• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Style of Humor Pada Mahasiswa Universitas "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Style of Humor Pada Mahasiswa Universitas "X" Bandung."

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

xii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui gambaran mengenai style of humor yang digunakan oleh mahasiswa Universitas “X” Bandung. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif. Pemilihan sampel menggunakan teknik proportionate stratified random sampling, dan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 379 orang yang terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas “X”.

Alat ukur yang digunakan merupakan modifikasi dari Humor Styles Questionnaire (HSQ) yang dikembangkan oleh Rod A. Martin (2003). Kuesioner ini terdiri atas 48 item. Berdasarkan pengolahan data secara statistik menggunakan program SPSS 15, didapatkan nilai validitas item berkisar antara 0,4 – 0,8, yang menurut kriteria Guildford termasuk item bervaliditas sedang-tinggi. Sedangkan derajat reliabilitas sebesar 0.868 untuk affiliative humor; 0.86 untuk self-enhancing humor; 0.752 untuk aggressive humor; serta 0.828 untuk self-defeating humor, yang menurut kriteria Guilford termasuk alat ukur dengan reliabilitas tinggi.

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa 45.65% responden menggunakan self-enhancing humor dalam kehidupan sehari-harinya. Sebanyak 35.09% menggunakan affliliative humor; sebanyak 8.18% menggunakan aggresive humor; sebanyak 5.28% menggunakan Aff-SE humor. Sebanyak 2.64% menggunakan self-defeating humor; sebanyak 1.85% menggunakan Aff-SD humor; sebanyak 0.53% menggunakan Aff-Agg humor; dan masing-masing sebanyak 0.26% menggunakan SE-Agg humor, SE-SD humor, Agg-SD humor dalam kehidupan sehari-harinya.

(2)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

Halaman Judul ………... i

Halaman Pengesahan Pembimbing ... ii

Pernyataan Orisinalitas Laporan Penelitian ………...iii

Pernyataan Publikasi Laporan Penelitian ………...…iv

KATA PENGANTAR ...vi

ABSTRAK………...…... ..xii

DAFTAR ISI ... ...xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR BAGAN ...xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………1

1.2 Identifikasi Masalah………..8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian……….…….8

1.3.2 Tujuan Penelitian………...…8

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis………..………9

1.4.2 Kegunaan Praktis………...9

1.5 Kerangka Pemikiran………..9

(3)

xiv Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Humor

2.1.1 Definisi Humor……….…24

2.1.2 Proses Humor……….…..24

2.1.3 Style of Humor………25

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Style of Humor……….27

2.2 Individualistik dan Kolektivistik 2.2.1 Definisi Individualistik dan Kolektivistik………..…...28

2.2.2 Perbandingan Individualistik dan Kolektivistik…..…………...…...29

2.3 Dewasa Awal 2.3.1 Definisi Dewasa Awal………..……….30

2.3.2 Perkembangan Kognitif Dewasa Awal……….30

2.3.3 Perkembangan Sosial Dewasa Awal……….31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian...…….………...……….33

3.2 Prosedur Penelitian………...……….….……..…...33

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.3.1 Variabel Penelitian……….…………..33

3.3.2 Definisi Operasional……….34

(4)

xv Universitas Kristen Maranatha

3.4.1.1 Sistem Penilaian………39

3.4.2 Data Pribadi dan Penunjang……….………...40

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur……….……...39

3.4.3.1 Validitas Alat Ukur………...…41

3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur………...…43

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 3.5.1 Populasi Sasaran………...44

3.5.2 Karakteristik Populasi…...………...44

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel………....44

3.6 Teknik Analisis Data………..45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden 4.1.1 Usia………..47

4.1.2 Jenis Kelamin………..….48

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Style of Humor Mahasiswa Universitas “X” Bandung…………...48

(5)

xvi Universitas Kristen Maranatha BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan……….……73

5.2 Saran 5.2.1 Saran Penelitian Lanjutan………..75

5.2.2 Saran Guna Laksana………..75

DAFTAR PUSTAKA……….………...77

(6)

xvii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

2.1 Perbandingan Individualistik dan Kolektivistik……….29

3.1 Kisi-kisi Alat Ukur Style of Humor………..…..36

3.2 Kategori Penghayatan Budaya………..……….41

3.3 Rumus Pengukuran Validitas……….42

3.4 Rumus Pengukuran Reliabilitas………...…..43

3.5 Rumus Pengukuran Sampel untuk Estimasi Populasi………...….45

4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia………...…47

4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………....…48

4.3 Style of humor Mahasiswa Universitas “X” ……….….…48

4.4 Style of humor Mahasiswa Fakultas Ekonomi……….…..…49

4.5 Style of humor Mahasiswa Fakultas Seni Rupa Desain……….……49

4.6 Style of humor Mahasiswa Fakultas Psikologi………..…50

4.7 Style of humor Mahasiswa Fakultas Teknik………..…50

4.8 Style of humor Mahasiswa Fakultas Kedokteran………..…50

4.9 Style of humor Mahasiswa Fakultas Sastra………...50

(7)

xviii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

1.1 Kerangka Pikir………..23

(8)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini Indonesia sedang menghadapi pelbagai permasalahan global, seperti korupsi yang menyebabkan banyak pihak dirugikan, kondisi pasca bencana alam, melemahnya nilai tukar rupiah, semakin tingginya harga kebutuhan sehari-hari, tarif dasar listrik yang meningkat, kemacetan, angka pengangguran yang tinggi, kemiskinan, kejahatan, kekerasan, bahkan angka pembunuhan pun meningkat. Masyarakat merasakan ketidaknyamanan, takut, resah karena keadaan tersebut (www.antara.co.id). Ketidaknyamanan tersebut menyebabkan tekanan sehingga mengganggu kestabilan emosi pada masyarakat Indonesia.

Dalam upaya untuk mengurangi rasa tidak nyaman tersebut, individu akan melakukan sesuatu yang dapat menghiburnya. Berbagai kegiatan dapat dilakukan seperti melakukan hobi, berekreasi, pergi ke bioskop, berolahraga, bernyanyi, sampai dengan menonton acara komedi yang dapat membuat diri tertawa. Salah satu cara untuk dapat tertawa adalah melalui humor.

(9)

2

Universitas Kristen Maranatha

tidak akan dengan mudah menyerang tubuh manusia, oleh karena itu humor dianggap dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Tertawa juga dapat merangsang 15 otot muka untuk berkontraksi dan banyak rangsangan elektrik di seluruh mulut. Hal ini membuat otot wajah menjadi lebih kencang dan tampak lebih segar. Tertawa karena humor tidak hanya membuat wajah seseorang terlihat lebih segar, bahkan secara keseluruhan akan membuat seseorang merasa lebih baik (www.ruangpsikologi.com/cerahkan-harimu-dengan-tawa).

(10)

3

Universitas Kristen Maranatha

Indonesia termasuk negara dengan masyarakat dalam orientasi kolektivistik (M.F. Shellyana Junaedi, 2008). Nilai kolektivistik yang dimiliki dalam diri akan diungkapkan melalui perilaku, misalnya dengan memilih untuk mengerjakan sesuatu secara berkelompok; menjunjung nilai kesopanan antara yang muda kepada orang yang lebih tua misalnya dengan memanggil orang yang lebih tua dengan sebutan Ayah, Ibu, Paman, Bibi; mempertahankan tradisi yang diturunkan orangtua; mematuhi keputusan yang disepakati bersama dan apabila seseorang lebih mendahulukan kepentingannya sendiri, maka dirinya akan dianggap tidak loyal terhadap kelompoknya. Perilaku yang mencerminkan budaya, baik kolektivistik atau individualistik, yang dimiliki dalam diri ditunjukkan dalam semua lapisan masyarakat, baik atasan, bawahan, dosen, juga mahasiswa perguruan tinggi.

Universitas “X” Bandung merupakan perguruan tinggi yang memberikan kebijakan dalam menciptakan suasana harmonis antar warga kampus. Kebijakan ini berisi tata krama warga kampus yang menginginkan mahasiswa saling menolong, mahasiswa menghindari perselisihan pendapat, kalaupun ada perselisihan pendapat hendaknya diselesaikan dengan kekeluargaan, serta mahasiswa diminta untuk menghormati dosen dan sesama mahasiswa dengan

menggunakan sopan santun dalam bertutur kata

(11)

4

Universitas Kristen Maranatha

perilaku kolektivistik misalnya lebih memilih untuk berkelompok dalam mengerjakan tugas kuliah, menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabat, lebih memilih bersama-sama keluarga dan teman daripada bekerja seorang diri, kurang suka menonjolkan kelebihan diri, serta ketika berdiskusi akan cenderung lebih mempertimbangkan pendapat mayoritas walaupun pendapatnya berbeda, misalnya mahasiswa akan mengikuti suara terbanyak ketika akan pergi ke suatu tempat walaupun dirinya tidak ingin bepergian ke tempat tersebut dan mahasiswa akan menaati keputusan yang telah disepakati oleh kelompok. Selain terdapat mahasiswa yang menunjukkan perilaku kolektivistik, di sisi lain terdapat perilaku individualistik yaitu terdapat mahasiswa yang cenderung menonjolkan kelebihan diri, lebih memilih bekerja sendiri daripada bekerja dalam kelompok, merasa dirinya lebih berpengaruh dibanding orang lain, selain itu terdapat pula mahasiswa yang berani menilai pendapat temannya keliru saat berdiskusi dan tidak ragu mempertahankan pendapatnya walaupun berbeda dari suara mayoritas.

Mahasiswa menginternalisasi budaya tertentu mempunyai perbedaan dalam cara mengungkapkan humor, yang oleh Martin disebut sebagai style of

humor (Martin, 2007). Style of humor adalah gaya yang ditampilkan mahasiswa

dalam mengungkapkan humor. Terdapat empat style of humor, yaitu affiliative,

self enhancing, aggressive dan self defeating humor. Pada mahasiswa Universitas

(12)

5

Universitas Kristen Maranatha

yang menurutnya lucu berdasarkan pengalaman sehari-harinya, bahkan ketika mahasiswa tidak bersama orang lain untuk membantu menghindarkan diri dari emosi negatif merujuk pada kecenderungan menggunakan self enhancing humor. Adapun mahasiswa yang menggunakan humor dengan tujuan mengkritik seperti sarkasme, sindiran, olokan, ejekan, atau penghinaan, serta penggunaan yang berpotensi menyinggung perasaan orang lain merujuk pada kecenderungan menggunakan aggressive humor. Sedangkan mahasiswa yang melibatkan penggunaan humor berlebihan untuk meremehkan diri, bertujuan untuk mendapatkan penerimaan dari lingkungan dengan membuat orang lain tertawa dengan melakukan sesuatu yang konyol mengenai diri sendiri, dan merendahkan diri merujuk pada kecenderungan menggunakan self-defeating humor.

Mahasiswa diharapkan dapat berperilaku sesuai dengan latar belakang budaya tempatnya tinggal agar dapat menyesuaikan diri. Begitu pula dengan style

of humor mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki budaya kolektivistik akan

(13)

6

Universitas Kristen Maranatha

perasaan orang lain, mungkin bukan dirasakan sebagai humor, tetapi lebih dirasakan sebagai serangan. Oleh karena itu, berkemungkinan mempersulit penyesuaian diri mahasiswa. Martin tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai style

of humor lainnya berkenaan dengan pemakaiannya dalam lingkungan

kolektivistik.

(14)

7

Universitas Kristen Maranatha

kesempatan bertemu lagi, mereka tidak segan-segan untuk menyapa dan bercanda. Hal tersebut menggambarkan style of humor yang mengarah pada affilliative

humor. Sebanyak empat mahasiswa (20%) seringkali merasakan hal yang lucu

walau saat tidak bersama orang lain, mereka tertawa ketika menonton acara televisi yang dirasa lucu, dan berusaha untuk mencari sesuatu yang lucu saat dirinya berada dalam situasi yang kurang menyenangkan, hal itu menyebabkan mereka merasa beban dalam diri pun berkurang. Dengan menemukan hal lucu dalam pengalaman kesehariannya, di satu sisi mereka merasa lebih ringan menghadapi permasalahan, tetapi di sisi lain merasa semakin nyaman jika mereka dapat menemukan hal lucu tanpa orang lain. Akibatnya, tak jarang mereka merasa sendiri. Hal tersebut menggambarkan style of humor yang mengarah pada

self-enhancing humor. Sebanyak satu mahasiswa (5%) sering kali mengungkapkan

humor yang berisi hal konyol yang telah dilakukan dirinya untuk ditertawakan bersama orang lain walaupun dirinya merasa malu menceritakan hal-hal konyol yang dianggap bodoh oleh teman-temannya. Walaupun malu, ia rela melakukannya karena dengan begitu teman-temannya akan tertawa dan menghabiskan waktu lebih banyak dengan dirinya. Dirinya merasa diterima oleh orang-orang sekitarnya. Hal tersebut menggambarkan style of humor yang mengarah pada self-defeating humor.

(15)

8

Universitas Kristen Maranatha

menggunakan affiliative humor. Berdasarkan fakta yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai style of humor pada mahasiswa Universitas “X” Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Seperti apakah gambaran style of humor pada mahasiswa Universitas “X” Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai style of humor mahasiswa Universitas “X” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui style of humor yang lebih banyak digunakan oleh mahasiswa Universitas “X” Bandung, apakah self-enhancing,

affiliative, aggressive atau self-defeating humor beserta dengan

(16)

9

Universitas Kristen Maranatha 1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

• Memberikan tambahan informasi bagi Psikologi Lintas Budaya

mengenai gambaran style of humor pada mahasiswa dalam lingkungan kolektivistik.

• Memberikan tambahan informasi bagi peneliti lain yang ingin

meneliti lebih lanjut mengenai style of humor.

1.4.2 Kegunaan Praktis

• Memberikan informasi kepada pihak yang berwenang dalam

bidang kemahasiswaan di Universitas “X” mengenai style of

humor yang lebih sesuai dengan budaya tertentu dalam rangka

meningkatkan kemampuan penyesuaian sosial, misalnya mengadakan seminar, sharing, dan lain-lain.

1.5 Kerangka Pemikiran

(17)

10

Universitas Kristen Maranatha

humor berisi konsep kongkrit. Selain itu, pemikiran abstrak juga menyangkut kemampuan individu untuk membuat suatu pernyataan yang logis tentang suatu hal yang abstrak sehingga memungkinkan bagi mahasiswa tidak hanya mampu memahami lelucon tetapi juga untuk mengungkapkan lelucon.

Selain cara berpikirnya yang berkembang, pada masa dewasa awal pun ditandai dengan adanya kebutuhan untuk mengembangkan serta memperluas hubungan dengan orang lain. Selama masa ini, mahasiswa banyak terlibat secara aktif dalam mencari, memilih teman dan pasangan. Dalam berhubungan dengan orang lain, mahasiswa memerlukan cara berkomunikasi yang dapat diterima oleh orang lain agar terjalin hubungan yang hangat dan akrab seperti bersahabat, berpacaran, bekerja sama, dan lain lain. Salah satu cara berkomunikasi yang dapat diterima adalah melalui humor. Misalnya ketika mahasiswa memasuki kelas yang hampir semua orang belum dikenalnya, maka komunikasi dengan berhumor dapat mengurangi ketegangan dari situasi yang dihadapi.

(18)

11

Universitas Kristen Maranatha

inderanya, mahasiswa akan memproses arti informasi ini, dan akan memiliki persepsi tertentu. Persepsi ini akan dibandingkan dengan persepsi yang telah dimiliki mahasiswa sebelumnya. Jika kedua persepsi ini berbeda, bahkan kontradiktif, maka terjadi sinergi. Dalam mengartikan sinergi ini, mahasiswa dapat menghayatinya dengan cara serius dan tidak serius. Hal ini dikarenakan dalam kognitif mahasiswa terdapat dua keadaan kognitif yang menentukan kapan suatu situasi dianggap sebagai situasi yang tidak serius ataupun yang serius. Dua keadaan pikiran tersebut yaitu paratelic mode dan telic mode (Michael Apter dalam Martin, 2007).

(19)

12

Universitas Kristen Maranatha

dan lucu. Karena itulah, jatuhnya orang tersebut akan dianggap sebagai kejadian yang lucu dan menggelikan. Ketika jatuhnya orang tersebut terjadi di jalan raya sehingga ia mengalami cedera yang serius, mahasiswa akan memandang peristiwa tersebut dengan telic mode. Telic mode merujuk kepada keadaan kognitif yang serius.

Setelah kognitif mahasiswa memutuskan peristiwa tersebut sebagai hal yang lucu, sirkuit tertentu di otak akan terpicu sehingga mahasiswa mengalami emosi yang menyenangkan. Ketika mahasiswa berada dalam keadaan emosi yang menyenangkan, akan lebih mudah pula bagi mereka untuk menciptakan dan memahami humor. Komponen untuk mengekspresikan kepuasan yang menggembirakan karena humor adalah dengan tersenyum dan tertawa. Pada level intensitas yang rendah, ketika suatu lelucon dirasakan sebagai sesuatu yang cukup lucu, emosi ini diekspresikan dengan senyum kecil, yang berubah menjadi senyum lebar, dan menjadi tawa ketika intensitas emosinya meningkat. Pada intensitas yang sangat tinggi, emosi ini akan diekspresikan dengan tawa terbahak-bahak yang biasanya diikuti dengan wajah memerah dan gerakan badan seperti kepala ke belakang, badan bergetar, memukul paha, dan sebagainya. Selain itu, jika situasinya memungkinkan, mahasiswa akan mengungkapkan humor yang menurutnya lucu tersebut ke teman-teman di sekitarnya.

Cara mahasiswa mengungkapkan humor berbeda-beda sehingga dapat dibagi menjadi empat style of humor yaitu affiliative humor, self-enhancing

humor, aggressive humor, dan self-defeating humor (Martin, 2007). Keempat

(20)

13

Universitas Kristen Maranatha

mereka, tetapi dalam diri setiap mahasiswa terdapat style tertentu yang lebih dominan atau lebih sering digunakan. Setiap style of humor memiliki tujuan dan isi masing-masing.

Tujuan dari affiliative humor adalah memudahkan mahasiswa dalam membangun relasi, meningkatkan keeratan dan ketertarikan secara interpersonal terhadap teman dan keluarga; dan mengurangi ketegangan hubungan dengan teman dan keluarga. Dengan demikian isi pada affiliative humor adalah mengungkapkan humor ketika bersama dengan teman dan keluarga; dan mengungkapkan sesuatu yang konyol mengenai diri sendiri kepada teman dan keluarga tanpa penghayatan diri

Style berikutnya adalah self-enhancing humor. Tujuan dari self-enhancing

humor adalah untuk melakukan coping stress. Isi pada self-enhancing humor

adalah mahasiswa dapat merasakan hal yang lucu dengan mempertahankan sudut pandang humor mengenai pengalaman sehari-harinya walaupun ketika mahasiswa sedang seorang diri.

Style selanjutnya adalah aggressive humor. Tujuan dari aggressive humor

adalah untuk menyalurkan dorongan hostile dari dalam diri dan untuk memanipulasi teman dan keluarga agar mengikuti keinginan diri. Isi pada

aggressive humor adalah mengungkapkan humor melalui sarkasme, ejekan,

(21)

14

Universitas Kristen Maranatha

mengganti pakaian yang dikenakan agar sesuai dengan konsep acara yang diberikan.

Style yang terakhir adalah self-defeating humor. Tujuan dari self-defeating

humor adalah untuk memperoleh penerimaan dari teman dan keluarga;

menyembunyikan perasaan negatif yang mendasar pada diri, atau menghindari penyelesaian masalah secara konstruktif. Isi pada self-defeating humor adalah mengungkapkan humor dengan melakukan atau mengatakan hal-hal lucu yang merendahkan diri sendiri ketika bersama teman dan keluarga yang disertai dengan penghayatan diri. Misalnya, dengan mengungkapkan humor mengenai bentuk tubuhnya yang kurang proposional, individu ditertawakan oleh orang-orang di lingkungannya, dengan begitu individu merasa dirinya diterima. Sesungguhnya ia makin menginternalisasi penghayatan bahwa memang dirinya memiliki bentuk tubuh yang kurang proposional. Tetapi penghayatan bahwa ia diterima oleh lingkungan membuatnya tidak mengindahkan rasa rendah diri akan kepemilikan bentuk tubuh yang kurang proposional, sekaligus jika ia mendapatkan penghayatan diterima karena gaya humornya tersebut, ia cenderung akan mempertahankan gaya humornya.

Keempat style of humor ini muncul karena humor dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi pengaruh genetik sementara faktor eksternal meliputi pengaruh budaya dan belajar. Faktor genetik memang berpengaruh terhadap bagaimana mahasiswa mengekpresikan

style of humornya, tetapi perlu diperhatikan bahwa kontribusi faktor genetik

(22)

15

Universitas Kristen Maranatha

dapat diabaikan dan sebagian besar variasi style of humor dapat dikaitan dengan pengaruh eksternal.

Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi style of humor pada mahasiswa adalah budaya. Budaya yang ada di sekitar mahasiswa terinternalisasi dalam diri mahasiswa dan mempengaruhi nilai-nilai dalam dirinya. Nilai-nilai yang ada dalam diri mahasiswa mempengaruhi bagaimana mahasiswa mempersepsi lingkungannya dan mempengaruhi tujuan mahasiswa dalam berhumor. Selanjutnya, hal tersebut akan menentukan style of humor apa yang mahasiswa gunakan. Menurut Hofstede (1991), budaya memiliki dua dimensi yaitu individualistik dan kolektivistik. Dalam kesehariannya, kedua dimensi ini berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Individualistik merujuk kepada masyarakat dengan hubungan yang longgar antara individu-individu, setiap orang diharapkan untuk memfokuskan kepada dirinya sendiri dan keluarga dekat saja. Sebaliknya kolektivistik berkaitan dengan masyarakat di mana individu sejak lahir dan seterusnya terintegrasi dengan kuat, tingginya kohesi dalam kelompok, dan akan terus melindungi keutuhan kelompok yang disetai dengan loyalitas tak terbatas. Martin (2007) mengemukakan terdapat kecenderungan individu untuk mengungkapkan humor dengan style of humor tertentu jika ia menginternalisasi budaya tertentu.

(23)

16

Universitas Kristen Maranatha

kelompok. Mereka akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan kelompoknya. Karena pengertian itulah, maka terdapat kecenderungan bagi mahasiswa untuk mengungkapkan humor dengan tujuan agar dirinya dapat berhubungan baik dengan orang lain, memudahkan dirinya dalam membangun relasi dengan orang lain, mempererat hubungan secara interpersonal, dan mendapatkan penerimaan dari orang lain.

Jika dalam kognisi mahasiswa terdapat nilai kolektivistik yang memiliki ciri suka bekerja sama, dan lebih mementingkan tujuan kelompok daripada tujuan individual, maka hal ini membuat mahasiswa cenderung menggunakan affiliative

humor. Hal ini karena affiliative humor digunakan dengan tujuan untuk

(24)

17

Universitas Kristen Maranatha

mahasiswa justru akan membahas perbedaan tersebut dengan cara yang serius. Misalnya ditunjukkan dengan penolakan, mimik serius dengan mengernyitkan dahi dan sebagainya.

Selain itu, mahasiswa yang memiliki nilai dalam dirinya untuk lebih mementingkan tujuan kelompok daripada tujuan pribadi cenderung menggunakan

self-defeating humor. Hal ini dikarenakan self-defeating humor digunakan dengan

(25)

18

Universitas Kristen Maranatha

oleh budaya kolektivistik, memiliki kecenderungan menampilkan affiliative dan

self-defeating humor.

Mahasiswa yang menginternalisasi budaya individualistik memiliki pengertian bahwa dirinya tidak terikat dengan orang lain. Hal yang menjadi perhatian bagi dirinya adalah mengenai dirinya dan keluarga intinya atau orang yang dianggap significant person saja. Dalam benaknya, mereka menanamkan konsep “saya” dan bukan “kita”. Mereka diharapkan dapat mandiri secara pribadi sehingga tidak tergantung dengan orang lain. Oleh karena itulah dalam berhumor pun, mahasiswa memiliki kecenderungan menggunakan style of humor yang berciri lebih ke arah pribadi tanpa terlalu memikirkan kelompok dan mengungkapkan suatu hal dengan langsung, apa adanya.

(26)

19

Universitas Kristen Maranatha

persepsi itu dengan reaksi tidak serius, sesuatu yang menggelikan. Hal yang menggelikan tersebut memicu kerja pada sirkuit otak tertentu yang menghasilkan peningkatan afek dan suasana hati yang positif sehingga mahasiswa cenderung menunjukkan nonserious attitude seperti tersenyum atau bahkan tertawa. Berbeda jika hasil perbandingan persepsi dalam konteks tertentu dengan budaya yang ia miliki tidak sesuai, maka mahasiswa akan mengaktifkan telic mode. Mahasiswa akan memandang persepsi itu dengan cara yang serius, sehingga mahasiswa akan menunjukkan serious attitude seperti saat mahasiswa justru akan membahas perbedaan tersebut dengan cara yang serius. Misalnya ditunjukkan dengan penolakan, mimik serius dengan mengernyitkan dahi dan sebagainya.

Selain itu, mahasiswa yang memiliki nilai-nilai pengarahan dan pemenuhan diri cenderung menggunakan self-enhancing humor. Hal ini dikarenakan self-enhancing humor digunakan dengan tujuan untuk melakukan

coping stress dengan berupaya mempertahankan sudut pandangnya sedemikian

(27)

20

Universitas Kristen Maranatha

sehingga mahasiswa cenderung menunjukkan nonserious attitude seperti tersenyum atau bahkan tertawa. Berbeda jika hasil perbandingan persepsi dalam konteks tertentu dengan budaya yang ia miliki tidak sesuai, maka mahasiswa akan mengaktifkan telic mode. Mahasiswa akan memandang persepsi itu dengan cara yang serius, sehingga mahasiswa akan menunjukkan serious attitude seperti saat mahasiswa justru akan membahas perbedaan tersebut dengan cara yang serius. Misalnya ditunjukkan dengan penolakan, mimik serius dengan mengernyitkan dahi dan sebagainya. Oleh karena itu, mahasiswa yang dalam dirinya diwarnai oleh budaya individualistik, memiliki kecenderungan menampilkan aggresive

humor dan self-enhancing humor.

Faktor eksternal lainnya yang mempengaruhi mahasiswa mengungkapkan

style of humor tertentu adalah modeling dari significant person, misalnya

orangtua. Ketika significant person seringkali menggunakan affiliative humor maka mahasiswa akan melihat dan sekaligus belajar mengenai konteks sosial saat humor tersebut dilontarkan. Hal itu akan diingat oleh mahasiswa dan tersimpan dalam kognisinya. Di lain kesempatan ketika mahasiswa berada dalam situasi serupa dan mempersepsi sama dengan yang diingatnya, maka mahasiswa akan mengaktifkan paratelic mode, lalu ia akan mengingat kembali apa yang telah ia pelajari dan mencoba mempraktekkan affiliative humor. Jika ia mempersepsi berbeda dengan yang diingatnya maka mahasiswa akan mengaktifkan telic mode, dan tidak akan mengungkapkan humor.

(28)

21

Universitas Kristen Maranatha

humor tersebut dilontarkan. Hal itu akan diingat oleh mahasiswa dan tersimpan dalam kognisinya. Di lain kesempatan ketika mahasiswa berada dalam situasi serupa dan mempersepsi sama dengan yang diingatnya, maka mahasiswa akan mengaktifkan paratelic mode, lalu ia akan mengingat kembali apa yang telah ia pelajari dan mencoba mempraktekkan self-enhancing humor. Jika ia mempersepsi berbeda dengan yang diingatnya maka mahasiswa akan mengaktifkan telic mode, dan tidak akan mengungkapkan humor.

Ketika significant person seringkali menggunakan aggresive humor maka mahasiswa akan melihat dan sekaligus belajar mengenai konteks sosial saat humor tersebut dilontarkan. Hal itu akan diingat oleh mahasiswa dan tersimpan dalam kognisinya. Di lain kesempatan ketika mahasiswa berada dalam situasi serupa dan mempersepsi sama dengan yang diingatnya, maka mahasiswa akan mengaktifkan paratelic mode, lalu ia akan mengingat kembali apa yang telah ia pelajari dan mencoba mempraktekkan aggresive humor. Jika ia mempersepsi berbeda dengan yang diingatnya maka mahasiswa akan mengaktifkan telic mode, dan tidak akan mengungkapkan humor.

(29)

22

Universitas Kristen Maranatha

berbeda dengan yang diingatnya maka mahasiswa akan mengaktifkan telic mode, dan tidak akan mengungkapkan humor.

Faktor eksternal lain yang mempengaruhi style of humor adalah

reinforcement yang diperoleh mahasiswa dari lingkungan. Style of humor tertentu

yang mendapatkan reinforcement positif seperti keberhasilan membuat diri dan atau orang lain tertawa, tersenyum pada situasi tertentu, penerimaan dari lingkungan dan lainnya akan cenderung dipertahankan oleh mahasiswa, dan kemungkinan besar akan diulangi. Sedangkan apabila mahasiswa mengungkapkan

style of humor tertentu tetapi tidak mengundang tawa dari orang-orang

(30)

23

Universitas Kristen Maranatha 1.1 Bagan Kerangka Pikir

1.6 Asumsi

- Mahasiswa Universitas “X” Bandung mengekspresikan style of humor yang berbeda-beda yaitu affiliative, self enhancing, aggressive, dan self defeating

humor tergantung dari faktor budaya dalam dirinya, modeling dan

reinforcement yang diperoleh diri dari lingkungan.

Mahasiswa Universitas “X”

Bandung

Affiliative

Faktor yang mempengaruhi: kolektivistik, individualistik,

modeling, reinforcement.

Self Enhancing

Proses humor: • konteks sosial • proses kognitif

perseptual

• respon emosional • ekspresi humor

Self Defeating Style of Humor

Aggressive

(31)

33

Universitas Kristen Maranatha BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan teknik survei. Penelitian ini bertujuan untuk membuat uraian, gambaran secara sistematis, dan akurat mengenai style of humor pada mahasiswa Universitas “X” Bandung.

3.2 Prosedur Penelitian

Bagan 3.1 Prosedur Penelitian

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.3.1 Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri atas satu variabel yaitu style of humor.

Style of Humor

Affiliative

Self Enhancing

Aggressive

Self Defeating Mahasiswa

Universitas “X” Bandung Kuesioner

(32)

34

Universitas Kristen Maranatha

3.3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional dari style of humor adalah seberapa sering mahasiswa Universitas “X” Bandung mengungkapkan humor dengan menggunakan style tertentu.

Style of humor, terdiri dari:

1. Affiliative humor: seberapa sering mahasiswa mengungkapkan

humor ketika bersama dengan teman dan keluarga untuk memudahkan mahasiswa dalam membangun relasi, meningkatkan keeratan dan ketertarikan secara interpersonal terhadap teman dan keluarga; mengungkapkan humor ketika bersama teman dan keluarga untuk mengurangi ketegangan hubungan diantaranya; mengungkapkan sesuatu yang konyol mengenai diri sendiri kepada teman dan keluarga tanpa penghayatan diri untuk memudahkan mahasiswa dalam membangun relasi, meningkatkan keeratan dan ketertarikan secara interpersonal terhadap teman dan keluarga; mengungkapkan sesuatu yang konyol mengenai diri sendiri kepada teman dan keluarga tanpa pengahayatan diri untuk mengurangi ketegangan hubungan diantaranya.

2. Self enhancing humor: seberapa sering mahasiswa merasakan hal

(33)

35

Universitas Kristen Maranatha

3. Aggressive humor: seberapa sering mahasiswa mengungkapkan

humor melalui sarkasme, ejekan, sindiran, kepada teman dan keluarga yang dikemas dalam humor tanpa memikirkan pengaruhnya terhadap orang lain untuk menyalurkan dorongan

hostile dari dalam diri; mengungkapkan humor melalui sarkasme,

ejekan, sindiran, kepada teman dan keluarga yang dikemas dalam humor tanpa memikirkan pengaruhnya terhadap orang lain untuk memanipulasi teman dan keluarga agar mengikuti keinginan diri. 4. Self defeating humor: seberapa sering mahasiswa mengungkapkan

humor dengan melakukan atau mengatakan hal-hal lucu yang merendahkan diri sendiri ketika bersama teman dan keluarga yang disertai dengan penghayatan diri untuk memperoleh penerimaan dari teman dan keluarga; mengungkapkan humor dengan melakukan atau mengatakan hal-hal lucu yang merendahkan diri sendiri ketika bersama teman dan keluarga yang disertai dengan penghayatan diri untuk menyembunyikan perasaan negatif yang mendasar pada diri, atau menghindari penyelesaian masalah secara konstruktif.

3.4 Alat Ukur

3.4.1 Humor Style Questionnaire

(34)

36

Universitas Kristen Maranatha

[image:34.595.84.561.264.748.2]

pernyataan untuk mengetahui style of humor yang lebih dominan digunakan oleh mahasiswa Universitas “X” Bandung. Pernyataan-pernyataan tersebut didasarkan pada empat style of humor yang akan dikaji melalui indikator yang digunakan, seperti terlihat dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur Style of Humor

Style Aspek Indikator No. Item

Isi Tujuan

Affiliative 1. mengungkap-kan humor ketika

bersama dengan teman dan keluarga

1. memudahkan mahasiswa dalam membangun relasi, meningkat-kan keeratan dan

ketertarikan secara interpersonal terhadap teman dan keluarga

1.1 mengungkapkan humor ketika bersama dengan teman dan keluarga untuk memudahkan mahasiswa dalam membangun relasi, meningkatkan keeratan dan ketertarikan secara interpersonal terhadap teman dan keluarga.

1.2 mengungkapkan humor ketika bersama teman dan keluarga untuk mengurangi ketegangan hubungan diantaranya.

2.1 mengungkapkan sesuatu yang konyol mengenai diri sendiri kepada teman dan keluarga tanpa penghayatan diri untuk memudahkan

1, 5, 9

13, 17, 21

25, 29, 33

2. mengungkap-kan sesuatu yang konyol mengenai diri sendiri

kepada teman dan keluarga

(35)

37

Universitas Kristen Maranatha

tanpa

penghayatan diri

mahasiswa dalam

membangun relasi, meningkatkan keeratan dan ketertarikan secara interpersonal terhadap teman dan keluarga.

2.2 mengungkapkan sesuatu yang konyol mengenai diri sendiri kepada teman dan keluarga tanpa pengahayatan diri untuk mengurangi ketegangan hubungan diantaranya.

37, 41, 45

Self-enhancing

merasakan hal

yang lucu

dengan

mempertahan-kan sudut

pandang humor mengenai

pengalaman sehari-harinya ketika

mahasiswa sedang seorang diri

coping stres merasakan hal yang lucu dengan mempertahankan sudut pandang humor mengenai pengalaman sehari-harinya ketika mahasiswa sedang seorang diri untuk coping stres.

2, 6, 10, 14, 18, 22, 26, 30, 34, 38, 42, 46,

Aggressive 1. mengungkapk an humor melalui

1. menyalurkan dorongan

hostile dari

1.1 mengungkapkan humor melalui sarkasme, ejekan, sindiran, kepada teman dan

(36)

38

Universitas Kristen Maranatha

sarkasme, ejekan, sindiran, kepada teman dan keluarga yang dikemas dalam humor tanpa

memikirkan pengaruhnya terhadap orang lain

dalam diri keluarga yang dikemas dalam humor tanpa memikirkan pengaruhnya terhadap orang lain untuk menyalurkan dorongan

hostile dari dalam diri.

27, 31, 35, 39, 43, 47 2.

memanipula-si teman dan keluarga agar mengikuti keinginan diri

1.2 mengungkapkan humor melalui sarkasme, ejekan, sindiran, kepada teman dan keluarga yang dikemas dalam humor tanpa memikirkan pengaruhnya terhadap orang lain untuk memanipulasi teman dan keluarga agar mengikuti keinginan diri.

Self-defeating

1. mengungkap-kan humor dengan

melakukan atau

mengatakan hal-hal lucu yang

merendahkan diri sendiri ketika

bersama teman dan

1. memperoleh penerimaan dari teman dan keluarga

1.1 mengungkapkan humor dengan melakukan atau mengatakan hal-hal lucu yang merendahkan diri sendiri ketika bersama teman dan keluarga yang

disertai dengan

penghayatan diri untuk memperoleh penerimaan dari teman dan keluarga.

(37)

39

Universitas Kristen Maranatha

keluarga yang disertai dengan penghayatan diri

2. menyembu-nyikan perasaan negatif yang mendasar pada diri, atau menghindari penyelesaian masalah secara konstruktif

1.2 mengungkapkan humor dengan melakukan atau mengatakan hal-hal lucu yang merendahkan diri sendiri ketika bersama teman dan keluarga yang

disertai dengan

penghayatan diri untuk menyembunyikan perasaan negatif yang mendasar pada diri, atau menghindari penyelesaian masalah secara konstruktif.

28, 32, 36, 40, 44, 48

3.4.1.1. Sistem Penilaian

Sistem penilaian digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai style of humor pada mahasiswa Universitas “X” Bandung.

Penilaiannya adalah:

- Nilai 4 untuk jawaban sangat sering (SS) - Nilai 3 untuk jawaban sering (S)

- Nilai 2 untuk jawaban jarang (J)

(38)

40

Universitas Kristen Maranatha

Cara mengisi kuesioner adalah dengan memilih pilihan jawaban yang paling sesuai dengan keadaan mahasiswa ketika dirinya mengungkapkan humor.

Langkah penilaian dimulai dari menjumlahkan skor total pada masing-masing style, lalu skor yang paling tinggi dari ke-empat style of

humor adalah style dominan yang digunakan mahasiswa. Jika skor yang

diperoleh sama besar, maka dikatakan mahasiswa memakai style of

humor kombinasi.

3.4.2 Data Pribadi dan Penunjang

Data pribadi berisi usia, jenis kelamin, fakultas serta jurusan. Data penunjang berisi pertanyaan dengan pilihan-pilihan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan style of

humor yaitu budaya dalam diri, pengalaman modeling serta

reinforcement yang diterima mahasiswa.

(39)

41

[image:39.595.157.515.132.368.2]

Universitas Kristen Maranatha Tabel 3.2 Kategori Penghayatan Budaya

Jumlah pilihan kolektivistik

Jumlah pilihan individualistik

Orientasi budaya

7 2 kolektivistik

6 3 kolektivistik

5 4 cenderung kolektivistik

4 5 cenderung individualistik

3 6 individualistik

2 7 individualistik

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

3.4.3.1 Validitas Alat Ukur

Suatu alat ukur dapat dikatakan objektif bila memiliki validitas yang tinggi. Validitas alat ukur adalah ketepatan alat ukur dalam mengukur gejala yang akan diukur, dalam penelitian ini adalah style of humor pada mahasiswa.

(40)

42

[image:40.595.203.513.120.252.2]

Universitas Kristen Maranatha Tabel 3.3 Rumus Pengukuran Validitas

2 2

2 2

2

2 x y

d y x r i s ∑ ∑ ∑ − ∑ + ∑ =

Dengan ∑x = NN −∑Tx

12

3 2

dan ∑y = NN −∑Ty

12

3 2

Atau dengan menggunakan program SPSS 15, dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membuat daftar N subjek berikut skor total untuk keempat

style of humor.

2. Menghitung koefisien korelasi spearman melalui analyzer

correlate bivariate.

Untuk menentukan valid atau tidaknya alat ukur, indeks validasi yang telah didapat dibandingkan dengan kriteria Guilford (1965), yaitu:

0,00 – 0,19 : validitas sangat rendah, item tidak digunakan 0,20 – 0,39 : validitas rendah, item direvisi

0,40 – 0,69 : validitas sedang, item digunakan 0,70 – 0,89 : validitas tinggi, item digunakan

0,90 – 1,00 : validitas sangat tinggi, item digunakan

(41)

43

Universitas Kristen Maranatha

3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur

[image:41.595.257.369.251.304.2]

Suatu alat ukur yang baik selain harus valid, harus pula reliabel. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus alpha cronbach, yaitu:

Tabel 3.4 Rumus Pengukuran Reliabilitas

      ∑ − − = Vt V n n i 1 1 α

Atau dengan menggunakan program SPSS 15, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membuat daftar N subjek

2. Menghitung reliabilitas melalui analyzer scale reliability

analysis model alpha.

Untuk menentukan reliabilitas, menggunakan kriteria Guilford (1965), yaitu:

0,00 – 0,19 : reliabilitas sangat rendah 0,20 – 0,39 : reliabilitas rendah

0,40 – 0,69 : reliabilitas sedang 0,70 – 0,89 : reliabilitas tinggi

0,90 – 1,00 : reliabilitas sangat tinggi

(42)

44

Universitas Kristen Maranatha 3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel

3.5.1 Populasi Sasaran

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Universitas “X” Bandung.

3.5.2 Karakteristik Populasi

Subjek adalah mahasiswa Universitas “X” Bandung.

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah proportionate

stratified random sampling (sampling acak proporsional dengan

stratifikasi). Dengan sampling ini, populasi digolongkan menurut ciri tertentu, setelah itu mencari data mengenai jumlah tiap golongan. Penentuan sampel dari tiap golongan dilakukan secara acak (Nasution, 2003).

(43)

45

Universitas Kristen Maranatha Tabel 3.5 Rumus Pengukuran Sampel untuk Estimasi Populasi

. 1

1 1

dimana D = ^ dengan B (bound of error) = 0,05, maka D = 0,000625

p = 0,5 dengan N = 5828. Maka, jumlah sampel yang sekurang-kurangnya terambil agar dapat merepresentasikan populasi yaitu sebanyak 373 mahasiswa.

Pada populasi penelitian, penggolongan dilakukan berdasarkan fakultas yang terdapat di Universitas “X” Bandung. Cara untuk menghitung jumlah sampel tiap fakultas berdasarkan proporsi adalah dengan rumus:

n fakultas = x 373

begitupun dengan menghitung jumlah sampel setiap jurusan pada fakultas tertentu, yaitu:

n per jurusan = x n fakultas

(untuk lebih jelas, lihat lampiran L.8)

3.6 Teknik Analisis Data

(44)

46

Universitas Kristen Maranatha

apa style of humor yang lebih dominan diungkapkan oleh mahasiswa Universitas “X” Bandung.

persentase = x 100%

Keterangan:

f : frekuensi

n: jumlah responden

(45)

47

Universitas Kristen Maranatha BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 379 responden. Hasil penelitian akan diuraikan dengan sistematika sebagai berikut:

1. Gambaran responden 2. Hasil penelitian

3. Pembahasan hasil penelitian

4.1 Gambaran Responden

[image:45.595.174.458.465.704.2]

4.1.1 Usia

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah (orang) Persentase

20 164 43.27%

21 99 26.12%

22 80 21.11%

23 14 3.69%

24 8 2.11%

25 6 1.58%

26 5 1.32%

27 1 0.26%

28 2 0.53%

(46)

48

Universitas Kristen Maranatha

Dari keseluruhan responden, 43.27% berusia 20 tahun; 26.12% berusia 21 tahun; 21.11% berusia 22 tahun; 3.69% berusia 23 tahun; 2.11% berusia 24 tahun; 1.58% berusia 25 tahun; 1.32% berusia 26 tahun; 0.26% berusia 27 tahun; serta 0.53% berusia 28 tahun.

[image:46.595.178.460.301.391.2]

4.1.2 Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase

Laki-laki 141 37.2%

Perempuan 238 62.8%

Total 379 100%

Dari keseluruhan responden, 37.2% berjenis kelamin laki-laki dan 62.8% berjenis kelamin perempuan.

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dijaring melalui kuesioner, diperoleh data style of humor pada mahasiswa Universitas “X”, sebagai berikut:

4.2.1 Style of Humor Mahasiswa Universitas “X” Bandung

Tabel 4.3 Style of humor Mahasiswa Universitas “X”

Style of humor Jumlah (orang) Persentase (%)

Affiliative humor (Aff) 133 35.09%

Self-enhancing humor (SE) 173 45.65%

Aggressive humor (Agg) 31 8.18%

[image:46.595.135.508.630.740.2]
(47)

49

Universitas Kristen Maranatha

Aff - SE humor 20 5.28%

Aff – Agg humor 2 0.53%

Aff – SD humor 7 1.85%

SE – Agg humor 1 0.26%

SE – SD humor 1 0.26%

Agg – SD humor 1 0.26%

Total 379 100%

[image:47.595.134.508.113.264.2]

4.2.2 Style of Humor Mahasiswa Setiap Fakultas di Universitas “X” 4.2.2.1 Style of Humor Mahasiswa Fakultas Ekonomi

Tabel 4.4 Style of humor Mahasiswa Fakultas Ekonomi

Fakultas

Style of Humor

Total

Aff SE Agg SD Aff-SE

Aff-Agg Aff-SD

SE-Agg

Ekonomi 28 54 7 4 5 1 1 1 101

27.72% 53.47% 6.93% 3.96% 4.95% 0.99% 0.99% 0.99% 100%

[image:47.595.77.561.552.667.2]

4.2.2.2 Style of Humor Mahasiswa Fakultas Seni Rupa Desain

Tabel 4.5 Style of humor Mahasiswa Fakultas Seni Rupa Desain

Fakultas

Style of Humor

Total

Aff SE Agg SD Aff-SE Aff-SD SE-SD

Agg-SD

SRP 36 47 2 2 9 1 1 1 99

(48)

50

Universitas Kristen Maranatha

[image:48.595.120.522.164.253.2]

4.2.2.3 Style of Humor Mahasiswa Fakultas Psikologi

Tabel 4.6 Style of humor Mahasiswa Fakultas Psikologi

Fakultas Style of Humor

Total

Aff SE Agg SD Aff-SE Aff-SD

Psikologi 28 37 1 2 3 1 72

38.89% 51.39% 1.39% 2.78% 4.17% 1.39% 100%

[image:48.595.171.478.329.420.2]

4.2.2.4 Style of Humor Mahasiswa Fakultas Teknik

Tabel 4.7 Style of humor Mahasiswa Fakultas Teknik

Fakultas Style of Humor Total

Aff SE Agg Aff-SD

Teknik 5 14 18 2 39

12.82% 35.90% 46.15% 5.13% 100%

4.2.2.5 Style of Humor Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Tabel 4.8 Style of humor Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Fakultas

Style of Humor

Total

Aff SE Agg SD Aff-Agg

Kedokteran 13 8 3 1 1 26

50.00% 30.77% 11.54% 3.85% 3.85% 100%

4.2.2.6 Style of Humor Mahasiswa Fakultas Sastra

Tabel 4.9 Style of humor Mahasiswa Fakultas Sastra

Fakultas Style of Humor Total

Aff SE Aff-SE Aff-SD

Sastra 13 4 3 2 22

[image:48.595.144.499.495.585.2] [image:48.595.170.478.653.746.2]
(49)

51

Universitas Kristen Maranatha

[image:49.595.195.441.164.253.2]

4.2.2.7 Style of Humor Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi

Tabel 4.10 Style of humor Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi

Fakultas Style of Humor Total

Aff SD SE

IT 10 1 9 20

50.00% 5.00% 45.00% 100%

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 4.3), diperoleh bahwa 45.65% responden menggunakan self-enhancing humor dalam kehidupan sehari-harinya. Sebanyak 35.09% menggunakan affliliative humor; sebanyak 8.18% menggunakan aggresive humor; sebanyak 5.28% menggunakan Aff-SE

humor; sebanyak 2.64% menggunakan self-defeating humor; sebanyak 1.85%

menggunakan Aff-SD humor; sebanyak 0.53% menggunakan Aff-Agg humor; dan masing-masing sebanyak 0.26% menggunakan SE-Agg humor, SE-SD

humor, Agg-SD humor dalam kehidupan sehari-harinya.

(50)

52

Universitas Kristen Maranatha

Martin (2007) mengemukakan terdapat kecenderungan individu untuk mengungkapkan humor dengan style of humor tertentu jika ia menginternalisasi budaya tertentu. Mahasiswa yang memiliki budaya individualistik dan cenderung individualistik, cenderung menggunakan

self-enhancing dan aggressive humor dalam kesehariaanya. Sedangkan

mahasiswa yang memiliki budaya kolektivistik dan cenderung kolektivistik memiliki kecenderungan untuk menggunakan affiliative dan self-defeating

humor dalam kesehariaannya.

Berdasarkan data budaya yang diperoleh (Tabel L.6.2.1), 35.63% responden memiliki budaya cenderung individualistik, 26.91% responden memiliki budaya cenderung kolektivistik, 24.8% responden memiliki budaya individualistik, dan 12.66% responden memiliki budaya kolektivistik. Berdasarkan data tabulasi silang budaya yang terinternalisasi dan style of

humor pada responden (Tabel L.7.1.1), nampak bahwa pada responden yang

memiliki budaya cenderung individualistik, 45.19% menggunakan

self-enhancing humor dan 30.37% responden menggunakan affiliative humor

dalam kesehariannya; pada responden yang memiliki budaya cenderung kolektivistik, 50% menggunakan self-enhancing humor dan 38.54% menggunakan affiliative humor dalam kesehariannya; pada responden yang memiliki budaya individualistik, 40.43% menggunakan self-enhancing humor dan 39.36% menggunakan affiliative humor dalam kesehariannya; serta pada responden yang memiliki budaya kolektivistik 47.92% menggunakan

(51)

53

Universitas Kristen Maranatha

kesehariannya. Dari penjelasan di atas nampak bahwa baik responden yang memiliki budaya individualistik atau kolektivistik, masing-masing menunjukkan kecenderungan untuk menggunakan self-enhancing humor dan

affiliative humor dalam kesehariannya.

Faktor lain yang mempengaruhi style of humor yaitu reinforcement yang diterima dari lingkungan saat diri berhumor. Reinforcement yang positif dari lingkungan seperti penerimaan, reaksi tertawa, tersenyum, dan reaksi positif lainnya akan meningkatkan kemungkinan mahasiswa untuk mengulangi pengungkapan humor dengan style of humor tertentu. Sedangkan reaksi negatif dari lingkungan seperti pengabaian, diam, penolakan, dan reaksi negatif lainnya akan menurunkan kemungkinan mahasiswa mengulangi pengungkapan humor dengan style of humor tertentu. Berdasarkan data

reinforcement yang responden terima (Tabel L.6.2.3.1), 97.89% responden

mendapatkan reinforcement positif dari lingkungan ketika mereka berhumor, dan sebanyak 2.11% mendapatkan reinforcement negatif dari lingkungan. Berdasarkan data tabulasi reinforcement dan style of humor (Tabel L.7.1.2), nampak bahwa pada responden yang mendapat reinforcerment positif, 45.82% menggunakan self-enhancing humor dan 35.58% responden menggunakan affiliative humor dalam kesehariaanya. Dari pemaparan tersebut, nampak bahwa lingkungan akan lebih memberi reaksi positif jika mahasiswa menggunakan self-enhancing humor.

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi style of humor adalah hasil

(52)

54

Universitas Kristen Maranatha

misalnya orangtua. Berdasarkan data modeling pada responden (Tabel L.6.2.2.1) nampak bahwa 54.61% responden tidak memiliki kesesuaian style

of humor dengan orangtua, dan sebanyak 45.39% responden memiliki

kesesuaian style of humor dengan orangtuanya. Berdasarkan data tabulasi

modeling dan style of humor (Tabel L.7.1.3), terlihat bahwa pada responden

yang tidak memiliki kesesuaian style of humor diri dengan orang tua, 68.6% menggunakan self-enhancing humor; dan pada responden yang memiliki kesesuaian style of humor diri dengan orang tua, 60.47% menggunakan

affiliative humor dalam kesehariannya. Hal ini menunjukkan bahwa

mahasiswa di Universitas “X” lebih banyak tidak melakukan modeling terhadap style of humor orangtuanya dan style of humor yang cenderung akan ditiru oleh mahasiswa dari orangtuanya adalah affiliative humor.

Berdasarkan pemaparan di atas, nampak bahwa dari ketiga faktor yang mempengaruhi style of humor, reinforcement merupakan faktor yang lebih berperan terhadap style of humor yang ditampilkan mahasiswa dibandingkan faktor modeling dan budaya.

Pada pembahasan selanjutnya, peneliti akan membahas penggunaan

style of humor pada mahasiswa setiap fakultas di Universitas “X” Bandung.

Pembahasan pertama dimulai dari fakultas Ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 4.4), terlihat bahwa 53.47% responden menggunakan

self-enhancing humor dalam kesehariannya. Sebanyak 27.72% menggunakan

(53)

55

Universitas Kristen Maranatha

sebanyak 4.95% menggunakan Aff-SE humor; sebanyak 3.96% menggunakan

self-defeating humor dalam kesehariannya; dan masing-masing sebanyak

0.99% menggunakan Aff-Agg, Aff-SD, dan SE-Agg humor dalam kehidupan sehari-harinya.

Menurut Martin (2007), style of humor dipengaruhi oleh faktor budaya yang terinternalisasi dalam diri, modeling, dan reinforcement yang diterima dari lingkungan. Berdasarkan data budaya yang diperoleh (Tabel L.6.2.1.2), 36.63% responden memiliki budaya cenderung individualistik, 30.69% responden memiliki budaya cenderung kolektivistik, 17.82% responden memiliki budaya individualistik, dan 14.85% responden memiliki budaya kolektivistik. Berdasarkan data tabulasi silang budaya yang terinternalisasi dan style of humor pada responden (Tabel L.7.2.1), nampak bahwa pada responden yang memiliki budaya cenderung individualistik, 51.35% menggunakan self-enhancing humor, dan 27.03% menggunakan

affiliative humor; pada responden yang memiliki budaya cenderung

kolektivistik, sebanyak 51.61% menggunakan self-enhancing humor dan 32.26% menggunakan affiliative humor; pada responden yang memiliki budaya individualistik, sebanyak 55.56% menggunakan self-enhancing

humor dan 22.22% menggunakan affiliative humor; dan pada responden yang

(54)

56

Universitas Kristen Maranatha

menggunakan self-enhancing humor dan affiliative humor dalam

kesehariannya.

Faktor lain yang mempengaruhi style of humor yaitu reinforcement yang diterima dari lingkungan saat diri berhumor. Berdasarkan data

reinforcement yang responden terima (Tabel L.6.2.3.2), 99.01% responden

mendapatkan reinforcement positif dari lingkungan ketika mereka berhumor, dan sebanyak 0.99% mendapatkan reinforcement negatif dari lingkungan. Berdasarkan data tabulasi reinforcement dan style of humor (Tabel L.7.2.2), nampak bahwa pada responden yang mendapatkan reinforcement positif, 54% menggunakan self-enhancing humor dan 28% menggunakan affiliative humor dalam kesehariaanya. Dari pemaparan tersebut, nampak bahwa lingkungan akan lebih memberi reaksi positif jika mahasiswa menggunakan

self-enhancing humor.

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi style of humor adalah hasil

modeling style of humor diri terhadap style of humor significant person,

misalnya orangtua. Berdasarkan data modeling pada responden (Tabel L.6.2.2.2) nampak bahwa 57.43% responden tidak memiliki kesesuaian style

of humor dengan orangtua, dan sebanyak 42.57% responden memiliki

kesesuaian style of humor dengan orangtuanya. Berdasarkan data tabulasi

modeling dan style of humor (Tabel L.7.2.3), terlihat bahwa pada responden

yang tidak memiliki kesesuaian style of humor diri dengan orang tua, 65.52% menggunakan self-enhancing humor dan 15.52% menggunakan affiliative

(55)

57

Universitas Kristen Maranatha

kesesuaian style of humor diri dengan orang tua, 44.19% menggunakan

affiliative humor dan 37.12% menggunakan self-enhancing humor dalam

kesehariannya. Hal ini menunjukkan bahwa style of humor yang cenderung akan ditiru oleh mahasiswa dari orangtuanya adalah affiliative humor.

Berdasarkan pemaparan di atas, nampak bahwa dari ketiga faktor yang mempengaruhi style of humor, reinforcement merupakan faktor yang lebih berperan terhadap style of humor yang ditampilkan mahasiswa dibandingkan faktor modeling dan budaya.

Pembahasan selanjutnya dari fakultas Seni Rupa Desain. Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 4.5), 47.47% responden menggunakan

self-enhancing humor dalam kehidupan sehari-harinya. Sebanyak 36.36%

menggunakan affliliative humor; sebanyak 9.09% menggunakan Aff-SE

humor; masing-masing sebanyak 2.02% menggunakan aggresive dan

self-defeating humor; dan masing-masing sebanyak 1.01% menggunakan Aff-SD,

SE-SD, dan Agg-SD humor dalam kehidupan sehari-harinya.

(56)

58

Universitas Kristen Maranatha

dan style of humor pada responden (Tabel L.7.3.1), nampak bahwa pada responden yang memiliki budaya cenderung kolektivistik, 53.33% menggunakan self-enhancing humor dan 40% menggunakan affiliative humor dalam kesehariannya; pada responden yang memiliki budaya kolektivistik, 53.33% menggunakan self-enhancing humor dan 20% menggunakan

affiliative humor dalam kesehariannya; pada responden yang memiliki

budaya cenderung individualistik, 46.67% menggunakan self-enhancing

humor dan 36.67% menggunakan affiliative humor dalam kesehariannya;

pada responden yang memiliki budaya individualistik, 41.67% menggunakan

affiliative humor dan 37.5% menggunakan self-enhancing humor dalam

kesehariannya. Dari penjelasan di atas nampak bahwa baik responden yang memiliki budaya individualistik atau kolektivistik, masing-masing menunjukkan kecenderungan untuk menggunakan self-enhancing humor dan

affiliative humor dalam kesehariannya.

Faktor lain yang mempengaruhi style of humor yaitu reinforcement yang diterima dari lingkungan saat diri berhumor. Berdasarkan data

reinforcement yang responden terima (Tabel L.6.2.3.2), 97.98% responden

mendapatkan reinforcement positif dari lingkungan ketika mereka berhumor, dan sebanyak 2.02% mendapatkan reinforcement negatif dari lingkungan. Berdasarkan data tabulasi reinforcement dan style of humor (Tabel L.7.3.2), nampak bahwa pada responden yang mendapatkan reinforcement positif, 47.42% menggunakan self-enhancing humor dan 36.08% menggunakan

(57)

59

Universitas Kristen Maranatha

bahwa lingkungan akan lebih memberi reaksi positif jika mahasiswa menggunakan self-enhancing dan affiliative humor.

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi style of humor adalah hasil

modeling style of humor diri terhadap style of humor significant person,

misalnya orangtua. Berdasarkan data modeling pada responden (Tabel L.6.2.2.2) nampak bahwa 55.56% responden tidak memiliki kesesuaian style

of humor dengan orangtua, dan sebanyak 44.44% responden memiliki

kesesuaian style of humor dengan orangtuanya. Berdasarkan data tabulasi

modeling dan style of humor (Tabel L.7.3.3), terlihat bahwa pada responden

yang tidak memiliki kesesuaian style of humor diri dengan orang tua, 72.73% menggunakan self-enhancing humor dan 14.55% menggunakan affiliative

humor; pada responden yang memiliki kesesuaian style of humor diri dengan

orang tua, 63.64% menggunakan affiliative humor dan 15.91% menggunakan

self-enhancing humor dalam kesehariannya. Hal ini menunjukkan bahwa style

of humor yang cenderung akan ditiru oleh mahasiswa dari orangtuanya adalah

affiliative humor.

Berdasarkan pemaparan di atas, nampak bahwa dari ketiga faktor yang mempengaruhi style of humor, maka reinforcement merupakan faktor yang lebih berperan terhadap style of humor yang ditampilkan mahasiswa dibandingkan faktor modeling dan budaya.

(58)

60

Universitas Kristen Maranatha humor dalam kehidupan sehari-harinya. Sebanyak 38.89% menggunakan

affliliative humor; sebanyak 4.17% menggunakan Aff-SE humor; sebanyak

2.78% menggunakan self-defeating humor; dan masing-masing sebanyak 1.39% menggunakan aggresive dan Aff-SD humor dalam kehidupan sehari-harinya.

Menurut Martin (2007), style of humor dipengaruhi oleh faktor budaya yang terinternalisasi dalam diri, modeling, dan reinforcement yang diterima dari lingkungan. Berdasarkan data budaya yang diperoleh (Tabel L.6.2.1.2), 37.5% responden terinternalisasi budaya cenderung individualistik, 27.78% responden terinternalisasi budaya cenderung kolektivistik, 23.61% responden terinternalisasi budaya individualistik, dan 11.11% responden terinternalisasi budaya kolektivistik. Berdasarkan data tabulasi silang budaya yang terinternalisasi dan style of humor pada responden (Tabel L.7.4.1), nampak bahwa pada responden yang memiliki budaya cenderung individualistik, masing-masing sebanyak 40.74% menggunakan self-enhancing humor dan affiliative humor. Pada responden yang memiliki budaya cenderung kolektivistik, 60% menggunakan

self-enhancing humor dan 35% responden menggunakan affiliative humor; pada

responden yang memiliki budaya individualistik, 58.82% menggunakan

self-enhancing humor dan 41.18% menggunakan affiliative humor; pada

responden yang memiliki budaya kolektivistik, 50% menggunakan

self-enhancing humor dan 37.5% menggunakan affiliative humor dalam

(59)

61

Universitas Kristen Maranatha

memiliki budaya individualistik atau kolektivistik, masing-masing menunjukkan kecenderungan untuk menggunakan self-enhancing humor dan

affiliative humor dalam kesehariannya.

Faktor lain yang mempengaruhi style of humor yaitu reinforcement yang diterima dari lingkungan saat diri berhumor. Berdasarkan data

reinforcement yang responden terima (Tabel L.6.2.3.2), 97.22% responden

mendapatkan reinforcement positif dari lingkungan ketika mereka berhumor, dan sebanyak 2.71% mendapatkan reinforcement negatif dari lingkungan. Berdasarkan data tabulasi reinforcement dan style of humor (Tabel L.7.2.2), nampak bahwa pada responden yang mendapatkan reinforcement positif, 51.43% menggunakan self-enhancing humor dan 40% menggunakan

affiliative humor dalam kesehariaanya. Dari pemaparan tersebut, nampak

bahwa lingkungan akan lebih memberi reaksi positif jika mahasiswa menggunakan self-enhancing dan affiliative humor.

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi style of humor adalah hasil

modeling style of humor diri terhadap style of humor significant person,

misalnya orangtua. Berdasarkan data modeling pada responden (Tabel L.6.2.2.2) nampak bahwa 58.34% responden tidak memiliki kesesuaian style

of humor dengan orangtua, dan sebanyak 41.66% responden memiliki

kesesuaian style of humor dengan orangtuanya. Berdasarkan data tabulasi

modeling dan style of humor (Tabel L.7.4.3), terlihat bahwa pada responden

(60)

62

Universitas Kristen Maranatha

memiliki kesesuaian style of humor diri dengan orang tua, 83.33% menggunakan affiliative humor dalam kesehariannya. Hal ini menunjukkan bahwa style of humor yang cenderung akan ditiru oleh mahasiswa dari orangtuanya adalah affiliative humor.

Berdasarkan pemaparan di atas, nampak bahwa dari ketiga faktor yang mempengaruhi style of humor, reinforcement merupakan faktor yang lebih berperan terhadap style of humor yang ditampilkan mahasiswa dibandingkan faktor modeling dan budaya.

Pembahasan selanjutnya dari fakultas Teknik. Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 4.7), terlihat bahwa 46.15% responden menggunakan

aggresive humor dalam kehidupan sehari-harinya. Sebanyak 35.9%

menggunakan self-enhancing humor; sebanyak 12.82% menggunakan

affiliative humor; sebanyak 5.13% menggunakan Aff-SD humor dalam

kehidupan sehari-harinya.

(61)

63

Universitas Kristen Maranatha

bahwa pada responden yang memiliki budaya cenderung individualistik, 52.94% menggunakan aggressive humor dan 35.29% responden menggunakan self-enhancing humor. Pada responden yang memiliki budaya individualistik, 60% menggunakan aggresive humor dan 30% responden menggunakan self-enhancing humor; pada responden yang memiliki budaya cenderung kolektivistik, masing-masing sebanyak 28.57% menggunakan

affiliative, self-enhancing, dan aggresive humor; pada responden yang

memiliki budaya kolektivistik, 60% menggunakan self-enhancing humor dan masing-masing sebanyak 20% menggunakan aggressive dan Aff-SD humor dalam kesehariannya. Dari penjelasan di atas nampak bahwa baik responden yang memiliki budaya individualistik atau kolektivistik, masing-masing menunjukkan kecenderungan untuk menggunakan self-enhancing humor dan

aggressive humor dalam kesehariannya.

Faktor lain yang mempengaruhi style of humor yaitu reinforcement yang diterima dari lingkungan saat diri berhumor. Berdasarkan data

reinforcement yang responden terima (Tabel L.6.2.3.2), 92.3% responden

(62)

64

Universitas Kristen Maranatha

mahasiswa fakultas Teknik menggunakan aggressive dan self-enhancing

humor.

Faktor selanjutnya yang mempe

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur Style of Humor
Tabel 3.2 Kategori Penghayatan Budaya
Tabel 3.3 Rumus Pengukuran Validitas
Tabel 3.4 Rumus Pengukuran Reliabilitas
+6

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun berada di lingkungan Universitas X Bandung yang cenderung telah menunjukkan peran gender yang sama serta terdapat beberapa kata sifat yang dipersepsi

Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa responden perempuan cenderung lebih dapat jujur pada pasangan mengenai apa yang mereka rasakan dan alami. Responden

antisipasi terhadap perubahan yang dapat terjadi pada self-esteem tergantung pada realisasi dari norma sosial akan tingkah laku yang pantas untuk dilakukan. Kondisi yang

- Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” di Bandung yang sedang mengontrak UP lanjutan yang memiliki pessimistic explanatory style memandang suatu situasi

Kesimpulan yang diperoleh adalah secara umum strategi akulturasi yang dominan dipilih pada aspek Kompetensi Bahasa adalah Separasi; pada aspek Identitas Budaya adalah

tercermin melalui explanatory style individu ketika menghadapi situasi yang baik (good situation) maupun keadaan buruk (bad situation) apakah individu tersebut

Menurut Martin (2007), dalam mengekspresikan humor, suami atau istri memiliki gaya berhumor tersendiri. Terdapat empat gaya berhumor dalam mengekspresikan humor, yaitu

Anggota PSM Universitas „X‟ yang memiliki derajat DF dan EF yang sama-sama tinggi menunjukkan, saat mengalami peristiwa yang menyakitkan, anggota tersebut cenderung