PERLINTASAN KERETA” DI TELEVISI
(Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Terhadap Isi Pesan Iklan Layanan
Masyarakat ”Peringatan Perlintasan Kereta” di Kota Surabaya)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian per syaratan memper oleh Gelar Sar jana Pada Fisip UPN ”Veteran” J awa Timur
Oleh :
Laufit NPM. 0843010171
YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
▸ Baca selengkapnya: sebutkan kelebihan televisi sebagai media elektronik
(2)Oleh
Laufit 0843010171
Telah Diper tahankan Dihadapan dan Diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 13 Desember 2012
Menyetujui
Pembimbing Utama Tim Penguji
1. Ketua
Dr s.Kusnar to, Msi Dr a.Sumar djijati, Msi
NIP. 195808011984021001 NIP. 196203231993092001
2. Sekr etar is
Dr s.Kusnar to, Msi
NIP. 195808011984021001
3. Anggota
Dr a.Diana Amalia, Msi NIP. 19630907199103001
Mengetahui DEKAN
Disusun Oleh :
Laufit 0843010171
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skr ipsi
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Dr s.KUSNARTO, Msi NIP. 195808011984021001
Mengetahui DEKAN
melimpahkan kemurahan, kebaikan dan karunianya-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana program studi Ilmu Komunikasi, pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan bisa
terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Pada
kesempatan ini, perkenankan penulis untuk menyampikan ucapan terimakasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu guna mendukung kelancaran
penyusunan skripsi ini.
Penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Juwito, S. Sos., MSi., Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur,
4. Dra. Kusnarto, MSi., dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu
6. Orang tuaku tercinta, yang telah memberikan bantuan baik materiil maupun
moril, serta do’a.
7. Semua orang yang telah banyak membantu dan memberikan saran dan kritik
kepada penulis namun tidak tersebutkan, penulis ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya..
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari
penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat
dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya di masa
yang akan datang.
Surabaya, Desember 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 11
1.3. Tujuan Penelitian ... 11
1.4. Kegunaan Penelitian ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13
2.1. Landasan Teori ... 13
2.1.1. Periklanan ... 13
2.1.2. Jenis Iklan ... 14
2.1.3. Televisi Sebagai Media Periklanan ... 16
2.1.4. Kelebihan dan Kekurangan Televisi Sebagai Media Periklanan ... 18
2.1.6. Pesan Iklan ... 20
2.1.7. Pengertian dan Deskripsi Sikap ... 23
2.1.8. Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat ... 26
2.1.9. Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat “Peringatan Perlintasan Kereta” Di Televisi ... 27
2.1.10.Program Iklan Layanan Masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta ... 27
2.1.11.Masyarakat Surabaya Sebagai Khalayak ... 29
2.1.12.Teori S-O-R ... 30
2.2. Kerangka berfikir ... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37
3.1. Definisi Operasional dan pengukuran Variabel ... 37
3.1.1 Definisi Operasional ... 37
3.1.2 Pengukuran Variabel ... 41
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 43
3.2.1. Populasi ... 43
3.2.2. Sampel ... 44
3.2.3. Teknik Penarikan Sampel ... 45
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 48
3.4. Teknik Analisis Data ... 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 50
4.1.2. Gambaran Iklan Peringatan Perlintasan Kereta ... 51
4.2. Penyajian Data dan Analisa ... 54
4.2.1. Identitas Responden ... 54
4.2.2. Penggunaan Media ... 58
4.3. Sikap Kognitif, Afektif dan Konatif Masyarakat Surabaya Terhadap Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat “Peringatan Perlintasan Kereta di Televisi ... 60
4.3.1. Aspek Kognitif ... 60
4.3.2. Aspek Afektif ... 69
4.3.3. Aspek Konatif ... 77
4.4. Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat “Peringatan Perlintasan Kereta di Televisi ... 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90
5.1. Kesimpulan ... 90
5.2. Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA
Deskr iptif Sikap Masyarakat Ter hadap Isi Pesan Iklan Layanan Masyrakat ”Peringatan Per lintasan Kereta” di Kota Sur abaya)
Berdasarkan tujuannya, iklan terbagi atas iklan komersial dan iklan layanan masyarakat. Permasalahan yang sering terjadi saat ini adalah banyaknya kecelakaan antara pengguna jalan dengan kereta sehingga muncul iklan Peringatan Perlintasan Kereta di televisi. Dalam iklan ini memberikan pesan agar pengguna jalan lebih berhati-hati saat akan melintasi perlintasan kereta dan mengharapkan dapat menekan angka kecelakaan lalu lintas dipintu perlintasan kereta api.
Peneliti berusaha melihat sikap pada masyarakat tentang isi pesan iklan layanan masyarakat peringatan perlintasan kereta. Apakah seseorang cukup intens mengetahui informasi dari suatu masalah sehingga ia dapat secara jelas mengambil sikap terhadap masalah tersebut.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang berusia minimal 17 tahun dan Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode Multistage Cluster Sampling. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi.
Dari hasil pengujian didapatkan hasil sikap para responden terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta adalah positif. Banyaknya responden yang berada pada kategori positif hal disini menunjukan masyarakat Surabaya menerima dan memahami isi pesan dalam iklan tersebut dan mereka akan melaksanakan himbauan-himbauan pada iklan tersebut,
Keyword : Sikap, Peringatan Perlintasan Kereta ABSTRACT
Laufit, 0843010171, Sur abaya Public Attitudes Toward Public Service Message Body " War ning Crossing Train" On TV (Descr iptive Study of Public Attitudes Toward Content Messaging Service Announcements societies have " War ning Cr ossing Train" in Surabaya)
By design, consisting of commercial advertising and public service announcements. Problems that often occur at this time is the number of accidents between road users with the train so that it appears Railway Crossing Warning advertisement on television. In this ad gives a message to road users to be more careful when going across railway crossings and expects to reduce the number of traffic accidents door railroad crossings.
the message of public service ads warning Railway crossing is positive. The number of respondents who are in the category of positive things here shows Surabaya people receive and understand the message in the ad, and they will carry out the appeal-appeal on the ad,
1.1. Latar Belakang Masalah
Setiap hari terdapat ratusan tampilan iklan baik di televisi, radio, surat
kabar, majalah atau media yang lainnya. Ada iklan yang menarik, kurang
menarik, atau bahkan sama sekali tidak menarik sehingga pemirsa tidak akan
ingat akan iklan yang tidak menarik tersebut. Nampaknya iklan dipercaya
sebagai cara untuk mendongkrak penjualan oleh kebanyakan pengusaha yang
punya anggaran besar untuk kegiatan promosi. Berbagai hal mengenai
dimensi iklan seperti bagaimana merancang pesan, membujuk, memilih
media dan lain-lain (Sutisna, 2003:275).
Iklan di media massa dapat digunakan untuk menciptakan citra merek
dan daya tarik simbolis bagi suatu perusahaan atau merek. Keuntungan lain
dari iklan melalui media massa adalah kemampuannya menarik perhatian
konsumen terutama produk yang iklannya populer atau sangat dikenal
masyarakat (Morrisan, 2007:14-15). Iklan sendiri merupakan struktur
informasi dan susunan komunikasi nonpersonal yang biasanya dibiayai oleh
produsen dan bersifat persuasive, tentang produk-produk (barang, jasa dan
gagasan) oleh sponsor yang teridentifikasi melalui berbagai macam media.
Sedangkan yang disebut media periklanan adalah suatu metode komunikasi
majalah, iklan luar rumah (out of home) atau iklan luar ruang (outdoor)
(Shimp, 2003:504).
Dalam kegiatan periklanan para produsen memerlukan media massa
sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan pesan tentang produk yang
mereka hasilkan kepada audience sasaran mengenai kehebatan produk
mereka (Sutisna, 2003:276). Televisi sebagai salah satu bentuk media massa
menjadi pilihan para produsen untuk mengiklankan produk mereka, hal ini
dikarenakan televisi dipandang lebih efektif dalam menyampaikan pesan dan
mempengaruhi masyarakat bila dibandingkan dengan media massa lainnya
(Radio, Surat Kabar, Majalah, Buku, dan lain sebagainya) Televisi menjadi
media utama penayangan iklan, karena kelebihan yang dimiliki televisi yaitu
tampilan audio visual, warna, sifat kebaruan dan ilusi kedekatan khalayak
dengan obyek yang ditayangkan. Selain itu jam tayang televisi
memungkinkan penerpaan iklan secara simultan pada khalayak, sehingga
televisi dipandang menjadi sumber informasi utama masyarakat saat ini,
khususnya dalam hal produk konsumsi terbaru (Effendy, 2003:177).
Berdasarkan tujuannya, iklan terbagi atas iklan komersial dan iklan
layanan masyarakat. Iklan komersial adalah iklan yang bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan ekonomi seperti peningkatan penjualan, sedangkan
iklan layanan masyarakat digunakan untuk menyampaikan informasi,
mempersuasi atau mendidik khalayak dimana tujuan akhir bukan untuk
mendapatkan keuntungan ekonomi melainkan keuntungan sosial yaitu
perilaku masyarakat terhadap masalah yang diiklankan serta mendapatkan
citra baik di mata masyarakat (Widyatama, 2007:104).
Saat ini seringkali kita lihat iklan-iklan layanan masyarakat yang
ditujukan kepada masyarakat sebagai salah satu usaha memasyarakatkan
gagasan-gagasan sosial, yang isi pesannya berasal dari golongan atau instansi
tertentu (pemerintah maupun kelompok), contohnya iklan keluarga
berencana atau BKKBN, iklan anti narkoba ataupun iklan kementrian
perhubungan Replubik Indonesia dan sebagainya.
Salah satu iklan yang menarik perhatian peneliti adalah iklan layanan
masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta yang dibuat Kementrian
Perhubungan Republik indonesia. Dalam iklan ini digambarkan seorang ibu
dan anak laki-lakinya mengendarai mobil akan melintasi perlintasan kereta.
Anak laki-laki berada pada kemudi sambil mendengarkan musik, begitu
terdengar suara peringatan perlintasan kereta ibunya langsung mengecilkan
suara musik. Ibu berkata “peringatan perlintasan kereta harus berhenti
sekarang juga. Anaknya menjawab “kan palangnya belum turun kenapa
dikecilin” ibunya menjawab lagi “jangan menunggu palang turun karena
tidak semua perlintasan kereta ada palangnya juga waspadai jalur ganda
mungkin ada kereta lain”.
Sepanjang iklan ini terlihat pengendara lain menunggu dibelakang
palang kereta menunggu kereta lewat. Ditengah-tengah iklan terdapat selipan
pesan Saat Peringatan Berbunyi/menyala Berhenti Sebelum Tanda Batas”. Di
Semua”. Dibuatnya iklan ini karena Human Error penyebab utama
kecelakaan kereta (http://www.tempo.co.id). Adanya iklan ini diharapkan
dapat tidak ada kecelakaan akibat kesalahan manusia dan mengurangi
kecelakaan dijalan raya akibat kereta. Iklan ini berisi himbauan juga pesan
terutama bagi pengguna jalan agar berhati-hati saat akan melalui perlintasan
kereta. (http://www.triharyo.com).
Berdasarkan pengamatan penulis masih banyak yang melanggar
palang kereta saat peringatan perlintasan kereta berbunyi/menyala. Adapun
ketertarikan lain dari peneliti memilih iklan layanan masyarakat Peringatan
Perlintasan Kereta karena banyaknya kecelakaan kereta api di indonesia.
Jenis kecelakaan antara lain tumburan antar kereta, anjlokan/terguling,
tumburan kereta dengan angkutan lain/dengan pengguna jalan. Tabel
dibawah ini menunjukkan bahwa jumlah korban meninggal dunia dari tahun
2007-2010 terus meningkat.
Data diatas diperolah saat konferensi pers akhir tahun 2010 komite
nasional keselamatan transportasi di ruang mataram, Kementrian
Perhubungan 28 Desember 2010 sumber : Direktorat Jendral Perkeretaapian.
Dari berbagai hal yang menyangkut permasalahan manusia dalam
berinteraksi dengan produk, mesin ataupun fasilitas kerja lain yang
dioperasikannya, manusia seringkali dipandang sebagai sumber penyebab
segala kesalahan, ketidakberesan maupun kecelakaan kerja (human error)
(Wignjosoebroto, 2000).
Dalam iklan ini memberikan pesan agar pengguna jalan lebih
berhati-hati saat akan melintasi perlintasan kereta. “Kami mengharapkan,
untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas dipintu perlintasan kereta api,
pemerintah kota dan kabupaten harus segera menginventarisasi jumlah
perlintasan kereta api, kemudian setelah dilakukan inventarisir jumlah pintu
perlintasan kereta api itu, pemerintah daerah juga agar bisa segera menyusun
perencanaan-perencanaannya untuk menjaga keselamatan pengguna jalan
lainnya yang melewati perlintasan itu dengan segera mengkordinasikan dan
mengintegrasikannya bersama pemerintah provinsi dan PT Kereta Api
Indonesia,” ungkap Dicky (Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat)
Tingginya angka kecelakaan di perlintasan kereta api sebidang
menunjukkan masih rendahnya kedisplinan masyarakat pengguna jalan dalam
mematuhi rambu-rambu yang ada. Kenekatan menerobos perlintasan dan
ketidak hati-hatian menjadi penyebab timbulnya musibah yang merenggut
sudah diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian dan
UU LLAJ Nomor 22 Tahun 2009, ketika akan melewati pintu perlintasan,
setiap orang maupun pengendara yang akan melewati perlintasan sebidang
harus memprioritaskan kereta api untuk lewat terlebih dahulu. Bahkan
rambu-rambu pun telah dipasang berlapis dari radius jarak 100 meter hingga
mendekati perlintasan sebidang. “Dalam kurun 5 tahun terakhir sudah ada
sekitar 106 kecelakaan di perlintasan dengan korban 401 orang dan 169 orang
diantaranya meninggal. Untuk itu harus ada kesadaran masyarakat,
kedisiplinan pengguna jalan dan juga keterlibatan semua pihak dari
Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan Provinsi/Kota/Kabupaten, PT
KAI, Polri, Akademisi dan masyarakat dalam rangka mewujudkan
keselamatan di perlintasan sebidang,” jelas Direktur Keselamatan
Perkeretaapian Ditjen Perkeretaapian Kemenhub, Hermanto Dwiatmoko saat
acara Focus Group Discussion “Peningkatan Keselamatan di Perlintasan
Sebidang” di Hotel Marcopolo Jakarta, (HukumOnline.com).
Kecelakaan di perlintasan sebidang antara lintasan rel kereta api
dengan jalur jalan raya lalu lintas dinilai sudah memprihatinkan sehingga
dibutuhkan banyak upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Kurun
waktu 2004 hingga data sementara 2012, korban luka dan meninggal karena
kecelakaan di perlintasan sebidang mencapai 322 orang. “Data sementara
hingga Maret 2012, korban meninggal akibat kecelakaan di perlintasan
sebidang kereta api mencapai 17,” kata Direktur Keselamatan Perkeretaapian
di Jakarta, Selasa (3/4). Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan dan LLAJ
Provinsi Jawa Timur Wahid Wahyudi mengatakan ada banyak faktor
penyebab banyaknya kecelakaan pada perlintasan sebidang. Yaitu, faktor
perilaku pengguna jasa yang tidak tertib, banyaknya bangunan yang
mengganggu jarak pandang bebas, banyaknya warga yang menyerobot
perlintasan, permukaan perlintasan yang licin di waktu hujan, serta
pengrusakan peralatan keamanan (hukumonline.com).
Semua alat pengamanan dan penjaga hanyalah sebagai bantuan.
Keselamatan jiwa kembali ke perilaku diri masing-masing individu. Perilaku
ceroboh dan tidak disiplin bisa mengakibatkan terjadinya kecelakaan. “Kalau
perlu dihipnosis untuk mengubah perilakunya dengan mempengaruhi alam
bawah sadarnya,” saran Konsultan Perilaku, Wiharsih di penghujung acara
FGD tersebut.(MajalahKA.com).
Kerap kali kita juga membaca di media massa soal korban
kecelakaan yang tertabrak KA di perlintasan. Salah satu pemicunya,
menerobos pintu perlintasan. Kenapa sulit menahan diri untuk tidak
menerobos?
Seperti halnya pada pesan pada akhir scene, diharapkan masyarakat
mempunyai kesadaran diri saat akan melintasi perlintasan kereta. Kesadaran
diri merupakan salah satu sikap respon kita atas segala pengambilan
keputusan yang kita ambil didalam kehidupan ini. Intinya, semakin sadar kita
ketika mengambil keputusan dan bertanggung jawab di dalamnya maka
dalam hidup ini. kesadaran diri merupakan sebuah parameter atau tolok ukur
kita yang pertama didalam menghadapi sebuah situasi yang diluar perkiraan
anda. Dengan kesadaran diri, anda mampu bertanggung jawab atas pilihan
anda yang berkaitan dengan nilai-nilai yang anda percayai dan yakini, dengan
hati nurani sebagai gerbang terakhirnya.(Coach dan Praktisi HR, Certified
MWS Trainer, ISO Lead Auditor).
Masa remaja dianggap masa minim kesadaran diri masa peralihan
diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami
masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan
psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara
berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003:26) bahwa remaja
diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan dewasa
yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional. Batasan
usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21
tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu
12-15 tahun masa remaja awal, 12-15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21
tahun masa remaja akhir.
Hasan B isri da lam bukunya Rema ja Berkualitas,
mengart ikan re maja ada lah mereka yangtelah meninggalkan masa
kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju
masa pembentukan tanggung jawab (Bisri, 1995).Dari beberapa definisi
anak-anak menuju dewasa, karena pada masa ini remaja telah
mengalami perkembangan fisik maupun psikis yang sangat pesat, dimana
secara fisik remaja telah menyamai orang dewasa, tetapi secara psikologis
mereka belum matang sebagaimana yangdikemukakan oleh Calon (1953)
masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masatransisi atau peralihan
karena remaja belum memiliki status dewasa tetapi tidak lagi memilikistatus
anak-anak (Monsk, 2002). Perkembangan fisik dan psikis menimbulkan
kebingungandikalangan remaja sehingga masa ini disebut oleh orang barat
sebagai periode sturm unddrung dan akan membawah akibat yang tidak
sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan, serta kepribadian remaja.
Salah satu cara untuk mengetahui respon yang diberikan masyarakat
terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta
adalah mengetahui sikapnya. Menurut Azwar (2002:34) sikap terdiri dari 3
komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif berkaitan
dengan keyakinan, kepercayaan dan pengetahuan terhadap suatu objek. Selain
itu, dengan meneliti kognitifnya juga dapat diketahui apakah masyarakat juga
memiliki kepercayaan dan keyakinan terhadap kebenaran dari unsur-unsur
dalam iklan tersebut. Dengan meneliti komponen kognitifnya, maka dapat
diketahui pengetahuan responden terhadap unsur-unsur keselamatan yang ada
dalam iklan layanan masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta. Komponen
afektif berkaitan dengan perasaan suka atau tidak suka masyarakat terhadap
iklan tersebut. Sedangkan meneliti komponen afektif, maka dapat mengetahui
terkait dengan isi pesan iklan.Sedangkan konatif merupakan komponen yang
berkaitan dengan perilaku yang ditunjukkan oleh masyarakat terkait dengan
iklan tersebut. Dengan meneliti komponen konatif maka dapat diketahui
kecenderungan perilaku masyarakat terhadap iklan layanan masyarakat
Peringatan Perlintasan Kereta, seperti misalnya waspada terhadap peringatan
perlintasan kereta. Adapun ketertarikan lain dari peneliti memilih iklan
layanan masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta adalah untuk mencegah
semakin banyaknya kecelakaan kereta api dengan pengguna jalan raya,
khususnya pengendara kendaraan bermotor.
Dipilihnya Surabaya dalam penelitian ini dikarenakan Surabaya
merupakan kota dengan angka kecelakaan kereta tertinggi dibanding daerah
lainnya di Jawa Timur. Jumlah kecelakaan kereta diwilayah polrestabes
Surabaya masih tertinggi selama bulan Januari 2011 hingga Februari 2012
kejadian sebanyak 57 kejadian dengan korban meninggal dunia 50 jiwa, 23
jiwa mengalami luka berat dan 23 jiwa mengalami luka ringan. Dengan total
kerugian materiil sebanyak Rp 53 juta.
Polrestabes Surabaya dari data kita menempati urutan pertama
dengan tingkat kejadian laka lantas kereta tertinggi dibandingkan polres
lainnya,” kata Direktur Lalu Lintas Polda Jatim, Kombes Pol Sam
Budigusdian kepada wartawan di Mapolda Jatim, Selasa (22/3/2011). Urutan
kedua, diraih Polres Blitar dengan 35 kejadian dengan jumlah korban
meninggal 3 jiwa, korban luka berat nihil dan korban luka ringan 49 jiwa
Polres Ponorogo dengan jumlah sebanyak 34 kejadian dengan jumlah
korban meninggal 10 jiwa, korban luka berat 1 jiwa, korban luka ringan 43
jiwa dengan total kerugian sebesar Rp 16 juta.(http://detiksurabaya.com).
Korban meninggal dunia akibat tabrakan kereta dengan pengguna jalan 75%
memiliki SIM (surat ijin mengemudi) dari data tahun 2009-2011.
(http://portalkarya.com)
Pada penelitian ini sampel yang akan diteliti adalah masyarakat surabaya
berusia minimal 17 tahun, dan menggunakan teori S-O-R yang dapat
menjelaskan bagaimana terpaan acara televisi dapat menyababkan respon
kognitif bagi pemirsanya. Alasan dipilihnya masyarakat surabaya yang berumur
17 tahun ke atas karena memiliki kematangan kognitif, kematangan emosional
dan sosial, sehingga dapat memahami suatu objek dengan bijak.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas maka
peneliti tertarik untuk mengambil judul ”SIKAP MASYRAKAT
SURABAYA TERHADAP ISI PESAN IKLAN LAYANAN
MASYRAKAT ”PERINGATAN PERLINTASAN KERETA” DI
TELEVISI”.
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah sikap
masyarakat Surabaya terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat
”Peringatan Perlintasan Kereta” di Televisi” ?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah
sikap masyarakat Surabaya terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat
Peringatan Perlintasan Kereta di televisi.
1.4. Manfaat Penelitian
Sebagai bahan tambahan pemikiran untuk ilmu komunikasi terutama topik bahasan yang berhubungan dengan sikap masyarakat terhadap berbagai hal yang disajikan oleh media massa, khususnya dalam bentuk iklan layanan masyarakat di televisi.
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah wacana dan memberikan informasi serta sumbangan
pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi sebagai bahan masukan
atau referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Dapat memberikan masukan pada pihak Dinas perhubungan untuk
meningkatkan dalam melaksanakan dan menginformasikan mengenai
program pengiklanan selanjutnya. Serta manfaat lain ialah himbauan dan
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Periklanan
Iklan adalah suatu pesan yang berisi penawaran suatu produk yang
ditujukan kepada masyarakat untuk menarik minat masyarakat melalui
suatu media. Iklan bertujuan menarik minat konsumen untuk membeli.
Iklan adalah bagian dari bauran promosi (promotion mix) dan bauran
promosi adalah bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Sehingga
secara ringkas, iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu
produk yang ditunjukkan kepada masyarakat lewat suatu media serta tidak
boleh menipu atau membohongi khalayak pemirsa iklan televisi,
setidaknya mereka mencantumkan komposisi bahan, nama perusahaan
yang memproduksi serta dimana mereka dapat membeli
(Kasali, 1992: 173).
Periklanan biasanya mengandung enam elemen. Pertama,
periklanan adalah bentuk komunikasi yang dibayar. Kedua, selain pesan
yang harus diampaikan harus dibayar, dalam iklan juga terjadi identifikasi
sponsor. Upaya membujuk dan mempengaruhi konsumen merupakan
elemen ketiga dalam definisi periklanan. Keempat, periklanan memerlukan
elemen media massa sebagai media penyampai pesan. Sifat non personal
merupakan elemen kelima dalam definisi periklanan, dan elemen keenam
Moriarty (1998) dalam Sutisna (2003:276) mendefinisikan periklanan
sebagai “Advertising is paid non personal communication from an
identified sponsor using mass media to persuade or influence an
audience”.
Tiga tujuan utama dari periklanan yaitu menginformasikan,
membujuk dan mengingatkan. Periklanan informatif berarti pemasar harus
merancang iklan sedemikian rupa agar hal-hal penting mengenai produk
bisa disampaikan dalam iklan. Periklanan yang bersifat membujuk
berperan penting bagi perusahaan dengan tingkat persaingan yang tinggi.
Iklan yang bersifat membujuk biasanya dituangkan dalam pesan-pesan
iklan perbandingan (comparative advertising). Tujuan periklanan yang
ketiga yaitu mengingatkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa periklanan
adalah bentuk penyajian pesan yang dilakukan oleh komunikator secara
non personal melalui media untuk ditujukan pada komunikan dengan cara
membayar.
2.1.2. J enis Iklan
1. Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan memperkenalkan barang, jasa, pelayanan untuk konsumen melalui media periklanan. Tujuan iklan standar yaitu merangsang motif dan minat para pembeli atau para pemakai. Dengan kata lain, iklan standar memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan ekonomi. Umumnya iklan standar ditangani oleh perusahaan periklanan secara profesional. Pesan-pesan dalam iklan standar disusun secara mantap baik dalam kata-kata, kalimat, pemilihan gambar dan warna, pemilihan tepat pemasangan atau media yang tepat agar mampu menjangkau jenis khalayak sasaran tertentu, sampai dengan menyebarkannya pada waktu yang sesuai, seluruhnya ditangani oleh orang-orang yang profesional. Dalam sebutan lain, tampaknya istilah iklan standar sebagaimana dimaksud oleh Bittner dapat disebut dengan iklan komersil.
2. Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang bersifat non profit. Iklan
ini sering pula disebut dengan iklan layanan masyarakat. Disebut
dengan bersifat non profit dalam hal ini jangan diartikan sebagai tidak
mencari keuntungan apapun. Sebab iklan layanan masyarakat juga
berupaya mencari keuntungan sosial bukan keuntungan komersial
secara langsung. Keuntungan yang diharapkan dari iklan layanan
masyarakat adalah berusaha mendapatkan atau membentuk citra baik di
tengah masyarakat. Jadi esensi yang membedakan iklan standar dan
ingin diraih atau diharapkan. Bila iklan standar bertujuan mencari
keuntungan ekonomi, maka dalam iklan layanan masyarakat bertujuan
mendapatkan keuntungan berupa citra baik di tengah masyarakat.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan dalam penelitian, jenis
iklan yang diamati dalam penelitian ini yaitu iklan layanan masyarakat
tentang Peringatan Perlintasan Kereta termasuk dalam iklan layanan
masyarakat.
2.1.3. Televisi Sebagai Media Periklanan
Pada dasarnya media televisi bersifat transistory atau hanya sekilas
dan penyampai pesannya dibatasi oleh durasi (jam, menit dan detik).
Pesan dari televisi tidak dapat diulang kecuali bila direkam. Disisi lain,
pesan di televisi memiliki kelebihan tersendiri karena tidak hanya
didengar tetapi jiga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak (audio
visual). Televisi merupakan media yang paling disukai oleh para
pengiklan. Hal tersebut disebabkan keistimewaan televisi yang
mempunyai unsur audio dan visual. Sehingga para pengiklan percaya
bahwa televisi mampu menambah daya tarik iklan dibanding media lain.
Televisi juga diyakini sangat berorientasi mengingatkan khalayak sasaran
terhadap pesan yang disampaikan, (Kasali, 1992 :172).
yang menjual produk ke masyarakat dengan menggunakan para penjual. Para penjual tersebut memerlukan informasi yang aktual yang perlu disampaikan pada khalayak berkenaan dengan produknya. Informasi tersebut disampaikan melalui sejumlah media, diantaranya surat kabar, majalah, radio, televisi maupun media-media lain. Ketika pasar industri menerima informasi tersebut, mereka merespon untuk memilih dan membeli produk. akhirnya kegiatan yang di dalamnya melibatkan perputaran uang yang sangat besar (Widyatama, 2007;143-148).
Periklanan dipandang sebagai media yang paling lazim digunakan
suatu perusahaan (khususnya produk konsumsi/consumer goods) untuk
mengarahkan komunikasi yang persuasif pada konsumen. Iklan ditujukan
untuk mempengaruhi perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap
dan citra konsumen yang berkaitan dengan suatu produk atau merek.
Tujuan ini bermuara pada upaya mempengaruhi perilaku konsumen dalam
membeli. Meskipun tidak secara langsung berdampak pada pembelian,
iklan menjadi sarana untuk membantu pemasaran yang efektif dalam
menjalin komunikasi antara perusahaan ke konsumen dan sebagai upaya
perusahaan dalam menghadapi pesaing. Kemampuan ini muncul karena
adanya suatu produk yang dihasilkan suatu perusahaan. Bagaimanapun
bagusnya suatu produk, jika dirahasiakan dari konsumen maka tidak ada
gunanya. Konsumen yang tidak mengetahui keberadaan suatu produk
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Televisi dapat dikatakan sebagai media yang ampuh untuk melaksanakan perang kilat terhadap bisnis periklanan. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari karakter media yang mampu menghadirkan sebuah realitas visual yang begitu natural, sehingga iklan-iklan yang disampaikan lewat televisi, seakan-akan menjadi sebuah realita yang memperesentasikan sebuah citra akan ‘dinamika masyarakat’
2.1.4. Kelebihan dan Kekur angan Televisi Sebagai Media Periklanan
Televisi sebagai media periklanan memiliki beberapa kelebihan
diantaranya adalah sebagai berikut (Morissan, 2004) :
1. Daya J angkau Luas, Harga pesawat televisi yang semakin murah dan
daya jangkau siaran yang semakin luas menyebabkan banyak orang
yang sudah dapat menikmati televisi. Siaran televisi ini sudah
dinikmati oleh berbagai kelompok masyrakat. Daya jangkau yang luas
ini memungkinkan pemasar memperkenalkan dan mempromosikan
produk barunya secara serentak dalam wilayah yang luas bahkan ke
seluruh wilayah suatu negara
2. Selektivitas dan Fleksibilitas, Televisi sering dikritik sebagai media
yang tidak selektif dalam menjangkau audiennya sehingga sering
dianggap sebagai media lebih cocok untuk produk konsumsi massal.
Televisi dianggap sebagai media yang sulit untuk menjangkau segmen
3. Fokus Perhatian, Siaran iklan televisi akan selalu menjadi pusat
perhatian audience pada saat iklan itu ditayangkan. Jika audien tidak
menekan remote controlnya untuk melihat program stasiun televisi lain
maka ia hanya menyaksikan tayangan iklan televisi satu persatu.
4. Kreativitas dan Efek, Televisi merupakan media iklan yang paling
efektif karena menunjukan cara bekerja pada saat digunakan.
5. Pr estise, Perusahaan yang mengiklankan produknya di Televisi
biasanya akan menjadi dikenal banyak orang. Baik perusahaan yang
memporduksi barang tersebut maupun barangnya itu sendiri akan
menerima status khusus dari masyrakat.
6. Waktu Ter tentu, Suatu produk dapat diiklankan di televisi pada
sewaktu-waktu tertentu ketika pembeli potensialnya berada didepan
televisi.
Selain kelebihan juga terdapat beberapa kelemahan menggunakan
media televisi sebagai media periklanan:
1. Biaya Mahal, Walaupun televisi diakui sebagai media yang efisien
dalam menjangkau audien dalam jumlah besar namun televisi
merupakan media paling mahal untuk beriklan.
2. Infor masi Ter batas,Dengan durasi iklan yang rata-rata hanya 30
detik dalam sekali tayang maka pemasang iklan tidak memiliki banyak
waktu untuk secara leluasa memberikan informasi yang lengkap.
melalui waktu siarannya namun iklan televisi bukanlah pilihan yang
paling tepat bagi pemilik iklan yang ingin membidik konsumen yang
sangat khusus atau spesifik jumlah yang sangat sedikit.
4. Penghindar an. Kelemahahan lain siaran iklan televisi adalah kecenderungan audien untuk menghindari pada saat iklan ditayangkan.
5. Tempat Ter batas, Tidak seperti media cetak, stasiun televisi tidak dapat seenaknya memperpanjang waktu siaran iklan dalam suatu
program.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa suatu iklan akan berhasil apabila memenuhi unsur-unsur yang menjadi komponen iklan. Unsur-unsur iklan yang dimaksud adalah video, suara, model, peraga, latar, pencahayaan, grafik dan kecepatan. Semua komponen iklan tersebut harus lengkap guna memperoleh hasil yang optimal, karena dengan kurangnya salah satu komponen akan membuat iklan tersebut tidak menarik.
2.1.5. Iklan Layanan Masyarakat
Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang digunakan untuk
menyampaikan informasi, mempersuasi atau mendidik khalayak dimana
tujuan akhir bukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, melainkan
keuntungan sosial. Keuntungan sosial yang dimaksud adalah munculnya
penambahan pengetahuan, kesadaran sikap dan perubahan perilaku
masyarakat terhadap masalah yang diiklankan, serta mendapatkan citra
Secara normatif bertambahnya pengetahuan, dimilikinya kesadaran
sikap dan perbuahan perilaku masyarakat tersebut sangat penting bagi
kualitas kehidupan masyarakat itu sendiri. Sebab masyarakat akan
terbangun dan digiring pada situasi ke arah keadaan yang baik. Umumnya,
materi pesan yang disampaikan dalam iklan jenis ini berupa
informasi-informasi publik untuk menggugah khalayak melakukan sesuatu kebaikan
yang normatif sifatnya.
Selain mendatangkan kebaikan dan peningkatan kualitas hidup
masyarakat, bertambahnya pengetahuan masyarakat dan munculnya
kesadaran sikap serta perilaku sebagaimana inti pesan juga dapat
menguntungkan pengiklan itu sendiri, selain mendapatkan citra baik di
tengah masyarakat (Widyatama, 2007:105).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa iklan yang menyajikan pesan-pesan sosial yang bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat
2.1.6. Pesan Iklan
Untuk menampilkan pesan iklan yang mampu membujuk, mampu
mambangkitkan dan mempertahankan ingatan konsumen akan produk
yang ditawarkan, memerlukan daya tarik bagi audiens sasaran. Daya tarik
iklan sangat penting karena akan meningkatkan keberhasilan komunikasi
denga audiens (Sutisna, 2003:278).
kosnumen, yang selanjutnya konsumen memproses pesan tersebut. Berikut
ini beberapa jenis tipe penmapilan iklan untuk menimbulkan daya tarik
rasional (Sutisna, 2003:278):
1. Faktual. Daya tarik tipe ini umumnya berhubungan dnegan
pengambulan keputusan high involvement, yaitu penerimaan dimotivasi
untuk dapat memproses informasi. Iklan yang menampilkan sisi
manfaat produk dan keunggulan produk sekaligus menampilkan
argumentasi yang masuk akal, termasuk ke dalam tipe daya tarik
faktual. Dengan demikian berarti iklan seharusnya dirancang
sedemikian rupa agar konsumen secara rasional tertarik dengan pesan
iklan yang disampaikan.
2. Potongan Kehidupan. Pesan iklan yang menampilkan potongan
kehidupan sangat banyak ditampilkan di televisi. Pengaruh yang ingin
diperoleh dari penampilan iklan potongan kehidupan yaitu agar terjadi
proses peniruan perilaku dari penonton.
3. Demonstrasi. Teknik yang hampir sama yang digunakan untuk
menyelesaikan maslah yang sering dihadapi kosnumen yaitu
demonstrasi. Pesan iklan yang ditampilkan menggambarkan
kemampuan produk secara instrumenal mampu menyelesaikan
4. Iklan Perbandingan. Iklan perbandingan adalah iklan yang berusaha
membandingkan keunggulan produk yang ditawarkan dengan produk
lain sejenis.
Berdasarkan penjelasam diatas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa pesan iklan ditampilkan bertujuan untuk ditampilkan untuk
menimbulkan daya tarik rasional, sehingga mendapat perhatian dari
kosnumen
2.1.7. Pengertian dan Deskr ipsi Sikap
Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan
kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai
aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Komponen-komponen sikap
adalah pengetahuan, perasaan-perasaan, dan kecenderungan untuk
bertindak. Lebih mudahnya, sikap adalah evaluatif terhadap obyek atau
subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang
berhadap-hadapan dengan obyek sikap. Tekanannya pada kebanyakan peneliti
dewasa ini adalah perasaan atau emosi. Dewasa ini banyak psikolog sosial
berasumsi bahwa, diantara faktor-faktor lain, perilaku dipengaruhi oleh
tujuannya. (Van Den Ban dan Hawkins,1999:106-107)
Menurut Schifman dan Kanuk (1997) menyatakan bahwa sikap
adalah ekspresi perasaan (inner feeling), yang mencerminkan apakah
senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, dan setuju atau tidak setuju
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi dan
merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi ataupun nilai. Sikap disini
bukan perilaku tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku
dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang,
situasi informasi, maupun kelompok. (Sobur,2003:361)
Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses
belajar. Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak
terpaan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai
upaya (pendidikan, komunikasi dan lain sebagainya) untuk mengubah
sikap seseorang. (Sobur,2003:362)
2.1.8.1 Komponen Sikap
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interlasi dari
berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga yaitu :
a. Komponen Kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau
informasi, keyakinan dan pendapat yang dimilik seseoarang
tentang objek sikapnya. Kompnen ini berkaitan dengan proses
berpikir yang menekankan pada rasionalistis dan logika. Adanya
keyakinan dan evaluative yang dimiliki seseorang diwujudkan
dalam kesan baik atau tidak baik terhadap lingkungan.
b. Komponen Afektif
Komponen emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan
berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan dan system nilai
yang dimiliki.
c. Komponen Konatif
Komponen yang merupakan kecenderungan seseorang bertindak
terhadap lingkungannya dengan cara ramah, sopan, bermusuhan
menentang, melaksanakan dengan baik dan lain sebagainya.
Apabila ketiga komponen ini dihubungkan dengan tujuan
komunikasi yang terpenting adalah bagaimana suatu pesan (isi atau
contens) yag disampaikan oleh komunikator tersebut mampu
menimbulkan dampak atau efek pesan tertentu pada komunikan. Dampak
yang ditimbulkan dapat dirinci sebagai berikut :
a. Dampak Kognitif
Dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang
menyebabkan seseorang menjadi tahu. Dampak kognitif terjadi
bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau
dipersepsi khalayak. Dampak ini berkaian dengan tranmisi
pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan atau informasi.
b. Dampak Afektif
Dampak afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang
dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Disini tujuan
komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi
juga bergerak hatinya.
Dampak konatif merujuk pada behavioral atau perilaku nyata yang
dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau
kebiasaan berperilaku. (Rahmat,2005:219)
2.1.8. Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat
Menurut dewan periklanan di Amerika Serikat yang mensponsori
ILM ada beberapa kriteria isi pesan yang digunakan untuk menentukan
sebuah iklan tersebut adalah iklan layana masyrakat
(http://repository.amikom.ac.id):
1. Tidak komersil (contoh: iklan pemakaian helm dalam berkendara)
2. Tidak bersifat keagamaan.
3. Tidak bersifat politis.
4. Berwawasan nasional
5. Diperuntukkan untuk semua lapisan masyarakat.
6. Diajukan oleh organisasi yang telah diakui dan diterima.
7. Dapat diiklankan.
8. Mempunyai dampak dan kepentingan tinggi sehingga patut memperoleh dukungan media lokal maupun nasional.
2.1.9. Isi Pesan Iklan Layanan Masyrakat “Peringatan Per lintasan Kereta” di Televisi
Sebuah iklan tidak akan ada tanpa adanya pesan. tanpa pesan, iklan tidak akan berwujud, Bila di media cetak, ia hanya ruang kosong tanpa tulisan, gambar atau bentuk apapun, dalam iklan layanan masyrakat Peringatan Perlintasan Kereta di televsi berisi tentang sebagai berikut:
1. Ketika peringatan perlintasan berbunyi jangan menunggu palang turun untuk berhenti
2. Waspadai jalur ganda, mungkin ada kereta lain lewat
3. Saat peringatan berbunyi/menyala berhentilan sebelum tanda batas 4. Jangan mendengarkan musik saat akan melintasi perlintasan kereta 5. Ingat tidak semua perlintasan kereta ada palangnya
6. Kesadaran kita keselamatan Semua
2.1.10.Pr ogram Iklan Layanan Masyarakat Peringatan Per lintasan Kereta Fungsi pintu perlintasan kereta api bukanlah untuk mengamankan
pengguna jalan raya. Pengaman berbentuk palang pada perlintasan kereta ini
lebih untuk mengamankan operasional perjalanan kereta api. "Persepsi
masyarakat pintu perlintasan dianggap sebagai rambu lalu lintas, padahal
seharusnya hanya alat bantu melancarkan operasional lancarnya perjalanan
kereta api," ujar Humas PT KAI Mateta Rizalulhaq saat dihubungi wartawan,
Selasa (29/5). Dikatakan Mateta, PT KAI tidak menginginkan adanya
kecelakaan di sekitar pintu perlintasan. Untuk itu pintu perlintasan kereta api
dilengkapi dengan bunyi-bunyian guna menandakan datangnya kereta api.
pemerintah wewenang memasang pintu perlintasan kereta api, dimana
menjadi kewenangan Dinas Perhubungan dan Aparat Kepolisian Lalu Lintas.
Dirinya juga meluruskan tidak ada dalam Undang-Undang yang menjelaskan
fungsi pintu perlintasan Kereta Api untuk mengamankan pengguna jalan
raya. "Tidak ada UU manapun fungsi pintu perlintasan kereta api untuk
mengamankan pengguna jalan raya," jelas Mateta. (merdeka.com)
Seperti halnya pada pesan pada akhir scene, diharapkan masyarakat
mempunyai kesadaran diri saat akan melintasi perlintasan kereta. Kesadaran
diri merupakan salah satu sikap respon kita atas segala pengambilan
keputusan yang kita ambil didalam kehidupan ini. Intinya, semakin sadar kita
ketika mengambil keputusan dan bertanggung jawab di dalamnya maka
semakin baik pula kualitas keputusan anda untuk menuju tujuan anda di
dalam hidup ini. kesadaran diri merupakan sebuah parameter atau tolok ukur
kita yang pertama didalam menghadapi sebuah situasi yang diluar perkiraan
anda. Dengan kesadaran diri, anda mampu bertanggung jawab atas pilihan
anda yang berkaitan dengan nilai-nilai yang anda percayai dan yakini, dengan
hati nurani sebagai gerbang terakhirnya.( Seorang Coach dan Praktisi HR,
Certified MWS Trainer, ISO Lead Auditor, Webmaster, berpengalaman di
Competency Based Training and Development). Iklan ini dibuat sesuai
dengan kebijakan keselamatan PT. Kereta api dan tertulis pada situs
(Perser o) ber komitmen untuk mewujudkan Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan dan menginstruksikan seluruh jajaran :
1. Mengutamakan Keselamatan dan berwawasan Kesehatan serta Lingkungan.
2. Menjadikan Keselamatan dan berwawasan Kesehatan serta Lingkungan sebagai Pandangan Hidup Kewajiban yang melekat seluruh personel dan satuan organisasi Perusahaan.
3. Melaksanakan Pembinaan, Pengawasan, Evaluasi dan Pengembangan Pelatihan untuk peningkatan kualitas Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan secara berkesinambungan.
4. Mengelola, memantau dan mengendalikan seluruh komponen ditujukan untuk pencegahan kecelakaan, kerusakan dan pencemaran lingkungan.( kereta-api.co.id)
2.1.11.Masyarakat Sur abaya Sebagai Khalayak
Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan
sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton
dan pemirsa sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang
lebih ditekankan, khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu
memiliki jumlah yang besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym,
konsisten dan komposisinya dapat berubah dengan cepat (Mc.Quail,
1994:201).
Pemirsa televisi adalah massa dan memiliki perbedaan jenis
kelamin, usia, tingkat pendidikan, serta kerangka acuan dan lapangan
pengalaman. Mereka adalah sasaran komunikasi massa melalui media
televisi siaran. Komunikasi dapat dikatakan efektif, jika pemirsa terpikat
perhatiannya, tertarik terus minatnya, mengerti, tergerak hatinya dan
melakukan aktifitas apa yang diinginkan pembicara. (Effendy, 2000:84).
Siaran televisi dengan sifatnya yang audio visual (suara dan
gambar) dapat diikuti secara bersamaan oleh semua lapisan masyarakat
dimanapun sesuai dengan kemampuan mereka. Bahkan orang-orang buta
huruf atau tidak dapat membaca sekalipun, dapat mengikuti dan mencerna
siaran televisi sesuai dengan kemampuan mereka. Dalam setiap proses
komunikasi, pesannya selalu ditujukan kepada pihak tertentu sebagai
komunikan yang disampaikan oleh komunikator. Masyarakat Surabaya
merupakan masyrakat yang Heterogen mengkode atau menanda pesan
dalam sebuah tayangan melalui nilai nilai, pengetahuan dan pengalaman
pribadinya, sehingga sangat mungkin terjadi penerimaan yang berlainan
2.1.12.Teori S-O-R
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response
ini, berasal dari kajian psikologi. Tidak mengherankan apabila kemudian
dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi
komponen-komponen; sikap, opini, prilaku, kognisi dan konasi (Effendy,
2003:115). Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus
terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu,
teori ini menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima
sebagai akibat dari komunikasi. Dampak atau pengaruh yang terjadi
merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu (Sendjaja,
1999:71). Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk
apa pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus.
Unsur-unsur dalam model ini adalah :
a. Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator
kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa
tanda dan lambang.
b. Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan di saat
menerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator di terima
sebagai informasi, dan komunikan akan memperhatikan informasi yang
disampaikan komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan
akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan
lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan
c. Efek(response), merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek dari
komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu: sikap afektif,kognitif, dan
konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya
komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi
bahan pengetahuan bagi komunikan (Effendi, 2003:118)
Menurut Stimulus – Organism – Response ini, efek yang
ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehigga
seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara
pesan dan reaksi komunikan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut :
Gambar 2.1.: Model Teori S-O-R (Effendy, 2003:255)
Menurut gambar dari model di atas menunjukkan bahwa stimulus
atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan
mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan
berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang
disampaikan maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan
tersebut mengerti dari pesan yang telah disampaikan. Dan proses terakhir
adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan
keberhasilan dalam proses komunikasi (Effendy, 2003:56).
Response
Stimulus Organisme :
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan muncul dari
adanya proses berfikir dan pemahaman individu terhadap obyek, dengan
adanya proses tersebut maka menimbulkan kesadaran individu terhadap
obyek. Proses berfikir tersebut menunjuk pada kegiatan yang melibatkan
penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti obyek dan peristiwa
(Rakhmat, 1999:68). Pada tahap ini individu akan membuka memorinya,
sesuai dengan pengalamannya terhadap obyek, lalu ia memberi makna
pada menara tersebut dengan nama Eiffel Tower. Pada tahap ini, ia sadar
terhadap obyek yang dihadapinya tersebut. Dan pada tahap terakhir, ia
menyimpan kedalam ingatannya dan dijadikan pengetahuan. Proses
selanjutnya, timbulah perasaan suka atau tidak suka terhadap obyek.
Individu akan menyeleksi atau memilih, dan dari pilihan tersebut
diyakininya. Setelah itu ia akan membeli atau menggunakan sebagai hasil
dari keputusannya (Effendy, 2003:256).
2.2. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini yang diteliti adalah sikap masyarakat
Surabaya terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat Peringatan
Perlintasan Kereta di televisi. Adapun kerangka berpikirnya sebagai
berikut :
masih tertinggi selama bulan Januari 2011 hingga Februari 2012 kejadian
sebanyak 57 kejadian dengan korban meninggal dunia 50 jiwa, 23 jiwa
mengalami luka berat dan 23 jiwa mengalami luka ringan. Dengan total
kerugian materiil sebanyak Rp 53 juta. Polrestabes Surabaya dari data kita
menempati urutan pertama dengan tingkat kejadian laka lantas kereta
tertinggi dibandingkan polres lainnya,” kata Direktur Lalu Lintas Polda
Jatim, Kombes Pol Sam Budigusdian kepada wartawan di Mapolda Jatim.
Masyarakat mendapat terpaan iklan layanan masyarakat Peringatan
Perlintasan Kereta di televisi. Televisi pada penelitian ini dilakukan pada
seluruh stasiun televisi yang menayangkan iklan layanan masyarakat
Peringatan Perlintasan Kereta. Isi pesan iklan layanan masyarakat
Peringatan Perlintasan Kereta yang ditayangkan di televisi tentunya akan
membawa dampak tersendiri bagi masyarakat. Positif jika masyarakat
surabaya sepakat dan penting untuk melakukannya, negatif jika
masyarakat surabaya tidak setuju isi pesan iklan tersebut dan netral antara
setuju dan tidak setuju tentang isi pesan dalam iklan.
Indikator yang digunakan untuk mengukur sikap masyarakat
Surabaya terhadap iklan layanan masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta
setelah mendapatkan terpaan iklan adalah dengan melihat total skor yang
dikumpulkan responden setelah mengisi kuisioner, yaitu kumpulan
pertanyaan yang meliputi aspek kognitif, afektif dan konatif.
pesan iklan layanan masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta di televisi. Organism berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi
dari komunikator, yaitu masyarakat Surabaya. Selanjutnya Respon
diartikan sebagai efek akhir dalam proses komunikasi. Keberhasilan dalam
proses komunikasi adalah menimbulkan perubahan konatif, afektif dan
kognitif pada diri komunikan.
Dalam hal ini, peneliti berusaha melihat sikap pada masyarakat
Surabaya tentang isi pesan iklan Peringatan Perlintasan Kereta. Tingkat
pengetahuan yang ingin dilihat peneliti adalah mengacu kepada apakah
seseorang cukup intens mengetahui informasi dari suatu masalah tertentu,
sehingga ia dapat secara jelas mengambil sikap terhadap masalah tersebut
(Eriyanto, 1990:239).
Maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui adanya sikap masyarakat terhadap iklan layanan masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta di televisi. Secara sistematis kerangka berpikir dari penelitian ini
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Isi pesan iklan layanan
masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta
- Ketika peringatan perlintasan kereta berbunyi jangan
- Jangan mendengarkan musik saat akan melintasi perlintasan kereta
- Ingat tidak semua peringatan perlintasan kereta ada palangnya
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel dilakukan dengan melakukan
operasionalisasi konsep yaitu dengan mengubah konsep variabel maka konsep
tersebut akan lebih mudah diteliti secara empiris. Dalam konteks definisi
operasional variabel akan menjelaskan variabel-variabel yang akan diamati dan
menjadi objek penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode deskriptif yang bertujuan menggambarkan, meringkaskan
kondisi berbagai situasi (Bungin, 2001:48).
3.1.1 Definisi Opersional
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa
dalam menghadapi obyek atau ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap
obyek sikap. Obyek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau
situasi, atau kelompok.
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan merasa
dalam menghadapi obyek atau ide, situasi atau nilaidan dalam mengambil
keputusan setelah melihat iklan layanan masyarakat “peringatan perlintasan
kereta” yang disajikan di stasiun televisi. Dalam komponen sikap ada 3 hal yakni
Sikap Masyarakat Surabaya tentang iklan layanan masyarakat “Peringatan
perlintasan kereta” di televisi adalah respon yang diberikan oleh Masyarakat
Surabaya setelah menonton iklan tersebut, dalam wujud orientasi atau
kecenderungan mengembangkan pola pikir bagi masyarakat untuk semakin kritis
dan selektif dalam menyingkapi isi pesan yang ada di dalam iklan khususnya
televisi.
Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui sikap masyarakat di Surabaya
terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta di
televisi. Adapun isi pesan dari iklan layanan masyarakat Peringatan Perlintasan
Kereta ini berisi tentang himbauan-himbauan mengenai pentingnya waspada
terhadap perlintasan kereta :
a. Ketika peringatan perlintasan kereta berbunyi jangan menunggu palang turun
untuk berhenti
b. Waspadai jalur ganda, mungkin ada kereta lain lewat
c. Saat peringatan berbunyi/menyala berhentilan sebelum tanda batas
d. Jangan mendengarkan musik saat akan melintasi perlintasan kereta
e. Ingat tidak semua perlintasan kereta ada palangnya
f. Kesadaran kita keselamatan Semua
Sikap masyarakat terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat Peringatan
Perlintasan Kereta merupakan efek atau pengaruh setelah melihat atau
masing-masing aspek sikap yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Aspek kognitif menunjukkan pengetahuan atau pemahaman yang dimiliki
Masyarakat Surabaya tentang iklan Peringatan Perlintasan Kereta, yakni
meliput :
a. Mengetahui saat peringatan perlintasan kereta berbunyi jangan menunggu
palang turun untuk berhenti.
b. Mengetahui jalur ganda, mungkin ada kereta lain lewat.
c. Mengetahui saat peringatan berbunyi/menyala agar berhenti sebelum tanda
batas.
d. Mengetahui agar tidak mendengarkan musik saat akan melintasi
perlintasan kereta
e. Mengetahui bahwa tidak semua perlintasan kereta ada palangnya.
f. Mengetahui bahwa kesadaran kita keselamatan semua.
2. Aspek afektif yang menunjukkan perasaan yang berhubungan dengan rasa
senang dan tidak senang Masyarakat Surabaya tentang iklan Peringatan
Perlintasan Kereta, yakni meliputi :
a. Merasa nyaman ketika peringatan perlintasan kereta berbunyi harus
berhenti sekarang juga.
c. Merasa nyaman saat peringatan berbunyi/menyala berhentilah sebelum
tanda batas.
d. Merasa nyaman dengan tidak mendengarkan musik saat akan melintasi
perlintasan kereta.
e. Anda mengharapkan semua perlintasan kereta ada palangnya.
f. Merasa bahwa kesadaran kita keselamatan semua.
b. Aspek sikap (konatif) masyarakat mengenai kecenderungan berperilaku sesuai
dengan program peringatan perlintasan kereta :
a. Adanya kecenderungan responden berhenti ketika peringatan perlintasan
kereta berbunyi.
b. Adanya kecenderungan responden waspada terhadap jalur ganda yang
memungkinkan kereta lain lewat.
c. Adanya kecenderungan responden tidak melanggar tanda batas saat
peringatan berbunyi/menyala.
d. Adanya kecenderungan responden tidak mendengarkan musik saat akan
melintasi perlintasan kereta.
e. Adanya kecenderungan responden mengetahui tidak semua perlintasan
kereta ada palangnya.
f. Adanya kecenderungan responden untuk memberitahukan isi pesan bahwa
3.1.2. Pengukur an Variabel
Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap dimensi-dimensi iklan
layanan masyarakat mengenai pentingnya peringatan perlintasan kereta digunakan
model skala likert. Untuk melakukan penskalaan, responden diberi daftar
pertanyaan mengenai sikap dan setiap pertanyaan disediakan jawaban yang harus
dipilih oleh responden untuk menyatakan persetujuannya (Singarimbun, 1989 :
111). Alternatif pilihan dalam pertanyaan yang dinyatakan dalam jumlah skor
sebagai berikut :
1. Sangat tidak setuju (1)
2. Tidak setuju (2)
3. Setuju (3)
4. Sangat Setuju (4)
Pilihan jawaban hanya di golongkan menjadi 4 kategori jawaban dengan
meniadakan jawaban “ragu-ragu” (undecided), alasannya adalah sebagai berikut :
1. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum bisa
memberikan jawaban, netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki
arti ganda instrument.
2. Tersedianya jawaban di tengah, menimbulkan multi interpretable. Hal ini
tendency), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan
jawabannya.
3. Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian,
sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring responden.
Maka selanjutnya diberi batasan-batasan dalam menentukan lebar interval
dari pertanyaan yang akan dijawab yaitu positif, negatif, dan netral dengan
menggunakan rumus :
Skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah Jenjang yang diinginkan
Range = 72 – 18 3 = 54 3 = 18
SS = 4 x 18 = 72 (nilai tertinggi)
S = 3 x 18 = 54
TS = 2 x 18 = 36
STS = 1 x 18 = 18 (nilai terendah)
Jadi penentu kategorinya adalah :
1. Sikap negatif = 18 - 36
3. Sikap positif = 55 - 72
Kemudian apabila skor dan tingkat interval dari tiap-tiap kategori
diketahui, maka hasil yang diperoleh akan diinterpretasikan dan di analisis.
Sikap remaja terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat Peringatan
Perlintasan Kereta dikategorikan ke dalam tiga kategori yaitu positif, netral,
negative. Dikatakan positif, jika masyarakat Surabaya menerima dan memahami
isi pesan dalam iklan tersebut dan mereka akan melaksanakan
himbauan-himbauan yang ada pada iklan tersebut. Dikatakan netral, jika masyarakat
Surabaya menerima informasi dan memahami isi pesan namun masih ragu-ragu
untuk melaksanakan himbauan-himbauan yang ada pada iklan tersebut. Sementara
dikatakan negatif, jika masyarakat Surabaya tidak menerima dan tidak memahami
isi pesan juga tidak akan melaksanakan himbauan-himbauan yang ada pada iklan
tersebut.
3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari (Sugiyono, 203:55). Populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat Surabaya yang berusia minimal 17 tahun karena dianggap pada usia
tersebut para pemirsa bisa bersifat lebih bijak lagi menanggapi suatu
3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari masyarakat Surabaya yang memiliki karakteristik antara lain :
1. Berusia minimal 17 tahun 2. Berdomisili di Surabaya
3. Pernah menonton iklan layanan masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta.
Dengan tingkat populasi penduduk yang besar dan keberagaman penduduk kota Surabaya dapat mewakili responden secara representatif.
Berdasarkan data tersebut maka untuk mengetahui jumlah sampel maka digunakan rumus Yamane yaitu sebagai berikut :
1
d = Presisi (derajat ketelitian 10%). Tingkat kepercayaan 90%
3.2.3 Teknik Penarikan Sample
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik probability sampling dengan tipe multistage cluster sampling mengingat
responden dalam penelitian ini banyak dan tersebar luas dalam wilayah kota
Surabaya. Populasi penelitian ini dibagi menjadi beberapa cluster berdasarkan
wilayah tempat tinggal.
Dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga tahap, yaitu :
1. Tahap pertama
Kota Surabaya yang terdiri dari lima bagian wilayah, maka dipilih secara
random dua wilayah. Dan terpilih Surabaya Barat dan Surabaya Timur.
2. Tahap kedua
Melakukan pemilihan terhadap wilayah kecamatan secara random. Wilayah
Surabaya Barat terpilih kecamatan Sukomanunggal dan Lakarsantri. Untuk
Surabaya Timur terpilih kecamatan Gunung Anyar dan Rungkut.
3. Tahap ketiga
Melakukan pemilihan terhadap tingkat kelurahan secara random. Maka
terpilih untuk kecamatan Sukomanunggal adalah kelurahan Simomulyo dan
Tanjung Sari. Kecamatan Lakarsantri terpilih kelurahan Lakarsantri dan
Anyar dan Rungkut Menanggal. Kecamatan Rungkut terpilih kelurahan
Medokan Ayu dan Wonorejo.
Jumlah responden yang berusia minimal 17 tahun pada masing-masing
kelurahan di Surabaya Barat dan Surabaya Timur adalah :
1. Kelurahan Simomulyo : 1076
2. Kelurahan Tanjung Sari : 978
3. Kelurahan Lakarsantri : 668
4. Kelurahan Lidah Wetan : 1203
5. Kelurahan Medokan Ayu : 940
6. Kelurahan Wonorejo : 1412
7. Kelurahan Gunung Anyar : 1159
8. Kelurahan Rungkut Menanggal : 1052
Kemudian dialokasikan secara proporsional ditentukan rumus sebagai
berikut :
n 1 = N1 x n N
Keterangan :