KONTRIBUSI KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH
DAN KINERJA KOMITE SEKOLAH
TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN
COBLONG KOTA BANDUNG
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi
Administrasi Pendidikan
Oleh : Helmi Ramlan
0907819
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCA SARJANA
▸ Baca selengkapnya: contoh laporan kinerja harian kepala sekolah
(2)KONTRIBUSI KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH
DAN KINERJA KOMITE SEKOLAH
TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN
COBLONG KOTA BANDUNG
Oleh : Helmi Ramlan
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Administrasi Pendidikan
© Helmi Ramlan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr. H. Endang Herawan, M.Pd NIP. 19600810 198603 1 001
Pembimbing II
Dr. Aan Komariah, M.Pd NIP. 197005241994022001
Mengetahui
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D
ii
KONTRIBUSI KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA KOMITE SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH
Helmi Ramlan 0907819
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kontribusi kinerja manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah terhadap mutu sekolah. Permasalahan penelitian adalah apakah mutu sekolah ditentukan oleh sumbangan kinerja manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah, Kinerja Komite Sekolah dan Mutu Sekolah, kemudian menganalisis kontribusi kinerja manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah terhadap mutu sekolah.
Metode yang digunakan adalah survey deskriptif dengan penjelasan (explanatory survey method) dan menggunakan pendekatan kuantitatif. Subjek penelitian sebanyak 36 SD Negeri se- Kecamatan Coblong Kota Bandung, sampel yang diambil adalah guru yang memahami tata kelola di sekolahnya masing-masing dengan objek penelitian Kepela Sekolah dan Komite Sekolah SD Negeri se- Kecamatan Coblong Kota Bandung
Hasil penelitian ini adalah ditemukannya bahwa: 1) Pelaksanaan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung secara keseluruhan mempunyai kategori tinggi; 2) Kinerja Komite Sekolah Dasasr Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandungsecara keseluruhan tergolong tinggi; 3) Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung yang telah terlaksana secara keseluruhan rata-rata berada pada kategori tinggi; 4) Kinerja Manajerial Kepala Sekolah berkontribusi signifikan terhadap mutu sekolah dan kontribusinya tergolong tinggi; 5) Kinerja Komite Sekolah berkontribusi signifikan terhadap mutu sekolah dan kontribusinya tinggi; 6) Kinerja manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah secara bersama-sama berkontribusi signifikan terhadap mutu sekolah di SD Negeri se- Kecamatan Coblong Kota Bandung.
Rekomendasi penelitian ini adalah dalam kinerja manajerial kepala sekolah hendaknya dapat secara nyata memberikan pengarahan secara langsung kepada pendidik dan tenaga kependidikan disekolahnya dan memberikan motivasi agar setiap pendidik dan tenaga kependidikan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Pada kinerja komite sekolah komite sekolah hendaknya dapat menjadi jembatan dan penyalur aspirasi para pengguna/pelanggan sekolah (orangtua siswa) secara optimal ketika orang tua siswa memberikan masukan atau saran demi mencapai mutu sekolah yang baik dengan cara aktif berkomunikasi dan secara terprogram melaksanakan pertemuan rutin dengan para orang tua siswa.
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI E. Struktur Organisasi Tesis...
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
A.Kajian Pustaka ... 1. Mutu Sekolah Dalam Konteks Administrasi Pendidikan... 2. Tujuan dan Sasaran Administrasi Pendidikan... 3. Mutu Sekolah dalam Bidang kegiatan Administrasi
Pendidikan ... 6. Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah ... 7. Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer ... 8. Komite Sekolah Sebagai Wadah Kepedulian Masyarakat
iv
dalam Peningkatan Mutu Sekolah ... a. Pengertian Komite Sekolah... b. Tujuan Organisasi Komite Sekolah... ... c. Kinerja Komite Sekolah ... d. Peran dan Fungsi Komite Sekolah ... 1. Peran Sebagai Badan Pertimbangan ... 2. Peran Sebagai Badan Pendukung ... 3. Peran Sebagai Badan Pengawasan ... 4. Peran Sebagai Badan Pendukung ... B. Kerangka Pemikiran ... C.Hipotesis Penelitian ...
BAB III METODE PENELITIAN
A.Lokasi dan Populasi/Sampel Penelitian ... 1. Lokasi Penelitian ... 2. Subjek Penelitian ... 3. Sampel Penelitian ... B. Metode Penelitian ... C.Definisi Operasional ... D.Teknik Pengumpulan Data ... E. Uji Instrumen Penelitian ... 1. Uji Validitas ... 2. Uji Reliabilitas ... 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instumen ... F. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis ...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji dari penyelenggaraan
pendidikan pada level mikro adalah mutu sekolah. Betapa tidak mutu telah
menjadi tuntutan pada saat ini oleh berbagai kalangan atau kepentingan baik itu
untuk jenis barang maupun jenis jasa. Pada umumnya pengamatan orang tentang
sekolah sebagai lembaga pendidikan berkisar pada permasalahan yang nampak
secara fisik terlihat mata, seperti gedung, peserta didik, baju seragam, yang
dipakai siswa, halaman sekolah tempat bermain, serta fasilitas belajar yang ada
didalamnya, seperti meja, kursi, bangku, lemari dan buku pelajaran. Dikota
Bandung permasalahan yang mendasar yaitu kurangnya fasilitas sekolah dasar
negeri ini dapat dibuktuikan dengan fenomena yang terjadi di satu komplek
sekolah terdapat empat sekolah dasar sehingga ada pembagian sekolah siang dan
sore. Serta fasilitas sekolah kurang lengkap seperti fasilitas untuk kegiatan
olahraganya hal ini yang bisa menyebabkan mutu sekolah menurun.
Sebagaimana dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63
Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan bahwa pendidikan
nasional menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah,
dan masyarakat dan oleh karena itu penjaminan mutu pendidikan menjadi
tanggung jawab bersama ketiga unsur tersebut. Mutu berkenaan dengan penilaian
bagaimana suatu produk memenuhi kriteria, standar atau rujukan tertentu, untuk
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu dan menjamin mutu pendidikan
nasional pemerintah secara resmi telah mengeluarkan suatu peraturan tentang
standar nasional pendidikan yang terdapat pada Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, kemudian sebagai pelaksanaan
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemerintah juga secara resmi menetapkan permendiknas No.13 pada tahun 2007
tentang standar kepala sekolah/madrasah.
Sekolah yang baik tentu saja sekolah yang bermutu. Mutu di bidang
pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan
dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu apabila
mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan,
dan bermakna. Output dinyatakan bermutu jika hasil belajar akademik dan non
akademik siswa tinggi. Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat
terserap di dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui keberhasilan lulusan
dan merasa puas. Mutu bermanfaat bagi dunia pendidikan karena: 1)
meningkatkan pertanggungjawaban (akuntabilitas) sekolah kepada masyarakat
dan atau pemerintah yang telah memberikan semua biaya kepada sekolah, 2)
menjamin mutu lulusannya, 3) bekerja lebih profesional, dan 4) meningkatkan
persaingan yang sehat.
Sebagaimana dalam Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 pada Pasal 4 :
Tingginya kecerdasan kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) mengacu pada mutu kehidupan manusia dan bangsa
Indonesia yang komprehensif dan seimbang yang mencakup sekurang-kurangnya:
mutu keimanan, ketakwaan, akhlak, budi pekerti, dan kepribadian; kompetensi
intelektual, estetik, psikomotorik, kinestetik, vokasional, serta kompetensi
kemanusiaan lainnya sesuai dengan bakat, potensi, dan minat masing-masing;
muatan dan tingkat kecanggihan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang
mewarnai dan memfasilitasi kehidupan; kreativitas dan inovasi dalam menjalani
kehidupan; tingkat kemandirian serta daya saing, dan kemampuan untuk
menjamin keberlanjutan diri dan lingkungannya
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi suatu mutu sekolah. Oleh
karena itu penelitian ini diarahkan untuk mengkaji faktor-faktor yang dapat
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sekolah yang bermutu senantiasa berupaya memberikan layanan pendidikan
secara proporsional berlandaskan rasa keadilan, didukung kerjasama yang kuat
dari seluruh stakeholder untuk memberdayakan potensi-potensi lokal secara
optimal, dalam rangka menampilkan program unggulan sekolahnya. Apabila
infrastruktur desentralisasi sudah disiapkan, secara potensi sumber daya sudah
dimanfaatkan secara optimal, maka pada gilirannya nanti dapat mendorong
terwujudnya satuan pendidikan yang bermutu.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan wadah proses pendidikan
dilakukan, memiliki sistem yang dinamis. Sekolah bukan hanya wadah
bertemunya guru dan murid melainkan berada pada satu tatanan yang kompleks
dan saling terkait, oleh karena itu sekolah dipandang sebagai suatu organisasi
yang membutuhkan pengelolaan yang baik dan profesional serta mandiri.
Permasalahan pendidikan saat sekarang ini masih menjadi polemik dalam
meningkatkan mutu pendidikan Indonesia di tingkat dasar, hal ini dapat dilihat
dari rendahnya mutu pendidikan saat sekarang ini. Berbagai upaya pemerintah
dalam mengurangi permasalahan tersebut telah mengadakan perbaikan melalui
sistem pengelolaan pendidikan, penyediaan dan perbaikan sarana prasarana
pendidikan serta peningkatan mutu manajemen sekolah, bahkan pemerintah
berupaya untuk tidak membebani rakyat melalui bantuan operasional sekolah
pada tingkat pendidikan dasar. Namun belum bisa dijadikan solusi dalam
pengentasan permasalahan tersebut. Berikut ini tabel hasil rata-rata Ujian
Nasional (UN) Kota Bandung dan Kecamatan Coblong Kota Bandung yang
merupakan salah satu penentuan kriteria mutu
Gambar 1.1
Rata-rata Ujian Nasional
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Bandung
Dalam kaitan dengan dunia persekolahan, tujuan utamanya adalah
meneruskan kebudayaan kepada generasi muda melalui proses sosialisasi. Sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Sergiovanni dan Starrat, dalam Rohiat (2008)
bahwa tujuan persekolahan menjamin kompetensi minimal dalam keterampilan
dan pemahaman yang telah ditentukan bagi semua anak. Hal ini menuntut sekolah
untuk memiliki kemampuan dalam membuat rencana pengembangan SDM
personal sekolah maupun peserta didiknya. Sekolah harus memiliki kinerja yang
dapat menunjukan keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan secara
keseluruhan.
Standar mutu sekolah terdiri dari (1) Nilai-nilai dan misi; (2) Tata laksana
dan kepemimpinan; (3) Kurikulum; (4) Pengajaran; (5) Penilaian dan Evaluasi;
(6) Sumber daya; (7) Layanan pendukung pembelajaran; (8) Komunikasi dan
Jalinan Hubungan dengan Pemangku Kepentingan; (9) Kemasyarakatan; dan (10)
Peningkatan mutu secara berkelanjutan. Standar mutu kepala sekolah terdiri dari
enam standar; dan standar mutu pengawas sekolah terdiri dari standar (1) Visi
pendidikan; (2) Budaya sekolah; (3) Manajemen; (4) Komunikasi dan Kolaborasi
dengan masyarakat; (5) Sikap Keteladanan, Kejujuran, Keadilan, dan Etika Kota Bandung 19
20 21 22 23
2009/2010
2010/2011
2011/2012
N
il
a
i
U
N
2009/2010 2010/2011 2011/2012
Kota Bandung 20.97 21.28 22.59
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Profesi; (6) Lingkungan Politik, Sosial, Hukum, Ekonomi, dan Budaya; (7)
Program Instruksional; dan (8) Implementasi Kebijakan, menurut Dr. Abi Sujak
(2:2006).
Dalam penelitian ini penulis mengambil indikator mutu sekolah yaitu
kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan kemasyarakatan yang
merupakan peranan dari komite sekolah. Indikator tersebut diambil karena kedua
hal tersebut merupakan unsur yang sangat berpengaruh terhadap terciptanya mutu
sekolah yang baik yang dapat meningkatkan kinerja sekolah. Mutu sekolah juga
dapat dilihat dari hasil akreditasi sekolah yang dilakukan oleh tim asesor.
Berikut adalah data akreditasi Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Coblong
Kota Bandung :
Tabel 1.1
Data Akreditasi Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung
NO Nama Sekolah Akreditasi
1 SDN. Coblong 1 B
2 SDN. Coblong 2 B
3 SDN. Coblong 3 A
4 SDN. Coblong 6 B
5 SDN. Coblong 4 B
6 SDN. Coblong 5 B
7 SDN. Cisitu 1 A
8 SDN. Cisitu 2 A
9 SDN. Cipaganti 2 B
10 SDN. Cipaganti 4 B
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Bandung
12 SDN. Cihampelas 1 B
13 SDN. Cihampelas 3 B
14 SDN. Neglasari 1 A
15 SDN. Neglasari 2 B
16 SDN. Neglasari 3 B
17 SDN. Langensari 1 B
18 SDN. Senanggalih B
19 SDN. Neglasari 2 A
20 SDN. Neglasari 5 A
21 SDN. Neglasari 4 C
22 SDN. Tilil 1 A
23 SDN. Tilil 2 B
24 SDN. Tilil 3 A
25 SDN. Tilil 4 A
NO Nama Sekolah Akreditasi
26 SDN. Tikukur 1 B
27 SDN. Tikukur 2 B
28 SDN. Tikukur 3 B
29 SDN. Tikukur 4 A
30 SDN. Tikukur 5 A
31 SDN. Haurpancuh 1 B
32 SDN. Haurpancuh 2 B
33 SDN. Haurpancuh 3 B
34 SDN. Haurpancuh 4 B
35 SDN. Sekeloa 1 B
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kinerja sekolah ditentukan oleh kinerja semua elemen sekolah.
Keberhasilan sekolah tidak ditentukan oleh kinerja kepala sekolah saja, juga
bukan oleh kinerja pendidiknya saja, atau juga bukan karena gedungnya yang
megah, juga bukan karena fasilitasnya yang lengkap, melainkan oleh sinergi yang
dibangun dari semua elemen sekolah. Kinerja berhubungan erat dengan
pemenuhan sasaran individu dan akan memberikan sumbangan kepada sasaran
organisasi, karena itu menjadi tugas penting bagi pihak manajemen untuk
merumuskan kinerja. Untuk menilai keberhasilan kinerja sekolah diperlukan
prosedur dan mekanisme yang sistematik dan dapat dijadikan dasar untuk
mengungkap seberapa besar hasilnya untuk mencapai mutu sekolah. Adapun
komponen yang mempengaruhi kinerja sekolah adalah kualitas input, kualitas
proses dan kualitas output. Karena itu kinerja sekolah merupakan hasil kerja
seluruh personal sekolah yang dilakukan secara menyeluruh.
Adapun peran kepala sekolah dalam peningkatan kinerja sekolah pada
umumnya, dan hasil belajar siswa pada khususnya, jika elemen-elemen yang
disebutkan sebagai elemen yang berpengaruh pada hasil belajar siswa, maka ada
masukan lingkungan yang juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap
peningkatan mutu pendidikan pada umumnya dan peningkatan hasil belajar siswa
pada khususnya. Selain masukan instrumental (instrumental input), dalam sistem
tersebut juga terdapat masukan yang tidak kalah pentingnya, yakni masukan
lingkungan (environmental input) yang antara lain adalah kondisi
sosial-ekonomi-budaya, dan bahkan termasuk keamanan lingkungan sekolah. Dalam konteks ini,
faktor manajemen juga memegang peranan yang amat penting dalam peningkatan
mutu pendidikan. Kepala Sekolah serta elemen pemangku kepentingan
(stakeholder) merupakan masukan lingkungan yang ikut berpengaruh terhadap
kinerja sekolah sebagai suatu sistem (Suparlan, 2005: 61).
Penerapan model MBS merupakan salah satu gagasan yang diterapkan
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan kinerja sekolah secara
menyeluruh. Sejalan dengan semangat tersebut, sudah sepantasnyalah kalau
segala keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan pendidikan diambil dan
bertumpu pada sekolah dan masyarakat. Dalam MBS ini sekolah ditempatkan
sebagai suatu lembaga yang berada di tengah-tengah masyarakat yang memiliki
ciri khas tersendiri. Karena itu sekolah harus memiliki komite sekolah sebagai
unit perencana, unit pembuat keputusan, dan basis manajemen.
Komite Sekolah mencerminkan peran serta masyarakat dalam memajukan
pendidikan. Komite Sekolah tidak semata-mata dibentuk atas dasar formalitas
belaka, melainkan memang diberdayakan memberikan sumbang saran, pendapat,
kontrol terhadap penyelenggaraan pendidikan. Luasnya peran Komite Sekolah
tidak dimaksudkan untuk mengurangi wibawa guru dan kepala sekolah. Justru
porsi peran yang berbeda memungkinkan kerjasama yang baik diantara sekolah
dan Komite Sekolah.
Bentuk pengembangan potensi sekolah ini antara lain melalui peningkatan
kinerja para guru dan karyawan, keleluasaan mengelola sumber daya sekolah,
penyederhanaan birokrasi, dan mempererat partisipasi masyarakat. Upaya tersebut
diharapkan mampu mendorong kemajuan sekolah tanpa meninggalkan nilai-nilai
setempat. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah memperluas basis mitra
sekolah, yang semula hanya berbasis struktural dari pusat ke daerah. Dalam
konteks yang sama, Komite Sekolah harus mampu menjadi mitra sekolah agar
dikelola dengan manajemen yang terbuka dan transparan. Orang tua siswa
mendapatkan penjelasan tentang penggunaan dana sekolah. Kepala Sekolah
sangat tertutup dan takut mengalokasikan dana, atau pihak sekolah sudah terlanjur
bekerja dengan kebiasaan lama yaitu mengalokasikan dana untuk berbagai macam
keperluan tanpa sepengetahuan komite sekolah sehingga sekolah memerlukan
komite sekolah sebagai tameng. Undangan komite sekolah kepada orangtua siswa
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Melainkan untuk kepentingan penarikan dana pembangunan sekolah. Sehingga
rapat komite sekolah direduksi menjadi rapat pengumpulan dana. Hal ini tidak
perlu terjadi kalau komite sekolah benar-benar berperan sebagai pemberi
pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan. Untuk itu
perlu ditegakkan sistem perekrutan personal komite sekolah yang proporsional,
profesional, dan kompeten.
Komite Sekolah berkepribadian independen, namun punya semangat
tinggi untuk menjalin kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan sekolah.
Mengingat peran dan fungsi strategisnya, baik komite maupun pihak sekolah
harus sama-sama proaktif menunjukkan peran dan fungsinya dengan maksimal.
Kinerja komite sekolah yang baik akan menjadikan proses pendidikan yang
terbuka dan otonom mengarah pada pencapaian kinerja sekolah yang baik.
Komite sekolah diharapkan mampu menjadi mitra dalam upaya mencari alternatif
pemecahan masalah di sekolah agar mampu mendongkrak mutu dan kualitas
pendidikan yang didukung oleh pengelolaan kepemimpinan kepala sekolah yang
memiliki perilaku manajerial organisasi untuk meningkatkan kinerja sekolah.
Salah satu faktor yang penting untuk mencapai kinerja sekolah adalah
kepemimpinan dalam pendidikan, kepemimpinan kepala sekolah perlu
diberdayakan. Pemberdayaan berarti peningkatan kemampuan secara fungsional,
sehingga kepala sekolah mampu berperan sesuai dengan tugas, wewenang, dan
tanggung jawabnya secara profesional. Dengan adanya desentralisasi manajemen
pendidikan dan manajemen berbasis sekolah (MBS) peran kepala sekolah mulai
berubah. Apalagi komite sekolah mulai berperan penting dalam pengelolaan
sekolah. Menurut Managing Basic Education “Kepala sekolah mempunyai dua
peran utama, pertama sebagai pemimpin institusi bagi para guru, dan kedua
memberikan pimpinan dalam manajemen” . Pembaharuan pendidikan melalui manajemen berbasis sekolah (MBS) dan komite sekolah yang diperkenalkan
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang lebih besar untuk menerapkan perilaku manajerial dengan lebih baik untuk
mencapai kinerja sekolah. Mereka menyadari bahwa mereka harus lebih menjadi
mitra dari pada atasan dari para guru dan bekerjasama lebih erat dengan para guru
dan masyarakat dalam menangani permasalahan-permasalahan pendidikan.
Kerjasama penanganan masalah ini termasuk tugas pengelolaan penting, seperti:
supervisi kelas untuk mendorong dan mendukung pelaksanaan PAKEM,
memimpin pertemuan informal dengan para guru, untuk menstimulasi, berdiskusi
dan berbagi pengalaman mengenai inovasi, menghargai dan mendukung hasil
kerja dari komite sekolah untuk sekolah.
Beberapa perubahan kinerja kepala sekolah yang dilaporkan termasuk: (1)
manajemen terbuka-menjadi transparan, akuntabel, dan melibatkan banyak pihak
dalam perencanaan, keuangan dan pengembangan program sekolah bersama-sama
dengan para guru dan masyarakat; (2) menciptakan dan mengelola suasana belajar
yang ramah dan positif di sekolah; (3) terbuka dan mendukung inovasi. Di lain
pihak, kepala sekolah lebih enggan dalam hal-hal lain, seperti mendelegasikan
tanggung jawab pelaksanaan program sekolah kepada yang lain, mengunjungi dan
memonitor guru ke kelas, atau memimpin rapat formal dengan komite dan orang
tua murid lebih sering dari kebiasaan selama ini, yakni sebulan sekali, atau satu
semester sekali. Lebih lanjut, kepala sekolah yang lebih terbuka mengakui bahwa
para guru mereka juga mengalami kendala untuk mengubah perilaku/kinerjanya di
kelas daripada mengatakan bahwa guru mereka tidak responsif, melakukan
usaha-usaha positif, untuk membantu guru mengatasi ketakutan mereka. Para guru dan
anggota komite melihat peran kepala sekolah dalam hubungan dengan peran
mereka sendiri di dalam sekolah. Sejalan dengan itu, anggota komite membuat
daftar fungsi- fungsi itu sebagai bagian dari peran kepala sekolah dalam
pertemuan komite, yakni memiliki peran sebagai: badan pertimbangan (advisory
agency), pendukung (supporting agency), pengawas (controlling agency), dan
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pemahaman ini tidak salah, karena memang itulah yang dapat dilihat oleh
mata dalam bentuk wujud fisik sekolah. Namun demikian, sebutan kepada
lembaga yang bernama sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan, bukanlah apa
yang hanya terlihat oleh mata biasa secara fisik saja. Melainkan di dalam apa yang
disebut sekolah terdapat banyak kegiatan manusia yang tidak terlihat mata secara
fisik, tapi sangat mempengaruhi corak dan bentuk sekolah yang berpredikat
sekolah sebagai lembaga pendidikan yang baik atau buruk. Yaitu
bermacam-macam aktivitas yang diselenggarakan di dalamnya, seperti penerimaan siswa
baru, orientasi pembelajaran, pengelompokan siswa, pendidikan dan
pembelajaran, evaluasi, kepemimpinan, pembinaan, pengawasan, mutu belajar
mengajar, kurikulum, perencanaan, komunikasi interaksi, pembiayaan, rapat
sekolah, ujian/UAN, disiplin, penghargaan sampai pada lulusannya yang
dibanggakan masyarakat.
Sebagai suatu sistem, sekolah memiliki komponen inti yang terdiri dari
input, proses, dan output. Komponen-komponen tersebut tidak dapat dipisahkan
satu sama lain karena merupakan satu kesatuan utuh yang saling terkait, terikat,
mempengaruhi, membutuhkan dan menentukan. Oleh karena itu, harus disadari
bahwa perubahan satu komponen akan berpengaruh terhadap
komponen-komponen lainnya. Dengan demikian, berfikir sistem berarti tidak memandang
komponen secara parsial, tetapi saling terpadu satu sama lain.
Ketidakmampuan kepala sekolah dalam mengelola sekolah serta komite
sekolah yang partisipasi dan perhatiannya masih kurang dapat dipastikan akan
berdampak pada mutu sekolah. oleh karena itu maka perlu kiranya diadakan
sebuah penelitian mengenai “ Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Menajemen sekolah dengan rancangan MBS dipandang berhasil jika
mampu mengangkat derajat mutu proses dan produk pendidikan dan
pembelajaran. Dalam pengertian umum, mutu mengandung makna derajat
keunggulan suatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang maupun jasa.
Barang dan jasa pendidikan itu bermakna dapat dilihat dan tidak dapat dilihat,
tetapi dapat dirasakan.
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan,
proses, luaran, dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari beberapa sisi.
Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia, seperti
Kepala Sekolah, guru, laboran, staf tata usaha, dan siswa. Kedua, memenuhi atau
tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga, buku-buku, kurikulum,
prasarana, sarana sekolah, dan lain-lain. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria
yang berupa perangkat lunak, seperti peraturan, struktur organisasi, deskripsi
kerja. Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi,
motivasi, ketekunan, dan cita-cita.
Mutu proses pembelajaran mengandung makna bahwa kemampuan
sumber daya sekolah mentranformasikan berbagai jenis masukan dan situasi
untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu bagi peserta didik. Hal-hal yang
termasuk dalam kerangka mutu proses pendidikan ini adalah derajat kesehatan,
keamanan, disiplin, keakraban, saling menghormati, kepuasan, dan lain-lain dari
subjek selama memberikan dan menerima jasa layanan. Manajemen sekolah dan
manajemen kelas berfungsi menyingkronkan berbagai masukan tersebut atau
menyinergikan semua komponen dalam interaksi belajar dan mengajar. Semua
komponen itu bersinergi mendukung proses pembelajaran
Hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu.
Keunggulan akademikdinyatakan dengan nilai yang dicapai oleh peserta didik.
Keunggulan ekstrakurikuler dinyatakan dengan aneka jenis keterampilan yang
diperoleh siswa selama mengikutiprogram ekstrakurikuler. Di luar kerangka itu,
mutu luaran juga dapat dilihat dari nilai-nilai hidup yang dianut, moralitas,
dorongan untuk maju, dan lain-lain yang diperoleh anak didik selama menjalani
pendidikan.
Banyak faktor yang mempengaruhi mutu sekolah. Menurut Glendale
Union Highschool (GUHS), Taylor (Tola dan Furqon, 2002:19) sekolah yang
bermutu bercirikan ada gambar berikut :
Gambar 1.2
Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Sekolah
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Glendale Union Highschool (GUHS), Taylor (Tola dan Furqon, 2002:19)
Kajian realitas di lapangan telah memunculkan berbagai variabel yang
mempengaruhi kinerja guru. Dari banyaknya variabel, maka Penulis
mengidentifikasi dua variabel yang diduga mempengaruhi mutu sekolah yaitu :
(1) kinerja manajerial kepala sekolah dan (2) Kinerja Komite Sekolah.
Kinerja manajerial kepala sekolah merupakan unjuk kerja kepala sekolah
dan pendayagunaan kemampuan kepala sekolah atas apa yang telah direncanakan
dan mengawasi serta mengevaluasi apa yang telah diaktualisasikan. Sebagaimana
menurut Hunsaker (2001 :37) menjelaskan bahwa “kinerja manajerial kepala sekolah adalah petunjuk teknis pemimpin pendidikan sebagai manajer guna
memperoleh tujuan organisasi yang efektif dan berkualitas.” Kinerja manajerial seorang pemimpin ataupun di dalam suatu organisasi apapun wajib dilaksanakan
secara optimal agar langkah organisasi akan berjalan sebagaimana yang telah
dirancang sebelumnya.
Di dalam ruang lingkup organisasi persekolahan seorang kepala sekolah
sebagai pemimpin di satuan lembaga pendidikan perlu merancang sistem
organisasi persekolahan secara terstruktur didasari dari posisinya sebagai manajer
dan kemampuannya dalam bidang manajerial yang dilakukan secara sinergis
bersama seluruh stakeholder yang terlibat didalamnya.
Komite Sekolah menurut Kepmendiknas nomor 044/U/2002 “Lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua / wali peserta didik, komunitas sekolah,
serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.” Peran aktif Komite sekolah diperlukan untuk memberikan dukungan (supporting agency) atas kelancaran
manajemen sekolah dan memenuhi kebutuhan sekolah meningkatkan kualitas
layanan belajar, pertimbangan pengambilan keputusan, pengawasan manajemen
sekolah, mediator antara pemerintah dengan masyarakat dan lainnya secara
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Oleh karena itu, untuk menjaga dan meningkatkan mutu sekolah kedua
variabel, yaitu (1) kinerja manajerial kepala sekolah dan (2) kinerja komite
sekolah penting untuk diperhatikan.
Masalah yang menjadi rumusan utama yaitu “Bagaimana pengaruh Kinerja Manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja Komite Sekolah terhadap Mutu
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung?.” Adapun rincian
rumusan masalah diuraikan sebagai berikut:
1. Bagaimana Kinerja Manajerial Kepala Sekolah SD Negeri di Kecamatan
Coblong Kota Bandung?
2. Bagaimana Kinerja Komite Sekolah SD Negeri di Kecamatan Coblong
Kota Bandung?
3. Bagaimana Mutu Sekolah SD Negeri di Kecamatan Coblong Kota
Bandung?
4. Bagaimana kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah terhadap Mutu
Sekolah di SD Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung?
5. Bagaimana kontribusi Kinerja Komite Sekolah terhadap Mutu Sekolah di
SD Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung?
6. Bagaimana kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja
Manajerial terhadap Mutu Sekolah di SD Negeri di Kecamatan Coblong
Kota Bandung?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja Manajerial terhadap
Mutu Sekolah di SD Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung.
2. Tujuan Khusus
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Pelaksanaan kinerja manajerial kepala sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di
Kecamatan Coblong Kota Bandung.
b. Pelaksanaan kinerja komite sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
Coblong Kota Bandung.
c. Mutu sekolah Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung.
d. Seberapa besar kontribusi kinerja manajerial kepala sekolah terhadap mutu
sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung.
e. Seberapa besar kontribusi kinerja komite sekolah terhadap mutu sekolah pada
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung.
f. Seberapa besar kontribusi kinerja manajerial kepala sekolah dan kinerja komite
sekolah terhadap mutu sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
Coblong Kota Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menggungkap tentang pelaksanaan
kinerja manajerial kepala sekolah yang ada di sekolah dan kinerja komite sekolah
yang sehingga diharapkan berdampak baik terhadap mutu sekolah serta hubungan
antara ketiga variabel tersebut. Selain itu penelitian ini juga dapat di jadikan
sebagai sarana untuk memperkaya dan melengkapi bahan bacaan dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan yang sampai saat ini jauh dari harapan berbagai
pihak.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi para kepala
sekolah dan komite sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong
Kota Bandung agar semakin termotivasi untuk terus meningkatkan mutu
sekolahnya, sekaligus bahan masukan pula bagi Kepala Sekolah SD Negeri untuk
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Struktur Organisasi Tesis
Penulisan tesis ini terdiri atas lima Bab. Bab satu berisi tentang uraian
pendahuluan, yang di dalamnya berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur
organisasi tesis.
Bab dua tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis
penelitian. Isi dari Bab ini adalah konsep atau teori, hasil penelitian terdahulu
yang relevan dengan bidang yang diteliti serta kerangka pemikiran dan hipotesis
yang dirumuskan dalam penelitian.
Bab tiga berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, yang
meliputi lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain dan metode
penelitian, definisi operasional dari tiap variabel disertai indikatornya, instrumen
penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data serta teknik
analisis data.
Bab empat tentang hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi
pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan
masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis dan tujuan penelitian, serta
berisi pembahasan atau analisis temuan.
Bab lima tentang kesimpulan dan saran, menyajikan penafsiran dan
pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian serta saran atau
rekomendasi yang dapat ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada para
pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, serta kepada peneliti berikutnya
yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Coblong Kota Bandung Provinsi
Jawa Barat
2. Subjek Populasi
Populasi merupakan sekelompok objek yang dapat dijadikan sumber
penelitian. Menurut Sudjana (1997: 66):
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung atau pengukuran kuantitatif maupun kualitas mengenai karakteristik-karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang dipelajari sifat-sifatnya.
Menurut Sugiyono (2012:80) bahwa “Populasi adalah generalisasi yang
terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan diambil kesimpulan”.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa populasi dapat berupa orang,
peristiwa, atau objek. Populasi dalam penelitian ini adalah berupa orang.
Subjek penelitiannya yaitu sebanyak 36 sekolah dasar negeri. Berikut ini tabel
jumlah sekolah yang ada di Kecamatan Coblong Kota Bandung :
Tabel 3.1
Tabel Data Sekolah Dasar
NO Nama Sekolah Jumlah Kepala
Sekolah
Jumlah Komite Sekolah
1 SDN. Coblong 1 1 Orang 1 Orang
2 SDN. Coblong 2 1 Orang 1 Orang
3 SDN. Coblong 3 1 Orang 1 Orang
4 SDN. Coblong 6 1 Orang 1 Orang
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6 SDN. Coblong 5 1 Orang 1 Orang
No Nama Sekolah Jumlah Kepala
Sekolah
Jumlah Komite Sekolah
7 SDN. Cisitu 1 1 Orang 1 Orang
8 SDN. Cisitu 2 1 Orang 1 Orang
9 SDN. Cipaganti 2 1 Orang 1 Orang
10 SDN. Cipaganti 4 1 Orang 1 Orang
11 SDN. Pelesiran 1 1 Orang 1 Orang
12 SDN. Cihampelas 1 1 Orang 1 Orang
13 SDN. Cihampelas 3 1 Orang 1 Orang
14 SDN. Neglasari 1 1 Orang 1 Orang
15 SDN. Neglasari 2 1 Orang 1 Orang
16 SDN. Neglasari 3 1 Orang 1 Orang
17 SDN. Langensari 1 1 Orang 1 Orang
18 SDN. Senanggalih 1 Orang 1 Orang
19 SDN. Neglasari 2 1 Orang 1 Orang
20 SDN. Neglasari 5 1 Orang 1 Orang
21 SDN. Neglasari 4 1 Orang 1 Orang
22 SDN. Tilil 1 1 Orang 1 Orang
23 SDN. Tilil 2 1 Orang 1 Orang
24 SDN. Tilil 3 1 Orang 1 Orang
25 SDN. Tilil 4 1 Orang 1 Orang
26 SDN. Tikukur 1 1 Orang 1 Orang
27 SDN. Tikukur 2 1 Orang 1 Orang
28 SDN. Tikukur 3 1 Orang 1 Orang
29 SDN. Tikukur 4 1 Orang 1 Orang
30 SDN. Tikukur 5 1 Orang 1 Orang
31 SDN. Haurpancuh 1 1 Orang 1 Orang
32 SDN. Haurpancuh 2 1 Orang 1 Orang
33 SDN. Haurpancuh 3 1 Orang 1 Orang
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35 SDN. Sekeloa 1 1 Orang 1 Orang
36 SDN. Sekeloa 2 1 Orang 1 Orang
Penelitian ini menggunakan teknik kuisioner untuk mengungkapkan
Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja Komite Sekolah
Terhadap Mutu Sekolah di Kecamatan Coblong. Subjek penelitiannya yaitu
sebanyak 36 Sekolah Dasar.
3. Sampel Penelitian
Pengertian sampel menurut Riduwan (2010:56) mengatakan
bahwa: “Sampel adalah bagian dari populasi.” Sampel penelitian adalah
sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili
seluruh populasi. Untuk sekedar ancer – ancer maka apabila subjek kurang
dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara
10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Memperhatikan pernyataan tersebut,
karena jumlah populasi kurang dari 100 orang, maka sampel yang diambil
semuanya yaitu sebanyak 36 guru yang menjabat sebagai wakil kepala
sekolah bidang hubungan masyarakat karena disini penting untuk menilai
kesubjektifan dari penelitian ini dan guru tersebut dianggap mengetahui tugas
manajerial kepala sekolah dan mengetahui tugas yang dilakukan oleh komite
sekolah.
B. Metode Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey deskriptif dengan penjelasan (explanatory survey method). Pendekatan
kuantitatif melalui korelasi sederhana dan korelasi ganda. Analisis ini akan
digunakan dalam menguji besarnya pengaruh yang ditunjukkan oleh koefisien
korelasi antar variabel manajerial kepala sekolah (X1), komite sekolah (X2)
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sekolah dan komite sekolah se-Kecamatan Coblong Kota Bandung. Teknik
pengumpulan data dengan menggunakan angket.
Penelitian ini juga menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam
menjaring data dari sumbernya, untuk itu diperlukan kejelasan sumber data yaitu
populasi dan sampel dari sisi homogenitas, volume dan sebarannya. Karena data
hasil penelitian berupa angka-angka yang harus diolah secara statistik, maka antar
variabel-variabel yang dijadikan objek penelitian harus jelas korelasinya sehingga
dapat ditentukan pendekatan statistik yang akan digunakan sebagai pengolah data
yang pada gilirannya hasil analisis dapat dipercaya (reliabilitas dan validitas),
dengan demikian mudah untuk digeneralisasikan sehingga rekomendasi yang
dihasilkan dapat dijadikan rujukan yang cukup akurat. Sugiyono (2009:12-13)
penelitian kuantitatif didasarkan kepada paradigma positivisme berdasarkan pada
asumsi mengenai objek empiris, asumsi tersebut adalah: (1) objek/fenomena dapat
diklasifikasikan menurut sifat, jenis, struktur, bentuk, warna dan sebagainya.
Berdasarkan asumsi ini maka penelitian dapat memilih variabel tertentu
sebagai objek penelitian dan (2) determinisme (hubungan sebab akibat), asumsi
ini menyatakan bahwa setiap gejala ada penyebabnya. Berdasarkan asumsi
pertama dan kedua tersebut, maka penelitian dapat memilih variabel yang diteliti
dan menghubungkan variabel satu dengan yang lainnya. Suatu gejala tidak akan
mengalami perubahan dalam waktu tertentu. Kalau gejala yang diteliti itu berubah
terus maka akan sulit untuk dipelajari
C. Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang
sedang diteliti. Nasir. (2003:46-47) memberikan pengertian tentang definisi
operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara
mengukur suatu variabel, dengan kata lain definisi operasional adalah semacam
petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel, yaitu :
1. Kinerja Manajerial Kepala Sekolah adalah unjuk kerja kepala sekolah
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengontrolan, dan
pengevaluasian untuk mendayagunakan segala sumber yang tersedia
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan sekolah
2. Kinerja Komite Sekolah adalah unjuk kerja komponen penyeimbang
yang terdiri dari orangtua siswa, tokoh dan komunias pemerhati
pendidikan yang sekaligus partner sekolah sesuai fungsinya sebagai
badan pertimbangan, badan pendukung, badan pengawasan, dan badan
penghubung untuk mewujudkan tujuan pengelolaan pendidikan di
sekolah yang berkualitas / bermutu
3. Mutu Sekolah adalah standar kualitas seluruh komponen sekolah yang
dicapai secara optimal dan terukur dalam prestasi sekolah secara
akademik maupun non akademik
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel
Penelitian Dimensi Indikator
Sumber
Planning 1. Menyusun perencanaan Regulasi Sekolah
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengevaluasi
2. Mengelola kesiswaan Interval 14.15
3. Mengelola sarana dan
5. Mengelola humas Interval 19, 20
6. Mengelola keuangan Interval 21, 22
7. Mengelola unit layanan
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penghubung
Input 1. SDM Kepala Sekolah, Pendidik & Tenaga
Proses 6. Proses Belajar
Mengajar (PAIKEM)
Output 8. Kompetensi Lulusan Tinggi
Pengumpulan data merupakan proses pengadaan untuk kepentingan
merupakan suatu proses pengadaan untuk kepentingan penelitian. Data yang telah
terkumpul digunakan unruk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Teknik
pengumpulan dana yang dipergunakan oleh penulis adalah penelitian lapangan,
yaitu menyebarkan kuisioner dilokasi penelitian guna mendapatkan data primer.
Kuisioner yang disebarkan kepada responden dibuat berdasarkan skala likert
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nasir (2003:328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan
alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang
akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi
lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang
diteliti. Sehubungan dengan pengertian teknik pengumpulan data dan wujud
data yang akan dikumpulkan, maka penelitian ini menggunakan dua teknik
utama pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi dan teknik angket.
1. Teknik Angket
Angket disebarkan pada responden dalam hal ini sebanyak 36 responden.
Pemilihan dengan model angket ini, didasarkan atas alasan bahwa: (a)
responden memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan atau
pernyataan – pernyataan, (b) setiap responden menghadapi susunan dan cara
pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai
kebebasan memberikan jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk
mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dan dalam waktu
yang tepat. Melalui teknik model angket ini akan dikumpulkan data yang
berupa jawaban tertulis dari responden atas sejumlah pertanyaan yang diajukan
dalam angket tersebut.
Akdon (2005:131) menyatakan bahwa:
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dan mereka bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Angket digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data secara langsung dari responden yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadanya. Data yang diperoleh dari responden bisa berupa apa yang diketahui, apa yang disukai, apa yang dirasakan, atau dipikirkan, apa yang diinginkan dan apa yang dibutuhkan.
Sugiyono (2012:162) menjelaskan bahwa, kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Pernyataan dalam Kuesioner disusun dengan alternative jawaban Skala Likert
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
variabel penelitian. Masing-masing jawaban dari 5 alternatif jawaban yang
tersedia dan diberi bobot nilai seperti pada tabel 3.3
Tabel 3.3
Skor Jawaban Responden
No. Jawaban Responden Skor
Bulir (+) Bulir (-)
1. Sangat baik 5 1
2. Baik 4 2
3. Cukup Baik 3 3
4. Kurang Baik 2 4
5. Tidak Baik 1 5
Langkah awal dari penggunaan angket ini dilakukan uji coba terhadap alat
penelitian yang berupa kuisioner yang merupakan penjabaran dari setiap
variabel-variabel penelitian. Keberhasilan suatu penelitian tergantung dari alat
pengumpulan data yaitu instrument yang digunakan, sehingga instrument
penelitian dapat menghasilkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis
penelitian. Instrumen sebagai alat pengukur variabel penelitian harus memenuhi
syarat utama yaitu valid (shahih) dan reliable (dapat dipercaya) sehingga
pengukuran yang dilakukan dapat berhasil dengan baik.
Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran
interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan
kisaran 1 - 5 dengan alternatif jawaban, yaitu:
1 = Sangat Tidak Baik/sangat tidak pernah/sangat tidak setuju/sangat rendah
2 = Kurang Baik/tidak pernah/ kurang setuju/ rendah
3 = Tidak Tahu/kadang-kadang/ cukup setuju/cukup tinggi
4 = Baik/Sering/ setuju/ tinggi
5 = Sangat Baik/Selalu/ sangat setuju/ sangat tinggi
E. Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Pengukuran validitas menunjukan kemampuan instrumen penelitian
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
valid harus memiliki validitas internal dan eksternal. Instrumen yang memiliki
validitas internal atau rasional bila kriteria yang ada dalam instrument secara
rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur. Instrumen yang
mempunyai validitas eksternal bila kriteria di dalam instrument disusun
berdasarkan fakta empiris yang telah ada (Sugiyono, 2009 123)
Uji validitas menurut Saifuddin Azwar, (2003) dalam Kusnendi (2008:
94-95) adalah untuk mengetahui ketepatan instrument penelitian mengukur apa yang
seharusnya diukur. Merujuk pada skala Likert lima point, maka uji validitas pada
tesis ini digunakan analisi korelasi item-total dikoreksi (corrected item total
correlation) alasannya dengan jumlah item kurang dari 30 dan validitas
digunakan koefesien korelasi item total, hasilnya diperoleh besaran koefisien
korelasi yang cenderung ovekinkan terjadi karena pengaruh spurious overlap,
yaitu adanya tumpang eksi dengan nilai simpangan baku (standard deviation) skor
item dan skor total. Penggunaan analisis korelasi item-total dikoreksi
didefinisikan sebagai berikut :
√[ ]
Dimana :
= Koefisien korelasi item-total
= simpangan baku skor setiap item pertanyaan = simpangan baku skor total
Untuk menentukan item mana yang memiliki validitas yang memadai,
para ahli menetapkan patokan besaran koefesien item total korelasi sebesar 0,25
atau 0,30 sebagai batas minimal valid tidaknya sebuah item menurut Saifuddin
Azwar, (2003) dalam Kusnendi (2008: 96) . Artinya semua item pertanyaan atau
pernyataan yang memiliki koefisien korelasi item total korelasi sama atau lebih
besar dari 0,25 atau 0,30 diindikasikan memiliki validitas internal yang memadai
dan kurang dari 0,25 atau 0,30 diindikasikan item tersebut tidak valid Kusnendi
(2008: 95-96).
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji reliabilitas yaitu untuk mengetahui ketepatan nilai angket artinya
isntrumen penelitian dapat dipercaya bila diujikan pada kelompok yang sama
walaupun pada waktu yang berbeda, maka hasilnya akan sama. Pengujian
reliabilitas menggunakan koefisien reliabilitas Cronbach alpha. Suatu instrument
penelitian diindikasikan memiliki tingkat reliabilitas memadai jika koefisien alpha
Cronbach besar atau sama dengan 0,70 (Kusnendi, 2008:96).
Untuk menguji reliabilitas instrument, digunakan rumus Alpha dengan
alasan bahwa instrumen dirancang berskala 1-5. Rumusnya adalah sebagai berikut
( ) ∑
Dimana :
= Nilai realibilitas
∑ = Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians total
= jumlah item
Langkah-langkah pengujian dengan menggunakan rumus tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Menghitung varians skor tiap-tiap item dengan rumus :
∑ ∑
Dimana :
= varians skors tiap-tiap item
∑ = jumlah kuadrat item Xi
∑ = jumlah item Xi dikuadratkan = Jumlah responden
2. Menjumlahkan varians semua item dengan rumus :
∑
3. Menghitung varians total dengan rumus :
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Masukan nilai alpha dengan rumus :
∑
5. Mengkonsultasikan nilai r dengan r product moment untuk mengetahui
apakah instrument angket yang digunakan reliable atau tidak. Apabila :
1. >
2.
3. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas
a). Kinerja Manajerial Kepala Sekolah
Berdasarkan hasil uji coba instrumen ke 36 orang yang bukan
sampel dalam penelitian ini maka untuk variabel Kinerja Manajerial Kepala
Sekolah diperoleh kesimpulan bahwa ke-27 item tersebut valid semuanya.
Pengujian reliabilitas instrument (test of reliability) untuk mengetahui
apakah data yang telah dihasilkan dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas
menggunakan koefisien reliabilitas Cronbach alpha. Suatu instrument
penelitian diindikasikan memiliki tingkat reliabilitas memadai jika koefisien
alpha Cronbach besar atau sama dengan 0,70 (Kusnendi, 2008:96).
Instrument untuk Kinerja Manajeriala Kepala Sekolah memiliki tingkat
reliabel yang memadai karena meliliki reliabilitas sebesar 0.958.
Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4
Uji Hasil Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kinerja Manajerial Kepala Sekolah
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ket r hitung r tabel Ket
No. item 1 0.503 0.3 Valid
0.958 0.7 Reliabel No. item 2 0.532 0.3 Valid
No. item 3 0.858 0.3 Valid No. item 4 0.817 0.3 Valid No. item 5 0.740 0.3 Valid No. item 6 0.731 0.3 Valid No. item 7 0.855 0.3 Valid No. item 8 0.753 0.3 Valid No. item 9 0.793 0.3 Valid No. item 10 0.770 0.3 Valid No. item 11 0.777 0.3 Valid No. item 12 0.674 0.3 Valid No. item 13 0.586 0.3 Valid No. item 14 0.624 0.3 Valid No. item 15 0.619 0.3 Valid No. item 16 0.582 0.3 Valid No. item 17 0.551 0.3 Valid No. item 18 0.703 0.3 Valid No. item 19 0.690 0.3 Valid No. item 20 0.617 0.3 Valid No. item 21 0.747 0.3 Valid No. item 22 0.513 0.3 Valid No. item 23 0.481 0.3 Valid No. item 24 0.632 0.3 Valid No. item 25 0.589 0.3 Valid No. item 26 0.503 0.3 Valid No. item 27 0.610 0.3 Valid
b). Kinerja Komite Sekolah
Berdasarkan hasil uji coba instrumen ke 36 orang yang bukan sampel
dalam penelitian ini maka untuk variabel Kinerja Manajerial Kepala Sekolah
diperoleh kesimpulan bahwa ke-29 item soal no 1, 3 dan 29 tidak valid maka oleh
peneliti item soal tersebut dibuang tanpa diganti oleh item yang baru karena telah
diwakili item soal yang lain yang mewakili indikatornya. Pengujian reliabilitas
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas menggunakan koefisien reliabilitas
Cronbach alpha. Suatu instrument penelitian diindikasikan memiliki tingkat
reliabilitas memadai jika koefisien alpha Cronbach besar atau sama dengan 0,70
(Kusnendi, 2008:96). Instrument untuk Kinerja Manajeriala Kepala Sekolah
memiliki tingkat reliabel yang memadai karena meliliki reliabilitas sebesar 0.938.
Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5
Uji Hasil Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kinerja Komite Sekolah
Item Validitas Reliabilitas
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No. item 26 0.545 0.3 Valid No. item 27 0.501 0.3 Valid No. item 28 0.605 0.3 Valid No. item 29 0.130 0.3 Tidak Valid
c). Mutu Sekolah
Berdasarkan hasil uji coba instrumen ke 36 orang yang bukan sampel
dalam penelitian ini maka untuk variabel Kinerja Manajerial Kepala Sekolah
diperoleh kesimpulan bahwa ke-32 item soal no 21 dan 32 tidak valid maka oleh
peneliti item soal tersebut dibuang tanpa diganti oleh item yang baru karena telah
diwakili item soal yang lain yang mewakili indikatornya. Pengujian reliabilitas
instrument (test of reliability) untuk mengetahui apakah data yang telah dihasilkan
dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas menggunakan koefisien reliabilitas
Cronbach alpha. Suatu instrument penelitian diindikasikan memiliki tingkat
reliabilitas memadai jika koefisien alpha Cronbach besar atau sama dengan 0,70
(Kusnendi, 2008:96). Instrument untuk Kinerja Manajeriala Kepala Sekolah
memiliki tingkat reliabel yang memadai karena meliliki reliabilitas sebesar 0.966.
Keputusannya dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6
Uji Hasil Validitas dan Reliabilitas Instrumens Mutu Sekolah
Item Validitas Reliabilitas
ket r hitung r table Ket
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No. item 47 0,869 0.3 Valid No. item 48 0,775 0.3 Valid No. item 49 0,680 0.3 Valid No. item 50 0,941 0.3 Valid No. item 51 0,853 0.3 Valid No. item 52 0,873 0.3 Valid No. item 53 0,745 0.3 Valid No. item 54 0,869 0.3 Valid No. item 55 0,825 0.3 Valid No. item 56 0,842 0.3 Valid No. item 57 0,591 0.3 Valid No. item 58 0,656 0.3 Valid No. item 59 0,683 0.3 Valid No. item 60 0,841 0.3 Valid
F. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis
Data yang terkumpul dari kuisioner diolah dan dikelompokan, melalui
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tabulasi, yaitu memberikan nilai (scoring) sesuai dengan sistem
penilaian yang telah ditetapkan. Jawaban kuisioner tertutup
menggunakan skala ordinal
2. Nilai yang diperoleh merupakan indikator untuk pasangan variabel Xi,
X2 dan variabel dependen Y.
3. Penerapan data pada pendekatan penelitian, yaitu data hasil tabulasi
diterapkan pada pendekatan penelitian yang digunakan sesuai dengan
tujuan penelitian.
4. Untuk kualitas informasi laporan keuangan, motivasi dan kompetensi
manajerial, pengolahan data dilakukan dengan menganalisis jawaban
responden terhadap setiap butir pernyataan.
5. Untuk melihat hasil penelitian yang ada dalam kuisioner responden
apakah positif atau negative terhadap pelaksanaan variabel yang diteliti
Helmi Ramlan, 2014 Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah & Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Analisis Deskriptif
Pengelolaan data secara deskriptif digunakan bantuan tabel dalam
bentuk jumlah dan prensentase dengan ketentuan pembobotan yang telah
ditentukan sehingga dapat diketahui klasifikasi keberadaan dari
masing-masing variable penelitian.
2. Analisis Regresi
Untuk mengukur besarnya pengaruh variable bebas terhadap
variable tergantung dan memprediksi variable tergantung dengan
menggunakan variable bebas. Analisis regresi sebagai kajian terhadap
hubungan atau variable yang disebut sebagai variable yang diterangkan (the
explained variable) dengan satu atau dua variable yang menerangkan (the
explanatory). Variabel pertama disebut juga sebagai variable tergantung dan
variable kedua disebut juga sebagai variabel bebas. Jika variabel bebas lebih
dari satu, maka analisis regresi disebut regresi linier berganda. Disebut
berganda karena pengaruh beberapa variabel bebas akan dikenakan kepada
variabel tergantung.
Analisis regresi berbeda dengan analisis korelasi. Jika analisis
korelasi digunakan untuk melihat hubungan dua variabel ; maka analisis
regresi digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel
tergantung serta memprediksi nilai variabel tergantung dengan menggunakan
variabel bebas. Dalam analisis regresi variabel bebas berfungsi untuk
menerangkan (explanatory) sedang variabel tergantung berfungsi sebagai
yang diterangkan (the explained). Dalam analisis regresi data harus berskala
interval atau ratio. Hubungan dua variabel bersifat dependensi.
Untuk garis linear rata-rata Y terhadap X1; X2; X3;….;Xn dari populasi
dijabarkan dalam persamaan garis lenear regresi berganda: