• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada penggabungan klausa koordinatif maupun subordinatif bahasa Indonesia sering mengakibatkan adanya dua unsur yang sama atau pengulangan unsur dalam sebuah kalimat. Demi terbentuknya kalimat yang efektif, pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi pengulangan unsur tersebut adalah dengan pelesapan. Alwi, dkk (2003:415) mengungkapkan pelesapan adalah “penghilangan unsur tertentu dari suatu kalimat atau teks”. Adapun Ramlan (1993:24) mendeskripsikan pelesapan sebagai ”unsur kalimat yang tidak dinyatakan secara tersurat pada kalimat berikutnya tetapi kehadiran unsur itu dapat diperkirakan”.

Berdasarkan pengertian dari Ramlan tersebut diketahui bahwa proses pelesapan unsur tidak bisa dilakukan sembarangan karena kehadiran unsur yang lesap itu dapat diperkirakan. Pada pelesapan, antara unsur yang lesap dan antesedennya harus berkoreferensial agar salah satu unsur tersebut dapat dilesapkan. Sugono menyatakan bahwa unsur yang hilang pada sebuah pelesapan memiliki anteseden atau acuan, baik acuan yang ada dalam konteks bahasa maupun yang ada di luar konteks bahasa (1991:13).

Sampai saat ini, masalah pelesapan masih menjadi bahan penelitian yang sangat menarik dan perlu dibahas oleh para peneliti bahasa mengingat luasnya

(2)

2 lahan pembahasan mengenai pelesapan. Pelesapan bisa terjadi pada semua unsur kalimat, baik subjek, objek, predikat, maupun keterangan. Adapun unsur yang lesap yang akan dibahas pada penelitian ini adalah unsur argumen. Argumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah unsur-unsur inti yang melengkapi predikat.

Menurut Verhaar (2008:164), argumen merupakan konstituen-kontituen inti dalam sebuah kalimat yang “kehadirannya bersifat khas dari verba yang menjadi induk dalam seluruh konstruksi”. Konstituen-konstituen yang dimaksud biasanya berupa nomina atau frasa nomina yang menjadi subjek dan objek atau agen dan pasien dalam sebuah kalimat yang kehadirannya bergantung pada predikatnya. Unsur pelengkap predikat lain yang bukan inti disebut sebagai argumen bukan inti atau komplemen.

Pelesapan argumen diperkenalkan oleh Dixon pada tahun 1994 dengan istilah pivot. Pelesapan argumen digunakan Dixon untuk menentukan tipe bahasa, apakah bahasa tersebut termasuk bahasa akusatif atau bahasa ergatif. Penentuan tipe bahasa dengan pelesapan argumen ini memperhatikan perilaku kekoreferensialan antarargumen pada penggabungan klausa. Meskipun bukan hal yang baru, penelitian mengenai pelesapan argumen ini masih menarik dan perlu untuk diteliti, terutama pada bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan sampai saat ini, penelitian mengenai pelesapan argumen dalam bahasa Indonesia terfokus pada penentuan tipe bahasa dengan memperhatikan kekoreferensialan argumennya saja.

Padahal masih banyak bahan penelitian yang dapat ditemukan dan belum diteliti lebih lanjut pada pelesapan argumen. Salah satunya adalah adanya proses perubahan struktur klausa yang mempengaruhi pelesapan argumen.

(3)

3 Adanya pengaruh perubahan struktur klausa terhadap pelesapan argumen pada penggabungan dua klausa ini dikemukakan oleh Dixon pada penelitiannya mengenai ergativitas. Pada penelitian tersebut, Dixon (1994:144) menyatakan bahwa bahasa yang cenderung ergatif terkadang membutuhkan perubahan struktur klausa antipasif dan bahasa yang cenderung akusatif membutuhkan pemasifan agar salah satu argumen yang berkoreferensial bisa dilesapkan. Kebutuhan argumen yang berkoreferensial terhadap perubahan struktur klausa tersebut dapat dilihat pada penggabungan klausa data berikut.

(1) a) Mereka lari setelah wartawan memotret mereka.

b) *Mereka lari setelah wartawan memotret Ø.

c) Mereka lari setelah Ø dipotret wartawan.

(001/Solopos/ 2 November 2015)

Kalimat (1a) merupakan bentuk aktif dan lengkap dari data (1c). Kalimat (1a) terdiri dari dua klausa, yaitu : (i) mereka lari dan (ii) wartawan memotret mereka dengan konjungsi setelah sebagai penghubungnya. Pada dua klausa

tersebut, ada dua unsur yang sama dan saling berkoreferensial, yaitu unsur argumen mereka. Jika klausa (i) dan klausa (ii) digabungkan dan mendapat konjungsi setelah, maka salah satu argumen mereka dapat dilesapkan. Namun proses pelesapan argumen secara langsung menyebabkan kalimat menjadi tidak berterima, seperti yang terjadi pada kalimat (1b). Hal ini dikarenakan anteseden unsur yang lesap pada kalimat (1b) tidak lagi hanya argumen mereka, namun bisa unsur lain di luar kalimat tersebut. Proses pemasifan perlu dilakukan pada salah satu klausa tersebut agar pelesapan argumennya berterima. Pada data (1c) terlihat proses pemasifan pada verba klausa (ii) dari verba aktif memotret menjadi verba

(4)

4 pasif dipotret. Setelah terjadi proses pemasifan, argumen mereka pada klausa (ii) dapat dilesapkan tanpa menyebabkan kalimatnya tidak berterima dan anteseden dari argumen yang lesap tersebut hanya satu yaitu argumen mereka pada klausa (i).

Berdasarkan deskripsi tersebut, dapat dinyatakan bahwa perubahan struktur klausa berupa pemasifan mempengaruhi kekoreferensialan dan pelesapan argumen pada data (1). Jika diperhatikan lagi, selain mempengaruhi pelesapan argumennya, proses pemasifan dari kalimat (1a) menjadi data (1c) juga mempengaruhi kedudukan argumennya. Argumen-argumen pada data (1c) mengalami pergeseran kedudukan dari sebelum pemasifan dengan setelah pemasifan. Mengenai pergeseran argumen ini, data (2) memperlihatkannya lebih jelas.

(2) a) Mereka terbenam semakin dalam setelah Stoke City mengalahkan mereka.

b) *Mereka terbenam semakin dalam setelah Stoke City mengalahkan Ø.

c) Mereka terbenam semakin dalam setelah Ø dikalahkan oleh Stoke City.

(061/Kompas/ 9 November 2015) Kalimat (2a) merupakan bentuk aktif dan lengkap dari data (2c). Kalimat (2a) terdiri dari dua klausa, yaitu : (i) mereka terbenam semakin dalam dan (ii) Stoke City mengalahkan mereka dengan konjungsi setelah sebagai penghubungnya. Pada dua klausa tersebut, ada dua unsur yang sama dan saling berkoreferensial, yaitu unsur argumen mereka. Jika klausa (i) dan klausa (ii) digabungkan dan mendapat konjungsi setelah, maka salah satu argumen mereka dapat dilesapkan. Namun, seperti halnya data (1), pelesapan argumen pada data (2)

(5)

5 juga tidak bisa dilakukan secara langung tanpa proses pemasifan. Jika pelesapan argumen dilakukan tanpa proses pemasifan, kalimatnya menjadi tidak berterima seperti yang terlihat pada kalimat (2b). Proses pemasifan perlu dilakukan pada salah satu klausa tersebut. Pada data (2c) terlihat proses pemasifan pada verba klausa (ii), dari verba aktif mengalahkan menjadi verba pasif dikalahkan. Setelah mengalami proses pemasifan, argumen mereka pada klausa (ii) dapat dilesapkan.

Selain mempengaruhi pelesapan argumennya, proses pemasifan tersebut juga mempengaruhi kedudukan argumennya, khususnya pada klausa yang dipasifkan.

Pada data (2c), klausa yang mengalami proses pemasifan adalah klausa (ii). Pada bentuk aktifnya, verba mengalahkan pada klausa (ii) memiliki dua argumen, yaitu argumen Stoke City sebagai subjek dan argumen mereka sebagai objek. Namun sesudah mengalami proses pemasifan dan verba berubah menjadi verba pasif dikalahkan, argumen mereka bergeser menjadi satu-satunya argumen pada klausa

tersebut. Adapun argumen Stoke City pada klausa pasifnya bergeser menjadi bukan argumen dengan adanya preposisi oleh. Dengan demikian, selain mempengaruhi pelesapan argumen, proses pemasifan juga mengakibatkan pergeseran argumennya.

Dalam bahasa Indonesia, penelitian mengenai pelesapan argumen masih terbatas. Penelitian mengenai pelesapan argumen pada bahasa Jawa pernah dilakukan oleh Sawardi pada tahun 2011. Adapun Ketut Artawa pada tahun 1997 menyinggung pelesapan argumen pada penelitiannya mengenai keergatifan pada bahasa Bali, Sasak, dan bahasa Indonesia. Kedua penelitian lebih tersebut terfokus pada penggunaan pelesapan argumen untuk menentukan keakusatifan dan keergatifan sebuah bahasa. Penelitian mengenai perubahan struktur klausa yang

(6)

6 mempengaruhi pelesapan argumen belum dibahas lebih lanjut dalam bahasa Indonesia. Hal inilah yang menjadi alasan utama penulis untuk mengangkat topik ini untuk diteliti. Alasan lain mengapa penelitian ini dilakukan pada bahasa Indonesia adalah karena perubahan struktur klausa pada bahasa Indonesia ditandai secara jelas dengan pemarkah afiks pada verba atau predikat yang berubah seiring bergantinya struktur klausa. Selain itu, pada bahasa Indonesia terlihat jelas perbedaan antara unsur inti argumen dan unsur bukan inti dengan adanya pemarkah preposisi pada unsur bukan inti.

Penulis berharap penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai pelesapan argumen dalam bahasa Indonesia dan akan menambah referensi mengenai pelesapan. Selain itu dengan penelitian ini, penulis berharap akan menarik minat peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian mengenai pelesapan argumen.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah merupakan aspek yang penting di dalam penelitian.

Adanya pembatasan masalah dalam sebuah penelitian karena dapat mencegah meluasnya topik pembahasan. Apabila dalam suatu penelitian tidak ada pembatasan masalah maka bahasan penelitian tersebut akan sangat meluas dan tidak terfokus. Mengingat luasnya masalah yang dihadapi dan beragamnya jenis pelesapan argumen, dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan hanya pada perilaku argumen pada perubahan struktur klausa bahasa Indonesia, pelesapan argumen pada penggabungan klausa bahasa Indonesia, bahasa Indonesia jika dilihat dari teori Dixon. Adapun untuk perubahan struktur klausa,

(7)

7 penelitian ini akan memfokuskan pada perubahan struktur klausa aktif-pasif, kausatif, dan aplikatif. Hal ini dikarenakan pada bahasa Indonesia, ketiga perubahan struktur klausa tersebut terjadi pergeseran argumen dari unsur inti menjadi unsur bukan inti maupun sebaliknya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah-masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perilaku argumen pada perubahan struktur klausa bahasa Indonesia?

2. Bagaimana pelesapan argumen yang terjadi pada penggabungan klausa bahasa Indonesia?

3. Bagaimana pelesapan argumen dalam bahasa Indonesia jika dilihat dari teori Dixon?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian sangat diperlukan dalam sebuah penelitian yang dimaksudkan untuk memberi arahan dalam proses penelitian agar sesuai dengan maksud dari penelitian itu sendiri. Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan yang penulis harapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah :

(8)

8 1. Mendeskripsikan perilaku argumen pada perubahan struktur klausa

bahasa Indonesia.

2. Mendeskripsikan pelesapan argumen yang terjadi pada penggabungan klausa bahasa Indonesia.

3. Mendeskripsikan pelesapan argumen dalam bahasa Indonesia jika dilihat dari teori Dixon.

E. Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

a. Menjelaskan pelesapan argumen jika dilihat dari teori Dixon.

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang berkaitan dengan ilmu bahasa terutama pada bidang sintaksis.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan gambaran alternatif dalam mendeskripsikan pelesapan argumen dalam bahasa Indonesia.

b. Memberikan bahan acuan dalam pengajaran sintaksis dalam bahasa Indonesia.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab. Pada setiap babnya terdiri atas pokok pemasalahan yang berbeda namun secara keseluruhan lima bab ini merupakan kesatuan.

(9)

9 Bab I merupakan pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II merupakan kajian pustaka dan kerangka pikir. Bab ini berisi mengenai penelitian terdahulu, berbagai teori yang digunakan dalam penelitian ini, dan kerangka pikir.

Bab III adalah metode penelitian. Bab ini akan membahas mengenai jenis penelitian, data dan sumber data, metode pengumpulan data, teknik klasifikasi data, teknik analisis data dan teknik penyajian data.

Bab IV adalah analisis data. Bab ini berisi inti penelitian yang dilakukan.

Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai masalah-masalah yang telah dikemukakan pada perumusan masalah, yaitu : (1) perilaku argumen pada perubahan struktur klausa bahasa Indonesia, (2) pelesapan argumen pada penggabungan klausa bahasa Indonesia, dan (3) pelesapan argumen dalam bahasa Indonesia jika dilihat dari teori Dixon.

Bab V adalah penutup. Bab ini berisi simpulan yang didapatkan setelah penelitian dan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Seringkali apabila tunggakan sewa berlaku ianya dikaitkan dengan masalah kemampuan yang dihadapi penyewa dan juga disebabkan faktor pengurusan yang lemah. Ada pula

Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pemaparan cuaca ( weathering ) terhadap karakteristik komposit HDPE–sampah organik berupa kekuatan bending dan

Dalam pelaksanaan Program Induksi, pembimbing ditunjuk oleh kepala sekolah/madrasah dengan kriteria memiliki kompetensi sebagai guru profesional; pengalaman mengajar

Hasil penelitian yang diperoleh adalah kasus spondilitis tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 44 pasien.. Penyakit ini dapat menyerang segala jenis kelamin dan

Hasil penelitian menunjukkan terdapat 19 sasaran strategis yang ingin dicapai dengan prioritas sasaran adalah: meningkatkan penerimaan Fakultas (bobot 10%),

1 M.. Hal ini me nunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa yang signifikan dibandingkan dengan siklus I. Pertukaran keanggotaan kelompok belajar

Segala puji bagi Allah s.w.t Rabb Semesta Alam, karena atas izin-Nya, skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Umur dan Lama Paparan Dengan Penurunan Daya Dengar Pada Pekerja