• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP ISI PESAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT ”PERINGATAN PERLINTASAN KERETA” DI TELEVISI (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Terhadap Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat ”Peringatan Perlintasan Kereta” di Kota Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP ISI PESAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT ”PERINGATAN PERLINTASAN KERETA” DI TELEVISI (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Terhadap Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat ”Peringatan Perlintasan Kereta” di Kota Surabaya)."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINTASAN KERETA” DI TELEVISI

(Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Terhadap Isi Pesan Iklan Layanan

Masyarakat ”Peringatan Perlintasan Kereta” di Kota Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian per syaratan memper oleh Gelar Sar jana Pada Fisip UPN ”Veteran” J awa Timur

Oleh :

Laufit NPM. 0843010171

YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

▸ Baca selengkapnya: sebutkan kelebihan televisi sebagai media elektronik

(2)

Oleh

Laufit 0843010171

Telah Diper tahankan Dihadapan dan Diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 13 Desember 2012

Menyetujui

Pembimbing Utama Tim Penguji

1. Ketua

Dr s.Kusnar to, Msi Dr a.Sumar djijati, Msi

NIP. 195808011984021001 NIP. 196203231993092001

2. Sekr etar is

Dr s.Kusnar to, Msi

NIP. 195808011984021001

3. Anggota

Dr a.Diana Amalia, Msi NIP. 19630907199103001

Mengetahui DEKAN

(3)

Disusun Oleh :

Laufit 0843010171

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skr ipsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dr s.KUSNARTO, Msi NIP. 195808011984021001

Mengetahui DEKAN

(4)

melimpahkan kemurahan, kebaikan dan karunianya-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana program studi Ilmu Komunikasi, pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan bisa

terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Pada

kesempatan ini, perkenankan penulis untuk menyampikan ucapan terimakasih

kepada seluruh pihak yang telah membantu guna mendukung kelancaran

penyusunan skripsi ini.

Penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Juwito, S. Sos., MSi., Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur,

4. Dra. Kusnarto, MSi., dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu

(5)

6. Orang tuaku tercinta, yang telah memberikan bantuan baik materiil maupun

moril, serta do’a.

7. Semua orang yang telah banyak membantu dan memberikan saran dan kritik

kepada penulis namun tidak tersebutkan, penulis ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya..

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari

penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat

dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya di masa

yang akan datang.

Surabaya, Desember 2012

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Kegunaan Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.1. Landasan Teori ... 13

2.1.1. Periklanan ... 13

2.1.2. Jenis Iklan ... 14

2.1.3. Televisi Sebagai Media Periklanan ... 16

2.1.4. Kelebihan dan Kekurangan Televisi Sebagai Media Periklanan ... 18

(7)

2.1.6. Pesan Iklan ... 20

2.1.7. Pengertian dan Deskripsi Sikap ... 23

2.1.8. Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat ... 26

2.1.9. Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat “Peringatan Perlintasan Kereta” Di Televisi ... 27

2.1.10.Program Iklan Layanan Masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta ... 27

2.1.11.Masyarakat Surabaya Sebagai Khalayak ... 29

2.1.12.Teori S-O-R ... 30

2.2. Kerangka berfikir ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

3.1. Definisi Operasional dan pengukuran Variabel ... 37

3.1.1 Definisi Operasional ... 37

3.1.2 Pengukuran Variabel ... 41

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 43

3.2.1. Populasi ... 43

3.2.2. Sampel ... 44

3.2.3. Teknik Penarikan Sampel ... 45

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.4. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 50

(8)

4.1.2. Gambaran Iklan Peringatan Perlintasan Kereta ... 51

4.2. Penyajian Data dan Analisa ... 54

4.2.1. Identitas Responden ... 54

4.2.2. Penggunaan Media ... 58

4.3. Sikap Kognitif, Afektif dan Konatif Masyarakat Surabaya Terhadap Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat “Peringatan Perlintasan Kereta di Televisi ... 60

4.3.1. Aspek Kognitif ... 60

4.3.2. Aspek Afektif ... 69

4.3.3. Aspek Konatif ... 77

4.4. Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat “Peringatan Perlintasan Kereta di Televisi ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

5.1. Kesimpulan ... 90

5.2. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA

(9)

Deskr iptif Sikap Masyarakat Ter hadap Isi Pesan Iklan Layanan Masyrakat ”Peringatan Per lintasan Kereta” di Kota Sur abaya)

Berdasarkan tujuannya, iklan terbagi atas iklan komersial dan iklan layanan masyarakat. Permasalahan yang sering terjadi saat ini adalah banyaknya kecelakaan antara pengguna jalan dengan kereta sehingga muncul iklan Peringatan Perlintasan Kereta di televisi. Dalam iklan ini memberikan pesan agar pengguna jalan lebih berhati-hati saat akan melintasi perlintasan kereta dan mengharapkan dapat menekan angka kecelakaan lalu lintas dipintu perlintasan kereta api.

Peneliti berusaha melihat sikap pada masyarakat tentang isi pesan iklan layanan masyarakat peringatan perlintasan kereta. Apakah seseorang cukup intens mengetahui informasi dari suatu masalah sehingga ia dapat secara jelas mengambil sikap terhadap masalah tersebut.

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang berusia minimal 17 tahun dan Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode Multistage Cluster Sampling. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi.

Dari hasil pengujian didapatkan hasil sikap para responden terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta adalah positif. Banyaknya responden yang berada pada kategori positif hal disini menunjukan masyarakat Surabaya menerima dan memahami isi pesan dalam iklan tersebut dan mereka akan melaksanakan himbauan-himbauan pada iklan tersebut,

Keyword : Sikap, Peringatan Perlintasan Kereta ABSTRACT

Laufit, 0843010171, Sur abaya Public Attitudes Toward Public Service Message Body " War ning Crossing Train" On TV (Descr iptive Study of Public Attitudes Toward Content Messaging Service Announcements societies have " War ning Cr ossing Train" in Surabaya)

By design, consisting of commercial advertising and public service announcements. Problems that often occur at this time is the number of accidents between road users with the train so that it appears Railway Crossing Warning advertisement on television. In this ad gives a message to road users to be more careful when going across railway crossings and expects to reduce the number of traffic accidents door railroad crossings.

(10)

the message of public service ads warning Railway crossing is positive. The number of respondents who are in the category of positive things here shows Surabaya people receive and understand the message in the ad, and they will carry out the appeal-appeal on the ad,

(11)

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap hari terdapat ratusan tampilan iklan baik di televisi, radio, surat

kabar, majalah atau media yang lainnya. Ada iklan yang menarik, kurang

menarik, atau bahkan sama sekali tidak menarik sehingga pemirsa tidak akan

ingat akan iklan yang tidak menarik tersebut. Nampaknya iklan dipercaya

sebagai cara untuk mendongkrak penjualan oleh kebanyakan pengusaha yang

punya anggaran besar untuk kegiatan promosi. Berbagai hal mengenai

dimensi iklan seperti bagaimana merancang pesan, membujuk, memilih

media dan lain-lain (Sutisna, 2003:275).

Iklan di media massa dapat digunakan untuk menciptakan citra merek

dan daya tarik simbolis bagi suatu perusahaan atau merek. Keuntungan lain

dari iklan melalui media massa adalah kemampuannya menarik perhatian

konsumen terutama produk yang iklannya populer atau sangat dikenal

masyarakat (Morrisan, 2007:14-15). Iklan sendiri merupakan struktur

informasi dan susunan komunikasi nonpersonal yang biasanya dibiayai oleh

produsen dan bersifat persuasive, tentang produk-produk (barang, jasa dan

gagasan) oleh sponsor yang teridentifikasi melalui berbagai macam media.

Sedangkan yang disebut media periklanan adalah suatu metode komunikasi

(12)

majalah, iklan luar rumah (out of home) atau iklan luar ruang (outdoor)

(Shimp, 2003:504).

Dalam kegiatan periklanan para produsen memerlukan media massa

sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan pesan tentang produk yang

mereka hasilkan kepada audience sasaran mengenai kehebatan produk

mereka (Sutisna, 2003:276). Televisi sebagai salah satu bentuk media massa

menjadi pilihan para produsen untuk mengiklankan produk mereka, hal ini

dikarenakan televisi dipandang lebih efektif dalam menyampaikan pesan dan

mempengaruhi masyarakat bila dibandingkan dengan media massa lainnya

(Radio, Surat Kabar, Majalah, Buku, dan lain sebagainya) Televisi menjadi

media utama penayangan iklan, karena kelebihan yang dimiliki televisi yaitu

tampilan audio visual, warna, sifat kebaruan dan ilusi kedekatan khalayak

dengan obyek yang ditayangkan. Selain itu jam tayang televisi

memungkinkan penerpaan iklan secara simultan pada khalayak, sehingga

televisi dipandang menjadi sumber informasi utama masyarakat saat ini,

khususnya dalam hal produk konsumsi terbaru (Effendy, 2003:177).

Berdasarkan tujuannya, iklan terbagi atas iklan komersial dan iklan

layanan masyarakat. Iklan komersial adalah iklan yang bertujuan untuk

mendapatkan keuntungan ekonomi seperti peningkatan penjualan, sedangkan

iklan layanan masyarakat digunakan untuk menyampaikan informasi,

mempersuasi atau mendidik khalayak dimana tujuan akhir bukan untuk

mendapatkan keuntungan ekonomi melainkan keuntungan sosial yaitu

(13)

perilaku masyarakat terhadap masalah yang diiklankan serta mendapatkan

citra baik di mata masyarakat (Widyatama, 2007:104).

Saat ini seringkali kita lihat iklan-iklan layanan masyarakat yang

ditujukan kepada masyarakat sebagai salah satu usaha memasyarakatkan

gagasan-gagasan sosial, yang isi pesannya berasal dari golongan atau instansi

tertentu (pemerintah maupun kelompok), contohnya iklan keluarga

berencana atau BKKBN, iklan anti narkoba ataupun iklan kementrian

perhubungan Replubik Indonesia dan sebagainya.

Salah satu iklan yang menarik perhatian peneliti adalah iklan layanan

masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta yang dibuat Kementrian

Perhubungan Republik indonesia. Dalam iklan ini digambarkan seorang ibu

dan anak laki-lakinya mengendarai mobil akan melintasi perlintasan kereta.

Anak laki-laki berada pada kemudi sambil mendengarkan musik, begitu

terdengar suara peringatan perlintasan kereta ibunya langsung mengecilkan

suara musik. Ibu berkata “peringatan perlintasan kereta harus berhenti

sekarang juga. Anaknya menjawab “kan palangnya belum turun kenapa

dikecilin” ibunya menjawab lagi “jangan menunggu palang turun karena

tidak semua perlintasan kereta ada palangnya juga waspadai jalur ganda

mungkin ada kereta lain”.

Sepanjang iklan ini terlihat pengendara lain menunggu dibelakang

palang kereta menunggu kereta lewat. Ditengah-tengah iklan terdapat selipan

pesan Saat Peringatan Berbunyi/menyala Berhenti Sebelum Tanda Batas”. Di

(14)

Semua”. Dibuatnya iklan ini karena Human Error penyebab utama

kecelakaan kereta (http://www.tempo.co.id). Adanya iklan ini diharapkan

dapat tidak ada kecelakaan akibat kesalahan manusia dan mengurangi

kecelakaan dijalan raya akibat kereta. Iklan ini berisi himbauan juga pesan

terutama bagi pengguna jalan agar berhati-hati saat akan melalui perlintasan

kereta. (http://www.triharyo.com).

Berdasarkan pengamatan penulis masih banyak yang melanggar

palang kereta saat peringatan perlintasan kereta berbunyi/menyala. Adapun

ketertarikan lain dari peneliti memilih iklan layanan masyarakat Peringatan

Perlintasan Kereta karena banyaknya kecelakaan kereta api di indonesia.

Jenis kecelakaan antara lain tumburan antar kereta, anjlokan/terguling,

tumburan kereta dengan angkutan lain/dengan pengguna jalan. Tabel

dibawah ini menunjukkan bahwa jumlah korban meninggal dunia dari tahun

2007-2010 terus meningkat.

(15)

Data diatas diperolah saat konferensi pers akhir tahun 2010 komite

nasional keselamatan transportasi di ruang mataram, Kementrian

Perhubungan 28 Desember 2010 sumber : Direktorat Jendral Perkeretaapian.

Dari berbagai hal yang menyangkut permasalahan manusia dalam

berinteraksi dengan produk, mesin ataupun fasilitas kerja lain yang

dioperasikannya, manusia seringkali dipandang sebagai sumber penyebab

segala kesalahan, ketidakberesan maupun kecelakaan kerja (human error)

(Wignjosoebroto, 2000).

Dalam iklan ini memberikan pesan agar pengguna jalan lebih

berhati-hati saat akan melintasi perlintasan kereta. “Kami mengharapkan,

untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas dipintu perlintasan kereta api,

pemerintah kota dan kabupaten harus segera menginventarisasi jumlah

perlintasan kereta api, kemudian setelah dilakukan inventarisir jumlah pintu

perlintasan kereta api itu, pemerintah daerah juga agar bisa segera menyusun

perencanaan-perencanaannya untuk menjaga keselamatan pengguna jalan

lainnya yang melewati perlintasan itu dengan segera mengkordinasikan dan

mengintegrasikannya bersama pemerintah provinsi dan PT Kereta Api

Indonesia,” ungkap Dicky (Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat)

Tingginya angka kecelakaan di perlintasan kereta api sebidang

menunjukkan masih rendahnya kedisplinan masyarakat pengguna jalan dalam

mematuhi rambu-rambu yang ada. Kenekatan menerobos perlintasan dan

ketidak hati-hatian menjadi penyebab timbulnya musibah yang merenggut

(16)

sudah diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian dan

UU LLAJ Nomor 22 Tahun 2009, ketika akan melewati pintu perlintasan,

setiap orang maupun pengendara yang akan melewati perlintasan sebidang

harus memprioritaskan kereta api untuk lewat terlebih dahulu. Bahkan

rambu-rambu pun telah dipasang berlapis dari radius jarak 100 meter hingga

mendekati perlintasan sebidang. “Dalam kurun 5 tahun terakhir sudah ada

sekitar 106 kecelakaan di perlintasan dengan korban 401 orang dan 169 orang

diantaranya meninggal. Untuk itu harus ada kesadaran masyarakat,

kedisiplinan pengguna jalan dan juga keterlibatan semua pihak dari

Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan Provinsi/Kota/Kabupaten, PT

KAI, Polri, Akademisi dan masyarakat dalam rangka mewujudkan

keselamatan di perlintasan sebidang,” jelas Direktur Keselamatan

Perkeretaapian Ditjen Perkeretaapian Kemenhub, Hermanto Dwiatmoko saat

acara Focus Group Discussion “Peningkatan Keselamatan di Perlintasan

Sebidang” di Hotel Marcopolo Jakarta, (HukumOnline.com).

Kecelakaan di perlintasan sebidang antara lintasan rel kereta api

dengan jalur jalan raya lalu lintas dinilai sudah memprihatinkan sehingga

dibutuhkan banyak upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Kurun

waktu 2004 hingga data sementara 2012, korban luka dan meninggal karena

kecelakaan di perlintasan sebidang mencapai 322 orang. “Data sementara

hingga Maret 2012, korban meninggal akibat kecelakaan di perlintasan

sebidang kereta api mencapai 17,” kata Direktur Keselamatan Perkeretaapian

(17)

di Jakarta, Selasa (3/4). Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan dan LLAJ

Provinsi Jawa Timur Wahid Wahyudi mengatakan ada banyak faktor

penyebab banyaknya kecelakaan pada perlintasan sebidang. Yaitu, faktor

perilaku pengguna jasa yang tidak tertib, banyaknya bangunan yang

mengganggu jarak pandang bebas, banyaknya warga yang menyerobot

perlintasan, permukaan perlintasan yang licin di waktu hujan, serta

pengrusakan peralatan keamanan (hukumonline.com).

Semua alat pengamanan dan penjaga hanyalah sebagai bantuan.

Keselamatan jiwa kembali ke perilaku diri masing-masing individu. Perilaku

ceroboh dan tidak disiplin bisa mengakibatkan terjadinya kecelakaan. “Kalau

perlu dihipnosis untuk mengubah perilakunya dengan mempengaruhi alam

bawah sadarnya,” saran Konsultan Perilaku, Wiharsih di penghujung acara

FGD tersebut.(MajalahKA.com).

Kerap kali kita juga membaca di media massa soal korban

kecelakaan yang tertabrak KA di perlintasan. Salah satu pemicunya,

menerobos pintu perlintasan. Kenapa sulit menahan diri untuk tidak

menerobos?

Seperti halnya pada pesan pada akhir scene, diharapkan masyarakat

mempunyai kesadaran diri saat akan melintasi perlintasan kereta. Kesadaran

diri merupakan salah satu sikap respon kita atas segala pengambilan

keputusan yang kita ambil didalam kehidupan ini. Intinya, semakin sadar kita

ketika mengambil keputusan dan bertanggung jawab di dalamnya maka

(18)

dalam hidup ini. kesadaran diri merupakan sebuah parameter atau tolok ukur

kita yang pertama didalam menghadapi sebuah situasi yang diluar perkiraan

anda. Dengan kesadaran diri, anda mampu bertanggung jawab atas pilihan

anda yang berkaitan dengan nilai-nilai yang anda percayai dan yakini, dengan

hati nurani sebagai gerbang terakhirnya.(Coach dan Praktisi HR, Certified

MWS Trainer, ISO Lead Auditor).

Masa remaja dianggap masa minim kesadaran diri masa peralihan

diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami

masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan

psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara

berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003:26) bahwa remaja

diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan dewasa

yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional. Batasan

usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21

tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu

12-15 tahun masa remaja awal, 12-15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21

tahun masa remaja akhir.

Hasan B isri da lam bukunya Rema ja Berkualitas,

mengart ikan re maja ada lah mereka yangtelah meninggalkan masa

kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju

masa pembentukan tanggung jawab (Bisri, 1995).Dari beberapa definisi

(19)

anak-anak menuju dewasa, karena pada masa ini remaja telah

mengalami perkembangan fisik maupun psikis yang sangat pesat, dimana

secara fisik remaja telah menyamai orang dewasa, tetapi secara psikologis

mereka belum matang sebagaimana yangdikemukakan oleh Calon (1953)

masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masatransisi atau peralihan

karena remaja belum memiliki status dewasa tetapi tidak lagi memilikistatus

anak-anak (Monsk, 2002). Perkembangan fisik dan psikis menimbulkan

kebingungandikalangan remaja sehingga masa ini disebut oleh orang barat

sebagai periode sturm unddrung dan akan membawah akibat yang tidak

sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan, serta kepribadian remaja.

Salah satu cara untuk mengetahui respon yang diberikan masyarakat

terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta

adalah mengetahui sikapnya. Menurut Azwar (2002:34) sikap terdiri dari 3

komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif berkaitan

dengan keyakinan, kepercayaan dan pengetahuan terhadap suatu objek. Selain

itu, dengan meneliti kognitifnya juga dapat diketahui apakah masyarakat juga

memiliki kepercayaan dan keyakinan terhadap kebenaran dari unsur-unsur

dalam iklan tersebut. Dengan meneliti komponen kognitifnya, maka dapat

diketahui pengetahuan responden terhadap unsur-unsur keselamatan yang ada

dalam iklan layanan masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta. Komponen

afektif berkaitan dengan perasaan suka atau tidak suka masyarakat terhadap

iklan tersebut. Sedangkan meneliti komponen afektif, maka dapat mengetahui

(20)

terkait dengan isi pesan iklan.Sedangkan konatif merupakan komponen yang

berkaitan dengan perilaku yang ditunjukkan oleh masyarakat terkait dengan

iklan tersebut. Dengan meneliti komponen konatif maka dapat diketahui

kecenderungan perilaku masyarakat terhadap iklan layanan masyarakat

Peringatan Perlintasan Kereta, seperti misalnya waspada terhadap peringatan

perlintasan kereta. Adapun ketertarikan lain dari peneliti memilih iklan

layanan masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta adalah untuk mencegah

semakin banyaknya kecelakaan kereta api dengan pengguna jalan raya,

khususnya pengendara kendaraan bermotor.

Dipilihnya Surabaya dalam penelitian ini dikarenakan Surabaya

merupakan kota dengan angka kecelakaan kereta tertinggi dibanding daerah

lainnya di Jawa Timur. Jumlah kecelakaan kereta diwilayah polrestabes

Surabaya masih tertinggi selama bulan Januari 2011 hingga Februari 2012

kejadian sebanyak 57 kejadian dengan korban meninggal dunia 50 jiwa, 23

jiwa mengalami luka berat dan 23 jiwa mengalami luka ringan. Dengan total

kerugian materiil sebanyak Rp 53 juta.

Polrestabes Surabaya dari data kita menempati urutan pertama

dengan tingkat kejadian laka lantas kereta tertinggi dibandingkan polres

lainnya,” kata Direktur Lalu Lintas Polda Jatim, Kombes Pol Sam

Budigusdian kepada wartawan di Mapolda Jatim, Selasa (22/3/2011). Urutan

kedua, diraih Polres Blitar dengan 35 kejadian dengan jumlah korban

meninggal 3 jiwa, korban luka berat nihil dan korban luka ringan 49 jiwa

(21)

Polres Ponorogo dengan jumlah sebanyak 34 kejadian dengan jumlah

korban meninggal 10 jiwa, korban luka berat 1 jiwa, korban luka ringan 43

jiwa dengan total kerugian sebesar Rp 16 juta.(http://detiksurabaya.com).

Korban meninggal dunia akibat tabrakan kereta dengan pengguna jalan 75%

memiliki SIM (surat ijin mengemudi) dari data tahun 2009-2011.

(http://portalkarya.com)

Pada penelitian ini sampel yang akan diteliti adalah masyarakat surabaya

berusia minimal 17 tahun, dan menggunakan teori S-O-R yang dapat

menjelaskan bagaimana terpaan acara televisi dapat menyababkan respon

kognitif bagi pemirsanya. Alasan dipilihnya masyarakat surabaya yang berumur

17 tahun ke atas karena memiliki kematangan kognitif, kematangan emosional

dan sosial, sehingga dapat memahami suatu objek dengan bijak.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas maka

peneliti tertarik untuk mengambil judul ”SIKAP MASYRAKAT

SURABAYA TERHADAP ISI PESAN IKLAN LAYANAN

MASYRAKAT ”PERINGATAN PERLINTASAN KERETA” DI

TELEVISI”.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah sikap

masyarakat Surabaya terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat

”Peringatan Perlintasan Kereta” di Televisi” ?

(22)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah

sikap masyarakat Surabaya terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat

Peringatan Perlintasan Kereta di televisi.

1.4. Manfaat Penelitian

Sebagai bahan tambahan pemikiran untuk ilmu komunikasi terutama topik bahasan yang berhubungan dengan sikap masyarakat terhadap berbagai hal yang disajikan oleh media massa, khususnya dalam bentuk iklan layanan masyarakat di televisi.

1. Manfaat Teoritis

Dapat menambah wacana dan memberikan informasi serta sumbangan

pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi sebagai bahan masukan

atau referensi untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Dapat memberikan masukan pada pihak Dinas perhubungan untuk

meningkatkan dalam melaksanakan dan menginformasikan mengenai

program pengiklanan selanjutnya. Serta manfaat lain ialah himbauan dan

(23)

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Periklanan

Iklan adalah suatu pesan yang berisi penawaran suatu produk yang

ditujukan kepada masyarakat untuk menarik minat masyarakat melalui

suatu media. Iklan bertujuan menarik minat konsumen untuk membeli.

Iklan adalah bagian dari bauran promosi (promotion mix) dan bauran

promosi adalah bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Sehingga

secara ringkas, iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu

produk yang ditunjukkan kepada masyarakat lewat suatu media serta tidak

boleh menipu atau membohongi khalayak pemirsa iklan televisi,

setidaknya mereka mencantumkan komposisi bahan, nama perusahaan

yang memproduksi serta dimana mereka dapat membeli

(Kasali, 1992: 173).

Periklanan biasanya mengandung enam elemen. Pertama,

periklanan adalah bentuk komunikasi yang dibayar. Kedua, selain pesan

yang harus diampaikan harus dibayar, dalam iklan juga terjadi identifikasi

sponsor. Upaya membujuk dan mempengaruhi konsumen merupakan

elemen ketiga dalam definisi periklanan. Keempat, periklanan memerlukan

elemen media massa sebagai media penyampai pesan. Sifat non personal

merupakan elemen kelima dalam definisi periklanan, dan elemen keenam

(24)

Moriarty (1998) dalam Sutisna (2003:276) mendefinisikan periklanan

sebagai “Advertising is paid non personal communication from an

identified sponsor using mass media to persuade or influence an

audience”.

Tiga tujuan utama dari periklanan yaitu menginformasikan,

membujuk dan mengingatkan. Periklanan informatif berarti pemasar harus

merancang iklan sedemikian rupa agar hal-hal penting mengenai produk

bisa disampaikan dalam iklan. Periklanan yang bersifat membujuk

berperan penting bagi perusahaan dengan tingkat persaingan yang tinggi.

Iklan yang bersifat membujuk biasanya dituangkan dalam pesan-pesan

iklan perbandingan (comparative advertising). Tujuan periklanan yang

ketiga yaitu mengingatkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa periklanan

adalah bentuk penyajian pesan yang dilakukan oleh komunikator secara

non personal melalui media untuk ditujukan pada komunikan dengan cara

membayar.

2.1.2. J enis Iklan

(25)

1. Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan memperkenalkan barang, jasa, pelayanan untuk konsumen melalui media periklanan. Tujuan iklan standar yaitu merangsang motif dan minat para pembeli atau para pemakai. Dengan kata lain, iklan standar memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan ekonomi. Umumnya iklan standar ditangani oleh perusahaan periklanan secara profesional. Pesan-pesan dalam iklan standar disusun secara mantap baik dalam kata-kata, kalimat, pemilihan gambar dan warna, pemilihan tepat pemasangan atau media yang tepat agar mampu menjangkau jenis khalayak sasaran tertentu, sampai dengan menyebarkannya pada waktu yang sesuai, seluruhnya ditangani oleh orang-orang yang profesional. Dalam sebutan lain, tampaknya istilah iklan standar sebagaimana dimaksud oleh Bittner dapat disebut dengan iklan komersil.

2. Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang bersifat non profit. Iklan

ini sering pula disebut dengan iklan layanan masyarakat. Disebut

dengan bersifat non profit dalam hal ini jangan diartikan sebagai tidak

mencari keuntungan apapun. Sebab iklan layanan masyarakat juga

berupaya mencari keuntungan sosial bukan keuntungan komersial

secara langsung. Keuntungan yang diharapkan dari iklan layanan

masyarakat adalah berusaha mendapatkan atau membentuk citra baik di

tengah masyarakat. Jadi esensi yang membedakan iklan standar dan

(26)

ingin diraih atau diharapkan. Bila iklan standar bertujuan mencari

keuntungan ekonomi, maka dalam iklan layanan masyarakat bertujuan

mendapatkan keuntungan berupa citra baik di tengah masyarakat.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan dalam penelitian, jenis

iklan yang diamati dalam penelitian ini yaitu iklan layanan masyarakat

tentang Peringatan Perlintasan Kereta termasuk dalam iklan layanan

masyarakat.

2.1.3. Televisi Sebagai Media Periklanan

Pada dasarnya media televisi bersifat transistory atau hanya sekilas

dan penyampai pesannya dibatasi oleh durasi (jam, menit dan detik).

Pesan dari televisi tidak dapat diulang kecuali bila direkam. Disisi lain,

pesan di televisi memiliki kelebihan tersendiri karena tidak hanya

didengar tetapi jiga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak (audio

visual). Televisi merupakan media yang paling disukai oleh para

pengiklan. Hal tersebut disebabkan keistimewaan televisi yang

mempunyai unsur audio dan visual. Sehingga para pengiklan percaya

bahwa televisi mampu menambah daya tarik iklan dibanding media lain.

Televisi juga diyakini sangat berorientasi mengingatkan khalayak sasaran

terhadap pesan yang disampaikan, (Kasali, 1992 :172).

(27)

yang menjual produk ke masyarakat dengan menggunakan para penjual. Para penjual tersebut memerlukan informasi yang aktual yang perlu disampaikan pada khalayak berkenaan dengan produknya. Informasi tersebut disampaikan melalui sejumlah media, diantaranya surat kabar, majalah, radio, televisi maupun media-media lain. Ketika pasar industri menerima informasi tersebut, mereka merespon untuk memilih dan membeli produk. akhirnya kegiatan yang di dalamnya melibatkan perputaran uang yang sangat besar (Widyatama, 2007;143-148).

Periklanan dipandang sebagai media yang paling lazim digunakan

suatu perusahaan (khususnya produk konsumsi/consumer goods) untuk

mengarahkan komunikasi yang persuasif pada konsumen. Iklan ditujukan

untuk mempengaruhi perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap

dan citra konsumen yang berkaitan dengan suatu produk atau merek.

Tujuan ini bermuara pada upaya mempengaruhi perilaku konsumen dalam

membeli. Meskipun tidak secara langsung berdampak pada pembelian,

iklan menjadi sarana untuk membantu pemasaran yang efektif dalam

menjalin komunikasi antara perusahaan ke konsumen dan sebagai upaya

perusahaan dalam menghadapi pesaing. Kemampuan ini muncul karena

adanya suatu produk yang dihasilkan suatu perusahaan. Bagaimanapun

bagusnya suatu produk, jika dirahasiakan dari konsumen maka tidak ada

gunanya. Konsumen yang tidak mengetahui keberadaan suatu produk

(28)

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Televisi dapat dikatakan sebagai media yang ampuh untuk melaksanakan perang kilat terhadap bisnis periklanan. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari karakter media yang mampu menghadirkan sebuah realitas visual yang begitu natural, sehingga iklan-iklan yang disampaikan lewat televisi, seakan-akan menjadi sebuah realita yang memperesentasikan sebuah citra akan ‘dinamika masyarakat’

2.1.4. Kelebihan dan Kekur angan Televisi Sebagai Media Periklanan

Televisi sebagai media periklanan memiliki beberapa kelebihan

diantaranya adalah sebagai berikut (Morissan, 2004) :

1. Daya J angkau Luas, Harga pesawat televisi yang semakin murah dan

daya jangkau siaran yang semakin luas menyebabkan banyak orang

yang sudah dapat menikmati televisi. Siaran televisi ini sudah

dinikmati oleh berbagai kelompok masyrakat. Daya jangkau yang luas

ini memungkinkan pemasar memperkenalkan dan mempromosikan

produk barunya secara serentak dalam wilayah yang luas bahkan ke

seluruh wilayah suatu negara

2. Selektivitas dan Fleksibilitas, Televisi sering dikritik sebagai media

yang tidak selektif dalam menjangkau audiennya sehingga sering

dianggap sebagai media lebih cocok untuk produk konsumsi massal.

Televisi dianggap sebagai media yang sulit untuk menjangkau segmen

(29)

3. Fokus Perhatian, Siaran iklan televisi akan selalu menjadi pusat

perhatian audience pada saat iklan itu ditayangkan. Jika audien tidak

menekan remote controlnya untuk melihat program stasiun televisi lain

maka ia hanya menyaksikan tayangan iklan televisi satu persatu.

4. Kreativitas dan Efek, Televisi merupakan media iklan yang paling

efektif karena menunjukan cara bekerja pada saat digunakan.

5. Pr estise, Perusahaan yang mengiklankan produknya di Televisi

biasanya akan menjadi dikenal banyak orang. Baik perusahaan yang

memporduksi barang tersebut maupun barangnya itu sendiri akan

menerima status khusus dari masyrakat.

6. Waktu Ter tentu, Suatu produk dapat diiklankan di televisi pada

sewaktu-waktu tertentu ketika pembeli potensialnya berada didepan

televisi.

Selain kelebihan juga terdapat beberapa kelemahan menggunakan

media televisi sebagai media periklanan:

1. Biaya Mahal, Walaupun televisi diakui sebagai media yang efisien

dalam menjangkau audien dalam jumlah besar namun televisi

merupakan media paling mahal untuk beriklan.

2. Infor masi Ter batas,Dengan durasi iklan yang rata-rata hanya 30

detik dalam sekali tayang maka pemasang iklan tidak memiliki banyak

waktu untuk secara leluasa memberikan informasi yang lengkap.

(30)

melalui waktu siarannya namun iklan televisi bukanlah pilihan yang

paling tepat bagi pemilik iklan yang ingin membidik konsumen yang

sangat khusus atau spesifik jumlah yang sangat sedikit.

4. Penghindar an. Kelemahahan lain siaran iklan televisi adalah kecenderungan audien untuk menghindari pada saat iklan ditayangkan.

5. Tempat Ter batas, Tidak seperti media cetak, stasiun televisi tidak dapat seenaknya memperpanjang waktu siaran iklan dalam suatu

program.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa suatu iklan akan berhasil apabila memenuhi unsur-unsur yang menjadi komponen iklan. Unsur-unsur iklan yang dimaksud adalah video, suara, model, peraga, latar, pencahayaan, grafik dan kecepatan. Semua komponen iklan tersebut harus lengkap guna memperoleh hasil yang optimal, karena dengan kurangnya salah satu komponen akan membuat iklan tersebut tidak menarik.

2.1.5. Iklan Layanan Masyarakat

Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang digunakan untuk

menyampaikan informasi, mempersuasi atau mendidik khalayak dimana

tujuan akhir bukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, melainkan

keuntungan sosial. Keuntungan sosial yang dimaksud adalah munculnya

penambahan pengetahuan, kesadaran sikap dan perubahan perilaku

masyarakat terhadap masalah yang diiklankan, serta mendapatkan citra

(31)

Secara normatif bertambahnya pengetahuan, dimilikinya kesadaran

sikap dan perbuahan perilaku masyarakat tersebut sangat penting bagi

kualitas kehidupan masyarakat itu sendiri. Sebab masyarakat akan

terbangun dan digiring pada situasi ke arah keadaan yang baik. Umumnya,

materi pesan yang disampaikan dalam iklan jenis ini berupa

informasi-informasi publik untuk menggugah khalayak melakukan sesuatu kebaikan

yang normatif sifatnya.

Selain mendatangkan kebaikan dan peningkatan kualitas hidup

masyarakat, bertambahnya pengetahuan masyarakat dan munculnya

kesadaran sikap serta perilaku sebagaimana inti pesan juga dapat

menguntungkan pengiklan itu sendiri, selain mendapatkan citra baik di

tengah masyarakat (Widyatama, 2007:105).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa iklan yang menyajikan pesan-pesan sosial yang bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat

2.1.6. Pesan Iklan

Untuk menampilkan pesan iklan yang mampu membujuk, mampu

mambangkitkan dan mempertahankan ingatan konsumen akan produk

yang ditawarkan, memerlukan daya tarik bagi audiens sasaran. Daya tarik

iklan sangat penting karena akan meningkatkan keberhasilan komunikasi

denga audiens (Sutisna, 2003:278).

(32)

kosnumen, yang selanjutnya konsumen memproses pesan tersebut. Berikut

ini beberapa jenis tipe penmapilan iklan untuk menimbulkan daya tarik

rasional (Sutisna, 2003:278):

1. Faktual. Daya tarik tipe ini umumnya berhubungan dnegan

pengambulan keputusan high involvement, yaitu penerimaan dimotivasi

untuk dapat memproses informasi. Iklan yang menampilkan sisi

manfaat produk dan keunggulan produk sekaligus menampilkan

argumentasi yang masuk akal, termasuk ke dalam tipe daya tarik

faktual. Dengan demikian berarti iklan seharusnya dirancang

sedemikian rupa agar konsumen secara rasional tertarik dengan pesan

iklan yang disampaikan.

2. Potongan Kehidupan. Pesan iklan yang menampilkan potongan

kehidupan sangat banyak ditampilkan di televisi. Pengaruh yang ingin

diperoleh dari penampilan iklan potongan kehidupan yaitu agar terjadi

proses peniruan perilaku dari penonton.

3. Demonstrasi. Teknik yang hampir sama yang digunakan untuk

menyelesaikan maslah yang sering dihadapi kosnumen yaitu

demonstrasi. Pesan iklan yang ditampilkan menggambarkan

kemampuan produk secara instrumenal mampu menyelesaikan

(33)

4. Iklan Perbandingan. Iklan perbandingan adalah iklan yang berusaha

membandingkan keunggulan produk yang ditawarkan dengan produk

lain sejenis.

Berdasarkan penjelasam diatas maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa pesan iklan ditampilkan bertujuan untuk ditampilkan untuk

menimbulkan daya tarik rasional, sehingga mendapat perhatian dari

kosnumen

2.1.7. Pengertian dan Deskr ipsi Sikap

Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan

kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai

aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Komponen-komponen sikap

adalah pengetahuan, perasaan-perasaan, dan kecenderungan untuk

bertindak. Lebih mudahnya, sikap adalah evaluatif terhadap obyek atau

subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang

berhadap-hadapan dengan obyek sikap. Tekanannya pada kebanyakan peneliti

dewasa ini adalah perasaan atau emosi. Dewasa ini banyak psikolog sosial

berasumsi bahwa, diantara faktor-faktor lain, perilaku dipengaruhi oleh

tujuannya. (Van Den Ban dan Hawkins,1999:106-107)

Menurut Schifman dan Kanuk (1997) menyatakan bahwa sikap

adalah ekspresi perasaan (inner feeling), yang mencerminkan apakah

senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, dan setuju atau tidak setuju

(34)

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi dan

merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi ataupun nilai. Sikap disini

bukan perilaku tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku

dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang,

situasi informasi, maupun kelompok. (Sobur,2003:361)

Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses

belajar. Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak

terpaan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai

upaya (pendidikan, komunikasi dan lain sebagainya) untuk mengubah

sikap seseorang. (Sobur,2003:362)

2.1.8.1 Komponen Sikap

Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interlasi dari

berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga yaitu :

a. Komponen Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau

informasi, keyakinan dan pendapat yang dimilik seseoarang

tentang objek sikapnya. Kompnen ini berkaitan dengan proses

berpikir yang menekankan pada rasionalistis dan logika. Adanya

keyakinan dan evaluative yang dimiliki seseorang diwujudkan

dalam kesan baik atau tidak baik terhadap lingkungan.

b. Komponen Afektif

Komponen emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan

(35)

berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan dan system nilai

yang dimiliki.

c. Komponen Konatif

Komponen yang merupakan kecenderungan seseorang bertindak

terhadap lingkungannya dengan cara ramah, sopan, bermusuhan

menentang, melaksanakan dengan baik dan lain sebagainya.

Apabila ketiga komponen ini dihubungkan dengan tujuan

komunikasi yang terpenting adalah bagaimana suatu pesan (isi atau

contens) yag disampaikan oleh komunikator tersebut mampu

menimbulkan dampak atau efek pesan tertentu pada komunikan. Dampak

yang ditimbulkan dapat dirinci sebagai berikut :

a. Dampak Kognitif

Dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang

menyebabkan seseorang menjadi tahu. Dampak kognitif terjadi

bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau

dipersepsi khalayak. Dampak ini berkaian dengan tranmisi

pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan atau informasi.

b. Dampak Afektif

Dampak afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang

dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Disini tujuan

komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi

juga bergerak hatinya.

(36)

Dampak konatif merujuk pada behavioral atau perilaku nyata yang

dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau

kebiasaan berperilaku. (Rahmat,2005:219)

2.1.8. Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat

Menurut dewan periklanan di Amerika Serikat yang mensponsori

ILM ada beberapa kriteria isi pesan yang digunakan untuk menentukan

sebuah iklan tersebut adalah iklan layana masyrakat

(http://repository.amikom.ac.id):

1. Tidak komersil (contoh: iklan pemakaian helm dalam berkendara)

2. Tidak bersifat keagamaan.

3. Tidak bersifat politis.

4. Berwawasan nasional

5. Diperuntukkan untuk semua lapisan masyarakat.

6. Diajukan oleh organisasi yang telah diakui dan diterima.

7. Dapat diiklankan.

8. Mempunyai dampak dan kepentingan tinggi sehingga patut memperoleh dukungan media lokal maupun nasional.

(37)

2.1.9. Isi Pesan Iklan Layanan Masyrakat “Peringatan Per lintasan Kereta” di Televisi

Sebuah iklan tidak akan ada tanpa adanya pesan. tanpa pesan, iklan tidak akan berwujud, Bila di media cetak, ia hanya ruang kosong tanpa tulisan, gambar atau bentuk apapun, dalam iklan layanan masyrakat Peringatan Perlintasan Kereta di televsi berisi tentang sebagai berikut:

1. Ketika peringatan perlintasan berbunyi jangan menunggu palang turun untuk berhenti

2. Waspadai jalur ganda, mungkin ada kereta lain lewat

3. Saat peringatan berbunyi/menyala berhentilan sebelum tanda batas 4. Jangan mendengarkan musik saat akan melintasi perlintasan kereta 5. Ingat tidak semua perlintasan kereta ada palangnya

6. Kesadaran kita keselamatan Semua

2.1.10.Pr ogram Iklan Layanan Masyarakat Peringatan Per lintasan Kereta Fungsi pintu perlintasan kereta api bukanlah untuk mengamankan

pengguna jalan raya. Pengaman berbentuk palang pada perlintasan kereta ini

lebih untuk mengamankan operasional perjalanan kereta api. "Persepsi

masyarakat pintu perlintasan dianggap sebagai rambu lalu lintas, padahal

seharusnya hanya alat bantu melancarkan operasional lancarnya perjalanan

kereta api," ujar Humas PT KAI Mateta Rizalulhaq saat dihubungi wartawan,

Selasa (29/5). Dikatakan Mateta, PT KAI tidak menginginkan adanya

kecelakaan di sekitar pintu perlintasan. Untuk itu pintu perlintasan kereta api

dilengkapi dengan bunyi-bunyian guna menandakan datangnya kereta api.

(38)

pemerintah wewenang memasang pintu perlintasan kereta api, dimana

menjadi kewenangan Dinas Perhubungan dan Aparat Kepolisian Lalu Lintas.

Dirinya juga meluruskan tidak ada dalam Undang-Undang yang menjelaskan

fungsi pintu perlintasan Kereta Api untuk mengamankan pengguna jalan

raya. "Tidak ada UU manapun fungsi pintu perlintasan kereta api untuk

mengamankan pengguna jalan raya," jelas Mateta. (merdeka.com)

Seperti halnya pada pesan pada akhir scene, diharapkan masyarakat

mempunyai kesadaran diri saat akan melintasi perlintasan kereta. Kesadaran

diri merupakan salah satu sikap respon kita atas segala pengambilan

keputusan yang kita ambil didalam kehidupan ini. Intinya, semakin sadar kita

ketika mengambil keputusan dan bertanggung jawab di dalamnya maka

semakin baik pula kualitas keputusan anda untuk menuju tujuan anda di

dalam hidup ini. kesadaran diri merupakan sebuah parameter atau tolok ukur

kita yang pertama didalam menghadapi sebuah situasi yang diluar perkiraan

anda. Dengan kesadaran diri, anda mampu bertanggung jawab atas pilihan

anda yang berkaitan dengan nilai-nilai yang anda percayai dan yakini, dengan

hati nurani sebagai gerbang terakhirnya.( Seorang Coach dan Praktisi HR,

Certified MWS Trainer, ISO Lead Auditor, Webmaster, berpengalaman di

Competency Based Training and Development). Iklan ini dibuat sesuai

dengan kebijakan keselamatan PT. Kereta api dan tertulis pada situs

(39)

(Perser o) ber komitmen untuk mewujudkan Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan dan menginstruksikan seluruh jajaran :

1. Mengutamakan Keselamatan dan berwawasan Kesehatan serta Lingkungan.

2. Menjadikan Keselamatan dan berwawasan Kesehatan serta Lingkungan sebagai Pandangan Hidup Kewajiban yang melekat seluruh personel dan satuan organisasi Perusahaan.

3. Melaksanakan Pembinaan, Pengawasan, Evaluasi dan Pengembangan Pelatihan untuk peningkatan kualitas Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan secara berkesinambungan.

4. Mengelola, memantau dan mengendalikan seluruh komponen ditujukan untuk pencegahan kecelakaan, kerusakan dan pencemaran lingkungan.( kereta-api.co.id)

2.1.11.Masyarakat Sur abaya Sebagai Khalayak

Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan

sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton

dan pemirsa sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang

lebih ditekankan, khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu

memiliki jumlah yang besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym,

(40)

konsisten dan komposisinya dapat berubah dengan cepat (Mc.Quail,

1994:201).

Pemirsa televisi adalah massa dan memiliki perbedaan jenis

kelamin, usia, tingkat pendidikan, serta kerangka acuan dan lapangan

pengalaman. Mereka adalah sasaran komunikasi massa melalui media

televisi siaran. Komunikasi dapat dikatakan efektif, jika pemirsa terpikat

perhatiannya, tertarik terus minatnya, mengerti, tergerak hatinya dan

melakukan aktifitas apa yang diinginkan pembicara. (Effendy, 2000:84).

Siaran televisi dengan sifatnya yang audio visual (suara dan

gambar) dapat diikuti secara bersamaan oleh semua lapisan masyarakat

dimanapun sesuai dengan kemampuan mereka. Bahkan orang-orang buta

huruf atau tidak dapat membaca sekalipun, dapat mengikuti dan mencerna

siaran televisi sesuai dengan kemampuan mereka. Dalam setiap proses

komunikasi, pesannya selalu ditujukan kepada pihak tertentu sebagai

komunikan yang disampaikan oleh komunikator. Masyarakat Surabaya

merupakan masyrakat yang Heterogen mengkode atau menanda pesan

dalam sebuah tayangan melalui nilai nilai, pengetahuan dan pengalaman

pribadinya, sehingga sangat mungkin terjadi penerimaan yang berlainan

2.1.12.Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response

ini, berasal dari kajian psikologi. Tidak mengherankan apabila kemudian

(41)

dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi

komponen-komponen; sikap, opini, prilaku, kognisi dan konasi (Effendy,

2003:115). Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus

terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan

memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu,

teori ini menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima

sebagai akibat dari komunikasi. Dampak atau pengaruh yang terjadi

merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu (Sendjaja,

1999:71). Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk

apa pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus.

Unsur-unsur dalam model ini adalah :

a. Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator

kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa

tanda dan lambang.

b. Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan di saat

menerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator di terima

sebagai informasi, dan komunikan akan memperhatikan informasi yang

disampaikan komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan

akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan

lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan

(42)

c. Efek(response), merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek dari

komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu: sikap afektif,kognitif, dan

konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya

komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi

bahan pengetahuan bagi komunikan (Effendi, 2003:118)

Menurut Stimulus – Organism – Response ini, efek yang

ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehigga

seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara

pesan dan reaksi komunikan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut :

Gambar 2.1.: Model Teori S-O-R (Effendy, 2003:255)

Menurut gambar dari model di atas menunjukkan bahwa stimulus

atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan

mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan

berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang

disampaikan maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan

tersebut mengerti dari pesan yang telah disampaikan. Dan proses terakhir

adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan

keberhasilan dalam proses komunikasi (Effendy, 2003:56).

Response

Stimulus Organisme :

(43)

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan muncul dari

adanya proses berfikir dan pemahaman individu terhadap obyek, dengan

adanya proses tersebut maka menimbulkan kesadaran individu terhadap

obyek. Proses berfikir tersebut menunjuk pada kegiatan yang melibatkan

penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti obyek dan peristiwa

(Rakhmat, 1999:68). Pada tahap ini individu akan membuka memorinya,

sesuai dengan pengalamannya terhadap obyek, lalu ia memberi makna

pada menara tersebut dengan nama Eiffel Tower. Pada tahap ini, ia sadar

terhadap obyek yang dihadapinya tersebut. Dan pada tahap terakhir, ia

menyimpan kedalam ingatannya dan dijadikan pengetahuan. Proses

selanjutnya, timbulah perasaan suka atau tidak suka terhadap obyek.

Individu akan menyeleksi atau memilih, dan dari pilihan tersebut

diyakininya. Setelah itu ia akan membeli atau menggunakan sebagai hasil

dari keputusannya (Effendy, 2003:256).

2.2. Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini yang diteliti adalah sikap masyarakat

Surabaya terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat Peringatan

Perlintasan Kereta di televisi. Adapun kerangka berpikirnya sebagai

berikut :

(44)

masih tertinggi selama bulan Januari 2011 hingga Februari 2012 kejadian

sebanyak 57 kejadian dengan korban meninggal dunia 50 jiwa, 23 jiwa

mengalami luka berat dan 23 jiwa mengalami luka ringan. Dengan total

kerugian materiil sebanyak Rp 53 juta. Polrestabes Surabaya dari data kita

menempati urutan pertama dengan tingkat kejadian laka lantas kereta

tertinggi dibandingkan polres lainnya,” kata Direktur Lalu Lintas Polda

Jatim, Kombes Pol Sam Budigusdian kepada wartawan di Mapolda Jatim.

Masyarakat mendapat terpaan iklan layanan masyarakat Peringatan

Perlintasan Kereta di televisi. Televisi pada penelitian ini dilakukan pada

seluruh stasiun televisi yang menayangkan iklan layanan masyarakat

Peringatan Perlintasan Kereta. Isi pesan iklan layanan masyarakat

Peringatan Perlintasan Kereta yang ditayangkan di televisi tentunya akan

membawa dampak tersendiri bagi masyarakat. Positif jika masyarakat

surabaya sepakat dan penting untuk melakukannya, negatif jika

masyarakat surabaya tidak setuju isi pesan iklan tersebut dan netral antara

setuju dan tidak setuju tentang isi pesan dalam iklan.

Indikator yang digunakan untuk mengukur sikap masyarakat

Surabaya terhadap iklan layanan masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta

setelah mendapatkan terpaan iklan adalah dengan melihat total skor yang

dikumpulkan responden setelah mengisi kuisioner, yaitu kumpulan

pertanyaan yang meliputi aspek kognitif, afektif dan konatif.

(45)

pesan iklan layanan masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta di televisi. Organism berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi

dari komunikator, yaitu masyarakat Surabaya. Selanjutnya Respon

diartikan sebagai efek akhir dalam proses komunikasi. Keberhasilan dalam

proses komunikasi adalah menimbulkan perubahan konatif, afektif dan

kognitif pada diri komunikan.

Dalam hal ini, peneliti berusaha melihat sikap pada masyarakat

Surabaya tentang isi pesan iklan Peringatan Perlintasan Kereta. Tingkat

pengetahuan yang ingin dilihat peneliti adalah mengacu kepada apakah

seseorang cukup intens mengetahui informasi dari suatu masalah tertentu,

sehingga ia dapat secara jelas mengambil sikap terhadap masalah tersebut

(Eriyanto, 1990:239).

Maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui adanya sikap masyarakat terhadap iklan layanan masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta di televisi. Secara sistematis kerangka berpikir dari penelitian ini

(46)

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Isi pesan iklan layanan

masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta

- Ketika peringatan perlintasan kereta berbunyi jangan

- Jangan mendengarkan musik saat akan melintasi perlintasan kereta

- Ingat tidak semua peringatan perlintasan kereta ada palangnya

(47)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional variabel dilakukan dengan melakukan

operasionalisasi konsep yaitu dengan mengubah konsep variabel maka konsep

tersebut akan lebih mudah diteliti secara empiris. Dalam konteks definisi

operasional variabel akan menjelaskan variabel-variabel yang akan diamati dan

menjadi objek penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode deskriptif yang bertujuan menggambarkan, meringkaskan

kondisi berbagai situasi (Bungin, 2001:48).

3.1.1 Definisi Opersional

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa

dalam menghadapi obyek atau ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi

merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap

obyek sikap. Obyek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau

situasi, atau kelompok.

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan merasa

dalam menghadapi obyek atau ide, situasi atau nilaidan dalam mengambil

keputusan setelah melihat iklan layanan masyarakat “peringatan perlintasan

kereta” yang disajikan di stasiun televisi. Dalam komponen sikap ada 3 hal yakni

(48)

Sikap Masyarakat Surabaya tentang iklan layanan masyarakat “Peringatan

perlintasan kereta” di televisi adalah respon yang diberikan oleh Masyarakat

Surabaya setelah menonton iklan tersebut, dalam wujud orientasi atau

kecenderungan mengembangkan pola pikir bagi masyarakat untuk semakin kritis

dan selektif dalam menyingkapi isi pesan yang ada di dalam iklan khususnya

televisi.

Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui sikap masyarakat di Surabaya

terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta di

televisi. Adapun isi pesan dari iklan layanan masyarakat Peringatan Perlintasan

Kereta ini berisi tentang himbauan-himbauan mengenai pentingnya waspada

terhadap perlintasan kereta :

a. Ketika peringatan perlintasan kereta berbunyi jangan menunggu palang turun

untuk berhenti

b. Waspadai jalur ganda, mungkin ada kereta lain lewat

c. Saat peringatan berbunyi/menyala berhentilan sebelum tanda batas

d. Jangan mendengarkan musik saat akan melintasi perlintasan kereta

e. Ingat tidak semua perlintasan kereta ada palangnya

f. Kesadaran kita keselamatan Semua

Sikap masyarakat terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat Peringatan

Perlintasan Kereta merupakan efek atau pengaruh setelah melihat atau

(49)

masing-masing aspek sikap yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Aspek kognitif menunjukkan pengetahuan atau pemahaman yang dimiliki

Masyarakat Surabaya tentang iklan Peringatan Perlintasan Kereta, yakni

meliput :

a. Mengetahui saat peringatan perlintasan kereta berbunyi jangan menunggu

palang turun untuk berhenti.

b. Mengetahui jalur ganda, mungkin ada kereta lain lewat.

c. Mengetahui saat peringatan berbunyi/menyala agar berhenti sebelum tanda

batas.

d. Mengetahui agar tidak mendengarkan musik saat akan melintasi

perlintasan kereta

e. Mengetahui bahwa tidak semua perlintasan kereta ada palangnya.

f. Mengetahui bahwa kesadaran kita keselamatan semua.

2. Aspek afektif yang menunjukkan perasaan yang berhubungan dengan rasa

senang dan tidak senang Masyarakat Surabaya tentang iklan Peringatan

Perlintasan Kereta, yakni meliputi :

a. Merasa nyaman ketika peringatan perlintasan kereta berbunyi harus

berhenti sekarang juga.

(50)

c. Merasa nyaman saat peringatan berbunyi/menyala berhentilah sebelum

tanda batas.

d. Merasa nyaman dengan tidak mendengarkan musik saat akan melintasi

perlintasan kereta.

e. Anda mengharapkan semua perlintasan kereta ada palangnya.

f. Merasa bahwa kesadaran kita keselamatan semua.

b. Aspek sikap (konatif) masyarakat mengenai kecenderungan berperilaku sesuai

dengan program peringatan perlintasan kereta :

a. Adanya kecenderungan responden berhenti ketika peringatan perlintasan

kereta berbunyi.

b. Adanya kecenderungan responden waspada terhadap jalur ganda yang

memungkinkan kereta lain lewat.

c. Adanya kecenderungan responden tidak melanggar tanda batas saat

peringatan berbunyi/menyala.

d. Adanya kecenderungan responden tidak mendengarkan musik saat akan

melintasi perlintasan kereta.

e. Adanya kecenderungan responden mengetahui tidak semua perlintasan

kereta ada palangnya.

f. Adanya kecenderungan responden untuk memberitahukan isi pesan bahwa

(51)

3.1.2. Pengukur an Variabel

Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap dimensi-dimensi iklan

layanan masyarakat mengenai pentingnya peringatan perlintasan kereta digunakan

model skala likert. Untuk melakukan penskalaan, responden diberi daftar

pertanyaan mengenai sikap dan setiap pertanyaan disediakan jawaban yang harus

dipilih oleh responden untuk menyatakan persetujuannya (Singarimbun, 1989 :

111). Alternatif pilihan dalam pertanyaan yang dinyatakan dalam jumlah skor

sebagai berikut :

1. Sangat tidak setuju (1)

2. Tidak setuju (2)

3. Setuju (3)

4. Sangat Setuju (4)

Pilihan jawaban hanya di golongkan menjadi 4 kategori jawaban dengan

meniadakan jawaban “ragu-ragu” (undecided), alasannya adalah sebagai berikut :

1. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum bisa

memberikan jawaban, netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki

arti ganda instrument.

2. Tersedianya jawaban di tengah, menimbulkan multi interpretable. Hal ini

(52)

tendency), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan

jawabannya.

3. Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian,

sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring responden.

Maka selanjutnya diberi batasan-batasan dalam menentukan lebar interval

dari pertanyaan yang akan dijawab yaitu positif, negatif, dan netral dengan

menggunakan rumus :

Skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah Jenjang yang diinginkan

Range = 72 – 18 3 = 54 3 = 18

SS = 4 x 18 = 72 (nilai tertinggi)

S = 3 x 18 = 54

TS = 2 x 18 = 36

STS = 1 x 18 = 18 (nilai terendah)

Jadi penentu kategorinya adalah :

1. Sikap negatif = 18 - 36

(53)

3. Sikap positif = 55 - 72

Kemudian apabila skor dan tingkat interval dari tiap-tiap kategori

diketahui, maka hasil yang diperoleh akan diinterpretasikan dan di analisis.

Sikap remaja terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat Peringatan

Perlintasan Kereta dikategorikan ke dalam tiga kategori yaitu positif, netral,

negative. Dikatakan positif, jika masyarakat Surabaya menerima dan memahami

isi pesan dalam iklan tersebut dan mereka akan melaksanakan

himbauan-himbauan yang ada pada iklan tersebut. Dikatakan netral, jika masyarakat

Surabaya menerima informasi dan memahami isi pesan namun masih ragu-ragu

untuk melaksanakan himbauan-himbauan yang ada pada iklan tersebut. Sementara

dikatakan negatif, jika masyarakat Surabaya tidak menerima dan tidak memahami

isi pesan juga tidak akan melaksanakan himbauan-himbauan yang ada pada iklan

tersebut.

3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari (Sugiyono, 203:55). Populasi dalam penelitian ini adalah

masyarakat Surabaya yang berusia minimal 17 tahun karena dianggap pada usia

tersebut para pemirsa bisa bersifat lebih bijak lagi menanggapi suatu

(54)

3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari masyarakat Surabaya yang memiliki karakteristik antara lain :

1. Berusia minimal 17 tahun 2. Berdomisili di Surabaya

3. Pernah menonton iklan layanan masyarakat Peringatan Perlintasan Kereta.

Dengan tingkat populasi penduduk yang besar dan keberagaman penduduk kota Surabaya dapat mewakili responden secara representatif.

Berdasarkan data tersebut maka untuk mengetahui jumlah sampel maka digunakan rumus Yamane yaitu sebagai berikut :

1

d = Presisi (derajat ketelitian 10%). Tingkat kepercayaan 90%

(55)

3.2.3 Teknik Penarikan Sample

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik probability sampling dengan tipe multistage cluster sampling mengingat

responden dalam penelitian ini banyak dan tersebar luas dalam wilayah kota

Surabaya. Populasi penelitian ini dibagi menjadi beberapa cluster berdasarkan

wilayah tempat tinggal.

Dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga tahap, yaitu :

1. Tahap pertama

Kota Surabaya yang terdiri dari lima bagian wilayah, maka dipilih secara

random dua wilayah. Dan terpilih Surabaya Barat dan Surabaya Timur.

2. Tahap kedua

Melakukan pemilihan terhadap wilayah kecamatan secara random. Wilayah

Surabaya Barat terpilih kecamatan Sukomanunggal dan Lakarsantri. Untuk

Surabaya Timur terpilih kecamatan Gunung Anyar dan Rungkut.

3. Tahap ketiga

Melakukan pemilihan terhadap tingkat kelurahan secara random. Maka

terpilih untuk kecamatan Sukomanunggal adalah kelurahan Simomulyo dan

Tanjung Sari. Kecamatan Lakarsantri terpilih kelurahan Lakarsantri dan

(56)

Anyar dan Rungkut Menanggal. Kecamatan Rungkut terpilih kelurahan

Medokan Ayu dan Wonorejo.

Jumlah responden yang berusia minimal 17 tahun pada masing-masing

kelurahan di Surabaya Barat dan Surabaya Timur adalah :

1. Kelurahan Simomulyo : 1076

2. Kelurahan Tanjung Sari : 978

3. Kelurahan Lakarsantri : 668

4. Kelurahan Lidah Wetan : 1203

5. Kelurahan Medokan Ayu : 940

6. Kelurahan Wonorejo : 1412

7. Kelurahan Gunung Anyar : 1159

8. Kelurahan Rungkut Menanggal : 1052

Kemudian dialokasikan secara proporsional ditentukan rumus sebagai

berikut :

n 1 = N1 x n N

Keterangan :

Gambar

Gambar  2.1.: Model Teori S-O-R (Effendy, 2003:255)
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Tabel 1
Tabel 2 Usia Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Media Massa, Media dan Konstruksi Realitas, Iklan, Periklanan Sebagai Komunikasi Persuasif, Pesan Iklan, Unsur-Unsur

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Ibu rumah tangga di Surabaya juga sangat mengetahui isi pesan iklan yang disampaikan dalam iklan layanan Masyarakat PAUD di televisi,

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah ... Perumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Kegunaan Penelitian ... Landasan Teori ... Pengertian Komunikasi ... Pengertian

Usaha Pemerintah dalam mengatasi masalah ini adalah dengan membuat pesan peringatan bahaya merokok pada label bungkus rokok, spaanduk, dan iklan di televisi maupun di media

Berita Acara Skripsi ... Latar Belakang ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Kegunaan Penelitian ... Simbolisasi Pesan ... Iklan Televisi Sebagai Bentuk Komunikasi Massa

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan perumusan masalah pada penelitian ini, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Ibu rumah tangga di Surabaya juga sangat mengetahui isi pesan iklan yang disampaikan dalam iklan layanan Masyarakat PAUD di televisi,

Bedasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana sikap masyarakat Surabaya terhadap