vii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
System cost of this process is generally used in industries manufacturing process produces the same end product identical. System cost of the process is also used in industrial processes are continuous or mass production and produce similar product. Cost of the process is one for companies that manufacture similar products continuously. A system of cost of the process of determining how the cost of the plant are set for each period will be allocated. Allocation of costs within a department is only a partial phases, while the ultimate goal is to calculate the overall unit cost for the determination of profit or income.
viii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Sistem harga pokok proses umumnya digunakan pada industri-industri yang proses produksinya menghasilkan produk akhir yang sama indentik. Sistem harga pokok proses juga digunakan pada industri yang proses produksinya bersifat kontinyu atau massal dan menghasilkan produk sejenis. Harga pokok proses merupakan salah satu metode pengumpulan harga pokok yang digunakan untuk perusahaan yang memproduksi produk sejenis secara kontinyu. Suatu sistem harga pokok proses menentukan bagaimana biaya pabrik yang ditetapkan untuk setiap periode akan dialokasikan. Alokasi biaya di dalam suatu departemen hanya merupakan sebagian tahapan, sedangkan tujuan akhir adalah menghitung biaya unit secara keseluruhan untuk penentuan laba atau penghasilan.
ix Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
SURAT PENGESAHAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRACT ... vii
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 6
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Kegunaan Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Landasan Teoritis ... 10
2.1.1 Pengertian Akuntansi ... 10
2.1.2 Pengertian Akuntansi Biaya ... 11
2.1.3 Tujuan Akuntansi Biaya ... 12
x Universitas Kristen Maranatha
2.2 Konsep dan Klasifikasi Biaya ... 13
2.2.1 Konsep Biaya ... 13
2.2.2 Klasifikasi Biaya ... 14
2.3 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi ... 18
2.4 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi ... 19
2.4.1 Metode Full Costing ... 19
2.4.2 Metode Variable Costing ... 20
2.5 Metode Harga Pokok Proses ... 21
2.5.1 Pengertian Metode Harga Pokok Proses ... 21
2.5.2 Karakteristik Metode Harga Pokok Proses ... 22
2.5.3 Perbedaan Metode Harga Pokok Proses dengan Metode Harga Pokok Pesanan ... 23
2.5.4 Penggunaan Metode Harga Pokok Proses ... 24
2.5.5 Prosedur Akuntansi Biaya Pada Metode Harga Pokok Proses .. 26
2.6 Harga Pokok Produksi ... 28
2.6.1 Penentuan Harga Pokok Produksi ... 28
2.6.2 Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi ... 29
2.6.3 Unsur-unsur Harga Pokok Produksi ... 30
2.6.3.1 Biaya-biaya Bahan Baku ... 30
2.6.3.2 Biaya Tenaga Kerja ... 31
2.6.3.3 Biaya Overhead Pabrik ... 33
2.6.4 Laporan Harga Pokok Produksi ... 34
2.6.5 Efektivitas Penetapan Harga Pokok Produksi ... 34
xi Universitas Kristen Maranatha
Pokok Produksi ... 35
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 37
3.1 Objek Penelitian ... 37
3.2 Gambaran Umum CV Mekar Sari ... 37
3.2.1 Sejarah CV Mekar Sari ... 37
3.2.2 Struktur Organisasi CV Mekar Sari ... 38
3.2.3 Uraian Tugas CV Mekar Sari ... 39
3.3 Metode Penelitian ... 42
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.4 Waktu dan Tempat Penelitian ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
4.1 Klasifikasi Biaya Pada CV Mekar Sari ... 47
4.2 Perhitungan Biaya-Biaya pada CV Mekar Sari ... 48
4.2.1 Biaya Produksi Pada CV Mekar Sari ... 48
4.2.2 Perhitungan Biaya Produksi Pada CV Mekar Sari ... 55
4.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Harga Pokok Proses ... 57
4.3.1 Manfaat Metode harga Pokok Proses Dalam menghitung Harga Pokok Proses ... 63
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 64
xii Universitas Kristen Maranatha
5.2 Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 67
LAMPIRAN ... 68
xiii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Metode Full Costing ... 20
Gambar 2 Metode Variable Costing ... 20
Gambar 3 Struktur Organisasi CV Mekar Sari ... 39
Gambar 4 Model Penelitian ... 43
xiv Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I Perbedaan Full Costing dan Variable Costing ... 21
Tabel II Rincian Biaya Bahan Baku Kerupuk Bawang ... 49
Tabel III Rincian Biaya Bahan Baku Kerupuk Ikan ... 49
Tabel IV Rincian Biaya Bahan Baku Kerupuk Udang ... 50
Tabel V Jumlah Tenaga Kerja Langsung Kerupuk Bawang ... 52
Tabel VI Jumlah Tenaga Kerja Langsung Kerupuk Ikan ... 53
Tabel VII Jumlah Tenaga Kerja Langsung Kerupuk Udang ... 53
Tabel VIII Jumlah Biaya Overhead Pabrik CV Mekar Sari ... 55
Tabel IX Biaya Produksi Kerupuk Bawang ... 56
Tabel X Biaya Produksi Kerupuk Ikan ... 56
Tabel XI Biaya Produksi Kerupuk Udang ... 56
Tabel XII Perhitungan Unit Ekuivalen Produksi Kerupuk Bawang ... 58
Tabel XIII Perhitungan Unit Ekuivalen Produksi Kerupuk Ikan ... 58
Tabel XIV Perhitungan Unit Ekuivalen Produksi Kerupuk Udang... 59
Tabel XV Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan Kerupuk Bawang .... 59
Tabel XVI Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan Kerupuk Ikan ... 60
Tabel XVII Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan kerupuk Udang ... 60
Tabel XVIII Perbandingan Harga Pokok Produksi ... 61
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Fenomena industri kerupuk pada tahun 2010 seperti diberitakan pada Harian BaliPost menyatakan bahwa ratusan perajin kerupuk di Banyuwangi, Jawa Timur
terancam gulung tikar. Pemicunya, harga bahan baku kerupuk terus melambung. Harga paling mahal terjadi pada tepung tapioka. Bahan dasar kerupuk ini naik sekitar 100 persen. Harga tapioka naik dari Rp 190.000/sak menjadi Rp 280.000/sak. Selain
harga yang naik, pasokan komoditi ini juga sulit. Akibatnya, pengrajin terpaksa mengurangi jumlah produksi. ''Harga mendadak naik cukup tajam. Ini benar-benar
mengancam kelangsungan hidup perajin,'' kata Feris Yuliasardi, perajin kerupuk di Pengantigan, Banyuwangi.
Idealnya, kata Faris, harga tapioka hanya berkisar Rp 180.000/sak. Harga ini
bisa mencukupi kebutuhan produksi perajin yang terus membengkak. Akibat naiknya harga, sejumlah perajin terpaksa mengurangi jumlah produksi. Bahkan, beberapa
memilih libur karena merugi. ''Yang menyedihkan lagi, pasokan tapioka makin sulit,'' katanya.
Sebelumnya, setiap perajin bisa mendapat jatah hingga 1,2 ton tapioka. Kini,
pasokan maksimal hanya delapan kuintal per hari. Berkurangnya pasokan tapioka secara otomatis mengurangi jumlah produksi.
BAB I PENDAHULUAN 2
Universitas Kristen Maranatha
maksimal tujuh kuintal per hari. Jumlah ini, jauh dari melambungnya kebutuhan
produksi. Ditambah lagi, harga kerupuk hanya bisa naik tipis dari Rp 8.000 menjadi Rp 9.500/kg. ''Untungnya sangat tipis, belum lagi ongkos karyawan,'' keluhnya
Idealnya, kata dia, harga kerupuk bisa menembus Rp 10.000/kg. Naiknya harga tapioka, kata Feris, seringkali terjadi. Namun kali ini dirasakan paling tajam. Sebelumnya, naiknya harga tidak sampai menembus 25 persen. ''Kami benar-benar
bingung, bahan dasar kerupuk naiknya dua kali lipat,'' tuturnya. Sejumlah perajin yang masih bertahan, kata dia, terpaksa mengurangi ukuran dan berat kerupuk.
Strategi ini untuk menghindari kerugian yang cukup tajam. Selain naiknya harga, perajin mengeluhkan turunnya permintaan pasar. Permintaan kerupuk merosot sekitar 25 persen. Kondisi ini sudah terjadi sejak dua minggu terakhir. Akibatnya,
perajin harus menimbun hasil produksi. ''Biasanya, hasil produksi selalu habis. Sekarang harus menimbun dulu,'' tambahnya.
Kerupuk Banyuwangi banyak dikirim ke Bali dan Malang, Jawa Timur. Dalam kondisi normal, permintaan kerupuk dari dua daerah ini bisa mencapai dua ton per hari. Dia memprediksi, turunnya permintaan kerupuk dipicu persaingan pasar
yang tidak sehat. Konsumen lebih memilih kerupuk buatan pabrik yang harganya lebih murah. Dia berharap pemerintah bisa membuat kebijakan yang melindungi
perajin kecil agar bisa bertahan hidup. Di Banyuwangi perajin kerupuk mencapai lebih dari 200 lokasi. Selain Bali dan Malang, perajin hanya mengandalkan pasar lokal. (http://www.balipost.co.id diakses tanggal 24 Oktober 2011).
Masalah diatas sama seperti yang dialami oleh sejumlah industri makanan kecil di kota Tegal, yang terpaksa mengurangi produksi produk mereka. Contohnya:
BAB I PENDAHULUAN 3
Universitas Kristen Maranatha
Tegal. Akibat kenaikan harga minyak goreng yang berlangsung terus-menerus, usaha
tersebut terus menurun. Dalam sekali produksi ia membutuhkan bahan baku tiga kwintal tepung tapioka dan 150 kilogram minyak goreng untuk menggorengnya.
Namun sejak sebulan lalu, volume produksinya turun hingga menjadi satu kwintal per hari karena keuntungan yang diperolehnya semakin menipis, bahkan impas walaupun dia sudah menaikkan harga jual kerupuknya. Selain terbebani kenaikan
harga minyak goreng, ia juga terbebani kenaikan harga tepung tapioka. Saat ini harga tepung tapioka naik dari Rp 290.000,- menjadi Rp 335.000,- per kwintal.
(http://www.koranindonesia.com diakses tanggal 21 Oktober 2011)
Dari masalah yang dialami para pelaku industri pangan oleh karena kenaikan biaya pokok produksi yang diakibatkan dari kenaikan biaya bahan baku, maka
penulis termotivasi untuk meneliti dan menganalisis besarnya dampak-dampak atau pengaruh dari kenaikan biaya pokok produksi. Karena dengan adanya kenaikan
bahan pokok terutama tepung yang merupakan sumber bahan baku utama perusahaan pangan maka biaya untuk bahan baku tersebut akan meningkat dan untuk menyesuaikannya maka perusahaan harus menaikkan harga produksinya.
Informasi mengenai harga pokok produksi tersebut dapat digunakan sebagai alat bantu manajemen dalam menghitung harga pokok produksi yang dihasilkan.
Harga pokok produksi dapat dihitung dengan membagi jumlah harga pokok produksi yang dikeluarkan dengan jumlah unit yang diproduksi pada periode tertentu selama jangka waktu tertentu. Metode harga pokok produksi juga dapat menjadi alat bantu
bagi manajemen dalam pengambilan keputusan dan pengendalian.
Terkait dengan topik penelitian ini beberapa penelitian mengenai peranan
BAB I PENDAHULUAN 4
Universitas Kristen Maranatha
oleh peneliti sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan oleh Aini Indrijawati
(2008) yang menyimpulkan bahwa metode harga pokok proses merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah
produknya secara massal, dimana biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses tertentu, dengan jumlah satuan produk
yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.
Perusahaan dalam menghitung harga pokoknya masih belum sesuai dengan
Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum sehingga harga pokok yang disajikan oleh perusahaan belum wajar atau tidak sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum dimana masih ada biaya yang seharusnya dialokasikan ke dalam harga pokok
produksi, tetapi dibebankan ke dalam beban operasional. (Dewi,2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Tantri (2006) dengan judul “Manfaat Metode
Harga Pokok Proses Dalam Menghitung Harga Pokok Produksi”, memberikan suatu kesimpulan bahwa memberikan manfaat sebesar 48,16% dalam menentukan harga pokok produksi di CV Pagarsih Jaya Sentosa Plastik. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa CV Pagarsih Jaya Sentosa Plastik belum efisien dalam melakukan perencanaan dalam penetapan harga pokok produksi.
Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sudjiani (2004) dengan judul “Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Menggunakan Metode Harga Pokok Proses Rata-Rata Tertimbang (Weighted Average Cost Method) Pada
PT Panca Wira Usaha Jawa Timur”, setelah melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode harga pokok proses rata-rata tertimbang
BAB I PENDAHULUAN 5
Universitas Kristen Maranatha
dapat disimpulkan bahwa perhitungan metode harga pokok proses rata-rata
tertimbang (Weighted Average Cost Method) mempunyai keunggulan, yaitu harga pokok produksi yang didapat sebesar Rp 946,83 per unit sedangkan harga pokok
produksi yang ditentukan oleh perusahaan sebesar Rp 950 per unit. Jadi terdapat selisih kurang sebesar Rp 14,83 per unit.
Penelitian yang dilakukan oleh Clara pada tahun 2010 dengan judul “Manfaat
Metode Harga Pokok Proses Dalam Menghitung Harga Pokok Produksi” (Penelitian Pada 3 Divisi PT. Korin Hair Sukabumi), mendapatkan kesimpulan bahwa setelah
melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode harga pokok proses, pada Bulan Maret sampai Juli 2010, diperoleh hasil bahwa harga pokok proses memberikan manfaat sebesar 92,22% dalam menentukan harga pokok
produksi pada ketiga divisi berbeda yaitu divisi Full Wig, Hair Clip, dan rambut setengah di PT. Korin Hair Indonesia. Maka harga pokok proses di PT. Korin Hair
Indonesia hampir sepenuhnya telah dimanfaatkan dalam menentukan harga pokok produksinya.
Menyadari pentingnya perhitungan harga pokok bagi manajemen maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian atas pembebanan unsur-unsur harga pokok kedalam setiap proses produksi dengan menggunakan metode harga pokok
proses, sehingga dapat dihitung harga pokok produksi dari setiap barang produksi yang dihasilkan.
Dalam penelitian ini penulis melakukan survei di CV Mekar Sari yang
merupakan produsen kerupuk mentah yang sedang berkembang. Perusahaan ini berlokasi di Sukabumi, bahan baku yang dipakai perusahaan ini sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN 6
Universitas Kristen Maranatha
proses produksi perusahaan juga menggunakan minyak tanah. Perusahaan ini dalam
sekali produksi rata-rata menggunakan hampir 7-8 ton tepung tapioka.
Perusahaan ini memiliki tenaga kerja sebanyak 74 orang, serta 16 mesin yang
membantu dalam proses produksinya. Perusahaan memiliki beberapa supplier tetap yang telah terjamin kualitasnya sehingga dapat menjaga kualitas produk yang dihasilkan. CV Mekar Sari menjual produk akhirnya dalam jumlah yang besar
kepada distributor-distributor di beberapa kota di Jawa Barat yaitu Jakarta, Tanggerang, Bekasi, Bogor, Banten, Tasikmalaya, Garut.
Dengan adanya kenaikan biaya pokok produksi dari akibat kenaikan harga bahan baku (tepung tapioka) maka perusahaan kesulitan dalam menentukan harga jual walaupun pada akhirnya manajemen perusahaan memutuskan untuk menaikkan
harga jualnya tetapi total pendapatan sempat menurun karena daya beli konsumen yang menurun. Perusahaan sampai saat ini masih menggunakan metode tradisional
dalam menentukan harga pokok produksi, maka penulis ingin mencoba untuk menggunakan metode harga pokok proses dalam perhitungan harga pokok produksinya.
Berdasarkan latar belakang penulisan diatas, penulis bermaksud melakukan penelitian yang berjudul:
“Peranan Metode Harga Pokok Proses dalam Menghitung Harga Pokok
Produksi (Studi Kasus di CV Mekar Sari Sukabumi)”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, peneliti
BAB I PENDAHULUAN 7
Universitas Kristen Maranatha
1. Apakah karakteristik Metode Harga Pokok Proses terdapat pada CV Mekar Sari
Sukabumi?
2. Sampai sejauh mana Peranan Metode Harga Pokok Proses dalam menentukan
harga pokok produksi oleh CV Mekar Sari Sukabumi?
3. Apakah manfaat yang didapat oleh CV Mekar Sari Sukabumi dari penerapan Metode Harga Pokok Proses tersebut?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi maksud dari penelitian ini adalah untuk menghimpun data yang diperlukan oleh penulis dalam penyusunan skripsi, mempelajari dan memahami manfaat metode harga pokok produksi dalam menentukan harga pokok produksi.
Sedangkan yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui karakteristik Metode Harga Pokok Proses yang terdapat di
perusahaan CV Mekar Sari Sukabumi.
2. Untuk mengetahui sejauh mana Metode Harga Pokok Proses telah dimanfaatkan dengan baik untuk menentukan harga pokok produksi oleh perusahaan CV Mekar
Sari Sukabumi .
3. Untuk mengetahui manfaat yang didapat oleh perusahaan CV Mekar Sari
Sukabumi dari penerapan metode Harga Pokok Proses.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap permasalahan ini. Adapun kegunaan dari penelitian ini
BAB I PENDAHULUAN 8
Universitas Kristen Maranatha
1. Bagi akademisi
a. Bagi ilmu pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
masukan bagi ilmu pengetahuan di bidang akuntansi, khususnya akuntansi biaya mengenai peranan metode harga pokok proses dalam menghitung harga pokok produksi yang ada di perusahaan.
b. Bagi penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat lebih mendorong penelitian atau pengkajian
yang lebih kompleks (luas dan mendalam) tentang peranan metode harga pokok proses dalam menghitung harga pokok produksi di dalam sebuah perusahaan.
2. Bagi praktisi a. Perusahaan
Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi yang bermanfaat dan bersifat positif dan sebagai alat bantu manajemen dalam menerapkan akuntansi biaya khususnya dalam menentukan besar kecilnya harga pokok produksi.
b. Penulis
Dapat memberikan informasi tambahan pengetahuan akuntansi biaya dan dapat
membandingkan teori yang didapat dari mata kuliah yang bersangkutan dengan praktek secara langsung di perusahaan.
c. Pihak lain dan perusahaan lain yang sejenis
BAB I PENDAHULUAN 9
Universitas Kristen Maranatha
serta dapat dijadikan bahan acuan untuk dapat diterapkan perusahaan lain yang
64 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, perhitungan serta analisis yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, penulis mengambil beberapa simpulan terhadap manfaat metode harga pokok proses dalam menghitung harga pokok produksi di CV Mekar Sari, adalah
sebagai berikut:
1. Karakteristik Metode Harga Pokok Proses di CV Mekar Sari, yaitu:
a. Pengumpulan harga pokok produksi dilakukan untuk setiap proses selama
jangka waktu yang telah ditentukan, dan dilakukan pencatatan dibagian produk untuk setiap proses.
b. Kegiatan produksi di CV Mekar Sari dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi (production order) yang berisi rencana produk standar untuk jangka waktu yang telah ditentukan, yaitu biasanya pada awal bulan yang berlaku
untuk bulan tertentu.
c. Metode harga pokok proses digunakan oleh manajemen untuk mengumpulkan
informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan untuk periode yang telah ditentukan, serta membantu manajemen dalam proses pengambilan keputusan.
d. Fluktuasi bulanan dalam laporan biaya per unit rata-rata yang dihitung dalam laporan biaya biaya produksi merupakan data yang bermanfaat dalam upaya
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 65
Universitas Kristen Maranatha
2. Metode Harga Pokok Proses merupakan metode pengumpulan biaya produksi
yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara massal, dimana biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu
tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses tertentu, dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu tertentu yang bersangkutan.
3. Perhitungan harga pokok produk yang dilakukan oleh perusahaan lebih tinggi bila dibandingkan dengan perhitungan harga pokok berdasarkan Metode Harga Pokok
Proses.
4. Faktor yang menyebabkan perhitungan harga pokok produk yang dilakukan oleh perusahaan lebih tinggi yaitu:
a. Dalam melakukan perhitungan harga pokok produk, perusahaan tidak memperhitungkan barang dalam proses yang meskipun belum menjadi produk
jadi tetapi telah menyerap biaya produksi
b. Adanya produk rusak yang diabaikan oleh perusahaan. Meskipun jumlah yang rusak tersebut tidak terlalu berpengaruh bagi perusahaan tetapi bagaimana pun
juga perusahaan telah mengeluarkan biaya untuk menghasilkan produk tersebut.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan beberapa
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 66
Universitas Kristen Maranatha 1. Perusahaan CV Mekar Sari dapat menerapkan Metode Harga Pokok Proses agar
lebih rinci dalam memperhitungkan barang dalam proses dan barang rusak sehingga penentuan besarnya biaya pokok produksi dapat lebih akurat dan rinci
untuk masing-masing jenis produk.
2. CV Mekar Sari sebaiknya mengalokasikan biaya transportasi sebagai biaya pemasaran, karena biaya transportasi sales merupakan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk dalam penjualan produk ke pasar, atau dengan kata lain transportasi sales termasuk biaya yang dikeluarkan sejak produk jadi dikirimkan
67 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, H., dan Supomo. (1998). Akuntansi Manajemen. BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta.
Bambang, H. (2002). Akuntansi Manajemen Suatu sudut Pandang. Edisi 1. BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta.
Baridwan, Zaki. (2000). Intermedite Accounting, BPFE, Yogyakarta.
Bastian, B., Nurlela. (2006). Akuntansi Biaya: teori dan Aplikasi. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Certer, Usry. (2002). Akuntansi Biaya. Jilid 13, Salemba Empat, Jakarta. Ferris. (2010). Harian Bali Post.
htpp://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberita&kid=3&id= 35442
Garrison, Norren, Brewer. (2006). Akuntansi Manajerial. Edisi 11. (diterjemahkan: Nuri Hinduan). Salemba Empat, Jakarta.
Horngren, Datar, dan Foster. (2008). Akuntansi biaya Pendekatan Manajerial. Edisi 11 jilid 1. ( diterjemahkan: Desi Adhariani ). Indeks, Jakarta.
Indrianto, N., Bambang, S. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Buku II. Cetakan Kedelapan. BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta.
Mulyadi. (2000). Akuntansi Biaya. Edisi ke 6. Bagian penelitian Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Mulyadi. (2001). Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat & Rekayasa. Edisi ke 3. Salemba Empat, Jakarta.
Mulyadi. (2005). Akuntansi Biaya. Edisi 5. YKPN. Yogyakarta.
Mardapi, Djemari, dkk. (2003). Kurikulum 2004 SMA Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Ekonomi.Jakarta
Sunarto. (2004).; Akuntansi Biaya. Edisi ke-2, Amus, Yogyakarta.