commit to user
10 BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Postur Tubuh
a. Pengertian postur tubuh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), postur adalah bentuk atau keadaan tubuh; perawakan. Tubuh adalah keseluruhan jasad manusia atau binatang yang kelihatan dari bagian ujung kaki sampai ujung rambut. Jadi berdasarkan KBBI, postur tubuh adalah bentuk atau keadaan tubuh, perawakan keseluruhan jasad manusia yang kelihatan dari bagian ujung kaki sampai ujung rambut.
Sedangkan menurut Sugiyanto (2001: 109) bahwa postur tubuh merupakan perpaduan antara tinggi badan, berat badan, serta berbagai ukuran anthropometrik lainnya yang ada pada tubuh. Postur tubuh adalah posisi di mana kita dapat menahan tubuh kita tegak melawan gravitasi saat berdiri, duduk atau berbaring (Zaharieva, 2016: 206). Roaf (1978) dalam Solberg (2008: 17) mendefinisikan postur sebagai “posisi sementara” yang diasumsikan oleh tubuh dalam persiapan untuk posisi berikutnya. Oleh karena itu, berdiri statis bukanlah postur “nyata”, karena kita jarang mempertahankan posisi seperti itu.
Postur adalah suatu istilah keseluruhan meliputi disposisi relatif dari semua banyak bagian tubuh, terutama bentuk dan posisi tulang belakang (Paterson, 2009: 1). Ini tidak dapat dianggap dalam isolasi, tapi hanya dalam hubungan dengan situasi atau lingkungan yang berlaku pada seseorang, yang mungkin statis atau dinamis. Dalam postur statis, meskipun seseorang mungkin berdiri, duduk atau berbaring diam, ini harus benar dianggap sebagai gerakan yang ditangguhkan sementara atau postur dinamis, bahkan yang kita sebut ini sebagai postur statis, selalu ada kecenderungan untuk berubah. Pada postur dinamis ada perubahan konstan dalam posisi relatif dan garis arah semua bagian tubuh, terutama terhadap struktur integral tulang belakang, yang sering terjadi selama aktivitas seperti berjalan, berlari, menari, penanganan manual, dll.
commit to user
Faktanya, postur dinamis secara sederhana menggambarkan hubungan yang berubah secara konstan antara semua bagian tubuh yang terjadi selama gerakan.
Postur yang baik, baik statis atau dinamis, sulit didefinisikan, tetapi karena semua komponen muskuloskeletal tubuh-dan tidak hanya kolom vertebral-berkontribusi dan mempertahankan postur, istilah postur yang baik mungkin paling baik mengacu pada sesuatu yang ditempatkan, dengan sedikit ketegangan pada tulang-tulang, persendian dan struktur pendukungnya. Dalam praktiknya, postur tubuh yang baik harus sama pada saat berdiri, duduk, berbaring, atau bergerak dengan nyaman. Postur yang buruk, sebaliknya, menyiratkan penggunaan yang tidak efisien atau penyalahgunaan yang jelas dari persendian dan otot-otot dan ligamen-ligamen terkait, dengan progresif dan, akhirnya, efek merugikan yang tidak dapat berubah, berkaitan dengan fisik dan kemungkinan kecacatan yang menyakitkan.
Dalam beberapa literatur, ditemukan ada beberapa penggunaan istilah yang digunakan untuk mengacu pada postur tanpa gangguan dan postur dengan gangguan. Beberapa istilah yang digunakan untuk mengacu pada postur tanpa gangguan atau masalah yaitu “good”, “ideal”, “normal”, “eficient”, dll. Dan beberapa istilah yang digunakan untuk mengacu pada postur dengan adanya gangguan atau masalah yaitu “bad”, “abnormal”, “deficient”, “malalignment”, dll.
b. Postur tegak yang baik
Postur tegak yang baik (Gambar 2.1) memerlukan suatu pemahaman tentang struktur dan fungsi kolom vertebral serta prinsip-prinsip dasar mempertahankan sikap tegak. Ini juga memerlukan kemampuan untuk mengamati dan menilai postur sehingga dapat mengenali kebiasaan-kebiasaan postural, pola-pola kesalahan dan gerakan yang umum.
commit to user
Gambar 2.1. Postur tegak yang baik. Reproduksi dengan izin dari Sahrmann (2002) dalam Paterson (2009: 3).
Adapun prinsip-prinsip dasar mempertahankan sikap tegak yaitu, struktur anatomi spinal, massa tubuh dan pusat gravitasi, basis tumpuan (Base of Support), garis gravitasi, pusat tekanan (Center of Pressure) dan keseimbangan dan stabilitas (Paterson, 2009: 3). Masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:
(1) Struktur anatomi spinal
Punggung atau struktur tulang belakang terdiri dari kolom vertebral dan ligamen-ligamen dan otot-otot terkait, bersama dengan discus intervertebral dan isi kanal vertebral (Gambar 2.2-2.4). Kolom vertebral terbentuk dari ruas-ruas tulang belakang dan tulang pelvic. Total jumlah ruas tulang belakang ada 33. Ini terdiri dari 7 ruas tulang cervical, 12 ruas tulang thoracic, 5 ruas tulang lumbar, 5 ruas tulang sacrum, dan 4 ruas tulang coccyx.
commit to user
Gambar 2.2. Tulang belakang tampak samping (kiri) dan belakang (kanan) (Paterson, 2009: 3-4).
Otot-otot yang mempertahankan struktur tulang belakang ini seperti, otot iliocostalis lumborum, otot longissimus thoracis, otot spinalis thoracis, otot longissimus capitis, otot iliocostalis cervicis, dan masih banyak otot-otot lainnya. Ligamen adalah jaringan berbentuk pita yang tersusun dari serabut- serabut yang berperan dalam menghubungkan antara tulang yang satu dengan tulang yang lain pada sendi. Ligamen mengikat luar ujung tulang yang saling membentuk persendian, membantu mengontrol rentang gerak, dan menstabilkan mereka sehingga tulang dapat bergerak dengan baik.
Tanpa adanya ligamen, antara tulang yang satu dengan tulang yang lain tidak akan menyatu dan juga tidak dapat melakukan pergerakan saat otot-otot berkontraksi. Walaupun bisa, gerakan yang ditimbulkan tidak akan sempurna (http://www.ilmudasar.com). Ligamen-ligamen pada struktur tulang belakang seperti ligamentum flavum, facet capsulary ligament, interspinous ligament, supraspinous ligament, anterior longitudinal ligament, posterior longitudinal ligament, dan intertransverse ligament. Isi dari kanal vertebral adalah medula spinalis. Medula spinalis (spinal cord) adalah jaringan saraf berbentuk seperti kabel putih yang memanjang dari medula oblongata turun melalui tulang belakang dan bercabang ke berbagai bagian tubuh.
Medula spinalis merupakan bagian utama dari sistem saraf pusat yang melakukan impuls saraf sensorik dan motorik dari dan ke otak. Disebut juga
commit to user
saraf tulang belakang atau sumsum tulang belakang (http://www.kamuskesehatan.com).
Gambar 2.3. Atas: discus yang tidak dibebani; tampak samping. Bawah:
discus yang dibebani; tampak samping. (Paterson, 2009: 4).
Gambar 2.4. Bagian-bagian penyusun otot erector spinae. Reproduksi dengan izin dari Palastanga et al. (2006) dalam Paterson (2009: 7).
(2) Massa tubuh dan pusat gravitasi
Pusat massa suatu benda didefinisikan sebagai titik dimana massa terdistribusi secara merata dan definisi ini tidak dapat dengan mudah diterapkan pada tubuh manusia yang berbentuk tidak beraturan. Namun, dengan terlebih dahulu mempertimbangkan massa keseluruhan tubuh dan
commit to user
kemudian menilai persentase kepala, leher, batang tubuh, anggota tubuh bagian atas dan bawah berkontribusi secara individual, memungkinkan perkiraan di mana pusat gravitasi akan berada ketika tubuh berdiri tegak.
Tabel 2.1. Massa pada Setiap Segmen Tubuh dalam Persentase dari Total Massa Tubuh
Segmen % dari massa tubuh
Batang tubuh 49.7
Kepala dan leher 8.1
Lengan atas 2.8 satu sisi
Lengan bawah 1.6 satu sisi
Tangan 0.6 satu sisi
Total lengan 5.0 satu sisi Tungkai kaki atas 10.0 satu sisi Tungkai kaki bawah 4.7 satu sisi
Kaki 1.4 satu sisi
Total tungkai kaki 16.1 satu sisi Sumber: Reproduksi dengan izin dari Palastanga et al.
(2002) dalam Paterson (2009: 8).
(3) Basis tumpuan
Setiap bagian dari suatu benda yang bersentuhan dengan permukaan merupakan bagian yang menumpu benda tersebut, oleh karena itu, menumpunya ini digambarkan sebagai basis tumpuan. Hal ini dapat berubah dan tergantung pada apakah objek statis atau bergerak dan, di mana tubuh manusia terpusat, akan bergantung pada postur spesifik yang disesuaikan pada setiap waktu tertentu.
(4) Garis gravitasi
Dalam postur tegak ideal statis, garis gravitasi digambarkan sebagai garis tegak lurus yang jatuh melewati tengah pusat gravitasi tubuh.
(5) Pusat tekanan
Ada gaya yang direfleksikan dari tanah sebagai hasil dari aksi berat tubuh ke tanah. Pusat dari gaya yang direfleksikan ini digambarkan sebagai pusat tekanan dan, dalam sikap tegak lurus, ini berada di dalam basis tumpuan tubuh.
commit to user (6) Keseimbangan dan stabilitas
Bentuk tubuh, massa dan orientasi dalam kaitannya dengan area permukaan, bentuk dan posisi dari basis tumpuan menentukan di mana pusat dan garis gravitasi akan berada. Semua faktor ini berkontribusi pada stabilitas dan keseimbangan keseluruhan.
Gambar 2.5. BOS, COP, dan batas stabilitas. Saat berdiri tegak diam, area kontak dengan lantai pada bagian bawah kaki dan area di antara kaki merupakan basis tumpuan (Base of Support). Karena individu tidak dapat
dengan mudah memindahkan garis gravitasi ke bagian luar BOS, batas stabilitas telah didefinisikan sebagai area di mana individu dapat memindahkan garis gravitasi tanpa kehilangan keseimbangan. Pusat tekanan
(Center of Pressure) dari gaya reaksi tanah terletak di dalam dua area tersebut. Karena individu akan selalu sedikit bergoyang, COP berisolasi dengan amplitudo tertentu. Direproduksi dengan izin dari Trew & Everett
(2005) dalam Paterson (2009: 8).
c. Faktor-faktor pengaruh
Karena semua individu memiliki profil-profil anatomis yang unik, sulit mengidentifikasi atribut definitif untuk menggambarkan postur yang normal.
Bagaimanapun, ini mungkin, untuk mengidentifikasi komponen-komponen dari keselarasan dan postur ideal dan ini adalah standar yang digunakan untuk mengamati dan menilai banyak variasi postural yang mungkin ditemui.
Sebelum menilai postur tubuh, informasi pribadi seperti usia, jenis kelamin, riwayat kesehatan, status psikologis dan pengaruh adaptif seperti, pekerjaan, gaya hidup dan lain-lain, harus diperhatikan (Paterson, 2009: 9).
Menurut Solberg (2008: 18-19), kinesiologis dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi postur manusia adalah sebagai berikut:
commit to user
(1) Keturunan; Bawaan genetika seseorang terlahir dan akan mempengaruhi perkembangan fisik dan pola postur. Rincian seperti perawakan (ectomorf, mesomorf, endomorf) dan panjang dan berat tulang adalah pemberian saat lahir dan bersama-sama merupakan faktor dominan dalam perkembangan postural.
(2) Usia; Pola postural berubah selama siklus hidup, dari saat lahir, melalui semua tahap perkembangan hingga usia tua. Contoh yang tepat dari perubahan ini dapat dilihat terutama pada:
(a) Perkembangan bertahap dari struktur lengkungan telapak kaki;
(b) Posisi sendi ekstremitas bawah;
(c) Perubahan pada sudut yang berkaitan dengan struktur anatomi femur;
(d) Posisi dan stabilitas panggul;
(e) Perkembangan kurva spinal; dan (f) Stabilitas shoulder girdle.
(3) Jenis kelamin; Beberapa ketidaksamaan terbukti antara postur pria dan wanita dan secara umum disebabkan oleh perbedaan anatomis dan fisiologis.
(a) Sudut lumbar pelvic yang lebih besar di antara wanita (yang mempengaruhi posisi panggul dan kolom spinal lumbal); dan
(b) Persentase jaringan lemak yang lebih tinggi pada wanita (yang mana memiliki efek keseluruhan pada struktur tubuh dan pola postural).
(4) Kondisi lingkungan; Kondisi lingkungan mempengaruhi semua area di mana manusia melakukan kehidupannya, di antaranya:
(a) Lingkungan kerja-pekerjaan yang dilakukan seseorang, aktivitas yang dilakukan sepanjang hari, bahkan kebiasaan berpakaian yang berlaku (setelan jas, sepatu hak tinggi atau pakaian santai?) memiliki efek kumulatif pada pola postural dan gerakan (Hales & Bernard, 1996 dalam Solberg, 2008: 19); dan
(b) Faktor-faktor sosial-termasuk norma sosial mempengaruhi postur tubuh seperti cara orang berjalan dan berpakaian, dan sebagainya. Contohnya kemungkinan postur “santai” yang disukai oleh remaja, jalan membungkuk yang dipengaruhi oleh model busana atau ketegangan memegang senapan oleh petugas militer.
commit to user
(5) Keadaan emosional; Pola postural adalah petunjuk visual untuk keadaan emosional. Dari tahap perkembangan awal, pola gerakan menjadi begitu saling terkait dengan kesan emosional dan kognitif sehingga stres otot kumulatif di tubuh dapat dilihat sebagai cermin ekspresi tubuh. Orang yang mengalami stres emosional, kegelisahan, kesedihan atau kurangnya kepercayaan diri, menanggung tubuh mereka dalam suatu sikap yang secara eksternal merefleksikan perasaan ini.
(6) Aktivitas fisik; Aktivitas fisik yang disesuaikan dapat berkontribusi pada perkembangan normal dan untuk peningkatan pola gerakan dan postural, tetapi dalam beberapa kasus dimana aktivitas tidak menjaga keseimbangan tubuh, hasilnya mungkin keterbatasan fungsional dan penurunan pola gerakan optimal. Menurut WHO, aktivitas fisik dapat dikategorikan menjadi:
(a) Aktivitas saat belajar/bekerja (aktivitas termasuk kegiatan belajar, latihan, aktivitas rumah tangga, dll.);
(b) Perjalanan ke dan dari tempat aktivitas (perjalanan ke tempat kerja, belanja, ke supermarket, dll.);
(c) Aktivitas rekreasi (olahraga, fitness, dan rekreasi lainnya);
(d) Aktivitas menetap (aktivitas yang tidak memerlukan banyak gerak seperti duduk saat bekerja, duduk saat di kendaraan, menonton televisi, atau berbaring, kecuali tidur).
Menurut artikel yang ditulis oleh Zaharieva (2016: 207) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi postur tubuh adalah sebagai berikut:
(1) Penuaan–tubuh berangsur-angsur kehilangan kapasitasnya untuk menyerap dan mentransfer gaya.
(2) Inaktif/gaya hidup bermalas-malasan/keengganan untuk latihan–
menyebabkan hilangnya aliran gerakan alami.
(3) Kebiasaan postural yang buruk–akhirnya menjadi struktural.
(4) Kompensasi biomekanika–ketidakseimbangan otot, pemendekan adaptif, ketidakstabilan dan kelemahan otot.
(5) Komposisi tubuh–peningkatan beban, penekanan pada struktur tulang belakang, menyebabkan deviasi tulang belakang.
(6) Ruang kerja–ergonomi.
commit to user (7) Teknik gerakan/eksekusi/latihan yang buruk.
(8) Cidera–menyebabkan penurunan kapasitas dan elastisitas pembebanan.
(9) Dan lain-lain (McGill, 2007 dalam Zaharieva, 2016: 207).
Dan, dalam sumber majalah International Therapist (2012) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi postur tubuh seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Postur Tubuh Menurut International Therapist
Faktor-faktor Masalah-masalah yang Mungkin Ditemui
Struktural atau Anatomi
skoliosis di semua atau sebagian tulang belakang.
perbedaan panjang pada tulang panjang anggota tubuh atas dan bawah.
tulang rusuk ekstra.
tulang belakang ekstra.
peningkatan elastin dalam jaringan (penurunan kekakuan ligamen).
Usia
postur berubah secara besar saat kita tumbuh menjadi bentuk dewasa, dengan postur pada anak-anak menjadi sangat berbeda pada usia yang berbeda.
Fisiologis
postur berubah secara sementara dalam suatu cara kecil ketika kita merasa waspada dan bersemangat
dibandingkan ketika kita merasa tenang dan lelah.
nyeri atau ketidaknyamanan dapat mempengaruhi postur saat kita mengadopsi posisi untuk meminimalkan
ketidaknyamanan. ini mungkin sementara atau bisa menghasilkan perubahan postural jangka panjang jika posisi dipertahankan.
perubahan fisiologis yang menyertai kehamilan adalah sementara (misalnya, sakit punggung bawah sebelum atau setelah melahirkan), tetapi kadang-kadang menghasilkan yang lebih permanen, perubahan postural kompensasi.
Patologis
sakit atau penyakit mempengaruhi postur kita, terutama ketika tulang dan sendi terlibat. osteomalasia dapat muncul sebagai genu varum; perubahan artritis sering terungkap ketika persendian pada anggota tubuh diamati.
nyeri dapat menyebabkan postur yang berubah saat kita mencoba untuk meminimalkan ketidaknyamanan (misalnya, setelah cidera whiplash, klien dapat
membungkukkan bahu secara protektif; nyeri perut dapat menyebabkan fleksi tulang belakang).
malalignment dalam penyembuhan patah tulang terkadang diamati perubahan kontur tulang.
kondisi tertentu dapat menyebabkan peningkatan atau
commit to user
penurunan tonus otot. misalnya, seseorang yang menderita stroke mungkin memiliki tonus yang meningkat pada beberapa anggota tubuh tetapi penurunan tonus pada yang lainnya.
sebagai dewasa lanjut, kita cenderung kehilangan tinggi sebagai hasil perubahan osteoporosis sehingga
mengembangkan postur membungkuk; wanita
pascamenopause dapat mengembangkan suatu “punuk dowager’s”.
Pekerjaan
pertimbangkan perbedaan postural antara pekerja manual dan pekerja kantor, dan antara seseorang yang aktif dan seseorang yang tidak aktif.
Rekreasi
pertimbangkan perbedaan postural antara seseorang yang memainkan olahraga raket teratur dan seseorang yang berkomitmen bersepeda.
Lingkungan ketika seseorang merasa dingin mereka mengadopsi postur yang berbeda ketika mereka merasa hangat.
Sosial dan Budaya
orang yang terbiasa duduk bersila atau jongkok
mengembangkan postur yang berbeda dari orang-orang yang terbiasa duduk di kursi.
Emosional
biasanya, postur yang secara tidak sadar kita adopsi untuk menyesuaikan suasana hati adalah sementara, tapi dalam beberapa kasus itu bertahan jika tingkat emosional tersebut adalah kebiasaan. pertimbangkan postur
seseroang yang berduka, atau tonus otot pada seseorang yang marah.
klien yang takut nyeri dapat mengadopsi postur protektif.
Sumber: International Therapist (2012: 38).
d. Pertumbuhan dan perkembangan anak-anak dan remaja (1) Masa anak-anak
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Ayat 1, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan menurut definisi WHO, batasan usia anak adalah sejak anak di dalam kandungan sampai usia 19 tahun. Berdasarkan Konvensi Hak-Hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989 dan diratifikasi Indonesia pada tahun 1990, Bagian 1 pasal 1, yang dimaksud anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal.
commit to user
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur. Anak tidak saja menjadi besar secara fisik, tapi ukuran dan struktur organ dalam tubuh dan otak meningkat. Akibatnya ada pertumbuhan otak, anak tersebut memiliki kemampuan yang lebih besar untuk belajar, mengingat dan berpikir. (Hurlock).
Perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif, yaitu perubahan–perubahan psikofisis yang merupakan hasil dari proses pematangan fungsi–fungsi yang bersifat psikis dan fisik pada diri anak secara berkelanjutan, yang ditunjang oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan melalui proses maturation dan proses learning. Maturation berarti suatu proses penyempurnakan, pematangan dari unsur-unsur atau alat-alat tubuh yang terjadi secara alami. Proses learning merupakan proses belajar, melalui pengalaman pada jangka waktu tertentu untuk menuju kedewasaan. (Achir, 1979).
Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang teori-teori pertumbuhan dan perkembangan anak (Kartono, 1979: 37):
(a) Kartini Kartono membagi masa perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi 5, yaitu:
i. 0 – 2 tahun adalah masa bayi.
ii. 1 – 5 tahun adalah masa kanak-kanak.
iii. 6 – 12 tahun adalah masa anak-anak sekolah dasar.
iv. 12 – 14 adalah masa remaja
v. 14 – 17 tahun adalah masa pubertas awal.
(b) Aristoteles membagi masa perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi 3, yaitu:
i. 0 – 7 tahun adalah tahap masa anak kecil.
ii. 7 – 14 tahun adalah masa anak-anak, masa belajar, atau masa sekolah rendah.
iii. 14 – 21 tahun adalah masa remaja atau pubertas, masa peralihan dari anak menjadi dewasa.
Menurut Hurlock dalam bukunya yang berjudul Child Development, perkembangan anak dibagi menjadi 5 periode (Hurlock, 1993: 37), yaitu:
commit to user
(a) Periode pra lahir yang dimulai dari saat pembuahan sampai lahir. Pada periode ini terjadi perkembangan fisiologis yang sangat cepat yaitu pertumbuhan seluruh tubuh secara utuh.
(b) Periode neonatus adalah masa bayi yang baru lahir. Masa ini terhitung mulai 0 sampai dengan 14 hari. Pada periode ini bayi mengadakan adaptasi terhadap lingkungan yang sama sekali baru untuk bayi tersebut yaitu lingkungan di luar rahim ibu.
(c) Masa bayi adalah masa bayi berumur 2 minggu sampai 2 tahun. Pada masa ini bayi belajar mengendalikan ototnya sendiri sampai bayi tersebut mempunyai keinginan untuk mandiri.
(d) Masa kanak-kanak terdiri dari 2 bagian yaitu masa kanak-kanak dini dan akhir masa kanak-kanak. Masa kanak-kanak dini adalah masa anak berusia 2 sampai 6 tahun, masa ini disebut juga masa pra sekolah yaitu masa anak menyesuaikan diri secara sosial. Akhir masa kanak-kanak adalah anak usia 6 sampai 13 tahun, biasa disebut sebagai usia sekolah.
(e) Masa puber adalah masa anak berusia 11 sampai 16 tahun. Masa ini termasuk periode yang tumpang tindih karena merupakan 2 tahun masa kanak-kanak akhir dan 2 tahun masa awal remaja. Secara fisik tubuh anak pada periode ini berubah menjadi tubuh orang dewasa.
(2) Masa remaja
Pengertian remaja (adolesence) berasal dari kata “adolescere” yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1994 dalam Jafar 2005: 1). Masa remaja dimulai pada saat anak perempuan mengalami menstruasi yang pertama atau menarche, sedangkan pada anak laki-laki yaitu pada saat keluarnya cairan semen. Waktu terjadi proses kematangan seksual pada laki-laki dan perempuan berbeda.
Remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan perubahan dalam bentuk ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek fungsional. WHO (World Health Organization) memberikan definisi masa remaja di usia 10-24 tahun. UNICEF membagi usia remaja dalam 2 kategori yaitu remaja dini (early adolescence) pada usia 10-14 tahun dan remaja akhir (late adolescence) pada usia 15-19 tahun. Berbagai pendapat
commit to user
mengenai batasan usia remaja, disimpulkan bahwa secara teoritis dan empiris, rentang usia remaja berada dalam usia 12-21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi pria. Jika dibedakan atas remaja awal dan akhir, maka remaja awal berada pada usia 12 tahun atau 13 tahun sampai 17 tahun atau 18 tahun dan remaja akhir pada rentang usia 17 tahun atau 18 tahun hingga usia 21 tahun atau 22 tahun (Panuju & Umami, 1999 dalam Jafar 2005: 2).
Pertumbuhan fisik remaja merupakan pertumbuhan yang paling pesat. Remaja tidak hanya tumbuh dari segi ukuran (semakin tinggi atau semakin besar), tetapi juga mengalami kemajuan secara fungsional, terutama organ seksual atau pubertas. Hal ini ditandai dengan datangnya menstruasi pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki.
Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisiologis yang bersifat progresif dan kontinyu dan berlangsung dalam periode tertentu. Perubahan ini berkisar hanya pada aspek-aspek fisik individu. Pertumbuhan ini meliputi perubahan yang bersifat internal maupun eksternal. Pertumbuhan internal meliputi perubahan ukuran alat pencernaan makanan, bertambahnya ukuran besar dan berat jantung dan paru-paru, bertambah sempurna sistem kelenjar kelamin, dan berbagai jaringan tubuh. Adapun perubahan eksternal meliputi bertambahnya tinggi badan, bertambahnya lingkar tubuh, perbandingan ukuran panjang dan lebar tubuh, ukuran besarnya organ seks, dan munculnya atau tumbuhnya tanda-tanda kelamin sekunder.
Pada masa remaja terjadi keunikan pertumbuhan dan perkembangan karakteristiknya yaitu sebagai berikut (Husaini & Husaini, 1989 dalam Jafar, 2005: 2):
(a) Pertumbuhan fisik yang sangat cepat.
(b) Pertumbuhan remaja putra dan putri berbeda dalam besar dan susunan tubuh sehingga kebutuhan gizinya pun berbeda.
(c) Pertumbuhan dan perkembangan pada remaja putri terjadi lebih awal, yaitu pada usia 11-13 tahun sehingga pada usia 13-14 tahun remaja putri terlihat lebih tinggi dan besar.
(d) Pertumbuhan fisik dan pematangan fungsi-fungsi tubuh adalah proses akhir dari masa remaja. Keadaan ini menentukan pada waktu dewasa
commit to user
seperti bertambah pendek atau tinggi, lamban atau energik, ulet atau pasrah.
(e) Terjadi perubahan hormon seks.
e. Posturogenesis
Dimulai saat lahir, dan sampai saat kematian, perubahan bentuk tulang belakang seseorang dikondisikan oleh proses posturogenesis. Posturogenesis (perkembangan postural) adalah proses membentuk postur tubuh selama perkembangan ini. Ini adalah proses yang sangat intensif, khususnya selama masa anak-anak (Wolanski, 2005; Angelakopoulos et al., 2008 dalam Olszewska
& Trzcińska, 2012: 193). Spesifisitas konstruksi tulang belakang, yang mana memiliki lengkungan spinal anterior-posterior, terhubung dengan fungsinya, serta dengan fakta bahwa manusia mengadopsi posisi tegak (Iwanowski, 1982;
Kiwerski, 2009; Lewandowski, 2006 dalam Olszewska & Trzcińska, 2012: 193).
Posturogenesis – perjalanan perkembangan postur – proses yang melalui seluruh waktu ontogenesis, dengan periode kritikal usia sekolah dan pubertas (Czakwari et al., 2008: 107). Posturogenesis meliputi pertumbuhan dari dada, pembentukan lengkungan sagital kolom vertebral, perkembangan panggul dan tungkai (Czakwari et al., 2008: 107). Elemen yang paling penting untuk menilai jalannya posturogenesis adalah mendiagnosis anak-anak dan remaja, dengan perhatian khusus yang diberikan untuk mendeteksi cacat postural (Olszewska &
Trzcińska, 2012: 193).
Selama periode awal sekolah (7 sampai 10 tahun), pertumbuhan tubuh relatif stabil (Kellis & Emmanouilidou, 2010 dalam Walicka-Cupryś, 2015: 1).
Kyphotic dan keseimbangan postur tubuh mendominasi selama periode usia tujuh hingga delapan tahun (Barczyk et al., 2005 dalam Walicka-Cupryś, 2015:
1). Namun, ketika anak mulai bersekolah, waktu mereka dihabiskan dalam posisi duduk berkepanjangan, yang dapat menghasilkan gangguan posturogenesis. Oleh karena itu, periode ini disebut “periode kritis pertama posturogenesis”.
commit to user f. Evaluasi postur tubuh
Evaluasi postur dapat dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu, statis dan dinamis. Evaluasi statis dilakukan terhadap postur seseorang pada saat dalam posisi diam, sedangkan evaluasi yang bersifat dinamis dilakukan saat seseorang sedang bergerak, meliputi gerakan pada saat berjalan, memanjat, turun tangga, berdiri, dan aktivitas-aktivitas lainnya.
Adapun contoh pengamatan postural normal statis dari beberapa arah sisi tubuh sebagai berikut:
(1) Postural normal statis dari samping
Dalam posisi ini garis tegak lurus imajiner mewakili garis gravitasi postural dan memudahkan pengamatan simetri relatif pada bidang sagital.
Dimulai dengan tulang belakang, amati hubungannya dengan garis tegak lurus posisi kepala, ujung bahu, sendi pangkal paha dan lutut, dan catat ketegangan yang tidak perlu pada otot-otot dan jaringan lunak terkait (Gambar 2.6-2.7).
Gambar 2.6. Garis yang diproyeksikan melalui pusat gravitasi ke lantai yang disebut garis gravitasi. Pada gambar, garis ini menunjukkan seseorang berdiri tegak yang ideal. Beberapa penanda anatomi memberi indikasi yang lebih baik dimana garis berada. Reproduksi dengan izin dari Trew & Everett
(2005) dalam Paterson (2009: 13).
commit to user
Gambar 2.7. Garis arah ideal tampak samping. Subjek berdiri tegak dengan kaki telanjang (tanpa alas), ditempatkan sedikit terpisah agar berada tepat di bawah sendi pangkal paha. Kaki menghadap ke depan dan sejajar satu sama
lain. Lutut lurus tapi rileks, lengan menggantung bebas sehingga tangan berada tepat di depan pangkal paha. Mata melihat lurus ke depan dan kedua pangkal paha dan bahu tidak berputar. Reproduksi dengan izin dari Trew &
Everett (2005) dalam Paterson (2009: 14).
(2) Postural normal statis dari belakang
Gambar 2.8. Garis arah ideal tampak belakang. Subjek berdiri tegak dengan kaki telanjang (tanpa alas), ditempatkan sedikit terpisah agar berada tepat di bawah sendi pangkal paha. Kaki menghadap ke depan dan sejajar satu sama
lain. Lutut lurus tapi rileks, lengan menggantung bebas sehingga tangan berada tepat di depan pangkal paha. Mata melihat lurus ke depan dan kedua pangkal paha dan bahu tidak berputar. Reproduksi dengan izin dari Trew &
Everett (2005) dalam Paterson (2009: 15).
commit to user 2. Kelainan Postural pada Tulang Belakang
Posisi tulang belakang yang normal akan terlihat lurus jika dilihat dari depan atau belakang. Jika dilihat dari samping, segmen servikal akan sedikit melengkung ke depan (lordosis) sehingga kepala cenderung berposisi agak menengadah. Segmen thorakal akan sedikit melengkung ke belakang (kifosis) dan segmen lumbal akan melengkung kembali ke depan (lordosis). Namun, kelengkungan yang tidak biasa pada tulang belakang dapat menyebabkan kelainan tulang belakang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata kelainan; (1) Perbedaan; (2) Perihal (keadaan) yang menyalahi (atau menyimpang dari kebiasaan); penyimpangan. Kelainan postural pada tulang belakang adalah suatu kondisi yang berbeda atau keadaan yang menyimpang dari postur tubuh yang normal khususnya pada bentuk tulang belakang. Dalam buku yang berjudul
“Teaching Pilates for Postural Faults, Illness & Injury: A Practical Guide” ditulis oleh Paterson (2009: 16-28), ada 6 macam postur dengan kelainan yang mudah dikenali pada tulang belakang yaitu sway back, flat back, kyphosis, lordosis, kypholordosis, dan scoliosis. Dalam artikel yang ditulis oleh Zaharieva (2016: 207), deviasi postural yang paling biasa terjadi adalah cervical dan lumbal hyperlordosis, kyphosis, dan flat back dalam bidang sagital dan scoliosis dalam bidang frontal.
Berikut penjelasan dari beberapa kelainan tulang belakang yang telah disebutkan.
a. Kyphosis (Kendall et al., 1993 dalam Paterson, 2009: 18)
Kyphosis (dalam bahasa inggris) atau kifosis adalah istilah anatomis yang mengacu pada lengkungan spinal thorakal dan sakrum posterior primer, namun sebagai istilah klinis, ini menggambarkan kurval torakal posterior yang berlebihan ketika dilihat dari samping (Gambar 2.9). Kifosis juga disebut bungkuk, adalah kondisi umum dari lengkungan punggung atas. Namun, dapat berupa hasil dari penyakit degeneratif (penyakit yang mengiringi penuaan), bisa dari masalah perkembangan sejak lahir, osteoporosis dengan fraktur kompresi tulang belakang dan trauma. Kifosis terkait usia sering terjadi akibat penyakit osteoporosis yang dapat melemahkan tulang belakang dan membuat retak dan terkompresi. Jenis lain dari kifosis adalah pada bayi atau remaja karena malformasi tulang belakang. Kifosis ringan menyebabkan sedikit masalah, tetapi pada kasus yang parah dapat menyebabkan rasa sakit.
commit to user
Gambar 2.9. Postur kifosis. Reproduksi dengan izin dari Trew & Everett (2005) dalam Paterson (2009: 19).
Ciri-ciri postur kifosis sebagai berikut (Paterson, 2009: 18):
(a) Head: forward head position;
(b) Thoracic spine: exaggerated posterior curve;
(c) Ribs: exaggerated curvature; dan
(d) Scapulae: more lateral position with the scapulae abducted, upwardly rotated and possibly winging or tilting.
Kifosis mengacu pada kondisi ketika kurva thorakal tulang belakang adalah di luar kisaran normal. Sudut kurva dada dapat diukur dengan Cobb angle. Scoliosis Research Society melaporkan nilai berkisar antara 10 sampai 40 derajat dalam pengukuran sudut antara bagian atas T5 dan batas akhir bawah T12. Keselarasan sagital tulang belakang selalu berubah dari lahir sampai usia tua. Seluruh tulang tetap dalam postur kyphotic memanjang dari tengkuk ke sakrum saat lahir; sedangkan bila seseorang mulai berdiri di postur tegak, lordosis pertama terjadi di wilayah lumbar dan kemudian kifosis terjadi di daerah dada.
Adapun klasifikasi kifosis akan dijelaskan sebagai berikut:
(1) Kifosis kongenital; kondisi bungkuk yang terjadi akibat kurang sempurnanya pembentukan tulang punggung. Biasanya terjadi pada bayi dan juga anak- anak. Kifosis conginetal adalah kifosis bawaan, yakni perkembangan tulang belakang abnormal sejak dalam kandungan (rahim).
commit to user
(2) Kifosis idiopatik; kifosis jenis ini belum ada kepastian apa yang menyebabkannya. Akan tetapi beberapa diketahui faktor keturunan yang mungkin menjadi penyebabnya.
(3) Kifosis postural; kifosis yang penyebabnya adalah dikarenakan posisi tubuh yang buruk atau salah baik saat tidur, tengkurap atau juga duduk. Jenis ketiga ini seringkali dialami oleh orang yang sudah tua. Akan tetapi jika dirunut, bahwa kebiasaan saat muda lah yang mengakibatkan kifosis jenis ketiga ini menjangkit ketika sudah tua. Jadi akan lebih baik ketika masih muda untuk memperhatikan posisi tubuh secara benar.
(4) Kifosis remaja (Penyakit Scheuermann); adalah penyakit pertumbuhan tulang belakang dengan vertebra menjadi sedikit berbentuk mirip baji. Jika terjadi pada vertebra thorakal, terutama jika beberapa vertebra terlibat, kifosis yang normal menjadi berlebihan. Penyebabnya tidak diketahui.
Scheuermann menggunakan istilah osteokondritis karena lempeng akhir epifisis vertebra mengalami osifikasi secara tak beraturan. Schmorl menaruh perhatian terhadap fungsi lempeng tulang rawan dalam memindahkan tekanan secara merata dan kemudian menyatakan suatu cacat pada lempeng- lempeng tulang rawan itu akan mengakibatkan ketegangan pada bagian anterior dari korpus vertebra. Akhir-akhir ini diduga bahwa pergeseran traumatic dari lempeng epifisis terjadi pada anak-anak karena bertambahnya kekuatan tulangnya selama pertumbuhan pada masa pubertas; mungkin terdapat juga osteoporosis vertebra dan diskus dapat mengalami herniasi ke dalam tulang yang rapuh.
(5) Kifosis pada orang tua; degenerasi diskus intervertebralis mungkin menyebabkan bungkuk yang meningkat secara berangsur-angsur yang khas untuk orang berumur lanjut. Ruang diskus menyempit dan vertebra sedikit tertekan. Tidak banyak rasa nyeri kecuali kalau terdapat osteoartritis dari sendi-sendi permukaan.
(6) Kifosis osteoporosis; osteoporosis pasca menopause mungkin mengakibatkan satu atau lebih fraktur kompresi terhadap vertebra torakal.
Pasien biasanya berumur 60-an atau 70-an dan keluhannya adalah nyeri.
Kifosis jarang tampak nyata. Keluhan utama adalah nyeri lumbosakral, yang
commit to user
merupakan akibat kompensasi lordosis lumbal pada tulang belakang yang menua dan menderita osteoartritis. Terapi ditujukan pada keadaan yang mendasari dan mungkin mencakup terapi penggantian hormon. Osteoporosis senilis menyerang pria maupun wanita. Pasien biasanya diatas 75 tahun, yang sering lemah karena beberapa penyakit lain, dan kurang olahraga.
Mereka mengeluh nyeri punggung, dan mungkin terlihat deformitas spinal.
Sinar-x mengungkapkan fraktur vertebra ganda. Keadaan yang lain misalnya penyakit metastatik atau multiple mieloma perlu disingkirkan. Terapinya adalah simptomatik. Istirahat di tempat tidur dan penggunaan penyangga tulang belakang akan membuat osteoporosis lebih parah.
(7) Kifosis akibat tuberkulosis tulang belakang; tulang belakang paling sering diserang tuberkulosis rangka, dan yang paling berbahaya. Infeksi ditularkan melalui darah, biasanya dari dalam corpus vertebra yang berdekatan dengan diskus intervertebra. Perusakan tulang dan perkijuan timbul, dengan penjalaran infeksi ke ruang diskus dan ke vertebra yang berdekatan.
Ketika corpus vertebra runtuh satu sama lain, suatu sudut yang tajam (kifosis) timbul. Nekrosis dan pembentukan abses dingin dapat meluas ke vertebra yang berdekatan atau menjalar ke jaringan lunak paravertebra.
Terdapat risiko besar kerusakan korda akibat tekanan oleh abses atau tulang yang tergeser, atau iskemia akibat trombosis arteri tulang belakang. Pada saat penyembuhan, vertebra mengalami kalsifikasi kembali dan fusi tulang mungkin terjadi antara vertebra. Namun, jika telah terjadi angulasi ke depan yang cukup jauh, tulang belakang biasanya tak sehat, dan penjalaran sering timbul, dengan kondisi yang lebih buruk. Pada kifosis progresif, terdapat risiko kompresi korda.
Diagnosa yang dapat dilakukan untuk menilai kifosis, antara lain:
(1) Foto rontgen; x-ray proyeksi foto polos harus diambil dari posterior dan lateral penuh terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser.
(2) MRI (Magnetic Resonance Imaging), jika ditemukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen.
commit to user (3) Dan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya.
b. Lordosis
Pada posisi santai, sudut sakrum sekitar 30 derajat dan tulang belakang lumbal melengkung dengan lembut ke dalam memungkinkan panggul menyeimbangkan secara langsung pada sendi pangkal paha. Ini selanjutnya memungkinkan otot-otot perut, spinal, pangkal paha posterior, dan hamstring mencapai panjang optimal untuk mengendalikan kemiringan panggul dan keseimbangan seluruh tubuh pada anggota badan bawah dan kaki. (Paterson, 2009: 18)
Dengan postur lordosis, sudut sakrum adalah lebih dari 30 derajat, kurva lumbal anterior dan kemiringan tulang panggul meningkat tajam dan sendi pangkal paha sedikit tertekuk (Paterson, 2009: 18) (Gambar 2.10).
Gambar 2.10. Postur lordosis. Reproduksi dengan izin dari Trew & Everett (2005) dalam Paterson (2009: 20).
Ciri-ciri postur lordosis sebagai berikut (Paterson, 2009: 18):
(a) Lumbar spine: exaggerated anterior lumbar curve;
(b) Sacral angle: more than 30 degrees;
(c) Pelvis: increased anterior pelvic tilt;
(d) Hip joints: in flexion; dan (e) Knee joints: possibly in flexion.
commit to user
Lordosis adalah kelainan pada tulang belakang yang menyebabkan punggung penderita terlalu melengkung masuk pada daerah pinggang. Tulang belakang yang normal jika dilihat dari belakang akan tampak lurus. Lain halnya pada tulang belakang penderita lordosis, akan tampak bengkok terutama di punggung bagian bawah. Lordosis adalah penekanan ke arah dalam kuvatura servikal lumbal melebihi batas fisiologis. Biasanya terlihat cekung pada daerah pinggang. Lordosis adalah salah satu bentuk kelainan tulang belakang dimana tulang servikal dan thoraks melengkung ke arah depan sehingga penderita tampak seperti sedang membusungkan dada.
Adapun 5 tipe utama lordosis akan dijelaskan sebagai berikut:
(1) Postural lordosis; kondisi ini terjadi karena berat yang berlebih di abdomen dan kurangnya kondisi otot abdomen dan tulang belakang. Ketika seseorang membawa beban yang berlebih di bagian depan (area abdomen) hal ini akan menarik tubuh bagian belakang ke depan. Ketika otot abdomen dan otot tulang belakang melemah, maka tidak dapat mempertahankan tulang belakang dan menarik tulang belakang kedepan, sehingga membentuk kurvatura (kurva dengan arah melengkung kedepan).
(2) Kongenital/traumatik lordosis; trauma yang terjadi pada tulang belakang menyebabkan rasa nyeri pada tulang belakang. Hal ini dapat menyebabkan penderita cenderung untuk mengistirahatkan daerah yang mengalami trauma (fraktur) dan membatasi pergerakan, agar rasa sakit pada tulang belakang rendah. Hal tersebut dapat mengakibatkan otot penyangga tulang belakang menjadi lemah dan terjadi perubahan pada tulang belakang. Pada anak-anak ini sering terjadi akibat cedera olahraga, atau jatuh dari daerah tinggi.
(3) Post surgical laminectomy hyperlordosis; laminektomi adalah prosedur pembedahan di mana bagian dari vertebra (tulang belakang) dikeluarkan untuk memberikan akses ke sumsum tulang belakang atau saraf akar. Bila ini dilakukan selama beberapa tingkat di tulang belakang, dapat menyebabkan tulang belakang menjadi tidak stabil dan meningkatkan kurva normal ke posisi hyperlordotic (terlalu melengkung). Pada orang dewasa hal ini jarang terjadi, namun bisa terjadi pada anak-anak dengan tumor sumsum tulang belakang setelah operasi untuk mengangkat tumor.
commit to user
(4) Neuromuscular lordosis; mencakup berbagai macam kondisi/gangguan yang dapat menyebabkan berbagai jenis masalah kelengkungan tulang belakang.
(5) Lordosis secondary to hip flexion contracture; terjadi akibat kontraktur dari sendi pinggul yang menyebabkan tulang belakang ditarik keluar dari garis tengah tubuh. Kontraktur dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain;
infeksi, cedera, atau masalah ketidakseimbangan otot dari beberapa gangguan yang berbeda.
Diagnosa yang dapat dilakukan untuk menilai lordosis, antara lain:
(1) Foto rontgen; x-ray proyeksi foto polos harus diambil dari posterior dan lateral penuh terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser.
(2) MRI (Magnetic Resonance Imaging), jika ditemukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen.
(3) Dan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya.
c. Scoliosis
Scoliosis (dalam bahasa inggris) atau skoliosis mengacu pada deviasi lateral yang cukup besar dari garis lurus vertikal yang normal pada tulang belakang (White & Panjabi, 1978 dalam Paterson, 2009: 21). Tulang belakang yang melengkung ke samping dapat terbentuk seperti huruf “C” atau “S”.
Fenomena skoliosis ini pun sebenarnya tidak hanya dipandang dari satu sisi saja, sehingga seolah kelainan ini bersifat 2 dimensi, namun juga dapat terjadi dalam ruang lingkup 3 dimensi. Jadi, tulang belakang selain dapat melengkung dalam sumbu Y juga dapat melengkung (terputar) dalam sumbu X dan Z.
Adapun ciri-ciri postur skoliosis sebagai berikut (Paterson, 2009: 22):
(a) Thoracic spine: exaggerated lateral curvature in the frontal plane (should a very slight right thoracic curvature occur in an otherwise wellaligned spine, it may be associated with right handedness or the position of the aorta);
reduced thoracic kyphosis;
(b) Sternum: drawn in towards the convexity;
(c) Ribs: bulging both laterally and posteriorly on the side of the convexity, depressed on the side of the concavity;
(d) Shoulder girdle: orientated to adapt to the ribcage deformity with the scapulae possibly abducted, upwardly rotated, winging or tilting;
commit to user
(e) Lumbar spine: lateral curvature contralateral to the thoracic lateral curve;
(f) Pelvis: rotated and/or tilted; dan
(g) Lower limbs: length discrepancy with weight bearing more on one leg.
Gambar 2.11. Postur skoliosis. Reproduksi dengan izin dari Trew & Everett (2005) dalam Paterson (2009: 22).
Tingkat kelengkungan tulang belakang atau derajat skoliosis ditentukan oleh sudut kelengkungan skoliosis. Untuk mengetahui derajat skoliosis dapat dilakukan dengan menggunakan scoliometer atau yang lebih akurat dapat dilakukan dengan melakukan observasi terhadap hasil foto rontgen tulang belakang. Sudut kelengkungan skoliosis pada hasil foto rontgen dapat diukur dengan metode cobb angle.
Skoliosis didefinisikan sebagai kelengkungan lateral tulang belakang yang lebih besar dari 10 derajat pada radiografi yang biasanya terkait dengan rotasi batang. Tiga jenis utama skoliosis adalah kongenital, idiopatik, dan neuromuskular. Skoliosis idiopatik dibagi menjadi tiga subkategori berdasarkan usia onset (serangan). Skoliosis idiopatik infantil mempengaruhi pasien yang lebih muda dari 3 tahun, skoliosis idiopatik juvenil muncul pada anak-anak antara 3 sampai 10 tahun dan skoliosis idiopatik remaja terjadi pada pasien dengan skeletal yang belum matang yang berusia lebih dari 10 tahun. Skoliosis idiopatik remaja adalah bentuk skoliosis idiopatik yang paling umum. (Burton, 2013)
commit to user
Gambar 2.12. Cobb angle yang diukur dari hasil foto rontgen (https://radiopaedia.org).
Adapun klasifikasi skoliosis akan dijelaskan sebagai berikut:
(1) Skoliosis kongenital; kelainan yang sudah ada sejak lahir. Skoliosis kongenital ini dapat menyebabkan malformasi satu atau lebih badan vertebra.
(2) Skoliosis didapat; sejak lahir kelainan ini belum ada, namun akan berkembang pada masa selanjutnya.
(3) Skoliosis idiopatik; kelainan ini berkembang pada masa remaja.
(4) Skoliosis fungsional; kelainan ini berkaitan dengan postural atau nonstruktural. Pada skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan di luar tulang belakang, misalnya kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis akibat kontaktur pinggul;
bila pasien duduk (sehingga menghilangkan asimetri kaki) kurva itu menghilang. Spasme otot lokal yang berhubungan dengan prolaps diskus lumbalis dapat menyebabkan punggung miring.
(5) Skoliosis struktural; perubahan pada struktur tulang belakang karena sebab yang bervariasi. Pada skoliosis struktural terdapat deformitas yang tak dapat diperbaiki pada segmen tulang belakang yang terkena. Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi vertebra; prosesus spinosus memutar kearah konkavitas kurva. Dickson et al. (1984) menyatakan bahwa defomitas itu sungguh-sungguh lordoskoliosis yang berhubungan dengan pelipatan rotasional dari tulang belakang. Deformitas awal mungkin dapat diperbaiki, tetapi sekali melebihi titik stabilitas mekanis tertentu, tulang belakang
commit to user
melipat dan beputar menjadi deformitas tetap yang tidak menghilang dengan perubahan postur.
(6) Skoliosis paralitik; kelainan dengan jenis ini akan berkembang menyertai penyakit neurologis seperti poliomielitis. Penyimpangan kurvatura vertebra pada skoliosis. Skoliosis juga dibedakan berdasarkan derajat kelengkungannya.
Adapun tipe-tipe skoliosis akan dijelaskan sebagai berikut:
(1) Fungsional; pada tipe skoliosis ini, tulang belakang adalah normal, namun suatu lekukan abnormal berkembang karena suatu persoalan ditempat lain didalam tubuh. Ini dapat disebabkan oleh satu kaki adalah lebih pendek daripada yang lainnya atau oleh ketegangan-ketegangan di punggung.
(2) Neuromuskular; pada tipe skoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang- tulang dari tulang belakang terbentuk. Baik tulang-tulang dari tulang belakang gagal untuk membentuk sepenuhnya, atau mereka gagal untuk berpisah satu dari lainnya. Tipe skoliosis ini berkembang pada orang- orang dengan kelainan-kelainan lain termasuk kerusakan-kerusakan kelahiran, penyakit otot (muscular dystrophy), cerebral palsy, atau penyakit Marfan. Jika lekukan hadir waktu dilahirkan, ia disebut kongenital. Tipe skoliosis ini seringkali jauh lebih parah dan memerlukan perawatan yang lebih agresif daripada bentuk-bentuk lain dari skoliosis.
(3) Degeneratif; tidak seperti bentuk-bentuk lain dari skoliosis yang ditemukan pada anak-anak dan remaja-remaja, skoliosis degeneratif terjadi pada dewasa-dewasa yang lebih tua. Ini disebabkan oleh perubahan- perubahan pada tulang belakang yang disebabkan oleh arthritis. Pelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan- jaringan lunak lain yang normal dari tulang belakang digabungkan dengan spur-spur tulang yang abnormal dapat menjurus pada suatu lekukan dari tulang belakang yang abnormal.
(4) Lain-lain; ada penyebab-penyebab potensial lain dari skoliosis, termasuk tumor-tumor spine seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang dapat terjadi pada spine dan menyebabkan nyeri. Nyeri menyebabkan orang- orang untuk bersandar pada sisi yang berlawanan untuk mengurangi jumlah
commit to user
dari tekanan yang diterapkan pada tumor. Ini dapat menjurus pada suatu kelainan bentuk tulang belakang.
Diagnosis skoliosis dapat menggunakan cara-cara sebagai berikut, antara lain:
(1) Foto rontgen; x-ray proyeksi foto polos harus diambil dari posterior dan lateral penuh terhadap tulang belakang dan krista illiaca dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb angle dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Cobb Angle diukur dengan menggambar garis tegak lurus dari batas superior dari vertebra paling atas pada lengkungan dan garis tegak lurus dari akhir inferior vertebra paling bawah. Perpotongan kedua garis ini membentuk suatu sudut yang diukur.
(2) MRI (Magnetic Resonance Imaging), jika ditemukan kelainan saraf atau kelainan pada hasil rontgen.
(3) Pengukuran dengan skoliometer; skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvatura.
(4) Dan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya.
3. Aktivitas Olahraga
a. Pengertian aktivitas olahraga
Aktivitas olahraga merupakan salah satu bagian dari aktivitas fisik.
Dalam bahasa Inggris, kata olahraga dikenal dengan kata “sport”. Istilah olahraga sendiri terdapat dalam bahasa Jawa yaitu olahrogo. “Olah” artinya melatih diri menjadi seorang yang terampil dan “rogo” artinya badan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, dan sosial. Olahraga adalah aktivitas gerak manusia menurut teknik tertentu, dalam pelaksanaannya terdapat unsur bermain, ada rasa senang, dilakukan pada waktu luang, dan kepuasan tersendiri. Manusia sendiri adalah makhluk hidup yang aktivitasnya sangat tinggi. Rutinitas yang sangat tinggi tersebut harus ditunjang dengan kondisi psikologis dan fisik tubuh yang seimbang.
Keseimbangan kondisi fisik dan psikologis tersebut dapat dicapai dengan usaha
commit to user
manusia melalui aktivitas olahraga dan rekreasi yang bertujuan mengurangi tegangan-tegangan pada pikiran.
Olahraga pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Olahraga memperlakukan seseorang sebagai suatu kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pada kenyataannya, olahraga merupakan suatu bidang kajian yang luas sekali. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, olahraga berkaitan dengan hubungan antar gerak manusia, yang tehubung dengan perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti olahraga yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.
Olahraga adalah pendidikan jasmani yang terdapat dalam permainan dalam rangka memperoleh rekreasi, kemenangan dan prestasi yang tinggi.
Bahwa olahraga memanfaatkan alat fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam.
Olahraga di sisi lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tidak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat.
Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi.
Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga
commit to user
tidak pernah hanya semata-mata bermain, karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya.
Bermain, olahraga, dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan pendidikan. Misalnya, olahraga profesional (di negara Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya.
Di Indonesia sendiri, olahraga telah di atur dalam undang-undang.
Adapun Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Bab VI tentang Ruang Lingkup Olahraga:
Pasal 17 yang berbunyi:
Ruang lingkup olahraga meliputi kegiatan:
a. Olahraga pendidikan b. Olahraga rekreasi; dan c. Olahraga prestasi.
Pasal 18 yang berbunyi:
(1) Olahraga pendidikan diselenggarakan sebagai bagian proses pendidikan.
(2) Olahraga pendidikan dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal melalui kegiatan intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler.
(3) Olahraga pendidikan dimulai pada usia dini.
(4) Olahraga pendidikan pada jalur pendidikan formal dilaksanakan pada setiap jenjang pendidikan.
(5) Olahraga pendidikan pada jalur pendidikan nonformal dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
(6) Olahraga pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dibimbing oleh guru/dosen olahraga dan dapat dibantu oleh tenaga keolahragaan yang disiapkan oleh setiap satuan pendidikan.
(7) Setiap satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berkewajiban menyiapkan prasarana dan sarana olahraga pendidikan sesuai dengan tingkat kebutuhan.
(8) Setiap satuan pendidikan dapat melakukan kejuaraan olahraga sesuai dengan taraf pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara berkala antarsatuan pendidikan yang setingkat.
(9) Kejuaraan olahraga antarsatuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dapat dilanjutkan pada tingkat daerah, wilayah, nasional, dan internasional.
commit to user Pasal 19 yang berbunyi:
(1) Olahraga rekreasi dilakukan sebagai bagian proses pemulihan kembali kesehatan dan kebugaran.
(2) Olahraga rekreasi dapat dilaksanakan oleh setiap orang, satuan pendidikan, lembaga, perkumpulan, atau organisasi olahraga.
(3) Olahraga rekreasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan:
(a) memperoleh kesehatan, kebugaran jasmani, dan kegembiraan;
(b) membangun hubungan sosial; dan/atau
(c) melestarikan dan meningkatkan kekayaan budaya daerah dan nasional.
(4) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat berkewajiban menggali, mengembangkan, dan memajukan olahraga rekreasi.
(5) Setiap orang yang menyelenggarakan olahraga rekreasi tertentu yang mengandung risiko terhadap kelestarian lingkungan, keterpeliharaan sarana, serta keselamatan dan kesehatan wajib:
(6) menaati ketentuan dan prosedur yang ditetapkan sesuai dengan jenis olahraga; dan
(7) menyediakan instruktur atau pemandu yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan jenis olahraga.
(8) Olahraga rekreasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh perkumpulan atau organisasi olahraga.
Pasal 20 yang berbunyi:
(1) Olahraga prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa.
(2) Olahraga prestasi dilakukan oleh setiap orang yang memiliki bakat, kemampuan, dan potensi untuk mencapai prestasi.
(3) Olahraga prestasi dilaksanakan melalui proses pembinaan dan pengembangan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.
(4) Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat berkewajiban menyelenggarakan, mengawasi, dan mengendalikan kegiatan olahraga prestasi.
(5) Untuk memajukan olahraga prestasi, Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dapat mengembangkan:
(a) perkumpulan olahraga;
(b) pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan;
(c) sentra pembinaan olahraga prestasi;
(d) pendidikan dan pelatihan tenaga keolahragaan;
(e) prasarana dan sarana olahraga prestasi;
(f) sistem pemanduan dan pengembangan bakat olahraga;
(g) sistem informasi keolahragaan; dan
(h) melakukan uji coba kemampuan prestasi olahragawan pada tingkat daerah, nasional, dan internasional sesuai dengan kebutuhan.
commit to user
(i) Untuk keselamatan dan kesehatan olahragawan pada tiap penyelenggaraan, penyelenggara wajib menyediakan tenaga medis dan/atau paramedis sesuai dengan teknis penyelenggaraan olahraga prestasi.
b. Latihan Olahraga
Menurut WHO, latihan adalah subkategori aktivitas fisik yang direncanakan, terstruktur, berulang dan terarah dalam arti bahwa meningkatkan atau memelihara satu atau lebih komponen kebugaran fisik sebagai tujuan.
Latihan adalah bagian dari aktivitas fisik yang direncanakan, terstruktur, dan berulang-ulang dan memiliki tujuan akhir atau menengah untuk meningkatkan atau memelihara kebugaran fisik (Caspersen et al., 1985: 126). Sedangkan menurut KBBI, la·tih, ber·la·tih (1) belajar dan membiasakan diri agar mampu (dapat) melakukan sesuatu; (2) berbuat agar menjadi biasa. La·tih·an (1) hasil berlatih; (2) pelatihan; (3) pendidikan untuk memperoleh kemahiran atau kecakapan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu proses kegiatan olahraga yang dilakukan secara sadar, sistematis, bertahap dan berulang-ulang, dengan waktu yang relatif lama untuk mencapai tujuan akhir dari suatu penampilan dapat berupa peningkatan prestasi yang optimal. Agar latihan mencapai hasil prestasi yang optimal, maka program atau bentuk latihan disusun hendaknya mempertimbangkan kemampuan dasar individu, dengan memperhatikan dan mengikuti prinsip-prinsip atau azas-azas pelatihan.
Sistematis berarti, menurut jadwal dan menurut pola sistem tertentu, metodis dari yang mudah ke yang sukar, latihan yang teratur dari sederhana ke yang kompleks. Berulang-ulang maksudnya adalah gerakan-gerakan yang sukar dilakukan menjadi semakin mudah dan reflektif pelaksanaannya. Beban makin bertambah maksudnya adalah setiap kali, secara periodik setelah tiba saatnya maka beban ditambah demi meningkatkan perubahan-perubahan dan tercapainya prestasi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, atlet adalah olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan (kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, olahragawan adalah pengolahraga
commit to user
yang mengikuti pelatihan secara teratur dan kejuaraan dengan penuh dedikasi untuk mencapai prestasi. Atlet merupakan seseorang yang bersungguh-sungguh gemar berolahraga terutama mengenai kekuatan badan, ketangkasan dan kecepatan berlari, berenang, melompat dan lain-lain. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, atlet merupakan individu yang berperan dalam suatu aktivitas di bidang keolahragaan dan bakat, keterampilan, maupun motivasi sangat dibutuhkan pada cabang olahraga tersebut untuk mencapai suatu prestasi yang setinggi-tingginya dan dikumpulkan dalam satu program pelatihan yang lebih khusus dan intensif sesuai dengan cabang olahraga masing-masing.
c. Cabang-cabang olahraga
Aktivitas olahraga sendiri terdiri dari berbagai macam cabang olahraga.
Pada Olympic Games (http://www.olympic.org), cabang-cabang olahraga dibagi ke dalam 2 kategori yaitu summer sports (olahraga musim panas) dan winter sports (olahraga musim dingin). Di Indonesia berlaku 2 jenis olahraga yang dimainkan yaitu olahraga modern dan olahraga tradisional. Indonesia memiliki beberapa olahraga tradisional baik yang sudah diketahui secara umum maupun yang belum. Beberapa olahraga tradisional yang sudah diketahui secara umum seperti pencak silat, egrang, bakiak/terompah, tarik tambang, balap karung, karapan sapi, kelereng, gasing, dan sumpit. Sementara yang lain, seperti benteng, galah asin, benjang, langga, dan lain-lain, hanya dikenal oleh kalangan terbatas, terutama di daerah tempat olahraga itu berasal.
commit to user
Archery Athletics Badminton Basketball Beach Volleyball
Boxing Canoe Slalom Canoe Sprint
Cycling BMX
Cycling Mountain
Bike
Cycling
Road Cycling Track Diving Equestrian/
Dressage
Equestrian Eventing
Equestrian
Jumping Fencing Football Golf Gymnastics Artistic
Gymnastic
Rhytmic Handball Hockey Judo Marathon
Swimming
Modern
Pentathlon Rowing Rugby Sailing Shooting
Swimming Synchronized Swimming
Table
Tennis Taekwondo Tennis
Trampoline Triathlon Volleyball Water Polo Weightlifting
Wrestling Freestyle
Wrestling Greco-Roman
Gambar 2.13. Item cabang olahraga musim panas (http://www.olympic.org).
commit to user Alpine Skiing Biathlon Bobsleigh
Cross Country
Skiing
Curling
Figure Skating
Freestyle
Skiing Ice Hockey Luge Nordic Combined
Short Track
Speed Skating Skeleton Ski Jumping Snowboard Speed Skating Gambar 2.14. Item cabang olahraga musim dingin (http://www.olympic.org).
Ada sekitar 750 cabang olahraga yang dimainkan di seluruh dunia (http://www.topendsports.com). Kemungkinan ada lebih banyak cabang olahraga dari yang telah tercantum pada situs ini. Dari sekian banyak cabang olahraga yang ada di dunia, namun hanya olahraga tertentu yang dipertandingkan dalam suatu acara olahraga. Biasanya olahraga yang dipertandingkan diatur berdasarkan faktor dan syarat tertentu. Contohnya, cabang-cabang olahraga yang akan dipertandingkan pada Tokyo Olympic Games 2020, ada 33 cabang olahraga termasuk 5 cabang olahraga baru yang ditambahkan dalam program ini.
Tabel 2.3. Cabang Olahraga yang Akan Dipertandingkan di Tokyo Olympic Games 2020
No. Cabang Olahraga
1 Aquatics (including swimming, diving and synchronized swimming, water polo)
2 Archery 3 Badminton
4 Baseball and Softball 5 Basketball
6 Boxing
7 Canoe / Kayak
8 Cycling - including Track, Road, Mountain Bike and BMX 9 Equestrian
10 Fencing
commit to user 11 Football (soccer)
12 Golf
13 Gymnastics (Artistic, Rhythmic and Trampolining) 14 Handball
15 Hockey 16 Judo
17 Karate - six kumite sparring and two kata demonstration categories.
18 Modern Pentathlon 19 Rowing
20 Rugby 7s 21 Sailing 22 Shooting
23 Skateboarding - men and women's street and park skateboarding events
24 Sport Climbing - bouldering and lead and speed combined climbing
25 Surfing - men's and women's shortboard surfing.
26 Table Tennis 27 Taekwondo 28 Tennis
29 Track & Field 30 Triathlon
31 Volleyball - indoor and beach volleyball 32 Weightlifting
33 Wrestling (Greco-Roman and Freestyle) Sumber: http://www.topendsports.com.
Cabang-cabang olahraga biasanya dikelompokkan berdasarkan kategori- kategori tertentu. Contohnya, pengelompokan cabang-cabang olahraga berdasarkan tempat dilakukannya kegiatan olahraga tersebut, dibagi menjadi olahraga air, olahraga darat, dan olahraga udara. Berdasarkan tempat ruang yang dibutuhkan untuk melakukan olahraga tersebut, dapat dikelompokkan menjadi olahraga indoor dan olahraga outdoor. Masih ada banyak pengelompokkan dari semua cabang olahraga.
Cabang olahraga yang menggunakan raket untuk memukul bola atau objek lain disebut sebagai olahraga raket. Raket adalah alat untuk memukul bola dalam permainan tenis, bulu tangkis, squash, contohnya; ujungnya dan berbentuk bidang oval (bulat telur) berjaring (dari bahan nilon), bergagang, dan dilengkapi dengan pegangan (https://id.wikipedia.org). Adapun olahraga yang
commit to user
temasuk ke dalam cabang olahraga raket antara lain; tenis lapangan, tenis meja, softtennis, squash, bulutangkis, racqueball, dll.
d. Tenis Meja
Tenis meja adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang (untuk tunggal) atau dua berpasangan (untuk ganda) yang saling berlawanan.
Tujuan permainan adalah memainkan bola dengan cara tertentu sehingga pemain lawan tidak dapat mengembalikan bola tersebut. Di Republik Rakyat China, nama resmi olahraga ini adalah “ping pong”. Permainan ini menggunakan raket yang terbuat dari papan kayu yang dilapisi karet yang biasa disebut bet, sebuah bola pingpong dan lapangan permainan yang berbentuk meja.
(https://id.wikipedia.org).
Gambar 2.15. Lapangan tenis meja (https://en.wikipedia.org).
Ukuran, berat dan bentuk raket tidak ditentukan, tetapi daun raket harus datar dan kaku. Daun raket minimal 85 % terbuat dari kayu diukur dari ketebalannya; lapisan perekat di dalam kayu dapat diperkuat dengan bahan yang berserat seperti serat karbon (carbon fibre) atau serat kaca (glass fibre) atau bahan kertas yang dipadatkan, namun bahan tersebut tidak boleh lebih dari 7,5 % dari total ketebalan atau berukuran 0,35 mm, yang lebih tipis yang dipakai sebagai acuan. Sisi daun raket yang digunakan untuk memukul bola harus ditutupi oleh karet licin/halus maupun bintik, bila menggunakan karet bintik yang menonjol ke luar (tanpa spons) maka ketebalan karet termasuk lapisan lem perekat tidak boleh lebih dari 2,0 mm, atau jika menggunakan karet lapis (karet + spons) dengan bintik di dalamnya menghadap keluar atau ke dalam maka
commit to user
ketebalannya tidak boleh lebih dari 4,0 mm sudah termasuk dengan lem perekat.
Pada permulaan permainan dan kapan saja pemain menukar raketnya selama permainan berlangsung, seorang pemain harus menunjukkan raketnya pada lawannya dan pada wasit dan harus mengijinkan wasit dan lawannya untuk memeriksa/mencobanya. (https://id.wikipedia.org).
Gambar 2.16. Bat dan bola pingpong (https://id.wikipedia.org).
Bola tenis meja berdiameter 40 mm berat 2,7 gram. Biasanya berwarana putih atau oranye dan terbuat dari bahan selulosa yang ringan. Pantulan bola yang baik apabila dijatuhkan dari ketinggian 30,5 cm akan menghasilkan ketinggian pantulan pertama antara 23–26 cm. Pada bola tenis meja biasanya ada tanda bintang dari bintang 1 hingga bintang 3, dan tanda bintang 3 inilah yang menunjukan kualitas tertinggi dari bola tersebut dan biasanya digunakan dalam turnamen-turnamen resmi. (https://id.wikipedia.org).
Gambar 2.17. Bola pingpong (https://id.wikipedia.org).
Teknik dasar bermain tenis meja antara lain; teknik memegang bet, teknik pukulan forehand, dan teknik pukulan backhand. Dari beberapa teknik dasar tersebut, teknik memegang bet dan teknik pukulan forehand akan dijelaskan sebagai berikut: