• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gaya belajar siswa-siswi kelas VII dan VIII serta gaya mengajar guru di kelas tersebut dalam pembelajaran IPA di SMP Charitas 02 Mojosari Kabupaten OKU Timur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gaya belajar siswa-siswi kelas VII dan VIII serta gaya mengajar guru di kelas tersebut dalam pembelajaran IPA di SMP Charitas 02 Mojosari Kabupaten OKU Timur."

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

GAYA BELAJAR SISWA-SISWI KELAS VII DAN VIII SERTA

GAYA MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM

PEMBELAJARAN IPA DI SMP CHARITAS 02 MOJOSARI

KABUPATEN OKU TIMUR SUMATERA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

BENIDICTA RETVINA PRASETIANTI

NIM : 091424029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

GAYA BELAJAR SISWA-SISWI KELAS VII DAN VIII SERTA

GAYA MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM

PEMBELAJARAN IPA DI SMP CHARITAS 02 MOJOSARI

KABUPATEN OKU TIMUR SUMATERA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

BENIDICTA RETVINA PRASETIANTI

NIM : 091424029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus Sumber Kekuatanku dan Bunda Maria

Bapakku Yosef Suryono, Ibuku Rosalia Endang, Kakak-kakakku Henrika Meylina, Ch. Noviliana dan F.X. Hanantri

“Kupersembahkan skripsi ini sebagai bentuk ucapan syukur, tanda terima kasih, bukti, dan cintaku untuk keluargaku yang selalu mendoakan ku, mendukungku,

memotivasiku untuk terus belajar, tidak mudah putus asa dan selalu berusaha agar

mendapatkan yang terbaik”

(6)

v

MOTTO

“Di dalam hidup ini, semua ada waktunya,

Ada waktunya kita menabur .... Ada juga waktu kita menuai”

“Tuhan takkan terlambat!

Juga tak akan lebih cepat Semuanya ....

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

GAYA BELAJAR SISWA-SISWI KELAS VII DAN VIII SERTA GAYA MENGAJAR GURU DIKELAS TERSEBUT DALAM PEMBELAJARAN

IPA DI SMP CHARITAS 02 MOJOSARI KABUPATEN OKU TIMUR SUMATERA SELATAN

Benidicta Retvina Prasetianti Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya belajar siswa dan gaya mengajar guru dalam pembelajaran IPA.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Charitas 02 Mojosari pada bulan April 2013. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP Charitas 02 Mojosari sejumlah 90 orang.

Penelitian ini menggunakan instrumen berikut: (1) angket dan wawancara untuk meneliti gaya belajar siswa; dan (2) pengamatan dan wawancara untuk meneliti gaya mengajar guru dalam pembelajaran IPA. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.

(10)

ix ABSTRACT

STUDENTS’ LEARNING STYLES OF CLASS VII AND VIII AND TEACHING STYLE OF TEACHER IN THAT CLASS IN LEARNING OF

SCIENCE OF THE MOJOSARI CHARITY YUNIOR HIGH SCHOOL 02 REGENCY OF EAST OKU IN SOUTH SUMATRA

Benidicta Retvina Prasetianti Sanata Dharma University

2013

This research was aimed to understand students' learning styles and teaching styles of teacher in learning of science.

This research was done in Mojosari Charity Yunior High School 02 on April 2013. The subjects of this study were students of class VII and VIII Mojosari Charity Yunior High School 02 some 90 people.

The instruments used in this research were: (1) questionnaires and interviews for collecting data on students' learning styles, and (2) observation and interviews for collecting data on teaching style of teachers in learning of science. The data was analyzed qualitatively and quantitatively.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat dan karuniaNya yang luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Gaya Belajar Siswa-Siswi Kelas VII dan VIII Serta Gaya Mengajar Guru di Kelas Tersebut Dalam Pembelajaran IPA di SMP

Charitas 02 Mojosari Kabupaten OKU Timur Sumatera Selatan dengan baik. Skripsi tersebut ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Fisika.

Selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan dukungan dan bantuan oleh banyak pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada:

1. Bpk. T. Sarkim, Ph.D., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dengan baik dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan dan penyelesaian tugas akhir ini.

2. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang dengan penuh kedisiplinan mendidik dan mendampingi penulis selama menempuh perkuliahan di Pendidikan Fisika.

(12)

xi

4. Bpk. A. Romlan, selaku guru IPA SMP Charitas 02 Mojosari yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian, serta memberi masukan-masukan yang berguna bagi penulis dalam penyusunan tugas akhir.

5. Keluargaku tercinta, Y. Suryono (bapak), Rosalia Endang (ibu), Silvester Sriwibowo, Henrika Meylina, Ch. Noviliana, Hanantri (kakak), Viando, Wika, Wina (adik) yang menjadi penyemangat hidupku. Terimakasih atas doa dan dukungan yang sudah kalian berikan kepadaku dalam menyelesaikan studi.

6. Keluargaku di Pakem, terimakasih atas doa dan dukungannya selama ini.

7. Bapak-Ibu guru dan karyawan SMP Charitas 02 yang terus mendukung dan menyemangati penulis selama melakukan penelitian.

8. Siswa-siswi kelas VII dan VII SMP Charitas 02 Mojosari tahun ajaran 2012/2013 atas bantuan dan keterlibatannya dalam penelitian tugas akhir ini.

9. Teman-temanku di Pendidikan Fisika, khususnya angkatan 2009, juga tim futsal velocity. Terimakasih atas kebersamaan dan dukungan yang kalian berikan.

(13)

11. Sahabat-sahabatku bulek Chatrin, Monik, dan Veni, terimakasih atas doa, bantuan dan dukungannya selama ini.

12. Untuk Bpk Sugeng, Ibu Heni dan Mas Arif, terimakasih atas bantuannya dalam keperluan surat menyurat untuk ijin penelitian.

13. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang membutuhkan. Penulis juga menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca yang membangun sangat diharapkan dan akan dipertimbangkan dengan senang hati demi kesempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 19 Agustus 2013

Penulis

(14)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Permasalahan ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

(15)

xiv

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Batasan Pengertian ... 4

F. Keterangan Penelitian ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI ... 7

A. Definisi Belajar ... 7

B. Gaya Belajar ... 11

1. Pengertian Gaya Belajar ... 11

2. Klasifikasi Gaya Belajar ... 12

3. Gaya Belajar menurut Preferensi Sensori ... 18

4. Manfaat Pemahaman Gaya Belajar ... 23

C. Gaya Mengajar Guru ... 24

1. Pengertian Mengajar ... 24

2. Pengertian Gaya Mengajar ... 28

D. IPA atau Sains ... 29

E. Gaya Belajar IPA ... 30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Subyek Penelitian ... 33

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

D. Metode Penelitian ... 33

(16)

xv

1. Kuesioner/Angket ... 34

2. Wawancara ... 36

3. Observasi/Pengamatan ... 37

F. Validitas Data ... 38

G. Metode Analisis Data ... 38

1. Analisis data kuesioner/angket ... 38

2. Analisis hasil wawancara ... 40

3. Analisis pengamatan dengan video ... 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Pelaksanaan Penelitian ... 42

B. Data dan Analisis Data ... 45

1. Data ... 45

2. Analisis Data ... 45

C. Pembahasan ... 66

1. Gaya Belajar Siswa ... 66

2. Gaya Mengajar Guru ... 73

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kisi-kisi Angket gaya belajar siswa ... 35

Tabel 2. Jadwal Penelitian untuk Proses Pengamatan ... 44

Tabel 3. Jumlah Skor Angket Gaya Belajar dalam Bentuk Check-list SMP Charitas 02 Mojosari ... 46

Tabel 4. Descriptives Statistics Angket Check-List Melalui Uji F Dependent 49 Tabel 5. Hasil Signifikansi Analisis Angket Gaya Belajar dalam Bentuk Check-list ... 49

Tabel 6. Hasil Analisis Angket Gaya Belajar dalam Bentuk Pilihan Ganda SMP Charitas 02 Mojosari ... 50

Tabel 7. Pengelompokkan Aspek Gaya Belajar pada Angket Pilihan Ganda.. 54

Tabel 8. Rangkuman Pengelompokkan Aspek Gaya Belajar pada Angket Pilihan Ganda ... 56

Tabel 9. Rangkuman hasil coding aktivitas ... 65

Tabel 10. Data Angket Gaya Belajar Dalam Bentuk Check-List ... 96

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Panjang Kurva Normal ... 39

Gambar 2. Kurva Normal dengan 4 Standar Deviasi ... 40

Gambar 3. Guru menjelaskan tentang jaringan meristim... 74

Gambar 4. Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru ... 74

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 89

Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian ... 90

Lampiran 3. Angket Gaya Belajar ... 91

Lampiran 4. Data Angket Check-list ... 96

Lampiran 5. Data Angket Pilihan Ganda ... 99

Lampiran 6. Data Wawancara Siswa ... 102

Lampiran 7. Data Wawancara Guru... 110

Lampiran 8. Data Hasil Pengamatan ... 113

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Belajar adalah sebuah proses berpikir. Karena itu belajar tidak cukup hanya sekedar tahu, menguasai ilmu, dan menghafalkan semua teori yang tercantum di dalam buku-buku. Belajar perlu dilakukan oleh semua orang, terutama siswa sebagai peserta didik di dalam lingkungan pendidikan. Berdasarkan pengalaman peneliti ketika melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL), sudah tidak asing lagi jika banyak ditemukan siswa yang tidak suka belajar. Mereka tidak suka belajar karena menurut mereka situasi belajar yang mereka jalani sangat tidak menyenangkan, sehingga dalam belajar mereka merasa tertekan, frustasi dan bosan. Hal ini mungkin terjadi karena proses belajar yang mereka alami tidak sesuai dengan gaya belajar mereka. Padahal mereka dapat belajar dengan maksimal apabila gaya belajar yang digunakan dalam belajar sesuai dengan kekuatan pribadi mereka. Karena diantara mereka ada yang lebih mudah belajar dengan melihat, belajar dengan mendengar dan belajar dengan mencoba-coba sendiri. Sehingga apapun cara yang ditempuh siswa, perbedaan gaya belajar itu menunjukkan cara terbaik untuk bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya.

(21)

Guru yang memahami perbedaan gaya belajar masing-masing siswa di dalam satu kelas, akan menggunakan metode yang bervariasi agar semua siswa dapat menyerap informasi dengan maksimal. Namun yang ada di dalam proses pendidikan kita adalah sebuah kenyataan bahwa kebanyakan guru menyampaikan informasi dengan cara mereka sendiri tanpa peduli dengan gaya belajar siswa. Cara mengajar seperti ini juga sering dijumpai siswa pada guru mata pelajaran IPA. Hal ini semakin mempersulit mereka dalam belajar IPA, yang menurut mereka materinya saja sudah sulit untuk dipelajari.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gaya belajar seperti apa yang sering digunakan oleh siswa-siswi di SMP Charitas 02 Mojosari dalam memahami materi IPA dan mengetahui gaya mengajar seperti apa yang dilakukan oleh guru IPA mereka. Sehingga dalam skripsi ini diambil judul Gaya Belajar Siswa-Siswi Kelas VII dan VIII serta Gaya Mengajar Guru di Kelas Tersebut Dalam Pembelajaran IPA di SMP Charitas 02 Mojosari Kabupaten OKU Timur Sumatera Selatan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa gaya belajar siswa-siswi di SMP Charitas 02 Mojosari dalam pembelajaran IPA?

(22)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui gaya belajar siswa-siswi di SMP Charitas 02 Mojosari. 2. Mengetahui gaya mengajar guru IPA di SMP Charitas 02 Mojosari.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa

Dapat memberikan informasi bagi siswa untuk mengenali gaya belajarnya sendiri, sehingga dalam belajar IPA siswa tidak merasa terbebani.

2. Bagi Sekolah

Dapat menjadi upaya bagi sekolah untuk meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran IPA.

3. Bagi Peneliti

Mempunyai pengalaman melakukan penelitian dan dapat mengembangkan lebih lanjut untuk penelitian lainnya demi kemajuan pendidikan terkhusus dalam pembelajaran IPA dan dapat menambah wawasan dalam upaya memberikan pengetahuan mengenai gaya belajar kepada siswa.

4. Bagi Guru

(23)

E. Batasan Pengertian 1. Gaya Belajar

Gaya belajar adalah cara belajar yang sering digunakan oleh siswa untuk bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar.

2. Gaya Belajar Visual (Visual Learners)

Gaya belajar visual yaitu belajar yang harus melihat terlebih dahulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Untuk lebih sederhananya, gaya belajar ini adalah belajar dengan cara melihat (Hamzah Uno, 2006: 181).

3. Gaya Belajar Auditorial (Auditory Learners)

Gaya belajar auditorial adalah belajar dengan cara mendengar. Gaya belajar ini mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya (Hamzah Uno, 2006: 181).

4. Gaya Belajar Kinestetik (Tactual Learners)

(24)

5. Gaya Mengajar

Gaya mengajar adalah metode mengajar dan media yang digunakan oleh guru yang sesuai dengan kemampuan siswa untuk mencapai tujuan dalam materi pelajaran.

F. Keterangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersama yang dilakukan oleh Margareta Pamela, Benidicta Retvina Prasetianti, dan Agnes Ika. Sehingga dalam penelitian ini, hal yang diteliti pun sama yaitu tentang gaya belajar siswa-siswi dan gaya mengajar guru dalam pembelajaran IPA.

(25)
(26)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Belajar

Dalam mengkaji definisi konsep pendidikan, Hamdani (2011: 17) mengulas pendapat Zuhairini yang mengatakan bahwa pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia dalam meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi rohaninya (pikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani) dan jasmani (pancaindra dan keterampilan).

Menurut Driyarkara (1980: 128), pendidikan sebagai suatu bentuk hidup bersama, pemasukkan manusia muda ke dalam alam nilai-nilai dan kesatuan antar pribadi yang mempribadikan.

Sedangkan Tatang (2012: 14) mengulas pendapat Basri yang mengutarakan pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih baik.

(27)

Dari pengertian-pengertian pendidikan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan kualitas dirinya dalam segala aspek untuk menjadi lebih baik.

Di dalam pendidikan terdapat proses pembelajaran yang terdiri dari belajar dan mengajar. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat mendasar dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan, karena belajar adalah kunci utama dalam setiap usaha pendidikan (Muhibbin, 2008: 59).

Dalam mengkaji hakikat belajar Muhibbin (1995: 90) mengulas pendapat Hintzman mengatakan bahwa “Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior”. Selanjutnya

Muhibbin (1995: 90) mengartikan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

Muhibbin (1995: 90) juga mengulas pendapat dari Wittig untuk mengkaji hakikat belajar yang didefinisikan sebagai: any relatively permanent change in an organism’s behavioral rappertoire that occrus as a

(28)

Menurut Muhibbin (1995: 92), dari beberapa definisi diatas, maka Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Selain itu Eveline dan Hartini (2011: 3) menyatakan bahwa belajar merupakan sebuah proses yang komplek yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat.

Eveline dan Hartini (2011: 4) mengulas pendapat Burton yang mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

Van Rossum dan Hamer (2010: 2) mengulas pendapat Roger Saljo yang menyatakan bahwa belajar juga dapat dilihat dari sudut pandang siswa. Saljo menyimpulkan lima konsep belajar, yaitu :

1. Belajar sebagai peningkatan pengetahuan

Belajar sebagai peningkatan pengetahuan artinya belajar adalah mendapatkan hal-hal baru yang tidak diketahui sebelumnya. Sehingga semakin lama kita belajar maka pengetahuan kita semakin bertambah. 2. Belajar adalah mengingat

(29)

yang dihafal adalah produknya sementara menghafal adalah bentuk prosesnya.

3. Belajar sebagai kemahiran memperoleh fakta, prosedur dan lain-lain yang dapat dimanfaatkan di masa depan

Belajar dalam hal ini artinya memilih dan menghafal fakta-fakta, prosedur, gagasan dan sebagainya kemudian mencerminkan lebih lanjut atas apa yang dipelajari untuk memutuskan kegunaannya di masa depan. Sehingga dalam belajar hal yang dilakukan tidak hanya menghafal tetapi juga berlatih sampai sempurna tanpa mengubah pengetahuan atau prosedur.

4. Belajar sebagai pemisahan makna

Belajar sebagai pemisahan makna artinya belajar adalah suatu proses pemahaman yang dicapai melalui ide-ide yang berkaitan dalam subyek, menemukan hal-hal apapun, melihat materi pelajaran lebih mendalam, mengumpulkan berbagai sudut pandang pada materi yang dipelajari dan mendapatkan gambaran besar. Jadi belajar adalah berpikir lebih jelas, melihat sesuatu yang baru dengan cara yang jauh lebih logis, dan melihat langkah-langkah untuk sampai pada kesimpulan.

5. Belajar sebagai proses menafsirkan yang bertujuan pada pemahaman realita

(30)

Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku manusia yang relatif menetap dalam menambah ilmu pengetahuan dengan mengingat dan memahaminya, sehingga cara berpikir menjadi lebih logis dan dapat menafsirkan ilmu pengetahuan itu dalam proses menuju ke pemahaman yang lebih baik untuk kemudian mempraktekkannya sampai sempurna.

B. Gaya Belajar

Untuk memahami apa itu gaya belajar, maka pada bagian ini penulis akan mengulas tentang pengertian gaya belajar, klasifikasi gaya belajar, ciri-ciri dari masing-masing tipe gaya belajar dan manfaat pemahaman gaya belajar bagi guru dan siswa.

1. Pengertian Gaya Belajar

Semua orang dalam segala usia dapat benar-benar mempelajari apapun apabila dibiarkan melakukannya dengan gaya unik yang sesuai dengan kekuatan pribadi mereka sendiri (Barbara, 2007: 29). Gaya unik yang sesuai dengan kekuatan pribadi mereka adalah gaya belajar yang mereka terapkan, yang akan membuat mereka merasa terbantu dalam menyerap dan mengolah infomasi sehingga belajar dan berkomunikasi akan lebih mudah.

(31)

Menurut Nasution (1984: 93) gaya belajar merupakan cara siswa bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar.

Menurut DePorter dan Mike Hernacki (2006: 110-112), gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diketahui bahwa gaya belajar adalah cara belajar yang sering digunakan oleh siswa untuk bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar.

2. Klasifikasi Gaya Belajar

Sejak awal tahun 1997, telah banyak upaya yang dilakukan untuk mengenali dan mengkategorikan cara manusia belajar, cara memasukkan informasi ke dalam otak. Secara garis besar, ada tujuh pendekatan yang umum dikenal dengan kerangka referensi yang berbeda dan dikembangkan juga oleh ahli yang berbeda dengan variasinya masing-masing. Adi W. Gunawan adalah seorang pakar mind technology dan transformasi diri yang dalam bukunya “Genius Learning Strategy” merangkum ketujuh cara belajar tersebut, yaitu:

(32)

Pendekatan ini dikembangkan oleh Kagan, Kolb, Honey dan Umford Gregorc, Butler, dan McCharty.

b. Pendekatan berdasarkan pada kepribadian; menentukan tipe karakter yang berbeda-beda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Myer-Briggs, Lawrence, Keirsey & Bates, Simon & Byram, Singer-Loomis, Grey-Wheelright, Holland dan Geering.

c. Pendekatan berdasarkan pada modalitas sensori; menentukan tingkat ketergantungan terhadap indera tertentu. Pendekatan ini dikembangkan oleh Bandler & Grinder dan Messick.

d. Pendekatan berdasarkan pada lingkungan; menentukan respon yang berbeda terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, dan instruksional. Pendekatan ini dikembangkan oleh Witkin, Eison, Canfield.

e. Pendekatan berdasarkan pada interaksi sosial; menentukan cara yang berbeda dalam berhubungan dengan orang lain. Pendekatan ini dikembangkan oleh Grasha-Reichman, Perry, Mann, Furmann-Jacobs, dan Merill.

f. Pendekatan berdasarkan pada kecerdasan; menentukan bakat yang berbeda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Gardner dan Handy. g. Pendekatan berdasarkan wilayah otak; menentukan dominasi relatif

(33)

Banyaknya pendekatan dalam mengklasifikasikan atau membedakan gaya belajar disebabkan karena setiap pendekatan yang digunakan mengakses aspek yang berbeda secara kognitif. Menurut Adi W. Gunawan (2007: 142) ada tiga pendekatan gaya belajar yang populer, yaitu pendekatan berdasarkan preferensi sensori, preferensi kognitif, dan profil kecerdasan.

Pendekatan gaya belajar berdasarkan preferensi sensori (ketergantungan terhadap indera tertentu) terdiri dari tiga gaya belajar yaitu gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), gaya belajar auditorial (belajar dengan cara mendengar), dan gaya belajar kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan melakukan aktivitas fisik).

Pendekatan gaya belajar berdasarkan preferensi kognitif (kemampuan berpikir) dikembangkan oleh Anthony Gregorc. Gregorc membagi gaya belajar menurut kemampuan mental menjadi 4 kategori, yaitu:

1. Gaya belajar konkret-sekuensial. Merupakan gaya belajar yang membuat siswa menjadi terorganisir, dapat diandalkan, pekerja keras. Mereka mengikuti petunjuk guru dan mengajukan pertanyaan untuk klarifikasi. Pekerjaan mereka biasanya akurat, faktual, dan konsisten. Mereka lebih memilih kegiatan pembelajaran konvensional.

(34)

belajar terbaik dalam lingkungan yang terstruktur. Mereka memiliki pengetahuan, pemikir analitik dengan pengertian yang jelas tentang objektivitas. Mereka lebih memilih proses yang sistematis dan menyeluruh dalam pekerjaan mereka.

3. Gaya belajar konkret acak. Merupakan gaya belajar yang membuat siswa menjadi kreatif, petualang, dan tentu ingin tahu tentang dunia di sekitar mereka. Mereka adalah pemikir inovatif. Mereka menggunakan naluri dan intuisi mereka ketika membuat keputusan.

4. Gaya belajar abstrak acak. Merupakan gaya belajar yang membuat siswa menjadi imajinatif dan idealis. Mereka sensitif dan merupakan siswa yang cenderung sentimental. Mereka lebih suka fleksibilitas dan cenderung spontan. Mereka adalah siswa yang sangat perseptif.

Pendekatan gaya belajar berdasarkan profil kecerdasan dikembangkan oleh Howard Gardner. Gardner (dikutip oleh Adi W. Gunawan) awalnya mengusulkan tujuh jenis kecerdasan yaitu:

1. Linguistik. Merupakan kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan.

(35)

3. Interpersonal. Merupakan kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain.

4. Intrapersonal. Merupakan kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri.

5. Musikal. Merupakan kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik.

6. Visual-spasial. Merupakan kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat.

7. Kinestetik. Merupakan kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan.

Namun sesuai dengan perkembangan penelitian yang dilakukannya, Gardner lalu memasukkan kecerdasan kedelapan yaitu kecerdasan naturalis. Merupakan kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan.

(36)

metode VAK pertama kali dikembangkan pada tahun 1920 oleh psikolog dan spesialis mengajar seperti Fernald, Keller, Orton, Gillingham, Stillman dan Montessori (Nick Rushby, 2008: 93). Spesialis VAK mengakui bahwa seseorang belajar dengan menggunakan berbagai cara, misalnya ketika seseorang belajar untuk mengoperasikan peralatan baru dia akan memilih untuk membaca instruksi jika dia lebih dominan ke gaya belajar visual. Namun jika dia lebih dominan ke gaya belajar auditorial, maka dia akan lebih memilih untuk mendengarkan penjelasan. Model gaya belajar Visual, Auditorial, dan Kinestetik ini tidak menutup kecerdasan ganda Gardner, tetapi dengan adanya model VAK akan memberikan perspektif yang berbeda untuk memahami dan menjelaskan pilihan seseorang untuk mengetahui gaya belajar dan kekuatannya. Karena gaya belajar seseorang merupakan cerminan dari campuran kecerdasan mereka dan juga merupakan jenis refleksi otak.

(37)

menurut preferensi sensori yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik. Selain itu, gaya belajar berdasarkan preferensi sensori menurut Flemming (dikutip oleh Suyono dan Hariyanto) juga terdiri dari tiga modalitas belajar, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik.

3. Gaya Belajar menurut Preferensi Sensori

Berdasarkan prefensi sensori atau kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola dan menyampaikan informasi, maka gaya belajar individu dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut adalah gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa setiap individu hanya memiliki salah satu karakteristik gaya belajar tertentu. Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa setiap individu memiliki salah satu karakteristik yang paling menonjol sehingga jika dia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individu juga akan memanfaatkan kombinasi karakteristik gaya belajar tertentu.

Menurut Hamzah Uno (2006: 181) pada preferensi sensori terdapat tiga tipe gaya belajar, yang terdiri dari:

(38)

Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang harus melihat terlebih dahulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Untuk lebih sederhananya, gaya belajar ini adalah belajar dengan cara melihat. b. Gaya belajar Auditorial (Auditory Learners)

Gaya belajar ini adalah belajar dengan cara mendengar. Gaya belajar ini mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya.

c. Gaya Belajar Kinestetik (Tactual Learners)

Gaya belajar ini adalah belajar dengan cara bergerak, bekerja dan melibatkan aktivitas fisik. Gaya belajar ini harus menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar kita bisa mengingatnya.

Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik gaya belajar seperti disebutkan diatas, Suyono dan Hariyanto (2011: 151) mengadaptasi dari Bobbi de Porter dan Mike Hernacki menyatakan sebagai berikut:

a. Gaya belajar Visual ( Visual Learners)

Gaya belajar visual dapat dideteksi dari kebiasaan individu ketika belajar, antara lain:

- lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar; - mudah mengingat dengan asosiasi visual;

(39)

- biasa berbicara dengan cepat, karena dia tidak merasa perlu mendengarkan esensi pembicaraannya;

- mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika dituliskan, dan seringkali meminta bantuan orang lain untuk mengulangi instruksi verbal tersebut;

- sering lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain; - pengeja yang baik, kata demi kata;

- sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat, ya atau tidak, sudah atau belum;

- mempunyai kebiasaan rapi dan teratur, karena itu yang akan di lihat orang. Misalnya rapi dan teratur dalam berpakaian dan membuat catatan;

- mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi;

- memiliki kemampuan dalam perencanaan dan pengaturan jangka panjang yang baik;

- teliti terhadap rincian dan hal-hal kecil yang harus dilakukan; - biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik

ketika sedang belajar,

- lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah;

(40)

masalah atau proyek, dan terbiasa melakukan check dan recheck sebelum membuat kesimpulan;

- lebih menyukai seni visual daripada seni musik;

- suka mencorat-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau pada saat melakukan rapat.

b. Gaya belajar Auditorial (Auditory Learners)

Gaya belajar auditorial dapat dideteksi dari kebiasaan individu ketika belajar, antara lain:

- belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang di diskusikan daripada apa yang dilihat;

- berbicara kepada diri sendiri ketika sedang belajar dan bekerja; - senang membaca dengan suara keras dan mendengarkannya; - berbicara dengan irama yang terpola dengan baik;

- biasanya jadi pembicara yang fasih;

- menggerakan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca;

- senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar;

- lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya;

(41)

- dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara;

- mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik, karena dia akan sukar berkonsentrasi;

- mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi;

- lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik.

- lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya;

c. Gaya Belajar Kinestetik (Tactual Learners)

Gaya belajar kinestetik dapat dideteksi dari kebiasaan individu ketika belajar, antara lain:

- selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak; - banyak menggunakan isyarat tubuh;

- menggunakan jari sebagai penunjuk tatkala membaca; - menghafal dengan cara berjalan atau melihat langsung; - memiliki perkembangan awal otot-otot yang besar; - menanggapi perhatian fisik;

- tidak dapat duduk diam dalam waktu yang lama;

- menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka; - menggunakan kata-kata yang mengandung aksi;

(42)

- berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain; - berbicara dengan perlahan;

- belajar melalui praktek langsung dan manipulasi (mengembangkan data atau fakta);

- tidak dapat mengingat letak geografi, kecuali jika ia pernah datang ke tempat tersebut;

- menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot, mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca sebagai bentuk penghayatan terhadap apa yang di baca;

- kemungkinan memiliki tulisan yang jelek;

- menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik);

4. Manfaat Pemahaman Gaya Belajar

Berdasarkan beberapa gaya belajar diatas, maka dapat dilihat bahwa mengetahui gaya belajar itu sangat penting. Pemahaman gaya belajar bagi siswa dapat berguna untuk mengetahui dengan sadar strategi-strategi apa yang harus mereka gunakan dalam belajar sehingga menjadi pelajar yang lebih percaya diri dan lebih puas dengan kemajuan belajar mereka (Barbara, 2007: 93).

(43)

pemahaman akan gaya belajar dapat membuat guru menjadi lebih kreatif dalam mengajar di dalam suatu kelas sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang bersifat multi indrawi, yang melayani sebaik mungkin kebutuhan individual setiap murid (Barbara, 2007: 93). Karena dengan itu metode mengajar guru bisa menggunakan berbagai kombinasi seperti pengalaman, refleksi, konseptualisasi, dan eksperimentasi. Guru juga dapat memperkenalkan berbagai unsur pengalaman ke dalam kelas misalnya dengan bunyi-bunyian, musik, gambar visual, gerakan-gerakan, pengalaman, dan bahkan percakapan (Suyono dan Hariyanto, 2011: 164). Bahkan guru juga dapat menerapkan berbagai teknik penilaian yang berfokus pada gaya belajar yang berbeda-beda. Misalnya menggunakan tes lisan untuk siswa dengan gaya belajar auditorial, karena siswa dengan gaya belajar auditorial lebih pandai dalam bercerita, namun merasa kesulitan dalam menulis. Menggunakan tes tertulis untuk siswa dengan gaya belajar visual dan menggunakan ujian praktek untuk siswa dengan gaya belajar kinestetik. Sehingga diharapkan selama proses pembelajaran guru dapat memberikan porsi penilaian secara adil bagi setiap siswa.

C. Gaya Mengajar Guru 1. Pengertian Mengajar

(44)

tertentu, sedangkan tafsiran tentang belajar juga banyak macam ragamnya.

Dalam mengkaji pengertian mengajar, Muhibbin (1995: 182) membahas pendapat Nasution yang mendefinisikan mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang kelas (ruang belajar), tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa.

Slameto (2010: 30) mengulas pendapat DeQueliy dan Gazali yang menyatakan bahwa definisi mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Dalam hal ini pengertian waktu yang singkat sangat penting. Guru kurang memperhatikan bahwa di antara siswa ada perbedaan individual, sehingga memerlukan pelayanan yang berbeda-beda. Bila semua siswa dianggap sama kemampuannya, maka bahan pelajaran yang diberikan pun akan sama pula. Hal ini bertentangan dengan kenyataan yang ada.

Dalam penelitian Van Rossum dan Hammer (2010: 10) disimpulkan enam konsep mengajar, yaitu:

1. Mengajar adalah menanamkan dengan jelas/informasi yang diberikan terstruktur dengan baik

(45)

dengan humor jika mungkin). Materi pelajaran perlu dijelaskan dengan baik dan disajikan dalam cara yang terorganisir dengan baik, sehingga siswa tidak merasa kesulitan ketika harus belajar sendiri. 2. Mengajar adalah mengirimkan pengetahuan terstruktur, mengakui

keberadan siswa

Dalam konsep ini, mengajar adalah proses yang harus dilakukan dengan jelas, teratur, efisien, menghibur dan termasuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara siswa dan guru, sehingga siswa merasa keberadaannya di dalam kelas diakui.

3. Mengajar adalah berinteraksi dan pembentukan

Dalam hal ini, mengajar ditandai dengan diskusi yang didominasi oleh guru, dimana di dalamnya ada seorang guru yang antusias membentuk dan memotivasi para siswa menggunakan umpan balik positif dan negatif. Yang paling penting dalam hal ini adalah bahwa seorang guru dan siswanya memiliki kontak yang baik. Guru tidak boleh otoriter dan tidak harus menunjukkan bahwa dirinya sendiri lebih unggul dari pada siswanya. Dalam hal ini guru harus mendengarkan pendapat siswa, sehingga segala permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan diskusi.

(46)

Dalam hal ini mengajar adalah menantang siswa untuk berpikir dalam mencapai tujuan. Guru tidak mengarahkan siswa terlalu banyak, atau membiarkan siswa mencari tahu sendiri apakah sesuatu itu tidak mungkin atau benar. Sehingga penilaian yang diberikan oleh guru harus fokus pada proses dan tidak bergantung pada hasil akhir. Dalam proses ini siswa menjadi peserta aktif, sedangkan peran guru terletak lebih dalam pembinaan proses pembelajaran.

5. Mengajar adalah pengajaran dialog

Dalam hal ini, mengajar adalah melibatkan siswa sebanyak mungkin ke dalam subyek. Dalam hal ini, guru dan siswa bersama-sama mengerjakan suatu masalah dan membahasnya, sehingga semua pihak dapat mengajar.

6. Mengajar adalah saling percaya dan saling peduli

Mengajar saling percaya dan peduli berarti mengajar yang berkembang dalam situasi pemahaman total antara siswa dan guru sehingga metode pengajaran tidak lagi penting.

(47)

2. Pengertian Gaya Mengajar

Dalam mengkaji definisi gaya mengajar, Ika Marisa (2013: 3) mengulas pendapat Suparman yang menyatakan bahwa gaya mengajar adalah cara atau metode yang dipakai oleh guru ketika sedang melakukan pengajaran. Gaya mengajar guru biasanya sangat erat hubungannya dengan gaya belajar anak didik.

Sedangkan menurut Sara Ashworth (1998), gaya mengajar adalah metode, model, strategi yang digunakan sebagai rencana dalam sebuah kegiatan dimana di dalamnya didefinisikan perilaku guru dan siswa untuk mencapai tujuan dalam materi pelajaran.

Menurut Felder (1988) gaya mengajar adalah metode mengajar yang sesuai dengan kemampuan siswa dalam mengatasi komponen belajar yang diusulkan.

Selain itu, Mehrak Rahimi (2012) mengulas pendapat Kaplan dan Kies menyatakan bahwa gaya mengajar itu terdiri dari perilaku pribadi guru dan media yang digunakan untuk mengirimkan informasi kepada siswa.

(48)

D. IPA atau Sains

Dalam mengkaji hakikat IPA Sumaji (1998: 31) mengulas pendapat James yang mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut.

Selanjutnya Sumaji (1998: 31) menganalisis pendapat Whitehead yang menyatakan bahwa sains dibentuk karena pertemuan dua orde pengalaman. Orde pertama didasarkan pada hasil observasi terhadap gejala/fakta (orde observasi), dan orde kedua didasarkan pada konsep manusia mengenai alam semesta (orde konsepsional).

Dengan demikian, IPA (sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak ada habis-habisnya.

Sementara itu menurut Usman (2010: 2) mengulas pendapat Hendro Darmojo yang menyatakan bahwa secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya.

(49)

Sedangkan Usman (2010: 3) juga membahas pendapat Powler (dalam Winaputra) yang mengungkapkan bahwa IPA adalah ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku bagi seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.

Usman (2010: 3) mengulas pendapat Winaputra yang mengemukakan bahwa IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berfikir, dan cara memecahkan masalah.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian IPA adalah suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain berupa kumpulan dari hasil observasi yang bersifat rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya.

E. Gaya Belajar IPA

(50)
(51)

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai jenis penelitian, subyek penelitian, waktu dan tempat penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, validitas instrumen dan metode analisis data.

A. Jenis Penelitian.

(52)

B. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini subyek penelitian di ambil dari seluruh siswa kelas VII dan VIII di SMP Charitas 02 Mojosari, yang terdiri dari 4 kelas dengan jumlah total 90siswa.

C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Charitas 02 Mojosari 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan semester II, yaitu pada bulan April 2013.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif dan kualitatif deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya belajar siswa dan gaya mengajar guru.

(53)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian (Suparno, 2010: 56). Untuk memperoleh data dan informasi, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada 3 macam, yaitu kuesioner/angket, wawancara dan pengamatan

1. Kuesioner/Angket

Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh infomasi dari responden yang ingin diketahui (Suparno, 2010: 61). Penulis menggunakan cara ini untuk mendapatkan data atau informasi yang berkaitan dengan gaya belajar siswa.

Dalam penelitian ini ada dua angket yang digunakan, yaitu: a. Angket gaya belajar dalam bentuk chek-list

(54)

Tabel 1. Kisi-kisi Angket gaya belajar siswa

Aspek Gaya Belajar Indikator No butir

Visual - Memahami sesuatu dengan asosiasi visual

- 1, 2, 3, 4, 5 Auditorial - Belajar dengan cara mendengar

- Baik dalam aktivitas lisan

- 6, 7 - 8, 9,

10 Kinestetik - Belajar melalui aktivitas fisik

- Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak alternatif yang berupa pernyataan positif dan masing-masing diberi skor yaitu:

- Skor 4 untuk jawaban sangat setuju - Skor 3 untuk jawaban setuju - Skor 2 untuk jawaban tidak setuju - Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju

b. Angket gaya belajar dalam bentuk pilihan ganda

(55)

terdiri dari aspek visual, aspek auditorial dan aspek kinestetik. Jumlah skor maksimal yang dapat dimiliki oleh salah satu aspek gaya belajar adalah 15 dan jumlah skor minimal yang dapat dimiliki oleh salah satu aspek gaya belajar adalah 0.

2. Wawancara

Wawancara adalah semacam kuesioner lisan, suatu dialog yang dilakukan peneliti dan narasumber untuk memperoleh informasi yang diperlukan (Suparno, 2010: 62). Pada penelitian ini wawancara digunakan pada tahap kedua dan ketiga, yaitu untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan pola mengajar guru dan gaya belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Wawancara tahap kedua merupakan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA dan wawancara tahap ketiga merupakan wawancara dengan 3 orang siswa. Untuk tahap ketiga ini wawancara dilakukan pada siswa yang mempunyai kecenderungan belajar dengan menggunakan salah satu aspek gaya belajar saja, sesuai dengan hasil analisis data pada tahap pertama. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu wawancara dengan beberapa daftar pertanyaan lengkap ditambah dengan pertanyaan-pertanyaan yang sekiranya perlu untuk ditanyakan.

Berikut adalah daftar rencana pertanyaan yang akan ditanyakan kepada subjek yang diwawancarai.

(56)

- Apa cara yang dipilih guru dalam menyampaikan sebuah materi? Bercerita atau menjelaskan, menampilkan gambar atau grafik, menyuruh siswa melakukan praktikum atau melakukan peragaan konsep IPA?

- Seberapa sering ketiga hal itu dilakukan?

- Perhatian guru terhadap tanggapan anak dengan cara mengajar guru tersebut?

- Untuk guru sendiri sebenarnya gaya belajarnya itu seperti apa?

b. Rencana pertanyaan wawancara siswa

- Bagaimana tanggapan siswa terhadap pelajaran IPA? - Bagaimana prestasi siswa dalam pelajaran IPA? - Bagaimana cara siswa belajar?

- Bagaimana cara guru mengajar? Dengan memberikan gambar, ceramah, atau melakukan praktikum?

- Siswa bisa duduk berapa lama kalau sedang belajar IPA?

3. Observasi/Pengamatan

(57)

yang dilakukan bertujuan untuk meneliti proses pembelajaran IPA di kelas dan digunakan untuk melihat pola mengajar guru dalam pembelajaran IPA.

F. Validitas Data

Validitas dapat mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan. Validitas menunjuk pada kesesuaian, penuh arti, bergunanya kesimpulan yang dibuat peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulannya valid bila sesuai dengan tujuan penelitian (Suparno, 2010: 67-68). Pada penelitian ini instrumen penelitian (kuesioner/angket) diuji validitasnya di sekolah sebanyak 2 kali. Setelah itu, instrumen dibenahi kembali dengan bantuan dosen agar kalimat yang ada dalam instrumen mudah dipahami oleh siswa hingga kemudian sudah dinyatakan valid oleh dosen pembimbing.

G. Metode Analisis Data

1. Analisis data kuesioner/angket

a. Analisis data angket gaya belajar dalam bentuk check-list

(58)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Uji F dependent tersebut, maka dapat diketahui tingkat signifikansi dari gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Kemudian dapat dilihat gaya belajar mana yang mempunyai perbedaan yang paling dominan.

b. Analisis data angket gaya belajar dalam bentuk pilihan ganda

Data yang diperoleh dari angket gaya belajar dalam bentuk pilihan ganda akan dianalisis dengan menggunakan perhitungan sederhana. Analisis ini digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan atau tidak dalam setiap aspek gaya belajar. Cara menganalisisnya adalah dengan melihat kurva normal. Ketika nilai maksimal masing-masing aspek adalah 15 dan nilai minimalnya adalah 0, maka dapat diketahui bahwa panjang kurva normal adalah 0 sampai dengan 15.

(59)

Kemudian panjang kurva normal tersebut dibagi menjadi empat (4) standar deviasi seperti pada gambar berikut:

Gambar 2. Kurva Normal dengan 4 Standar Deviasi

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa nilai tengah dari kurva tersebut adalah 7,5. Kemudian nilai tengah tersebut digunakan sebagai acuan untuk melihat signifikansi setiap aspek gaya belajar, yaitu dengan cara ketika salah satu aspek gaya belajar memiliki jumlah skor 7,5 dan perbedaan skor dengan aspek lainnya 3,75, maka aspek tersebut mempunyai perbedaan yang signifikan dengan aspek lainnya. Sedangkan jika jumlah skor salah satu aspek 7,5 dan perbedaan skor dengan aspek lain 3,75, maka aspek tersebut tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dengan aspek yang lain. Nilai 3,75 diatas merupakan nilai tengah dari 7,5.

2. Analisis hasil wawancara

(60)

transkip data. Transkip data dilakukan pada hasil rekaman wawancara. Transkip data dari rekaman wawancara nantinya akan diolah kembali.

3. Analisis pengamatan dengan video

Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan dimana peneliti tidak terlibat dalam kegiatan yang diteliti. Peneliti tidak secara aktif melibatkan diri dalam situasinya dan sungguh-sungguh hanya menjadi pengamat yang mengumpulkan data.

Hasil dari pengamatan dengan video ini dianalisis dengan menggunakan 2 tahap yaitu:

a. Membuat transkip data

Semua data yang masih belum berwujud bahasa tertulis perlu ditranskip ke dalam bentuk tulisan terlebih dahulu.

b. Kategorisasi coding

(61)

42 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di sekolah menengah pertama swasta di daerah OKU Timur yaitu di SMP Charitas 02 Mojosari. Sekolah ini merupakan sekolah heterogen yang jumlah seluruh siswanya adalah 137 siswa. Tetapi dalam penelitian ini, sampel yang diambil oleh peneliti berjumlah 90 siswa yang terdiri dari siswa kelas VII dan VIII.

(62)

kelas VII. Pada tahap ini, data yang diperoleh digunakan untuk mengkonfirmasi apakah gaya belajar siswa dari hasil angket sama dengan gaya belajar siswa dari hasil wawancara.

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 4, 10, dan 11 April 2013. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti mempunyai kesempatan untuk mengamati proses pembelajaran IPA sebanyak 6 kali pertemuan. Sebenarnya peneliti masuk ke kelas untuk proses pengamatan lebih dari 6 kali pertemuan, tetapi karena banyak kendala yang dihadapi yang menyebabkan banyak data menjadi tidak lengkap, maka peneliti hanya mengambil data selama 6 kali pertemuan saja. Karena data selama 6 kali pertemuan tersebut merupakan data yang paling lengkap daripada data lainnya.

(63)

pembelajaran berlangsung kamera yang digunakan mati karena habis baterai. Sehingga peneliti melanjutkan pengamatan dengan membuat field note. Dari 6 kali pertemuan, peneliti memiliki 3 field note dan 3 video pengamatan. Setelah mempunyai data dalam bentuk field note dan video, kemudian peneliti mentranskip kedua data tersebut. Field note ditulis ulang dan video diputar berulang-ulang untuk dideskripsikan dan dibuat transkipnya. Berikut ini adalah jadwal untuk memperoleh data hasil pengamatan proses pembelajaran IPA dari enam kali pertemuan.

Tabel 2. Jadwal Penelitian untuk Proses Pengamatan

No Tanggal JP Materi Hasil Pengamatan

(64)

yang masuk dalam kelompok gaya belajar yang signifikan. Wawancara dengan siswa ini dilakukan pada tanggal 11 April 2013.

B. DATA DAN ANALISIS DATA 1. DATA

a. Data hasil kuesioner/angket: lampiran 4 dan lampiran 5

Data mentah hasil kuesioner kami buat pada tabel 10 dan tabel 11 (halaman 96 dan halaman 99 )

b. Data hasil wawancara: lampiran 6 dan lampiran 7

Data hasil wawancara siswa dan guru kami buat dalam bentuk transkip (halaman 102 dan halaman 110 )

c. Data hasil pengamatan di kelas: lampiran 8

Data hasil pengamatan kami buat dalam bentuk transkip (halaman 113)

2. ANALISIS DATA a. Gaya Belajar Siswa

Gaya belajar siswa diketahui melalui hasil pengisian angket check-list dan angket pilihan ganda serta wawancara. Maka dari itu, hasil analisis akan dibahas masing-masing seperti berikut ini:

1) Analisis data angket gaya belajar

(65)

dari kedua angket tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu signifikan dan tidak signifikan. Dalam penelitian ini, kelompok data signifikan adalah kelompok data yang dapat dilihat perbedaannya secara signifikan, sedangkan kelompok data yang tidak signifikan (TS) adalah kelompok data yang tidak dapat dibedakan secara signifikan.

Angket gaya belajar dalam bentuk check-list

Setelah dilakukan penskoran pada hasil angket yang telah diisi oleh siswa, kemudian dilakukan penjumlahan skor untuk setiap aspeknya. Hasil penjumlahan skor ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Jumlah Skor Angket Gaya Belajar dalam Bentuk Check-list SMP Charitas 02 Mojosari

(66)
(67)
(68)

87 13 17 13

88 15 12 10

89 14 16 15

90 13 12 15

Dari tabel diatas, kemudian dilakukan uji F dependent untuk mengetahui signifikansi dari aspek gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Berikut ini adalah hasil analisis data angket gaya belajar dalam bentuk check-list melalui uji F dependent.

Tabel 4. Descriptives Statistics Angket Check-List Melalui Uji F Dependent 95% Confidence Interval Lower Bound .000 Upper Bound .033

(69)

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa aspek gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik mempunyai perbedaan secara signifikan. Kemudian dari tabel 4, dapat dilihat bahwa aspek gaya belajar yang paling dominan adalah aspek gaya belajar auditorial. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan hasil rata-rata jumlah skor masing-masing aspek gaya belajar.

Angket gaya belajar dalam bentuk pilihan ganda

Setelah memperoleh data, maka skor masing-masing aspek dijumlahkan. Jumlah skor yang dimiliki oleh masing-masing aspek kemudian dibandingkan dan di analisis. Kemudian dilihat apakah jumlah skor masing-masing aspek tersebut memiliki perbedaan secara signifikan atau tidak. Berikut ini adalah hasil analisis data angket gaya belajar dalam bentuk pilihan ganda.

Tabel 6. Hasil Analisis Angket Gaya Belajar dalam Bentuk Pilihan Ganda SMP Charitas 02 Mojosari

(70)
(71)
(72)

83 9 4 2 Signifikan

84 13 1 1 Signifikan

85 7 5 3 Tidak Signifikan

86 3 6 6 Tidak Signifikan

87 8 6 1 Tidak Signifikan

88 9 4 2 Signifikan

89 12 2 1 Signifikan

90 8 4 3 Signifikan

(73)
(74)
(75)

Hasil pengelompokkan aspek gaya belajar diatas kemudian dirangkum dalam sebuah tabel dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 8. Rangkuman Pengelompokkan Aspek Gaya Belajar pada Angket Pilihan Ganda

No Aspek Gaya Belajar Jumlah siswa

(76)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil angket pilihan ganda ini, terdapat sebanyak 51,11% siswa yang memiliki gaya belajar visual, 1,11% siswa yang memiliki gaya belajar auditorial, 1,11% siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik, dan 46,67% siswa yang gaya belajarnya tidak dapat dibedakan.

2) Analisis Data Hasil Wawancara Siswa

Dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan instrumen wawancara dengan siswa untuk melihat apakah ada kesesuaian antara hasil dari angket dengan hasil wawancara. Dalam hal ini, penulis mengambil 3 siswa sebagai narasumber dan 3 siswa ini adalah siswa yang masuk dalam kelompok gaya belajar signifikan. Berdasarkan hasil dari angket, ketiga siswa ini dalam belajar lebih cenderung menggunakan gaya belajar visual. Berikut ini merupakan deskripsi dari hasil wawancara:  Hasil wawancara dari responden 1 yaitu siswa ini merasa

(77)

cenderung belajar dengan mencatat apa yang telah diberikan oleh gurunya saat proses pembelajaran di kelas. Sedangkan menurutnya, saat gurunya mengajar di dalam kelas, gurunya lebih sering memberikan penjelasan. Dan menurutnya, dia merasa lebih sering bosan dengan mendengarkan penjelasan gurunya tersebut. Tetapi dia masih bisa mengikuti pelajaran dengan baik karena saat guru menjelaskan, dia membaca buku paket yang ada di meja.

 Hasil wawancara dari responden 2 yaitu siswa ini dalam

(78)

sering bosan dan mengantuk ketika mendengarkan penjelasan gurunya tersebut.

 Hasil wawancara dari responden 3 yaitu siswa ini dalam

pembelajaran IPA kadang merasa senang dan kadang tidak. Pelajaran yang membuatnya merasa senang adalah pelajaran biologi dan pelajaran yang membuatnya merasa tidak senang adalah pelajaran fisika. Hal ini dikarenakan dalam pelajaran fisika dia merasa kesulitan dalam hitung-hitungan. Selain itu dalam belajar siswa ini lebih senang belajar dengan mencatat karena dengan mencatat, dia merasa lebih mudah untuk mengingat materi pelajaran. Sedangkan menurutnya, saat gurunya mengajar di dalam kelas, gurunya sering memberikan gambar-gambar dan menjelaskan. Dan menurut responden 3, frekuensi antara memberikan gambar-gambar dan menjelaskan itu lebih banyak ke menjelaskan. Dan dia merasa malas mendengarkan penjelasan gurunya.

b. Gaya Mengajar Guru

1) Analisis Data Hasil Pengamatan

(79)

alokasi waktu, maka penulis akan meninjau gaya mengajar guru dari hal-hal tersebut.

Gaya mengajar guru akan dilihat dari berbagai aktivitas yang terjadi di dalam kelas di saat pembelajaran IPA berlangsung.

Dari hasil transkip data pengamatan, penulis membagi data menjadi tiga (3) bagian, yaitu pembukaan, inti dan penutup. Kemudian penulis mengelompokkan aktivitas yang sering terjadi di dalam kelas pada saat bagian inti menjadi lima yaitu menjelaskan, menulis, mengerjakan soal, menggambar dan membaca. Aktivitas ini dikelompokkan sesuai dengan data yang diperoleh. Selain 5 aktivitas utama tersebut, penulis juga menambahkan komunikasi verbal sebagai aktivitas selingan yang berupa candaan atau nasehat-nasehat. Sehingga komunikasi verbal tidak masuk ke dalam aktivitas utama yang digunakan untuk menentukan gaya mengajar guru.

Kemudian dari aktivitas-aktivitas yang ada, akan dilihat juga alokasi waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas tersebut. Karena dari alokasi waktu tersebut, gaya mengajar guru dapat diketahui dengan jelas. Berikut ini adalah hasil pengelompokkan dari transkip data pengamatan di SMP Charitas 02 Mojosari.

(80)

Pembukaan : Komunikasi verbal (5 menit)

Inti :

1. Guru menjelaskan (10 menit)  Pemuaian

 Muai panjang

2. Guru menulis rumus (6 menit)  Rumus

 Jawaban yang benar 3. Komunikasi verbal ( 9 menit) 4. Siswa menulis (8 menit)

 Tulisan di papan tulis  Soal yang di dikte guru

 Jawaban yang ada di papan tulis

5. Siswa mengerjakan soal mandiri (16 menit)

Penutup : Guru mengingatkan siswa untuk menggunakan rumus yang sama ketika ada pertanyaan yang sama (1 menit).

Pengelompokkan aktivitas pertemuan 2 Pembukaan : Komunikasi verbal (5 menit).

Inti :

(81)

4. Siswa menulis (9 menit)  Tulisan di papan tulis  Soal yang di dikte oleh guru

5. Siswa mengerjakan soal mandiri (13 menit)

Penutup : Guru mengingatkan siswa untuk mengumpulkan buku di akhir semester (1 menit)  Pengelompokkan aktivitas pertemuan 3

Pembukaan : Komunikasi verbal (5 menit)

Inti :

1. Guru menjelaskan (8 menit)  Muai volume

2. Guru menggambar sebuah kotak (1 menit) 3. Komunikasi verbal (2 menit)

6. Siswa mengerjakan soal mandiri (17 menit)

Penutup :

Pengelompokkan aktivitas pertemuan 4 Pembukaan : Komunikasi verbal (2 menit)

Inti :

1. Guru menjelaskan (43 menit)  Ekosistem

(82)

 Komponen abiotik

2. Siswa membaca buku teks ( 5 menit) 3. Komunikasi verbal (8 menit)

4. Guru menulis point-point komponen biotik (1 menit)

5. Siswa mengerjakan soal secara berdiskusi tentang hewan herbivora, karnivora, dan omnivora (15 menit)

Penutup : Guru memberikan tugas rumah kepada siswa (5 menit)

Pengelompokkan aktivitas pertemuan 5 Pembukaan : Komunikasi verbal (6 menit)

(83)

2. Guru menggambar (5 menit)  Pohon

 Jaringan epidermis

 Jaringan yang ada pada tumbuhan monokotil dan dikotil

3. Komunikasi verbal (4 menit)

4. Siswa membaca buku teks tentang fungsi batang (2 menit)

5. Guru menulis perbedaan tumbuhan monokotil dan dikotil (7 menit)

Penutup :

Pengelompokkan aktivitas pertemuan 6 Pembukaan : Komunikasi verbal (4 menit)

Inti :

1. Siswa mengerjakan soal (36 menit)  Mandiri

 Diskusi

2. Guru membahas soal dan menjelaskannya (36 menit)

3. Komunikasi verbal (2 menit)

Penutup : Guru meminta siswa untuk melanjutkan mengerjakan soal di rumah (1 menit)

Dari pengelompokkan aktivitas beserta alokasi waktu di atas, maka dapat dirangkum sebuah tabel dengan hasil berikut.

(84)

No Aktivitas Alokasi Waktu (menit)

1. Menjelaskan 142

2. Menulis 50

3. Mengerjakan soal 97 4. Menggambar 6

5. Membaca 7

2) Analisis Data Hasil Wawancara Guru

Dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan instrumen wawancara dengan guru untuk melihat apakah ada kesesuaian antara hasil dari pengamatan dengan hasil wawancara. Dari hasil pengamatan, guru ini dalam melakukan proses pembelajaran lebih sering memberikan penjelasan kepada siswanya.

(85)

Guru ini jarang melakukan praktikum karena alat-alat yang dimiliki sekolah sangatlah minim. Sehingga biasanya kadang-kadang guru hanya melakukan demonstrasi saja. Media lain yang digunakan guru dalam mengajar pun hanya papan tulis saja. Dan selama mengajar, guru tidak pernah memperhatikan gaya belajar siswanya seperti apa dan menurut beliau, siswa-siswinya lebih senang belajar dengan mendengarkan penjelasan. Sedangkan gaya belajar guru tersebut adalah auditorial. Hal ini dapat dilihat bahwa dalam belajar beliau lebih senang mendengarkan penjelasan orang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran, gaya mengajar guru adalah memberikan materi pelajaran dengan menjelaskan.

C. PEMBAHASAN 1. Gaya Belajar Siswa

a. Gaya belajar berdasarkan angket

1) Angket gaya belajar dalam bentuk check-list

(86)

dimana artinya siswa-siswi di SMP Charitas 02 Mojosari dalam belajar lebih mengandalkan indera pendengaran.

2) Angket gaya belajar dalam bentuk pilihan ganda

Dari hasil analisis angket gaya belajar dalam bentuk pilihan ganda diatas, dari 90 siswa yang diteliti, terdapat 42 siswa yang masuk dalam kelompok gaya belajar yang tidak signifikan. Sedangkan untuk 48 siswa yang lainnya termasuk dalam kelompok gaya belajar yang signifikan. 42 siswa yang masuk dalam kelompok gaya belajar yang tidak signifikan, lebih nyaman belajar dengan menggunakan ketiga aspek gaya belajar. Jadi dalam belajar mereka lebih cenderung menggunakan kombinasi ketiga aspek gaya belajar yang ada. Sedangkan 48 siswa yang lain lebih nyaman belajar dengan menggunakan salah satu aspek saja. Jadi dalam belajar hanya satu aspek gaya belajar saja yang cenderung digunakan oleh 48 siswa tersebut. Dari 48 siswa tersebut, terdapat 46 siswa lebih nyaman belajar dengan menggunakan aspek gaya belajar visual, 1 orang siswa nyaman belajar dengan menggunakan aspek gaya belajar auditorial dan 1 orang siswa nyaman belajar dengan menggunakan aspek gaya belajar kinestetik.

(87)

yang menyatakan bahwa, dalam belajar biasanya siswa cenderung menggunakan kombinasi ketiga aspek gaya belajar yang ada. Tetapi juga tidak dapat dipungkiri bahwa biasanya dari ketiga aspek gaya belajar tersebut, hanya terdapat satu aspek gaya belajar dominan yang menonjol. Hal ini disebabkan oleh kenyamanan dan kemampuan siswa itu sendiri dalam belajar. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya belajar setiap siswa memang ada yang dapat dibedakan dan ada juga yang tidak dapat dibedakan.

Dari hasil penelitian ini, untuk siswa yang gaya belajarnya dapat dibedakan secara signifikan, hasil yang diperoleh adalah kebanyakan siswa belajar dengan menggunakan aspek gaya belajar visual.

b. Gaya belajar berdasarkan wawancara

Gambar

Gambar 1. Panjang Kurva Normal ..................................................................
Tabel 1. Kisi-kisi Angket gaya belajar siswa
Gambar 1. Panjang Kurva Normal
Gambar 2. Kurva Normal dengan 4 Standar Deviasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

respon halaman tambah berkas perkara setelah klik “simpan” Data berkas perkara sesuai pada Tabel 3.16 Tampilan informasi data tersimpan Gambar 4.43 Sukses.

 Mengolah data hasil  percobaan ke dalam grafik,  menentukan persamaan  grafik, menginterpretasi  data dan grafik untuk 

Bagi para Calon Penyedia Jasa / Peserta Pelelangan yang keberatan terhadap hasil pelelangan ini diberikan kesempatan untuk memberikan sanggahan selama 5 (lima)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemandirian remaja di Kota Banda Aceh yang memiliki orangtua utuh dan orangtua tidak utuh serta perbandingan kemandirian di

Dokumen kualifikasi perusahaan asli yang diupload atau dokumen yang dilegalisir oleh pihak yang berwenang dan menyerahkan 1 (satu) rangkap rekaman (foto copy).

Diajukan Diajukan Diajukan Sebagai Sebagai Sebagai Sebagai Salah Salah Salah Salah Satu Satu Satu Satu Syarat Syarat Syarat Syarat untuk untuk untuk untuk Mencapai Mencapai

PADA PADA PADA DINAS DINAS DINAS DINAS PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN KEUANGAN KEUANGAN KEUANGAN KEUANGAN DAN DAN DAN DAN ASET ASET ASET ASET KOTA KOTA KOTA KOTA

Perencanaannya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh suatu hasil perencanaan yang efisien, namun bisa mencakup segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan