• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DAN BIMBINGAN GURU DENGAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI SE-GUGUS I KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DAN BIMBINGAN GURU DENGAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI SE-GUGUS I KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016."

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DAN GURU DENGAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI SE-GUGUS I KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nindania Itkunminannar NIM 12108241090

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

“Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan.”

(HR. Ibnu Abdil Barr)

Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

1. Kedua orang tuaku (Bapak Suharman dan Ibu Suprihtini) , yang telah menjadi semangatku, terima kasih atas segala do’a, kasih sayang yang tidak bisa

kubalas.

2. Kedua adikku (Melia Dely Hanifandaru dan Kanza Althafunnisa) dan calon suamiku Wakhid Fahrudin.

(7)

vii

HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DAN BIMBINGAN GURU DENGAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI

SE-GUGUS I KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016

Oleh

Nindania Itkunminannar NIM. 12108241090

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan bimbingan orang tua dengan tanggung jawab belajar siswa kelas V SD Negeri, ada tidaknya hubungan bimbingan guru dengan tanggung jawab belajar siswa kelas V SD Negeri, dan ada tidaknya hubungan bimbingan orang tua dan bimbingan guru dengan tanggung jawab belajar siswa kelas V SD Negeri.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian korelasi. Subjek penelitian sebanyak 114 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk skala. Validasi instrumen menggunakan penilaian ahli, sedangkan reliabilitas menggunakan teknik analisis koefisien alpha Cronbach. Hasil reliabilitas menunjukkan reliabilitas sebesar 0,880 untuk skala bimbingan orang tua, 0,939 untuk skala bimbingan guru, serta untuk skala tanggung jawab belajar siswa sebesar 0,918. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dan uji prasyarat.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut. Ada hubungan bimbingan orang tua dengan tanggung jawab belajar siswa kelas V SD Negeri. dan nilai koefisien rhitung 0,643 termasuk pada kategori kuat dan taraf signifikansi <0,05. Ada hubungan bimbingan guru dengan tanggung jawab belajar siswa kelas V SD Negeri. dan nilai koefisien rhitung 0,701 termasuk pada kategori kuat dan taraf signifikansi <0,05. Ada hubungan bimbingan orang tua dan bimbingan guru dengan tanggung jawab belajar siswa kelas V SD Negeri. dan nilai koefisien rhitung 0,627 termasuk pada kategori kuat dan taraf signifikansi <0,05

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada saya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan Bimbingan Orang Tua dan Guru Dengan Tanggung

Jawab Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Gugus I Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Tahun Ajaran 2015/2016” dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat pada umumnya. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd, MA, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di kampus tercinta ini.

2. Bapak Dr. Haryanto, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Suwardjo, M. Si., Wakil Dekan I FIP UNY yang telah memberikan izin penelitian.

(9)

ix

kemudahan dan kesempatan kepada penulis untuk memaparkan gagasan skripsi ini.

5. Bapak Agung Hastomo, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, senantiasa memberi motivasi, dan ilmu secara tulus dan penuh kesabaran dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Dra. Enny Zubaidah, M. Pd, sebagai Dosen Penasihat Akademik yang tidak henti memberikan dukungan penulis dari awal studi hingga akhir masa studi.

7. Bapak dan Ibu dosen PSD FIP UNY yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

8. Kepala UPT Pengelolaan Pendidikan Dasar Kecamatan Sewon, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Sekolah Dasar Negeri Se-Gugus I Kecamatan Sewon.

9. Bapak Kepala Sekolah dan guru-guru Sekolah Dasar Negeri 2 Wojo, yang turut serta memberikan informasi dan bantuan dalam memperlancar penulis dalam penelitian skripsi ini.

10.Bapak Suharman dan Ibu Suprihtini, terima kasih atas doa, kasih sayang, dukungan, perhatian dan pengorbanan banyak hal yang telah diberikan sepanjang hidup sampai saat ini.

(10)

x

Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Yogyakarta, 11 Maret 2016 Penulis,

(11)

xi

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

(12)

xii

7. Bimbingan Belajar Guru ... 26

B.Kajian Teori Tentang Tanggung Jawab 1. Pengertian Tanggung Jawab ... 28 A.Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ... 66

B.Deskripsi Data dan Hasil Penelitian 1. Bimbingan Orang Tua ... 67

2. Bimbingan Guru ... 71

3. Tanggung Jawab Belajar ... 74

(13)

xiii E. Pembahasan

1. Pengujian Hipotesis Pertama ... 85

2. Pengujian Hipotesis Kedua ... 87

3. Pengujian Hipotesis Ketiga ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 93

B.Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1 Jumlah Siswa Kelas V SD N Se-Gugus I Kecamatan Sewon

Tahun Ajaran 2015/2016. ... 47

Tabel 2 Penentuan Ukuran Sampel Dari Populasi Tertentu Yang Dikembangkan Isaac Dan Michael ... 49

Tabel 3 Perhitungan Proporsional Sampel Dalam Perwakilan Tiap Sekolah .. 50

Tabel 4 Skor Jawaban Skala. ... 52

Tabel 5 Kisi-Kisi Instrumen Bimbingan Orang Tua ... 101

Tabel 6 Kisi-Kisi Instrumen Bimbingan Guru ... 102

Tabel 7 Kisi-Kisi Instrumen Tanggung Jawab Belajar ... 103

Tabel 8 Interpretasi Nilai R ... 56

Tabel 9 Hasil Uji Validitas Variabel Bimbingan Orang Tua ... 57

Tabel 10 Hasil Uji Validitas Variabel Bimbingan Guru ... 58

Tabel 11 Hasil Uji Validitas Variabel Bimbingan Guru ... 59

Tabel 12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel ... 60

Tabel 13 Perhitungan Kategori ... 61

Tabel 14 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi ... 65

Tabel 15 Skor Indikator Bimbingan Orang Tua ... 68

Tabel 16 Data Statistik Penelitian ... 69

Tabel 17 Rumus Distribusi Frekuensi Variabel Bimbingan Orang Tua ... 69

Tabel 18 Distribusi Frekuensi Variabel Bimbingan Orang Tua ... 70

Tabel 19 Skor Indikator Bimbingan Guru ... 71

Tabel 20 Rumus Distribusi Frekuensi Variabel Bimbingan Guru ... 73

Tabel 21 Distribusi Frekuensi Variabel Bimbingan Guru ... 73

Tabel 22 Skor Indikator Tanggung Jawab Belajar ... 75

Tabel 23 Rumus Distribusi Frekuensi Variabel Tanggung Jawab Belajar ... 77

Tabel 24 Distribusi Frekuensi Variabel Tanggung Jawab Belajar... 77

(15)

xv

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Paradigma Penelitian Data ... 46

Gambar 2. Histogram Skor Variabel Bimbingan Orang Tua ... 68

Gambar 3. Histogram Distribusi Frekuensi Variabel Bimbingan Orang Tua . 70

Gambar 4. Histogram Skor Variabel Bimbingan Orang Tua ... 72

Gambar 5. Histogram Distribusi Frekuensi Variabel Bimbingan Guru ... 73

Gambar 6. Histogram Skor Variabel Tanggung Jawab Belajar ... 76

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen. ... 101

Lampiran 2. Instrumen Uji Coba. ... 105

Lampiran 3. Data Skor Hasil Uji Coba Instrumen ... 110

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 113

Lampiran 5. Instrumen Penelitian. ... 118

Lampiran 6. Data Hasil Penelitian ... 125

Lampiran 7. Analisis Hasil Penelitian ... 128

Lampiran 8. Distribusi R Tabel ... 133

Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian ... 134

Lampiran 10. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 138

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan tuntutan masa kini. Pendidikan dapat dijadikan sebagai proses dimana manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu. Manusia di dalam memperoleh pendidikan di tuntut untuk selalu belajar. Pandangan pendidikan menurut Abdul Kadir, dkk (2012: 62) secara esensial terdapat beberapa unsur atau faktor yang sama mengenai pendidikan diantaranya pendidikan merupakan suatu proses, pendidikan merupakan kegiatan manusiawi, pendidikan merupakan hubungan antar pribadi, dan pendidikan untuk mencapai tujuan. Dengan pandangan tersebut di dapat bahwa setiap proses atau pengalaman individu merupakan suatu pendidikan yang dapat dijadikan sebagai rasa dari tidak tahu menjadi tahu.

(19)

2

yang diberikan oleh orang disekitar juga merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi proses belajar.

Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1991: 17) berpendapat bahwa anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional, dan pertumbuhan badaniah. Dengan demikian anak sekolah dasar sangatlah perlu adanya bimbingan baik bimbingan ranah kognitf (intelektual), afektif (emosional), dan psikomotor (badaniah). Dengan memperhatikan ketiga ranah tersebut diharapkan perkembangan siswa dapat memberikan dampak positif bagi diri siswa.

Ketiga aspek tersebut perlu adanya bimbingan agar siswa terarah untuk menjadi individu yang bermanfaat dan mempunyai arah yang positif. Bimbingan diperlukan agar siswa khususnya siswa sekolah dasar dapat menemukan hal-hal positif yang dapat diteladani untuk menumbuhkan tanggung jawab. Tanggung jawab diperlukan agar siswa mempunyai motivasi yang tinggi agar menjadi pribadi yang baik. Mempunyai tanggung jawab yang tinggi agar tanggung jawab sebagai siswa dapat terpenuhi. Kewajiban sebagai siswa dapat dijalankan dengan baik dan mendapatkan hasil yang memuaskan.

(20)

3

Aspek psikomotorpun tidak kalah penting dari kedua aspek diatas. Seperti yang telah dikemukakan oleh Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis perkembangan anak sekolah dasar harus dapat dikembangkan dengan tepat dan efektif agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Perkembangan badaniah atau fisik didapat siswa di mata pelajaran pendidikan olahraga dan kesehatan agar dapat merawat diri dan agar perkembangan secara fisik didapat secara maksimal. Perkembangan psikomotor juga dapat dilakukan dengan pelajaran kesenian, siswa dilatih secara motorik untuk menggambar sesuatu benda baik yang abstrak maupun kongkrit.

Kesemua aspek tersebut dapat dibimbing dengan baik apabila terjalin komunikasi yang baik disemua pihak, baik dari siswa ke siswa, siswa ke guru, guru ke siswa, siswa ke orang tua, orang tua ke siswa, dan guru ke orang tua siswa. Ketiga aspek tersebut dapat berkembang dengan baik apabila semua pihak bekerjasama. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar anak, khususnya siswa disekolah dasar.

Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri 2 Wojo, ibu Resti Wisma Bintari, S. Pd bahwa “...banyak orang tua yang kurang

(21)

4

Peneliti melakukan observasi didalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang tua beranggapan bahwa keberhasilan pendidikan anak didapat dari sekolah saja. Orang tua menganggap bahwa bila anak sudah berada di sekolah anak sudah terdidik sepenuhnya dari keempat aspek diatas. Dengan waktu yang sangat terbatas bahkan tidak adanya waktu untuk memperhatikan anak dirumah, orang tua tidak menyadari apakah anaknya belajar ataukah tidak. Selain orang tua tidak menanyakan apakah ada pekerjaan rumah atau tidak. Orang tua juga tidak menanyakan jadwal pelajaran yang ada dan banyak siswa yang sering kelupaan membawa buku, alat tulis, dan tugas yang telah diberikan guru. Hasil observasi yang telah dilakukan ketika sekolah mengadakan pertemuan dengan wali siswa, dari 30 anak 17 diantaranya wali hadir dan 13 wali berhalangan hadir. Persentase ketidakhadiran dalam pertemuan ini dinilai besar yaitu 43,33 %, sehingga dapat dikatakan bahwa orang tua sendiri kurang peduli dengan kegiatan yang dilaksanakan sekolah demi kemajuan proses belajar anak.

(22)

5

siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah dan guru tidak menindaklanjuti hanya menegur sekilas saja. Pada saat guru menerangkan 4 siswa yang duduk di belakang berbicara dengan teman sebangkunya dan guru telah menegurnya namun masih berbicara dengan temannya. Kejadian yang terjadi ketika peneliti melakukan observasi, selama istirahat berlangsung ada 2 siswa yang bertengkar dan menimbulkan luka fisik. Seorang siswa ada yang berbicara kotor tanpa terkendali dan suka menjahili temannya. Ada satu siswa yang selama pelajaran tidak mau menulis dan hanya berbicara sendiri, ketika diberikan tugas 10 soal hanya menulis satu sampai dua soal. Guru memberikan bimbingan belajar diberikan hanya pada kelas-kelas tertentu, semisal kelas VI yang memang akan menghadapi ujian sehingga kelas kelas yang lain terabaikan. Prestasi siswa dalam kegiatan kulikuler sangatlah rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai-nilai yang diperoleh siswa.

(23)

6

diberikan. Buku pelajaran dipinjamkan dari sekolah sehingga disimpan di sekolah ataupun ada yang berinisiatif membeli sendiri buku paket yang sama dengan di sekolah. Siswa tidak bisa berbahasa jawa sesuai dengan kaidah bahasa jawa, siswa banyak yang menjawab pertanyaan guru ataupun berbicara dengan guru menggunakan bahasa jawa ngoko. Pada hasil belajar ulangan harian terdapat jumlah siswa di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). guru juga memberikan bimbingan belajar dengan memberikan tambahan jam untuk memperdalam materi dengan waktu yang insidental dapat terjadi setiap waktu dan tidak selalu rutin dalam satu minggu.

Guru juga menggunakan buku bimbingan atau buku penghubung yang diberikan untuk orang tua/wali siswa dari guru sesuai dengan perkembangan siswa namun guru menilai ini tidak efektif di kelas tinggi dan efektif di kelas rendah. Pihak sekolah melakukan koordinasi dengan orang tua/wali siswa secara insidental tidak di rencanakan seperti pertemuan dengan orang tua/wali untuk penyuluhan perubahan kurikulum sekolah, guru melakukan koordinasi dengan orang tua/wali secara rutin yang dilakukan 2 kali setahun atau setiap penerimaan rapor. Guru selalu mengupayakan kerjasama dengan orang tua namun banyak orang tua siswa yang memberikan wewenang sepenuhnya siswa baik secara psikis dan fisik dalam artian orang tua memberikan wewenang sepenuhnya siswa secara bongkokan.

(24)

7

yang mendapat nilai dibawah KKM. Rata-rata nilai Pkn 58,17, Bahasa Indonesia 50,9, Matematika 55,3, IPS 45,87 , dan IPA 62,2. Setelah melaksanakan UTS guru melakukan remidial untuk memperbaiki hasil yang masih kurang dan setelah dilakukan remidial guru akan melaksanakan tugas pendalaman.

Dilihat dari proses belajar siswa, proses belajar siswa dipengaruhi oleh lingkungan dan diri siswa. Lingkungan belajar terjadi saat siswa berinteraksi dengan guru, siswa dengan siswa, dan siswa dengan orang tua siswa. Bila semua aspek pengaruh belajar dari lingkungan saling memiliki ketergantungan maka akan memberikan hasil yang maksimal bagi seorang siswa untuk belajar. Proses tersebut terjadi interaksi siswa dengan guru berlangsung saat kegiatan belajar mengajar dan kegiatan yang ada di lingkungan sekolah. Proses dari siswa dan siswa terjadi ketika siswa saling bekerjasama mengerjakan tugas atau kerja kelompok yang diberikan guru. Proses dari siswa dengan orang tua terjadi dilingkungan rumah atau keluarga, saat ini terjadi siswa dan orang tua terlajin bimbingan dari orang tua ke siswa.

(25)

8

belajar siswa. Semua faktor diatas merupakan faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa. Semua sekolah menginginkan para siswanya akan menorehkan prestasi yang membanggakan untuk sekolahnya. Penulis meyakini bahwa ada hubungan bimbingan orangtua dan guru dengan tanggung jawab belajar siswa.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, sesuai dengan judul skripsi yang penulis kemukakan, maka masalah-masalah yang dapat penulis identifikasi adalah sebagai berikut :

1. Hasil ulangan harian dan nilai UTS semester ganjil duapertiga jumlah siswa di bawah KKM.

2. Prestasi dan hasil belajar disekolah se-gugus I rendah.

3. Terdapat 2 siswa yang tidak memberikan keterangan tidak masuk tanpa izin. 4. Guru tidak menegur 5 siswa dari 31 siswa karena tidak membawa alat tulis

seperti penghapus dan ini terjadi hampir setiap hari.

5. Guru tidak memberikan bimbingan kepada 2 siswa yang memang masih perlu bimbingan karena tidak mengerti apa yang dijelaskan dan guru tidak memberikan kesempatan 2 siswa ini untuk mencoba maju.

6. Terdapat 3 siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah dan guru tidak menindaklanjuti hanya menegur sekilas saja.

7. Terdapat siswa ada yang sering lupa membawa peralatan belajar, seperti buku, alat tulis, dan tugas.

(26)

9

C.Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini dikaji dari identifikasi masalah diatas, tanggung jawab siswa dipengaruhi oleh berbagai aspek, beberapa aspek yang dapat mempengaruhi yaitu ada dua hal yakni dari dalam diri siswa dan lingkungan siswa. Aspek yang mempengaruhi baik dari dalam maupun luar diri siswa tersebut dapat dipengaruhi berbagai kondisi dan faktor yang ada. Karena itu, perlu diadakan batasan terhadap masalah yang akan menjadi pusat pembahasan. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pembahasan hubungan bimbingan orang tua dan guru dengan tanggung jawab belajar siswa se-gugus I kecamatan Sewon.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang dirumuskan sebagai berikut.

1. Adakah hubungan bimbingan orang tua dengan tanggung jawab belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri se- Gugus I Sewon Kabupaten Bantul tahun ajaran 2015/2016?

2. Adakah hubungan bimbingan guru dengan tanggung jawab belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri se- Gugus I Sewon Kabupaten Bantul tahun ajaran 2015/2016?

(27)

10

E.Tujuan Penelitian

Keberhasilan suatu penelitian sangat ditunjang oleh adanya tujuan yang dirumuskan berdasarkan permasalahan diatas. Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan bimbingan orang tua dengan tanggung jawab belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri se- Gugus I Sewon Kabupaten Bantul tahun ajaran 2015/2016.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan bimbingan guru dengan tanggung jawab belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri se- Gugus I Sewon Kabupaten Bantul tahun ajaran 2015/2016.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan bimbingan orang tua dan guru dengan tanggung jawab belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri se- Gugus I Sewon Kabupaten Bantul tahun ajaran 2015/2016.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk:

a. Dapat mengetahui bimbingan guru dan orang tua yang diterapkan terhadap tanggung jawab belajar siswa.

b. Dapat mengetahui tingkat tanggung jawab belajar siswa.

(28)

11 2. Manfaat Praksis

a. Dapat dipakai orang tua dalam membimbing anaknya sehingga dapat membentuk kepribadian anak sehingga mempunyai tanggung jawab belajar.

b. Dapat dipakai sekolah untuk memberikan masukan kepada orang tua/wali murid bahwa bimbingan guru dan orang tua akan mempengaruhi tanggung jawab belajar anak.

(29)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Kajian Teori Tentang Bimbingan

1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan adalah proses menolong orang lain membuat pemilihan penting yang memberikan kesan kepada gaya hidup. Bimbingan terjadi disemua tempat dan situasi. Definisi bimbingan ialah bahwa bimbingan adalah proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal (Sunaryo Kartadinata, 2002: 3). Perkembangan siswa yang terjadi pada diri siswa secara umum berbeda-beda. Pandangan ini di dukung dengan pendapat Elfi Mu’amanah dan Rifa Hidayah (2012: 54) mengartikan

bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang ditujukan kepada individu/siswa atau sekelompok siswa agar yang bersangkutan dapat mengenali dirinya sendiri, baik kemampuan-kemampuan yang ia miliki serta kelemahan-kelamahannya agar bertanggung jawab dalam menentukan jalan hidupnya, mampu memecahkan sendiri kesulitan yang dihadapi serta dapat memahami lingkungan untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara tepat dan akhirnya dapat memperoleh kebahagiaan hidup.

(30)

13

dilakukan siapapun dan dimanapun. Bimbingan dapat diberikan kepada orang yang tahu kepada orang yang tidak tahu. Kondisi yang dapat diberikan bimbingan ini dapat diartikan sebagai seseorang yang mengalami masalah bahkan seseorang yang tidak mengalami masalah.

Secara umum bimbingan bukanlah sebuah bantuan, Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan (2010: 6) mengemukakan makna yang dapat diangkat dari definisi bimbingan sebagai berikut:

a. Bimbingan merupakan suatu proses, yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan.

b. Bimbingan merupakan “helping” yang identik dengan “aiding, assisting, atau availing”, yang berarti bantuan atau pertolongan. Makna bantuan dalam bimbingan menunjukkan bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik sendiri.

c. Individu yang dibantu adalah individu yang sedang berkembang dengan segala keunikannya bantuan dalam bimbingan diberikan dengan pertimbangan keragaman dan keunikan individu.

d. Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal, yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar.

Bimbingan yang dikemukakan diatas memberikan arti bahwa bimbingan merupakan proses yang terjadi secara berkelanjutan dan terarah untuk memberikan bantuan atau pertolongan dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, mengambil keputusan saat individu sedang berkembang dengan tujuan memperoleh hasil yang optimal. Kelebihan pandangan diatas ialah bahwa secara terperinci bimbingan dapat dilihat dari berbagai aspek.

(31)

14

bimbingan dari beberapa unsur sebagai berikut: pembimbing/konselor yaitu seseorang yang karena keahlian dan kewenangan memberikan bantuan kepada konseli, terbimbing/konseli yaitu seseorang yang karena masalah dan keterbatasan kemampuan menerima bantuan dari konselor, masalah, proses adanya interaksi antara pembimbing/konselor dan terbimbing/konseli, dan tujuan yaitu sesuatu yang akan dicapai untuk menyelesaikan masalah. Menurut Mamat Supriatna (2013: 73) menyatakan bahwa bimbingan kelompok ialah konselor memberikan layanan bimbingan kepada peserta didik melalui kelompok-kelompok kecil. Bimbingan ini bertujuan untuk merespon kebutuhan dan minat peserta didik. Secara nyata bimbingan kelompok berlangsung dalam kegiatan belajar yang dilakukan guru kelas secara kelompok dan dapat dilakukan guru dengan kelompok-kelompok kecil sehingga perkembangan siswa dapat terjadi secara optimal.

Definisi-definisi diatas dari beberapa penulis dapat dimaknai secara umum bahwa bimbingan adalah proses bantuan dari pembimbing kepada terbimbing untuk menyelesaikan suatu masalah dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan adanya bimbingan dalam hal ini terbimbing ialah siswa, diharapkan dengan adanya bimbingan dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

(32)

15

bantuan yang diberikaan oleh orang tua kepada anaknya agar dapat mencapai hasil yang optimal. Bimbingan dilakukan oleh orang tua sebagai konselor dan anak sebagai konseli seperti yang telah dikemukakan para ahli diatas. Bimbingan ini berlangsung seumur hidup yang terjadi secara berkelanjutan dari individu lahir hingga akhir hayatnya.

Bimbingan dapat dilakukan dimana saja. bimbingan dapat dilaksanakan pada kegiatan belajar mengajar sehingga bimbingan juga dapat dilakukan oleh guru kepada siswanya. Dengan beberapa pengertian para ahli diatas, penulis berpendapat bahwa bimbingan guru ialah bantuan yang diberikaan oleh guru kepada siswanya agar dapat mencapai hasil yang optimal. Bimbingan dilakukan bersamaan dengan proses belajar mengajar karena dalam pembelajaran sekolah dasar guru sebagai wali kelas, guru mata pelajaran, dan guru pembimbing.

2. Tujuan Bimbingan

(33)

16

diberikan oleh pembimbing agar terbimbing dapat menyelesaikan permasalahnnya dan dapat melangsungkan hidupnya bersama orang lain.

Pandangan lain mengenai tujuan bimbingan dikemukakan oleh Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan (2010: 13) bahwa

Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar individu dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya dimasa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan keuslitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.

Pendapat diatas, memberikan makna tujuan bimbingan agar individu dapat merencanakan, mengembangkan, menyesuaikan diri, dan mengatasi masalah dengan kemampuan yang dimiliki secara optimal. Di era globalisasi banyak pengaruh dari luar yag memebrikan efek pada diri individu. Bila individu tidak dapat mengatasi masalah yang dihadapinya maka diperlukan bimbingan untuk mengatasinya.

(34)

17

dapat diberikan bimbingan belajar agar siswa bisa mengatasi kesulitan belajar yang dihadapinya.

3. Fungsi Bimbingan

Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayat (2012: 71) menggolongkan maksud

memberikan bimbingan dibedakan berdasarkan fungsinya, yaitu sebagai berikut, bimbingan berfungsi :

a. Preventif (pencegahan) adalah usaha bimbingan yang ditujukan kepada siswa atau sekelompok siswa yang belum bermasalah agar siswa tersebut dapat terhindar dari kesulitan-kesulitan dalam hidupnya.

b. Kuratif (penyembuhan/korektif) adalah usaha bimbingan yang ditujukan kepada siswa yang mengalami kesulitan (sudah bermasalah) agar setelah menerima layanan dapat memecahkan sendiri kesulitannya.

c. Preservatif/perseveratif (pemeliharaan/penjagaan) adalah usaha bimbingan yang ditujukan kepada siswa yang sudah dapat menyelesaikan masalahnya (setelah menerima layanan bimbingan yang bersifat kuratif) agar kondisi yang sudah baik tetap dalam kondisi yang baik.

d. Developmental (pengembangan) adalah usaha bimbingan yang ditujukan kepada siswa agar kemampuan yang mereka miliki dapat meningkat. e. Distributif (penyaluran) adalah fungsi bimbingan dalam hal membantu

siswa untuk menyalurkan kemampuan (kecerdasan, bakat), minat, cita-cita, prestasi akademis, hobi, dan sebagainya ke arah pendidikan dan pekerjaan yang sesuai.

f. Adaptif (pengadaptasian) adalah fungsi bimbingan dalam hal membantu staf sekolah (kepala sekolah, guru, pegawai administrasi) untuk menyesuaikan strateginya dengan minat, kebutuhan serta kondisi siswa. g. Adjustif (penyesuaian) adalah fungsi bimbingan dalam hal membantu

siswa agar dapat menyesuaikan diri secara tepat dalam lingkungannya, terutama lingkungan sekolah, keluarga, serta masyarakat.

(35)

18

menyesuaikan diri dengan lingkungan. Bimbingan yang berlangsung secara nyata terjadi dalam kehidupan sehari-hari dalam diri individu. Kelebihan pandangan diatas dapat tergambar dari fungsi bimbingan yang testruktur.

Pandangan lain juga dikemukakan oleh penndapat Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan (2011: 16) memberikan pandangan mengenai fungsi bimbingan antara lain:

a. Pemahaman yaitu membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya dan lingkungannya.

b. Preventif yaitu upaya konselor dalam mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik.

c. Pengembangan yaitu konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa.

d. Perbaikan (penyembuhan) yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif yang berkaitan dengan pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami masalah.

e. Penyaluran yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir yang sesuai minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadiannya.

f. Adaptasi yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan khususnya konselor, guru, atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa.

g. Penyesuaian yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, dan norma agama.

(36)

19

mencegahnya. Terdapat juga fungsi penyesuaian agar siswa mampu menyesuaikan diri dalam program pendidikan dan peraturan yang berlaku.

Fungsi penyaluran terdapat agar dapat membantu siswa dalam menyalurkan bakat yang ada dengan sesuai minat dan kebutuhannya. Dalam fungsi penyembuhan diupayakan pemberian bantuan kepada siswa yang bermasalah baik dalam aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir agar setelah menerima layanan dapat memecahkan sendiri kesulitannya. Dalam fungsi pengembangan yaitu konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif yang memfasilitasi perkembangan siswa dan berkenaan dengan fungsi developmental yaitu agar kemampuan yang dimiliki siswa dapat ditingkatkan.

4. Prinsip-Prinsip Bimbingan

Terdapat beberapa prinsip dasar yang menjadi landasan dalam melaksanakan bimbingan, hal yang paling mendasar ialah berasal dari konsep filosofis tentang kemanusiaan. Dalam hal ini ialah kemanusiaan menjadi dasar pemberian bimbingan yang ada di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah (Sunaryo Kartadinata, 2002: 6). Prinsip-prinsip bimbingan dijabarkan oleh Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan (2010: 17-18) sebagai berikut:

a. Bimbingan diperuntukan bagi semua individu b. Bimbingan bersifat individualisasi

(37)

20

e. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan f. Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan)

Pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa prinsip bimbingan di dasarkan pada sikap kemanusiaan yang dapat dijabarkan dalam beberapa aspek. Pertama, bimbingan diperuntukkan bagi semua individu yang dapat dilakukan secara klasikal untuk fungsi pencegahan sehingga diberikan kesemua siswa. Kedua, bimbingan bersifat individualisasi yaitu memaksimalkan keunikan yang ada pada masing-masing individu agar berkembang secara maksimal. Ketiga, bimbingan menekankan hal positif agar siswa dapat berkembang dan memberikan dorongan untuk kesuksesan. Keempat, bimbingan merupakan usaha bersama yaitu terjadi dengan kerjasama semua pihak baik dari konselor, guru, kepala sekolah, dan orang tua. Kelima, bimbingan diarahkan untuk membantu individu agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Keenam, bimbingan berlangsung dalam berbagai situasi, bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah namun lingkungan keluarga serta masyarakat.

5. Macam-Macam Bimbingan

(38)

21

dapat diklasifikasikan sesuai dengan tujuan atau sudut pandangnya, antara lain sebagai berikut:

a. Macam bimbingan ditinjau dari jumlah individu yang dihadapi: 1) Bimbingan individu (individual guidance)

2) Bimbingan kelompok (group guidance)

b. Macam bimbingan ditinjau dari lingkungan atau tempatnya antara lain: 1) Bimbingan keluarga

2) Bimbingan sekolah 3) Bimbingan masyarakat

4) Bimbingan di tempat-tempat ibadah

c. Macam bimbingan ditinjau dari segi objeknya, meliputi: 1) Bimbingan pendidikan (educational guidance) 2) Bimbingan jabatan (vocational guidance) 3) Bimbingan sosial (social guidance) 4) Bimbingan pribadi (personal guidance)

d. Macam bimbingan di tinjau dari sifat dan langkah-langkahnya: 1) Bimbingan preventip (pencegahan)

2) Bimbingan kuratif (penyembuhan) 3) Bimbingan preservatif (pemeliharaan)

(39)

22

konkret dapat dilakukan dalam kegiatan belajar. Macam bimbingan dari lingkungan antara lain bimbingan keluarga, bimbingan sekolah, bimbingan masyarakat, dan bimbingan ditempat-tempat ibadah. Secara teori terdapat bimbingan sekolah yaitu bimbingan yang dilaksanakn dalam hubungannya dengan kehidupan disekolah, yang meliputi siswa pada khususmya dan pamong serta karyawan pada umumnya sehingga tercapai kesejahteraan sekolah (Tim Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 2000: 18).

Macam bimbingan dari objeknya dibagi menjadi empat yaitu bimbingan pendidikan, bimbingan jabatan, bimbingan sosial, dan bimbingan pribadi. Bimbingan pendidikan dan bimbingan pribadi berlangsung dalam kegiatan belajar mengajar untuk mengoptimalkan diri individu. Bimbingan problem yang dihadapi secara nyata yang terjadi dalam kegiatan belajar ialah bimbingan perkembangan kesehatan dan fisik, bimbingan pengisian waktu luang, bimbingan kepribadian, bimbingan keagamaan, dan bimbingan sekolah. Macam bimbingan yang telah disebutkan menjadi pedoman dalam pelaksanaan bimbingan disekolah.

Pelaksanaan bimbingan terdapat beragam macam. Secara khusus macam bimbingan pendidikan juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman (2004; 279-288) bimbingan pendidikan di uraikan dalam layanan bimbingan belajar yang terdapat dalam:

a. Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar

(40)

23

2) Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi (IQ lebih besar atau sama dengan 130), tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus karena kemampuan belajar yang amat tinggi.

3) Sangat lamban dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu mendapatkan pengajaran khusus.

4) Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang semangat dalam belajar seolah-olah tampak malas.

5) Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang perbuatannya bersifat antagonistik dengan kehidupan sehari-hari, misalnya menunda-nunda pekerjaan, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya, dan sebagainya.

b. Upaya membantu siswa yang mengalami masalah belajar 1) Pengajaran perbaikan

2) Kegiatan pengayaan

3) Peningkatan motivasi belajar

4) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang dalam menghadapi masalah kehidupannya, maka logislah bila di katakan bahwa macam-macam bimbingan sebanyak macam-macam problem hidup manusia. Namun menurut Tohari Musnamar (2002: 7) macam-macam bimbingan dapat dibagi menjadi delapan macam yaitu: 1) Bimbingan perkembangan kesehatan dan perkembangan fisik 2) Bimbingan hubungan rumah dan keluarga

3) Bimbingan pengisian waktu luang 4) Bimbingan kepribadian

5) Bimbingan keagamaan dan rumah ibadah 6) Bimbingan sekolah

7) Bimbingan sosial 8) Bimbingan jabatan

(41)

24

Macam bimbingan yang dipaparkan secara nyata berlangsung dalam kehidupan individu. Teori yang ada sejalan dengan fakta yang ada sehingga teori-teori diatas secara eksplisit dapat dipertanggung jawabkan. Pendapat diatas, macam-macam bimbingan dapat dikategorikan dari berbagai aspek. Macam bimbingan ditinjau dari jumlah individu, ditinjau dari lingkungan atau tempatnya, ditinjau dari segi objeknya, ditinjau dari problem yang dihadapi, dan ditinjau dari langkah-langkahnya.

6. Bimbingan Belajar Orang Tua

Pendidikan dan bimbingan orang tua itu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari berupa: a. kasih sayang, b. perhatian, c. kesadaran, d. penerimaan, e. pengertian, f. tanggung jawab, g. perlindungan, h. pemberian tugas, dan i. pertolongan. Anak-anak sebelum dapat bertanggung jawab sendiri masih sangat menggantungkan diri, masih meminta isi, bekal, cara bertindak, berfikir terhadap sesuatu dari orang tua (Agus Sujanto, Halem Lubis, Taufik Hadi, 2001: 9). Hal ini juga dikemukakan oleh Chairinniza Graha (2007: 16) bahwa faktor utama yang mempengaruhi kemajuan anak adalah tingkat perhatian orang tua.

Bentuk-bentuk perhatian orang tua menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 85) ada empat macam, yaitu:

(42)

25

b. Pemenuhan fasilitas belajar anak. Fasilitas belajar anak merupakan sarana pendukung yang penting bagi kemajuan belajar anak. Dalam hal ini saran belajar dapat digolonggkan menjadi tiga, antara lain:

1) Tempat belajar anak, tempat belajar adalah ruang khusus untuk belajar. Tempat belajar selain ruangan juga terdapat meja dan kursi tempat belajar serta penerangan.

2) Alat belajar merupakan kebutuhan untuk belajar. Alat belajar antara lain kebutuhan buku pelajaran dan kebutuhan alat tulis untuk belajar. 3) Alat non belajar dalam hal ini adalah fasilitas/alat yang adanya dapat

menunjang keberhasilan proses belajar anak, bahkan anak menjadi percaya diri dalam belajar di kelas maupun di rumah.

c. Pemberian bimbingan pada anak. Pemberian bimbingan pada anak sangat dibutuhkan. Bimbingan dapat dilakukan oleh siapapun termasuk orang tua. Dalam hal ini bimbingan orang tua sangatlah mempengaruhi kemajuan anak. Agus Sujanto, Halem Lubis, dan Taufik Hadi (2014: 10) mengemukakan bahwa betapa pentingnya keluarga sebagai peletak dasar pola pembentukan kepribadian anak sedang lembaga pendidikan yang lain tinggalah memberikan isinya saja. Sedangkan bentuk bimbingan orang tua dapat berupa:

1) Penyediaan dan pengaturan waktu belajar anak 2) Bantuan mengatasi masalah

(43)

26

d. Pemberian motivasi belajar. Motivasi merupakan faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Dengan adanya motivasi, seseorang dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan.

Lingkungan sekolah, anak mulai belajar bahwa peraturan-peraturan sekolah, disiplin belajar, dan macam-macam tuntutan lain yang ketat dan edukatif. Mendapatkan prestasi yang maksimal diperlukan peran dan sikap orang tua dalam mendampingi anak ketika belajar sangat dibutuhkan, terutama dalam hal tanggung jawab belajar. Peran orang tua dalam pembentukan konsep diri anak sangat berpengaruh. Perilaku dan perbuatan yang dikatakan dan ditunjukkan orang tua pada anak sangat berpengaruh pada anak dalam memberikan informasi pada anak tentang siapa dirinya. Bagaimana orang tua memperlakukan anak sangat berpengaruh pada diri anak sampai beranjak dewasa.

Berdasarkan kajian teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar dari orang itu melekat pada kegiatan sehari-hari berupa aspek antara lain penyediaan fasilitas belajar, pemberian bimbingan kepada anak, dan pemberian motivasi belajar.

7. Bimbingan Belajar Guru

(44)

27

tertentu yaitu profesionalisme: memiliki kompetensi dalam ilmu pengetahuan, kedribilitas moral, dedikasi dalam menjalankan tugas, kematangan jiwa (kedewasaan), dan memiliki keterampilan teknis, mampu membangkitkan etos dan motivasi anak didik (Marno dan Idris, 2010: 18-23). Dengan kualifikasi yang dimiliki guru diharapkan di dalam proses pembelajaran guru dapat memberikan bimbingan belajar bagi siswa.

Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar. Daryanto dan Mohamad Farid (2015, 73-76) mengemukakan bahwa guru memberikan fungsi bimbingan dalam kegiatan belajar-mengajar dengan hal-hal berikut: a. Guru sebagai pembangkit motivasi belajar, pembangkit motivasi belajar

guru dapat dilakukan secara khusus dengan menggunakan jam pelajaran atau diselipkan dalam mengajar.

b. Guru sebagai tokoh kunci dalam bimbingan, guru memiliki hubungan yang erat dengan murid karena guru dapat memiliki waktu dan kesempatan untuk mempelajari murid, mengawasi tingkah laku dan kegiatannya.

c. Mengetahui peserta didik sebagai individu, tugas utama guru dalam membimbing adalah untuk mengenal peserta didiknya oleh karena itu diperlukan pemahaman terhadap kebiasaan dalam belajar, dalam bermain, kesehatannya, dan sebagainya.

(45)

28

a. Pengembangan motivasi belajar peserta didik

b. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik c. Meningkatkan keterampilan belajar

d. Program pengajaran perbaikan

e. Program pengayaan (Giyono, 2015: 217-219)

Berdasarkan uraian tentang bimbingan belajar diatas maka guru dapat memberikan bimbingan kepada siswa yang memiliki indikator antara lain pengembangan motivasi belajar peserta didik, pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, meningkatkan keterampilan belajar, program pengajaran perbaikan, dan program pengayaan.

B.Kajian Teori tentang Tanggung Jawab Belajar

1. Pengetian Tanggung jawab

(46)

29

Dalam rangka membentuk peserta didik yang berilmu, bermartabat, dan memiliki pribadi yang baik, secara yuridis tujuan pendidikan tersebut ada didalam peraturan pemerintah dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) tahun 2003 pasal 3 menyebutkan bahwa tujuan nasional adalah sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, Berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Dilihat dari tujuan pendidikan disebutkan bahwa tanggung jawab merupakan kemampuan yang akan di kembangkan. Menurut Zubaedi (2011: 74), bahwa tujuan pendidikan nasional sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Dengan beberapa pendapat para ahli diatas, penulis menyimpulkan pengertian tanggung jawab belajar ialah sikap dan perilaku untuk melaksanakan tugas dan kewajiban untuk menanggung akibat yang ditimbulkan dalam proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku yang dilakukan untuk berinteraksi dengan lingkungan.

2. Jenis-Jenis Tanggung Jawab

Menurut Natalie Douglas dalam Thomas Lickona (2012: 178) berpendapat bahwa lima prinsip tanggung jawab siswa diantaranya:

(47)

30

c. Saya bertanggung jawab untuk memperlakukan semua orang dengan pertimbangan dan rasa hormat

d. Saya bertanggung jawab memberikan kontribusi kepada kelas saya dan sekolah saya

e. Saya bertanggung jawab Atas lingkungan saya

Prinsip tanggung jawab yang telah dikemukakan menegasan bahwa dalam sikap bertanggung jawab seseorang harus menjalankan kewajibannya dengan memahami makna bertanggung jawab atau mau menerima segala resiko yang telah diperbuatnya baik oleh perilakunya, pembelajarannya, perbuatannya dengan memperlakukan orang lain dengan hormat, kontribusinya, dan lingkungan sekitar dimana seseorang melakukan interaksi. Penelitian yang telah di lakukan di Colorado, sekolah dasar Columbine Elementary School di woodland park, Colorado adalah sekolah yang menanamkan karakter sehingga menjadi sekolah nasional 2000. Memiliki tujuh standar “standar tanggung jawab pribadi dan sosial” sebagai

berikut:

a. Praktek kemampuan berorganisasi

b. Mendukung dan berinteraksi secara positif dengan orang lain c. Sangat antusias belajar

d. Mengambil resiko dan menerima tantangan e. Menerima tanggung jawab atas perilaku sendiri

f. Mendengarkan dengan penuh perhatian, mengikuti arah, tetap berada pada tugasnya

g. Melakukan evaluasi belajar sendiri (Thomas Lickona: 2013: 157)

Didalam setiap standar dipecah menjadi empat atau lima keterampilan khusus. Untuk masing-masing keterampilan ada empat tingkat kompetensi yaitu:

a. Berkembang : saya jarang menyelesaiakn pekerjaan dengan tepat waktu b. Dasar : terkadang saya ingat untuk menyelesaikan pekerjaan, tapi saya

(48)

31

c. Mahir : saya biasanya ingat untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sedikit pengingat saja

d. Maju : saya konsisten menyelesaikan pekerjaan saya tanpa pengingat. (Thomas Lickona: 2013: 158)

Pemaparan para ahli diatas prinsip tanggung jawab ialah bertanggung jawab kepada diri sendiri dan lingkungan dengan tingkat keterampilan tanggung jawab berkembang, dasar, mahir, dan maju didalam proses kehidupan. Menurut Umar Tirtorahardjo dan S. L. La Sulo (2005: 8) tanggung jawab berdasarkan wujudnya terdiri dari tanggung jawab kepada diri sendiri, tanggung jawab kepada masyarakat, dan tanggung jawab kepada Tuhan. Berikut penjelasan dari ketiga jenis tanggung jawab berdasarkan wujudnya:

a) Tanggung jawab kepada diri sendiri. Tanggung jawab diri sendiri berarti menanggung tuntutan apa yang diperbuatnya, misal ketika melakukan kesalahan akan mempunyai rasa penyesalan yang mendalam.

b) Tanggung jawab kepada masyarakat. Bertanggung jawab kepada masyarakat berarti menanggung tuntutan norma-norma sosial. Dalam hal ini bentuk tuntutannya berupa sanksi-sanksi sosial beruapa cemoohan orang, hukuman penjara, dan lain lain.

c) Tanggung jawab kepada Tuhan. Bertanggung jawab kepada Tuhan berarti menanggung tuntutan norma-norma agama, misalnya perasaan berdosa.

(49)

32

telah teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan, serta kebangsaan. Untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabanya dapat dilihat dari berbagai dimensi tanggung jawab antara lain:

a. Tanggung jawab kepada diri sendiri b. Tanggung jawab kepada masyarakat

c. Tanggung jawab kepada lingkungan tanggung jawab kepada negara d. Tanggung jawab kepada Tuhan yang Maha Esa (Arismantoro, 2008:

34-36)

Kewajiban dan tanggung jawab dilakukan untuk mendapatkan ketenangan hati karena tanggung jawab kepada Tuhan-Nya terpenuhi. Apabila individu memiliki tanggung jawab maka dengan penuh kesadaran kewajibannya dapat terlaksana dengan baik. Berbagai pendapat dimensi-dimensi tanggung jawab dapat dilihat dari tanggung jawab kepada diri sendiri, tanggung jawab kepada masyarakat, dan tanggung jawab kepada Tuhan yang Maha Esa.

3. Ciri anak yang bertanggung jawab belajar

Belajar merupakan kewajiban seorang siswa. Dengan melaksanakan tugas rutin sebagai seorang siswa maka individu tersebut memiliki tanggung jawab atas prestasinya. Menurut Putu Afsari Wulandari (2013: 2), secara umum siswa yang bertanggung jawab terhadap belajar dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut :

a. Akan senantiasa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya sampai tuntas, baik itu tugas yang diberikan di sekolah maupun PR yang harus mereka kerjakan di rumah.

(50)

33

d. Tidak pernah menyalahkan orang lain atas kesalahan yang telah diperbuatnya.

Nilai-nilai dalam kurikulum pendidikan karakter sekolah dasar menurut Character Counts (Six Pillars of Character Education) nilai karakter Responsibility (penuh tanggung jawab) caranya untuk menjadi orang yang bertanggung jawab jadilah orang yang dapat diandalkan, jalankanlah urusanmu dengan baik, bertanggungjawablah pada apa pun yang engkau lakukan, berfikir sebelum bertindak (Muchlas Samani dan Hariyanto, 2013: 55-57)

Sedangkan ciri-ciri seorang anak yang bertanggung jawab menurut Anton Adiwiyato (2001:89) antara lain yaitu:

a. Melakukan tugas belajar dengan rutin

b. Dapat menjelaskan alasan atas belajar yang dilakukannya c. Tidak menyalahkan orang lain yang berlebihan dalam belajar d. Mampu menentukan pilihan dari kegiatan belajar

e. Melakukan tugas sendiri dengan senang hati

f. Bisa membuat keputusan yang berbeda dari keputusan orang lain dalam kelompoknya

g. Mempunyai minat untuk menekuni belajar h. Menghormati dan menghargai aturan di sekolah i. Dapat berkonsentrasi pada tugas yang rumit

(51)

34

sehingga akan berguna dimasa mendatang. Belajar tidak perlu dilakukan berjam-jam asal dilakukan secara rutin setiap hari minimal satu jam, sehingga siswa tidak bosan dan dapat mengerjakan tugas dengan tuntas tidak keteteran. Dengan hal itu tugas sekolah akan selesai karena dikerjakan sedikit demi sedikit dan secara rutin. Belajar secara rutin adalah cerminan siswa yang memiliki kesadaran diri akan tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar.

Siswa yang bertanggung jawab akan mampu menjelaskan alasan ia belajar dan untuk apa ia belajar. Misalnya Ia belajar karena ingin pintar, meguasai materi yang diberikan guru, untuk mendapatkan nilai yang baik, dan untuk mencapai cita-citanya. Hasil yang dikerjakan selalu disertai dengan proses pengerjaannya. Ujian yang dihadapi siswa, siswa menjawab salah maka siswa tersebut belum menguasai materi yang diberikan atau tidak belajar di rumah. Siswa yang memiliki rasa tanggung jawab akan menyadari kesalahannya karena tidak belajar, sehingga siswa menyadari ia melakukan perbuatan maka ia juga yang akan menikmatinya. Dengan demikian diri siswa akan menyadari segala perbuatannya akan mendapatkan hasil sehingga tidak akan seperti pepatah lempar batu sembunyi tangan.

(52)

35

Selain itu siswa akan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi ketika belajar, misalnya ketika merasa bosan akan mencari hiburan dan melanjutkan lagi ketika rasa bosan tersebut sudah hilang, menggaris bawahi materi yang penting, menyalin ulang materi, membuat ringkasan. Siswa melakukan tugas sendiri dengan senang hati maka akan tergambar dari sikap siswa pada saat belajar siswa merasa tidak terbebani dan tidak bergantung pada orang lain sehingga berusaha semaksimal mungkin. Hal yang dikerjakan dengan senang hati maka akan membuahkan hasil yang baik.

Ciri tanggung jawab belajar selanjutnya yaitu siswa mampu membuat keputusan yang berbeda dari orang lain di dalam kelompoknya. Hal ini tergambar dari pendapat anak yang kreatif, mampu mengambil keputusan dengan baik, menengahi bila terjadi perbedaan pendapat dalam berdiskusi, dan bersedia mengambil resiko dari keputusan yang telah diambilnya.

(53)

36

Siswa mempunyai kewajiban untuk menghormati dan menghargai segala aturan yang ada sehingga siswa merasa tidak terbebani dan mampu menanggung resiko dari apa yang telah diperbuatnya, misal ketika berangkat ke sekolah siswa memakai seragam lengkap dan rapi. Berkonsentrasi dalam belajar yaitu memusatkan pikiran terhadap apa yang dipelajari dan mengesampingkan semua hal yang tidak ada hubungannya dengan apa yang dipelajari. Misal, siswa selalu memperhatikan apa yang dijelaskan, siswa mencatat, siswa tidak membuat kegaduhan dalam hal ini mampu mngesampingkan hal yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran. Siswa yang memiliki rasa tanggung jawab akan berusaha mempertahankan prestasi yang telah diperolehnya, mempunyai tanggung jawab dalam belajar, dan suka rela dalam melakukan sesuatu.

Menurut Abdulah Munir (2010: 96) ada beberapa model praktis yang dapat dilakukan orang tua dalam menumbuhkan rasa tanggung jawab pada anak, diantaranya: meletakkan sesuatu pada tempatnya dan membacakan cerita. Dengan hal tersebut anak akan mempunyai rasa tanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya. Misalnya, ketika pulang sekolah meletakkan alat-alat sekolah ditempatnya, selalu menjadwal mata pelajaran yang akan dipelajari besuknya, dan dengan membaca anak akan memiliki rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan bacaannya.

(54)

37

menentukan pilihan dari kegiatan belajar, d. melakukan tugas sendiri dengan senang hati, e. bisa membuat keputusan yang berbeda dari keputusan orang lain dalam kelompoknya, f. mempunyai minat untuk menekuni belajar, g. menghormati dan menghargai aturan di sekolah, h. dapat berkonsentrasi pada tugas yang rumit, dan i. memiliki rasa tanggung jawab yang berkaitan dengan prestasi di sekolah.

C.Penelitian Yang Relevan

Kajian terhadap teori yang relevan pada dasarnya dilakukan untuk membuktikan keaslian dari penulisan yang dilakukan. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

1. Chatarina Puji Astuti (2005) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Bimbingan Orang Tua Dengan Tanggung Jawab Belajar Anak Kelas IV SD Pangudi Luhur Don Bosco”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

(55)

38

2. Suwarni (2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Bimbingan Belajar Orang Tua Terhadap Tanggung Jawab Belajar Anak Kelas IV SD Wonoyoso Tahun 2010” dengan hasil bahwa pengaruh bimbingan orang tua yang tergolong dalam kategori tinggi terbukti dari 16 responden dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) tergolong dalam kategori tinggi ada 4 siswa atau sebanyak 25 %. (2) tergolong dalam kategori rendah ada sebanyak 8 siswa atau sebanyak 50 %. (3) tergolong dalam kategori rendah ada 4 siswa atau sebnayak 25 %. Dalam dalam motivasi belajar siswa tergolong dalam kategori tinggi terbukti dari 16 responden dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) tergolong dalam kategori tinggi ada 4 siswa atau sebanyak 25 %. (2) tergolong dalam kategori rendah ada sebanyak 11 siswa atau sebanyak 68,75 %. (3) tergolong dalam kategori rendah ada 1 siswa atau sebnayak 6,25 %. Berdasarkan analisa dengan menggunakan korelasi product moment di peroleh nilai sebesar 0,102 jika dikonsultasikan dengan nilai r product moment batas penolakan dengan harga N = 16, pada taraf signifikan 5 % = 0,497 ternyata r product moment empiris berada dibawah r tabel product moment. Dengan demikian hipotesis ini berbunyi pelaksanaan bimbingan orang tua berpengaruh terhadap tanggung jawab belajar anak terbukti ada., namun dengan tingkat koefisien korelasi positif yang rendah.

(56)

39

sebagai berikut. Besarnya hubungan polas asuh orang tua dengan tanggung jawab belajar siswa adalah 18,5%. Sedangkan hubungan persepsi terhadap pemberian tugas guru dengan tanggung jawab belajar siswa adalah 41,6%. Besarnya hubungan polas aduh orang tua dan persepsi terhadap pemberian tugas guru dengan tanggung jawab belajar siswa adalah 46,8%. Disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara polas asuh orang tua dan persepsi terhadap pemberian tugas guru dengan tanggung jawab belajar siswa kelas V SD se gugus II di kecamatan Galur kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2014/2015.

Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, pada penelitian ini akan mengungkap tentang hubungan bimbingan orang tua dan guru dengan tanggung jawab belajar siswa kelas V SD Negeri se-Gugus I Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul tahun ajaran 2015/2016. Pada penelitian sebelumnya, peneliti tidak mengungkap bimbingan orang tua dengan tanggung jawab siswa secara khusus dan bimbingan guru dengan tanggung jawab belajar siswa. Adapun kesamaannya terletak pada variabel bimbingan orang tua serta tanggung jawab belajar siswa.

D.Kerangka Berpikir

(57)

40

Sebagai pengasuh dan pembimbing, orang tualah yang merupakan pusat perhatian anak. Saat di rumah anak selalu memperhatikan orang tua, anak mempunyai ketergantungan terhadap orang tua. Orang tua yang pertama kali mengajarkan pendidikan baik pendidikan pengetahuan maupun norma yang berlaku di masyarakat.

Orang tua memiliki cara tersendiri dalam membentuk karakter dan perilaku anak. Saat kecil anak di didik menjadi disiplin, tanggung jawab, santun, dan orang tua mengajarkan hal sosial dalam diri anak. Oleh karena itu, orang tua perlu memberikan bimbingan yang positif dan sesuai dengan kondisi perkembangan anak.

Bimbingan orang tua yang diterapkan dalam keluarga perlu mempunyai arahan yang baik, baik dalam hal sosial dan pendidikan. Dalam dunia pendidikan, di masa anak tumbuh dari bayi menuju remaja perlu sekali bimbingan dari orang tua. Bimbingan dalam membantu anak mengingatkan akan kewajiban sebagai pelajar, memberikan bimbingan belajar di waktu anak belajar akan menumbuhkan sikap tanggung jawab untuk belajar dalam diri anak. Peranan orang tua sangat penting dalam memberikan bimbingan agar anak menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Maka dari itu peneliti melakukan sebuah penelitian tentang hubungan bimbingan orang tua dengan tanggung jawab belajar siswa.

(58)

41

Sosok yang diteladai guru merupakan tokoh yang akan memberikan penguatan kepada siswa agar menjadi orang yang memiliki pribadi yang baik. Pribadi yang baik mempunyai karakter-karakter positif di dalam dirinya seperti, disiplin, tanggung jawab, santun, hormat, dan sebagainya.

Dalam kegiatan belajar mengajar guru di tuntut untuk menstransfer pengetahuannya yang sesuai dengan kurikulum untuk siswa. Guru melaksanakan tugas sebagai pengajar dengan berbagai strategi dan metode. Guru memberikan tugas sebagai alat ukur keberhasilan siswa dalam belajar. Dalam hal sikap guru juga menanamkan agar siswa selalu bertanggung jawab dengan tugasnya sebagai pelajar.

Dengan karakteristik anak yang berbeda-beda maka potensi yang dimiliki anak berbeda. Dalam hal ini terdapat anak yang mampu menyerap materi secara cepat, sedang, dan lamban. Anak yang mempunyai keterlambatan dalam menerima pelajar memerlukan bimbingan belajar dari guru. Anak akan mempunyai proses timbal balik dengan guru. Guru memberikan bimbingan belajar terhadap anak yang memiliki keterlambatan belajar di harapkan anak mampu menyelesaikan permasalahan belajar.

(59)

42

tanggug jawab belajar siswa. Penulis melakukan sebuah penelitian tentang hubungan bimbingan guru dengan tanggung jawab belajar siswa.

Dengan demikian bimbingan belajar dari orang tua dan guru akan sangat penting bagi keberhasilan anaknya, untuk meningkatkan tanggung jawab belajarnya. Dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ada pengaruh antara bimbingan orang tua dan guru dengan tanggung jawab belajar siswa.

E.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan diatas, dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut.

1. Terdapat hubungan antara bimbingan orang tua dengan tanggung jawab belajar siswa kelas V SD Negeri se-Gugus I Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul tahun ajaran 2015/2016.

2. Terdapat hubungan antara bimbingan guru dengan tanggung jawab belajar siswa kelas V SD Negeri se-Gugus I Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul tahun ajaran 2015/2016.

(60)

43

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan Penelitian

Banyak jenis penelitian yang dapat dilakukan, berdasarkan pendekatannya dapat dibedakan menjadi pendekatan kuantitatif dan kualitatif (Nana Syaodih, 2010: 52). Jonathan Sarwono (2006: 257-258) memberikan konsep menegnai pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, mementingkan pada proses dibandingkan hasil akhir, oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala.

(61)

44

Sukardi (2007: 166), penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Sedangkan menurut, penelitian korelasi atau korelasional adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkatan hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada (Suharsimi Arikunto, 2013: 4).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini termasuk penelitian korelasional yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan terhadap data yang sudah ada.

B.Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri se-Gugus I Kecamatan Sewon, yang terdiri dari empat sekolah dasar negeri (SD N) yang berada di kecamatan Sewon Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah dasar di gugus I Sewon tergolong mempunyai jarak antar masing-masing SD Negeri cukup terjangkau, gugus I Sewon terletak di sekitaran jalan Parangtritis berada di utara dan selatan Ring Road Selatan Bantul. Sekolah dasar yang berada di gugus I Sewon terdiri dari SD N 2 Wojo, SD N Wojo, SD N Jageran, dan SD N Krapyak Wetan.

2. Waktu penelitian

(62)

45

C.Variabel dan Paradigma Penelitian

1. Variabel penelitian

Disetiap penelitian tidak pernah ketinggalan yang namanya istilah variabel. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Sehingga dapat dirumuskan bahwa variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 63).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Berkaitan dengan penelitian ini, dapat dikemukakan dua variabel yang terdapat didalam penelitian, yaitu:

a. Variabel bebas (Independent variabel), merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Didalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas, yaitu: 1) Bimbingan belajar orang tua

2) Bimbingan belajar guru

(63)

46

penelitian ini adalah tanggung jawab belajar siswa kelas V se-Gugus I Kecamatan Sewon

2. Paradigma penelitian

Sugiyono (2013: 106) menyatakan bahwa paradigma penelitian dapat digunakan sebagai panduan untuk merumuskan masalah, dan hipotesis penelitiannya, yang selanjutnya dapat digunakan untuk panduan dalam pengumpulan data dan analisis. Adapun paradigma penelitian antar variabel adalah paradigma model ganda dengan dua variabel independen sebagai berikut:

Keterangan:

X1 = bimbingan belajar orang tua X2 = bimbingan belajar guru Y = tanggung jawab belajar siswa H = hipotesis yang diajukan

X

2

Y

H2

H3 X1

H1

(64)

47

D.Objek Dan Subjek Penelitian

1. Penentuan Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 119). Kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian ki disebut populasi (Nana Syaodih, 2010: 250). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V di SD N se-gugus I Sewon, yang terdiri dari empat SD Negeri. Jumlah siswa kelas V tahun ajaran 2015/2016 yang ada berjumlah 165 siswa. Rincian jumlah siswa dari tiap sekolah dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas V SD N Se-Gugus I Kecamatan Sewon Tahun Ajaran 2015/2016

No Nama Sekolah Jumlah Siswa

1 SD N 2 Wojo 30

2 SD N Jageran 53

3 SD N Krapyak Wetan 50

4 SD N Wojo 29

Jumlah Populasi 166

Sumber : UPT Pengelolaan Pendi. Dasar Kecamatan Sewon (bulan November 2015)

2. Sampel

(65)

48

misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan wkatu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sampling berimbang (proportional sampling). Teknik sampling berimbang (proportional sampling) adalah dalam menentukan anggota sampel, peneliti mengambil wakil-wakil dari tiap-tiap kelompok yang ada dalam populasi yang jumlahnya sesuai dengan jumlah anggota subjek yang ada di dalam masing-masing kelompok tersebut (Suharsimi Arikunto, 2011: 98). Sugiyono (2011: 123) mengemukakan bahwa proportionate stratified random sampling digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.

Jadi, teknik proporsional sampling yaitu dari jumlah populasi ditentukan jumlah sampel sebagai objek penelitian, pengambilan jumlah sampel dilakukan secara merata ke setiap sekolah secara proporsional sehingga semua responden mempunyai kesempatan yang sama. Karena dalam memilih sampel peneliti menganggap semuanya responden sama sehingga semua responden mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian.

(66)

49

Tabel 2. Penentuan Ukuran Sampel dari Populasi tertentu yang dikembangkan Isaac dan Michael

N S N S

1% 5% 10% 1% 5% 10%

10 10 10 10 110 94 84 78

20 19 19 19 120 102 89 83

30 29 28 27 130 109 96 88

40 38 36 35 140 116 100 92

50 47 44 42 150 122 105 97

60 55 51 49 160 129 110 101

70 63 58 56 170 135 114 105

80 71 65 62 180 142 119 108

90 79 72 68 190 148 123 112

100 87 78 73 200 154 127 115

(Sumber : Sugiyono, 2011: 131)

Gambar

Gambar 1. Paradigma Penelitian
Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas V SD N  Se-Gugus I Kecamatan Sewon Tahun Ajaran 2015/2016
Tabel 2. Penentuan Ukuran Sampel dari Populasi tertentu yang dikembangkan Isaac dan Michael
Tabel 3. Perhitungan Proporsional Sampel Dalam Perwakilan Tiap Sekolah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya Natawidjaja (1987:37) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian tugas guru adalah cara penyajian bahan atau materi dari guru dengan memberikan tugas-tugas

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu atau sekelompok individu dari semua jenis dan umur, baik yang telah memiliki masalah maupun

Surya, (1975:15) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya,

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami masalah (disebut klien) dalam upaya

Surya (1975: 28) bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar

Jadi E- Counseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang professional (konselor) kepada individu yang mengalami masalah (konseli) dalam bentuk media

Konseling Populasi Khusus merupakan bentuk Proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh konselor kepada konseli (individu atau kelompok) yang mengalami suatu