• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SERVICESCAPE TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN NUSANTARA DI MUSEUM PERUNDINGAN LINGGARJATI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SERVICESCAPE TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN NUSANTARA DI MUSEUM PERUNDINGAN LINGGARJATI."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SERVICESCAPE TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN NUSANTARA DI MUSEUM PERUNDINGAN

LINGGARJATI

(Survei Pada Kunjungan Wisatawan Nusantara di Museum Perundingan Linggarjati)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Program Studi Manajemen Pemasaran Pariwisata

Oleh Widya Anggraeni

0900343

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMASARAN PARIWISATA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(2)

PENGARUH SERVICESCAPE TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN NUSANTARA DI MUSEUM PERUNDINGAN

LINGGARJATI

(Survey Pada Kunjungan Wisatawan Nusantara di Museum Perundingan Linggarjati)

Oleh

Widya Anggraeni

Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

©Widya Anggraeni

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH SERVICESCAPE TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN NUSANTARA DI MUSEUM PERUNDINGAN

LINGGARJATI

(Survey Pada Kunjungan Wisatawan Nusantara di Museum Perundingan Linggarjati)

Skripsi ini disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Dr. H. Hari Mulyadi, M.Si. NIP. 19590515 198601 1 001

Pembimbing II

Taufik Abdullah, SE.,MM.,Par NIP. 19851024 201404 1 001

Mengetahui Ketua Program Studi

Manajemen Pemasaran Pariwisata

H.P Diyah Setyorini, M.M NIP. 19761031 200812 2 001

Tanggung Jawab Yuridis Ada Pada Penulis

(4)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 11

2.1 Kajian Pustaka ... 11

2.1.1 Konsep Kepariwisataan ... 11

2.1.1.1 Definisi Pariwisata ... 11

2.1.1.2 Prasarana dan Sarana Pariwisata ... 14

2.1.1.3 Konsep Pemasaran Pariwisata... 16

2.1.1.4 Konsep Destinasi ... 17

2.1.1.5 Museum Sebagai Destinasi Pariwisata... 19

2.1.2 Servicescape ... 21

2.1.2.1 Servicescape bagian dari Bauran Pemasaran Jasa ... 21

(5)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.1.2.3 Konsep Servicescape ... 25

2.1.2.4 Dimensi Servicescape ... 26

2.1.3 Keputusan Berkunjung ... 28

2.1.3.1 Pengertian Keputusan Berkunjung ... 28

2.1.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Berkunjung ... 28

2.1.3.3 Tipe-Tipe Keputusan Berkunjung ... 31

2.1.3.4 Proses Pengambilan Keputusan Berkunjung ... 32

2.1.4 Pengaruh servicescape terhadap keputusan berkunjung ... 34

2.1.5 Orisinalitas Penelitian ... 35

2.2 Kerangka Pemikiran ... 37

2.3 Hipotesis ... 40

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Objek Penelitian ... 42

3.2 Metode Penelitian ... 43

3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan... 43

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 43

3.2.3 Jenis dan Sumber Data ... 46

3.2.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampel ... 47

3.2.4.1 Populasi ... 48

3.2.4.2 Sampel ... 48

3.2.4.3 Teknik Sampling ... 49

3.2.5 Teknik Pengumpulan data ... 50

3.2.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 52

3.2.6.1 Pengujian Validitas ... 52

3.2.6.2 Pengujian Reliabilitas... 55

3.2.7 Rancangan Analisis Data ... 56

3.2.7.1 Rancangan Analisis Data Deskriptif ... 56

3.2.7.2 Rancangan Analisis Data Verifikatif ... 57

(6)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2.7.4 Pengujian Hipotesis ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Destinasi dan Profil Wisatawan Museum Perundingan Linggarjati 65 4.1.1 Profil Destinasi ... 65

4.1.1.1 Identifikasi Destinasi ... 65

4.1.1.2 Sejarah Singkat Museum Perundingan Linggarjati ... 65

4.1.1.3 Produk dan Fasilitas yang Ditawarkan ... 67

4.1.1.4 Struktur Organisasi Pengelola Museum Perundingan Linggarjati ... 68

4.1.2 Profil Wisatawan Museum Perundingan Linggarjati ... 70

4.1.2.1 Identitas Wisatawan yang Berkunjung Museum Perundingan Linggarjati Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia ... 70

4.1.2.2 Identitas Wisatawan yang Berkunjung Museum Perundingan Linggarjati Berdasarkan Jenis Kelamin dan Status... 71

4.1.2.3 Identitas Wisatawan yang Berkunjung Museum Perundingan Linggarjati Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pendidikan Terakhir ... 72

4.1.2.4 Identitas Wisatawan yang Berkunjung Museum Perundingan Linggarjati Berdasarkan Pekerjaan dan Penghasilan ... 73

4.1.2.5 Identitas Wisatawan yang Berkunjung Museum Perundingan Linggarjati Berdasarkan Asal Daerah ... 74

4.1.3 Pengalaman Wisatawan yang Berkunjung ke Museum Perundingan Linggarjati ... 75

4.1.3.1 Pengalaman Wisatawan Berdasarkan Kunjungan Sebelumnya Ke Museum Perundingan Linggarjati ... 75

4.1.3.2 Pengalaman Wisatawan Berdasarkan Frekuensi Kunjungan ke Museum Perundingan Linggarjati ... 76

4.1.3.3 Komposisi Wisatawan Berdasarkan Partner Berkunjung ke Museum Perundingan Linggarjati ... 77

(7)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.2 Tanggapan Wisatawan Terhadap Servicescape di Museum Perundingan

Linggarjati ... 79

4.2.1 Tanggapan Wisatawan Terhadap Ambient Factor di Museum Perundingan Linggarjati ... 79

4.2.2 Tanggapan Wisatawan Terhadap Design Factor di Museum Perundingan Linggarjati... 81

4.2.3 Tanggapan Wisatawan Terhadap Social Factor di Museum Perundingan Linggarjati...84

4.2.4 Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Servicescape di Museum Perundingan Linggarjati...86

4.3 Tanggapan Wisatawan Terhadap Keputusan Berkunjung di Museum Perundingan Linggarjati... 88

4.3.1 Tanggapan Wisatawan Terhadap Keputusan Berkunjung Berdasarkan Pemilihan Produk Wisatadi Museum Perundingan Linggarjati ... 89

4.3.2 Tanggapan Wisatawan Terhadap Keputusan Berkunjung Berdasarkan Pemilihan Merek di Museum Perundingan Linggarjati ... 91

4.3.3 Tanggapan Wisatawan Terhadap Keputusan Berkunjung Berdasarkan Pemilihan Saluran Pembelian di Museum Perundingan Linggarjati ... 93

4.3.4 Tanggapan Wisatawan Terhadap Keputusan Berkunjung Berdasarkan Pemilihan Waktu Kunjungan di Museum Perundingan Linggarjati ... 95

4.3.5 Tanggapan Wisatawan Terhadap Keputusan Berkunjung Berdasarkan Pemilihan Jumlah Kunjungan di Museum Perundingan Linggarjati ... 97

4.3.6 Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Keputusan Berkunjung di Museum Perundingan Linggarjati ... 99

4.4 Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjungdi Museum Perundingan Linggarjati...101

4.4.1 Hasil Uji Asumsi ... 101

4.4.1.1 Hasil Uji Asumsi Normalitas ... 101

(8)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.4.1.3 Hasil Uji Asumsi Multikolenieritas ... 104

4.4.2 Hasil Uji Korelasi dan Koefisien Determinasi... 104

4.4.3 Pengujian Hipotesis dan Uji Signifikansi Secara Simultan (Uji F) ... 105

4.4.4 Pengujian Hipotesis dan Uji Signifikansi Secara Parsial (Uji-t) ... 106

4.4.5 Persamaan Regresi Linier Berganda ... 106

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 107

4.5.1 Pembahasan Hasil Tanggapan Wisatawan Nusantara Terhadap Servicescape di Museum Perundingan Linggarjati ... 107

4.5.2 Pembahasan Hasil Tanggapan Wisatawan Nusantara Terhadap Keputusan Berkunjung di Museum Perundingan Linggarjati ... 108

4.5.3 Pembahasan Hasil Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung di Museum Perundingan Linggarjati ... 109

4.6 Implikasi Hasil Temuan ... 110

4.6.1 Implikasi Penelitian Besifat Teoritik... 110

4.6.2 Implikasi Penelitian Besifat Empirik ... 111

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan ... 112

5.2 Rekomendasi ... 113 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Widya Anggraeni, 0900343, PENGARUH SERVICESCAPE TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN NUSANTARA DI MUSEUM PERUNDINGAN LINGGARJATI” (Survei terhadap wisatawan nusantara yang berkunjung ke Museum Perundingan Linggarjati), di bawah bimbingan Dr. H. Hari Mulyadi.,M.Si dan Taufik Abdullah, SE.,M.M.,Par

Perkembangan wisata asia mengalami pertumbuhan tercepat di dunia terutama kawasan asia pasifik. Hal tersebut berdampak positif terhadap perkembangan wisata di Indonesia karena pada tahun 2013 pertumbuhan pariwisata melebihi angka pariwisata global. Deklarasi Bali tanggal 14 Juli 2000 tentang Conserving Cultural Heritage for Sustainable Social, Economic and Tourism Development, menyatakan bahwa culture and heritage merupakan produk unggulan pariwisata Indonesia. Salah satu provinsi di Indonesia yang sedang mengunggulkan museum sebagai potensi wisata adalah Jawa Barat. Destinasi wisata sejarah yang sedang dikembangkan oleh Kabupaten kuningan adalah Museum Perundingan Linggarjati. Pada Tahun 2013 jumlah kunjungan Museum Perundingan Linggarjati mengalami penurunan sehingga menyebabkan tidak tercapainya target kunjungan yang diharapkan. Salah satu upaya yang dilakukan pihak museum untuk dapat meningkatkan keputusan berkunjung yaitu menerapkan strategi servicescape.Variabel independent dari penelitian ini adalah servicescape (X) yang terdiri dari sub variabel ambient factor, design factor,dan social factor. Variabel dependent yaitu keputusan berkunjung (Y) yang terdiri dari pemilihan produk, pemilihan merek, pemilihan saluran pembelian, pemilihan waktu kunjungan dan pemilihan jumlah kunjungan. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan verifikatif, dan metode yang digunakan adalah explanatory survey dengan teknik penarikan sampel yaitu systematic random sampling. Objek dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke Museum Perundingan Linggarjati, dengan jumlah sampel 100 responden. Teknik analisis data yang digunakan regresi linier berganda menggunakan spss windows 20. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sub variabel yang memiliki pengaruh paling tinggi adalah social factor dan yang memiliki pengaruh paling rendah adalah design factor. Adapun rekomendasi untuk pihak pengelola Museum Perundingan Linggarjati dalam meningkatkan keputusan berkunjung adalah mengoptimalkan tempat dan kinerja karyawan serta meningkatkan pemahaman mengenai lingkungan fisik terutama penerapan strategi servicescape.

(10)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Widya Anggraeni, 0900343, "SERVICESCAPE EFFECT ON VISIT DECISION

DOMESTIC TOURIST IN MUSEUM PERUNDINGAN LINGGARJATI"

(survey of domestic tourists who visit the Museum Perundingan Linggarjati), under the guidance of Dr. H. Hari Mulyadi., M.si and Taufik Abdullah, SE., MM, Par Asia tourist developments in the world's are growing faster especially in Asia Pacific. This is a positive impact on the development of tourism in Indonesia because of tourism growth in 2013 exceeded the number of global tourism. Bali Declaration dated July 14, 2000 on conserving Cultural Heritage for Sustainable Social, Economic and Tourism Development, stated that the culture and heritage of Indonesian tourism is an excellent product. One of the provinces in Indonesia which is favoring the museum as a tourist potential is West Java. Historical tourist destination being developed by Departement Tourism and Culture Kuningan is Museum Perundingan Linggarjati. In the year 2013 the number of visits decreased Museum Perundingan Linggarjati not achieving the target, because an expected visit. One of the efforts made to improve the museum's decision to visit the servicescape strategy. Variables independent of this study is the servicescape (X) which consists of a sub-variable ambient factors, design factors, and social factors. Dependent variable is the decision to visit (Y) consisting of product selection, brand selection, the selection purchasing channels, the timing of visits and number of visits elections. This type of research is descriptive and verification, and the method used is explanatory survey sampling technique is systematic random sampling. Objects in this study is that domestic tourists who visit the Museum Perundingan Linggarjati, with a sample size of 100 respondents. Data analysis techniques used multiple linear regression using SPSS Windows 20. These results indicate that the sub-variables that have the highest influence is a social factor that has the most impact and low is the design factor. As for the recommendation to the manager of the museum talks Linggarjati in improving decisions and the visit is to optimize employee performance and increase understanding of the physical environment, especially the application of servicescape strategy.

(11)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian

Berbagai organisasi internasional antara lain Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO) telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi (http://kolom.pacific.net.id/ind/setyanto_p._santosa/artikel_setyanto_p._santosa 8/10/2013 20:30). Berdasarkan data yang dikutip WTO, pada tahun 2013 wisatawan internasional mencapai 1.046 miliar orang dan diperkirakan 1.602 orang pada tahun 2020 diantaranya, 231 juta dan 348 juta orang wisatawan berada di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Berdasarkan target tersebut diharapkan mampu menciptakan pendapatan dunia sebesar USD 2 triliun pada tahun 2020. Sedangkan untuk jumlah wisatawan dalam negeri lebih besar lagi jumlahnya dan merupakan penggerak utama dari perekonomian di masing-masing negara. (www.unwto.org 25/8/2013)

Kegiatan pariwisata atau traveling sekarang ini telah mengalami perubahan orientasi, dimana para wisatawan dan pebisnis tidak lagi mengutamakan negara barat seperti AS dan Benua Eropa sebagai destinasi wisata. (www.travel.detik.com 31/03/2013 15:40). Beberapa negara di wilayah Asia termasuk dalam 10 negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat di dunia. Badan Pariwisata Dunia melaporkan kawasan Asia-Pasifik memiliki pertumbuhan terbesar dalam industri pariwisata dengan jumlah pengunjung asing naik 14 juta atau 6,5% menjadi 233 juta. Tahun ini, Asia dan Afrika diharapkan mengalami pertumbuhan besar. Organisasi pariwisata dunia memprediksi jumlah wisatawan akan meningkat 5-6% di kawasan Asia-Pasifik dan 4-6 persen di Afrika. (www.ekbis.sindonews.com 31/03/2013 15:40)

Salah satu negara di Asia yang mengalami pertumbuhan pariwisata adalah Indonesia. Hal tersebut terlihat ketika terjadi krisis global dimana pariwisata

(12)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

indonesia mampu bertahan ditengah ketidak pastian perekonomian global. Berdasarkan data United Nation for World Tourim Organization (UNWTO) pada tahun 2013 pertumbuhan pariwisata Indonesia mencapai 5,16 % melebihi angka pariwisata global yang tumbuh 4 persen. Pertumbuhan tersebut dikarenakan telah berubahnya sudut pandang dimana pariwisata dewasa ini merupakan suatu tuntutan hidup. Hal ini terlihat dari meningkatnya permintaan orang-orang untuk melakukan perjalan wisata disetiap tahun khususnya di Indonesia. Peningkatan permintaan tersebut dapat dilihat dari angka kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) ke Indonesia, seperti yang terlihat pada Tabel 1.1 berikut ini:

TABEL 1.1

DATA KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE INDONESIA TAHUN 2009 - 2013

Tahun Kunjungan (orang)

2009 6.429.027

2010 6.452.259

2011 7.002.944

2012 7.649.731

2013 8.044.462

Sumber : www.kppo.bappenas.go.id 24-okt-2013 20:32

Berdasarkan Tabel 1.1 jumlah wisman mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2013 sebesar 5,16% dari tahun 2012 yang mencapai 6,75 juta orang. Peningkatan tersebut mancapai target yang diperkirakan yaitu sebesar 8 juta wisman. Menurut Suryamin selaku kepala Badan Pusan Statistik (BPS) yang dikutip dari www.antaranews.com (28 Mei 2013 17:10) menyatakan bahwa wisman yang datang ke Indonesia didominasi oleh wisatawan asal Malaysia, Singapura, dan Australia. Pencapaian tersebut mencerminkan Indonesia tetap menjadi salah satu negara tujuan wisata dunia. Selain wisman, peningkatan kunjungan terjadi pada jumlah wisnus yang melakukan kegiatan pariwisata di Indonesia, hal tersebut dilihat pada tabel di bawah ini.

TABEL 1.2

(13)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lanjutan Tabel 1.2

2009 2010 2011 2012 2013

26,617,400

24,880,778

25,767,370

26,887,397

25,978,968

TAHUN WISNUS

(ribuan orang)

2009 117.213

2010 229.731

2011 234.377

2012 236.752

2013 245.958

Sumber: Pusdatin Kemenparekraf & BPS 2013

Berdasarkan Tabel 1.2 tingkat kunjungan wisnus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2013 tingkat kunjungan mengalami kenaikan sebesar 3,4% dari tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut mencapai target setelah hampir 10 tahun tidak terealisasikan.

Salah satu faktor yang menentukan berkembangnya industri pariwisata yaitu daya tarik wisata. Menurut UU RI No. 10 Tahun 2009 Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Berdasarkan data Jawa Barat Dalam Angka 2013 jumlah Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) di Jawa Barat terdapat 561 objek wisata yang terdiri dari wisata alam, wisata sejarah, serta wisata minat khusus. Dengan objek wisata yang sangat beragam tersebut, maka Jawa Barat menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang sering dikunjungi setelah provinsi Bali. Perkembangan jumlah wisatawan nusantara ke Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut ini:

Sumber: Modifikasi Disbudpar Kab/Kota di Jawa Barat, 2013

(14)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERKEMBANGAN TINGKAT KUNJUNGAN WISATAWAN NUSANTARA YANG BERKUNJUNG KE DESTINASI JAWA BARAT

2009 - 2013

Berdasarkan Gambar 1.1 pada tahun 2012 jumlah wisatawan mengalami peningkatan yang sangat signifikan sebesar 1,89%. Sedangkan pada tahun 2013 Tingkat kunjungan wisnus ke Jawa Barat mengalami penurunan mencapai 2,1%. Menurut Nunung Sobari selaku Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat wisnus yang masuk ke Jawa Barat didominasi oleh wisatawan asal Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok, Tanggerang dan sejumlah daerah Provinsi Banten serta Lampung (ekbis.sindonews.com 31 April 2013 15:40). Sejumlah wilayah di Jawa Barat dalam 10 tahun terakhir menjadi tujuan wisata, karena daya tarik wisata yang ditawarkan beranekaragam seperti wisata alam, sejarah, kuliner hingga wisata belanja.

Berdasarkan laporan Dirjen Pemasaran Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia bahwa pada Deklarasi Bali tanggal 14 Juli 2000 tentang Conserving Cultural Heritage for Sustainable Social, Economic and Tourism Development, menyatakan bahwa culture and heritage merupakan produk unggulan pariwisata Indonesia. Tanpa adanya budaya, pariwisata terasa tidak menarik untuk dikunjungi karena culture dan heritage merupakan nyawa dari pariwisata Indonesia. Pada dasarnya Indonesia memiliki banyak sekali potensi wisata culture dan heritage yang dapat dikembangkan di luar candi, salah satunya adalah museum. Museum merupakan salah satu destinasi wisata sejarah yang didalamnya terdapat artefak beserta benda warisan budaya yang memilliki nilai sejarah dan menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Museum sebagaimana didefinisikan oleh the International Council of Museums (ICOM):

A museum is a non profit making, permanent institution in the service of soceity and of its development, and open public, which acquaires, conserves, research, communicates and exhibits, for purposes of study, education and enjoyment, material evidence of people and their environment (Benediktason, 2004: 9).

(15)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merupakan tempat pengelolaan warisan budaya tersebut. Tugas dari Museum sendiri yakni memberikan informasi dan pelayanan kepada publik dan/atau wisatawan tentang fungsi dan makna suatu artefak ataupun event yang berkaitan nilai sejarah yang ada di museum tersebut.

Salah satu provinsi di Indonesia yang sedang mengunggulkan museum sebagai potensi wisata adalah Jawa Barat. Hal tersebut terlihat dari gencarnya promosi yang dilakukan oleh pemerintah Jawa Barat, salah satu program terbaru yaitu pemilihan Duta Museum Jawa Barat yang siap untuk mempromosikan museum yang ada kepada masyarakat. Program tersebut merupakan salah satu upaya untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke museum khususnya di Jawa Barat yang beberapa tahun terakhir mengalami penurunan pada tingkat kunjungan. Jawa Barat memilki 30 museum yang saat ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar lagi, mengingat saat ini museum masih kurang diminati oleh para wisatawan. Berikut peringkat 10 besar museum di Jawa Barat dilihat dari jumlah kunjungan terbanyak.

TABEL 1.3

DATA KUNJUNGAN DI 10 MUSEUM JAWA BARAT TAHUN 2010-2012

NO NAMA MUSEUM KOTA TAHUN

2010 2011 2012

1 Museum Margasatwa Tamansari Bandung 656,898 656,898 656,898

2 Museum Zoologi Bogor 158,766 43,266 58,766

3 Museum Geologi Bandung 147,898 147,898 147,898

4 Museum Negeri Sri Baduga Bandung 137,819 129,628 150,171

5 Museum Asia Afrika Bandung 85,654 110,081 109,971

6 Museum Perundingan Linggarjati Kuningan 52,456 66,804 60,550

7 Museum Kasepuhan Cirebon 38,074 38,074 38,074

8 Museum Pos Indonesia Bandung 16,600 16,660 16,660

9 Etno Botani Bogor 15,572 5,596 5,596

10 Museum Prabu Geusan Ulun Purwakarta 14,930 14,930 14,930

(16)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan tabel 1.3 diatas menunjukan bahwa museum yang memiliki jumlah kunjungan terbanyak didominasi oleh museum yang berada di kota-kota besar seperti Museum Sribaduga, Museum Konferensi Asia Afrika, Museum Geologi, dan Museum Zoologi. Hal tersebut disebabkan keberadaan museum di daerah saat ini dinilai kurang terawat dan keberadaannya cenderung dikesampingkan, sehingga minat wisatawan untuk mengunjungi museum dinilai masih rendah. Menurut Mardiana selaku Kepala Museum Nasional dikutip dari www.sindonews.com menyatakan bahwa belum semua museum khususnya di daerah-daerah melakukan perubahan sehingga kunjungan wisatawan belum maksimal. Adapun upaya yang dilakukan untuk menanggapi hal tersebut yaitu dengan revitalisasi maupun perbaikan terhadap bangunan museum dan memberikan perhatian lebih kepada sistem manajemen setiap museum. Salah satu museum daerah yang sedang melakukan proses revitalisasi yaitu Museum Perundingan Linggarjati yang berada di Kabupaten Kuningan.

Kabupaten Kuningan memiliki ragam jenis destinasi yang cukup bervariasi, baik wisata alam, wisata sejarah maupun wisata minat khusus. Selain wisata alam, potensi yang sedang dikembangkan oleh Kabupaten Kuningan diantaranya adalah wisata sejara, salah satunya yaitu Museum Perundingan Linggarjati. Adapun data kunjungan ke Museum Perundingan Linggarjati dapat dilihat pada Tabel 1.4 berikut.

TABEL 1.4

DATA KUNJUNGAN WISATAWAN NUSANTARA KE MUSEUM PERUNDINGAN LINGGARJATI

TAHUN 2009 - 2013

Tahun WISNUS

2009 68.680

2010 65.298

2011 75.102

2012 72.858

2013 71.776

Sumber: Modifikasi Disparbud Kabupaten Kuningan, 2013

(17)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berikutnya yaitu tahun 2012 dan 2013 terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan yang signifikan sebesar 2,85% dan 1,26% dari tahun sebelumnya.

Penurunan jumlah wisatawan tersebut menyebabkan tidak tercapainya target kunjungan yang diharapkan yaitu sebesar 80.000 wisatawan di tahun 2013. Berdasarkan fenomena diatas pihak pengelola Museum Linggarjati melaksanakan beberapa strategi dalam mengatasi masalah tersebut guna meningkatkan jumlah kunjungan. Adapun upaya rencana pengembangan yang dilakukan pihak museum diantaranya melakukan kerjasama dengan beberapa agen travel, meningkatkan promosi melalui media cetak berupa banner, pamflet, brosur, dan media elektronik melalui www.visitkuningan.com adapun konten yang terdapat pada media promosi tersebut berisi mengenai penjelasan dan gambaran dari museum baik itu ruangan maupun kisah sejarah yang terdapat didalamnya. Salah satu upaya yang sekarang sedang dilakukan oleh pihak museum yaitu meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana. Upaya tersebut senada dengan apa yang dikatakan oleh Kepala Museum Nasional, Intan Mardiana upaya revitalisasi museum tentunya perlu didukung oleh keinginan museum di daerah tersebut untuk lebih berkembang dimana setiap museum harus membuat program-program guna menarik minat wisatawan.

Dirjen Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kacung Marijan mengatakan bahwa kondisi museum di daerah-daerah perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar lagi dan untuk membuat museum lebih menarik perlu dilakukan desain ulang terhadap bangunan museum seperti penataan tempat souvenir dan teater (www.beritasatu.com 23/05/2013 09:00). Upaya tersebut sesuai dengan program yang sedang digencarkan oleh pengola Museum Perundingan Linggarjati yaitu melengkapi, mengubah dan menata fasilitas fisik dimana dalam teori pemasaran hal ini dinamakan servicescape. Tujuan dari program ini untuk memberikan kenyamanan sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat para wisatawan dan meningkatkan jumlah kunjungan.

(18)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

desain/rancangan), dan social factor (faktor sosial). Berikut merupakan pengembangan servicescape yang dilakukan oleh pengelola Museum Perundingan Linggarjati dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupten Kuningan.

1. Ambient Factor (faktor suasana)

Faktor suasana mencakup faktor non-visual, kondisi latar belakang di lingkungan pelayananan seperti kelembapan, kebersihan dan pencahayaan. Program yang dilakukan oleh Museum Perundingan Linggarjati yaitu dengan memelihara kebersihan seluruh area destinasi serta memelihara kesejukan dengan membangun taman, serta melakukan penataan ventilasi agar pencahayaan dan kelembapan di dalam ruangan terasa lebih baik. sehingga dapat memberikan kenyamanan kepada para wisatawan. (sumber: RIPDA Kab. Kuningan 2013)

2. Design Factor (Faktor desain/rancangan)

(19)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Social Factor (faktor sosial)

Merupakan rangsangan yang berhubungan dengan orang-orang yang hadir dalam suatu lingkungan selama pertemuan pelayanan jasa. Terdiri dari dua sub dimensi yaitu karyawan dan pelanggan. Upaya yang dilakukan pengelola Museum Perundingan Linggarjati yaitu dengan menambah pemandu (guide) untuk wisman, melakukan pelatihan pada karyawan untuk memperluas wawasan karyawan agar para wisatawan mendapat informasi yang jelas. (sumber: RIPDA Kab. Kuningan 2013)

Berdasarkan fenomena di atas, maka perlu diadakan suatu penelitian tentang “PENGARUH SERVICESCAPE TERHADAP KEPUTUSAN

BERKUNJUNG WISATAWAN NUSANTARA DI MUSEUM

PERUNDINGAN LINGGARJATI.” 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini berupa:

1. Bagaimana gambaran servicescape di Museum Perundingan Linggarjati. 2. Bagaimana gambaran keputusan berkunjung wisatawan nusantara di

Museum Perundingan Linggarjati.

3. Seberapa besar pengaruh servicescape terhadap keputusan berkunjung wisatawan nusantara di Museum Perundingan Linggarjati.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk:

1. Memperoleh gambaran servicescape di Museum Perundingan Linggarjati. 2. Memperoleh gambaran keputusan berkunjung wisatawan di Museum

Linggarjati.

3. Bagaimana pengaruh servicescape terhadap keputusan berkunjung wisatawan nusantara di Museum Perundingan Linggarjati.

(20)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan antara lain:

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan masukan pada pengembangan ilmu manajemen pemasaran pariwisata hususnya mengenai servicescape yang terdiri dari ambient factor (faktor lingkungan), design factor (faktor desain/rancangan), dan social factor (faktor sosial) di Museum Perundingan Linggarjati terhadap keputusan berkunjung. Serta hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi kepustakaan khususnya mengenai materi yang berkaitan dengan salah satu industri yang bergerak di bidang jasa khususnya destinasi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

(21)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu destinasi pemasaran pariwisata yaitu salah satu bentuk dari servicescape yang terdiri dari ambient factor (faktor lingkungan), design factor (faktor desain/rancangan), dan social factor (faktor sosial)dengan proses keputusan berkunjung wisatawan. Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Sugiyono (2012:59) varibel bebas (independent variable) merupakan yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu servicescapeyang terdiri dari ambient factor, design factor, dan social Factor. Sedangkan variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2012:59). Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah keputusan berkunjung yang terdiri dari pemilihan produk wisata, pemilihan suatu merek, pemilihan saluran pembelian, pemilihan waktu kunjungan dan jumlah kunjungan.

Penelitian ini dilakukan di Gedung Perundingan Linggarjati Kuningan dan berada di bawah pengelolaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan. Unit analisis dari penelitian ini adalah wisatawan nusantara yang berkunjung ke Gedung Perundingan Linggarjati.

(22)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2 Metode penelitian

3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode yang digunakan

Menurut Sugiyono (2012:5) yang dimaksud dengan metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Menurut Sugiyono (2012:29) metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkanatau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.

Sedangkan penelitian verifikatif menurut Sugiyono (2012:36)adalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.

Berdasarkan jenis penelitiannya yaitu penelitian deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey explanatory.Menurut Kerlinger yang dikutip oleh Sugiyono (2012:11), yang dimaksud dengan metode survei yaitu:

Metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, destribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

Pada penelitian yang menggunakan metode ini, informasi dari sebagian populasi dikumpulkan langsung ditempat kejadian dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yangsedang diteliti.

3.2.2 Operasionalisasi variabel

(23)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

factor(X.3)sedangkan variabel dependent (terikat) yaitu keputusan berkunjung (Y)

yang terdiri dari pemilihan produk, pemilihan merek,pemilihansaluran pembelian, pemilihan waktu dan jumlah kunjungan.

Menurut Silalahi (2009:201) mengungkapkan bahwa operasionalisasi variabel merupakan kegiatan mengurai variabel menjadi sejumlah variabel operasional atau variabel empiris (indikator, item) yang menunjuk langsung pada hal-hal yang dapat diamati atau diukur. Secara lebih rinci operasionalisasi variabel dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 3.1 sebagai berikut

TABEL 3.1

OPERASIONALISASI VARIABEL

Variabel/

Sub variabel Konsep variabel Indikator Ukuran Skala No Item

1 2 3 4 5 6

Servicescape Segala sesuatu yang secara fisik hadir disekitar konsumen selama transaksi pelayanan jasatermasuk

didalamnya lingkungan fisik buatan manusia dan lingkungan alam atau sosial. (Hightower 2009: 381)

Ambient Factor

(X1)

Faktor non -visual , kondisi latar belakang dalam lingkungan pelayanan. Suhu, pencahayaan , dan aroma telah diidentifikasi sebagai relevan elemen ambient di lingkungan tertentu.

(24)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Variabel/

Sub variabel Konsep variabel Indikator Ukuran Skala No Item

1 2 3 4 5 6

Petunjuk petunjuk di Museum Perundingan Linggarjati

Social Factor

(X3)

Faktor sosial adalah faktor yang berhubungan/berkaitan dengan orang-orang yang hadir dalam lingkungan selama terjadinya proses pelayanan jasa dan terdiri dari dua unsur penting yaitu karyawan dan pelanggan. (Hightower Jr & Shriat 2009:382)

Suatu keputusan yang dilakukan oleh kebudayaan, kelas sosial, keluarga dan referensi group yang akan membentuk sikap pada diri individu kemudian melakukan kunjungan. Kotler and Keller (2012:193)

Pemilihan produk wisata

Memilih sebuah produk atau jasa serta alternatif yang telah dipertimbangkan dengan melihat dari keunggulan serta manfaat yang akan

diterimanya.

Kotler and Keller (2012:193)

Kualitas daya

tarik Tingkat kualitas koleksi Museum Perundingan

Pengunjung memutuskan dan memilih merek mana yang akan

dipilih diantara perbedaan masing-masing merek itu sendiri.

Kotler and Keller (2012:193)

(25)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Variabel/

Sub variabel Konsep variabel Indikator Ukuran Skala No Item

1 2 3 4 5 6 berbeda dalam hal menentukan penyalur karena faktor lokasi yang dekat, harga yang murah, persediaan barang yang lengkap, kenyamanan, keleluasaan tempat dan lain sebagainya.

Kotler and Keller (2012:193)

Pembelian

letak Museum Linggarjati Ordinal 23 Pemilihan

waktu kunjungan

Dalam pemilihan waktu yang berbeda-beda, hal ini

disesuaikan dengan keputusan wisatawan untuk berkunjung Kotler and Keller (2012:2226)

Weekend Tingkat kemenarikan berkunjung saat akhir pekan

Ordinal 24

Weekday Tingkat kemenarikan

berkunjung saat hari kerja Ordinal 25 Waktu

kunjungan

Tingkat kemenarikan

berkunjung saat pagi hari Ordinal 26 Tingkat kemenarikan

berkunjung saat siang hari Ordinal 27 Tingkat kemenarikan

berkunjung saat sore hari Ordinal 28 Jumlah

Kunjungan

Wisatawan dapat mengambil keputusan tentang jumlah kunjungan dan mungkin dilakukan lebih dari satu kali. Kotler and Keller (2012:193)

Frekuensi

(26)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2.3 Jenis dan Sumber Data

Pengertian sumber data menurut Arikunto (2010:172) adalah sebagai Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.

Menurut Sugiyono (2012:401) berdasarkan sumbernya data dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Data primer adalah data-data yang diperoleh secara langsung dalam kegiatan penelitian lapangan. Data primer dapat berbentuk isian kuesioner atau langsung dari responden berdasarkan masalah yang sedang dikaji. 2. Data sekunder adalah data-data yang diperoleh secara tidak langsung

dalam kegiatan penelitian. Data sekunder dapat diperoleh dari sensus, laporan data, dan statistik yang berasal dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Berdasarkan data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti menuliskannya dalam Tabel 3.2 berikut ini :

TABEL 3.2

JENIS DAN SUMBER DATA

No Data Jenis Data Sumber Data

1 Tingkat Kunjungan Wisman dan Wisnus ke

Indonesia Tahun 2009-2013 Sekunder KPPO Bapenas

2 Tingkat Kunjungan Wisman dan Wisnus ke

Indonesia Tahun 2009-2013 Sekunder

Jawa Barat Dalam Angka

2013

3 Tingkat Kunjungan ke Museum di Jawa Barat

Tahun 2010-2012 Sekunder

Pusat Pengelolaan Data dan

Sistem jaringan, Depbudpar

4 Tingkat Kunjungan ke Museum Linggarjati

Tahun 2009-2013 Sekunder

Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kabupaten

Kuningan

4 Tanggapan responden terhadap servicescape Primer Wisatawan Nusantara

5 Tanggapan responden terhadap keputusan

berkunjung Primer Wisatawan Nusantara

(27)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampel 3.2.4.1 Populasi

Dalam melakukan penelitiannya penulis menggunakan metode penarikansampel agar data yang diperoleh lebih akurat dan tepat, maka diperlukannya pengambilan sampel pada populasi yang sudah penulis ambil.

Menurut Sugiyono (2012:80), mengartikan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyekyang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan olehpeneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Penentuan populasi harus dimulai dengan penentuan secara jelas mengenai populasi yang menjadi sasaran penelitiannya. Populasi sasaran merupakan populasi yang akan menjadi cakupan kesimpulan penelitian. Jadi apabila sebuah hasil penelitian dikeluarkan kesimpulan, maka menurut etika penelitian kesimpulan tersebut hanya berlaku untuk populasi sasaran yang telah ditentukan.

Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan nusantara yang berkunjung ke Gedung Perundingan Linggarjati Kuningan pada tahun 2013 yaitu 71.776 wisatwan.

3.2.4.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mempunyai karakteristik yang relatif sama dan dianggap dapat mewakili populasi. Menurut Sugiyono (2012:81) menyatakan bahwa pengertian sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

(28)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi penelitian, yaitu sebagian dari jumlah wisatawan Museum Perundingan Linggarjati khususnya wisatawan nusantara pada tahun 2013 yang berjumlah 71.776orang. (Disparbud Kuningan, 2013)

Penetapan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus sampel Slovin (Husein Umar, 2013:65) yaitu sebagai berikut:

Sumber : Husein Umar(2013:65) Keterangan :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Presentase kelonggaran penelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir

Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dihitung besarnya sampel dari jumlah populasi yang ada,

Dari hasil perhitungan sampel diatas maka jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 responden.

3.2.4.3 Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel mana yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik sampling dibagi menjadi dua yaitu probability sampling dan non probability sampling (Sugiyono 2012:117). Probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi tiap unsur (anggota) populasi

(29)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi tiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan systematic random sampling karena populasi dalam penelitian ini adalah populasi bergerak (mobile population) yang bersifat homogen dan dapat dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.

Langkah-langkah teknik penarikan sampel dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Menentukan populasi sasaran, dalam penelitian ini yang menjadi populasi sasaran adalah wisatawan nusantara yang berkunjung ke Museum Perundingan Linggarjati.

2. Menentukan sebuah tempat tertentu sebagai checkpoint, dalam penelitian ini yang menjadi tempat checkpoint adalah di pintu masuk Museum Perundingan Linggarjati.

3. Menentukan waktu yang digunakan untuk menentukan sampling. 4. Melakukan orientasi lapangan, terutama pada check point

5. Uji Coba kuesioner kepada responden

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan dua cara, yaitu Penelitian Lapangan (Field Research) dan studi kepustakaan (Library Research) . Adapun pengumpulan data primer dan sekunder menurut Sugiyono (2012:188-196) sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan (Field Research) a. Wawancara (Interview)

(30)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2012:194). Wawancara dilakukan dengan maksud untuk mendapat informasi langsung dari responden. Responden dalam penelitian ini yaitu wisatawan nusantara yang melakukan kunjungan diMuseum perundingan Linggarjati.

b. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawabnya, kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden, selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.

Kuesioner ini berisi pertanyaan mengenai karakteristik responden, pengalaman responden, penilaian responden, serta tanggapan responden khususnya mengenai peranan program servicescape dalam meningkatkan keputusan berkunjung wisatawanMuseum Perundingan Linggarjati.

c. Pengamatan (Observasi)

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai cirri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner, kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain.Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti yaitu Museum perundingan Linggarjati, khususnya mengenai program servicescape serta tingkat keputusan berkunjung.

2. Penelitian kepustakaan (Library Research)

(31)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

surat kabar, artikel, situsweb dan penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti. Studi kepustakaan ini bertujuan untuk memperoleh sebanyak mungkin teori yang diharapkan akan dapat menunjang data yang dikumpulkan dan pengolahannya lebih lanjut dalam penelitian ini.

Sebelum kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan -pertanyaan yang layak untuk digunakan sebagai alat ukur untuk pengumpulan data penelitian.

3.2.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas 3.2.6.1 Pengujian Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:145), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang berarti memiliki validitas yang rendah.

Dalam suatu penelitian, data mempunyai kedudukan paling tinggi karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti, dan fungsinya sebagai pembentukan hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliable.

(32)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun rumus yang digunakan dalm penelitian ini adalah rumus korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson, sebagai berikut.

Sumber : Sugiyono (2012:248) Keterangan :

rxy = koefisien korelasi product moment

X = Skor yang diperoleh subjek dalam setiap item Y = Skor total yang diperoleh subjek dari seluruh item N = Jumlah sampel

∑ = Kuadrat faktor variabel X ∑X2 = Kuadrat faktor variabel X ∑Y2

= Kuadrat faktor variabel Y

∑XY = Jumlah perkalian faktor korelasi variable X dan Y

Keputusan pengujian validitas item instrumen, adalah sebagai berikut : 1. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan valid jika a .

2. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan tidak valid jika .

Selanjutnya perlu diuji apakah koefisien validitas tersebut signifikan pada taraf signifikan tertentu. Hasil pengujian validitas pada penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu software komputer program SPSS (Statistical product for Service Solution) 21for windows.

TABEL 3.3

HASIL UJI VALIDITAS

SERVICESCAPE (X)

No. Pertanyaan rhitung rtabel Ket

Ambient factor

1 Tingkat kebersihan lingkungan di Museum

Perundingan Linggarjati

0,682 0,374 Valid

2 Tingkat kesejukan suhu udara di Museum Perundingan

Linggarjati

0,630 0,374 Valid

3 Tingkat kecukupan pencahayaan di Museum

(33)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Linggarjati

Design factor

5 Tingkat kemenarikan arsitektur di Museum

Perundingan Linggarjati

0,705 0,374 Valid

6 Tingkat kenyamanan menggunakan toilet/rest room

yang disediakan di Museum Perundingan Linggarjati

0,823 0,374 Valid

7 Tingkat keleluasaan area parkir di Museum

Perundingan Linggarjati

0,743 0,374 Valid

8 Tingkat kejelasan penempatan papan petunjuk di

Museum Perundingan Linggarjati

0,708 0,374 Valid

Social factor

9 Tingkat kejelasan informasi yang diberikan oleh

karyawan di Museum Linggarjati

0,667 0,374 Valid

10 Tingkat Pelayan karyawan di Museum Perundingan

Linggarjati

0,752 0,374 Valid

11 Tingkat kebersihan uniform/seragam karyawan di

Museum Perundingan Linggarjati

0,808 0,374 Valid

12 Tingkat kerapihan karyawan di Museum Perundingan

Linggarjati

0,833 0,374 Valid

KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Y)

No. Pertanyaan rhitung rtabel Ket

Pemilihan produk wisata

13 Tingkat kualitas koleksi Museum Perundingan

Linggarjati

0,786 0,374 Valid

14 Tingkat kualitas pelayanan Museum Perundingan

Linggarjati

0,725 0,374 Valid

15 Tingkat kepuasan dalam melihat koleksi Museum 0,807 0,374 Valid

16 Tingkat kepuasan dalam menggunakan pelayanan di

Museum Perundingan Linggarjati

0,766 0,374 Valid

Pemilihan merek

17 Tingkatan citra Museum Perundingan Linggarjati

menurut wisatawan

0,831 0,374 Valid

18 Tingkat pengalaman terhadap Museum Perundingan

Linggarjati melalui jasa yang diberikan

(34)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 19 Tingkat kemenarikan Museum Perundingan

Linggarjati

0,770 0,374 Valid

Pemilihan saluran pembelian

20 Tingkat kesesuaian jam buka dan jam tutup 0,708 0,374 Valid

21 Tingkat kemudahan dalam membeli tiket masuk 0,695 0,374 Valid

22 Tingkat kemudahan transportasi dalam menjangkau

destinasi

0,651 0,374 Valid

23 Tingkat kestrategisan letak Museum Linggarjati 0,788 0,374 Valid

Pemilihan waktu kunjungan

24 Tingkat kemenarikan berkunjung saat akhir pekan 0,799 0,374 Valid

25 Tingkat kemenarikan berkunjung saat hari kerja 0,823 0,374 Valid

26 Tingkat kemenarikan berkunjung saat pagi hari 0,805 0,374 Valid

27 Tingkat kemenarikan berkunjung saat siang hari 0,759 0,374 Valid

28 Tingkat kemenarikan berkunjung saat sore hari 0,571 0,374 Valid

Jumlah kunjungan

29 Tingkat keinginan untuk berkunjung kembali 0,703 0,374 Valid

30 Tingkat keseringan mengunjungi Museum 0,385 0,374 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2014

3.2.6.2Pengujian Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2012:177) menyatakan bahwa reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Suatu data dapat dunyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam objekyang sama menghasilkan data yang sama dalam waktu berbeda, atau jika dipecah menjadi dua akan menunjukan data yang sama pula.

Rumus yang dipergunakan adalah alpha atau Cronbach’s alpha (α) dikarenakan instrumen pertanyaan kuesioner yang dipakai merupakan rentangan antara beberapa nilai dalam hal ini menggunakan skala likert 1 sampai dengan 5.Menurut Sugiyono (2012:132) Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Rumus alpha atau Cronbach’s alpha) sebagai berikut :

(35)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber : Husein Umar (2013:170)

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pertanyaan

= jumlah varians butir tiap pertanyaan

Jumlah varian butir tiap pertanyaan dapat dicari dengan cara mencari nilai

varians tiap butir yang kemudian dijumlahkan (

2) sebagai berikut :

 

Sumber : Husein Umar (2013:170) Keterangan :

n = jumlah sampel σ = nilai varians

x = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan)

Keputusan uji realibilitas ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Jika koefisien internal seluruh item r hitung≥ r tabel dengan tingkat signifikasi

5% maka item pertanyaan dikatakan reliabel.

2. Jika koefisien internal seluruh item r hitung< r tabel dengan tingkat signifikasi

5% maka item pertanyaan dikatakan tidak reliabel. TABEL 3.4

HASIL UJI RELIABILITAS SERVICESCAPE DAN KEPUTUSAN BERKUNJUNG

No. Variabel cahitung caminimal Kesimpulan

1 Servicescape 0,938 0,700 Reliabel

2 Keputusan Berkunjung 0,960 0,700 Reliabel

(36)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2.7 Teknik Rancangan Analisis Data dan Uji Hipotesis 3.2.7.1 Rancangan Analisis Data Deskriptif

Analisis deskriptif yaitu analisis data dengan cara menggambarkan data yang terkumpul dari jawaban responden atas item-item dalam kuesioner. Analisis deskriptif bertujuan untuk mengubah kumpulan data mentah menjadi informasi yang mudah dipahami. Analisis deskriptif variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis data deskripif mengenai gambaran servicescape yang memiliki dimensi diantaranya ambient factor, design factor, dan social factor di Museum Perundingan Linggarjati.

2. Analisis data deskriptif mengenai keputusan berkunjungyang memiliki sub variabel pemilihan produk, pemilihan merek, pemilihan saluran pembelian, pemilihan waktu kunjungan dan jumlah kunjungandi Museum Perundingan Linggarjati.

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala likert. Menurut Sugiyono (2012:136) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial yang secara spesifik telah ditetapkan oleh peneliti dan disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang digunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Berikut kategori penilaian skala likert.

Alternatif Jawaban Skala

Sangat setuju/selalu/sangat positif 5

Setuju/sering/positif 4

Ragu-ragu/kadang-kadang/netral 3

Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif 2

Sangat tidak setuju/tidak pernah 1

(37)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2.7.2 Rancangan Analisis Data Verifikatif

Penelitian kuantitatif/ verifikatif menurut Sugiyono (2012:11) menyatakan bahwa:

“Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Teknik analisis data yang digunakan dalam pada penelitian ini adalah regresi berganda. Analisis regresiberganda digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh variabel independen (X) yaitu servicescape yang terdiri dari (X1)

Ambient factor, (X2) Design factordan (X3)Social factorterhadap variabel

dependen (Y) yaitu proses keputusan berkunjung.

3.2.7.3 Rancangan Analisis Regresi Berganda

Regresi berganda sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono (2012:277) Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana (naik turunnya) variabel independen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya).

Analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2. Adapun persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut:

Keterangan: a = konstanta

b = koefisien regresi

X= variabel dependent (variabel terikat). X1= ambient factor, X2= design

factor, X3=social factor

Y= variabel independent (variabel bebas)

Untuk mengetahui koefisien a dan b menurut Husein Umar (2013: 126) dapat menggunakan beberapa cara seperti mencari kuadat terkecil ataupun matrix,

(38)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tetapi akan lebih efektif apabila menggunakan sofware pengolahan statistika seperti SPSS.

Analisis regresi berganda akan dilakukan apabila jumlah variabel independen minimal dua atau lebih. Menerjemahkan ke dalam hipotesis yang menyatakan pengaruh sub variabel independen yang paling dominan terhadap variabel dependen. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar. 3.1 berikut:

GAMBAR 3.1 REGRESI BERGANDA Keterangan:

X1= Ambient factor

X2= Design factor

X3= Social factor

Y: Keputusan berkunjung

Teknik analisis regresi beranda dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Rancangan Uji Asumsi Regresi Berganda

a. Uji asumsi normalitas

Syarat pertama untuk melakukan analisis regresi adalah normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk dapat mengetahui variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. Menurut Husein Umar (2013:181), uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. Pada penelitian ini, untuk mendeteksi apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui

X1

Y X2

(39)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebuah grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model regresi memenuhi uji normalitas.

Adapun langkah kerja uji normalitas menggunakan SPSS menurut Husein Umar (2013: 181) adalah sebagai berikut:

1. Buka file

2. Klik menu Analyze, kemudian Regression dan pilih Linier. 3. Isi kolom dependent dan independent

4. Klik tombol plots

5. Aktifkan kotak pilihan normal probability plot. 6. Biarkan yang lain, lalu klik continue.

7. Klik OK.

b. Uji Asumsi Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah varian yang tidak konstan pada regresi sehingga akurasi hasil prediksi menjadi meragukan. Menurut Husein Umar (2013:82), “Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksaman varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain”. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, disebuthomoskedastisitas, sedangkan untuk varians yang berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah heteroskedastisitas.

Langkah-langkah kerja uji heteroskedastitas menggunakan SPSS menurut Husein Umar (2013: 180) adalah sebagai berikut:

1. Buka file

2. Klik menu Analyze, kemudia regression dan pilih linier. 3. Isi kolom dependent dan independet.

4. Klik tombol plots

5. Masukan variabel SRESID pada pilihan untuk sumbu Y 6. Masukan variabel ZPRED pada pilihan untuk sumbu X 7. Biarkan yang lain, lalu klik tombol continue.

(40)

Widya Anggraeni, 2014

Pengaruh Servicescape Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Di Museum Perundingan Linggarjati

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Uji Asumsi Multikolinieritas

Menurut Husein Umar (2013:177), “Uji multikolinieritas berguna untuk mengetahui apakah pada model regresi yang diajukan telah ditemukan korelasi kuat antarvariabel independen”. Untuk mengetahui terjadinya multikolinieritas dalam penelitian digunakan nilai VIF (Variance Inflation Factor) menurut Husein Umar dilakukan sebagai berikut:

1. Buka file.

2. Klik menu Analyze, kemudia Regression dan pilih Linier. 3. Isi kolom Dependent dan Independent.

4. Klik tombol Statistik, lalu nonaktifkan pilihan Estimates dan Model Fit.

5. Aktifkan pilihan Covariance matrix dan Collinierity diagnostics. 6. Klik tombol Continue lalu klik Ok.

Untuk mengukur multikolinieritas dapat diketahui dari besaran VIF. Rumus untuk menghitung VIF untuk koefisien dari variabel independen menggunakan rumus:

d. Analisis Korelasi

Analisis korelasi berguna untuk menentukan suatu besaran yang menyatakan bagaimana kuat hubungan suatu variabel dengan variabel lain. (Husein Umar 2013: 129). Untuk mengetahui kesetaraan hubungan dan seberapa besar kontribusi variabel x dibutuhkan analisis koefisien korelasi dan determinasi. Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson, sebagai berikut.

Sumber : Sugiyono (2012:248)

Gambar

TABEL 1.1 DATA KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE INDONESIA
TABEL 1.3 DATA KUNJUNGAN DI 10 MUSEUM JAWA BARAT
TABEL 1.4 DATA KUNJUNGAN WISATAWAN NUSANTARA
TABEL 3.1 OPERASIONALISASI VARIABEL
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Memasuki tahun 2010 / smp muhammadiyah 10 ( muhdasa ) melakukan berbagai kegiatan // puncak acara tutup tahun muhdasa yang digelar di aula ini / diisi dengan acara pelepasan siswa

Sedangkan Kapasitas reservoir yang dibutuhkan pelanggan PDAM Tirta Bulian Kota Tebing Tinggi sampai tahun 2040 yaitu sekitar 7136 m 3 sementara kapasitas reservoir saat ini

Sedangkan Kapasitas reservoir yang dibutuhkan pelanggan PDAM Tirta Bulian Kota Tebing Tinggi sampai tahun 2040 yaitu sekitar 7136 m 3 sementara kapasitas reservoir saat ini

Hasil implementasi menunjukkan capaian pemahaman konsep tertinggi pada konsep klasifikasi (89.0), dan capaian terendah pada konsep pencemaran (78.0).. Secara

Pada dimensi individual, tauhid berarti pembebasan manusia dari sifat-sifat individualistik serta pembebasan dari segala bentuk belenggu perbudakan dalam arti

PENGEMBANGAN MODUL PRAKTIKUM PADA STANDAR KOMPETENSI MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN DENGAN SUHU TINGGI DI SMK NEGERI 2 INDRAMAYU.. Universitas Pendidikan Indonesia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan –