• Tidak ada hasil yang ditemukan

SITUATION-BASED LEARNING (SBL) BERBANTUAN PROGRAM GEOMETER’S SKETCHPAD (GSP) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SITUATION-BASED LEARNING (SBL) BERBANTUAN PROGRAM GEOMETER’S SKETCHPAD (GSP) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

SITUATION-BASED LEARNING (SBL)

BERBANTUAN PROGRAM GEOMETER’S SKETCHPAD (GSP)

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Sowanto 1302342

(2)

2015

SITUATION-BASED LEARNING (SBL)

BERBANTUAN PROGRAM GEOMETER’S SKETCHPAD (GSP)

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP

Oleh

Sowanto

S.Pd. Universitas Mataram. 2012

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari

syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd)

pada Program Studi Pendidikan Matematika

© Sowanto 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin penulis.

SOWANTO

SITUATION-BASED LEARNING (SBL)

BERBANTUAN PROGRAM GEOMETER’S SKETCHPAD (GSP)

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP

disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing

Prof. H. Yaya Sukjaya Kusumah, M.Sc., Ph.D. NIP. 19590922 198303 1 003

Mengetahui

Ketua Departemen/Prodi S2/S3

Pendidikan Matematika

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Situation-Based Learning (SBL) Berbantuan Program Geometer’s Sketchpad (GSP) untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis dan Self-Efficacy Siswa SMP” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan

yang berlaku. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran

terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini.

Bandung, Juni 2015

Yang membuat pernyataan

Sowanto

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbila’lamin, puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah

SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun tesis yang

berjudul ”Situation-Based Learning (SBL) Berbantuan Program Geometer’s

Sketchpad (GSP) untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis dan Self-Efficacy Siswa SMP”. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Matematika Sekolah Pascasarjana UPI Bandung. Pada penelitian ini penulis menelaah

penerapan pembelajaran dengan SBL berbantuan GSP dalam meningkatkan

kemampuan representasi matematis, dan menelaah perbedaan self-efficacy matematis

siswa SMP. Responden penelitian ini adalah siswa salah satu SMP di Kabupaten

Dompu Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi

operasional, serta struktur organisasi tesis. Bab II berupa kajian pustaka yang memuat

teori tentang kemampuan representasi matematis, self-efficacy, SBL berbantuan GSP,

teori belajar yang mendukung, hasil penelitian yang terdahulu, serta hipotesis penelitian.

Bab III menjelaskan tentang metodologi penelitian yang meliputi desain penelitian,

populasi dan sampel, variabel penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian,

analisis data, serta waktu penelitian. Bab IV menyajikan hasil penelitian dan

pembahasan yang terdiri dari pemaparan data dan pembahasan. Pada bab V

menguraikan simpulan dan saran berdasarkan temuan dalam penelitian.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih terdapat banyak

kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan ilmu dan pengalaman yang penulis

miliki. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan

kritik yang sifatnya membangun. Penulis berharap agar karya tulis ini dapat

memberikan manfaat bagi para pembaca dalam bidang matematika khususnya dan

dunia pendidikan pada umumnya.

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari dan merasakan sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian tesis

ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, arahan, dan motivasi dari berbagai pihak.

Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

yang terhormat:

1. Bapak Prof. H. Yaya Sukjaya Kusumah, M.Sc., Ph.D selaku Pembimbing yang di

tengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan yang kritis

terhadap berbagai permasalahan, mengawasi pemikiran, memeriksa tata bahasa

yang penulis gunakan, serta memberikan motivasi bagi penulis sehingga

terselesaikannya tesis ini.

2. Bapak Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D selaku Ketua Departemen/Prodi S2/S3

Pendidikan Matematika UPI Bandung yang telah memberikan dorongan dan

motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tesis dan masa studi.

3. Bapak pimpinan SPs beserta jajaran stafnya dan Dosen Program Magister

Pendidikan Matematika UPI atas layanan terbaiknya selama penulis mengikuti

studi.

4. Bapak Sutiknyo, S.Pd selaku Kepala SMP Negeri 1 Kempo yang telah memberikan

izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin, serta

Bapak Salahuddin, S.Pd selaku guru matematika kelas VIII yang telah banyak

membantu penulis selama pelaksanaan penelitian di lapangan.

5. Kedua orangtuaku Bapanda Sanusi, S.Pd.SD dan Ibunda Siti Mahani, Kakanda

Brigadir Susanto, serta Adinda Suttryani yang telah memberikan motivasi hidup,

do‘a dan cinta kasih yang tulus, serta dorongan dan semangat selama mengikuti

perkuliahan maupun penyusunan tesis ini.

6. Teman-teman mahasiswa S2 Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2013

SPs UPI serta semua pihak yang telah banyak membantu dan namanya tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Teriring do‘a yang tulus, semoga Allah SWT. membalas semua budi baik Bapak/Ibu dan saudara semua. Aamiin.

Bandung, Juni 2015

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 9

1.3Tujuan Penelitian ... 10

1.4Manfaat Penelitian ... 11

1.5Definisi Operasional... 11

1.5.1 Kemampuan Representasi Matematis ... 11

1.5.2 Self-Efficacy ... 12

1.5.3 Situation-Based Learning (SBL) ... 12

1.5.4 Pembelajaran biasa ... 12

1.6Struktur Organisasi Tesis ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1Kemampuan Representasi Matematis ... 14

2.2Self-Efficacy ... 17

(8)

2.4Media Perangkat Lunak (Software) Program Geometer's

Sketchpad (GSP) ... 25

2.5Situation-Based Learning (SBL) Berbantuan Program Geometer's Sketchpad (GSP) ... 28

2.6Teori Belajar yang Mendukung ... 34

2.7Hasil Penelitian Terdahulu ... 38

2.8Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Desain Penelitian ... 42

3.2Populasi dan Sampel ... 43

3.3Variabel Penelitian... 43

3.4Instrumen Penelitian ... 44

3.4.1 Kemampuan Awal Matematis (KAM) ... 44

3.4.2 Tes kemampuan Representasi Matematis ... 45

3.4.3 Angket Self-Efficacy ... 54

3.4.4 Lembar Observasi ... 57

3.5Prosedur Penelitian ... 58

3.6Teknik Analisis Data ... 61

3.6.1 Analisis Data Kualitatif ... 61

3.6.2 Analisis Data Kuantitatif ... 61

3.7Waktu Penelitian ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Pelaksanaan Penelitian... 67

4.1.1 Hasil Penelitian tentang Kemampuan Representasi Matematis ... 67

4.1.2 Hasil Penelitian tentang Self-Efficacy ... 87

4.1.3 Hasil Observasi ... 101

4.2 Pembahasan ... 105

(9)

4.2.2 Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis

Siswa ...108

4.2.3 Interaksi antara Faktor Pembelajaran yang Diberikan dengan Faktor Kemampuan Awal Siswa terhadap Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis Siswa ...112

4.2.4 Self-Efficacy Matematis Siswa ...113

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan ... 114

5.2Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 116

LAMPIRAN ... 122

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Representasi Matematis Siswa ... 16

Tabel 2.2 Tahapan Situation-Based Learning (SBL) ... 24

Tabel 2.3 Tahapan Situation-Based Learning (SBL) Berbantuan Program Geometer’s Sketchpad (GSP) ... 31

Tabel 3.1 Kriteria Pengelompokan KAM ... 44

Tabel 3.2 Kriteria Pengelompokan KAM Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 44

Tabel 3.3 Data Banyaknya Siswa Berdasarkan Kategori KAM ... 45

Tabel 3.4 Indikator Kemampuan Representasi Matematis ... 45

Tabel 3.5 Pedoman Pemberian Skor Kemamuan Representasi Matematis ... 46

Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Validitas ... 48

Tabel 3.7 Validitas Instrumen Kemampuan Representasi Matematis ... 49

Tabel 3.8 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 50

Tabel 3.9 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda ... 51

Tabel 3.10 Daya Pembeda Kemampuan Representasi Matematis ... 52

Tabel 3.11 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 53

Tabel 3.12 Indeks Kesukaran Kemampuan Representasi Matematis ... 53

Tabel 3.13 Rekapitulasi Data Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Representasi Matematis ... 54

Tabel 3.14 Hasil Validitas Angket Self-Efficacy ... 56

Tabel 3.15 Klasifikasi Gain Ternormalisasi ... 62

Tabel 3.16 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 66

(11)

Tabel 4.2 Hasil Uji Coba Normalitas Skor Pre-test dan Post-test

Kemampuan Representasi Matematis Siswa... 70

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Skor Post-test Kemampuan Representasi Matematis Siswa ... 71

Tabel 4.4 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pre-test Kemampuan Representasi Matematis Siswa Kelas SBL-GSP dan Kelas PB... 72

Tabel 4.5 Hasil Uji Perbedaan Rerata Post-test Kemampuan Representasi Matematis Siswa Kelas SBL-GSP dan Kelas PB... 73

Tabel 4.6 Rerata dan Klasifikasi N-gain Kemampuan Representasi Matematis Siswa ... 74

Tabel 4.7 Data hasil Uji Normalitas N-gain ... 75

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Varians N-gain ... 75

Tabel 4.9 Hasil Uji Perbedaan Rerata N-gain ... 77

Tabel 4.10 Deskripsi N-gain Kemampuan Representasi Matematis Siswa Berdasarkan KAM dan Pembelajaran ... 77

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas N-gain Berdasarkan KAM ... 79

Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas Varians N-gain Berdasarkan KAM ... 80

Tabel 4.13 Hasil Uji Perbedaan Rerata N-gain Kemampuan Representasi Matematis Siswa Berdasarkan KAM dan Pembelajaran... 82

Tabel 4.14 Hasil Uji Interaksi antara Pembelajaran dan KAM ... 83

Tabel 4.15 Hasil Uji Perbedaan Rerata N-gain Kemampuan Representasi Matematis Siswa Berdasarkan KAM pada SBL-GSP... 86

Tabel 4.16 Hasil Perbandingan Selisih Kemampuan Representasi Matematis Siswa antar Kategori KAM ... 87

Tabel 4.17 Hasil Uji Normalitas Self-Efficacy Matematis Siswa ... 88

(12)

Tabel 4.19 Hasil Uji Perbedaan Rerata Self-Efficacy Matematis Siswa

Kelas GSP-SBL dan Kelas PB ... 90

Tabel 4.20 Hasil Uji Normalitas Self-Efficacy Matematis Siswa

Berdasarkan Dimensi Magnitude/Level ... 92

Tabel 4.21 Hasil Uji Homogenitas Varians Self-Efficacy Matematis Siswa

Berdasarkan Dimensi Magnitude/Level ... 93

Tabel 4.22 Hasil Uji Perbedaan Rerata Self-Efficacy Matematis Siswa

Berdasarkan Dimensi Magnitude/Level ... 94

Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Self-Efficacy Matematis Siswa

Berdasarkan Dimensi Strength ... 95

Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas Varians Self-Efficacy Matematis Siswa

Berdasarkan Dimensi Strength ... 96

Tabel 4.25 Hasil Uji Perbedaan Rerata Self-Efficacy Matematis Siswa

Berdasarkan Dimensi Strength ... 97

Tabel 4.26 Hasil Uji Normalitas Self-Efficacy Matematis Siswa

Berdasarkan Dimensi Generality ... 98

Tabel 4.27 Hasil Uji Homogenitas Varians Self-Efficacy Matematis Siswa

Berdasarkan Dimensi Generality ... 99

Tabel 4.28 Hasil Uji Perbedaan Rerata Self-Efficacy Matematis Siswa

Berdasarkan Dimensi Generality ... 100

Tabel 4.29 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Situation-Based Learning

(SBL) Berbantuan Program Geometer’s Sketchpad (GSP) ... 101

Tabel 4.30 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Situation-Based

Learning (SBL) Berbantuan Program Geometer’s Sketchpad

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Situation-Based Learning ... 21

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian ... 60

Gambar 3.2 Diagram Alur Analisis Data Kuantitatif ... 65

Gambar 4.1 Grafik Interaksi antara Pembelajaran dan Kategori KAM ... 84

Gambar 4.2 Contoh Jawaban Tes Kemampuan Representasi Matematis Siswa Kelas SBL-GSP ...110

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A.1 RPP Kelas Eksperimen ... 123

Lampiran A.2 RPP Kelas Kontrol ... 153

Lampiran A.3 Lembar Kerja Siswa ... 166

Lampiran B.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Representasi

Matematis ... 225

Lampiran B.2 Tes Kemampuan Representasi Matematis ... 228

Lampiran B.3 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Representasi

Matematis ... 230

Lampiran B.4 Kisi-Kisi Self-Efficacy Matematis ... 237

Lampiran B.5 Angket Self-Efficacy Matematis ... 238

Lampiran B.6 Lembar Aktivitas Guru dalam Pembelajaran

Matematika dengan SBL berbantuan GSP ... 242

Lampiran B.7 Lembar Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran

Matematika dengan SBL berbantuan GSP ... 244

Lampiran C.1 Data Kemampuan Awal Matematis (KAM) Siswa ... 247

Lampiran C.2 Lembar Validasi Tes Kemampuan Representasi Matematis .... 249

Lampiran C.3 Data Skor Uji Coba Tes Kemampuan Representasi

Matematis ... 252

Lampiran C.4 Analisis Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Representasi

Matematis ... 253

Lampiran C.5 Lembar Validasi Instrumen Self-Efficacy Matematis Siswa .... 256

Lampiran C.6 Analisis Hasil Instrumen Self-Efficacy Matematis Siswa... 262

Lampiran D.1 Uji Normalitas Pre-test Kemampuan Representasi

(15)

Lampiran D.2 Uji Normalitas Post-test Kemampuan Representasi

Matematis ... 266

Lampiran D.3 Uji Homogenitas Post-test Kemampuan Representasi Matematis ... 266

Lampiran D.4 Uji Perbedaan Rerata Pre-test Kemampuan Representasi Matematis ... 266

Lampiran D.5 Uji Perbedaan Rerata Post-test Kemampuan Representasi Matematis ... 267

Lampiran D.6 Data Deskriptif N-gain Kemampuan Representasi Matematis ... 268

Lampiran D.7 Uji Normalitas N-gain Kemampuan Representasi Matematis ... 268

Lampiran D.8 Uji Homogenitas N-gain Kemampuan Representasi Matematis ... 269

Lampiran D.9 Uji Perbedaan Rerata N-gain Kemampuan Representasi Matematis ... 269

Lampiran D.10 Data Deskriptif N-gain Berdasarkan KAM... 270

Lampiran D.11 Uji Normalitas N-gain Berdasarkan KAM ... 270

Lampiran D.12 Uji Homogenitas N-gain Berdasarkan KAM ... 271

Lampiran D.13 Uji Perbedaan Rerata N-gain Berdasarkan KAM ... 272

Lampiran D.14 Uji Perbedaan Rerata N-gain Berdasarkan KAM pada SBL-GSP ... 272

Lampiran D.15 Hasil Perbandingan Selisih Kemampuan Representasi Matematis antar Kategori KAM... 272

Lampiran D.16 Uji Normalitas Self-Efficacy ... 273

(16)

Lampiran D.18 Uji Perbedaan Rerata Data Self-Efficacy ... 273

Lampiran D.19 Uji Normalitas Self-Efficacy Berdasarkan Dimensi

Magnitude ... 274

Lampiran D.20 Uji Homogenitas Self-Efficacy Berdasarkan Dimensi

Magnitude ... 274

Lampiran D.21 Uji Perbedaan Rerata Data Self-Efficacy Berdasarkan

Dimensi Magnitude ... 274

Lampiran D.22 Uji Normalitas Self-Efficacy Berdasarkan Dimensi

Strength ... 275

Lampiran D.23 Uji Homogenitas Self-Efficacy Berdasarkan Dimensi

Strength ... 275

Lampiran D.24 Uji Perbedaan Rerata Data Self-Efficacy Berdasarkan

Dimensi Strength ... 275

Lampiran D.25 Uji Normalitas Self-Efficacy Berdasarkan Dimensi

Generality ... 276

Lampiran D.26 Uji Homogenitas Self-Efficacy Berdasarkan Dimensi

Generality ... 276

Lampiran D.27 Uji Perbedaan Rerata Data Self-Efficacy Berdasarkan

Dimensi Generality ... 276

Lampiran E.1 Foto Kegiatan Penelitian ... 278

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya sadar yang dilakukan agar peserta didik

dapat mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Untuk

mencapai tujuan pendidikan tersebut, pemerintah membuat suatu kurikulum

pembelajaran salah satunya adalah kurikulum pembelajaran matematika.

Program pendidikan matematika yang merupakan salah satu upaya

untuk memenuhi tujuan tersebut, secara substansial dapat mendorong

pengembangan kemampuan berpikir siswa. Hal ini karena pengembangan

kemampuan berpikir antara lain dapat dilakukan melalui matematika yang

secara substansial memuat pengembangan kemampuan berpikir, yang

berlandaskan pada kaidah-kaidah penalaran secara logis, kritis, sistematis, dan

akurat (Suryadi, 2012). Dengan demikian, penguasaan materi matematika oleh

peserta didik dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah

menjadi suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi di dalam penataan nalar

dan pengambilan keputusan serta menjadi bekal untuk mempelajari berbagai

ilmu.

Sejalan dengan pernyataan di atas, matematika merupakan mata

pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari Sekolah

Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan di perguruan

tinggi. Hal ini sesuai dengan UU no 20 tahun 2003 pada Pasal 37 tentang

sistem pendidikan nasional bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah

wajib memuat: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa,

matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya,

pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan dan muatan lokal.

(18)

2

tujuan yang juga ingin dicapai melalui pembelajaran matematika (Depdiknas,

2006) adalah (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada

pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,

menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3)

Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh; (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,

diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5)

Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (2000)

menjelaskan tujuan pembelajaran matematika diantaranya, yaitu siswa belajar

untuk berkomunikasi (mathematical communication), belajar untuk bernalar

(mathematical reasoning), belajar untuk memecahkan masalah (mathematical

problem solving), belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connection), dan

belajar untuk merepresentasikan (mathematical representation). Berdasarkan

tujuan-tujuan yang telah dikemukakan di atas, salah satu kemampuan yang perlu

dimiliki siswa sebagai bentuk penguasaan matematika adalah kemampuan

representasi.

Terdapat beberapa alasan pentingnya kemampuan representasi dalam

pembelajaran matematika, yaitu: merupakan kemampuan dasar yang perlu

dimiliki siswa untuk membangun suatu konsep dan berpikir matematis; untuk

memiliki kemampuan dan pemahaman konsep yang baik dan fleksibel yang

dapat digunakan dalam pemecahan masalah (Jones, 2000). Lebih lanjut NCTM

(2000) menjelaskan bahwa representasi diperlukan untuk membantu siswa dalam

memahami konsep, mengenali dan menghubungkan konsep-konsep matematika,

mengkomunikasikan ide-ide matematika kepada dirinya sendiri dan orang lain,

(19)

3

Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang

untuk menyelesaikannya, akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus

dikerjakan untuk menyelesaikannya (Kantowski, 1981). Dengan kata lain,

suatu masalah yang dianggap rumit dan kompleks bisa menjadi lebih mudah dan

sederhana jika orang tersebut memilih dan memanfaatkan representasi matematis

yang sesuai dengan permasalahan tersebut. Begitu juga sebaliknya, suatu

masalah akan menjadi sulit dipecahkan apabila representasi yang dipilih keliru.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hudiono (dalam

Hutagaol, 2013), siswa yang mengerjakan soal matematika yang berkaitan

dengan kemampuan representasi matematis hanya sebagian kecil yang menjawab

dengan benar, sebagian besar lainnya lemah dalam memanfaatkan kemampuan

representasi yang dimilikinya, khususnya representasi visual. Wahyuni (2012)

dalam hasil studinya menyatakan secara umum siswa mampu mengerjakan soal

representasi matematis, tetapi berdasarkan analisa, siswa mengalami kesulitan

dalam mengerjakan representasi dengan kata-kata atau teks tertulis. Hasil studi

dari Pujiastuti (2008) terkait dengan kemampuan representasi matematis juga

menunjukkan sebagian besar siswa lemah dalam menyatakan ide atau

gagasannya dalam mengerjakan representasi dengan kata-kata atau teks tertulis

yang merupakan aspek verbal dalam kemampuan representasi matematis. Lebih

lanjut Aryanti, Zubaidah, dan Nursangaji (2013) dalam hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa kemampuan representasi simbolik berada pada kriteria

sangat rendah. Hasil penelitian tentang kemampuan representasi matematis ini

diperkuat oleh pendapat Sfard (1992), Greer dan Harel (1998), Hong, Thomas,

dan Kwon (2000), Greeno dan Hall (dalam Dewanto, 2007) bahwa siswa

mempunyai kemampuan minimal dalam menjembatani representasi-representasi

tanpa memahami benang merah antara ide konsep materi-materi yang

direpresentasikan. Beberapa temuan ini memberikan gambaran bahwa

kemampuan representasi matematis merupakan kemampuan yang belum

berkembang secara optimal yang masih perlu ditingkatkan.

Mengacu pada taksonomi Bloom, kecakapan matematika meliputi ranah

(20)

4

afektif yaitu aspek psikologis yang berhubungan dengan attitude siswa juga

sebagai penunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran, lebih spesifik

dalam hal menyelesaikan tugas-tugas berupa soal representasi matematis yang

membutuhkan ketekunan dan keuletan.

Dalam proses interaksi dengan lingkungan, prestasi atau kinerja seseorang

tergantung kepada interaksi antara tingkah laku, faktor pribadi, dan kondisi

lingkungan. Seorang yang mempunyai kemampuan tinggi akan suatu bidang

mungkin saja merasa dirinya belum mampu karena merasa orang-orang di sekitar

lingkungannya jauh lebih bisa. Padahal, apa yang ia rasakan belum tentu sesuai

dengan yang sebenarnya terjadi. Oleh sebab itu, penilaian terhadap diri sendiri

erat hubungannya dengan self-efficacy atau tingkat keyakinan siswa akan

kemampuannya.

Self-efficacy merupakan aspek psikologis yang memberikan pengaruh

signifikan terhadap keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas dan

pertanyaan-pertanyaan pemecahan masalah dengan baik. Bandura (1997)

mengemukakan bahwa self-efficacy mempengaruhi tindakan, upaya, ketekunan,

fleksibilitas dalam perbedaan dan realisasi dalam tujuan dari individu. Sehingga

self-efficacy yang terkait dengan kemampuan seorang seringkali menentukan

hasil sebelum tindakan terjadi.

Kaitannya dengan representasi matematis, self-efficacy memiliki fungsi

sebagai alat untuk menilai keberhasilan siswa dalam menyelesaikan soal-soal

representasi matematis. Self-efficacy memiliki pengaruh dalam pemilihan

perilaku, besar usaha dan ketekunan, serta pola berpikir dan reaksi emosional.

Dalam memecahkan masalah yang sulit, individu yang mempunyai keraguan

tentang kemampuannya akan mengurangi usahanya, bahkan cenderung akan

menyerah. Individu yang mempunyai self-efficacy tinggi menganggap kegagalan

sebagai kurangnya usaha, sedangkan individu yang memiliki self-efficacy

rendah menganggap kegagalan berasal dari kurangnya kemampuan.

Dalam menentukan prestasi matematika, khususnya melaksanakan

tugas-tugas yang berbentuk soal-soal representasi matematis, antara kemampuan

representasi matematis dan self-efficacy memiliki hubungan positif yang saling

(21)

5

Hacket pada tahun 1983 (Pajares, 2002, hlm. 11) bahwa dengan self-efficacy

yang tinggi, maka pada umumnya seorang siswa akan lebih mudah dan berhasil

melampaui latihan-latihan matematika yang diberikan kepadanya, sehingga hasil

akhir dari pembelajaran tersebut yang tercermin dalam prestasi akademiknya

juga cenderung akan lebih tinggi di bandingkan siswa yang memiliki

self-efficacy rendah. Lebih lanjut Fennema dan Sherman (dalam Cleary, Breen,

O’Shena, 2010) menyatakan bahwa keyakinan pada kemampuan seseorang untuk belajar matematika telah ditemukan memiliki korelasi positif yang kuat dengan

prestasi matematika.

Dalam pembelajaran matematika, materi tersusun secara hierarkis dan

antara konsep matematika yang satu dengan konsep matematika yang lain saling

berkorelasi membentuk konsep baru yang lebih kompleks (Skemp, 1971). Hal ini

berarti pengetahuan matematika yang dimiliki siswa sebelumnya akan menjadi

dasar pemahaman bagi siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. Oleh karena

matematika merupakan dasar dan bekal untuk mempelajari berbagai ilmu dan

matematika tersusun secara hierarkis, serta konsep yang satu menjadi dasar untuk

mempelajari konsep selanjutnya (Hudoyo, 1988), maka kemampuan awal

matematika yang dimiliki siswa akan memberikan sumbangan yang besar dalam

mempengaruhi penguasaan konsep matematika selanjutnya serta memprediksi

keberhasilan belajar matematika siswa itu sendiri. Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan Begle (dalam Darhim, 2004) bahwa salah satu prediktor terbaik

untuk hasil belajar matematika adalah hasil belajar sebelumnya. Lebih lanjut

Galton (dalam Prabawa, 2010) menyatakan setiap siswa mempunyai kemampuan

yang berbeda dalam memahami matematika, dari sekelompok siswa yang tidak

dipilih secara khusus, akan selalu dijumpai siswa yang kemampuannya berada

pada kelompok atas, tengah, dan bawah, karena kemampuan siswa (termasuk

kemampuan dalam matematika) menyebar secara distribusi normal.

Geometri merupakan bidang kajian dalam materi matematika sekolah

yang memiliki porsi yang besar untuk dipelajari oleh siswa. Menurut Budiarto

(2003, hlm. 65), geometri merupakan cabang matematika yang mempelajari

(22)

ukuran-6

berguna untuk meningkatkan berpikir logis dan membuat generalisasi secara

benar. Untuk dapat memahami aritmetika, aljabar, kalkulus dan lain-lain

lebih baik, kemampuan konsep geometri harus dikuasai oleh siswa secara

mendalam karena di sini konsep-konsep geometri berperan sebagai alat.

Dalam pelaksanaan pembelajarannya, geometri merupakan salah satu

bagian dari matematika yang sangat lemah diserap oleh siswa di sekolah (Jiang,

2006). Berbagai upaya telah dilakukan guru agar peserta didik dapat memahami

materi geometri, misalnya dengan penggunaan alat peraga yang dapat

membantu peserta didik dalam membawa objek geometri ke dalam dunia nyata.

Seiring dengan perubahan yang terjadi pada abad 21 yang ditandai

dengan berkembangnya teknologi informasi yang sangat pesat, dituntut pula

perubahan paradigma pembelajaran. Dalam Kemendikbud (2013) disebutkan

mengenai pergeseran paradigma belajar dengan mempertimbangkan beberapa

ciri abad 21 dalam uji publik Kurikulum 2013 yaitu (1) Informasi: Pada saat

sekarang ini sudah bukan waktunya informasi didominasi oleh guru. Peserta

didik dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber, guru hendaknya

menjadi motivator yang memotivasi peserta didik untuk mencari tahu serta

menjadi mentor dalam upaya memperoleh informasi yang benar dan kredibel;

(2) Komputasi: Berkembangnya perangkat teknologi memungkinkan mesin

melakukan pekerjaan komputasi dengan lebih cepat dan akurat. Pembelajaran

hendaknya diarahkan untuk merumuskan masalah (menanya) tidak hanya

sekedar menyelesaikan masalah (menjawab); (3) Otomasi: Pekerjaan yang

sifatnya rutin dan berulang-ulang dengan prosedur yang sudah baku semakin

lama akan digantikan oleh mesin. Pembelajaran hendaknya diarahkan untuk

tidak sekedar berpikir mekanistis (rutin) tapi lebih kepada berpikir analitis

(pengambilan keputusan). Saat ini mesin atau komputer masih kalah jauh

dengan kemampuan manusia berpikir analitis; (4) Komunikasi:

Pekerjaan-pekerjaan di abad 21 memerlukan adanya komunikasi yang kompleks serta

adanya kolaborasi dan kerjasama dalam menyelesaikan masalah.

Dalam Kurikulum 2013, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

tidak lagi menjadi pelajaran tersendiri, tetapi digunakan sebagai sarana atau

(23)

7

profesional dituntut untuk mampu mengatasi perkembangan itu dengan

melakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran, baik terkait dengan pendekatan,

model, media, strategi dan lain-lainnya dengan menggunakan TIK.

Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM)

(2000, hlm. 25), teknologi sangat esensial dalam proses belajar mengajar

(PBM) matematika, dengan menggunakan teknologi, proses belajar mengajar

menjadi berpusat kepada siswa dan memberi dampak yang positif bagi siswa

dalam menciptakan lingkungan belajar matematika yang menyenangkan. Oleh

karena itu, terkait dengan pembelajaran geometri, mengintegrasi teknologi

informasi dan komputer (TIK) dalam pembelajaran ini, dapat diarahkan pada

kegiatan kelompok seperti demonstrasi (mensimulasi), eksplorasi dan

investigasi terhadap gambar (figure) dan sifat-sifat geometri.

Salah satu model pembelajaran yang dapat memfasilitasi pembelajaran

geometri dalam meningkatkan kemampuan representasi matematis dan

self-efficacy siswa berdasarkan uraian di atas adalah dengan Situation-Based

Learning (SBL). Dalam pelaksanaannya, Situation-Based Learning (SBL)

terdiri dari 4 tahapan proses pembelajaran, yaitu 1) creating mathematical

situations; 2) posing mathematical problem; 3) solving mathematical problem;

dan 4) applying mathematics (Xia, LU, dan Wang, 2008; Isrok'atun, 2014).

Tahap creating mathematical situations dalam SBL merupakan

prerequisite atau prasyarat dalam pembelajaran, pada tahap ini guru mengkreasi

sebuah situasi. Situasi yang dikreasi oleh guru dimulai dari situasi yang

sederhana, kemudian berkembang pada situasi yang lebih kompleks. Nantinya

dari situasi matematis tersebut, diharapkan akan muncul berbagai pertanyaan

bagi siswa, tentunya pertanyaan yang bersifat matematis yang dapat

menumbuhkan kemampuan representasi bahasa atau verbal yang merupakan

kemampuan menerjemahkan sifat-sifat yang diselidiki dan hubungan dalam

masalah matematis ke dalam verbal atau bahasa. Pada tahap posing

mathematical problem yang merupakan core atau inti dalam pembelajaran,

siswa menyajikan problem matematis melalui kegiatan menyelidiki dan

(24)

8

matematis ini, siswa dilatih kemampuan representasinya baik kemampuan

representasi bahasa atau verbal dalam menerjemahkan sifat-sifat yang diselidiki

dan hubungan dalam masalah matematis ke dalam verbal atau bahasa,

kemampuan representasi gambar atau grafik dalam menerjemahkan masalah

matematis ke dalam gambar, maupun kemampuan representasi simbolik dalam

menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis.

Pada tahap solving mathematical problem yang merupakan purpose atau

tujuan dalam pembelajaran, siswa menyelesaikan problem matematis. Pada

tahap ini, dari permasalahan yang dikemukakan oleh siswa pada langkah

pembelajaran kedua, guru memilah-milah level masalah yang ada, masalah

manakah yang sekiranya perlu ditindak lanjuti untuk diselesaikan. Tahap

applying mathematics merupakan home of knowledge to return atau penerapan

proses pembelajaran terhadap situasi baru. Dengan kata lain, applying

mathematics dapat diartikan sebagai kebiasaan (problem posing dan problem

solving) yang dapat siswa terapkan ketika menyelesaikan permasalahan baru.

Langkah pembelajaran applying mathematics diharapkan dapat menjadi

kebiasaan positif, yang akhirnya menjadi karakter belajar siswa sehingga

terbentuk self-efficacy yang mempengaruhi pengambilan keputusannya, dan

mempengaruhi tindakan yang akan dilakukannya. Kebiasaan ini nantinya

diharapkan pula menjadi karakter bagi setiap siswa, tidak hanya ketika berada di

kelas matematika, akan tetapi di mana pun ia berada.

Di samping efektivitas suatu model pembelajaran yang diterapkan,

pemanfaatan media yang tepat juga akan dapat memaksimalkan hasil belajar.

Media pembelajaran yang bisa membantu guru sekarang ini sudah banyak

diciptakan, salah satunya berupa software yang siap pakai. Dalam proses

pempelajaran matematika ada beberapa perangkat lunak atau software yang bisa

membantu guru, salah satunya adalah Program Geometer's Sketchpad (GSP).

Geometer's Sketchpad merupakan software atau perangkat lunak yang sangat

membantu dalam proses belajar mengajar matematika di sekolah, salah satunya

antara lain pada materi geometri. Lebih lanjut Idris (2009) mengungkapkan

penggunaan Geometer’s Sketchpad dapat meningkatkan prestasi dan minat

(25)

9

Adapun hubungannya dengan Situation-Based Learning (SBL), Program

Geometer's Sketchpad (GSP) memberikan kemudahan bagi guru dan siswa

untuk mengeksplorasi berbagai bentuk objek geomeri. Di samping membantu

guru mengkreasi situasi matematis pada tahap creating mathematical situations,

software ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bisa belajar

secara langsung dan membuat teori-teori sederhana dengan menggunakan

berbagai ide geometri, sehingga dengan penggunanaan software ini memberikan

kemudahan siswa untuk dapat membuat pilihan mereka sendiri. GSP juga

memberikan kemudahan bagi siswa untuk mencari informasi dengan

mengonstruksi objek-objek geometri dan membuat generalisasi dari informasi

tersebut yang nantinya akan sangat membantu siswa dalam menyajikan problem

matematis pada tahap posing mathematical problem. Selain itu, dengan GSP

siswa dapat membuat sesuatu berupa jawaban berdasarkan informasi yang

mereka dapatkan pada tahap solving mathematical problem dengan secara

langsung mengevaluasi apa yang mereka kerjakan yang akhirnya akan sangat

membantu siswa pada proses applying mathematics. Beberapa kelebihan inilah

yang sangat mendukung sehingga mengintegrasikan Geometer’s Sketchpad

dalam pembelajaran geometri adalah salah satu alternatif solusi yang dilakukan

dalam penelitian ini.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, penulis

terdorong untuk melakukan kajian secara lebih spesifik mengenai “

Situation-Based Learning (SBL) berbantuan Program Geometer's Sketchpad (GSP) untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis dan Self-Efficacy siswa SMP”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang

mendapat Situation-Based Learning (SBL) berbantuan Program Geometer's

(26)

10

2. Apakah peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang

mendapat Situation-Based Learning (SBL) berbantuan Program Geometer's

Sketchpad (GSP) lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa kategori atas, tengah,

dan bawah?

3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran (Situation-Based Learning

(SBL) berbantuan Program Geometer's Sketchpad (GSP) dan pembelajaran biasa) dengan kemampuan awal matematika (atas, tengah, bawah) siswa

dalam peningkatan kemampuan representasi matematis siswa?

4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan representasi matematis

siswa yang mendapat Situation-Based Learning (SBL) berbantuan Program

Geometer's Sketchpad (GSP) ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa kategori atas, tengah, dan bawah?

5. Apakah self-efficacy matematis siswa yang mendapat Situation-Based

Learning (SBL) berbantuan Program Geometer's Sketchpad (GSP) lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran biasa?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini

bertujuan untuk menelaah:

1. Peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang mendapat

Situation-Based Learning (SBL) berbantuan Program Geometer's Sketchpad

(GSP) lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran biasa.

2. Peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang mendapat

Situation-Based Learning (SBL) berbantuan Program Geometer's Sketchpad

(GSP) lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa kategori atas, tengah, dan bawah.

3. Terdapat interaksi antara pembelajaran (Situation-Based Learning (SBL)

berbantuan Program Geometer's Sketchpad (GSP) dan pembelajaran biasa) dengan kemampuan awal matematika (atas, tengah, bawah) siswa dalam

peningkatan kemampuan representasi matematis siswa.

(27)

11

Geometer's Sketchpad (GSP) ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa kategori atas, tengah, dan bawah.

5. Self-efficacy matematis siswa yang mendapat Situation-Based Learning

(SBL) berbantuan Program Geometer's Sketchpad (GSP) lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran secara biasa.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan beberapa

manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan informasi tentang pengaruh pembelajaran menggunakan

Situation-Based Learning (SBL) berbantuan Program Geometer's Sketchpad

(GSP) terhadap kemampuan representasi matematis serta self-efficacy matematis siswa SMP.

2. Memberikan motivasi kepada guru matematika untuk memanfaatkan

teknologi dan sarana yang telah tersedia dalam bentuk media pembelajaran

berbantuan komputer yaitu Program Geometer's Sketchpad (GSP).

3. Dapat menjadi bahan pertimbangan alternatif pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan representasi matematis serta self-efficacy

matematis siswa.

4. Sebagai bagian dari upaya pengembangan bahan ajar dalam

meningkatkan hasil dan motivasi belajar matematika siswa.

5. Dapat menjadi landasan berpijak atau bahan referensi bagi peneliti dalam

rangka menindaklanjuti penelitian lainnya.

1.5Definisi Operasional

Untuk memperoleh kesamaan pandangan dan menghindari penafsiran

yang berbeda terhadap istilah-istilah atau variabel yang digunakan dalam

penelitian ini, berikut akan dijelaskan pengertian dari istilah atau

variabel-variabel tersebut.

1.5.1 Kemampuan Representasi Matematis

Kemampuan representasi matematis adalah kemampuan siswa dalam

mengungkapan ide/gagasan/strategi matematis baik dalam bentuk representasi

(28)

12

teks tertulis) dalam memecahkan masalah matematika. Berdasarkan ketiga aspek

representasi yaitu aspek representasi visual, representasi simbolik, dan

representasi verbal. Adapun indikator kemampuan representasi pada penelitian

ini adalah:

a. Membuat gambar untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi

penyelesaiannya.

b. Menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis.

c. Membuat situasi masalah berdasarkan data atau representasi yang diberikan.

d. Menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah matematika dengan

kata-kata.

e. Menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis.

1.5.2 Self-Efficacy

Self-efficacy adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam

mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk

dapat menyelesaikan tugas representasi matematis yang diberikan. Self-efficacy

yang diukur dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada dimensi

magnitude/level, strength, dan generality.

1.5.3 Situation-Based Learning (SBL)

Situation-Based Learning (SBL) merupakan suatu pendekatan baru yang

cukup kuat dan fleksibel dalam membangun paradigma pembelajaran

kontruktivistik. Adapun dalam proses pembelajarannya, SBL terdiri dari empat

tahapan proses pembelajaran, yaitu 1) creating mathematical situations

merupakan prerequisite atau prasyarat dalam pembelajaran, 2) posing

mathematical problem merupakan core atau inti dalam pembelajaran, 3) solving

mathematical problem merupakan purpose atau tujuan dalam pembelajaran,

4) applying mathematics merupakan home of knowledge to return atau

penerapan proses pembelajaran terhadap situasi baru.

(29)

13

Pembelajaran biasa dalam penelitian ini adalah pendekatan

pembelajaran yang merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan di sekolah berdasarkan kurikulum yang berlaku.

1.5.5 Struktur Organisasi Tesis

Tesis ini disusun dalam lima bab. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri

dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, definisi operasional, serta struktur organisasi tesis. Bab II berupa

kajian pustaka yang memuat teori tentang kemampuan representasi matematis,

self-efficacy, SBL berbantuan GSP, teori belajar yang mendukung, hasil penelitian

yang terdahulu, serta hipotesis penelitian. Bab III menjelaskan tentang metodologi

penelitian yang meliputi desain penelitian, populasi dan sampel, variabel

penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian, analisis data, serta waktu

penelitian. Bab IV menyajikan hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari

pemaparan data dan pembahasan. Pada bab V menguraikan simpulan dan saran

(30)

114

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian, diperoleh beberapa

simpulan sebagai berikut.

1. Peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang mendapat

Situation-Based Learning (SBL) berbantuan Program Geometer's Sketchpad

(GSP) lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran biasa.

2. Peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang mendapat

Situation-Based Learning (SBL) berbantuan Program Geometer's Sketchpad

(GSP) lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau

dari kemampuan awal matematis siswa kategori atas, tengah, dan bawah.

3. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (Situation-Based Learning

(SBL) berbantuan Program Geometer's Sketchpad (GSP) dan pembelajaran

biasa) dengan kemampuan awal matematis (atas, tengah, bawah) siswa dalam

peningkatan kemampuan representasi matematis siswa.

4. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan representasi matematis siswa

yang mendapat Situation-Based Learning (SBL) berbantuan Program

Geometer's Sketchpad (GSP) ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa

kategori atas, tengah, dan bawah.

5. Self-efficacy matematis siswa yang mendapat Situation-Based Learning

(SBL) berbantuan Program Geometer's Sketchpad (GSP) tidak berbeda secara

signifikan dibandingkan siswa yang mendapat pembelajaran biasa.

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan simpulan dapat dikemukakan

beberapa saran sebagai berikut.

1. Situation-Based Learning (SBL) berbantuan Program Geometer's Sketchpad

(GSP) dapat dijadikan salah satu alternatif model yang efektif pada materi

geometri untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa,

tidak hanya pada siswa KAM tinggi, tetapi juga untuk siswa pada KAM

(31)

115

hanya berbeda secara signifikan dengan KAM bawah, sedangkan antara

KAM atas dan KAM tengah serta antara KAM tengah dan KAM bawah tidak

terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan kemampuan

representasi matematisnya.

2. Bagi peneliti lain yang ingin mengkaji pengaruh Situation-Based Learning

(SBL) berbantuan Program Geometer's Sketchpad (GSP) terhadap

self-efficacy siswa agar lebih memperhatikan lama pelaksanaan penelitian. Hal ini

dikarenakan waktu pemberian perlakuan yang hanya lima kali pertemuan

belum cukup untuk memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

efficacy siswa. Selain itu, untuk mengetahui lebih spesifik tingkatan

self-efficacy siswa disarankan selain menggunakan angket juga dilakukan

wawancara secara individu.

3. Bagi guru atau peneliti lain yang ingin mengaplikasikan Situation-Based

Learning (SBL) berbantuan Program Geometer's Sketchpad (GSP), ketika

mengajukan permasalahan dalam bentuk situasi pada LKS sebaiknya dibuat

sederhana sehingga mudah dipahami siswa. Selain itu, untuk siswa SMP pada

tahap posing selain guru memberikan scaffolding, bisa juga dibantu dengan

langsung menyisipkan informasi tambahan untuk menemukan apa yang

tanyakan pada LKS.

4. Pada penelitian ini aspek kognitif yang dikaji hanya kemampuan representasi

matematis dan aspek afektif yang diukur hanya self-efficacy. Pada penelitian

lainnya diharapkan untuk mengkaji pembelajaran menggunakan

Situation-Based Learning (SBL) berbantuan Program Geometer's Sketchpad (GSP)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisa plot ACF dan PACF dari dat hasil proses differencing pertama disimpulkan bahwa data sudah bersifat stasioner dan dapat di tentukan model sementara yaitu

Mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa untuk Pelaksanaan Kegiatan Tahun Anggaran 2013 seperti tersebut dibawah ini :. NO SATUAN

Untuk metode Indeks Sentralitas Marshall, pembentukan orde wilayah 28 administrasi kecamatan berdasarkan karakteristik kekotaan yang ditinjau dari 19 fasilitas

Catatan : Borang dapat ditambah sesuai

Penerapan Hasil Belajar Kesehatan Keselamatan Kerja Pada Pelaksanaan Praktikum Jasa Boga Siswa SMKN 3 Cimahi. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Dana Penelitian Yang Diperoleh dari Funding Internasional Setahun

satu mahasiswa FPOK Prodi PJKR dan PGSD Penjas yang diterima melalui. jalur SNMPTN Undangan, SBMPTN dan SM-UPI tahun

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal apa yang menyebabkan janda cerai mencari pasangan melalui Internet, bagaimana gambaran keterbukaan diri janda cerai yang mencari