• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOORDINASI KOMITE HIV-AIDS HKBP BALIGE DENGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENANGGULANGAN HIV-AIDS DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2018 TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KOORDINASI KOMITE HIV-AIDS HKBP BALIGE DENGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENANGGULANGAN HIV-AIDS DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2018 TESIS"

Copied!
293
0
0

Teks penuh

(1)KOORDINASI KOMITE HIV-AIDS HKBP BALIGE DENGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENANGGULANGAN HIV-AIDS DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2018. TESIS. Oleh MARTINUS S TAMBUNAN NIM: 167032077. PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(2) HKBP HIV-AIDS COMMITTEE BALIGE COORDINATION WITH THE REGIONAL GOVERNMENT HIV-AIDS HANDLING PROGRAM IN TOBA SAMOSIR REGENCY 2018. THESIS. By. MARTINUS S TAMBUNAN 167032077. MASTER IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA 2019. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(3) KOORDINASI KOMITE HIV-AIDS HKBP BALIGE DENGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENANGGULANGAN HIV-AIDS DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2018. TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumetera Utara. Oleh MARTINUS S TAMBUNAN NIM: 167032077. PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(4) i. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(5) Telah diuji dan dipertahankan Pada Tanggal: 07 Februari 2019. PANITIA PENGUJI TESIS: Ketua Anggota. :Destanul Aulia, S. K. M, M. B. A, M. Ec, Ph. D :1. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M. K. M 2. Dr. Juanita, S. E, M. Kes 3. Namora Lumongga Lubis, M. Sc, Ph. D ii. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(6) iii. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(7) Abstrak. Peningkatan jumlah kasus HIV-AIDS selama sepuluh tahun terakhir mulai tahun 2008 sampai tahun 2017 di Kabupaten Toba Samosir dengan pertumbuhan ratarata HIV adalah ≥ 8% dan pertumbuhan AIDS sebesar ≥ 31% , hal ini perlu memperhatikan pelaksanaan dalam program penanggulangannya. Kurangnya koordinasi Komite AIDS HKBP Balige dan pemerintah daerah sangat penting dilakukan mengingat belum adanya kesamaan cara pandang dalam merespons masalah HIV-AIDS, kurangnya fokus instansi pemerintah daerah yang tergabung dalam kepengurusan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah untuk memprioritaskan masalah HIV-AIDS serta belum optimalnya koordinasi dalam perencanaan, hingga keterbatasan anggaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui koordinasi Komite AIDS HKBP Balige dengan pemerintah daerah dalam program penanggulangan HIV-AIDS di Kabupaten Toba Samosir. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai bagaimana koordinasi dalam pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Toba Samosir, dengan jumlah informan yaitu 20 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara mendalam dan observasi dokumen. Analisis data dengan memakai metode analisis isi (content analysis). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa koordinasi dan keterlibatan serta peran aktif instansi dalam organisasi kepengurusan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD), penerapan perencanaan anggaran dan perencanaan kegiatan belum cukup baik. Saran agar meningkatkan kegiatan komunikasi melalui pertemuan secara formal sehingga tercipta koordinasi yang baik, dari segi perencanaan anggaran dan pelaksanaan kegiatan penanggulangan HIV-AIDS di Kabupaten Toba Samosir. Kata kunci: Koordinasi, Komite AIDS HKBP Balige, Pemerintah Daerah.. iv. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(8) V. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(9) Kata Pengantar. Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ―Komite. HIV-AIDS. HKBP. Balige. dengan. Pemerintah. Daerah. dalam. Penanggulangan HIV-AIDS di Kabupaten Toba Samosir Tahun 2018‖ Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Megister Kesehatan Masyarakat (M.K.M) dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Selama penyusunan tesis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.. 2.. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M. Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.. 3.. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph. D selaku Ketua Program Studi S2, yang telah memberikan bimbingan, saran, dukungan, nasehat serta pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.. 4.. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M. Ec., Ph. D. selaku Dosen Pembimbing sekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, dukungan, nasehat serta pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.. 5.. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran, dukungan, nasehat, dan arahan untuk vi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(10) kesempurnaan penulisan tesis ini. 6.. Dr. Juanita, S. E, M. Kes selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan serta saran-saran kepada penulis dalam perbaikan tesis ini.. 7.. Namora Lumongga Lubis, M. Sc, Ph. D selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan serta saran-saran kepada penulis dalam perbaikan tesis ini.. 8.. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan selama penulis menjalani pendidikan.. 9.. Ketua dan seluruh staf Komite AIDS HKBP Balige yang telah banyak memperkenalkan penulis dengan. dunia HIV-AIDS dan juga telah. membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 10.. dr. Juliwan Hutapea selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir, dan seluruh staf puskesmas yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.. 11.. dr. Tihar Hasibuan, MARS selaku Direktur Rumah sakit Umum Daerah Porsea dan seluruh staf Pak Jonter Saragih SKM selaku Kepala Bidang Layanan Medik Rumah sakit Umum Daerah Porsea yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.. 12.. dr. Rajaipan O Sinurat M. Kes selaku Kepala Dinas Sosial dan Bapak S. Sitorus S.H. sebagai Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial dan Korban Perdagangan Orang pada Dinas Sosial.. vii. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(11) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(12) Daftar Isi. Halaman Halaman Persetujuan Halaman Penetapan Tim Penguji Halaman Pernyataan Keaslian Tesis Abstrak Abstract Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran Daftar Istilah Riwayat Hidup. i ii iii iv v vi ix xiii xiv xv xvi xvii. Pendahuluan Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian. 1 1 10 11 11. Tinjauan Pustaka Konsep HIV dan AIDS Definisi HIVdan AIDS Proses terjangkitnya HIV-AIDS Program preventif terjangkitnya HIV-AIDS Program tindakan menanggulangi HIV-AIDS Pemerintah Daerah sebagai Stakeholder dalam Penanggulangan HIV dan AIDS KPAD Kabupaten Toba Samosir Organisasi Pemerintah daerah bidang kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Komite HIV AIDS RS HKBP Balige Koordinasi Pemahaman mengenai koordinasi Pengertian koordinasi Tipe koordinasi Jenis jenis koordinasi Koordinasi dan tujuannya Koordinasi dapat diadakan dengan cara-cara Pencapaian koordinasi yang efektif. 13 13 13 14 15 16 19 20 22 26 27 29 29 30 32 33 34 34 37. ix UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(13) Membangun keefektifan koordinasi Koordinasi dalam menanggulangi masalah kesehatan Koordinasi dan indikator di dalamnya Kajian penelitian terdahulu Kerangka Pikir Penelitian. 40 41 42 45 49. Metode Penelitian Jenis Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian Waktu penelitian Pemilihan Informan Metode Pengumpulan Data Definisi Konsep Koordinasi penanggulangan HIV dan AIDS Instrumen Pengumpulan Data Triangulasi Analisis Data. 51 51 55 55 55 55 57 58 58 59 59 60. Hasil Penelitan dan Pembahasan Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Pembagian wilayah dan kepadatan penduduk Sarana kesehatan Karakteristik informan Komunikasi Koordinasi Komite HIV-AIDS HKBP dengan Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan HIV-AIDS Pentingnya fungsi komunikasi dalam koordinasi dalam penanggulangan HIV-AIDS Bentuk komunikasi yang selama ini sudah terbentuk Hambatan komunikasi dalam penanggulangan HIV-AIDS di Kabupaten Toba Samosir Hasil komunikasi dalam penanggulangan HIV-AIDS di Kabupaten Toba Samosir Umpan balik dari pesan/laporan dari bupati dan lembaga legislatif Sosialisasi penyebaran informasi tentang menjangkau usaha pengobatan untuk penderita Kesadaran Pentingnya Koordinasi dalam Penanggulangan HIVAIDS Pihak turut mempunyai peran dalam koordinasi menanggulangi HIV-AIDS di Kabupaten Toba Samosir Koordinasi yang sudah terbentuk antar stakeholder dan instansi dalam menanggulangi HIV-AIDS di Kabupaten Toba Samosir Bentuk-bentuk koordinasi sudah pernah dilakukan selama ini. 62 62 63 64 64 67 68 70 74 77 79 80 82 83. 87 89. x UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(14) Bagaimana sebaiknya koordinasi dijalankan Hambatan dalam pelaksanaan koordinasi Regulasi (UU, PP, Permen, Perda), tentang peran dan tanggung jawab instansi dalam bidang penanggulangan HIVAIDS. Langkah-langkah yang dilakukan dan pelaksanaan lintas sektor Koordinasi langkah-langkah penanggulangan kasus HIV dan AIDS Hasil koordinasi diteruskan bentuk laporan atau dalam bentuk informasi lain Komptensi Partisipan Keterlibatan masyarakat/kader kesehatan dan lsm terlibat aktif dalam penanggulangan HIV-AIDS dan bentuk keterlibatannya Peran keterlibatan media (cetak, elektronik) dalam hal penyebaran informasi tentang penanggulangan HIV-AIDS di Kabupaten Toba Samosir Keterlibatan keluarga penderita dalam upaya pengobatan, dan upaya yang dilakukan melibatkan keluarga Kesepakatan Komitmen, dan Insentip Dana kegiatan pertemuan lintas sektor untuk mendapatkan kesepakatan dan komitmen Bentuk kesepakatan, komitmen dan insentip untuk menanggulangi HIV-AIDS di Kabupaten Toba Samosir Kesepakatan tentang pelaksanaan penanggulangan HIV-AIDS pada pertemuan lintas sektor Tindak lanjut pimpinan / stakeholder lintas sektor dalam program penanggulangan HIV-AIDS Penghargaan ataupun sanksi bagi instansi yang tidak memenuhi/melaksanakan komitmen yang telah dibentuk Kontinuitas Perencanaan Perencanaan yang dilakukan KPAD, Dinas Kesehatan, RSUD Porsea, Komite HIV-AIDS HKBP dalam hal penanggulangan HIV-AIDS . Koordinasi perencanaan secara formal antar sesama instansi Kesinambungan perencanaan anggaran/ kegiatan program dilaksanakan secara ber dari tahun ke tahun Upaya penyampaian advokasi kepada lembaga legislatif hubungannya dengan perencanaan anggaran dan perencanaan Kendala yang sering dihadapi dalam upaya penyusunan perencanaan (perencanaan anggaran dan perencanaan kegiatan) penanggulangan HIV-AIDS dan upaya mengatasi kendala tersebut Keterbatasan Penelitian Implikasi Penelitian. 92 95. 96 99 100 101 102 103. 105 106 107 107 107 108 109 111 112. 112 117 119 120. 122 124 124. xi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(15) Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Saran. 126 126 129. Daftar Pustaka. 132. Lampiran. 136. xii. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(16) Daftar Tabel. No 1. Judul. Halaman. Matriks Kajian Terdahulu Mengenai Penanggulangan HIV AIDS. 45. xiii. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(17) Daftar Gambar. No 1. Judul Kerangka Pikir Penelitian. Halaman 50. xiv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(18) Daftar Lampiran. Lampiran 1.. Judul. Pedoman Wawancara. Halaman 136. xv. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(19) Daftar Istilah. AIDS ART ARV BAPPEDA DPRD HIV IDU IMS KPAD KPAD MDG’s ME NAPZA PMTCT SDG’s SDM VCT WHO. : Acquired Immune Deficiency Syndrome : Antiretroviral Therapy : Anti Retroviral : Badan Peradilan Daerah : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah : Human Immunodeficiency Virus : Injection Drug Use : Infeksi Menular Seksual : Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Nasional : Komisi Penanggulangan HIV dan AIDS : Millenium Development Goal’s : Monitoring dan Evaluasi : Narkotika Alkohol Psikotropika Zat Adiktif : Prevention Mother to Child Transmision : Sustainable Development Goal’s, : Sumber Daya Manusia : Voluntary Counseling and Testing) : World Health Organisation. xvi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(20) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(21) Pendahuluan. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu anggota Organisasi Kesehatan Dunia atau World. Health. Organisation. (WHO). membuat. sebuah. program. yaitu. Development Goal’s (MDG’s) dengan harapan target akan tercapai sampai akhir tahun 2015, dan salah satu program utamanya adalah program penanggulangan HIV-AIDS. Namun target program penanggulangan HIV-AIDS pada belum bisa tercapai sehingga dilanjutkan program. MDG’s. SDG’s atau Sustainable. Development Goal’s, program penanggulangan HIV-AIDS berada pada tujuan yang ketiga yaitu mencapai kesehatan dan kesejahteraan bagi semua orang. Data organisasi kesehatan dunia bahwa Global AIDS Epidemik 2016 jumlah kasus HIV-AIDS global sebesar 36,6 juta, jumlah kasus HIV baru sebesar 2,3 juta, serta angka kematian yang ditimbulkan akibat AIDS sebesar 1,5 juta. Saat ini Indonesia menempati urutan tertinggi ke 2 setelah India di Asia tenggara dengan jumlah kejadian HIV sebanyak 690.000 kasus dan relatif naik mulai tahun 2005-2015. Laporan global UNAIDS pada tahun 2016 kasus baru HIV positif sebesar 73.000 dan AIDS 35.000 pada tahun 2015 dan jumlah kasus HIV-AIDS di Indonesia sampai dengan Maret 2017 mencapai 330.102 kasus (Kemenkes RI). Di Indonesia salah satu yang termasuk daerah endemis HIV-AIDS adalah Propinsi Sumatera Utara dimana terdapat peningkatan kasus HIV-AIDS, dan merupakan urutan ke 6 kasus tertinggi HIV-AIDS secara nasional yaitu dengan jumlah 17.333 kasus. Berdasarkan data dari PUSDATIN 2017 (Pusat Data dan 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(22) Informasi) bahwa pertumbuhan HIV di Provinsi Sumatera Utara tahun 2014 terdapat 1.628 kasus, tahun 2015 terdapat 1.491 kasus dan pada tahun 2016 terdapat 1.891 kasus. Demikian juga halnya dengan pertumbuhan AIDS tahun 2014 ditemukan 231 kasus, pada tahun 2015 terdapat 53 kasus dan pada tahun 2016 sebanyak 118 kasus dengan kumulatif kasus 3.879 sampai akhir tahun 2016. Proporsi kasus HIV-AIDS Kabupaten Toba Samosir cenderung mengalami peningkatan.. Berdasarkan. hasil. pengumpulan. data. sekunder,. rata-rata. pertumbuhan kasus HIV selama 10 tahun terakhir, mulai tahun 2008 sampai dengan 2017 sebesar yaitu sebesar 8% dan terdapat pertumbuhan di atas rata-rata selama 7 tahun. Demikian juga halnya dengan pertumbuhan kasus AIDS selama 10 tahun terakhir mulai tahun 2008 sampai dengan 2017 adalah sebesar 31%, selama 7 tahun berada di atas rata-rata, dengan jumlah penderita positif HIV sebanyak 151 kasus, dan AIDS sebanyak 459 kasus. Kejadian kasus banyaknya temuan kasus HIV-AIDS yang dilaporkan, dapat digambarkan layaknya sebagai fenomena gunung es dalam arti kasus yang tampak dipermukaan (muncul ke atas permukaan air laut ) adalah hanya sebagian kecil kasus yang tercatat dan pada kenyataannya masih banyak terdapat banyak kasus yang belum tampak atau belum terungkap (bongkahan es di bawah permukaan laut). Sejak kasus pertama AIDS ditemukannya pada tahun 1987 di Bali, fokus menangani HIV-AIDS adalah pada sektor kesehatan upaya fokus penanganan masih sangat terbatas dan juga penemuan jumlah kasus infeksi terbilang masih sedikit. Namun pada tahun seribu sembilan sembilan puluhan terjadi peningkatan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(23) kasus tajam mulai pada pertengahan tahun 1990-an, dan upaya penanganan HIVAIDS merupakan suatu masalah pembangunan yang urgen dan mulai pada saat itu masalah penanganan penyakit ini mulai mendapat proritas dari orang-orang di lingkungan pemerintah. baik secara nasional maupun secara global. Investasi. bantuan dan donor internasional dalam jumlah yang signifikan dimulai untuk mendukung upaya responsif terhadap epidemi HIV-AIDS. Pemerintah di berbagai negara mendapat tekanan dan bukan terbatas pada sektor kesehatan saja, tetapi juga perlunya melibatkan kerjasama antar berbagai sektor, termasuk dengan lembaga non-pemerintahan (KPAN, 2014). Dua puluh tahun program penanganan HIV-AIDS telah berjalan di Indonesia lebih dari 20 tahun yaitu mulai tahun seribu sembilan ratus delapan puluh tujuh, dan saat ini mulai bergerak maju upaya penanganan HIV-AIDS yaitu melalui progam pencegahan progam pemberian obat, progam memberikan dukungan perawatan dan dukungan secara psikologis. Banyak jenis dan cara program penanganan kasus ini menyatakan bahwa tanggapan orang-orang yang mau telibat dan pelaksana program terhadap persoalan HIV-AIDS serta, besaran dana untuk mempercepat aksi dan tindakan untuk mengatasinya sudah lebih baik. Dibentuknya Komisi Penanggulangan HIV-AIDS Nasional (KPAN) dan Komisi Penanggulangan HIV-AIDS Daerah (KPAD) adalah salah satu bukti bahwa berkembangmya kemauan bidang politik pemerintah sebagai stakeholder dalam upaya penanggulangan HIV-AIDS . Namun gerak kesesuaiannya belum begitu jelas dan belum menunjukkan hasil dari program terobosan. Pihak LSM dan pemerhati masalah AIDS yang mendapat bantuan dana dari luar negeri lebih. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(24) berinisiatif dalam membuat cara dan strategi penanganan HIV-AIDS (FKUNHAS, 2010). Diharapkan pada tahun 2014, target pendanaan HIV-AIDS dari sumber dana dari dalam negara adalah sebesar tujuh puluh persen , namun hal tersebut belum dapat tercapai, sumber dana program penanganan HIV-AIDS dari luar negeri masih lebih dari lima puluh persen. Tanpa bantuan dan dukungan luar negeri dan tanpa adanya penambahan dana dari sumber dalam negeri, maka rencana untuk memperbanyak strategi penanganan HIV-AIDS yang sudah dimulai, akan sulit dapat berjalan dengan baik, termasuk pendanaan pemerintah pusat dan daerah serta meningkatkan pengobatan yang dicakup JKN melalui BPJS (Kemenkes, 2015). Saat ini KPAD sudah bersinergi dalam hal melaksanakan strategi penanganan yang telah ditetapkan oleh pimpinan tertinggi negara yaitu melalui KPAN dan MPI (Mitra Pembangunan Internasional) namun pelaksanaannya belum melakukan koordinasi, baik strategi penanganan maupun antar orang atau insatansi yang telibat yaitu untuk bekerja sama dan bersinergi terkait sistem informasi, pembiayaan dan sumber dana, dan keterlibatan diluar dari pemerintahan atau lembaga swasta yaitu masyarakat. China dan Kyrgyzstan dan banyak negara lain yang juga mengalami hal yang sama dengan Indonesia (Spicer, N., et.al. 2010). Pencegahan, pemberian obat seperti penyediaan obat anti retroviral untuk ODHA di seluruh daerah endemis untuk penderita HIV-AIDS tidak dapat berjalan dengan baik, karena secara keseluruhan proporsi biaya bagi program penanganan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(25) HIV-AIDS saat ini masih sangat sedikit. Menurut Sucipto (2009) bahwa gambaran nyata, banyaknya biaya yang sudah tersedia yang ada belum seimbang dengan tingkat penularan secara menyeluruh kasus HIV-AIDS yang tidak dapat dikatakan sedikit. Penyebaran HIV yang terus bertambah, adalah salah satu akibat ketidak cukupan pembiayaan. dan strategi penanganan HIV-AIDS. Sumber anggaran. lebih dari tujuh puluh persen masih berasal bukan dari dalam negara, walaupun dana yang berasal negara secara umum dan dari daerah untuk strategi penanganan HIV-AIDS secara terus bertambah. Salah satu yang mengakibatkan strategi dalam mengusulkan pembiayaan di tingkat legislatif dan eksekutif saat ini yaitu : (a) kecenderungan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Kepala Daerah di Kabupaten, pejabat pemerintah dalam proses memutuskan dan menetapkan anggaran, (b) kegiatan proses dalam membahas dan pada akhirnya menetapkan tidak terbuka. Kebebasan orang-orang diluar pemerintahan dalam mendapat informasi untuk mengetahui dokumen pembiayaan dalam daerah tidak dapat dilaksanaan secara bebas dan masih sangat tertutup, (c) keseriusan dan perhatian secara politik perwakilan rakyat daerah atau tingkatan pemerintahan yang rendah (Halim dan Damayanti, 2007). Pendapat pribadi dan pengetahuan tentang sesuatu hal baik itu masalah kesehatan oleh wakil rakyat dan kepala daerah sebagai orang yang mempuyai kepentingan terhadap masalah tersebut. yaitu stakeholder terhadap yang. pengutamaan permasalahan, disamping itu juga adalah kemampuan pihak (pimpinan satuan kerja, orang yang terlibat dalam penataan alur penanganggaran biaya dilandaskan atas instruksi kepala satuan mulai dari unit kecil sampai unit. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(26) yang yang lebih besar) yang tergabung dalam upaya mempersiapkan strategi untuk memberikan advokasi dalam hal menyusun upaya dalam mendapat dukungan biaya, juga turut mendukung. upaya perencanaan keuangan untuk. menjalankan upaya-upaya tersebut (Tapussa, 2015). Hubungan antar orang yang mempunyai kepentingan juga memiliki pengaruh. dalam strategi program penangangan HIV-AIDS. Laporan hasil. penelusuran Mitsell (2015) di Sorong, berpendapat bahwa strategi program penanganan HIV-AIDS di Papua Barat oleh KPAD dan organisasi pemerintah daerah bidang kesehatan, menyatakan. bahwa upaya yang dilakukan untuk. mendapat dukungan belum berjalan dengan baik oleh orang yang mempunyai kepentingan utama, dan tidak kuatnya doronganan proporsi biaya juga sebagai akibat belum ada pernyataan secara resmi tentang situasi dan banyaknya orang yang terkena dan akibat luas yang akan terjadi terhadap orang yang lebih utama mempunyai kepentingan sebagai decision maker. Zainiyah (2010) melalui penelusuran hasil studinya di Jombang menemukan bahwa strategi program menangani HIV-AIDS melibatkan orang yang mempunyai kepentingan masih rendah, hal ini belum terlihat nyata tentang ide-ide strategi upaya penanganan yang bersifat kedaerahan. Sebagai akibat sinergi untuk bekerja sama yang masih kurang dan data penting tentang fakta memberantas HIV-AIDS pada kebutuhan di dalam dan di luar organisasi pemerintahan, serta usaha kebersatuan strategi antar organisasi pemerintahan yang masih belum tampak nyata. Untuk menguatkan pernyataan tersebut, adalah hasil penelusuran studi oleh PKMK FK UGM (2015) bahwa hal juga berperan adalah adanya. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(27) kemauan untuk terlibat terhadap penanganan kasus HIV-AIDS di provinsi dan kabupaten secara kewilayahan adalah bahwa stakeholders dengan tugas dan fungsi utama (organisasi pemerintah daerah bidang kesehatan, MPI, dan orang yang mengepalai suatu wilayah daerah). Strategi dalam penaganan HIV-AIDS menjadi hal utama daerah atau tidak adalah diputuskan oleh ketua KPAD yaitu orang yang menjadi pimpinan tertinggi itu sendiri. Upaya penyampaian pesan tentang HIV-AIDS dari yang memberi dan menerima pesan tentang HIV-AIDS, halangan dalam tata pemrintahan, non pemerintahan dan antar organisasi pemerintah secara struktural membuat sinergi program sumber dan pembiayaan HIV-AIDS tidak terlaksana sesuai dengan yang diharapkan karena cara pandang dan pendapat berbeda antara pimpinaan dan orang yang mempunyai kepentingan. Secara tata kelola pemerintahan, kedudukan KPAD untuk melasanakan kooordiinasi. ada pada kedudukan di luar tata. pemerintah daerah dan hal ini juga salah satu halangan tata pemrintahan dalam menangani HIV-AIDS. Pada saat berjalannya proses pelaksanaan strategi dengan koordinasi penyusunan untuk pembiayaan dan dana HIV-AIDS di satuan kerja, tantangan dan halangan yang ditemukan KPAD untuk bekerjasama dan bersinergi dengan instansi dan bidang yang terlibat yang ada dalam tata kelola pemerintah di daerah karena KPAD termasuk sebagai lembaga di luar pemerintah daerah. Tanzania juga mengalami hal yang sama, kemampuan untuk mengelola secara mandiri bidang politik yang belum sepenuhnya dipunyai oleh lembaga koordinasi sehingga untuk mengkoordinasikan orang-orang di lingkungan pemerintah atau organisasi yang memberikan bantuan dana koordinasi melibatkan lebih dari. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(28) beberapa sektor yang seolah olah menghilangkan tentang isu-isu tentang HIVAIDS (Hellevik, 2014). Tiap-tiap organisasi mengatur pembiayaannya sendiri dan melaporkan sasaran dan penggunaan dananya kepada lembaga yang memberikan bantuan biaya, sehingga koordinasi yang melibatakan beberapa bidang dalam pembiayaan AIDS, penyusunan rencana biaya proses penyatuan dan poses pembagian di daerah belum berjala dengan baik. Akibatnya, daerah tidak memiliki data dan fakta tepat dan pasti program sebelum terjadi, memberikan layanan medis dan juga tentang asal dan cara penggunaan dana, banyaknya biaya, pemberian rawatan serta meminimalisir akibat, dan bantuan. Tugas pokok dan fungsi KPA adalah agar terbuat koordinasi antara organisasi. dalam. mengkoordinasikan. berbagai. macam-macam. tindakan. menangani HIV-AIDS. Tugas pokok dan fungsi bidang-bidang yang terlibat yang diemban lembaga menjadi menyerupai dan memiliki kesamaan dengan hambatan dalam menangani HIV-AIDS, dan hal ini yang menyebabkan lembaga-lembaga yang ikut dan mau peduli dengan hambatan penanganan kasus HIV-AIDS. Namun tugas-tugas yang diemban dalam kegiatan. menangani kasus ini belum dapat. dijalana secara baik dan penuh tanggung jawab oleh lembaga yang terlibat tersebut. Berdasarkan survei pendahuluan diketahui bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir sebagai leading sector dan sebagai implementor kebijakan penanggulangan HIV-AIDS di Kabupaten Toba Samosir kurang ideal terbukti tidak tersedianya dana APBD untuk penanggulangan HIV-AIDS pada. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(29) sejak tahun 2015 sampai dengan 2017, hal ini tidak sesuai dengan Peraturan yang dikeluarkan pimpinan bidang kesehatan Kesehatan Republik Indonesia No : 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV-AIDS pasal 5 (lima) point f yaitu: Meningkatkan. pembiayaan. penanggulangan. HIV-AIDS.. Hal. yang. juga. mendukung adalah situasi dan kondisi permasalahan HIV-AIDS di daerah yaitu kasus yang meningkat dari tahun ke tahun yang membutuhkan penanganan dan penanggulangan yang berkesinambungan dan harus didukung oleh dana sehingga kegiatan penanganan dan penanggulangan dapat dilaksanakan dengan baik. Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) sebagai koordinator kegiatan implementasi penganggulangan HIV-AIDS di Kabupaten Toba Samosir dengan kegiatan pada saat- saat tertentu saja yaitu pada setiap peringatan hari HIV-AIDS sedunia yaitu setiap 1 Desember berupa kegiatan seremonial yaitu berupa kampanye dan aksi jalan santai dan lain lain. Demikian juga halnya dengan upaya pengggulangan yang dilaksanakan oleh RS Umum Daerah Porsea sebagai salah satu sektor kesehatan dalam penanggulangan HIV-AIDS kurang terlibat dalam penanggulangan HIV-AIDS, berdasarkan wawancara pendahuluan yang dilakukan peneliti, ditemukan telah dibentuk VCT (Voluntary Counseling and Testing) HIV-AIDS telah terbentuk namun belum bekerja dengan baik. Hal ini disebabkan oleh sumber daya manusia dan p erlatan yang mendukung untuk pemeriksaaan tidak tersedia. Upaya yang dilakukan Komite. HIV-AIDS RS HKBP Balige dengan. kegiatan terstruktur dan berkesinambungan, dan penanggulangan HIV-AIDS. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(30) hanya terfokus Komite. HIV-AIDS RS HKBP sebagai pihak swasta yang. memperoleh dana bantuan dari organisasi gereja luar negeri, mengakibatkan Komite HIV-AIDS RS HKBP Balige dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan program kegiatan antara kurang terfokus dan terintegrasi. Pada akhirnya keadaan ini. akan berdampak. terhadap jalannya. proses implementasi. kebijakan. penanggulangan HIV-AIDS di Kabupaten Toba Samosir. Usaha dan daya dalam meningkatkan HIV-AIDS ini memerlukan. pencapian program menangani. koordinasi yang harus bergerak aktif dan tidak. berhenti dan dengan bekerjasama secara multisektoral. Strategi program dalam hal penyusuanan peraturan-peraturan dalam mempercepat menangani kasus-kasus HIV-AIDS yang cepat dan tepat dan menyeluruh di Kabupaten Toba Samosir memerlukan strategi pendekatan, tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan melainkan juga melibatkan peran aktif semua sektor terkait serta memerlukan kerjasama antar stakeholder di daerah. Dalam hal ini penulis ingin melihat lebih spesifik pada fungsi koordinasi antara Komite HIV-AIDS RS HKBP Balige dan Pemerintah Daerah melalui dinas terkait yaitu Dinas Kesehatan dan RSU Daerah Porsea dan juga anggota kepengurusan KPAD Toba Samosir. Penulis akan mengkaji permasalahan tersebut di Kabupaten Toba Samosir, sebagai kabupaten dengan jumlah penderita HIV-AIDS yang terus meningkat, dan penularan semakin meningkat dan bagaimana pelaksanaan, hal apa saja yang mempengaruhi fungsi koordinasi antara Komite. HIV-AIDS RS HKBP Balige dan stakeholder pemerintah daerah. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(31) Kabupaten Toba Samosir memandang masalah HIV-AIDS sebagai suatu masalah kesehatan. Rumusan Masalah Atas dasar masalah-masalah penanganan kasus-kasus tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui dan menggali lebih dalam tentang: 1.. Mengidentifikasi. dan. mengeksplorasi. fungsi. koordinasi. program. penanggulangan HIV-AIDS di Kabupaten Toba Samosir oleh Komite HIVAIDS RS HKBP Balige dan pemerintah daerah, 2.. Bagaimana fungsi koordinasi yang selama ini berlangsung diantara stakeholder antara Komite HIV-AIDS RS HKBP Balige, KPAD, Dinas Kesehatan, RSUD Porsea dan dan juga anggota kepengurusan KPAD Toba Samosir di Kabupaten Toba Samosir dalam penanggulangan HIV-AIDS di Kabupaten Toba Samosir?. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis fungsi koordinasi Komite HIV-AIDS HKBP dengan Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan HIV-AIDS di Kabupaten Toba Samosir. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: Bagi organisasi. Pemerintah di daerah bidang kesehatan di Kabupaten Toba Samosir, menjadi sumber informasi untuk penyusunan rencana pembiayaan dalam. strategi program menangani tinggimya kasus. HIV-AIDS pada tahun. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(32) anggaran berikutnya dengan memperhatikan skala utama kebutuhan pembiayaan, secara evidence based, sehingga biaya yang ada dapat digunakan tepat. Bagi Komisi Penanggulangan HIV-AIDS (KPAD) Kabupaten Toba Samosir. Menjadi sumber informasi dan fakta yang nyata dalam penyusunan rencana pembiayaan dan sebagai bahan masukan untuk pelaksanaan kegiatan penanggulangan HIV-AIDS di Kabupaten Toba Samosir. Bagi akademik. Menjadi rujukan dan sumber untuk penelusuran secara ilimiah selanjutnya tentang proses penyusunan dan perumusan pembiayaan, keterlibatan penganggaran serta penilaian langkah-langkah terpadu menangani HIV-AIDS.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(33) Tinjauan Pustaka. Konsep HIV dan AIDS Definisi HIV-AIDS. HIV adalah sebuah singkatan kata yaitu. Human. Immunodeficiency Virus dimana retrovirus yang merusak sel-sel CD4 positife Tsel yang berfungsi sebagi immunitas tubuh manusia, sehingga sel tersebut tidak dapat melaksanakan fungsinya untuk kekebalan tubuh . Akibatnya terjadi lemahnya daya tahan tubuh yang dan terjadi secara berlahan-lahan dan hal ini akan mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh dianggap rendah ketika sel darah yang berfungsi untuk memberikan kekebalan tubuh tidak dapat berjalan dengan maksimal, dimana fungsinya adalah untuk memerangi virus dan bakteri yang datang menyerang tubuh manusia. Sehingga akibat rendahnya kekebalan tubuh, tubuh menjadi lebih mudah sakit walaupun dengan virus yang jarang menjangkiti tubuh manusia. Depkes RI (2003), AIDS merupakan akronim dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome sebagai akibat bertambah banyaknya virus HIV dalam tubuh manusia dan hewan ataupun mahluk lainnya. Kumpulan tanda-tanda dan gejala yang diakibatkan oleh penyakit akibat menurun nya dayua tahan tubuh yaitu AIDS. HIV-AIDS ini sudah merupakan tantangan pembangunan negara dan juga negara-negara lainnya karena dalam tempo yang cepat terjadi tingginya jumlah. 13 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(34) orang yang terjangkit oleh penyakit ini dan meluas keberbagai negara. Hingga kini belum ada obat ataupun sejenis penambahan immunitas tubuh yang terbukti ampuh untuk mengobati AIDS.(Depkes RI, 2006). Proses terjangkitnya HIV-AIDS. Virus penyebab sakit ini terjangkit melalui bermacam jalan. Salah satunya yaitu dari larutan dari dalam tubuh seperti darah, cairan dari kelamin laki-laki dan perempuan, sperma dan cairan yang dihasilkan dari payudara perempuan yang baru saja melahirkan. Virus ditemukan juga pada kelenjar air liur, air yang dikeluarkan oleh mata dan air seni tapi dengan jumlah yang sedikit. Ada 3 metode terjankitnya HIV adalah : a.. Bersetubuh : melalui vaginal, mulut. ataupun. anus dengan penderita.. Penularan ini adalah yang paling dominan ditemukan, yaitu tujuh sampai delapan puluh persen dari semua kasus yang tercatat secara global. Terjadinya pengjangkitan sangat cepat berlangsung jika ada ruam infeksi penyakit genital dengan luka atau infeksi bagian tubuh seperti herpes genitalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan trikomoniasis. Potensi. pada hubungan. senggama melalui anus lebih banyak kemungkinan terjadi jika dibedakan dari hubungan senggama pervaginal, dan potensi terjadi cenderung pada receptive dari pada insertive. b.. Bersentuhan dalam waktu yang cukup untuk mengakibatkan penularan dengan darah atau blood products/alat medis (Syringe), alat suntikan.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(35) 1.. Blood Transfusion/ Blood Products yang mengandung HIV, potensi terjadinya tinggi mencapai sembilan puluh persen dan tercatat terjadi berkisar tiga sampai lima persen dari seluruh kasus global yang ada.. 2.. Menggunakan alat medis (Syringe) yang tidak steril, alat-alat suntikan/ penggunaan bersamaan jarum dan alat suntikan dan sempritnya pada para pengguna obat-obatan terlarang. Potensi terjadinya kejadian penyakit akibat metode ini berkisar antara. setangah sampai satu persen, dan. tercatat lima sampai sepuluh persen dari seluruh kaksu yang pernah tercatat secara global. 3.. Accidental , bagian tubuh paramedis terluka akibat alat medis adan alat suntikan yang sudah terinfeksi kuman, potensi kejadian ini tercatat sekitar setengah persen dan yang sudah tercatat pada kasus secara global adalah nol koma satu persen.. c.. Dengan cara tegak lurus atau vertical : dari bumil penderita HIV ke anak bayi yang baru dilahirkannya, waktu proses mengandung bayi, in partum, atau post partum. Potensi yang mungkin terjadi sekitar dua puluh lima sampai empat puluh persen dan jumlah penularan yang terjadi dengan cara ini adalah sepertiga dari kasus dunia dan jumlah penularan dari air susu ibu di dicatat lebih dari sepertiga. Program preventif. terjangkitnya HIV-AIDS. Program Preventif. terjadinya infeksi HIV dengan usaha yang tepat dengan cara mengetahui dan melakukan safe lifestyle dan tidak menjalani potensi untuk tertular menurut Permenkes nomor dua puluh satu tahun dua ribu tiga belas yakni :. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(36) A. Upaya Prevetif infeksi HIV dengan cara bersetebuh atau senggama; Upaya Prevetif infeksi HIV dengan cara bersetebuh atau senggama adalah bermacam cara/ metode usaha untuk membuat tidak terjadi pada penderita HIV dan/atau penyakit infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, yang diakibatkan infeksi tersebut melalui berhubungan badan. Prevensif infeksi HIV yang didapat melalui hubungan badan, utamanya dilakukan di lokasi yang berpeluang besar dapat berlangsung sexual risk relationship. Upaya preventif infeksi HIV akibat sex dilaksanakan melalui 4 (empat) upaya yang menyeluruh meliputi: -. Membuat lingkungan populasi kunci yang tertata dan teratur serta baik secara norma-norma yang diciptakan oleh stakeholder.. -. Intervensi perubahan perilaku ditujukan untuk memberi pemahaman dan mengubah perilaku kelompok secara kolektif dan perilaku setiap individu dalam kelompok sehingga kerentanan terhadap HIV berkurang.. -. Pengelolaan secara teratur persediaan keperluan kesehatan yaitu intervensi. dimaksudkan untuk memastikan ada tidaknya persediaan. perbekalan kesehatan intervensi yang mempunyai nilai dan dan mudah didapat. -. Tata laksana Infeksi Menular Seksual adalah dimaksudkan supaya mengobati Infeksi Menular Seksual pada penderita dengan menghentikan alur penyebaran Infeksi Menular Seksual dengan menyediakan prosedur. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(37) untuk mengetahui penyakit dan pemberian obat-obatan serta bimbingan psikologi untuk merubah gaya hidup. Intervensi penyebaran penyakit HIV dengan berhubungan badan dilakukan dengan tujuan agar: 1.. Sama sekali tidak berhubungan badan (Abstinensia);. 2.. Tidak berganti-ganti pasangan (Be Faithful);. 3.. Senantiasa menggunakan komdom (Condom user);. 4.. Tidak menggunkan narkoba (no Drug);. 5.. Edukasi. atau. memberikan. peningkatan. pengetahuan. contohnya. mengatasi dan mencari upaya pengobatan Infeksi Menular Seksual sesegera mungkin (Education) 6.. Sirkumsisi/sunat pada laki-laki.. B. Intervensi penyebaran infeksi HIV bukan melalui hubungan badan. Intervensi penyebaran infeksi. HIV bukan melalui hubungan badan. dimaksudkan untuk mencegah Intervensi penyebaran infeksi HIV melalui cairan tubuh/darah. Intervensi penyebaran infeksi HIV bukan melalui hubungan badan -. Test wajib HIV bagi orang-orang yang akan mendonorkan darah.. -. Intervensi penularan HIV pada layanan melakukan tindakan pelayanan kesehatan dan yang bukan tindakan pelayanan kesehatan yang membuat luka dengan tujuan pengobatan pada anggota tubuh; dan menurunkan kemungkinan akibat yang tidak baik pada pengguna narkoba dengan jarum suntik.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(38) C. Intervensi penyebaran infeksi HIV pada anak bayi yang didapat dari ibunya, dilaksanakan dengan cara: -. Intervensi penyebaran infeksi HIV pada pada wanita usia subur;. -. Intervensi pada wanita mengandung tanpa perencanaan. pada wanita. dengan HIV; -. Intervensi penyebaran infeksi HIV dari wanita mengandung penderita HIV ke janin yang ada dalam rahimnya; dan. -. Konseling , social support dan memberikan layanan rawatan kepada wanita dengan HIV kepada seluruh anggota keluarganya. Program. Menanggulangi. tindakan. menanggulangi. HIV-AIDS.. Tindakan. ialah semua usaha termasuk memberikan layanan promosi,. prevensif, diagnosa, curatif dan rehabilitasi yang bertujuan untuk mengurangi jumlah penderita, angka kematian, mengatasi penyebaran infeksi dan juga meluasnya infeksi supaya penyakit tidak menyebar ke tempat-tempat lain dan juga memperkecil akibat buruk yang diakibatkannya. Tindakan Menanggulangi HIV-AIDS adalah : a.. Health Promotion,. b.. Prevention of HIV transmission. c.. HIV Diagnosis,. d.. Treatment, care and support. e.. Rehabilitation. Program Tindakan Menanggulangi HIV-AIDS adalah untuk:. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(39) a.. Mengurangi hingga menghilangkan infeksi HIV. yang tercatat baru. ditemukan; b.. Mengurangi hingga menghilangkan kematian akibat AIDS;. c.. Menghilangkan perbedaan dalam lingkungan dalam bersosial bagi penderita orang dengan HIV-AIDS;. d.. Supaya orang dengan HIV-AIDS mempunyai hidup yang lebih layak dan mempunyai kualitas; serta. e.. Meminimalisir pengaruh ekonomi dan sosial dari infeksi HIV-AIDS pada masyarakat keluarga dan khususnya individu,.. Pemerintah. Daerah. sebagai. Stakeholder. dalam. Program. Tindakan. Menanggulangi HIV-AIDS. Pemerintah adalah suatu atau. sekumpulan. orang-orang. dalam. suatu. tempat/lokasi khusus dengan dan untuk arah cita-cita dan keinginan yang sama serta mempunyai kemampuan untuk membuat dan memberlakukan undangundang dan hukum pada wilayah tertentu. Definisi dari Pemerintahan merupakan sekumpulan orang-orang dalam suatu lembaga yang bertujuan menata dan mengelola suatu negara dengan maksud supaya negara tersebut dapat tertib dan teratur dengan baik dimana negara tersebut mempunyai cara dan sistem yang tidak sama.. DPRD. kabupaten/kota. dan. Kabupaten/kota. adalah. merupakan. pemerintahan daerah kabupaten/kota, perangkat daerah dan kepala daerah adalah termasuk bagian dari pemerintah daerah. Pemangku kepentingan diartikan organisasi, perorangan, dan semacamnya yang mempunyai keterlibatan atau fokus pada industri atau bisnis. Pada ranah. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(40) sektor kesehatan secara kelembagaan pemangku kepentingan dibagi-bagi dalam pengertian yang menyeluruh, yakni lembaga non govermennt organisation (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan pemerintah, komunitas serta sektor swasta. Secara kelompok atau perorangan, pemangku kepentingan melibatkan aparat pemerintah. (lingkup. lokal. hingga. nasional),. masyarakat,. organisasi. kemasyarakatan, dan pihak terlibat lainnya (Diana dan Ida, 2009) Individu atau kelompok dan organisasi di luar organisasi dan di dalam yang bisa dipengaruhi atau mempengaruhi kinerja suatu pencapaian tujuan tertentu adalah Stakeholder. Bila dilihat dari sudut kemampuan, posisi dan pengaruh penting stakeholder bagi rumor, atau desas-desus, stakeholder dibagi dalam beberapa kategori kelompok yaitu utama, kunci, dan pendukung. Stakeholder kunci, merupakan stakeholder yang mempunyai kuasa sah untuk membuat putusan tentang suatu hal. contoh unsur eksekutif dan instansi, legislatif, misalnya DPRD kabupaten dan pemerintah kabupaten, dan program di bawahi langsung dinas yang berkaitan. Dinas Kesehatan khususnya bidang P2PL dan KPAD berfungsi untuk sebagai advokator agar kebijakan dapat dipengaruhi. Tingkat di bawah provinsi atau daerah kabupaten, DPRD dan BAPPEDA merupakan stakeholder kunci baik dalam mensahkan aturan-tauran dan sebagai bagian perencanaan biaya sebagai perwujudan keinginan dan tekad untuk menangani permasalah HIV-AIDS. KPAD Kabupaten Toba Samosir. Orang-orang atau sekelompok yang diberi tugas pemerintah dalam menanggulangi HIV-AIDS Nasional atau Komisi Penanggulangan HIV-AIDS merupakan organisasi. yang melaksanakan segala. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(41) usaha dalam mengatasi dan menanggulangi HIV-AIDS di pada level satu negara . terbentuk sejak tahun 1994, dimana dasar pembetukan sesuai dengan peraturan dan merupakan awal terbentuknya KPA adalah putusan yang di keluarkan oleh presiden nomor. 036 tahun 1994 tentang Komisi Penanggulangan AIDS dan. selanjutnya diubah menjadi aturan-aturan yang dikeluarkan oleh kepala negara tentang Komisi Penanggulangan AIDS yaitu nomor 075 tahun 2006. Lembaga disahkan. dan. terbentuk. untuk. upaya. intervensi. serta. mengatasi. dan. menanggulangi AIDS secara menyeluruh di Indonesia, sebagai komisi secara lintas sektoral terkoordinasi dan terpadu. Kemudian tertuang dalam aturan yang dikeluarkan presiden nomor 075 tahun. 2006. menyatakan. bahwa,. KPA. penting. terbentuk. pada. level. Kabupaten/Kota dan Propinsi. Gubernur sebagai ketua KPA tingkat propinsi , dan Bupati/Walikota di level kabupaten/kota. Hal itu juga tertuang dalam peraturan yang. dikeluarkan. oleh. Kemendagri. yaitu. memberdayakan masyarakat, membentuk KPA. dasar-dasar. secara. umum,. dalam upaya mengatasi dan. menanggulangi HIV-AIDS di Daerah yaitu nomor 020 tahun 2007. Lebih tegas aturan ini menegaskan Gubernur bertanggung jawab. KPA Propinsi,. Bupati/Walikota bertanggung jawab atas KPA Kabupaten/Kota. Orang-orang atau sekelompok yang diberi tugas pemerintah dalam menanggulangi HIV-AIDS adalah panitia yang terbentuk secara non struktural di dalam daerah atau kabupaten yang bersifat lintas sektor dengan fungsi mengatur dan melaksanakan dan membentuk rumusan kebijakan yang sudah ada pada tingkat nasional, untuk mengatasi dan menanggulangi HIV-AIDS dengan koordinasi dan keterpaduan. Fungsi koordinasi juga dimiliki oleh Komisi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(42) penanggulangan AIDS kabupaten Toba Samosir, segala upaya mengatasi dan menanggulangi adalah dikoordinir oleh KPAD HIV-AIDS kabupaten Toba Samosir. Menjadi suatu keharusan oleh KPA yang juga merupakan koordinator atau ―steering‖ untuk membuat pelaksanaan yang efektif, pelaksanaan kebijakan mengatasi dan menanggulangi pada tingkat kabupaten/kota HIV-AIDS dengan cara menyeluruh. Tugas Komisi Penanggulangan HIV-AIDS Kabupaten/Kota adalah untuk menyusun dan mengatur strategi, kebijakan, dan langkah yang dibutuhkan untuk mengatasi dan menanggulangi HIV-AIDS di daerahnya nya sesuai pedoman, strategi kebijakan, dan yang disahkan oleh KPAN. Ketua Komisi yang mengatasi dan menanggulangi HIV-AIDS yang ada pada tingkat Nasional menerima laporan secara berkala dari Komisi Penanggulangan AIDS yang berada Kabupaten/Kota . Bupati dan Walikota mengatur prosedur tentang tehnis pelaksanaan komisi yang mengatasi dan menanggulangi AIDS Kabupaten/Kota dan tentunya berdasarkan pada tehnis pelaksanaan yang disahkan oleh ketua komisi yang mengatasi dan menanggulangi HIV-AIDS pada tingkat nasional (www.aidsindonesia.or.id) Organisasi Pemerintah Daerah bidang kesehatan. Lembaga teknis yang secara normatif. bertanggung menjalankan program untuk mengatasi dan. menanggulangi HIV- AIDS adalah Pemerintah Daerah Bidang Kesehatan, maka organisasi kesehatan tersebut telah membuat agar program tersebut lebih mudah dipahami dan dimengerti pada suatu langkah dan strategi menyeluruh dengan perannya sebagai implementator aturan-aturan tentang pedoman mengatasi dan menanggulangi HIV-AIDS. Langkah dan strategi mengendalikan HIV-AIDS bidang Kesehatan adalah bertujuan untuk :. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(43) a.. Tujuan secara umum: Prevensi dan meminimalisir penyebaran infeksi HIV, ODHA hidup berkualitas agar semakin meningkat, juga meminimalisir pengaruh ekonomi dan penagruh sosial yang diakibatkan HIV-AIDS pada masyarakat,keluarga dan individu.. b.. Tujuan secara khusus 1.. Risiko tinggi pada sub-populasi dan juga sub-populasi lainnya hendaknya informasi yang senantiasa. tersedia dan menyampaikan kepada. masyarakat dan terciptanya kekondusifan suasana agar mendorong segala usaha mengatasi HIV -AIDS, dengan fokus preventif pada lingkungan dan perilaku. 2.. Respon secara nasional HIV-AIDS dikembangkan dan juga mempeerat kerjasama mitra-mitra internasional, pihak swasta, pemerintah, pihak dunia. usaha,. organisasi-organisasi. profesi,. Lembaga. Swadaya. Masyarakat, dan di daerah dan di pusat untuk terus ditingkatkan. 3.. Semakin mengembangkan keterpaduan dan integrasi aturan-aturan secara nasional dan juga pada daerah juga. prakarsa untuk mengatasi. penyebaran HIV-AIDS. Aturan dan peraturan secara umum mengatasi penyebaran HIV-AIDS bidang kesehatan 1.. Usaha preventif yang cepat dan tepat dan juga di dalamnya pemakaian alat KB seratus persen untuk perilaku sexual berisiko, sama sekali hanya untuk menghentikan penyebaran HIV.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(44) 2.. Usaha. mengatasi penyebaran HIV-AIDS adalah upaya terintegrasi dari. meningkatnya tingkah laku hidup yang baik dan tidak berisiko, supaya tidak tejangkit atau terinfeksi, pemberian obat dan melaksanakan layanan asuhan rawatan. berpedoman laporan legal dan kenyataan secara keilmuan serta. bantuan secara psikologis pada penderita. 3.. Usaha. mengatasi penyebaran HIV-AIDS dilaksanaka khalayak umum,. pemerintah, dan non government organisation berpedoman pada dasar kerjasama. Khalayak umum dan Lembaga Swadaya Masyarakat sebagai aktor inti, dan pemerintah ditugaskan memberikan petunjuk, menyadarkan dan membuat lingkungan sosial yang mendorong terlasananya usaha mengatasi penyebaran HIV-AIDS. 4.. Usaha mengatasi penyebaran HIV-AIDS difokuskan untuk kumpulan orangorang yang memiliki peluang cepat terinfeksi namun juga memberikan pengawasan kumpulan orang-orang yang tinggal dalam suatu wilayah, juga yang berhubungan dengan aktifitas dan kumpulan orang-orang terpinggirkan atau kaum minoritas untuk penyebaran HIV-AIDS.. Aturan-aturan pelaksanaan mengatasi penyebaran HIV-AIDS Bidang Kesehatan. 1.. Orang-orang yang memberi perintah di tingkat pusat berfungsi melaksanakan dan memberlakukan aturan. sah. dan sesuai dengan kesepakatan secara. nasional strategi mengatsi dan menanggulangi AIDS dan pemberian perhatian kesehatan untuk ODHA.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(45) 2.. Kabupaten/kota fokus utama mengatur dan mengelola program untuk pengelolaan dan tata laksana strategi dilaksanakan atas prinsip dari daerah ke pusat.. 3.. Meningkatkan dukungan medis untuk ODHA dilaksanakan dengan penyelidikan secara konfrehensif dari bermacam segi dan termasuk di dalamnya: kondisi penyakit menular yang berjangkit dengan cepat di daerah, tanggungan, tantangan dan daya untuk mencapai, keterikatan dalam tekad, planning and strategic, berkelanjutan, sarana. dan prasarana, Human. Resourcess dan sumber dana. Berdasarkan hak dan kekuasaan yang dipunyai , meningkatkan dukungan medis diatur oleh bidang kesehatan. 4.. Tiap-tiap upaya dengan tujuan mengetahui penderira HIV-AIDS, pertama sekali memberikan keterangan secara baik dan memperoleh izin dari pasien yang diduga sebagai penderita (informed consent). pemberian bimbingan oleh yang ahli yang cukup dan terampil hendaknya dilaksanakan pra dan post pengecekan dan setelah dilakukan pengecekan, diinformasikan kepada penderita dengan prinsip tidak diketahui oleh orang lain.. 5.. Bagi yang memberikan pelaksanaan pengecekan diharuskan melaksanakan tindakan dengan tidak membeda-bedakan penderita dan memberlakukan sifat kerja: a) mengutamakan perhatian penderita dan orang-orang yang hidup dalam suatu wilayah tertentu. b) usaha untuk mengurangi penularan HIV pada pemakai narkoba jenis suntuk dilakukan dengan menyeluruh serta mengusahakan pengguna narkoba tidak ketergantungan c) memberi dukungan dan strategi diutamakan untuk memperbaiki mutu dukungan medis, dan alur terhadap upaya preventif yang lebih mudah, dukungan medis bagi penderita,. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(46) d) dukungan medis fisik dan psikologis bagi penderita, menyeluruh dan kesatuan berdasarkan dukugan medis yang bekelanjutan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan agar tujuan dapat dicapai: 1.. Menggiatkan pencapaian dan memberlakukan aturan-aturan dan langkah strategi yang dimiliki dengan penetapan tata aturan yang berlaku, program yang memiliki standar tertentu, pergerakan juga kesesuaian tenaga pelayanan serta proporsi dana yang dimiliki.. 2.. Memperkuat dan mengembangkan tata aturan kesehatan serta penataan dan pengelolaan program, dengan kapasitas program selalu ditingkatan, meningkatkan sumber daya manusia dengan program yang handal dan terampil, penataan/pengaturan perbekalan, kegiatan pemantauan serta penilaian. langkah. strategi. serta. penilaian. langkah. strategi. untuk. disosialisasikan dan dipromosikan. 3.. Mengembangkan dan memperkuat tata aturan tentang data fakta strategis dengan semakin mengembangkan pelaksanaan laporan catatan. dari hasil. fakta-fakta ilmiah serta dan catatan surveilans, mendapat informasi data dan data penting lainnya bagi strategi mengatasi serta menanggulangi HIV -AIDS. 4.. Memaksimalkan fungsi penderita dan masyarakat dalam usaha preventif, usaha layanan rawatan, bantuan, pemberian obat juga usaha langkah strategi lainnya. Rumah Sakit Umum Daerah. Tata aturan yang sah telah dikeluarkan. oleh pemerintah melalui pelaksanaan serta meningkatkan tugas utama pemberi layanan kesehatan untuk penderita ODHA. Tata aturan juga memfokuskan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(47) memperoleh layanan yang tepat bagi ODHA dan untuk memperoleh usaha preventif, layanan medis, bantuan dan layanan rawatan, dengan harapan supaya tersedianya layanan yang bermutu bagi ODHA. Untuk pelaksanaan tugas mengatasi dan juga menanggulangi HIV-AIDS maka rumah sakit juga melaksanakan sesuai melalui aturan dasar pemberian layanan untuk refrensi pengobatan lanjutan bagi ODHA dan unit-unit layanan terkecil sekalipun meliputi pedoman strategi pelaksanaan dibawah ini: -. Mengembangkan dan memperkuat tugas pokok pemberi layanan konseling dan test sukarela. -. Mengembangkan dan memperkuat tugas pokok pemberi layanan mencegah penularan dari ibu ke anaknya.. -. Mengembangkan dan memperkuat tugas pokok pemberi layanan terapi anti virus dan saling mendukung dengan rumah sakit yang telah ditentukan oleh peraturan menteri kesehatan;. -. Mengembangkan dan memperkuat tugas pokok pemberi layanan infeksi yang dapat menyebabkan penderita dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk. Mereka membutuhkan "kesempatan" untuk menginfeksi seseorang.. -. Mengembangkan dan memperkuat tugas pokok pemberi layanan penderita ODHA dengan faktor risiko penggunaan obat suntikan. -. Mengembangkan dan memperkuat tugas pokok pemberi layanan pendukung, terdiri dari: upaya layanan makanan bergizi, layanan pemeriksaan laboaratorium, dan x-ray, pencatatan dan pelaporan.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(48) Komite HIV-AIDS RS HKBP Balige. Komite AIDS RS HKBP adalah organisasi/lembaga yang terbentuk dibawah naungan gereja HKBP yang melakukan dan memberi lindungan dan memberi terhadap masyarakat dari risiko penularan HIV-AIDS. Kegiatan mengatasi dan menanggulangi HIV-AIDS juga menperoleh dukungan dari semua dasar yaitu fungsi diakonis (melayani) oleh HKBP. Komite AIDS HKBP memiliki komitmen untuk bekerjasama dan saling mendukung dengan unit-unit layanan kesehatan dan juga gereja yang berada di bawah naungan HKBP, melaksanakan sosialisasi mengatasi dan menanggulangi infeksi HIV-AIDS di wilayah kerja naungan gereja masing-masing. Komite AIDS HKBP bersama Koordinator Pendeta di Kabupaten merumuskan Renstra Komite AIDS HKBP, KPA yang berkedudukan di Propinsi Sumut turut serta memdukung dan memfasilitasi. Sebagai sebuah lembaga keagamaan Komite AIDS HKBP difungsikankan, fokus utamanya ialah untuk mengatasi penyebaran infeksi HIV AIDS dengan religius approach. Kegiatan ini dilakukan dengan cara: 1.. Sosialisasi menjadi salah satu upaya preventif bagi orang yang tidak positif sebagai, yaitu peningkatan spiritual warga jemaat dan informasi yang benar seputar HIV dan AIDS.. 2.. Upaya medis pemberian obat-obatan, layanan bimbingan dan konseling penderita ODHA dengan strategi cara pandang negatif dan pembedaanbedaan, konseling dan test sukarela, layanan medis infeksi yang didapat melalui hubungan sexual, pengobatan dengan Anti Retroviral dan bantuan kepada kelompok-kelompok penderita ODHA.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(49) Komite AIDS HKBP juga melaksanakan strategi penyebaran informasi Komunikasi Informasi serta Edukasi ke seluruh jemaat anggota HKBP baik di tingkat distrik, resort dan jemaat, serta ke sekolah-sekolah, rumah sakit, instansi pemerintah, penjara dan kaum marjinal. Sejalan dengan dengan terus betambahnya penderita HIV-AIDS, langkah strategis difokuskan pada tindakan nyata menuju pola perubahan perilaku seperti mengatasi serta menanggulangi infeksi yang menular diakibatkan hubungan seksual yang turut juga merupakan salah satu penyebab kejadian HIV dengan anjuran menggunakan kondom bagi orang dengan perilaku sex bebas, layanan cek HIV berdasarkan kemauan sendiri dan pengobatan Anti Retro Viral yang didukung oleh tersediannya pusat layanan khusus pada Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Dimulai sejak tahun 2007 tepatnya pada tanggal 15 Maret Komite AIDS HKBP telah mempunyai klinik khusus berlokasi di kompleks RS HKBP Balige untuk Infeksi Menular Seksual dan Test HIV secara sukarela dan bangsal khusus pemeriksaan laboratorium yang cukup memadai untuk melakukan pemeriksaan IMS dan HIV. Klinik IMS dan VCT memiliki pelayanan yang terdiri dari: 1.. Upaya preventif yaitu bentuk pemberian penyuluhan serta mengatasi/ menanggulangi IMS dan HIV.. 2.. Diagnosis dan layanan medis IMS.. 3.. Pengecekan laboratorium dan Konseling HIV.. 4.. Jaminan ketersediaan obat Infeksi Menular Sexual dan Infeksi Opportunistik dan anti retro viral.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(50) 5.. Layanan berkelanjutan yang lebih tinggi Anti Retro Virus.. 6.. Layanan berkelanjutan yang lebih tinggi kepada penderita. 7.. Layanan pengobatan yang dapat dikunjungi ditempat tempat tertentu (mobile).. 8.. Pemberian dalam bentuk dukungan ODHA dan orang dalam lingkungannya.. Koordinasi Pemahaman mengenai koordinasi. Koordinasi ialah teramasuk salah satu bagian penting dalam suatu manajemen yang juga berperan penting dan mempunyai fungsi yang hampir mirip dengan bagian-bagian lain pada manajemen. Keberhasilan kegiatan koordinasi juga akan memberikan suatu pegangan atau jaminan kelancaran dalam melaksanakan pekerjaan atau organisasi untuk pencapaian arah tujuannya. Oleh karena itu pengertian dan mengetahui secara mendetail tentang rancangan/konsep koordinasi yang meliputi pengertian, tujuan, tipe, jenis-jenis dan langkah berkoordinasi, serta tantangan dan halangan untuk menciptakan koordinasi yang baik . menjadi tahu dan mengerti serta paham tentang koordinasi memampukan kita untuk dapat merancang suatu rencana sehingga koordinasi dapat terlaksana dengan baik. Pengertian koordinasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian koordinasi adalah hal-hal yang berhubungan dengan mengelola dan membuat agar teratur pada suatu kelompok tertentu atau tindakan pelaksanaan supaya tertata menurut aturan agar kegiatan yang hendak dilakukan terfokus dan terarah. Koordinasi juga merupakan usaha meraih dengan upaya sekumpulan orang-orang dengan cara tertata dengan baik, kesamaan upaya perilaku untuk. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(51) meraih tujuan secara tidak sendiri-sendiri . Pada suatu lembaga atau perkumpulan orang, yang diberi kepercayaan untuk memimpin. sangat penting supaya. mengkoordinasikan pelaksanaan buat setiap peserta kelompok/organisasi yang diserahkan untuk menuntaskan suatu pelaksanaan kegiatan. Jika informasi disampaikan dengan jelas, pemberian infornasi dan pesan yang tepat, dan distribusi tugas untuk setiap anggota oleh seorang manajer maka setiap setiap anggota akan melaksanakan berdasarkan arahan yang diterimanya. Jika koordinasi tidak ada maka bisa dipastikan setiap usaha pelaksanaan dari anggota maka tujuan organisasi tidak akan tercapai dan sulit diraih. Handoko (2003) mengatakan kegiatan penyatuan dan mengarahkan maksud-maksud dan pelaksanaan pada bagian-bagian yang berbeda-beda pada suatu kelompok untuk menggapai arah dengan. tepat atau sesuai untuk. mengerjakan dan berhasil guna bisa juga diartikan sebagai koordinasi. Kegiatan pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat arah dan maksud maka kegiatan pada bagian-bagian yang tidak satu pada kelompok tertentu untuk mengapai arah dan maksud kelompok secara tepat atau sesuai untuk mengerjakan suatu kegiatan (Yohanes Yahya, 2006). Koordinasi adalah aktifitas memberikan arah yang tepat, menggabungkan, dan mengkoordinasikan bagian-bagian manajemen dan aktifitas para anggotga untuk dapat meraih tujuan (Hasibuan, 2009). G.R Terry dalam Hasibuan (2009). berpendapat bahwa koordinasi. merupakan upaya yang selaras dan tertata rapi untuk menyediakan waktu dan jumlah yang sesuai, dan memfokuskan kegiatan agar memperoleh hasil, suatu. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(52) aksi/perilaku yang serupa dan serasi pada arah yang telah ditetapkan. Manullang (2008) koordinasi adalah aktifitas menyatukan arah pelaksanaan setiap bagianbagian kelompok supaya terfokus pada pemberian masukan dan bantuan sebanyak mungkin untuk mengapai arah dan maksud kelompok secara menyeluruh. Berkat adanya kegiatan koordinasi akan terdapat keseragaman kegiatan pada bagianbagian kelompok dalam menggapai arah dan maksud kelompok/organisasi. Menurut Richard L. Daft (2011) koordinasi (coordination) berdasar pada mutu kerjasama antar bagian-bagian kelompok. Tipe koordinasi. Kesatuan (susunan dan sebagainya) yang terdiri atas bagian-bagian memiliki tipe koordinasi yang dikehendaki dan dibuat menjadi sesuai dengan keperluan-keperluan atau situasi tertentu yang dibutuhkan untuk melakukan aktifitas agar hasil dan arah tujuan berjalan sesuai dengan harapan. Hasibuan (2009) mengemukakan bahwa tipe koordinasi terdiri dari 2 (dua) yaitu koordinasi vertical coordination dan horizontally coordination. Pemahaman mendalam kedua tipe koordinasi dapat dijelaskan dengan: a.. Vertical. Coordination. (Koordinasi. vertikal). merupakan. aktifitas. pengintegrasian, memberi arah yang tepat yang dikerjakan oleh pimpinan terhadap yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya yaitu bagianbagian kecil organisasi, integrasi kegiatan. pimpinan mengkoordinasi setiap anggota pada level bawah kewewenangnya dengan cara tanpa perantara. vertical coordination lebih mudah dalam pelaksanaannya, dengan alasan pimpinan mampu membuat funishment buat anggota yang tidak/sulit diatur.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(53) b.. Horizontal. Coordination (Koordinasi. Horizontal). merupakan jenis. koordinasi aktifitas atau pelaksanaan pekerjaan menyatukan, memberi arahan yang dikerjakan terhadap aktifitas dalam tingkat pada level yang sama. Koordinasi horizontal juga terbagi dalam 2 (dua) bagian besar interrelated dan interdisciplinary. Interdisciplinary merupakan koordinasi untuk memberi arah, integrasi program, mengabulkan, dan membuat tata tertib di antara bagianbagian terpisah dengan bagian kecil lainnya baik di dalam maupun di luar pada pada bidang yang mempuyai tugas dan fungsi yang sama. Dan yang dimaksud dengan Interrelated ialah koordinasi antar satuan kerja yang berbeda beserta bidang dan tugas yang tidak sama, akan tetapi satuan kerja tersebut saling ketergantungan atau memiliki keterkaitan baik hubungan di dalam amapun hubungan di luar yang tingkatnya sejajar. Relatif sulit dilakukan karena koordinasi horizontal ini, pimpinan tidak memiliki wewenang memberi hukuman kepada pimpinan unit lain yang tidak patuh karena memiliki jabatan dalam kedudukan yang sama. Jenis-jenis koordinasi. Terdapat beberapa jenis koordinasi yaitu: 1.. Jenis koordinasi atas dasar ruang lingkup: a.. Intern Coordination, yaitu koordinasi satuan kerja di dalam lembaga yang sama.. b.. Ekstern Coordination, yaitu koordinasi satuan kerja lembaga dengan lembaga lain.. 2.. Jenis koordinasi atas dasar arah :. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(54) a.. Vertical. Coordination. (Koordinasi. vertikal). merupakan. aktifitas. pengintegrasian, memberi arah yang tepat yang dikerjakan oleh pimpinan terhadap yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya yaitu bagian-bagian. kecil. organisasi,. integrasi. kegiatan.. pimpinan. mengkoordinasi setiap anggota pada level bawah kewewenangnya dengan cara tanpa perantara. vertical coordination lebih mudah dalam pelaksanaannya, dengan alasan pimpinan mampu membuat funishment buat anggota yang tidak/sulit diatur. b.. Horizontal. Coordination (Koordinasi. Horizontal). merupakan jenis. koordinasi aktifitas atau pelaksanaan pekerjaan menyatukan, memberi arahan yang dikerjakan terhadap aktifitas dalam tingkat pada level yang sama. c.. Diagonally Coordination, yaitu koordinasi yang tidak sama tugas dan tanggung jawabnya dan tidak sama juga level hierarkinya.. d.. Fungtional Coordination, yaitu koordinasi didasarkan atas tugas yang serupa i atau karena fungsi tertentu yang dimiliki oleh koordinatornya. Koordinasi dan tujuannya. Jika. suatu lembaga dan organisasi. melaksanakan kegiatan koordinasi dilakukan dengan berhasil guna maka ada keuntungan-keuntungan yang diperoleh.. akan tetapi jika koordinasi berjalan dengan tidak baik. akan mengakibatkan tujuan organisasi menjadi tidak satu. tujuan dan menjadi tidak terarah. Tujuan koordinasi dalam suatu organisasi (Hasibuan ,2009), yakni :. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(55) 1.. Mengatasi timbulnya ketidak kondusifan, perselisihan dan tugas yang sama oleh beberapa organisasi atau kekosongan pekerjaan bisa juga ada pekerjaan yang sama sekali tidak dilaksanakan.. 2.. Mengarahkan supaya anggota dan kegiatannya diharmonisasikan juga diberi pengarahan untuk tujuan organisasi bisa dicapai.. 3.. Fasilitas yang ada dipergunakan untuk mencapai tujuan.. 4.. Agar. tugas, pekerjaan dan kegiatan keterpaduan pencapaian yang telah. disepakati. Koordinasi dapat diadakan dengan cara-cara. Koordinasi tidak dapat diberi perintah, pemaksaan, tetapi melalui upaya permohonan/permintaan kepada anggota, melalui upaya ini akan lebih dirasakan secara mendalam, dipatuhi oleh anggota sehingga anggota merasa berharga. Cara koordinasi dapat dilaksanakan dengan : 1.. Mengadakan pemberian penjelasan tanpa perantara dan seperti sahabat. Penjelasasn tentang jenis aktifitas , karena langkah yang efektif dilaksanakan untuk membuat, membuahkan koordinasi sesuai dengan harapan.. 2.. Mengupayakan supaya penerimaan dan pengetahuan tentang tujuan yang hendak diraih oleh bawahan tidak dengan tujuan pribadi namun secara tujuan secara menyeluruh.. 3.. Memberi dukungan kepada bawahan saling sharing ide, menyampaikan usul buah pikiran dan hal lainya.. 4.. Memberi dukungan kepada bawahan agar turut serta pada perumusan rancangan, target sasaran (Ketani, 2002).. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(56) Dalam usaha memelihara koordinasi Manullang (2008), mengemukakan bahwa koordinasi dapat ditempuh melalui 4 (empat) langkah yaitu: 1.. Membuat acara resmi berupa pertemuan antara bidang dan bagian unit yang harus berkoordinasi, dan hal yang dibicarakan dan dinuat sharing buah pikiran dari orang-orang yang berkaitan dengan arah dan maksudnya akan berlangsung sejalan dan berdampingandalam menggapai target.. 2.. Memilih dan menetapakan pimpinan, suatu kelompok tugas khusus koordinator kepanitiaan yang dengan tugas secara spesipik melaksanakan koordinasi, seperti memberi keterangan atau arahan kepada anggota.. 3.. Penjelasan tugas anggota dan pimpinan dibuat dalam bentuk buku pedoman. Dan diserahkan kepada tiap anggota sebagai pedoman pelaksanaan tugas.. 4.. pertemuan-pertemuan dengan bawahan yang diadakan oleh manajer atau kepala satuan mengadakan untuk membimbing, dan memberi pengarahan serta konsultasi. Mengadakan koordinasi dengan bermacam cara sangat diperlukan spaya. kemungkinan terjadinya konflik dapat dihindari, tugas yang sama (overlapping), supaya tidak ada bagian yang tidak bekerja, tidak ada lagi maksud dan tujuan secara perorangan dan memperkuat usaha sama-sama bekerja. Tujuan yang tidak berbeda, keterpaduan tindakan, kondisi lingkungan kerja sama, diharapkan akan tercipta melalui koordinasi. Koordinasi juga merupakan bagian utama dari manajemen dan tertuang secara tertulis dan tidak tertulis dalam semua fungsi manajemen, karena senantiasa berupaya untuk meraih koordinasi dengan tugas dan fungsi utama. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(57) perumusan. rencana,. organisasi,. kepegawaian,. memberikan. arahan. dan. controlling. Kepala atau pimpinan dapat diibaratkan sebagai orchestra and conductor orkestra dimana keduanya bekerjasama irama yang harmonis dan integrasi dalam pelaksanaan kegiatan kelompok dan anggotanya. Dalam setiap fungsi manejer maka koordinasi tidak terlepas juga dalam setiap proses yaitu: a.. Perencanaan : Upaya koordinasi dalam Perencanaan dengan memadukan rencana yang bermacam-macam melalui sharing, pertukaran ide, contohnya : koordinasi antara pendapatan dan pengeluaran belanja pada daerah.. b.. Pengorganisasian: koordinasi merupakan bagian terpenting dari kegiatan organisasi. Ketika seorang manajer memberi tugas kepada bawahan dan waktu manajer melaksanakan koordinasi bidang tertentu yang terutama dalam ide yang telah dipikirkan sebelumnya.. c.. Penetapan Staf: Manajer senantiasa berprinsip bahwa anggota di level yang berbeda dengan perbedaan status pendidikan dan keahlian tertentu berada pada pekerjaan yang tepat dan sesuai dengan keahlian yang dimiliknya sehingga pekejaan tersebut akan berhasil sesuai dengan harapan.. d.. Memberi arahan: memberi tugas dan cara pelaksanaan, arahan & memberikan bimbingan kepada anggota hanya terjadi jika terdapat hubungan harmonis antara keduanya.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(58) e.. Pengendalian: Manajer memutuskan dan menetapkan bahwa harus ada koordinasi antara hasil pekerjaan yang nyata dan standar hasil sehingga tujuan organisasi kerja tercapai. Pencapaian dan masalah koordinasi yang efektif. Keahlian tertentu. yang meningkat juga menyebabkan koordinasi semakin diperlukan dan sangat dibutuhkan. Semakin tinggi keahlian kelompok tertentu, maka manajer/pimpinan juga akan semakin sulit mengadakan koordinasi pelaksanaan kegiatan tertentu dari bidang-bidang yang berbeda. Empat tipe perbedaan menurut Yahya (2006), dalam sikap dan cara kerja yang menghambat tugas organisasi secara efektif yaitu : (1)Orientasi tujuan tertentu, (2) Orientasi waktu, (3) Orientasi antar pribadi, (4) Formalitas struktur. Meskipun pentingnya koordinasi sudah disadari dalam pemerintahan proses manajemen/administrasi, namun secara nyata dalam pelaksanaan masih didapati bermacam tantangan sehingga mengakibatkan pelaksanaan koordinasi menjadi tidak efektif, dan akibatnya sasaran/tujuan tidak sesuai dengan diharapkan. Moekijat (1994) berpendapat bahwa koordinasi yang efektif dapat diwujudkan dengan syarat-syarat yaitu: a.. Hubungan secara langsung : koordinasi bisa lebih lancar dijangkau dengan hubungan personal secara langsung.. b.. Kesempatan awal : dijangkau dengan lancar dalam level permulaan/awal perumusan rencana dan dan membuat tata aturan peraturan.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(59) c.. Continuitas : adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan dan terjadi pada ketika memulia dari tahap perencanaan.. d.. Dinamisme : berubah secara terus-menerus, baik di dalam ataupun di luar.. e.. Kejelasan tujuan : sangat diperlukan dan agar koordiasi semakin. f.. Kesederhanaan Susunan Organisasi : Tata Birokrasi dan struktur organisasi yang tidak terlalu rumit.. g.. Kejelasan rumusan wewenang dan tanggung jawab: ketidak jelasan wewenang dapat meningkatkan perselisihan di antar anggota pada bidang yang berbeda, tetapi jika wewenang dan tanggung jawab tertuang dengan jelas maka juga mendukung anggota dan aktifitas dan satu arah tujuan.. h.. Efektifnya Komunikasi: penyampaian pesan yang berhasil guna adalah satu kondisi untuk menghasilkan koordinasi yang baik.. i.. Pemimpin daan Supervisi efektif: kepemimpinan yang handal terampil dapat memperlancar koordinasi awal sampai akhir. Penghambat tercapainya koordinasi (Handayaningrat,1991) adalah sebagai. berikut : a.. Koordinasi vertikal (struktural) dan hambatannya. Terjadi hambatan yang diakibat oleh perumusan tanggung jawab dan tugas, wewenang dan tiap-tiap satuan kerja (unit kerja) kurang jelas. Penyebab lain adalah relasi dan tata kerja serta prosedur kurang dipahami oleh pihak-pihak yang bersangkutan dan kadang-kadang timbul keragu-raguan diantara mereka. Pada dasarnya kondisi penghambat tidak dibuthkan oleh karena antara koordinator dan yang yang menjadi pelaku koordinasi terdapat relasi yang bersifat hierarkis dan terdapat dalam tatanan organisasi.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(60) b.. Koordinasi fungsional dan hambatannya . Hambatan yang ditemukan dslam pelaksanaan pada koordinasi fungsional baik tipe koordinasi yang bersifat diagonal maupun tipe koordinasi yang bersifat tidak ada hubungan secara hierarkis antara koordinator dan orng yang menerima koordinasi, karena hubungan keduanya berlaku dikarenakan fungsinya karena. kaitan dan. bahkan interdepedensi. Hambatan lain pelaksanaan koordinasi adalah : 1.. Kurang sadarnya para pejabat tentang tugas yang dilakukannya untuk mencapai tujuan organisasi bukan sebatas pokok saja dari semua tugas dalam organisasi.. 2.. Para pejabat menganggpa tupoksinya sendiri sebagai pekerjaan utamanya sesuatu yang utama dari pada pekerjaan lain.. 3.. Kerja dan proposi pekerjaan atau yang keahlian/keterampilan yang dalam organisasi.. 4.. Wewenang tupoksi dan tanggung jawab yang tidak tertuang jelas.. 5.. Standar operasional prosedur yang tidak jelas dan dan sulit dan belum dipahami oleh setiap orang bersangkutan.. 6.. Pimpinan kurang mampu melaksanakan koordinasi karena tidak memiliki kharisma sebagai pemimpin. 7.. Forum komunikasi untuk tukar menukar informasi untuk menciptakan saling pengertian belum ada atau masih sangat sedikit yang dapat berguna untuk lancarnya pelaksanaan pekerjaan.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(61) Gejala kurangnya koordinasi dalam suatu organisasi (Robbins 2008): 1.. Adanya perselisihan antara anggota atau pimpinan unit-unit tentang tugas dan ada yang yang menganggap bukan wilayah/wewenang pekerjaannya.. 2.. Satu sama lain saling tidak bertanggung jawab adan saling lempar tanggung jawab.. 3.. Keputusan dibuat dengan kurang sempurna karena tidak termuat dengan segenap keterangan pada satuan kerja/unit (dari tingkat bawahannya).. 4.. Makin maraknya badan yang menangani masalah khusus atau satuan organisasi ―nonstruktural‖, misalnya: tim panitia, satuan tugas, komisi yang sebenarnya tidak dibutuhkan karena sebenarnya sudah dapat dicakup oleh badan yang sudah ada sebelumnya. Membangun keefektifan koordinasi. Agar koordinasi dapat terlaksana. dengan efektif maka diperlukan : 1.. Distribusi aktifitas yang jelas.. 2.. Bekerja dengan semangat bagi orang-orang yang terlibat dan tetap membina hubungan baik internal maupu secara eksternal.. 3.. Hubungan antar anggota dan keakraban bagi setiap orang perlu selalu dikembangkan.. 4.. Sebaiknya koordinasi dimulai pada tahap awal dan kemudian dipertahankan secara berkesinambungan.. 5.. Pertemuan terbuka dan secara lengkap, kegiatan rapat waktu tertentu secara terjadwal, dibentuk susunan kepanitiaan gabungan, badan untuk yang berfungsi koordinasi staf (coordinativestaff), saling tanya jawab dengan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(62) anggota atau setiap orang berantai, buku. yang tergabung di dalamnya, momerendum. untuk pedoman pelaksanaan organisasi dan prosedur. pelaksanaan salah satu cara konsultasi dan komunikasi. Koordinasi dalam menanggulangi masalah kesehatan. Salah satu bagian utama dari kegiatan manajemen adalah koordinasi, membutuhkan SDM, yang memiliki cara berfikir untuk mengatasi suatu masalah baik secara umum maupun masalah kesehatan secara khusus. Sehubungan dengan hal itu, dibutuhkan sesuatu yang berhubungan dengan pembelajaran, untuk memberi gambaran secara lebih jelas dan mendalam tentang makna koordinasi sebagai bagian penting dalam mengelola sera mengatur untuk mengatasi masalah yang ada. Kesehatan dan berbagai hal dan masalah adalah tanggung jawab bersama setiap perorangan/individu, kelompok/masyarakat,. organisasi pemerintah juga. swasta. Yang dikatakan sebagai leading sector dalam hal upaya membangun kesehatan adalah bidang kesehatan akan tetapi dalam pelaksanaan semua tata atura/ kebijakan dan program intervensi harus diperlukan kerjasama dan berjalan secara harmonis antar stakeholder yang terlibat. Stakeholder yang terlibat secara langsung maupun yang terlibat secara tidak langsung berhubungan. upaya. meniningkat status kesehatan perorangan/individu, kelompok/masyarakat juga memberi masukan dan hal yang perlu dipertimbangkan. dalam hal status. kesehatan dalam segala hal yang berkaitan dengan tata/aturan pembangunannya (health public policy). Ini menunjukkan bahwa segala upaya dilakukan masing-. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(63) masing stakeholder dapat menjadi sumbangan pikiran. yang baik untuk. menciptakan perilaku sehat dan lingkungan yang sehat juga. Masalah dan segala kerumitan bidang kesehatan membutuhkan cara dan tindakan. yang. bersatu. padu,. semua. orang-orang. yang. mempunyai. kepentingan yang tergabung dan terlibat dengan bidang kesehatan membutuhkan upaya untuk senantiasa saling membantu dengan prinsip kegotong royongam, senantiasa membina hubungan melalui komunikasi, serta kegiatan atau operasi gabungan dan senantiasa saling melengkapi sesuai dengan tupoksinya masingmasing. Menanggulangi. bermacam-macam. masalah. kesehatan. tersebut. dibutuhkan koordinasi baik antar program yang berbeda ataupun dengan maupun dengan orang-orang dengan wewenang sebagi pengambil keputusan. saling. berhubungan melalui cara dan tehnik tertentu agar kegiatan dapat terpadu dalam pelaksanaannya. perihal terpadu yang diinginkan ialah berbagai bidang mulai dari kegiatan, tenaga, biaya maupun fasilitas. Koordinasi dan indikator di dalamnya. Cara yang dapat digunakan dalam menilai sutau koordinasi adalah : 1.. Indikator Komunikasi Komunikasi adalah kegiatan dua orang atau lebih dan terjadi pertukaran informasi, dengan tujuan menanamkan motivasi atau memberi pengarug untuk dapat merubah tingkah laku (Daft, 2002). Hal dapat dinilai dari sebuah komunikasi dalam koordinasi ialah : a. Keberadaan (ada/tidak) informasi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

Gambar

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

Referensi

Dokumen terkait

dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah ketigakalinya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 (Lembaran Negara

Mencermati Dugaan Kasus Manipulasi Pajak Asian Agri, (Jawa Pos Online, tanggal 8 November 2007), internet, diunduh tanggal 4 April 2008 Dali Bouzoraa, Transfer Pricing

Dalam struktur metode penelitian analisis konten atau isi yang diperlihatkan melalui informasi dengan sajian menarik dalam website ataupun mobile apps Shopee kemudian

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana kritis Fairclough yang memadukan kombinasi tradisi analisis tekstual bahasa dalam ruang tertutup, dengan konteks masyarakat

Taraf signifikan 0,044 (0,044<0,05) yang berarti bahwa perlakuan menggunakan model discovery learning pada kelompok eksperimen terhadap hasil belajar IPA siswa

Kajian yang digunakan dalam skripsi ini adalah kajian yang bersifat analisis, yaitu analisis terhadap prakiraan daya beban listrik yang tersambung pada Gardu

Pidgin juga merupakan sebuah bahasa yang muncul sebagai hasil interaksi antara dua kelompok yang berbicara dengan bahasa yang berbeda dan tidak mengerti apa yang dibicarakan satu

kuis interaktif merupakan perangkat lunak yang khusus didesain untuk meningkatkan hasil belajar dengan membuat latihan soal dan di sajikan