• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjuan Perubahan Sosial 1. Pengertian Perubahan Sosial

Pada hakikatnya kehidupan masyarakat selalu mengalami perubahan, tidak selalu dalam keadaan diam atau statis melainkan selalu bergerak ke arah yang dinamis. Perubahan merupakan suatu proses modifikasi sehingga menunjukkan keadaan yang berbeda dari keadaan sebelumnya baik adanya pertumbuhan atau pengurangan bahkan penghilangan. Perubahan sosial merupakan suatu proses modifikasi pada seluruh aspek kehidupan sosial dalam berbagai tingkat mulai dari tingkat individu sampai tingkat global.7

Perubahan sosial ialah suatu proses perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perikelakuan diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.8

Sedangkan perubahan sosial budaya merupakan suatu gejala yang ditandai dengan terjadinya perubahan pada struktur sosial dan pola kebudayaan suatu masyarakat, terjadi disetiap kehidupan manusia yang mengacu pada hakikat dan sifat dasarnya bahwa manusia selalu berubah karena selalu merasa bosan dan tidak pernah merasa puas serta menginginkan perubahan sepanjang kehidupan.9

7 Robert Lauer H. 1993. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta, hlm 3-8

8 Lumintang, J. 2015. Pengaruh Peruahan Sosial Terhadap Kemajuan Pembangunan Masyarakat Di Tara- Tara.

9 Baharuddin. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.2007. halaman 180-181

(2)

Kingsley Davis mengemukakan pendapatnya bahwa perubahan sosial ialah perubahan kebudayaan yang meliputi perubahan ilmu pengetahuan, kesenian, peralatan hidup atau teknologi, fisafat, bentuk dan aturan dalam organisasi sosial serta perubahan yang mencakup semua bagian kebudayaan.

Perubahan kebudayaan ruang lingkupnya lebih luas. Perubahan sosial merupakan proses sosial yang terjadi dan dialami oleh warga masyarakat disertai oleh komponen-komponen kebudayaan beserta sistem sosial, dimana dalam kehidupan masyarakat yang terpengaruh oleh berbagai faktor dari luar, pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial lama akan ditinggalkan dan menjalankan serta menyesuaikan dengan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial yang baru.10

Perubahan yang terjadi dalam setiap masyarakat menyangkut seluruh aspek kehidupan baik itu aspek sosial, budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan maupun teknologi. Salah satu yang menjadi pusat perhatian peneliti yaitupada aspek sosial dan ekonomi. Perubahan ekonomi berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada aktivitasaktivitas perekonomian masyarakat sebagai sistem mata pencaharian dalam pemenuhan kebutuhan. Matapencaharian masyarakat mengalami perubahan, artinya mengalami peralihan dari yang tadinya pertanian menjadi berdagang atau melakukan urbanisasi ke kota untuk mencari pekerjaan. Hal tersebut berdampak pada ketahanantradisi-tradisi lokal masyarakat.

10 Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. 2010. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana, hlm. 642

(3)

2. Ciri-ciri Perubahan Sosial

Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat kita ketahui dan analisis melalui ciri-ciri perubahan sosial. Ciri-ciri perubahan sosial yang dapat kita amati dalam suatu masyarakat adalah ketika terjadi perubahan- perubahan pada suatu lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti oleh perubahan- perubahan pada lembaga lainnya. Perubahan sosial selalu mencakup pada bidang spiritual dan material yang kait mengait secara timbal balik yang kuat serta apabila perubahan terjadi secara cepat biasanya akan menyebabkan terjadinya yang sementara sifatnya di dalam proses penyesuaian diri.

Disorganisasi sosial ini akan diikuti oleh suatu reorganisasi yang mencakup pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang baru yang berbeda dengan sebelumnya. Adapun ciri-ciri perubahan sosial Jacobus Ranjabar (2008) diantaranya: “diferential social organization, kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong perubahan pemikiran ideologi, politik dan ekonomi, mobilitas, culture conflict, perubahan yang direncanakan dan tidak direncanakan serta adanya kontroversi atau pertentangan.”11

Dari ciri-ciri di atas, kita dapat mengenali dan memahami gejala perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat. Perubahan tersebut sejatinya terjadi dalam setiap kehidupan masyarakat. Biasanya ketika perubahan terjadi dalam suatu bidang maka bidang yang juga akan mengikuti perubahan karena keterkaitan satu sama lain.

11 Ranjabar, Jacobus. Perubahan Sosial dalam Teori Makro, 2008, hlm. 58

(4)

3. Faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya

Perubahan sosial budaya yang terjadi dalam suatu masyarakat secara otomatis ada alasan dan faktor-faktor penyebab perubahan itu terjadi. Menurut ahli sosiologi Robert MZ Lawang (dalam Abdul Syani) secara umum perubahan masyarakat dapat disebabkan oleh beberapa faktor baik faktor yang datang dari dalam tubuh masyarakat itu sendiri (internal) maupun yang akan datang dari luar lingkungan masyarakat (bersifat eksternal). Berikut beberapa faktor internal dan ekternal penyebab perubahan pada masyarakat menurut Robert Mz Lawang:

a. Faktor internal, faktor internal meliputi: adanya penemuan baru; gerak sosial yaitu terjadi karena adanya kegagalan institusi, adanya kehidupan pribadi, dan adanya alternatif yang baru; serta terdapatnya perencanaan sosial secara lebih matang.

b. Faktor eksternal, faktor eksternal diantaranya: pertambahan dan pengurangan jumlah penduduk; terjadinya perubahan lingkungan alam;

dan adanya kekuatankekuatan kelompok yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat yang bersangkutan; serta faktor kebudayaan.12

c. Adapun beberapa faktor yang lain menjadi penyebab timbulnya perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Beberapa faktor tersebut diantaranya:

a. Dalam hidupnya manusia senantiasa menghadapi berbagai masalah baru yang lebih rumit. Kerumitan ini mendorong manusia untuk senantiasa mencari solusi dari permasalahan yang menghampirinya. Misalnya, untuk mengangkut barang-barang yang berat dalam jumlah yang banyak tidak

12 Abdul Syani. 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. Pustaka Jaya. Unila Bandar Lampung, hlm. 90- 91

(5)

mungkin diangkut satu persatu hanya dengan menggunakan tenaga manusia. Mulai saat itulah manusia berpikir untuk menggunakan tenaga kuda untuk menariik kereta, tenaga kuda untuk menarik pedati. Persoalan demi persoalan dihadapi manusia yang kemudian manusia terus berpikir untuk mencari jalan keluar dari permasalahannya tersebut.

b. Hubungan anggota masyarakat yang bergantung pada pewaris kebudayaan.

Dalam kenyataannya bertambahnya bentuk-bentuk kebudayaan yang berpola dalam suatu masyarakat sangat bergantung pada hubungan antarwarga masyarakat yang mewariskan kebudayaaninti. Artinya tidak semua orang memiliki sikap dan pandangan yang sama terhadap kebudayaan yang ada di dalam kelompok masyarakat ini.

c. Perubahan lingkungan. Manusia dan alam merupakan salah satu unsur yang memiliki hubungan saling ketergantungan, sehingga batasan manakah yang lebih dominan antara manusia dan alam dalam mengubah lingkungan. Perubahan alam yang terjadi dan berimplikasi kepada perubahan sosial tidak akan pernah terlepas dari ulah manusia itu sendiri terutama bagaimana ia mengelola alam lingkungannya.13

Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam masyarakat itu ada faktor internal dan faktok ekternal. faktor internal metupakan faktor yang berasal dari dalam masyarakatsendiri sementara faktor ekternal berasal dari luar yang masuk ke dalam masyarakat. Faktor internal dan eksternal dapat dijadikan analisis pada perubahan sosial ekonomi yang berdampak pada hilangnya suatu tradisi yang unik dan khas yaitu tradisi Rarangken.

13 Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. 2010. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana, hal 630-632.

(6)

B. Tinjauan Kejahatan 1. Pengertian Kejahatan

Kejahatan bukan merupakan peristiwa hereditas (bawaan sejak lahir, warisan), juga bukan merupakan warisan biologis. Tindak kejahatan bisa dilakukan siapapun, baik wanita maupun pria, dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar yaitu difikirkan, direncanakan dan diarahkan pada maksud tertentu secara sadar benar. Kejahatan merupakan suatu konsepsi yang bersifat abstrak, dimana kejahatan tidak dapat diraba dan dilihat kecuali akibatnya saja.14

Definisi kejahatan menurut Kartono bahwa secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoril), merupakan masyarakat, asosial sifatnya dan melanggar hukum serta undang-undang pidana. Kejahatan secara sosiologis menurut adalah semua ucapan, perbuatan dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis dan sosialpsikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma susila, dan menyerang keselamatan warga masyarakat (baik yang telah tercakup dalam undang-undang, maupun yang belum tercantum dalam undang-undang pidana).15

Kejahatan dalam kehidupan bermasyarakat adaberbagai macam jenisnya tergantung pada sasaran kejahatannya. Sebagaimana dikemukakan

14 Kartini Kartono.Patologi Sosial. Raja Grafindo Persada.Jakarta2005. hlm. 125-126

15 Ibid,halaman.126

(7)

18 oleh Mustofa bahwa jenis kejahatan menurut sasaran kejahatannya, yaitu kejahatan terhadap badan (pembunuhan, perkosaan, penganiayaan), kejahatan terhadap harta benda (perampokan, pencurian, penipuan), kejahatan terhadap ketertiban umum (pemabukan, perjudian), kejahatan terhadap keamanan negara. Sebagian kecil dari bertambahnya kejahatan dalam masyarakat disebabkan karena beberapa faktor luar, sebagian besar disebabkan karena ketidakmampuan dan tidak adanya keinginan dari orang- orang dalam masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.16

Menurut Sutrisno dan Sulis bahwa penyebab kejahatan dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu bakat si penjahat, alam sekitarnya, dan unsur kerohanian. Bakat seorang penjahat dapat dilihat menurut kejiwaan/kerohanian, ada penjahat yang pada lahirnya kejiwaannya lekas marah, jiwanya tidak berdaya menahan tekanantekanan luar, lemah jiwanya. Ada juga yang sejak lahirnya telah memperoleh cacat rohaniah.

Selain itu ada istilah kleptomia yaitu mereka yang seringkali menjadi orang yang sangat tamak, apa yang dilihatnya diinginkannya dandicurinya. Sifat suka mencuri semacam ini semata-mata merupakan kesukaannya meskipun tidak perlu baginya.

Selain itu, bakat seorang penjahat juga dapat dilihat menurut jenis kelamin, berdasarkan jenis kelamin bahwa persentase kejahatan yang dilakukan wanita dan laki-laki berbeda. Hal itu dapat dilihat dari statistik

16 Muhammad Mustofa. Kriminologi: Kajian Sosiologi Terhadap Kriminalitas, Prilaku Menyimpang, dan Pelanggaran Hukum, Fisip UI Press.Jakarta 2005. hlm. 47

(8)

bahwa persentase kejahatan yang dilakukan oleh laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Hal itu tentu berhubungan dengan perbedaan sifat-sifat yang dimiliki wanita dengan sifat-sifat laki-laki yang sudah dipunyai sejak lahir, juga diketahui bahwa fisik wanita lebih rendah bila dibanding dengan laki-laki.

Menurut faktor alam sekitarnya si penjahat dapat dilihat dari segi pendidikan dan pengajaran pribadinya sehari-hari, keburukan-keburukan dan ketidakteraturan maupun kekacauan pendidikan pengajaran yang dialami anak-anak dalam perkembangannya dapat merangsang dan mempengaruhi tingkah laku si anak itu kepada perbuatan-perbuatan yang jahat. Apalagi kalau anak itu sama sekali tidak pernah mendapat pendidikan yang teratur baik dari sekolah maupun dari orangtuanya. Lingkungan keluarga dan masyarakat juga dapat memberikan dampak kejahatan, misalnya kemiskinan dan padatnya keluarga, kenakalan dan padatnya keluarganya, kenakalan dan kejahatan orang tua, perpecahan dalam keluarga karena perceraian suami-istri, kurangnya perasaan aman karena ketegangan dalamrumah, ketidakharmonisan dalam keluarga,pengawasan orang tua yang kurang, disiplin ayah yang keras, serta permusuhan anak terhadap orang tua. Selain itu, media komunikasi seperti surat kabar, majalah-majalah, brusur-brosur, buku cerita, foto, radio, film, TV, buku- buku komik, dan berita-berita lain dalam kebudayaan tentang kejahatan besar pengaruhnya terhadap anak-anak.17

Dimana ada kejahatan berarti ada pelaku kejahatan (penjahat).

17 Muhammad Mustofa.Op.cit, hlm. 49

(9)

Pengertian penjahat dari aspek yuridis menurut Ridwan dan Ediwarman adalah seseorang yang melanggar peraturan-peraturan atau undang-undang pidana dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan serta dijatuhi hukuman.

Berdasarkan tradisi hukum (pengadilan) yang demokratis, seseorang yang telah mengaku melakukan suatu kejahatan ataupun tidak, dipandang sebagai seorang penjahat sampai kejahatannya dibuktikan menurut proses pengadilan yang telah ditetapkan.18

Ada berbagai macam bentuk penjahat. Menurut Lambroso bentuk- bentuk penjahat, yaitu penjahat bawaan lahir; penjahat yang kurang beres ingatan/pikiran/penjahat gila; penjahat peminum alkohol/minuman keras;

penjahat dalam kesempatan, ada kalanya karena terdesak dan adakalanya karena kebiasaan; penjahat karena hawa nafsu yang sifatnya bernafsu melaksanakan kemauannya secara bebas dan seenaknya saja; penjahat bentuk campuran antara penjahat kelahiran/bakat ditambah dengan kesempatan.19

Kejahatan di dalam perumusan pasal-pasal KUHP menyatakan bahwa kejahatan adalah semua bentuk perbuatan yang memenuhi perumusan ketentuan-ketentuan KUHP. Beberapa tindakan kejahatan yang sering terjadi adalah pencurian, penipuan, penganiayaan, dan pemerkosaan maupun kejahatan mengekploitasi anak sebagai pengemis jalanan.

2. JenisKejahatan

Kejahatan dapat digolongkan atas beberapa penggolongan sebagai berikut:

18 Ridwan dan Ediwarman. Azas-azas Kriminologi , USU Pers, 1994, hlm. 49

19 Ibid, hlm 3

(10)

1. Penggolongan kejahatan yang didasarkan pada motif pelaku. Hal ini dikemukakan menurut pandangan Bonger sebagai berikut:20

a. Kejahatan ekonomi (economic crimes), misalnya penyelundupan maupun kejahatan mengekploitasi anak

b. Kejahatan seksual (economic crimes), misalnya perbuatan zina, Pasal 284 KUHP.

c. Kejahatan politik (politic crimes), misalnya pemberontakan Partai Komunis Indonesia, DI /TII dan lain sebagainya.

d. Kejahatan diri (moscellaneus crimes), misalnya penganiayaan yang motifnya dendam.

2. Penggolongan kejahatan yang didasarkan kepada berat ringannya suatu ancaman pidana yang dapat dijatuhkan, yaitu:

a. Kejahatan, yakni semua pasal-pasal yang disebut di dalam Buku II KUHP, seperti pembunuhan, pencurian dan lain-lain.

b. Pelanggaran, yakni semua pasal-pasal yang disebut di dalam Buku III KUHP, misalnya saksi di depan persidangan memakai jimat pada waktu ia harus memberikan keterangan dengan sumpah, dihukum dengan hukuman kurung selama-lamanya 10 hari dan denda Rp. 750,-

3. Penggolongan kejahatan untuk kepentingan statistik, oleh sebagai berikut :21

a. Kejahatan terhadap orang (crimes against person), misalnya pembunuhan, penganiayaan dan lain-lain.

20 W.A. Bonger. Pengantar tentang Kriminologi. PT. Pembangunan.Jakarta. 1962. hlm.28

21 Ibid, hlm 34

(11)

b. Kejahatan terhadap harta benda (crimes against property), misalnya pencurian, perampokan dan lain-lain.

c. Kejahatan terhadap kesusilaan umum (crimes against piblicdecency), misalnya perbuatan cabul.

Penggolongan kejahatan untuk membentuk teori. Penggolongan didasarkan akan adanya kelas-kelas kejahatan dan beberapa menurut proses penyebab kejahatan itu, yaitu cara melakukan kejahatan teknik-teknik dan organisasinya dan timbul kelompok-kelompok yang mempunyai nilai- nilai tertentu. Kelas-kelas tersebut adalah sebagai berikut:22

a. Profesional crimes, yaitu kejahatan yang dilakukan sebagai mata pencaharian tetapnya dan mempunyai keahlian tertentu untuk profesi itu, misalnya pemalsuan uang, tanda tangan dan pencopet b. Organized crimes, yaitu suatu kejahatan yang terorganisir, misalnya

pemerasan , perdagangan narkotika dan obat-obatan terlarang.

c. Occasional crimes, yaitu suatu kejahatan karena adanya suatu kesepakatan, misalnya pencurian di rumah secara bersama

22 https://windasari23.wordpress.com/2011/03/09/pengertian-eksploitasi-anak/ diakses tanggal 17 Januari 2021

(12)

C. Eksploitasi Anak

1. Pengertian Eksploitasi Anak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ), pengertian eksploitasi anak adalah Pengusahan, Pendayagunaan, pemanfaatan untuk keuntungan sendiri, pengesiapan, pemerasan ( tenaga orang); atas diriorang lain merupakan tindakan yang tidak terpuji.26 Menurut Undang- undang Nomor 4 tahun 1797 tentang Kesejahteran anak,yang di maksud dengan anak adalah seseorang yang berusia dibawah 21 tahun dan belum menikah, sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum belum berusia 18 tahun , termasuk anak yang masih dalam kandungan.27

Menurut undang-undang tersebut, anak adalah siapa saja yang belum berusia 18 tahun, belum menikah, dan termasuk anak yang masih di dalam kandungan (berarti segala kepentingan yang mengupayakan perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak berada di dalamkandungan hingga berusia anak harus diterapkan sebaik mungkin, karena perlindungan anak merupakan cerminan dari adanya keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum dalam suatu masyarakat. Memperhatikan dan menanggulangi masalah perlindungan anak merupakan suatu kewajiban bersama-sama oleh setiap anggota masyarakatdan pemerintah apabila ingin berhasil melakukan pembangunan nasional dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat.28

Yang dimaksud dengan eksploitasi anak oleh orangtua atau pihak lainnya, yaitu menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turutserta melakukan eksploitasi ekonomi atau seksual

(13)

terhadap anak (Pasal 66 ayat 3 Undang-Undang Nomor. 23 Tahun 2002 tentang Perlundungan Anak). Dengan demikian, jelaslah bahwa eksploitasi anak merupakan tindakan tidak terpuji, karena tindakan eksploitasi anak telah merampas hak-hak anak, seperti mendapatkan kasih sayang dari orangtua, pendidikan yang layak, dan sarana bermain yang sesuai dengan usianya. Selain itu, ekspoitasi pada anak dapat berdampak pada gangguan

27 Kumpulan Kitab Undang-Undang Hukum, Penerbit Wipress, Bandung, hlm.540

28 ibid

(14)

fisik maupun psikologis anak. Gangguan pada anak juga dapat berdampak panjang pada masa depan anak yang kurang dapat membedakan antara yang benar dan yang salah karena rendahnya tingkat pendidikan anak yang dieksploitasi.

2. Bentuk-Bentuk Eksploitasi Anak 1. Eksploitasi Fisik

Eksploitasi fisik adalah penyalahgunaan tenaga anak untuk dipekerjakan demi keuntungan orangtuanya atau orang lain seperti menyuruh anak bekerja dan menjuruskan anak pada pekerjaan- pekerjaan yang seharusnya belum dijalaninya. 26 Dalam hal ini, anak- anak dipaksa bekerja menggunakan segenap tenaganya dan juga mengancam jiwanya. Tekanan fisik yang berat dapat menghambat perawakan atau fisik anak-anak hingga 30% karena mereka mengeluarkan cadangan stamina yang harusbertahan hingga dewasa.

Oleh sebab itu, anak-anak sering mengalami cedera fisik yang bisa diakibatkan oleh pukulan, cambukan, luka bakar, lecet dan goresan, atau memar dengan berbagai tingkat penyembuhan, fraktur, luka pada mulut , bibir, rahang, dan mata.

2. Eksploitasi Sosial

Eksploitasi sosial adalah segala sesuatu yang dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan emosional anak. Hal ini dapat berupakata- kata yang mengancam atau menakut-nakuti anak, penghinaan

(15)

anak, penolakan anak, menarik diri atau menghindari anak, tidak memperdulikan perasaan anak, perilaku negatif pada anak, mengeluarkan kata-kata yang tidak baik untuk perkembangan emosi anak, memberikan hukuman yang ekstrim pada anak seperti memasukkan anak pada kamar gelap, mengurung anak di kamar mandi, dan mengikat anak. Pada sektor jasa, terutama hotel dan hiburan, anak- anak direkrut berdasarkan penampilan, dan berkemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Mereka harus melayani para pelanggan yang kebanyakan orang dewasa, sehingga berpeluang untuk mengalami tekanan batin karenamengalami rayuan-rayuan seksual.

3. Dampak Eksploitasi terhadap Anak

Dampak eksploitasi anak yang dapat terjadi adalah secara umum adalah:29 1. Anak berbohong, ketakutan, kurang dapat mengenal cinta atau kasih

sayang, dan sulit percaya kepada oranglain

2. Harga diri anak rendah dan menunjukkan perilaku yang destruktif.

3. Mengalami gangguan dalam perkembangan psikologis dan interaksi sosial.

4. Pada anak yang lebih besar anak melakukan kekerasan pada temannya, dan anak yang lebih kecil

5. Kesulitan untuk membina hubungan dengan orang lain.

29 Kartini Kartono.Op.cit, hlm. 49

(16)

6. Kecemasan berat, panik, dan depresi (anak mengalami sakit fisik dan bermasalah di sekolah).

7. Harga diri anak rendah.

8. Abnormalitas atau distorsi mengenai pandangan terhadap seks.

9. Gangguan personality.

10. Kesulitan dalam membina hubungan dengan orang lain dalam hal seksualitas.

11. Mempunyai tendensi untuk prostitusi.

12. Mengalami masalah yang serius pada usia dewasa.

D. TINJAUAN TENTANG PENGEMIS 1. Pengertian Pengemis

Pengertian Pengemis salah satu di rumuskan dalam Peraturan Pemerintah ( PP) No. 31 Tahun 1980 tentang Perlindungan Gelandangan dan Pengemis. PP ini merupakan peraturan pelaksanan dari Undang- Undang No 6 Tahun 1974 tentang Kesejahteraan sosial ( sudah di ubah menjadi UU No.11 Tahun 2009 ). Pasal 1 dan 2 menyebutkan bahwa:30

“Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasaan untuk mengharpkan belas kasihan arai oarang lain“.

309Undang-Undang no 11 tahun 1974 tentang Kesejahteran sosial .Pasal 1 dan 2

(17)

Dalam Peraturan yang lain yakni Peraturan Kapolri No. 14 Tahun 2007 disebutkan dalam Pasal 1 dan 2 Merumuskan bahwa:

“Pengemis adalah orang yang mencari pengahasilan dengan meminta-minta di tempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mendapatkan belas kasiaan orang lain”.

Adapun dalam KUHP tindakan mengemis itu sendiri diatur dalam pasal 504 ayat 1 Buku ke 3 tentang Tindak Pidana Pelanggaran yaneg berbunyi:

“Barang siapa mengemis di muka umum , di ancam melakukan pengemis dengan pidana kurungan paling lama enam minggu“.

2. Kejahatan Eksploitasi anak sebagai Pengemis Jalanan

Perbuatan mengekspolitasi anak sebagai pengemis jalanan pada dasarnya tergolong pada kejahatan kekerasan terhadap anak. The sosial Work Dicionary, Barker mendifinsikan kejahatan kekerasan terhadap anak adalah perilaku tidak layak yang mengakibatkan kerugian atau bahaya secara fisik, psikologis, atau finansial baik yang dialami individu atau kelompok.31

Menurut pendapat Ricahard J. Gelles kejahatan kekerasan terhadap anak adalah perbuatan yang disengaja yang menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap anakanak secara fisik maupun emosional. Istilah kejahatan kekerasan terhadapa anak meliputi berbagai bentuk tingkah laku, dari tindakan ancaman fisik secara langsung oleh orang tua atau orang

31 Abu Huraerah.Child Abuse (KekerasanterhadapAnak). NuansaPenerbit. Bandung 2006. halaman36

(18)

dewasa lainyya samapai kepada penelantaran kebutuhan dasar anak dan terlebih pada orang tua atau orang dewasa yang sampai mengekploitasi anak sebagai pengemis jalanan.32

Sebagai sebuah masalah sosial, perilaku tindak kekerasan dan kejahatan terhadap hak-hak anak pada awalanya kurang memperoleh perhatian publik secara serius, karena tindakan ini biasanya dianggap hanya bersifat kasuitas dan terjadi pada keluarga-keluarga tertentu saja yang secara psikologis kondisi ekonomi keluarga yang bermasalah.

Kasus anak yang di eksploitasikan sebagai pengemis jalanan memberikan beban mental yang lebih berat kepada anak dibandingkan dengan kasus kekerasan terhadap anak yang lainya. Melihat bahwa seorang anak yang seharusnya bisa hidup dengan normal dan baik seperti tujuan yang di cita-citakan bangsa dan negara kita yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 , Pada Aline ke 1V .”Untuk melindungi segenap bangsaIndonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteran umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan , perdamaian abadi dan keadilan sosial “ .Melihat hal itu maka seharusya seorang anak sebagai aset masa depan negara perlu mendapatkan perhatianlebih.

32 ibid halaman 38

(19)

Bagong Suyanto menyatakan secara konseptual kekerasan terhadap anak (child abuse) adalah persitiwa perlukaan fisik, mental, atau seksual yang umunya dilakukan oleh orang –orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteran anak.33

Menurut Harkistuti Harkrisnowo tindak kekerasan yang dialami anak-anak dapat diklasifikasiakan menjadi 433 Jenis ,yaitu:34

a) Tindakan Kekerasan Fisik Kekerasan fisik umunya menyangkut prilaku-prilaku yang berupa penganiayaan dan pembunuhan, yang dapat dilakukan baik oleh orangtua sendiri , saudara (paman

,kakek, dan lain-lain) maupun orang lain (misalnya majikan).

b) Tindakan Kekerasan Seksual Tindak kekerasan ini mencakup berbagai tindakan yang melanggar kesusilaan dan atau yang berkenaan dengan kegiatan seksual.

c) Tindakan Kekerasan Psikologis Walapun pernah dianggap sebagai suatu prilaku yang “ biasa saja “ dan tidak mempunyai dampak yang berarti pada anak, sejumlah penelitian menunjukan bahwa sikap tndak, kata-kata dan gerakan yang dilakukan terutama oleh orang tua mempunyai dampak negatif yang serius bahkan traumatis

, yang mempengaruhi perkembangan kepribadian /psikologi anak.

d) Tindakan Kekerasan Ekonomi Tidak memberikan pemeliharan dan pendidikan yang sewajarnya bagi anak, kadangkala tidak dapat dihindari karena kemiskinan orang tua. Namun kondisi ini tetap

33 Bagong S. Analisis Situasi Pekerja Anak dan Permasalahan Pendidikan Dasar Di Jawa Timur. Universitas Airlangga Press. Surabaya1999hlm.12

34 HarkristutiHarkrisnowo.HakAsasiManusiadanKerjaSosial,OHCHR Indonesia. Jakarta. 1999

(20)

merupakan kejahatan kekerasan terhadap anak secara ekonomis, karena mempunyai pengaruh bagi perkembangan anak . Salah satu akibatnya adalah larinya anak dari rumah dan menjadi anak jalanan dengan resiko yang amat besar.

Melihat definisi menegani beberapa jenis kejahatan kekerasan terhadap anak maka tindakan mengeksploitasikan anak sebagai pengemis jalanan dapat digolongan ke dalam kejahatan kekerasan ekonomi terhadap anak, ini tentu jelas melanggar pasal 88 Undang-UndangNomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. “Setiap orang yang mengeksploitasikan ekonomi atau seksual anak dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain , dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak RP.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

E. Upaya Penanggulangan Kejahatan

Kejahatan merupakan gejala sosial yang senantiasa dihadapi oleh setiap masyarakat di dunia ini.Kejahatan dalam keberadaannya dirasakan sangat meresahkan, disamping itu juga mengganggu ketertiban dan ketentraman dalam masyarakat berupaya semaksimal mungkin untuk menanggulangi kejahatan tersebut.Upaya penanggulangan kejahatan telah dan terus dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Berbagai program dan kegiatan telah dilakukan sambil terus menerus mencari cara paling tepat dan efektif untuk mengatasi masalah tersebut.

(21)

Kejahatan adalah masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat di seluruh negara semenjak dahulu dan pada hakekatnya merupakan produk dari masyarakat sendiri. Kejahatan dalam arti luas, menyangkut pelanggaran dari norma-norma yang dikenal masyarakat, seperti norma- norma agama, norma moral hukum. Norma hukum pada umumnya dirumuskan dalam undang-undang yang dipertanggung jawabkan aparat pemerintah untuk menegakkannya, terutama kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Namun, karena kejahatan langsung mengganggu keamanandan ketertiban masyarakat, maka wajarlah bila semua pihak baik pemerintah maupun warga masyarakat, karena setiap orang mendambakan kehidupan bermasyarakat yang tenang dan damai.

Menyadari tingginya tingkat kejahatan, maka secara langsung atau tidak langsung mendorong pula perkembangan dari pemberian reaksi terhadap kejahatan dan pelaku kejahatan pada hakekatnya berkaitan dengan maksud dan tujuan dari usaha penanggulangan kejahatan tersebut.Menurut Hoefnagles Upaya Penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan cara yaitu:35

a. Criminal lawa Appliaction(penerapan hukum pidana). Contoh: Pasal 354 KUHP dengan hukuman maksimal tahun, maka dalam sistem tersebut baik tuntutan maupun putusan.

b. Prevention without punishment( pencegahan tanpa pidana) Contoh:

Dengan cara menerapkan hukuman maksimal kepada pelaku

35 ArifGosita.MasalahKorbanKejahatan.AkademikaPressindo.Jakarta .1983. hlm. 2

(22)

kejahatan. Maka secara tidak langsung memberikan pervensi (pencegahan) kepada publik walapun tidak dikenal hukuman atau sebagai shock therapy kepada masyarakat.

c. Influencing views of society in crime and punishment(mas media mempunyai pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanan lewat mas media). Contoh: Mengsosialisasikan suatu undang-undang dengan memberikan gambaran tentang sebagaimana delik itu dan ancaman hukumnya.36

Upaya pencegahan kejahatan dapat berarti menciptakan suatu kondisi tertentu agar tidak terjadi kejahatan.pencegahan kejahatan sebagai suatu usaha yang meliputi segala tindakan yang mempunyai tujuan yang khusus untuk memperkecil ruang segala tindakan yang mempunyai tujuan yang khusus untuk memperkecil ruang lingkup kekerasan dari suatu pelanggaran baik melalui pengurangan ataupun melalui usaha-usaha pemberian pengaruh kepada orang-orang yang potensial dapat menjadi pelanggar serta kepada masyarakat umum.

Penanggulangan kejahatan dapat diartikan secara luas dan sempit.Dalam pengertian yang luas, maka pemerintah beserta masyarakat sangat berperan.Bagi pemerintah adalah keseluruhan kebijakan yang dilakukan melalui perundangundangan dan badan-badan resmi yang bertujuan untuk menegakkan normanorma sentral dari masyarakat. 38Peran pemerintah yang begitu luas, maka kunci dan strategis dalam

36 Moh. Kemal Darmawan.Strategi Pencegahan Kejahatan. Citra Aditya. Bandung 1994.hlm .4

(23)

menanggulangi kejahatan meliputi ketimpangan sosial, diskriminasi nasional, standar hidup yang rendah, pengangguran dan kebodohan diantara golongan besar penduduk.Bahwa upaya penghapusan sebab dari kondisi menimbulkan kejahatan harus merupakan strategi pencegahan kejahatan yang mendasar.37

Upaya atau kebijakan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan kejahatan termasuk bidang kebijakan kriminal. Kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu kebijakan sosial yang terdiri dari kebijakan/upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial dan kebijakan/upaya-upaya untuk perlindungan masyarakat.38

Kebijakan penanggulangan kejahatan dilakukan dengan menggunakan sarana penal (hukum pidana), maka kebijakan hukum pidana khususnya pada tahap kebijakan yudikatif harus memperhatikan dan mengarah pada tercapainya tujuan dari kebijakan sosial itu berupa ”social welfare” dan “social defence. Menurut A.S Alam penanggulangan kejahatan terdiri atas tiga bagian pokok yaitu:39

1. Preventif

Upaya-upaya preventif ini adalah merupakan tindak lanjut dari upaya pre-emtif yang masih dalam tataran pencegahan sebelum terjadinyakejahatan. Penanggulangan kejahatan secara preventif

37 Sudarto.Hukum dan Hukum Pidana.AlumniBandung .1981. hlm.. 114

38 Barda Nawawi Arief.Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana.Raja Grafindo Persada.Jakarta 2007.hlm. 77

39 ibid,hlm. 10-15

(24)

dilakukan untuk mencegah terjadinya atau timbulnya kejahatan yang pertama kali.Mencegah kejahatan lebih baik daripada mencoba untuk mendidik penjahat menjadi lebih baik kembali, sebagaimana semboyan dalam kriminologi yaitu usaha-usaha memperbaiki penjahat perlu diperhatikan dan diarahkan agar tidak terjadi lagi kejahatan ulangan.

Upaya preventif sangat beralasan untuk diutamakan karena upaya preventif dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa suatu keahlian khusus dan ekonomi.

2. Represif

Upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan secara konsepsional yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan.

Penanggulangan dengan upaya represif dimaksudkan untuk menindak para pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan masyarakat, sehingga tidak akan mengulanginya dan orang lain juga tidak akan melakukannya mengingat sanksi yang akan ditanggungnya sangat berat. Sistem represif tidak terlepas dari sistem peradilan pidana, dimana dalam sistem peradilan pidana paling sedikit terdapat 5 (lima) subsistem yaitu sub-sistem kehakiman, kejaksaan, kepolisian, pemasyarakatan, dan kepengacaraan, yang merupakan suatu keseluruhan yang terangkai dan berhubungan secara fungsional.

(25)

Upaya represif dalam pelaksanaannya dilakukan pula dengan metode perlakuan (treatment) dan penghukuman (punishment).

F. Tugas dan Tanggung Jawab Pemerintah Daerah

Peran yang harus dimainkan pemerintah daerah menanggulangi eksploitasi terhadap anak adalah mengakomodir kepentingan terbaik anak untuk menyelamatkan kelangsungan hidup anak-anak indonesia pada umumnya dan di daerah pada khususnya, baik oleh lembaga legislatif, eksekutif, maupun yudikatoif di tingkat daerah adalah:

a. Mengagendakan permasalahan anak sebagai perspektif merumuskan kebijakan daerah;

b. Merumuskan peraturan daerah yang lebih kongkrit sesuai dengan karakteristik kondisi anak dan pekerja anak di daerah masing masing;

c. Mengalokasikan anggaran daerah yang proporsional untuk kepentingan terbaik anak dan pekerja anak;

d. Melakukan pengawasan implementasi pemerintahan daerah terhadap peraturan daerah tentang upaya penghapusan pekerja anak;

Eksekutif Daerah:

a. Melakukan identifikasi terhadap bentuk-bentuk terburuk pekerja bagi anak di wilayah masing- masing;

b. Melaksanakan peraturan daerah untuk perlindungan bagi anak dan pekerja anak;

(26)

c. Malakukan pengawasan dan penindakan bagi pelanggar;

d. Melaporkan kondisi pekerja anak secara periodik kepada publik.

Kabupaten Gresik termasuk salah satu wilayah yang mempunyai permasalahan anak yang cukup mengkhawatirkan. Banyaknya anak jalanan di Kabupaten Gresik yang ada di jalan raya seperti alun-alun kota, lampu merah kebomas, pasar Gresik dan tempat-tempat lainnya menunjukkan bahwa ada permasalahan dalam kehidupan anak di Kabupaten Gresik.

Adanya anak yang bekerja mengikuti orang tuanya dengan berjualan tahu, tisu mainan di setiap persimpangan, ada yang mangikuti orang tua dengan mencari barang bekas, mereka bekerja dari siang sampai malam hari dan mereka kehilangan waktu bermain serta istirahat menunjukkan secara nyata pelanggaran terhadap hak anak.

Kanak-kanak adalah usia untuk bermain dan menyerap segala sesuatu. Mereka memiliki respon yang hanya cukup untuk menirukan, maka dari itu kita harus mengajarkan sesuatu yang baik kepada mereka.

Mengeksploitasi anak untuk alasan apapun, apalagi alasan ekonomi adalah tindak kejahatan yang dapat dipidanakan. Menurut Undang-Undang ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003, pengusaha yang mempekerjakan anak di bawah umur dapat dipidanakan. Akan tetapi, hal tersebut menjadi sesuatu yang ironis. Di tengah himpitan ekonomi yang semakin menghimpit, banyak anak di kota bengkulu yang turut serta menyangga perekonomian keluarganya dengan cara yang bermacam-macam.

(27)

Pemerintah daerah Kota Gresik dalam menanggulangi eksploitasi terhadap anak dikota Gresik telah mengeluarkan Peraturan Daerah Perda no 6 tahun 2019 tentang sistem pengelenggaraan perlindungan anak. Menurut Anggota DPRD Gresik, Hj Lilik Hidayati mengatakan bahwa sosialisasi Perda ini, bertujuan agar masyarakat Gresik mengetahui bahwa anak memiliki peran strategis dalam menjamin keberlangsungan bangsa dan Negara. Oleh karena itu, agar anak mampu mengembangkanperanannya.

Maka pemberdayaan terhadap anak, harus diwujudkan melalui upaya perlindungan dalam rangka memenuhi hak hak anak baik secara fisik, mental ,maupun sosial secara konprenhensip, sistematis, dan terus menerus dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

G. Dasar Hukum Perlindungan Anak

1. Undang – Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang PerlindunganAnak Anak adalah amanah sekalugus karunia Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, dan martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dala Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hak-hak Anak.

Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak

(28)

atas perlindungan dari tindak kekerasa dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasa.

Meskipun Undang-Undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah mencantumkan tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban dan tanggungjawab orang tua,keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara untuk memberikan perlindungan pada anak masih memerlukan suatu undang- undang mengenai perlindungan anak sebagi landasan yuridis bagi pelaksanaan kewajiban dan tanggungjawab tersebut. Dengan demikian, pembentukan undang-undang di dasarkan pada pertimbanagn bahwa perlindungan anak dalam segala aspeknya merupakan bagian dari kegiatan pembangunan nasional, khususnya dalam memajukan kehidupan dalam berbangsa dan bernegara.

Undang-undang ini menegaskan bahwa pertanggungjawaban orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara merupakan rangkaiana kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus demi terlindunginya hak- hak anak.

Rangkaiana kegiatan tersebut harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik, mental, spritual maupun sosial. Tindakan ini dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang diharapakan sebagai penerus bangsa yang potensial, tangguh, memiliki nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak mulia dan nilai pancasila, serta berkemauan keras menjaga kesatuan dan persatuan bangsadan negara.

(29)

Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 (delapan belas) tahun. Bertitik tolak dari konsepsi perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan komprenshif, undang-undang ini meletakkan kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas berikut:

a. Nondiskriminasi

b. Kepentingan yang terbaik bagi anak

c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan d. Penghargaan terhadap pendapat anak.40

2. Undang – Undang RI Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 tentang Prokol Opsional Konvensi Hak – Hak Anak Mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak, dan Pornografi Anak.

Untuk lebih memperkuat komitmen Indonesia dalam upaya mencegah, memberantas, dan menghukum pelaku tindak pidana penjualan anak, prostitusi anak, dan pornografi anak, Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani Optional Protocol to the Convention on the Rights of the Child on the Sale of Children, Child Prostitution and Child Pornography (Protokol Opsional Konveksi hak-hak Anak Mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak, dan Pornografi Anak) pada tanggal 24 September 2001. Penandatanganan tersebut merupakan salah satu komitmen bangsa indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional untuk mengimplementasikan Convention on the Rights of the Child

40 Lis Sutina, Konsolidasi Undang – Undang Perlindungan Anak UU RI NO 23/2002 & UU RI No. 35/2014 (Jakarta Selatan: Tim Visi Yustisia, 2016), h. 11.

(30)

(Konvensi tentang Hak-Hak Anak ) sebagai hasil sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa yang diterima pada tanggal 20 November 1989.

Adapun pokok-pokok isi Protokol Opsional, yaitu:

a) Protokol Opsional bertujuan melindungi anak agar tidak menjadi korban dari tindak pidana penjualan anak, prostitusi anak, dan pornografi anak.

b) Protokol ini mengatur mengenai upaya-upaya mencegah, memberantas, dan menghukum pelaku tindak pidana penjualan anak, prostitusi anak, dan pornografi anak, baik di dalam negeri maupun antar negara.

c) Kewajiban negara-negara pihak yaitu melarang penjualan anak, prostitusi anak, dan pornografi anak.41

3. Undang–Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Peradilan Pidana Anak.

Undang-Undang Sistem Peradilan Anak merupakan pengganti dari Undang-Undang No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak (UU Pengadilan Anak) yang bertujuan agar dapat terwujud peradilan yang benar-benar menjamin perlindungan kepentingan terbaik terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. UU Pengadilan Anak dinilai sudahtidak sesuai lagi dengan kebutuhan hukum dalam masyarakat dan belum

41 Lis Sutina, Konsolidasi Undang – Undang Perlindungan Anak UU RI NO 23/2002 & UU RI No. 35/2014, h. 75.

(31)

secara komprenshif memberikan perlindungan khusus kepada anak yang berhadapan dengan hukum.

Adapun substansi yang diatur dala UU Sistem Peradilan Pidana Anak anatar lain mengenai penempatan anak yang menjalani proses peradilan dapat ditempatkan di Lembaga Pembinaan Khusu Anak (LPKA). Substansi yang paling mendasar dalam Undang-Undang ini adalah pengaturan secara tegas mengenai Keadilan Restroatif dan Diversi yang dimaksudkan untuk menghindari dan menjauhkan anak dari proses peradilan sehingga dapat menghindari stigmatisasi terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dan diharapkan anak dapat kembali ke dalam lingkingan sosial secara wajar. Demikian antara lain yang disebut dalam bagian Penjelasan Umum UU Sistem Peradilan Pidana Anak.

Adapun hal-hal penting yang diatur dalam UU Sistem Peradilan Pidana Anak yaitu:

a. Defenisi Anak di Bawah Umur b. Penjatuhan Sanksi

c. Hak-Hak Anak d. Penahanan

e. Pemeriksaan Terhadap Anak Sebagai Sanksi atau Anak Korban f. Hak Mendapatkan Bantuan Hukum

g. Lembaga Permasyarakatan42

42 Lis Sutina, Konsolidasi Undang – Undang Perlindungan Anak UU RI NO 23/2002 & UU RI No. 35/2014, h. 111.

(32)

4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 40 Tahun 2011 tentang Pembinaan, Pendampingan, dan Pemulihan Terhadap Anak Yang Menjadi Korban atau Pelaku Pornografi.

Dalam pelaksanaan ketentuan pasal 16 ayat (2) Undang-Undang No. 44 tahun 2008 tentang Pornografi dan mengingat pasal 5 ayat (2) Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Pemerintah dalam hal ini telah menetapkan UndangUndang No. 40 tahun 2011 tentang Peraturan Pemerintah tentang Pembinaan, Pendampingan, dan Pemulihan Terhadap Anak yang Menjadi Korban atau Pelaku Pornografi.

Yang mana dalam Undang-Undang ini terdiri dari 45 pasal yang terbagi dalam 7 bab yaitu:

a. Bab 1 (pasal 1-11) Ketentuan Umum.

b. Bab 2 (pasal 12-17) mengatur tentang Pembinaan terhadap Anak Yang Menjadi Korban atau Pelaku Pornografi.

c. Bab 3 (pasal 18-23) mengatur tentang Pendampingan terhadap Anak Yang Menjadi Korban atau Pelaku Pornografi.

d. Bab 4 (pasal 24-39) mengatur tentang Pemulihan terhadap AnakYang Menjadi Korban atau Pelaku Pornografi.

e. Bab 5 (pasal 40-44) mengatur tentang Pengawasan terhadap AnakYang Menjadi Korban atau Pelaku Pornografi.

f. Bab 6 (pasal 45) Ketentuan Penutup.43

43 Lis Sutina, Konsolidasi Undang – Undang Perlindungan Anak UU RI NO 23/2002 & UU RI No. 35/2014, h. 87.

(33)

5. Peraturan Daerah Gresik Nomor 6 Tahun 2019

Mencegah, mengurangi resiko, dan melaksanakan penanganan segala bentuk kekerasan, eksploitasi, perlakuan yang salah terhadap anak, termasuk anak yang berhadapan dengan hukun dan adanak dalam situasi darurat.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Listiyarti (2007:26) “ nasionalisme berasal dari kata nasional dan isme yaitu paham kebangsaan yang mengandung makna

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga ditemukan pengertian yang hampir serupa bahwa modul adalah kegiatan program belajar mengajar yang dapat dipelajari oleh peserta didik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola adalah gambar yang dibuat contoh/model ataupun bentuk (struktur) yang tetap. Jika dihubungkan dengan interaksi, maka pola interaksi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Citra adalah rupa, gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi, atau produk. 30 Citra adalah produk

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu dalam perang

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pelayanan berasal dari kata “layan” yang artinya membantu menyiapkan (mengurus) apa-apa yang diperlukan seseorang. Jadi, kata “pelayanan”

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI) buku mempunyai pengertian yaitu lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Sedangkan menurut Kamus Oxford, buku

Pengertian Taman Rekreasi Kesimpulan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI tempat rekreasi adalah ruang bidang, rumah, dsb yang dapat menyegarkan kembali badan dan pikiran.. Sesuatu