5 BAB II
KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Untuk memperbanyak sudut pandang dalam penelitian ini, maka penulis sebelumnya telah melakukan penelitian dari sumber-sumber penelitian terdahulu yang kaitannya ada hubungannya dengan penyelesaian SPM. Dalam perbandingan ini penulis tidak dapat menemukan judul yang sama dengan judul penelitian, akan tetapi penulis akan membandingkannya dengan bahan penelitian yang masih berhubungan dengan topik yang akan dibahas oleh penulis sebagai referensi maupun juga perbandingan hasil penelitian yang akan dilakukan. Berikut beberapa penelitian yang dijadikan acuan adalah sebagai berikut.
Menurut Gerarldez G. Korobu,Winston Pontoh, Victorina Z. Tirayoh (2016), dengan penelitian berupa jurnal ilmiah yang berjudul “ANALISIS SISTEM DAN PROSEDUR PENERBITAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR UANG PERSEDIAN (SPM-UP) PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA BITUNG”. Hasil dari penelitian ini menjelaskan proses penerbitan SPM-UP pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Bitung, khususnya dalam penyusunan dokumen SPP apakah telah sesuai dengan Permendagri. Setelah menganalisis penelitian ini bisa disimpulkan bahwa penerapannya masih belum sesuai dengan karakteristik pedoman pengelolaan keuangan daerah menurut Permendagri yang ada, yaitu dalam penyusunan dokumen dan pemeriksaan SPP UP. Dokumen yang digunakan itu sendiri berupa, nota-nota yang dikeluarkan secara rutin sesuai SK-UP dan itu
tidak sesuai dengan Permendagri. Untuk Format SPM-nya sendiri sudah mengikuti Format SPM sebagaimana dimaksud pada Peraturan Menteri (Permendagri).
Menurut Reza Arfansyah Suneth, Harijanto Sabijono,Lidia Mawikere (2018).
Dengan penelitian berupa jurnal ilmiah yang berjudul “ANALISIS SISTEM DAN PROSEDUR PENGELUARAN TENTANG PENERBITAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR LANGSUNG (SPM-LS) PADA BADAN PENGELOLA PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH KOTA MANADO”.
Berdasarkan temuan penelitian tersebut disimpulkan bahwa Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Manado pada sistem dan prosedur tentang Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) sudah sesuai dengan peraturan yang ada. Dalam sistem dan prosedur pengeluaran tentang SPM-LS telah didukung oleh dokumen- dokumen seperti Surat Penyediaan Dana (SPD), Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan Surat Perintah Membayar (SPM), serta dokumen transaksi untuk melengkapi prosedur pengeluaran kas. Dan aktivitas prosedur pengeluaran kas pada Badan Pengelola Pajak Dan Retribusi Daerah Kota Manado telah dilakukan sesuai dengan prosedur dimana ada pemisahan tugas yang jelas dan adanya pertanggungjawaban sesuai dengan peraturan.
Menurut Ilham, Andi Irawan, Yahya (2018). Dengan penelitian berupa jurnal ilmiah yang berjudul “IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENERBITAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR (SPM) KEUANGAN APBN PADA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI SULAWESI TENGAH”. Dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) keuangan APBN pada Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah sudah terlaksana dengan baik. Dimana terdapat tiga faktor penentu keberhasilan implementasi kebijakan penerbitan SPM yang telah dipenuhi yaitu antara lain faktor kepatuhan atau ketaatan aparatur (aparatur sebagai implementor), kelancaran dan tidak adanya persoalan/masalah yang berarti, dan faktor kinerja.
Dari ketiga penelitian terdahulu tersebut dapat disimpulkan adanya persamaan topik yang akan penulis teliti, yaitu tentang proses penyelesaian atau penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM). Sedangkan untuk perbedaanya sendiri yaitu adanya pembahasan tentang proses penyelesaian SPM secara online untuk penelitian kali ini. Dikarenakan adanya wabah COVID-19 ini, maka dari itu SPM di KPPN Malang diselesaikan secara offline dan online. Dan disini penulis akan mencari perbedaan pada penyelesaian SPM secara offline dan online.
B. Teori dan Pustaka
1. Surat Perintah Membayar (SPM)
Dokumen yang digunakan untuk mencairkan dana yang sumbernya dari DIPA. SPM diterbitkan oleh Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM). SPM diproses menggunakan aplikasi SPM yang telah dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB). SPM sendiri berlaku sebagai surat perintah kepada KPPN sebagai kuasa BUN didaerah untuk mencairkan dana APBN.
2. Jenis-Jenis SPM
SPM terdiri atas 6 jenis, yaitu:
a) Surat Perintah Membayar Langsung (SPM LS)
SPM-LS merupakan dokumen berupa surat yang digunakan untuk mencairkan dana yang berasal dari DIPA untuk melakukan pelunasan tagihan kepada Bendahara Pengeluaran. SPM-LS dikeluarkan oleh PPSPM.
b) Surat Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM UP)
SPM-UP merupakan dokumen berupa surat yang digunakan untuk mencairkan UP. Dana yang berasal dari UP ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan operasional kantor sehari-hari.
c) Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan (SPM GUP) SPM-GU merupakan dokumen surat yang digunakan untuk mencairkan dana sebagai ganti uang persediaan yang telah dipakai. SPM_GU membebani DIPA dan dikeluarkan oleh PPSPM.
d) Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan (SPM TUP) SPM-TU merupakan dokumen berupa surat yang digunakan untuk mencairkan TUP karena kebutuhan dana melebihi pagu Uang Persediaan yang ditetapkan. SPM-TU dikeluarkan oleh PPSPM.
e) Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan Nihil (SPM GUP Nihil)
SPM-GUP Nihil merupakan surat berupa dokumen yang digunakan untuk mempertanggungjawabkan UP yang telah digunakan.
f) Surat Perintah Membayar Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan (SPM PTUP)
SPM-PTUP merupakan surat berupa dokumen yang digunakan untuk mempertanggungjawabkan TUP yang telah digunakan. SPM-PTUP membebani DIPA dan dikeluarkan oleh PPSPM.
3. Mekanisme Pencairan Dana
Berdasarkan “Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 190/PMK.05/2012 Tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara”, mekanisme pencairan dana adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan komitmen
Awal terjadinya pengeluaran dana diawali dengan pembuatan komitmen. Hal ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang menjelasakan bahwa pembuatan komitmen dilakukan untuk pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA yang menyebabkan pengeluaran negara.
b. Pencatatan komitmen oleh PPK dan KPPN
Komitmen yang telah dibuat tadi dicatat oleh PPK. PPK melaksanakan pencatatan perjanjian/kontrak yang sudah ditandatangani ke dalam suatu sistem apabila perjanjian/kontrak yang pembayarannya dilakukan melalui SPM-LS
c. Pengajuan tagihan
Penerima hak menyampaikan tagihan atas komitmen yang telah dibuat dan harus dilengkapi dengan bukti-bukti yang sah.
d. Penerbitan SPP-LS
Mekanisme penerbitan SPP-LS yaitu menjelaskan bahwa PPK menetapkan dokumen tagihan yang telah diajukan serta menerbitkan SPP apabila pemeriksaan tagihan telah sesuai dengan syarat yang ditentukan.
e. Pembayaran dengan UP dan TUP
Uang persediaan atau UP merupakan dana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan operasional sehari-hari satuan kerja dan digunakan juga untuk melakukan pembayaran terhadap pengeluaran yang tidak dapat dilaksanakan dengan metode pembayaran LS.
Tambahan Uang Persediaan atau TUP dapat diajukan oleh KPA, TUP diserahkan kepada KPA oleh Kepala KPPN apabila sisa UP yang ada pada Bendahara Pengeluaran tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kegiatan yang bersifat wajib.
f. Penerbitan SPP-UP/GUP-Nihil
PPK akan menerbitkan SPP-UP berdasarkan kebutuhan UP yang telah disusun yang dilengkapi dengan perhitungan besaran jumlah UP sesuai dengan yang disampaikan oleh Bendahara Pengeluaran.
SPP Ganti Uang Persediaan (GUP) yaitu dalam pengisian kembali UP, maka PPK akan mengeluarkan SPP-GUP. Sementara itu, untuk penetapan serta pertanggungjawaban UP melalui SPP GUP Nihil penerbitannya dilaksanakan apabila sisa dana DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP minimal sama dengan besaran UP yang diberikan, dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada akhir tahun anggaran, dan apabila UP sudah tidak dibutuhkan lagi.
g. Penerbitan SPP-TUP/PTUP
SPP TUP atau Tambahan Uang Persediaan, setidaknya 2 (dua) hari kerja setelah persetujuan TUP diterima dari Kepala KPPN, PPK mengeluarkan SPP-TUP lalu diserahkan kepada PPSPM.
Kemudian mengeluarkan SPP-PTUP untuk menetapkan dan mempertanggungjawabkan TUP.
h. Pengujian SPP dan penerbitan SPM
Terhadap dokumen yang diberikan oleh PPK, dilakukanlah pengecekan dan penelitian SPP beserta dokumen pendukung oleh PPSPM.
Selanjutnya PPSPM akan menerbitkan SPM apabila pengecekan serta penelitian terhadap SPP dan dokumen pendukung telah memenuhi ketentuan.
i. Penerbitan SP2D
SP2D diterbitkan atas dasar SPM yang diajukan ke KPPN, namun sebelumnya dilakukan penelitian dan pengujian SPM terlebih dahulu yang diajukan oleh PPSPM.
KPPN akan mengeluarkan SP2D setelah pemeriksaan dan pengujian dilakukan dan itu harus sudah sesuai dengan persyaratan. SP2D merupakan hasil dari penyelesaian SPM.