DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA K3
DENGAN PENDEKATAN RISK ASSESSMENT
(Studi Kasus : PT. Iga Abadi, Pasuruan)
SKRIPSI
Disusun Oleh :
M. YULIAN KURNIAWAN 0532015001
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “
JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia serta hidayahNya, serta Para Nabi dan Rasul Allah terutama Nabi Muhammad SAW yang kami jadikan panutan sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
Tugas Akhir ini adalah salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap Mahasiswa Jurusan Teknik Industri di Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur untuk memperoleh gelar sarjana S-1.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini tentunya terdapat kesalahan dan kekurangan yang perlu diperbaiki. Untuk itu sebagai penulis, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Kami juga menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan terwujud tanpa adanya pihak-pihak yang membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan membimbing kami selama melaksanakan dan menyelesaikan Tugas Akhir ini, terutama kepada :
1. Bapak DR. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Sutiyono, MT. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bpk Ir. Didi Samahudi, MMT. selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Enny Ariyani ST, MT. selaku dosen pembimbing II dan Ibu Ir.Yustina Ngatilah, MT. selaku dosen wali jurusan Teknik Industri di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Terima kasih atas segala bimbingan dan kemudahan sehingga saya bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
5. Para Dosen Penguji seminar dan penguji lesan Jurusan Teknik Industri di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Seluruh karyawan dan staf PT. Iga Abadi terutama Pak Jonathan yang telah meluangkan waktu serta memberikan bantuan dan bimbingannya sehingga Tugas Akhir ini dapat terlaksana dan terselesaikan dengan baik.
7. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi penulis.
Surabaya, Desember 2011
DAFTAR ISI
Hal
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah... 2
1.3 Batasan Masalah... 3
1.4 Asumsi... 3
1.5 Tujuan Penelitian... 4
1.6 Manfaat Penelitian... 4
1.7 Sistematika Penulisan... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Keselamatan (Safety) dan Kesehatan (Health) ... 7
2.1.1 Keselamatan Kerja ... 7
2.2.2 UU No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja ... 10
2.3 Perhitungan Tingkat Implementasi Program... 11
2.4 Kecelakaan Kerja... 12
2.4.1 Bahaya Ditempat Kerja ... 13
2.4.2 Faktor Penyebab Kecelakaan ... 17
2.4.3 Kategori Kecelakaan Kerja ... 17
2.5 Definisi Hazards ... 19
2.5.1 Bahaya Ditempat Kerja ... 20
2.6 Risk Assessment ... 21
2.6.1 Identifikasi Resiko... 22
2.6.2 Penilaian Resiko ... 22
2.6.3 Kembangkan Solusi altenatif ... 24
2.6.4 Memutuskan Tindakan Yang Akan Diambil ... 26
2.7 Penarikan Sampel ... 27
2.7.1 Sampel Probabilitas... 27
2.7.2 Sampel Nonprobabilitas ... 29
2.8 Metode Statistik Yang Dipakai ... 29
2.9 Variabel-variabel yang digunakan dalam pembuatan kuisioner 32 2.10 Penelitian Terdahulu... 34
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
3.2 Identifikasi Variabel ... 37
3.3 Langkah – Langkah Pemecahan Masalah ... 40
3.3.2 Metode Pengolahan Data ... 46
3.4 Perhitungan Implementasi Program K3 ... 49
3.4.1 Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja... 48
3.4.2 Penentuan Level / Tingkat Implementasi Program K3 . 49 3.4.3 Pengkategorian Hazards Dengan Pendekatan (RA) ... 50
3.4.4 Tindakan Pencegahan Dan Pengendalian ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 52
4.1.1 Variabel Kuisioner ... 52
4.1.2 Data Kecelakaan Kerja... 54
4.2 Pengolahan Data ... 55
4.2.1 Uji Kecukupan Data ... 55
4.2.2 Uji Validitas ... 57
4.2.3 Uji Reabelitas ... 58
4.2.4 Perhitungan Implementasi Program K3 ... 59
4.2.5 Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja... 64
4.2.6 Penentuan Level/ Tingkat Implementasi Program K3 .. 65
4.2.7 Identifikasi dan Pengkategorian Hazards ... 66
4.2.8 Alternatif Pemecahan Masalah ... 71
4.3 Analisa dan Pembahasan ... 73
4.3.1 Analisa Perhitungan Tingkat Implementasi Program K3 73 4.3.2 Analisa Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja ... 77
4.5.4 Analisa Dari Identifikasi dan Perangkingan Hazards ... 79
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 82 5.2 Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Penggolongan Bahaya Ditempat Kerja Beserta Contohnya ... 13
Tabel 2.2 Kategori Kecelakaan Kerja ... 18
Tabel 2.3 Checklist Identifikasi Bahaya Dan Penilaian Resiko... 22
Tabel 2.5 Matrix Risk Assessment ... 23
Tabel 2.6 Pengendalian Resiko ... 26
Tabel 2.7 Kode dan Variabel-variabel yang digunakan dalam kuisioner ... 32
Tabel 3.1 Kode dan Variabel-vaiabel yang digunakan dalam kuisioner ... 38
Tabel 3.2 Kuisioner Penilaian Implementasi Program K3... 47
Tabel 3.3 Data Kecelakaan Kerja... 49
Tabel 3.4 Kategori Kecelakaan Kerja ... 49
Tabel 3.5 Kategori Urutan Hazard Berdasarkan Risk Assessment ... 50
Tabel 3.6 Tindakan Pencegahan Terhadap Resiko Yang Mungkin Timbul Akibat Hazards ... 51
Tabel 4.1 Kode dan Variabel-variabel yang Digunakan Dalam Kuisioner ... 52
Tabel 4.2 Data Kecelakaan Kerja tahun 2010... 54
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Penyebaran Kuisioner ... 56
Tabel 4.4 Pengujian Validitas ... 57
Tabel 4.5 Pengujian Reabelitas ... 58
Tabel 4.6 Nilai Implementasi Program K3 ... 61
Tabel 4.8 Kategori Kecelakaan Kerja Tahun 2010... 64
Tabel 4.9 Matriks Risk Assessment ... 70
Tabel 4.10 Identifikasi Resiko ... 71
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Peta Tingkat Implementasi – Tingkat Kecelakaan... 19
Gambar 3.1 Langkah-langkah Pemecahan Masalah ... 41
Gambar 4.1 Peta Tingkat Implementasi - Kecelakaan ... 65
ABSTRAKSI
Perkembangan teknologi dan pasar bebas yang marak dengan berbagai persaingan, penerapan kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia.
PT. Iga Abadi merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi kayu. Evaluasi / audit terhadap implementasi program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan hal rutin yang harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan. Pengukuran tingkat keberhasilan pelaksanaan program K3 yang hanya didasarkan pada parameter output jumlah kecelakaan yang terjadi, kurang obyektif karena tidak mempertimbangkan proses yang ditempuh untuk mendapatkan output tersebut.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memberikan pengukur tingkat pencapaian implementasi program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan memberikan usulan perbaikan untuk meningkatkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Berdasarkan hasil penelitian ini adalah pencapaian tingkat implementasi program K3 di PT. Iga Abadi sebesar 82 %, sehingga termasuk dalam kategori Kuning ( berada pada range 60 % - 84 % ). Level/ tingkat implementasi program K3 di PT. Iga Abadi berada pada level 2 (cukup aman). Usulan perbaikan dan pencegahan kecelakaan kerja di PT. Iga Abadi adalah dengan mengadakan training produksi, menjalankan SOP dengan baik, menggunakan APD/ alat pelindung diri dengan baik (eye glass, glove, masker) dan juga menggunakan hand lift untuk mengengkat barang dan menurunkan barang yang berat serta Training “material handling”
ABSTRACT
The development of technology and free markets are rife with a variety of competition, the application of occupational health and safety is one of the prerequisites set out in the trade economic relations between countries of goods and services that must be met by all member countries, including Indonesia.
PT. Iga Abadi is one company that manufactures wood. Evaluation / audit of the implementation of occupational safety and health program (K3) is a routine that must be implemented by every company. Measurement of the success rate of implementation of the K3 program based solely on the output parameters of the number of accidents occurring, less objective because it does not consider the process taken to get the output.
Objectives to be achieved in this study is to gauge the level of achievement of program implementation of Health and Safety (K3) and provide suggestions to improve the health improvement and Safety (K3).
Based on the results of this study is the achievement level of implementation of K3 in the PT program. Eternal ribs by 82%, so it is included in the category Yellow (in the range 60% - 84%). Level / level of implementation of K3 in the PT program. Eternal ribs at the level of 2 (pretty safe). Proposed improvements and the prevention of occupational accidents in the PT. Eternal ribs is to hold a production training, SOP running properly, use PPE / PPE properly (eye glass, gloves, masks) and also using a hand elevator to mengengkat goods and unload heavy and Training "material handling"
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan pasar bebas yang marak dengan berbagai persaingan, penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996, disebutkan bahwa perusahaan wajib melakukan pelaporan internal, yang salah satunya berupa pelaporan identifikasi sumber bahaya. Dalam peraturan itu pula dinyatakan bahwa identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan : kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya, jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi, selain itu perusahaan juga diwajibkan melakukan penilaian resiko untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat resiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
masih dijumpai berbagai potensi bahaya misalnya tangan yang masuk dalam mesin jumping crossout dan terkena mesin single rip saw, moulding dan Double N yang menyebabkan terluka dan dilingkungan area produksi yang kotor dari sisa bahan baku proses produksi dan berdebu juga dapat mempengarui kesehatan dan keselamatan para pekerja yang berada tiap diunit produksi
Hazard (potensi bahaya) adalah problematika yang ada di perusahaan
karena merupakan sumber bahaya yang dapat mengakibatkan kerugian baik material, lingkungan maupun manusia. Risk assessment (analisa resiko) bertujuan untuk mengetahui resiko kecelakaan kerja yang terjadi berkaitan dengan pengukuran tingkat keparahan (severity) dan tingkat probabilitas (frequency/probability). Agar peristiwa kecelakaan yang terjadi dari setiap unit
kerja dapat berkurang, maka cara yang dapat dilakukan adalah menerapkan dan mengukur tingkat keberhasilan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk mengkategorikan hazard dengan menggunakan metode Risk Assessment, yang ditentukan berdasar pada parameter banyaknya kecelakaan yang terjadi.
Hasil yang diharapkan adalah agar terjadinya bahaya dan kecelakaan kerja dapat dicegah sedini mungkin, tidak hanya untuk dikurangi atau ditiadakan. Selain itu perusahaan juga diwajibkan melakukan penilaian resiko untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat resiko kecelakaan kerja.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada pada latar belakang di atas, maka
perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian tugas akhir ini adalah
mengategorikan Hazards dengan pendekatan Risk Assessment pada tiap unit
kerja di PT. Iga Abadi”.
1.3. Batasan Masalah
Agar penelitian ini sesuai dengan yang direncanakan, serta lebih jelas dan terarah kerangka analisanya maka perlu dibuat batasan masalah sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan pada unit produksi furniture pada mesin jumping
crossout, masin single rip saw, mesin Moulding dan mesin Double N di PT.
Iga Abadi.
2. Data kecelakaaan kerja yang digunakan dalam penelitian data tahun 2010. 3. Tidak membahas masalah biaya.
1.4. Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Sistem Manajemen K3 (SMK3) yang diterapkan oleh PT. Iga Abadi dan kondisi fisik pabrik yang diukur tingkat implementasinya tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung.
2. Responden bersikap netral dan objective dalam memberikan penilaian terhadap implementasi program K3.
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut : 1. Mengukur tingkat pencapaian implementasi program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3).
2. Memberikan usulan perbaikan untuk meningkatkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah, sebagai berikut : 1. Bagi Penulis :
Meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh dari dunia akademis yang salah satunya adalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Dapat mengetahui Sistem Manajemen K3 (SMK3) di PT. Iga Abadi. 2. Bagi Perusahaan :
Dapat ditentukan level / tingkat keberhasilan implementasi K3.
Sebagai bahan pertimbangan dan sumber informasi bagi pimpinan perusahaan dalam pengambilan keputusan / kebijakan khususnya yang berhubungan dengan Sistem Manajemen K3.
Dapat dilakukan penanganan yang tepat terhadap hazard yang timbul di perusahaan sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
3. Bagi UPN “Veteran” Jatim :
Menjalin hubungan baik antara perguruan tinggi yakni Universitas Pembangunan Nasional Jawa Timur dengan perusahaan industri, terutama PT. Iga Abadi.
Sebagai tolak ukur untuk mengetahui seberapa jauh para mahasiswa dapat menerapkan ilmunya didalam perusahaan.
1.7. Sistematika Penulisan
Pada dasarnya sistematika penulisan berisikan mengenai uraian yang akan dibahas pada masing-masing bab, sehingga dalam setiap bab akan mempunyai pembahasan topik tersendiri. Adapun sistematika penulisan dari tugas akhir ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah yang diteliti, tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang dipakai dalam penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab II berisi tinjauan pustaka, yaitu teori-teori yang mendukung penelitian ini, antara lain mengenai definisi keselamatan dan kesehatan kerja, perhitungan tingkat implementasi program K3, mengkategorikan kecelakaan kerja, definisi Hazard dan Risk Assessment.
BAB III METODE PENELITIAN
atau gambaran atau urutan kerja menyeluruh selama pelaksanaan penelitian.
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab IV berisi analisa data berikut pembahasannya. Data-data yang dikumpulkan adalah data kecelakaan kerja yang terjadi di obyek penelitian serta checklist / kuisioner penilaian implementasi program K3. Data ini diperlukan untuk mendukung pengukuran tingkat implementasi program K3 di PT. Iga Abadi. Pengolahan data dilakukan untuk mengkategorikan hazard (potensi bahaya) yang timbul dengan pendekatan Risk Assessment (penilaian resiko).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab V merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan yang diambil terhadap hasil analisis dan interpretasi, serta saran-saran untuk pembenahan dan peningkatan program K3 di PT. Iga Abadi.
2.1. Definisi Keselamatan (Safety) dan Kesehatan (Health)
Menurut Asfahl (1999), keselamatan (safety) berkaitan dengan efek yang akut dari hazards, sedangkan kesehatan (health) berkaitan dengan efek yang kronis dari hazards.
Efek yang akut adalah suatu reaksi tiba–tiba terhadap kondisi yang parah
atau buruk, efek yang kronis adalah suatu keadaan jangka panjang yang semakin
memburuk dikarenakan tereksposnya atau terpaparnya keadaan yang kurang baik
secara berkepanjangan.
2.1.1 Keselamatan Kerja
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Menurut Suma’mur (1981) keselamatan kerja adalah keselamatan yang
bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,
landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Seringkali konsep keselamatan dan kesehatan bisa dipisahkan menjadi 2 hal
yang berbeda menurut definisi tersebut. Namun terkadang beberapa situasi bisa
mencegah dan mengatasi kecelakaan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari
usaha memelihara kesehatan para karyawan karena usaha-usaha tersebut saling
berkaitan. Kondisi kesehatan fisik maupun mental seseorang dapat berakibat pada
terjadinya kecelakaan, walaupun si karyawan sudah menggunakan berbagai alat
pelindung sekalipun, oleh karena itu lingkungan fisik yang jelek tidak hanya
berakibat pada keselamatan karyawan, tetapi tanpa disadari mempengaruhi fisik
dan mentalnya.
Sebagai contoh adalah kebisingan dalam industri, biasanya merupakan
sumber bahaya yang berkaitan dengan kesehatan karena terpaparnya kebisingan
dalam jangka waktu yang lama antara level kisaran 90 sampai 100 desibell bisa mengakibatkan kerusakan yang permanen. Namun kebisingan juga bisa
merupakan sumber bahaya yang berkaitan dengan keselamatan karena
terpaparnya kebisingan yang akut secara tiba–tiba bisa mencelakakan sistem
pendengaran. Banyak bahan kimia yang merupakan sumber bahaya yang
mempunyai efek akut dan sekaligus kronis, dan karenanya dipertimbangkan
sebagai bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan.
2.2. Perundang–undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Wickens et.al (1998) menyatakan bahwa keselamatan ditempat kerja telah
dipengaruhi lebih dari 100 tahun terakhir. Telah disadari bahwa selama periode
tahun 1800-an, pekerja melakukan tugas mereka dibawah kondisi yang tidak aman
(unsafe condition) dan tidak sehat. Filosofi bisnis saat ini adalah membiarkan segala sesuatunya terjadi dan membiarkan hukum alam berjalan tanpa batas.
untuk menyediakan tempat yang aman untuk bekerja, pada kenyataannya
masyarakat umum menerima kecelakaan sebagai hal yang tidak dapat
dihindarkan.
Ketika sebuah kecelakaan terjadi, kompensasi yang diterima oleh pekerja
adalah ketidak pedulian majikannya. Perusahaan membantah bahwa kondisi yang
berbahaya adalah normal. Wickens et.al (1998) mengutip dari Hammer (1989)
perusahaan mengklaim bahwa : (1) tingkah laku pekerja yang terluka merupakan
kontributor terhadap kecelakaan; (2) rekan kerja karyawan lalai / tidak peduli;
atau (3) pekerja yang terluka telah menyadari akan adanya hazards dalam pekerjaan mereka dan diasumsikan telah mengetahui resikonya. Sampai tahun
1900-an, kondisi kerja sangat buruk dan tingkat kecelakaan kerja terus meningkat.
2.2.1 Terbentuknya Agensi OSHA dan NIOSH
Wickens et.al (1998) menyatakan bahwa pada tahun 1960-an banyak orang
yang merasa bahwa undang–undang negara bagian masih belum cukup, banyak
industri yang masih mempunyai standar keselamatan dan kesehatan kerja yang
buruk, dan tingkat injury serta kematian yang terlalu tinggi. Sebagai hasilnya pada tahun 1970 pemerintah federal bertindak untuk membentuk standar keselamatan
tertentu pada industri dengan menandatangani Occupational Safety and Health Act (OSHA). Undang – undang ini membentuk lembaga administratif OSHA dibawah Departemen Tenaga Kerja AS.OSHA mengimplementasikan program
keselamatan, menentukan standar keselamatan dan kesehatan, melakukan
pengawasan, penyelidikan masalah, memonitor illness dan injury, memberi penalti, petisi ke pengadilan untuk mengambil tindakan terhadap majikan yang
menyediakan konsultasi pencegahan kecelakaan dan kesehatan. Majikan harus
menyesuaikan dengan regulasi OSHA melalui mentaati standar untuk
menghindari kecelakaan, menyediakan catatan tentang injury dan kematian yang terkait dengan pekerjaan, menyediakan catatan tentang tereksposnya pekerja oleh
material beracun atau hazards lain, dan menyediakan informasi bagi karyawan mengenai keselamatan dan kesehatan.
Satu lagi organisasi pemerintah yang juga dianggap penting adalah National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). NIOSH melakukan fungsi penelitian dan penyelidikan. NIOSH melakukan atau mengkaji ulang penelitian
untuk mengidentifikasi tipe–tipe kondisi yang berbahaya ditempat kerja. NIOSH
menyediakan rekomendasi yang sering menjadi masukan standar OSHA.
2.2.2 UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
Undang–undang ini ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja Direktorat
Pembinaan Norma–Norma Keselamatan Kerja, Hygiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja, disahkan pada tanggal 12 Januari 1970. Ada 11 bab, 18 pasal
dalam UU No. 1 tahun 1970, yaitu :
1. Pasal 1 Tentang Istilah–istilah
2. Pasal 2 Ruang Lingkup
3. Pasal 3, 4 Syarat–syarat Keselamatan Kerja
4. Pasal 5, 6, 7, 8 Pengawasan UU Keselamatan Kerja
5. Pasal 9 Pembinaan
6. Pasal 10 Panitia Pembina K3
7. Pasal 11 Kecelakaan Kerja
9. Pasal 13 Kewajiban Bila Memasuki Tempat Kerja
10. Pasal 14 Kewajiban Pengurus
11. Pasal 15, 16, 17, 18 Ketentuan–ketentuan Penutup
2.3. Tingkat Implementasi Program K3
Kurniadi Heru Prabowo (2005) menyatakan penilaian tingkat implementasi
dilakukan dengan membandingkan setiap pertanyaan dalam checklist dengan standar implementasi yang digunakan sebagai acuan oleh pihak manajemen untuk
menerapkan program K3. Nilai tertinggi diberikan jika implementasi memenuhi
semua standar yang ditentukan dan sebaliknya nilai terendah diberikan jika
implementasi sama sekali tidak memenuhi standar.
Pencapaian tingkat implementasi dinyatakan dalam tiga kategori yaitu
kategori merah, kuning, dan hijau. Dimana penetuan kategori pencapaian tingkat
implementasi ini merujuk pada konsep Traffic Light System dalam pengukuran kinerja. Traffic Light System menunjukkan apakah score dari suatu indikator kinerja memerlukan suatu perbaikan atau tidak. Sedangkan kisaran nilai indikator
kinerja untuk kategori merah, kuning, dan hijau mengacu pada Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996. Indikator dari Traffic Light System ini direpresentasikan dengan beberapa warna sebagai berikut :
1. Warna hijau
2. Warna kuning
Achievement dari suatu indikator kinerja belum tercapai, meskipun nilainya sudah mendekati target. Jadi pihak manajemen harus berhati–hati dengan
adanya berbagai macam kemungkinan. Kisaran nilai indikator kinerja untuk
kategori ini adalah 60%-84%.
3. Warna merah
Achievement dari suatu indikator kinerja benar–benar dibawah target yang telah ditetapkan dan memerlukan perbaikan dengan segera. Kisaran nilai
indikator kinerja untuk kategori ini adalah 0%-59%.
Perhitungan tingkat implementasi program, dilakukan dengan menghitung
rata–rata dari nilai yang diberikan oleh responden, kemudian menghitung rata–
rata nilai dari masing–masing kategori penilaian. Untuk mengetahui suatu
kategori penilaian termasuk dalam kriteria pencapaian: merah, kuning atau hijau
maka nilai rata–rata tersebut harus dinormalisasikan dengan Rumus Normalisasi
De Boer (Triekens et.al.,2000) sebagai berikut :
Achivement kategori penilaian=
minimum) skala
-maksimum (skala
minimum) skala
-aktual nilai (
x100%
2.4. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga dan tidak dikehendaki
yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur. (M. Sulaksmono, 1997). Kecelakaan kerja yang terjadi pada Karyawan PT. Iga Abadi dikarenakan tidak mentaati prosedur yang telah ditetapkan sehingga dapat merugikan diri
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas.
2.4.1.Bahaya Ditempat Kerja
Hazards / bahaya merupakan kondisi yang potensial menyebabkan injury terhadap orang, kerusakan peralatan struktur bangunan, kerugian material,
mengurangi kemampuan untuk melakukan sesuatu fungsi yang telah ditetapkan
(Hammer,1989). Sedangkan Ashfal (1999), menyatakan bahwa hazards
melibatkan resiko atau kesempatan (hazards involve risk of chance) yang berkaitan dengan elemen-elemen yang tidak diketahui.
Bahaya di tempat kerja adalah segala sesuatu di tempat kerja yang dapat
melukai, baik secara fisik maupun mental. Bahaya ditempat kerja dapat
digolongkan menjadi beberapa macam yaitu :
Bahaya terhadap keselamatan
Adalah bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan luka secara
langsung. Contoh : benda-benda panas dan lantai yang licin.
Bahan kimia berbahaya
Gas, uap, cairan, atau debu yang dapat membahayakan tubuh.
Contoh : bahan-bahan pembersih atau pestisida.
Ancaman bahaya lainnya
Contoh : kebisingan, penyakit menular, atau gerakan yang berulang-ulang.
Tabel 2.1. Penggolongan Bahaya Ditempat Kerja Beserta Contohnya Bahaya terhadap keselamatan Bahan kimia berbahaya Ancaman bahaya lainnya
• Listrik
Kebakaran/ledakan
• Pelarut / pembersih • Asam / bahan yang
• Mesin-mesin tanpa pelindung
• Mengangkat benda-benda yang berat • Pengaturan tempat
kerja (berantakan, penyimpanan barang yang tidak baik) • Kendaraan bermotor
menyebabkan iritasi • Debu (asbes, silika,
kayu)
• Logam berat (timah hitam, arsenik, air raksa)
• Polusi udara Pestisida Resin
• Gerakan yang berulang-ulang • Posisi tubuh yang
tidak nyaman • Panas / dingin • Penyakit menular • Stress / pelecehan • Beban kerja / irama
kerja
Sumber : Data Internal PT. Mandara Adhitama Utamabox Evaluasi Bahaya di Tempat Kerja
Merupakan suatu kegiatan meninjau kembali terhadap suatu tempat yang
beresiko menimbulkan bahaya ditempat kerja. Aktivitas utama dalam
mengevaluasi bahaya di tempat kerja adalah :
1. Pengamatan di lokasi kepada proses produksi dan cara kerja.
2. Wawancara dengan perkerja dan supervisor.
3. Survei terhadap lingkungan kerja, peralatan, dan pekerja.
4. Penelaahan terdahap dokumen yang diperlukan dari perusahaan.
5. Pengukuran dan monitor terhadap efek bahaya bagi pekerja.
6. Pembandingan dari hasil monitor terhadap peraturan yang ada dan/atau
merekomendasikan petunjuk mengenai batas-batas yang harus diikuti
untuk meningkatkan keselamatan kerja.
Mengendalikan Bahaya
Merupakan usaha untuk mencegah dan mengurangi bahaya ditempat kerja
dengan beberapa teknik pengendalian. Dalam hal ini pekerja tidak dapat
dilindungi apabila bahaya yang ada belum diidentifikasi dan dievaluasi.
Ada tiga jenis pengendalian, yakni :
Yaitu dengan mengendalikan bahaya yang bersifat teknis, dengan
memberikan rekomendasi untuk alat atau mesin tertentu sesuai dengan
standartnya. Misalnya : Rekomendasi laju udara minimum untuk sistem
ventilasi buangan lokal adalah :
2. Pengendalian Administratif
Yaitu dengan membentuk tim untuk pengendalian secara administratif
untuk mencegah bahaya, misalnya dengan membentuk panitia pembina
kesehatan dan keselamatan kerja (P2K3) untuk menangani usaha -
usaha pengendalian bahaya dan keselamatan kerja, yaitu dengan
memberikan pengetahuan atau pelatihan bagi para pekerja sebelum
melakukan aktivitas ditempat kerja.
3. Peralatan Pelindung Pekerja
Yaitu dengan memberikan alat pelindung diri (APD) bagi para pekerja
yang bekerja ditempat yang beresiko menimbulkan bahaya.
Alat pelindung diri merupakan garis pertahanan terakhir. Perlu diketahui
bahwa kewajiban memakai alat pelindung diri bila memasuki tempat kerja
yang berbahaya tidak hanya berlaku bagi pekerja saja, melainkan juga bagi
pimpinan perusahaan, pengawas, kepala bagian, dan siapa saja yang
memasuki tempat tersebut. Beberapa alat pelindung diri adalah sebagai
berikut :
a. Alat pelindung kepala
Terdiri dari : Safety Helmet, Hood, Hair cap.
b. Alat pelindung mata
Terdiri dari : Kacamata dengan atau tanpa pelindung samping, Googles
c. Alat pelindung telinga
Terdiri dari : Sumbat telinga (ear plug), Tutup telinga (ear muff),
d. Alat pelindung pernafasan
Terdiri dari : Air Purifying Respirator, Air Supplied Respirator
Breathing Apparatuss
e. Alat pelindung tangan
Terdiri dari : Sarung tangan biasa, Gauntlets atau sarung tangan yang
dilapisi dengan plat logam, Mitts atau sarung tangan dimana keempat
jarinya dibungkus menjadi satu kecuali ibu jarinya.
f. Alat pelindung kaki
Terdiri dari : Sepatu pengaman untuk pengecoran baja, Sepatu untuk
tempat-tempat khusus yang mengandung bahaya peledakan, Sepatu
karet anti elektrostatik, Sepatu pengaman untuk pekerja bangunan.
g. Pakaian pelindung
Berbentuk apron yang menutupi sebagian dari tubuh pemakainya yaitu
mulai dada sampai lutut pemakainya dan overal yang menutup seluruh
tubuh.
h. Tali dan Sabuk pengaman
Digunakan pada pekerjaan mendaki, memanjat dan konstruksi
bangunan.
2.4.2 Faktor Penyebab Kecelakaan
Hasil penelitian bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia.
1. Ketidakseimbangan fisik/kemampuan fisik tenaga kerja.
2. Ketidakseimbangan kemampuan psikologis naker.
3. Kurang pengetahuan.
4. Kurang trampil.
5. Stres mental.
6. Stres fisik.
7. Motivasi menurun (kurang termotivasi).
2.4.3 Kategori Kecelakaan Kerja
Sebelum melakukan analisa terhadap terjadinya suatu kecelakaan kerja
diperlukan penyelidikan yakni upaya untuk menjawab berbagai pertanyanan
seperti: apa, siapa, bagaimana, mengapa, dimana, dan bagaimana kecelakaan
terjadi. Hasil dari penyelidikan tersebut digunakan untuk menyusun program
pencegahan atau tindak lanjut untuk pencegahannya.
Dalam penyelidikan kerja yang sekaligus mengarah pada analisa
selanjutnya, diperlukan adanya :
Laporan tentang peristiwa kecelakaan yang terjadi
Wawancara dengan saksi/teman sekerja yang melihat kejadian tesebut Pemeriksaan terhadap tempat kejadian
Mempelajari semua hal yang berkaitan denga peristiwa kecelakaan
Menyusun formula untuk interpretasi
Menentukan faktor penyebab utama / akar permasalahan
Kurniadi H Prabowo (2005) menyatakan banyaknya kejadian kecelakaan
merupakan salah satu indikator keberhasilan program K3 yang dapat
dikategorikan dalam 3 kelompok seperti ditunjukkan dalam tabel 2.3. berikut :
Tabel 2.2. Kategori Kecelakaan Kerja
Kategori Parameter Penilaian Keterangan
Hijau Terjadi kecelakaan ringan
(injuries)
Luka ringan atau sakit ringan (tidak kehilangan hari kerja)
Kuning Terjadi kecelakaan sedang
(illness)
Luka berat atau parah atau sakit dengan perawatan intensif
(kehilangan hari kerja)
Merah Terjadi kecelakaan berat
(fatalities)
Meninggal atau cacat seumur hidup (tidak mampu bekerja)
(Sumber : Safety Engineer Career Workshop (2003), Phythagoras Global Development)
Penentuan level tingkat implementasi program K3 dilakukan dengan
memetakan tingkat implementasi dan tingkat kecelakaan kerja kedalam Tabel
Tingkat Implementasi Kecelakaan. Tabel tersebut memetakan pengukuran dalam
3 level implementasi, level 1 menunjukkan tingkat tertinggi dan level 3
merupakan level terendah. Peta tingkat implementasi tingkat kecelakaan dapat
(Sumber : Safety Engineer Career Workshop (2003), Phythagoras Global Development)
Gambar 2.1. Peta Tingkat Implementasi – Tingkat Kecelakaan
= Level 1 Aman dan Nyaman
= Level 2 Cukup Aman
= Level 3 Sangat Berbahaya
2.5. Definisi Hazards
Rudi Suardi (2005) menyatakan bahwa hazards adalah sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses
kerja, dan atau aspek lainnya dari lingkungan kerja.
Menurut A.M. Sugeng Budiono, dalam artikelnya “hazards” yang sering disebut potensi bahaya merupakan sumber resiko yang potensial mengakibatkan
kerugian baik material, lingkungan maupun manusia.
TINGKAT IMPLEMENTASI
nyaman) Level 2 (cukup aman) Level 4 (rawan)
KU
NI
NG
Level 2 (cukup aman) Level 3 (hati-hati) Level 5 (berbahaya)
TING
Level 4 (rawan) Level 5 (berbahaya) Level 6 (sangat
berbahaya) TING
Asfahl (1999) menyatakan bahwa hazards melibatkan resiko atau kesempatan yang berkaitan dengan elemen-elemen yang tidak diketahui
(unknown).
Hammer (1989) mendefinisikan hazards sebagai kondisi yang potensial untuk menyebabkan injury terhadap personel, kerusakan peralatan atau struktur bangunan, kerugian material atau mengurangi kemampuan untuk melakukan suatu
fungsi yang telah ditetapkan. Ketika hazards timbul, maka peluang terjadinya efek–efek yang buruk tersebut akan muncul.
2.5.1 Kategori Hazards
Hazards primer adalah hazards yang bisa secara langsung dan segera menyebabkan : (1) injury atau kematian; (2) kerusakan peralatan, kendaraan, struktur atau fasilitas; (3) degradasi kapabilitas fungsional (terhentinya operasi
dalam pabrik); (4) kerugian material. Berikut ini beberapa jenis / kategori hazards
dalam industri :
1. Bahaya Fisik : kebisingan, radiasi, pencahayaan, suhu panas, suhu dingin.
2. Bahan Kimia : bahan–bahan berbahaya dan beracun, debu, uap kimia, larutan
kimia.
3. Bahaya Biologi : virus, bakteri, jamur, parasit.
4. Bahaya Mekanis : permesinan, peralatan.
5. Bahaya Ergonomi : ruang sempit dan terbatas, pengangkutan barang,
mendorong, menarik, pencahayaan tidak memadai, gerakan tubuh terbatas.
7. Bahaya Tingkah Laku : ketidakpatuhan terhadap standar, kurang keahlian,
tugas baru atau tidak rutin.
8. Bahaya Lingkungan Sekitar : gelap, permukaan tidak rata, kemiringan, kondisi
permukaan berlumpur dan basah, cuaca, kebakaran.
2.6. Risk Assessment
Kurniadi Heru Prabowo (2005) menyatakan risk assessment (analisa resiko) merupakan tahap pengkalkulasian terhadap hazards (potensi bahaya)yang dapat terjadi. Bertujuan untuk mereduksi ketidak pastian dalam pengukuran resiko dan
biasanya berkaitan dengan pengukuran tingkat keparahan (severity) dan tingkat probabilitas (frequency/probability). Severity adalah tingkat keparahan yang timbul dari peristiwa kecelakaan, baik berupa kematian, cacat sebagian/seluruh
bagian tubuh, luka yang menyebabkan tidak mampu bekerja maupun tindakan
pertolongan pertama (P3K). Sedangkan frequency/probability adalah
kemungkinan suatu keadaan/kondisi yang dapat menyebabkan kejadian
kecelakaan.
Perkalian antara nilai severity dan probability, akan didapatkan level resiko
(risk level). Berdasarkan tentang prosedur tentang Risk Assessment and Management, level resiko (risk level) dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) tingkatan, yaitu:
extreme risk, dengan score ≥15
high risk, dengan score 10 sampai < 15
moderate risk, dengan score 5 sampai < 10
Proses dari pelaksanaan dan pengendalian resiko (Risk Assessment and Management) terdiri atas 4 (empat) tahapan, antara lain:
Identifikasi kejadian/tindakan yang dapat menyebabkan resiko (identification
potential event)
Penilaian resiko yang terjadi (Risk Assessment)
Kembangkan solusi alternatif (Develop alternative solution)
Putuskan apa yang harus dilakukan (Decide what to do)
2.6.1 Identifikasi Resiko
Setelah melakukan pengamatan dilapangan maka, didapatkan beberapa
potensi bahaya (hazards) baik yang berpengaruh kecil maupun besar dalam menimbulkan terjadinya resiko. Data identifikasi bahaya dapat dilihat dalam
checklist identifikasi bahaya dan penilaian resiko dibawah ini:
Tabel 2.3. Checklist identifikasi bahaya dan penilaian resiko
Penilaian Resiko No. Kegiatan Identifikasi
Bahaya
Identifikasi
Konsekuensi Severity Prob. Risk
Level
(Sumber : Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Suma’mur, P.K, 1981)
2.6.2 Penilaian Resiko
Setelah dilakukan identifikasi resiko, maka langkah selanjutnya adalah
penilaian masing-masing risk level ditiap resiko, dengan Matriks Risk Assessment,
Tabel 2.4. Matriks Risk Assessment
Probability
Severity
Hampir pasti akan terjadi terjadi (1-5 tahun)
Kecil tubuh atau kerugian
Mayor 3 Kecelakaan mengakibatkan luka dan hari hilang >3x24
jam atau kerugian
Minor 2 Kecelakaan
mengakibatkan luka dan hari hilang <3x24 jam atau kerugian
6
Incidental 1 Kecelakaan mengakibatkan luka ringan (tindakan P3K atau kerugian
(Sumber : Asuransi dan Manajemen Resiko, Salim, A. Abbas, 2003)
Level Resiko (risk level) = severity x probability
1. extreme risk, dengan score ≥15
Severity:
1. Incidental: Kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan ringan (tindakan P3K) dan tidak menyebabkan hari hilang.
2. Minor: Kecelakaan yang mengakibatkan luka dan hari hilang kurang dari 2x24 jam.
3. Mayor: Kecelakaan yang mengakibatkan luka dan hilangnya hari kerja lebih dari 2x24 jam.
4. Fatal: Kecelakaan yang mengakibatkan cacat sebagian/seluruh tubuh 5. Catasthropic: Kecelakaan yang mengakibatkan kematian
Probability:
1. Jarang terjadi: Kemungkinan terjadinya kecelakaan kurang dari 10 tahun
sekali.
2. Kecil kemungkinan terjadi: Kemungkinan terjadinya kecelakaan terjadi 5 – 10
tahun.
3. Mungkin dapat terjadi: Kemungkinan terjadinya kecelakaan 1 – 5 tahun.
4. Cenderung untuk terjadi: Paparan terhadap keadaan berbahaya tidak
terus-menerus (setiap bulan).
5. Hampir pasti akan terjadi: Paparan terhadap keadaan berbahaya dialami
terus-menerus.
2.6.3 Kembangkan Solusi Alternatif (Develop Alternatif Solution)
Setelah level resiko diketahui, tahapan berikutnya adalah mengembangkan
solusi alternative untuk mengeliminasi ataupun mereduksi resiko tersebut. Tetapi
yang masih diterima (acceptable risk) maka tindakan pencegahan atau preventif yang dilakukan adalah cukup memonitor saja aktivitas pengendalian resiko yang
telah dilaksanakan.
Solusi alternatif diberikan hanya untuk level resiko yang tergolong tinggi
hingga ekstrim (level resiko ≥ 10). Jika ternyata terdapat banyak resiko yang harus
ditanggulangi sedangkan disatu sisi resourches yang ada terbatas, maka masalah ini akan menjurus pada penentuan prioritas. Terdapat beberapa metode yang
digunakan untuk menentukan prioritas, salah satunya adalah analisa manfaat biaya
(benefit-cost analysist). Baik metode kuantitatif maupun kualitatif dapat digunakan untuk menentukan prioritas.
Hirarki dalam mengendalikan resiko dapat dibagi atas:
1. Eliminasi, yaitu meniadakan tahapan suatu kegiatan/proses berbahaya.
2. Substitusi, yaitu mengganti suatu bahan atau memodifikasi proses.
3. Rekayasa teknik, yaitu dengan menambahkan Alat Pelindung Diri (APD),
pemasangan sensor otomatis, dll.
4. Administrasi,misalnya rotasi/mutasi karyawan, pengendalian system ijin kerja,
Alat Pelindung Diri (APD), yaitu dengan menggunakan APD (ear-plug,
Sedangkan contoh pilihan dalam pengendalian resiko dapat dilihat dalam
tabel 2.5. dibawah ini:
Tabel 2.5. Tabel Pengendalian Resiko
Pencegahan Mitigasi/Pengurangan
Eliminasi Mengurangi
Probability Reduksi Dampak
Penanggulangan
Sistem Emergency shut down
Sistem Pengendalian
(control system)
Health and Safety
(K3): APD
Mengurangi paparan (reduce exposure) udara, air bawah tanah)
Pengolahan limbah, pengendalian
(Sumber : Asuransi dan Manajemen Resiko, Salim, A. Abbas, 2003)
2.6.4 Memutuskan Tindakan yang Akan diambil (Decide What to do)
Analisa keputusan merupakan metode paling sederhana yang dapat
digunakan dalam mengambil keputusan. Analisa keputusan dipengaruhi oleh
berbagai sudut pandang, misalnya dari segi ergonomi, motivasi, kepemimpinan,
Dalam menganalisa suatu keputusan, terdapat beberapa ketentuan umum
yang harus dipertimbangkan, seperti dibawah ini :
1. Desain merupakan prioritas utama dalam rangka mengeliminasi hazards
dibandingkan dengan metode lain.
2. Jika desain dari safeguards tidak mudah untuk dikerjakan, maka perlengkapan keamanan untuk perlindungan harus digunakan.
3. Jika desain maupun perlengkapan keamanan juga tidak praktis, maka peralatan
peringatan otomatis harus ditetapkan.
4. Jika semua ketentuan diatas juga tidak mudah untuk dikerjakan, prosedur yang
memenuhi dan pelatihan untuk personil dapat digunakan.
2.7 Penarikan Sampel
Penarikan sampel adalah suatu usaha pengambilan data statistik dari
sebagian anggota populasi. Penarikan sampel dilakukan apabila ukuran populasi
yang terlalu besar sehingga dengan penarikan sampel kita dapat menghemat
waktu, biaya serta dapat menghindari percobaan yang bersifat merusak. Percobaan
ini dibedakan menjadi : penarikan sampel probabilitas dan penarikan sampel
nonprobabilitas.
2.7.1 Sampel Probabilitas
Dalam penarikan sampel probabilitas setiap unsur populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Sampel ini
mempertimbangkan kemungkinan perbedaan antara nilai populasi yang diteliti.
a. Pengambilan Sampel Acak Sederhana
Pengambilan sampel pada metode ini dilakukan sedemikian rupa sehingga
tiap satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih menjadi sampel. Apabila besar populasi adalah P, sedang unsur dalam
sampel atau sample size adalah p, besar kesempatan bagi tiap satuan elementer untuk dapat dipilih dalam sampel adalah P/p.
b. Pengambilan Sampel Sistematis
Pengambilan sampel sistematik adalah metode pengambilan sampel, dimana
hanya unsur-unsur selanjutnya dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur
selanjutnya dipilih secara sistematik menurut pola tertentu.
c. Pengambilan Sampel Acak Distrafikasi
Pada penarikan sampel acak distrafikasi ini penarikan sampel dilakukan
dengan membagi populasi yang diteliti kedalam strata yang seragam, dan dari
setiap strata dilakukan pengambilan sampel secara acak.
d. Pengambilan Sampel Gugus Sederhana
Dalam pengmbilan sampel gugus sederhana ini, populasi digolongkan
kedalam gugus-gugus yang disebut cluster dan dari cluster ini akan dilakukan pengambilan sampel. Jumlah gugus yang diambil harus acak, kemudian
unsur-unsur penelitian dalam gugus tersebut harus diteliti semua.
e. Pengambilan Sampel Gugus Bertahap
Dalam penarikan sampel gugus bertahap ini populasi dalam gugus-gugus
yang merupakan satuan dimana sampel akan diambil. Pengambilan sampel
dilakukan melewati tahap-tahap tertentu. Pada aplikasinya populasi dibagi
dalam gugus-gugus tingkat kedua, dan dari gugus tingkat kedua ini kemudian
masih dibagi lagi dalam gugus-gugus tingkat selanjutnya.
2.7.2. Sampel Nonprobabilitas
Yang termasuk metode penarikan sampel nonprobabilitas adalah purposive sampling, yaitu metode penarikan sampel dimana sampel dipilih berdasar pertimbangan peneliti bahwa unit atau unsur penarikan sampel tersebut akan dapat
membantu menjawab pertanyaan riset yang sedang dikerjakan.
Pada penarikan jenis sampel nonprobabilitas ini, unsur dari suatu populasi
memiliki peluang yang berbeda untuk terpilih menjadi sampel, hanya orang-orang
yang dianggap ahli.
2.8 Metode-metode Statistik yang Dipakai
Agar data-data yang dikumpulkan dapat memberi informasi yang tepat dan
berguna dalam analisa dan pengambialan keputusan lebih lanjut sehingga
data-data tersebut perlu diolah. Untuk itu dibutuhkan tools yang tepat untuk membantu dalam penyelesaiannya. Dalam pengambilan sampel penelitian harus hati-hati dan
memenuhi aturan dalam pemilihan sampel. Menurut Suharsini Arikunto, apabila
subjek kurang dari 100, maka lebih baik merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya, jika jumlah subjek besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% -
25% atau lebih tergantung pada :
Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana.
Sempitnya luas wilayah pengamatan dari setiap subjek, hal ini menyangkut
Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk penelitian yang
resikonya besar, maka sampelnya lebih besar, hasilnya akan lebih besar.
Metode-metode statistik yang dibutuhkan dalam pengolahan data antara lain :
1. Uji Validitas
Validitas didefinisikan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen
pengukur (test) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat
tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberi hasil ukur yang sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Validitas dihitung dengan
rumus korelasi produk momen :
r =
x = skor tiap-tiap variabel
y = skor tiap responden
N = jumlah responden
rxy = Korelasi Product Moment
Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan
angka kritik tabel korelasi nilai r.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas dengan internal
consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja
kemudian yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Pengujian
reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan cara teknik belah dua dari
Spearman Brown.
Spearman Brown :
Dimana :
rtot = Koefesien reliabilitas seluruh item
rb = angka korelasi produk moment belahan pertama dan belahan kedua.
3. Uji Kecukupan Data
Dalam menguji apakah data yang kita sebarkan kepada responden cukup, kita
Dimana :
N = Jumlah data yang dibutuhkan
e = Angka absolute dari kesalahan yang dapat diterima
atau error, biasanya yang digunakan sebesar 5% atau
0,05
α = Tingkat signifikansi = 0,95
Z = nilai distribusi normal
p = Proporsi jumlah sampel yang benar
q = Proporsi jumlah sampel yang salah
Bila data yang diperoleh telah mencukupi maka dilanjutkan dengan
pengolahan data, bila tidak mencukupi maka perlu dilakukan penyebaran
kuesioner lagi.
2.9. Variabel – variabel yang digunakan dalam pembuatan kuisioner
Dalam penelitian ini adapun variabel – variabel yang digunakan dalam
pembuatan kuisioner yang dikutip (menurut Kurniadi H. Prabowo) yaitu :
Tabel 2.6 Kode dan variabel – variabel yang digunakan dalam kuisioner No Kode Variabel Kuisioner Program K3
1. A Penggunaan APD
A1 Peralatan keselamatan kerja sudah terpenuhi dan dalam kondisi baik
A2 APD telah tersedia untuk setiap jenis pekerjaan yang berbahaya dan sesuai standar
A3 Semua peralatan APD telah digunakan dengan benar A4 Pekerja mentaati penggunaan APD dilokasi kerja
A5
Petugas K3 selalu mengontrol distribusi dan penggunaan APD
2. B Upaya pencegahan terjadi keadaan darurat
B1
No Kode Variabel Kuisioner Program K3
B2 Pekerja memahami respon yang harus diambil dalam keadaan darurat sebelum tim bantuan tiba
B3 Latihan mengatasi keadaan bahaya sudah disusun dan dilaksanakan dengan baik dan rutin
B4 Ada tim khusus yang membantu proses pengendalian darurat
B5 Proses pengawasan berlangsung secara rutin dan terjadwal
3. C Penyelidikan Kecelakaan
C1 Data kecelakaan kerja tercatat dengan lengkap C2 Pengawas melaporkan tentang semua jenis kecelakaan
yang terjadi dalam 24 jam
C3 Petugas HS (Healthy Safety) menindaklanjuti semua laporan yang berkaitan dengan aspek K3
4. D Hubungan koordinasi dengan pihak security
D1 Pihak security mengontrol benda yang dibawa pekerja saat memasuki area operasi
D2 Security selalu siaga dalam menjaga keamanan lingkungan sekitar pabrik
D3 Security selalu siaga dalam mengawasi keluar-masuknya orang atau kendaraan
5. E Hubungan koordinasi dengan pihak teknik
E1
Semua mesin berbahaya dalam keadaan
terlindungi dan bisa digunakan sesuai fungsi dengan baik
E2 Program pemeliharaan mesin secara preventive sudah terjadwal
E3 Adanya pemberitahuan dini tentang cara, beban, dan peringatan penggunaan 6. F Training
F1 Pelatihan dan pembinaan operasional telah diikuti oleh pekerja
F2 Pelatihan dan pembinaan operasional telah dilaksanakan secara berkelanjutan (continue)
F3 Pelatihan dan pembinaan operasional telah berjalan efektif 7. G Inspeksi
G1 Pihak HS (Healthy Safety) telah melakukan inspeksi di daerah kerja secara rutin
G2 Dukungan dan keikutsertaan manajemen puncak dalam kegiatan inspeksi
G3 Adanya peringatan dan sanksi yang jelas setiap kelalaian pekerja dalam bekerja
2.10 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan referensi adalah 1. Kurniadi Heru Prabowo (2005)
Judul : (Analisis Implementasi Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dan Perangkingan Hazard Dengan Pendekatan Risk Assesment studi kasus: Instalasi Grup-Unit Pemasaran V Pertamina
Surabaya). Skripsi ITS, Surabaya.
Pengukuran tingkat kinerja implementasi lingkungan, kesehatan dan
keselamatan kerja (LK3) dan perangkingan Hazards dengan pendekatan
Risk Assessment di Instalasi Grup-Unit Pemasaran V Pertamina Surabaya. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus kategori penilaian
yang kemudian dikombinasikan dengan data kecelakaan dari perusahaan.
Masihbanyaknya kecelakaan yang terjadi, namun checklist yang digunakan masih bersifat umum sehingga belum dapat menunjukkan secara obyektif
sejauh mana pencapaian program implementasi.
Hasil dari audit tersebut akan memberi gambaran mengenai keberhasilan
tingkat implementasi program K3 dan rekomendasi atau saran mengenai
kekurangan yang perlu diperbaiki maupun keberhasilan yang perlu
dipertahankan dan lebih ditingkatkan.
4. (Amienta Habib Pratama / 0332010181)
Judul : (Pengukuran Implementasi Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) serta Perangkingan Hazards serta Pendekatan Risk Assesment, 2008)
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang senantiasa terjadi, tidak
saja di alami oleh Negara industri atau Negara maju tetapi juga oleh Negara
yang sedang berkembang, terlebih dalam era globalisasi dewasa ini. Alih
teknologi seharusnya mencakup pula desain yang layak, pemasangan
instalasi dan aspek operasiona yang benar sesuai standar atau norma
keselamatan kerja, serta upaya pencegahan atau teknologi pengendalian
yang diterapkan secara optimal.
PT. Indojaya Prima Semesta Pasuruan merupakan salah satu perusahaan
yang memproduksi meubel. Evaluasi / audit terhadap implementasi program
K3 merupakan hal rutin yang harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan.
Audit internal yang digunakan oleh PT. Indojaya Prima Semesta selama ini
juga menekankan pada parameter banyaknya kecelakaan yang terjadi,
namun checklist yang digunakan masih bersifat umum sehingga belum dapat menunjukkan secara obyektif sejauh mana pencapaian program
implementasi. Hasil dari audit tersebut akan memberi gambaran mengenai
keberhasilan tingkat implementasi program K3 dan rekomendasi atau saran
mengenai kekurangan yang perlu diperbaiki maupun keberhasilan yang
perlu dipertahankan dan lebih ditingkatkan.
Dalam penelitian ini dikembangkan model pengukuran keberhasilan
implementasi program K3 yang digabungkan dengan parameter jumlah
kecelakaan kerja yang terjadi dan proses implementasi program K3. Selain
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pencapaian tingkat
implementasi program K3 di PT. Indojaya Prima Semesta sebasar 86,962%,
sehingga termasuk dalam kategori hijau. Level / tingkat implementasi
program K3 di PT. Indojaya Prima Semesta berada pada level 2 (cukup
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di PT. Iga Abadi yang berlokasi di
Pasuruan
Proses pengambilan data dilakukan mulai Bulan November 2010 sampai
tercukupi semua data, dengan penelitian langsung, data dari perusahaan, dan hasil
wawancara dengan beberapa karyawan.
3.2. Identifikasi Variabel
Adapun variabel-variabel dari penelitian ini adalah :
a. Variabel terikat
Variabel ini adalah sebuah variabel yang nilainya ditentukan oleh satu atau
beberapa faktor lain. Didalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah
sebagai berikut : tingkat pencapaian Implementasi program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja K3.
b. Variabel bebas
Variabel bebas ini nilainya tidak bergantung pada variabel lain, biasanya nilai
variabel ini dapat ditentukan secara bebas tergantung kebutuhan yang
diinginkan. Variabel bebas pada penelitian ini terdiri dari :
1. Variabel Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Yang dimaksud Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu
upaya pencegahan timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja, dan tindakan antisipasi bila terjadi hal yang demikian.
Adapun Variabel – variabel yang digunakan meliputi:
Tabel 3.1 Kode dan Variabel – variabel yang Digunakan Dalam Kuisioner No Kode Variabel Kuisioner Program K3
A Penggunaan APD
A1 Peralatan keselamatan kerja sudah terpenuhi dan dalam kondisi baik
A2 APD telah tersedia untuk setiap jenis pekerjaan yang berbahaya dan sesuai standar
A3 Semua peralatan APD telah digunakan dengan benar
A4 Pekerja mentaati penggunaan APD dilokasi kerja
1.
A5 Petugas K3 selalu mengontrol distribusi dan penggunaan APD
B Upaya pencegahan terjadi keadaan darurat
B1 Pihak PT. Iga Abadi Memiliki prosedur dalam menghadapi keadaan darurat dengan baik
B2
Pekerja memahami respon yang harus diambil dalam keadaan darurat sebelum tim bantuan tiba
B3 Latihan mengatasi keadaan bahaya sudah disusun dan dilaksanakan dengan baik dan rutin
B4 Ada tim khusus yang membantu proses pengendalian darurat
2.
B5
Proses pengawasan berlangsung secara rutin dan terjadwal
C Penyelidikan Kecelakaan
C1 Data kecelakaan kerja tercatat dengan lengkap 3.
C2 Pengawas melaporkan tentang semua jenis kecelakaan yang terjadi dalam 24 jam
C3 Petugas HS (Healthy Safety) menindaklanjuti semua laporan yang berkaitan dengan aspek K3
4. D Hubungan koordinasi dengan pihak security
No Kode Variabel Kuisioner Program K3
D2 Security selalu siaga dalam menjaga keamanan lingkungan sekitar pabrik
D3 Security selalu siaga dalam mengawasi keluar-masuknya orang atau kendaraan
E Hubungan koordinasi dengan pihak teknik
E1
Semua mesin berbahaya dalam keadaan terlindungi dan bisa digunakan sesuai fungsi dengan baik
E2 Program pemeliharaan mesin secara preventive sudah terjadwal
5.
E3 Adanya pemberitahuan dini tentang cara, beban, dan peringatan penggunaan
F Training
F1 Pelatihan dan pembinaan operasional telah diikuti oleh pekerja
F2 Pelatihan dan pembinaan operasional telah dilaksanakan secara berkelanjutan (continue) 6.
F3 Pelatihan dan pembinaan operasional telah berjalan efektif
G Inspeksi
G1 Pihak HS (Healthy Safety) telah melakukan inspeksi didaerah kerja secara rutin
G2 Dukungan dan keikutsertaan manajemen puncak dalam kegiatan inspeksi
7.
G3 Adanya peringatan dan sanksi yang jelas setiap kelalaian pekerja dalam bekerja
G4 Adanya buku keterangan dan dokumentasi yang dijadikan sebagai bahan monitoring
2. Jenis bahaya
Menjelaskan berbagai macam jenis bahaya yang terdapat pada perusahaan
yang bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja
3. Variabel jumlah kecelakaan kerja
Pengambilan data dilakukan mulai bulan nopember 2010 sampai tercukupi
3.3. Langkah–Langkah Pemecahan Masalah
Langkah-langkah ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam
menyelesaikan penelitian yang dilakukan. Metodologi penelitian merupakan
sebuah kerangka penelitian yang memuat langkah-langkah yang ditempuh dalam
memecahkan permasalahan yang ingin diselesaikan.
Dalam metodologi penelitian untuk penelitian ini terdiri atas lima tahap,
yaitu : (1) tahap identifikasi masalah; (2) tahap pengukuran tingkat implementasi
program K3; (3) tahap pengkategorian hazards; (4) tahap analisa dan pembahasan; (5) tahap penarikan kesimpulan. Untuk lebih jelasnya tentang
langkah–langkah pemecahan masalah diatas, maka dapat digambarkan dalam
Pengumpulan Data : -Variabel Kuisioner -Data Kecelakaan Kerja
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian Studi Literatur
Identifikasi Variabel Pemilihan Objek Amatan
Tahap Identifikasi masalah
Penyebaran Kuisioner
Uji Kecukupan Data
Uji Validitas
Uji Reliabilitas Data Cukup ?
Data Valid ?
Data Reliabel ?
Perhitungan Implementasi Program K 3
A
Tidak
Ya
Item tidak Valid Dibuang Tidak
Ya Ya
Tidak
Sisa data Valid Penyusunan Kuisioner
Gambar 3.1. Langkah – langkah pemecahan masalah
Langkah – langkah pemecahan masalah :
1. Mulai
Langkah awal penelitian dalam menentukan topik permasalahan.
2. Studi Lapangan
Langkah ini merupakan suatu pengenalan awal dari perusahaan yang menjadi
tujuan penelitian. Dengan studi lapangan diharapkan dapat diketahui beberapa
masalah yang ada pada perusahaan yang sesuai dengan topik penelitian yang
akan diteliti.
Penentuan Kategori Kecelakaan
Penentuan Level / Tingkat analisis Implementasi Program K3
Tahap pengukuran analisis Implementasi program K3
Alternatif Pemecahan Masalah dalam Hazard
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Tahap Pengkategorian Hazard
Tahap Analisa Hasil dan Pembahasan
Tahap Penarikan Kesimpulan dan Saran Identifikasi dan Pengkategorian Hazards
1.extreme risk, dengan score ≥ 15 2.high risk, dengan score 10 sampai < 15 3.moderate risk, dengan score 5 sampai < 10 4.low risk, dengan score ≤ 4
3. Studi Literatur
Studi literatur ini bertujuan untuk meningkatkan serta memperdalam landasan
teori dari permasalahan yang akan diteliti, serta menunjang dan
mempermudah bagi peneliti memecahkan masalah dalam penelitian tersebut.
4. Perumusan Masalah
Perumusan masalah disusun berdasar latar belakang dari masalah yang ada,
kemudian ditentukan metode yang tepat dalam menyelesaikan tersebut.
5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hal yang ingin dicapai dalam pemecahan
masalah tersebut.
6. Identifikasi Variabel
Adapun Variabel bebas dari penelitian ini yaitu Program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), Jenis bahaya. Untuk variable terikatnya yaitu
Sumber bahaya serta resiko yang mungkin terjadi.
7. Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah Data Kecelakaan kerja
selama tahun 2010 dan data kuisioner yang disebar pada karyawan PT. Iga
Abadi.
8. Pembuatan Checklist / KuisionerPenilaian Implementasi Program K3
Checklist / Kuisionerini dibuat berdasarkan hasil wawancara, pengamatan dan
pembuatan pertanyaan disesuaikan dengan kondisi yang ada dilapangan pada
Skala 1 = Apabila responden merasa kondisi riil sama sekali belum
memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Skala 2 = Apabila responden merasa diberikan jika kondisi riil memenuhi
sebagian dari standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Skala 3 = Apabila responden merasa diberikan jika kondisi riil telah
memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
9. Penyebaran Kuisioner
Penyebaran kuisioner diberikan dan diisi oleh karyawan PT. Iga Abadi.
10.Pengembalian Kuisioner
Setelah kuisioner diisi oleh karyawan PT. Iga Abadi, kemudian kuisioner
dikembalikan kepada peneliti dan setelah itu data disusun agar bisa untuk
dilakukan pengujian selanjutnya.
11.Uji Kecukupan Data.
Yaitu menguji apakah data tersebut dianggap telah cukup atau tidak dengan
menggunakan Software SPSS 11
12.Uji Validitas
Yaitu menguji apakah data valid atau tidak dengan membandingkan r tabel
dengan r hitung dari output program SPSS Versi 11. Apabila r hitung lebih
besar dari r tabel maka data valid, begitupun sebaliknya membuang item tidak
valid.
13.Uji Reliabilitas
Yaitu menguji apakah data reliabel atau tidak dengan membandingkan α tabel
maka data reliabel. Apabila ada data yang tidak reliabel maka ada perubahan
dari isi kuisioner.
14.Perhitungan Implementasi Program K3
Menghitung rata-rata nilai dari masing-masing kategori penilaian.
15.Pengumpulan Data Kecelakaan Kerja
Pada tahap ini dikumpulkan data sekunder yaitu berupa data kecelakaan kerja.
16.Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja
Dilakukan dengan mengacu pada tinjauan pustaka, yaitu kategori hijau jika
terjadi kecelakaan ringan, kategori kuning jika terjadi kecelakaan sedang,
kategori merah jika terjadi kecelakaan fatal.
17.Penentuan Level / Tingkat Implementasi Program
Dilakukan dengan memetakan hasil perhitungan implementasi program K3
dengan kategori kecelakaan kerja kedalam suatu tabel.
18. Identifikasi dan Pengkategorian Hazards
Pada tahap ini hazards diurutkan berdasar jenis bahaya dan ditentukan pula
risk level-nya.
19.Analisa dan Pembahasan
Berisi data-data yang diperoleh dari perusahaan beserta langkah-langkah
pengolahannya sehingga didapat hasil akhir untuk mengetahui persoalan
dalam penelitian ini.
20.Kesimpulan dan Saran
Setelah kegiatan ini selesai, maka perlu untuk disimpulkan mengenai hasil dan
manfaat yang diperoleh dari penelitian ini serta saran yang diberikan sebagai
3.3.1 Metode Pengumpulan Data
Untuk menganalisa suatu masalah yang dihadapi, diperlukan beberapa
macam data yang berhubungan dengan masalah tersebut. Data-data yang
diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara sebagai berikut:
1. Studi Lapangan (field research)
Memperoleh data-data dengan melakukan interview atau wawancara langsung dengan pihak yang bersangkutan dalam perusahaan tersebut, yang nantinya
didapat sejumlah data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.
2. Studi Literatur
Merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mempelajari literatur-literatur atau buku-buku yang berhubungan dengan risk assessment. Studi ini berhubungan dengan pemilihan metode pemecahan masalah dan teori yang digunakan dalam penelitian ini.
3.3.2 Metode Pengolahan Data
Data-data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dengan perhitungan
sesuai pada tinjauan pustaka pada Bab II.
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:
Perhitungan implementasi program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Penentuan kategori kecelakaan kerja
Penentuan level tingkat implementasi program K3 dengan memetakan hasil
perhitungan tingkat kecelakaan
Pengkategorian hazards dengan pendekatan risk assessment