• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sintesis dan Karakterisasi Zeolit-A Berpendukung Material Serat dengan Variasi Jumlah Material Pendukung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sintesis dan Karakterisasi Zeolit-A Berpendukung Material Serat dengan Variasi Jumlah Material Pendukung"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Pada penelitian ini, zeolit A berpendukung material serat berhasil disintesis menggunakan metode hidrotermal sederhana. Dalam penelitian ini juga dilaporkan bahwa glass wool dapat digunakan sebagai material serat dalam sintesis zeolit. Glass wool dimasukkan dalam autoklaf bersama larutan zeolit A dan kemudian dihidrotermal pada suhu 100°C. Dengan mempelajari aktivasi dan variasi penambahan dari glass wool antara 1%

berat hingga 0,01% berat, diperoleh hasil pada penambahan 0,024% berat glass wool teraktivasi merupakan kondisi terbaik setelah dilakukan karakterisasi menggunakan instrumen FT-IR (Fourier Transform), XRD (X-Ray Diffraction) dan SEM (Scanning Electron Microscopy).

Kata kunci : Zeolit A berpendukung material serat, Glass wool, FTIR, XRD, SEM

I. PENDAHULUAN

eolit adalah material unik yang banyak diaplikasikan sebagai katalis, material penyimpan energi, adsorbent dan pemisahan bahan serta penukar ion [1]. Kegunaan zeolit dalam banyak aplikasi ini disebabkan dari stuktur pori (channel) serta sifat kimia dan fisika yang khas. Struktur pori zeolit terbentuk dari unit pembangun primer (PBU) dan unit pembangun sekunder (SBU) hingga membentuk pori rongga. Rongga pori zeolit tersebut dapat direkayasa ukurannya dalam sintesis dengan melakukan kontrol pada beberapa variabel antara lain komposis Si dan Al, suhu dan waktu hidrotermal. Selain struktur pori zeolit yang unik, zeolit memiliki sifat kimia dan fisika, yaitu adanya gugus fungsi asam tipe lewis ataupun Bronsted.

Sifat lain adalah gugus luas permukaan dan volume pori yang spesifik, serta adanya muatan negatif pada zeolit yang dinetralkan oleh kation-kation yang mudah ditukarkan dengan kation lain. Berdasarkan sifat unik tersebut, zeolit banyak diteliti dan diaplikasikan sebagai katalis, adsorben, penyaringan molekul, pemisahan dan penukar kation.

Kerangka zeolit yang spesifik untuk keperluan aplikasi tertentu dapat diperoleh dalam sintesis zeolit melalui rekayasa reaksi [2]. Dengan proses rekayasa tersebut, pertumbuhan kerangka zeolit dapat dikontrol.

Pertumbuhan kerangka zeolit dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah komposisi silika dan alumina.

Komposisi silika dan alumina ini merupakan faktor utama dalam proses pertumbuhan inti kristal [3] dan menentukan hasil akhir zeolit yang disintesis [2].

Tipe zeolit yang sering disintesis salah satunya adalah zeolit A. Zeolit A banyak dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi, salah satunya sebagai material penukar ion, karenakan banyaknya jumlah kation penyeimbang yang memiliki sifat mudah digantikan (exchangeable) oleh kation lain. Jumlah ion penyeimbang yang banyak pada zeolit A

disebabkan oleh kadar silika dengan perbandingan Si dengan Al sama dengan satu [4]. Hal ini menunjukkan bahawa jumlah atom Al yang tersubtitusi pada kerangka zeolit sebanding dengan jumlah atom Si nya, sehingga dihasilkan muatan negatif yang dinetralkan dengan kation- kation yang mudah ditukarkan dengan zeolit lain.

Pada umumnya, zeolit A sintetik memiliki bentuk serbuk dengan ukuran partikel yang kecil. Dalam aplikasinya, bentuk serbuk ini menimbulkan masalah seperti dalam aplikasinya karena sulit dipisahkan. Untuk mengatasi hal tersebut kristal zeolit dibentuk menjadi pellet, tablet maupun granular dengan penambahan material perekat.

Namun, penambahan material perekat dalam zeolit seringkali menurunkan efisiensi produk karena zeolit hasil sintesis harus dilarutkan bersama material perekat sebelum dibentuk [5]. Selain itu, penambahan material perekat dapat menurunkan porositas dan aktifitas katalitik dari zeolit itu sendiri [6]. Oleh sebab itu perlu dilakukan alternatif lain untuk mengatasi masalah tersebut.

Salah satu alternatif penyelesaian masalah tersebut adalah mensintesis zeolit menggunakan material pendukung (support) sebagai pengganti material perekat. Penggunaan material pendukung juga dapat meningkatkan kekuatan mekanik, perpindahan panas dan aktivitas katalitik dari zeolit [5]. Salah satu material pendukung yang dapat digunakan adalah serat. Material pendukung serat memiliki filament yang halus dan panjang serta kuat [7], serta memiliki kelebihan diantaranya sifatnya yang fleksibel sehingga mudah dicetak dalam beberapa bentuk [5]. Selain itu, material pendukung serat juga diketahui sangat baik untuk media pendukung katalis pada reaksi fotokimia [8].

Beberapa penelitian yang berhasil mensintesis zeolit dengan berbagai jenis material pendukung serat diantaranya [9] menggunakan serat tumbuhan digunakan dalam sintesis zeolit A. Sebelum serat tumbuhan digunakan dalam sintesis, serat tumbuhan diolah dalam planetary ball mill dengan 10 buah bola agate berdiameter 10 mm. Kristal zeolit tumbuh diatas permukaan serat yang disebabkan gugus fungsi aktif pada permukaan serat yang muncul akibat proses pengolahan dalam planetary ball mill. Peneliti lain yaitu [6] menggunakan serat karbon sebagai material pendukung. Sebelum digunakan dalam proses sintesis, serat karbon terlebih dahulu diaktivasi dengan larutan HNO3 dan kemudian dibakar dalam atmosfir N2

Sintesis dan Karakterisasi Zeolit-A Berpendukung Material Serat dengan Variasi Jumlah Material Pendukung

pada suhu lebih dari 1000°C. Proses ini bertujuan untuk mendapatkan sisi aktif pada permukaan karbon yang akan digunakan dalam proses tumbuhnya zeolit pada karbon. Material pendukung lainnya yang dilaporkan adalah glass fiber [5]. Glass fiber digunakan sebagai material pendukung dalam sintesis zeolit.

Aktivasi glass fiber dilakukan dengan merendamnya dalam aseton dan kemudian dilakukan sonikasi selama 15 menit.

Terakhir [10], mensintesis zeolit dengan serat silika sebagai material pendukung. Aktivasi serat silika dilakukan dengan Patrick Rella S. dan Nurul Widiastuti

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 nurul_widiastuti@chem.its.ac.id

Z

(2)

merendamnya dalam larutan NaOH 1 M selama 20 menit dan dikeringkan pada suhu 60°C.

Berdasarkan uraian literatur diatas, proses aktivasi material pendukung diperlukan sebelum material tersebut digunakan dalam proses sintesis zeolit, sedangkan dari berbagai jenis material pendukung yang telah diketahui metode aktivasinya, material glass fiber dan serat silika relatif lebih mudah proses aktivasinya dibanding serat karbon maupun serat tumbuhan.

Glass fiber dan silika serat merupakan material dengan unsur silika sebagai penyusun utamanya [11] dan memiliki sifat kuat serta fleksibel [12]. Material dengan kemiripan komposisi dan sifat tersebut adalah glass wool.

Glass wool terdiri atas 90% silika amorf yang tahan terhadap suhu tinggi serta memiliki ketebalan sekitar 25-100 mm [14]. Oleh sebab itu, pada penelitian ini akan digunakan glass wool sebagai material pendukung pada sintesis zeolit A.

II. URAIAN PENELITIAN a. Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain peralatan gelas, botol polipropilen (PP), hot plate, pengaduk magnetik, stainless steel autoclave, oven, pH meter, FT-IR SHIMADZU, XRD PHILIPS X’PERT, SEM ZEISS TIPE EVO MA 10, dan PSD MASTERSIZER 2000. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain air demineralisasi, NaOH, NaAlO2, Na2SiO3

b. Prosedur kerja

, dan glass wool sebagai material serat.

b.1 Aktivasi Glass Wool dengan Larutan NaOH 1M

Material serat yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah glass wool. Sebelum digunakan, glass wool diaktivasi terlebih dahulu menggunakan larutan NaOH 1M.

Glass wool dimasukkan dalam wadah kemudian direndam dengan larutan NaOH selama 24 jam. Selanjutnya glass wool dicuci dan dikeringkan pada suhu 80°C selama 3 jam.

b.2 Sintesis Zeolit A Berpendukung Material Serat

Zeolit A berpendukung material serat disintesis dengan metode hidrotermal sederhana. Pada penelitian ini diharapkan kristal zeolit A tumbuh menyelimuti seluruh permukaan support material serat.

Pertama-tama dibuat larutan zeolit A dengan cara sebagai berikut. NaOH dilarutkan dalam air deionisasi kemudian dibagi menjadi dua bagian (larutan A dan B), larutan A dicampur dengan NaAlO2 sedangkan larutan B dicampur dengan Na2SiO3.

Teknik karakterisasi yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain SEM, FTIR dan XRD.

karakterisasi SEM digunakan untuk mengetahui bentuk morfologi dari zeolit A berpendukung material serat.

Karakterisasi XRD digunakan untuk mengidentifikasi fase kristal zeolit A yang tumbuh pada support material.

Sedangkan untuk karakterisas FTIR digunakan untuk mengetahui adanya vibrasi ikatan T-O (T = Si atau Al) asimetri dan simetri dalam zeolit A.

kedua larutan tersebut diaduk secara terpisah. Setelah kedua larutan tersebut jernih, larutan dicampur dan diaduk dengan kecepatan konstan selama 12 jam.

Selanjutnya larutan zeolit A dan glass wool dengan jumlah tertentu dimasukkan secara bersamaan dalam reaktor stainless steel dan dihidrotermal selama 15 jam pada suhu 100°C. setelah itu material hasil sintesis dicuci dengan air deionisasi hingga netral kemudian dioven selama 12 jam.

b.3 Karakterisasi zeolit

III. HASILDANPEMBAHASAN

Pada penelitian ini, zeolit A berpendukung material serat berhasil disintesis menggunakan metode hidrotermal sederhana. Dalam penelitian ini juga dilaporkan untuk pertama kalinya glass wool digunakan sebagai material serat dalam sintesis zeolit A. Glass wool yang digunakan sebagai material pendukung diaktivasi terlebih dahulu sebelum digunakan dalam sintesis. Proses aktivasi glass wool ini didasarkan dari penelitian yang telah dilaporkan oleh [10] yang menggunakan silika serat sebagai material pendukung dalam sintesis zeolit. Selanjutnya jumlah glass wool teraktivasi yang ditambahkan pada proses sintesis divariasikan untuk mendapatkan kondisi optimum tubuhnya kristal zeolit pada permukaan glass wool.

Untuk mensintesis zeolit A berpendukung material serat, pertama-tama dibuat larutan zeolit A terlebih dahulu. Dengan jumlah prekursor yang telah ditentukan sesuai dengan rasio komposisi yang telah dilaporkan pada Atlas of Zeolite Framework Types [14], larutan zeolit A dibuat dari air demineralisasi, NaAlO2, Na2SiO3, dan NaOH yang kemudian dicampur dan diaduk dengan kecepatan konstan selama 12 jam sebelum dihidrotermal.

Pengadukan selama 12 jam bertujuan untuk menghomogenkan larutan. Selanjutnya glass wool sebagai material pendukung bersama larutan zeolit dimasukkan dalam autoklaf untuk dihidrotermal selama 15 jam pada suhu 100°C untuk proses kristalisasi [15,16]. pembentukan kristal zeolit secara umum ditunjukkan pada Persamaan 4.1

NaOH(aq) + NaAl(OH)4(aq) + Na2SiO3(aq) [Na

Suhu Kamar

x (AlO2)y (SiO2)z .NaOH .H2O] (gel) Suhu 100°C Na12[(SiO2)12(AlO2)12].27 H2O (Kristal zeolit A)

a. Hasil Mikrograf Scanning Electron Microscopy (SEM) Zeolit A Berpendukung Material Serat

[17]

Hasil hidrotermal kemudian disaring dan dicuci dengan air DM hingga pH netral. Pencucian hingga pH netral bertujuan untuk menghilangkan sisa NaOH yang bersifat basa. Pengeringan dilakukan pada suhu 80°C selama 12 jam untuk menghilangkan kandungan air fisis sisa pencucian. Kemudian dikarakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM), FTIR dan Difraksi Sinar X (XRD).

Zeolit A berpendukung material serat hasil sintesis dianalisis menggunakan instrumen SEM. Karakterisasi SEM bertujuan untuk mengetahui morfologi kristal zeolit yang terbentuk serta mengkonfirmasi bentuk kristal yang tumbuh pada permukaan dari glass wool. Gambar 1 dan Gambar 2 menampilkan mikrograf SEM hasil sintesis zeolit A berpendukung material serat.

Gambar 1 adalah mikrograf SEM yang menunjukan hasil sintesis menggunakan glass wool (a) sebelum diaktivasi dan (b) sesudah diaktivasi. Pada Gambar 1 (a) terlihat kristal zeolit tidak tumbuh dari permukaan glass wool tersebut melainkan hanya menempel pada

(3)

permukaannya. Sedangkan pada Gambar 1 (b) kristal zeolit tumbuh pada permukaan glass wool. Perbedaan tersebut disebabkan glass wool sebelum diaktivasi tidak memiliki sisi aktif dimana sisi aktif tersebut. dapat menjadi daerah nyaman untuk kristal zeolit tersebut tumbuh [5].

Dengan aktivasi glass wool menggunakan larutan NaOH menyebabkan terbentuknya sisi aktif pada permukaan glass wool. Sisi aktif berupa silika tersebut muncul akibat rusaknya ikatan kimia yang ada pada permukaan glass wool yang disebabkan oleh larutan NaOH [18]. Dengan adanya sisi aktif tersebut zeolit dapat membentuk lapisan gel pada permukaan glass wool teraktivasi, kemudian ternukleasi dan terjadilah pertumbuhan kristal zeolit pada permukaan glass wool [19].

Dari hasil yang diperoleh pada Gambar 1, maka selanjutnya pada penelitian ini dilakukan variasi jumlah glass wool teraktivasi yang ditambahakan pada proses sintesis zeolit. Variasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah glass wool teraktivasi yang ditambahkan pada proses sintesis zeolit, serta mendapatkan jumlah glass wool teraktivasi yang sesuai untuk pertumbuhan kristal zeolit A. Hasil sintesis zeolit A berpendukung material serat dengan berbagai variasi penambahan glass wool teraktivasi ditunjukkan pada Gambar 2.

Pada mikrograf SEM Gambar 2 c terlihat kristal zeolit yang tumbuh memiliki stuktur kristal kubik, dimana stuktur kistal kubik ini merupakan stuktur khas dari kristal zeolit A. Stuktur kubik pada kristal zeolit A ini berasal dari unit pembangun sekunder yang saling bergabung satu sama lain. Hasil sintesis zeolit A dengan penambahan glass wool 0,024% juga memiliki bentuk struktur kristal yang sama yaitu kubik (Gambar 2 d) bahkan bentuk kristalnya lebih sempurna dan siku bila dilihat secara visual. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan 0,024% berat dihasilkan bentuk kristal zeolit A yang lebih baik.

Variasi penambahan glass wool kemudian ditingkatan menjadi 0,1% berat dan 1% berat. Dengan peningkatan ini sudah mulai terlihat pengaruh dari penambahan glass wool terhadap sintesis zeolit A. Penambahan glass wool teraktivasi yang terus ditingkatkan ternyata mempengaruhi struktur kristal zeolit yang dihasilkan. Pada glass wool teraktivasi terdapat sisi aktif berupa silika yang apabila jumlahnya berlebih akan mempengaruhi komposisi silika dalam larutan zeolit [5]. Komposisi silika ini berpengaruh pada pembentukan inti dan komposisi kerangka zeolit [3].

Berdasarkan mikrograf SEM Gambar 2 (c) menunjukkan kristal zeolit A yang terbentuk mengalami overgrowth dengan ditandai munculnya distorsi pada sisi kristalnya.

Overgrowth tersebut diakibatkan dari konversi silika dari glass wool dan Alumina dari zeolit sehingga membentuk kristal baru [19]. Hal serupa juga terjadi pada Gamnar 2 (a) dimana kristal yang terbentuk adalah sodalit. Sodalit tersebut adalah hasil dari kristal zeolit A yang mengalami overgrowth sehingga membentuk distorsi pada sisi-sisi kristalnya. Distorsi yang semakin tak beraturan tersebut yang menjadikan terbentuknya sodalit [21].

b. Hasil Analisis Menggunakan Instrumen Fourier Transform Infrared FTIR

Karakterisasi menggunakan spektroskopi infarmerah (FTIR) pada beberapa sampel zeolit A berpendukung material serat dilakukan untuk mengidentifikasi gugus fungsinya. Karakterisasi FTIR juga dilakukan pada glass wool untuk mengetahui pengaruh dari aktivasi pada glass wool tersebut.

Gambar 3 (a) menyajikan spektra FTIR dari glass wool sebelum diaktivasi, (b) glass wool sesudah diaktivasi, spektra (c) adalah zeolit A berpendukung material serat menggunakan glass wool sebelum diaktivasi, (d) zeolit A berpendukung material serat menggunakan glass wool sesudah diaktivasi dan (e) spektra zeolit A.

Spektum IR pada Gambar 3 menunjukan karakteristik dua puncak serapan yang tajam pada daerah bilangan gelombang 1100 cm-1 – 1000 cm-1 dan daerah bilangan gelombang 700 cm-1 – 500 cm-1. Gambar 3 spektra (a) dan (b) muncul dua puncak pada bilangan gelombang 1100 cm-1 – 1000 cm-1. Hal ini mengindikasikan adanya ikatan Si-O-Si dalam glass wool tersebut [22]. Sedangkan pada Gambar 3 spektra (c), (d) dan (e) muncul satu puncak pada bilangan golombang tersebut. Hal ini mengindikasikan adanya vibrasi ulur (streching) asimetri T–O–T dari tetrahedral TO4 dengan T adalah Si atau Al [23].

Pada puncak kedua yaitu pada bilangan gelombang 700 cm-1 – 500 cm-1, Gambar 3 (a) dan (b) mengindikasikan adanya ikatan Si-O stretching dan bending dengan ditandai munculnya puncak broad pada bilangan gelombang 797 cm-

1 – 472 cm-1 [22]. Sedangkan pada Gambar 3 (c), (d) dan (e) mengindikasikan adanya vibrasi ulur (streching) simetri T–

O–T dan vibrasi tekuk (bending) T–O dari zeolit dengan ditandai munculnya satu puncak pada bilangan gelombang 600 – 800 cm-1 [24]. ketajaman intensitas pada puncak serapan di daerah vibrasi ulur simetri T–O–T dan vibrasi tekuk T–O mengindikasikan adanya kesimetrisan tetrahedral TO4

Dari semua hasil sintesis pada Gambar 4 dapat diketahui bahwa kristal yang tumbuh adalah kristal zeolit A.

Hal ini ditunjukkan dengan kecocokan sudut 2θ yang muncul sama dengan standar zeolit A (JCPDS-ICDD No PDF 00-038-0241). Namun, terdapat perbedaan hasil analisis pada XRD Gambar 4 c dengan hasil SEM (Gambar 2 c) yang menunjukkan bahwa kristal zeolit yang tumbuh adalah sodalit. Perbedaan hasil analisis ini mengindikasikan bahwa terdapatnya dua fasa zeolit yang tumbuh pada variasi ini. Kemunculan kristal sodalit dikarenakan perubahan

, dengan kata lain terdapat kemunculan zeolit pada sampel ini. Disisi lain penurunan intensitas Si-O stretching dan bending mengindikasikan adanya pemutusan ikatan dan perusakan struktur dari silika. Rusaknya stuktur silika tersebut diakibatkan dari proses aktivasi glass wool menggunakan NaOH [18].

c. Hasil Analisis Menggunakan Instrument Difraksi Sinar X (XRD)

Karakterisasi hasil sintesis zeolit A berpendukung material serat menggunakan XRD dilakukan untuk mengkonfirmasi kristal yang tumbuh pada glass wool merupakan kristal zeolit A. Kristal zeolit A memiliki kemunculan sudut-sudut khas pada XRD. Seperti yang telah dilaporkan dalam banyak literatur salah satunya adalah Mohammed [25] mengatakan bahwa kristal zeolit A memiliki sudut-sudut khas pada 2θ yaitu pada ~7,2° ;

~10,3° ; ~12,6° dan ~16,2°.

(4)

(A)

Gambar 1. Mikrograf SEM hasil sintesis zeolit A perpendukung material serat (a) sebelum aktivasi glass wool, (b) sesudah aktivasi glass wool.

Gambar 2. Mikrograf SEM hasil sintesis zeolit A berpendukung material serat dengan penambahan support material masing-masing (a) 1% berat, (b) 0,1% berat, (c) 0,01% berat dan (d) 0,024% berat

Gambar 3 Spektra FTIR dari (a) glass wool sebelum diaktivasi, (b) glass wool sesudah diaktivasi, (c) zeolit A berpendukung material serat sebelum aktivasi glass wool, (d) zeolit A berpendukung material serat sesudah aktivasi glass wool dan (e) zeolit A

Gambar 4 Difaktogram difraksi sinar X dari (a) zeolit A berpendukung material serat sebelum aktivasi, (b) zeolit A berpendukung material serat dengan penambahan glass wool teraktivasi 1% berat, (c) 0,1% berat, (d) 0,01% berat, (e) 0,024%

berat.

struktur dari kristal zeolit A. Perubahan truktur dari kristal zeolit dapat disebabkan karena zeolit mengalami fasa metastabil, dimana kristal zeolit mengalami perubahan fasa (B)

Bilangan gelombang (cm-1)

Transmitansi (%) Intensitas (cps)

2θ(°)

a b

a b c d

(5)

yang lebih stabil akibat faktor dari luar [26]. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah perubahan komposisi dan lama proses hidrotermal [27,28]. Meskipun demikian tidak semua kristal zeolit A bertransformasi menjadi sodalit sehingga spektra zeolit A tetap teramati dalam XRD. Hal ini disebabkan karena pembentukan kristal zeolit pada saat proses kristalisasi tidak terjadi secara bersamaan, sehingga ketika kristal zeolit yang terbentuk terlebih dahulu akan berubah menjadi sodalit, sedangkan kristal zeolit A yang baru terbentuk masih dalam keadaan stabil [19].

KESIMPULAN/RINGKASAN

Kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini berdasarkan hasil diskusi yang dipaparkan pada bab IV adalah zeolit A berpendukung material serat berhasil disintesis menggunakan glass wool sebagai material pendukung. Dengan mempelajari aktivasi dan variasi penambahan dari glass wool antara 1% berat hingga 0,01%

berat, diketahui bahwa pada penambahan 0,024% berat glass wool teraktivasi merupakan kondisi terbaik. Analisis SEM menunjukkan bahwa pada variasi ini kristal zeolit A tumbuh pada permukaan glass wool dengan morfologi kristal yang sempurna. Hal tersebut diperkuat dengan analisis menggunakan XRD dan FTIR, dimana analisis XRD juga mengkonfirmasi bahwa kristal yang tumbuh pada glass wool merupakan zeolit A. Sedangkan analisis dengan FTIR menunjukkan bahwa adanya ikatan T-O-T pada zeolit A berpendukung material serat mengindikasikan adanya pertumbuhan kristal zeolit pada permukaan glass wool. UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga artikel ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Tulisan ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan, dukungan dan dorongan dari semua pihak, untuk ini penulis sangat berterima kasih kepada:

1. Ibu Nurul Widiastuti selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak pengetahuan, masukan, dan inspirasi bagi penulis,

2. Bapak Lukman Admaja selaku kepala laboratorium Kimia Material dan Energi yang telah memberi fasilitas selama pengerjaan tugas akhir,

3. Ayah dan ibu yang selalu memberi dukungan dan doa selama ini.

DAFTARPUSTAKA

[1] Sun, M., Hunt, H.K., Lew, C.M., Cai, R., Liu, Y., Yan, Y. 2012. A Dynamic Organic Structuring-Directing Agent for Pure Silica Zeolite AST and LTA Synthesis”. Chinese Journal of Catalysis vol 33, issue 1.

[2] Saputra, R. 2006. “Pemanfaatan Zeolit Sintetis Sebagai alternative Pengolahan Limbah Industri”. Bandung : ITB

[3] Barrer, R.M. 1982. Hydrothermal Chemistry of Zeolite. London.

Academic Press. hal: 360.

[4] Smart, L., and Moore, E. 1993. Solid State Chemistry : An Introduction. London : Chapman & Hall University and Professional Division.

[5] Larlus, O., Vahchev, V., Patarin, J., Faust, A.C., Moquin, B,. 2002.

“Preparation of Silicalite-1/Glass Fiber Composites By One and Two Step Hydrothermal Synthesis”. Microporous and Mesoporous Materials 56, 175-184.

[6] Martinez, J.G., Amoros, D.C., Soluno, A.L., Lin, Y.S. 2001.

“Synthesis and Characterisation of MFI-Type Zeolites Supported on

Carbon Material”. Microporous and Mesoporous Materials 42, 255-268.

[7] Valtchev, V., Hedlund, S., Schoeman, B.J., Sterte, J., Mintova, S.

1996. “Deposition of Continuous Silicate-1 Film on Inorganic Fiber”.

Microporous and Mesoporous Materials 8, 93-101.

[8] Tosheva, L. dan Valtchev, V. 2005. “Silicate-1 Crystallization on Glass Fiber”. Microporous and Mesoporous Materials 81, 11-18.

[9] Mintova, S. dan Vattchev, V. 1996. “Deposite of Zeolite A on Vegetal Fiber. Zeolites 16, 31-34.

[10] Deng, Z., Kenneth, J., Balkus, Jr. 2002. “Pulsed Laser Deposition of Zeolite NaX Thin Film On Silica Fiber”. Microporous and Mesoporous Material 56, 47-53.

[11] Agy, World Headquarters/Americas. 2006. High Strength Glass Fibers. Soulth Carolina.

[12] Material Safety Data Shett (MSDS) Glass Wool.

2012.<sciencelab.com>.

[13] Liherlinah, Abdullah, M., Khairurrijah. 2009. “Sintesis nanokatalis CuO/ZnO/Al2O3

[14] Robson, H. 2001. “Linde Type A” Verified Synthesis of Zeolitic Materials. editor : Elsevier Science B.V. All Right Reserved.

untuk mengubah methanol menjadi hidrogen untuk bahan bakar kendaraan fuel cell”. Bandung : ITB

[15] Yang, H., Cheng, H., Du, H., Hawkins, R., Craig, F., Rin, Z., Omotoso, O., Munoz, V., Mikula, R. 2009. “Incorporating platinum precursors a NaA-zeolite synthesis mixture promoting the formation of nanosized zeolite”. Microporous and Mesoporous Materials 177, 33-40.

[16] Yanti, Y. 2009. “Sintesis zeolit A dan zeolit A-karbon dari abu dasar PLTU PT. IPMOMI PAITON dengan metode peleburan”.

Surabaya: KIMIA ITS.

[17] Ojha, K., Pradhan, N. dan Samanta, A. N. (2004), “Zeolite from Fly Ash: Synthesis and Characterization”, Bull. Mater. Sci. Indian Academy of Sciences, Vol. 27, No. 6, 555-564.

[18] Cazetta, A.L., Vargas, A.M.M., Nogami, E.M., Kunita, M.H., Guilherme, M.R., Martins, A.C., Silva T.L., Moraes, J.C.G. 2011.

“NaOH Activated Carbon of High Surfice Area Produced From Coconut Shell : Kinetic and Equilibrium Studies From The Methylene Blue Adsorption”. Chemical Enggineering Journal 174, 117-125

[19] Xiaochun, X., Yun, B., Chunshan, S., Weishen, Y., Jie, L., Liwu, L.

2004. “Microwave-assisted Hydrothermal Synthesis of Hydroxy- Sodalite Zeolite Membrane”. Microporous and Mesoporous Materials 75, 173 – 181.

[20] Porcher, F., Dusasoy, Y. 2000. “Epitaxial growth of zeolite X on zeolite A and twining in zeolite A : Stuctural and topological analysis”. Mineralogical Magazine, Februari vol. 64(1), p.1-8.

[21] Nurul, Z.M. 2012. “Sintesis zeolit X-karbon dari abu dasar batubara dan karakterisasinya sebagai material penyimpan hidrogen”. Surabaya : KIMIA ITS.

[22] Liu, Y., Gao, Y., Zhu, Y., An, D., Wei, G., Wang, Z., Ma, Y., Wang, Z. 2011. “ A Sustainable Route of The Preparation of Activated Carbon and Silica From Rice Husk Ash”. Journal of Hazardous Material 186, 1314-1319.

[23] Mufrodi, Z., Sutrisno, B., Hidayat, A. 2010. “ Modifikasi Limbah Abu Layang Sebagai material Baru Adsorben”. Proseding Seminar Nasional Teknik Kimia. Kejuangan ’10.

[24] Armaroli, T., Simon, L.J., Degne, M., Patarin, J., Busc, G. 2006.

“Effect of Crystal Sized and Si/Al Ratio on the Surface Properties of H-ZSM-5 Zeolites”. Applied Catalysis A General 306, 78-84.

[25] Mohammed, R.M., Ismail, Adel A., Kini, G., Ibrahim, I.A., Koopman, B. 2009. “Synthesis of Highly Ordered Cubic Zeolite A and Its Ion-Exchange Behavior”. Colloids and Surfaces A:

Physicochemical and Engineering Aspects 348, 87-92.

[26] Rios, C.A., William, C.D., Fullen, M.A. 2009. “ Nucleation and Growth History of Zeolite LTA Synthesis From Kaolinite By Two Different Method”. Applied Clay Science 42, 446-454.

[27] Agustiana. 2012. “ Sintesis Zeolit X Dari Abu Dasar Batubara PT IPMOMI PAITON Untuk Aplikasi Penyimpanan Hidrogen”.

Surabaya : KIMIA ITS.

[28] Weiwei, J., Ming, L., Changfeng, Z., Jianfeng, Y., Lixiong, Z. 2011.

“ Hollow Sodalite Spheres Synthesized in A First Closed The Open System From The Synthesis Gel Aged Under Ultra-high Pressures”.

Microporous and Mesoporous Materials 143, 189-195.

Gambar

Gambar  3 (a) menyajikan spektra FTIR dari glass  wool sebelum diaktivasi, (b) glass wool sesudah diaktivasi,  spektra  (c) adalah zeolit A berpendukung material serat  menggunakan  glass wool  sebelum diaktivasi,  (d) zeolit A  berpendukung material serat
Gambar 1.  Mikrograf SEM hasil sintesis zeolit A perpendukung material serat (a) sebelum aktivasi glass wool, (b) sesudah  aktivasi glass wool

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya Teknologi Pendidikan merupakan sebuah bidang yang berfokus pada upaya–upaya yang dapat digunakan untuk memfasilitasi berlangsungnya proses belajar yang efektif dan

berpengaruh nyata terhadap umur simpan Pisang Mas, indeks skala warna buah kecuali pada 9 HSP, Total Asam Tertitrasi (TAT), Rasio PTT/TAT, dan vitamin C, namun

Supervisi KPU Provinsi dalam Sosialisasi &amp; Partisipasi Pilkada 2015 Penyelenggaraan Pilkada Serentak di Provinsi Bali, yang hanya diikuti oleh satu Kota yaitu

Dengan demikian, hipotesis kerja diterima karena siswa kelas X Raudhatul Ulum Meranti Kabupaten Kubu Raya tahun pelajaran 2011/2012 mampu dalam memahami unsur intrinsik

Adapun penjelasan dari sequence diagram form registrasi aplikasi adalah setelah user tombol masuk, maka akan ditampilkan menu pilihan, inilah feedback yang diberikan

Kemudian menunggu keputusan dari pihak asuransi jika memang disetujui oleh pihak asuransi untuk bergabung diperusahaan maka data tersebut diACC oleh pihak asuransi dan

Jadi dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi adalah kombinasi seperangkat komponen yang terdiri dari orang, hardware, software, jaringan telekomunikasi dan data yang saling