• Tidak ada hasil yang ditemukan

T E S I S. Oleh SUKAMTO / IKM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "T E S I S. Oleh SUKAMTO / IKM"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PERSONAL SELLING OLEH BIDAN PRAKTIK SWASTA TERHADAP PEMBERIAN SUSU

FORMULA KEPADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI

KOTA MEDAN

T E S I S

Oleh

SUKAMTO 097032096 / IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2012

(2)

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PERSONAL SELLING OLEH BIDAN PRAKTIK SWASTA TERHADAP PEMBERIAN SUSU

FORMULA KEPADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI

KOTA MEDAN

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SUKAMTO 097032096 / IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2012

(3)

iii Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU

DAN PERSONAL SELLING OLEH BIDAN PRAKTIK SWASTA TERHADAP PEMBERIAN SUSU FORMULA KEPADA BAYI BARU

LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Sukamto Nomor Induk Mahasiswa : 097032096

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si) (Siti Saidah Nasution, S.Kp, Sp. Mat)

Ketua Anggota

Dekan

( Dr. Drs Surya Utama, M.S )

Tanggal Lulus : 06 Februari 2012

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 06 Februari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si

Anggota : 1. Siti Saidah Nasution, S.Kp, Sp. Mat 2. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si

(5)

v PERNYATAAN

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PERSONAL SELLING OLEH BIDAN PRAKTIK SWASTA TERHADAP PEMBERIAN SUSU

FORMULA KEPADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI

KOTA MEDAN

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, April 2012

(SUKAMTO)

(6)

ABSTRAK

Cakupan ASI eksklusif di Kota Medan tahun 2010 sangat rendah. Dari 14.054 bayi hanya 3,04% bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Pemberian susu formula pada bayi baru lahir oleh bidan di klinik bersalin diduga kuat menjadi penyebab rendahnya cakupan ASI eksklusif.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik dan personal selling yang dilakukan oleh bidan praktik swasta terhadap pemberian susu formula kepada bayi baru lahir. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan explanatory reseach, yang dilakukan pada bulan Desember 2010 – Februari 2012 di di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli Kota Medan, populasi pada penelitian ini bidan praktik swasta sebanyak 48 orang dan keseluruhannya dijadikan objek penelitian. Data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian susu formula kepada bayi baru lahir adalah: pengetahuan, sikap dan personal selling. Variabel yang berpengaruh paling dominan adalah personal selling.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan untuk lebih menggalakkan program ASI eksklusif dan memberikan sanksi kepada tenaga kesehatan yang lebih mengutamakan pemberian susu formula dari pada ASI eksklusif. Bagi bidan praktik swasta diharapkan berani mengatakan tidak memberikan susu formula dan tidak menerima dalam bentuk apapun yang ditawarkan produsen susu.

Kata Kunci : Susu Formula, Personal Selling, Bidan

(7)

vii ABSTRACT

The scope of exclusive breastfeeding in 2010 of Medan city is very low. There is only 3,04% of infants that has given exclusive breastfeeding from 14.054 infants.

Formula breastfeeding by midwives to infants who have already birth in maternity clinic can be guest as the low effect of the scope of exsclusive breastfeeding.

This research aims to analyze the influence of the characteristics and personal selling by private practice midwifery to formula feeding to neonatal infants.

It is survey Research by research explanatory appoachment that was conducted from December 2010 - February 2012 in the working area of the Puskesmas Medan Deli Kota Medan, the number of population in this research is privately practicing midwives as many as 48 facilities and overall were subjected to experiments. The research Primary data obtained through interviewssing a questionnaire. The Data analysis was performed using logistic regression test.

The results showed that the variables significantly affected the formula feeding to neonatal infants are: knowledge, attitudes and personal selling. The most dominant is the personal selling of variables.

It is recommended to the Health Department of Medan for further effort in exclusive breastfeeding programme and to give sanction to health workers who prefer formula feeding from the breastfeeding exclusively. For private practice midwives are expected to venture to say do not give milk formula and do not accept in any form offered milk producers.

Key words: Milk Formula, Personal Selling, Midwives

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena HidayahNyalah penulis dapat menyelesaikan tesis berjudul : “Pengaruh Karakteristik dan Personal Selling oleh Bidan Praktik Swasta terhadap Pemberian Susu Formula kepada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli Kota Medan”.

Dalam penulisan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, yang telah membantu dan memberikan perhatian yang tulus, dengan kearifannya tesis ini telah selesai diuji dan disempurnakan.

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai komisi penguji tesis yang telah memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

5. Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si dan Siti Saidah Nasution, S.Kp, Sp. Mat, selaku komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing dari pembuatan proposal hingga selesainya penulisan tesis ini.

(9)

ix 6. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si selaku komisi penguji tesis yang telah

memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan penilisan tesis ini.

7. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Administrasi yang telah memberikan pengajaran, bimbingan dan pengarahan serta bantuan selama pendidikan.

8. Kepada Kepala Puskesmas Medan Deli yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli.

9. Kepada kedua orang tua tercinta ayahanda Ratmo dan ibunda Ngadimi, adalah sumber inspirasi dan pemberi dorongan terkuat kepada penulis dalam menjalani seluruh liku kehidupan, walaupun mereka sering terabaikan, untuk itu penulis ucapkan terimakasih dan memohon maaf atas segala kekhilafan.

10. Kepada seluruh Saudaraku yakni yu Ati dan mas Sam, yu Yanti dan bang Andi, mbak Narti dan mas Kadri, dan Tarsih, serta seluruh ponakan (Nisa, Mei, Umi, Ibnu, Nanda, Syifa dan Keysa) yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan masa studi.

11. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis ini hingga selesai.

Sesungguhnya penulis telah maksimal dalam menyelesaikan tesis ini dan menyadari bahwa tesis ini masih sangat jauh dari sempurna, karenanya saran untuk perbaikan sangat diharapkan. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2012

Penulis

(SUKAMTO)

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Sukamto, dilahirkan di Batang Pane I, Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 25 Juli 1984, beragama Islam. Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 1997 di SD Inpres Nomer 6 Padang Bolak, pada tahun 2000 menamatkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 8 Padang Bolak, tahun 2003 menamatkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri I Padang Bolak, tahun 2008 menamatkan program Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

Pengalaman organisasi penulis, pada tahun 2004 pernah menjabat wakil sekretaris bidang Hubungan Mahasiswa di PEMA FKM USU. Pada tahun 2006-2007 menjabat Ketua Umum HMI FKM USU. Pada tahun 2007-2008 menjabat kepala Bidang Pembinaan Anggota di organisasi Gerakan Mahasiswa Padang Lawas (GEMA PALAS).

Pengalaman kerja penulis, pada tahun 2008 bekerja di Health Service Program (HSP) USAID. Tahun 2009 sebagai pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Deli Husada, Tahun 2009 sampai dengan sekarang bekerja sebagai pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Helvetia.

Tahun 2009 penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(11)

xi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

RIWAYAT HIDUP ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Permasalahan ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Hipotesis ... 9

1.5. Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Pemasaran Sosial dan Bauran Promosi ... 10

2.1.1. Pengertian Pemasaran ... 10

2.1.2. Pengertian Promosi ... 14

2.1.3. Bauran Promosi ... 16

2.1.4. Personal Selling (Penjualan Pribadi) ... 19

2.1.5. Prinsip-Pinsip Personal Selling ... 21

2.2. Tenaga Bidan ... 25

2.2.1. Definisi Bidan ... 25

2.2.2. Pelayanan Kebidanan ... 26

2.2.3. Kode Etik Bidan ... 30

2.2.3.1. Deskripsi Kode Etik Bidan Indonesia ... 30

2.2.3.2. Kode Etik Bidan Indonesia ... 30

2.3. ASI Eksklusif ... 33

2.3.1. Tujuan ASI Eksklusif ... 34

2.3.2. Komponen ASI ... 34

2.3.3. Manfaat ASI ... 35

2.4. Susu Formula ... 39

2.4.1. Bahaya Pemberian Susu Formula ... 40

2.5. Pemasaran Susu Formula ... 43

2.5.1. Pengertian Pemasaran ... 43

2.6. Aturan Promosi Pemasaran Pengganti ASI (PASI) ... 46 2.7. Motivasi Tenaga Kesehatan dalam Pemasaran

Halaman

(12)

Susu Formula ... 47

2.8. Karakteristik Bidan terhadap Pemberian Susu Formula .... 51

2.8.1. Umur ... 52

2.8.2. Pendidikan ... 52

2.8.3. Pengetahuan ... 53

2.8.4. Sikap ... 54

2.9. Landasan Teori ... 55

2.10. Kerangka Konsep .……… 57

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 58

3.1. Jenis Penelitian ... 58

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 58

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 58

3.2.2. Waktu Penelitian ... 58

3.3. Populasi dan Sampel ... 59

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 59

3.4.1. Data Primer ... 59

3.4.2. Data Sekunder ... 59

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 59

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 62

3.6. Metode Pengukuran ... 63

3.6.1. Metode Pengukuran Variabel Dependen ... 63

3.6.2. Metode Pengukuran Variabel Independen ... 64

3.7. Metode Analisis Data ... 65

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 67

4.1. GambaranUmum Lokasi Penelitian ... 67

4.2. Analisis Univariat ... 67

4.2.1. Karateristik Responden ... 67

4.2.2. Penjualan Pribadi (Personal Selling) ... 75

4.2.3. Pemberian Susu Formula ... 79

4.3. Analisis Bivariat ... 79

4.3.1. Karakteristik ... 80

4.3.1.1. Hubungan Umur dengan Pemberian Susu Formula ... 80

4.3.1.2. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian Susu Formula ... 81

4.3.1.3. Hubungan Lama Kerja dengan Pemberian Susu Formula ... 81

4.3.1.4. Hubungan Penghasilan dengan Pemberian Susu Formula ... 82

4.3.1.5. Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian Susu Formula ... 83

(13)

xiii 4.3.1.6. Hubungan Sikap dengan Pemberian Susu

Formula ... 84

4.3.2. Hubungan Personal Selling dengan Pemberian Susu Formula ... 85

4.4. Analisis Multivariat ... 85

4.4.1. Seleksi Kandidat Multivariat ... 85

4.4.2. Pemodelan Multivariat ... 86

4.5. Hasil Pengamatan ... 87

BAB 5. PEMBAHASAN ... 90

5.1. Pengaruh Karakteristik terhadap Pemberian Susu Formula... 90

5.1.1. Pengaruh Umur Bidan terhadap Pemberian Susu Formula ... 90

5.1.2. Pengaruh Pendidikan Bidan terhadap Pemberian Susu Formula ... 91

5.1.3. Pengaruh Lama Kerja Bidan terhadap Pemberian Susu Formula ... 93

5.1.4. Pengaruh Penghasilan Bidan terhadap Pemberian Susu Formula ... 94

5.1.5. Pengaruh Pengetahuan Bidan terhadap Pemberian Susu Formula ... 96

5.1.6. Pengaruh Sikap Bidan terhadap Pemberian Susu Formula ... 99

5.2. Pengaruh Personal Selling Bidan terhadap Pemberian Susu Formula ... 101

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 107

6.1. Kesimpulan ... 107

6.2. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109

LAMPIRAN ... 112

(14)

DAFTAR TABEL

2.1. Hubungan Antara Marketing Mix dan Promotion Mix ... 17

3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 60

3.2. Aspek Pengukuran Variabel Dependen ... 63

3.3. Aspek Pengukuran Variabel Independen ... 64

4.1. Distribusi Umur Bidan Praktik Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 68

4.2. Distribusi Pendidikan Bidan Praktik Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 68

4.3. Distribusi Lama Kerja Bidan Praktik Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 69

4.4. Distribusi Penghasilan Bidan Praktik Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 69

4.5. Distribusi Indikator Pengetahuan Bidan Praktik Swasta tentang Pemberian Susu Formula di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 71

4.6. Distribusi Berdasarkan Sikap Bidan Praktik Swasta tentang Pemberian Susu Formula di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 73

4.7. Distribusi Karakteristik Bidan Praktik Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 75

4.8. Distribusi Berdasarkan Personal Selling Bidan Praktik Swasta tentang Pemberian Susu Formula di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 77

4.9. Distribusi Berdasarkan Kategori Personal Selling Bidan Praktik Swasta tentang Pemberian Susu Formula di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 79

Halaman

Nomor Judul

(15)

xv 4.10. Distribusi Berdasarkan Pemberian Susu Fomula oleh Bidan

Praktik Swasta kepada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Medan Deli ... 79 4.11. Hubungan Umur dengan Pemberian Susu Formula oleh

Bidan Praktik Swasta kepada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Medan Deli ... 80 4.12. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian Susu Formula oleh

Bidan Praktik Swasta kepada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Medan Deli ... 81 4.13. Hubungan Lama Kerja dengan Pemberian Susu Formula oleh

Bidan Praktik Swasta kepada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Medan Deli ... 82 4.14. Hubungan Penghasilan dengan Pemberian Susu Formula oleh

Bidan Praktik Swasta kepada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Medan Deli ... 83 4.15. Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian Susu Formula

oleh Bidan Praktik Swasta kepada Bayi Usia 0-6 Bulan di

Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 84 4.16. Hubungan Sikap dengan Pemberian Susu Formula oleh Bidan

Praktik Swasta kepada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Medan Deli ... 84 4.17. Hubungan Personal Selling dengan Pemberian Susu Formula

oleh Bidan Praktik Swasta kepada Bayi Usia 0-6 Bulan di

Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 85 4.18. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Antara Variabel

Pengetahuan, Sikap dan Personal Selling di Wilayah Kerja

Puskesmas Labuhan Deli ... 86 4.19. Hasil Pengamatan Menggunakan Daftar Checlist di Wilayah

Kerja Puskesmas Medan Deli Tahun 2011 ... 88

(16)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Lingkungan Pemasaran Secara Menyeluruh oleh Saladin Dimodifikasi

dari Kotler ... 13 2.2 Unsur-Unsur Promotion Mix ... 56 2.3 Kerangka Konsep Penelitian ... 57

Halaman

Nomor Judul

(17)

xvii DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara ... 112

2. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Puskesmas Medan Deli ... 113

3. Hasil Uji Validitas ... 114

4. Hasil Uji Reliabilitas ... 117

5. Kuesioner ... 118

6. Master Data Penelitian ... 124

7. Hasil Pengolahan Data dengan Menggunakan SPSS ... 127 Halaman

Nomor Judul

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemasaran Sosial dan Bauran Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Sosial

Pengertian pemasaran sering kali dikacaukan dengan penjualan. Padahal konsep keduanya berbeda. Penjualan bertolak dari produk yang telah dibuat, kemudian diupayakan untuk dijual kepada konsumen. Sedangkan pemasaran bertolak dari kebutuhan dan keinginan konsumen, kemudian baru dibuat atau dikembangkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen tersebut. Selain itu ada yang menyamakan pengertian pemasaran dengan periklanan atau media massa. Hal ini tidak benar karena periklanan atau penggunaan media massa itu hanya merupakan salah satu unsur dari pemasaran (Depkes, 1997). Pemasaran sendiri adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain (Kotler, 2005).

Kotler (2005) menjelaskan bahwa pemasaran sosial adalah strategi untuk mengubah perilaku. Pemasaran sosial mengkombinasikan unsur-unsur pendekatan tradisional untuk mengubah sosial dalam satu kerangka aksi dan perencanaan yang integral serta menggunakan keterampilan teknologi komunikasi dan keahlian pemasaran.

(19)

xxviii Pemasaran sosial pada dasarnya tidak berbeda dengan pemasaran komersial, pemasaran sosial menggunakan teknik analisis yang sama (riset pasar, pengembangan produk, penentuan harga, keterjangkauan, periklanan dan promosi). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemasaran sosial adalah penerapan konsep dan teknik pemasaran untuk mendapatkan manfaat sosial. Tentu saja ada sedikit perbedaan antara pemasaran komersial dengan pemasaran sosial.

Perbedaan antara pemasaran komersial dan pemasaran sosial menurut Depkes (1997) antara lain adalah: 1) penggunaan produk sosial biasanya lebih rumit dari pada produk komersial, misal penggunaan oralit tidak semudah minum coca-cola, 2) produk sosial sering kali kontroversial, 3) keuntungan produk sosial tidak cepat dirasakan, 4) saluran distribusi untuk produk-produk sosial lebih sulit dikontrol karena biasanya menyangkut banyak pihak, 5) konsumen pada umumnya tidak mampu, rawan terhadap penyakit dan berpendidikan rendah

Pemasaran sosial dalam program-program kesehatan internasional berperan dalam penjualan komoditi dan gagasan atau prilaku. Pada kenyataannya pemasaran sosial hampir selalu dimulai dengan promosi tentang sikap atau kepercayaan yang berkaitan dengan kesehatan. Berdasarkan itu disampaikan anjuran tentang produk atau pelayanan baru, dan diberikan petunjuk tentang cara penggunaan yang efektif.

Produk-produk yang secara sosial bermanfaat (seperti kondom, pil kontrasepsi, tablet Fe dan oralit) dan sering disubsidi, proses penjualan ternyata sangat rumit. Karena harus meningkatkan motivasi konsumen, merangsang kegiatan perusahaan, agen dan pengecer, meningkatkan potensi kemandirian program dimasa

(20)

yang akan datang, dan kesemuanya merupakan ukuran keberhasilan program. Teknik- teknik pemasaran menjadi penting untuk “menjual” perilaku baru. Para konsumen harus melakukan pertukaran yang rumit antara perilaku baru serta memerlukan waktu dan daya untuk mendapatkan hasil yang hanya dapat dibuktikan dalam jangka waktu yang panjang dan mungkin membuahkan akibat yang tidak menyenangkan dalam waktu pendek.

Pemasaran sosial pada dasarnya berorientasi pada konsumen. Konsumen atau pengguna bukan hanya merupakan sasaran pokok, tapi juga sebagai pengukur apakah kegiatan yang dilaksanakan cocok, diminati, dan berhasil. Konsumen secara sistematis dimintai saran sepanjang proses pemasaran sosial, memberikan data untuk berbagai keputusan pemasaran yang menentukan ( Depkes, 1997).

Kotler (2005) mengemukakan bauran pemasaran adalah serangkaian variabel pemasaran terkendali yang dipakai oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang dikehendaki perusahaan dari pasar sasarannya, bauran pemasaran terdiri dari segala hal yang bisa dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan atas produknya dikenal sebagai “Empat P” product, price, place dan promotion.

Variabel yang tercakup dalam product adalah mutu produk, rancangan, penyajian, ukuran, pelayanan, garansi, pengembalian. Variabel yang tercakup kedalam harga adalah harga dasar, potongan harga, jangka waktu pembayaran dan syarat pembayaran, sedangkan dalam place atau saluran distribusi terdiri dari cakupan, jenis, lokasi, inventaris dan transportasi. Dalam promotion dapat di sebutkan penjualan, iklan, wiraniaga, hubungan masyarakat dan pemasaran langsung.

(21)

xxx Sumber : Saladin (1999)

Pada proses pemasaran di dalam masyarakat, berbagai hal mampu mempengaruhi konsumen untuk menentukan dan memilih suatu barang/jasa. Dimana

Sasaran Konsumen

Produk

Ha rg a

Promosi

Tempa t

Perantara pemasaran

Publik Pemasok

Pesaing

Lingkungan Teknologis / Fisik Lingkungan

Demografis/ekonomis

Lingkungan Politik/Hukum

Lingkungan Sosial/Budaya

Sistem organisasi dan pelaksanaan pemasaran Sistem

Perencanaan Pemasaran Sistem

Informasi Pemasaran

Sistem

Pengendalian Pemasaran

Gambar 2.1. Lingkungan Pemasaran Secara menyeluruh oleh Saladin dimodifikasi dari Kotler

(22)

setiap elemen akan mampu memberikan peluang, kekuatan maupun ancaman kepada pihak perusahaan (Saladin, 1999). Masing-masing unsurnya adalah :

1. Kependudukan, seperti umur, status keluarga, pendidikan dan pendapatan.

2. Ekonomi, yaitu tertuju pada pendapatan per kapita masyarakat yang menentukan kekuatan daya beli (purchasing power).

3. Lingkungan fisik, yakni berkaitan dengan penggunaan atau pemanfaatan sumber daya alam.

4. Lingkungan Teknologi, yakni berkaitan dengan tingkat pertumbuhan teknologi yang ada di perusahaan.

5. Politik, yaitu berkaitan dengan kebijakan yang dilakukan dan ditetapkan oleh pemerintah.

6. Sosial budaya yakni yang berkaitan dengan cri-ciri konsumen guna menentukan peluang dan ancaman berupa adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat.

2.1.2 Pengertian Promosi

Promosi sebagai sebuah aktivitas pemasaran yang terencana yang merupakan komunikasi yang bersifat persuasif. Kebanyakan orang mengetahui bahwa upaya- upaya promosi hampir selalu bersifat persuasif, tetapi agaknya orang lupa pada fakta bahwa promosi merupakan suatu bentuk penting komunikasi. Dalam melakukan promosi yang diperlukan adalah komunikasi. Komunikasi yang dipakai dalam suatu promosi sangat menentukan berhasil tidaknya informasi dari pihak perusahaan dapat dimengerti oleh konsumen yang menjadi sasaran komunikasi, dalam arti dengan

(23)

xxxii komunikasi yang tepat konsumen dapat tertarik dengan barang/produk yang ditawarkan (Winardi, 1992).

Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah segala aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atau perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan bersangkutan (Tjiptono, 2004)

Promosi berkaitan dengan upaya untuk mengarahkan seseorang agar dapat mengenal produk perusahaan, lalu memahaminya, berubah sikap, menyukai, yakin, kemudian membeli dan selalu ingat akan produk tersebut. Menurut Alderson dan Green (dalam Kasminah, 2007), promosi adalah setiap upaya pemasaran yang fungsinya untuk memberikan informasi atau meyakinkan konsumen aktual atau potensial mengenai kegunaan suatu produk atau jasa (tertentu) dengan tujuan untuk mendorong konsumen baik melanjutkan atau memulai pembelian produk atau jasa perusahaan pada harga tertentu.

Menurut Winardi, (1992) promosi sebagai sebuah istilah pemasaran yang merupakan upaya-upaya suatu perusahaan untuk mempengaruhi para calon pembeli agar mereka mau membeli. Sehingga jika dikaitkan dengan susu formula maka promosi susu formula adalah upaya-upaya suatu perusahaan untuk mempengaruhi calon pembeli agar mereka mau membeli susu formula yang dipasarkan sebagai pengganti untuk sebagian atau seluruhnya dari air susu ibu (ASI).

(24)

2.1.3 Bauran Promosi

Bauran promosi (promotional mix) adalah cara-cara yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk memberikan informasi kepada calon pembeli mengenai sifat dan atribut produk-produknya dan membujuk mereka untuk membeli atau membeli ulang produk-produk itu. Bauran promosi terdiri dari kegiatan periklanan, promosi penjualan, merchandising, pengemasan, penjualan langsung, public relations, difrensiasi harga penjualan, membagi-bagikan hadiah pada calon pembeli, membagikan sampel, beli satu dapat dua, talkshow di radio, adventorial, feature waiting oleh wartawan tentang suatu lembaga atau produk tertentu, mengadakan

“kuis” tentang suatu produk melalu radio, promosi dengan banner advertising, dan melalui internet.

Pada kajian pemasaran jika ditilik dari uraian pengertian komunikasi pemasaran menurut Shimp dikenal suatu konsep penting dalam pemasaran modern, yaitu bauran pemasaran (marketing mix). Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh E. Jerome McCarthy, yang kemudian dikembangkan oleh Philip Kottler dan kini dipergunakan secara luas oleh praktisi pemasaran, yang terdiri dari:

1. The product to be market (produk yang dipasarkan) 2. The price of product (harga produk)

3. The channels of distribution troughwhish the product is sold to be placed (saluran produksi produk/penempatan)

Promosi sebagai faktor keempat dalam bauran pemasaran inilah yang biasanya secara simultan dan terintegrasi oleh para pemasar dalam suatu rencana

(25)

xxxiv promosi produk. Konsep ini dikenal dengan istilah bauran promosi (promotion mix).

Hubungan antara marketing mix dan promotion mix dapat diperhatikan dalam bagan yang dikemukakan olah Rhenald Kasali (1998) :

Tabel 2.1. Hubungan Antara marketing mix dan promotion mix

No Marketing Mix Promotion Mix

1 2 3 4

Product Price Place Promotion

Advertising Personal Selling Sales promotion Publicity

Bauran promosi menurut Kotler (2001) adalah tatanan alat-alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran. Bauran promosi sebagai kombinasi perencanaan elemen-elemen kegiatan promosi yang terdiri dari Advertising (periklanan), Sales promotian (promosi penjualan), Personal selling (penjualan pribadi), dan publicity (hubungan masyarakat).

Bauran Promosi (Promotion Mix) dalam pelaksanaannya terdiri dari beberapa unsur, lebih jelas akan diuraikan berikut ini.

1 Periklanan (Advertising): Merupakan alat utama bagi pengusaha untuk mempengaruhi konsumennya. Periklanan ini dapat dilakukan oleh pengusaha lewat surat kabar, radio, majalah, bioskop, televisi, ataupun dalam bentuk poster-poster yang dipasang dipinggir jalan atau tempat-tempat yang strategis.

2 Penjualan Pribadi (Personal selling): Merupakan kegiatan perusahaan untuk melakukan kontak langsung dengan calon konsumennya. Dengan kontak

(26)

langsung ini diharapkan akan terjadi hubungan atau interaksi yang positif antara pengusaha dengan calon konsumennya itu. Yang termasuk dalam personal selling adalah: retail selling (tenaga penjual melakukan penjualan dengan cara melayani konsumen yang datang ke toko atau perusahaan), field selling (tenaga penjual melakukan penjualan diluar perusahaan dengan cara mendatangi konsumen dari rumah-kerumah), executive selling (pimpinan perusahaan yang bertindak sebagai tenaga penjual yang melakukan penjualan).

3 Promosi Penjualan (Sales Promotion): Merupakan kegiatan perusahaan untuk menjajakan produk yang dipasarkannya sedemikian rupa sehingga konsumen akan mudah untuk melihatnya dan bahkan dengan cara penempatan dan pengaturan tertentu, maka produk tersebut akan menarik perhatian konsumen.

4 Publisitas (Pubilicity): Merupakan cara yang biasa digunakan juga oleh perusahaan untuk membentuk pengaruh secara tidak langsung kepada konsumen, agar mereka menjadi tahu, dan menyenangi produk yang dipasarkannya, hal ini berbeda dengan promosi, dimana didalam melakukan publisitas perusahaan tidak melakukan hal yang bersifat komersial. Publisitas merupakan suatu alat promosi yang mampu membentuk opini masyarakat secara tepat, sehingga sering disebut sebagai usaha untuk "mensosialisasikan"

atau "memasyarakatkan ". Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah tercapainya keseimbangan yang efektif, dengan mengkombinasikan komponen-komponen tersebut kedalam suatu strategi promosi yang terpadu

(27)

xxxvi untuk berkomunikasi dengan para pembeli dan para pembuat keputusan pembelian.

Menurut Terence A. Shimp ada empat tujuan kegiatan komunikasi pemasaran, yaitu:

1. Membangkitkan keinginan akan suatu produk. Agar konsumen memiliki keinginan untuk membeli suatu produk, pemasar terlebih dahulu harus menciptakan suatu kategori produk yang baru.

2. Menciptakan kesadaran akan merek (brand awareness). Pemasar harus bisa membuat produk dan merek merekalah yang diingat oleh konsumen dan membedakannya dengan produk pesaing lain.

3. Mendorong sikap positif terhadap produk dan mempengaruhi niat (intention).

Pemasar harus membuat calon konsumen pasaran memiliki sikap yang positif terhadap produk serta mendorong niat untuk membeli.

4. Memfasilitasi pembelian. Pemasar harus berusaha menciptakan rangkaian kegiatan pemasaran yang menarik dan efektif, menciptakan display yang menarik di toko atau supermarket, serta menciptakan kegiatan distribusi yang baik (Kotler dan Armstrong, 2001).

2.1.4. Personal Selling (Penjualan Pribadi)

Personal selling dapat digambarkan sebagai bentuk komunikasi dyadic communications yang melibatkan dua orang dalam proses komunikasi. Personal selling merupakan salah satu strategi pemasaran untuk mengkomunikasikan informasi tentang produk atau jasa secara langsung kepada konsumen (face-to-face). Personal

(28)

selling merupakan bentuk interaksi secara langsung antara sales person dengan konsumen atau pembeli potensial (Peter dan Olson, 1996; www.personal selling.com, diakses tanggal 5 Desember 2011).

Menurut Tjiptono (2005), personal selling adalah bentuk komunikasi langsung antara produsen dan konsumen untuk mengenalkan produk kepada calon pelanggan, memberikan pemahaman, agar mereka mencoba dan bersedia membeli produknya. Sedangkan Dalam saluran komunikasi personal, melibatkan dua orang atau lebih, berkomunikasi dengan tatap muka, atau presentasi di hadapan sekelompok audience, sehingga umpan balik/feedback dan evaluasi mengenai pesan atau informasi dapat segera dilakukan. Personal selling memungkinkan untuk mencari pembeli atau membujuk konsumen, sehingga dapat membuka jalan untuk mencapai tujuan, memenuhi kebutuhan dan mendorong transaksi pembelian. Personal selling merupakan sarana efektif untuk membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan pembelian (Kotler, 2005).

Personal selling adalah kegiatan presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan untuk menciptakan ketertarikan calon pembeli, sehingga mau untuk melakukan pembelian produk yang ditawarkan (Saladin, 1999). Beberapa cara yang digunakan dalam personal selling adalah :

1. Langsung ke pembeli, maksudnya adalah dengan berbicara langsung ke pembeli atau calon pembeli.

2. Kelompok pembeli, dimana seorang mempromosikan produknya dengan cara melakukan presentasi kepada kelompok-kelompok pembeli.

(29)

xxxviii 3. Melalui konfrensi, yakni metode penjualan dengan cara menghadirkan seorang pakar / ahli dari perusahaan untuk membicarakan masalah dan peluang yang ada secara timbal balik ke calon pembeli.

4. Penjualan dengan seminar, perusahaan melakukan seminar pendidikan atau pelatihan bagi kelompok tertentu baik yang berkaitan dengan produk maupun berkaitan dengan keterampilan dari kelompok tersebut.

Kontak langsung antara pengusaha dengan calon konsumen mampu menciptakan hubungan atau interaksi yang positif. Personal selling meliputi: retail selling (tenaga penjual melakukan penjualan dengan cara melayani konsumen yang datang ke toko atau perusahaan), field selling (tenaga penjual melakukan penjualan diluar perusahaan dengan cara mendatangi konsumen dari rumah-kerumah), executive selling (pimpinan perusahaan yang bertindak sebagai tenaga penjual yang melakukan penjualan).

2.1.5. Prinsip – Prinsip Personal Selling

Kotler (2005) membagi tiga prinsip utama penjualan personal yaitu profesionalisme, keterampilan negosiasi, dan relationship marketing. Prinsip atau aspek pertama yang perlu diperhatikan dalam personal selling adalah profesionalisme. Globalisasi dan persaingan menuntut setiap sales person untuk meningkatkan profesionalisme di bidangnya. Beberapa perusahaan cukup perhatian untuk meningkatkan profesionalisme sales person melalui berbagai training mengenai seni menjual dengan anggaran yang cukup tinggi. Seorang sales person

(30)

tidak hanya dituntut untuk menjadi penerima pesanan yang pasif tetapi menjadi pencari pesanan yang aktif.

Adapun langkah-langkah untuk melakukan penjualan efektif adalah:

1. Mengidentifikasi calon pelanggan dan kualifikasinya;

2. Melakukan pendekatan awal (preapproach), untuk mengetahui kebutuhan, keinginan, siapa yang mengambil keputusan pembelian, karakteristik konsumen, dan gaya pembeliannya;

3. Melakukan pendekatan kepada calon pelanggan, untuk membina hubungan awal yang baik dengan mereka;

4. Presentasi dan demonstrasi, yaitu sales person memberikan penjelasan tentang keunggulan atau keistimewaan produk kepada konsumen;

5. Mengatasi penolakan pelanggan;

6. Menutup penjualan/closing; dan

7. Follow up dan pemeliharan, untuk mengetahui kepuasan pelanggan dan kelanjutan bisnisnya.

Negosiasi merupakan salah satu aspek penting dalam penjualan personal.

Dalam negosiasi kedua pihak yaitu penjual dan pembeli membuat kesepakatan tentang harga, kuantitas, dan syarat-syarat lainnya. Dalam negosiasi kedua pihak dapat saling tawar-menawar untuk membuat suatu kesepakatan. Oleh sebab itu sales person perlu untuk memiliki keahlian dalam bernegosiasi. Dalam kondisi dan situasi tertentu negosiasi merupakan kegiatan yang tepat menutup penjualan, terutama ketika sudah ada zona kesepakatan/zone of agreement. Zona kesepakatan ini terjadi ketika

(31)

xl hasil-hasil perundingan sudah dapat diterima oleh kedua pihak baik pembeli maupun penjual.

Negosiasi agar sukses maka dibutuhkan strategi. Strategi negosiasi adalah suatu komitmen terhadap pendekatan yang menyeluruh yang berpeluang untuk mencapai tujuan perundingan. Beberapa sales person ada yang menggunakan strategi keras/hard sementara yang lain menggunakan strategi lunak/soft. Fisher dan Willian yang dikutip oleh Kotler (2005), memberikan strategi lain dalam negosiasi yang disebut dengan negosiasi berprinsip/principled negotiation:

1. Pisahkan orang dari masalah/separate the people from the problem.

2. Fokus pada kepentingan bukan pada posisi/focus on interest, not positions.

3. Tentukan pilihan yang saling menguntungkan kedua pihak/invent options for mutual gain.

4. Berpedoman pada kriteria yang objektif/insist on objective criteria.

Persaingan di dunia bisnis yang semakin ketat dan pengaruh globalisasi, menuntut setiap perusahaan untuk mulai mengembangkan relationship marketing sebagai bagian dari strategi pemasaran mereka. Dalam penjualan personal, sales person tidak hanya dituntut untuk dapat melakukan penjualan secara efektif dan bernegosiasi, tetapi juga membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dengan konsumen. Hubungan jangka panjang tersebut sebaiknya dilakukan tidak hanya dengan customer, tetapi juga dengan supplier, dan pihak-pihak yang berkaitan dengan bisnis perusahaan.

(32)

Relationship marketing menurut Berry adalah untuk menarik, memelihara, dan meningkatkan hubungan dengan pelanggan. Definisi ini mengandung arti bahwa menarik pelanggan baru merupakan langkah „antara‟ dalam proses pemasaran, sedangkan memelihara dan meningkatkan hubungan merupakan proses mengubah agar konsumen menjadi loyal, serta melayani pelanggan adalah bagian terpenting dalam kegiatan pemasaran. Menurut Berry dan Gronroos, (www.personal selling.com, diakses tanggal 5 Desember 2011), relationship marketing adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk membangun, memelihara, dan meningkatkan hubungan dengan pelanggan dan pihak-pihak lain yang terkait, untuk mendapatkan laba, sehingga tujuan masing-masing pihak dapat terpenuhi secara memuaskan.

Relationship marketing diharapkan dapat memberikan manfaat dan nilai yang saling menguntungkan dari hubungan jangka panjang yang dilakukan antara perusahaan dengan konsumen. Bentuk aktivitas relationship marketing bermacam- macam tergantung dari jenis penawaran perusahaan, seperti goods, services, information, places, persons, ideas, dan sebagainya (Kotler, 2005). Masing-masing penawaran tersebut akan berpengaruh terhadap bentuk aktivitas relationship marketing yang akan dilakukan oleh perusahaan.

Tujuan khusus relationship marketing adalah: (1) merancang hubungan jangka panjang dengan konsumen/pelanggan untuk meningkatkan nilai bagi kedua pihak; dan (2) memperluas ide hubungan jangka panjang menjadi kerjasama horizontal maupun vertikal secara partnership. Hubungan jangka panjang ini

(33)

xlii dilakukan dengan supplier, pelanggan, distributor, serta dalam situasi dan kondisi tertentu dapat juga dengan pesaing.

2.2. Bidan Praktik Swasta 2.2.1. Defenisi Bidan

Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan di Indonesia adalah:

seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan (Menkes RI, 2007).

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan (Menkes RI, 2007).

Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.

Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan,

(34)

termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya (Menkes RI, 2007).

2.2.2. Pelayanan Kebidanan

Menurut Menkes (2007), menyatakan bahwa pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.

Pelayanan Kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga, sesuai dengan kewenangan dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

Pelayanan kebidanan berfokus pada upaya pencegahan, promosi kesehatan, pertolongan persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, melaksanakan tindakan asuhan sesuai dengan kewenangan atau bantuan lain jika diperlukan, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.

Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.

Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :

(35)

xliv 1. Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi anggung jawab

bidan.

2. Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.

3. Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat/

fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.

Bidan dalam pelaksanaan praktiknya, mempunyai wewenang yang diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002, dalam menjalankan wewenang yang diberikan tersebut, bidan harus:

a. Melaksanakan tugas kewenangan sesuai dengan standar profesi.

b. Memiliki keterampilan dan kemampuan untuk tindakan yang dilakukannya.

c. Mematuhi dan melaksanakan protap yang berlaku di wilayahnya.

d. Bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dan berupaya secara optimal dengan megutamakan keselamatan ibu dan bayi atau janin.

Wewenang bidan dalam pelayanan kesehatan kepada anak meliputi : a. Pelayanan neonatal esensial dan tata laksana neonatal sakit di luar rumah sakit:

(36)

1. Pertolongan persalinan yang atraumatik, bersih dan aman.

2. Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini.

3. Membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi bernafas spontan.

4. Pemberian ASI dini dalam 30 menit setelah melahirkan.

5. Mencegah infeksi pada bayi baru lahir antara lain melalui perawatan tali pusar secara higienis, pemberian imunisasi dan pemberian ASI ekslusif.

b. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada bayi 0-28 hari.

c. Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian ASI ekslusif untuk bayi di bawah 6 bulan dan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi di atas 6 bulan.

d. Pemantauan tumbuh kembang balita untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang balita.

e. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang sesuai dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan dan segera merujuk pada dokter.

Beberapa kewajiban bidan yang perlu diperhatikan dalam menjalankan kewenangan, yakni :

a. Meminta persetujuan yang akan dilakukan. Pasien berhak untuk mengetahui dan mendapat penjelasan mengenai semua tindakan yang dilakukan kepadanya.

Persetujuan dari pasien dan orang terdekat dalam keluarga perlu dimintakan sebelum tindakan dilakukan.

b. Memberikan informasi. Informasi mengenai pelayanan/tindakan bidan yang diberikan dan efek samping yang ditimbulkan perlu diberikan secara jelas,

(37)

xlvi sehingga memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi dirinya.

c. Melakukan rekam medik dengan baik. Setiap pelayanan yang diberikan oleh bidan perlu didokumentasikan/dicatat seperti hasil pemeriksaan dan tindakan yang diberikan dengan menggunakan format yang berlaku.

Bidan sebagai bagian dari tenaga kesehatan, sehingga dalam menjalankan pekerjaannya harus memberikan informasi yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan bayi, terutama dalam rangka pencapaian peningkatan angka cakupan ASI Eksklusif maka bidan harus mengacu pada sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui (LMKM), yang meliputi :

1. Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan peningkatan pemberian air susu ibu (PP-ASI) secara tertulis dan dikomunikasikan kepada semua petugas.

2. Melakukan pelatihan pada petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut.

3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya sejak masa kehamilan, masa bayi lahir hingga anak berusia 2 tahun.

4. Membantu ibu mulai menyusui segera setelah melahirkan, yang dilakukan diruang bersalin namun jika ibu melahirkan dengan operasi caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar.

(38)

5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meskipun ibu dipisahkan dari bayi atas indikasi medis.

6. Tidak memberikan makanan dan minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir kecuali atas indikasi medis.

7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari.

8. Membantu ibu menyusui semau bayi, semau ibu tanpa memberikan batasan terhadap lama waktu dan frekuensi.

9. Tidak memberikan dot atau kempeng bayi kepada bayi yang diberi ASI

10. Mengupayakan terbentuknya kelompok pendukung ASI dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit / rumah bersalin /sarana pelayanan kesehatan.

2.2.3. Kode Etik Bidan

2.2.3.1. Deskripsi Kode Etik Bidan Indonesia

Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.

2.2.3.2. Kode Etik Bidan Indonesia

a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat

(39)

xlviii 1. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan

sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.

2. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.

3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.

4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak klien dan nilai-nilai yang dianut oleh klien.

5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluaraga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajart kesehatannya secara optimal.

b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya

1. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat

2. Setiap bidan berkewajiban memberikan pertolongan sesuai dengan kewenangan dalam mengambil keputusan termasuk mengadakan konsultasi dan/atau rujukan

(40)

3. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan/atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien

c. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya

1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.

2. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

d. Kewajiban bidan terhadap profesinya

1. Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi dengan menampilkan kepribadian yang bermartabat dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat

2. Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

e. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri

1. Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik

2. Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

(41)

l 3. Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.

f. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa dan tanah air

1. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayananan Kesehatan Reproduksi, Keluarga Berencana dan Kesehatan Keluarga.

2. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikiran kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga

2.3. ASI Eksklusif

Menurut Prasetyono (2009) ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja selama 6 bulan tanpa campuran lain baik susu formula, air putih, air jeruk, madu, air teh, ataupun makanan lainnya baik makanan padat, bubur, pisang, biskuit dan nasi tim kecuali obat, vitamin, dan mineral. Pemberian hanya ASI pada bayi selama 6 bulan akan membuat pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi optimal. Sesuai dengan penelitian Fika dan Syafiq tahun 2003 yakni bayi yang diberi kesempatan menyusu dini akan berhasil 8 kali lebih untuk ASI Eksklusif

ASI mengandung semua nutrisi penting yang diperlukan tubuh bayi untuk tumbuh kembangnya, serta antibodi yang bisa membantu bayi membangun sistem kekebalan tubuh dalam masa pertumbuhannya. Sesungguhnya, lebih dari 100 jenis zat gizi terdapat dalam ASI. Diantaranya adalah AA, DHA, Taurin, dan spingomyelin

(42)

yang tidak terkandung dalam susu sapi. Beberapa produsen susu formula mencoba menambahkan zat gizi tersebut, tetapi hasilnya tetap tidak mampu menyamai kandungan gizi ASI. Lagi pula, jika zat gizi ditambahkan tidak sesuai dengan jumlah dan komposisi yang seimbang, maka akan menimbulkan terbentuknya zat yang berbahaya bagi bayi.

2.3.1 Tujuan ASI Eksklusif

Menurut Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Klaten nomor 7 tahun 2008, yang menjadi tujuan pemberian ASI Eksklusif adalah :

1. Memberikan nutrisi yang ideal bagi bayi, 2. Meningkatakan daya tahan tubuh bagi bayi, 3. Meningkatkan kecerdasan bagi bayi,

4. Meningkatkan jalinan kasih sayang antar ibu dengan bayinya, 5. Menjarangkan proses kehamilan bagi ibu,

6. Mempercepat proses penyembuhan rahim ibu dan kembali pada kondisi semula, mengurangi kemungkinan ibu menderita kanker payudara dan indung telur,

7. Mengurangi pengeluaran ibu secara ekonomi, karena mengurangi pengeluaran ibu untuk pembelian susu dan botol, serta praktis dan hemat waktu.

2.3.2. Komponen ASI

Ada 12 Keunggulan komponen ASI:

(43)

lii 1. ASI mengandung zat gizi paling sempurna untuk pertumbuhan bayi dan

perkembangan kecerdasannya.

2. ASI mengandung kalori 65 kkal/100ml yang memberikan cukup energi bagi pertumbuhan bayi.

3. Sebanyak 90 persen kandungan lemak ASI dapat diserap oleh bayi.

4. ASI dapat menyebabkan pertumbuhan sel otak secara optimal, terutama karena kandungan protein khusus, yaitu Taurin, selain mengandung laktosa dan asam lemak ikatan panjang lebih banyak dari susu sapi/kaleng.

5. Protein ASI adalah spesifik spesies sehingga jarang menyebabkan alergi untuk manusia.

6. ASI memberikan perlindungan terhadap infeksi dan alergi. Juga akan merangsang pertumbuhan sistem kekebalan tubuh bayi.

7. Pemberian ASI dapat mempererat ikatan batin antara ibu dan bayi. Ini akan menjadi dasar si kecil percaya pada orang lain, lalu diri sendiri, dan akhirnya bayi berpotensi untuk mengasihi orang lain.

8. ASI selalu tersedia, bersih, dan segar.

9. ASI jarang menyebabkan diare dan sembelit yang berbahaya.

10. ASI lebih ekonomis, hemat, sekaligus praktis.

11. ASI dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.

12. ASI dapat membantu program Keluarga Berencana.

(44)

2.3.3 Manfaat ASI 1. Untuk Bayi

a. Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu.

ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya.

b. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

c. Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih memberikan manfaat.

d. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya susu sapi adalah yang terbaik untuk sapi.

e. Komposisi ASI ideal untuk bayi.

f. Dokter sepakat bahwa ASI mengurangi resiko infeksi lambung-usus, sembelit, dan alergi.

g. Bayi ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit. Contohnya, ketika si ibu tertular penyakit (misalnya melalui makanan seperti gastroentretis atau polio), antibodi sang ibu terhadap penyakit tersebut diteruskan kepada bayi melalui ASI.

(45)

liv h. Bayi ASI lebih bisa menghadapi efek kuning (jaundice). Level bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang seiring dengan diberikannya kolostrum dan mengatasi kekuningan, asalkan bayi tersebut disusui sesering mungkin dan tanpa pengganti ASI.

i. ASI selalu siap sedia setiap saat bayi menginginkannya, selalu dalam keadaan steril dan suhu susu yang pas.

j. Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga memberikan kedekatan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman, nyaman dan terlindungi, dan ini mempengaruhi kemapanan emosi si anak di masa depan.

k. Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan karena sangat mudah dicerna. Bayi akan lebih cepat sembuh.

l. Bayi prematur lebih cepat tumbuh apabila mereka diberikan ASI perah.

Komposisi ASI akan teradaptasi sesuai dengan kebutuhan bayi, dan ASI bermanfaat untuk menaikkan berat badan dan menumbuhkan sel otak pada bayi prematur.

m. Beberapa penyakit lebih jarang muncul pada bayi ASI, di antaranya: kolik, SIDS (kematian mendadak pada bayi), eksim, Chron’s disease, dan Ulcerative Colitis.

n. IQ pada bayi ASI lebih tinggi 7-9 point daripada IQ bayi non-ASI. Menurut penelitian pada tahun 1997, kepandaian anak yang minum ASI pada usia 9 1/2 tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi daripada anak-anak yang minum susu.

(46)

2. Untuk Ibu

a. Hisapan bayi membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa pra-kehamilan dan mengurangi risiko perdarahan.

b. Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan pindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali.

c. Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki resiko lebih rendah terhadap kanker rahim dan kanker payudara.

d. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkan botol susu, dot, dan sebagainya.

e. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan ke luar rumah tanpa harus membawa banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air panas, dan sebagainya.

f. ASI lebih murah, karena tidak usah selalu membeli susu kaleng dan perlengkapannya.

g. ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula belum tentu steril h. Penelitian medis juga menunjukkan bahwa wanita yang menyusui bayinya

mendapat manfaat fisik dan manfaat emosional.

i. ASI tak bakalan basi. ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah payudara. Bila gudang ASI telah kosong. ASI yang tidak dikeluarkan akan diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara tak pernah basi dan ibu tak perlu memerah dan membuang ASI-nya sebelum menyusui.

(47)

lvi 3. Untuk Keluarga

a. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu kayu bakar atau minyak untuk merebus air, susu atau peralatan.

b. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit.

c. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi LAM dari ASI eksklusif.

d. Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.

e. Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu siap tersedia.

f. Lebih praktis saat akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu, air panas dan lain-lain.

2.4. Susu Formula

Susu Formula adalah produk yang diposisikan sebagai pengganti ASI, hanya jika ibu tidak memungkinkan secara medis untuk menyusui sendiri. Selain itu, tidak perlu khawatir bahwa ASI tidak bisa memenuhi segala kebutuhan bayi, terutama yang berumur 0-6 bulan (Kasminah, 2007). Susu Formula, selain terdiri dari susu sapi, juga memuat banyak unsur kimia yang tidak alami. Kandungan susu formula, meskipun tampak hebat melalui iklannya, sama sekali tidak akrab di perut bayi. Berbagai kandungan 'hebat' itu, sebenarnya hanya mencontek kandungan ASI. Tapi satu hal yang tak bisa dicontek, yaitu berbagai enzim yang sangat penting membantu perut

(48)

bayi mencerna apa yang masuk ke dalamnya. Sehebabt apapun cairan yang masuk, tanpa enzim-enzim ini hanya akan menjadi sampah di perut bayi.

Menurut publikasi World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) dalam rangka Pekan Asi se-Dunia 2006 menyatakan bahwa, kasus susu formula tercemar pernah ditemukan paling tidak di Amerika dan Belgia. Dalam pernyataannya WABA menyebutkan Enterobacter sakazakii memang berbahaya dan mematikan jika mencemari susu formula.

Resiko-resiko di atas menegaskan bahwa terkontaminasi atau tidak, susu formula bisa jadi merugikan apabila penggunaannya tidak tepat. Namun sangat disayangkan, hal ini justru luput disebutkan di tengah perdebatan pemerintah dan IPB. Penemuan tersebut hanya berhasil membuat masyarakat waspada pada kontaminasi susu formula saja dan tidak meluas pada kesadaran untuk tidak menggunakan susu formula secara tidak tepat. Penggunaan yang tidak tepat pada pemberian susu formula juga mengandung resiko-resiko di masa depan. Susu formula sebenarnya dapat saja digunakan pada kondisi tertentu ketika, ibu terinfeksi HIV, anak piatu sejak lahir dan tidak ada ibu susu (ibu yang menyusui anak orang lain), bayi memiliki masalah metabolisme atau kondisi-kondisi lain di mana bayi memang membutuhkan susu formula.

Isu pencemaran susu formula seharusnya bisa menjadi momentum untuk kembali pada pemberian ASI dan meningkatkan kampanye pemberian ASI dan ASI Eksklusif. Tidak sebaliknya di mana semua pihak terjebak pada semakin berlarutnya kontroversi yang akhirnya gagal menemukan signifikansinya.

(49)

lviii 2.4.1. Bahaya Pemberian Susu Formula dan Makanan Buatan

1. Pencemaran

Makanan buatan sering tercemar bakteria, terlebih bila ibu menggunakan botol dan tidak merebusnya setiap selesai memberi makan. Bakteria tumbuh sangat cepat pada makanan buatan. Bakteria dapat berbahaya bagi bayi sebelum susu tercium basi.

2. Infeksi

Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibodi, untuk melindungi tubuh terhadap infeksi. Bayi yang diberi makanan buatan lebih sering sakit diare dan infeksi saluran pernafasan.

3. Pemborosan

Ibu dari keluarga ekonomi lemah mungkin tidak mempu membeli cukup susu untuk bayinya. Mereka mungkin memberikan dalam jumlah lebih sedikit dan rnungkin menaruh sedikit susu atau bubuk susu ke dalam botol. Sebagai akibatnya, bayi yang diberi susu botol sering kelaparan.

4. Kekurangan vitamin

Susu sapi tidak mengandung vitamin yang cukup untuk bayi.

5. Kekurangan zat besi

Zat besi dari susu sapi tidak diserap sempurna seperti zat besi dari ASI. Bayi yang diberi makanan buatan bisa terkena anemia karena kekurangan zat besi.

6. Terlalu banyak garam

(50)

Susu sapi mengandung garam terlalu banyak yang kadang-kadang menyebabkan hipernatremia (terlalu banyak garam dalam tubuh) dan kejang, terutama bila anak terkena diare.

7. Terlalu banyak kalsium dan fosfat

Hal ini menyebabkan tetani yaitu kedutan dan kaku otot (kejang-kejang).

8. Lemak yang tidak cocok

Susu sapi mengandung lebih banyak asam lemak jenuh dibandingkan ASI, untuk pertumbuhan bayi yang sehat, diperlukan asam lemak tidak jenuh yang lebih banyak. Susu sapi tidak mengandung asam lenak esensial dan asam linoleat yang cukup, dan mungkin juga tidak mengandung kolesterol yang cukup bagi pertumbuhan otak. Susu skim kering tidak mengandung lemak, sehingga tidak mengandung cukup banyak energi.

9. Protein yang tidak cocok

Susu sapi mengandung terlalu banyak protein kasein. Kasein ini mengandung campuran asam amino yang tidak cocok dan sulit dikeluarkan oleh ginjal bayi yang belum sempuma. Tenaga kesehatan kadang-kadang mengajarkan ibu untuk mengencerkan susu sapi dengan air untuk mengurangi protein total. Tetapi, susu yang diencerkan tidak mengandung asam amino esensial sistin dan taurin yang cukup, yang diperlukan bagi pertumbuhan otak bayi.

10. Tidak bisa dicerna

Susu sapi lebih sulit dicerna karena tidak mengandung enzim lipase untuk mencerna lemak. Juga karena kasein membentuk gumpalan susu tebal yang sulit

(51)

lx dicerna. Karena susu sapi lambat dicema maka lebih lama untuk mengisi lambung bayi daripada ASI. Akibatnya, bayi tidak cepat merasa lapar. Bayi yang diberikan susu sapi bisa menderita sembelit, yaitu tinja menjadi lebih tebal dan keras.

11. Alergi

Bayi yang diberi susu sapi telalu dini mungkin menderita lebih banyak masalah alergi, misalnya asma dan eksim.

12. Biaya pemberian makanan buatan

Beberapa hal yang harus diketahui oleh para ibu, yang biasanya diberikan oleh pendidik atau penyuluh kesehatan, adalah :

a. Biaya memberikan makanan pada bayi dengan susu yang cukup

b. Bahaya memberikan susu lebih sedikit pada bayi untuk mencoba menghemat c. Pentingnya mengikuti petunjuk pada label bila para ibu lmenggunakan susu

bubuk.

2.5. Pemasaran Susu Formula 2.5.1. Pengertian pemasaran

Kegiatan pemasaran berbeda dengan penjualan, transaksi ataupun perdagangan. Menurut American Marketing Association dalam (Nurbaiti, 2004), mengartikan pemasaran sebagai berikut: pemasaran adalah pelaksanaan dunia usaha yang mengaarahkan arus barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen atau pihak pemakai. Defenisi ini hanya menekankan aspek distribusi ketimbang

Gambar

Gambar 2.1.  Lingkungan  Pemasaran  Secara  menyeluruh  oleh  Saladin  dimodifikasi dari Kotler
Gambar 2.2. Unsur-Unsur Promotion Mix
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.12.  Hubungan Pendidikan dengan Pemberian Susu Formula oleh Bidan  Praktik  Swasta  Kepada  Bayi  Baru  Lahir  di  Wilayah  Kerja  Puskesmas Medan Deli Tahun 2011

Referensi

Dokumen terkait

Regresi Linier berganda adalah analisa regresi yang menjelaskan hubungan antara variabel tidak bebas atau variabel respon dengan lebih dari satu variabel tidak bebas atau

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan bahwa perkembangan media dengan segala karakteristiknya membawa dampak perubahan terhadap

Jika B/C Ratio > 0 maka usulan investasi layak dan menguntungkan, dari hasil perhitungan yang dilakukan untuk usaha docking kapal purse seine CV Putra Barokah di

Berdasarkan pengamatan awal dari lapangan menerangkan bahwa dalam proses pembelajaran Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan di kelas X SMA Negeri 1 Bonti Kabupaten

Alternatif 1  Sesuai terhadap bentuk tapak  View  Sesuai dengan arah kedatangan kendaraan dan manusia  Kurang informatif bagi wisatawan yang ingin transit dengan

Untuk tujuan penyajian laporan keuangan konsolidasian, aset dan liabilitas entitas anak pada tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian, dijabarkan ke dalam

Kedua aktor ini yang paling terlihat perbedaannya yaitu PKJA menganggap ini sangat penting dengan tujuannya untuk kesehatan dan keberlangsungan usaha kerambah jaring apung yang

Dari analisis data diperoleh hasil penelitian sebagai berikut : variabel guru sebagai pembina, hasil rata-rata skor yang diperoleh dari pernyataan responden 64,1%,