi pemantauan dan pengendalian ini ditujukan untuk percepatan realisasi investasi melalui:

1) Pemantauan rencana dan realisasi serta trend investasi, dan

2) Pengendalian investasi bila terjadi kendala dalam realisasi investasi.

Dalam pemantauan dan pengendalian ini, perlu dibangun koordinasi dan sinergitas dengan instansi terkait lainnya.

2. Arah kebijakan “meningkatkan pembiayaan usaha KP melalui kredit program” dilaksanakan dengan strategi antara lain:

A. Fasilitasi kemitraan usaha.

Strategi ini dilakukan dengan cara mengembangkan kemitraan usaha, serta fasilitasi pelaku usaha untuk mengakses CSR/PKBL. Langkah-langkah pengembangan pengembangan kemitraan:

1) identifikasi pelaku dan permasalahannya; 2) fasilitasi kemitraan usaha; dan

3) pendampingan dan monitoring. B. Fasilitasi akses pembiayaan.

Kendala utama pembiayaan usaha kelautan dan perikanan diantaranya yaitu: (a) Gap informasi pembiayaan, akibat kurangnya informasi akses pembiayaan di sisi pelaku usaha, dan minimnya informasi calon debitur potensial di sisi lembaga pembiayaan, dan (2) Rendahnya literasi keuangan, dimana sebagian besar pelaku usaha kelautan perikanan memiliki literasi keuangan yang rendah.

Langkah operasional fasilitasi akses pembiayaan adalah: 1) penjaringan calon debitur potensial;

2) peningkatan kelayakan usaha;

3) sosialisasi dan fasilitasi akses pembiayaan; 4) pendampingan manajemen usaha;

5) peningkatan literasi keuangan; dan

(22)

C. Pengembangan kewirausahaan dan kelembagaan. Strategi ini dilakukan dengan langkah-langkah:

1) Penumbuhan wirausaha baru dan pendampingan wirausaha; 2) Pembentukan dan penguatan inkubator bisnis; dan

3) Penguatan kelembagaan kelompok menjadi koperasi. D. Fasilitasi digitilisasi usaha.

Secara prinsip, digitalisasi usaha adalah mengubah pola komunikasi, interaksi, dan fungsi-fungsi yang ada dalam usaha menjadi digital. Hal ini bersinergi dengan perizinan online karena menumbuhkan bakat dan minat pelaku usaha untuk berinteraksi secara online. Digitalisasi ini mendukung misi Presiden terkait struktur ekonomi produktif dan berdaya saing menyongsong Revolusi Industri 4.0. Manfaat digitalisasi usaha adalah kerja lebih cepat, efektif, tenaga kerja sedikit, dan jangkauan pelanggan lebih luas.

Langkah-langkah untuk mendorong digitalisasi usaha bagi pelaku usaha kelautan dan perikanan adalah:

1) pembinaan pemanfaatan teknologi digital;

2) membangkitkan ketertarikan bermedia sosial yang sehat; 3) bimbingan teknis pemanfaatan aplikasi bisnis yang ada;

4) fasilitasi penyiapan desain website yang menarik (mobile friendly); 5) inovasi produk selalu diperhatikan;

6) pembinaan cara berinteraksi dan memberi pelayanan di media sosial; dan

7) responsive terhadap keluhan pelanggan.

3. Arah kebijakan “Meningkatkan kinerja logistik hasil perikanan” dilaksanakan dengan strategi antara lain:

A. Pemetaan dan pemantauan logistik hasil perikanan.

Pemetaan logistik adalah langkah awal dalam upaya meningkatkan kinerja logistik ikan. Pemetaan yang dilakukan antara lain pemetaan pasokan, permintaan, sarana-prasarana logistik, penyedia jasa layanan logistik dan lain sebagainya. Pemetaan yang tepat diharapkan memberikan informasi yang benar tentang berbagai hal yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja logistik seperti informasi tentang kebutuhan sarana-prasarana, trayek atau rute transportasi, waktu pengiriman dan lain-lain. Dalam upaya mewujudkan hal di atas, maka dilaksanakan pengembangan Sistem Telusur dan Logistik Ikan Nasional (STELINA).

Pengembangan STELINA dilakukan untuk pembangunan logistik ikan yang terkoneksi antar wilayah. Strategi STELINA mengkoneksikan semua sistem informasi rantai pasok (supply chain) dan ketelusuran (traceability) ikan dan produk perikanan sebagai pencatatan ketelusuran secara elektronik mulai dari penangkapan, budidaya, pemasok, distribusi, pengolahan, sampai ke pemasaran. Langkah-langkah operasional pelaksanaan strategi STELINA ini adalah:

(23)

1) pemantauan implementasi STELINA dan introduksi IoT Sytem; 2) pemetaan logistik di seluruh provinsi dan koridor logistik; 3) pemantauan pasokan, permintaan dan stock perikanan; 4) penyusunan neraca ikan;

5) penghitungan kinerja logistik ikan.

B. Penguatan pengadaan dan penyimpanan hasil kelautan dan perikanan.

Strategi ini mendukung kebijakan pengembangan sistem logistik ikan terkoneksi antar wilayah/koridor, bersesuaian dengan amanat Undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan dan Undang-undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 45 tahun 2009, Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan, serta Program Utama Presiden terkait transformasi ekonomi untuk memperbaiki daya saing manufaktur dan bernilai tambah. Dengan strategi ini, keamanan ikan yang dikonsumsi masyarakat lebih terjamin, pengadaan dan penyimpanan ikan per wilayah/koridor lebih terjaga, dan daya saing produk dalam sistem logistik terkoneksi lebih baik. Langkah-langkah operasional pelaksanaan strategi ini adalah:

1) fasilitasi sarana dan prasarana pengadaan mencakup pembangunan pabrik es, pengadaan mesin pembuat es (IFM), pengadaan fasilitas pelelangan komoditas, dan fasilitasi sistem lelang;

2) fasilitasi sarana dan prasarana penyimpanan antara lain gudang beku, gudang dingin dan gudang kering;

3) fasilitasi pelaku usaha dalam rangka pengadaan dan penyimpanan hasil perikanan; dan

4) bimbingan teknis dalam rangka pengadaan dan penyimpanan. C. Penguatan distribusi dan penyediaan jasa logistik hasil kelautan dan

perikanan.

Strategi ini mendukung penguatan sistem logistik ikan yang efisien, mendukung konektivitas dari pusat produksi, pusat pengumpulan ke pusat distribusi/pasar (koridor), serta memperkecil ketimpangan stok bahan baku ikan antara wilayah di Indonesia. Langkah-langah operasional untuk pelaksanaan strategi ini adalah:

1) fasilitasi sarana distribusi hasil kelautan dan perikanan seperti sarana peralatan pada unit distribusi (coolbox, keranjang, freezer, perlengkapan supplier), prasarana pada sentra distribusi berupa depo distribusi dan sarana pengangkutan hasil perikanan berupa fasilitasi kendaraan berefrigasi dan non-refrigasi;

2) penataan distribusi hasil perikanan;

3) fasilitasi penyediaan layanan jasa logistik di sentra perikanan; dan

(24)

D. Penataan tata niaga dan rantai pasok hasil perikanan dalam koridor logistik.

Strategi ini dilakukan melalui langkah-langkah operasional: (1) pengembangan dan pengelolaan koridor logistik, dan (2) penyusunan mekanisme/regulasi buffer stock.

E. Rekomendasi Pemasukan Hasil Perikanan.

Penyediaan ikan melalui kegiatan pemasukan hasil perikanan (importasi) dilakukan ketika ketersediaan bahan baku dalam negeri tidak mencukupi dan atau untuk memenuhi kebutuhan akan jenis ikan yang tidak ada di Indonesia. Penerbitan Rekomendasi Pemasukan Hasil Perikanan (RPHP) memperhatikan kebutuhan dan ketersediaan ikan, musim tangkap/musim panen, dan pasokan dari sentra produksi lain. Pengendalian pemasukan hasil perikanan mengedepankan prinsip kehati-hatian serta memperhatikan keberlanjutan industri di sektor hulu hilir perikanan

Dalam rangka penerbitan rekomendasi pemasukan hasil perikanan dilakukan kegiatan antara lain:

1) penetapan alokasi pemasukan hasil perikanan yang mengacu kepada neraca ikan nasional,

2) analisa ketersediaan dan kebutuhan ikan dalam rangka pemasukan hasil perikanan,

3) koordinasi lintas Kementerian dan Lembaga dalam rangka pemasukan hasil perikanan,

4) pelayanan penerbitan Rekomendasi Pemasukan Hasil Perikanan, 5) peningkatan kompetensi petugas pelayanan penerbitan pemasukan

hasil perikanan,

6) inovasi pelayanan penerbitan rekomendasi pemasukan hasil perikanan.

F. Optimalisasi Sistem Resi Gudang (SRG).

Sistem buffer stock merupakan sistem penyediaan stock yang ditujukan untuk menjadi penyangga hasil-hasil kelautan dan perikanan. Buffer stock mendukung program Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN), karena berfungsi menampung ikan di musim puncak/musim panen dan menjadi pemasok ikan ke daerah-daerah yang mengalami kelangkaan. Buffer stock akan menampung ikan dalam jumlah besar dan bisa dalam waktu yang lebih lama, sehingga sistem penyimpanan dan distribusinya lebih baik. Sarana penyimpanan/ penampungan dapat berupa gudang beku dan gudang kering dengan kapasitas tertentu.

Langkah operasional yang dilakukan dengan menjalankan fungsi resi gudang pada saat harga ikan anjlok, karena blooming massal produksi ikan atau gejolak tertentu yang berpengaruh luas. Nelayan/pembudidaya/pengolah dapat menjaminkan ikan produksinya ke pengelola gudang untuk mendapatkan resi. Pada saat harga membaik (disepakati), ikan dijual, dan nelayan/pembudidaya/pengolah dapat meminta bayar dengan resi yang diterbitkan oleh pengelola gudang.

(25)

4. Arah kebijakan “Meningkatkan produk olahan kelautan dan perikanan yang bermutu, aman dan berdaya saing” dilaksanakan dengan strategi antara lain:

A. Pemenuhan kebutuhan bahan baku dan peningkatan utilitas UPI. Bahan baku merupakan input penting yang menentukan keberlangsungan proses produksi. Strategi pemetaan kebutuhan bahan baku ini diperlukan untuk mengetahui sumber, potensi, dan kontinyuitas bahan baku ikan supaya proses produksi di UPI tetap berlangsung. Pasokan bahan baku yang pasti dan stabil diyakini dapat meningkatkan utilitas UPI. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mendukung pemetaan bahan baku dan peningkatan utilitas UPI adalah:

1) perencanaan kebutuhan bahan baku UPI;

2) penentuan persediaan minimal bahan baku UPI; 3) pemetaan kebutuhan bahan baku; dan

4) pendataan kapasitas dan pengembangan program peningkatan utilitas UPI.

B. Fasilitasi sarana dan prasarana sistem rantai dingin, penanganan dan pengolahan.

Mengingat karakteristik operasi dan kebutuhan UPI yang berbeda, perlu dilakukan pembedaan fasilitasi bagi UPI skala menengah dan besar serta mikro dan kecil. Sarana dan prasarana yang perlu difasilitasi untuk UPI menengah dan besar terbagi dua, yaitu:

1) sarana dan prasarana pengolahan produk KP; dan

2) sarana dan prasarana pendukung pengolahan produk KP.

Sementara untuk UPI skala mikro dan kecil, sarana dan prasarana yang difasilitasi mencakup :

1) fasilitasi Sistem Rantai Dingin (chest freezer); 2) fasilitasi peralatan pengolahan; dan

3) fasilitasi Mini Plant.

C. Pemusatan kegiatan pengolahan ikan.

Strategi ini mendukung kebijakan peningkatan kapasitas produksi dan penerapan standar mutu pada UPI skala mikro dan kecil. Terbentuknya pusat kegiatan pengolahan ikan akan mendorong sinergi, kolektivitas, upaya massal dalam pelaksanaan kegiatan pengolahan hasil perikanan, yang secara signifikan meningkatkan produksi produk olahan ikan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1) penataan aktivitas kampung pengolahan;

2) peningkatan kapasitas dan produktivitas UPI anggota kampung pengolahan;

3) penggiatan penerapan standar massal;

4) pengembangan sistem penta helix (pemerintah, bisnis, akademisi, komunitas, dan media); dan,

(26)

D. Pembinaan mutu pada UPI.

Untuk mengoptimalkan penerapan mutu pelaku UPI perlu diberi pembinaan, seperti:

1) pengenalan konsep standar mutu dan manfaatnya,

2) Penguatan kompetensi di bidang mutu bagi UPI dan penyuluh, (3) Pelibatan UPI yang berhasil dalam program pembinaan UPI lainnya, dan

3) Penguatan kapasitas penyuluh dan pembina mutu.

Pembinaan mutu pada UPI dapat dilakukan antara lain melalui magang di industri yang menerapkan standar mutu, klinik mutu produk kelautan dan perikanan serta kunjungan ke lapangan.

E. Pengembangan produk kelautan dan perikanan bernilai tambah.

Langkah-langkah dalam rangka mengembangkan produk bernilai tambah dilakukan melalui:

1) perekayasaan produk inovasi teknologi pengolahan dan pemasaran hasil kelautan dan perikanan;

2) diseminasi dan penerapan produk inovasi teknologi pengolahan dan pemasaran hasil kelautan dan perikanan pada pelaku usaha;

3) bimbingan teknis pengembangan produk hasil kelautan dan perikanan;

4) pengembangan UPI yang menerapkan produk inovasi bernilai tambah; dan

5) pengembangan UPI mendukung zero waste industry.

F. Penerapan Standar Nasional Indonesia pada produk kelautan dan perikanan.

Dalam RPJMN 2020-2024 dijelaskan bahwa standarisasi dan sertifikasi merupakan prinsip penting dalam industri pengolahan dan pengembangan produk bernilai tambah. Dalam penerapan standar, langkah-langkah yang dilakukan adalah :

1) kaji ulang dan pengusulan Standar Nasional Indonesia (SNI) kelautan dan perikanan;

2) perumusan SNI produk kelautan dan perikanan;

3) pengusulan SNI ke Badan Standardisasi Nasional (BSN); 4) sosialisasi penerapan SNI kepada pelaku usaha; dan 5) bimbingan teknis penerapan SNI.

G. Penerapan Kelayakan Pengolahan pada Unit Pengolahan Ikan Penerapan standar mutu pada UPI diperlukan untuk:

1) Mewujudkan jaminan mutu produk olahan, peningkatan produktifitas UPI, serta perlindungan konsumen dalam hal keselamatan, kesehatan, dan keamanan pangan,

2) Bentuk komitmen UPI dalam memenuhi persyaratan standar, sertifikasi, dan kualifikasi produk, dan

(27)

3) Membangun citra produk kelautan dan perikanan Indonesia di pasar global maupun domestik.

Langkah operasional untuk penerapan kelayakan pengolahan pada UPI antara lain:

1) bimbingan teknis GMP-SSOP;

2) penyelenggaraan layanan Sertifikasi Kelayakan Pengolahan online; dan

3) evaluasi dan inovasi pelaksanaan layanan SKP.

5. Arah kebijakan “Meningkatkan konsumsi ikan” dilaksanakan dengan strategi antara lain :

A. Gerakan Memasyarakatan Makan Ikan (GEMARIKAN).

Dalam rangka meningkatkan konsumsi ikan mendukung ketahanan pangan dan gizi nasional untuk menyiapkan generasi bangsa yang sehat dan cerdas perlu dilakukan GEMARIKAN. Langkah-langkah operasional untuk memperluas GEMARIKAN antara lain:

1) koordinasi dan sinergi kegiatan GEMARIKAN antar instansi/kelembagaan pemerintah dan/atau non pemerintah yang dilaksanakan secara vertikal dan/atau horizontal (Forikan);

2) pendekatan komunikasi dengan seluruh mitra GEMARIKAN;

3) promosi dan edukasi melalui media komunikasi, informasi, dan edukasi;

4) bazaar produk perikanan dan kuliner ikan; 5) pelaksanaan safari GEMARIKAN;

6) Pengadaan paket Gemarikan;

7) pameran produk kelautan dan perikanan; 8) penyelenggaraan Hari Ikan Nasional.

B. Pembinaan dan pengelolaan pasar ikan.

Langkah operasional untuk pelaksanaan strategi ini adalah:

(1) bimbingan teknis dan pendampingan pengelolaan pasar ikan yang bersih dan memenuhi standar higienis termasuk pasar ikan modern Muara Baru;

(2) fasilitasi sarana pemasaran bagi pelaku usaha pemasaran. C. Fasilitasi sarana dan prasarana pemasaran.

Strategi fasilitasi sarana dan prasarana pemasaran ini diharapkan dapat menyelesaikan hambatan pemasaran sekaligus melakukan pembinaan kepada pelaku usaha pengolahan dan pemasaran, terutama di daerah potensial. Bentuk fasilitasi sarana dan prasarana pemasaran antara lain adalah:

1) pembangunan pasar ikan; 2) rehabilitasi pasar ikan;

(28)

4) pelaksanaan major project pembangunan pasar ikan bertaraf internasional yang terintegrasi dengan pelabuhan perikanan.

D. Penghitungan angka konsumsi ikan dan peta preferensi, konsumsi dan kebutuhan ikan konsumen dalam negeri.

Strategi ini ditujukan untuk mendukung pengukuran keberhasilan pencapaian target angka konsumsi ikan. Variabel perhitungan angka konsumsi ikan berbasis SUSENAS terdiri dari: (a) konsumsi ikan rumah tangga, (b) konsumsi ikan luar rumah tangga, dan (c) konsumsi ikan tidak tercatat. Selain penghitungan angka konsumsi ikan berbasis SUSENAS juga dilakukan penghitungan angka konsumsi ikan bulanan melalui survey di 34 Provinsi lokasi prevalensi stunting. Penyusunan peta preferensi, konsumsi dan kebutuhan ikan konsumen dalam negeri berguna untuk memetakan kecenderungan masyarakat dalam mengkonsumsi ikan atau produk olahannya, serta memetakan tingkat konsumsi dan kebutuhan ikan yang terjadi di dalam negeri (34 provinsi).

E. Perluasan akses pasar dalam negeri.

Langkah operasional yang dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan akses pasar dalam negeri antara lain adalah:

1) fasilitasi pelaku usaha dalam rangka perluasan akses pasar dalam negeri;

2) inovasi akses pasar melalui e-commerce;

3) fasilitasi pengujian dan sertifikasi produk kelautan dan perikanan untuk perluasan akses pasar.

6. Arah kebijakan “Meningkatkan ekspor hasil kelautan dan perikanan” dilaksanakan dengan strategi antara lain:

A. Pemetaan akses pasar negara tujuan ekspor.

Pemetaan pasar tujuan ekspor dilakukan melalui kunjungan lapang ke pasar tujuan ekspor serta sumber data lain yang kredibel untuk melihat:

1) potensi pasar di suatu wilayah;

2) preferensi masyarakat akan konsumsi jenis ikan dinegara calon importir;

3) rantai pasok dan logistik; dan 4) pesaing potensial.

Pemetaan tersebut diharapkan memberi informasi untuk selanjutnya dianalisis menjadi strategi perluasan pasar ekspor ke suatu negara. B. Perundingan peningkatan akses pasar luar negeri.

Langkah-langkah operasional dalam perundingan peningkatan akses pasar luar negeri antara lain:

1) koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri, yaitu KBRI di luar negeri tentang esensi forum, negera/lembaga yang terlibat;

(29)

2) koordinasi dan kerjasama akses pasar dengan perwakilan dagang RI di luar negeri (Indonesia Trade Promotion Center); dan

3) penjaringan sumber-sumber informasi lainnya. C. Penanganan hambatan ekspor.

Hambatan perdagangan luar negeri tersebut diantaranya terkait: (a) hambatan tarif bea masuk, dan (b) hambatan non-tarif lainnya di negara tujuan ekspor. Keikutsertaan dalam forum dialog perdagangan internasional, sedikit banyak membantu penyelesaian hambatan dagang produk kelautan dan perikanan. Tujuan utamanya adalah: (a) membuka akses pasar produk kelautan dan perikanan di luar negeri, dan (b) mendukung pencapaian target nilai ekspor produk kelautan dan perikanan.

Partisipasi dalam dialog perdagangan internasional harus didasari oleh keputusan yang cermat dan terukur. Untuk itu dilakukan sinergi dan koordinasi dengan unit Eselon 1 terkait, stakeholder, dan K/L terkait lainnya melalui:

1) rapat/pertemuan penyusunan posisi runding; 2) temu koordinasi; dan

3) konsultasi publik guna menjaring masukan dari (stakeholder). Di samping itu, juga dilakukan analisis pasar luar negeri oleh Tim Teknis non tarif measure, Tim Teknis TIG di forum Bilateral dan Regional.

D. Fasilitasi keikutsertaan dalam forum promosi/pameran skala internasional di dalam dan luar negeri.

Langkah operasional untuk pelaksanaan strategi ini adalah dengan memfasilitasi perusahaan pada pameran produk kelautan dan perikanan Indonesia dalam satu Paviliun Kementerian Kelautan dan Perikanan baik dengan kontruksi customized design maupun booth standard. Sebagai rangkaian kegiatan pameran tersebut juga dilakukan business matching, demo masak dan pertunjukan kesenian daerah pada Paviliun Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta misi dagang lainnya.

Pada tahun 2020-2024, Ditjen PDSPKP merencanakan keikutsertaan dalam 5 (lima) forum promosi/pameran skala internasional di dalam dan luar negeri diantaranya yaitu : Seafood Expo North Amerika

(SENA), Seafood Expo Global (SEG), Food Ingredient Europe (FIE),

Japan International Seafood and Technology Expo (JISTE), SEAFEX,

Indonesia Expo Jeddah, China Fisheries Seafood Expo (CFSE), World Expo Dubai, INTERZOO, dan Trade Expo Indonesia (TEI).

E. Branding produk perikanan Indonesia.

Untuk mendukung promosi yang dilakukan dan mendukung penguatan branding Indonesian Seafood: Safe and Sustainable,

diperlukan pembuatan materi promosi baik digital maupun cetak seperti leaflet, booklet, backdrop, banner atau materi promosi lain yang sesuai serta pemasangan iklan pada katalog/website official.

(30)

B. Arah Kebijakan dan Strategi Balai Besar Pengujian Penerapan Produk Kelautan dan Perikanan

Dalam rangka mendukung arah kebijakan Ditjen PDSPKP keempat dan kelima, yaitu meningkatkan produk olahan kelautan dan perikanan yang bermutu, aman dan berdaya saing dan meningkatkan konsumsi ikan, BBP3KP menetapkan arah kebijakan sebagai berikut:

1. Meningkatkan penerapan teknologi inovasi pengolahan dan pemasaran produk kelautan dan perikanan;

2. Meningkatkan penyiapan Bahan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) produk kelautan dan perikanan;

3. Meningkatkan pelayanan pengujian dan sertifikasi produk kelautan dan perikanan;

4. Meningkatkan penyebarluasan informasi dan pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran produk kelautan dan perikanan.

Dalam melaksanakan 4 (empat) arah kebijakan di atas, BBP3KP menerapkan tatakelola pemerintahan yang baik yang dilakukan oleh seluruh level unit kerja. Disamping itu, BBP3KP melaksanakan kebijakan pengarustamaan gender dan transformasi digital.

Strategi pelaksanaan arah kebijakan di atas adalah:

1. Arah kebijakan “Meningkatkan penerapan teknologi inovasi pengolahan dan pemasaran produk kelautan dan perikanan” dilaksanakan dengan strategi antara lain:

A. Perekayasaan Teknik Pengolahan Produk Kelautan dan Perikanan. Perekayasaan teknik pengolahan produk kelautan dan perikanan bertujuan untuk mendapatkan produk-produk baru hasil inovasi teknologi pengolahan produk nilai tambah berbasis perikanan tangkap dan budidaya yang dapat diaplikasikan oleh UMKM pengolahan produk kelautan dan perikanan dan diterima konsumen (market

friendly), mendapatkan alat/sarana pengolahan yang dapat

diaplikasikan oleh UMKM, dan menyediakan desain layout unit pengolahan yang ideal dan standar untuk proses pengolahan yang efektif dan higienis. Selain menambah ragam olahan bernilai tambah, kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan konsumsi ikan dan gizi masyarakat, menumbuhkan industri pengolahan ikan, dan mendukung program blue economy melalui penciptaan sistem industri yang efisien dan nir-limbah. Langkah operasional yang dilakukan antara lain adalah:

1) identifikasi dan penetapan rekayasa teknologi pengolahan;

2) rancang bangun perekayasaan inovasi teknik, desain layout, dan alat/mesin pengolahan;

3) kerjasama teknologi pengolahan produk kelautan dan perikanan;dan

4) uji penerimaan produk hasil inovasi teknik, desain layout, dan alat/mesin pengolahan.

(31)

B. Perekayasaan Teknik Pemasaran Produk Kelautan dan Perikanan. Perekayasaan teknik pemasaran produk kelautan dan perikanan bertujuan untuk mendapatkan alat/sarana pemasaran yang dapat diaplikasikan oleh UMKM, menyediakan rancang bangun dan tata letak pasar ikan yang ideal dan standar yang dapat diacu oleh pelaku usaha untuk memperluas jaringan pemasaran, mendapatkan rekayasa desain kemasan olahan hasil perikanan, dan menguji penerimaan pasar terhadap produk-produk hasil inovasi teknik pengolahan dan pemasaran produk kelautan dan perikanan. Langkah operasional yang dilakukan antara lain adalah:

1) identifikasi dan penetapan rekayasa teknologi pemasaran,

2) rancang bangun perekayasaan inovasi teknik, pengemasan, desain layout, dan alat/mesin pemasaran,

3) kerjasama teknologi pemasaran produk kelautan dan perikanan, 4) uji penerimaan produk hasil inovasi teknik, pengemasan, desain

layout, dan alat/mesin pengolahan.

C. Uji Terap Produk Inovasi Teknologi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan.

Uji terap produk inovasi teknologi pengolahan dan pemasaran hasil kelautan dan perikanan bertujuan untuk memastikan bahwa hasil-hasil perekayasaan dapat diterima dan diaplikasikan oleh pengolah dan pemasar produk kelautan dan perikanan. Langkah operasional yang dilakukan antara lain adalah:

1) transfer teknologi inovasi pengolahan dan pemasaran,

2) monitoring dan pendampingan penerapan teknologi pengolahan dan pemasaran,

3) uji penerimaan dan perluasan pasar produk inovasi. D. Pengembangan Profesi Kerekayasaan.

BBP3KP melaksanakan perekayasaan dengan dukungan teknis para pejabat fungsional Perekayasa. Dalam rangka pengembangan profesi kerekayasaan, dilakukan langkah operasional antara lain:

1) Training of Trainers teknologi pengolahan dan pemasaran; 2) penyusunan invensi paten.

2. Arah kebijakan “Meningkatkan penyiapan Bahan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) produk kelautan dan perikanan” dilaksanakan dengan strategi antara lain:

A. Penyiapan Bahan RSNI Produk Kelautan dan Perikanan.

Penyiapan Bahan RSNI meliputi Bahan RSNI untuk produk kelautan dan perikanan pangan dan non pangan, serta Bahan RSNI Metode Uji. Langkah operasional yang dilaksanakan yaitu:

1) identifikasi dan penentuan judul Bahan RSNI; 2) penyiapan Bahan RSNI;

Gambar

Tabel 2. Pencapaian Target Bahan RSNI Produk Kelautan dan Perikanan  Target  2015-  2019  Target/Capaian  Persentase terhadap target 5 tahun (%) 2015 2016 2017 2018 2019  19  5  9  5  7  3  4  3  3  3  3  136,84
Tabel 3.  Pencapaian  Target  Produk  Perikanan  yang  Mendapatkan  Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI
Gambar 2. Capaian Data Uji Nutrisi dan Mutu Produk Perikanan   Tahun 2015-2019 (Data Uji)
Gambar 3. Sebaran Tenant Inkubator Bisnis Inovasi Produk Kelautan  dan Perikanan BBP2HP Tahun 2016-2019
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen ini merujuk kepada Keputusan Kepala Badan Karantina lkan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Nomor 82 tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Publik Badan

Menyusun rencana kegiatan Bidang Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan baik rutin maupun pembangunan serta sumber data yang ada sebagai bahan

Demikian Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bengkulu Tahun 2019- 2023 ini kami susun untuk dapat menjadi acuan atau pedoman dalam

Dalam rangka mewujudkan arah perencanaan pembangunan yang tepat, terpadu dan berkelanjutan, perlu disusun Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Peternakan, Perikanan dan

Optimalnya pengelolaan ruang laut, pengelolaan sumber daya perikanan tangkap, budidaya, yang terintegrasi dan berkelanjutan serta meningkatnya daya saing, pengendalian mutu hasil

Untuk itu, sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Balai Riset dan

Kegiatan uji terap ini meliputi tiga komponen kegiatan yaitu (1) transfer teknologi inovasi pengolahan dan pemasaran pada tahun berjalan atau tahun-tahun

Program pembangunan dan rencana kegiatan indikatif yang dituangkan dalam Rencana Strategis Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pelalawan Tahun 2016 – 2021