BAB 5
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
5.1 Review Demand
Dalam melakukan pendesainan terhadap gedung terminal penumpang BIJB ini, kami menggunakan skenario pertumbuhan demand medium berdasarkan data yang kami peroleh dari Master Plan BIJB pada phase pertama (sampai tahun 2020). Kondisi pertumbuhan medium tersebut menggambarkan Pertumbuhan PDRB pada Provinsi Jawa Barat sebesar 3.8% per tahun.
Pemilihan atas kondisi medium ini dikarenakan kondisi tersebut merupakan kondisi yang optimal, dimana kondisi tersebut tidaklah terlalu over-optimistic maupun over-pessimistic.
Berdasarkan hal tersebut, maka jumlah penumpang yang digunakan sebagai kriteria desain adalah sebesar 10,843,402 orang untuk penumpang domestik dan sebesar 1,474,705 orang untuk penumpang internasional. Sedangkan jumlah penumpang jam puncak yang akan dilayani oleh BIJB pada tahun 2020 adalah sebesar 1,240 orang untuk penumpang domestik dan 400 orang untuk penumpang internasional. Hasil perhitungan dengan menggunakan kisaran persentase volume tahunan, sebagaimana diberikan oleh Horonjeff, yaitu sebesar 0.03% dari volume penumpang tahunan memberikan nilai penumpang jam puncak sebesar 1,627 orang untuk penumpang domestik dan 443 orang untuk penumpang internasional.
Kriteria desain yang kami pilih tetap disesuaikan dengan jumlah penumpang jam puncak yang digunakan oleh Dinas Perhubungan. Pemilihan yang kami lakukan tersebut dikarenakan angka yang dihasilkan berdasarkan Horonjeff adalah terlalu besar dan dapat menimbulkan over-design. Pemilihan volume perencanaan yang lebih kecil tersebut lebih dikarenakan pada tahun 2020 tersebut akan dibuka pengembangan tahap 2 BIJB, dengan jumlah penumpang jam puncak desain yang akan lebih besar. Sehingga akan lebih optimal apabila desain untuk pengembangan tahap 1 ini dilakukan dengan volume perencanaan yang lebih kecil.
5.2 Konsep Distribusi Terminal
Konsep yang digunakan dalam perencanaan terminal penumpang ini adalah konsep pier finger. Dalam konsep ini, terdapat sebuah gedung utama terminal dan beberapa pier yang memanjang dari gedung utama tersebut. Dalam desain yang kami lakukan, direncanakan akan terdapat 4 buah pier dengan 8 buah parking stand untuk pesawat dan 8 buah gate pada masing-masing pier.
Desain terminal tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.1. Pemilihan sistem pier ini dikarenakan system ini akan lebih akomodatif untuk pengembangan lebih lanjut di masa yang akan datang guna mengakomodasi pertambahan jumlah pergerakan penumpang tahunan. Untuk mengatasi salah satu kelemahan dari sistem pier ini, yaitu penumpang perlu berjalan jauh dari gedung utama terminal ke gate dan sebaliknya, kami melakukan antisipasi dengan memasang sistem ban berjalan pada pier yang ada.
Berdasarkan standar IATA, jarak paling jauh untuk penumpang berjalan kaki dimana penumpang masih merasa nyaman adalah sejauh 300 m. Panjang pier yang kami rencanakan pada terminal penumpang BIJB ini adalah mencapai 350 m. Untuk mengatasi jarak yang jauh ini diperlukan ban berjalan (moving walkways) agar penumpang tidak terlalu jauh berjalan serta kemyamanan penumpang tetap dapat terjaga. Ban berjalan yang dipakai menggunakan spesifikasi Hitachi tipe S1400MXH yang bisa melayani 9000 orang/jam dengan kecepatan 40 m/menit. Dengan jumlah penumpang jam puncak sebanyak 1240 orang untuk penumpang domestic dan 400 orang untuk penumpang internasional, maka dengan spesifikasi ban berjalan yang dipakai dapat digunakan.
Restoran
Starbucks Periplus Airlines Office
Lost and Found Airport Management
Showroom industri Jabar Airport Security
Gift ShopGift
Shop ATM
Periplus
Starbucks Showroom
industri Jabar
Business Center Krispy Kreme Gift Shop Musholla Bread Talk
Telepho ne boo th
CafeBusiness
Center
Airport Security
Airlines Office Airport Management
Telephone booth
Airlines Check-in Office
Restoran
Restaurant Hotel ATM Telephone
Reservt Taxi Srvc Car Rent Restaurant Restaurant
Port Health Authority
Cafe Cafe Nursery
Executive Lounge Food Court
Lost Found
Fiscal and Immigration Office
LAYOUT GEDUNG TERMINAL PENUMPANG LANTAI 2
Cafe Execu tive Lounge Telephone
Moving Sidewalks Musholla
Gif t Sh op Gift Shop R estoran
Executive Lounge
Money ChangerKrispy KremeBread Talk Executiv e Loun ge Telephone
Moving Sidewalks Musho lla
Gift Shop Gi ft S hop Restoran
Telephone
Moving Sidewalks MushollaGift ShopGift ShopRestoran
Executive Lounge
Telephone MovingSidewalks
MushollaGift ShopGift Shop
Restoran
Gambar 5.1 Konsep Distribusi Terminal Bandara Jawa Barat
5.3 Sirkulasi Terminal
Sirkulasi pada terminal penumpang ini direncanakan dibagi menjadi 2, yaitu sirkulasi horizontal serta sirkulasi vertikal.
Sirkulasi horizontal meliputi sirkulasi pergerakan penumpang pada lantai 1 dan 2 dari gedung terminal penumpang, baik untuk terminal domestik maupun terminal internasional. Diagram sirkulasi horizontal yang direncanakan pada gedung terminal penumpang Bandara Internasional Jawa Barat ini dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Sirkulasi vertikal meliputi sirkulasi pergerakan penumpang pada kedua lantai gedung terminal yang menggambarkan sirkulasi keberangkatan dan kedatangan penumpang yang diproses pada lantai yang berbeda. Diagram sirkulasi vertikal yang direncanakan pada gedung terminal penumpang Bandara Internasional Jawa Barat ini dapat dilihat pada Gambar 5.3 dan 5.4.
Gambar 5.2 Sirkulasi Horizontal Bandara Jawa Barat
Gambar 5.3 Sirkulasi Vertikal Terminal Domestik
Gambar 5.4 Sirkulasi Vertikal Terminal Internasional 5.4 Kebutuhan Ruang Terminal Penumpang
Kebutuhan ruang pada suatu terminal penumpang didasarkan pada jumlah penumpang tahunan yang akan dilayani oleh bandara tersebut pada tahun perencanaan. Pada tahun perencanaan 2020, jumlah penumpang tahunan yang diramalkan akan dilayani oleh bandara ini adalah sebesar 10,843,302 orang penumpang domestik dan 1,474,705 orang penumpang internasional. Dari jumlah penumpang tersebut, serta menggunakan beberapa asumsi pendukung, dapat ditentukan kebutuhan ruang untuk tiap fasilitas yang harus tersedia pada bandara tersebut
5.4.1 Asumsi Yang Digunakan
Dalam melakukan perhitungan kebutuhan ruang terminal penumpang ini, kami menggunakan beberapa asumsi pendukung yang didasarkan atas nilai yang biasa digunakan oleh industri penerbangan dalam perencanaan suatu bandara. Adapun asumsi-asumsi yang kami gunakan adalah sebagai berikut:
a. Jumlah penumpang tahunan domestik pada tahun 2020 (x) : 10,843,302 penumpang (Dishub Jabar, 2005)
b. Jumlah penumpang tahunan internasional pada tahun 2020 (x) : 1,474,705 penumpang (Dishub Jabar, 2005)
c. jumlah penumpang internasional berangkat pada waktu sibuk (a) : 400 penumpang (Dishub Jabar, 2005)
d. jumlah penumpang internasional transfer (b) : 60 penumpang (asumsi
15% transfer)
e. jumlah penumpang domestik berangkat pada waktu sibuk (a) : 1,240 penumpang (Dishub Jabar, 2005)
f. jumlah penumpang domestik transfer (b) : 186 penumpang (asumsi 15%
transfer)
g. jumlah penumpang internasional datang pada waktu sibuk (c) : 400 penumpang (Dishub Jabar, 2005)
h. jumlah penumpang domestik datang pada waktu sibuk (c) : 1,240 penumpang (Dishub Jabar, 2005)
i. jumlah pengunjung per penumpang (f) : 4 orang (asumsi berdasarkan kondisi sosial budaya Indonesia)
j. waktu pemrosesan check-in per penumpang (t1) : 2 menit (Horonjeff, 1994)
k. waktu pemrosesan passport per penumpang (t2) : 3 menit (rata-rata di Bandara Soekarno-Hatta)
l. proporsi penumpang yang menggunakan mobil/taksi (p) : 0.94 (Masterplan)
m. rata-rata waktu tunggu terlama (u) : 120 menit n. rata-rata waktu tunggu tercepat (v) : 60 menit o. proporsi penumpang menunggu terlama (i) : 0.4 p. proporsi penumpang menunggu tercepat (k) : 0.6
q. maksimum jumlah kursi pesawat terbesar yang dilayani (m) : 400 kursi (B 747-400)
r. waktu kedatangan penumpang pertama sebelum boarding di gate hold (g) : 120 menit
s. waktu kedatangan penumpang terakhir sebelum boarding di gate hold (g) : 60 menit
t. kebutuhan ruang per penumpang (s) : 1 m2 (IATA, 1995)
u. proporsi penumpang datang dengan menggunakan wide body aircraft (q) : 0.4 (Masterplan)
v. proporsi penumpang datang dengan menggunakan narrow body aircraft (r) : 0.6 (Masterplan)
w. jumlah gate terminal internasional : 8 gate x. jumlah gate terminal domestik : 24 gate 5.4.2 Kerb
Celukan yang digunakan sebagai ruang untuk menaikkan dan menurunkan penumpang dari kendaraan. Untuk menentukan panjang dari kerb digunakan rumus berikut,
a. kerb kedatangan : (0.095×c×p)+10% (5.1)
b. kerb keberangkatan : (0.095×a×p)+10% (5.2)
berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan panjang kerb sebagai berikut,
a. kerb kedatangan internasional: (0.095×c×p)+10%
% 10 ) 94 . 0 400 095 . 0
( × × + : 39.292 m = 40 m
b. kerb keberangkatan internasional: (0.095×a×p)+10% :
% 10 ) 94 . 0 400 095 . 0
( × × + : 39.292 m = 40 m
c. kerb kedatangan domestik: (0.095×c×p)+10%
% 10 ) 94 . 0 1240 095 . 0
( × × + 121.8 m = 125 m
d. kerb keberangkatan internasional: (0.095×a×p)+10% :
% 10 ) 94 . 0 1240 095 . 0
( × × + : 121.8 m = 125 m
5.4.3 Hall Keberangkatan dan Kedatangan
Ruang tunggu umum yang dapat dipergunakan baik oleh penumpang, pengantar, maupun pengunjung bandara pada umumnya. Pada area ini biasanya terdapat toko dan restoran yang digunakan untuk meningkatkan kenyamanan pengguna bandara. Luas hall keberangkatan dan kedatangan ini ditentukan dengan menggunakan rumus,
a. hall kedatangan :
[
0.375×(
b+c+(
2×c× f) ) ]
+10% (5.3) b. hall keberangkatan : 0.75×(
a×(
1+ f)
+b)
(5.4) berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan luas hall keberangkatan dan kedatangan sebagai berikut,a. hall kedatangan internasional :
[
0.375×(
b+c+(
2×c× f) ) ]
+10%
[
0.375×(
60+400+(
2×400×4) ) ]
+10% : 1,509.8 m² = 1,510 m² b. hall keberangkatan internasional : 0.75×(
a×(
1+ f)
+b)
( )
(
400 1 4 60)
75 .
0 × × + + : 1,545 m² = 1,550 m²
c. hall kedatangan domestik :
[
0.375×(
b+c+(
2×c× f) ) ]
+10%( )
[
0.375×(
186+1240+ 2×1240×4) ]
+10% : 4,680.2 m² = 4,700 m² d. hall keberangkatan domestik : 0.75×(
a×(
1+ f)
+b)
( )
(
1240 1 4 186)
75 .
0 × × + + : 4,789.5 m² = 4,800 m²
5.4.4 Check-in Area
Tempat bagi penumpang untuk menyelesaikan administrasi penerbangan, menukarkan tiket dengan boarding pass, serta melakukan pemrosesan bagasi.
Jumlah counter check-in yang dibutuhkan ditentukan dengan menggunakan rumus,
( )
10%60
1 +
⎥⎦⎤
⎢⎣⎡ a+b ×t
(5.5) Sedangkan luas area yang dibutuhkan untuk mengakomodasi jumlah counter check-in tersebut ditentukan dengan menggunakan rumus,
( )
(
0.25× a+b)
+10% (5.6)berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan Jumlah counter check-in sebagai berikut,
a. counter check-in internasional,
( )
10%60 2 60
400 ⎥⎦⎤+
⎢⎣⎡ + ×
: 16.9 buah = 17 buah
b. counter check-in domestik,
( )
10%60 2 186
1240 ⎥⎦⎤+
⎢⎣⎡ + ×
: 52.3 buah = 53 buah dan area check-in seluas,
a. area check-in internasional,
(
0.25×(
400+60) )
+10% : 126.5 m² = 150 m² b. area check-in domestik,(
0.25×(
1240+186) )
+10% : 392.2 m² = 400 m² 5.4.5 Pemeriksaan Security (terpusat)Meliputi pemeriksaan x-ray terhadap penumpang dan barang bawaan mereka.
Jumlah x-ray yang dibutuhkan untuk pemeriksaan security (terpusat) dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut,
300 a b+
(5.7)
berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan jumlah x-ray yang dibutuhkan sebagai berikut,
a. Pemeriksaan security (terpusat) internasional, 300
a b+
: 400 60 300
+ : 1.5 buah = 2 buah b. Pemeriksaan security (terpusat) domestik,
300 a b+
: 1240 186 300
+ : 4.8 buah = 5 buah
5.4.6 Pemeriksaan Security (Gate hold room)
Meliputi pemeriksaan x-ray terhadap penumpang dan barang bawaan mereka.
Jumlah x-ray yang dibutuhkan untuk pemeriksaan security (gate hold room) dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut,
0.2 m g h
× − (5.8)
berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan jumlah x-ray yang dibutuhkan sebagai berikut,
a. Pemeriksaan security (gate hold room) internasional,
0.2 m g h
× − : 0.2 400 120 60
× − : 1.3 buah = 2 buah b. Pemeriksaan security (gate hold room) domestik, 0.2 m
g h
× − : 0.2 400 120 60
× − : 1.3 buah = 2 buah
5.4.7 Gate Hold Room
Luas Gate hold room dapat ditentukan dengan rumus,
(5.9) m s×
berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan luas gate hold room yang dibutuhkan sebagai berikut,
a. Terminal internasional : m s× : 400 1× : 400 m² b. Terminal domestik : m s× : 400 1× : 400 m²
Sedangkan luas total dari gate hold room adalah 400 m² x jumlah gate yang ada, sehingga luas total gate hold room adalah,
a. Terminal internasional : 400 m² x 8 : 3,200 m² b. Terminal domestik : 400 m² x 24 : 9,600 m² 5.4.8 Area Pemeriksaan Passport
Bagian dari terminal internasional yang digunakan oleh imigrasi untuk melakukan pemeriksaan passport terhadap semua penumpang internasional.
Luas area pemeriksaan passport dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut,
(5.10)
(
0.25 b c× +
) )
berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan luas area pemeriksaan passport yang dibutuhkan sebagai berikut,
(
0.25× 400 60+ : 115 m²
5.4.9 Ruang Tunggu Keberangkatan
Ruang tunggu khusus bagi penumpang setelah melewati proses check-in dan pemeriksaan security. Pada area ini, terdapat beberapa fasilitas konsesi berupa toko maupun restoran untuk meningkatkan kenyamanan penumpang selama menunggu pesawat mereka. Luas ruang tunggu keberangkatan dapat ditentukan dengan rumus,
( ) ( )
( )
10%30
c u i v k
⎡ × × + × +
⎢⎣ ⎦
⎤⎥ (5.11)
berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas,
didapatkan luas ruang tunggu keberangkatan yang dibutuhkan sebagai berikut, a. Ruang tunggu keberangkatan internasional :
( ) ( )
400
(
120 0.4 60 0.6 10%
30
⎡ × × + × +
⎢⎣
)
⎦⎤⎥ : 1,232 m² = 1,300 m²b. Ruang tunggu keberangkatan domestik :
( ) ( )
1240
(
120 0.4 60 0.6 10%
30
⎡ × × + × +
⎢⎣
)
⎦⎤⎥ : 3,819.2 m² = 3,900 m²5.4.10 Baggage Claim
Luas area dan jumlah baggage claim devices yang dibutuhkan untuk melayani kedatangan domestik dan internasional. Rumus untuk menentukan luas area dan jumlah baggage claim devices adalah sebagai berikut,
a. Luas area :
[
0.9× +c]
10% (5.12)b. Jumlah baggage claim devices :
425 300 c q× c r×
+ (5.13)
berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan luas area dan jumlah baggage claim devices yang dibutuhkan sebagai berikut,
a. Luas area baggage claim internasional :
[
0.9 400 10%×]
+ : 396 m² = 400 m²b. Luas area baggage claim domestik :
[
0.9 1240 10%×]
+ : 1,227.6 m² = 1,230 m²c. Jumlah baggage claim devices internasional : 400 0.4 400 0.6
425 300
× + ×
: 1.176 buah = 2 buah
d. Jumlah baggage claim devices domestik : 1240 0 1240 1
425 300
× + ×
: 4.1 buah = 5 buah
5.4.11 Fasilitas Konsesi Terminal Domestik
Fasilitas tambahan dalam suatu bandara. Umumnya dibangun untuk menambah kenyamanan penumpang selama mereka melakukan pergerakan di dalam terminal. Fasilitas konsesi ini dapat meliputi, executive lounge, cafe, restoran, toko buku, toko cinderamata, dll.
Adapun fasilitas konsesi yang kami sediakan dalam perencanaan terminal penumpang ini, berdasarkan standar ICAO, adalah:
a. Toko buku
luas area : 65 1,000,000
×x
: 65 10,843,302 1,000,000
× : 704.8 m² = 705 m² b. Gift shop
luas area : 65 1,000,000
×x
: 65 10,843,302 1,000,000
× : 704.8 m² = 705 m² c. Salon dan pangkas rambut
luas area : 10 1,000,000
×x
: 10 10,843,302 1,000,000
× : 108.4 m² = 110 m² d. Penyewaan mobil dan reservasi hotel
luas area : 35 1,000,000
×x
: 35 10,843,302 1,000,000
× : 379.5 m² = 380 m²
e. Display luas area : 8
1,000,000
×x
: 8 10,843,302 1,000,000
× : 86.7 m² = 90 m² f. Kios asuransi
luas area : 14 1,000,000
×x
: 14 10,843,302 1,000,000
× : 151.8 m² = 155 m² g. Lost and Found
luas area : 6.5 1,000,000
×x
: 6.5 10,843,302 1,000,000
× : 70.5 m² = 75 m² h. Telepon umum
luas area : 9 1,000,000
×x
: 9 10,843,302 1,000,000
× : 97.6 m² = 100 m² i. Toilet umum
luas area : 120 1,000,000
×x
: 120 10,843,302 1,000,000
× : 1,301.2 m² = 1,310 m² j. Restoran dan café
luas area : 1,200 m² (asumsi dari standar bandara lain) k. Executive lounge
luas area : 1,000 m² (asumsi dari standar bandara lain) l. Business centre
luas area : 500 m² (asumsi dari standar bandara lain) m. Showroom hasil industri Jabar
luas area : 500 m² (asumsi dari standar bandara lain) n. Kantor airlines
luas area : 500 m² (asumsi dari standar bandara lain) o. Nursery room
luas area: 100 m² (asumsi dari standar bandara lain)
p. Port health authority
luas area: 200 m² (asumsi dari standar bandara lain) q. Security
luas area: 300 m² (asumsi dari standar bandara lain) r. Pengelola bandara
luas area: 500 m² (asumsi dari standar bandara lain) s. Lift dan eskalator
luas area: 200 m² (asumsi dari standar bandara lain)
adapun luas total dari fasilitas konsesi untuk terminal domestik adalah, 8,630 m²
5.4.12 Fasilitas Konsesi Terminal Internasional
Fasilitas tambahan dalam suatu bandara. Umumnya dibangun untuk menambah kenyamanan penumpang selama mereka melakukan pergerakan di dalam terminal. Fasilitas konsesi ini dapat meliputi, executive lounge, cafe, restoran, toko buku, toko cinderamata, dll.
Adapun fasilitas konsesi yang kami sediakan dalam perencanaan terminal penumpang ini, berdasarkan standar ICAO, adalah:
a. Toko buku luas area : 65
1,000,000
×x
: 65 1, 474,705 1,000,000
× : 96 m² = 100 m² b. Gift shop
luas area : 65 1,000,000
×x
: 65 1, 474,705 1,000,000
× : 96 m² = 100 m²
c. Salon dan pangkas rambut luas area : 10
1,000,000
×x
: 10 1, 474,705 1, 000,000
× : 15 m² = 20 m² d. Penyewaan mobil dan reservasi hotel
luas area : 35 1,000,000
×x
: 35 1, 474,705 1,000,000
× : 52 m² = 60 m²
e. Display luas area : 8
1,000,000
×x
: 8 1, 474,705 1,000,000
× : 12 m² = 15 m² f. Kios asuransi
luas area : 14 1,000,000
×x
: 14 1, 474,705 1, 000,000
× : 21 m² = 25 m²
g. Lost and Found luas area : 6.5
1,000,000
×x
: 6.5 1, 474,705 1,000,000
× : 10 m² = 10 m²
h. Telepon umum
luas area : 9 1,000,000
×x
: 9 1, 474,705 1,000,000
× : 13 m² = 13 m² i. Toilet umum
luas area : 120 1,000,000
×x
: 120 1, 474,705 1,000,000
× : 177 m² = 180 m² j. Restoran dan café
luas area : 500 m² (asumsi dari standar bandara lain) k. Executive lounge
luas area : 200 m² (asumsi dari standar bandara lain) l. Business centre
luas area : 200 m² (asumsi dari standar bandara lain) m. Showroom hasil industri Jabar
luas area : 150 m² (asumsi dari standar bandara lain) n. Kantor airlines
luas area : 300 m² (asumsi dari standar bandara lain) o. Nursery room
luas area : 50 m² (asumsi dari standar bandara lain) p. Money changer
luas area : 200 m² (asumsi dari standar bandara lain) q. Karantina
luas area : 100 m² (asumsi dari standar bandara lain) r. Port health authority
luas area : 100 m² (asumsi dari standar bandara lain) s. Security
luas area : 100 m² t. Pengelola bandara luas area : 500 m² u. Lift dan eskalator
luas area : 200 m²
adapun luas total dari fasilitas konsesi terminal internasional adalah, 3,123 m² 5.4.13 Luas Kotor Gedung Terminal
Dari beberapa luas area yang telah kita dapatkan diatas, kita dapat menentukan luas kotor dari gedung terminal yaitu,
a. terminal internasional
2 2 2 2 2 2 2
1,510m +1,550m +150m +3,200m +1,300m +400m +115m +3,123m2
2
: 11,348 m² b. terminal domestik
2 2 2 2 2 2
4,700m +4,800m +400m +9,600m +3,900m +400m 8,630m+ : 32,430 m²
5.4.14 HVAC (Heating, Ventilation, Air Conditioning)
Ruangan tempat meletakkan mesin-mesin yang diperlukan untuk mengoperasikan generator, AC, dan peralatan listrik lain nya. Rumus untuk menentukan luas area yang dibutuhkan untuk HVAC adalah sebagai berikut, 15% x luas kotor gedung
berdasarkan rumus tersebut dan perhitungan yang telah didapatkan diatas, didapatkan luas area HVAC yang dibutuhkan sebagai berikut,
a. terminal internasional, 15% x 11,348 m² : 1,702.2 m² = 1,710 m² b. terminal domestik, 15% x 32,430 m² : 4,864.5 m² = 4,900 m² 5.4.15 Struktur Gedung
Untuk penempatan dinding serta kolom, diasumsikan sebesar 5% dari luas kotor total dari gedung. Berdasarkan rumus tersebut, maka luas yang diperuntukan bagi struktur gedung adalah sebesar,
a. terminal internasional, 5% 11,348×
(
m2+1, 710m2)
: 652.9 m² = 660 m² b. terminal domestik, 5%×(
32, 430m2+4,900m2)
m2
m2
: 1,866.5 m² = 1,870 m² 5.4.16 Luas Total Desain Terminal
Berdasarkan perhitungan atas luas berbagai fasilitas terminal yang dibutuhkan, dapat ditentukan luas total dari terminal sebagai berikut,
a. terminal internasional, 11,348m2+1,710m2+660 : 13,720 m² b. terminal domestik, 32, 430m2+4,900m2+1,870 : 39,200 m² 5.4.17 Luas Aktual Terminal
Dalam melakukan penempatan fasilitas – fasilitas terminal yang telah direncanakan di atas kedalam layout gedung terminal, kami melakukan beberapa penyesuaian terhadap luas masing – masing fasilitas terminal tersebut. Penyesuaian ini dilakukan untuk mengakomodasi penempatan sistem struktural bangunan seperti kolom, kedalaman terminal, bentuk layout terminal, faktor kenyamanan dan estetika, serta kesesuaian dengan fasilitas pendukung lain dari bandara seperti apron, parkir, jalan akses, dan sebagainya.
Adapun luas aktual masing – masing fasilitas terminal yang telah disesuaikan berdasarkan layout dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan 5.2.
Tabel 5.1 Luas Aktual Terminal Domestik BIJB Fasilitas
Kerb 767 m²
Hall Keberangkatan 4,708 m² Hall Kedatangan 4,800 m² Check-in Area 2,340 m² Ruang Sirkulasi dan Tunggu 11,520 m² Baggage Claim Area 4,010 m² Gate Hold Room 11,040 m² Fasilitas Konsesi 3,820 m²
Total 43,005 m²
Luas Aktual
Tabel 5.2 Luas Aktual Terminal Internasional BIJB Fasilitas
Kerb 312 m²
Hall Keberangkatan 1,500 m² Hall Kedatangan 1,650 m² Check-in Area 870 m² Area Pemeriksaan Passport 480 m² Ruang Sirkulasi dan Tunggu 2,948 m² Baggage Claim Area 1,100 m² Gate Hold Room 3,680 m² Fasilitas Konsesi 1,490 m²
Total 14,030 m²
Luas Aktual
5.4.18 Level of Service
Level of Service (LOS) dapat dinyatakan sebagai suatu nilai yang menyatakan kemampuan dari supply untuk memenuhi demand yang ada dan mengabungkan penilaian aspek kuantitatif maupun kualitatif terhadap tingkat kenyamanan. IATA telah mengeluarkan suatu standar untuk memperhitungkan Level of Service pada suatu gedung terminal penumpang yang dapat dilihat pada Tabel 5.3. Adapun penilaian Level of Service dari desain Gedung Terminal Penumpang Bandara Internasional Jawa Barat ini berdasarkan standar IATA tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.4 dan 5.5. Adapun contoh perhitungan untuk Level of Service ini dapat dilihat sebagai berikut,
a. Hall keberangkatan domestik (luas aktual : 4,708 m²)
( )
( )
2
3 1
60 2
3 1240 1 4 186 4708 20
60 2
4708 3193
4708 1.47 3193
a o b
A s y
s s
s m
⎡ + + ⎤
⎣ ⎦
= × ×
⎡ + + ⎤
⎣ ⎦
= × ×
= ×
= =
b. Hall kedatangan domestik (luas aktual : 4,770 m²)
( )
( )
2
60 60
15 1240 186 30 1240 4
4770 60 60
4770 2836.5
4770 1.68 2836.5
w d b z d o
A s
s s
s m
⎛ + × × ⎞
= ×⎜⎜⎝ + ⎟⎟⎠
⎛ + × × ⎞
= ×⎜⎜⎝ + ⎟⎟⎠
= ×
= =
c. Check-in Area domestik (luas aktual : 2,340 m²) ( ) ( )
( ) ( )
2
20 3
60 2
3 1240 186
2340 20 1240 186
60 2
2340 237.667 2340 9.8 237.667
a b
A s a b
s s
s m
⎛ + ⎞
= × ×⎜⎜⎝ − + ⎟⎟⎠
⎛ + ⎞
= × ×⎜⎜⎝ − + ⎟⎟⎠
= ×
= =
Tabel 5.3 Standar Level of Service IATA
A B C D E
Check-in Area 1.8 1.6 1.4 1.2 1.0
Ruang Tunggu dan Sirkulasi 2.7 2.3 1.9 1.5 1.0
Gate Hold Room 1.4 1.2 1.0 0.8 0.6
Baggage Claim Area 2.0 1.8 1.6 1.4 1.2 Standar LOS (m² / penumpang)
Keterangan :
A : LOS sangat baik, kondisi arus bebas, tingkat kenyamanan sangat baik B : LOS tinggi, kondisi arus stabil, sangat sedikit delay, tingkat kenyamanan
tinggi
C : LOS baik, kondisi arus stabil, delay masih dapat diterima, tingkat kenyamanan baik
D : LOS tidak mencukupi, kondisi arus tidak stabil, delay tidak dapat diterima, tingkat kenyamanan tidak mencukupi
E : LOS tidak dapat diterima
Tabel 5.4 Level of Service Fasilitas Terminal Domestik BIJB
Penumpang Penumpang Pengantar Luas Aktual m² / pnp LOS berangkat (org) transfer (org) per pnp (org) (m²)
Hall Keberangkatan 1,240 186 4 4,708 1.5 n/a
Hall Kedatangan 1,240 186 4 4,800 1.7 n/a
Check-in Area 1,240 186 4 2,340 9.8 A
Ruang Tunggu dan Sirkulasi 1,240 186 4 11,520 6.6 A
Gate Hold Room 1,240 186 4 11,040 1.2 B
Baggage Claim Area 1,240 186 4 4,007 5.6 A
Fasilitas
Tabel 5.5 Level of Service Fasilitas Terminal Internasional BIJB
Penumpang Penumpang Pengantar Luas Aktual m² / pnp LOS berangkat (org) transfer (org) per pnp (org) (m²)
Hall Keberangkatan 400 60 4 1,500 1.5 n/a
Hall Kedatangan 400 60 4 1,650 1.8 n/a
Check-in Area 400 60 4 870 11.3 A
Ruang Tunggu dan Sirkulasi 400 60 4 2,948 7.4 A
Gate Hold Room 400 60 4 3,680 1.2 B
Area Pemeriksaan Passport 400 60 4 476 4.1 n/a
Baggage Claim Area 400 60 4 1,100 4.8 A
Fasilitas
5.4.19 Analisis Kebutuhan Ruang Terminal Penumpang
Berdasarkan review demand yang telah kami lakukan pada langkah sebelumnya, didapatkan jumlah penumpang tahunan yang akan dilayani oleh Bandara Internasional Jawa Barat ini adalah sebesar 10,843,302 orang penumpang domestik dan 1,474,705 orang penumpang internasional. Gedung terminal yang direncanakan haruslah dapat menampung jumlah penumpang tersebut dengan efisien. Efisiensi dari gedung terminal penumpang tersebut dapat ditentukan dengan luas ruang terminal penumpang serta kelengkapan fasilitas yang memadai.
Diantara beberapa fasilitas yang harus ada pada suatu gedung terminal penumpang antara lain adalah kerb, hall, check-in area, dan lain-lain.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diatas, diperoleh luas dari fasilitas – fasilitas yang ada tersebut. Selain fasilitas – fasilitas tersebut, kami juga menambahkan beberapa fasilitas konsesi agar kenyamanan penumpang selama melakukan pergerakan di dalam gedung terminal dapat ditingkatkan.
Adapun contoh dari fasilitas konsesi tersebut adalah restoran dan toko buku.
Luas dari masing – masing fasilitas konsesi tersebut dapat dilihat pada sub bab 5.4.11 dan 5.4.12. Penjumlahan dari luas seluruh fasilitas dan fasilitas konsesi tersebut menghasilkan luas kotor terminal sebesar 11,348 m² untuk terminal internasional dan 32,430 m² untuk terminal domestik.
Suatu luas bangunan tertentu perlu ditambahkan terhadap luas kotor terminal untuk mengakomodasi kebutuhan HVAC dan juga kebutuhan untuk struktur gedung itu sendiri. Adapun luas HVAC tersebut adalah 6,610 m² dan luas untuk struktur gedung adalah 2,530 m². Luas total terminal, yaitu luas keseluruhan fasilitas ditambah dengan luas untuk HVAC dan struktur gedung, adalah 13,720 m² untuk terminal internasional dan 39,200 m² untuk terminal domestik.
5.5 PERENCANAAN STRUKTUR
5.5.1 Preliminary Design
Preliminary design atau perencanaan awal dari suatu struktur meliputi perencanaan awal terhadap dimensi balok, dimensi kolom, dan dimensi pelat.
a. Perencanaan awal dimensi balok
Tinggi minimum balok (h) diperoleh dengan mengikuti pada peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 11.5 mengenai tinggi minimum balok dan pelat yang diizinkan. Estimasi tinggi minimum balok tersebut diperoleh dengan rumus,
12
h= L (5.14)
dimana,
h = tinggi minimum balok (h) (mm) L = panjang bentang (mm)
Estimasi untuk lebar minimum balok diperoleh dengan rumus, 2
b= h (5.15)
Berdasarkan rumus tersebut, tinggi dan lebar minimum dari balok yang ada dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Perhitungan Dimensi Balok Induk
Dimensi Balok Induk Tipe
Balok
Panjang Bentang
(mm) h (mm) b (mm) h (mm) b (mm)
1 6,000 500 250 500 250
2 9,000 750 375 750 375
untuk perhitungan balok anak, estimasi dimensi balok tidak menggunakan rumus L/12. Hal ini dikarenakan balok anak hanya berfungsi sebagai pengaku saja, tidak memikul beban secara langsung sehingga dimensi balok anak lebih kecil daripada dimensi balok induk untuk panjang bentang balok yang sama. Adapun perhitungan dimensi balok anak dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Perhitungan Dimensi Balok Anak
Dimensi Balok
Anak Tipe
Balok
Panjang Bentang
(mm) h (mm) b (mm)
1 6,000 300 300
2 9,000 300 300
b. Perencanaan awal dimensi pelat
Tebal minimum pelat yang akan digunakan diperoleh dari asumsi yang biasa digunakan. Perhitungan dimensi pelat tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8 Perhitungan Dimensi Pelat Tipe
Pelat
Tebal Pelat (mm)
Atap 100 Lantai 2 200
c. Perencanaan awal dimensi kolom
Dimensi kolom dapat diestimasi dengan menggunakan peraturan SNI 03- 2847-2002 pasal 12.9 mengenai pembatasan untuk tulangan komponen struktur tekan. Dari hasil pembebanan, diperoleh bahwa beban aksial utama (Pu) terbesar yang harus dipikul oleh kolom pada struktur gedung utama terminal. Dengan menggunakan rumus dapat ditentukan Ag kolom yang diperlukan. Adapun rumus tersebut adalah,
0.2 c1
Pu= ×Ag× f (5.16)
Perhitungan dari dimensi kolom ini dapat dilihat pada Tabel 5.9. Untuk mempermudah perhitungan, akan digunakan Microsoft Excel©
Tabel 5.9 Perhitungan Dimensi Kolom
Dimensi Kolom Tipe
Kolom
Pu max (kg)
Pu max
(N) fc' Ag min
(mm²) h (mm) b (mm) Gedung
utama
35,235
352,350
27.5
64,064
375
375 Pier
28,440
284,400
27.5
51,709
250
250
5.5.2 Pembebanan
Pembebanan yang dimaksudkan untuk struktur gedung terminal penumpang ini adalah semua beban yang direncanakan akan bekerja dan harus dipikul oleh struktur gedung terminal tersebut. Jenis pembebanan yang ada dilakukan berdasarkan peraturan SKBI – 1.3.53.1987 dan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2003). Adapun pembebanan yang ada meliputi beban mati, beban hidup, beban mati tambahan, beban angin, serta beban gempa dengan perincian sebagai berikut, a. Beban mati (DL)
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap. Beban mati ini bergantung pada berat jenis material bangunan.
Karena material yang digunakan dalam struktur ini adalah beton, maka beban mati yang ada adalah berat sendiri beton yaitu 2,400 kg/m³.
Beban mati yang bekerja pada struktur gedung terminal ini diantaranya adalah,
1. Pelat atap dan pelat lantai
Beban yang direncanakan akan dipikul oleh pelat atap dan pelat pada tiap lantai adalah
a. Pelat atap gedung utama
Berat sendiri pelat = 2, 400kg m3×0.1m×6.5m=1,560kg m b. Pelat lantai gedung utama
Berat sendiri pelat = 2, 400kg m3×0.2m×6.5m=3,120kg m c. Pelat atap pier
Berat sendiri pelat = 2, 400kg m3×0.1m×9m=2,160kg m d. Pelat lantai pier
Berat sendiri pelat = 2, 400kg m3×0.2m×9m=4,320kg m 2. Balok
Beban yang direncanakan akan dipikul oleh balok adalah sebagai berikut
a. Balok gedung utama
Berat sendiri balok = 2, 400kg m3×0.75m×0.375m=675kg m b. Balok pier
Berat sendiri balok = 2, 400kg m3×0.5m×0.25m=300kg m c. Pelat atap gedung utama
Berat sendiri pelat = 2, 400kg m3×0.1m×6.5m=1,560kg m d. Pelat lantai gedung utama
Berat sendiri pelat = 2, 400kg m3×0.2m×6.5m=3,120kg m e. Pelat atap pier
Berat sendiri pelat = 2, 400kg m3×0.1m×9m=2,160kg m f. Pelat lantai pier
Berat sendiri pelat = 2, 400kg m3×0.2m×9m=4,320kg m 3. Kolom
Beban yang direncanakan akan dipikul oleh kolom adalah a. Balok gedung utama
Berat sendiri balok = 2, 400kg m3×0.75m×0.375m=675kg m b. Balok pier
Berat sendiri balok = 2, 400kg m3×0.5m×0.25m=300kg m c. Pelat atap gedung utama
Berat sendiri pelat = 2, 400kg m3×0.1m×6.5m=1,560kg m d. Pelat lantai gedung utama
Berat sendiri pelat = 2, 400kg m3×0.2m×6.5m=3,120kg m e. Pelat atap pier
Berat sendiri pelat = 2, 400kg m3×0.1m×9m=2,160kg m f. Pelat lantai pier
Berat sendiri pelat = 2, 400kg m3×0.2m×9m=4,320kg m g. Kolom gedung utama
Berat sendiri kolom = 2, 400kg m3×0.375m×0.375m=337.5kg m h. Kolom pier
Berat sendiri kolom = 2, 400kg m3×0.25m×0.25m=150kg m b. Beban mati tambahan (SIDL)
Beban mati tambahan adalah adalah beban mati yang ditambahkan pada struktur setelah konstruksi struktur selesai. Adapun contoh beban mati tambahan adalah beban keramik, spesi, plafond, Mekanikal dan Elektrikal (M&E), dan dinding bata.
Adapun beban mati tambahan yang bekerja pada struktur gedung terminal ini adalah sebagai berikut,
1. Pelat atap
a. Mekanikal dan Elektrikal (M&E) = 15 kg/m² b. Plafond = 18 kg/m²
2. Pelat lantai
Beban mati tambahan = 50 kg/m²
c. Beban hidup (LL)
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung, dan kedalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan pada lanatai dan atap tersebut.
Khusus pada atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan.
Beban hidup yang direncanakan akan dipikul oleh struktur adalah sebagai berikut,
1. Pelat atap
a. Beban hidup atap (La) = 50 kg/m² b. Beban hujan (R) = 20 kg/m² 2. Pelat lantai
Direncanakan berdasarkan tabel 2 Beban Hidup Pada Lantai Gedung pada SKBI – 1.3.53.1987, dengan mengasumsikan lantai gedung akan memikul beban yang cukup berat dan peruntukan ruang untuk restoran, toko buku, toko cinderamata, dsb, sehingga digunakan beban hidup untuk mall = 300 kg/m²
d. Beban angin (W)
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.
Beban angin yang direncanakan akan dipikul dapat dirinci sebagai berikut, 1. Tiup = +0.9 25× kg m2 =22.5kg m2
2. Tekan = −0.4 25× kg m2 =10kg m2 e. Beban gempa (E)
Beban gempa untuk bangunan irrergular dapat didefinisikan sebagai gaya- gaya di dalam struktur yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu.
Pembebanan dilakukan berdasarkan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2003).
Beban gempa pada perencanaan tugas akhir ini diperhitungan dengan menggunakan metode respons spektra yang dimasukan kedalam perhitungan dengan menggunakan ETABS 9. Respons spektrum gempa yang digunakan yaitu untuk wilayah 4 dapat dilihat pada Gambar 5.5.
Dalam perhitungan respons spektra tersebut, perlu dipertimbangkan parameter-parameter berikut ini:
- Wilayah gempa = Zone 4 (Majalengka)
- Kondisi tanah = Sedang - Analisis yang dilakukan = Respons Spektra - Faktor Keutamaan (I)
Nilai faktor keutamaan dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Gambar 5.5 Respons Spektrum Gempa Wilayah 4
Tabel 5.10 Faktor Keutamaan I Untuk Berbagai Kategori Gedung atau Bangunan
Kategori Gedung atau Bangunan
Faktor Keutamaan
I Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan, dan
perkantoran
1
Monumen dan bangunan monumental 1
Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi
1.5
Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas, produk minyak bumi, asam, gas beracun
1.5
Cerobong, tangki di atas menara 1.25
Berdasarkan tabel di atas, digunakan nilai I = 1
- Faktor reduksi gempa maksimum (R) untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah diambil = 5.5
f. Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan yang diperhitungkan dalam perencanaan struktur
ini adalah
1. 1.4 (DL + SIDL)
2. 1.2 (DL + SIDL) + 1.6 LL + 0.5 La 3. 1.2 (DL + SIDL) + 1.6 LL + 0.5 R 4. 1.2 (DL + SIDL) + 1.6 La + 0.5 LL 5. 1.2 (DL + SIDL) + 1.6 La + 0.5 W 6. 1.2 (DL + SIDL) + 1.6 R + 0.5 LL 7. 1.2 (DL + SIDL) + 1.6 LL + 0.8 W
8. 1.2 (DL + SIDL) + 1.3 W + 0.5 LL + 0.5 La 9. 1.2 (DL + SIDL) + 1.3 W + 0.5 LL + 0.5 R 10. 1.2 (DL + SIDL) + 1.0 Ex + 0.3 Ey + 0.5 LL 11. 1.2 (DL + SIDL) + 1.0 Ex – 0.3 Ey + 0.5 LL 12. 1.2 (DL + SIDL) – 1.0 Ex + 0.3 Ey + 0.5 LL 13. 1.2 (DL + SIDL) – 1.0 Ex – 0.3 Ey + 0.5 LL 14. 1.2 (DL + SIDL) + 0.3 Ex + 1.0 Ey + 0.5 LL 15. 1.2 (DL + SIDL) + 0.3 Ex – 1.0 Ey + 0.5 LL 16. 1.2 (DL + SIDL) – 0.3 Ex + 1.0 Ey + 0.5 LL 17. 1.2 (DL + SIDL) – 0.3 Ex – 1.0 Ey + 0.5 LL 18. 1.2 (DL + SIDL) + 1.0 Ex + 0.3 Ey + 0.5 R 19. 1.2 (DL + SIDL) + 1.0 Ex – 0.3 Ey + 0.5 R 20. 1.2 (DL + SIDL) – 1.0 Ex + 0.3 Ey + 0.5 R 21. 1.2 (DL + SIDL) – 1.0 Ex – 0.3 Ey + 0.5 R 22. 1.2 (DL + SIDL) + 0.3 Ex + 1.0 Ey + 0.5 R 23. 1.2 (DL + SIDL) + 0.3 Ex – 1.0 Ey + 0.5 R 24. 1.2 (DL + SIDL) – 0.3 Ex + 1.0 Ey + 0.5 R 25. 1.2 (DL + SIDL) – 0.3 Ex – 1.0 Ey + 0.5 R 26. 0.9 (DL + SIDL) + 1.3 W
27. 0.9 (DL + SIDL) – 1.3 W
28. 0.9 (DL + SIDL) + 1.0 Ex + 0.3 Ey 29. 0.9 (DL + SIDL) + 1.0 Ex – 0.3 Ey 30. 0.9 (DL + SIDL) – 1.0 Ex + 0.3 Ey 31. 0.9 (DL + SIDL) – 1.0 Ex – 0.3 Ey 32. 0.9 (DL + SIDL) + 0.3 Ex + 1.0 Ey 33. 0.9 (DL + SIDL) + 0.3 Ex – 1.0 Ey 34. 0.9 (DL + SIDL) – 0.3 Ex + 1.0 Ey 35. 0.9 (DL + SIDL) – 0.3 Ex – 1.0 Ey
5.5.3 Pemodelan Struktur
Dalam melakukan pemodelan struktur kami membagi bangunan gedung terminal tersebut menjadi 3 bagian utama yaitu, bagian gedung utama, bagian gedung samping, dan bagian pier. Adapun pemodelan struktur untuk bagian gedung tersebut dalam bentuk 3 dimensi dapat dilihat pada Gambar 5.6, 5.7, dan 5.8.
Gambar 5.6 Pemodelan Bagian Gedung Utama
Gambar 5.7 Pemodelan Bagian Gedung Samping
Gambar 5.8 Pemodelan Bagian Pier
5.5.4 Analisis Struktur
Dari hasil analisis program ETABS 9, didapatkan gaya dalam maksimum untuk balok dan kolom sebagaimana tergambar dalam Tabel 5.11 dan 5.12.
Tabel 5.11 Gaya Dalam Maksimum Balok T
kN.m V2
kN M3
kN.m -33.0182 -123.459 -242.1068 Balok
Induk 33.0182 123.459 242.1068 -3.245 -40.03 -78.736 Balok
Anak 3.245 40.03 67.046
Tabel 5.12 Gaya Dalam Maksimum Kolom P
kN
Mx kN.m
My kN.m Kolom 1157.36 204.987 181.91 5.5.5 Desain Balok Induk
Dalam melakukan desain balok induk, akan dilakukan analisis tahanan untuk masing – masing balok terhadap lentur, geser, dan torsi.
a. Dimensi
Dimensi yang dimiliki oleh balok induk ini adalah b = 400 mm dan h = 500 mm
b. Tengah bentang
Mu = 242,106.8 kN.mm
d (asumsi D-22, selimut 50 mm) 500 50 0.5(22) 439
' cov 0.5 50 0.5(22) 61
d m
d er D m
= − − =
= + = + =
m
m
Asumsi : As’ sudah leleh
. 0.85 '. . '( 0.85 ')
400 0.85(30).400. 0.5 (400 0.85(30)) 400 10, 200 187.26
0.0209 T Cc Cs
As fy fc b a As fy fc
As a As
As a As
a As
= +
= + −
= + −
= +
=
2 2
2
. ( ) '. ( ' ) 0,8
2 2
0.0209 0.0209
.400 439 0,5. .400 61 302,633,500
2 2
175,600 4.18 12, 200 2.09 302,633,500 6.27 187,800 302,633,500 0
1,709
Mn Mu
a a Mu
As fy d As fy d dengan
As As
As As
As As As As
As As
As m
φ
φ φ
>
− + − > =
⎛ − ⎞+ ⎛ − ⎞>
⎜ ⎟ ⎜ ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠
− + − >
− + − >
= ± 2
1,709 2
m As perlu= mm Tulangan Tarik
D = 25; n = 4 => 1,962.5 mm2 500 50 0.5(25) 437.5
400 2(50) 4(25)
66.67 500 ... !!
4 1
d mm
spasi mm mm OK
= − − =
− −
= = <
−
Digunakan tulangan diameter 25 mm sejumlah 4 buah Tulangan Tekan
As’ = 0.5As = 0.5(1709) = 854.5mm2
Digunakan D = 19; n = 5; As’ = 1,416.925mm2 ' 1 50 9.5 59.5
2
2 400 2(50) 5(19)
51.25 500 ... !!
1 5 1
d s D mm
b s nD
s m
n
= + = + =
− − − −
= = = <
− − m mm OK
Digunakan tulangan diameter 19 mm sejumlah 5 buah
Cek Kelelehan
1
. 0.85 '. . '( 0.85 ')
400 1,962.5 0.85(30).400. 1, 416.925(400 0.85(30)) 785,000 10, 200 530,638.4125
24.94 24.94
29.34 0.85
' ' 0.003
59.5 29.34
0.003 0.002 29.34
0.00 T Cc Cs
As fy fc b a As fy fc
x a
a
a mm
c a mm
d c fy
s c Es
β ε
= +
= + −
= + −
= +
=
= = =
= − >
= − >
31 0.002...> OK!!
Cek
'
. ( ) '. ( ' )
2 2
24.94 24.94
400 1,962.5 437.5 1, 416.925 400 59.5 302,633,500
2 2
333,648,550 26,655,193.1 302,633,500 360,303.74 302,633.500 ... !!
min ' 4
Mu Mu
Mn T T
a a Mu
As fy d As fy d
x x
N N N
kN kN OK
As fc
φ φ
φ
> → + >
− + − >
⎛ − ⎞+ ⎛ − ⎞>
⎜ ⎟ ⎜ ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠
+ >
>
= 1.4
. .
b d b d fy > fy
2
30 1.4
400.500 400.500
4.400 400
684.65 700 min 700
( ) 1,962.5 2 ( ) min... !!
As mm
As design mm
As design As OK
>
>
=
=
≥
Pengecekan As max
max
1
0.75 ' '
0.85 '. 600 0.85 30 0.85 0.6
0.0325
600 400
' 1, 416.925
' 0.0081
400 437.5
bal
bal
f s fy
fc x x x
fy fy
f A s
bd x
ρ ρ ρ
ρ β
≤ +
⎛ ⎞
= ⎜⎝ + ⎟⎠=
= = =
=
' ( ) ' ( ).
' 59.5 29.34
0.003 200,000 0.003 200,000
29.34 616.77
f s bal s bal E d c
x x x x
c MPa
ε
=
− −
=
=
max
2 max
' ( )
0.75 '
(616.77)0.0081
0.75(0.0325) 0.024375 0.0125
400 0.036875
. . 0.036875 300 437.5 6, 453.125
bal
f s bal fy
As b d x x m
ρ ρ ρ
ρ
= +
= + = +
=
= = = m
max
2 2
min
2
1,962.5 6, 453.125
1,962.5 6, 453.125 ... !!
30 400 437.5
1,962.5 599.07 4 400
As As
mm mm OK
As As
x x
As mm
x
>
>
<
>
> = >
c. Pinggir bentang Mu = 242,003 kN.mm
d (asumsi D-22, selimut 50 mm) 500 50 0.5(22) 439
' cov 0.5 50 0.5(22) 61
d m
d er D m
= − − =
= + = + =
m
m Asumsi : As’ sudah leleh
. 0.85 '. . '( 0.85 ')
400 0.85(30).400. 0.5 (400 0.85(30)) 400 10, 200 187.26
0.0209 T Cc Cs
As fy fc b a As fy fc
As a As
As a As
a As
= +
= + −
= + −
= +
=
. ( ) '. ( ' ) 0,8
2 2
0.0209 0.0209
.400 439 0,5. .400 61 302,503,750
2 2
Mn Mu
a a Mu
As fy d As fy d dengan
As As
As As
φ
φ φ
>
− + − > =
⎛ − ⎞+ ⎛ − ⎞>
⎜ ⎟ ⎜ ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠
2 2
2
2 2
175, 600 4.18 12, 200 2.09 302,503, 750 6.27 187,800 302,503,750 0
1, 709 1, 709
As As As As
As As
As mm
As perlu mm
− + − >
− + − >
= ±
=
Karena As perlu serupa dengan As perlu pada tengah bentang,
maka tulangan tarik dan tekan untuk pinggir bentang adalah serupa dengan tengah bentang.
Perencanaan Geser Balok Induk
Zona :
123, 459 0.85 145, 245.88
1 30 400 437.5 159, 752.41 6
0.5
145, 245.88 79,876.21... !!
Vn Vu
Vn Vc Vs
Vc x x N
Cek Keperluan Sengkang
Vu Vc
PERLU SENGKANG φ
φ
≥ =
= = +
= =
<
<
Zona I 0.5
145, 245.88 79,876.21... !!
Vu Vc
TIDAK OK φ <
<
Zona II
75 30
400 437.5 1200
145, 245.88 159,752.41 59,907.15 145, 245.88 219,659.56... !!
Vu Vc x x
OK φ < +
< +
<
Penentuan Tulangan Tekan
Asumsi D = 8; n = 2; As=50.24mm2 Av = n.As=2(50.24)=100.48mm2
3 . 3(100.48)400
: 301.44
400 0.5
0.5(437.5) 301.44 218.75
Av fy
Spasi mm
bw
s d
s
= =
≤
<
<
123,459
+ -
123,459
max
600 301.44 600
s mm
s s
<
<
<
Digunakan tulangan sengkang dengan diameter 8 mm dan spasi 218.75 mm
Perencanaan Torsi
( )
( ) ( )
( ) ( )
( )
2
2 2
2
1 '
12
33,018, 200 . 123, 459
159,752.41
500 400 200,000 2 400 500 1,800
400 2 50 8 500 2 50 8 114, 464 2 400 2 50 500 2 50 1, 400
1 (
33,018, 200 0.75 30 12
Tu f c Acp Pcp
Tu kN mm
Vu kN
Vc kN
Acp mm
Pcp mm
Aoh mm
Poh mm
φ ⎛ ⎞
≥ ⎜ ⎟
⎝ ⎠
=
=
=
= × =
= × + =
= − × − × − × − =
= × − × + − × =
≥ 500.400)2
(500.2) (400.2) 33,018, 200 7,607, 257.74...Tidak OK!!
⎛ ⎞
⎜ + ⎟
⎝ ⎠
≥ ...
33, 018, 200
0.481
2 cot 2 0.75 114, 464 400 1
t
y
Hitung torsi
A Tu
S = φ×Aoh× ×f φ = × × × × =
( )
1
123, 459
159, 752.41
0.75 0.028
400 437.5
2 2
0.028 2 0.481 0.99 75
2 75 30 400
0.342 1200 1, 200 400
2 min 13 13 400400 0.333 0.4186 400 0.
6 6 400
v yv
V t V t
V t
V t
t
Vu Vc A
S f d
A A A A
aktual
s s s
f c bw
A A
s fy
A A bw
s fy
A bw s fyv
φ − −
= = =
× ×
+ = + = + =
×
+ ×
= = =
×
+ = = =
≥ = ≥ =
× 4186 0.166≥ Cek keruntuhan
2 2
1 2
2
1.7 3
Vu Tu Poh Vc
bw d Aoh bw d f c
⎛ ⎞ +⎛ × ⎞ ≤ Φ +
⎜ × ⎟ ⎜ × ⎟ ×
⎝ ⎠ ⎝ ⎠
( )
2 2
2
2 2
123, 459 33,018, 200 1, 400 159,752.41 2
0.75 30
400 437.5 1.7 114, 464 400 437.5 3
2.192 4.336... !
cot 0.4186 1400 1 1 586.04
yv l
yt
ok At f
A Poh mm
s f θ
×
⎛ ⎞
⎛ ⎞
= ⎜⎝ × ⎟⎠ +⎜⎝ × ⎟⎠ ≤ ×
= ≤
⎛ ⎞
= ⎜⎜⎝ ⎟⎟⎠ = × × =
+
Digunakan tulangan torsi dengan diameter 13 mm sejumlah 6 buah
( )
1 min
2
132.665
5 5 30 200,000
0.4186 1400
12 12 400
555.05
2 132.665 2
0.99; 268
0.99 0.99
268 300 ... !
v t
As
f c Acp At fy
Al Poh
fy s fy
mm
A As
s mm
s
mm mm ok
+
=
× ×
= − = −
× ×
=
× ×
= = = =
≤
×
5.5.6 Analisis Desain Balok Induk
Dari analisis struktur serta desain yang dilakukan terhadap balok induk, digunakan dimensi balok induk sebesar 400 x 500 mm. Penggunaan dimensi ini didasarkan atas hasil analisis struktur dengan menggunakan program ETABS dimana dimensi yang lebih kecil daripada 400 x 500 mm tidak kuat untuk menahan berbagai kombinasi pembebanan yang direncanakan.
Pembesian yang digunakan dalam balok induk ini dibedakan menjadi 2, yaitu pembesian pada bagian tumpuan dan bagian lapangan. Momen yang ada pada bagian tumpuan dan bagian lapangan adalah sama yaitu -242,106.8 kNmm dan 242,106.8 kNmm, maka pembesian untuk bagian tumpuan dan bagian lapangan adalah sama. Pembesian yang digunakan untuk tulangan tarik adalah tulangan ulir diameter 25 mm sejumlah 4 buah dan untuk tulangan tekan adalah tulangan ulir diameter 19 mm sejumlah 5 buah. Tulangan sengkang yang digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter 8 mm dan spasi antar sengkang adalah 218.75 mm. Karena nilai torsi yang ada cukup besar, maka pengaruh torsi pada balok induk tidak dapat diabaikan sehingga dibutuhkan tulangan torsi dengan diameter 13 mm sejumlah 6 buah.
5.5.7 Desain Balok Anak
Dalam melakukan desain balok anak, akan dilakukan analisis tahanan untuk masing – masing balok terhadap lentur, geser, dan torsi.
a. Dimensi yang dimiliki oleh balok anak ini adalah b = 300 mm dan h = 400 mm
b. Tengah bentang
Mu = 67,046.14 kN.mm
d (asumsi D-22, selimut 50 mm) 400 50 0.5(22) 339
' cov 0.5 50 0.5(22) 61
d m
d er D m
= − − =
= + = + =
m
m Asumsi : As’ sudah leleh
. 0.85 '. . '( 0.85 ')
400 0.85(30).300. 0.5 (400 0.85(30)) 400 7,650 187.26
0.0278 T Cc Cs
As fy fc b a As fy fc
As a As
As a As
a As
= +
= + −
= + −
= +
=
2 2
2
. ( ) '. ( ' ) 0,8
2 2
0.0278 0.0278
.400 339 0,5. .400 61 83,807,675
2 2
135,600 5.56 12, 200 2.78 83,807,675 8.34 147,800 83,807,675 0
587
Mn Mu
a a Mu
As fy d As fy d dengan
As As
As As
As As As As
As As
As mm
As pe φ
φ φ
>
− + − > =
⎛ − ⎞+ ⎛ − ⎞>
⎜ ⎟ ⎜ ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠
− + − >
− + − >
= ±
587 2
rlu= mm Tulangan Tarik
D = 16; n = 3 => 602.88 mm2 400 50 0.5(16) 342
300 2(50) 3(16)
76 ... !!
3 1
d mm
spasi mm OK
= − − =
− −
= =
−
Digunakan tulangan diameter 16 mm sejumlah 3 buah Tulangan Tekan
As’ = 0.5As = 0.5(587) = 293.5mm2
Digunakan D = 13; n = 3; As’ = 397.995mm2