• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) yang dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) yang dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan Tahun 2012"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Lampiran 2 Output Umur dan Jenis Kelamin

umur penderita kategorik * jenis kelamin penderita Crosstabulation

jenis kelamin penderita

Percent Cumulative Percent

(6)

SD/Sederajat 13 11.8 11.8 15.5

Percent Cumulative Percent

Valid Pegawai negeri 12 10.9 10.9 10.9

Percent Cumulative Percent

Vali

y Percent Valid Percent Cumulative Percent

Vali d

ya 110 100.0 100.0 100.0

gejala batuk

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(7)

gejala batuk

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Vali

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Vali

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 87 79.1 79.1 79.1

tidak 23 20.9 20.9 100.0

Total 110 100.0 100.0

gejala lain

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 87 79.1 79.1 79.1

tidak 23 20.9 20.9 100.0

Total 110 100.0 100.0

stadium1

Frequenc

y Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tercatat 28 25.5 25.5 25.5

tidak tercatat 82 74.5 74.5 100.0

Total 110 100.0 100.0

(8)

Frequenc

y Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ringan 14 50.0 50.0 50.0

Percent Cumulative Percent

Vali

Percent Cumulative Percent

Vali

Percent Cumulative Percent

Valid tercatat 67 60.9 60.9 60.9

Percent Cumulative Percent

Valid Kor Pulmonal 18 27.7 27.7 27.7

eksaserbasi 41 63.1 63.1 90.8

lain-lain 6 9.2 9.2 100.0

(9)

riwayat merokok

Frequency Percent

Valid

Percent Cumulative Percent

Vali

Percent Cumulative Percent

Vali d

ya 58 74.4 74.4 74.4

tidak 20 25.6 25.6 100.0

Total 78 100.0 100.0

lama Merokok Berdasarkan Kelompok Umur

(10)

>30 Count 36 36

rokok1 * jenis kelamin penderita Crosstabulation

jenis kelamin penderita

Percent Cumulative Percent

11-20 8 13.8 13.8 15.5

21-30 13 22.4 22.4 37.9

>30 36 62.1 62.1 100.0

(11)

Lama Rawatan Penderita PPOK Descriptives

Statistic Std. Error

lama rawatan

Std. Deviation 4.605

Minimum 2

Maximum 23

Range 21

Interquartile Range 6

Skewness 1.092 .230

Kurtosis .804 .457

sumber pembiayaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Askes 66 60.0 60.0 60.0

y Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid PBJ 85 77.3 77.3 77.3

(12)

kel_umur

Total <50 >=50

penyakit sebelumnya Bronkitis Kronis Count 1 13 14

% within penyakit

a. 5 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,18.

penyakit sebelumnya * jenis kelamin penderita Crosstabulation

(13)

ya % within penyakit

Linear-by-Linear Association 4.582 1 .032

N of Valid Cases 67

a. 6 cells (60,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,07.

(14)
(15)

Komplikasi berdasarkan Jenis Penyakit Sebelumnya

penyakit sebelumnya * komp1 Crosstabulation

komp1

Linear-by-Linear Association 2.625 1 .105

N of Valid Cases 67

(16)

lebih dari satu

Linear-by-Linear Association .053 1 .818

N of Valid Cases 67

a. 3 cells (30,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,33.

(17)

Value df

Continuity Correctionb 1.058 1 .304

Likelihood Ratio 1.529 1 .216

Fisher's Exact Test .286 .152

Linear-by-Linear Association 1.529 1 .216

N of Valid Cases 110

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,09. b. Computed only for a 2x2 table

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

lama rawatan penderita

N 110

Normal Parametersa,,b Mean 7.44

Std. Deviation 4.605

Most Extreme Differences Absolute .186

Positive .186

Negative -.119

Kolmogorov-Smirnov Z 1.952

Asymp. Sig. (2-tailed) .001

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Lama Rawatan Rata-rata berdasarkan adanya Komplikasi Group Statistics

Mann-Whitney U 1340.000

Wilcoxon W 2375.000

Z -.748

Asymp. Sig. (2-tailed)

.454

(18)

Lama Rawatan berdasarkan Sumber Biaya

sumber biaya N Mean

Std.

Deviation Std. Error Mean

lama rawatan

Mann-Whitney U 381.000

Wilcoxon W 534.000

Z -3.401

Asymp. Sig. (2-tailed) .001

a. Grouping Variable: sumber biaya

Lama Rawatan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

lama rawatan penderita

(19)
(20)
(21)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI 2008. Pedoman Pengendalian Paru Obstruktif Kronik Menteri

Kesehatan RI 2008.Jakarta.

2. WHO.2011. noncommunicable Diseases Country Profile 2010.

3. GOLD.2013.Global Strategy for the Diagnosis, Management, and Prevention

of Chronic Obstructive Pulmonary Diseases. update 2013, USA

4. Yuarsa, Tri Agus, dkk, 2013. Korelasi Penilaian Kualitas Hidup dan Prognosis Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan CAT, SGRQ dan BODE di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta. J Respir Indo Vol. 8 33, No. 1, Januari 2013

5. Regional COPD Working Group. COPD prevalence in 12 Asia-Pasific

countries and regions:projections based on the COPD prevalence

estimation model. Respirology 2003;8:192-8.

6. Advisory comitte. 2011. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Guidelines and protocols.

7. WHO.2013.World COPD Day in Your Country. http://www.goldcopd.org/wcd in-your-country.html?country_id=55&submit=Go. Diakses tanggal 2 Maret 2013.

8. DEPKES. 2010. Prevalensi perokok di Indonesia. Riskesdas 2010.

9. Wiyono HW. Penyakit paru obstruktif kronik. Tantangan dan peluang. Pidato Pada Upacara Pengukuhan Sebagai Guru Besar Tetap Dalam Bidang Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 28 Februari 2009.

10. Simposium dan Workshop PPOK tanggal 11 April 2012. http://www.idi

belitung.orgDiakses tanggal 1 Maret 2013 11.PDPI.2010.Press release: Year of the Lung 2010.Jakarta. 12. WHO.2010.The top 10 causes of death.

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/index.html . Diakses Tanggal 2 Maret 2013.

13.WHO.2010. Mortality: Chronic respiratory diseases, deaths per 100,000 by

country. http://apps.who.int/gho/data/node.main.A866?lang=en. Diakses

(22)

14.Manik, Crysti. 2004. Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi

Kronik (PPOK) yang dirawat Inap di RS Haji tahun 2000 – 2002 .

Skripsi, FKM USU.

15.Rahmatika, Anita. 2009. Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik yang dirawat Inap di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007- 2008. Skripsi, FKM USU.

16. Barnett, Margaret. 2006. Chronic Obstructive Pulmonary Disease in Primary Care. Chichester: John Wiley & Sons, Ltd.

17. Amin, Muhammad. 1996. Penyakit Paru Obstruksi Menahun Polusi Udara,

rokok, dan alfa-1-antitripsin. Surabaya: Airlangga University Press.

18. Yunus Faisal, Anwar Yusuf. 1996. Penyakit Paru Obstruksi Menahun. Jakarta : Universitas Indonesia

19. Hueston, William J. 2002. 20 Common Diseases in Respiratory Disorders.-Mc Graw-Medical Pub

20. Alsagaff, Hood, dkk. 2005. Dasar- Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press

21. Djojodibroto, R Darmanto. 2009. Respirologi ( Respiratory Medicine). Jakarta: EGC

22. Valentine, Brashers. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan dan

Manajemen. Jakarta: EGC

23. Asih, Gede Yasmin, Crisantie Effendi. 2002. Keperawatan Medikal Bedah

Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC

24. Anies. 2006. Waspada Ancam PTM Solusi Pencegahan dari Aspek Perilaku

danLingkungan. Jakarta: Elex Media Computindo

25. Sundaru, Heru. 2002. Asma Apa dan Bagaimana pengobatannya. Jakarta: Universitas Indonesia.

26. PDPI. 2003. Penyakit Paru Obstruktif Kronik Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia 2003

27. Dewi, Kusuma Puspita.2007. Perbedaan Komorbid Gagal Jantung Kongestif pada Usia Lanjut dengan Usia Dewasa di RS Kariadi Periode

(23)

28. American Lung Association State of Lung Disease in Diverse Communities 2010. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Diakses tanggal 5 Maret 2013. www.lungusa.org 1-800-LUNG-USA

29. Bellamy, David, Rachel Booker. 2011. COPD in Primary Care. Bridgwater: Class Publishing Ltd.

30. Speicher, Carl. 1996. Pemilihan Uji Laboratorium yang Efektif, Jakarta: EGC 31. Mannino, David, Sonia Buist. 2007. Global burden of COPD: risk factors,

prevalence, and future trends. Vol 370 September 1, 2007

32.Patriani,A,dkk. 2008. Pemberdayaan Keluarga dalam Rehabilitasi Medik Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik di Balai

Pengobatan Paru-Paru Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat,

Vol. 26, No. 2, Juni 2010

33.Dinkes Jawa Tengah.2009. kasus Penyakit Tidak Menular di Jawa Tengah Tahun 2009.

34. Hueston, William J. 2002. 20 Common Diseases in Respiratory Disorders.-Mc Graw- Medical Pub

35. Jones, Kevin Gruffydd, dkk. 2010. Diagnosis and Management of COPD in

Primary Care. Edition 3, Public Reference 1001, 2007.

36. Harris, E Randall. 2013. Epidemiology of Chronic Disease, Burlington: Jones & Bartlett learning.

37. Patel, Pradip R. 2005. Lecture Notes Radiologi. Jakarta: EMS

38. University of Michigan Health System.2005. Chronic Obstructive Pulmonary

Disease.Guidelines for Clinical Cares

39.ATS. Epidemiology, Risk Factors and Natural History COPD. 2005.

http://www.test.thoracic.org/COPD/2/epidemiology. Diakses tanggal 3 Maret 2013

40. Nisa, Khairun. 2010. Prevalensi Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis dengan Riwayat Merokok di RSUP H. Adam Malik Medn Periode Januari

(24)

41. Nazli, Putri Astrid Noviyanti. 2011. Prevalensi Penyakit Paru Obstruktrif Kronis Berdasarkan Faktor Risiko di RSUP H. Adam Malik Medan Periode

(25)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan desain case series.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di rekam medik RSUP HAM Medan dengan pertimbangan tersedianya data PPOK yang dirawat inap di RSUP HAM tahun 2012.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – Oktober 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Adapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh data penderita PPOK yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2012 dengan jumlah 110. 3.3.2 Sampel

(26)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengambilan data dari buku rekam medik dan kartu status penderita PPOK yang dirawat inap di RSUP HAM Medan tahun 2012 kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan jenis variabel yang akan diteliti.

3.5 Pengolahan dan Analisa Data

Data yang terkumpul diolah dan dianalisa dengan menggunakan bantuan komputer. Data univariat dianalisa secara statistik deskriptif dan data bivariat dianalisa dengan uji Chi square, uji Mann-Whitney, dan uji Kruskall Wallis kemudian disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi, tabel tabulasi silang, diagram batang, dan diagram pie.

3.6 Defenisi Operasional

3.6.1 Penderita PPOK adalah seluruh pasien yang didiagnosa dokter menderita PPOK dan yang tercatat di kartu status yang ada di RSUP HAM Medan. Tingkat keparahan dikategorikan berdasarkan hasil pengukuran spirometri VEP1 dan APE, dibagi atas:

1. Stadium 1 (ringan) : ≥80% (dengan adanya gejala) 2. Stadium 2 (sedang) : 50- 79%

3. Stadium 3 (berat) : 30- 49%

4. Stadium 4 (sangat berat) : < 30 % atau 50% dengan gagal napas

(27)

a. Umur merupakan lamanya hidup penderita PPOK dihitung berdasarkan tahun sejak penderita lahir yang dikategorikan menjadi:

1. < 40 tahun 2. 40 – 49 tahun 3. 50 – 59 tahun 4. ≥ 60 tahun

Untuk analisa statistik umur dikategorikan atas: 1. < 50 tahun

2. ≥ 50 tahun

b. Jenis kelamin merupakan ciri khas penderita sesuai dengan yang tercatat di kartu status yang dikategorikan menjadi:

1. Laki- laki 2. Perempuan

c. Agama merupakan keyakinan penderita yang diakui di negara Indonesia sesuai dengan yang tercatat di kartu status yang dikategorikan menjadi:

1. Islam

2. Kristen Protestan 3. Katolik

4. Hindu 5. Budha 6. Konghucu

d. Pendidikan merupakan pendidikan formal terakhir yang ditempuh penderita sesuai dengan yang tercatat di kartu status dan dikategorikan atas:

(28)

e. Pekerjaan merupakan aktivitas rutin penderita sesuai dengan yang tercatat di kartu status dan dikategorikan atas:

1. Pegawai Negeri 2. Pegawai Swasta 3. Pensiunan

4. Petani/ Pekerja Lepas 5. Wiraswasta

6. Ibu Rumah Tangga 7. Tidak Bekerja 8. Lain-lain

Untuk analisis statistik dikategorikan atas:

1. Bekerja (Pegawai Negeri, Pegawai Swasta, Petani/Pekerja lepas, wiraswasta, lain-lain)

2. Tidak Bekerja (Pensiunan, Ibu Rumah Tangga, Tidak Bekerja)

f. Tempat tinggal merupakan daerah penderita berdomisili sesuai dengan yang tercatat di kartu status dan dikategorikan atas:

1. Medan

2. Luar Kota Medan

3.6.3 Keadaan medis adalah kondisi yang berkaitan dengan riwayat PPOK, dibagi atas:

a. Keluhan adalah keluhan yang dirasakan penderita PPOK sesuai dengan yang tercatat di kartu status dan dikategorikan menjadi:

1. Sesak napas 2. Batuk 3. Mengi

4. Produksi sputum 5. Lain-lain

(29)

c. Jenis penyakit sebelumnya adalah penyakit yang pernah diderita sebelumnya yang berisiko menjadi PPOK sesuai dengan yang tercatat di kartu status dan dikategorikan atas:

1. Bronkitis Kronis 2. Asma bronkial 3. TB Paru

4. Sinusitis atau Polip 5. Hipertensi

6. Lain-lain

d. Jenis komplikasi adalah komplikasi yang timbul yang terjadi pada penderita PPOK sesuai dengan yang tertera di kartu status dan dikategorikan atas:

1. Kor pulmonal 2. Polisitemia 3. Pneumotoraks 4. Eksaserbasi 5. Lain-lain

e. Riwayat merokok adalah status merokok penderita sebelum terkena PPOK maupun setelah terkena PPOK sesuai dengan yang tercatat di kartu status dan dikategorikan atas:

1. Merokok 2. Tidak merokok

3.6.4 Lama rawatan rata- rata adalah keterangan mengenai lamanya penderita dirawat dihitung mulai awal masuk sampai pulang baik dengan izin dokter maupun meninggal dunia berdasarkan hasil pencatatan pada kartu status kemudian dihitung rata- rata lama rawatan.

(30)

1. Biaya sendiri

2. Asuransi (Askes, Jamkesmas, dan jaminan kesehatan lainnya)

3.6.6 Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan sewaktu pulang dari RSUP HAM Medan sesuai dengan yang tercatat di kartu status dan dikategorikan atas: 1. Pulang dengan berobat jalan (PBJ)

2. Pulang atas permintaan sendiri (PAPS) 3. Meninggal dunia

(31)

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik merupakan Rumah Sakit Umum milik Pemerintahan Pusat yang secara teknis berada di bawah Direktoral Jenderal Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan RI dan merupakan rumah sakit tipe A berdasarkan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990. Rumah sakit ini juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau. Lokasinya terletak di Jalan Bunga Lau No. 17 Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

(32)

4.1.2 Visi dan Misi RSUP H. Adam Malik Medan

a. Visi

Visi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan adalah “Menjadi Pusat Rujukan Pelayanan Kesehatan Pendidikan dan Penelitian yang Mandiri dan

Unggul di Sumatera tahun 2015”

b. Misi

Untuk memenuhi visi tersebut RSUP H. Adam Malik Medan memiliki misi yaitu: a. Melaksanakan pelayanan yang paripurna, bermutu, dan terjangkau.

b. Melaksanakan pendidikan, pelatihan, serta penelitian kesehatan yang profesional. c. Melaksanakan kegiatan pelayanan dengan prinsip efektif, efisien, akuntabel dan

mandiri.

4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi RSUP H. Adam Malik Medan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 244/MENKES/PER/III/2008 tanggal 11 Maret 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan mempunyai tugas menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan secara paripurna, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan secara serasi, terpadu dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan lainnya serta melaksanakan upaya rujukan.

Dalam melaksanakan tugas Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan menyelenggarakan fungsi:

(33)

2. Pelayanan dan asuhan keperawatan 3. Penunjang medis dan non medis 4. Pengelolaan sumber daya manusia

5. Pendidikan penelitian secara terpadu dalam bidang profesi kodokteran dan pendidikan kedokteran berkelanjutan

6. Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan lainnya 7. Penelitian dan pengembangan

8. Pelayanan rujukan

9. Administrasi umum dan keuangan

4.1.4 Pelayanan Medis

Rumah sakit ini telah dilengkapi berbagi prasarana yang terdiri dari dari instalasi rawat jalan, rawat gawat darurat, rawat inap terpadu A/B, Perawatan Intensif, Spesialis, dan penunjang pelayanan medis.

(34)

PKMRS belum maksimal dalam membuat topik yang akan disampaikan oleh narasumber sehingga penyampaian penyuluhan kurang maksimal. Dana yang akan digunakan untuk promosi kesehatan tidak mencukupi sehingga diharapkan adanya penggalangan dana untuk memperluas upaya promosi kesehatan. Sarana dan prasarana yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan dinilai masih kurang memadai seperti televisi yang tidak tersedia di setiap ruang tunggu, ruangan yang digunakan sebagai tempat penyuluhan, dan film pendek yang akan diputar sebagai media untuk promosi kesehatan.

4.1.5 Pelayanan Penunjang Medis

Rumah sakit ini memiliki pelayanan penunjang medis seperti laboratorium klinik, laboratorium anotomi, laboratorium mikrobiologi, farmasi dan pusat radiologi. Pusat radiologi terdiri dari:

1. Radio diagnostik : Radiologi Konvensional, Intervensional Radiologi, USG (Ultra Sonografi) 3D/4D, CT-Scan Spiral, Mamografi, dan Panografi.

2. Radio Therapi : Brachyteraphy (Penyinaran Internal) dan Linac (Penyinaran Eksternal)

4.1.6 Penunjang Umum

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan dibangun di atas tanah seluas ± 10 Ha, terdapat bangunan beberapa gedung yang menjadi sarana

(35)

pengelolaan limbah cair dan padat serta fasilitas umum lainnya. Rumah Sakit ini juga dilengkapi dengan pelayanan telekomunikasi diantaranya PABX 420 Nomor Extention, Internet, Wifi, Faxmile, dan Audio System/Pusat Informasi.

4.2. Deskriptif

Analisa ini digunakan untuk memeroleh gambaran distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan variabel yang diteliti yaitu karakteristik sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, dan tempat tinggal), keadaan medis (keluhan, tingkat keparahan, jenis penyakit sebelumnya, jenis komplikasi, dan riwayat merokok), lama rawatan, sumber pembiayaan, dan keadaan sewaktu pulang.

4.2.1 Distribusi Proporsi Umur dan Jenis Kelamin

Distribusi proporsi umur dan jenis kelamin penderita PPOK di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Umur dan Jenis Kelamin Penderita PPOK di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

Kelompok Umur

(tahun )

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

(36)

jenis kelamin laki-laki adalah ≥ 60 tahun sebanyak 71 orang(64,5%) dan terendah pada kelompok umur < 40 tahun dan 40−49 tahun masing-masing sebanyak 2 orang

(1,8%). Sementara itu proporsi tertinggi pada jenis kelamin perempuan terbanyak pada kelompok umur yang sama sebanyak 13 orang(11,8%) dan tidak ada penderita pada kelompok umur < 40 tahun dan 40−49 tahun.

Untuk analisa statistik, umur dikategorikan berdasarkan kelompok umur berisiko menderita PPOK yaitu <50 tahun dan ≥50 tahun.

4.2.2 Distribusi Proporsi Sosiodemografi

(37)

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Sosiodemografi Penderita PPOK di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

(38)

sebesar 8 penderita (7,3%),dan terendah adalah tidak sekolah/tidak tamat SD sebanyak 4 orang (3,6%).

Berdasarkan status pekerjaan, proporsi tertinggi yaitu pensiunan sebanyak 40 orang (36,4%), dan terendah adalah pegawai swasta sebanyak 2 orang (1,8%). Berdasarkan tempat tinggal, penderita di luar Kota Medan lebih banyak yaitu 74 orang (67,3%) dibandingkan dengan penderita di Kota Medan sebanyak 36 orang (32,7%).

4.2.3 Keadaan Medis

a. Distribusi Proporsi Berdasarkan Keluhan

Distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan keluhan di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Keluhan Berdasarkan Penderita PPOK di RSUP HAM Medan Tahun 2012 mengi (napas berbunyi) sebanyak 47 orang (42,7%).

b. Distribusi Proporsi Berdasarkan Tingkat Keparahan

(39)

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Tingkat Keparahan di RSUP HAM Medan Tahun 2012

Tingkat Keparahan f % keparahan yang tercatat sebanyak 14 orang (50%) berada pada stadium ringan, dan terendah pada stadium sangat berat yaitu 3 orang (10,7%).

c. Distribusi Proporsi Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya

Distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya di RSUP HAM Medan Tahun 2012

Riwayat Penyakit Sebelumnya f %

Tercatat

Lebih dari satu penyakit

19

(40)

sebanyak 19 orang (28,4%), dan yang terendah adalah lebih dari satu penyakit yaitu 6 orang (9,0%).

d. Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Jenis Komplikasi

Distribusi proporsi penderita berdasarkan jenis komplikasi di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Jenis Komplikasi di RSUP HAM Medan Tahun 2012

Komplikasi f %

Ada komplikasi Tidak ada komplikasi

65 45

59,1 40,9

Jumlah 110 100,0

Eksaserbasi Kor Pulmonal Lain-lain

41 18 6

63,1 27,7 9,2

Jumlah 65 100,0

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 110 penderita terdapat 65 orang (59,1%) yang mengalami komplikasi. Proporsi komplikasi tertinggi adalah eksaserbasi yaitu 41 orang (63,1%).

d. Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Riwayat Merokok

(41)

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Riwayat Merokok di RSUP HAM Medan Tahun 2012

Riwayat Merokok f % (70,9%) merupakan perokok aktif maupun pernah merokok sebelumnya tetapi sudah berhenti. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat dari 58 data lama merokok yang tercatat, proporsi lama merokok tertinggi yaitu diatas 30 tahun sebanyak 36 orang (62,1%) dan terendah yaitu 1-10 tahun sebanyak 1 orang (1,7%).

d.1 Kelompok Umur Berdasarkan Lama Merokok

(42)

Tabel 4.8 Distribusi Kelompok Umur Penderita PPOK Berdasarkan Lama Merokok di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

Lama Merokok (tahun)

Kelompok Umur (tahun) Jumlah

< 50 ≥ 50

ada penderita yang berusia dibawah 50 tahun.

d.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Riwayat Merokok

Distribusi proporsi jenis kelamin penderita PPOK berdasarkan riwayat merokok di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.9 Distribusi Jenis Kelamin Penderita PPOK Berdasarkan Riwayat Merokok di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

Riwayat Merokok

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

(43)

4.2.4 Lama Rawatan Rata-rata Penderita PPOK

Lama rawatan rata-rata penderita PPOK di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.10 Lama Rawatan Rata-Rata di RSUP HAM Medan Tahun 2012 Lama Rawatan Rata-rata (hari)

Mean

Standar Deviasi (SD) 95% Confidence Interval

Nilai Maksimum Nilai Minimum

7,44 4,605 6,57-8,31

23 2

Berdasarkan Tabel 4.10 di atas dapat dilihat lama rawatan rata-rata penderita adalah 7,44 hari (7 hari) dengan Standard Deviasi (SD) 4,605. Lama rawatan paling singkat adalah 2 hari dan lama rawatan paling lama adalah 23 hari. Dari Confidence Interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini lama rawatan rata-rata penderita PPOK adalah 6,57 − 8,31 hari.

4.2.5 Sumber Pembiayaan Penderita PPOK

(44)

Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Sumber Biaya di RSUP HAM Medan Tahun 2012

Sumber Pembiayaan f %

Bukan Biaya Sendiri Biaya Sendiri berdasarkan sumber pembiayaan lebih tinggi yang menggunakan bukan biaya sendiri yaitu 93 orang (84,5%) dibandingkan dengan menggunakan biaya sendiri yaitu 17 orang (15,5%). Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi terbanyak yaitu pengguna Askes sebanyak 66 orang (70,9%) dan terendah yaitu menggunakan JKA (Jaminan Kesehatan Aceh) yaitu 1 orang (1,1%).

4.2.6 Keadaan Sewaktu Pulang Penderita PPOK

Distribusi penderita PPOK berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUP HAM Medan Tahun 2012

(45)

Pada Tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita PPOK berdasarkan keadaan sewaktu pulang terbanyak adalah pulang berobat jalan sebanyak 85 orang (77,3%), kemudian pulang atas permintaan sendiri sebanyak 13 orang (11,8%), dan meninggal 12 orang (10,9%).

4.3 Analisa Statistik

4.3.1 Jenis Kelamin Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya

Distribusi proporsi jenis kelamin penderita PPOK berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.13 Distribusi Jenis Kelamin Penderita PPOK Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

Riwayat Penyakit

Sebelumnya

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa semua jenis penyakit sebelumnya tertinggi pada jenis kelamin laki-laki. Sementara itu, penderita yang mengalami jenis penyakit sebelumnya yang lebih dari satu hanya ada pada laki-laki.

(46)

4.3.2 Pekerjaan Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya

Distribusi proporsi pekerjaan penderita PPOK berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.14 Distribusi Pekerjaan Penderita PPOK Berdasarkan Riwayat

Penyakit Sebelumnya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun

Lebih dari satu penyakit 4

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa proporsi penyakit bronkitis kronis dan asma bronkial tertinggi pada penderita yang tidak bekerja. Sementara itu, penyakit TB Paru, hipertensi, dan lebih dari satu penyakit tertinggi pada penderita yang bekerja.

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi square 4 sel (40%) yang nilai harapannya kurang dari 5 sehingga uji ini tidak dapat digunakan.

4.3.3 Komplikasi Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya

(47)

Tabel 4.15 Distribusi Komplikasi Penderita PPOK Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012 Riwayat Penyakit mengalami komplikasi pada semua jenis penyakit sebelumnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengalami komplikasi.

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi square terdapat 3 sel (30%) yang nilai harapannya kurang dari 5 sehingga uji ini tidak dapat digunakan.

4.3.4 Riwayat Merokok Berdasarkan Komplikasi

Distribusi proporsi riwayat merokok penderita PPOK berdasarkan komplikasi di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.16 Distribusi Riwayat Merokok Penderita PPOK berdasarkan Komplikasi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

p=0,214

Komplikasi Riwayat merokok

(48)

Berdasarkan tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita yang mengalami komplikasi lebih tinggi pada perokok maupun yang pernah merokok yaitu 49 orang (75,4%) dibanding yang tidak merokok yaitu 16 orang (24,6%).

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai (p=0,214)>0,05 artinya tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna riwayat merokok berdasarkan komplikasi.

4.3.5 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Komplikasi

Distribusi proporsi lama rawatan rata-rata penderita PPOK berdasarkan komplikasi di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.17 Distribusi Lama Rawatan Rata-rata Penderita PPOK berdasarkan

Komplikasi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

Komplikasi Lama Rawatan Rata-rata

f Mean SD

Ada komplikasi Tidak ada komplikasi

65 45

7,82 6,89

4,96 4,01

Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita yang mengalami komplikasi adalah 7,82 hari dan lama rawatan rata-rata penderita yang tidak mengalami komplikasi yaitu 6,89 hari.

(49)

4.3.6 Lama Rawatan Berdasarkan Sumber Biaya

Distribusi proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya penderita PPOK di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.18 Distribusi Lama Rawatan Rata-rata Penderita PPOK berdasarkan

Sumber Biaya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

Sumber Biaya Lama Rawatan Rata-rata

f Mean SD

Berdasarkan tabel 4.18 di atas dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata yang menggunakan biaya sendiri adalah 4,59 hari, dan lama rawatan rata-rata penderita yang menggunakan bukan biaya sendiri adalah 7,96 hari (8 hari).

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Mann-Whitney diperoleh nilai p<0,05 (0,001) artinya ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya.

4.3.7 Lama Rawatan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi lama rawatan rata-rata penderita PPOK berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

(50)

Berdasarkan tabel 4.19 di atas dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita PPOK yang pulang dengan berobat jalan adalah 8 hari, pulang atas permintaan sendiri 4 hari, dan penderita yang meninggal 6 hari.

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Kruskal Wallis diperoleh nilai p<0,05 (p=0,001)artinya ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

4.3.8 Kejadian Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi kejadian komplikasi penderita PPOK berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.20 Distribusi Komplikasi Penderita PPOK Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

Keadaan Sewaktu Pulang

Kejadian Komplikasi Jumlah

Ada komplikasi Tidak Ada

Komplikasi

(51)
(52)

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1. Deskriptif

5.1.1 Distribusi Proporsi Berdasarkan Sosiodemografi

a. Umur dan Jenis Kelamin

Distribusi proporsi umur penderita PPOK berdasarkan jenis kelamin di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.1 Diagram Bar Proporsi Umur dan Jenis Kelamin Pada Penderita

PPOK di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

Berdasarkan Gambar 5.1 di atas dapat dilihat bahwa proporsi umur tertinggi berada pada kelompok umur ≥60 tahun sebesar 64,5% pada laki-laki dan 11,8% pada

perempuan. Proporsi penderita meningkat sejalan dengan pertambahan usia. PPOK merupakan penyakit yang muncul setelah terpapar dalam waktu yang lama dengan

(53)

bahan-bahan iritan. Gejala PPOK lebih sering muncul pada usia di atas 50 tahun.21 Pada usia di atas 60 tahun juga daya tahan tubuh akan semakin menurun.

Berdasarkan jenis kelamin, proporsi terbanyak yaitu jenis kelamin laki-laki sebesar 86,4%. Sex ratio penderita PPOK sebesar 635% artinya proporsi penderita laki-laki lebih tinggi dibanding penderita perempuan. Hal ini dikaitkan dengan kebiasaan merokok yang lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2009 diperoleh prevalensi perokok laki-laki di atas 15 tahun sebanyak 65,9%. Hal ini sangat berbeda jauh dengan prevalensi perokok perempuan yaitu 4,2%.

Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Rahmatika di RSUD Aceh Tamiang (data 2007-2008) yaitu 70,9% pada laki-laki dan 28,1% pada perempuan dengan proporsi penderita usia di atas 60 tahun sebanyak 80 orang (57,6%).15 Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Khairunnisa (data tahun 2009) di rumah sakit yang sama yaitu 84% dari 54 penderita pada usia di atas 60 tahun dengan proporsi laki-laki sebesar 81,5% dan 18,5% pada perempuan.40

b. Agama

(54)

Gambar 5.2 Diagram Pie Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Agama di

RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

Berdasarkan Gambar 5.2 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita PPOK tertinggi adalah agama Protestan sebesar 56,4%. Hal ini sesuai dengan penelitian Nazli di rumah sakit yang sama pada tahun 2010-2011 proporsi penderita yang beragam Protestan lebih tinggi yaitu 54,5% dari 88 penderita.41 Hal ini bukan berarti penderita yang beragam Protestan lebih berisiko menderita PPOK, akan tetapi hanya menunjukkan penderita PPOK yang berobat ke RSUP HAM Medan lebih tinggi pada penderita yang beragama Protestan.

c. Pendidikan

Proporsi penderita PPOK berdasarkan pendidikan di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada diagram berikut:

56.40% 35.50%

8.20%

Agama

Kristen Protestan

Islam

(55)

Gambar 5.3 Diagram Pie Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Tingkat

Pendidikan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

Berdasarkan Gambar 5.3 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita dengan pendidikan SMA/Sederajat lebih tinggi dibanding jenjang pendidikan lainnya yaitu 61,8%. Hal ini tidak menunjukkan bahwa penderita PPOK dengan pendidikan SMA lebih berisiko untuk menderita PPOK. Akan tetapi berkaitan dengan penderita PPOK yang berobat ke RSUP HAM Medan lebih tinggi berpendidikan SMA/Sederajat. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi juga kesadaran untuk mencegah faktor risiko dari PPOK masih kurang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rahmatika (data 2007-2008) di RSUD Aceh Tamiang bahwa proporsi penderita dengan pendidikan SMA/Sederajat sebesar 41%.15 Hasil ini juga sesuai dengan hasil penelitian Manik di RS Haji Medan (data 2000-2002) dengan menggunakan desain case series diperoleh 25% penderita berpendidikan SMA.14

61.80% 15.50%

11.80%

7.30% 3.60%

Pendidikan

SMA/Sederajat

SMP/Sederajat

SD/Sederajat

Akademi/PT

(56)

d. Pekerjaan

Proporsi penderita PPOK berdasarkan pekerjaan di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.4 Diagram Batang Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan

Pekerjaan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

Berdasarkan Gambar 5.4 di atas dapat dilihat bahwa proporsi terbesar pekerjaan penderita adalah pensiunan yaitu 36,4%. PPOK merupakan penyakit yang bersifat progresif, artinya semakin lama akan semakin memburuk dan sifatnya irreversibel.21 Kemungkinan penderita sudah menderita PPOK semasa bekerja. Namun karena gejalanya masih ringan penderita masih berobat di rumah sakit daerah. Hal ini juga dikaitkan dengan RSUP HAM Medan merupakan rumah sakit rujukan dan menerima pengguna jaminan kesehatan askes. Sehingga penderita yang memiliki

36.4

24.5

10.9

9.1

3.6

Pensiunan Petani/pekerja lepas

Pegawai negeri

Wiraswasta IRT

P

ro

po

rsi

(%)

(57)

Hal ini sesuai dengan penelitian Manik di RS Haji Medan tahun 2000-2002 sebesar 34,09% pensiunan.14 Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Yuarsa di RS Persahabatan Jakarta tahun 2013,dari 85 penderita sebesar 76,5% bekerja sebagai pensiunan.4 Proporsi terendah adalah pegawai swasta sebesar 1,8%. Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmatika di RSUD Aceh Tamiang (data 2007-2008).15

e. Tempat Tinggal

Distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan tempat tinggal pada penderita PPOK di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.5 Diagram Pie Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Tempat

Tinggal di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

Berdasarkan Gambar 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi penderita PPOK lebih tinggi berada di luar Kota Medan yaitu sebesar 67,3%, sedangkan di kota Medan sebesar 32,7%. Banyaknya penderita yang berasal dari luar Kota Medan disebabkan RSUP HAM Medan merupakan rumah sakit rujukan dari Rumah Sakit Umum

67.30% 32.70%

Tempat Tinggal

Luar Kota Medan

(58)

Daerah (RSUD) setiap kabupaten di Sumatera Utara dan beberapa provinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau. Selain itu juga kemungkinan disebabkan tersedianya pelayanan kesehatan lain di wilayah Kota Medan sehingga perilaku pengobatan masyarakat Kota Medan bervariasi.

5.1.2 Keadaan Medis

a. Keluhan

Distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan keluhan di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.6 Diagram Batang Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Keluhan

di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

Berdasarkan Gambar 5.6 dapat dilihat bahwa keluhan yang paling sering dialami penderita adalah sesak napas dan batuk. Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmatika di RSUD Aceh Tamiang tahun 2007-2008.15

100

(59)

Sesak napas merupakan keluhan utama penderita PPOK. Terjadinya penyempitan aliran napas menyulitkan penderita untuk bernapas. Batuk terjadi karena adanya peningkatan reaktivitas terhadap sel-sel yang sudah mati yang akan dikeluarkan dan meningkatnya produksi sputum. Gejala lain juga akan menyertai gejala ini, akan tetapi gejala yang paling sering muncul adalah sesak napas dan batuk.17

b. Tingkat Keparahan

Distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan keluhan di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.7 Diagram Batang Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Tingkat

Keparahan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

Berdasarkan Gambar 5.7 dapat dilihat bahwa dari 28 penderita (25,5%) yang tercatat tingkat keparahannya, proporsi tertinggi berada pada stadium ringan sebesar 50%. Pada stadium ringan gejala sudah ada namun muncul pada aktivitas sedang.

Ringan Sedang Berat Sangat Berat

(60)

Pada saat penderita sudah mengalami gejala PPOK, mereka sudah memeriksakan diri ke rumah sakit. Hal ini berkaitan dengan pekerjaan penderita yang kebanyakan adalah pensiunan. Tingkat pengetahuan dan kesadaran untuk memeriksakan diri sudah lebih baik. Data tingkat keparahan yang tersedia hanya 28 penderita sehingga tidak mewakili keseluruhan data.

c. Riwayat Penyakit Sebelumnya

Distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.8 Diagram Batang Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

Berdasarkan Gambar 5.8 dapat dilihat bahwa dari 67 (60,9%) penyakit sebelumnya yang tercatat proporsi tertinggi adalah TB Paru dan Hipertensi masing-masing 28,4%. Penderita yang pernah mengalami TB Paru akan mengalami

TB Paru Hipertensi Bronkitis kronis

(61)

memiliki paru yang normal sehingga lebih berisiko terhadap berkembangnya PPOK.16 Hipertensi merupakan penyakit penyakit penyerta.

Bahan alergen yang masuk ke dalam sistem pernapasan penderita asma bronkial akan merangsang pembentukan IgE. Ikatan antara IgE dengan antigen dan sel mast akan menyebabkan degranulasi sel mast sehingga keluarlah mediator. Mediator tersebut akan memproduksi elastase, dan merangsang pembentukan prostaglandin, tromboksan, lekotriena, dan anion superoksida. Hal ini menunjukkan keseimbangan protease dan antiprotease akan terganggu. Apabila hal ini terjadi maka akan terjadi destruksi jaringan paru.17

d. Jenis Komplikasi

Distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan komplikasi di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 5.9 Diagram Batang Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan

Komplikasi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012 63.1

27.7

9.2

0 10 20 30 40 50 60 70

Eksaserbasi Kor Pulmonal Lain-lain

pro

po

rsi

(%)

(62)

Berdasarkan Gambar 5.9 di atas dapat dilihat bahwa proporsi komplikasi dari penderita PPOK tertinggi adalah eksaserbasi sebesar 63,1%.

Eksaserbasi merupakan peningkatan respon inflamasi pada saluran pernapasan oleh bahan-bahan iritan dan zat kimia. Hal ini juga dipicu oleh adanya infeksi bakteri atau virus.16 Terdapatnya sputum yang purulen pada saluran pernapasan penderita menjadi tempat berkoloni bakteri maupun virus sehingga lama-kelamaan akan menyebabkan infeksi pada jalan napas.

e. Riwayat Merokok

Distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan riwayat merokok di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 5.10 Diagram Pie Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Riwayat Merokok di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

Berdasarkan Gambar 5.10 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita yang memiliki riwayat merokok lebih tinggi sebesar 70,9% dibanding dengan penderita

70.90% 29.10%

Riwayat Merokok

Merokok/pernah merokok

(63)

terdapat 96,2% diantaranya adalah penderita laki-laki dan 3,8% berjenis kelamin perempuan. Dari seluruh 58 penderita yang tercatat lama merokoknya, semua berada pada umur ≥ 50 tahun. Zat-zat yang terkandung di dalam rokok merupakan bahan

iritan sehingga menyebabkan peradangan pada aliran napas maupun alveoli. Hal ini juga berkaitan dengan jumlah rokok yang dikonsumsi dan lama merokok. Semakin banyak rokok yang dikonsumsi dan semakin lama penderita merokok maka akan semakin berisiko untuk menderita PPOK.21 Hal ini juga kemungkinan berkaitan dengan faktor usia harapan hidup, mengingat penderita yang memiliki riwayat mengonsumsi rokok lebih tinggi pada usia di atas 50 tahun.

Hal ini sejalan dengan penelitian Khairunnisa (2010), dari 25 penderita yang memiliki riwayat merokok 64% diantaranya adalah perokok derajat berat.30 Hasil ini sesuai dengan penelitian Nazli pada tahun 2010-2011 di rumah sakit yang sama sebesar 77,2% pada penderita yang memiliki riwayat merokok.41 Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Manik di RS Haji Medan tahun 2000-2002 yaitu 51,52% pada penderita yang memiliki riwayat merokok.14

5.1.3 Lama Rawatan

Lama rawatan rata-rata penderita PPOK yang dirawat inap di RSUP HAM Medan tahun 2012 adalah 7,44 hari (7 hari) dengan 95% Confidence Interval 6,57-8,31 hari. Standart Deviation (SD) adalah 4,605 hari dengan lama rawatan paling singkat adalah 2 hari dan lama rawatan paling lama 23 hari.

(64)

berbunyi (mengi), nyeri dada, dan menghasilkan sputum. Penderita memiliki riwayat merokok selama 35 tahun sebanyak 30 batang per hari, memiliki riwayat penyakit TB Paru, dengan stadium berat. Penderita mengalami PPOK eksaserbasi dan pulang dengan berobat jalan.

5.1.4 Sumber Biaya

Distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan sumber biaya di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 5.11 Diagram Pie Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Sumber

Biaya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

Berdasarkan Gambar 5.11 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita PPOK yang menggunakan biaya pengobatan dari bukan biaya sendiri lebih tinggi yaitu 84,5% lebih tinggi dibanding biaya sendiri yaitu 15,5%. Hasil ini sesuai dengan penelitian Candly di rumah sakit yang sama pada tahun 2009.41 Hal ini disebabkan

84.50% 15.50%

Sumber Biaya

Bukan Biaya Sendiri

(65)

RSUP HAM Medan merupakan rumah sakit yang menerima layanan jaminan kesehatan pemerintah. Sehingga penderita yang memiliki kartu jaminan kesehatan lebih memilih berobat ke RSUP HAM Medan untuk mengurangi biaya.

Sumber Biaya Bukan Biaya Sendiri

Distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan sumber biaya bukan biaya sendiri di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 5.12 Diagram Batang Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Bukan

Biaya Sendiri di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

Berdasarkan Gambar 5.12 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita PPOK pengguna askes lebih tinggi yaitu sebesar 70,9% dibanding sumber biaya lainnya. Hal ini dikaitkan dengan proporsi pekerjaan yang lebih tinggi pada penderita PPOK adalah pensiunan. Sehingga sumber biaya yang paling banyak digunakan adalah askes.

Askes SKTM JPKMS Jamkesmas PT.KAI

pro

po

rsi

(%)

(66)

5.1.5 Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan sumber biaya di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 5.13 Diagram Pie Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

Berdasarkan Gambar 5.13 di atas dapat dilihat bahwa keadaan penderita sewaktu pulang yang tertinggi adalah pulang berobat jalan (PBJ) sebesar 77,3%.

Penderita yang diperbolehkan untuk dirawat jalan adalah penderita yang sudah memungkinkan untuk dirawat di rumah, akan tetapi harus melakukan kontrol kembali ke rumah sakit. Penderita yang pulang atas permintaan sendiri yaitu penderita dengan alasan tidak ada yang menjaga di rumah sakit dan penderita yang memilih untuk dirawat di pelayanan kesehatan lain. Case Fatality Rate (CFR) penderita PPOK di RSUP HAM Medan sebesar 10,9%. Penderita yang meninggal

77.30% 11.80%

10.90%

Keadaan Sewaktu Pulang

PBJ

PAPS

(67)

adalah penderita yang datang ke rumah sakit sudah dalam keadaan stadium berat, tidak sadarkan diri dan mengalami komplikasi kor pulmonal.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Manik di RS Haji Medan tahun 2000-2002 yaitu 53,03%.14 Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Rahmatika di RSUD Aceh Tamiang tahun 2007-2008 yaitu sebesar 77,7%.15

5.2. Analisa Statistik

5.2.1 Jenis Kelamin Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya

Distribusi proporsi jenis kelamin penderita PPOK berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.14 Diagram Batang Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya Pada Penderita PPOK di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

Berdasarkan Gambar 5.14 di atas dapat dilihat bahwa dari semua penderita yang tercatat riwayat penyakit sebelumnya seluruhnya tertinggi pada jenis kelamin

57.1

(68)

laki-laki. Pada penderita yang mengalami lebih dari satu penyakit semuanya berjenis kelamin laki-laki. Kejadian penyakit sebelumnya bisa terjadi karena paparan dengan faktor risiko seperti rokok, bahan kimia, dan bahan alergen. Laki-laki lebih sering terpapar terhadap faktor risiko tersebut.

5.2.2 Status Bekerja berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya

Distribusi proporsi status bekerja penderita PPOK berdasarkan riwayat penyakit terdahulu di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.15 Diagram Batang Proporsi Status Bekerja Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya Pada Penderita PPOK di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

28.6 33.3

(69)

Berdasarkan Gambar 5.15 di atas dapat dilihat bahwa penyakit bronkitis kronis dan asma bronkhial lebih tinggi pada penderita yang tidak bekerja, sementara pada penderita yang memiliki riwayat TB Paru, hipertensi, dan lebih dari satu penyakit lebih tinggi pada penderita yang bekerja. Riwayat penyakit sebelumnya bisa terjadi ketika penderita masih berstatus bekerja. Akan tetapi menderita PPOK setelah tidak bekerja. Penyakit ini bisa menjadi PPOK dalam jangka waktu yang lama dan disebabkan terjadinya infeksi yang berulang-ulang.

5.2.3 Komplikasi Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya

Distribusi proporsi komplikasi penderita PPOK berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.16 Diagram Batang Proporsi Komplikasi Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya Pada Penderita PPOK di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

57.1 55.6

(70)

Berdasarkan Gambar 5.16 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penyakit sebelumnya yang memiliki riwayat komplikasi lebih tinggi dibanding yang tidak mengalami komplikasi. Proporsi TB Paru lebih tinggi terkena komplikasi. Hal ini dikaitkan dengan fungsi faal paru yang semakin menurun ketika terjadi penyakit sebelumnya. Sehingga memudahkan untuk terjadi komplikasi.16 Adanya infeksi bakteri pada saluran pernapasan akan membentuk antibodi, antiprotease, fagositosis, dan proteolisis yang selanjutnya akan terjadi komplikasi yang serius. Proses proteolisis pada saat daya tahan tubuh menurun atau kadar inhibitor protease yang rendah akan mempercepat perusakan jaringan.17

5.2.4 Riwayat Merokok Berdasarkan Komplikasi

Distribusi proporsi riwayat merokok penderita PPOK berdasarkan komplikasi di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

(71)

Berdasarkan Gambar 5.17 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita yang mengalami komplikasi maupun tidak mengalami komplikasi lebih tinggi pada penderita yang memiliki riwayat merokok. Kandungan zat yang terdapat di dalam rokok merupakan bahan iritan terhadap paru sehingga memudahkan untuk terkena komplikasi.21

Berdasarkan hasil uji Chi square diperoleh nilai p= 0,214 artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara riwayat merokok dengan komplikasi

5.2.5 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Komplikasi

Distribusi proporsi lama rawatan rata-rata penderita PPOK berdasarkan komplikasi di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.18 Diagram Bar Proporsi Lama Rawatan Berdasarkan Komplikasi Pada Penderita PPOK di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

6.89 7.82

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

tidak ada komplikasi ada komplikasi

(72)

Berdasarkan Gambar 5.18 di atas dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata bagi penderita yang memiliki komplikasi 7,82 hari sedangkan penderita yang tidak ada komplikasi lama rawatan rata-ratanya 6,89 hari. Penderita yang mengalami komplikasi perlu mendapat perawatan yang lebih lama untuk memulihkan komplikasi yang dialami penderita.

Berdasarkan hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai p= 0,454 artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata penderita PPOK yang mengalami komplikasi dengan penderita yang tidak mengalami komplikasi.

5.2.6 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya

Distribusi proporsi lama rawatan rata-rata penderita PPOK berdasarkan sumber biaya di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.19 Diagram Bar Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya Pada Penderita PPOK di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

4.59

7.96

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

biaya sendiri bukan biaya sendiri

(73)

Berdasarkan Gambar 5.19 di atas dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita yang menggunakan biaya sendiri adalah 4,59 hari dan penderita yang menggunakan bukan biaya sendiri 7,96 hari.

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Mann-Whitney diperoleh nilai p<0,05 (p=0,001) artinya ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata penderita yang menggunakan biaya sendiri dengan penderita yang menggunakan biaya dari pihak lain. Pengobatan PPOK membutuhkan biaya yang besar sehingga penderita yang menggunakan biaya sendiri akan pulang apabila sudah memungkinkan untuk pulang walaupun tidak sepenuhnya pulih.

5.2.7 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi lama rawatan rata-rata penderita PPOK berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.20 Diagram Bar Proporsi Lama Rawatan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Pada Penderita PPOK di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

4.15

6.42

8.08

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

PAPS Meninggal PBJ

(74)

Berdasarkan Gambar 5.20 di atas dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita yang pulang dengan berobat jalan adalah 8,08 hari, pulang atas permintaan sendiri 4,15 hari, dan meninggal 6,42 hari.

Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis diperoleh nilai p=0,01 artinya ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata antara pulang dengan berobat jalan, pulang atas permintaan sendiri, dan meninggal.

5.2.8 Kejadian Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi kejadian komplikasi penderita PPOK berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSUP HAM Medan tahun 2012 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 5.21 Diagram Bar Proporsi Kejadian Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Pada Penderita PPOK di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

(75)

memiliki komplikasi. Sementara penderita yang meninggal seluruhnya adalah penderita yang memiliki riwayat komplikasi.

(76)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.1.1 Berdasarkan karakteristik sosiodemografi diperoleh bahwa proporsi penderita PPOK yang dirawat inap di RSUP HAM Medan tertinggi yaitu pada kelompok umur ≥ 60 tahun sebesar 64,5%, jenis kelamin laki-laki 86,5%,

agama Protestan 56,4%, pendidikan tamat SMA/sederajat 61,8%, pekerjaan pensiunan 36,4%, dan tempat tinggal di luar kota Medan 67,3%.

6.1.2 Berdasarkan keadaan medis, keluhan tertinggi adalah sesak napas dengan proporsi 100%, stadium ringan 50%, riwayat penyakit terdahulu TB Paru dan Hipertensi masing-masing 28,4%, komplikasi eksaserbasi 63,1%, dan riwayat penderita yang merokok 70,9%.

6.1.3 Lama rawatan rata-rata adalah 7,44 hari.

6.1.4 Proporsi penderita berdasarkan sumber pembiayaan tertinggi yaitu bukan biaya sendiri sebesar 84,5%. Proporsi terbanyak penderita yang menggunakan bukan biaya sendiri yaitu Askes 70,9%.

6.1.5 Proporsi penderita berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah pulang berobat jalan yaitu 77,3%.

6.1.6 Uji Chi Square tidak dapat dilakukan untuk melihat perbedaan jenis kelamin, pekerjaan, komplikasi berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya, riwayat merokok berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

(77)

6.1.8 Tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan berdasarkan komplikasi (p=0,454)

6.1.9 Ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya (p=0,001).

6.1.10 Ada perbedaan yang bermakna antara kejadian komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,008)

6.2. Saran

6.2.1 Diharapkan kepada pihak RSUP HAM Medan untuk melengkapi pencatatan kartu status seperti tingkat keparahan, lama merokok dan jumlah rokok yang dikonsumsi, dan jenis penyakit sebelumnya sehingga memudahkan analisis data.

6.2.2 Diharapkan kepada pihak RSUP HAM Medan untuk melanjutkan program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) secara berkala dan penyakit yang lebih spesifik khususnya PPOK untuk memaparkan penanganan dini dan pencegahan kepada keluarga penderita.

(78)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian PPOK

Menurut Europan Respiratory Society (1995), PPOK adalah kondisi keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Kondisi ini berkaitan dengan terjadinya inflamasi disebabkan respon paru- paru terhadap partikel atau gas yang beracun.

Menurut National Collaborating Centre for Chronic Conditions (2004), PPOK adalah penyakit yang ditandai dengan obstruksi aliran udara, bersifat irrevesibel, dan sebagian besar disebabkan karena merokok.16

Menurut Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah penyakit yang ditandai oleh hambatan aliran udara yang terus menerus dan bersifat progresif dan biasanya berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronis terhadap partikel dan gas berbahaya pada saluran udara pernapasan.3

Banyak istilah yang dipakai untuk Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) antara lain Emphysema and Chronic Bronchitis Syndrome, Chronic Obstrucyive Broncho Pulmonary Disease, Chronic Airways Obstructive, Chronic Obstructive

Lung Disease, Chronic Aspesific Respiratory Affection (CARA), Chronic Non

Spesific Lung Disease ( CNSLD ), dan pada tahun 1970 menjadi Chronic Obstructive Pulmonary Disease ( COPD).17

(79)

mengalami PPOK ini mengalami kesulitan bernapas, batuk yang rutin, dan intoleransi aktivitas.18,19 Keadaan ini lama kelamaan akan timbul komplikasi lain seperti gagal pernapasan.20

Sistem pernapasan adalah keterpaduan beberapa struktur yang terlibat dalam proses respirasi. Struktur utama sistem pernapasan adalah saluran udara pernapasan yang terdiri dari jalan napas, saluran napas, dan paru.

Jalan napas memiliki bagian yaitu nares (lubang hidung), hidung bagian luar, hidung bagian dalam, sinus paranasal, faring, dan laring. Sedangkan saluran napas adalah trakea, bronkus, dan bronkiolus. Parenkim paru adalah organ berupa kumpulan alveoli yang mengelilingi cabang bronkus. Paru-paru merupakan tempat pertukaran karbondioksida yang berasal dari darah menjadi oksigen untuk digunakan kembali. Paru-paru terdiri dari dua bagian yaitu paru- paru bagian kiri yang memiliki 2 lobus dan paru- paru kanan yang memiliki 3 lobus. Pada kedua bagian paru ini terdapat sekitar 1500 km aliran udara dan ada sebanyak 300- 500 juta alveoli yang berfungsi sebagai tempat pertukaran udara.21

(80)

2.1.1 Bronkitis Kronis

Bronkitis kronis adalah batuk produktif kronis yang menghasilkan lendir berlebihan di dalam bronki minimal selama 3 bulan per tahun paling tidak selama 2 tahun berturut- turut. Sputum yang dihasilkan bisa saja mukoid atau mukopurulen.22 Hal ini disebabkan terjadinya perubahan patologis seperti hipertrofi dan hiperplasia pada sel-sel penghasil mukus di bronkus. Selain itu silia yang melapisi bronkus mengalami disfungsional dan metaplasia sehingga mengganggu sistem mukosiliaris dan menyebabkan terakumulasinya mukus yang mengental sehingga sulit untuk dikeluarkan dari saluran napas. Mukus yang mengental tersebut akan menjadi tempat perkembangbiakan yang baik untuk mikroorganisme sehingga terjadi inflamasi di daerah saluran napas. Hal ini menyebabkan terjadinya edema di daerah jaringan serta perubahan bentuk dari paru.23 Jika terjadi infeksi yang berulang akan mengakibatkan kerusakan yang menetap pada saluran udara dan terbentuk jaringan parut sehingga terjadi penyempitan pada saluran perifer kecil.

2.1.2 Emfisema Pulmonal 24

(81)

alveoli kehilangan struktur penyangganya. Sehingga pada saat terjadi ekspirasi bronkioli akan mengerut dan saluran udara menyempit.

Rokok merupakan faktor determinan yang paling memengaruhi penyakit ini. Saat ini diketahui lebih dari 4.000 zat kimia racun yang memengaruhi keseimbangan antara antiprotease dengan protease di dalam paru-paru yang menyebabkan kerusakan permanen. Pada emfisema tahap lanjut ditemukan :

a. Hiperinflasi dada

Diafragma datar dan rendah dengan pergerakan yang terbatas saat inspirasi dan ekspirasi. Peningkatan diameter anteroposterior dada dengan perluasan pada rongga retrosternal (barrel chest). Penampakan bagian jantung yang tipis, panjang, dan sempit. Hal ini disebabkan oleh inflasi berlebihan dan diafragma rendah.

b. Perubahan vaskular

Paru secara umum dipengaruhi oleh distribusi vaskularisasi pulmonal yang secara abnormal tidak rata sehingga pembuluh darah menjadi tipis disertai hilangnya gradasi halus normal dari pembuluh darah yang berasal dari hilus dan perifer.

c. Bullae

Rongga menyerupai kista sering terbentuk akibat robeknya jaringan alveolus yang melebar. Pada foto dada, rongga tersebut tampak sebagai daerah translusen dengan dindingnya terlihat sebagai bayangan kurva linear menyerupai garis rambut.

2.1.3 Asma Bronkial

(82)

menimbulkan sesak napas.17 Pada keadaan normal, aliran udara dari hidung sampai ke alveoli tidak mengalami hambatan. Namun ketika terjadi serangan asma, aliran udara pada saluran pernapasan menjadi lambat. Hal ini disebabkan terjadinya penyempitan saluran napas yaitu otot-otot saluran napas berkerut (bronkopasme), terjadinya pembengkakan sel- sel permukaan saluran napas, dan produksi mukus kental yang berlebihan sehingga menghambat saluran napas kecil.25

Peradangan saluran napas dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan perubahan bentuk pada saluran napas dengan meningkatnya otot polos, adanya gangguan epitel pada permukaan, meningkatnya kolagen, dan penebalan membran dasar. Perlu dilakukan penanganan yang tepat pada penderita asma agar tidak tejadi hal di atas untuk mengurangi kecenderungan menjadi PPOK.15

Ketiga penyakit ini dapat disebut sebagai PPOK apabila tingkat keparahannya sudah tahap lanjut dan bersifat progresif.21

2.2 Patogenesis PPOK

(83)

bronkus, metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis.

Pada penderita emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Apabila tidak ditangani dan faktor risikonya sendiri tidak dikurangi maka lama kelamaan akan terjadi obstruksi saluran napas yang bersifat irreversibel dan progresif.26

Adapun penyakit yang biasanya terjadi sebelum PPOK adalah bronkitis kronis, asma bronkial, TB Paru, Sinusitis, Polip, dan hipertensi.16

2.3 Gejala PPOK17

2.3.1 Sesak napas

Gejala ini yang paling sering terjadi pada penderita PPOK. Hal ini disebabkan saluran udara yang menyempit dan bersifat irreversibel. Penyempitan saluran napas tersebut menyebabkan peningkatan resistensi dan tertahannya udara sehingga udara inspirasi menjadi berkurang. Kurangnya udara yang masuk menyebabkan saluran bronkiolus menjadi kolaps, sehingga udara akan semakin sulit masuk ke paru-paru. Hiperinflasi paru-paru meningkatkan volume residu sehingga terjadi sesak saat beraktivitas. Diafragma menjadi rata sehingga dibutuhkan usaha yang lebih besar untuk bernapas.

2.3.2 Batuk dan produksi sputum

Gambar

Tabel 4.1  Distribusi Proporsi Umur dan Jenis Kelamin Penderita PPOK di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012
Tabel 4.2  Distribusi Proporsi Sosiodemografi Penderita PPOK di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012
Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya di RSUP HAM Medan Tahun 2012
Tabel 4.6  Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Jenis Komplikasi di RSUP HAM Medan Tahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diagram Batang Jenis Kelamin Berdasarkan Sumber Biaya Penderita PPOK di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008 Berdasarkan gambar 6.16 dapat dilihat bahwa proporsi penderita PPOK

Gambar 5.15 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Riwayat Serangan Penderita Asma Bronkial Dewasa yang Dirawat Inap di RSUP

Proporsi tertinggi penderita tonsilitis kronis berdasarkan jenis kelamin perempuan sebanyak 66,3%, kelompok umur 1 – 10 tahun sebanyak 29,1%, pekerjaan sebagai

Data univariat dianalisis secara deskriptif sedangkan data bivariat dianalisis dengan menggunakan uji Chi-square, Mann-Whitney, dan Kruskal Wallis dengan CI 95%.. Tidak ada

Pidato Pada Upacara Pengukuhan Sebagai Guru Besar Tetap Dalam Bidang Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Pada Fakultas Kedokteran Universitas

Lama Rawatan Rata-rata berdasarkan adanya Komplikasi Group Statistics. komp1 N

Mengetahui distribusi proporsi penderita stroke hemoragik pada usia ≤ 40 tahun berdasarkan lokasi perdarahan. Mengetahui distribusi proporsi pende rita stroke hemoragik

Proporsi penderita TB MDR berdasarkan karakteristik sosiodemografi paling besar pada kelompok umur ≤45 Tahun (56,3%), jenis kelamin laki – laki (66,5%), status