• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN OUTSOURCING Hubungan Antara Job Insecurity dengan Kepuasan Kerja pada Karyawan Outsourcing.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN OUTSOURCING Hubungan Antara Job Insecurity dengan Kepuasan Kerja pada Karyawan Outsourcing."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA

JOB INSECURITY

DENGAN KEPUASAN

KERJA PADA KARYAWAN

OUTSOURCING

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S -1) Psikologi

Oleh :

JUWITA RAHAYU P F 100 090 028

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN OUTSOURCING

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Oleh :

JUWITA RAHAYU P F 100 090 028

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN OUTSOURCING

Yang diajukan oleh:

JUWITA RAHAYU P F.100.090.028

Telah disetujui untuk dipertahankan

di depan Dewan Penguji

Telah disetujui oleh:

Pembimbing Utama

(4)
(5)

HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN KEPUASAN KERJA PADA

KARYAWAN OUTSOURCING

Juwita Rahayu Purwitasari Susatyo Yuwono, S.Psi, M.Si. Psi

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstraksi

Kepuasan kerja diharapkan dapat dirasakan oleh sebagian besar karyawan, namun pada kenyataannya kadang hanya sebagian kecil karyawan yang dapat merasakan kepuasan kerja yang disebabkan oleh adanya oleh adanya job insecurity di kalangan karyawan terutama karyawan berstatus kontrak atau karyawan outsourcing. Karyawan dengan job insecurity yang tinggi akan melahirkan depresi, stress, kecemasan, perasaan tidak berharga, putus asa dan berkurangnya rasa percaya diri sehingga juga akan mengurangi kepuasan kerja.

Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui hubungan antara job insecurity

dengan kepuasan kerja , sehingga penulis mengajukan hipotesis bahwa ada hubungan negatif antara job insecurity dengan kepuasan kerja pada karyawan outsourcing. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Indo Cali Plast yang berjumlah 148 karyawan. Teknik pengambilan sampel adalah purposive non random sampling, yaitu subyek yang dijadikan sampel penelitian didasarkan ciri tertentu. Alat ukur yang digunakan untuk mengungkap variabe l-variabel penelitian ada 2 macam alat ukur, yaitu : (1) skala job insecurity, dan (2) skala kepuasan kerja. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan korelasi product moment.

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh koefisien korelasi (rxy) =

-0,491dengan p=0,01, yang berarti ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara job insecurity dengan kepuasan kerja. Semakin tinggi job insecurity maka semakin rendah kepuasan kerja yang dialami karyawan, sebaliknya semakin rendah

job insecurity maka semakin tinggi kepuasan kerja karyawan. Rerata empirik variabel job insecurity sebesar 68,288 dengan rerata hipotetik sebesar 77,5. Jadi rerata empirik < rerata hipotetik yang berarti pada umumnya karyawan PT. Indo Cali Plast mempunyai job insecurity yang sedang mendekati rendah, selanjutnya rerata empirik variabel kepuasan kerja sebesar 112,438 dengan rerata hipotetik sebesar 95. Jadi rerata empirik > rerata hipotetik yang berarti pada umumnya karyawan PT. Indo Cali Plast mempunyai kepuasan kerja yang tinggi

(6)

PENDAHULUAN

Maraknya sistem outsourcing

di Indonesia telah banyak

menimbulkan ketidakpuasan di

kalangan karyawan outsourcing

karena sistemnya yang bersifat

kontrak dan tidak bisa menjamin masa

depan pekerjaan yang lebih pasti.

Sistem outsourcing itu sendiri mulai

booming di Indonesia sejak krisis

ekonomi 1998 di saat kebutuhan

perusahaan akan efisiensi menjadi

sangat penting untuk dipenuhi

(Andreanto, 2010). Menurut beberapa

pihak, penerapan outsourcing

merupakan salah satu solusi dari

permasalahan ketenagakerjaan di

Indonesia. Data BPS mencatat bahwa

sebanyak 10,55 juta orang (Februari

2007) atau sekitar 9,57% dari

penduduk Indonesia berstaatus sebagai

pengangguran, dimana kondisi ini

dipicu oleh tingginya jumlah angkatan

kerja di Indonesia yang mencapai

108,13 juta orang. Belum lagi

Bappenas mencatat bahwa jumlah

tenaga kerja baru terus meningkat dan

bertambah sedikitnya 2,5 juta orang

per tahun. Sementara itu Siregar

(dalam Andreanto, 2010) dalam situs

Depnakertrans mencatat 60% pekerja

di sektor formal adalah pekerja

kontrak. Fenomena inilah yang banyak

dikatakan turut memunculkan istilah

oustosurcing di Indonesia.

Pengambilan karyawan

outsourcing oleh sebuah perusahaan

menurut Faiz (2007) biasanya

dilakukan karena perusahaan ingin

melakukan efisiensi dalam bidang

tenaga kerja, organisasi, benefit dan

lainnya. Dengan mengambil karyawan

dari pihak ketiga perusahaan dapat

fokus pada kompetensi utamanya

dalam bisnis sehingga dapat

berkompetisi dalam pasar, dimana

hal-hal intern perusahaan yang bersifat

penunjang (supporting) dialihkan

kepada pihak lain yang lebih

profesional.

Pelaksanaan outsourcing itu

sendiri sebenarnya menur ut Suwondo

(2004) memiliki manfaat yang cukup

banyak. Namun pada kenyataannya

secara umum pelaksanaan outsourcing

mendapat tanggapan kurang baik dari

para karyawan outsource itu sendiri,

yang dikarenakan oleh rasa

ketidaknyamanan pada karyawan

oustsourcing sehingga memicu

(7)

yang dilakukan oleh para karyawan

outsource tersebut.

Fenomena-fenomena tersebut

di atas menggambarkan bahwa banyak

karyawan oustsourcing mempunyai

kepuasan kerja yang rendah. Kepuasan

kerja itu sendiri merupakan salah satu

indikasi tercapainya sumber daya

manusia yang berkualitas, karena

dengan kepuasan kerja, seorang

karyawan dapat menjalankan tugasnya

dengan perasaan senang sehingga

perusahaan juga dapat mencapai hasil

yang maksimal. Sebab karyawan yang

merasa puas dengan pekerjaannya

biasanya akan diikuti oleh tingginya

tingkat produktivitas, yang dalam hal

ini menguntungkan perusahaan.

Kepuasan kerja dapat

didefinisikan sebagai kesenangan atau

positif emosional yang dihasilkan dari

penilaian diri terhadap suatu pekerjaan

atau pengalaman kerja (Locke, 1976).

Vroom (1964) telah mendefinisikan

kepuasan kerja sebagai orientasi

individu yang positif terhadap peranan

pekerjaan yang dipegang pada satu

masa.

Dikemukakan oleh (Herzberg

dalam Sukmiati, 2003) bahwa ciri

perilaku pekerja yang puas adalah

mereka mempunyai motivasi untuk

berkerja yang tinggi, mereka lebih

senang dalam melakukan

pekerjaannya, sedangkan ciri pekerja

yang kurang puas adalah mereka yang

malas berangkat ke tempat bekerja dan

malas dengan pekerjaan dan tidak

puas. Tingkah laku karyawan yang

malas tentunya akan menimbulkan

masalah bagi perusahaan berupa

tingkat absensi yang tinggi,

keterlambatan kerja dan pelanggaran

disiplin yang lainnya, sebaliknya

tingkah laku karyawan yang merasa

puas akan lebih menguntungkan bagi

perusahaan.

Akibat lebih lanjut dari

karyawan yang tidak puas dengan

pekerjaannya yakni kemungkinan

akan memulai reaksi mereka dengan

tindakan-tindakan ringan seperti

datang terlambat, sebelum beralih ke

tindakan yang lebih berat, seperti

absen, dan pada akhirnya keluar dari

perusahaan (turnover). Seperti hasil

survei oleh Global Strategic Rewards

2007 sampai 2008, menunjukkan

bahwa tingkat turnover atau keluar –

masuknya karyawan untuk posisi

penting (level manajerial dan

(8)

6,3% sampai 7,5%. Sementara, pada

industri umumnya berkisar 0,1%

sampai 0,74% (Wardana, 2010).

Apabila pekerjaan sudah

terabaikan maka jelas bahwa

perusahaan akan mengalami kerugian

yang besar dari sisi produktivitas

maupun efektivitas. Dengan demikian

penting sekali bagi perusahaan untuk

dapat memenuhi kepuasan kerja bagi

karyawannya, namun pada

kenyataannya tidak semua aspek

kepuasan kerja tersebut dapat dipenuhi

oleh suatu perusahaan, karena pada

kenyataannya masalah kondisi

pekerjaan akan dirasakan kurang

memuaskan bagi karyawan, khususnya

karyawan outsourcing sebagai tenaga

kontrak.

Kondisi pekerjaan yang kurang

memuaskan bagi karyawan

outsourcing tersebut adalah jaminan

rasa aman. Jaminan rasa aman tersebut

akan mengarah pada jaminan bahwa

karyawan tidak akan pernah terancam

akan kehilangan pekerjaannya. Istilah

yang diberikan oleh Marwansyah &

Mukaram (2000) tentang ancaman

akan kehilangan pekerjaan itu biasa

disebut dengan job insecurity.

Menurut Rosenbalt (dalam Munandar

2001) job insecurity adalah

ketidakberdayaan untuk

mempertahankan kelanjutan pekerjaan

karena ancaman situasi dari pekerjaan.

Job insecurity ini akan banyak

terjadi dialami oleh karyawan

outsourcing, sebab pada karyawan

outsourcing biasanya hubungan

industrialnya kabur sehingga

menyebabkan ketidakpastian

pekerjaan selama kontrak kerja

berlangsung dan ketakutan terjadi

pada pekerja jika kontraknya tidak

diperpanjang.

Istilah job insecurity itu sendiri

mulai diperkenalkan saat banyak

perusahaan mempekerjakan karyawan

kontrak dan terjadinya perubahan

dalam organisasi akibat pengurangan

karyawan, restrukturisasi dan merger

(Ashford, 1989). Pengertian job

insecurity menurut Grennhalgh dan

Rosenbalt (1984) adalah

ketidakberdayaan untuk

memperta-hankan ke lanjutan pekerjaan karena

ancaman situasi dari pekerjaan.

Munandar (2001)

menge-mukakan bahwa ancaman akan

kehilangan pekerjaan (job insecurity)

berkaitan dengan masalah kesehatan

(9)

colitis, dan alopecia, dan peningkatan

keluhan-keluhan emosional dan otot.

Sementara itu Roskies & Guerin

(dalam Fiksenbaum, 2002)

mengatakan bahwa penurunan kondisi

kerja seperti rasa tidan aman

(insecure) dalam bekerja akan

mempegaruhi karyawan lebih dari

sekedar kehilangan pekerjaan semata,

namun juga mengarahkan pada demosi

menurunnya kondisi psikologis dan

akan mempengaruhi kepuasan kerja.

Demikian pentingnya rasa

keamanan atas pekerjaan itu bagi

kepuasan kerja karyawan, sehingga

apabila tidak terpenuhi akan

menimbulkan permasalahan tersendiri

yang pada gilirannya juga

mempengaruhi kelancaran organisasi.

Berdasar uraian tersebut di

atas maka muncul permasalahan

”apakah ada hubungan antara job

insecurity dengan kepuasan kerja pada

karyawan outsourcing?”

Dari permasalahan di atas

maka penulis tertarik untuk

mengambil judul: ”Hubungan antara

job insecurity dengan kepuasan kerja

pada karyawan outsourcing”.

METODE PENELITIAN

Populasi pada penelitian ini

adalah karyawan outsourcing PT. Indo

Caliplast yang berjumlah 900

karyawan.

Pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan skala

pengukuran psikologis. Ada dua skala

yang digunakan dalam pene litian ini,

yaitu skala job insecurity dan skala

kepuasan kerja.

Teknik analisis yang

digunakan untuk menghubungkan

antara job insecurity dengan kepuasan

kerja pada karyawan outsourcing

adalah SPS (seri program statistik)

dengan analisis product moment.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dalam penelitian ini

dikumpulkan dengan menggunakan

skala.

Sebelum analisa data dilakukan

dengan teknik analisis product

moment, terlebih dahulu dilakukan uji

asumsi yang meliputi uji normalitas

sebaran dan uji linearitas.

Nilai koefisien korelasi (r)

sebesar -0,491; p = 0,000 (p < 0,01).

Hasil tersebut menunjukkan ada

(10)

signifikan antara job insecurity dengan

kepuasan kerja. Semakin tinggi job

insecurity maka semakin rendah

kepuasan kerja yang dialami

karyawan, sebaliknya semakin rendah

job insecurity maka semakin tinggi

kepuasan kerja karyawan, yang mana

hal tersebut menunjukkan bahwa

hipotesis terbukti.

Dari hasil analisis data dapat

diketahui bahwa ada hubungan negatif

yang sangat signifikan antara job

insecurity dengan kepuasan kerja pada

karyawan PT. Indo Cali Plast, dengan

r sebesar -0,491dengan p<0,01. Jadi

hipotesa yang penulis ajukan terbukti.

Terbuktinya hipotisis yang

diajukan oleh penulis membuktikan

bahwa rasa aman pada individu sangat

diperlukan, termasuk dalam situasi

kerja, dan apabila rasa aman kurang

terpenuhi maka akan muncul perasaan

terancam akan eksistensi karyawan

tersebut pada pekerjaannya yang

disebut dengan job insecurity dan hal

itu membuat karyawan merasa kurang

puas bekerja di perusahaan tersebut.

Hal itu seperti pendapat yang

dikemukakan oleh Greenhalgh dan

Rosenblatt (1984) bahwa job

insecurity merupakan

ketidakberdayaan seseorang/perasaan

kehilangan kekuasaan untuk

mempertahankan kesinambungan yang

diinginkan dalam kondisi/situasi kerja

yang terancam.

Namun walaupun sebagai

karyawan berstatus kontrak di PT.

Indo Cali Plast rata-rata karyawannya

mempunyai job insecurity yang

sedang mendekati rendah, sehingga

pada akhirnya juga terbukti

memberikan peran pada hasil yang

tinggi pada kepuasan kerja karyawan.

Hal tersebut ditunjukkan

dengan rerata empirik variabel job

insecurity sebesar 68,288 dengan

rerata hipotetik sebesar 77,5. Jadi

rerata empirik < rerata hipotetik yang

berarti pada umumnya karyawan

mempunyai job insecurity yang

sedang mendekati rendah.

Job insecurity yang sedang

menunjukkan bahwa besarnya

ancaman (severity of threat) atau

derajat ancaman yang dirasakan

mengenai kelanjutan situasi kerja di

PT. Indo Cali Plast, perasaan

terancam terhadap tampilan kerja

(job features) dan perasaan tidak

berdaya (powerlesness) yaitu perasaan

(11)

atau ketidakmampuan untuk

mengendalikan kejadian-kejadian di

lingkungan kerjanya dirasakan sedang

mendekati rendah oleh para karyawan

PT. Indo Cali Plast.

Job insecurity yang dirasakan

sedang mendekati rendah tersebut

pada akhirnya menyebabkan para

karyawan PT. Indo Cali Plast dapat

merasakan kepuasan kerja yang tinggi

karena adanya aspek psikologis yakni

rasa aman,yang mana para karyawan

PT. Indo Cali Plast tidak begitu

merasa terancam terhadap tampilan

kerja mereka, dan status kontrak bagi

mereka juga bukan sebuah ancaman

bagi masa depan mereka, karena

mereka yakin bahwa dengan

memberikan kontribusi berupa prestasi

kerja pada perusahaan, pada akhirnya

nanti mereka yakin akan dikontrak

lagi bahkan dinaikkan statusnya

menjadi karyawan tetap, selain itu

bahwa status sebagai karyawan

kontrak mungkin bagi mereka tidak

menimbulkan powerlessness. Mereka

tetap merasakan rasa yang berdaya

sehingga mereka mampu

mengendalikan kejadian-kejadian di

lingkungan kerjanya.

Diterangkan bahwa job

insecurity merupakan pandangan

subyektif individu terhadap situasi

atau peristiwa di tempatnya bekerja.

Pandangan subyektif ini

memungkinkan individu berpikir dan

menilai situasi secara berbeda-beda

(Sverke & Hellgren, 2002). Dengan

demikian ada orang yang menganggap

situasi atau lingkungannya sebagai hal

yang tidak mengancam dirinya. Orang

yang bekerja sebagai tenaga

outsourcing bekerja berdasarkan pada

kontrak kerja yang telah disepakati

sebelumnya. Keadaan ini

memungkinkan seseorang untuk

merasa terancam dengan situasi kerja

karena adanya ketidakpastian akan

kelanjutan kontrak kerja, namun

pandangan atau penilaian tersebut

tergantung pada masing-masing

individu karena job insecurity

merupakan hal yang subyektif.

Kesubyektifan tersebut dapat

terpengaruh karena adanya trait yang

bernama efikasi diri, dimana karyawan

yang mempunyai efikasi diri tinggi

kontrak kerja tersebut bisa saja

dianggap sebagai tantangan untuk

terus berusaha, sehingga job insecurity

(12)

ini dikarenakan mereka yakin bahwa

dirinya akan mampu berkontribusi

bagi perusahaan dengan baik,

sehingga mereka akan

mempersepsikan kecil kemungkinan

akan kehilangan pekerjaan (Rigoti

dalam Andreanto, 2010).

Demikian yang terjadi pada

PT. Indo Cali Plast bahwa job

insecurity karyawan PT. Indo Cali

Plast pada kategori sedang mendekati

rendah agak berbeda dengan hasil

survei awal yang mengindikasikan

bahwa karyawan outsourcing yang

memang statusnya sebagai karyawan

kontrak cenderung mempunyai job

insecurity yang tinggi. Cenderung

rendahnya job insecurity pada

karyawan Indo Cali Plast dipengaruhi

oleh kemungkinan dipengaruhi oleh

tingginya efikasi diri.

Sedangkan tenaga kerja

outsourcing yang memiliki tingkat

efikasi diri yang rendah dapat

dikatakan tidak memiliki pemikiran

positif seperti pada individu dengan

tingkat efikasi tinggi, yakni mereka

cenderung pesimis dan merasa tidak

berdaya. Bahwa mereka tidak yakin

akan kemampuannya dalam

menghadapi tuntutan yang adadalam

lingkungan kerjanya. Oleh karena itu

ketika dihadapkan pada situasi yang

dianggap melebihi kemampuannya,

mereka cenderung akan mudah

menyerah dan lebih fokus pada

kelemahan dirinya. Hal tersebut

tentunya dapat berpengaruh dalam

pekerjaannya dan pada akhirnya

menimbulkan job insecurity yang

tinggi dalam diri tenaga kerja

outsourcing tersebut (Bandura, 1995).

Kemudian rerata empirik

variabel kepuasan kerja sebesar

112,438 dengan rerata hipotetik

sebesar 95. Jadi rerata empirik > rerata

hipotetik yang berarti pada umumnya

karyawan mempunyai kepuasan kerja

yang tinggi.

Kepuasan kerja karyawan di

PT. Indo Cali Plast yang tinggi

menunjukkan bahwa memang job

insecurity karyawan outsourcing di

tempat tersebut tidak begitu terjadi,

dalam artian karena job insecurity-nya

hanya sedang dan cenderung

mendekati rendah maka kepuasan

kerja karyawan PT. Indo Cali Plast

cenderung tinggi.

Hanya saja masih perlu di

pertimbangkan bahwa tidak seratus

(13)

PT. Indo Cali Plast dipengaruhi oleh

job insecurity, karena masih ada faktor

lain yang mempengaruhi kepuasan

kerja karyawan, yang perlu juga

diselidiki faktor apa saja yang juga

mempengaruhi kepuasan kerja

sehingga kepuasan kerja karyawan di

PT. Indo Cali Plast lebih bisa

meningkat semaksimal mungkin,

sebab faktor job insecurity hanya

menyumbang sebesar 24,4% terhadap

kepuasan kerja .

Faktor-faktor lain yang perlu

dipertimbangkan dapat mempengaruhi

kepuasan kerja antara lain human

relation, gaji, faktor lingkungan fisik

kerja, dsb. gaji yang memuaskan,

kesempatan untuk maju,

mengembangkan karir, kesempatan

bekerja yang layak, kondisi kerja yang

baik, lingkungan kerja yang

memuaskan, teman sekerja yang

memuaskan serta pimpinan yang baik.

Adapun kelemahan dalam

penelitian ini adalah: untuk sampling,

karena pengambilan sampelnya tidak

bisa secara langsung atau angket

hanya dititipkan oleh personalia, maka

peneliti kurang dapat memberikan

instruksi pengerjaan secara lebih detil

sehingga dalam menjawab ada

kesalahan persepsi pada sebagian

responden.

DAFTAR PUSTAKA

As’ad, M. 1982. Psikologi Industri Seri Ilmu Sumber Daya Manusia. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Liberti.

Andreanto, Y. 2010. Job Insecurity dan Komitmen Organisasi terhadap Intensi Turnover Karyawan Kontrak di FE UII, Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Ashford, S.J., C. Lee, & P. Bobko. 1989. ”Content, Causes, and Consequences of Job insecurity: A Theory Based Measure and Substantive Test”, Academy of Management Journal, 32 (4): 803-829.

Davis, K. dan Newstrom, J. 1989.

Human Behavior at Work.

Organization Behavior 8th Edition. Singapore: Mc. Graw-Hill. International.

Faiz, 2007. Outsourcing Dan Tenaga Kerja.

http://panmohamadfaiz.com/20 07 /05/19/outsourcing-dan-tenaga-kerja/

(14)

Greenhalgh, L., dan Z. Rosenblatt. 2002. Job Insecurity; Towards Conceptual Clarity. Academy of Management Review, 9 (3), p. 438-448

Locke, E.A. 1976. What Is Job Satisfaction? Journal of Organization Behavior and Human Performance, 4. hlm. 309 - 336

Marwansyah & Mukaram. 2000.

Manajemen sumber daya manusia. Bandung: Pusat Penerbit Administrasi Niaga Politeknik Negri Bandung.

Munandar, A. 2001. Psikologi Industri Dan Organisasi. UI Press, Jakarta.

Rosenblatt, Z., dan A. Ruvio. 1996. ”A Test Multidimensional Model of Job Insecurity: The Case of Israeli Teachers”,

Journal of Organizational Behavior, 17: 587-605.

Ruvio, A., dan Z. Rosenblatt. 1999. ”Job Insecurity Among Israeli Schoolteachers: Sectoral Profiles and Organizational

Implications”. Journal of Educational Administration,

37: 139-158.

Sukmiati, 2003. hubungan antara human relation dan motivasi kerja dengan kepuasan kerja.

Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Suwondo, C. 2004. Outsourcing Implementasi di Indonesia. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Sverke M., Hellgren J. 2002 The Nature of Job Insecurity: Understanding employment uncertainty on the brink of a new millennium. Journal Applied Psychology. vol. 31 no. 2 175-178

Vroom, V.H. 1964. Work and Motivation. New York: John Willey And Sons.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian kontrol ini tidak termasuk dalam lingkungan terkontrol terpusat dan dapat membuat kemampuan user mengakses informasi secara dinamis, kebalikan dari aturan yang

Suatu perkara yang ingin saya ingatkan kepada anda, apabila anda telah memilih untuk menjadikan kekayaan sebagai pilihan dalam hidup anda, maka anda perlu berpegang pada

The new method is illustrated by reporting a laboratory computation of an instance of the NP-complete algorithmic problem of computing the cardinal number of a maximal

Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi Susunan pegas

Hal ini menunjukan bahwa persentase respon variabel independen (variabel x) terhadap variabel dependen yaitu Dakwah Abu Takeru sebesar 61,2% dengan tingkat signifikansi

Pada tahap mana terdapat hambatan besar bagi pengurangan resiko. Pada tahap mana terdapat hambatan besar bagi keceriaan

Yang dimaksud dengan persetujuan pengoperasian kapal adalah persetujuan pengoperasian kapal yang diterbitkan untuk orang pribadi atau badan guna mengoperasikan kapal

Pap smear merupakan tes skrining yang digunakan untuk mendeteksi pertumbuhan Pap smear merupakan tes skrining yang digunakan untuk mendeteksi pertumbuhan abnormal