• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN DELI SERDANG KERTAS KARYA. Oleh: Norma R Situmeang NIM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SISTEM KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN DELI SERDANG KERTAS KARYA. Oleh: Norma R Situmeang NIM."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN DELI SERDANG

KERTAS KARYA

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Studi untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) dalam Bidang Ilmu Perpustakaan

Oleh:

Norma R Situmeang NIM. 142201079

PROGRAM STUDI D-III PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Kertas Karya : Sistem Klasifikasi Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang

Oleh : Norma R Situmeang

Nim : 142201079

Dosen Pembimbing : Hotlan Siahaan, S.Sos., M.I.Kom

NIP : 197803312005012003

Tanda Tangan :

______________________

Tanggal :

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas karya : Sistem Klasifikasi Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang

Oleh : Norma R Situmeang

NIM : 142201079

PROGRAM STUDI D-III PERPUSTAKAAN Ketua Jurusan : Hotlan Siahaan, S.Sos., M.I.Kom

NIP : 197803312005012003

Tanda Tangan :

______________________

Tanggal :

FAKULTAS ILMU BUDAYA Dekan : Dr. Budi Agustono, M.S

NIP : 196008051987031001

Tanda Tangan :

______________________

Tanggal :

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan kertas karya ini berjudul “SISTEM KLASIFIKASI BAHAN PUSAKA PADA PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN DELI SERDANG” sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Ahli Madya Program Studi D-III Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kertas karya ini belum sempurna seperti yang diharapkan. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan kertas karya ini.

Selama penulisan kertas karya ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil yang semuanya sangat menunjang tersusunnya kertas karya ini. Pada kesempatan ini sebagai rasa syukur penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos., M.I.Kom selaku Ketua Program Studi D-III Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing penulis yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

3. Bapak Drs. Dirmansyah selaku sekretaris Program Studi D-III Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh Dosen Program Studi D-III Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Unversitas Sumatera Utara dan seluruh staf pengajar yang telah mendidik penulis selama mengikuti perkuliahan.

5. Bapak Drs. Ridwan Said Siregar Kepala Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang.

(5)

6. Ayahanda P. Situmeang dan Ibunda R. Hutapea selaku Orang Tua penulis yang selalu memberikan dukungan baik bantuan moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan kerta karya ini.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada adik-adik penulis Muhammad Adi dan Laksamana Muda jaya yang telah memberikan motivasi dan mendoakan dalam penyelesaian kertas karya ini.

7. Kepada Kakak-kakak penulis Aprilyanti Situmeang, S.Pd, Rini Wayani Situmeang, Naomi Situmeang, dan adik Delima Mey Angelika Situmeang yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

8. Kepada teman-teman mahasiswa stambuk 2014 penulis ucapkan terimakasih karena telah membantu dan memberikan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih semoga kertas karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2017 Penulis,

Norma R Situmeang NIM : 142201079

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... .i

Daftar Isi ... .iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 3

1.3 Ruang Lingkup ... 3

1.4 Metode Pengumpulan Data ... 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Klasifikasi ... 4

2.1.1 Fungsi dan Tujuan Klasifikasi ... 5

2.1.2 Macam-macam Sistem Klasifikasi ... 6

2.1.3 Sistem Klasifikasi yang Baik ... 7

2.1.4 Analisis Subyek ... 8

2.2 Sistem Klasifikasi DDC ... 14

2.2.1 Pengertian DDC ... 14

2.2.2 Sejarah DDC ... 14

2.2.3 Unsur-unsur DDC ... 15

2.2.4 Prinsip-prinsip Dasar Sistematika DDC ... 16

2.3 Langkah-langkah Sistem Klasifikasi DDC ... 21

2.3.1 Penggunaan Notasi Dasar ... 21

2.3.2 Pembentukan Notasi ... 21

2.3.3 Indeks Relatif ... 22

2.3.4 Bagan ... 23

2.3.5 Tabel ... 24

BAB III SISTEM KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN DELI SERDANG 3.1 Profil Perpustakaan ... 28

3.1.1 Layanan ... 28

3.1.2 Pengguna ... 29

3.1.3 Sumber Daya Manusia ... 29

3.2 Jenis dan Jumlah Koleksi ... 30

3.3 Sistem Klasifikasi ... 31

3.3.1 Analisis Subyek ... 32

3.3.2 Melalui Indeks Relatif ... 33

(7)

3.3.3 Melalui Bagan ... 34 3.3.4 Melalui Tabel ... 35 3.4.5 Kendala-kendala dalam Klasifikasi ... 37

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ... 38 4.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, peran perpustakaan umum sangat penting karena fungsinya melayani semua lapisan masyarakat untuk memperoleh dan meningkatkan ilmu pengetahuan tanpa persyaratan dan tanpa membayar. Perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan yang sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, tingkatan sosial dan umur.

Perpustakaan memberikan indikasi bahwa nilai suatu lembaga pendidikan dapat diukur kualitasnya pada perlengkapan dan kesempurnaan jasa yang diberikan oleh perpustakaan. Perpustakaan tidak lepas dari pembludakan informasi, oleh karena itu perpustakaan selalu berusaha mengorganisasikan informasi yang ada secara sistematis. Sistem yang biasanya dipergunakan adalah dengan mengklasifikasikan bahan pustaka kedalam kelas-kelas tertentu.

Kegiatan klasifikasi merupakan bagian dari bidang pelayanan teknis pada perpustakaan yaitu pengolaan. Benda-benda yang diklasifikasikan adalah bahan perpustakaan yang merupakan koleksi perpustakaan. Koleksi tersebut harus dapat didayagunakan semaksimal mungkin agar perpustakaan dapat menjalankan peranannya dengan baik. Klasifikasi berasal dari kata Latin “classis”. Klasifikasi adalah proses pengelompokan, artinya mengumpulkan benda/entitas yang tidak sama. Secara umum dapat dikatakan bahwa batasan klasifikasi adalah usaha menata alam pengetahuan ke dalam tata urutan sitematis. Dalam kehidupan sehari-hari klasifikasi sudah banyak dilakukan oleh manusia. Seperti supermarket, dipasar, di toko buku, pedagang yang mengelompokkan barang dagangnya yang sejenis dalam satu kelompok yang sama. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pembeli dalam memilih kebutuhan yang diperlukan. Dalam bidang perpustakaan pengertian klasifikasi adalah penyusunan sistematis terhadap buku dan bahan

(9)

pustaka lain, katalog atau entri indeks berdasarkan subyek, dalam cara yang berguna bagi mereka yang membaca atau mencari informasi. Dari pengertian ini klasifikasi mempunyai fungsi yaitu: sebagai tata penyusunan buku di jajaran rak, serta sebagai sarana penyusunan entri bibliografis pada katalog, bibiliografi dan indeks dalam tata susunan yang sistematis.

Ada bermacam-macam sistem klasifikasi seperti: DDC (Dewey Decimal Classification), UDC (Universal Decimal Classifiaction), LCC (Library of Congress Classification), SC (Subject Classification), CC (Colon Classification), dan klasifikasi khusus. Dari banyaknya sistem klasifikasi yang ada, DDC lebih sering digunakan dibandingkan sistem klasifikasi lainnya. Ini dikarenakan keunggulan sistem klasifikasi DDC yang bersifat sistematik, universal, fleksibel, lengkap, siap pakai dan juga sistem klasifikasi DDC paling banyak diguakan di dunia serta sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang dalam melaksanakan pengklasifikasian bahan pustaka menggunakan DDC 22.

Perpustakaan sangat penting melakukan sistem pengklasifikasian pada bahan pustaka agar pengguna perpustakaan dapat menemukan kembali bahan pustaka dengan cepat dan tepat. Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang memiliki staf yang melatarbelakangi pendidikan dibidang perpustakaan.

Sedangkan bahan pustaka yang sudah di klasifikasi pada Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang yaitu berjumlah 9.002 judul. Akan tetapi perlu adanya penambahan staf dalam perpustakaan dengan memanfaatkan DDC untuk melakukan klasifikasi bahan pustaka.

Dalam hal ini masalah yang akan dibahas adalah bagaimana proses pengklasifikasian pada Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang. Adapun judul kertas karya ini adalah “Sistem Klasifikasi Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang”.

1.2.1 Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan kertas karya ini adalah:

(10)

1. Untuk mengetahui proses klasifikasi bahan pustaka pada Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam melakukan klasifikasi pada Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelusuran kertas karya ini yaitu membahas tentang sistem klasifikasi pada Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang.

Dimana pembahasannya hanya dibatasi pada sistem klasifikasi DDC 22 yang digunakan pada Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang, serta proses kinerjanya baik melalui indeks relatif, bagan (schedule) dan tabel.

1.4 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh dala dalam penulisan kertas karya ini penulis melakukan:

1. Studi kepustakaan (Library Research) yaitu dengan mempelajari buku-buku bacaan, bahan kuliah dan tulisan ilmiah lainnya yang relevan dengan judul kertas karya ini

2. Studi lapangan (Field Research) yaitu pengamatan secara langsung pada Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang dengan teknik wawancara kepada staf pegawai perpustakaan untuk memperoleh keterangan tentang sistem klasifikasi yang ada di perpustakaan tersebut.

(11)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Klasifikasi

Salah satu tujuan utama semua perpustakaan adalah mengusahakan agar semua pengunjung dapat secara mudah dan langsung memperoleh bahan yang diperlukannya. Salah satu diantara alat-alat yang diciptakan orang tersebut adalah klasifikasi.

Klasifikasi berasal dari kata “classification” akar kata “to classifity”

(bahasa Inggris), berarti menggolongkan dan menempatkan benda-benda yang sama di suatu tempat. Sedangkan menurut istilah perpustakaan, klasifikasi adalah pengumpulan bahan pustaka baik berupa buku maupun bahan lainnya secara sistematika kedalam satu kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama untuk memudahkan pemakai menemukannya, (Hamakonda, 1982: 1).

Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Indonesia (1985: 849), menyebutkan bahwa klasifikasi adalah “penyusunan bersistim dalam kelompok atau golongan menurut kaidah antara standar yang ditetapkan”. Yang dimaksud dengan klasifikasi dalam tulisan ini adalah pengelompokkan bahan pustaka berdasarkan isi atau subjek yang dibahas didalamnya.

Didalam klasifikasi bahan pustaka dipergunakan penggolongan berdasarkan beberapa ciri tertentu. Misalnya karena bentuk fisik yang berbeda, maka penempatan buku perpustakaan dipisahkan dari pada surat kabar, majalah, piringan hitam, microfilm, dan slides. Ada pula penggolongan berdasarkan penggunaan bahan pustaka, seperti koleksi referensi dipisahkan dari buku lain, koleksi buku anak-anak atau buku bacaan ringan. Akan tetapi yang menjadi dasar utama penggolongan koleksi perpustakaan yang paling banyak dipakai adalah penggolongan berdasarkan isi atau subyek buku. Ini berarti bahwa buku-buku yang membahas subyek yang sama akan dikelompokkan bersama-sama.

(12)

2.1.1 Tujuan dan Fungsi Klasifikasi

Tujuan klasifikasi adalah berusaha menemukan kembali dokumen yang dimiliki perpustakaan dengan tidak memandang besar kecilnya koleksi perpustakaan. Bila dirinci lebih lanjut tujuan klasifikasi di perpustakaan menurut Sulistyo-Basuki (1990: 397) adalah:

1. Menghasilkan urutan yang bermanfaat.

Tujuan utama klasifikasi adalah menghasilkan urutan atau susunan dokumen yang paling banyak manfaatnya bagi staf maupun pemakai perpustakaan. Dokumen disusun menurut kelas berdasarkan hubungan timbal balik antara dokumen. Dengan demikian kelas berkaitan berkumpul menjadi satu.

Dengan kata lain, dokumen berkaitan dikelompokkan dalam urutan berdekatan sedangkan kelas berlainan akan dipisahkan.

2. Penempatan yang tepat.

Bila dokumen dipinjam berarti dokumen tersebut diambil dari rak. Dengan demikian terjadi kekosongan ruang karena satu dokumen telah diambil. Hal ini mengharuskan klasifikasi perpustakaan menyusun kembali dokumen yang masih ada, serta menata kembali bila dokumen dikembalikan. Pengembalian dokumen harus pada tempatnya yang pasti sesuai dengan klasifikasi yang digunakan.

3. Penyusunan mekanis

Bila susunan dokumen sudah berjalan biasanya pustakawan segan mengubahnya. Pada susunan yang sedang berjalan, pustakawan menemukan urutan berikutnya dari dokumen yang ada. Dengan demikian bila ada dokumen baru, pustakawan sudah menentukan bagaimana cara menyisipkan dokumen baru diantara dokumen lama.

4. Tambahan dokumen baru.

Perpustakaan akan menerima buku terus-menerus. Maka klasifikasi perpustakaan harus mampu menentukan lokasi yang paling bermanfaat bagi dokumen baru diantara dokumen lama. Ada dua kemungkinan yaitu: dokumen baru disisipkan pada subjek yang telah ada atau membuat kelas baru karena kelas tersebut belum termuat dalam bagan klasifikasi. Dalam penempatan atau penyusunan di rak harus tepat dan sesuai dengan kelas-kelasnya. Kalau dokumen

(13)

baru bisa disiapkan pada kelas yang telah ada dan memuat kelas baru jika belum ada sehingga bermanfaat bagi dokumen baru diantara dokumen lama.

Selanjutnya menurut Towa P. Hamakonda, (1982 : 1) dalam bukunya

Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey mengatakan bahwa tujuan klasifikasi adalah:

1. Menentukan lokasi bahan pustaka didalam jajaran koleksi perpustakaan.

Hal ini dimungkinkan karena setiap bahan pustaka yang diterima perpustakaan akan dikelompokkan dan diberi kode penyimpanannya sesuai dengan subyek yang dibahasnya.

2. Mengumpulkan semua bahan pustaka yang memiliki subyek yang sama dalam suatu jajaran koleksi.

Sedangkan fungsi klasifikasi yaitu: sebagai tata penyusunan buku di jajaran rak, serta sebagai sarana penyusunan entri bibliografis pada katalog, bibliografi dan indeks dalam tata susunan yang sistematis.

2.1.2 Macam-macam Sistem Klasifikasi

Menurut Bafadal, (2008: 55) sistem klasifikasi bahan pustaka di perpustakaan dapat dibedakan menjadi beberapa, yaitu:

a. Sistem abjad nama pengarang

Pada sistem ini, buku-buku perpustakaan dikelompokkan berdasarkan abjad nama pengarangnya. Buku-buku yang huruf pertama dari pengarangnya sama dikelompokkan menjadi satu.

b. Sistem abjad judul buku

Pada sistem ini, buku-buku perpustakaan dikelompokkan berdasarkan abjad buku. Buku-buku yang huruf pertama dari judul sama dikelompokkan menjadi satu.

c. Sistem kegunnaan buku

Pada sistem ini, buku-buku perpustakaan dikelompokkan berdasarkan kegunaannya. Buku-buku referensi dikelompokkan menjadi satu, buku-buku cerita dikelompokkan menjadi satu, buku-buku ilmu pengetahuan dikelompokkan menjadi satu, dan sebagainya.

(14)

d. Sistem penerbit

Pada sistem ini, buku perpustakaan dikelompokkan berdasarkan penerbit buku. Di Indonesia terdapat banyak penerbit, seperti Usaha Nasional, Balai Pustaka, Balai Aksara, Gramedia, dan sebagainya. Buku-buku yang penerbitnya sama dikelompokkan menjadi satu dan ditempatkan pada satu tempat tertentu.

e. Sistem bentuk fisik

Pada sistem ini, buku-buku perpustakaan dikelompokkan berdasarkan bentuk fisiknya. Ditinjau dari bentuk fisiknya, bahan pustaka ada yang berupa buku dan ada pula yang bukan seperti majalah, surat kabar, brosur dan sebagainya, semua surat kabar dikelompokkan menjadi satu, begitupula dengan yang lainnya. Buku-buku perpustaakaan bisa juga dikelompokkan menjadi lebih spesifik lagi berdasarkan ukurnnya, misalnya luasnya, ketebalannya, tipisnya, ringan-beratnya.

f. Sistem bahasa

Pada sistem ini buku perpustakaan dikelompokkan berdasarkan bahasa yang digunakan. Buku perpustakaan yang berbahasa Indonesia dikelompokkan menjadi satu, buku perpustakaan yang berbahasa asing seperti bahasa Inggris dikelompokkan menjadi satu begitu pula dengan buku yang berbahasa daerah seperti bahasa jawa dikelompokkan menjadi satu.

g. Sistem subyek

Pada sistem ini buku perpustakaan dikelompokkan berdasarkan subyek atau isi yang terkandung di dalam buku yang bersangkutan. Misalnya buku yang membahas tentang pendidikan dikelompokkan menjadi satu, buku yang membahas tentang kesehatan dikelompokkan menjadi satu, dan sebagainya.

2.1.2 Sistem Klasifikasi yang Baik

Adapun menurut Abdul Azis, (1985: 2) mengatakan suatu sistem klasifikasi dapat dikatakan baik, apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Harus dapat mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan b. Diakui oleh umum dan susunannya harus taat azas

(15)

c. Perinciannya harus dapat menampung hal-hal yang sekecil mungkin

d. Bersifat luwes, agar memungkinkan menampung hal-hal yang baru, tanpa merombak susunan klasifikasi

e. Memiliki notasi yang sederhana, dikenal umum dan luwes f. Memiliki indeks yang lengkap

g. Ada badan yang mengawasi perkembangannya.

2.1.4 Analisis Subyek

Wiji (2010: 119) mengatakan tiga bagian besar analisis subyek adalah pada disiplin ilmu, yaitu buku yang dianalisis harus masuk ke dalam disiplin ilmu tertentu objek bahasan atau fenomena, yaitu setelah ditemukan disiplin ilmu tertentu buku tersebut harus jelas membahas tentang suatu kajian atau fenomena tertentu dalam disiplin ilmu tersebut danbentuk, yaitu setelah ditemukan bentuk objek kajian atau fenomenanya buku harus disajikan dalam suatu bentuk tertentu.

a. Disiplin ilmu

Disiplin ilmu adalah istilah yang digunakan untuk satu bidang atau satu cabang keilmuan, misalnya, hukum, kimia, atau sosiologi. Masing-masing adalah disiplin ilmu yang merupakan bidang atau cabang keilmuan.

Dalam analisis subyek, pertama kali yang harus ditentukan adalah disiplin ilmu atau bidang ilmu pengetahuan yang dicakup oleh bahan pustk yang dianalisis tersebut. Sebagai contoh, buku berjudul “Perkembangan Koperasi Sepuluh Tahun Terakhir”. Maka dapat ditemukan bahwa disiplin ilmu untuk buku ini adalah

“ekonomi”. Kemudian dapat ditentukan pula objek pembahasannya yang juga sebagai fasetnya adalah “koperasi” dan pada konsep ketiga, yang harus ada adalah bentuk, maka bentuk penyajian buku ini adalah sejarah, mengingat unsur waktu atau perkembanga dari waktu ke waktu sangat dominan.

Disiplin ilmu dapat dibedakan atas dua kategori. Pertama, disiplin fundamental (fundamental disciplines). Disiplin fundamental merupakan bagian utama ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, para ahli berbeda pendapat tentang ciri- cirinya, pengelompokkan dan jumlahnya, tetapi terdapat kesepakatan umum mengenai eksistensi bidang-bidang pengetahuan dasar ini. Kedua, subdisiplin.

(16)

Subdisiplin merupakan bidang spesialisasi dalam suatu disiplin fundamental.

Misalnya, dalam kelompok ilmu-ilmu alammiah, subdisiplin yang merupakan spesialisasi atau cabang, antara lain ialah fisika, kimia, biologi, sosiologi, ekonomi dan politik.

b. Objek pembahasan atau fenomena

Objek pembahasan atau fenomena ialah bendaatau wujud yang menjadi titik kajian dari suatu disiplin ilmu. Misalnya, dalam buku berjudul “Pendidikan wanita’, pendidikan merupakan disiplin ilmu dan wanita merupakan objek atau titik kajiannya dari disiplin ilmu pendidikan tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa objek kajian merupakan bagian dari disiplin ilmu, atau dengan kata lain fenomena atau objek kajian dapat ditentukan setelah disiplin ilmu dalam dalam suatu bahan pustaka sudah ditentukan.

Fenomena yang sama dapat dikaji oleh disiplin ilmu berbeda, tetapi penentu golongan utama adalah disiplin ilmu yang membawahi fenomena tersebut.

Dengan kata lain, fenomena berperan sebagai konsep subyek dalam analisis subyek. Konsep subyek menunjukkan tema suatu bahan pustaka.

Fenomena yang dikaji oleh berbagai disiplin ilmu dapat dibedakan atas dua kategori. Pertama, objek konkret, misalnya gedung, meja, buku dan lain-lain.

Kedua, objek abstrak, misalnya moral, hukum, adab, dan lain-lain.

Fenomena dapat dikaji dari satu ata beberapa disiplin ilmu. Fenomena yang dikaji tersebut dikelompokkan berdasarkan suatu ciri yang dimiliki bersama. Ciri pembagian itu disebut dengan “faset”.

Suatu disiplin ilmu pengetahuan dapat ditinjau menurut sejumlah faset, misalnya bidang sosial dapat ditinjau antara lain menurut demografi, yang akan diperoleh: lingkungan, kependudukan, dan lain-lain. Jika ditinjau dari interaksi sosial akan diperoleh: komunikasi, psikologi social, dan lain-lain.

c. Bentuk

Pembahasan mengenai “bentuk” berbeda dengan konsep subyek yang menunjukkan mengenai tema atau isi suatu bahan pustaka. Konsep bentuk lebih merujuk pada bagaimana penyajian suatu kajian dari bahan pustaka itu. Dalam hal ini, dapat dibedakan ke dalam tiga bentuk berikut.

(17)

1. Bentuk fisik, yaitu sarana yang digunakan dalam menyajikan suatu subyek, misalnya dalam bentuk buu, majalah, pita rekaman, mikrofilm, mikrofis, dan lain-lain. Bentuk fisik tidak mempengaruhi isi dokumen bahan pustaka, misalnya “agama” dapat disajikan dalam berbagai bentuk, tapi isinya tetap ada “agama”. Majalah tentang agama, subyeknya adalah agama tapi bentuknya adalah majalah. Bentuk fisik dalam analisis subyek menentukan bahwa bahan pustaka itu mempunyai temapat khusus di perpustakaan.

2. Bentuk penyajian, yaitu bentuk yang ditekankan pada pengaturan atau organisasi isi dokumen bahan pustaka. Dalam hal ini, dikenal tiga bentuk penyajian berikut.

a. Penyajiannya yang mengunakan lambang-lambang, seperti bahasa (dalam bahasa indonesia, Inggris, Arab, dan lain-lain), gambar dan sebagainya.

b. Penyajian yang memperlihatkan tata susunan, bentuk, kumpulan, dan peragaan tertentu, misalnya abjas, kronologis, sistematik, pidato, bibliografi, dan sebagainya.

Penyajian untuk kelompok tertentu, misalnya Bahasa Inggris untuk pemula, psikologi untuk ibu rumah tangga. Kedua dokumen bahan pustaka itu adalah mengenai bahas inggris dan psikologi, buka mengenai pemula atau ibu rumah tangga.

3. Bentuk intelektual, yaitu aspek yang ditekankan pada suatu subyek. Misalnya buku yang bejudul “Filsafat hukum”, disini yang menjadi subyeknya adalah

“Hukum”, sementara “Filsafat” adalam bentuk “hukum” tersebut, sehingga bentuk yang dapat disajikan adalah bentuk intelektual.

Dalam melakukan analisis subyek seseorang sangat dipengaruhi oleh subyektivitas dan latar belakangnya. Karena itu, hasilnya sering kali bebeda anatar satu orang dengan yang lainnya, meskipun bahan pustaka yang dikajinya sama, bahkan kadang-kadang bahan pustaka yang sama dianilisis orang yang dama dalam waktu yang berbeda dapat menghasilkan subyek yang berbeda.

Untuk mengurangi subyektivitas dalam melakukan analisis subyeka agar dapat dilakukan secara taat asas, perlu dikenali jenis-jenis subyek yang

(18)

terdapat dalam bahan pustaka yang akan dianalisis. Pada pokoknya terdapat empat jenis subyek yang memiliki kaidah, yaitu sebagai berikut:

1. Subyek dasar

Subyek dasar adalah subyek yang merupakan bidang pengetahuan secara umum tanpa ada suatu fenomena tertentu. Contoh: “Pengantar Ilmu Pendidikan”. Subek judul tersebut dapat dirangkum dengan “pendidikan” saja, tanpa fenomena. Contoh lain, “dasar-dasar ilmu sosial”. Subbyek judulnya cukup “sosial” saja, tidak diikuti dengan fenomena lain.

2. Subyek sederhana

Subyek sederhana adalah subyek yang membahas disiplin ilmu tertentu yang disertai dengan satu faset saja, atau dengan kata lain, subyek dasar yang disertai dangan satu fenomena.

Contoh: “Sekolah Dasar”, subyek ini dapat diuraii menjadi:

Disiplin ilmu : Pendidikan Fenomena : Sekolah dasar 3. Subyek majemuk

Subyek majemuk adalah jika subyek dasar disertai fokus-fokus yang berasal dari dua faset atau lebih. Atau jika subyek dasar disertai lebih dari satu

fenomena. Contoh, buku yang berjudul “Perguruan tinggi di Indonesia”, dapat dirangkum menjadi:

Disiplin ilmu : Pendidikan Fenomena (faset1) : Perguruan tinggi Fenomena (faset2) : Indonesia

4. Subyek kompleks

Subyek kompleks adalah suatu bahan pustaka yang memiliki dua atau lebih disiplin ilmu. Contoh: buku yang berjudul “Dasar-dasar pendidikan ilmu perpustakaan”, dapat dirangkum menjadi:

Disiplin ilmu 1 : Pendidikan Disiplin ilmu 2 : Perpustakaan

Dalam melakukan analisis subyek terhadap subyek kompleks ini harus dilakukan pemilihan secara taat asas subyek-subyek yang diutamakan atau yang

(19)

perlu diperhatikan adalah hubungan interaksi atau hubungan fase antar subyek subyek yang ada, sebab dalam subyek kompleks ini terdapat empat hubungan fase-fase berikut:

1. Fase bias, yaitu jika suatu subyek digunakan untuk kelompok tertentu.

Dalam hal ini yang diutamakan adalah subyek yang digunakan.

Contoh: “Koperasi untuk sekolah dasar”

Rangkuman : Ekonomi/ koperasi/ pendidikan/ sekolah dasar Disiplin ilmu : Ekonomi

Fenomena 1 : koperasi Fenomena 2 : sekolah dasar Rangkuman pilihan : ekonomi/koperasi

2. Fase pengaruh, yaitu jika terdapat subyek dasar yang mempengaruhi subyek dasar yang lain. Dalam hal ini, yang diutamakan adalah subyek yang dipengaruhi.

Contoh: “Pengaruh pendidikan di Desa”

Disiplin ilmu 1 : pendidikan Disiplin ilmu 2 : sosiologi

Fenomena desa : (dari fase struktur kemasyarakatan) Rangkuman : Sosiologi/Desa

3. Fase alat, yaitu jika subyek dasar digunakan sebagai alat untuk menjelaskan atau membahas subyek dasar yang lain. Dalam hal ini, yang diutamakan adalah subyek yang dijelaskan atau yang dibahas.

Contoh: “Pengunaan Statistik pada Perkembangan Keluarga Berencana di Indonesia”

Disiplin ilmu 1 : Statistk Disiplin ilmu 2 : Sosiologi

Fenomena 1 : KB (dari fase kependudukan) Fenomena 2 : Indonesia (dari fase tempat)

4. Fase perkembangan, yaitu jika dalam satu bahan pustaka terdapat dua subyek atau lebih yang berasal dari dua disiplin ilmu atau lebih. Hubungan fase dapat bersifat perbandingan baik secara jelas maupun samar. Dalam

(20)

subyek kadang-kadang hubungan antar subyek tersebut sama sekali tidak terasa, sehingga hanya berupa gabungan dua subyek atau lebih, atau gabungan dari dua disiplin ilmu atau lebih.

Contoh: “Islam dan Ilmu pengetahuan”

Disiplin ilmu 1 : Islam

Disiplin ilmu 2 : Ilmu pengetahuan Rangkuman : Islam/Ilmu pengetahuan

Untuk memilih subyek-subyek yang diutamakan ada beberapa hal yang diperhatikan diantaranya sebagai berikut:

1. Subyek ditentukan pada tekanan pembahasan, atau subyek yang dibahas lebih banyak.

Contoh: “Matematika dan biologi”

Kedua subyek merupakan subyek dasar dari disiplin ilmu yang berbeda. Untuk menentukan subyeknya, maka mengklasifikasi harus mengetahui subyek mana yang dominan atau yang lebih banyak dibahas.

2. Subyek ditentukan pada subyek yang erat relevansinya dengan perpustakaan tempat mengklasifikasi bekerja.

Contoh: “Pendidikan dan Kesehatan”

Keduanya merupakan subyek dasar. Tapi karena perpustakaan yang ditempati merupakan perpustakaan lmu keguruan atau pendidikan, maka subyek yang dimunculkan adalah pendidikan, sedangkan subyek kesehatan merupakan subyek alternatif.

3. Subyek ditentukan pada subyek yang dibahas pertama dalam bahan pustaka berat dan tidak ada pertimbangan kepentingan perpustakaan.

Contoh: “Statistik dan Pendidikan” Kedua subyek berasal dari disiplin ilmu yang berbeda. Maka, jika pembahasan subyek tersebut sama berat dan kepentingan perpustakaan terhadap subyek tersebut juga sama, pilihan ditentukan pada statistik, karena subyek ini lebih awal dibahasnya dibanding dengan pendidikan.

(21)

2.2 Sistem Klasifikasi DDC 2.2.1 Pengertian DDC

DDC adalah bagan klasifikasi sistem hirarki yang menganut sistem desimal untuk membagi semua bidang ilmu pengetahuan. Seluruh ilmu pengetahuan dibagi kedalam sembilan kelas utama yang diberi simbol kode (lambang).

Jadi sistem klasifikasi DDC (Dewey Desimal Classification) adalah sebuah sistem klasifikasi perpustakaan yang diciptakan oleh Melvil Dewey (1851- 1931) pada tahun 1876, dan sejak saat itu telah banyak dimodifikasi dan dikembangkan dalam dua puluh dua kali revisi yang terjadi hingga tahun 2004.

2.2.2 Sejarah DDC

Dewey Decimal Classification (DDC) merupakan sistem klasifikasi perpustakaan hasil kaya Melvil Dewey (1851-1931). Dewey telah merintis sistem klasifikasi ini ketika ia masih menjadi mahasiswa dan bekerja sebagai pustakawan di Amherst College, Massachusetts, di sebuah negara bagian Amerika Serikat.

Karena tuntutan keadaan, terutama belum adanya sistem guna menata buku-buku yang dimiliki perpustakaan, Dewey berusaha keras menciptakan sistem tersebut. Pada tahun 1876, Dewey dapat menerbitkan edisi pertama dengan judul “Classification and Subject Indeks or Catloguing, and Arranging the Books and Pamphlets of Library”. Edisi pertama ini hanya 42 halaman dan terdiri atas 12 halaman pendahuluan, 12 halaman bagan dan 18 halaman indeks.

Pada edisi selanutnya, DDC terus mengalami penyempurnaan dengan memasukkan subyek-subyek yang belum tercakup selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Saat ini telah terbit edisi XXII tahun 2003 terdiri atas 4 jilid: Introduction, schedule 000-599, schedule 600-999 dan indeks relatif, setebal lebih dari 3.000 halaman.

Disamping edisi lengkap, DDC juga menerbitkan edisi ringkas yang dapat digunakan oleh perpustakaan-prepustakaan yang tidak begitu besar dan bersifat umum. Saat ini, DDC telah diterbitkan dalam bentuk terjemahan berbagai bahasa, termasuk dalam bahasa Indonesia yang sangat dikenal dalam dunia perpustakaan.

(22)

Begitu banyak sistem klasifikasi di perpustakaan yang dibuat, tapi tidak ada yang mampu bertahan selama DDC. DDC telah mampu bertahan kurang lebih satu abad sejak diterbitkannya edisi pertama hingga sekarang. Keunggulan sistem klasifikasi ini adalah sistematik, universal, fleksibel, lengkap dan siap pakai (enumerated), disamping adanya suatu badan yang mengawasi perkembangannya dan terus mengadakan peninjauan ulang untuk penyempurnaan edisi-edisi selanjutnya. Badan tersebut adalah The Paced Club Education Foundation dan The Library of Congress di Amerika Serikat, Sulistyo Basuki (1991).

Disamping itu keberadaannya yang siap pakai (enumerated), DDC juga memungkinkan untuk pembentukan notasi yang belum tercantum dalam bagan, baik dengan menggunakan tabel-tabel tambahan maupun mengikuti petunjuk yang ada dalam bagan. Kelemahan DDC ini terletak pada kesan telalu American centris dan kurang memberi perhatian pada bidang-bidang di luar Amerika dan Eropa Barat, seperti bidang agama, manajemen pemerintahan, dan bahasa-bahasa.

2.2.3 Unsur-unsur DDC

Menurut Towa P. Hamakonda, (1999: 2) unsur-unsur pokok DDC ada tiga yaitu sebagai berikut:

1. Notasi

Terdiri atas serangkaian simbol berupa angka-angka yang mewakili subyek tertentu. Angka-angka itu disebut “Nomor Kelas”

2. Indeks Relatif

Terdiri atas sejumlah tajuk subyek yang disusun menurut abjad dan dirujuk ke nomor kelas dari subyek tersebut.

3. Tabel

Yang terdapat pada tabel pembantu digunakan untuk menyatakan aspek- aspek tertentu yang menyertai subyek yang berada dalam edisi lengkap terdapat 7 tabel pembantu.

(23)

2.2.4 Prinsip-prinsip Dasar Sistematika DDC

Menurut Towa-Tairas (2002: 3) mengatakan penyusunan sistem klasifikasi yang sistematis dan teratur didasarkan pada beberapa prinsip dasar yang sebagai berikut:

1. Prinsip dasar desimal

a. Klasifikasi Dewey membagi ilmu pengetahuan ke dalam 10 kelas utama. Kemudian masing-masing kelas utama itu dibagi lagi ke dalam 10 divisi, dan selanjutnya masing-masing divisi dibagi lagi ke dalam seksi, sehingga dengan demikian DDC terdiri dari 10 kelas utama, 100 divisi dan 1.000 seksi. Meskipun demikian, DDC masih memungkinkan diadakannya pembagian lebih lanjut daripada seksi menjadi sub-seksi, dari sub-seksi menjadi sub-sub seksi, dan seterusnya. Oleh karena pola perincian ilmu pengetahuan yang berdasarkan kelipatan sepuluh inilah maka DDC disebut Klasifikasi Persepuluhan atau klasifikasi desimal.

b. Kelas utama (main classes)

Sepuluh kelas utama diberi nomor 0,1,2,3,4,5,6,7,8 dan 9. Sepuluh kelas utama tersebut biasanya dinamakan Ringkasan Pertama (First Summary) dan terdiri dari:

000 Karya umum 100 Filsafat 200 Agama

300 Ilmu-ilmu sosial 400 Bahasa

500 Ilmu-ilmu murni

600 Ilmu-ilmu terapa (teknologi) 700 Kesenian dan olahraga 800 Kesusasteraan

900 Sejarah dan geografi

(24)

c. Divisi (division)

Setiap kelas utama dibagi menjadi 10 bagian yang disebut divisi. Yang masing-masing diberi nomor urut 0 sampai dengan 9, sehingga kita peroleh 100 divisi, yang biasanya disebut Ringkasan Kedua (Second Summary). Notasinya terdiri dari tiga bilangan di mana nomor divisi menempati posisi kedua. Misalnya, kelas utama teknologi (600) terdiri dari divisi-divisi berikut:

600 Teknologi 610 Ilmu kedokteran 620 Ilmu teknik 630 Ilmu pertanian

640 Kesejahteraan rumah tangga 650 Manajemen

660 Industri dan teknologi kimia

670 Pengolahan bahan industri dalam pabrik 680 Industri-industri lain

690 Bangunan d. Seksi (section)

Setiap divisi dibagi lagi menjadi 10 bagian yang disebut seksi, yang juga diberi nomor urut 0 sampai dengan 9, sehingga kita mendapat jumlah 1000 seksi yang biasanya disebut Ringkasan ketiga (Third Summary). Notasinya terdiri dari tiga bilangan dan nomor seksi menempati posisi ketiga. Divisi 610 atau Ilmu kedokteran dibagi menjadi seksi-seksi berikut:

610 Ilmu kedokteran 611 Anatomi manusia 612 Fisiologi manusia 613 Ilmu kesehatan umum 614 Kesehatan masyarkat

615 Farmakolgi dan ilmu obat-obatan 616 Penyakit

(25)

617 Ilmu bedah

618 Cabang ilmu kedokteran yang lain 619 Ilmu kedokteran eksperimental e. Pembagian lebih lanjut

Sistem klasifikasi Dewey memungkinkan pembagian yang lebih lanjut atas dasar kelipatan sepuluh (seksi menjadi sub-seksi, sub-seksi menjadi sub-sub seksi, dan seterusnya) dengan menempatkan titik desimal sesudah bilangan ketiga daripada notasi dan menambahkan bilangan lain sebanyak yang diperlukan sesudah titik desimal tersebut.

Dengan demikian notasi sub-seksi adalah 4 bilangan dan sub-sub seksi adalah 5 bilangan dan seterusnya. Seksi Fisiologi manusia (612) diperinci sebagai berikut:

612 Fisiologi manusia

612.1 Darah dan peredaran darah 612.2 Pernapasan

612.3 Makanan dan metabolisme 612.4 Pencernaan makanan; kelenjar ....

....

612.8 Susunan syarah dan alat-alat indera 612.81 Syaraf dan urat syaraf 612.82 Otak

612.83 Syaraf tulang belakang 612.85 Mata dan penglihatan

612.85 Telinga dan pendengaran 2. Prinsip dasar susunan umum-khusus

a. Dari 10 kelas utama yang ada, kelas utama yang pertama (kelas 0) disediakan untuk karya umum yang membahas banyak subyek dan dari banyak segi pandangan, misalnya surat kabar, ensiklopedia, dan ilmu yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan pada umumnya, seperti informasi, komunikasi dan ilmu perpustakaan. Kelas utama 1-9

(26)

masing-masing mencakup satu jenis ilmu tertentu misalnya Agama (200) atau sekelompok ilmu yang saling berhubungan, seperti Ilmu sosial (300).

b. Dari 10 divisi dalam tiap kelas utama, divisi pertama (divisi 0) membahas karya umum untuk seluruh kelas, sedangkan divisi 1-9 membahas hal-hal yang lebih khusus:

Kelas utama 600 Teknologi

Divisi pertama 600-609 Karya mum tentang teknologi Divisi kedua 610-619 Ilmu kedokteran (khusus) Divisi ketiga 620-629 Ilmu teknik (khusus)

c. Dari 10 seksi dalam tiap divisi, maka seksi pertama (seksi 0) disediakan untuk karya umum seluruh divisi, sedangkan seksi 1-9 untuk hal-hal yang lebih khusus lagi:

Divisi 610 Ilmu kedokteran (umum) Seksi pertama 611 Anatomi manusia (khusus) Seksi kedua 612 Fisiologi manusia (khusus) 800Prinsip dasar disiplin

Penyusunan dan pembagian DDC terutama didasarkan pada “discipline”

(disiplin) atau cabang ilmu pengetahuan tertentu dan bukan pada subyek.

Suatu subyek dapat dibahas pada beberapa disiplin ilmu, oleh karena itu pembagian menurut subyek adalah sekunder dan pembagian menurut disiplin adalah primer. Sebagai contoh, subyek perkawinan dibahas dalam beberapa disiplin:

173 Aspek etis

248 Perkawinan dalam agama Kristen 2X4.3 Hukum perkawinan Islam

306.8 Aspek sosiologis

392.5 Kebiasaan dalam perkawinan 613.9 Aspek keluarga berencana, dsb.

(27)

Dengan demikian, pemberian nomor kelas pada sebuah buku tentang

“perkawinan” tergantung pada aspek apa yang dibahas buku itu, yang berarti buku itu termasuk disiplin tertentu.

801Prinsip dasar hierarki

Pengertian hierarki adalah susunan suatu sistem klasifikasi dari umum ke khusus. DDC adalah klasifikasi yang hierarki baik dalam notasi maupun dalam relasi antar disiplin dan relasi antar subyek.

a. Hierarki dalam notasi berarti bahwa perincian lebih lanjut dari suatu subyek atau dsiplin tertentu dilakukan dengan penambahan suatu bilangan pada notasi pokoknya, misalnya:

600 Teknologi (notasi pokok adalah 6) 630 Ilmu pertanian (notasi pokok adalah 63) 631 Teknik pertanian umum

631.3 Alat-alat pertanian: bajak, traktor, dll.

631.5 Penanaman dan panenan.

Perlu diperhatikan bahwa pada bagan DDC perincian subyek tidak dicetak pada satu garis lurus dari atas ke bawah, akan tetapi pada indensi yang berlainan.

b. Centered heading (Tajuk terpusat)

Sering terjadi bahwa untuk menguraikan suatu subyek lebih lanjut kita tidak dapat mengadakan penambahan satu bilangan (prinsip hierarki notasi) pada suatu nomor kelas tertentu saja. Misalnya di bawah 630, Ilmu dan teknologi pertanian, produksi beberapa hasil pertanian diberi serangkaian nomor tertentu yaitu 633-635 dan di dalam bagian DDC dicetak di tengah-tengah halaman (itulah sebabnya disebut centered headings) sebagai berikut:

633-635 Produksi beberapa hasil pertanian 633 Tanaman di ladang

634 Tanaman kebun, buah-buahan dan hutan 635 Sayur-sayuran dan bunga-bunga.

(28)

Dalam DDC terlihat bahwa tidak mungkin untuk mendaftarkan semua produksi hasil pertanian hanya pada nomor 633 saja, dan untuk setiap jenis produksi kita menambahkan satu bilangan oleh karena nomor kelasnya akan menjadi terlalu panjang sehingga tidak praktis.

2.3 Langkah-langkah Sistem Klasifikasi DDC 2.3.1 Penggunaan Notasi Dasar (Enumerated)

Menurut Wiji (2010: 151) mengatakan apabila hasil analisis subyek hanya memerlukan notasi dasar yang siap pakai (enumerated), penentuan notasi dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Kenali bagan klasifikasi dengan baik.

a. Hafalkan ringkasan I, yaitu kelas utama (main classes).

b. Kenali dengan baik ringkasan II (divisi).

c. Pilih notasi pada divisi yang paling sesuai dan periksa perincian dari divisi (seksi-seksi) untuk memilih seksi yang paling sesuai dengan hasil analisis subyek.

d. Jika diperlukan suatu notasi yang lebih spesifik, periksa perincian dari seksi (notasi-notasi subseksi) dan pilih notasi yang paling sesuai.

2. Menggunakan indeks relatif bila diperlukan.

a. Periksa ringkasan dari entri indeks relatif yang digunakan sebagai akses untuk memilih istilah subyek dan notasi yang paling sesuai dengan hasil analisis subyek.

b. Cek kembali ke dalam bagan klasifikasi, hasil pemilihan notasi melalui indeks relatif tersebut, apakah notasi tersebut merupakan sub ordinasi dari notasi yang lebih luas cakupannya; jika tidak sesuai, berarti keliru dalam memilih notasi melalui indeks.

2.3.2 Pembentukan Notasi

Dalam sistem klasifikasi DDC, pembentukan notasi dapat dilakukan dengan notasi-notasi tambahan sebagaimana yang terantum dalam tabel-tabel tambahan atau sesuai dengan petunjuk yang terdapat dalam notasi dasar, yaitu:

(29)

Tabel 1 : Notasi Subdivisi Standar (Standar Subdivision) Tabel 2 : Notasi Wilayah (Area Table)

Tabel 3 : Notasi Bentuk Sastra Tabel 4 : Notasi Bentuk Bahasa

Tabel 5 : Notasi Ras, Etnis dan Kebangsaan

Tabel 6 : Notasi Bahasa-bahasa sesuai petunjuk yang terdapat dalam bagan DDC.

2.3.3 Indeks Relatif (Relative Index)

Untuk membantu mencari notasi suatu subyek dalam DDC terdapat indeks relatif. Pada indeks relatif ini terdaftar sejumlah istilah yang disusun berdasarkan abjad. Istilah tersebut mengacu ke notasi yang terdapat dalam bagan. Dalam indeks ini didaftar sinonim untuk suatu istilah, hubungan-hubungan dengan subyek lainnya. Bila suatu subyek telah ditemukan dalam indeks relatif, hendaklah ditentukan lebih lanjut aspek dari subyek yang bersangkutan. Cara yang paling cepat untuk menentukan notasi hanya melalui dan berdasarkan indeks relatif saja tidak dapat dibenarkan. Setelah suatu subyek diperoleh notasinya dalam indeks relatif, harus diadakan pengecekan dengan notasi yang terdapat dalam bagan. Dengan demikian dapat diketahui apakah notasi tersebut betul-betul sesuai dengan karya yang sedang diklasifikasi.

2.3.4 Bagan (Schedules)

Klasifikasi Dewey adalah bagan klasifikasi sistem hirarki yang menganut prinsip “desimal” untuk membagi semua bidang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dibagi ke dalam 9 kelas utama, yang diberi kode/lambang angka lalu selanjutnya disebut notasi, Pawit (2002: 31). Seperti telah dijelaskan, dalam DDC ini semakin khusus suatu subyek maka semakin panjang notasinya. Karena banyak angka yang ditambahkan pada notasi dasarnya.

Pembagiannya dari umum ke khusus.

Ada beberapa istilah penting dalam bagan, seperti:

(30)

1. Summary

Yaitu tajuk yang terbatas pembagiannya.

Contoh dalam subyek Insecta (insecta) 595.7 terdapat “summary”.

Pembagian yang lebih rinci untuk masing-masing tajuk yang terdapat dalam tersebut diperinci lebih lanjut dalam bagan (lihat bagan hal.925).

2. Formerly also

Istilah ini terdapat dalam kurung siku, yang artinya menunjukkan bahwa subyek tersebut notasinya dulu pada ... Misal, pada notasi 297.211 terdapat subyek “Tahwid” [formerly also 297.14]. ini berati dulu notasinya pada 297.14 tetapi sekarang pada 297.211 (lihat bagan hal.299). Istilah Formerly pada prinsipnya sama dengan istlah formerly also. Ini berarti terdapat pemindahan lokasi notasi untuk subyek dimaksud.

Contoh notasi 003.52 Perception theory [formerly 001.534].

3. Class here

Merupakan instruksi yang berarti tempatkan disini. Hal ini sebagai penuntun untuk menentukan notasi suatu subyek yang munhkin tidak diduga berada di bawah tajuk tersebut.

Contoh “advertising and public relations” mendapat notasi 659. Di bawahnya diikuti dengan istilah ‘class here publicity’. Ini berarti karya tentang ‘publcity’ ditempatkan sama pada subyek Advetising and public relation (lihat bagan hal.352).

4. Recolated to

DDC selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, maka kemungkinan terdapat perubahan-perubahan dalam menempatkan notasi untuk suatu subyek sangat besar sekali. Relokasi ini dinyatakan dengan petunjuk formerly also dan formerly yang notasinya ditempatkan dalam tanda kurung siku.

Contoh 729[.9] Built-in chruch furniture. Kemudian diikuti dengan instruksi Relocated to 726.529, ini berarti notasi 729.9 untuk subyek ‘built-in chruch furniture’ sekarang sudah tidak digunakan lagi dan dipindahkan pada notasi 726.529 (lihat bagan hal. 484).

(31)

5. Centered heading

Adakalanya suatu konsep tidak bisa dinyatakan dalam satu notasi, maka dinyatakan dalam sederetan notasi.

Contoh untuk menyatakan subyek ‘Biography of specify classes of perseons’

dalam bagan dinyatakan pada notasi 920.1-929.9. Pada kasus seperti ini akan terdapat tanda segitiga (>) mendahului notasi tersebut, (lihat bagan hal. 703).

6. Optional number, prefer.

Merupakan pilihan atau alternatif yang dikehendaki oleh DDC.

Contoh untuk konsep ‘riwayat hidup para ahli dalam disiplin ilmu tertentu’.

DDC menyarankan agar ditempatkan pada subyeknya dengan menambahkan notasi ‘subdisi standar’ -092 dari tabel 1 (lihat bagan 702).

7. If prefered

Istilah ini merupakan penuntun bagi pemakai DDC bila menghendaki dapat memilih salah satu alternatif. Contoh untuk konsep ‘bibliografi subyek’ notasi 016. Bila pemakai DDC menghendaki, dapat menempatkan bibliografi tersebut pada subyeknya.

Misal ‘Bibliografi kedokteran’ pada notasi 016.61, tetapi pemakai DDC dapat juga menempatkan pada notasi 610.61 (lihat bagan hal. 32).

2.3.5 Tabel

Selain pembagian kelas secara desimal dengan notasi yang terdaftar dalam bagan, DDC juga mempunyai sarana lain. Untuk membagi/memperluas subyek lebih lanjut, yaitu dengan menyediakan sejumlah tabel pembantu atau auxiliary tables. Notasi pada tabel-tabel tersebut hanya dapat digunakan dalam rangkaian dengan notasi yang terdapat dalam bagan. Dengan kata lain, notasi yang terdapat dalam tabel tidak pernah berdiri sendiri, selalu dirangkai dengan notasi dalam bagan. Dalam bagan klasifikasi DDC edisi 22 terdapat 7 tabel pembantu/pelengkap, yakni:

1. Tabel 1: Subdivisi Standar (Standard Subdivisions)

Bila suatu subyek telah ditemukan notasinya dalam bagan, adakalanya perlu dicantumkan lebih lanjut notasi tambahan “bentuk” yang diambil dari notasi

(32)

yang terdapat dalam tabel 1 (subdivisi standar). Tabel 1 ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk suatu karya, misalnya -03 adalah bentuk kamus dan ensiklopedia. -05 adalah bentuk terbitan berkala atau majalah. Adakalanya juga untuk menjelaskan bentuk penyaian intelektual, misal -01 dalam bentuk penyajian yang bersifat filsafat dan teori, -09 sejarah dan geografi.

Dalam bagan terdapat 5 cara untuk penggunaan tabel 1, yakni:

a. Tidak ada instruksi

b. Terdapat dalam bagan (lengkap) c. Terdaftar sebagian

d. Ada instruksi penggunaan dua nol (00) e. Instruksi penggunaan tiga nol (000)

2. Tabel 2: Wilayah (Geographic Areas, Historical Periods, Persons)

Adakalanya suatu subyek perlu dinyatakan aspek geografisnya (wilayah), misal “Angkatan Laut Indonesia”. Dalam hal ini notasi subyek itu perlu ditambahkan notasi wilayah “Indonesia” yang diambil dari tabel Tabel 2.

Cara penambahan tabel 2 ini adalah sebagai berikut:

a. Tidak ada instruksi, dengan menggunakan notasi -09 (aspek geografi dari Tabel 1).

b. Ada instruksi, adakalanya dalam bagan terdapat instruksi, biasanya berupa instruksi dari Tabel 2. Kadangkala didahului dengan kata-kata

“Geographical, treatment, treatment by specific continents, countries”, dan sebagainya. Untuk geografis suatu wilayah. Dalam bagan ini hanya untuk ‘geografi’ suatu wilayah.

Misalnya “Geografi Jepang, Geografi Indonesia” dan sebagainya. Cara pembentukannya, angka dasar geografi suatu wilayah -91 ditambahkan dengan notasi wilayah yang diambil dari Tabel 2.

3. Tabel 3: Subdivisi Sastra (Subdivision for Individual Literatur, form Specific Literary Forms).

Dalam kelas 800 (kesusasteraan) dikenal bentuk penyajian khusus yang disebut “subdivisi masing-masing sastra”. Misal bentuk-bentuk sastra, -1 Puisi, -2 Drama, -3 Fiksi, dan sebagainya. Notasi yang terdapat dalam Tabel 3

(33)

ini hanya dapat ditambahkan pada notasi dasar sastra. Untuk notasi dasar suatu dasar yang berakhiran dengan angka 0 (nol), notasi dasarnya adalah dua angka pertama saja. Notasi dasar sastra Inggris 82 bukan 820, dan seterusnya.

Cara penggunaan tabel 3 ini adalah:

a. Terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkap b. Tidak terdaftar dalam bagan

4. Tabel 4: Subdivisi Bahasa (Subdivisions of Individual Languages)

Dalam 400 (bahasa) dikenal subdivisi khusus bahasa yang disebut “masing- masing bahasa”. Notasi yang terdapat dalam tabel 4 ini hanya dapat ditambahkan pada notasi dasar suatu bahasa dalam kelas 400. Bila notasi suatu bahasa terdiri dari 3 angka dan berakhiran dengan 0 (nol), notasi dasarnya hanya 2 angka pertama.

Misal notasi dasar bahasa Perancis 44- bukan 440, bahasa Itali 47- bukan 470.

Cara penambahan tabel 4 ini :

a. Terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkap.

b. Belum, terdaftar dalam bagan.

c. Kamus dua bahasa. Urutannya dengan mengutamakan bahasa yang kurang dikenal kemudian tambahkan -3 (dari tabel 4), menyusul notasi bahasa yang lebih dikenal.

d. Kamus banyak bahasa. Bagi kamus banyak bahasa, yaitu mencakup 3 bahasa atau lebih dimasukkan ke dalam kamus poligot (polygot dictionaries).

5. Tabel 5: Ras, Etnik, dan Kebangsaan ( Racial, Ethnic, National Groups) Adakalanya suatu subyek perlu ditambahkan aspek ras tertentu. Misal -951 Chinese, -992.1 Philipines. Bila suatu subyek telah ditemukan notasinya, lalu tambahkan dengan notasi di tabel 5, ini dilakukan apabila diperlukan untuk memperluas subyek yang bersangkutan.

Adapun cara penambahannya, adalah:

a. Ada perintah.

b. Tidak ada perintah. Maka tambahkan notasi -089 (dari tabel 1) kemudian cantumkan notasi.

(34)

6. Bahasa (Languages)

Suatu subyek adakalanya perlu ditambahkan aspek bahasanya. Misal Bibel dalam bahasa Belanda, terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Cina, dan sebagainya. Terlebih dahulu harus ditentukan notasi untuk subyek Bibel dan Al-Qur’an kemudian ditambahkan dari notasi bahasa Belanda atau Cina yang diambilkan dari tabel 6.

Cara penggunaan tabel 6 ini adalah:

a. Ada perintah.

b. Tidak ada perintah. Tambahkan notasi -175 (aspek wilayah dimana suatu bahasa sangat dominan, dari tabel 2). Lalu tambahkan notasi bahasa dari tabel 6 ini. Contoh untuk karya Bibel di Argentina dalam bahasa Spanyol (bahasa Spanyol sangat dominan di Argentina) mendapat notasi 220.517 661.

7. Orang (Groups of Persons)

Suatu subyek adakalanya perlu diperluas notasinya dengan kelompok orang tertentu, misal ahli kimia, penyandang cacat, dan sebagainya. Untuk itu pada notasi subyek yang bersangkutan dapat diperluas dengan menambahkan notasi yang terdapat pada tabel 7.

Pengguna tabel 7 ini adalah sebagai berikut:

a. Ditambahkan langsung.

b. Tidak langsung. Tambahkan dengan notasi -088 yang diambil dari tabel 1.

(35)

BAB III

SISTEM KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN KABUPATEN DELI SERDANG

3.1 Profil Perpustakaan

Perpustakaan merupakan sentral dalam upaya meningkatan pengetahuan.

Peranan perpustakaan yang sangat besar ini mewajibkan pemerintah maupun instansi-instansi untuk mendirikan perpustakaan, begitu pula dengan Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang yang berada di Jalan Mawar No. 14 Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang yang merupakan unsur penunjang pemerintah daerah kabupaten yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten, tepatnya berada di sebelah kiri setelah gerbang utama Kantor Bupati Deli Serdang. Sedangkan letak geografisnya berada di daerah dataran rendah dengan ketinggian 0 s/d 500 m di atas permukaan laut, beriklim tropis dan sub tropis dan suhu rata-rata 24°C.

Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang sebagai unit kerja yang harus melakukan pengembangan baik dalam sarana maupun prasarana yang otomatis sangat membutuhkan dana setiap tahunnya. Pada Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang ini hanya mengandalkan dana atau anggaran yang diperoleh dari APBD (Anggaran Pembiayaan Belanja Daerah) yang merupakan tonggak suatu pencapaiannya perpustakaan di Kabupaten.

3.1.1 Layanan

Sistem layanan pada Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang merupakan sistem layanan terbuka, dimana perpustakaan membebaskan pengunjung untuk masuk ke tempat koleksi perpustakaaan, memanfaatkan semua fasilitas yang ada serta dapat memilih dan mengambil sendiri bahan pustaka yang dikehendaki dari jajaran koleksi. Jenis layanan yang disediakan berupa layanan sirkulasi, referensi, perpustakaan keliling, dan pendidikan pemakai.

(36)

Sedangkan jam operasi pada Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang adalah:

- Senin s/d Kamis : Pukul 08.00 WIB s/d 16.00 WIB - Jumat : Pukul 08.00 WIB s/d 16.00 WIB - Sabtu : Pukul 10.00 WIB s/d 16.00 WIB - Minggu/ Hari Besar : Libur

3.1.2 Pengguna

Jumlah anggota Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2016 yaitu 2.247 orang, sedangkan jumlah pengunjung atau pengguna potensial yaitu sebanyak 21.488, semuanya terdiri dari masyarakat umum.

Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang dapat dibagi menjadi dua yaitu pengguna aktif dan pengguna peotensial. Pengguna aktif adalah mereka yang secara tetap memanfaatkan koleksi yang ada, dalam memenuhi kebutuhan informasi. Sedangkan pengguna potensial adalah mereka yang belum secara tetap memanfaatkan koleksi atau tidak pernah menggunakan koleksi yang ada pada perpustakaan.

Dalam mengupayakan kenyamanan pengguna untuk memperoleh bahan pustaka, Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang memiliki komputer yang sudah terotomasi untuk mendata seluruh pengguna perpustakaan. Dimana pengguna aktif yang sudah memiliki kartu anggota hanya menampilkan batang kode atau mengscan yang ada pada kartu anggota tersebut sebagai bukti kehadiran pengunjung perpustakaan. Namun kartu anggota memiliki masa aktif pemakaian dan dapat diperoleh apabila pengguna terlebih dahulu mengisi data formulir pribadi kepada pustakawan. Sedangkan bagi pengguna potensial atau pengguna yang untuk pertama kalinya mengunjungi perpustakaan, harus mengisi biodata diri serta tujuan kunjungan pada form non anggota yang ada pada komputer.

3.1.3 Sumber Daya Manusia

Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang memiliki pegawai perpustakaan sebanyak 8 orang, 2 diantaranya berpendidikan S1 Perpustakaan

(37)

sedangkan 6 lainnya berpendidikan S1 non Perpustakaan. Bagian pengatalogan 1 orang, bagian pengolahan berjumlah 3 orang, dan sebagainya. Dilihat dari staf pengatalogan yang hanya berjumlah 1 orang, maka ada baiknya jumlah staf perpustakaan ditambah. Agar dapat meningkatkan kinerja Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Jenis dan Jumlah Koleksi

Suatu koleksi perpustakaan harus memiliki koleksi yang lengkap, agar perpustakaan dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada pengguna.

Pada Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang, koleksi yang disediakan bersifat umum bertujuan untuk menunjang pendidikan, informasi, kebudayaan dan rekreasi.

Adapun jumlah koleksi yang dimiliki Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang yaitu 9.002 eksemplar dan 16.174 judul yang terdiri dari:

1. Buku teks

Merupakan buku yang dianjurkan bagi perpustakaan untuk membantu masyarakat umum dalam program pendidikan.

Koleksi umum antara lain:

a. 000 : Karya Umum b. 100 : Ilmu Filsafat c. 200 : Ilmu Agama d. 300 : Ilmu Sosial e. 400 : Ilmu Bahasa f. 500 : Ilmu Murni

g. 600 : Teknologi (Ilmu Terapan h. 700 : Kesenian

i. 800 : Kesusasteraan

j. 900 : Geoografi Umum dan Sejarah Umum

(38)

2. Referensi

Merupakan buku yang sudah diolah secara sistematis dan berfungsi sebagai alat konsultansi dan petunjuk mengenai informasi tertentu sehingga dapat digunakan untuk mencari informasi tertentu sesuai dengan yang diinginkan.

Koleksi referensi antara lain:

a. Kamus b. Ensiklopedia c. Bibliografi d. Indeks e. Biografi f. Handbook

g. Peraturan Perundang-undangan h. Laporan tahunan

i. Prosiding j. Almanak k. Dan lain-lain 3. Terbitan berseri

Merupakan koleksi perpustakaan yang memuat informasi yang terbaru dan muktahir.

Koleksi terbitan berseri antara lain:

1. Majalah, seperti : Populer, Majalah Ilmiah

2. Koran, seperti : Waspada, Media Indonesia, Surat Kabar Lokal Daerah Kabupaten Deli Serdang, Koran Medan, dan lain-lain.

3. Jurnal seperti : Media Kita, Jurnal Penelitian Kelapa Sawit, Sensus Ekonomi.

3.3 Sistem Klasifikasi

Adapun kinerja klasifikasi di Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang yaitu analisis subyek dan penggunaan DDC 22 yang diantaranya meliputi: melalui indeks relatif, bagan, dan tabel-tabel.

(39)

3.3.1 Analisis Subyek

Dalam menentukan subyek bahan pustaka. Berikut persiapan yang dilakukan dalam menganalisis subyek buku yang ada pada Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang:

1. Menyiapkan bahan pustaka yang akan diklasifikasi setelah bahan pustaka tersebut sudah melewati proses pencatatan kedalam buku inventaris, stempel kepemilikan dan pemasukan data bibiliografi ke komputer.

2. Menyiapkan bagan-bagan DDC 22 dan perluasannya, yaitu diantaranya indeks relative, bagan dan tabel pembantu.

3. Melihat daftar katalog buku apakah bahan pustaka tersebut sudah pernah di klasifikasi pada Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang.

4. Dalam penentuan subyek bahan pustaka, Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang terlebih dahulu membaca isi bahan pustaka tersebut dengan membaca judul, halaman judul, kata pengantar, daftar isi, isi pada bahan pustaka tiap bab dan kesimpulan. Jika subyek masih belum di temukan, Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang melakukan analisis subyek dengan menyeragamkan judul yang memiliki kemiripan dengan bahan pustaka yang pernah di klasifikasi sebelumnya. Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang juga menggunakan Tajuk Subjek PNRI elektronik dalam penentuan subyek.

berikut

Berikut langkah-langkah penentuan subyek bahan pustaka (buku) dengan judul “Bertanam mangga ala petani Thailand” yang merupakan salah satu dari koleksi pada Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang.

- Setelah membaca kata pengantar, daftar isi serta isi tiap bab pada buku tersebut, pustakawan pada Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang menemukan bahwa “Pertanian Mangga” merupakan subyek sementara pada bahan pustaka tersebut.

- Langkah kedua yang dilakukan adalah memastikan subyek tersebut dengan melihat melalui Tajuk Subjek PNRI elektronik.

(40)

- Setelah melihat Tajuk Subyek PNRI elektronik, pustakawan mencari kata kunci awal pada subyek Mangga dengan keterangan Pertanian buah- buahan berdasarkan judul buku yang akan di analisis.

Berikut contoh analisis subyek pada bahan pustaka (buku) judul Bertanam mangga ala petani Thailand:

Subyek : Pertanian Mangga

Judul : Bertanam mangga ala petani Thailand Nama pengarang : Fendy R. Paimin

Penerbit : Penebar Swadaya Tahun buku : 1999

Jumlah halaman : 80 hlm Halaman romawi : viii Fisik buku : 21 cm

3.3.2 Melalui Indeks Relatif

Setelah melakukan analisis subyek, melalui indeks relatif pada DDC 22 merupakan langkah kedua yang dilakukan Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang dalam menentukan nomor kelas pada subyek Pertanian Mangga dan pada indeks relatif pertanian alat-alat dapat diartikan menjadi Mangosteens agriculture, berikut hasil pencarian subyek Mangosteens agriculture melalui indeks relatif:

- Mangoes 641.344 4

- botany 583.77

- cooking 641.644 4

- food 641.344 4

- orchard crop 634.44

- Mangosteens 641.346 55

- agriculture 634.655 - agricultural equipment 631.3

- botany 583.624

- Mangrove swamps 577.698

- biology 578.769 8

(41)

- ecology 577.698

- Mangroves 583.763

- arecaceae 584.5

- myrtales 583.763

- verbenaceaea 583.96

Berdasarkan hasil pencarian melalui indeks relatif, Mangosteens agriculture berada pada kelas 634.655

3.3.3 Melalui Bagan

Adapun bagan merupakan langkah ketiga dalam penggunaan DDC 22 yang dilakukan Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang setelah melakukan analisis subyek dan indeks relatif, guna memastikan apakah subyek Mangosteens agriculture benar pada kelas 634.655

Melalui proses yang dilakukan pada bagan, Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang mengelompokkan Mangosteens agriculture merupakan termasuk ke dalam kelas 600 (Technology Science) dan pada kelas 634 dapat diketahui dengan keterangan Orchards, fruits, forestry atau dapat diartikan dengan kebun, buah, kehutanan. Penggunaan kelas 634 hanya dikelompokkan kedalam perkebunan buah-buahan . Dan dalam kelas 634 memiliki subdivisi dari 1 sampai 9 yang juga memiliki catatan add to base number (penambahan ke notasi dasar) yaitu diantaranya:

634 Orchards, fruits, forestry .1 Pomaccous fruits

.2 Drupaccous fruits

.3 Citrus and moraccous fruits .4 Others fruits

.5 Nuts

.6 Tropical and subtropical fruits

.7 Berries and herbaceous tropical and subtropical fruits .8 Grapes

.9 Forestry

(42)

Pada kelas 634 Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang mengelompokkan bahwa subyek Mangosteens agriculture atau pertanian mangga berada pada subdivisi yang ke 6 yaitu tropical and subtropical fruits karena pertanian mangga merupakan buah-buahan dari tropis maupun subtropis. Berikut kelas-kelas subdivisi tropical and subtropcal fruits:

634 Orchards, fruits, forestry .6 Tropical and subtropical fruits .61 Coconuts

.62 Dates .63 Olives

.64 Pomegranates

.65 Papayas, avocados, mangosteens .655 Mangosteens

Berdasarkan pada langkah-langkah yang dilakukan melalui bagan Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang menetapkan bahwa 634.655 merupakan kelas yang tepat pada subyek Mangosteens agriculture.

3.3.4 Melalui Tabel

Setelah menemukan nomor kelas subyek Equipment of agriculture pada bagan, pustakawan

Dalam memperluas nomor klasifikasi pada buku berjudul Bertanam mangga ala petani Thailand. Berikut langkah-langkah penambahan notasi wilayah yang dilakukan tanpa adanya instruksi dari bagan:

Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang membuka tabel 2 yang merupakan pembentukan notasi wilayah geografis untuk menemukan notasi wilayah Thailand berdasarkan judul yang akan diklasifikasi. Notasi 593 merupakan wilayah geografis Thailand yang akan digunakan dalam memperluas nomor klasifikasi berdasarkan subyek.

634.655 : Mangosteens agriculture -593 : Thailand

634.655 593 : Bertanam mangga ala petani Thailand.

(43)

Berdasarkan langkah-langkah yang dilakukan melalui tabel yang merupakan penentuan akhir dari klasifikasi, Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang menetapkan bahan pustaka (buku) dengan judul “Bertanam mangga ala petani Thailand” ditempatkan pada nomor kelas 634.655 593 merupakan akhir dari klasifikasi yang tepat pada bahan pustaka (buku) tersebut dan sebelum menjajarkan buku kedalam rak, Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang melakukan katalog buku yang telah diklasifikasi dan melakukan pengisian data buku ke dalam komputer, berikut ini contoh katalog berdasarkan buku tersebut:

634.655 593 Paimin, Fendy R.

Pai Bertanam mangga ala petani Thailand / Fendy R. Paimin.

b Penebar Swadaya, 1999.

viii, 80 hlm. : ilus. ; 21 cm.

ISBN 979-489-478-8

1. Mangosteens agriculture I. Judul

Dalam melakukan penjajaran koleksi kedalam rak berdasarkan urutan klasifikasi, Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang terlebih dahulu mencetak nomor kelas dan menempelkan pada punggung buku dengan mengikuti peraturan peletakan nomor kelas yang ditetapkan perpustakaan pada umumnya.

Dilihat dari proses klasifikasi di atas, Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang sudah memenuhi standar klasifikasi. Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang sudah menggunakan DDC 22 yang merupakan standar internasional dalam mengklasifikasi bahan pustaka dan Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang juga sudah menggunakan Tajuk Subyek PNRI elektronik dalam melakukan pencarian subyek yang merupakan salah satu pendukung maupun mempermudah dalam klasifikasi.

(44)

3.4.4 Kendala-kendala yang Dihadapi

Dalam klasifikasi bahan pustaka, Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang memiliki kendala-kendala yang dihadapi, yaitu:

1. Kurangnya tenaga ahli yang berpengetahuan dalam bidang klasifikasi.

2. Pustakawan seringkali mengalami kesulitan dalam menentukan subyek yang tepat dalam bahan pustaka yang akan di klasifikasi.

3. Bahan pustaka pada Perpustakaan sebagian besar diperoleh dari pemberian atau hadiah, ketidak adanya penanggung jawab dalam bahan pustaka yang merupakan salah satu kendala yang sering dihadapi dalam melakukan klasifikasi.

(45)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan penulis ke Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam klasifikasi bahan pustaka Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang sudah menggunakan DDC 22 yang merupakan standar internasional.

2. Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang melakukan klasifikasi sesuai dengan tahap yaitu menganalisis subyek dan penggunaan bagan-bagan DDC 22 yang diantaranya melalui indeks relatif, bagan dan tabel-tabel.

3. Dalam menentukan subyek selain melihat dari judul, rangkuman, daftar isi dan isi tiap bab pada bahan pustaka (buku). Sebagai pendukung pencarian subyek, Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang juga menggunakan Tajuk Subyek PNRI elektronik.

4.2 Saran

Dalam memberikan hasil terbaik dalam klasifikasi bahan pustaka, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Perlu adanya penambahan tenaga ahli dalam klasifikasi, Agar dapat mempercepat kinerja klasifikasi bahan pustaka pada Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang.

2. Apabila pustakawan sulit dalam menentukan nomor kelas pada bahan pustaka. Hendaknya pustakawan melihat nomor kelas dan subyek dengan mengelompokkan judul yang akan di klasifikasi pada OPAC Perpustakaan Nasional.

3. Dalam menentukan subyek yang paling tepat pada bahan pustaka, ada baiknya Perpustakaan Umum Kabupaten Deli Serdang juga melakukan pemakaian LCSH (Library of Congress Subject Heading) yang merupakan standar internasional dalam pencarian subyek yang tepat pada bahan pustaka.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Sulistyo. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia.

Bafadal, Ibrahim. 2006. Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Bumi Aksara.

Batjo, Abdul Azis. 1985. Klasifikasi Islam: Adaptasi Klasifikasi Persepuluhan Dewey dan Perluasan 297. Jakarta: Universitas Indonesia.

Hamakonda, Towa P. dan Tairas, J.N.B. 1982. Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey. Jakarta: Gunung Mulia.

Hamakonda, Towa P dan Tairas, J.N.B. 2002. Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey. Jakarta: Gunung Mulia.

Yusup, Pawit M. 2002. Pengantar Klasifikasi Dasar Dengan Pendekatan Teoritis Praktis. Jatinagor: PSIP-FIK Universitas Padjajaran.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1985. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Subagyo, Joko. P. 2004. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Suwarno, Wiji. 2010. Pengetahuan Dasar Kepustakaan. Bogor: Ghalia Indonesia.

(47)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Tugas Akhir ini menitik beratkan pada faktor-faktor kerusakan bahan pustaka buku yang ada di Perpustakaan Umum Dan Arsip Daerah Kota Madiun, dampak dari kerusakan

JUDUL TUGAS AKHIR : Pelestarian Bahan Pustaka Di Pusat Perpustakaan Dan Penyebaran Teknologi Pertanian ( Pustaka ), Kementerian Pertanian RI (Suatu Kajian Observasi Fumigasi

Tujuan dari penelitian ini sendiri ialah untuk melihat dan mengetahui seberapa besar kontribusi yang dimiliki Perpustakaan Umum Deli Serdang dalam meningkatkan Minat Baca

Dengan proses digitalisasi yang dilakukan pada perpustakaan FK UMSU , Digitalisasi yang di maksud adalah proses pemindahan bahan pustaka yang semulanya tercetak diubah

Proses pemilihan bahan pustaka pada perpustakaan Universitas Medan Area dilakukan dengan menerima usulan dari dosen dan sivitas akademika yang ada di fakultas-fakultas yang berada