• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN BISNIS DAN ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK MUTIARA (Suatu Studi Komparatif)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENILAIAN BISNIS DAN ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK MUTIARA (Suatu Studi Komparatif)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN BISNIS DAN ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK MUTIARA

(Suatu Studi Komparatif)

Handi Wijaya; Martin Surya Mulyadi

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Nusantara Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480

handi.wijaya91@yahoo.com ; martin@my-consulting.org

ABSTRACT

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui perkiraan nilai bisnis (harga jual wajar Bank Mutiara) untuk periode 2013 dengan metode Free Cash Flow to Equity dan menganalisis tingkat kesehatan Bank Mutiara selama 1 periode yaitu tahun 2012 dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-based Bank Rating/RBBR). Rasio Non Performing Loan (NPL), Posisi Devisa Neto (PDN), Loan to Deposti Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah komponen rasio yang digunakan untuk analisis kuantitatif sedangkan analisis kualitatif menggunakan pendekatan Good Corporate Governance dan Kualitas Penerapan Manajemen Bank.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesehatan terhadap objek penelitian yaitu Bank Mutiara dikategorikan sebagai bank yang sehat karena setiap komponen yang dianalisis telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Sedangkan dari hasil perhitungan metode Free Cash Flow to Equity, disimpulkan bahwa harga jual wajar Bank Mutiara yaitu 1,24x dari nilai bukunya. (HW)

Kata Kunci: Penilaian Bisnis Bank, Tingkat Kesehatan Bank, Risk-based Bank Rating/RBBR

This research conducted to ensure the estimated business evalutian (fair value on selling price of bank Mutiara ) for period 2013 based on Free cash flow to equity method, and analyze the soundnesslevel of bank Mutiara for 1 period, 2012 based on risk approach (Risk – based Bank Rating/RBBR ). Ratio Non Performing Loan (NPL), Devisa Net Position (PDN), Loan to Deposti Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR) are components of ratio that were used to acquired quantitative analyze, while qualitative analyze acquired using GCG apprroach and Application Quality Management Bank. The method that were used in this research is library research. The result shown that the soundness level of research object, Bank Mutiara is categorized as satisfactory, because each component has been comply the criteria of Bank Indonesia. While the result based on the calculation using Free Cash Flow to Equity method, the researcher obtain the conclusion that the fair value on selling price of Bank Mutiara, is 1,24x of net asset. (HW)

Keyword : Business evalution of bank, Soundness level of Bank, Risk-Based Bank Rating/RBBR

(2)

PENDAHULUAN

Dalam upaya meningkatkan pengendalian atau penguasaan pangsa pasar, banyak bank-bank di Indonesia melakukan berbagai strategi, salah satunya adalah dengan melakukan merger atau akuisisi.

Sebagai contoh di tahun 2010 Bank Bumiputera diakuisisi oleh ICB Financial Group Holding dan masih banyak bank lainnya yang siap di restrukturisasi kepemilikan salah satunya adalah Bank Mutiara yang sampai saat ini masih dalam proses pembahasan dan penawaran. Berdasarkan undang-undang No 24 tahun 2004 pasal 38 pada tahun 2011 merupakan kewajiban bagi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk menjual seluruh saham Bank Mutiara, dimana pada tahun 2008 LPS melakukan penyelamatan dengan melakukan pengambilalihan 99% saham bank mutiara.

Penjualan kembali saham Bank Mutiara tahun 2011 ternyata mengalami kegagalan dan akhirnya penjualan tersebut mundur dua tahun lagi tepatnya pada tahun 2013. LPS sendiri mematok harga jual sebesar nilai bailoutnya yaitu 6,7T. Menurut para investor penjualan tersebut dinilai terlampau mahal yaitu 6x lipat dari net asset-nya di tahun 2011 serta mengingat bank tersebut memiliki track record yang buruk akibat permasalahan internal bank tersebut.

Meskipun demikian dalam menentukan nilai suatu perusahaan tidak bisa hanya dengan melihat besaran net asset-nya saja. Banyak faktor-faktor lain yang perlu dianalisis untuk mendapat nilai harga wajar suatu perusahaan. Salah satunya metode yang paling sering digunakan oleh pakar adalah Discounted Cash Flow (DCF). Dalam jurnalnya Oleg Deev (2011) yang berjudul “ Methods of Bank Valuation : A Critical Overview” ,menyatakan dalam melakukan valuasi menggunakan pendekatan DCF maka metode Free Cash Flow to Equity (FCFE) merupakan metode yang paling lazim digunakan dalam perbankan.

Selain itu seperti yang diketahui bahwa setiap kegiatan perbankan selalu berhubungan dengan risiko usaha, karena semakin kompleksnya usaha dan tingginya profil risiko maka Bank Indonesia selaku regulator mengeluarkan peraturan untuk menjaga stabilitas bank yaitu salah satunya adalah Peraturan Bank Indonesia No 13/1/PBI/2011 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum yang dikenal dengan metode RGEC ( Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, and Capital ). Peraturan baru ini menggantikan peraturan yang lama yaitu No 6/10/PBI/2004 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggungkan metode CAMELS ( Capital, Assets Quality, Managemen Quality, Earning, Liquidity and Sensitivity to Market Risk) . Lebih lanjut, Bank Indonesia menegaskan, bahwa bank perlu memperhatikan tingkat kesehatan suatu bank, karena apabila terjadi penurunan terhadap tingkat kesehatan bank secara kontinu dapat menyebabkan terjadinya financial distress.

Sementara itu penelitian Fongnawati dan Andre (2011), menyimpulkan bahwa khususnya pada Bank Mutiara (Eks Century) secara keseluruhan dinyatakan sebagai bank sehat dengan data penelitian menggunakan data 2007, namun perbaikan atau pada peningkatan ke arah yang lebih baik juga perlu terus-menerus dilakukan agar predikat sehat tersebut dapat senantiasa disandang. Diketahui bahwa bank tersebut memiliki kelemahan dalam hal profitabilitas tetapi tidak ada upaya untuk memperbaikinya.

Fanny Suzunda Pohan (2008) yang berjudul “Analisis Fundamental untuk Menentukan Nilai Intrinsik PT Bank Central Asia Tbk dengan menggunakan metode Free Cash flow to Equity dan Abnormal Earning”. Sesuai dengan judulnya, hasil dari penelitian ini adalah harga saham BCA telah overvalued baik jika menggunakan metode Free Cash Flow to Equity maupun dengan metode Abnormal Earning.

Bobby Nugroho (2010) yang berjudul “Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi Pada Bank Century Tbk”. Penelitian ini menggunakan berbagai rasio kinerja keuangan yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Primary Ratio (PR), Non Performing Assets (NAP), Net Performing Loan (NPL), Penghapusan dan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan Deposit Ratio (LDR), Quick Ratio (QR), Net Open Position (NOP), Interest Rate Risk (IRR). Adapun periode laporan yang digunakan adalah 2006 (sebelum akuisisi) dan 2009 (setelah akuisisi). Hasil yang didapatkan dengan menggunakan metode uji satu sisi rata-rata sample bebas dengan uji-t ialah tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan bank yang signifikan sebelum dan sesudah akuisisi.

(3)

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan untuk memperoleh data dan keterangan dalam penyusunan skripsi ini melalui penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian dengan mengumpulkan data dan keterangan dengan membaca buku-buku, tulisan-tulisan serta sumber data lainnya yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Jenis riset adalah eksploratioria, yakni riset bersifat kualitatif dan data yang digunakan penelitian ini adalah data sekunder berupa data time series yaitu laporan keuangan bank periode 2008-2012 dan laporan tata kelola Bank Mutiara periode 2012. Berdasarkan latar belakang maka penelitian ini memiliki dua komponen pembahasan yaitu menganalisis tingkat kesehatan Bank Mutiara 2012 dan mengevaluasi perkiraan nilai jual wajar Bank Mutiara 2013.

Berikut adalah indikator-indkator penilaian yang dilakukan untuk menganalisis tingkat kesehatan Bank Mutiara periode 2012 :

1. Profil Risiko (Risk Profile)

Dalam penelitian ini risiko yang akan dibahas adalah risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas dan setiap risiko disertai penerapan manajemen risiko perbankan.

Berikut formula yang digunakan dalam menilai risk profile :

Non Performing LoanNPL=Kredit Bermasalah Total Kredit ×100%

Posisi Devisa Neto (PDN)=Posisi Devisa Neto Total Modal ×100%

Loan to Deposit Ratio LDR= Total Kredit

Dana Pihak Ketiga ×100%

2. Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance)

Tata kelola perusahaan bank dilakukan analisis berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yang dikelompokkan terdiri dari 3 aspek yaitu governance structure, governance process, dan governance outcome. Dari ketiga aspek tersebut diaplikasikan kedalam bentuk kertas kerja pelaksanaan Good Corporate Governance.

3. Earning

Dalam menilai indikator earning perusahaan, peneliti menggunakan rasio Net Interest Margin (NIM) dan Return On Asset (ROA). Berikut formula yang digunakan dalam menilai rentabilitas (earning) :

Return On Assets ROA=Laba sebelum pajak

Rata-rata Total Aset ×100%

Net Interest Margin NIM= Pendapatan Bunga Bersih

Rata-rata Total Aset Produktif×100%

4. Capital

Untuk menilai permodalan bank, formula yang digunakan adalah mengacu pada peraturan terbaru Bank Indonesia No 14/18/PBI/2012 yaitu tentang Kewajiban Penilaian Modal Minimum (KPMM/CAR). Berikut formula yang digunakan dalam menilai permodalan bank :

Capital Adequacy Ratio(CAR)= Modal

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ×100%

(4)

Sedangkan untuk mengevaluasi perkiraan nilai jual wajar Bank Mutiara 2013, peneliti menggunakan metode Free Cash Flow to Equity.

HASIL DAN BAHASAN

Berdasarkan metode yang telah diuraikan diatas maka dalam penelitian ini terdapat 2 analisis yang telah dilakukan yaitu penelitian tentang tingkat kesehatan Bank Mutiara periode 2012 dan penilaian bisnis terhadap Bank Mutiara untuk tahun 2013. Berikut adalah hasil dari penelitian tentang tingkat kesehatan Bank Mutiara periode 2012.

1. Risk Profile a. Risiko Kredit

Dari hasil perhitungan NPL Gross Bank Mutiara di tahun 2012 yaitu sebesar 3,90% yang artinya terdapat 3,90% unsur kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan.

Berdasarkan ketentuan BI, NPL neto maksimum yaitu 5%. Dari hasil penelitian berdasarkan rasio NPL maka dapat disimpulkan bahwa rasio NPL Bank Mutiara mengalami perbaikan semenjak diambilalih oleh Lembaga Penjamin Simpanan.

2008 2009 2010 2011 2012

35,17% 37,59% 24,84% 6,24% 3,90%

Sedangkan untuk mengantisiapsi risko kredit tersebut Bank Mutiara telah merealisasikan berbagai tindakan di tahun 2012 yaitu sebagai berikut:

I. Telah melakukan penetapan limit/batas wewenang memutuskan kredit yang direview secara berkala

II. Pengelolaan risiko kredit dilakukan dengan melibatkan unit bisnis dan non voting member (risk management division, operation division, compliance division) melalui rapat komite audit

III. Telah melaksanakan monitoring terhadap portofolio bank, yang dilakukan antara lain terhadap segmentasi kredit, kualitas kredit, serta terhadap 25 maupun 100 debitur inti.

IV. Melakukan perbaikan pada Non Performing Loan dengan melakukan penyelesaian kredit bagi debitur bermasalah dan pembahasan rution terkait dengan permasalahan dibidang perkreditan.

V. Telah membentuk Mutiara Credit Culture Enforcement Team dengan tujuan untuk membangun budaya kredit yang akan menghasilkan kualitas kredit Bank Mutiara dimasa yang akan datang

VI. Melakukan penyempurnaan atas Nota Analisa Kredit yang disertakan dengan spread sheet laporan keuangan.

b. Risiko Pasar

Bank Mutiara sebagai bank umum devisa wajib mengelola dan memlihara Posisi Devisa Neto pada hari akhir kerja secara keseluruhan setinggi-tingginya 20% dari modal. Dengan adanya kentuan tersebut maka kerugian bank yang terjadi akibat perubahan kurs valas masih dapat dijaga oleh modal. Rasio PDN Bank Mutiara di tahun 2012 yaitu sebesar 5,11%. Meskipun telah sesuai dengan ketentuan BI, manajemen bank diharapkan terus mengawasi dan melakukan analisa yang mendalam sebelum melakukan investasi. Berikut adalah langkah-langkah yang telah dilakukan oleh manajemen bank di tahun 2012 untuk mengantisipasi risiko tersebut:

(5)

I. Melakukan monitoring pergerakan harga dari portofolio investasi bank, sehingga dapat segera diambil tindakan sedini mungkin jika terjadi indikasi merugikan II. Melakukan analisa yang mendalam (issuer, rating, maturity, listed, market price)

sebelum melakukan investasi

III. Mengelola dan melakukan mitigasi risiko dengan membuat aturan yang lebih jelas mengenai batasan-batasan transaksi seperti batasan transaksi pertukaran mata uang asing, bank notes, dll

c. Risiko Likuditas

Dari hasil perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Mutiara 2012 yaitu sebesar 82,81%. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No 12/19/2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indoensia dalam Rupiah dan Valuta Asing, presentase rasio LDR bank harus berkisar antara 78% sampai 100%. Dari peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa Bank Mutiara telah menjalankan fungsi dengan baik yaitu sebagai fungsi intermediasi. LDR bank sebesar 82,81% mengindikasikan bahwa jika sewaktu-waktu ada nasabah yang hendak menarik dan mereka dari Bank Mutiara, maka bank memiliki cadangan dana sebesar Rp 2.300.000.000.000. Hal ini setara dengan 17,18% dari total dana pihak ketiga yang ada.

Dalam pengelolaan risiko likuditas, Bank Mutiara telah menerapkan beberapa strategi.

Diantaranya adalah sebagai berikut:

I. Mengintensifkan collection terhadap kredit bermasalah

II. Mendorong bertumbuhnya jumlah investasi dana-dana murah atau nasabah kategori low cost fund

III. Mempercepat proses likuidasi aktiva tidak produktif seperti Agunan Yang Diambil Alih (AYDA)

IV. Meningkatkan efektivitas pengelolaan gap likuiditas untuk mengantisipasi risiko likuiditas sedini mungkin

2. Good Corporate Governance

Berdasarkan analisis terhadap seluruh kriteria/indikator penilaian kertas kerja tata kelola bank Mutiara 2012, disimpulkan bahwa manajemen bank telah melakukan penerapan tata kelola perusahaan yang secara umum baik. Hal ini tercermin dari pemenuhan yang memadai atas prinsip-prinsip GCG yang telah dilakukan manajemen dengan cukup aktif memantau kebijakan, prosedeur, penerapan limit, sistem informasi manajemen untuk memelihara kondisi internal dan pengelolaan yang sehat. Secara umum, penerapan GCG Bank Mutiara adalah sebagai berikut:

I. Penerapan fungsi kepatuhan bank tahun 2012 dikategorikan cukup baik, namun masih terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu masih terdapat teguran dan denda terkait pelaporan (terlambat dan koreksi pelaporan), belum terpenuhinya komitmen penyelesaian pelampauan BMPK (warisan manajemen lama)

II. Bank telah memiliki/membentuk komite-komite yang berada dibawah Dewan Komisaris dan Direksi sesuai cakupan dan kompleksitas usaha bank. Namum masih perlu pembenahan khususnya dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi yang belum efektif, yaitu masih adanya special rate deposito.

III. Bank memiliki rencana bisnis yang berpedoman pada azas perbankan yang sehat, tetapi masih perlu pembenahan infrastruktur khususnya dibidang IT.

IV. Bank telah menyediakan informasi keuangan dan non keuangan yang mudah di akses.

(6)

3. Earning

Bank Mutiara memiliki rasio Net Interest Margin sebesar 3,12% di tahun 2012. Hasil ini meningkat secara signifikan dari perhitungan NIM di tahun-tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2010 dan 2011 NIM Bank Mutiara secara berturut-turut ialah sebesar 1,02% dan 1,64%.Meningkatnya rasio NIM tersebut ternyata disebabkan dari hasil pengelolaan aset dan liabilitas yang cukup baik oleh manajemen perbankan, yaitu dari tahun ke tahun rasio beban bunga terhadap pendapatan bunga bank mengalami perbaikan. Pada 2009 rasio ini mencapai angka 85% dan sekarang di tahun 2012 turun menjadi 66%. Presentase tersebut merupakan pencapaian terbaik Bank Mutiara semenjak terjadinya kasus di tahun 2008. Meskipun demikian, berdasarkan hasil Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Desember 2012, bahwa NIM BUSN Devisa Konvensional pada akhir tahun 2012 sebesar 5,17%.

Sedangkan hasil perhitungan rasio ROA bank Mutiara di tahun 2012 yaitu sebesar 1,02%. Rasio tersebut menunjukkan bahwa Bank Mutiara masih memiliki kelemahan dalam hal menghasil profitabilitas, pernyataan ini didukung dengan hasil Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Desember 2012, dimana rata-rata ROA BUSN Devisa Konvensional sebesar 2,64% per 31 desember 2012. Dari hasil kedua rasio tersebut ternyata komposisi pendanaan Bank Mutiara masih didominasi oleh dana mahal yaitu deposito. Dimana bunga deposito Bank Mutiara mencapai 91,9% dari total beban bunganya. Selain itu, rata-rata suku bunga dana pihak ketiga Bank Mutiara cukup tinggi yaitu 6,37%.

4. Capital

Rasio permodalan Bank Mutiara masih berada dalam status aman yaitu sebesar 10,09%.

Dimana dalam ketentuan Bank Indonesia, bahwa rasio Capital Adequacy Ratio minimum bank sebesar 8%. Walaupun rasio permodalan Bank Mutiara telah mencapai ketentuan Bank Indonesia, tetapi Bank Mutiara harus tetap mengawasi kecukupan modal, karena apabila terjadi kerugian operasional atau kerugian lainnya maka modal bank sebagai pertahanan awal untuk menyerap kerugian tersebut dan diharapkan tidak menganggu aktivitas normal perbankan.

Sedangkan untuk evaluasi penilaian bisnis Bank Mutiara tahun 2013, sebelum memasukan evaluasi tersebut terdapat 4 tahapan yang harus dilakukan yaitu (1) Menetapkan Asumsi-asumsi Dasar (2) Menghitung Cost of Equity (3) Menghitung Free Cash Flow to Equity (4) Menghitung Nilai Perusahaan.

1. Menetapkan Asumsi-asumsi dasar

• Kondisi sosial dan politik tetap berjalan stabil dan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan.

• Mengikuti regulasi yang dikeluarkan BI yaitu menjaga rasio diatas nilai minimum.

• Tidak ada perubahan kebijakan perusahaan yang berdampak secara signifikan terhadap kinerja bank.

• Ditahun 2013 pertumbuhan kredit Bank Mutiara diasumsikan meningkat yaitu sebesar 20%.

• Mengacu pada harapan manajemen Bank Mutiara, khusus pertumbuhan aktiva perusahaan diasumsikan akan meningkat yaitu sebesar 10% di tahun 2013.

(7)

• Untuk dana pihak ketiga Bank Mutiara, manajemen bank menargetkan total simpanan masyarakat hingga akhir tahun 2013 yaitu sebesar Rp 14.770.000.000.000. Berdasarkan target manajemen bank tersebut maka dalam peneliti mengasumsikan untuk tahun 2013, dana pihak ketiga Bank Mutiara akan meningkat menjadi Rp 14.770.000.000.000.

• Untuk pendapatan bunga ditahun 2013, diasumikan sebesar 11,72% sedangkan untuk beban bunga diasumsikan yaitu sebesar 6,88%.

• Diasumsikan tidak ada selisih revaluasi di tahun 2013, karena tidak adanya data yang mendukung untuk memperkirakan revaluasi terhadap aset bank tersebut.

Dalam menghitung valuasi perusahaan, growth yang digunakan adalah tingkat pertumbuhan Indonesia tahun 2012 yaitu sebesar 6,23%.

2. Menghitung Cost of Equity

Sebelum menghitung Cost of Equity , langkah pertama yaitu menentukan nilai dari masing-masing komponen perhitungan Cost of Equity. 3 komponen tersebut yaitu Risk Free, Beta, dan Risk Market. Setelah memperoleh hasil dari setiap komponen maka kita dapat menghitung Cost of Equity menggunakan CAPM.

Perhitungan tersebut dijabarkan sebagai berikut:

3. Menghitung Free Cash Flow to Equity

Untuk menghitung Free Cash Flow to Equity pada financial institution seperti bank digunakan formula sebagai berikut :

Equity Cash Flow = Net Income + Other Comprehensive Income – Increase in Equity Langkah selanjutnya adalah melakukan proyeksi terhadap laporan keuangan Bank Mutiara berdasarkan asumsi-asumsi dasar yang telah ditetapkan sebelumnya, untuk memperoleh Equity Cash Flow di tahun 2013.

FCFE 2011 2012 P2013

Net Income 260.445 145.595 196.200 Other Comprehensive Income (275.784) 28.020 53.842 Changes In Equity 227.704 242.048 133.324 Equity Cash Flow (243.043) (68.433) 116.718

Ks=Rf+β(Rm-Rf)

Ks= 6,50 + 0,264352125(31,27-6,50) Ks=13,05%

(8)

4. Menghitung Nilai Perusahaan

Telah memperoleh hasil dari Equity Cash Flow dan Cost of Capital.

Selanjutnya perlu menentukan besaran pertumbuhan ekonomi (growth). Growth menggunakan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperoleh dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada akhir tahun 2012 yaitu sebesar 6,23%.

Value of Firm = FCFE Ke-G

Value of Firm=116.718.000.000

13,05%-6,23% =1.711.404.000.000

Maka dari hasil perhitungan diatas diperoleh nilai perusahaan ditahun 2013 yaitu sebesar Rp 1.711.404.000.000.

SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap Bank Mutiara, maka dapat disimpulkan bahwa

1. Berdasarkan analisis tingkat kesehatan Bank Mutiara untuk periode 2012 secara umum sehat.Berikut Simpulan dari setiap komponen tingkat kesehatan yang dianalisis :

a) Profil Risiko i. Risiko Kredit

Terjadi penurunan kredit bermasalah sebesar Rp 1.240.000.000.000 (satu triliun dua puluh empat milyar rupiah) dari tahun 2008 hingga 2012. Penurnan kredit bermasalah juga berdampak pada menurunnya rasio NPL bank di tahun 2012. NPL gross Bank Mutiara di tahun 2012 sebesar 3,9%.

ii. Risiko Pasar

Rasio posisi devisa netto Bank Mutiara untuk tahun 2012 yaitu sebesar 5,1%.

Hasil pencapaian rasio PDN tersebut telah memenuhi kondisi yang disyaratkan oleh Bank Indonesia yaitu maksimum 20%.

iii. Risiko Likuditas

Realisasi keuangan pada komponen likuiditas secara kuantitatif memperlihatkan posisi likuiditas yang stabil yaitu hasil Loan Deposit Ratio yang baik yakni sebesar 82,81%. Presentase tersebut masih dalam skala normal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu berkisar antara 78%-100%

b) Tata Kelola Perusahaan

Dari hasil kertas kerja pelaksanaan GCG, maka disimpulkan bahwa pelaksanaan GCG Bank Mutiara untuk tahun 2012 secara umum mendapatkan perdikat baik.

(9)

c) Earning

Bank Mutiara masih memiliki kelemahan dalam hal menghasilkan profitabilitas, hal ini ditunjukkan rasio ROA Bank Mutiara yang rendah yaitu 1,02%, jika dibandingkan dengan hasil Statistik Perbankan Indonesia dimana rata-rata ROA BUSN Devisa Konvensional yaitu sebesar 2,64% per 31 desember 2012.

d) Capital

Rasio kecukupan modal Bank Mutiara di tahun 2012 berdasarkan hasil perhitungan Capital Adequacy Ratio yaitu 10,09%. Rasio tersebut telah memenuhi ketentuan permodalan dari Bank Indonesia yaitu CAR minimum 8%.

2. Berdasarkan analisis nilai perusahaan dengan metode Free Cash Flow to Equity (FCFE), nilai wajar Bank Mutiara di tahun 2013 adalah sebesar Rp 1.711.404.000.000 (satu triliun tujuh ratus enam puluh tiga milyar tujuh ratus tujuh puluh lima juta rupiah). Atas berselisih sebesar Rp 4.988.596.000.000 (empat triliun sembilan ratus delapan puluh delapan milyar lima ratus sembilan puluh enam juta rupiah) dari hasil jual yang ditawarkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan.

Berdasarkan kesimpulan , penulis memberikan saran untuk:

1. Investor

Hasil Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi investor yang ingin membeli Bank Mutiara yang dapat dilihat dari tingkat kesehatan bank serta nilai perusahaan. Namun investor tentunya dapat memiliki bahan pertimbangan lain sebelum memutuskan harga beli wajar bank ini.

2. Lembaga Penjamin Simpanan

Dari hasil penelitian Bank Mutiara dengan metode FCFE ini, diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai harga jual wajar Bank Mutiara.

3. Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembanding dan kajian untuk membuat penelitian selanjutnya. Selain itu untuk penelitian selanjutnya diharapakn dapat menggunakan metode lain yang menunjang kesehatan bank seperti analisis SWOT atau analisis Porter serta penambahan indikator penilaian risiko-risiko bank lainnya.

REFERENSI

Bank Indonesia. (2011). Surat Edaran No. 13/24/DPNP Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Jakarta: Bank Indonesia.

Deev, O. (2011). Methods of Bank Valuation : A Critical Overview.

Gitman, L. J. (2008). Principles of Managerial Finance 12th. Pearson.

Kasmir. (2013). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.

Koller,T., Goedhart, M., & Wessels, D. (2005). Valuation : Measuring and Managing The Value of Companies (4th ed). New Jersey: McKinsey & Company Inc.

Nawari. (2010). Analisis Regresi dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

(10)

RIWAYAT PENULIS

Handi Wijaya lahir di kota Palembang pada 1 Desember 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi di tahun 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik membuat rangkuman / simpulan pelajaran tentang point – point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru

Baja tahan karat mempunyai sifat mekanik yang baik dibanding dengan bahan lain untuk kekuatan dan kekerasannya, disamping itu juga dapat ditingkatkan sifat mekaniknya

Imunisasi adalah upaya yang dilakuknan dengan sengaja memberikan kekebalan (Imunisasi) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari berbagai penyakitB. (Dep

ebanyakan klinisi sepakat akan tuuan terapeutik seperti berikut untuk pasien yang baru terdiagnosis nefritis lupus 7 (") untuk mencapai remisi renal segera, (&)

Manfaat dari sistem pengukuran kinerja supply chain yang efektif adalah: memberikan dasar untuk memahami sistem, mempengaruhi perilaku seluruh sistem dan untuk

Arah kebijakan anggaran Kabupaten Bantul difokuskan untuk mendukung program-program untuk mencapai visi dan misi Kabupaten Bantul tahun 2010- 2015, dalam rangka peningkatan

Audit internal dirancang secara sistematis untuk mengaudit aktivitas,program-progam yang diselenggarakan oleh perusahaan apakah digunakan secara efektivitas dan

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengelolaan sarana dan prasarana pada penelitian ini meliputi aspek perencanaan, pengadaan, penyimpanan, inventarisasi,