• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Stereotip Gender pada Mahasiswa yang Berasal dari Maluku di Universitas "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Stereotip Gender pada Mahasiswa yang Berasal dari Maluku di Universitas "X" Bandung."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

vii Universitas Kristen Maranatha

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui stereotip gender pada mahasiswa yang berasal dari Maluku di Universitas “X” Bandung. Penelitian tentang masyarakat Maluku yang berada di luar Maluku masih jarang diteliti serta stereotip gender telah dilakukan di budaya barat oleh ilmuwan lintas budaya sehingga penelitian ini memiliki kekhasan tersendiri pada budaya timur.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, metode deskriptif. Terdapat 40 mahasiswa yang menjadi partisipan, dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Alat ukur disusun berdasarkan modifikasi dari penelitian Williams dan Best dengan teknik ACL berupa penulisan “L” untuk laki-laki atau “P” untuk perempuan pada 300 kata sifat. Validitas alat ukur menggunakan expert judgement validity serta inter-rater reliability.

Kesimpulannya, terdapat kata sifat yang distereotipkan pada laki-laki (maskulin) yaitu tampan, bandel, nakal, pemberontak, tangguh, tidak rapi, gagah, kejam, nekad, penipu, sembrono, suka bertualang, tidak bermoral, ugal-ugalan, acuh tak acuh, fisiknya kasar, kasar, kuat, praktis, realistik, santai, dan tegas. Kata sifat yang distereotipkan pada perempuan (feminin) yaitu feminin, lemah, mudah tersentuh, rewel, suka merengek, cerewet, lemah lembut, mudah khawatir, mudah terharu, halus budi bahasanya, mudah sakit hati, berhati lembut, seksi, dan tidak berdaya. Kata sifat androgini yaitu sehat, suka memuji, aneh, berisik, pasif, pemuram, senang menghukum diri, suka memaksakan kehendak, suka menghindar, dan tergesa-gesa.

Saran kepada mahasiswa yang berasal dari Maluku di Universitas “X” Bandung agar

ketika mengetahui sifat laki-laki dan perempuan, mereka dapat lebih saling mengerti dan menghargai peran gender yang ada, sehingga dapat mengurangi terjadinya kesalahpahaman. Selain itu, mereka dapat memberikan kesempatan yang sesuai dengan karakteristik masing-masing gender. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti perbandingan responden yang tinggal didaerah asal dengan yang merantau.

(2)

viii Universitas Kristen Maranatha

Abstract

This research conducted to determine Gender Stereotype on College Students from Mollucas at University "X" Bandung. Research on Mollucas people who are outside the Moluccas are still rarely investigated and gender stereotype has been done in western cultures by crosscultural scientists, so this study has its own peculiarities in eastern culture.

The type used in this research is quantitative with descriptive method. The sample selection of the samples using purposive sampling method with total sample is 40 participants. The measuring instrument of gender stereotype is based on a modification from Williams and Best’s with ACL technique, then writing "L" for male or "P" for women at 300 adjectives. The validity of this research is measuring instrument using expert judgment validity and inter-rater reliability.

Based on research results, it can be concluded that there are adjectives that stereotyped in men (masculine) is handsome, stubborn, rebellious, tough, disorderly, robust, severe, daring, deceitful, frivolous, adventurous, unscrupulous, reckless, indifferent, coarse, rude, strong, practical, realistic, relaxed, and assertive. Adjectives that stereotyped women (feminine) is feminine, weak, touchy, fussy, whiny, talkactive, gentle, worrying, sentimental, polished, resentful, soft-hearted, sexy, and spineless. The adjective androgyny is healthy, praising, peculiar, noisy, poised, gloomy, happy punish the self, forceful, quitting, and hasty.

Advice for College students from Mollucas at University “X” Bandung is when knowing the trait of men and women, they can appreciate the genders role, so they could decrease misunderstandings. Furthermore, they can give the right opportunity to each gender characteristic. The suggested for further researchers is to investigate the comparison of respondents who living in areas of origin with who living at outside the areas of origin.

(3)

ix Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

Abstrak ... vii

Abstract ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.3.1 Maksud Penelitian ... 10

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 10

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11

1.5 Kerangka Pemikiran ... 11

(4)

x Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 18

2.1 Stereotip Gender ... 18

2.1.1 Asal Stereotip Gender ... 18

2.1.2 Perkembangan Stereotip pada Anak ... 23

2.1.3 Komponen Stereotip Gender ... 24

2.1.3 Eagly’s Social Theory dari stereotip Gender ... 25

2.2 Stereotip ... 27

2.2.1 Pengertian Stereotip ... 27

2.2.2 Bentuk Stereotip : Dasar Kognitif ... 27

2.2.3 Bagaimana Stereotip Bertahan ... 29

2.2.4 Bagaimana Stereotip Mendistorsi Persepsi Individu ... 30

2.3 Gender ... 31

2.3.1 Pengertian Gender ... 31

2.3.2 Peran Gender ... 32

2.4 Transmisi Budaya ... 37

2.4.1 Akulturasi ... 40

2.5 Budaya Maluku ... 42

2.5.1 Identifikasi Budaya Maluku ... 42

2.5.2 Kehidupan Sosial Kemasyarakatan ... 42

2.5.3 Sistem Kemasyarakatan ... 43

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 47

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 47

(5)

xi Universitas Kristen Maranatha

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 48

3.3.1 Variabel Penelitian ... 48

3.3.2 Definisi Konseptual ... 48

3.3.3 Definisi Operasional ... 48

3.4 Alat Ukur ... 48

3.4.1 Alat Ukur Stereotip Gender ... 48

3.4.2 Data Pribadi ... 49

3.4.3 Data Penunjang ... 49

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 49

3.4.4.1 Validitas Alat Ukur ... 49

3.4.4.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 50

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 50

3.5.1 Populasi Sasaran ... 50

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 51

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 51

3.6 Teknik Analisis Data ... 51

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1 Gambaran Sampel Penelitian ... 52

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 53

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Suku Bangsa Ayah ... 54

4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Suku Bangsa Ibu ... 55

(6)

xii Universitas Kristen Maranatha

4.1.6 Gambaran Respondeb Berdasarkan Lama Tinggal di Kota Bandung ... 56

4.1.7 Gambaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah ... 57

4.1.8 Gambaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu ... 58

4.2 Hasil Penelitian ... 59

4.3 Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 71

4.4 Diskusi ... 86

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ... 87

5.1 Simpulan ... 87

5.2 Saran ... 89

5.2.1 Saran Teoritis ... 89

5.2.2 Saran Praktis ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(7)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 52

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Suku Bangsa Ayah ... 52

Tabel 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Suku Bangsa Ibu ... 53

Tabel 4.5 Gambaran Responden Berdasarkan Agama ... 54

Tabel 4.6 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Tinggal di Kota Bandung ... 54

Tabel 4.7 Gambaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah ... 55

Tabel 4.8 Gambaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu ... 56

Tabel 4.9 Hasil kata sifat laki-laki dan perempuan menurut responden ... 57

Tabel 4.10 Hasil kata sifat laki-laki dan perempuan menurut responden laki-laki ... 59

Tabel 4.11 Hasil kata sifat laki-laki dan perempuan menurut responden perempuan ... 61

Tabel 4.12 Kata Sifat (Androgini) laki-laki dan perempuan menurut responden ... 64

Tabel 4.13 Kata sifat (androgini) laki-laki dan perempuan menurut responden laki-laki ... 65

(8)

xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

(9)

xv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

(10)

xvi Universitas Kristen Maranatha Perbedaan/Persamaan dalam Situasi Mengemukakan Pendapat ... L-68 Perbedaan/Persamaan dalam Bereaksi pada Keadaan Stress ... L-69 Perbedaan/Persamaan dalam Cara Berkomunikasi ... L-69 Perbedaan/Persamaan dalam Menjadi Pemimpin ... L-70

(11)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kemajemukan budaya yang merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dihuni oleh berbagai suku bangsa. Ratusan suku bangsa itu memiliki bahasanya masing-masing yang mengindikasikan memiliki kebudayaan sendiri-sendiri. Salah satu budaya yang akan menjadi pokok pembahasan dalam penulisan ini adalah budaya yang berasal dari salah satu provinsi yang terletak dibagian timur Indonesia, Provinsi Maluku. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Seram bagian Timur, Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten Kepulauan Aru di Provinsi Maluku maka secara administratif, Provinsi Maluku dibagi atas 7 (tujuh) Kabupaten dan 1 (satu) Kota yaitu Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Maluku Tenggara Tengah, Kabupaten Buru, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Kepulauan Aru dan Kota Ambon.

Maluku secara geografis terdiri dari ribuan pulau kecil, dan secara sosio-demografis terdiri dari berbagai masyarakat dan sub-etnik yang menyebar dari “ujung Halmahera sampai

(12)

2

Universitas Kristen Maranatha secara keseluruhan oleh masyarakat di Maluku. Salah satu diantaranya adalah filosofi Pata Siwa Pata Lima (siwalima) yang selama ini telah melembaga sebagai cara pandang masyarakat tentang kehidupan bersama. Dalam filosofi ini, terkandung berbagai panata yang memiliki common values dan dapat ditemukan di seluruh wilayah Maluku, misalnya pranata budaya seperti masohi,

maren, swen, sasi, hawear, pela-gondong dan lain sebagainya. Filosofi Siwalima merupakan filsafat hidup yang holistik; filsafat itu pernah ada, dan senantiasa hidup dalam peradaban masyarakat Maluku.

Masyarakat Maluku disebut memiliki kesamaan nilai budaya yang juga dipengaruhi oleh apa yang disebut sebagai masyarakat dan kebudayaan kepulauan, yang merupakan suatu pandangan dan pendekatan yang integratif dan holistik tentang budaya dan masyarakat Maluku menurut ciri khas sosio-geografis dan sosio-demografisnya (Ajawaila, 2002). Disini budaya dan Masyarakat kepulauan umumnya dibagi atas dua bagian yaitu budaya dan masyarakat darat atau gunung, serta budaya dan masyarakat pantai atau laut. Uniknya, terdapat tafsir budaya yang menempatkan budaya dan masyarakat darat atau gunung sebagai bercirikan maternalis-feminin, sedangkan masyarakat laut atau pantai sebagai bercirikan paternalis-maskulin, sebagaimana yang dianggap dapat direpresentasi oleh budaya patasiwa dan patalima, yang hubungannya bercorak dialektis dan bukan kontradiktif, serta dengan peranannya masing-masing (Huliselan, 2001). Dalam arti ini maka adalah cukup tepat pendapat bahwa budaya Maluku hendaknya mengacu pada paradigma budaya patasiwa dan patalima (Marasabessy, 2002).

(13)

3

Universitas Kristen Maranatha Dalam suatu contoh kasus di Maluku Tengah, diasumsikan bahwa terdapat budaya egalitarian, yaitu kesamaan tertentu antara laki-laki dan perempuan yang lebih dikedepankan mengingat tidak adanya sistem stratifikasi sosial yang diandaikan lebih memperkuat lagi posisi laki-laki dan lebih melemahkan posisi perempuan (Ufi, J.A, 2005). Pada visi antropologis manusia Maluku Tengah yang terdapat pandangan dualisme dialektis antara laki-laki dan perempuan, serta dijadikan sistem nilai dasar kehidupan sosialnya. Menurut Huliselan (2001), pembagian tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) Pengelompokan berdasarkan kekuasaan, Patasiwa (laki-laki) dan Patalima (Perempuan); (2) Pengelompokan penduduk berdasarkan teritorial, Aman (ama = ayah) dan Hena (ina = ibu); (3) Pembagian teritorial negeri (desa): lau (laki-laki) dan dara (perempuan); (4) Pembagian rumah adat (baileu) atas bagian perempuan dan laki-laki; (5) Penggolongan jabatan-jabatan adat: Kapitan (laki-laki), Maweng (pendeta adat/perempuan), Tuan Tanah (perempuan), Raja (laki-laki); (6) Pengelompokan Mata rumah (marga): ke dalam kelompok laki-laki dan perempuan pada upacara adat komunal.

Di sini laki-laki mewakili karakter kejantanan, kekerasan, peperangan dan keributan, sedangkan perempuan mewakili karakter kesuburan, kelembutan, kedamaian, dan kesejukan, sehingga terlihat adanya visi antropologis-kultural yang wajar sesuai dengan hakekat dimensi seksual (jenis kelamin) yang dimiliki secara kodrati. Di sisi lain, terdapat semacam

“kecenderungan bias gender” yang secara diam-diam dilabelkan pada peran laki-laki dan perempuan di Maluku Tengah (Seram). Seperti ditemukan dalam ungkapan mutiara berikut ini,

(14)

4

Universitas Kristen Maranatha belum sanggup pegang sempe dan aru-aru, jangan cepat terima lamaran pria”, dan “kalau belum

sanggup pegang parang salawaku, jangan melamar gadis orang” (depdikbud 1996/1997).

Berdasarkan kasus Maluku Tengah tentang tidak adanya sistem stratifikasi sosial sehingga memperkuat posisi laki-laki dan melemahkan posisi perempuan, menunjukkan adanya stereotip gender. Kecenderungan seperti ini diduga dapat secara diam-diam turut mempengaruhi hal dalam mengidentifikasikan diri, peran, pilihan ke depan termasuk pilihan pendidikan dan profesi, yang mana perempuan cenderung mengurus pekerjaan domestik, memilih pendidikan SMK dan sejenisnya, sedangkan laki-laki lebih memilih pendidikan dan pekerjaan teknis (Ufi, J.A, 2005).

Cooley dalam penelitian antropologinya menyebutkan bahwa di dalam perkerabatan ada bukti-bukti tertentu bahwa di pulau Seram dan mungkin di Ambon-Lease sebelum kedatangan pengaruh-pengaruh dari luar, masih menganut sistem perkerabatan disusun berdasarkan garis keibuan (matrilineal). Kemudian pola kemasyarakatan yang pokok ini mengalami perubahan sehingga sekarang ini hampir seluruh daerah mengikuti garis kebapakan (patrilineal). Perubahan ini mungkin sekali merupakan akibat dari pengaruh-pengaruh dari luar, khususnya agama Islam yang kemudian diperkuat oleh agama Kristen dan kebudayaan Eropa yang semuanya menganut secara tegas garis kebapakan dalam sistem perkerabatannya. Setelah masuk pengaruh dari luar, Maluku mulai menganut sistem patrilineal (Cooley: 1971 : 121, dalam Sejarah Kebudayaan Maluku, 1999).

(15)

5

Universitas Kristen Maranatha Ambon, Masohi, Halmahera, Ternate, Tobelo, dan lain-lain yang melanjutkan perkuliahan ke perguruan tinggi di luar provinsi Maluku, misalnya di pulau Jawa Barat pada salah satu

Universitas “X” Bandung. Dalam hal ini, mereka (mahasiswa yang berasal dari Maluku yang tidak tinggal di Bandung sebelumnya) harus beradaptasi dengan lingkungan budaya yang dominan (misalnya budaya Sunda), atau harus beradaptasi dengan berbagai budaya yang berbeda dari lingkungan mereka sebelumnya di Maluku (Akulturasi).

Akulturasi dapat dipahami sebagai fenomena yang akan terjadi tatkala kelompok-kelompok individu yang memiliki budaya berbeda terlibat kontak yang berlangsung secara tangan pertama (langsung), disertai perubahan-perubahan terus-menerus (Berry, 2002:528). Cara mahasiswa dari Maluku yang sedang berakulturasi dengan masyarakat dominan diistilahkan dengan strategi-strategi akulturasi, yang mana akan memunculkan adanya asimilasi, separasi, integrasi, atau marjinalisasi, yang mana dapat memengaruhi stereotip gender mahasiswa yag berasal dari Maluku. Asimilasi yaitu, ketika mahasiswa yang berasal dari Maluku yang mengalami akulturasi tidak ingin memelihara budaya dan jati diri, serta melakukan interaksi sehari-hari dengan masyarakat dominan. Mahasiswa yang berasal dari Maluku juga memiliki orang tua (ayah dan ibu) yang sebagian besar berasal dari Maluku, sehingga terdapat suatu nilai yang ditempatkan pada pengukuhan budaya Maluku (budaya asal) dan adanya suatu keinginan untuk menghindari interaksi dengan orang lain dengan budaya lain, serta dapat memengaruhi stereotip gender mereka. Akan tetapi, jika ada suatu minat dalam asimilasi ataupun separasi, baik memelihara budaya asal (budaya Maluku) dan melakukan interaksi dengan orang lain, maka mereka akan melakukan integrasi. Sedangkan, jika ada minat kecil untuk pelestarian budaya dan sedikit minat melakukan hubungan dengan orang lain, maka yang dijalankan adalah marjinalisasi.

(16)

6

Universitas Kristen Maranatha mahasiswanya menjadi kaum intelegensia dan menjadi motor penggerak dalam penyebaran ilmu pengetahuan. Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi, yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tin ggi, institut dan universitas (Hartaji, 2009). Lewat pelajaran-pelajaran yang dipelajari di perguruan tinggi, mahasiswa yang berasal dari Maluku dituntut untuk belajar dan berprestasi menjadi kaum intelegensia tanpa memandang perannya sebagai laki-laki atau perempuan. Misalnya pada mata kuliah kewarganegaraan yang menjadi

mata kuliah umum yang wajib dipelajari oleh semua mahasiswa di Universitas “X” Bandung agar

dapat mengimplementasikan nilai-nilai kewarganegaraan di dalam masyarakat, dengan tidak menentukan apakah mahasiswa laki-laki atau perempuan harus berperan sesuai dengan karakter

jenis kelaminnya. Selain itu, pada lingkungan Universitas “X” Bandung, laki-laki maupun perempuan dapat menjadi pemimpin didalam suatu organisasi, misalnya perempuan atau laki-laki yang dapat menjadi ketua senat fakultas Psikologi. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketika mahasiswa yang berasal dari Maluku masuk ke lingkungan universitas yang sudah cenderung memiliki sifat-sifat kesetaraan gender sehingga diasumsikan akan mempengaruhi budaya patriarki mahasiswa yang berasal dari Maluku.

(17)

7

Universitas Kristen Maranatha mahasiswa tentang laki-laki dan perempuan ini merupakan bagian dari komponen perilaku (behavior), serta komponen sifat (trait) dari stereotip gender.

Selain itu, ketika mereka melihat perempuan atau laki-laki dengan karakteristik fisik, mereka cenderung membuat penilaian berdasarkan pengalaman mereka. Misalnya ketika melihat perempuan dengan potongan rambut pendek, berpakaian kasual, memakai sepatu sport, maka mereka akan cenderung menilai perempuan tersebut memiliki sifat maskulin (tomboi) yang lebih dibandingkan sifat feminin pada perempuan tersebut, yang merupakan komponen karakteristik fisik (physical characteristic) dari stereotip gender.

Akan tetapi terdapat perbedaan di dalam menilai laki-laki atau perempuan berdasarkan

fakultas yang ditempuh di Universitas “X” Bandung. Sebanyak 50 % mahasiswa yang terdiri dari

3 perempuan dan 2 laki-laki mahasiswa yang berasal dari Maluku mengatakan fakultas seseorang mempengaruhi pandangan mereka mengenai sifat laki-laki atau perempuan. Misalnya, fakultas yang cocok untuk perempuan adalah fakultas psikologi karena selalu berpenampilan rapih, sedangkan fakultas yang cocok untuk laki-laki adalah fakultas teknik, serta perempuan di fakultas teknik lebih terlihat maskulin dan cuek. Sedangkan 50 % mahasiswa lainnya mengatakan fakultas yang ditempuh kurang berpengaruh pada sifat laki-laki maupun perempuan. Pandangan mengenai fakultas ini merupakan komponen pekerjaan (occupation) dari stereotip gender.

(18)

8

Universitas Kristen Maranatha mengurus anak (Komunikasi personal, 29 November 2015). Mahasiswa yang berasal dari

Maluku di Universitas “X” Bandung tidak hanya berasal dari daerah perkotaan, namun ada juga

yang berasal dari daerah pedesaan, sehingga diasumsikan terdapat variasi dalam memandang laki-laki dan perempuan.

Penelitian yang dilakukan oleh Adohari (2015) mengenai stereotip gender pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha, menemukan bahwa laki-laki distereotipkan memiliki karakteristik tangguh, tampan, gagah, fisiknya kasar, tegas, berani, kasar, kuat, ugal-ugalan, dan suka bertualang. Sedangkan perempuan distereotipkan memiliki karakteristik cerewet, feminin, lemah, lemah lembut, berhati lembut, seksi, mudah terharu, rewel, mudah tersentuh, dan dipengaruhi oleh suasana hati. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa dari berbagai suku di Indonesia yang ada di Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha, namun memiliki persamaan dengan penelitian antropologi Cooley di Maluku yaitu adanya sifat-sifat laki-laki dan perempuan yang distereotipkan karena adanya pengaruh budaya patrilineal.

Kemudian, terdapat penelitian J. E Williams dan Best (1982) mengenai stereotip gender menurut mahasiswa di 25 negara (seluruhnya 2800 orang, bergerak dari 52 hingga 120 responden per negara, mendekati bandingan 50-50 antara laki-laki dan perempuan). Penelitian ini menjangkau 5 benua (benua Asia diwakili oleh Taiwan, Thailand, Malaysia, Japan dan India. Hasil dari penelitian ini laki-laki distereotipkan active, strong, critical parent, adult, achievement, autonomy, aggression, exhibition, dan dominance. Sedangkan perempuan distereotipkan weak, nurturing parent, adapted child, abasement, deference, passive, sucorance, affiliation, dan heterosexual.

(19)

9

Universitas Kristen Maranatha

mahasiswa yang berasal dari Maluku di Universitas “X” Bandung dapat memiliki pandangan tentang laki-laki atau perempuan karena dipelajari lewat pengalaman, keluarga serta lingkungan mereka. Misalnya, pada beberapa mahasiswa laki-laki dari Maluku di Universitas “X” Bandung mengatakan bahwa pandangan yang mereka katakan merupakan hasil belajar mereka dari orang tua, peers, serta guru di sekolah yang mengajarkan laki-laki harus kuat dan harus dapat memimpin keluarga, sehingga hal inilah yang dimaksud dengan faktor perseptor. Faktor target, yaitu karakteristik dari target mahasiswa yang berasal dari Maluku yang dapat mempengaruhi penilaian mengenai stereotip gender lewat interaksi yang ada. Interaksi akan mempengaruhi apakah mahasiswa yang berasal dari Maluku (laki-laki atau perempuan) akan menampilkan tingkah laku yang konsisten dengan stereotip mereka mengenai perbedaan jenis kelamin. Dalam setiap interaksi, perseptor dapat menjadi target, dan target dapat menjadi perseptor (Vicki S. Helgeson, 2012 : 179). Sedangkan faktor situasi, yaitu situasi terlihat ketika mahasiswa yang berasal dari Maluku tidak melakukan hal-hal yang dipelajari tersebut karena ada batasan perilaku (behavioral constraint).

Penelitian-penelitian mengenai budaya di Maluku telah banyak dilakukan, namun penelitian-penelitian tersebut sangat bervariasi hanya pada lingkup di Maluku. Penelitian tentang masyarakat Maluku yang berada di luar Maluku, masih jarang diteliti serta dengan adanya perbedaan pada survey yang dilakukan, dapat menjadi fenomena yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai stereotip gender pada mahasiswa yang berasal dari Maluku di

(20)

10

Universitas Kristen Maranatha 1.2Identifikasi Masalah

Ingin mengetahui bagaimana stereotip gender pada mahasiswa yang berasal dari Maluku

di Universitas “X” Bandung.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai stereotip gender laki-laki dan perempuan pada mahasiswa yang berasal dari Maluku di Universitas “X” Bandung.

1.3.2Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai sifat laki-laki dan perempuan mahasiswa yang

berasal dari Maluku di Universitas “X” Bandung.

1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1Kegunaan Teoritis

 Memberikan informasi mengenai gambaran stereotip gender dalam bidang ilmu psikologi

sosial dan lintas budaya.

 Memberikan masukan kepada peneliti lain yang memiliki minat melakukan penelitian

(21)

11

Universitas Kristen Maranatha 1.4.2Kegunaan Praktis

Memberikan informasi kepada mahasiswa yang berasal dari Maluku untuk mengetahui sifat laki-laki dan perempuan, agar mereka dapat lebih saling mengerti dan menghargai peran gender yang ada, serta dapat mengurangi terjadinya kesalahpahaman. Selain itu, mereka dapat memberikan kesempatan yang sesuai dengan karakteristik masing-masing gender.

1.5Kerangka Pemikiran

Stereotip terhadap gender merupakan bentuk keyakinan yang dimiliki seseorang tentang sifat-sifat psikologis dan karakteristik dari, serta kegiatan yang tepat untuk laki-laki atau perempuan yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki atau perempuan (Linda Brannon, 1991). Sedangkan Keyakinan (belief) merupakan suatu organisasi dari persepsi dan kognisi tentang beberapa aspek dari dunia individu (Krech. D & Cruthfield, 1985). Stereotip gender terjadi pada masyarakat secara otomatis dengan menerapkan label pada masing-masing kelamin untuk membedakan dan menciptakan pandangan bagi laki-laki dan perempuan. Stereotip masyarakat tentang laki-laki dan perempuan secara umum diakibatkan pandangan maskulin dan feminin pada setiap jenis kelamin, dimana seorang laki-laki merupakan sosok otoriter, rasional, kuat keras, kotor, dan atletis. Sedangkan seorang perempuan merupakan sosok penurut, emosional, lemah, pendiam, rapih/bersih, dan artistik (Haslam, 1994).

(22)

12

Universitas Kristen Maranatha lingkungan mereka sebelumnya di Maluku (Akulturasi). Cara mahasiswa dari Maluku yang sedang berakulturasi dengan masyarakat dominan diistilahkan dengan strategi-strategi akulturasi, yang mana akan memuncukan adanya asimilasi, separasi, integrasi, atau marjinalisasi, yang dapat memengaruhi stereotip gender mereka.

Stereotip gender pada mahasiswa yang berasal dari Maluku mulai terbentuk pada tahun pertama kehidupan mereka, kemudian sudah ada ketika mereka berusia 2 sampai 4 tahun dalam hal labeling, dan terus berkembang pada masa kanak-kanak madya, akhir, dan masa remaja. Perkembangan ini tidak terjadi secara seragam atau sederhana. Pada tahap perkembangan remaja dan dewasa, identitas gender telah tercipta dengan mantap dan stereotip sudah dipahami dengan baik. Mahasiswa yang berasal dari Maluku mengalami perkembangan melalui serangkaian tahap perkembangan untuk belajar dari diri sendiri dan lingkungan sebagai laki-laki atau perempuan, serta menginternalisasikan identitas gender sebagai bagian konsep diri dan memperoleh hal-hal yang disetujui oleh stereotip gender budaya dan akhirnya mengadopsi sebuah peran gender yang sesuai dan tidak sesuai stereotip gender dari lingkungannya (Baron, 2000: 192).

(23)

13

Universitas Kristen Maranatha dengan tindakan-tindakan feminin, sehingga merupakan suatu resiko yang sangat besar (Rahmawati, 2004).

Perempuan menghadapi pengharapan dari masyarakat, namun demikian terdapat problema-problema sebagaimana di kalangan laki-laki. Stereotip gender pada perempuan digambarkan dengan memakai rok, diam di rumah, selalu rapi, baik pada semua orang, dan terlihat cantik. Budaya merupakan sumber bagi perempuan dewasa untuk belajar bagaimana menjadi seorang perempuan seharusnya, serta perempuan harus belajar memperhatikan orang lain. Saat perempuan berusaha memenuhi kepuasan karir, mempertahankan keyakinan diri, pemilihan ambisi pribadi dan pengambilan posisi, hal ini merupakan hal yang asing bagi stereotip feminin, serta menimbulkan konflik dalam diri untuk menemukan kekuatan mandiri.

Stereotip gender dapat dianalisis ke dalam empat komponen terpisah yang digunakan untuk membedakan laki-laki dari perempuan, yaitu komponen sifat (trait), perilaku (behavior), karakteristik fisik (physical characteristic), dan pekerjaan (occupations) (Deaux & Lewis dalam Linda Brannon, 1991:59). Komponen sifat (trait) merupakan komponen yang paling dasar, dimana dengan mengetahui mengenai sifat maskulin atau feminin pada seseorang, mahasiswa dari Maluku juga dapat mengembangkan penilaian mengenai ketiga komponen lainnya. Semua komponen ini relatif independen, tetapi orang dapat menghubungkan satu kumpulan ciri dari masing-masing dengan perempuan dan satu kumpulan ciri dengan laki-laki. Misalnya, dengan memberi label gender pada seseorang, maka mahasiswa yang berasal dari Maluku di Universitas

(24)

14

Universitas Kristen Maranatha Terdapat tiga faktor yang menentukan apakah terdapat stereotip gender pada seseorang yaitu, faktor perseptor, target dan situasi (Kay Deaux dan Brenda Major, 1987). Faktor perseptor merupakan seseorang (Mahasiswa yang berasal dari Maluku) yang mengamati perilaku, dimana terdapat hal-hal yang ada didalam diri individu dapat mempengaruhi dirinya terhadap gender. Lewat perseptor akan terjadi proses sejauh mana pertimbangan gender mahasiswa yang berasal dari Maluku mempengaruhi persepsi mereka untuk menilai sifat maskulin dan feminin orang lain. Harapan-harapan yang ada tersebut akan dikonfirmasi oleh cognitive confirmation (ide tentang apa yang dilihat oleh mahasiswa yang berasal dari Maluku merupakan hal yang ingin mereka lihat) dan behavioral confirmation (proses dimana harapan mahasiswa yang berasal dari Maluku dapat mengubah perilaku targetnya).

Perseptor juga berkaitan dengan skema gender yang dimiliki oleh mahasiswa yang berasal dari Maluku untuk menilai atau memberi makna terhadap stereotip gender, sehingga terdapat social learning theory dan cognitive development. Selain itu, hal ini juga berkaitan dengan adanya pengalaman cross cultures khususnya proses akulturasi mahasiswa yang berasal dari Maluku yang dapat berpengaruh dalam membuat penilaian mengenai sifat maskulin dan feminin, misalnya pengaruh pola asuh orang tua, other people (guru, peers, tetangga, dan sebagainya), saudara kandung, dan lingkungan sekitar mereka.

Kedua, terdapat faktor target dari mahasiswa yang berasal dari Maluku yang dapat mengaktifkan stereotip gender. Karakteristik dari target seseorang dapat mengaktifkan stereotip gender. Selain itu, interaksi mahasiswa yang berasal dari Maluku juga akan memengaruhi apakah mereka akan menampilkan tingkah laku yang konsisten dengan stereotip tentang perbedaan jenis kelamin. Faktor ini melibatkan dua proses self monitor yaitu self verification dan self presentation. Self verification yaitu perhatian mahasiswa yang berasal dari Maluku tentang

(25)

15

Universitas Kristen Maranatha bagaimana mahasiswa yang berasal dari Maluku dapat menyesuaikan diri atau memonitor dirinya (self monitor) ketika berada dalam suatu situasi dilingkungan. Faktor Target terjadi ketika mahasiswa yang berasal dari Maluku ada dalam suatu interaksi, sehingga dalam setiap interaksi, perseptor dapat menjadi target dan target dapat menjadi perseptor.

(26)

16

Universitas Kristen Maranatha Untuk menjelaskan kerangka pemikiran diatas, maka dibuatlah bagan kerangka pikir sebagai berikut :

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir Mahasiswa yang

berasal dari Maluku

di Universitas “X”

Bandung

Faktor-faktor yang mempengaruhi : 1. Perseptor 2. Target 3. Situasi

Sifat (trait)

Perilaku (behavior)

Karakteristik fisik (physical)

(27)

17

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi Penelitian

Dari kerangka pemikiran di atas, peneliti memiliki asumsi :

1. Stereotip laki-laki dan perempuan pada mahasiswa yang berasal dari Maluku di

Universitas “X” Bandung berbeda-beda.

2. Stereotip laki-laki dan perempuan pada mahasiswa yang berasal dari Maluku cenderung berkaitan dengan lingkungan Universitas “X” yang cenderung memiliki sifat-sifat kesetaraan gender.

3. Stereotip laki-laki dan perempuan berkaitan dengan sifat (trait), perilaku (behavior), karakteristik fisik (physical characteristic), dan pekerjaan (occupation) seseorang. 4. Faktor-faktor yang memengaruhi stereotip gender pada mahasiswa yang berasal dari

Maluku berbeda-beda.

(28)

87 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pengolahan data pada penelitian deskriptif mengenai “Stereotip Gender pada Mahasiswa di Universitas X Bandung”, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Kata sifat yang distereotipkan pada laki-laki (maskulin) yaitu tampan, bandel, nakal, pemberontak, tangguh, tidak rapi, gagah, kejam, nekad, penipu, sembrono, suka bertualang, tidak bermoral, ugal-ugalan, acuh tak acuh, fisiknya kasar, kasar, kuat, praktis, realistik, santai, dan tegas.

2. Kata sifat yang distereotipkan pada perempuan (feminin) yaitu feminin, lemah, mudah tersentuh, rewel, suka merengek, cerewet, lemah lembut, mudah khawatir, mudah terharu, halus budi bahasanya, mudah sakit hati, berhati lembut, seksi, dan tidak berdaya.

3. Kata sifat androgini menurut responden adalah sehat, suka memuji, aneh, berisik, pasif, pemuram, senang menghukum diri, suka memaksakan kehendak, suka menghindar, dan tergesa-gesa.

(29)

teman-88

Universitas Kristen Maranatha teman di Bandung. Kemudian terdapat peran saudara kandung, guru, permainan sejak kecil yang juga berpengaruh pada stereotip gender mahasiswa yang berasal dari Maluku di Universitas X Bandung.

5. Terdapat sumber pengaruh stereotip gender pada faktor situasi, dimana teradapat situasi yang dianggap sama maupun berbeda pada laki-laki dan perempuan menurut seluruh responden. Situasi yang dianggap sama yaitu (i) kebebasan dalam berekspresi dilingkungan, (ii) dalam mengemukakan pendapat, dan (iii) menjadi pemimpin. Sedangkan situasi yang dianggap berbeda adalah (i) dalam situasi bereaksi terhadap stress, (ii), cara berkomunikasi, (iii) menyelesaikan tugas rumah tangga, dan (iv) situasi pengambilan keputusan.

6. Dalam situasi mencari nafkah dan menyelesaikan pekerjaan rumah, responden perempuan menganggap sama (adanya pandangan peran gender egaliter) dan responden laki-laki menganggap berbeda situasi ini bagi laki-laki dan perempuan (adanya pandangan peran gender tradisional).

(30)

89

Universitas Kristen Maranatha 5.2Saran

5.2.1Saran Teoritis

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengembangan penelitian lain yang berkaitan dengan stereotip gender dalam bidang ilmu Psikologi Sosial (lintas budaya).

2. Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan pada suku lain dengan lebih menggali faktor-faktor yang mempengaruhi stereotip gender, yaitu pertanyaan mengenai data penunjang yang perlu diperbaiki. Misalnya, pada agama dan permainan masa kecil perlu melakukan wawancara sebelumnya untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada mahasiswa sebelum dilakukannya pengambilan data.

3. Bagi penelitian selanjutnya yang tertarik melakukan penelitian lanjutan mengenai stereotip gender, disarankan untuk meneliti secara mendalam pada faktor situasi dari stereotip gender yang mana merupakan faktor yang menonjol dalam membuat stereotip gender dibandingkan faktor perseptor dan faktor target.

(31)

90

Universitas Kristen Maranatha 5.2.2Saran Praktis

(32)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI STEREOTIP GENDER PADA MAHASISWA

YANG BERASAL DARI MALUKU DI UNIVERSITAS “X” BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Oleh

BENNETTIA ALFALADIA RARSINA

1230041

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(33)

v Universitas Kristen Maranatha KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan penyertaan-Nya dalam penyusunan skripsi ini dengan judul STUDI DESKRIPTIF MENGENAI STEREOTIP GENDER PADA MAHASISWA YANG BERASAL DARI MALUKU DI UNIVERSITAS

“X” BANDUNG dapat diselesaikan.

Dalam menyusun skripsi ini, peneliti menerima banyak bantuan, bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. DR. Irene Prameswari Edwina, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Drs. Paulus H. Prasetya, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing utama yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, saran dan semangat yang sangat membangun dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Cakrangadinata, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing kedua yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan masukan yang membangun dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Lie Fun Fun M.Psi., Psikolog dan Dr. Jacqueline M. T. M.Si., Psikolog selaku dosen pembahas seminar usulan penelitian dari peneliti yang telah memberikan masukan bagi penyempurnaan skripsi ini.

(34)

vi Universitas Kristen Maranatha 6. Teman-teman seperjuangan Meyabe terkasih; Inri Diahpitaloka Prasasti, Martin M.

Pamuwesa, Widya Taihuttu, Christine Mentari, Alda Pardede, Evandeo Adipatra, dan Edna Arly yang selalu memberikan semangat dan masukan lewat diskusi-diskusi yang membangun.

7. Basudara satu asal, Ambonnesse yang selalu memberikan semangat kepada peneliti, serta membantu memberikan informasi dan menjadi sampel dalam penelitian ini (Khususnya dangke banya voor Michael Talabessy -S.Kom coming soon- deng Christy Sesa, S.Psi, Tete Manis berkati).

8. Majelis dan jemaat GPM Kategorial TNI/AD Yonif 731/Kabaresi Waipo, yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada peneliti.

9. Teman-teman Voice Of Maranatha dan Gerakan Pemuda GPIB Bethel Bandung yang selalu memberikan semangat dan dukungan doa kepada peneliti.

10.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurnasehingga peneliti mengharapkan kritik dan saran demi hasil yang lebih baik lagi, serta semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Bandung, November 2016

(35)

91 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Ajawaila, J.W. (2002). Antropologi dan pulau- pulau kecil, sebuah kajian makro tentang pembangunan masyarakat pulau. Ambon.

Assessing the current validity of the bem sex-role inventory (Validity BEM.pdf). (1998) Jurnal Sex Roles, Vol. 39. www.ekgp.ugent. (Diakses pada tanggal 1 Desember 2015). Bem, S. L. (1974). The measurement of psychological androgyny. Journal of consulting and

clinical psychology. 42, 155-162.

Berry, John W., et al. (1999). Psikologi lintas-budaya: Riset dan aplikasi. (Edisi Indonesia). Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Berry, J.W., Poortinga, Y.H., Segall, M.H., Dasen, P.R. (2002). Cross-cultural psychology: Research and applications. Cambridge: Cambridge University Press.

Brannon, Linda. 1991. Gender: Psychological Perspectives. New Jersey: Pearson Education. Brehm Sharon & Saul Kassin. (1991). Social psychology; Understanding Human Interaction.

USA [1]

Cavalli-Sforza, L. & M. Feldman. (1981). Cultural transmission and evolution: A quantitative approach, Princeton NJ: Princeton University Press.

Cooley, F.L. (1987). Mimbar dan takhta, Jakarta: PSH.

Dzuhayatin, Siti Ruhaini. (1997). Agama dan budaya perempuan: Mempertanyakan Posisi perempuan dalam islam, Sangkan paran gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Fakih, Mansoer. (2001). Analisis gender dan transformasi sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Far Far. R. A. (2012). Peran gender dalam kehidupan rumah tangga di desa liang kabupaten maluku tengah. Jurnal vol. 1 No. 1. Ejournal.unpatti.ac.id.

Georgas, J., Berry, J. W., van de Vijver, F., Kağitçibaşi, C. & Poortinga, Y. H. (Eds.). (2006). Families across cultures: A 30-nation psychological study. Cambridge. UK: Cambridge University Press.

Haslam, et.al. (1994). Stereotyping and social reality. UK: Basil Blackwell Limited. Hegelson, Vicky. S. (2012). The psychology of gender. 4th edition. Pearson Education, Inc. Huliselan, M. (2001). Pemberdayaan kebudayaan maluku tengah untuk rehabilitasi dan

(36)

92

Universitas Kristen Maranatha Kebudayaan.kemdikbud.go.id. (2013). The tribe in buru regency. Jurnal Peneltian Vol. 7

nomor 5. (diakses pada tanggal 5 Desember 2015)

Krech, D & Cruthfield. (1985). Theory and problems of social psychology. Mc. Grow Hill. New Delhi.

Leirissa Z. R., Ohorella A.G., & Latuconsina D. (1999). Sejarah kebudayaan maluku. Jakarta Lips, Hillary M. (1993). Sex and gender: an introduction. London: Myfield Publishing

Company.

Machfoedz, I. (2009). Metodologi penelitian bidang kesehatan, keperawatan, kebidanan, kedokteran. Edisi Kelima. Yogyakarta: Fitramaya.

Matsumoto, D. (1996). Culture and psychology. Padific Grove: Brooks/Cole Publishing Company.

Marasabessy, S. (2002). Maluku baru, satu wujud ideal masyarakat maluku pasca konflik. Ambon: PT. Abadi.

McGarty, C., Yzerbyt, V.Y., & Spears, R. (2004). Stereotypes as explanations: The formation of meaningful beliefs about social groups. Cambridge: Cambridge University Press.

Myers, Robert G. (1992). The twelve who survive : strengthening programmes of early chilhood development in the third world. Routledge.

Santrock, John W. (2002). Life span development : Perkembangan masa hidup. Edisi 5 (Jilid II). Jakarta : Erlangga.

Scanzoni John, Letha Dawson. (1981). Men, women and change : A sociology of marriage and family. USA : McGraw Hill Inc

Schneider, D. J. (2004). The psychology of stereotyping. Distinguished contributions in psychology (Edited by Kurt W. Fischer, E. Tory Higgins, Marcia Johnson, Walter Mischela). Guilford Series. New York: The Guilford Press.

Semiawan, Conny R. (1999). Peningkatan kemampuan manusia sepanjang hayat seoptimal mungkin. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sugiyono. (2007). “Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta. Waremra, R.M. (2001). Pemberdayaan kebudayaan lokal untuk perdamaian, langgur.

Williams, J. E., & Best, D. L. (1989). Sex and psyche: self-concept viewed cross-culturally. Newbury Park, CA: Sage.

(37)

93

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Adohari. (2015). Stereotip gender pada mahasiswa teknik universitas kristen maranatha. Bandung (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung.

Bem sex role inventory.pdf. Doyleqhs.weebly.com (diakses pada tanggal 1 Des 2015).

Hartaji, R. Damar Hadi. (2009). Motivasi berprestasi pada mahasiswa yang berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma: Jakarta.

Hidayat, S. S., Prasetya, P. H., Handayani, V., Savitri, J., Azizah, R., Wardani, R., Rajagukguk, R. O. (2015). Panduan penulisan skripsi sarjana. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Kementrian Mentri Dalam Negeri. (2013). Profil daerah provinsi maluku. Jakarta: Kemendagri (www.kemendagri.go.id)

Rahmawati, Ani. (2004). Persepsi remaja tentang konsep maskulin dan feminim dilihat dari beberapa latar belakangnya (Tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Tutuhatunewa, Robert A. (2000). Budaya pela di maluku: studi komunikasi antar budaya terhadap model komunikasi antar negeri pela dan implikasinya bagi pengelolaan konflik di maluku. (Lib.ui.ac.id).

Gambar

Gambar 3.1Bagan Skema Penelitian .......................................................................................
Gambar 1.1 Bagan  Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

4 Karena bagi Engel, gereja merupakan institusi sosial yang hidup, berkembang dan melaksanakan tugas panggilannya di tengah-tengah masyarakat sehingga bukan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bengkel Champion Motor sebaiknya menggunakan pengendalian persediaan dengan metode

Penelitian ini bertujuan untuk mengujii pengaruh secara simultan dan parsial antara Rasio Likuiditas, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Return Saham pada perusahaan

Lampu Menggunakan Smartphone Android Dengan Media Komunikasi. Jaringan Wi-Fi, Salatiga :

baik dari PCA dalam pengenalan wajah akibat variasi pose, dengan akurasi.. pengenalan rata-rata 63,75% dan 53,05%, masing-masing berturut-turut

3) Pengembangan Strategi Pembelajaran dengan Berpendekatan/PAKEM/Pendekatan Saintifik. a) Mengadakan workshop tentang pendekatan PAKEM. b) Mengadakan diskusi tentang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman gandum, untuk mendapatkan

Scanned by CamScanner... Scanned