• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini berisi paparan data dan temuan hasil penelitian yang telah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini berisi paparan data dan temuan hasil penelitian yang telah"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi paparan data dan temuan hasil penelitian yang telah diperoleh berdasarkan hasil analisis data yang meliputi dua tahap, yaitu: (1) secara deskriptif dan (2) secara inferensial. Laporan secara deskriptif dilengkapi dengan tabel frekwensi dan histogram. Laporan secara inferensial menyajikan hasil uji asumsi yang berupa uji normalitas dan homogenitas populasi serta hasil analisis statistik dengan anava dua jalan. Berdasarkan variabel-variabelnya, maka hasil penelitian ini dilaporkan sebagai berikut.

A. Deskripsi Data

Deskripsi data dalam bab ini bertujuan untuk memaparkan secara umum mengenai karakteristik kemampuan membaca pemahaman yang diperoleh dari tes yang dihasilkan melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran DRA, PQRST, dan DRTA baik pada siswa yang memiliki minat baca tinggi, sedang maupun siswa yang memiliki minat baca rendah. Deskripsi data dalam penelitian ini dipaparkan dalam delapan kelompok, yaitu: (1) kemampuan membaca pemahaman siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRA, (2) kemampuan membaca pemahaman siswa yang diajar dengan model pembelajaran PQRST, (3) kemampuan membaca pemahaman siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRTA, (4) perbandingan rata-rata kemampuan membaca pemahaman antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRA, PQRST dan DRTA, (5) kemampuan membaca pemahaman siswa yang memiliki minat baca tinggi, (6) kemampuan membaca pemahaman siswa yang memiliki minat

(2)

commit to user

baca sedang, (7) kemampuan membaca pemahaman siswa yang memiliki minat baca rendah, (8) perbandingan rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa yang memiliki minat baca tinggi, sedang dan minat baca rendah.

Tabel 4.1 Deskripsi Data

Descriptive Statistics Dependent Variable: Kemampuan Membaca Pemahaman

48.5714 6.7047 7

51.5000 6.3019 8

60.0000 11.7595 8

53.5652 9.6664 23

64.3333 10.5388 6

65.3333 10.7647 12

66.5455 13.7140 11

65.5862 11.5434 29

64.5000 11.9403 8

74.2500 8.9722 8

88.5455 7.5943 11

77.1852 13.7478 27

59.1429 12.2404 21

63.9286 12.5135 28

72.8667 16.4981 30

66.0506 15.0383 79

Minat Baca Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total Model Pembelajaran

DRA

PQRST

DRTA

Total

Mean Std. Deviation N

Keterangan:

N= jumlah subjek

Mean= skor rata-rata kemampuan membaca pemahaman Std. Deviation = standar deviasi

1. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran DRA

Setelah dilakukan analisis deskriptif, nilai yang didapatkan yaitu: n sebanyak 23; nilai minimal sebesar 40, nilai maksimal sebesar 72, range sebesar 32, sehingga diperoleh nilai jumlah kelas interval k= 1+3,3x log (23) = 5,49 » 5, dengan nilai rata-rata sebesar 48, 5714.

Berikut ini distribusi frekuensi nilai kemampuan membaca pemahaman yang diajar dengan model pembelajaran DRA.

(3)

commit to user Tabel 4. 2

Distribusi Nilai Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran DRA

Kelas Interval

Frekuensi Observed

Frekuensi

Komulatif Presentase

40 46 8 8 34.8%

47 53 4 12 17.4%

54 60 7 19 30.4%

61 67 1 20 4.3%

68 74 3 23 13.0%

23 100.0%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa banyaknya siswa yang memperoleh skor dalam kelas interval 40 – 46 sebanyak 8 orang (34,8%), siswa yang memperoleh skor dalam kelas interval 47 – 53 sebanyak 4 orang ( 17,14%), siswa yang mendapat skor dalam interval 54-60 sebanyak 7 orang (30,4%) siswa yang mendapat skor dalam interval 61 – 67 sebanyak 1 orang (4,3%), siswa yang mendapat skor pada interval 68 – 74 sebanyak 3 orang ( 13,0%).

Dari data yang telah dianalisis tersebut, disusun daftar distribusi frekuensi skor membaca pemahaman siswa yang belajar dengan model pembelajaran DRA ditunjuk pada gambar histogram 4.1 berikut

40 - 46 47 - 53 54 - 60 61 - 67 68 - 74

(4)

commit to user Gambar 4.1

Histogram Skor Membaca Pemahaman Siswa yang Belajar dengan Model Pembelajaran DRA

2. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran PQRST

Setelah dilakukan analisis deskriptif, nilai yang di dapatkan yaitu: n sebanyak 29; nilai minimal sebesar 46, nilai maksimal sebesar 88, range sebesar 42, sehingga diperoleh nilai jumlah kelas interval k= 1+3,3x log (23) = 5,83 » 6, dengan nilai rata-rata sebesar 65,5862.

Berikut ini distribusi frekuensi dari nilai kemampuan membaca pemahaman siswa yang diajar dengan model pembelajaran Preview Question Read Summerize Test (PQRST).

Tabel 4.3

Distribusi Nilai Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran PQRST

Kelas Interval

Frekuensi Observed

Frekuensi

Komulatif Presentase

46 52 6 6 20.7%

53 59 4 10 13.8%

60 66 3 13 10.3%

67 73 7 20 24.1%

74 80 6 26 20.7%

81 88 3 29 10.3%

29 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa banyaknya siswa yang memperoleh skor dalam kelas interval 46 – 52 sebanyak 6 orang (20,7%), siswa yang memperoleh skor dalam kelas interval 53 – 59 sebanyak 4 orang ( 13,8%), siswa yang mendapat skor dalam interval 60 - 66 sebanyak 3 orang (10,3%) siswa

(5)

commit to user

yang mendapat skor dalam interval 67 – 73 sebanyak 7 orang (24,1%), siswa yang mendapat skor pada interval 74 – 80 sebanyak 6 orang ( 20,7%). Siswa yang mendapat skor pada interval 81 – 88 sebanyak 3 orang (10,3%).

Distribusi frekuensi skor membaca pemahaman siswa yang belajar dengan model pembelajaran DRA ditunjuk pada gambar histogram 4.2 berikut

Gambar 4.2

Histogram Skor Membaca Pemahaman Siswa yang Belajar dengan Model Pembelajaran PQRST

3. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran DRTA

Setelah dilakukan analisis deskriptif, nilai yang di dapatkan yaitu: n sebanyak 27; nilai minimal sebesar 48, nilai maksimal sebesar 96, range sebesar 48, sehingga diperoleh nilai jumlah kelas interval k = 1+3,3x log (23) = 5,72 » 6, dengan nilai rata-rata sebesar 77,1852. Berikut ini distribusi frekuensi dari nilai kemampuan membaca pemahaman siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRTA.

46 - 52 53 - 59 60 - 66 67 - 73 74 - 80 81 - 88

(6)

commit to user Tabel 4.4

Distribusi Nilai Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran DRTA

Kelas Interval

Frekuensi Observed

Frekuensi

Komulatif Presentase

48 55 2 2 7.4%

56 63 3 5 11.1%

64 71 3 8 11.1%

72 79 7 15 25.9%

80 87 4 19 14.8%

88 96 8 27 29.6%

27 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa banyaknya siswa yang memperoleh skor dalam kelas interval 48 – 55 sebanyak 2 orang (7,4%), siswa yang memperoleh skor dalam kelas interval 56 – 63 sebanyak 3 orang ( 11,1%), siswa yang mendapat skor dalam interval 64 - 71 sebanyak 3 orang (11,1%) siswa yang mendapat skor dalam interval 72 – 79 sebanyak 7 orang (25,9%), siswa yang mendapat skor pada interval 80 – 87 sebanyak 4 orang ( 14,8%). Siswa yang mendapat skor pada interval 88 – 98 sebanyak 8 orang (29,6%).

Distribusi frekuensi skor membaca pemahaman siswa yang belajar dengan model pembelajaran DRTA ditunjuk pada gambar histogram 4.3 berikut.

48 - 55 56 - 63 64 - 71 65 - 79 80 - 87 88 - 96

(7)

commit to user Gambar 4.3

Histogram Skor Membaca Pemahaman Siswa yang Belajar dengan Model Pembelajaran DRTA

4. Perbandingan rata-rata Kemampuan Membaca Pemahaman antara Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran DRA, PQRST dan DRTA

Setelah dikelompok-kelompokan sesuai dengan rancangan penelitian, perbandingan kemampuan membaca pemahaman antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran DRA, PQRST, dan DRTA, maka dapat ditabelkan dalam bentuk ringkasan statistik diskriptif sebagai sebagai berikut:

Tabel 4. 5

Perbandingan Rata-Rata Kemampuan Membaca Pemahaman antara Siswa yang Diajar dengan Model pembelajaran DRA, PQRST, dan DRTA

Model Pembelajaran Statistik Diskriptif

DRA PQRST DRTA

N 23.00 29.00

27.00

Maksimal 72.00 88.00

96.00

Minimal 40.00 46.00

48.00

Rata-rata 53.57 65.59

77.19 Standar Deviasi 9.67 11.54

13.75 Berdasarkan Tabel 4. 5 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman tertinggi pada kelompok siswa yang diberikan model pembelajaran DRTA yaitu sebesar 77,19 dan nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman terendah pada kelompok siswa yang diberikan model pembelajaran DRA yaitu sebesar 53,57. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan nilai

(8)

commit to user

kemampuan membaca pemahaman antara siswa yang diberikan model pembelajaran DRA, PQRST, dan DRTA, karena nilai yang tertinggi pada kelompok DRTA maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran DRTA dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan kedua model pembelajaran DRA dan PQRST. Untuk membuktikan kelompok pembelajaran manakah yang memberikan hasil kemampuan membaca pemahaman siswa lebih baik, maka dilakukan uji perbandingan untuk ketiga model pembelajaran yang dilakukan tersebut adalah dengan menggunakan uji tuckey. Hasil uji perbandingan membuktikan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa yang belajar dengan model pembelajaran DRTA pada kelompok siswa yang memiliki kategori minat baca tinggi lebih baik daripada model pembelajaran DRA dan model pembelajaran PQRST. Hal ini terbukti dari hasil analisis menunjukan bahwa nilai minumum yang diperoleh dengan model DRTA adalah (96,0) lihat tabel 4.5.

5. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang Memiliki Minat Baca Rendah

Setelah dilakukan analisis deskriptif, nilai yang di dapatkan yaitu: n sebanyak 23; nilai minimal sebesar 42, nilai maksimal sebesar 82, range sebesar 40, sehingga diperoleh nilai jumlah kelas interval k= 1+3,3x log (23) = 5,49 » 5, dengan nilai rata-rata sebesar 59,1429. Berikut ini distribusi frekuensi dari nilai kemampuan membaca pemahaman siswa yang memiliki minat baca rendah

(9)

commit to user Tabel 4.6

Distribusi Nilai Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang Memiliki Minat Baca Rendah

Kelas Interval

Frekuensi Observed

Frekuensi

Komulatif Presentase

42 48 8 8 34.8%

49 55 4 12 17.4%

56 62 7 19 30.4%

63 69 1 20 4.3%

70 76 3 23 13.0%

23 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa banyaknya siswa yang memperoleh skor dalam kelas interval 42 – 48 sebanyak 8 orang (34,8%), siswa yang memperoleh skor dalam kelas interval 49 – 55 sebanyak 4 orang ( 17,4%), siswa yang mendapat skor dalam interval 56 - 62 sebanyak 7 orang (30,4%) siswa yang mendapat skor dalam interval 63 – 69 sebanyak 1 orang (4,3%), siswa yang mendapat skor pada interval 70 – 76 sebanyak 3 orang ( 13,0%).

Distribusi frekuensi skor membaca pemahaman siswa pada kelompok yang memiliki minat baca rendah ditunjuk pada gambar histogram 4.4 berikut.

42 - 48 49 - 55 56 - 62 63 - 69 70 - 76

(10)

commit to user Gambar 4.4

Histogram Skor Membaca Pemahaman Siswa Pada Kelompok Minat Baca Rendah

6. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang Memiliki Minat Baca Sedang

Setelah dilakukan analisis deskriptif, nilai yang di dapatkan yaitu: n sebanyak 28; nilai minimal sebesar 44, nilai maksimal sebesar 88, range sebesar 44, sehingga diperoleh nilai jumlah kelas interval k= 1+3,3x log (23) = 5,78 » 6, dengan nilai rata-rata sebesar 63,93. Berikut ini distribusi frekuensi dari nilai kemampuan membaca pemahaman siswa yang memiliki minat baca sedang.

Tabel 4.7

Distribusi Nilai Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang Memiliki Minat Baca Sedang

Kelas Interval

Frekuensi Observed

Frekuensi

Komulatif Presentase

44 51 4 4 14.3%

52 59 7 11 25.0%

60 67 6 17 21.4%

68 75 4 21 14.3%

76 83 6 27 21.4%

84 91 1 28 3.6%

28 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa banyaknya siswa yang memperoleh skor dalam kelas interval 44 – 51 sebanyak 4 orang (14,3%), siswa yang memperoleh skor dalam kelas interval 52 – 59 sebanyak 7 orang ( 25,0%), siswa yang mendapat skor dalam interval 60 - 67 sebanyak 6 orang (21,4%) siswa yang mendapat skor dalam interval 68 – 75 sebanyak 4 orang (14,3%), siswa yang

(11)

commit to user

mendapat skor dalam interval 76 – 83 sebanyak 6 orang ( 21,4%), siswa yang mendapat skor pada interval 84 – 91 sebanyak 1 orang (3,6%).

Distribusi skor membaca pemahaman siswa pada kelompok yang memiliki minat baca sedang ditunjuk pada gambar histogram 4.5 berikut.

Gambar 4.5

Histogram Skor Membaca Pemahaman Siswa Pada Kelompok Minat Baca Sedang

7. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang Memiliki Minat Baca Tinggi

Setelah dilakukan analisis deskriptif, nilai yang di dapatkan yaitu: n sebanyak 30; nilai minimal sebesar 40, nilai maksimal sebesar 88, range sebesar 96, sehingga diperoleh nilai jumlah kelas interval k= 1+3,3x log (23) = 5,87 » 6, dengan nilai rata-rata sebesar 72,87. Berikut ini distribusi frekuensi dari nilai kemampuan membaca pemahaman siswa yang memiliki minat baca tinggi.

44 - 51 52 - 59 60 - 67 68 - 75 76 - 83 84 - 91

(12)

commit to user Tabel 4. 8

Distribusi Nilai Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang Memiliki Minat Baca Tinggi

Kelas Interval

Frekuensi Observed

Frekuensi

Komulatif Presentase

40 49 3 3 10.0%

50 59 4 7 13.3%

60 69 5 12 16.7%

70 79 7 19 23.3%

80 89 6 25 20.0%

90 99 5 30 16.7%

30 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa banyaknya siswa yang memperoleh skor dalam kelas interval 40 – 49 sebanyak 3 orang (10,0%), siswa yang memperoleh skor dalam kelas interval 50 – 59 sebanyak 4 orang ( 13,3%), siswa yang mendapat skor dalam interval 60 - 69 sebanyak 5 orang (16,7%) siswa yang mendapat skor dalam interval 70 – 79 sebanyak 7 orang (23,3%), siswa yang mendapat skor dalam interval 80 – 89 sebanyak 6 orang ( 20,0%), siswa yang mendapat skor pada interval 90 – 99 sebanyak 5 orang (16,7%)

Distribusi frekuensi skor membaca pemahaman siswa pada kelompok yang memiliki minat baca tinggi ditunjuk pada gambar histogram 4.6 berikut:

40 - 49 50 - 59 60 - 69 70 - 79 80 - 89 90 - 99

(13)

commit to user Gambar 4.6

Histogram Skor Membaca Pemahaman Siswa Pada Kelompok Minat Baca Sedang

8. Perbandingan Rerata Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang Memiliki Minat Baca Tinggi, Sedang dan Minat Baca Tinggi

Setelah dikelompok-kelompokan sesuai dengan desain atau rancangan penelitian, perbandingan kemampuan membaca pemahaman antara siswa yang memiliki minat baca rendah, siswa yang memiliki minat baca sedang dan siswa yang memiliki minat baca tinggi, maka dapat ditabelkan dalam bentuk ringkasan statistik diskriptif sebagai berikut:

Tabel 4. 9

Perbandingan Rata-Rata Kemampuan Membaca Pemahaman antara Siswa yang Memiliki Minat Baca Rendah, Sedang, dan Tinggi

Minat Baca

Statistik Diskriptif Rendah Sedang Tinggi

N 23 28 30

Maksimal 82.00 88.00 96.00

Minimal 42.00 44.00 40.00

Rata-rata 59.14 63.93 72.87 Standar Deviasi 12.24 12.51 16.50 Berdasarkan Tabel 4. 9 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman tertinggi pada kelompok siswa yang memiliki minat baca tinggi yaitu sebesar 72,87 dan nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman terrendah pada kelompok siswa yang memiliki minat baca rendah yaitu sebesar 59,14. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan nilai kemampuan pembaca pemahaman antara siswa yang memiliki minat baca rendah, sedang, dan tinggi.

(14)

commit to user

Karena nilai yang tertinggi pada kelompok siswa yang memiliki minat baca tinggi maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki minat baca tinggi akan berimplikasi pada tinggi nilai kemampuan membaca pemahaman, dengan kata lain tinggi rendahnya kemampuan membaca pemahaman sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya minat baca siswa.

B. Pengujian Persyaratan Analisis Anava

Sesuai dengan permasalahan penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan ialah uji beda rata-rata dengan menggunakan anava dua jalan. Dalam analisis ini diperlukan beberapa persyaratan, antara lain sampel berdistribusi normal dan varian populasinya homogen.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, sebelum dilakukan analisis data, dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal digunakan uji Kolmogorov Smirnove. Pengujian dilakukan 3 (tiga) kali efek utama A (model pembelajaran), tiga kali pengujian efek utama B (minat baca) dan Sembilan kali pengujian dari efek interaksi.

a. Pertama dilakukan uji normalitas pada kelompok sampel model pembelajaran yang terdiri dari DRA, PQRST, dan DRTA.

(15)

commit to user Tabel 4.10

Uji Normalitas pada Kelompok Sampel Model Pembelajaran Kolmogorov-Smirnov

Model Pembelajaran Statistic Df Sig.

Kemampuan membaca pemahaman DRA

PQRST DRTA

.166 .135 .112

23 29 27

.102 .192 .200*

*.This isi a lower boud of the true significance a lilifeorst significance correction

b. Kedua dilakukan uji normalitas pada kelompok sampel minat baca yang terdiri dari minat baca rendah, sedang, dan tinggi.

Tabel 4.11

Uji Normalitas pada Kelompok Sampel Minat Baca Kolmogorov-Smirnov

Minat Baca Statistic Df Sig.

Kemampuan membaca pemahaman Rendah

Sedang Tinggi

.106 .111 .087

21 28 30

.200*

.200*

.200*

*.This isi a lower boud of the true significance .Lilifeorst significance correction

c. Ketiga dilakukan uji normalitas pada kelompok sampel interaksi antara model pembelajaran (DRA, PQRST, dan DRTA) dengan minat baca (rendah, sedang, dan tinggi).

(16)

commit to user Tabel 4.12

Uji Normalitas pada Kelompok Sampel Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Minat Baca

Kolmogorov-Smirnov

Model Pembelajaran Statistic Df Sig.

Kemampuan membaca Pemahaman

Model Pembelajaran DRA; Minat Baca Rendah Model Pembelajaran DRA; Minat Baca Sedang Model Pembelajaran DRA; Minat Baca Tinggi Model Pembelajaran PQRST ; Minat Baca Rendah Model Pembelajaran PQRST; Minat Baca Sedang Model Pembelajaran PQRST: Minat Baca Tinggi Model Pembelajaran DRTA ; Minat Baca Rendah Model Pembelajaran DRTA; Minat Baca Sedang Model Pembelajaran DRTA: Minat Baca Tinggi

.181 .224 .182 .303 .149 .183 .162 .202 .218

7 8 8 6 12 11 8 8 11

.200*

.200*

.200*

.091*

.200*

.200*

.200*

.200*

.149*

*.This isi a lower boud of the true significance a lilifeorst significance correction

Jika nilai Lobs yang diperoleh lebih kecil dengan Ltabel dinyatakan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau nilai signifikansi nya lebih besar dari nilai cut off α = 0,05. Dari data semua sampel tersebut diatas, terlihat bahwa nilai sig semuanya lebih besar dari α = 0,05, dengan demikian hipotesis nol diterima dan disimpulkan bahwa sampel berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan model Bartlett / Levenue Test yang berguna untuk menunjukkan bahwa populasi-populasi dari sampel penelitian ini

(17)

commit to user

bersifat homogen atau bervariasi sama. Hasil uji homogenitas dengan Bartlett / Levenue Test dapat ditabelkan sebagai berikut :

Levene's Test of Equality of Error Variances a Dependent Variable: Kemampuan Membaca Pemahaman

1.423 8 70 .202

F df1 df2 Sig.

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.

Design: MODEL+MINAT+MODEL * MINAT a.

Berdasarkan pada hasil analisis data tersebut diperoleh nilai Levenue F

hitung sebesar 1,423 dengan tingkat signifikansi 0,202 yang lebih besar dari nilai cutt off sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa syarat data homogeny telah dipenuhi.

C. Hasil Pengujian Hipotesis

Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah analisis variansi (Anava) dua jalur dilanjutnya dengan uji Scheffe. Setelah dilakukan analisis statistik dengan program komputer (SPSS) versi 19, diperoleh hasil pengujian hipotesis yang secara keseluruhan dirangkum dalam tabel sebagai berikut.

(18)

commit to user Tabel 4. 13

Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis

Source Type III Sum

Of Squares

Df Mean square F Sig

Model Minat

Interaksi Model*Minat Eror

Total

6158.775 2053.618 1109.948 7364.669 362292.000

2 2 4 70 79

3079.387 1026.809 277.487 105.210

29.269 9.760 2.639

.000 .000 .041

a. Rsquared = 9.80 (Ajusted R Squared =.977)

Berdasarkan rangkuman hasil pengujian hipotesis tersebut dirumuskan keputusan uji sesuai hipotesis sebagai berikut.

1. Perbedaan Kemampuan Membaca Pemahaman antara Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran DRA, Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran PQRST, dan Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran DRTA

Setelah dilakukan analisis statistik Anava dua jalan dengan univariate analysis of variance, didapatkan nilai F hitung sebesar 29.269 dan nilai signifikan sebesar 0,000. yang lebih kecil dari taraf signifkan α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan atau pengaruh model pembelajaran terhadap kemampuan membaca pemahaman antara siswa yang diajar dengan model DRA, PQRST, dan DRTA.

Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa Ho yang menyatakan

“tidak ada perbedaan kemampuan membaca pemahaman antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRA, siswa yang diajar dengan model pembelajaran PQRST, dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRTA” ditolak, dan

(19)

commit to user

H1 yang menyatakan “ada perbedaan kemampuan membaca pemahaman antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRA, siswa yang diajar dengan model pembelajaran PQRST, dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRTA”, diterima. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan kemampuan membaca pemahaman antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRA, siswa yang diajar dengan model pembelajaran PQRST, dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRTA.

Berdasarkan analisis multiple comparisons dengan Duncan, diperoleh kenyataan bahwa perbandingan kemampuan membaca pemahaman siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRA dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran PQRST dan DRTA dapat di tabelkan sebagai berikut:

Tabel 4. 14

Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Model Pembelajaran Subset

Model

Pembelajaran N 1 2 3

DRA PQRST DRTA Sig.

23 29 27

53.5652

1.000

65.5862

1.000

77.1852 1.000 Kelompok subset homogen ditampilkan berdasarkan Sum III Tipe Kuadrat.

Kesalahan Mean Square (Kesalahan) adalah = 105, 210. Menggunakan rata-rata Ukuran Sampel Harmonic = 26, 087 Ukuran kelompok adalah tidak sama. Mean harmonik kelompok Alpha = 050.

(20)

commit to user

Data tersebut di atas menyimpulkan bahwa antara model pembelajaran DRA, PQRST, dan DRTA semuanya tidak ada yang sama kemampuan membaca pemahamannya terbukti dari hasil uji Duncan model DRA pada subset 1 (a) dengan nilai rata-rata 53,5652, model PQRST pada subset 2 (b) dengan nilai rata- rata 65,5862, dan model DRTA pada subset 3 (c) dengan nilai rata-rata 77,1852.

Karena nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman yang terbesar adalah DRTA maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran DRTA memiliki keunggulan dibandingkan dengan kedua model yang lain yaitu DRA dan PQRST.

2. Perbedaan Kemampuan Membaca Pemahaman antara Siswa yang Memiliki Minat Baca Rendah, Sedang dan Tinggi

Setelah dilakukan analisis statistik Anava dua jalan dengan univariate analysis of variance, didapatkan nilai F hitung sebesar 9,76 dan nilai signifkan sebesar 0,000. yang lebih kecil dari taraf signifkan α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan atau pengaruh minat baca terhadap kemampuan membaca pemahaman antara siswa yang memiliki minat baca rendah, minat baca sedang, dan minat baca tinggi.

Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa Ho yang menyatakan

“tidak ada perbedaan kemampuan membaca pemahaman antara siswa yang memiliki minat baca rendah, memiliki minat baca sedang, dan memiliki minat baca tinggi” ditolak, dan H1 yang menyatakan “ada perbedaan kemampuan membaca pemahaman antara siswa yang memiliki minat baca rendah, memiliki minat baca sedang, dan memiliki minat baca tinggi”, diterima. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan kemampuan membaca pemahaman antara siswa yang

(21)

commit to user

memiliki minat baca rendah, memiliki minat baca sedang, dan yang memiliki minat baca tinggi.

Berdasarkan analisis multiple comparisons dengan Duncan, diperoleh kenyataan bahwa perbandingan kemampuan membaca pemahaman siswa yang memiliki minat baca rendah, minat baca sedang, dan yang memiliki minat baca tinggi dapat di tabelkan sebagai berikut:

Tabel 4. 15

Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Minat Baca Subset

Minat Baca N 1 2

Rendah Sedang Tinggi Sig

21 28 30

59.1429 63.9286

.099

72.8667 1.000

Kelompok subset homogen ditampilkan berdasarkan Sum III Tipe Kuadrat.

Kesalahan Mean Square (Kesalahan) adalah = 105, 210. Menggunakan rata-rata Ukuran Sampel Harmonic = 25, 714 Ukuran kelompok adalah tidak sama. Mean harmonik kelompok Alpha = 050.

Data tersebut di atas menyimpulkan bahwa antara siswa yang memiliki minat baca rendah dan minat baca sedang memiliki kemampuan membaca pemahaman yang sama, sedangkan siswa yang memiliki minat baca tinggi memiliki kemampuan membaca pemahaman yang lebih baik dibandingkan dengan keduanya. Hal ini terbukti dari hasil uji Duncan siswa yang memiiki minat baca rendah dan sedang berada pada subset yang sama yaitu subset 1 (a) dengan

(22)

commit to user

nilai rata-rata masing-masing 59,1429 dan 63,9286, sedangkan siswa yang memiliki minat baca tinggi berada pada subset 2 (b) dengan nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman sebesar 72,8667.

3. Interaksi antara Penggunaan Model Pembelajaran dan Minat Baca dalam Mempengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman.

Setelah dilakukan analisis statistik Anava dua jalan dengan univariate analysis of variance, didapatkan nilai F hitung sebesar 2,637 dan nilai signifikan sebesar 0,041. yang lebih kecil dari taraf signifkan α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan atau pengaruh interaksi antara model pembelajaran (DRA, PQRST, dan DRTA) dengan minat baca (rendah, sedang, dan tinggi) terhadap kemampuan membaca pemahaman. Dari hasil analisis statistik diskriptif diperoleh nilai kemampuan membaca pemahaman tertinggi pada kelompok interaksi model pembelajaran DRTA dengan minat baca tinggi yaitu sebesar 88,5455 dan nilai terrendah pada kelompok interaksi model pembelajaran DRA dengan minat baca rendah yaitu sebesar 48,5714.

Hasil tersebut ditemukan bahwa Ho yang menyatakan “tidak ada perbedaan kemampuan membaca pemahaman antara siswa pada kelompok interaksi model pembelajaran (DRA, PQRST, DRTA) dengan minat baca (rendah, sedang, dan tinggi)” ditolak, dan H1 yang menyatakan “ada perbedaan kemampuan membaca pemahaman antara siswa pada kelompok interaksi model pembelajaran (DRA, PQRST, DRTA) dengan minat baca (rendah, sedang, dan tinggi)”, diterima. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan kemampuan membaca

(23)

commit to user

pemahaman antara siswa pada interaksi antara model pembelajaran (DRA, PQRST, dan DRTA) dengan minat baca (rendah, sedang, dan tinggi.

Berdasarkan analisis multiple comparisons dengan Duncan, diperoleh kenyataan bahwa perbandingan kemampuan membaca pemahaman siswa pada interaksi antara model pembelajaran (DRA, PQRST, dan DRTA) dengan minat baca (rendah, sedang, dan tinggi) dapat di tabelkan sebagai berikut:

Tabel 4. 16

Interaksi Model Pembelajaran dan Minat Baca

Subset for Alpha =.05

Interaksi Model dengan Minat Baca N 1 2 3 4 5

Model Pembelajaran DRA; Minat Baca Rendah Model Pembelajaran DRA; Minat Baca Sedang Model Pembelajaran DRA; Minat Baca Tinggi Model Pembelajaran PQRST ; Minat Baca Rendah Model Pembelajaran PQRST; Minat Baca Sedang Model Pembelajaran PQRST: Minat Baca Tinggi Model Pembelajaran DRTA ; Minat Baca Rendah Model Pembelajaran DRTA; Minat Baca Sedang Model Pembelajaran DRTA: Minat Baca Tinggi Sig.

7 8 8 6 8 12 11 8 11

48.5714 51.5000

.561

51.5000 60.000

.094

60.000 64.333 64.500 65.333 66.5455

.253

64.3333 64.5000 65.3333 66.5455 74.2500

.081

88.5455

1.000

Data tersebut di atas menyimpulkan bahwa dari 9 interaksi antara model pembelajaran (DRA, PQRST, dan DRTA) dengan minat baca (rendah, sedang, dan tinggi) dapat dikleompokkan menjadi 5 subset yang dapat rinci menurut urutannya sebagai berikut:

a. Pada subset 1: siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRA dengan minat baca rendah (48,5714) memiliki kemampuan membaca

(24)

commit to user

pemahaman yang sama dengan model pembelajaran DRA dengan minat baca sedang (51,500), sedangkan model pembelajaran DRA dengan minat baca tinggi memperoleh memperoleh hasil (60,000).

b. Pada subset 2: siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRA dengan minat baca sedang (51,500) memiliki kemampuan membaca pemahaman yang sama dengan model pembelajaran DRA dengan minat baca tinggi (60,000).

c. Pada subset 3: siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRA dengan minat baca tinggi (60,000) memiliki kemampuan membaca pemahaman yang sama dengan model pembelajaran PQRST dengan minat baca rendah (64,333), model pembelajaran DRTA dengan minat baca rendah (64,500), model pembelajaran PQRST dengan minat baca sedang (65,333), model pembelajaran PQRST dengan minat baca tinggi (66,5455).

d. Pada subset 4: siswa yang diajar dengan model pembelajaran PQRST dengan minat baca rendah (64,333), memiliki kemampuan membaca pemahaman yang sama dengan model pembelajaran DRTA dengan minat baca rendah (64,500), model pembelajaran PQRST dengan minat baca sedang (65,333), model pembelajaran PQRST dengan minat baca tinggi (66,5455), model pembelajaran DRTA dengan minat baca sedangi (74,250).

e. Pada subset 5 : hanya siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRTA dengan minat baca tinggi yang memperoleh hasil (88,5455),

(25)

commit to user

dengan demikian siswa yang belajar dengan model pembelajaran DRTA dengan kategori minat baca tinggi memiliki kemampuan membaca pemahaman yang sangat signifikan. Dalam pembelajaran ini siswa berpeluang memahami apa yang dipelajari, bukan sekedar menerima informasi saja. Selain itu, siswa dapat menumbuhkembangkan kemampuan berpikir dalam pembelajaran ini.

Keterlibatan aktif, baik secara individu maupun kelompok membuat siswa makin memahami materi membaca yang sedang dipelajari sehingga kemampuan membaca pemahaman siswa yang berkategori minat baca tinggi dengan menggunakan model DRTA menjadi lebih baik.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasrkan hasil pengujian hipotesis pada analisis variansi di atas, berikut dikemukakan pembahasan mengenai hasil penelitian sebagai berikut.

1. Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman antara Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Model DRTA, Model Pembelajaran PQRST, dan Model Pembelajaran DRA

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel sama diperoleh keputusan uji dari hasil analisis tersebut, maka Ho yang menyatakan “tidak ada perbedaan kemampuan membaca pemahaman antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRA, model pembelajaran PQRST, dan model pembelajaran DRTA” ditolak, dan H1 yang menyatakan ada perbedaan “ada perbedaan kemampuan membaca pemahaman

(26)

commit to user

siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRA, model pembelajaran PQRST, dan Model pembelajaran DRTA”, diterima. Hal ini berarti bahwa “ada perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRA, model pembelajaran PQRST, dan model pembelajaran DRTA.

Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga model pembelajaran yakni, model pembelajaran DRTA, model pembelajaran PQRST, dan model pembelajaran DRA dengan mengunakan tiga kategori yakni, kategori minat baca tinggi, minat baca sedang, dan minat baca rendah. Untuk menentukan model pembelajaran manakah yang kemampuan membaca pemahaman siswa lebih baik cukup dilihat dari nilai rerata marginal masing- masing model pembelajaran. Dengan melihat rerata dari masing-masing model pembelajaran dan dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa yang mendapat perlakuan model pembelajaran DRTA lebih baik daripada kemampuan membaca pemahaman siswa dengan menggunakan model pembelajaran DRA dan PQRST.

Sebagai mana hasil penelitian yang dikemukakan oleh Katherine A.

Dougherty (2008:10) yang menunjukan bahwa model pembelajaran DRTA merupakan model pembelajaran membaca pemahaman yang sangat efektf jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain. Selain itu, model pembelajaran DRTA mampu meningkatkan daya ingat siswa yang lebih baik serta menghasilkan statistik efek yang signifikan dalam kemampuan membaca pemahaman.

(27)

commit to user

DRTA merupakan salah satu model pembelajaran yang memperbaiki kemampuan membaca pemahaman dan mengembangkan membaca aktif dan berpikir kritis dengan menyuruh siswa memprediksi, membaca, bertanya, dan membuktikan atau menyangkal prediksi mereka. Selain itu DRTA merupakan salah satu model pembelajaran membaca pemahaman yang diarahkan untuk mencapai tujuan umum.

Tujuan menggunakan model pembelajaran DRTA adalah siswa memunculkan 'sebelum pengetahuan tentang topik teks, mendorong siswa untuk memantau pemahaman mereka sementara mereka membaca, menetapkan tujuan untuk membaca. Siswa membaca untuk mengkonfirmasi dan merevisi prediksi mereka membuat), mendorong pembaca untuk lebih sadar akan strategi yang mereka gunakan untuk menafsirkan teks, membantu siswa memahami proses membaca, untuk mengembangkan keterampilan prediksi, untuk merangsang pemikiran dan mengembangkan hipotesis tentang teks yang interpretasi bantuan dan pemahaman, meningkatkan pemahaman tentang tujuan dan efek dari struktur dan fitur dari teks tertentu, meningkatkan rasa ingin tahu tentang teks-teks tertentu dan jenis, dan mendorong siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain dan mengubah mereka sendiri dalam terang informasi tambahan (Conner, 2006: 10).

Kesimpulan yang diperoleh dalam hipotesis ini telah sesuai dengan hipotesis penelitian. Kemampuan membaca pemahaman siswa dengan perlakuan model pembelajaran DRTA lebih baik daripada model pembelajaran DRA dan PQRST disebabkan karena model pembelajaran DRTA menuntut peserta didik untuk bertanggung jawab individual maupun kelompok dengan adanya pembagian

(28)

commit to user

tugas. Lebih lanjut, model pembelajaran DRTA menekankan pada proses belajar bagi siswa di mana siswa memprediksi isi teks bacaan dan menyesuaikan dengan hasil prediksinya. Dengan demikian proses pembelajaran dengan menggunakan model DRTA menuntut peserta didik lebih aktif dalam proses belajar mengajar.

Model pembelajaran DRTA sangat membantu siswa membuat prediksi berdasarkan materi atau petunjuk judul dan petunjuk gambar sehingga mendorong mereka merumuskan pertanyaan dan menyimpulkan dengan versi mereka masing- masing. Di samping guru menyuruh siswa memprediksikan lanjutan suatu cerita atau suatu teks bacaan. Model ini lebih menekankan pentingnya prediksi dalam memotivasi siswa membangkitkan minat baca, ketika mereka menemukan bahwa banyak latar belakang pengetahuan dan pengalaman siswa relevan dengan topik pelajaran.

Selanjutnya, model pembelajaran DRTA lebih memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks melalui kegiatan memprediksi dan membuktikan prediksinya di saat mereka membaca. Model ini bertujuan agar peserta didik dapat mengingat dan memahami berbagai data, fakta, atau konsep. Memahami lebih membutuhkan pemerolehan apa yang didengarkan dan dibaca serta melihat keterkaitan antara aspek–aspek dalam memori. Untuk memiliki kemampuan mengingat dan memahami dibutuhkan kemampuan berpikir. Dengan melalui langkah–langkah model pembelajaran DRTA siswa melibatkan proses berpikir dan memahami bukan hanya isi bacaan tetapi juga menyadari manfaat dan tujuan dari teks melalui proses berpikir.

(29)

commit to user

Penggunaan model DRTA dalam pembelajaran membaca pemahaman mendorong rasa ingin tahu siswa, membuat siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran, dan menghubungkan struktur pengetahuan siswa dalam proses berfikir mengingat dan memahami. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau penuntun. Tujuan akhir dari kegiatan pembelajaran bukanlah sekedar hanya memahami bahan bacaan dan menentukan jenis teks berdasarkan penandanya tetapi juga proses memahami bacaan tersebut dengan cara mengembangkan kemampuan berpikir, menghubungkan antara pengalaman dengan kenyataan.

Hakikat dari hasil pembelajaran membaca pemahaman di atas tidak hanya sebatas memahami atau mengetahui arti kata atau kalimat yang terdapat dalam teks, menentukan jenis teks berdasarkan pandangannya, tetapi juga memahami pesan yang ingin disampaikan penulis. Oleh karena itu, pembelajaran dengan model DRA dan PQRST dimungkinkan kurang mendorong siswa menigkatkan kemampuan membaca pemahaman dan cenderung menghasilkan kemampuan siswa lemah dalam menyelesaikan persoalan-persoalan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, hal inilah yang menyebabkan kemapuan membaca pemahaman siswa dengan menggunakan model pembelajaran DRTA lebih baik daripada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran DRA dan model pembelajaran PQRST .

Hasil analisis data pada penelitian ini mendukung hasil penelitian Zulhida, telah melakukan penelitian yang berjudul “pengaruh strategi Pembelajaran Membaca dan Tingkat Skemata Terhadap Pemahaman Bacaan” (2010: 121)

(30)

commit to user

hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) kemampuan pemahaman bacaan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran membaca DRTA lebih tinggi dari kemampuan pemahaman bacaan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran membaca SQ3R, (2) kemampuan pemahaman bacaan kelompok siswa yang memiliki tingkat kemampuan penalaran tinggi dan menggunakan model pembelajaran membaca DRTA lebih tinggi dari kemampuan pemahaman siswa yang memiliki tingkat kemampuan penalaran tinggi dan menggunakan model pembelajaran membaca SQ3R, (3) kemampuan pemahaman bacaan kelompok siswa yang memiliki tingkat kemampuan penalaran rendah dan menggunakan model pembelajaran membaca SQ3R lebih tinggi dari kemampuan pemahaman bacaan siswa yang memiliki tingka kemampuan penalaran rendah dan menggunakan metode DRTA, (4) terdapat interaksi antara model-model pembelajaran DRTA dengan tingkat kemampuan penalaran terhadap kemampuan pemahaman bacaan.

Selain temuan penelitian Zulhida, Penelitian yang sama telah dilakukan oleh Talal Abd Al- Hameed Al Odwan telah melakukan penelitian yang berjudul The Effect of The Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Through Cooperative Learning on English Secondary Stage Students’ Reading Comprehension (2012: 2). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran DRTA mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Luz Marina Echeverri telah melakukan penelitian dengan judul “Reading

(31)

commit to user

Strategies to Develop Higher Thinking Skills for Reading Comprehension”

(2009:2)), hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran membaca dan tugas tugas membaca interaktif dapat meningkatkan pembelajaran membaca pemahaman. Mayoritas siswa menggunakan bahasa Inggris untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disediakan oleh guru dengan tingkat pemahaman pemahaman bacaan yang sangat baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sukasih, dalam penelitian yang berjudul “Pengembangan Model Directed Reading Thinking Activity (DRTA) untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman” (2009: 6). Temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kualitas model DRTA untuk membaca pemahaman siswa termasuk dalam katagori baik, Hasil postes yang dilakukan pada uji coba lapangan menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran ini mempunyai dampak yang baik terhadap ketuntasan belajar siswa.

Hasil yang sama juga dilakukan oleh Prihanggara, penelitian yang berjudl

“Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Menggunakan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA)” (2012: 31) Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman dengan Strategi Directed Reading Thinking Activity meningkat. Peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan model pembelajaran Directed Reading Thinking Activity dapat meningkatkan motivasi belajar Bahasa Indonesia pokok bahasan membaca cerita, dan penerapan kemampuan membaca

(32)

commit to user

pemahaman dengan menggunakan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) dapat meningkatakan hasil belajar pada siswa.

Berdasarkan hal di atas, dapat dikatakan bahwa peningkatan mutu pembelajaran akan terjadi apabila guru menggunakan model pembelajaran yang tepat terutama dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Mutu pembelajaran pada satuan pendidikan akan meningkat apabila kemampuan membaca pemahaman siswa baik. Hal ini mengingat hampir semua kegiatan pembelajaran sangat membutuhkan dan atau tidak bisa terlepas dari aktivitas membaca. Peran sekolah dan guru sangat penting dan strategis untuk memberikan dukungan kepada siswa dalam upaya memperbaiki kemampuan membaca pemahaman siswa.

Selanjutnya, sekolah harus menjadikan kegiatan membaca sebagai program pembelajaran yang utama serta menjadikan sebagai landasan pembelajaran bagi semua mata pelajaran untuk semua jenjang pendidikan.

Membaca sebagai kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara alamiah dan menekankan kepada membangun pemahaman individu terhadap makna kegiatan membaca.

2. Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman antara Siswa yang Memiliki Minat Baca Tingkat Tinggi, Sedang, dan Minat Baca Rendah

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel sama diperoleh keputusan uji dari hasil analisis tersebut, maka Ho yang menyatakan “tidak ada perbedaan kemampuan membaca pemahaman antara siswa yang memiliki kategori minat baca tinggi, minat baca

(33)

commit to user

sedang dan minat baca rendah “ditolak, dan H1 yang menyatakan “ada perbedaankemampuan membaca pemahaman anatar siswa yang memiliki kategori minat baca tinggi, minat baca sedang, dan minat baca rendah”, diterima. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan kemampuan membaca pemahaman antara siswa yang memiliki tingkat kategori minat baca tinggi, minat baca sedang, dan minat baca rendah.

Kesimpulan yang diperoleh dalam hipotesis ini telah sesuai dengan hipotesis penelitian. Yakni, Kemampuan membaca pemahaman siswa yang memiliki kategori minat baca tinggi lebih baik daripada kemampuan membaca pemahaman siswa yang memiliki kategori minat baca rendah. Oleh karena itu, siswa yang memiliki kategori minat baca tinggi memperoleh kemampuan membaca pemahaman yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat baca rendah dan siswa yang memiliki minat baca sedang.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang yang telah dilakukan oleh Putuh Puji (2007: 12-13) tentang pengaruh metode pembelajaran dan minat baca. Mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki minat baca tinggi sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca pemahaman dan sebaliknya, siswa yang memiliki minat baca yang rendah cenderung memiliki skor kemampuan membaca yang kurang. Menurutnya, selain minat baca, metode pembelajaran membaca siswa sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca pemahaman (Putuh Puji, 2007: 13)

Karakteristik model pembelajaran dan minat baca siswa yang tinggi, menghasilkan kemampuan membaca pemahaman siswa yang efektif. Hal ini

(34)

commit to user

memungkinkan siswa mengembangkan pembelajaran bahasa Indonesia pada tingkatan yang lebih tinggi, dengan kata lain minat baca yang tinggi merupakan modal utama untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa.

Selain meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa, minat baca siswa yang tinggi juga memiliki kemampuan membuat kombinasi-kombinasi baru, atau melihat hubungan-hubungan baru antar unsur, data, atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan membaca pemahaman. Oleh karena itu, siswa yang memiliki kategori minat baca tinggi mencapai atau memperoleh kemampuan membaca pemahaman yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat baca rendah.

Hasil penelitian ini juga dapat menunjukan bahwa adanya sikap dan keinginan yang positif dan rasa keterikatan dalam diri siswa terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan. Sebagaimana dikemukakan oleh Rahayu (1999: 26). Menjelaskan bahwa minat membaca merupakan suatu sikap dan adanya rasa tertarik terhadap buku bacaan yang dimiliki pada seseorang yang disertai dengan perasaan senang dan tertarik untuk melakukan aktifitas membaca dengan kemauannya sendiri tanpa ada yang menyuruh.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Khalek, dalam penelitian yang berjudul “The Effects of the Directed Reading-Thinking Activity on EFL Students' Referential and Inferential Comprehension” (2006: 12) hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam pemahaman bacaan antara kedua kelompok pada pra-tes dan post-tes. Namun, setelah dilakukan eksperimen terdapat perbedaan

(35)

commit to user

yang sangat signifikan secara statistik dan illustrasi pemahaman bacaan baik referensial dan inferensial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan keterampilan pemahaman referensial dan inferensial hanya dapat diperoleh dari hasil menggunakan strategi pembelajaran membaca.

Hasil penelitian ini juga mendukukung hasil penelitian Suyanto, telah melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Membaca dan Tingkat Kemampuan Penalaran terhadapap Kemampuan Pemahaman Bacaan” (2007: 43). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan membaca pemahaman kelompok mahasiswa yang memiliki tingkat kemampuan penalaran tinggi dan menggunakan model pembelajaran membaca DRA lebih tinggi dari kemampuan pemahaman mahasiswa yang memiliki tingkat kemampuan penalaran tinggi dan menggunakan model pembelajaran membaca SQ3R, (3) kemampuan pemahaman bacaan kelompok mahasiswa yang memiliki tingkat kemampaun penalaran rendah dan menggunakan model pembelajaran membaca SQ3R lebih tinggi dari kemampuan pemahaman bacaan mahasiswa yang memiliki tingkat kemampuan penalaran rendah dan menggunakan metode DRA. terdapat interaksi antara model-model pembelajaran DRA dengan tingkat kemampuan penalaran terhadap kemampuan pemahaman bacaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmawati, dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh strategi Know Want to Learning (KWL) dan Direct Reading Activity (DRA) terhadap kemampuan membaca intensif ditinjau dari kebiasaan membaca” (2009:65) menyimpulkan bahwa kemampuan membaca intensif siswa yang mempunyai kebiasaan membaca

(36)

commit to user

baik lebih baik daripada siswa yang diajar dengan mempunyai kebiasaan membaca buruk.

Selanjutnya, sesuai dengan hasil penelitian Henry Clay Lindgreen (2009:21) terhadap sejumlah siswa yang sukses, alasan keberhasilan studi siswa yakni; kebiasaan studi yang baik (Good study habits) 33%; minat (Interest) 25%;

Kecerdasan (Intellegende) 15%; Pengaruh keluarga (Family infkuence) 5% lain- laian (Other) 22%. Dari beberapa hasil penelitian tersebut di atas, menunjukkan bahwa minat belajar yang baik memainkan peranan yang penting bagi para siswa yang sukses.

Menurut Mallow & Peterson (1999: 3) DRTA merupakan suatu Model pembelajaran yang memperbaiki pemahaman dan mengembangkan membaca aktif dan berpikir kritis dengan menyuruh siswa mempredikai, membaca bertanya, dan membuktikan dan menyangkal memerlukan minat baca siswa yang tinggi.

Disamping itu, DRTA adalah suatu prosedur yang digunakan pembelajar untuk menyokong dan memperluas penalaran siswa yang berkenaan dengan isi bacaan mereka (Rockingham, 2001:1)

Demikian juga kemampuan membaca pemahaman siswa juga dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran PQRST bagi siswa yang memiliki kategori minat baca tinggi. Hal ini mengimplikasikan bahwa setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu perlu ada usaha dari guru untuk memanfaatkan masing-masing kelebihan itu. Selain memperhatikan kelebihan dan kelemahan setiap model pembelajaran. Faktor lain

(37)

commit to user

yang harus diperhatikan dalam perbaikan kemampuan membaca pemahaman siswa adalah kategori minat baca yang dimiliki mahasiswa.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, disimpulkan bahwa temuan yang menunjukan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa yang memiliki minat baca tinggi lebih baik belajar dengan model pembelajaran DRTA daripada siswa yang belajar model pembelajaran PQRST dan DRA. Dengan model pembelajaran DRTA, siswa lebih aktif, kreatif, dan inovatif dalam kerja sama kelompok sehingga dapat menggali sedalam-dalamnya tentang informasi yang berkaitan dengan isi bacaan.

Selanjutnya, pencapaian hasil pembelajaran membaca pemahaman yang otimal akan terlaksana apabila guru dapat mengusahakan lingkungan belajar yang kondusif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaan sendiri, memberikan tantangan, memperhatikan proses daripada hasil, mengusahakan agar pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Untuk mewujudkan hal demikian, para guru perlu mendapat bekal dan pemahaman tentang model pembelajaran DRTA serta minat baca siswa.

Minat baca siswa sangat berpengaruh dalam pemilihan model pembelajaran membaca. Dengan model pembelajaran membaca DRTA siswa yang memiliki minat baca rendah kurang mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.

(38)

commit to user

3. Terdapat Interaksi Model Pembelajaran dan Minat Membaca Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel sama diperoleh keputusan uji Ho yang menyatakan

“tidak ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan minat baca dalam mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman” ditolak, dan H1 yang menyatakan “ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan minat baca dalam mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman”, diterima. Hal ini berarti bahwa ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan minat baca terhadap kemampuan membaca pemahaman.

Kesimpulan yang diperoleh dalam hipotesis ini telah sesuai dengan hipotesis penelitian. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan kesimpulan penelitian yang telah dilakukan oleh Bambang Sri Anggoro (2010: 104) yaitu terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kategori kreativitas peserta didik terhadap prestasi belajar. Berdasarkan hasil uji komparasi rerata antar sel model pembelajaran dan minat baca siswa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

a. Siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRA dengan minat baca rendah (48,5714) memiliki kemampuan membaca pemahaman yang sama dengan model pembelajaran DRA dengan minat baca sedang (51,500), sedangkan model pembelajaran DRA dengan minat baca tinggi memperoleh memperoleh hasil (60,000).

(39)

commit to user

b. Siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRA dengan minat baca sedang (51,500) memiliki kemampuan membaca pemahaman yang sama dengan model pembelajaran DRA dengan minat baca tinggi (60,000).

c. Siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRA dengan minat baca tinggi (60,000) memiliki kemampuan membaca pemahaman yang sama dengan model pembelajaran PQRST dengan minat baca rendah (64,333), model pembelajaran DRTA dengan minat baca rendah (64,500), model pembelajaran PQRST dengan minat baca sedang (65,333), model pembelajaran PQRST dengan minat baca tinggi (66,5455).

d. Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PQRST dengan minat baca rendah (64,333), memiliki kemampuan membaca pemahaman yang sama dengan model pembelajaran DRTA dengan minat baca rendah (64,500), model pembelajaran PQRST dengan minat baca sedang (65,333), model pembelajaran PQRST dengan minat baca tinggi (66,5455), model pembelajaran DRTA dengan minat baca sedangi (74,250).

e. Hanya siswa yang diajar dengan model pembelajaran DRTA dengan minat baca tinggi yang memperoleh hasil (88,5455), dengan demikian siswa yang belajar dengan model pembelajaran DRTA dengan kategori minat baca tinggi memiliki kemampuan membaca pemahaman lebih baik. Dalam pembelajaran ini siswa berpeluang memahami apa yang dipelajari, bukan sekedar menerima informasi saja. Selain itu, siswa dapat menumbuhkembangkan kemampuan berpikir dalam pembelajaran ini.

Keterlibatan aktif, baik secara individu maupun kelompok membuat siswa

(40)

commit to user

makin memahami materi membaca yang sedang dipelajari sehingga kemampuan membaca pemahaman siswa yang berkategori minat baca tinggi dengan menggunakan model DRTA menjadi lebih baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ni Luh Putu Asma dengan judul “Pengaruh Metode Membaca dan Minat Membaca terhadap Kemampuan Memahami Bacaan Berbasis Sastra” (2006). Temuan penelitian menunjukan bahwa metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap minat dan kemampuan siswa dalam membaca bahasa Indonesia berbasis sastra. Hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya membaca di SMP, metode pembelajaran perlu diterapkan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mutadayyinah, “Menerapkan Strategi DRTA untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Membaca Siswa” hasil penelitian ini menjelaskan bahwa strategi DRTA meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa, hasil penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa strategi DRTA tidak hanya sukses dalam meningkatkan pemahaman membaca siswa tetapi juga dapat meningkatkan keterlibatan siswa pada proses pembelajara.

Selain itu, hasil penelitianyang dilakukan oleh Yen-Chi Fan dengan judul

“The Effect of Comprehension Strategy Instruction on EFL Learners’ Reading Comprehension” (2010). hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan strategi pembelajaran CSR memiliki pengaruh positif terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa. Kemampuan membaca pemahaman siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan memahami pertanyaan berupa ide pokok

(41)

commit to user

atau gagasan utama dalam paragraf, ide penjelas, serta menentukan detail pendudukung. Sedangkan, pembelajaran dengan menggunakan strategi instruksi pada EFL, dapat membantu siswa mengembangkan kemamampuan membaca pemahaman.

Berdasarkan justifikasi hasil penelitian di atas, disimpulkan bahwa temuan penelitian yang menyatakan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat baca yang memberikan perbedaan pengaruh dalam kemampuan membaca pemahaman siswa, mengimplikasikan bahwa guru dalam mengajarkan membaca perlu memilih model pembelajaran yang tepat. Sebab setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan. Selain memilih model pembelajaran yang tepat, guru juga harus memperhatikan karakteristik siswa khususnya minat baca.

E. Keterbatasan Penelitian

Usaha untuk menjaga kesahihan hasil penelitian, telah dilakukan berbagai upaya pengontrolannya terhadap variabel ekstra. Namun, karena keterbatasan dalam penelitian ini, maka masih terdapat beberapa faktor yang sulit dikendalikan.

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada proses pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran DRA, model pembelajaran PQRST dan model pembelajaran DRTA.

2. Luasnya wilayah penelitian serta banyaknya jumlah sampel yang diteliti menuntut ketelitian dan kecermatan yang sungguh-sungguh, sehingga peneliti merasa kekurangan waktu.

(42)

commit to user

3. Penyusunan perencanaan eksperimen model pembelajaran DRA, model pembelajaran PQRST dan model pembelajaran DRTA yang menuntut pengendalian secara ketat terhadap variabel-variabel penelitian di luar variabel yang ditentukan.

4. Kegiatan perlakuan dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal belajar mengajar pendidikan bahasa Indonesia.

5. Jarak tempat tinggal sampel yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi mereka pada saat mengikuti perlakuan.

6. Kegiatan penelitian ini tidak dilakukan tes awal, dengan anggapan bahwa kemampuan awal siswa dalam membaca pemahaman adalah homogen.

7. Pengelompokan siswa dapat dilakukan berdasarkan kategori minat baca rendah sedang dan tinggi.

8. Kegiatan penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Ternate tahun ajaran 2011/2012 sehingga kesimpulan yang diambil hanya berlaku bagi siswa tersebut.

Gambar

Tabel 4.1 Deskripsi Data

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga berdasarkan syarat kestabilan sistem permainan maka titik ekuilibrium Nash dapat diperoleh dari titik potong kedua hiperbola pada daerah yang memenuhi

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Getaran

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan di SMAN 5 Padang tentang perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan

Sebanyak 149 sampel susu sapi dan kambing dari peternakan di Bogor telah dilakukan isolasi bakteri asam laktat, dan penapisan terhadap kemampunnya dalam menghambat

selanjutnya, hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat mengubah paradigma di masyarakat tentang daun putri malu sebagai tanaman semak belukar menjadi tanaman obat

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan Caregiver Self-efficacy dengan

Perbedaan dari ketiga video profile tersebut dengan Perancangan Video Profil sebagai Media Informasi Pada Lorin Solo Hotel adalah dilihat dari konsep video dengan

Identifikasi natrium alginat secara kualitatif memberikan hasil yang positif terhadap semua perlakuan, rendemen natrium alginat tertingi adalah 16,63% dengan konsentrasi pemutih