SKRIPSI
Diajukan Guna Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Oleh : WITRI HANUM NPM : 1302060011
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
Al Rasyidin,Wahyudin,2013. Teori Belajar dan pembelajaran, Medan.Perdana Publishing
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta. Rineka Cipta.
Imas, Berlin, 2015. Model Pembelajaran, Yogyakarta, Kata Pena Istarani, 2012. Model Pembelajaran Inovatif, Medan : Media Persada
Makmun Khaiarani, 2013. Psikologi Belajar, Yogyakarta : Aswaja Pressindo Miftahul Huda, 2014. Model-Model Pengajaran dan pembelajaran, Yogyakarta
: Pustaka Belajar
Muhammad Taupan, 2011. Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung : Yrama Widya
Mudjiono, 2013. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta
Sumadi Suryabrata, 2013. Psikologi Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada
Syah, Muhibbin, 2010.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosdakarya
Syaiful Sagala, 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, Yogyakarta : Pustaka Belajar
Sugiyono, 2012 : Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta
i
Artikulasi terhadap Kemampuan Berpikir Siswa Kelas X SMK Bina Satria Tahun Pembelajaran 2016/2017. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Adapun yang menjadi rumusan dalam masalah ini adalah Apakah ada Pengaruh Model Pembelajaran Artikulasi terhadap Kemampuan Berpikir Siswa Kelas X-2 TKJ Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di SMK Bina Satria Tahun Pembelajaran 2016/2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Artikulasi terhadap Kemampuan Berpikir Siswa Kelas X-2 TKJ Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di SMK Bina Satria Tahun Pembelajaran 2016/2017. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Bina Satria Tahun Pembelajaran 2016/2017. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari enam kelas yang berjumlah 271 siswa, maka sampel pada penelitian ini di kelas X-2 TKJ yang berjumlah 32 siswa. Instrument penelitian yang digunakan adalah Tes dan Angket. Data yang digunakan dengan menggunakan angket skala likert yang telah diuji validitas dan reabilitasnya sebanyak 10 item pertanyaan (Post test) Model Pembelajaran Artikulasi (Variabel X), dan 15 item pertanyaan dengan menggunakan angket Kemampuan Berpikir (Variabel Y). Data Uji Instrument Angket (Variabel Y) diolah dengan menggunakan teknik analisis product moment dari analisis data diperoleh nilai korelasi dengan nilai sebesar 0,605, dengan demikian terdapat hubungan derajat reabilitas suatu angket tinggi. Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh hasil perhitungan koefisien korelasi rhitung = 0,605 > rtabel = 0,349 , hal tersebut menunjukkan bahwa adanya Pengaruh Model Pembelajaran Artikulasi terhadap Kemampuan Berpikir Siswa. Dari hasil penelitian ini diperoleh thitung = 5,273 sedangkan ttabel dengan taraf signifikan 5% dengan dk 32-2 =30 diperoleh nilai sebesar 1,697. Dengan demikian thitung > ttabel (5,273 > 1,697) maka Ha diterima Ho ditolak, sehingga terbukti secara signifikan terdapat Pengaruh Model Pembelajaran Artikulasi terhadap Kemampuan Berpikir Siswa Kelas X-2 TKJ Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di SMK Bina Satria Tahun Pembelajaran 2016/2017.
ii Assalamu’alaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis pada kesempatan ini dapat menyelesaikan skripsi yang mana berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Artikulasi terhadap Kemampuan Berpikir Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMK BINA SATRIA Tahun Pembelajaran 2016 / 2017”.
Shalawat berangkaikan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan menuju alam yang penuh berilmu pengetahuan. Semoga syafaatnya kita peroleh hingga yaumil akhir kelak, Amin Ya Rabbal Alamin.
Dalam kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih kepada Ayahanda tercinta SAIDI, S.Sos dan Ibunda tersayang HIRAWATI, S.Pd yang telah membesarkan dan mendidik saya dengan kasih sayangnya yang tiada ternilai dan memberikan doa serta dukungan baik secara moral maupun material sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Agussani, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
iii
Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Jamila, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberi bimbingan, serta saran dan nasehat dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
6. Kepada Kakak Weni Manica, AmKeb, Sri Wulandari, S.E, dan Adik Muhammad Ridho, yang selalu memberikan semangat dan dukungan serta doa dalam penulisan skripsi ini.
7. Untuk sahabat terbaik Melly Sri Ardila,Yusi Meisari, Kifli Azhari, Rahma yani Munthe, lusiana, Hajanita, Sarmila, Fadhilah, Siti Sahara, yang begitu banyak membantu dan memberikan dukungan kepada peneliti.
8. Kepada Para Sahabat seperjuangan stambuk 2013 A Pagi Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan khususnya untuk sahabat Hidayati Berutu,Ema Melati, Novilia,Wahyuna,Siti Hariati, Fitria Wulan Dari, yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
iv
membangun dari pembaca. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin Yaa Rabbal ‘Alamiin
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Medan, Maret 2017 Penulis,
v
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II LANDASAN TEORITIS ... 10
A. Kerangka Teori ... 10
1. Pengertian Model ... 10
2. Pengertian Model Pembelajaran ... 12
3. Model Pembelajaran Artikulasi ... 15
4. Kelebihan dan Kekurangan Model pembelajaran Artikulasi ... 16
vi
C. Hipotesis Penelitian ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
A. Alokasi dan Waktu Penelitian ... 28
1. Lokasi Penelitian ... 28
2. Waktu Penelitian ... 29
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
1. Populasi Penelitian ... 29
2. Sampel Penelitian ... 30
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 31
1. Variabel Penelitian ... 31 2. Definisi Operasional ... 32 D. Jenis Penelitian ... 32 E. Instrumen Penelitian ... 34 1. Angket ... 34 2. Tes ... 37 3. Observasi ... 38
F. Teknik Analisis Data ... 39
1. Uji Normalitas ... 39
2. Uji Homogenitas ... 40
vii
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 47
C. Analisis Data Penelitian ... 47
D. Pengujian Persyaratan Analisis ... 57
E. Diskusi Hasil Penelitian ... 59
F. Keterbatasan Penelitian ... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
viii
Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 29
Tabel 3.2 Jumlah Populasi Penelitian... 30
Tabel 3.3 Jumlah Sampel siswa ... 31
Tabel 3.4 Desain Penelitian ... 32
Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Instrument ... 35
Tabel 3.6 Kisi-kisi Pre Test ... 37
Tabel 3.7 Kisi-kisi Post Test ... 38
Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana Sekolah ... 44
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Variabel X ... 47
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Variabel Y ... 48
Taabel 4.5 Perhitungan antara Variabel X dan Variabel Y ... 49
Tabel 4.6 Pedoman untuk Interpretasi Koefisiensi Korelasi ... 51
Tabel 4.7 Perhitungan antara Post Test dan Angket ... 53
ix
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 26 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Sekolah ... 45
x Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 1 Silabus Lampiran 2 RPP Lampiran 3 Soal Tes Lampiran 4 Kunci Jawaban Lampiran 5 Kisi-kisi Angket Lampiran 6 Hasil Validitas Angket Lampiran 7 Uji Validitas Instrument Lampiran 8 Data Hasil Belajar Pree Test Lampiran 9 Data Hasil Belajar Post Test
Lampiran 10 Perhitungan antara Post Test dan Angket Lampiran 11 Perhitungan Rata-rata dan Standar Deviasi Lampiran 12 Tabel F Lampiran 13 Tabel L Lampiran 14 Tabel r Lampiran 15 Tabel z Lampiran 16 Tabel t Lampiran 17 K1 Lampiran 18 K2 Lampiran 19 K3
xi Lampiran 24 Berita Acara Seminar Proposal Lampiran 25 Mohon Izin Riset
Lampiran 26 Surat Keterangan
Lampiran 27 Berita Acara Bimbingan Skripsi Lampiran 28 Lembar Pengesahan Skripsi
1 A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan.Sejak dahulu dari generasi ke generasi, walaupun berawal dari sesuatu yang sederhana, sesungguhnya pendidikan sudah ada. Pendidikan berfungsi sebagai alat pencapaian aktual terhadap berbagai kebutuhan hidup yang menuntut adanya keahlian (skill) dan adanya suatu keterampilan yang dimiliki, yaitu salah satu nya adalah kemampuan berpikir.
Pendidikan merupakan salah satu hal fundamental bagi kemampuan dan kemajuan suatu bangsa. Tingkat kemajuan dan kemunduran suatu bangsa ditentukan oleh mutu pendidikan bangsa itu sendiri. Salah satu masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan adalah lemahnya proses pembelajaran, dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk aktif dan mengembangkan kemampuan berpikir nya. Proses pembelajaran dikelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal tanpa dituntut untuk memahaminya dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari, ketika anak didik lulus dari sekolah, anak tersebut hanya akan pintar secara teoritis dan tidak untuk penerapannya.
Mengasah ketrampilan berpikir merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting dalam membangun pilar belajar yang bernilai untuk membangun
daya kompetensi bangsa dalam meningkatkan mutu produk pendidikan. Kemampuan berpikir merupakan kecakapan mengolah pikiran untuk menghasilkan ide-ide baru agar produk bangsa ini tidak kalah oleh produk bangsa lain.
Menurut pasal 1 UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan menyatakan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi didirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Selanjutnya, Menurut pasal 1 UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa, guru adalah pendidik dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan disemua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pkn mempunyai peranan yang sangat penting dalam kemajuan bangsa dan negara. Karena memberi disiplin ilmu tentang moral, norma, hukum, dan sumber aturan yang sangat penting bagi setiap warga negara. Dengan demikian, guru harus menguasai teknik, materi pembelajaran, pendekatan, serta model pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik dan berlangsung kondusif.
Penyajian materi Pendidikan Kewarganegaraan disekolah selama ini masih meliputi kebiasaanya itu guru menjelaskan materi pelajaran, dan siswa mencatat materi pelajaran yang dipaparkan oleh guru, lalu siswa mengerjakan soal-soal tugas/ latihan. Melihat hal diatas pembelajaran kurang berjalan efektif, karena siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar. Sehingga hal ini menimbulkan masalah di dalam kelas, misalnya siswa sering tertangkap mata cerita/ rebut dengan teman sebangku, bahkan siswa sampai melamun maupun tertidur di dalam kelas. Dalam pembelajaran seperti ini, siswa menjadi pasif dan tidak aktif dalam proses belajar mengajar, dan bahkan timbul anggapan belajar Pendidikan Kewarganegaraan itu membosankan atau menjenuhkan.
Namun dalam proses pembelajaran di sekolah tidak jarang guru memberi penjelasan, catatan, serta memberikan tugas. Akan tetapi hal tesebut kurang efektif dalam proses pembelajaran yang menimbulkan kemampuan berpikir belajar siswa kurang berjalan dengan baik terutama pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, misalnya model pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi yang kurang menarik sehingga siswa tidak memahami materi pelajaran, bahkan tidak jarang siswa merasa bosan dan mengantuk pada saat pembelajaran berlangsung.
Dalam proses pembelajaran disekolah, hendaknya siswa memiliki dorongan kemampuan berpikir yang tinggi terhadap pelajaran yang diikutinya, sehingga siswa memiliki daya ingat terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Dalam meningkatkan kemampuan berpikir belajar siswa pada suatu mata pelajaran khususnya pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
hendaknya guru harus semakin memperhatikan siswa, apakah siswa sedang berpikir memahami materi pelajaran yang disampaikan atau siswa itu sedang melamun ketika proses belajar mengajar, mencari model pembelajaran yang memusatkan perhatian siswa terhadap penjelasan oleh guru, bahkan menyampaikan materi pelajaran dengan baik sehingga siswa agar lebih memahami materi pelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Salah satunya dengan mengubah model pembelajaran yang baik, menciptakan suatu hal dan cara mengajar yang baru sehingga siswa memahami materi pelajaran.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di SMK Bina Satria yang menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas tidak begitu semangat atau membosankan sehingga membuat siswa kurang aktif, dikarenakan guru Pendidikan Kewarganegaraan menyampaikan materi dengan menggunakan metode seadanya yang cenderung monoton yaitu metode ceramah yang tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak memperhatikan guru menjelaskan materi pembelajaran, guru kesulitan dalam memilih media pembelajaran dikarenakan keterbatasan media pembelajaran. Guru juga tidak mencoba menggunakan Model yang kreatif dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa sehingga siswa tidak aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar yang membuat kemampuan berpikir siswa belum berjalan dengan baik. Hal tersebut membuat siswa kurang terlibat aktif dikarenakan hanya mendengar penjelasan, mencatat, dan Akibatnya siswa mengalami kebosanan dalam mengikuti pembelajaran dengan baik.
Untuk mengetahui masalah tersebut, peneliti akan mencoba untuk memperbaiki kemampuan berpikir belajar siswa dengan mencoba menggunakan model pembelajaran yang tepat di mana model tersebut dapat membuat siswa agar lebih aktif dalam proses belajar mengajar dan dapat mengasah kemampuan berpikir siswa lebih memahami terhadap materi yang disampaikan oleh guru tersebut.
Dengan adanya permasalahan di atas Peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran Artikulasi yaitu Model ini melibatkan peserta didik dalam proses belajar lebih aktif dari awal hingga akhir pembelajaran. Yang menuntut peserta didik untuk bisa berperan sebagai „penerima pesan‟ sekaligus berperan sebagai „penyampai pesan‟. Disinilah peneliti ingin menggunakan model pembelajaran Artikulasi untuk menjadikan peserta didik dapat merubah cara berfikirnya dalam menyikapi materi yang sedang diterangkan.
Model tersebut akan digunakan oleh peneliti untuk sebuah penelitian yang berjudul, “Pengaruh Model Pembelajaran Artikulasi Terhadap Kemampuan Berpikir Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di SMK BINA SATRIA Tahun Pembelajaran 2016 / 2017.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Metode pembelajaran yang digunakan guru cenderung monoton yakni ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas.
2. Siswa merasa bosan karena tidak memahami materi pembelajaran.
3. Siswa masih kurang terlibat aktif dikarenakan terlalu banyak mendengarkan penjelasan dari guru.
4. Kurangnya daya ingat siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
5. Masih rendahnya pemahaman belajar siswa terhadap pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang disampaikan oleh guru.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah sebagaimana telah diuraikan, agar tujuan penelitian menjadi jelas perlu dilakukan penegasan dan pembatasan masalah yang akan diteliti.
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Artikulasi yang mencakup langkah-langkah penerapan. Langkah-langkah pembelajaran pada materi Fungsi dan Tujuan Negara Kesatuan Republik Indpnesia (NKRI). Selanjutnya, adanya pengaruh model pembelajaran Artikulasi terhadap Kemampuan Berfikir siswa dalam mengikuti materi Fungsi dan Tujuan Negara Kesatuan Republik Indpnesia (NKRI). Pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas X SMK Bina Satria Tahun Pembelajaran 2016 / 2017.
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian pada latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian adalah :
1. Bagaimana Kemampuan Berpikir Siswa sebelum menggunakan Model Pembelajaran Artikulasi dalam materi Fungsi dan Tujuan Negara Kesatuan Republik Indpnesia (NKRI) pada kelas X SMK Bina Satria Medan Tahun Pembelajaran 2016/ 2017?
2. Bagaimana Kemampuan Berpikir Siswa sesudah menggunakan Model Pembelajaran Artikulasi dalam materi Fungsi dan Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada kelas X SMK Bina Satria Medan Tahun Pembelajaran 2016/ 2017?
3. Apakah ada pengaruh model pembelajaran Artikulasi pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada materi Fungsi dan Tujuan Negara Kesatuan Republik Indpnesia (NKRI) terhadap Kemampuan Berpikir Siswa pada kelas X SMK Bina Satria Medan Tahun Pembelajaran 2016/ 2017?
E. Tujuan Penelitian
Mengingat pentingnya suatu tujuan penelitian, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Bagaimana Kemampuan Berpikir Siswa sebelum menggunakan Model Pembelajaran Artikulasi dalam materi Fungsi dan Tujuan Negara Kesatuan Republik Indpnesia (NKRI) pada kelas X SMK Bina Satria Medan Tahun Pembelajaran 2016/ 2017.
2. Untuk mengetahui Bagaimana Kemampuan Berpikir Siswa sesudah menggunakan Model Pembelajaran Artikulasi dalam materi Fungsi dan Tujuan Negara Kesatuan Republik Indpnesia (NKRI) pada kelas X SMK Bina Satria Medan Tahun Pembelajaran 2016/ 2017.
3. Untuk mengetahui Apakah ada pengaruh model pembelajaran Artikulasi pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada materi Fungsi dan Tujuan Negara Kesatuan Republik Indpnesia (NKRI) terhadap Kemampuan Berpikir Siswa pada kelas X SMK Bina Satria Medan Tahun Pembelajaran 2016/ 2017.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat Penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Pendidik
Sebagai bahan masukan bagi peneliti dalam meningkatkan wawasan dalam bidang penelitian di dunia pendidikan.
2. Bagi siswa
a) Dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa terhadap materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
b) Dapat membuat siswa untuk aktif dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
c) Dapat meningkatkan keterampilan siswa untuk berbicara atau mengemukakan pendapatnya.
3. Bagi Sekolah
Sebagai Bahan masukan yang sangat bermanfaat dalam perbaikan yang mengelola pendidikan dan pengajaran di lembaga tersebut khusus nya dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4. Bagi Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Sebagai bahan kajian dan perbandingan bagi mahasiswa juga peneliti lain yang bermaksud mengadakan penelitian dalam masalah yang sama dilokasi yang berbeda.
10 A. Kerangka Teoritis
1. Pengertian Model
Pembelajaran memiiki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai usaha untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Martinis Yamin ( dalam Istarani 2012: 3 ), mengatakan :
“Belajar melalui model yaitu belajar atas kegagalan dan keberhasilan orang, dan pada akhirnya seseorang yang meniru dengan sendirinya akan matang karena telah melihat pengalaman-pengalaman yang di coba dengan meniru suatu model. Contoh: guru mendemonstrasikan gaya renang bebas, para siswa menirunya. Siswa tidak melalui proses yang disebut bandura ( shaping process ), atau ( no - trisal learning ), tetapi dapat segera menghasilkan respon yang benar”.
Oleh karena itu, Hamzah B. Uno ( dalam Istarani, 2012 : 2) mengatakan bahwa “Pembelajaran memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”. Dan bukan pada “apa yang di pelajari siswa”. Jadi dalam teori belajar sosial menekankan melalui fenomena model, dimana seseorang meniru perilaku orang lain yang disebut belajar.
Belajar model dapat dilakukan dengan melalui fase-fase, yaitu fase perhatian, fase retensi, dan fase motivasi, fase-fase ini akan menghasilkan
penampilan seseorang. Dengan menggunakan fase-fase tersebut secara sitematis akan dapat memberikan pembelajaran melalui model secara efektif dan efiisien.
Fase perhatian merupakan model didalam belajar, belajar ini merupakan perhatian yang menarik, unik, populer, berhasil menggugah pemerhati untuk menirunya, sama halnya dengan keberadaan guru didalam kelas, menjadi perhatian dikalangan siswa, gerak, gaya, bicara guru merupakan catatan tersendiri pada siswa sering mendengar siswa meniru aksen guru didepan kelas.
Fase Retensi adalah fase pengulangan, menyebutkan sebagai belajar observasi yang berdasarkan kontiguitas, dimana kontiguitas diperlukan perhatian dan penampilan model dan penyajian simbolik dari penampilan dalam jangka panjang.
Fase reproduksi merupakan proses pembimbingan informasi dari bentuk bayangan kedalam penampilan perilaku yang sebenarnya. Fase ini membenarkan model dan instruksi untuk melihat apakah komponen – komponen suatu urutan perilaku telah dikuasai oleh yang belajar.
Fase motivasi merupakan fase terakhir dari proses belajar observasional, siswa meniru model untuk mendapatkan reinforsemen dan mendapatkan informasi yang akan berguna dalam kehidupan kelak. Didalam belajar ia berharap prestasinya bagus, nilai tinggi, dan naik kelas. Guru mempunyai peran membangkitkan perhatian siswa dalam belajar dan memberi dorongan kepada siswa bahwa materi yang mereka pelajari ini adalah penting dan sering menjadi bahan ujian akhir. Tentunya siswa akan belajar sungguh - sungguh karena mereka mengharap imbalan yang akan mereka dapatkan berupa kenaikan kelas
dan sebagainya, belajar sungguh-sungguh merupakan dorongan diri dalam dirinya.
2. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran dirancang untuk tujuan-tujuan tertentu, pengajaran konsep-konsep informasi, dan cara-cara berpikir,dengan meminta siwa untuk terlibat akitf, sebagai model berpusat pada penyampaian guru. Model tersebut menekankan bagaimana membantu siswa belajar mengkonstruksikan pengetahuan belajar, dan bagaimana cara belajar. Pembelajaran merupakan proses penyampaian, memberikan, memudahkan atau mentransfer ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa.
Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari – hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap orang.
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan ligkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi siswa. Dengan demikian, pembelajaran merupakan suatu proses membuat siswa belajar melalui interaksi siswa dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku bagi siswa.
Menurut Syaiful Sagala ( 2014 : 61) mengatakan “ Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid”.
Menurut Wenger ( dalam Miftahul Huda 2004 : 2 ) mengatakan, “Pembelajaran bukanlah aktifitas, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika
ia tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang. Lebih dari itu, pembelajaran bisa terjadi dimana saja dan pada level yang berbeda-beda, secara individual, kolektif, ataupun sosial”.
Menurut Suyatno ( dalam Istarani dan Intan Pulungan, 2015 : 247 ) dengan demikian dikatakan bahwa “model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, teknik pembelajaran. Pendekatan adalah konsep dasar yang melingkupi metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu”.
Kardi dan Nur ( dalam Trianto, 2009 : 23 ) Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur. Ciri – ciri tersebut ialah :
1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar ( tujuan pembelajaran yang akan dicapai )
3) Tingkah laku mengajar yang perlu dipikirkan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai
Menurut Imas Kurnianingsih (2015: 18) mengartikan “model pembelajaran sebuah prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Selain itu, dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran‟‟.
Kemudian Suyanto dan Asep ( dalam Istarani dan Intan Pulungan, 2015 : 248 ) menjelaskan dalam “ sebuah model mengajar biasanya terdapat tahapan – tahapan atau langkah-langkah yang relatif tetap dan pasti dilakukan ualaman ntuk menyajikan materi pelajaran secara berurutan ‟‟.
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khas yaitu : 1) Bersifat rasional teoritik yang disusun oleh penciptanya 2) Berorientasi pada mencapai tujuan pembelajaran
3) Berpihak pada cara khusus agar model tersebut sukses dilaksanakan 4) Berpihak pada lingkungan belajar kondusif agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
Dengan demikian Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka dikelas atau pembelajaran tambahan di luar kelas dan untuk menyusun materi pembelajaran. Jadi, Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.
3. Model Pembelajaran Artikulasi
Strategi Artikulasi merupakan strategi pembelajaran yang prosesnya berlangsung layaknya pesan berantai. Artinya apa yang telah diberikan guru wajib diteruskan siswa dengan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai „penerima pesan‟ sekaliagus berperan sebagai „penyampai pesan‟.
Menurut Miftahul Huda ( 2014 : 269 ) “Model pembelajaran Artikulasi adalah pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran. Pada pembelajaran ini siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing anggotanya bertugas mewawancarai teman kelompoknya tetntang materi yang baru dibahas. Skill pemahaman sangat diperluakan dalam metode pembelajaran ini ‟‟.
Adapun menurut Imas Kurnianingsih ( 2015 : 66 ) “Mengatakan model pembelajaran Artikulasi adalah pembelajaran dengan sistem pesan berantai, pesan yang akan dibawa merupakan materi pelajaran yang sedang dipelajarai ketika itu. Secara teknis, setiap siswa wajib meneruskan pesan dan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya)”.
Selanjutnya, menurut Istarani (2011 : 61) “ mengatakan model pembelajaran Artikulasi adalah pengulangan kembali makna pembelajaran yang disampaikan kepada siswa oleh siswa itu sendiri, model pembelajaran ini baik digunakan dalam memahami materi yang diajarkan kepadanya ‟‟.
Jadi model pembelajaran Artikulasi adalah model pembelajaran yang melatih dan menuntut siswa aktif karena siswa dibentuk menjadi kelompok kecil
yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas wawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas. Model pembelajaran ini melatih kesiapan siswa untuk memahami apa yang disampaikan temannya,dan masing-masing siswa memiliki kesempatan berbicara atau tampil di depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok mereka. Model pembelajaran seperti ini memiliki kelebihan dalam hal memudahkan setiap siswa untuk belajar berinteraksi dengan baik, memiliki kedekatan dengan guru, mengembangkan kerja sama dengan siswa yang lainnya serta mereka akan lebih mudah untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru karena mereka diwajibkan untuk menjelaskan ulan materi yang telah disampaikan oleh guru tersebut.
Dengan demikian model pembelajaran ini digunakan dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa untuk menangkap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dan selanjutnya siswa dituntut menyampaikan kembali materi yang telah diajarkan oleh guru, Skill pemahaman sangat diperlukan dalam metode pembelajaran ini. sehingga ia memiliki skill atau kemampuan untuk menerangkan kembali materi yang diajarkan oleh guru kepadanya.
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Artikulasi
Kelebihan Model Pembelajaran Artikulasi ( Pesan Berantai ) ini adalah : 1. Semua siswa terlibat ( mendapat peran ).
2. Melatih kesiapan siswa.
4. Dapat lebih mempertajam daya ingat siswa tentang pelajaran tersebut.
5. Dapat menyalurkan aspirasi siswa ketika menerangkan kembali materi yang diajarkan oleh guru kepadanya.
6. Melibatkan siswa secara langsung dalam menggali materi ajar yang telah disampaikan oleh guru.
Kelemahan Model Pembelajaran Artikulasi adalah :
1. Sulit dipandu apakah siswa mengulangi yang dijelaskan sebelumnya sesuai dengan yang diinginkan.
2. Pembelajaran menjadi gaduh, karena banyak peserta yang berbicara sekaligus.
3. Bagi siswa pendiam, sulit rasanya mengikuti model pembelajaran seperti ini.
5. Langkah – Langkah Penerapan Strategi Pembelajaran Artikulasi Langkah – langkah penerapan strategi pembelajaran Artikulasi adalah, sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasanya.
3. Untuk mengetahui daya serap peserta didik, dibentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4. Menugaskan salah satu peserta didik dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5. Menugaskan peserta didik sacara bergiliran/ diacak menyampaikan penjelasan teman pasangannya. Sampai sebagian peserta didik menyampaikan penjelasannya.
6. Guru mengulang/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami peserta didik.
7. Kesimpulan/penutup.
6. Kemampuan Berpikir
Kemampuan adalah sifat yang dibawa lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang yang dapat menyelesaikan pekerjaannnya, baik secara mental ataupun fisik. Kemampuan dan keterampilan memainkan peranan utama dalam prilaku dan kinerja individu.
Kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Kemampuan (Ability) adalah kecakapan atau potensi siswa untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan sesuatu apa yang telah didapatkan oleh siswa dalam menguasai suatu materi tersebut.
Plato beranggapan bahwa “Berpikir itu adalah berbicara dalam hati. Sehubungan dengan pendapat Plato ini adalah pendapat yang mengatakan bahwa berpikir adalah aktivitas ideasional”.
Menurut Meyer (2003) “Kemampuan berpikir sebagai upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk membuat generalisasi, mengandaikan dan mengendalikan kemungkinan-kemungkinan yang berbagai, dan juga menangguhkan keputusan".
Belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan disekolah tidak hanya menekankan kepada pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya.
Didalam belajar terdapat proses berpikir yang mana akan menggali atau mengulang kembali apa yang ada diingatannya. Sumadi Suryabrata (2013:55) berpikir adalah proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya. Sehingga siswa dapat melakukan analistis, kemudian menarik kesimpulan.
Dalam berpikir terdapat proses yaitu proses berpikir adalah proses atau jalannya berpikir itu pada pokok ada tiga langkah yaitu : (1) pembentukan pengertian, (2) pembentukan pendapat, dan (3) penarikan kesimpulan. Sumadi Suryabrata (2013:55). Pembentukan pengertian merupakan pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui empat tindakan sebagai berikut:
1) Menganalisis ciri-ciri dari jumlah objek yang sejenis, objek tersebut kita perhatikan unsur-unsurnya saru demi satu.
2) Membanding-bandingkan ciri-ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada, dan mana yang selalu tidak ada.
3) Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-cirinya yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang hakiki.
Pembentukan pengertian merupakan mendefenisikan suatu objek dan mengumpulkan informasi-informasi mengenai objek tersebut. Pembentukan pendapat merupakan menghubungkan dari beberapa asumsi yang didapat. Sedankan menurut Sumadi Suryabrata (2013:56). Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu: (1) pendapat afirmatif, (pendapat negatif) dan (3) pendapat modalitas.
1) Pendapat afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang menyatakan, yang secara tegas menyatakan keadaaan sesuatu.
2) Pendapat negatif, yaitu pendapat yang menindakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya suatu sifat pada sesuatu hal.
3) Pendapat modalitas atau kebarangkalian, yaitu pendapat yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal.
Menurut Makmun Khairani (2013; 159) Ada beberapa unsur yang sangat penting hubungan pemikiran sebagai fungsi mental, yaitu :
1. Merupakan suatu kekuatan yang memiliki daya dorong. 2. Kekuatan itu terorganisasi secara sistematik.
3. Yang diorganisasikannya adalah unsur-unsur psikis. 4. Mempunyai dasar kesadaran dan tujuan mencipta.
5. Apa yang diciptakan itu nampak dalam wujud konsep-konsep materi maupun gerak-gerik perbuatan.
Dengan demikian Kemampuan Berpikir merupakan suatu aktivitas akal yang berlaku pada seseorang akibat adanya kecenderungan mengetahui dan mengalami, disusun dengan teratur atau sistematis sehingga lahirnya makna, fakta dan pemahaman. Akal manusia berfungsi utuk mengingat dan juga
memahami yang dapat di aplikasikan melalui penalaran, jika semakin sering kita berpikir maka semakin baik ingatan yang kita punya, begitu juga sebaliknya jika kita kurang berpikir maka ingatan pun bisa menurun . ingatan merupakan sebagai kecakapan untuk menerima, dan menyimpan makna dari pemahaman.
Berpikir ialah proses menggunakan pikiran untuk mencari makna dan pemahaman terhadpa berbagai kemungkinan ide atau ciptaan dan membuat pertimbangan yang wajar, bagi membuat keputusan dan menyelesaikan masalah dan seterusnya membuat refleksi terhadap proses yang dialami.Berpikir adalah kegiatan memfokuskan pada eksplorasi gagasan, memberikan berbagai kemungkinan-kemungkinan dan mencari jawaban-jawaban yang lebih benar.
Dalam konteks pembelajaran, pengembangan kemampuan berpikir ditujukan untuk beberapa hal, diantaranya adalah mendapat latihan berpikir secara kritis dan kreatif untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah dengan bijak, misalnya luwes, reflektif, ingin tahu, mampu mengambil resiko, tidak putus asa, mau bekerja sama dan lain-lain, mengaplikasikan pengetahuan, pengalaman dan kemahiran berpikir secara lebih praktik baik didalam atau diluar sekolah, menghasilkan ide atau ciptaan yang kreatif dan inovatif, serta berani memberi pandangan dan kritik.
Kemampuan berpikir merupakan kegiatan penalaran yang reflektif, kritis, dan kreatif, yang berorientasi pada suatu proses intelektual yang melibatkan pembentukan konsep (consptualizing, aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul (sintesis) atau dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, komunikasi, sebagai landasan kepada suatu keyakinan dan tindakan.
Menurut Glaser dalam Alec Fisher (2009:3) mendefenisikan berpikir kritis sebagai, (1) suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang, (2) pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis, (3) semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan.
Menurut Paul, Fisher dan Nosich dalam Alec Fisher ( 2009:4) berpikir kritis adalah model berpikir mengenal hal, substasni atau masalah apa saja dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikiran dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya. Berpikir kritis mengarahkan perhatian pada keistimewaan berpikir dimana para guru dan peneliti di bidanng ini kelihatan pada prinsipnya menyetujui bahwa satu-satu nya cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis seseorang ialah melalui berpikir tentang pemikiran diri sendiri.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat dikemukakan Indikator kemampuan berpikir kritis secara umum yaitu sebagai berikut :
1. Memahami materi yang disampaikan 2. Mengunakan Bahasa yang tepat
Jadi kemampuan berfikir kritis adalah suatu sikap untuk meningkatkan kualitas pemikiran dengan menangani secara terampil melalui berpikir tentang pemikiran diri sendiri. Kemampuan melalui penalaran dimana obyek yang digunakan adalah siswa, dengan kemampuan tersebut siswa dapat utuk memahami dan mengingat apa yang telah disampaikan oleh guru, yang dapat di aplikasikan dan dalam hal ini siswa mampu mengaplikasikan penalaran yang di pahami dengan pemikiran siswa tersebut, Dan dengan kemampuan berpikir tersebut siswa dapat mengulang kembali apa yang ada diingatannya sehingga dapat mengulang menyampaikan kembali materi yang telah diajarkan oleh gurunya dan dapat menyampaikan materi yang telah mereka pahami.
7. Materi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
a. Fungsi dan Tujuan Negara Republik Indonesia (NKRI) 1. Fungsi Negara
Setiap Negara mempunyai fungsi yang berhubungan erat degan tujuan dibentuknya negara tersebut. Fungsi Negara adalah mengatur tata kehidupan bernegara agar tujuan Neara tercapai. Fungsi Negara tersebut yaitu Menegakkan keadilan, Menegakkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, Melaksanakan pertahanan dan keamanan Negara. Melaksanakan ketertiban (law and order) untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah bentrokan-bentrokan dalm masyarakat. Dalam hal ini negara bertindak sebagai stabilitator, mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya, mengusahan pertahanan untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar, dan menegakkan keadilan yang dilaksanakan melalui badan-badan peradilaan.
2. Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tujuan mengutamakan adanya sasaran yang hendak dicapai, yang terlebih dahulu sudah ditetapkan. Indonesia merupakan bangsa dan Negara yang beradab serta mempunyai tujuan yang mulia. Tujuan itulah yang akan menjadi landasan kita dalam melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketika tujuan tersebut sudah menjadi dasar kehidupan, maka tujuan tersebut akan menjadi ciri khas. Negara lain tentunya akan mempunyai tujuan negara yang berbeda.
Tujuan dari Negara Kesatuan Republik Indondesia (NKRI) terdapat dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV, sebagai berikut.
a. Melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
b. Memajukan kesejahteraan umum. c. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Tujuan Negara Indonesia yang terdapat didalam batang tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab I, Pasal 1 ayat (3). Didalam nya terdapat penegasan bahwa “ Negara Indonesia adalah Naegara Hukum”. Negara Hukum yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, membentuk suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
B. Kerangka Konseptual
Sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pendidikan yang mana sebagai perangkat konsep-konsep yang harus dikuasai dan dicapai oleh siswa. Pada umumnya tidak sedikit siswa yang mempunyai daya pikir yang rendah, karena sukar menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru dikarenakan pembelajaran masih berfokus pada guru sebagai sumber utama dalam belajar.
Guru sebagai fasilitator untuk siswa yang mana guru memfasilitasikan apa yang dibutuhkan oleh siswa. Selain menjadi fasilitasi bagi siswa guru juga mengarahkan agar murid lebih aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses belajar. Mengajarkan peserta didik mendapat ilmu pengetahuan. Guru dapat mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa untuk berpikir.Ada beberapa faktor yang dapat menurunkan kemampuan berpikir dikarenakan kurangnya mengulang pelajaran yang diberikan oleh guru, penggunaan metode mengajar yang kurang tepat.
Mengingat betapa pentingnya kemampuan berpikir kritis siswa dalam Pendidikan Kewarganegaraan, diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis diantaranya dengan pengembangan model-model yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Melalui pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa dan menciptakan suasana yang menyenangkan diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir yang dimiliki siswa.
Untuk itu diperlukannya model pembelajaran aktif yang membuat siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Sebelum model pembelajaran yang
mendorong siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka tanpa harus menghafal tetapi melalui pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki sendiri.
Model pembelajaran Artikulasi merupakan salah satu bentuk model pembelajaran aktif. Model pembelajaran Artikulasi adalah model yang digunakan untuk menguji Kemampuan Berpikir siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru dan melibatkan siswa di dalam proses pembelajaran secara aktif dari awal sampai akhir proses pembelajaran berlangsung.Dengan model pembelajarn ini akan membantu untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa karen model pembelajaran ini dapat mempermudah siswa untuk dapat menguasai maeteri yang telah disampaikan oleh guru.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
C. Hipotesis
Dalam penelitian ini penulis mengambil hipotesis sebagai berikut : 1. Hipotesis Alternatif ( Ha)
Adanya pengaruh yang signifikan antara Strategi Pembelajaran Artikulasi Terhadap Kemampuan Berpikir Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Bina Satria Medan Tahun Pembelajaran 2016 / 2017.
Kemampuan Berpikir Artikulasi
2. Hipotesis Nihil ( Ho)
Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Strategi Pembelajaran Artikulasi Terhadap Kemampuan Berpikir Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMK Bina Satria Medan Tahun Pembelajaran 2016 / 2017
28
Metode penelitian memegang peran penting dalam sebuah penelitian. Metode dipakai sebagai alat untuk membantu dalam memecahkan masalah dan menguji hipotesis. Metode merupakan cara utama yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan mempergunakan teknik serat tertentu. Cara yang utama dilakukan setelah mempergunakan langkah yang penting dalam penelitian. Pemilihan metode yang tepat menentukan keberhasilan suatu penelitian dan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kuantitatif.
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang tidak dilakukan secara mendalam dan biasanya ditentukan diawal penelitian sehingga bersifat sebagai hipotesis atau dugaan awal terhadap permasalahan berdasarkan apa yang dikatakan teori.
A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMK Bina Satria Medan Tahun Pembelajaran 2016 / 2017 yang beralamat di Jln. Marelan Raya No.1, Rengas Pulau, Medan Marelan, alasan memilih sekolah ini karena berdasarkan pengalaman peneliti dalam Praktek Pengalaman Lapangan telah ditemukan bahwa Siswa masih kurang terlibat aktif dikarenakan terlalu banyak mendengarkan, mencatat dan mengerjakan soal-soal, Kurangnya daya ingat
siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, dan Masih rendahnya pemahaman belajar siswa terhadap pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang disampaikan oleh guru dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
2. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian dimulai pada bulan Desember 2016 sampai dengan Maret 2017 T.P 2016/2017.
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Jenis Kegiatan Bulan / Minggu
Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengumpulan Data 2 Pengolahan Data 3 Analisis Data 4 Bimbingan Skripsi 5 Revisi / Perbaikan 6 Lanjutan Bimbingan 7 Persetujuan Skripsi 8 Sidang Meja Hijau
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Dalam buku Sugiyono (2012 : 117) menyatakan, “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas atau karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya‟‟.
Berdasarkan pernyataan diatas maka Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMK Bina Satria Medan Tahun Pembelajaran 2016/2017. yang berjumlah 271 siswa.
Tabel 3.2
Jumlah Populasi Siswa SMK Bina Satria
No Kelas Jumlah 1 Kelas X TKJ 1 32 2 Kelas X TKJ 2 32 3 Kelas X TKJ 3 32 4 Kelas X TKR 1 44 5 Kelas X TKR 2 43 6 Kelas X TKR 3 41 7 Kelas X TSM 47 Total 271 2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam menentukan sampel penulis berpedoman pada proposive sample. Menurut Arikunto, ( 2010 : 183 ) “ proposive sample’’ yaitu sampel bertujuan, sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu yang diinginkan peneliti. Adapun peneliti mengambil sampel pada kelas X TKJ 2 dikarenakan kelas tersebut kemampuan berpikirnya rendah.
Tabel 3.3
Jumlah Sampel Siswa SMK Bina Satria
No Kelas Jumlah
1 Laki-laki 14
2 Perempuan 18
Total 32
C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 1. Variabel Penelitian
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:
a. Variabel (X)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : Model pembelajaran Artikulasi.
Indikator :
1. Meningkatkan ekspresi siswa dalam menyajikan materi pelajaran. 2. Lebih mempertajam daya ingat siswa.
3. Meningkatkan kepercayaan diri siswa. b. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah : Kemampuan Berpikir kritis siswa.
Indikator :
1. Memahami materi yang disampaikan. 2. Menggunakan bahasa yang tepat.
2. Defenisi Operasional
Yang menjadi defenisi operasional penelitian ini adalah
a) Model Pembelajaran Artikulasi merupakan salah satu bentuk Model pembelajaran aktif. Model Pembelajaran Artikulasi adalah model yang digunakan untuk melibatkan peserta didik didalam proses pembelajaran secara aktif dari awal sampai akhir proses pembelajaran berlangsung. Dengan model ini peserta didik diharapkan dapat terlibat dalam pelajaran ketika guru menyampaikan materi Selama penyampaian materi peserta didik di tuntun untuk mampu berpikir memahami materi yang disampaikan oleh guru dengan harapan peserta didik memiliki kemampuan berpikir yang baik,dapat menyampaikan kembali materi yang telah disampaikan oleh guru tersebut.
b) Kemampuan Berpikir adalah merupakan suatu aktivitas akal yang berlaku pada seseorang akibat adanya kecenderungan mengetahui dan mengalami melalaui penalaran dalam memperoleh pengetahuan. Ia disusun dengan teratur atau sistematis supaya lahirnya makna, fakta dan pemahaman.
D. Jenis Penelitian dan Instrumen Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental. Menurut Sugiyono (2013:9) menyatakan bahwa “Penelitian eksperimental merupakan
satu-satunya metode penelitian yang dapat menguji secara benar hipotesis menyangkut hubungan kausal (sebab-akibat)”.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Eksperimental Design. Bentuk rancangan dari Pre Eksperimental adalah :
Tabel 3.4 Desain Penelitian
Keterangan :
O1 : Nilai pretest (Nilai sebelum diterapkan Model pembelajaran Artikulasi) X : Perlakuan (penerapan model pembelajaran Artikulasi)
O2 : Nilai post test (Nilai setelah diterapkan medol pembelajaran Artikulasi). Langkah-langkah pelaksanaan eksperimen :
a. Persiapan eksperimen :
1. Melakukan diskusi dengan pembimbing dan guru mengenai materi ajar. 2. Sampel penelitian adalah kelas X TKJ 2 SMK Bina Satria Medan. 3. Memberikan pre-test kepada sampel tersebut, sebelum memberikan
penerapan baru yang tujuannya untuk mengukur kemampuan berpikir sebelum menerapkan perlakuan baru. Soal yang diberikan berbentuk essay yang berjumlah 10 soal. Soal diambil dari buku paket sehingga validitas dan reliabilitasnya telah teruji yang terdiri dari penguasaan aspek pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.
4. Menyusun RPP.
5. Membuat format pengamatan b. Pelaksanaan Eksperimen :
1. Jadwal pelaksanaan 2. Kehadiran siswa
3. Proses pelaksanaan pengajaran model pembelajaran Artikulasi pada sampel penelitian.
4. Memberikan post-test pada sampel penelitian sebagai evaluasi kemampuan berpikir siswa.
E. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Angket
Menurut Sugiyono (2014: 99) “Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawab”. Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu maslah dan responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.
Untuk Variabel bebas (X) menggunakan angket berstruktur pilihan berganda sebanyak 15 item dan masing-masing item diberi alternatif jawaban 5 option dengan bobot nilai sebagai berikut :
1. Alternatif jawaban STS : Sangat Tidak Setuju 2. Alternatif jawaban TS : Tidak Setuju
3. Alternatif RG : Ragu-ragu
4. Alternatif S : Setuju
5. Alternatif SS : Sangat Setuju Tabel 3.5
Kisi – Kisi Angket Instrumen
No Variabel (X) Indikator No Item Jumlah Soal 1 Pembelajaran Artikulasi 1. Pemahaman siswa terhadap pelaksanaan. 111, 2, 3, 4, 5 5
2. Kemampuan guru dalam menjelaskan langkah pelaksanaan pembelajaran Artikulasi. 6, 7, 8, 9, 14 5
3. Pelaksanaan siswa dalam mengikuti pembelajaran Artikulasi 10, 11, 12, 13, 15 5
a. Uji Validitas Angket
Menurut Arikunto (2006:170) bahwa “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat atau kesahan instrument”. Untuk menguji validitas, alat ukur yang digunakan adalah teknik analisis Produk Moment yaitu :
  
 
 
  2 2 y y n x x n y x xy n rxy Untuk Keterangan : rxy = Koefesien Korelasi N = Jumlah sampel ∑x = Skor x ∑y = Skor y ∑x2= Jumlah kuadrat skor x ∑y2
= Jumlah kuadrat skor y ∑xy = Perkalian option dan skor
Menafsirkan keberartian harga validitas tiap soal maka harga tersebut dikonstantakan ke tabel harga product moment dengan kriteria jika rhitung > rtabel untuk taraf α = 0,05 maka butir angket dinyatakan valid.
b. Uji Reliabilitas Angket
Uji ini dilakukan agar angket tersebut mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi sehingga dapat memberikan hasil yang tepat. Untuk menguji reliabilitas angket digunakan angket rumus angka seperti :
               
2 2 ) 1 ( t b n n r  Keterangan :
n = banyaknya butir pertanyaan  = varian total
2b
 = jumlah varian butir
Kriteria derajat reliabilitas suatu angket tersebut sebagai berikut : 0,80 ≤  1 : Derajat reliabilitas suatu angket sangat tinggi 0,61 ≤  0,80 : Derajat reliabilitas suatu angket tinggi
0,41 ≤  0,60 : Derajat reliabilitas suatu angket sedang 0,20 ≤  0,41 : Derajat reliabilitas suatu angket sangat rendah
2. Tes
Menurut Arikunto (2010:193) “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterangan keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Adapun bentuk tes yang disusun adalah objek test dengan bentuk essay tes yang berjumlah 10 soal.Tes tertulis akan diberikan kepada subjek penelitian berbentuk pre test dan post test yang masing-masing berisi 10 item butir soal yang berbentuk objektif test.
Tabel 3.6
Kisi-kisi Tes Objektif Pre-test
No Indikator Aspek Kognitif Jumlah Soal
C1 C2 C3
1 Menguraikan Fungsi
dan Tujuan Negara Kesatuan Republik Indpnesia (NKRI)
 5
2 Membandingkan berbagai teori tentang fungsi dan tujuan negara
3 Mendeskripsikan Fungsi dan Tujuan Negara Kesatuan Republik Indpnesia (NKRI)
 4 2
Jumlah butir soal - - - 10
Tabel 3.7
Kisi-kisi Tes Objektif Post-test
No Indikator Aspek Kognitif Jumlah Soal
C1 C2 C3
1 Menguraikan Fungsi dan Tujuan Negara Kesatuan Republik Indpnesia (NKRI)
- -  1
Jumlah butir soal - - - 1
Keterangan :
C1 = Pengetahuan C2 = Pemahaman C3 = Penerapan
3. Observasi
Menurut Sugiono (2012:16) mengemukakan bahwa “ observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu dengan sejumlah pertanyaan khusus secara tertulis.
Observasi (pengamatan) yaitu pengamatan langsung pengumpulan data serta bukti bukti yang guna melihat secara langsung mengenai situasi dan keadaan yang sebenarnya. Peneliti mengobservasi siswa yang direkomendasikan menjadi sampel penelitian guna mengetahui perubahan kemampuan berpikir siswa kelas X-2 TKJ SMK Bina Satria.
F. Teknik Analisi Data
Teknik Analisis Data adalah unsur yang sangat penting dalam setiap melakukan penelitian. Semua data yang terkumpul tidak ada gunanya jika tidak dilakukan analisis data.
1. Uji Normalitas
Menurut Sudjana (2002: 466) “Uji normalitas yaitu untuk menguji apakah data penelitian sampel terdistribusi normal atau tidak digunakan Uji Normalitas Liliefors”. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Pengamatan X1, X2, X3....Xn dijadikan angka baku Z1, Z2, Z3, ....ZN
dengan menggunakan rumus : Sudjana (2002: 466) S X X Z1  Keterangan : X = Nilai rata-rata S = Simpangan baku
b. Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku kemudian dihitung peluang F(Z1) = P( Z ≤ Zi )
c. Menghitung proporsi Z1, Z2, Z3....Zn yang lebih atau sama dengan Z1 jika proporsi ini dinyatakan dengan S(Z1).
S(Z1) = n Zi Zn Z Z Banyaknya 1, 2,... ,
d. Menghitung selisih F(Zi) – S(Z1) kemudian tentukan harga mutlak yang terbesar Lhitung. Selanjutnya pada taraf signifikan α = 0,05 hipotesis uji dengan statistik.
2. Uji Homogenitas
Menurut Sudjana (2002: 249) “Uji homogenitas bertujuan untuk menguji kesamaan dua varians”. Populasi-populasi dengan dua varians yang sama besar dinamakan populasi dengan varians yang homogen. Untuk menguji kesamaan dua varians tersebut menggunakan rumus :
Sudjana (2002: 249) 2 2 2 1 S S F atau terkecil Varians terbesar Varians F   Keterangan : S12 : Varians Terbesar S22 : Varians Terkecil F : Uji Homogenitas Kriteria pengujian:
Jika Fhitung < Ftabel = Homogen Jika Fhitung > Ftabel = Tidak Homogen 3. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui signifikan pengaruh variabel x dan y menggunakan rumus t sebagai berikut:
2 1 2 r n r t    Keterangan : t = nilai uji t r = nilai r korelasi n = jumlah sampel
Dengan ketentuan bilangan thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, tetapi sebaliknya thitung > ttabel Ha diterima. Harga thitung dibandingkan dengan harga ttabel dengan taraf signifikan 5 %.
42 A. Deskripsi Data
1. Gambaran Umum Sekolah
Sekolah SMK Bina Satria Medan terletak di Jalan. Marelan IX No. 1 Kel. Tanah Enam Ratus Kec. Medan Marelan, Medan. Sekolah ini memiliki tenaga kerja pendidik (guru) dan memiliki 808 (delapan ratus delapan) siswa. Sekolah ini memiliki ruangan dan bangunan sebagai fasilitas yang sangat mendukung proses kegiatan belajar mengajar antara lain: Ruang Kelas, Ruang Bimbingan Konseling, Ruang Praktikum, Ruang Komputer, Ruang Kepala Sekolah, Ruang Tata Usaha, Ruang Guru.
2. Visi dan Misi SMK Bina Satria Medan a. Visi Sekolah
Adapun Visi yang diangkat oleh SMK Bina Satria Medan adalah sebagai berikut : “Terciptanya Sumber Daya Manusia (SDM) berpotensi tinggi dan profesional di bidang kompetensi keahlian, berdisiplin tinggi serta berwawasan global dalam menyikapi perkembangan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi)
b. Misi Sekolah
1) Bertaqwa dan beriman kepada allah SWT
2) Bersikap profesional dalam melakukan aktivitas dan saling bekerjasama
3) Membangun kemitraan yang kokoh dengan pemerintah daerah, masyarakat, institusi pasangan dunia usaha dan dunia industri
4) Melakukan inovasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi 5) Menghasilkan sumber daya manusia yang akan menjadi faktor
unggulan dalam berbagai sektor
6) Menghasilkan tenaga yang profesional untuk memenuhi tuntutan kebutuhan industrialisasi khususnya dan tuntutan pembangunan pada umumnya
7) Mengubah peserta didik dari status beban menjadi asset pembangunan yang produktif
8) Memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada seluruh warga sekolah agar mampu bersaing dalam era global
9) Menghasilkan tenaga kerja yang bertaqwa, cerdas, terampil, mempunyai budaya tertib, budaya bersih, dan budaya kerja yang baik 10)Membudayakan kebersihan dan keindahan sekolah dan lingkungan
3. Profil SMK Bina Satria Medan
a) Nama Sekolah : YP Bina Satria / SMK Swasta Bina Satria Medan
b) Kode Sekolah : 221
c) Alamat Sekolah : Jalan Marelan IX No 1, KeL.Tanah Enam Ratus d) Kelurahan : Tanah Enam Ratus
f) Kota : Medan
g) No Telepon : (061) 685 3280
h) Email Sekolah : [email protected]
i) NSS : 324076011036
j) NDS : G.170 74301
k) NPSN : 10211071
l) Tahun Berdiri : 1988
m) Izin Operasional : Nomor : 420/1240/PPMP/2012
n) Akte Notaris : Devi Juliastuti, SH/ Nomor 57 Tanggal 21 Juni 2011
o) Nama Kepala Sekolah : Ir. Rosita, S.Pd., MM p) No Telepon : 081375577557
q) Alamat Kepala Sekolah : Jln. Marelan IX Link.3 Tanah 600 Medan Marelan
r) Nama Yayasan : Yayasan Pendidikan Bina Satria Medan s) Fasilitas :
Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang mendukung keberhasilah suatu lembaga pendidikan. Untuk itu SMK bina Satria Medan juga memiliki sarana dan prasarana yang memadai guna mendukung kelancaran proses belajar mengajar seperti yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Sarana dan Prasarana Sekolah
No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan
1 Ruang Kepala Sekolah 1 Permanen
2 Ruang Kelas 25 Permanen
3 Ruang Guru 1 Permanen
4 Ruang Tata Usaha 1 Permanen
5 Ruang Bimbingan Konseling 3 Permanen
6 Laboratorium Komputer 2 Permanen
7 Ruang Praktikum 5 Permanen
8 Perpustakaan 1 Permanen
9 Ruang UKS 1 Permanen
10 Lapangan Olah Raga 1 Permanen
11 Mushalla 1 Permanen
12 Tempat Parkir 1 Permanen
13 Toilet 12 Permanen
14 Komputer 30 Milik Sendiri
15 Mobil Praktik 2 Milik Sendiri
16 Sepeda Motor Praktik 1 Milik Sendiri
17 Meja 430 Milik Sendiri
18 Kursi 900 Milik Sendiri
19 Kipas Angin 25 Milik Sendiri
20 Televisi 2 Milik Sendiri
21 Lemari Kayu 15 Milik Sendiri
22 Lemari Besi 10 Milik Sendiri
23 Mesin TIK 0 -
24 Kantin 3 Permanen
25 Ruang Sanggar 2 Permanen
t) Program Extra Kurikuler Yang Diunggulkan 1. Bola Voli
2. Futsal 3. Pramuka
4. Struktur Organisasi Sekolah
Dalam pelaksanaan kegiatan organisasi perlu adanya struktur, dalam struktur SMK Bina Satria Medan, Kepala sekolah melakukan kordinasi dengan
Ketua Yayasan setiap melakukan suatu kebijakan, sedangkan kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya disekolah dibantu oleh dua wakil kepala sekolah. Wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan bidang kesiswaan. Susunan organisasi SMK Bina Satria Medan dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 4.2
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Sebelum penelitian ini dilaksanakan, penelitian melaksanakan pengumpulan dari kondisi awal kelas yang akan diberikan tindakan atau yang akan diteliti yaitu kelas X-2 TKJ SMK Bina Satria Medan T.P 2016/2017. Dimana penelitian ini perlu diketahui agar kiranya kelas ini perlu diberikan tindakan-tindakan dengan apa yang diteliti yaitu pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Artikulasi terhadap kemampuan berpikir siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam materi Fungsi dan Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam penelitian ini, penulis menjadikan pengolahan data dalam bentuk Angket untuk Variabel X, yang terdiri dari 15 pernyataan, dan Tes untuk Variabel Y dimana yang mejadi variabel X yaitu Model pembelajaran Artikulasi dan yang menjadi Variabel Y yaitu Kemampuan Berpikir. Angket yang disebarkan ini diberikan kepada 32 siswa/i kelas X-2 TKJ SMK Bina Satria sebagai sampel penelitian. Dengan demikian data yang dianalisis pada bab ini adalah data yang diperoleh dari 32 responden.
C. Analisis Data Hasil Penelitian
Bagian ini merupakan pembahasan yang bersumber dari data-data yang diperoleh melalui angket penelitian yaitu untuk Variabel X (model pembelajaran Artikulasi) dan variabel Y ( Kemampuan Berpikir). Adapun hasil angket dilihat dari lampiran.
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Variabel X (Model Pembelajaran Artikulasi)
No 1 2 3 4 5 Pertanyaan 6 7 8 9 10 X 1 10 10 10 5 5 10 10 5 5 10 80 2 10 10 10 5 10 5 5 10 10 10 85 3 10 10 10 10 10 5 10 10 10 5 90 4 10 10 10 10 10 5 10 10 10 5 90 5 10 10 10 5 5 10 10 5 5 10 80 6 10 10 10 5 5 10 10 5 5 10 80 7 10