LPPD PROV. KALTIM TAHUN 2020
ii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
SURAT PERNYATAAN TELAH DIREVIU v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.1.1. Penjelasan Umum 1
a. Undang-Undang Pembentukan Daerah 1
b. Data Geografis Wilayah 2
c. Jumlah Penduduk 4
d. Jumlah Kabupaten/Kota 6
e. Jumlah Perangkat Daerah, Unit Kerja Perangkat Daerah
Dan Pegawai Pemerintah 6
f. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 11
1.1.2. Perencanaan Pembangunan Daerah 12
1.1.2.1. Permasalahan Strategis Pemerintah Daerah 12
1.1.2.2. Visi dan Misi 13
1.1.2.3. Program Pembangunan Daerah Berdasarkan RPJMD
Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2019-2023 13 1.1.2.4. Kegiatan Pembangunan Daerah Berdasarkan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur
Tahun 2020 17
1.1.3. Penerapan Standar Pelayanan Minimal 18 BAB II CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH 19
2.1. Capaian Kinerja Makro 19
2.1.1. Indeks Pembangunan Manusia 19
a. Perkembangan IPM Kalimantan Timur 19
b. Pencapaian Kapabilitas Manusia 21
c. Pencapaian Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota 21
d. Perbandingan Regional 23
2.1.2. Angka Kemiskinan 24
2.1.3. Angka Pengangguran 27
2.1.4. Pertumbuhan Ekonomi 33
2.1.5. Ketimpangan Pendapatan 34
2.2. Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan 35
2.2.1. Indikator Kinerja Kunci Keluaran 36
2.2.2. Indikator Kinerja Kunci Hasil 66
2.2.3. Indikator Kinerja Kunci Untuk Penunjang Urusan Pemerintahan 73 2.3. Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah 74
A. Capaian Kinerja Organisasi 74
LPPD PROV. KALTIM TAHUN 2020
iii 1. Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Tahun Sebelumnya 75 2. Pengukuran Realisasi Kinerja Tahun 2020 76 3. Evaluasi dan Analisis Kinerja Per Sasaran 79
B. Realisasi Anggaran 135
1. Anggaran dan Realisasi APBD 2020 135
2. Anggaran dan Realisasi Menurut Sasaran dan Program Prioritas 136 BAB III CAPAIAN KINERJA PELAKSANAAN TUGAS PEMBANTUAN 143 1. Dasar Hukum PenyelenggaraanTugas Pembantuan 143 2. Gambaran Umum Pelaksanaan Tugas Pembantuan di Provinsi 143 3. Capaian Kinerja Pelaksanaan Tugas Pembantuan 144
3.1. Tugas Pembantuan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi
Kaltim 144
3.2. Tugas Pembantuan Provinsi yang dilaksanakan oleh Daerah
Kabupaten/Kota 153
3.3. Permasalahan dan Kendala 153
3.4. Saran danTindak Lanjut 153
BAB IV PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL 155
4.1. Urusan Pendidikan 155
4.2. Urusan Kesehatan 160
4.3. Urusan Pekerjaan Umum 163
4.4. Urusan Perumahan Rakyat 169
4.5. Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat 173
4.6. Urusan Sosial 178
4.7. Program dan Kegiatan 184
4.7.1. Urusan Pendidikan 184
4.7.2. Urusan Kesehatan 185
4.7.3. Urusan Pekerjaan Umum 187
4.7.4. Urusan Perumahan Rakyat 187
4.7.5. Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan
Masyarakat 187
4.7.6. Urusan Sosial 189
BAB V PENUTUP 191
LAMPIRAN INDIKATOR KINERJA KUNCI / IKK
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.1.1. Penjelasan Umum
Provinsi Kalimantan Timur sebagai wilayah administrasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1956 dengan gubernurnya yang pertama adalah APT Pranoto. Sebelumnya, Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu karesidenan dari Provinsi Kalimantan Selatan. Sesuai dengan aspirasi rakyat, sejak tahun 1956 wilayahnya dimekarkan menjadi tiga provinsi, yaitu Provinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.
a. Undang-Undang Pembentukan Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959, tentang Penetapan Undang-Undang Darurat No. 3 Tahun 1953 tentang Perpanjangan Pembentukan Daerah Tk. II di Kalimantan menjadi Undang-Undang, meliputi :
1. Daerah Tingkat II Kutai 2. Kotapraja Balikpapan 3. Kotapraja Samarinda 4. Daerah Tingkat II Berau 5. Daerah Tingkat II Bulungan
Dalam perkembangan lebih lanjut sesuai ketentuan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1974 dibentuk 2 Kota Administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1981 dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1989, yakni :
1. Kota Administratif Bontang (berada di Kabupaten Kutai) 2. Kota Administratif Tarakan (berada di Kabupaten Bulungan)
Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1997, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2002 serta Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2007 mengenai pemekaran Kabupaten dan Kota di Wilayah Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan Timur dari 6 (enam) Kabupaten/Kota bertambah menjadi 14 (empat belas) Kabupaten/Kota, yaitu :
1. Kabupaten Paser.
2. Kabupaten Berau.
3. Kabupaten Bulungan.
4. Kabupaten Kutai Kartanegara.
5. Kabupaten Kutai Barat.
6. Kabupaten Kutai Timur.
7. Kabupaten Malinau.
8. Kabupaten Nunukan.
9. Kabupaten Penajam Paser Utara.
10. Kabupaten Tana Tidung.
11. Kota Samarinda.
12. Kota Balikpapan.
13. Kota Tarakan.
14. Kota Bontang.
Pasca diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pembentukan Kabupaten Mahakam Ulu di Provinsi Kalimantan Timur, maka wilayah Provinsi Kalimantan Timur saat ini terdiri dari 7 Kabupaten dan 3 Kota yaitu :
1. Kabupaten Paser, ibukotanya Tana Paser.
2. Kabupaten Berau ibukotanya Tanjung Redeb.
3. Kabupaten Kutai Kartanegara, ibukotanya Tenggarong.
4. Kabupaten Kutai Barat, ibukotanya Sendawar.
5. Kabupaten Kutai Timur, ibukotanya Sangatta.
6. Kabupaten Penajam Paser Utara, ibukotanya Penajam.
7. Kabupaten Mahakam Ulu, ibukotanya Ujoh Bilang.
8. Kota Samarinda, ibukotanya Samarinda.
9. Kota Balikpapan, ibukotanya Balikpapan.
10. Kota Bontang, ibukotanya Bontang.
b. Data Geografis Wilayah
Secara geografis, Provinsi Kalimantan Timur terletak diantara 1130 35’ 31” - 1190 12’ 48” Bujur Timur dan 20 34’ 23” Lintang Utara - 20 44’
17” Lintang Selatan. Secara administratif, batas wilayah Provinsi Kalimantan Timur adalah:
1. Sebelah Utara : berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Utara;
2. Sebelah Barat : berbatasan dengan Negara Bagian Serawak Malaysia, Provinsi Kalimantan Barat, dan Provinsi Kalimantan Tengah;
3. Sebelah Selatan
: berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Selatan; dan
4. Sebelah Timur : berbatasan dengan Selat Makasar dan Laut Sulawesi.
Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan cakupan wilayah yang cukup luas, yaitu mencapai 16.732.065 Ha. Sebagian besar wilayah Provinsi Kalimantan Timur berupa daratan dengan luasnya mencapai 12.638.931 Ha (75,68%) dan perairan darat seluas 3,3 Juta Ha (2,59%). Bentangan alam yang luas ini menjadikan Provinsi Kalimantan Timur memiliki peluang lebih besar untuk mengelola sumber daya alam yang ada di dalamnya.
Kalimantan Timur merupakan salah satu pintu gerbang utama di wilayah Indonesia Bagian Timur. Daerah yang juga dikenal sebagai gudang kayu dan hasil pertambangan ini mempunyai ratusan sungai yang tersebar pada hampir semua Kabupaten/ Kota dan merupakan sarana angkutan utama di samping angkutan darat, dengan sungai yang terpanjang Sungai Mahakam.
Geo-strategis Kalimantan Timur pada dasarnya menguntungkan dan sekaligus menantang bagi upaya pembangunan, karena merupakan satu dari hanya 13 provinsi di Indonesia yang mempunyai wilayah perbatasan antar negara, yaitu dengan negara Malaysia. Selain itu, posisi Kalimantan Timur berada pada Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II dari Laut Sulawesi ke Samudra Hindia melalui Selat Makasar dan Selat Lombok yang memiliki potensi perekonomian sangat strategis bagi alur pelayaran perdagangan. ALKI berperan dalam memperlancar transportasi kapal- kapal dagang yang melintasi wilayah kepulauan Indonesia. Manfaat dari tersedianya jalur laut tersebut bagi Indonesia sangat besar, yaitu dapat meningkatkan hubungan dagang baik dengan negara-negara Afrika, Asia, dan Pasifik. Bagi Kalimantan Timur, posisi ALKI II sangat bernilai strategis baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun politis karena akan membuka peluang berkembangnya pelabuhan besar dan berstandar internasional yang dapat mendorong perkembangan ekonomi daerah khususnya dan nasional pada umumnya.
Provinsi Kalimantan Timur terletak di paling timur Pulau Kalimantan.
Tepatnya provinsi ini berbatasan langsung dengan Kalimantan Utara di sebelah Utara, Laut Sulawesi dan Selat Makasar di sebelah Timur, Kalimantan Selatan di sebelah Selatan, dan Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah serta Malaysia di sebelah Barat. Adapun pembagian wilayah
administratif Provinsi Kalimantan Timur menurut Kabupaten/ Kota dapat dirinci sebagai berikut:
Tabel 1.1 : Data Wilayah Administratif Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2020
Sumber : Hasil Pengolahan Tim RTRW GIS Prov.Kalimantan Timur (RKPD)
c. Jumlah Penduduk
Kondisi demografi di Provinsi Kalimantan Timur sangat kompleks mengingat wilayah geografis yang begitu luas namun jumlah penduduk yang bisa dibilang belum tinggi. Selain itu distribusi penduduk yang menyebar tidak merata menimbulkan tantangan tersendiri dalam membuat kebijakan kependudukan agar pembangunan dirasakan setiap lapisan masyarakat.
Kalimantan Timur termasuk provinsi yang tidak padat penduduk, karena populasi penduduk Kalimantan Timur hingga data terakhir tahun 2020 berjumlah 3.769.073 jiwa. Jumlah keseluruhan penduduk Kalimantan Timur yang dihitung berdasarkan Komposisi rasio jenis kelamin yang terdiri dari laki-laki sebanyak 52% atau 1.955.542 Jiwa
dan Penduduk Perempuan sebanyak 48% atau 1.813.531 Jiwa.
Kabupaten/
Kota
Luas Daratan (Ha)
Luas Pengelolaan
Laut (Ha)
Luas Perairan Darat
Luas Wilayah (Ha)
Jumlah Kecamatan
Jumlah Desa/
Kelurahan
Paser 1.103.079,03 8.200,00 6.617,10 1.117.896 10 144
Kutai Barat 1.349.555,59 - 21.436,55 1.370.992 16 194
Mahakam Ulu 2.559.004,99 - 39.803,16 1.944.941 5 50
Kutai
Kartanegara 3.096.435,18 1.891,00 8.735,68 2.600.699 18 237 Kutai Timur 2.163.497,46 2.641,00 10.021,69 3.107.812 18 135
Berau 291.894,83 11.962,00 478,40 2.185.481 13 110
Penajam Paser
Utara 1.938.738,41 400,00 6.202,38 292.773 4 54
Balikpapan 51.124,20 287,00 100,32 51.512 6 34
Samarinda 69.264,16 - 2.388,38 71.653 10 59
Bontang 16.298,78 275,00 15,45 16.589 3 15
0–4 Mil Laut
(Kab/Kota) - 25.656,00 - - - -
4-12 Mil Laut (Kewenangan Provinsi)
- 3.971.717 - - - -
Provinsi 12.638.892,63 3.997.373 95.799,12 16.732.065 103 1.032
Tabel 1.2
Data Jumlah Penduduk Provinsi Kalimantan Timur Per Kabupaten/
Kota Berdasarkan Data Kependudukan Bersih (DKB) Semester II Tahun 2020
Sumber : Data Kependudukan Bersih (DKB) Kemendagri Semester II Tahun 2020
Gambar 1.
Sumber : Data Kependudukan Bersih (DKB) Kemendagri RI Semester II Tahun 2020
Tabel 1.3
Data Penduduk Provinsi Kalimantan Timur Per Kabupaten/ Kota Semester II Tahun 2020 Berdasarkan Kelompok Umur
Sumber : Data Kependudukan Bersih (DKB) Kemendagri RI Semester II Tahun 2020
d. Jumlah Kabupaten/Kota
Sejak Undang-Undang Nomor 20 tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pembentukan Kabupaten Mahakam Ulu di Provinsi Kalimantan Timur, maka wilayah Provinsi Kalimantan Timur saat ini terdiri dari 7 Kabupaten dan 3 Kota yaitu :
1. Kabupaten Paser, ibukotanya Tana Paser.
2. Kabupaten Berau ibukotanya Tanjung Redeb.
3. Kabupaten Kutai Kartanegara, ibukotanya Tenggarong.
4. Kabupaten Kutai Barat, ibukotanya Sendawar.
5. Kabupaten Kutai Timur, ibukotanya Sangatta.
6. Kabupaten Penajam Paser Utara, ibukotanya Penajam.
7. Kabupaten Mahakam Ulu, ibukotanya Ujoh Bilang.
8. Kota Samarinda, ibukotanya Samarinda.
9. Kota Balikpapan, ibukotanya Balikpapan.
10. Kota Bontang, ibukotanya Bontang.
e. Jumlah Perangkat Daerah, Unit Kerja Perangkat Daerah dan pegawai pemerintah
Perangkat Daerah pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Timur yang terdiri atas :
1. Sekretariat Daerah, yang terdiri dari 9 (sembilan) Biro yaitu : a. Biro Pemerintahan, Perbatasan dan Otonomi Daerah;
b. Biro Kesejahteraan Rakyat;
c. Biro Hukum;
d. Biro Perekonomian;
e. Biro Infrastruktur dan Sumber Daya;
f. Biro Administrasi Pembangunan;
g. Biro Organisasi;
h. Biro Umum; dan i. Biro Humas.
2. Sekretariat DPRD;
3. Inspektorat;
4. Dinas, yang terdiri dari 22 (dua puluh dua) Dinas yaitu : a. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan;
b. Dinas Kesehatan;
c. Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat;
d. Dinas Sosial;
e. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
f. Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
g. Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura;
h. Dinas Lingkungan Hidup;
i. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa;
j. Dinas Perhubungan;
k. Dinas Komunikasi dan Infromatika;
l. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;
m. Dinas Pemuda dan Olahraga;
n. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan;
o. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral;
p. Dinas Kehutanan;
q. Dinas Kelautan dan Perikanan;
r. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah;
s. Dinas Pariwisata;
t. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan;
u. Dinas Perkebunan; dan v. Satuan Polisi Pamong Praja.
5. Badan, yang terdiri dari 9 (sembilan) Badan yaitu : a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;
b. Badan Pendapatan Daerah;
c. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah;
d. Badan Kepegawaian Daerah;
e. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia;
f. Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah;
g. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik;
h. Badan Penanggulangan Bencana Daerah; dan i. Badan Penghubung.
Selain Perangkat Daerah tersebut terdapat 3 (tiga) Rumah Sakit Daerah Provinsi sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) bidang kesehatan yaitu :
1. Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie;
2. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Kanujoso Djatiwibowo; dan 3. Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam.
Jumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur pada Tahun 2020 berjumlah 10.661 orang.
Tabel 1.4
Jumlah PNS di Lingkungan Pemprov. Kaltim
Berdasarkan Golongan & Jenis Kelamin Keadaan Desember 2020
GOL
JENIS KELAMIN
JUMLAH
P W
1 2 3 4
IV 1.360 1.165 2.525
III 3.038 3.236 6.274
II 1.165 543 1.708
I 136 18 154
Jumlah 10.661
Tabel 1.5
Jumlah ASN di Lingkungan Pemprov. Kaltim Berdasarkan Eselon & Jenis Kelamin
Keadaan Desember 2020 ESELON JENIS KELAMIN
JUMLAH
P W
1 2 3 4
I 1 1
II 29 5 34
III 186 78 264
IV 427 268 695
Jumlah 994
Tabel 1.6
Jumlah ASN di Lingkungan Pemprov. Kaltim Berdasarkan Eselon, JFT, Non Eselon & Jenis Kelamin
Keadaan Desember 2020 KETERANGAN JENIS KELAMIN
JUMLAH
P W
1 2 3 4
ESELON 643 351 994
JFT 2.014 2.639 4.653
NON ESELON 2.357 2.657 5.014
Jumlah 10.661
Tabel 1.7
Jumlah ASN di Lingkungan Pemprov. Kaltim Berdasarkan Gender Keadaan Desember 2020
GENDER JUMLAH
1 2
PRIA 3.042 WANITA 1.972 Jumlah 10.661
Tabel 1.8
Jumlah ASN di Lingkungan Pemprov. Kaltim Berdasarkan Pendidikan Keadaan Desember 2020 PENDIDIKAN GENDER
JUMLAH
P W
1 2 3 4
SD 9 2 11
SMP 645 466 1.111
SMA 2.863 3.095 5.958
D-I 113 109 222
D-II 387 585 972
D-III 17 16 33
D-IV 18 19 37
S.1 1.405 629 2.034
S.2 149 24 173
S.3 93 17 110
Jumlah 5.699 4.962 10.661
Tabel 1.9
Jumlah ASN di Lingkungan Pemprov. Kaltim Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Keadaan Desember 2020
USIA GENDER
JUMLAH
P W
1 2 3 4
> 55 785 475 1.260 51 - 55 1.422 979 2.401 46 - 50 1.172 859 2.031 41 - 45 1.083 998 2.081 36 - 40 795 1.009 1.804
31 - 35 301 466 767
26 - 30 120 142 262
21 - 25 20 34 54
< 20 1 - 1 Jumlah 5.699 4.962 10.661
Tabel 1.10
Jumlah ASN di Lingkungan Pemprov. Kaltim Berdasarkan Agama dan Jenis Kelamin
Keadaan Desember 2020 AGAMA Jenis Kelamin
JUMLAH
P W
1 2 3 4
ISLAM 5.257 4.411 9.668
KRISTEN KATHOLIK 155 145 300
KRISTEN PROTESTAN 268 384 652
HINDU 14 15 29
BUDHA 5 7 12
KONGHUCU - - -
LAIN-LAIN - - -
Jumlah 5.699 4.962 10.661
Tabel 1.11
Jumlah ASN di Lingkungan Pemprov. Kaltim Berdasarkan Agama dan Jenis Kelamin
Keadaan Desember 2020
JENJANG GENDER
JUMLAH
P W
1 2 3 4
DIKLATPIM TK. I 4 - 4
DIKLATPIM TK. II 33 12 45
DIKLATPIM TK.III 244 122 366
DIKLATPIM TK.IV 657 391 1.048
Jumlah 938 525 1.463
f. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 1. Pendapatan Daerah
Berdasarkan APBD Tahun Anggaran 2020 target pendapatan daerah ditetapkan sebesar Rp. 8.584.526.835.525,18 dan realisasi pendapatan per 31 Desember 2020 adalah sebesar Rp. 10.132.934.637.527,40 atau terealisasi sebesar 118,04%.
Adapun penjabaran target dan realisasi Pendapatan Daerah pada APBD Tahun Anggaran 2020 bersumber dari Pendapatan
Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah dengan uraian sebagai berikut :
URAIAN ANGGARAN REALISASI
PENDAPATAN 8.584.526.835.525,18 10.132.934.637.527,40 - Pendapatan Asli Daerah 4.318.906.394.875,18 5.289.069.824.750,41 - Dana Perimbangan 4.192.349.479.650,00 4.759.526.731.777,00 - Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah 73.270.961.000,00 84.338.081.000,00
2. Belanja Daerah
Target belanja daerah berdasarkan APBD Tahun Anggaran 2020 sebesar Rp. 10.706.850.002.651,00 dan realisasi belanja per 31 Desember 2020 sebesar Rp. 9.328.251.817.708,25 atau terealisasi sebesar 87,12%.
Berikut rincian target dan realisasi belanja daerah :
1.1.2. Perencanaan Pembangunan Daerah
1.1.2.1. Permasalahan Strategis Pemerintah Daerah
Permasalahan Pembangunan Kalimantan Timur Jangka Menengah sebagai berikut:
1. Lambannya transformasi ekonomi menuju pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan.
2. Belum meratanya dan belum kuatnya daya saing sumber daya manusia adalah pemicu utama belum maksimalnya pembangunan daerah di Provinsi Kalimantan Timur.
URAIAN ANGGARAN REALISASI
BELANJA 10.706.850.002.651,00 9.328.251.817.708,25 Belanja Tidak Langsung 6.171.964.627.233,82 5.482.008.130.715,33 - Belanja Pegawai 1.922.832.701.353,82 1.668.048.559.233,06 - Belanja Hibah 223.050.003.062,00 163.932.628.062,00 - Belanja Bantuan Sosial 16.070.550.000,00 12.578.200.000,00 - Belanja Bagi Hasil kepada
Kabupaten/Kota 1.911.308.336.000,00 1.863.237.603.015,00 - Belanja Bantuan
Keuangan kepada Kabupaten Kota
1.598.703.036.818,00 1.548.034.936.819,00 - Belanja Tidak Terduga 500.000.000.000,00 226.176.203.586,27 Belanja Langsung 4.534.885.375.417,18 3.846.243.686.992,92 - Belanja Pegawai 323.887.156.195,00 310.502.613.116,80 - Belanja Barang dan Jasa 2.879.410.809.493,62 2.469.135.311.146,03 - Belanja Modal 1.331.587.409.728,56 1.066.605.762.730,10
3. Belum meratanya aksesibilitas dan konektivitas dari dan ke sentra produksi.
4. Semakin menurunnya kualitas lingkungan hidup.
5. Belum tercapainya pelayanan publik yang optimal.
1.1.2.2. Visi dan Misi
Visi RPJMD Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2019-2023 adalah “Berani Untuk Kalimantan Timur Berdaulat”. Visi pembangunan tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam misi pembangunan dalam lima tahun mendatang sebagai berikut :
1. Berdaulat dalam pembangunan sumber daya manusia yang berakhlak mulia dan berdaya saing, terutama perempuan, pemuda dan penyandang disabilitas;
2. Berdaulat dalam pemberdayaan ekonomi wilayah dan ekonomi kerakyatan yang berkeadilan;
3. Berdaulat dalam memenuhi kebutuhan infrastruktur kewilayahan;
4. Berdaulat dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan;
5. Berdaulat dalam mewujudkan birokrasi pemerintahan yang bersih, profesional dan berorientasi pelayanan publik.
1.1.2.3. Program Pembangunan Daerah Berdasarkan RPJMD Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2019-2023
Pencapaian indikator target kinerja visi dan misi pada sasaran pembangunan jangka menengah daerah didukung oleh program prioritas yang akan diselenggarakan oleh Perangkat Daerah terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Program-program pembangunan Provinsi Kalimantan Timur untuk periode 2019-2023 merupakan program prioritas yang secara spesifik dimaksudkan untuk mencapai sasaran RPJMD, sebagaimana dapat dilihat pada table berikut ini :
Tujuan 1 : Mewujudkan Masyarakat yang berkarakter berakhlak mulia dan berdaya saing
Sasaran 1 : Meningkatnya pengalaman nilai-nilai budaya dan keagamaan di Masyarakat
- Program Pendidikan Publik Masyarakat
- Program Pengembangan Nilai-Nilai Keagamaan - Program Pengembangan Nilai Budaya
Sasaran 2 : Meningkatnya taraf pendidikan masyarakat - Program Pengembangan Sekolah Kejuruan - Program Pendidikan Sekolah Menengah Atas - Program Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan - Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
- Program Peningkatan Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Masyarakat
- Program Penanggulangan Kemiskinan Bidang Pendidikan
- Pendidikan Jarak Jauh (Distance Learning System) - Pendidikan Luar Biasa
- Peningkatan Perlindungan Dan Pemenuhan Hak Anak - Program Peningkatan Layanan, Otomasi dan
Kerjasama Perpustakaan
Sasaran 3 : Meningkatnya kesehatan dan gizi masyarakat
- Program Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan
- Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
- Program Penanggulangan Kemisikinan Bidang Kesehatan
Tujuan 2 : Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat
Sasaran 4 : Meningkatnya partisipasi aktif perempuan dalam pembangunan
- Program Penanggulangan Kemiskinan Bidang Pemberdayaan Perempuan
- Program Penguatan Kelembagaan Perlindungan Perempuan Dan Anak
- Program Penanggulangan Kemiskinan Bidang Kesejahteraan Sosial
- Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma
Sasaran 5 : Meningkatnya kewirausahaan dan prestasi pemuda - Program Peningkatan Prestasi Olahraga
- Peningkatan Upaya Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup Pemuda
Sasaran 6 : Meningkatnya daya saing tenaga kerja
- Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja
Tujuan 3 : Meningkatkan Ekonomi Kerakyatan
Sasaran 7 : Meningkatnya usaha ekonomi koperasi dan UKM - Program Penguatan Kelembagaan dan Pengembangan
Koperasi dan UKM
Sasaran 8 : Meningkatnya keberdayaan masyarakat perdesaan - Program Pengembangan lembaga ekonomi pedesaan - Program Pembangunan Desa dan Kawasan
- Program Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Kelurahan
- Program Kampung Iklim
Sasaran 9 : Meningkatnya kontribusi sektor pariwisata terhadap ekonomi daerah
- Program Pengembangan Destinasi Pariwisata Tujuan 4 : Mewujudkan kemandirian ekonomi yang
berkelanjutan
Sasaran 10 : Meningkatnya kontribusi sektor perindustrian dalam perekonomian daerah
- Program Peningkatan dan Pengembangan Industri Sasaran 11 : Meningkatnya kontribusi sektor perindustrian
dalam perekonomian daerah
- Program Kemudahan Pelayanan dan Percepatan Proses Perizinan
- Program Pengendalian Pelaksanaan Investasi
Sasaran 12 : Meningkatnya kontribusi sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura terhadap ekonomi daerah - Program peningkatan produksi dan produktivitas
tanaman pangan
- Program peningkatan produksi dan nilai tambah hortikultura
Sasaran 13 : Meningkatnya kontribusi sektor peternakan terhadap ekonomi daerah
- Program pengembangan usaha peternakan
- Program peningkatan produksi dan produktivitas peternakan
Sasaran 14 : Meningkatnya kontribusi sektor perkebunan terhadap ekonomi daerah
- Program peningkatan produksi perkebunan
- Program pembinaan dan pengawasan usaha perkebunan
- Program peningkatan mutu dan pemasaran hasil perkebunan
- Program mitigasi emisi gas rumah kaca sektor perkebunan
Sasaran 15 : Meningkatnya kontribusi sektor perikanan terhadap ekonomi daerah
- Program Pengembangan Produksi Budidaya dan Penguatan Daya Saing Produk Perikanan
- Program Pengembangan Perikanan Tangkap
- Program Peningkatan Penyediaan Benih Ikan dan Udang Unggulan
- Program pengelolaan ruang laut
Sasaran 16 : Meningkatnya kontribusi sektor kehutanan terhadap ekonomi daerah
- Program Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan - Program Perlindungan dan KSDAE
- Program Pengelolaan DAS dan RHL
- Program Penyuluhan, pemberayaan masyarakat hutan dan perhutanan sosial
Sasaran 17 : Meningkatnya pendanaan pembangunan daerah - Program perencanaan dan pengembangan sumber
pendapatan daerah
Tujuan 5 : Meningkatkan Pemerataan Pelayanan Infrastruktur Dasar
Sasaran 18 : Meningkatnya aksesibiltas wilayah
- Program Pembangunan Prasarana Transportasi Laut dan SDP
- Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas Angkutan Jalan
Sasaran 19 : Meningkatnya Konektivitas antar kawasan - Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Sasaran 20 : Meningkatnya fungsi pelayanan infrastruktur
sumber daya air
- Program Pengelolaan Sumber Daya Air
- Program Pembnagunan Infrastruktur Keciptakaryaan Sasaran 21 : Menurunnya kawasan kumuh
- Program perumahan dan kawasan permukiman Sasaran 22 : Terpenuhnya kebutuhan energi daerah
- Program diversifikasi & konservasi energi - Program pengembangan ketenagalistrikan Tujuan 6 : Meningkatkan kualitas lingkungan hidup Sasaran 23 : Menurunnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
- Program Tata Lingkungan
- Program pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup
Sasaran 24 : Meningkatnya ketangguhan menghadapi bencana - Program Pencegahan dan kesiapsiagaan
Penanggulangan Bencana Daerah
- Program Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana Sasaran 25 : Meningkatnya kinerja penyelenggaraan penataan
ruang
- Program Penyelenggaraan Penataan Ruang
Tujuan 7 : Mewujudkan Birokrasi Pemerintahan yang bersih, professional dan berorientasi pelayanan publik Sasaran 26 : Terwujudnya Birokrasi yang efektif dan efisien
- Program Penguatan Akuntabilitas Kinerja - Program Penguatan Kelembagaan
- Program Perencanaan Pembangunan Daerah Sasaran 27 : Terwujudnya Birokrasi yang memiliki pelayanan
publik berkualitas
- Program Peningkatan Pelayanan Publik - Program Tata Laksana Pemerintahan
- Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa
Sasaran 28 : Terwujudnya Birokrasi yang bersih dan akuntabel - Pencegahan KKN
- Peningkatan Profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan
1.1.2.4. Kegiatan Pembangunan Daerah Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2020
Prioritas pembangunan Kalimantan Timur tahun 2020 disusun berdasarkan analisas terhadap permasalahan pembangunan dan tujuan pembangunan pada interpretasi/arahan tujuan pembangunan jangka menengah tahun 2019-2023. Prioritas Pembangunan pada RKPD merupakan Prioritas Pembangunan yang bersifat Tematik
yang ditujukan pada pencapaian menjadi sasaran utama pada tema RKPD 2020. Sesuai dengan Tema RKPD 2020, “Pengembangan Kompetensi SDM, Pemanfaatan Teknologi, dan Infrastruktur Wilayah yang Mendukung Nilai Tambah Ekonomi”, maka kata kunci pada tema tersebut adalah Nilai Tambah Ekonomi. Dengan memahami permasalahan pada daya saing investasi di Kalimantan Timur maka Prioritas Pembangunan RKPD Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2020 adalah :
1. Pemerataan Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan ;
2. Pengembangan Pendidikan Vokasi dan Kejuruan Berbasis Teknologi;
3. Penguatan Peran dan Kapasitas Ekonomi Kerakyatan;
4. Pemerataan dan Peningkatan Konektivitas Pusat-Pusat Produksi;
5. Peningkatan Ketahanan Sumberdaya Air, Energi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup;
6. Peningkatan Tata Kelola dan Kapasitas Pemerintah Daerah.
1.1.3. Penerapan Standar Pelayanan Minimal
Pemerintah mempunyai kewajiban untuk memenuhi SPM untuk urusan wajib terutama pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan rakyat, ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat dan sosial. Berdasarkan capaian pembangunan Kalimantan Timur, masih banyak urusan wajib yang belum diselesaikan dengan baik dikarenakan keterbatasan sumberdaya. Selain itu, belum seluruh Kementerian Teknis menerbitkan petunjuk teknis pelaksanaan SPM.
Sementara di Kalimantan Timur juga menghadapi masalah dan isu strategis dalam penerapan SPM sebagai berikut :
1. Kapasitas daerah dalam tahap persiapan rencana pencapaian SPM belum dipetakan secara menyeluruh;
2. Kapasitas Daerah dalam pengintegrasian rencana dan dokumen perencanaan SPM masih dihadapkan pada permasalahan lemahnya pemahaman aparatur daerah;
3. Kapasitas daerah dalam pembelanjaan penerapan SPM masih dihadapkan pada terbatasnya kemampuan keuangan daerah;
4. Kapasitas daerah dalam tahap penyampaian indikator-indikator kinerja SPM.
BAB II
CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
2.1. Capaian Kinerja Makro
Capaian kinerja makro merupakan capaian kinerja yang menggambarkan keberhasilan penyelenggraan pemerintahan daerah secara umum. Capaian kinerja makro dihasilkan dari berbagai program yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah, pemerintah pusat, pihak swasta dan pihak terkait lainnya dalam pembangunan nasional. Capaian kinerja makro menggunakan indikator kinerja makro sebagai berikut :
Tabel 2.1.
Capaian Kinerja Makro 2020
Sumber : BPS Prov. Kaltim
2.1.1 Indeks Pembangunan Manusia
a. Perkembangan IPM Kalimantan Timur
Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging people choice). Perluasan pilihan ini dilakukan dengan meningkatkan kemampuan manusia dan pemanfaatan kemampuan yang dimilikinya itu untuk bekerja, menikmati kehidupan serta aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan, seperti kebudayaan, sosial dan politik.
IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan, antara lain pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
IPM diperkenalkan pertama kali oleh UNDP pada tahun 1990, dengan metode penghitungannya direvisi pada tahun 2010 (IPM Metode Baru). BPS mengadopsi metodologi baru penghitungan IPM ini sejak tahun 2014 dan telah dilakukan backcasting sampai ke angka IPM tahun 2010.
IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standard hidup layak (decent standard of living). Umur panjang dan hidup sehat digambarkan oleh Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH), yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat
dicapai oleh bayi yang baru lahir untuk hidup, dengan asumsi bahwa pola angka kematian menurut umur pada saat kelahiran sama sepanjang usia bayi.
Pengetahuan diukur melalui indikator Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Harapan Lama Sekolah didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak umur 7 tahun di masa mendatang. Adapun Rata-rata Lama Sekolah adalah rata-rata lamanya (tahun) penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal.
Sementara itu standar hidup layak digambarkan oleh Pengeluaran per Kapita Disesuaikan, yang nilainya ditentukan dari pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (purchasing power parity). Dengan paritas daya beli dihitung menurut harga-harga yang berlaku di Jakarta Selatan, sehingga nilai Pengeluaran per kapita disesuaikan ini memiliki keterbandingan dengan daerah lainnya.
IPM dihitung berdasarkan rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, indeks pengetahuan, dan indeks pengeluaran. Penghitungan ketiga indeks ini dilakukan dengan melakukan standardisasi dengan nilai minimum dan maksimum masing-masing komponen indeks.
IPM merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan pembangunan manusia di suatu wilayah. Untuk melihat kemajuan pembangunan manusia, terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu kecepatan dan status pencapaian.
Gambar 2.1
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalimantan Timur Tahun 2010-2020
Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Prov.Kaltim No. 63/12/64/Th.XXIII
Secara umum, selama periode 2010-2019 pembangunan manusia provinsi Kalimantan Timur terus mengalami kemajuan dengan peningkatan rata- rata setiap tahun sebesar 0,80 persen. Pada tahun 2010, IPM Kalimantan Timur sebesar 71,31 dan terus meningkat setiap tahunnya sehingga menjadi sebesar
76,61 di tahun 2019. Namun, pada tahun 2020 IPM Kalimantan Timur mengalami penurunan sebesar 0,48 persen, menjadi sebesar 76,24. Hingga tahun 2020, pembangunan manusia di Provinsi Kalimantan Timur masih berstatus “tinggi”, sama dengan 21 provinsi lain di Indonesia.
b. Pencapaian Kapabilitas Manusia
Pencapaian pembangunan manusia diukur dengan memperhatikan tiga aspek esensial, yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Oleh karena itu, capaian IPM tidak terlepas dari capaian kinerja setiap komponennya (Tabel 2.2)
Tabel 2.2.
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalimantan Timur Menurut Komponen Tahun 2016-2020
Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Prov.Kaltim No. 63/12/64/Th.XXIII
c. Pencapaian Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota
Pada tahun 2020, pencapaian pembangunan manusia di tingkat kabupaten/kota cukup bervariasi. IPM pada level kabupaten/kota yang berkisar antara 67,09 (Kabupaten Mahakam Ulu) hingga 80,11 (Kota Samarinda).
Pada dimensi umur panjang dan hidup sehat, Usia Harapan Hidup saat lahir berkisar antara 71,41 tahun (Kabupaten Penajam Paser Utara) hingga 74,49 tahun (Kota Balikpapan). Sementara pada dimensi pengetahuan, Harapan Lama Sekolah berkisar antara 12,51 tahun (Kabupaten Mahakam Ulu) hingga 14,89 tahun (Kota Samarinda), serta Rata-rata Lama Sekolah berkisar antara 7,97 tahun (Kabupaten Mahakam Ulu) hingga 10,79 tahun (Kota Bontang).
Sedangkan, Pengeluaran per Kapita Disesuaikan di tingkat kabupaten/kota berkisar antara 7,52 juta rupiah per tahun (Kabupaten Mahakam Ulu) hingga 16,28 juta rupiah per tahun (Kota Bontang).
Pada tahun 2020, pembangunan manusia di Kalimantan Timur terkendala oleh adanya penurunan kinerja ekonomi masyarakat. Namun, secara umum, capaian pembangunan manusia di Provinsi Kalimantan Timur cukup tinggi bahkan merupakan yang tertinggi untuk kawasan timur Indonesia. Hingga saat
ini, ketiga kota di Kalimantan Timur berstatus pembangunan manusia “sangat tinggi” dan berstatus “tinggi” untuk wilayah kabupaten, kecuali Kabupaten Mahakam Ulu yang masih berstatus sedang”.
Tabel 2.3.
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalimantan Timur Menurut Kabupaten Kota Tahun 2010-2020
Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Prov.Kaltim No. 63/12/64/Th.XXIII
Gambar 2.2
Status Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur Tahun 2020
Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Prov.Kaltim No. 63/12/64/Th.XXIII
Penurunan angka IPM di tingkat provinsi juga tercermin pada tingkat kabupaten/kota. Pada tahun 2020, angka IPM seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Timur terkoreksi turun. Kabupaten/kota yang mengalami kecepatan penurunan terbesar adalah Kabupaten Mahakam Ulu, sebesar 0,73 persen atau
turun 0,49 poin, dari 67,58 di tahun 2019 menjadi 67,09 di tahun 2020. Jika dilihat dari besaran penurunan poin angka IPM, maka selain Mahakam Ulu, Kabupaten Kutai Timur juga mengalami penurunan angka IPM yang signifikan yaitu sebesar 0,49 poin, dari 73,49 di tahun 2019 menjadi 73,00 di tahun 2020.
Penurunan angka IPM terjadi di seluruh kabupaten/kota. Hal ini disebabkan oleh menurunnya dimensi standar hidup layak yang diwakili oleh angka pengeluaran per kapita di seluruh kabupaten/kota pada tahun 2020 jika dibandingkan dengan tahun 2019. Meskipun terdapat peningkatan untuk dimensi umur panjang dan hidup yang sehat (UHH) serta dimensi pengetahuan (HLS dan RLS), namun setelah diagregasikan angka IPM di seluruh Kabupaten/ Kota di Kalimantan Timur pada tahun 2020 lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2019.
Menurunnya angka pengeluaran per kapita tidak terlepas dari efek pandemi Covid-19 yang mengakibatkan lesunya perekonomian secara global.
Perekonomian Indonesia, bahkan Kalimantan Timur juga terdampak oleh pandemi Covid-19 ini. Kebijakan karantina wilayah dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dilakukan beberapa waktu lalu di Kalimantan Timur, serta menurunnya permintaan batubara dari negara ekspor tujuan utama (India dan Tiongkok) mengakibatkan banyaknya perusahaan yang harus melakukan efisiensi produksi, termasuk melakukan pemutusan hubungan kerja (sementara maupun permanen) bahkan sampai ada yang berhenti beroperasi/tutup.
Bahkan untuk pegawai negeri sipil, terdapat perubahan pada komponen gaji ke-13 dan THR, dimana pada periode sebelumnya turut mencantumkan tunjangan kinerja, namun untuk tahun 2020 ini komponen tersebut tidak termasuk. Pandemi ini secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi pendapatan masyarakat, yang juga mengakibatkan turunnya pengeluaran masyarakat.
d. Perbandingan Regional
Dibandingkan dengan empat provinsi lainnya di Pulau Kalimantan, capaian pembangunan manusia Kalimantan Timur masih merupakan yang tertinggi meskipun pada tahun 2020 ini harus mengalami penurunan. Namun demikian, status dan peringkat IPM Kalimantan Timur masih sama seperti pada tahun sebelumnya, yaitu berstatus “tinggi” dan berada pada posisi ketiga di Nasional, setelah DKI Jakarta dan DI Yogyakarta.
Tabel 2.4.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Regional se-Kalimantan Timur Menurut Komponen Tahun 2020
Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Prov.Kaltim No. 63/12/64/Th.XXIII
2.1.2. Angka Kemiskinan
Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur pada September 2020 sebesar 243,99 ribu (6,64 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2020 sebesar 230,26 ribu (6,10 persen), berarti jumlah penduduk miskin secara absolut bertambah sebanyak 13,73 orang dan secara persentase bertambah sebesar 0,54 persen.
Berdasarkan tempat tinggal, selama periode Maret 2020 – September 2020 jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 14,84 ribu orang dari 113,27 ribu orang pada Maret 2020 menjadi 128,11 ribu orang pada September 2020.
Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan turun sebanyak 1,11 ribu orang dari 116,99 ribu orang pada Maret 2020 menjadi 115,88 ribu orang pada September 2020.
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan naik 0,65 persen poin dari 4,45 persen pada bulan Maret 2020 menjadi 5,10 persen pada bulan September 2020. Persentase penduduk miskin daerah perdesaan naik sebesar 0,47 persen poin dari 9,51 persen pada bulan Maret 2020 me njadi 9,98 persen.
Tabel 2.5.
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kalimantan Timur Menurut Daerah, Bulan Maret 2020 – September 2020
Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Prov. Kaltim No. 12/02/64/Th.XXIV
Jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan suatu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan dan non makanan per kapita per bulan yang harus dipenuhi. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
Selama Maret 2020 – September 2020, Garis Kemiskinan naik sebesar 1,11 persen, yaitu dari Rp.662.302,- per kapita per bulan pada Maret 2020 menjadi Rp.
669.622,- per kapita per bulan pada September 2020. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan September 2020, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 70,28 persen.
Garis kemiskinan di daerah perkotaan lebih besar dibandingkan di daerah perdesaan. Pada bulan September 2020 garis kemiskinan di daerah perkotaan sebesar Rp 675.399,- sedangkan di daerah perdesaan sebesar Rp 656.069,-. Hal ini menggambarkan bahwa pemenuhan kebutuhan hidup di daerah perkotaan lebih mahal dibandingkan dengan daerah perdesaan.
Tabel 2.6.
Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin Maret 2020 – September 2020
Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Prov. Kaltim No. 12/02/64/Th.XXIV
Komoditi makanan yang mempunyai andil terbesar dalam pembentuk garis kemiskinan makanan di Kalimantan Timur pada bulan September 2020 antara daerah perkotaan dan perdesaan terdapat kemiripan pola. Dari lima komoditi terbesar penyumbang garis kemiskinan makanan di perkotaan dan di perdesaan, jenis komoditinya sama yaitu beras, rokok kretek filter, telor ayam ras, daging ayam ras dan mie instan. Lebih lengkapnya lihat Tabel 2.6.
Tabel 2.7.
Persentase Komoditi Makanan terhadap Garis Kemiskinan Makanan Menurut Daerah, September 2020
Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Prov. Kaltim No. 12/02/64/Th.XXIV
Dari lima komoditi terbesar penyumbang garis kemiskinan non makanan di perkotaan dan di pedesaan, tiga diantaranya terdapat persamaan yaitu perumahan, bensin, listrik.
Tabel 2.8.
Persentase Komoditi Non Makanan terhadap Garis Kemiskinan Non Makanan Menurut Daerah, September 2020
Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Prov. Kaltim No. 12/02/64/Th.XXIV
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan pengentasan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Semakin jauh dari angka nol, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) semakin jauh dari garis kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) semakin melebar.
Pada periode Maret 2020 – September 2020, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 1,015 pada keadaan Maret 2020 menjadi 1,031 pada keadaaan
September 2020. Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,240 menjadi 0,293 pada periode yang sama.
Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan lebih tinggi daripada perkotaan. Pada bulan September 2020, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan 0,675 sementara di daerah perdesaan 1,801. Demikian pula untuk Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di perkotaan sebesar 0,165 sementara di daerah perdesaan 0,569. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih dalam dan lebih parah daripada daerah perkotaan.
Tabel 2.9.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kalimantan Timur Menurut Daerah, Maret 2020 - September 2020
Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Prov. Kaltim No. 12/02/64/Th.XXIV
2.1.3. Angka Pengangguran
Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Agustus 2020 mencapai 1.817.680 orang, bertambah sebanyak 17.239 orang dibanding angkatan kerja Agustus 2019 (1.800.441 orang). Penduduk yang bekerja pada Agustus 2020 mencapai 1.692.796 orang, berkurang sebanyak 685 orang dibanding keadaan pada Agustus 2019 (1.693.481 orang).
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2020 mencapai 6,87 persen atau sebanyak 124.884 orang, mengalami kenaikan dibanding TPT Agustus 2019 sebesar 5,94 persen (106.960 orang). Kenaikan TPT pada Agustus 2020, terutama terjadi pada TPT laki-laki yang mengalami kenaikan lebih tinggi dari TPT perempuan. TPT laki-laki 6,03 persen pada Agustus 2019 menjadi 7,25 persen pada Agustus 2020.
Secara nominal juga terjadi kenaikan yang lebih tinggi jumlah pengangguran laki-laki dibanding pengangguran perempuan. Jumlah laki-laki yang bekerja mengalami penurunan. Sebaliknya, jumlah perempuan yang bekerja mengalami peningkatan yang sejalan dengan peningkatan TPAK perempuan.
Tabel 2.10.
Penduduk Usia Kerja dan Angkatan Kerja
Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Prov. Kaltim No. 58/11/64/Th.XXII
Tabel 2.11.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin Provinsi Kalimantan Timur,
Agustus 2019 – Agustus 2020
Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Prov. Kaltim No. 58/11/64/Th.XXII
2.1.3.1. Karakteristik Penduduk yang Bekerja
Salah satu bentuk penyerapan penduduk usia kerja di pasar kerja adalah bekerja, dimana dengan bekerja seseorang akan memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan, keuntungan, maupun upah/gaji.
Penduduk yang bekerja pada Agustus 2020 mengalami penurunan dibandingkan dengan Agustus 2019. Untuk melihat struktur penduduk bekerja maka perlu diperhatikan karakteristiknya. Karakteristik penduduk bekerja akan disajikan berdasarkan lapangan pekerjaan utama, status pekerjaan utama, pendidikan tertinggi yang ditamatkan, dan jumlah jam kerja selama seminggu yang lalu.
a. Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Lapangan pekerjaan atau usaha utama terdiri atas 17 kategori yang meliputi kategori A-Pertanian, kehutanan dan perikanan; kategori B- Pertambangan dan penggalian; kategori C-Industri pengolahan; kategori
D-Pengadaan listrik dan gas; kategori E-Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang; kategori F-konstruksi, kategori G-Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor; hingga kategori R,S,TU yaitu kategori Jasa Lainnya. Jika dilihat menurut kategorinya, maka yang banyak menyerap tenaga kerja adalah pada kategori G-Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor sebesar 22,07 persen, berikutnya adalah kategori A-Pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 20,48 persen, lalu kegiatan di kategori Pertambangan dan Penggalian (kategori B) sebesar 7,27 persen.
Tabel 2.12.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Provinsi Kalimantan Timur,
Agustus 2019 – Agustus 2020
Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Prov. Kaltim No. 58/11/64/Th.XXII
Selain 3 (tiga) kategori tersebut, kategori I-Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dan Kategori O-Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib juga memberikan kontribusi yang besar bagi penyerapan tenaga kerja dan perekonomian provinsi Kalimantan timur. Penyerapan tenaga kerja pada kategori tersebut masing-masing sebesar 7,16 persen dan 6,72 persen.
b. Penduduk Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama
Dari sebanyak 1,69 juta orang yang bekerja pada Agustus 2020, status pekerjaan utama yang terbanyak adalah sebagai buruh atau karyawan sebanyak 836,50 ribu orang (49,42 persen). Diikuti status berusaha sendiri sebanyak 367,37 ribu orang (21,70 persen), berusaha dibantu buruh tidak tetap sebanyak 187,58 ribu orang (11,08 persen) dan status pekerja keluarga/tidak dibayar sebanyak 172,45 ribu orang (10,19 persen). Sedangkan yang terkecil adalah pekerja bebas di pertanian sebanyak 18,89 ribu orang (1,12 persen).
Dibanding tahun 2019, terjadi penurunan pada persentase status bekerja sebagai buruh/ karyawan akibat adanya pergeseran status dari bekerja sebagai buruh/karyawan kepada berusaha dibantu buruh tidak tetap dan sebagai pekerja keluarga/tidak dibayar termasuk status berusaha sendiri. Hal ini disinyalir terjadi akibat adanya pandemi covid-19.
Berdasarkan status pekerjaan utama tersebut, penduduk bekerja dapat dikategorikan menjadi kegiatan formal dan informal. Penduduk yang bekerja di kegiatan formal mencakup mereka yang berusaha dengan dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan/pegawai, sedangkan sisanya dikategorikan sebagai kegiatan informal (berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, pekerja bebas, dan pekerja keluarga/tak dibayar). Pada Agustus 2020, penduduk yang bekerja di kegiatan informal sebanyak 894,76 ribu orang (52,86 persen), sedangkan yang bekerja di kegiatan formal sebanyak 798,04 ribu orang (47,14 persen).
Tabel 2.13.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama Provinsi Kalimantan Timur, Agustus 2019 –
Agustus 2020
c. Penduduk Kerja menurut Jumlah Jam Kerja
Salah satu indikasi produktivitas tenaga kerja lainnya adalah jam kerja. Semakin tinggi jam kerja cenderung semakin tinggi pendapatan atau upah/gaji. Umumnya jam kerja yang diinginkan adalah jam kerja normal. Di Provinsi Kalimantan Timur, sebagian besar tenaga kerja bekerja sebagai pekerja penuh atau full employment yaitu jam kerja minimal 35 jam per minggu sebesar 71,14 persen atau sebanyak 1,20 juta orang pada Agustus 2020. Sedangkan sebanyak 28,86 persen atau 488,46 ribu orang merupakan pekerja tidak penuh (jam kerja kurang dari 35 jam per minggu). Pekerja tidak penuh dikelompokkan dalam dua kategori yaitu setengah penganggur dan pekerja paruh waktu, masing- masing sebesar 7,14 persen dan 21,71 persen. Pekerja tidak penuh mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 22,74 persen poin pada Agustus 2020 dibandingkan dengan Agustus 2019.
Peningkatan paling tinggi adalah pada kategori setengah penganggur yaitu sebesar 50,53 persen poin. Hal ini mengindikasikan terjadi peningkatan penduduk yang merasa bahwa pekerjaan yang dimiliki saat ini tidak sesuai dengan keinginan mereka, yaitu keinginan untuk berusaha mendapatkan pekerjaan tambahan.
Tabel 2.14.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja Per Minggu Provinsi Kalimantan Timur,
Agustus 2019 – Agustus 2020
Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Prov. Kaltim No. 58/11/64/Th.XXII
d. Penduduk yang Bekerja menurut Pendidikan Tertinggi yang di Tamatkan
Pendidikan merupakan salah satu indikasi terhadap kemampuan dan produktivitas tenaga kerja. Semakin tinggi pendidikan cenderung semakin tinggi juga keahlian dan produktivitas yang dimiliki. Pada Agustus 2020, penduduk bekerja masih didominasi oleh mereka yang berpendidikan SD ke bawah atau merupakah proporsi jenjang pendidikan terbesar penduduk yang bekerja, dengan jumlah sebanyak 493,89 ribu orang atau sebesar 29,18 persen. Sedangkan tenaga kerja yang berpendidikan tinggi yaitu Diploma dan Universitas hanya sebesar 17 persen pada Agustus 2020.
Terbesar kedua adalah penduduk yang bekerja dengan pendidikan SMA Umum sebanyak 398,48 ribu orang (23,54 persen), disusul penduduk yang bekerja dengan pendidikan SMP sebanyak 267,72 ribu orang (15,82 persen), dan penduduk yang bekerja dengan pendidikan SMA Kejuruan yang mencapai 244,63 ribu orang (14,45 persen).
Sedangkan penduduk yang bekerja dengan pendidikan tinggi yaitu Universitas dan Diploma I/II/III masing-masing sebanyak 223,57 ribu orang (13,21 persen) dan 64,51 ribu orang (3,81 persen).
Tabel 2.15.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Provinsi Kalimantan Timur, Agustus 2019 – Agustus 2020
Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Prov. Kaltim No. 58/11/64/Th.XXII
Tabel 2.16.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Provinsi
Kalimantan Timur, Agustus 2019-Agustus 2020
Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Prov. Kaltim No. 58/11/64/Th.XXII
2.1.4. Pertumbuhan Ekonomi
Terjadinya pandemi Covid-19 yang berlangsung dari awal Februari 2020 hingga saat ini memberikan dampak yang cukup signifikan bagi perekonomian di berbagai wilayah di dunia maupun di Indonesia. Pandemi Covid-19 mengharuskan masyarakat di berbagai daerah untuk melakukan pembatasan sosial untuk menekan penyebaran Covid-19. Akibat kebijakan tersebut, aktivitas ekonomi menjadi terhambat sehingga berdampak pada kinerja sektor ekonomi di banyak wilayah, termasuk Kalimantan Timur.
Secara kumulatif (c-to-c) perekonomian Kalimantan Timur Tahun 2020 turun sebesar 2,85 persen. Perekonomian Kalimantan Timur pada Tahun 2020 tersebut mengalami kontraksi jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2019 yang tumbuh sebesar 4,74 persen. Hal ini disebabkan oleh kinerja sembilan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan negatif. Kontraksi terbesar terjadi pada Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 5,59 persen, lalu Lapangan Usaha Penyedia Akomodasi dan Makan Minum sebesar 5,32 persen, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar 4,58 persen, Lapangan Usaha Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial sebesar 3,97 persen, dan disusul Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 3,07 persen. Sementara itu, sektor yang mampu tumbuh positif yang tertinggi adalah Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial tumbuh sebesar 19,67 persen, Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan
Gas tumbuh sebesar 11,59 persen, dan Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi tumbuh sebesar 6,96 persen.
Struktur Perekonomian Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2020 masih didominasi oleh lima lapangan usaha utama, yaitu Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian dengan peranan sebesar 41,43 persen;
Lapangan Usaha Industri Pengolahan dengan peranan sebesar 18,90 persen;
Lapangan Usaha Konstruksi dengan peranan sebesar 9,53 persen; Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan peranan sebesar 8,77 persen; dan Lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor berperan sebesar 6,46 persen. Sedangkan keduabelas lapangan usaha lainnya memiliki peranan di bawah 5 persen.
2.1.5. Ketimpangan Pendapatan
Untuk mengetahui apakah pembangunan suatu wilayah dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, salah satu ukuran ketimpangan yang sering digunakan adalah Gini Ratio. Nilai Gini Ratio berkisar antara 0 - 1. Semakin tinggi nilai Gini Ratio menunjukkan ketimpangan yang semakin tinggi. Gini Ratio Kalimantan Timur pada September 2020 tercatat sebesar 0,335. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2020 yang sebesar 0,328.
Berdasarkan daerah tempat tinggal, Gini Ratio di daerah perkotaan pada September 2020 mengalami penurunan 0,003 poin dibanding dengan Maret 2020 yaitu dari 0,333 pada Maret 2020 menjadi 0,330 pada bulan September 2020. Sedangkan Gini Ratio di daerah perdesaan pada September 2020 tercatat nilainya sama dengan Maret 2020, yaitu sebesar 0,286.
Selain Gini Ratio, ukuran ketimpangan yang lazim dipakai adalah persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah atau yang dikenal dengan ukuran ketimpangan Bank Dunia. Berdasarkan ukuran ini, tingkat ketimpangan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu tingkat ketimpangan tinggi jika persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah angkanya di bawah 12 persen, ketimpangan sedang jika angkanya berkisar antara 12-17 persen, serta ketimpangan rendah jika angkanya berada di atas 17 persen. Semakin tinggi persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah menunjukkan ketimpangan yang semakin rendah.
Berdasarkan ukuran ketimpangan Bank Dunia, distribusi pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah Provinsi Kalimantan Timur pada September 2020 sebesar 20,33 persen dari total pengeluaran penduduk Kalimantan Timur. Angka ini turun dari periode Maret 2020 yang sebesar 20,73 persen. Artinya, pengeluaran penduduk Provinsi Kalimantan Timur berada pada kategori tingkat ketimpangan rendah.
Jika dirinci menurut daerah tempat tinggal, di daerah perkotaan pengeluaran penduduk kelompok 40 persen terbawah angkanya tercatat sebesar 20,91 persen sedangkan di daerah perdesaan tercatat sebesar 22,82 persen. Hal ini mengindikasikan tingkat ketimpangan di derah perkotaan dan daerah perdesaan termasuk pada kategori rendah.
Tabel 2.17.
Ketimpangan Pengeluaran Penduduk di Kalimantan Timur Menurut Daerah, Maret 2020 – September 2020
Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Prov. Kaltim No. 12/02/64/Th.XXIV
2.2. Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Capaian kinerja urusan pemerintahan merupakan gambaran dan keberhasilan daerah dalam mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang pemerintahan daerah. Laporan capaian kinerja urusan pemerintahan sesuai dengan indicator masing-masing urusan pemerintahan dan urusan penunjang Data/Informasi setiap indicator wajib diisi oleh pemerintah daerah secara lengkap.
2.2.1. Indikator Kinerja Kunci Keluaran
No. Urusan Pemerintahan
Indikator Kinerja Kunci Keluaran
Capaian
Kinerja Sumber Data Ket.
1. Pendidikan 1. Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/SLTA Negeri terakreditasi
416 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 2. Jumlah peserta didik
jenjang sekolah menengah atas (Negeri dan Swasta) yang menerima
perlengkapan dasar peserta didik dari Pemerintah Daerah.
77.065
3. Jumlah peserta didik jenjang sekolah menengah kejuruan (Negeri dan Swasta) yang menerima perlengkapan dasar peserta didik dari Pemerintah Daerah
79.521
4. Jumlah peserta didik pada jenjang sekolah menengah atas (Negeri dan Swasta) yang menerima
pembebasan biaya pendidikan
64.845
5. Jumlah peserta didik pada jenjang sekolah menengah kejuruan (Negeri dan Swasta) yang menerima pembebasan biaya pendidikan
41.661
6. Jumlah kebutuhan minimal pendidik pada jenjang sekolah menengah atas (Negeri dan Swasta)
4.591
7. Jumlah kebutuhan minimal pendidik pada jenjang sekolah menengah kejuruan (Negeri dan Swasta)
4.779
8. Jumlah pendidik pada jenjang sekolah menengah atas (Negeri dan Swasta)
4.841
9. Jumlah pendidik pada jenjang sekolah menengah kejuruan (Negeri dan Swasta)
5.136
10. Jumlah kebutuhan minimal tenaga kependidikan pada jenjang sekolah menengah atas (Negeri dan Swasta)
1.649
11. Jumlah kebutuhan minimal tenaga kependidikan pada jenjang sekolah menengah kejuruan (Negeri dan Swasta)
1.619
12. Jumlah tenaga
kependidikan pada jenjang sekolah menengah atas (Negeri dan Swasta)
1.688
13. Jumlah tenaga
kependidikan pada jenjang sekolah menengah kejuruan (Negeri dan Swasta)
1.682
14. Jumlah pendidik pada jenjang sekolah menengah atas (Negeri dan Swasta) yang memiliki ijazah diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dan sertifikat
2.235