• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia. Dalam bermasyarakat,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia. Dalam bermasyarakat,"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan (Chaer dan Agustina, 2004:11). Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia. Dalam bermasyarakat, kegiatan manusia selalu berubah, maka bahasa pun ikut berubah. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa. Seluk beluk bahasa dibahas dalam linguistik. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi (http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_info494.html).

Salah satu tataran linguistik yaitu semantik, merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Tataran semantik cukup luas, dan salah satu objek kajian semantik adalah idiom kanyouku(慣用句).

Tiap negara, bahkan daerah mempunyai idiom tersendiri. Begitu pula Indonesia dan Jepang, kedua negara ini mempunyai idiom tersendiri. Idiom dapat hadir di saat manusia berkomunikasi antara satu dengan yang lain dalam kegiatan sehari-hari, baik lisan maupun tulisan. Permasalahannya adalah, orang awam sulit memahami maksud idiom karena makna yang tersurat dalam idiom bersifat samar sehingga harus dihubungkan dengan makna yang sebenarnya. Makna tersebut bukan berarti makna kumpulan kata, tapi makna simpulan suatu idiom (Pateda, 2001:231-232).

Kridalaksana (dalam Prayogi, 2010:2) menyatakan bahwa idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya. Sedangkan ahli

(2)

linguistik Jepang dalam Kokugo Jiten (国語辞典) menyatakan bahwa idiom adalah dua kata atau lebih yang digabungkan dan tidak bisa diartikan per kata, Matsumura (dalam Prayogi, 2010:17). Dalam bahasa Indonesia, yang biasa menjadi sumber idiom adalah nama bagian tubuh manusia, nama warna, nama binatang, nama bagian tumbuh-tumbuhan dan nama bilangan (Sudaryat dalam http://ejournal-s1-undip.ac.id/index.php). Chaer (dalam Prayogi, 2010:2) mengatakan bahwa idiom adalah satuan-satuan bahasa (bisa berupa frase, kata maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut.

Kemudian Keraf (1985:109) menyatakan bahwa idiom adalah pola-pola struktur yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak dapat diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu kepada makna kata-kata yang membentuknya. Djajasudarma (dalam Prayogi, 2010:2) menyatakan makna idiomatik adalah makna leksikal terbentuk dari beberapa kata. Kata-kata yang disusun dengan kombinasi kata lain dapat pula menghasilkan makna yang berlainan.

Matsumura (dalam Prayogi, 2010:17) menyatakan bahwa idiom adalah :

慣用句というのは二つ以上の単語を組み合わせ、人塊として一つの意味を表すもの。

Kanyoku to iu no wa futatsu ijou no tango o kumiawase, hito katamari toshite hitotsu no imi o arawasu mono.

Artinya : “Idiom adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk sebuah arti kelompok tersebut”.

Contoh idiom yang memakai bagian tubuh :

a. 手が空く : 仕事に切れ目ができて一時的にひまになる。

Te ga aku : shigoto ni kire me ga dekite ichiji teki ni hima ni naru

(3)

Bebas. (Kindaiichi & Ikeda, 1978:1310)

b. 手が長い : 盗癖がある。てくせが悪い。

Te ga nagai : touheki ga aru. Tekuse ga warui

Memiliki sifat mencuri. Kebiasaan tangan yang jelek; panjang tangan

(Kindaiichi & Ikeda, 1978:1310)

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna unsurnya.

Momiyama (dalam Prayogi, 2010:3) menyatakan bahwa idiom adalah makna dari gabungan dua kata atau lebih yang sudah ditetapkan dan makna idiom yang dihasilkan tidak bisa dicerna dari makna leksikal maupun makna gramatikal gabungan kata pembentuk idiom. Berdasarkan pengetahuan penulis, bahwa cukup banyak idiom bahasa Jepang yang menggunakan kata bagian tubuh dalam berbahasa sehari-hari bagi orang Jepang sendiri.

Tidak berbeda jauh dengan bahasa Indonesia, bahasa Jepang pun menggunakan bagian tubuh dalam idiomnya, diantaranya adalah Te ( 手 ) yang dalam bahasa Indonesia berarti

“tangan”. Dari hasil penelitian Suryadimulya (dalam

http://pustaka.unpad.ac.id/archives/3317/) menyatakan bahwa idiom yang memakai bagian tubuh te (tangan) dalam bahasan Jepang merupakan yang terbanyak, yaitu ada 228 idiom. Kemudian untuk idiom yang memakai kata ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia sebanyak 128 idiom, juga merupakan yang terbanyak dari idiom yang memakai bagian anggota tubuh bagian luar lainnya. Karena jumlah yang banyak inilah, menjadikan sering dipakai dalam pemakaian dalam berbahasa sehari-hari, sehingga penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut perbandingan makna yang ada dalam idiom bahasa Jepang yang memakai bagian tubuh te (手) dengan idiom bahasa Indonesia yang memakai bagian tubuh ‘tangan’ dalam hal :

(4)

b. Idiom beda semakna c. Idiom sama beda makna

1.2. Perumusan Masalah

Banyaknya penggunaan idiom yang terbentuk dari anggota tubuh (panca indra) dalam bahasa Jepang dan menimbulkan arti yang beragam/berbeda dari makna asalnya, sehingga makna kata yang dijabarkan oleh penulis bisa dipahami lebih baik lagi.

Untuk mempermudah pemahaman terhadap idiom yang menjadi lingkup penelitian ini, maka dibuat rumusan terhadap idiom yang dianalisis sebagai berikut :

1. Idiom apa saja yang terbentuk dari kata te (tangan) dalam bahasa Jepang yang sama dengan idiom ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia dan memiliki makna yang sama?

2. Idiom apa saja yang terbentuk dari kata te (tangan) dalam bahasa Jepang yang berbeda dengan idiom ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia namun memiliki makna yang sama? 3. Idiom apa saja yang terbentuk dari kata te (tangan) dalam bahasa Jepang yang sama

dengan idiom ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia namun memiliki makna yang berbeda ?

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Agar penulisan lebih terarah dan fokus, maka penulis hanya membatasi pada pembahasan 10 (sepuluh) makna idiom te (手) dalam bahasa Jepang dan 12 (dua belas) idiom ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia yang memiliki keterkaitan/hubungan. Hubungan tersebut akan dirumuskan menjadi :

a. Idiom apa saja yang sama semakna b. Idiom apa saja yang beda semakna c. Idiom apa saja yang sama beda makna

10 (sepuluh) idiom te dalam bahasa Jepang yang dibahas bersumber dari Matsuura (1994:1054-1055), Ikeda dan Kindaiichi (1978:1309-1312), Garrison (2006:89-102 ),

(5)

http://www.h3.dion.ne.jp/~urutora/kanyoukupeji.htm, http://dictionary.goo.ne.jp/leaf/je2/50643/m0u/%E6%89%8B/ , http://pustaka.unpad.ac.id/archives/3317/ dan http://tangkilisanharly.blogspot.com/2012/08/studi-komparatif-idiom-bahasa-jepang_9401.html adalah : 1. Idiom Oteage(お手上げ) 2. Idiom Te Ga Agaru (手が上がる) 3. Idiom Te Ga Aku (手が空く) 4. Idiom Te Ga Hayai (手が早い) 5. Idiom Te Ga Nagai (手が長い) 6. Idiom Te Wo Dasu (手を出す) 7. Idiom Te Wo Hanasu (手を放す) 8. Idiom Te Wo Nigiru (手を握る) 9. Idiom Te Wo Tsunagu (手を繋ぐ) 10. Idiom Tegaru (手軽)

Kemudian, 12 (dua belas) idiom ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia yang dibahas bersumber dari Departemen Pendidikan Nasional (2008), http://pustaka.unpad.ac.id/archives/3317/,

http://tangkilisanharly.blogspot.com/2012/08/studi-komparatif-idiom-bahasa-jepang_9401.html dan

http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_frasa_idiomatis_dalam_bahasa_Indonesia adalah : 1. Idiom ‘Angkat Tangan’

2. Idiom ‘Bergandengan Tangan’ 3. Idiom ‘Bermain Panjang Tangan’ 4. Idiom ‘Campur Tangan’

(6)

6. Idiom ‘Mencium Telapak Tangan’ 7. Idiom ‘Mengulurkan Tangan’ 8. Idiom ‘Panjang Tangan’ 9. Idiom ‘Ringan Tangan’ 10. Idiom ‘Tangan Cepat’ 11. Idiom ‘Tangan Kosong’ 12. Idiom ‘Tangan Naik

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka

Idiom adalah pola struktural yang menyimpang dari kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak biasa diterangkan secara logis atau secara gramatikal dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya (Keraf, 1985:109).

Frasa dalam bahasa Jepang disebut dengan ku(句). Dilihat dari maknanya frasa dibagi menjadi dua jenis, yakni rengo(連語)atau frasa biasa, dan kanyouku(慣用句)atau idiom. Machida dan Momiyama (dalam Sutedi, 2003:147) memberikan batasan bahwa yang dimaksud dengan ku(句)adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih. Rengo(連 語)merupakan frasa biasa, yang maknanya bisa dipahami cukup dengan mengetahui makna setiap kata yang membentuk frasa tersebut. Sedangkan kanyouku(慣用句)adalah idiom yang maknanya tidak bisa dipahami dengan hanya mengetahui makna setiap kata yang membentuk idiom tersebut.

Dilihat dari maknanya, kanyouku(慣用句)dibagi menjadi dua macam, yakni frasa yang hanya memiliki makna idiomatikal saja, dan frasa yang memiliki makna idiomatikal dan leksikal. Contoh frasa yang memiliki makna idiomatikal adalah te wo yasumeru (手を休める), yang berarti ‘menghentikan kesibukan’ (Matsuura, 1994:1054). Jika diterjemahkan secara leksikal,

(7)

frasa tersebut bermakna ‘mengistirahatkan tangan’ yang terdengar janggal karena te (手) berarti ‘tangan’ dan yasumeru (休める)berarti ‘istirahat’. Contoh kalimat yang menggunakan idiom te (手), misalnya purojekuto kara te wo hiku (プロジェクトから手を引く)yang

memiliki makna ‘meninggalkan proyek’. Kata-kata yang disusun dalam kombinasi kata lain dapat pula menghasilkan makna yang berlainan.

Sebagian idiom merupakam bentuk baku (tidak berubah) artinya kombinasi kata-kata dalam idiom dalam bentuk tetap. Bentuk tersebut tidak dapat diubah berdasarkan kaidah yang berlaku bagi sebuah bahasa.

Menurut Keraf (1985:110) idiom-idiom itu bersifat tradisional dan bukan bersifat logis, maka bentuk-bentuk itu hanya bisa dipelajari dari pengalaman-pengalaman bukan melalui peraturan-peraturan umum bahasa.

Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics. Istilah semantik sendiri baru muncul pada tahun 1984 yang dikenal melalui American Philological Association dalam sebuah artikel yang berjudul “Reflected Meaning : a point in semantics” (Djajasudarma, 1999:1).

Semantik adalah sistem penyelidikan makna dari suatu struktur bahasa yang berhubungan dengan makna dari ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara (Kridalaksana dalam http://ejournal-sl-undip.ac.id/index.php). Ringkasnya, semantik merupakan salah satu bidang linguistik yang mempelajari makna atau arti, asal-usul, pemakaian, perubahan, dan perkembangannya (Sudaryat dalam http://ejournal-sl-undip.ac.id/index.php).

Kemudian, semantik menurut beberapa ahli yang bersumber dari http://juprimalino.blogspot.com/2012/02/pengertian-semantik-menurut-para-ahli.html dan http://sastrawancyber.blogspot.com/2010/04/pengertian-semantik-menurut-beberapa.html, sebagai berikut :

(8)

1. Charles Morrist

Mengemukakan bahwa semantik menelaah “hubungan-hubungan tanda-tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut”. 2. J.W.M Verhaar (1981:9)

Mengemukakan bahwa semantik (Inggris: semantics) berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti. 3. Lehrer (1974:1)

Semantik adalah studi tentang makna. Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas, karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan antropologi.

4. Kambartel (dalam Bauerk, 1979:195)

Semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia. 5. Ensiklopedia britanika (Encyclopedia Britanica, vol.20, 1996:313)

Semantik adalah studi tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam aktifitas bicara. 6. Mansoer Pateda

Semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna. 7. Abdul Chaer

Semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang arti. Yaitu salah satu dari 3 (tiga) tataran analisis bahasa (fonologi, gramatikal dan semantik).

8. Ferdinand de Saussure (1966) Semantik terdiri dari:

a. Komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk dan bunyi bahasa. b. Komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu.

(9)

9. Aminuddin

Semantik mengandung pengertian studi tentang makna dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari linguistik.

Begitu pula dengan makna suatu idiom. Di dalam suatu idiom terkandung bukan hanya makna kamus tapi juga makna majas, bukan hanya arti kata yang sebenarnya tetapi juga arti kiasan yang merupakan garapan semantik.

Ahli linguistik Jepang, Yutaka (1984:238) mengatakan bahwa :

慣用句は単語の二つ以上の連結体であって、その結びつきが比較的固、全体で決まっ た意味を持つ言葉だと言う程度のところが、一般的な共通理解になっているだろう。

Kanyouku wa tango no futasu ijou no renketsutai de ate, sono musubi tsuki ga hikaku teki katamu, zentai de kimatta imi o motsu kotoba da to iu teido no tokoro ga, ippan teki na kyoutsuu rikai ni natteiru darou.

“Idiom adalah gabungan dua buah kata atau lebih, yang mempunyai perpaduan kata-kata yang relative sulit dan secara keseluruhan menjadi kata yang memiliki arti yang tetap, sehingga menjadi pengertian umum”

Alwasilah (dalam Prayogi, 2010:10) mendefinisikan idiom adalah grup kata-kata yang mempunyai makna tersendiri yang berbeda makna tiap kata dalam grup itu.

Setiap kata mungkin artinya sederhana tetapi setelah disatukan banyak makna idiom memiliki arti yang tidak dapat disimpulkan dari arti setiap bagian kata tersebut. Pendapat ini didukung oleh pernyataan ahli linguistik Jepang, Yutaka di atas.

Dalam menganalisis makna idiom dalam penelitian ini, penulis menggunakan konsep gramatikal, sebab akan jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat (Sutedi, 2003:107).

(10)

1.4.2. Kerangka Teori

Kerangka Teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori-teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang dilakukan.

Koentjaraningrat (dalam Prayogi, 2010:8) mengemukakan bahwa kerangka teori berfungsi sebagai pendorong proses berfikir deduktif yang bergerak dari alam abstrak ke alam konkret. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semantik dan

kanyouku (idiom) yang mencakup tentang pengertian kanyouku ( 慣 用 句 ) , gejala

kemunculan idiom, majas dalam perluasan makna kanyouku(慣用句), dan klasifikasi makna kanyouku(慣用句).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan teori kontekstual makna, berarti

penggunaannya dalam bahasa, atau langkah-langkah atau cara yang digunakan, atau peran yang dimainkan. Firth menjelaskan bahwa makna tidak akan terlihat atau terungkap

kecuali melalui penggunaannya dalam unit bahasa, yaitu dengan menggunakannya dalam berbagai macam konteks. Firth berpendapat, sebagian besar unit makna berdampingan dengan unit-unit lain. Maka unit tidak mungkin digambarkan atau ditentukan kecuali dengan memperhatikan unit-unit lain. Karena itulah studi makna tentang kata menurut adanya analisis konteks yang menjadi acuan kata-kata tersebut. Dengan demikian, makna kata bergantung pada macam-macam konteks tempat kata itu berada (http://ieszilarisarismar.blogspot.com/2012/12/semantik-teori-kontekstual.html).

Kemudian, dalam penelitian ini, penulis lebih memperhatikan pengertian idiom yang dikemukakan oleh Noboru Oyanagi (dalam Prayogi, 2010:16) yakni idiom adalah dua kata atau lebih yang setelah digabung memiliki arti tertentu.

慣用句は二つ以上の単語が組み合わさって、全体である意味を表す。

(11)

Untuk teori perbandingan idiom yang memakai idiom te (tangan) dalam bahasa Jepang dan idiom yang memakai unsur tangan dalam bahasa Indonesia, penulis memakai hasil

penelitian Suryadimulya yang diungkapkan dalam Simposium Kebudayaan Indonesia-Malaysia tahun 2007 (http://pustaka.unpad.ac.id/archives/3317/).

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berfungsi untuk mempermudah melakukan penelitian suatu masalah. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui idiom apa saja yang sama dan semakna yang terbentuk dari kata te (手)dalam bahasa Jepang dan idiom ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia .

2) Untuk mengetahui idiom apa saja yang berbeda namun semakna yang terbentuk dari kata te (手)dalam bahasa Jepang dan idiom ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia .

3) Untuk mengetahui idiom apa saja yang sama namun beda makna yang terbentuk dari kata te(手)dalam bahasa Jepang dan idiom ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia .

1.5.2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1) Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bidang linguistik, khususnya makna idiom te (手)dalam bahasa Jepang dan idiom ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia. Serta dapat membandingkan idiom bahasa Jepang yang memakai bagian tubuh te ( 手 ) dengan idiom bahasa Indonesia yang memakai bagian tubuh ‘tangan’, terutama dalam hal idiom sama semakna, idiom beda semakna serta idiom sama namun beda makna.

(12)

2) Sebagai pembanding dengan penelitian lain yang berhubungan dengan penjelasan tersebut.

3) Dapat digunakan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa jurusan sastra Jepang agar lebih memahami makna idiom kata te (手)dalam bahasa Jepang dan idiom kata ‘tangan’ dalam bahasa Indonesia, sehingga bisa memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk pemakaian bahasa Jepang yang baik dan benar.

1.6. Metode Penelitian

Penelitian (riset) merupakan proses yang sistematis meliputi pengumpulan dan analisis informasi (data) dalam rangka meningkatkan pengertian kita tentang hal yang kita minati dan yang ingin kita ketahui secara detail. Dalam peneitian diperlukan proses menganalisis yang merupakan proses menguraikan sebuah pokok permasalahan dari berbagai hal/bagiannya. Telaah juga dilakukan pada satu bagian dan hubungan antar bagian lain dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman yang benar serta menyeluruh.

Tujuan-tujuan penelitian diantaranya : 1) Mengeksplorasi (exploration) 2) Mendeskripsi (description) 3) Memprediksi (prediction) 4) Mengeksplanasi (explanation) 5) Aksinya (action).

Dalam penelitian maka sangat dibutuhkan metode penelitian, yang dipergunakan sebagai salah satu bahan penunjang dalam penulisan. Metode adalah cara pelaksanaan penelitian. Metode yang dipergunakan yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Whitney (dalam http://jasaproposal.wordpress.com/2012/05/28/penelitian-dalam-metode-deskriptif) adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif

(13)

mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta konsep-konsep yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Dalam penulisan ini, penulis menguraikan dan menjelaskan sebanyak mungkin pemakaian kata yang menjadi pembahasan dengan memberikan contohnya dalam kalimat yang biasa digunakan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi pustaka (library reseach) dan teknik simak catat. “Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap kata-kata anggota tubuh yang menjadi pembahasan, buku-buku, leteratur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan”, (Nazir, 1991:111). Studi kepustakaan mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian ini, maka penulis juga menambah referensi dari internet.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Keputusan /Penetapan Panitia : Pengadaan peralatan pertanian dan peralatan pengolah hasil pertanian Balai Latihan Transmigrasi Makassar Nomor : B.81/

Pengukuran radioaktivitas total 54 Mn dihitung dari jumlah net area energi yang didapat dikali volume total yang ditambah ke dalam dowex sedangkan untuk membedakan radiaoaktivitas

risiko jika harus melakukan penutupan (Duckworth et al  et al ., 1998; Carter  ., 1998; Carter et al  et al ., 2002). Banyaknya pasien baru yang menjadi Faktor-faktor tersebut

menunjukkan sekumpulan foto kotoran anjing yang  ditemui Akbar dan ditampilkan secara slide show. Masih 

Dalam kelompok kedua, visi PMD adalah membangun alignment dengan kekuatan lain di kawasan regional yang dapat menunjang posisi strategis dan kepentingan nasional Indonesia

Yang menarik dari etika diskursus milik habermas ini adalah walaupun habermas telah menganggap rasio praktis subjek kant sebagai sesuatu yang telah tidak bisa diterima lagi, namun

Berdasarkan penelitian dan analisa pada perlindungan hukum bagi penyidik Polri yang menjadi korban saat melaksanakan tugas dari perspektif hak azasi manusia dan

Hal ini dapat diasumsikan bahwa pelatihan dan pengembangan sangat penting bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih menguasai dan lebih baik terhadap pekerjaan yang dijabat