BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya berkaitan erat dengan pola hidup manusia, dimanapun manusia
tersebut bermasyarakat, akan menciptakan dan mewariskan kebudayaan. Dengan
budaya maka manusia telah mengubah kehidupannya, dari kehidupan secara
individual menjadi kehidupan bermasyarakat. Manusia dalam kehidupan
bermasyarakat dapat mengatasi kekurangan, kelemahan dan problem
individualnya. Kebudayaan merupakan sesuatu yang diwariskan dari generasi ke
generasi yang di dalamnya terdapat adat istiadat, kesenian, pengetahuan,
kepercayaan, budi pekerti, hukum serta unsur-unsur cipta, karsa dan rasa.
Notosoejitno (1997 hlm. 11) berpendapat bahwa,
Semua kebudayaan di dunia ini mempunyai 7 unsur universal sebagai isinya, yaitu bahasa, sistem teknologi, sistem mata pencaharian hidup atau ekonomi, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi dan kesenian. Wujud dan isi kebudayaan tersebut merupakan kerangka kebudayaan.
Manusia tidak bisa terlepas dari hidup bermasyarakat karena, hanya
manusia saja yang dapat hidup bermasyarakat. Dengan bermasyarakat maka
manusia memiliki budayanya. Manusia akan saling bergantung pada manusia lain
karena kebutuhan akan keamanan dan kesejahteraan. Namun, tidak menutup
kemungkinan bahwa dengan bermasyarakat dan budayanya, manusia dapat
menuju ke peradaban yang lebih maju, tinggi dan halus. Manusia juga memiliki
hasrat selain akal sehat yang mempengaruhi pada pola berfikirnya. Terlihat jelas
bahwa sumber makanan serta wilayah, akan memicu terjadinya konflik antar
masyarakat, yang akan menimbulkan perkelahian karena mempengaruhi sistem
mata pencaharian hidup mereka. Perlakuan tersebut juga tidak hanya terjadi
manusia dengan manusia saja melainkan manusia dan hewan, itulah yang disebut
dengan pertahanan diri.
Sejak dahulu kala, serangan hewan atau kelompok manusia lain dengan
dari makhluk hidup. Konflik yang timbul dapat dipicu oleh perebutan kekuasaan
sebuah wilayah, sumber makanan bahkan kehormatan diri yang akan mengancam
rasa aman. Perkelahian menggunakan anggota tubuh sebagai alat pertahanan diri
dengan atau tanpa alat bantu sehingga tubuh dijadikan alat bertahan dan
menyerang, namun tidak menutup kemungkinan selain tubuh, manusia juga
menggunakan alat bantu yang bahannya diambil dari alam. Seperti pendapat dari
Notosoejitno (1997 hlm. 15) yang menyatakan bahwa :
Cara perkelahian manusia yang paling awal sifatnya alamiah, yakni perkelahian naluriah dengan menggunakan sebagian atau keseluruhan anggota tubuh yang dimiliki manusia dengan tangan kosong atau dengan menggunakan benda-benda yang tersedia berupa batu atau kayu atau alat-alat yang dapat dibuat oleh manusia dari kayu dan batu sebagai senjata .
Selain anggota tubuh, benda yang digunakan sebagai senjata seperti batu
atau kayu, merupakan bentuk perkembangan dari pola berfikir manusia, yang
ingin mengalahkan dan menciderai lawannya sebagai akibat dari konflik yang
terjadi. Pada perkembangannya, perkelahian naruliah tersebut mulai dipelajari dan
diajarkan sehingga munculah kiat – laga yang disebut-sebut sebagai cikal bakal
dari pencak silat. Kiat – laga bertujuan mengalahkan dan melumpuhkan lawan
secara fisik dengan penggunaan teknik dan strategi. Namun karena
penggunaannya akan berakibat fatal jika dipergunakan oleh orang yang tidak
bertanggung jawab, maka para Cendekiawan pun membuat sebuah aturan yang
membatasi penggunaan kiat – laga. Setelah adanya pembatasan penggunaan kiat –
laga, maka tujuannya tidak lagi untuk mengalahkan manusia, melainkan untuk
mempertahankan diri atau membela diri dan menyerang. Hal tersebut dilakukan,
jika jalan damai atau perundingan sudah tidak dapat ditempuh. Pada
pelaksanaannya pun hanya memberikan efek jera tidak sampai menciderai lawan
hingga fatal, maka kiat – laga berubah nama menjadi kiat – beladiri atau seni –
beladiri (selfdefensive skill/arts) yang disebut-sebut sebagai cikal – bakal dari
pencak silat.
Kiat – laga yang kini lebih berkembang, dikenal dengan nama pencak
silat. Pencak silat memiliki sisi bertahan – menyerang serta nilai estetis yang
berkembang setelah kebudayaan manusia lebih meningkat. Pada awal mulanya,
menggunakan benda-benda yang ada pada alam. Hal tersebut sebagai wujud dari
pertahanan diri pada jaman pra sejarah, serta mengadopsi gerak-gerak yang
terinspirasi oleh binatang. Namun, demikian dapat disesuaikan dengan kodratnya
sebagai manusia, kemudian berkembang dengan cara dipelajari dan diajarkan.
Penggunaan metode build and repair pada pembelajaran pencak silat menjadi
sebuah ilmu beladiri atau seni beladiri. Maka, bentuk pengembangan dan
penyempurnaannya berubah menjadi aturan dasar pencak silat sebagai jatidiri dan
nilai-nilai falsafah budi pekerti luhur yang diperkuat agar mampu mengendalikan
diri dan memenuhi kewajibannya sehingga dapat memenuhi kebutuhan akan
keamanan dan kesejahteraan. Kini para penggunanya mengedepankan perdamaian
dan membatasi penggunaan beladiri sebagai cara untuk menyelesaikan masalah.
Banyak hal yang dapat tercipta dari aturan dasar tersebut sehingga inovasi pada
penggunaannya kini beragam seperti sebagai olahraga atau pertandingan, seni
beladiri atau Ibing pencak silat, mental-spiritual dan tenaga dalam. Penggunaan
yang beragam tersebut didasari adanya aspek-aspek yang ada pada pencak silat
yang satu sama lain saling berkaitan. Maka tiap aspeknya memiliki bentuk nyata
sebagai realisasi terhadap inovasi dari sistem dan penggunaan pencak silat.
Aspek-aspek tersebut dimulai saat dibentuknya IPSI pada tahun 1948, sebuah
organisasi yang mewadahi setiap perkumpulan pencak silat yang ada di Indonesia.
IPSI bersama BAKIN dalam Hetti (2010 hlm. 44) mendefinisikan bahwa,
Pencak Silat adalah hasil budaya manusia indonesia untuk membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integrasinya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Selain beladiri, pencak silat seni termasuk ke dalam pencak silat dan dapat
dilihat dari perkembangannya di Jawa Barat yang lebih dikenal dengan Ibing
Pencak Silat, yang mengenal pencak silat dengan sebutan eusi dan kembang.
Kasmahidayat dan Sumiyati (2010 hlm.7) menjelaskan bahwa,
Ibing Pencak silat dapat diartikan sebagai gerak dasar beladiri yang disajikan dalam bentuk tarian atau gerak kembangnya beladiri pencak silat.
Eusi yang dimaksudkan dalam Ibing Pencak silat sendiri berarti teknik
menyerang atau bertahan dan dapat menyebabkan cidera pada lawannya.
Kemudian, kembang yang berarti keindahan, seni atau seni beladiri yang di
dalamnya terdapat serangan atau belaan yang memperlihatkan keindahan atau
seni-nya, dan tidak menyebabkan cidera. Dalam Ibing pencak silat pada
umumnya memiliki jurus-jurus yang kemudian digunakan untuk kebutuhan estetis
dalam sebuah penampilan. Tepak dua, Tepak Tilu paleredan, Padungdung
merupakan jurus yang banyak dikembangkan oleh beberapa pagdepokan, serta di
dalamnya memiliki unsur buah dan kembang. Jurus adalah rangkaian gerak yang
dilatih secara tunggal maupun berpasangan, yang geraknya merupakan dasar dari
buah itu sendiri. Setiap aliran memiliki gerak yang khas dan membedakan
dengan yang lainnya. Seperti pada Tepak Tilu yang keseluruhan geraknya
termasuk ke dalam kembang dan biasanya dilakukan sebagai tanda akhir dari
penampilan pesilat, akan memiliki perbedaan dari segi gerak dan penggunaannya
pada padepokan di berbagai daerah.
Tidak banyak yang tahu bahwa Garut merupakan salah satu daerah yang
masih mengembangkan pencak silat. Selama ini, Garut terkenal dengan kesenian
Dodombaan-nya, namun Garut juga merupakan daerah yang peduli akan
keberlangsungan pencak silat dan berusaha untuk menjaga keeksistensiannya.
Garut merupakan daerah yang termasuk dalam provinsi Jawa Barat.
Masyarakatnya mengenal pencak silat sebagai Ibing Pencak Silat sebagai hiburan
diri dan pertunjukan dalam acara seperti hajatan masyarakat atau hajat
pemerintah. Salah satu padepokan di daerah Garut yaitu Panglipur
mengkolaborasikan beberapa jurus pencak silat menjadi sebuah gerak yang lebih
indah dan efisien yang kemudian terciptalah Ibing pencak silat Garutan. Ibing
pencak silat Garutan merupakan kolaborasi dari tepak dua, tepak tilu, paleredan.
Gerak yang ada dalam setiap jurus kemudian di ambil dan dikembangkan
sehingga melahirkan Ibing pencak silat Garutan.
Padepokan di Kecamatan Wanaraja tepatnya di desa Wanaseda yaitu
Panglipur Putra Mekar Wangi yang merupakan cabang dari Panglipur pusat
sebagai salah satu padepokan yang mengajarkan Ibing pencak silat Garutan di
daerah Garut. Padepokan tersebut memiliki gerak yang unik dan berbeda karena
langkah-langkah kaki yang juga sempit. Tidak hanya beberapa jurus-jurus pencak
silat, padepokan tersebut juga mengajarkan Ibing pencak silat Garutan kepada
murid-murid yang merupakan masyarakat desa Wanaseda. Ibing pencak silat
Garutan ini dipertunjukan untuk menambah waktu penampilan pesilat agar merasa
puas mempertontonkan keahlian pencak silatnya. Disajikan bersamaan dengan
jurus tepak dua, tepak tilu, paleredan, rincik dan padungdung. Dekatnya
padepokan ini dengan masyarakat dan tidak segan mengajarkan pencak silat pada
pemuda – pemudi, maka tidak heran banyak warganya yang masih fasih
menggerakkan badannya mengikuti kendang, karena hampir seluruh warganya
menguasai Ibing pencak silat yang diajarkan dari padepokan tersebut. Jika
penggunaan pencak silat dalam ibing pencak silat Garutan ini diperluas maka
akan mempermudah masyarakat untuk mengetahui lebih dalam mengenai pencak
silat dan dapat mengundang minat masyarakat lebih banyak.
Stuktur gerak yang mengkolaborasikan tepak dua, tepak tilu dan paleredan
di dalamnya, melahirkan perubahan struktur Ibing pencak silat menjadi Ibing
pencak silat Garutan. Karena pada umumnya pencak silat cenderung melatih
gerak dasar dan menampilkan pertunjukan Ibing pencak silat. Ibing pencak silat
Garutan ini merupakan esensi lain yang terkandung dalam ilmu pencak silat.
Apalagi dengan gerak pertahanan yang cenderung sempit khas dari padepokan
Panglipur Putra Mekar Wangi dan Ibing pencak silat Garutan yang dipakai dalam
pertunjukan Ibing pencak silat pada Panglipur Putra Mekar Wangi, ibing tersebut
digunakan pesilat untuk menambah waktu dalam mempertontonkan keahliannya.
Dari pemaparan tersebut, menambah daya tarik serta faktor pendorong
peneliti untuk menjadikan Ibing pencak silat Garutan pada pencak silat sebagai
objek penelitian. Atas dasar itulah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
lebih spesifik terhadap Ibing pencak silat Garutan, melalui penelitian yang
mendeskripsikan tetang Ibing pencak silat Garutan pada pencak silat. Maka dari
itu peneliti merumuskan ke dalam judul Skripsi “IBING PENCAK SILAT
GARUTAN PADA PADEPOKAN PANGLIPUR PUTRA MEKAR WANGI
DI DESA WANASEDA KECAMATAN WANARAJA KABUPATEN
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan tahap awal penguasaan permasalahan
dimana suatu objek dalam kondisi tertentu dapat dikenali sebagai sebuah masalah.
Pelestarian pencak silat pada daerah Garut sebagai salah satu daerah yang masih
mempertahankan pencak silat dengan mengkolaborasikan jurus-jurus tepak dua,
tepak tilu dan paleredan menjadi satu kesatuan sehingga munculah Ibing pencak
silat Garutan, serta gerak pertahanan yang cenderung sempit yang dimiliki oleh
salah satu padepokan Panglipur cabang di daerah Garut memberikan gambaran
awal mengenai masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini. Kemudian,
dengan salah satu padepokan yang berada di Kecamatan Wanaraja yaitu Panglipur
Putra Mekar Wangi yang mempelajari dan mengajarkan Ibing pencak silat
Garutan, mendukung pencarian data dari masalah yang diangkat.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka peneliti
memaparkan beberapa permasalahan yang akan diteliti. Masalah penelitian
meliputi Struktur Ibing pencak silat Garutan dan fungsi gerak ibing pencak silat
Garutan pada Panglipur Putra Mekar Wangi. Kemudian peneliti memaparkan
permasalahan yang akan diteliti dan dirumuskan ke dalam bentuk pertanyaan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
dijelaskan, maka fokus penelitian yang akan dilakukan dan dirumuskan ke
dalam rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana struktur gerak ibing pencak silat Garutan di Padepokan
Panglipur Putra Mekar Wangi ?
2. Bagaimana fungsi gerak ibing pencak silat Garutan pada padepokan
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus,
yang dipaparkan sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Salah satu tujuan umum dari penelitian ini adalah, menumbuhkan rasa
cinta terhadap kesenian tradisional, khususnya pencak silat. Tujuan lainnya
yaitu agar ibing pencak silat Garutan ini dapat dikenal tidak hanya di daerah
asalnya saja yaitu Garut, namun juga dikenal di berbagai daerah di seluruh
Indonesia. Hal tersebut diharapkan dapat memotivasi agar tiap daerahnya
memiliki ibing pencak silat khas daerah masing-masing dan pencak silat tetap
terlestarikan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :
1) Mendeskripsikan struktur gerak ibing pencak silat Garutan pada
Padepokan Panglipur Putra Mekar Wangi.
2) Mengidentifikasi fungsi gerak Ibing pencak silat Garutan pada
Padepokan Panglipur Putra Mekar Wangi.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat secara teoretis dan
manfaat secara praktis.
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, dan
menambah referensi, literatur serta pengetahuan terkini mengenai pencak silat
juga agar mempermudah dan membantu dalam penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
Melalui penelitian ini, peneliti mendapatkan informasi dan
pengetahuan lebih mengenai pencak silat serta dapat dijadikan pengalaman
yang berguna baik untuk saat ini maupun ke depannya. Selain itu, tidak
menutup kemungkinan hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan ajar di sekolah.
b. Departemen Pendidikan Seni Tari UPI
Selain itu, dapat menambah khasanah kepustakaan khususnya di
Departemen Pendidikan Tari. Kemudian untuk kepentingan akademik, secara
tidak langsung penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
c. Para Pelaku Seni dan Seniman Tari
Sebagai motivasi untuk Padepokan Panglipur Putra Mekar Wangi agar
terus berkembang, berinovasi dan berkreasi untuk mengembangkan dan
mempertahankan Pencak Silat. Selain itu, sebagai wawasan lebih luas
mengenai pencak silat dan agar termotivasi untuk melestarikan pencak silat
agar tidak mengalami kepunahan.
d. Masyarakat
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pencak silat
khususnya dari daerah Garut. Selain itu, memperkaya khasanah seni, budaya
dan apresiasi masyarakat terhadap pencak silat agar menimbulkan motivasi dan
minat untuk ikut melestarikan pencak silat.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Judul penelitian ini diambil dari masalah yang muncul pada latar
belakang penelitian. Masalah yang muncul kemudian diolah menjadi sebuah
topik dan selanjutnya dirangkai menjadi judul penelitian. Melalui latar
belakang mengenai pengkolaborasian jurus-jurus sehingga menjadi ibing
pencak silat Garutan, peneliti tertarik untuk menjadikannya sebuah objek
penelitian yang selanjutnya dikembangkan oleh peneliti melalui sebuah karya
tulis yang mendeskripsikan struktur gerak dan fungsi ibing pencak silat
Garutan.
Lokasi yang dipilih oleh peneliti adalah desa Wanaseda Kecamatan
yang merupakan ketua dari Padepokan Panglipur Putra Mekar Wangi.
Padepokan tersebut mengembangkan dan mengajarkan pencak silat dan Ibing
pencak silat Garutan. Judul yang diberikan pada penelitian ini adalah “ Ibing
Pencak Silat Garutan Pada Padepokan Panglipur Putra Mekar Wangi di Desa
Wanaseda Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut ”.
Dalam halaman pengesahan berisi tentang legalitas isi dari skripsi atau
penelitian yang dibuat peneliti sendiri. Pada lembar pengesahan skripsi,
ditandatangani oleh pembimbing dan Ketua Departemen yang berfungsi
sebagai bukti kuat atau legalitas dari penelitian tersebut. Pada penelitian
mengenai Ibing Pencak Silat Garutan Pada Padepokan Panglipur Putra Mekar
Wangi di Desa Wanaseda Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut, di
tandatangani oleh pembimbing I yaitu Bapak Dr. Yuliawan Kasmahidayat,
M.Si., pembimbing II yaitu Ibu Dra. Sri Dinar Munsan M.Pd dan Ketua
Departemen Pendidikan Seni Tari Dr. Frahma Sekarningsih, S.Sen, M.Si.
Halaman pernyataan keaslian yang berisi mengenai pernyataan
keaslian mengenai penelitian skripsi tersebut ditulis oleh peneliti sendiri tanpa
menjiplak atau plagiarisme dalam bentuk apapun. Abstrak dalam penelitian
Ibing Pencak Silat Garutan Pada Padepokan Panglipur Putra Mekar Wangi di
Desa Wanaseda Kecamatan Garut. Isi dalam abstrak penelitian ini,
menjelaskan mengenai tujuan dilakukannya penelitian ini yang terkait dengan
latar belakang penelitian dengan metode-metode yang digunakan dalam
penelitian ini.
Kata pengantar merupakan pengantar peneliti skripsi serta ucapan
terimakasih yang disampaikan secara tulus dan jelas kepada pihak-pihak yang
membantu dalam penyelesaian penelitian.
Daftar isi merupakan sistematika isi penelitian secara berurutan yang
berfungsi untuk kemudahan pembaca menemukan bagian-bagian yang berada
pada penelitian. Peneliti menggunakan nomor pada setiap halaman pada awal
bab, sub bab, maupun pembahasannya. Adapun daftar gambar yang digunakan
untuk mendukung pada kegiatan penelitian disertai dengan nomor urut dari
penelitian ini yaitu berupa gambar mengenai gerak pencak silat, logo paguron,
dokumentasi kegiatan dan wawancara.
Selanjutnya pada daftar lampiran penelitian ini berisi mengenai
lampiran-lampiran penelitian yang disajikan secara berurutan. Lampiran yang
terdapat pada penelitian ini adalah pedoman wawancara, pedoman
dokumentasi, surat perizinan penelitian, surat keputusan.
BAB I Pendahulauan; berisi mengenai latar belakang penelitian,
identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
dan struktur organisasi penelitian atau sistematika penulisan skripsi.
BAB II Kajian Pustaka; merupakan salah satu bagian dari sistematika
penulisan penelitian yang berfungsi sebagai landasan teoretis yang digunakan
dalam penelitian. Setiap kutipan, gagasan ataupun pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli harus menggunakan kaidah-kaidah penulisan yang
baik sesuai dengan sistematika penulisan skripsi agar tidak terjadinya
plagiarisme. Kemudian pada penelitian ini pustaka-pustaka yang digunakan
harus tercantum nama, judul buku, penerbit, dan nama kota pada daftar
pustakanya.
BAB III Metode Penelitian; membahas mengenai lokasi dan subjek
penelitian, metode penelitian, deinisi operasional, instrumen penelitian yang
digunakan, cara-cara pengumpulan data dan teknik analisis data. Pengolahan
data dapat dilakukan dari data melalui metode penelitian serta tahapan
penelitian.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan; dalam bab ini, peneliti
menjelaskan hasil penelitian yang telah diperoleh mengenai struktur dan fungsi
pencak silat, serta perubahan struktur dan fungsi pencak silat pada Panglipur
Putra Mekar Wangi. Kemudian peneliti menuangkan analisi hasil penelitian
dalam pembahasan hasil penelitian.
BAB V Kesimpulan dan Saran; dalam bab ini kesimpulan yang
dibuat adalah mengenai penelitian ini, menyajikan analisis data dari masalah
yang diteliti oleh peneliti. Kemudian kesimpulan tersebut dijelaskan dan
diuraikan dengan singkat padat dan jelas. Sedangkan untuk saran, ditunjukan
maupun pengguna, serta pada peneliti yang akan meneliti lebih jauh mengenai
seni pencak silat ini.
Daftar pustaka; berisikan pustaka-pustaka yang dijadikan sumber atau
acuan dari landasan teori untuk memperkuat penelitian ini. Sumber yang
digunakan bukan hanya sumber tertulis saja melainkan sumber cetak dan
video.
Penelitian ini dilengkapi dengan lampiran-lampiran agar memperkuat
data penelitian, di antaranya adalah pedoman wawancara, pedoman observasi,
dan hasil dokumentasi mengenai Ibing Pencak Silat Garutan pada Padepokan
BAB III
METODE DAN PENDEKATAN PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian diperlukan suatu metode atau cara penelitian
dimana dengan metode ini diharapkan membantu memudahkan jalannya
penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut di
atas, Khuta Ratna (2010 hlm. 84) mengemukakan,
Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara-cara, strategi, untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya. Sebagai alat sama dengan teori, metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami.
Metode penelitian adalah salah satu penunjang dalam memperoleh hal-hal
yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian untuk menggambarkan hasil yang
sesungguhnya dan kesimpulan dari objek yang diteliti. Penelitian ini dilakukan
dalam rangka untuk mengetahui bagaimana struktur gerak dan fungsi gerak ibing
pencak silat Garutan pada padepokan Panglipur Putra Mekar Wangi. Terdapat
langkah-langkah yang sistematis dalam rangka memahami serangkaian sebab dan
akibat dari sebuah penelitian. Berdasarkan pada tujuan di atas, maka metode yang
digunakan adalah metode penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan
kualitatif. Metode penelitian deskriptif analisis dianggap sesuai karena menurut
Khuta Ratna bahwa, metode deskriptif adalah metode dengan cara menguraikan
sekaligus menganalisis (2010 hlm. 336). Dengan metode deskriptif analisis yang
merupakan salah satu metode dalam melakukan penelitian untuk memecahkan
suatu permasalahan yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan sekaligus
menganalisis dianggap sangat cocok untuk penelitian ini. Pelaksanaan metode
deskriptif tidak terbatas hanya pada mengumpulkan dan menyusun data tetapi
meliputi analisis dan intepretasi data yang terjadi di lapangan. Seperti dijelaskan
Metode deskriptif lebih banyak berkaitan dengan kata-kata, bukan angka-angka, benda-benda budaya apa saja yang sudah diterjemahkan ke dalam bentuk bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Hasil wawancara, berbagai catatan di lapangan, berbagai dokumen, karya sastra, hasil rekaman, dan sebagainya, sebagai data primer, dapat dideskripsikan ke dalam kata-kata dan kalimat. Bentuk terakhir inilah kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian sehingga menghasilkan simpulan (2010 hlm. 337).
Metode ini dianggap tepat dalam penelitian yang menyangkut teks dan
konteks dari objek masalah yang diteliti yaitu Ibing pencak silat Garutan pada
padepokan Panglipur Putra Mekar Wangi di Desa Wanaseda Kecamatan Wanaraja
Kabupaten Garut.
Dalam pemaparan di atas mengenai metode deskriptif analisis dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, Sugiyono (2008 hlm.15) menjelaskan metode
penelitian kualitatif dalam bukunya yang berjudul Metode penelitian pendidikan
menyatakan bahwa,
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafah positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara Purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (penggabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa peneliti menggunakan
metode deskriptif analisis, karena dengan metode tersebut peneliti dapat menguak
dan mengungkapkan permasalahan serta kondisi yang ada di lapangan yang telah
dirumuskan.
B. Partisipan dan Tempat Penelitian
1. Partisipan
Dalam penelitian ini narasumber utama yaitu pimpinan padepokan yang
menjadi tempat objek penelitian di Padepokan Panglipur Putra Mekar Wangi
Garut, yaitu bernama Enjang. Beliau adalah pimpinan dari padepokan sekaligus
mengajarkan ibing pencak silat Garutan. Menurut penuturan beliau bahwa ibing
diajarkan kepada Panglipur cabang seperti Panglipur Putra Mekar Wangi ini.
Pada padepokan Panglipur Putra Mekar Wangi ini terdapat pesilat yang ikut andil
dalam pengajaran ibing pencak silat Garutan, diantaranya Bapak Ade, Bapak Aup
dan Abah Dani.
Dalam penelitian ini, peneliti mencari sumber data dari para pelatih dan
anggota dari padepokan tersebut. Pencipta sebagai sumber utama yakni Bapak
Enjang, sebagai sumber pendukung yaitu Panglipur Pusat dan abah Dani (pelatih
di padepokan Panglipur Putra Mekar Wangi), peraga yakni murid-murid
padepokan tersebut dan masyarakat sekitar padepokan. Agar dalam penelitian ini
informasi yang didapatkan oleh peneliti akan mudah dan diketahui kebenarannya.
2. Tempat/Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di rumah narasumber utama (kunci)
Padepokan Panglipur Putra Mekar Wangi yaitu Bapak Enjang yang berada di desa
Wanaseda Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut. Pemilihan lokasi karena
didasarkan pada beberapa hal yang dipertimbangkan sebagai berikut :
1. Transportasi menuju tempat penelitian tidak terlalu sulit sehingga lokasi
penelitian mudah dicapai dan memungkinkan dilakukannya penelitian.
2. Secara teritorial budaya masyarakatnya masih mempertahankan pencak silat,
terbukti dengan hampir seluruh warganya fasih melakukan pencak silat
hingga saat ini.
Adapun objek penelitian ini yakni Ibing Pencak Silat Garutan pada
Padepokan Panglipur Putra Mekar Wangi, yang mana memiliki keunikan
tersendiri karena mempelajari dan mengajarkan Ibing pencak silat Garutan yakni
ibing yang mengkolaborasikan beberapa jurus sehingga melahirkan ibing Garutan
membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam. Objek penelitian ini
dipilih dengan pertimbangan bahwa peneliti dan bapak Enjang memiliki
keterkaitan dalam ikatan kelembagaan yaitu pada saat Kuliah Kerja Nyata (KKN)
di desa Sindang Mekar, Padepokan tersebut menjadi salah satu program KKN
yaitu pada Pelestarian Kesenian Budaya Lokal. Dengan demikian proses
C. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengmplan Data
1. Instrumen Penelitian
Dibutuhkan waktu untuk melihat keabsahan data hasil penelitian dengan
data yang terkumpul. Hal ini dilakukan agar para informan dapat lebih leluasa
untuk memberikan informasi yang lebih banyak untuk memberikan data yang
sebenarnya. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa dalam penelitian membutuhkan
serangkaian alat yang dipergunakan untuk memperoleh data atau fakta dalam
suatu penelitian. Pemilihan instrumen yang tepat dapat mempengaruhi
pengumpulan data, sehingga dalam pelaksanaannya harus disesuaikan dengan
kebutuhan di lapangan. Pada kenyataannya, instrumen utama dalam metode
penelitian kualitatif adalah manusia, dalam hubungan ini peneliti itu sendiri,
sebagai human instrument (2010 hlm. 248).
Sependapat dengan hal tersebut Mc Millan dan Schumacher dalam
Suharsaputra (2012 hlm. 209) menjelaskan bahwa,
Beberapa instrumen untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif antara lain Observasi partisipan; Observasi bidang/lapangan; Wawancara mendalam; Dokumen dan artefak dan teknik tambahan seperti bentuk audio visual.
Agar dapat mengumpulkan data-data penelitian di lapangan, maka peneliti
membutuhkan alat bantu yang dapat mempermudah dan membantu pengambilan
data. Instrumen yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data perlu
diketahui kebenaran instrumennya atau teruji kesahannya agar diperoleh data yang
dapat dipercaya. Adapun instrumen dan teknik pengumpulan data yang
dipergunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
a. Observasi
Observasi atau pengamatan bertujuan mengamati dan mendengar dalam
rangka memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap fenomena sosial.
Cartwright & Cartwright dalam herdiansyah (dalam suharsaputra 2012 hlm. 209)
Observasi sebagai suatu tujuan tertentu. Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.
Namun faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan apa yang perlu
diobservasi amat ditentukan oleh beberapa faktor, dan yang paling utama adalah
fokus dan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Tujuan dari observasi harus
jelas dan dapat memusatkan perhatian kepada hal-hal yang relevan,
variabel-variabel yang akan diteliti harus dirumuskan sejelas mungkin. Tujuan yang jelas
mengarahkan dari memusatkan penelitian kepada apa yang harus diamati, siapa
yang akan diamati dan keterangan apa yang perlu dikumpulkan. Pada penelitian
ini terdapat pedoman observasi sebagai alat pengumpul atau sebagai instrumen.
Dalam penelitian ini, hal-hal yang akan diobservasi adalah sejarah
berdirinya Panglipur Putra Mekar Wangi, struktur ibing pencak silat Garutan
Panglipur Putra Mekar Wangi dan fungsi gerak Ibing pencak silat Garutan.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti dilakukan sebanyak 3 kali. Berikut ini
pemaparan menganai observasi yang dilakukan selama penelitian :
1) Observasi pertama
Peneliti mendatangi rumah Bapak Enjang selaku pimpinan padepokan.
Peneliti kemudian mengadakan wawancara seputar sejarah dan perkembangan
padepokan, pencak silat yang diajarkan, kemudian Ibing pencak silat Garutan.
Bapak Enjang juga memperlihatkan alat musik yang digunakan pada saat
pertunjukan dan perbedaan musik antar jurus. Kemudian mempraktekkan
beberapa jurus yang dipelajari di padepokan. Pada observasi ini mencakup Ibing
pencak silat Garutan, gerak tepak dua, tepak tilu, paleredan, sejarah dan
perkembangan padepokan.
2) Observasi kedua
Peneliti mendatangi rumah Bapak Enjang untuk melakukan wawancara
secara berkelompok bersama dengan pengurus dari padepokan tersebut. Banyak
hal yang peneliti dapat untuk memenuhi data-data yang diperlukan agar dapat
melakukan analisis dan pengolahan data. Pada observasi ini mencakup struktur
gerak Ibing pencak silat Garutan, fungsi gerak pencak silat serta sejarah mengenai
3) Observasi ketiga
Peneliti mengikuti dan mengamati proses latihan, peneliti mencermati
gerak yang ada dalam Ibing pencak silat Garutan. Pada observasi kali ini, proses
latihan mencakup gerak pencak silat tiap jurus. Peneliti diajak untuk ikut
memperagakan jurus yang diajarkan pada padepokan ini, seperti tepak dua naek
rincik, tepak tilu naek rincik, padungdung, dan Ibing pencak silat Garutan naek
bongbang. Pada observasi ini mencakup struktur gerak Ibing pencak silat
Garutan dan jurus-jurus yang diajarkan dalam padepokan ini.
b. Wawancara
Khuta Ratna menjelaskan bahwa, wawancara (interview) adalah cara-cara
memperoleh data dengan berhadapan langsung, bercakap-cakap, baik antar
individu dengan individu maupun individu dengan kelompok (2010 hlm. 222).
Data atau informasi yang di dapat dari teknik wawancara merupakan informasi
yang didapatkan langsung dari informan. Teknik wawancara ini dilakukan pada
beberapa informan untuk menguatkan hasil yang ada sehingga hasil penelitian
dapat terdeskripsikan dengan jelas. Suharsaputra (2012 hlm. 213) dalam bukunya
metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan tindakan menjelaskan bahwa,
Dalam penelitian kualitatif diperlukan suatu wawancara mendalam (in-depht intervew), baik dalam suatu situasi maupun dalam beberapa tahapan pengumpulan data. Wawancara amat diperlukan dalam penelitian kualitatif, karena banyak hal yang tidak mungkin dapat diobservasi langsung, seperti perasaan, pikiran, motif, serta pengalaman masa lalu responden/informan. Oleh karena itu, wawancara dapat dipandang sebagai cara untuk memahami atau memasuki prespektif orang lain tentang dunia dan kehidupan sosial mereka.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara tak terstruktur
atau wawancara mendalam, intensif dan terbuka. Terdapat pedoman wawancara
sebagai salah satu instrumen atau alat pengumpul data. Menurut Daymon dan
Holloway dalam Khuta Ratna berpendapat bahwa, penelitian dengan
menggunakan wawancara mendalam dapat menghasilkan informasi yang sangat
kaya, bahkan data yang dihasilkan sering kali mengejutkan. Dengan wawancara
sebab ‘ruang kosong’, proses penafsiran itu sendiri sudah diisi dalam proses interaksi (2010 hlm. 231).
Jenis wawancara tidak terstrukturlah yang diambil peneliti dalam
penelitian ini dan dilakukan kepada informan yang benar-benar mengetahui
tentang bagaimana pencak silat pada padepokan Panglipur Putra Mekar Wangi di
desa Wanaseda Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut.
Adapun informan yang dijadikan sebagai narasumber dalam penelitian ini
yaitu :
1) Bapak Enjang selaku pimpinan padepokan Panglipur Putra Mekar Wangi
sebagai narasuber kunci yang akan menghasilkan data primer, wawancara
dilakukan di kediaman bapak Enjang. Informasi yang diambil diantaranya,
yaitu mengenai sejarah dan perkembangan padepokan Panglipur Putra Mekar
Wangi, pencak silat secara umum, Ibing pencak silat beserta jurus yang
dipelajari dalam padepokan, serta Ibing pencak silat Garutan yang dipelajari
oleh Panglipur Putra Mekar Wangi.
2) Abah Dani selaku pengurus Panglipur Putra Mekar Wangi sebagai
narasumber pendukung yang akan menghasilkan data sekunder, wawancara
dilakukan di kediaman bapak Enjang. Informasi yang didapat dalam
wawancara tersebut diantaranya, mengenai sejarah dan perkembangan
padepokan, jurus yang diajarkan pada padepokan tersebut, struktur gerak
Ibing pencak silat Garutan, proses pembelajaran dan musik.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data, yang digunakan sebagai
acuan dalam pengolahan data. Khuta Ratna (2010 hlm. 234) menyatakan bahwa,
Teknik dokumentasi berkaitan dengan sumber terakhir, interaksi bermakna antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, interaksi internal dalam diri sendiri, seperti hasil-hasil karya baik ilmiah maupun normaliah, karya seni dan berbagai bentuk catatan harian lainnya.
Data tersebut diperoleh pada saat penelitian dilakukan meliputi
dokumentasi ketika wawancara dengan narasumber dan pada saat observasi.
objek penelitian yang awal mulanya menggunakan bahasa Sunda menjadi bahasa
Indonesia guna kenyamanan pembaca. Peneliti juga mendokumentasikan lokasi,
proses wawancara, gerak pencak silat berupa video, musik pengiring berupa
audio.
d. Studi Kepustakaan
Teknik ini digunakan untuk mengambil data dari sumber-sumber tertulis
seperti buku, makalah, skripsi, jurnal, tesis, internet maupun hasil laporan yang
relevan dengan objek penelitian. Peneliti menggunakan sumber-sumber literatur
di antaranya yaitu skripsi, buku, internet, laporan yang relevan. Untuk
memperoleh buku dan sumber yang relevan, peneliti mendatangi perpustakaan
UPI dan Perpustakaan di Departemen Pendidikan Tari – UPI. Dalam hal ini,
peneliti memilih beberapa sumber tertulis sebagai bahan rujukan sebagai berikut :
Khazanah Pencak silat; Ibing pencak sebagai materi pembelajaran; mengenal
olahraga beladiri pencak silat; Pencak silat edisi ke dua; metodologi penelitian
skripsi, tesis, disertasi dan karya ilmiah; metodologi penelitian kajian budaya dan
ilmu humaniora pada umumnya.
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menyiapkan instrumen
penelitian guna memperoleh data yang dibutuhkan. Untuk itu teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Teknik Observasi
Menurut Cartwright dalam Suharsaputra (2012 hlm.209) mendefinisikan
observasi sebagai suatu proses melihat, mengamati dan mencermati serta
merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujaun tertentu. Observasi ialah
suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu
kesimpulan atau diagnosis. Observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan
terjun langsung di lapangan, mengamati secara langsung, mencatat setiap
kejadian, fakta maupun informasi mengenai pencak silat agar mendapatkan
penelitian kepada apa yang harus diamati, siapa yang akan diamati, dan
keterangan apa yang perlu dikumpulkan.
b. Teknik Wawancara
Teknik wawancara merupakan cara pengumpulan data dari informan
mengenai apa yang diteliti dengan menggunakan instrumen pedoman wawancara.
Jenis wawancara tidak terstrukturlah yang diambil peneliti dalam menggali data
secara langsung pada informan. Adapun narasumber yang dijadikan sebagai
narasumber kunci yaitu Bapak Enjang selaku pimpinan padepokan Panglipur
Putra Mekar Wangi. Selanjutnya untuk narasumber pendukung adalah Abah
Dani.
c. Studi Dokumentasi
Peneliti akan mendokumentasikan hasil penelitian berupa foto dan video
selama kegiatan berlangsung. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar
mempermudah peneliti dalam pengolahan data, serta sebagai bukti bahwa peneliti
telah melakukan penelitian.
d. Studi Kepustakaan
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber-sumber
tertulis dan relevan berupa buku, skripsi, tesis, desertasi, internet dan laporan yang
relevan dengan objek penelitian yang menyangkut mengenai pencak silat
Panglipur Putra Mekar Wangi.
D. Prosedur Penelitian
1. Langkah-langkah Penelitian
Saat memasuki lapangan dalam melakukan penelitian, diperlukan strategi
yang tepat agar tidak terjadi distorsi atau menjadi bias pada hasil penelitian. Pada
tahap ini, peneliti mulai merancang dan mempersiapkan segala sesuatu untuk
kebutuhan dilapangan selama proses penelitian. Persiapan yang dilakukan
1) Tahap awal penelitian
a. Pengajuan Judul
Pada tahap ini, peneliti mengajukan judul penelitian sejak bulan Agustus
2014. Kemudian penetapan judul oleh dewan skripsi yang dilanjutkan dengan
pembuatan proposal penelitian. Data-data yang terdapat pada proposal penelitian
kemudian diujikan dalam seminar penelitian yang dihadiri oleh dosen dan dewan
skripsi. Setelah teruji kelayakan proposal tersebut dengan fokus permasalahan
dan penelitian yang tepat maka dinyatakan lulus, kemudian dilakukan proses
bimbingan kepada pembimbing yang telah ditentukan sebelumnya oleh dewan
skripsi.
b. Observasi Awal
Observasi dilakukan pada awal bulan januari 2015 untuk mengetahui
permasalahan yang perlu diteliti. Mencari informasi sebanyak-banyaknya
mengenai apa yang akan diteliti dan mengangkat data serta informasi tersebut
untuk dijadikan bahan penelitian. Setelah itu peneliti mengajukan judul dan
rumusan masalah kepada dewan skripsi. Adapun rumusan masalah yang telah
ditentukan yaitu :
1. Bagaimana struktur gerak Ibing pencak silat Garutan pada Padepokan
Panglipur Putra Mekar Wangi ?
2. Bagaimana fungsi gerak Ibing pencak silat Garutan pada Padepokan
Panglipur Putra Mekar Wangi ?
Rumusan masalah tersebut sebagai batasan permasalahan yang akan
diangkat pembahasannya oleh peneliti. Pembatasan tersebut dilakukan agar tidak
meluasnya bagian yang akan diteliti oleh penelitian.
c. Penerapan Pembimbing
Setelah melakukan seminar proposal yang menguji kelayakan proposal,
kemudian dewan skripsi menentukan pembimbing I dan pembimbing II.
Selanjutnya revisi proposal kepada dosen pembimbing yang telah ditentukan oleh
d. Pengajuan SK Penelitian
Setelah proposal direvisi oleh pembimbing I dan II, maka selanjutnya
disahkan oleh pembimbing I, II dan Ketua Departemen. Proposal dijadikan
sebagai syarat pengajuan SK yang dikeluarkan oleh Fakultas agar dapat
melakukan penelitian ke lapangan.
2) Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini peneliti mulai terjun ke lapangan untuk mulai mencari data
dan informasi mengenai apa yang akan diteliti. Dengan melakukan observasi ke
desa Wanaseda tempat Padepokan Panglipur Putra Mekar Wangi berada. Peneliti
mengumpulkan data berdasarkan instrumen yang akan digunakan yaitu pedoman
observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi. Data yang telah didapat
kemudian diolah dengan cara deskriptif analisis untuk disusun menjadi penelitian
sitematis dalam bentuk skripsi melalui bimbingan dan arahan dosen pembimbing I
dan II.
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
a) Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk menetapkan atau menguji kebenaran
informasi dari data yang diperoleh dengan cara pengecekan dari data
sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan melengkapi data untuk validitas
penelitian.
b) Pengolahan Data
Adapun cara yang dilakukan dalam pengolahan data, peneliti melakukan
langkah-langkah yaitu menyusun data sesuai dengan permasalahan,
menyesuaikan data yang didapat di lapangan dengan sumber-sumber yang
tertulis dan data-data yang diperoleh dari narasumber, menganalisis data,
kesimpulan dari data yang telah tersusun.
c) Analisis Data
Data yang terkumpul harus dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Untuk itu data tersebut dianalisis dan ditafsirkan sesuai dengan masalah yang
adalah dengan melihat, memahami dan mengkaji Ibing Pencak Silat Garutan Pada
Panglipur Putra Wangi.
3) Tahap Akhir Penelitian/Penyusunan Laporan Penelitian
Penulisan laporan yang tertuang dalam kerangka penulisan berdasarkan
dan mengacu pada perolehan dan pengolahan data. Dalam penyusunan laporan
penelitian, disusun secara lengkap dari halaman judul Bab I hingga Bab IV.
Termasuk di dalamnya penyusunan laporan penelitian ini meliputi proses
kegiatan.
1) Pengetikan Data
Proses ini dilakukan pada saat pengumpulan data, analisis data, penyajian
data dan menarik kesimpulan. Pengetikan dilakukan hampir dalam setiap proses
penelitian berlangsung.
2) Penggandaan
Penggandaan laporan dilakukan setelah semua data, isi dan analisis
laporan penelitian telah disetujui serta setelah direvisi ulang oleh Dosen
Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II.
Pada tahap selanjutnya, peneliti melaporkan hasil penelitiannya sebagai
bagian untuk mendapat gelar sarjana, dipertanggungjawabkan melalui beberapa
tahapan :
a. Pra Sidang Skripsi
Pada tahap ini peneliti kembali diuji dalam hal kelayakan penelitiannya
oleh dewan skripsi dan dewan penguji skripsi. Di sini peneliti akan diberikan
beberapa pertanyaan dan masukan menyangkut penelitiannya.
b. Revisi Pra Sidang Skripsi
Setelah melewati pra sidang, peneliti harus merevisi apa yang telah
dikoreksi oleh dewan penguji sidang. Dibantu oleh dosen pembimbing dalam
merevisi hal-hal yang kurang agar dapat diterima oleh dosen penguji sidang.
c. Sidang Skripsi
Setelah menyelesaikan revisi skripsi, maka tahap selanjutnya yaitu sidang
dan hasil penelitiannya yang kemudian disahkan oleh dewan skripsi dan dewan
penguji sidang.
2. Definisi Operasional
Sehubungan dengan masalah yang telah diuraikan, agar tidak ada
kesalahfahaman maka peneliti memaparkan definisi operasional untuk
memperoleh fikiran dan makna yang sejalan dalam memperoleh istilah dalam
penelitian ini.
Pencak silat pada awalnya adalah hasil cipta manusia yang merupakan
bagian dari kebudayaan, yang digunakan manusia untuk bertahan hidup melawan
manusia atau hewan. Pencak silat dipelajari dan diajarkan sebagai upaya
mewujudkan rasa aman dan kesejahteraan setiap indivdu. Pencak silat merupakan
gerak beladiri yang dipelajari penguasaan geraknya agar efektif dan terkendali
serta dapat memperlihatkan sisi seni beladirinya secara individu maupun duel saat
pertunjukan umum, namun tidak menyebabkan cidera pada lawannya. Dalam
hal ini pencak silat yang berupa latihan atau peragaan dengan teknik sebagai
pemeliharaan kesehatan jasmani, serat dalam penguasaan gerak-gerak dasar yang
baik dapat mempelajari dan menerapkannya dalam pencak silat seni yang bernilai
estetis. IPSI dan BAKIN dalam Mulyana (2013 hlm.86) mendefinisikan
pengertian pencak silat yaitu, Pencak silat adalah hasil budaya manusia manusia
Indonesia untuk membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan
integrasinya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk
mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Aliran-aliran pencak silat merupakan gaya-gaya variatif yang berbeda pada
tiap alirannya. Jurus-jurus yang terdapat pada setiap aliran memiliki gaya yang
bermacam-macam yang dipengaruhi oleh gaya unik-lokal dan unik-etnis dengan
ciri-ciri yang menonjol dan mudah dibedakan dari gerak lainnya. Walaupun
memiliki gaya yang variatif sebagai ciri khas, namun ke empat aspek pencak silat
yakni, mental-spiritual, beladiri, seni dan olahraga sebagai satu kesatuan harus
Ibing pencak silat dapat diartikan sebagai gerak dasar beladiri yang
disajikan dalam bentuk tarian atau gerak kembangnya beladiri pencak silat.
(Kasmahidayat dan Sumiyati, 2010 hlm.7).
Garut merupakan salah satu daerah yang masih mengembangkan pencak
silat. Tidak hanya terkenal dengan makanan khas seperti dodol garut dan
kesenian dodombaan yang sangat terkenal sebagai ciri khasnya. Garut memiliki
inovasi yang unik pada pencak silat-nya, hal tersebut dilakukan sebagai bentuk
pelestarian serta dalam penggunaanya menjauhkan dari unsur beladiri yang
sesungguhnya agar tidak disalahgunakan.
3. Skema atau Alur Penelitian
Ada beberapa langkah yang akan penelitilakukan untuk memperoleh
data-data mengenai penelitian Ibing pencak silat Garautan, observasi lapangan,
wawancara, melihat dan mengumpulkan data ibing pencak silat Garutan dan
analisis data. Berikut desain penelitian yang akan dideskripsikan pada bagan
dibawah ini:
Diagram 3.1
Desain PenelitianIbing Pencak Silat Garutan
Observasi
Wawancara
Melihat dan mengumpulkan data Ibing pencak silat Garutan
Berdasarkan bagan diatas bahwa desain penelitian yang dilakukan adalah, (1)
observasi lapangan dengan mengunjungi padepokan atau tempat yang akan
dijadikan lokasi penelitian dan menentukan sampel penelitian yang dianggap
layak untuk diteliti, (2) Wawancara awal dilakukan pada tanggal 18 Januari 2015
pada pukul 12.00 s/d 17.00 WIB secara langsung yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi dan mendapatkan jawaban dari semua rumusan masalah
yang telah ada (3) melihat latihan ibing pencak silat Garutan dan mulai
mendapatkan data yang diinginkan (4) menganalisis data dilakukan setelah semua
data terkumpul.
E. Analisis Data
Analisis data merupakan sebuah proses tindak lanjut dari pengolahan data.
Data yang sudah diolah sedemikian rupa kemudian dianalisis dan diklasifikasikan
menjadi kelompok khusus sesuai dengan jenis datanya sehingga dihasilkan data
yang tersusun secara sistematis. Seperti dijelaskan Khuta Ratna (2010 hlm. 302)
dalam bukunya bahwa,
Dalam suatu penelitian analisis dan pengumpulan data merupakan dua masalah yang sangat penting. Kedua kegiatan merupakan proses saling menentukan dan saling melengkapi. Analisis data jelas dilakukan sesudah pengumpulan data. Artinya, semata-mata sesudah data terkumpul secara relatif lengkaplah baru dilakukan analisis.
Dalam penelitian kualitatif, analisis data telah dilakukan sejak sebelum
terjun ke lapangan, selama di lapangan dan setelah dilapangan. Pengumpulan
data dengan menggunakan instrumen sangat membantu pengumpulan data yang
dibutuhkan. Namun dalam setiap penelitian terkandung tiga kegiatan pokok yang
harus dilakukan oleh seorang peneliti, yaitu pengumpulan data, analisis data,
penyajian hasil analisis. Menurut Miles dan Huberman dalam Khuta Ratna (2010
Apabila peneliti cukup lama berada di lapangan, dengan tujuan memanfaatkan waktu itu sendiri di satu pihak, menghasilkan laporan-laporan sementara di pihak lain, maka analisis justru sudah dilakukan secara bersama-sama dengan pengumpulan data. Meskipun demikian, di antara pengumpulan dan analisis data jelas analisislah yang dianggap sebagai masalah yang paling penting. Dalam penelitian kualitatif analisis dimulai sejak pengumpulan data, tetapi jelas keseluruhan proses penelitian hingga berhasil diungkapkannya temuan dilakukan dalam analisis. Dalam analisislah diperlukan konsentrasi perhatian secara maksimal.
Dalam Miles dan Huberman juga dijelaskan mengenai mengajukan cara
kerja dalam bentuk pengumpulan, penyederhanaan (reduksi) dan penyajian data
(display). Setelah proses pengumpulan data, baik melalui observasi dan
wawancara maupun cara-cara lain yang dianggap relevan, data langsung
direduksi, misalnya melalui deskripsi, klasifikasi dan komparasi. Cara penyajian
yang paling umum dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam bentuk narasi
dilengkapi dengan tabel dan diagram, bahkan juga statistik, diakhiri dengan
simpulan dan saran (Khuta Ratna, 2010 hlm. 410).
Seperti yang telah dijelaskan di atas, maka dalam teknik analisis data
penelitian menggunakan model Miles dan Huberman. Data yang telah terkumpul
yaitu mengenai Ibing Pencak Silat Garutan Pada Pagdepokan Panglipur Putra
Mekar Wangi di Desa Wanaseda Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut,
kemudian langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Data yang telah
diperoleh kemudian diolah secara deskriptif analisis. Teknik analisis data
dilakukan melalui tiga tahap yaitu :
1) Reduksi data atau penyederhanaan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
sehingga kompilasi data yang semula seolah-olah belum teratur dapat disusun
kembali ke dalam bentuk yang baru. Penyederhanaan pada umumnya dilakukan
dengan pengklasifikasiannya sesuai dengan hakikatnya sehingga masing-masing
data dapat dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian (Khuta Ratna, 2010 hlm.
310).
Peneliti mereduksi data dengan melakukan pemilihan dan penyederhanaan
catatatn-catatan hasil penelitian. Catatan kasar yang dikumpulkan melelui
observasi, studi pustaka pada beberapa buku dan skripsi/dokumentasi rekaman
terhadap beberapa narasumber. Wawancara tersebut dipilih dan diambil hal-hal
pokok serta penting yang sesuai dengan kebutuhan tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui sejarah dan perkembangan pencak silat pada Padepokan Panglipur
Putra Mekar Wangi, struktur gerak ibing pencak silat Garutan, fungsi gerak ibing
pencak silat Garutan, sehingga tersusun secara sistematis manjadi sebuah
simpulan data sementara. Proses reduksi data dilakukan terus menerus oleh
peneliti sehingga menghasilkan data mengenai Ibing Pencak Silat pada Padepokan
Panglipur Putra Mekar Wangi sebanyak mungkin. Data yang direduksi dapat
memberikan gambaran dan memperjelas juga mempermudah peneliti dalam
pengolahan dan analisis data.
2) Penyajian Data, merupakan proses interpretasi, proses pemberian makna,
baik secara emik maupun etik, baik terhadap unsur-unsur maupun totalitas.
Penyajian ini adalah mendeskripsikan terstruktur yang memungkinkan untuk
melakukan proses penarikan kesimpulan (Khuta Ratna, 2010 hlm. 310).
Fokus utama dalam penelitian ini adalah mengkaji tentang struktur gerak
dan fungsi gerak ibing pencak silat Garutan pada Padepokan Panglipur Putra
Mekar Wangi. Penyajian data yang disususn dalam bentuk sistematis, tersusun
dalam pola yang teratur, sehingga akan mudah dipahami. Dengan penyajian data
maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan tugas
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Dengan penyajian data ini,
peneliti telah menyederhanakan data sehingga menghasilkan data yang sistematis.
3) Penarikan Kesimpulan, sebagai akhir proses analisis simpulan pada
umumnya disertai dengan saran, bagian-bagian tertentu yang masih memiliki
relevansi dengan penelitian, tetapi dengan berbagai alasan belum bisa dilakukan
sehingga perlu dilanjutkan dalam penelitian berikut, baik oleh peneliti sendiri
maupun orang lain (Khuta Ratna 2010 hlm. 311).
Peneliti menyimpulkan data-data hasil penelitian menjadi sajian data
akurat yang mengarah pada rumusan dan tujuan yang telah ditentukan peneliti.
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan kesimpulan dari data-data yang telah
diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian diolah atau
dianalisis dan disajikan. Barulah penarikan kesimpulan dari apa yang telah diteliti
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Pencak silat merupakan alat pertahanan diri dari serangan hewan maupun
manusia, yang kemudian dikembangkan dan dipelajari menjadi pencak silat.
Terdapat 4 aspek dalam pencak silat yaitu mental-spriritual, beladiri seni dan
olahraga. Olahraga pencak silat kini dipertandingkan tidak hanya di Indonesia
melainkan di Internasional. Tidak hanya olahraga pencak silat, seni pencak silat
juga malah sudah berkembang dari sebelum pencak silat olahraga yakni saat masa
penjajahan. Ibing pencak silat termasuk ke dalam aspek seni yang memiliki buah
dan kembang yakni, seni beladiri yang menampilkan keindahan namun bertujuan
akhir menjatuhkan lawan.
Namun kini terdapat kolaborasi dalam perkembangan ibing pencak silat,
ibing pencak silat yang terdiri dari tepak dua, tepak tilu dan paleredan di
kolaborasikan menjadi sebuah jurus dan dipergunakan dalam pertunjukan
bersamaan dengan tepak dua, tepak tilu paleredan. Panglipur Putra Wangi yang
berada di desa Wanaseda Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut merupakan salah
satu padepokan yang mengajarkan ibing pencak silat Garutan. Ibing pencak silat
Garutan yang mereka ajarkan dapat digunakan pada pertunjukan kesenian Ibing
Pencak Silat maupun hanya ibing pencak silat Garutannya saja dalam acara-acara
khusus seperti featival, workshop, dan hajat pemerintah. Keinginan pemerintah
untuk membangkitkan ibing pencak silat Garutan membuat Panglipur Pusat
menciptakan dan mengembangkan serta menyebarkan ibing pencak silat Garutan
tersebut.
Ibing pencak silat Garutan memiliki perbedaan yang menonjol dengan
ibing pencak silat lainnya yakni dari segi musiknya yang dibuat khusus namun
tepak kendangnya menggunakan tepak kendang padungdung. Pada penyajiannya
juga terdapat perbedaan karena Ibing pencak silat Garutan disajikan dalam
pertunjukan maupun pertunjukan modern yang menampilkan ibing pencak silat
B. Rekomendasai
Berdasarkan temuan di lapangan yang behasil peneliti temukan dalam
penelitian ini, pencak silat padepokan Panglipur Putra Mekar Wangi merupakan
seni tradisional yang memiliki tempat khusus di dalam masyarakat desa Wanaseda
dan merupakan salah satu padepokan yang masih mengajarkan pencak silat.
Maka dari itu penulis ingin menyampaikan beberapa rekomendasi, yaitu:
1. Bagi Panglipur Putra Mekar Wangi
Panglipur Putra Mekar Wangi sebagai wadah pelestarian pencak silat,
hendaknya menjaga pencak silat serta ibing pencak silat Garutan agar tetap
terlestarikan dan Ibing pencak silat Garutan menjadi kebanggaan masyarakat
Garut.
2. Bagi lembaga
Untuk Program Seni Tari harus lebih mengmbangkan pengenalan tarian
khususnya dalam ibing pencak silat, sehingga saat peneliti terjun ke lapangan
mendapatkan bekal yang cukup.
3. Bagi masyarakat
Masyarakat harusnya lebih mencintai kesenian tradisional bangsa sendiri
khususnya kesenian tradisional Jawa Barat yaitu Pencak Silat dengan cara
ikut melestarikan dan ikut menjadi penikmat juga pendukung dari kesenian
tersebut.
4. Bagi peneliti lanjutan
Diharapkan bagi mereka yang ingin melanjutkan penelitian ini lebih dalam
lagi mengupas Ibing pencak silat Garutan lainnya selain struktur gerak dan
fungsi Ibing pencak silat Garutan.
5. Bagi pemerintah
Perlu adanya dukungan materil dan non materil dari pemerintah seperti
bantuan dana atau bantuan lainnya dan juga dorongan motivasi yang terus
menerus agar proses aktivitas pencak silat di Indonesia dapat terus berlanjut
dan berkembang. Hal penting juga pada proses transmisi kepada generasi
muda harus tetap terus dibina dan dkembangkan secara sistematis, efektif dan