• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga angka kelahiran mencapai 4,5 juta per tahun dan pada tahun 2010 berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. Ledakan penduduk disadari akan berpengaruh pada ketersediaan pangan dan kualitas sumber daya manusia.

Untuk menghindari dampak tersebut, pemerintah berusaha keras menekan angka kelahiran hingga di bawah 237,6 juta jiwa per tahun (BKKBN, 2011).

Salah satu program untuk menekan angka pertumbuhan penduduk yakni melalui program KB. Program KB memiliki peranan dalam menurunkan resiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan serta menjarangkan kehamilan dengan sasaran utama adalah pasangan usia subur (PUS).

Program pemerintah dalam upaya mengendalikan jumlah kelahiran dan mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak kelahiran dengan program KB (Manuaba, 2010).

Program ini diharapkan bisa mengubah minat mayoritas pengguna alat kontrasepsi jangka pendek menjadi kontrasepsi jangka panjang, dimana dinilai lebih praktis karena bisa bertahan dalam hitungan tahun. Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat digambarkan melalui cakupan peserta KB yang ditunjukkan

1

(2)

melalui kelompok sasaran program yang sedang/pernah menggunakan alat kontrasepsi yang digunakan akseptor.

Sesuai dengan tuntutan perkembangan program, maka program KB telah berkembang menjadi gerakan keluarga berencana nasional yang mencakup gerakan masyarakat. Gerakan keluarga berencana nasional disiapkan untuk membangun keluarga sejahtera dalam rangka membangun sumber daya manusia yang optimal, dengan ciri semakin meningkatnya peran serta masyarakat dalam memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan pelayanan KB (Meilani, 2010).

Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB sendiri seperti tercantum dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) tahun 2009-2013 adalah meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/intra uterine device (IUD), implant (susuk) dan sterilisasi. AKDR/IUD merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi non hormonal dan termasuk alat kontrasepsi jangka panjang yang ideal dalam upaya menjarangkan kehamilan. Keuntungan pemakaian AKDR/IUD yakni hanya memerlukan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama dengan biaya yang relatif murah, aman karena tidak mempunyai pengaruh sistemik yang beredar ke seluruh tubuh, tidak mempengaruhi produksi ASI dan kesuburan cepat kembali setelah IUD dilepas (BKKBN, 2009).

AKDR/IUD adalah satu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif fungsi kontrasepsinya),

(3)

bentuknya bermacam-macam. AKDR/IUD adalah alat kontrasepsi yang efektifitasnya sangat tinggi, yaitu 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama pemakaian, 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan (Hidayati, 2009).

Paradigma baru program keluarga berencana (KB) nasional telah berubah visinya dari mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015. Keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, mewakili jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam paradigma baru KB ini sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga (Saifuddin, 2006).

Gerakan KB nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang mandiri. Keberhasilan ini harus diperhatikan dan terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata.

Pada saat ini AKDR/IUD merupakan salah satu cara kontrasepsi yang paling populer dan diterima oleh program keluarga berencana di setiap negara. Diperkirakan sekitar 60-65 juta wanita di seluruh dunia memakainya, dengan pemakai terbanyak di Cina (Siswosudarmo, 2007). Pada saat ini diperkirakan memakai AKDR/IUD, 30%

terdapat di Cina, 13% di Eropa, 5% di Amerika dan sekitar 6,7% di negara-negara berkembang (Augustin, 2000).

(4)

Survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2007 memperlihatkan yang menggunakan alat kontrasepsi 61,4% yaitu dengan proporsi 31,6% menggunakan suntik, pil 13,2%, AKDR/IUD 4,8%, implant 2,8%, kondom 1,3%, vasektomi dan tubektomi 7,7%. Pada tahun 2009 peserta KB yang tercatat 51,21% akseptor KB memilih suntikan sebagai alat kontrasepsi, 40,02% memilih Pil, 4,93% memilih Implant, 2,72% memilih AKDR/IUD dan lainnya 1,11%. Pada umumnya masyarakat memilih non metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Sehingga metode KB MKJP seperti AKDR/IUD, implant, kontap pria (MOP) dan kontap wanita (MOW) kurang diminati (Arum, 2009).

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, penduduk Sumatera Utara berjumlah 12,98 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk rata rata 1,1% setiap tahunnya. Persoalan kependudukan yang dihadapi Sumut dalam satu dekade terakhir adalah masih tingginya angka kelahiran total yakni sebesar 3,8 per wanita usia subur, penduduk miskin dengan proporsi 11,31% atau 1,41 juta jiwa, angka pengangguran terbuka dengan proporsi 7,43%. Sementara angka kematian bayi, berdasarkan riset, kesehatan dasar 2010 adalah sebesar 22 per 1000 kelahiran, sementara kematian ibu hamil dan bersalin sebesar 249 per 100.000 kelahiran. Ini adalah tantangan program keluarga berencana untuk segera dipercepat disemua wilayah dan lini lapangan (BKKBN Sumut, 2011).

Peserta KB aktif di Sumatera Utara yang berhasil dibina sebanyak 2.326.172 pasangan (64,64%) dari seluruh pasangan usia subur (PUS). Realisasi peserta KB

(5)

aktif yang menggunakan kontrasepsi AKDR/IUD 153.627 peserta (10,22%), MOW 114.944 peserta (7,64%), MOP 5.029 peserta (0.33%), kondom 91.691 peserta (6,10%), implant 133.741 peserta (8,89%), suntik 503.370 peserta (3,48%) dan pil 501.262 peserta (33,34%) (BKKBN Sumut, 2011).

Di Kabupaten Deli Serdang, berdasarkan hasil laporan rapat kerja pembangunan dan keluarga berencana provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, menunjukkan bahwa jumlah PUS pada tahun 2009 sebanyak 293.472 pasang, dengan peserta akseptor KB aktif sebanyak 213.844 orang. Berdasarkan jenis kontrasepsi yang digunakan, maka dapat dilihat bahwa peserta kontrasepsi AKDR/IUD 22.147 peserta (10,36%), kondom 15.408 peserta (7,21%), suntik 68.357 peserta (31,97%) pil 80.761 peserta (37,77%), MOW 11.647 peserta (5,45%) dan MOP 282 peserta (0,13%) (BKKBN Sumut, 2011).

Pada tahun 2011, menunjukkan bahwa peserta KB baru berdasarkan jenis kontrasepsi adalah kontrasepsi AKDR/IUD 3.666 peserta (6,65%), MOW 607 peserta (1,10%), MOP 444 peserta (0,81%), kondom 15.398 peserta (27,95%), implant 4.589 peserta (8,33%), suntik 13.593 peserta (24,67%) dan pil 16.796 (30,49%) dan berdasarkan data Badan KB dan Pemberdayaan Perempuan Deli Serdang (2011), di kecamatan Sibolangit merupakan yang ketiga terendah (16,67%) peserta KB baru AKDR/IUD dari seluruh 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang.

Rendahnya jumlah peserta KB AKDR/IUD disebabkan karena beberapa faktor seperti : 1) Ketidaktahuan peserta tentang kelebihan KB AKDR/IUD. Dimana

(6)

pengetahuan terhadap alat kontrasepsi merupakan pertimbangan dalam menentukan metode kontrasepsi yang digunakan. 2) Kualitas pelayanan KB, dilihat dari segi ketersediaan alat kontrasepsi, ketersediaan tenaga yang terlatih dan kemampuan medis teknis petugas pelayanan kesehatan (BKKBN, 2003). 3) Biaya pelayanan AKDR/IUD yang mahal. 4) Adanya hambatan dukungan dari suami dalam pemakaian alat kontrasepsi AKDR/IUD. 5) Adanya niat yang timbul dari adanya sikap yang didasarkan pada kepercayaan (budaya), norma-norma di masyarakat dan norma pokok yang ada dalam lingkungan. Salah satu norma yang dianut masyarakat adalah pemasangan AKDR/IUD yang dilakukan di aurat (vagina) sehingga menimbulkan perasaan malu/enggan untuk menggunakan AKDR/IUD.

Menurut Notoatmodjo (2010), bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi AKDR/IUD adalah pemberi pelayanan kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan yaitu ketersediaan pelayanan kesehatan, keterjangkauan dan kualitas, faktor budaya yaitu keyakinan, tradisi, nilai dan agama, faktor informasi yaitu tenaga kesehatan, media massa/televisi, kelompok masyarakat, keluarga dan pengalaman orang lain, karakteristik individu yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, faktor pengetahuan, pengalaman dan persepsi. Berdasarkan faktor- faktor yang mempengaruhinya, konsumen akan memutuskan menggunakan alat kontrasepsi AKDR/IUD.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pasawaran diperoleh bahwa pada tahun 2014

(7)

dilaporkan KB baru terdapat 18,25% peserta yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan 81,75% mengunakan non MKJP dengan kontrasepsi pil (43,35%), suntik (32,98%) dan paling sedikit MOP/MOW (0,89%). Pada tahun 2015 dari 1009 peserta KB aktif, jenis kontrasepsi paling banyak adalah suntik sebanyak 325 akseptor (32.21%), pil sebanyak 242 akseptor (23.98%), implant sebanyak 228 akseptor (22,59%), penggunaaan kondom sebanyak 67 akseptor (6.64%), MOW sebanyak 88 akseptor (8,73%) dan paling sedikit IUD sebanyak 59 akseptor (5,85%).

Melihat data tersebut bahwa metode non MKJP merupakan metode yang lebih disukai oleh peserta KB aktif di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pasawaran. Sama halnya dengan alasan peserta KB baru selain harganya relatif lebih murah, metode non MKJP juga dipandang masyarakat lebih aman dan lebih mudah untuk menggunakan atau tidak menggunakannya lagi sesuai dengan keinginan peserta KB untuk kembali memiliki anak. Akseptor KB di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pasawaran memakai kontrasepsi yang bertujuan untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan dan mengakhiri kehamilan atau kesuburan.

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pasawaran tersebut, menunjukkan faktor yang menyebabkan akseptor KB tidak memakai kontrasepsi AKDR/IUD antara lain adalah pengetahuan dan dukungan suami.

(8)

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan dan dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pasawaran.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana hubungan pengetahuan dan dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pasawaran.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pasawaran.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pasawaran.

2. Untuk menganalisis hubungan dukungan dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pasawaran

(9)

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Peneliti

Sebagai upaya untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti khususnya tentang kontrasepsi AKDR/IUD.

1.5.2. Bagi Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pasawaran Sebagai informasi dalam upaya meningkatkan cakupan pelayanan KB AKDR/IUD sesuai target.

1.5.3. Bagi Tenaga Kesehatan

Bagi tenaga kesehatan agar meningkatkan kualitas pemberian kontrasepsi AKDR/IUD dengan mengikuti pelatihan-pelatihan tentang AKDR/IUD.

1.5.4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selajutnya sebagai referensi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat, khususnya yang terkait dengan kontrasepsi AKDR/IUD

(10)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya mempunyai perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu menunda kesuburan/kehamilan, mengatur menjarangkan kehamilan dan mengakhiri kehamilan atau kesuburan (Suratun, dkk, 2008).

Cara kerja kontrasepsi bermacam macam tetapi pada umumnya yaitu : a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.

b. Melumpuhkan sperma.

c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.

2.2. Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)/Intra Uterine Devices (IUD) 2.2.1. Pengertian

AKDR/IUD adalah suatu alat plastik atau logam kecil yang dimasukkan ke uterus melalui kanalis servikalis dengan cara kerja utamanya adalah mencegah

10

(11)

pembuahan dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan/paramedik lain yang sudah dilatih (Pendit, dkk, 2006).

2.2.2. Jenis AKDR/IUD

Jenis AKDR/IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah : a. Copper-T

AKDR/IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik. AKDR/IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik.

b. Copper-7

AKDR/IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm², fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada AKDR/IUD Copper-T.

c. Multi Load

AKDR/IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm²

(12)

atau 375 mm² untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small dan mini.

d. Lippes Loop

AKDR/IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya.

Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah.

Keuntungan dari pemakaian AKDR/IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik (Proverawati, dkk, 2010).

2.2.3. Efektifitas

Sebagai kontrasepsi, AKDR/IUD dalam mencegah kehamilan mencapai 98%

hingga 100% bergantung pada jenis AKDR/IUD. Yang terbaru tipe Copper T efektifitasnya sangat tinggi, bahkan selama 8 tahun penggunaan tidak ditemukan adanya kehamilan. Pada penelitian yang lain ditemukan setelah penggunaan 12 tahun ditemukan 2,2 kehamilan per 100 pengguna dan 0,4 diantaranya terjadi kehamilan ektopik (Meilani, 2010).

(13)

2.2.4. Mekanisme Kerja AKDR/IUD

Mekanisme kerja AKDR/IUD adalah sebagai berikut : a. Menghambat kemampuan sperma masuk ke dalam tuba falopii b. Memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

c. AKDR/IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR/IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi

d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (Proverawati, dkk, 2010).

2.2.5. Keuntungan AKDR/IUD

Keuntungan dari AKDR/IUD ini adalah sebagai berikut : a. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.

b. AKDR/IUD dapat efektif segera setelah pemasangan

c. Metode jangka panjang (dapat sampai 10 tahun tidak perlu diganti)

d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat, seperti pil atau suntik e. Tidak memengaruhi hubungan seksual

f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)

h. Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI seperti metode kontrasepsi hormonal

(14)

i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi)

j. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir) k. Tidak ada interaksi dengan obat-obat

l. Dapat dilepas jika menginginkan anak lagi, karena tidak bersifat permanen m. Tidak bersifat karsinogen, yaitu dapat menyebabkan kanker karena hormon yang

terkandung didalamnya (Pinem, dkk, 2009).

n. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu kali motivasi

o. Tidak menimbukan efek sistematik p. Efektivitas cukup tinggi

q. Reversible (Sarwono, 2009).

2.2.6. Kerugian

Efek samping yang umum terjadi pada penggunaan kontrasepsi AKDR/IUD adalah :

a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan) yaitu :

a. Haid lebih lama dan banyak.

b. Perdarahan (spotting) antar menstruasi.

c. Saat haid lebih sakit.

(15)

b. Komplikasi lain :

a. Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan.

b. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia.

c. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar).

c. Tidak mencegah infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS.

a. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan

b. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR/IUD, penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas

c. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR/IUD. Sering kali perempuan takut selama pemasangan

d. Sedikit nyeri dan perdarahan terjadi segera setelah pemasangan AKDR/IUD.

Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.

e. Klien tidak dapat melepaskan AKDR/IUD sendiri

f. Mungkin AKDR/IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR/IUD dipasang segera setelah melahirkan).

g. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR/IUD untuk mencegah kehamilan normal (Proverawati, dkk, 2010).

(16)

2.2.7. Indikasi a. Usia reproduktif

b. Telah mendapat persetujuan dari suami

c. Pernah melahirkan dan mempunyai anak, serta ukuran rahim tidak kurang 5 cm.

d. Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk sterilisasi.

e. Tidak ingin hamil paling tidak untuk 2 tahun.

f. Dianjurkan sebagai pengganti pil KB bagi akseptor KB yang berumur diatas 30 tahun.

g. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang h. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi i. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya

j. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi k. Resiko rendah dari IMS

l. Tidak menghendaki metode hormonal (Saifuddin, 2003).

2.2.8. Kontraindikasi Pemakaian AKDR/IUD

Menurut Meilani (2010), kontraindikasi pemakaian AKDR/IUD adalah : a. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)

b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi) c. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)

d. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita abortus septic

(17)

e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri

f. Kanker alat genital

g. Ukuran rongga panggul kurang dari 5 cm 2.2.9. Cara Pemasangan AKDR/IUD

Prinsip pemasangan adalah menempatkan AKDR/IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu serviks masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah

bersalin dan pada akhir haid. Pemasangan AKDR/IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali (Hartanto, 2004).

2.3. Faktor-Faktor dalam Memilih dan Menggunakan Alat Kontrasepsi

Seperti kita ketahui sampai saat ini belum tersedia satu metode kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal atau sempurna. Pengalaman menunjukkan bahwa saat ini pilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk cafeteria atau supermarket, yang artinya calon klien memilih sendiri metode kontrasepsi yang diinginkannya. Menurut Hartanto (2004), faktor-faktor yang memengaruhi dalam memilih metode kontrasepsi adalah :

(18)

a. Faktor pasangan, yang dapat memengaruhi motivasi dalam memilih metode kontrasepsi, yaitu meliputi : umur, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah anak yang diinginkan, pengalaman dengan alat kontrasepsi yang lalu, sikap dari individu sendiri dan sikap dari pasangan (suami).

b. Faktor kesehatan, yang dapat memengaruhi keadaan kontraindikasi absolute atau relative, yaitu meliputi : status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan panggul.

c. Faktor metode kontrasepsi, yang berhubungan dengan tingkat penerimaan dan pemakaian yang berkesinambungan, yaitu meliputi: efektifitas, efek samping, kerugian, komplikasi-komplikasi yang potensial dan besarnya biaya.

Menurut Proverawati, dkk (2010), beberapa kendala yang sering dijumpai dilapangan sehingga masyarakat masih enggan menggunakan kontrasepsi AKDR/IUD ini antara lain :

a. Pengetahuan/pemahaman yang salah tentang AKDR/IUD

Kurangnya pengetahuan pada calon akseptor sangat berpengaruh terhadap pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD. Beberapa temuan fakta memberikan implikasi program, yaitu manakala pengetahuan dari wanita kurang maka penggunaan kontrasepsi terutama AKDR/IUD juga menurun. Jika hanya sasaran para wanita saja yang selalu diberi informasi, sementara para suami kurang pembinaan dan pendekatan, suami kadang melarang istrinya karena faktor ketidaktahuan dan tidak ada komunikasi untuk saling memberikan pengetahuan.

(19)

b. Pendidikan pasangan usia subur (PUS) yang rendah

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan pasangan suami/istri yang rendah akan menyulitkan proses pengajaran dan pemberian informasi, sehingga pengetahuan tentang AKDR/IUD juga terbatas.

c. Sikap dan pandangan negatif masyarakat

Sikap ini juga berkaitan dengan pengetahuan dan pendidikan seseorang. Banyak mitos tentang AKDR/IUD seperti dapat mengganggu kenyamanan hubungan suami/istri, mudah terlepas jika bekerja terlalu keras, menimbulkan kemandulan dan lain sebagainya.

d. Sosial budaya dan ekonomi

Tingkat ekonomi memengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan. Walaupun jika dihitung dari segi keekonomisannya, kontrasepsi AKDR/IUD lebih murah dari KB suntik atau pil, tetapi terkadang orang melihatnya dari berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk sekali pasang. Kalau patokannya adalah biaya setiap kali pasang, mungkin AKDR/IUD tampak jauh lebih mahal. Tetapi kalau dilihat jangka waktu penggunaannya tentu biaya yang harus dikeluarkan untuk pemasangan AKDR/IUD akan lebih murah dibandingkan KB suntik ataupun pil. AKDR/IUD

(20)

bisa aktif selama 3-5 tahun tahun, bahkan seumur hidup atau sampai dengan menopause. Sedangkan KB suntik atau pil hanya mempunyai masa aktif 1-3 bulan saja, yang artinya untuk mendapatkan efek yang sama dengan AKDR/IUD seseorang harus melakukan 12-36 kali suntikan bahkan berpuluh-puluh kali lipat

2.3. Pengetahuan 2.3.1. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan. Dalam wikipedia dijelaskan; pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.

Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi

(21)

masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.

2.3.2. Kategori Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh petanyaan

b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari seluruh pertanyaan

c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40-55% dari seluruh pertanyaan

2.3.3. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah

(22)

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis

Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada.

f. Evaluasi

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek

(23)

2.4. Dukungan

2.4.1. Pengertian Dukungan

Menurut As’ari (2005), dukungan adalah derajat dukungan yang diberikan kepada individu khususnya sewaktu dibutuhkan oleh orang-orang yang memiliki hubungan emosional yang dekat dengan orang tersebut.

Menurut Katc dan Kahn (2000) dukungan adalah perasaan positif, menyukai, kepercayaan, dan perhatian dari orang lain yaitu orang yang berarti dalam kehidupan individu yang bersangkutan, pengakuan, kepercayaan seseorang dan bantuan langsung dalam bentuk tertentu.

Menurut Sarafino (2006), dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu.

Menurut Taylor (2003), dukungan sosial adalah informasi yang diterima dari orang lain bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai dan bernilai dan merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan saling dibutuhkan yang didapat dari orang tua, suami atau orang yang dicintai, sanak keluarga, teman, hubungan sosial dan komunitas.

2.4.2. Fungsi Dukungan Keluarga/Sosial

Menurut Suhita (2005), dukungan keluarga menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu :

(24)

a. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.

b. Dukungan penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan dan perhatian.

c. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya:

kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat dan terhindarnya penderita dari kelelahan.

d. Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal.

(25)

2.4.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Dukungan Keluarga/Sosial

Sarafino (2006) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang memengaruhi apakah seseorang akan menerima dukungan sosial atau tidak. Faktor- faktor tersebut diantaranya adalah :

a. Faktor dari penerima dukungan (recipient)

Seseorang tidak akan menerima dukungan sosial dari orang lain jika ia tidak suka bersosial, tidak suka menolong orang lain dan tidak ingin orang lain tahu bahwa ia membutuhkan bantuan. Beberapa orang terkadang tidak cukup asertif untuk memahami bahwa ia sebenarnya membutuhkan bantuan dari orang lain, atau merasa bahwa ia seharusnya mandiri dan tidak mengganggu orang lain, atau merasa tidak nyaman saat orang lain menolongnya, atau tidak tahu kepada siapa dia harus meminta pertolongan.

b. Faktor dari pemberi dukungan (providers)

Seseorang terkadang tidak memberikan dukungan sosial kepada orang lain ketika ia sendiri tidak memiliki sumber daya untuk menolong orang lain, atau tengah menghadapi stres, harus menolong dirinya sendiri, atau kurang sensitif terhadap sekitarnya sehingga tidak menyadari bahwa orang lain membutuhkan dukungan darinya. Faktor-faktor yang memengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada,

(26)

sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat

dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi dari pada orang tua dengan kelas sosial bawah (Akhmadi, 2006).

2.4.4. Sumber-Sumber Dukungan Keluarga/Sosial

Menurut Suhita (2005), sumber-sumber dukungan sosial yaitu : a. Suami

Hubungan perkawinan merupakan hubungan akrab yang diikuti oleh minat yang sama, kepentingan yang sama, saling membagi perasaan, saling mendukung dan menyelesaikan permasalahan bersama. Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri, memahami istrinya, tidak menyakiti istri dan berdoa untuk keselamatan istri (Harymawan, 2007). Dalam hal ini untuk mempergunakan KB dibutuhkan dukungan suami, apabila ada dukungan suami untuk memilih jenis kontrasepsi yang mau dipakai, maka ibu dapat memilih jenis KB sesuai dengan keinginan istri dan suami.

b. Keluarga

Keluarga merupakan sumber dukungan sosial karena dalam hubungan keluarga tercipta hubungan yang saling mempercayai. Individu sebagai anggota keluarga akan menjadikan keluarga sebagai kumpulan harapan, tempat bercerita, tempat

(27)

bertanya, dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana individu sedang mengalami permasalahan.

c. Teman/sahabat

Menurut Kail dan Neilsen dalam Suhita (2005), teman dekat merupakan sumber dukungan sosial karena dapat memberikan rasa senang dan dukungan selama mengalami suatu permasalahan. Sedangkan menurut Ahmadi (1991) bahwa persahabatan adalah hubungan yang saling mendukung, saling memelihara, pemberian dalam persahabatan dapat terwujud barang atau perhatian tanpa unsur eksploitasi.

Menurut Sarafino (2006), dukungan sosial dapat berasal dari berbagai sumber seperti pasangan hidup, keluarga, pacar, teman, rekan kerja dan organisasi komunitas.

2.5. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Penggunaan IUD Pengetahuan

Dukungan Suami

(28)

2.6. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pasawaran.

2. Ada hubungan dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pasawaran.

(29)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik, penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan

dan dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pasawaran.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pasawaran

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan Januari sampai Juni 2015

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu PUS yang menggunakan KB di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pasawaran yang berjumlah 210 orang.

35

(30)

3.3.2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan menjadi sampel.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data

a. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner.

b. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pasawaran.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Bebas

1. Pengetahuan akseptor KB adalah segala sesuatu yang diketahui akseptor KB tentang kontrasepsi AKDR/IUD yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden.

Kategori Pengetahuan : 0. Baik 1. Buruk

Untuk mengukur tingkat pengetahuan akseptor KB tentang kontrasepsi AKDR/IUD disusun sebanyak 10 pertanyaan dengan jawaban ”sangat setuju

(31)

(bobot nilai 3)”, ”setuju (bobot nilai 2)” dan ”tidak setuju (bobot nilai 1)”, maka total skor untuk variabel pengetahuan adalah 30, jadi :

0. Baik, jika jawaban responden memiliki total skor ≥ 76% dari 30 = 22-30 1. Buruk, jika jawaban responden memiliki total skor < 76 % dari 30 = 1-21

(Nursalam, 2011).

2. Dukungan suami adalah dukungan yang diberikan suami untuk istri untuk mempergunakan kontrasepsi AKDR/IUD.

Kategori Dukungan suami : 0. Mendukung 1. Tidak mendukung

Pengukuran variabel dukungan suami disusun 10 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban ”sangat setuju (bobot nilai 3)”, ”setuju (bobot nilai 2)”, ” dan tidak setuju (bobot nilai 1)” dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:

0. Mendukung, jika responden memperoleh skor > 50% yaitu 8-15 1. Tidak mendukung, jika responden memperoleh skor ≤ 50% yaitu 1-7 3.5.2. Variabel Terikat

Penggunaan kontrasepsi AKDR/IUD yaitu jenis kontrasepsi yang dipergunakan oleh akseptor KB.

Kategori Pemakaian AKDR/IUD :

0. Menggunakan : bila responden memakai kontrasepsi AKDR/IUD saat ini.

1. Tidak Menggunakan : bila responden tidak memakai kontasepsi AKDR/IUD saat ini

(32)

3.6. Metode Pengukuran

Tabel 3.4. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur Variabel Cara dan

Alat Ukur

Skala Ukur

Hasil Ukur Variabel Bebas

1. Pengetahun Wawancara

(kuesioner)

Ordinal 0. Baik 1. Buruk 2. Dukungan suami Wawancara

(kuesioner)

Ordinal 0. Mendukung 1. Tidak Mendukung Variabel Terikat

Pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD

Wawancara (kuesioner)

Ordinal 0. Menggunakan 1. Tidak Menggunakan

3.7. Metode Analisis Data 3.7.1. Analisis Univariat

Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel independen yang meliputi pengetahuan, dukungan suami dan variabel dependen yaitu pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD.

3.7.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan pengetahuan dan dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi AKDR/IUD di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran dengan menggunakan statistik uji chi-square kemudian hasilnya dinarasikan.

(33)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Bogorejo terletak Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran.

Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang terletak di daerah dataran tinggi. Secara geografis Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran mempunyai luas wilayah 17.492 km2

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: umur dan pendidikan.

4.2.1. Distribusi Umur Responden di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran

Untuk melihat umur responden di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada tabel 4.1 :

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden di Desa Bogorej9o Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran

No Umur f %

1 < 19 dan > 35 tahun 19 9,0

2 19-35 tahun 191 91,0

Jumlah 210 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa umur akseptor KB di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran lebih banyak dengan

(34)

umur 19-35 tahun sebanyak 191 orang (91,0%) dan lebih sedikit dengan umur < 19 dan > 35 tahun sebanyak 19 orang (9,0%).

4.2.2. Distribusi Pendidikan Responden di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran

Untuk melihat pendidikan responden di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada tabel 4.2 :

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran

No Pendidikan f %

1 Tinggi : Diploma/S1 16 7,6

2 Dasar : SD/SMP dan Menengah : SMA 194 92,4

Jumlah 210 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pendidikan akseptor KB di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran lebih banyak dengan pendidikan dasar dan menengah sebanyak 194 orang (92,4%) dan lebih sedikit dengan pendidikan tinggi sebanyak 16 orang (7,6%).

4.3. Analisis Univariat

4.3.1. Distribusi Pengetahuan Responden di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran

Untuk melihat pengetahuan responden di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran disusun sebanyak 10 pertanyaan dan dapat dijabarkan pada tabel 4.3 :

(35)

Tabel 4.3. Distribusi Pengetahuan Responden di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran

Jawaban

No Pengetahuan Sangat

Setuju

Setuju Tidak Setuju

n % n % n %

1 2

3 4 5 6

AKDR/IUD adalah alat kecil yang terdiri dari bahan plastik yang lentur.

AKDR/IUD merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom

AKDR/IUD merupakan kontrasepsi efektifitas tinggi

AKDR/IUD merupakan metode KB jangka panjang.

AKDR/IUD merupakan sangat efektif karena tidak perlu lagi menginat-ingat.

AKDR/IUD meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil

6 9

15 10 18

17 2,9 4,3

7,1 4,8 8,6

8,1 147 149

140 153 148

147 70,0 71,0

66,7 72,9 70,5

70,0 57 52

55 47 44

46

27,1 24,8

26,2 22,4 21,0

21,9 7

8 9

10

Menggunakan AKDR/IUD tidak menimbulkan efek samping hormonal

Keuntungan AKDR/IUD tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI Keuntungan AKDR/IUD dapat dilepas jika menginginkan anak lagi, karena tidak bersifat permanen

Keuntungan AKDR/IUD tidak bersifat karsinogen yaitu dapat menyebabkan kanker karena hormon yang terkandung didalamnya.

18 21 21

17 8,6 10,0 10,0

8,1 144 142 146

168

68,6 67,6 69,5

80,0 48 47 43

25 22,9 22,4 20,5

11,9

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden menjawab sangat setuju AKDR/IUD adalah alat kecil yang terdiri dari bahan plastik yang lentur sebanyak 6 orang (2,9%), AKDR/IUD merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom sebanyak 9 orang (4,3%), AKDR/IUD merupakan kontrasepsi efektifitas tinggi sebanyak 15 orang (7,1%), AKDR/IUD merupakan metode KB jangka panjang sebanyak 10 orang (4,8%), AKDR/IUD merupakan sangat efektif karena tidak perlu lagi menginat-ingat banyak 18 orang (8,6%), menggunakan AKDR/IUD tidak

(36)

menimbulkan efek samping hormonal sebanyak 17 orang (8,1%), keuntungan AKDR/IUD tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI sebanyak 18 orang (8,6%), keuntungan AKDR/IUD dapat dilepas jika menginginkan anak lagi, karena tidak bersifat permanen sebanyak 21 orang (10,0%), keuntungan AKDR/IUD tidak bersifat karsinogen yaitu dapat menyebabkan kanker karena hormon yang terkandung didalamnya sebanyak 21 orang (10,0%), AKDR/IUD meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil sebanyak 17 orang (8,1%).

Hasil pengukuran pengetahuan akseptor KB kemudian dikategorikan seperti pada Tabel 4.4:

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden tentang AKDR/IUD di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran

No Kategori Pengetahuan f %

1 Baik 81 38,6

2 Buruk 129 61,4

Jumlah 210 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kategori pengetahuan akseptor KB tentang kontrasepsi AKDR/IUD lebih banyak dengan pengetahuan buruk sebanyak 129 orang (61,4%) dan lebih sedikit dengan pengetahuan baik sebanyak 81 orang (38,6%).

4.3.2. Dukungan Suami

Untuk melihat dukungan suami pada akseptor KB di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran disusun sebanyak 10 pertanyaan dan dapat dijabarkan pada tabel 4. 5:

(37)

Tabel 4.5. Distribusi Dukungan Suami pada Akseptor KB di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran

Jawaban

No Dukungan Suami Sangat

Setuju

Setuju Tidak Setuju

n % n % n %

1 2 3 4 5 6

7 8

9 10

Suami perlu menyarankan untuk ber- KB

Suami mendampingi ibu dalam pemasangan KB IUD

Suami menyediakan waktu dan fasilitas untuk pemasangan KB IUD Suami berperan aktif untuk pemasangan KB IUD

Suami bersedia membiayai dalam pemasangan KB

Suami berusaha menjelaskan apabila anda bertanya-tanya yang tidak jelas tentang KB

Suami mengingatkan ibu untuk ber- KB

Suami menghormati keputusan ibu untuk memilih KB yang akan dipergunakan

Suami memberikan dukungan moral pemasangan KB IUD

Suami memberikan dukungan emosional untuk memeriksakan kehamilan

30 64 54 59 65 67

62 64

68 54

14,3 30,5 25,7 28,1 31,0 31,9

29,5 30,5

32,4 25,7

128 107 120 112 114 113

107 100

105 130

61,0 51,0 57,1 53,3 54,3 53,8

51,0 47,6

50,0 61,9

52 39 36 39 31 30

41 46

37 26

24,8 18,6 17,1 18,6 14,8 14,3

19,5 21,9

17,6 12,4

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden menjawab sangat setuju suami perlu menyarankan untuk ber-KB sebanyak 30 orang (14,3%), suami mendampingi ibu dalam pemasangan KB IUD sebanyak 64 orang (30,5%), suami menyediakan waktu dan fasilitas untuk pemasangan KB IUD sebanyak 54 orang (25,7%), suami berperan aktif untuk pemasangan KB IUD sebanyak 59 orang (28,1%), suami bersedia membiayai dalam pemasangan KB sebanyak 65 orang

(38)

(31,0%), suami berusaha menjelaskan apabila anda bertanya-tanya yang tidak jelas tentang KB sebanyak 67 orang (31,9%), suami mengingatkan ibu untuk ber-KB sebanyak 62 orang (29,5%), suami menghormati keputusan ibu untuk memilih KB yang akan dipergunakan sebanyak 64 orang (30,5%), suami memberikan dukungan moral pemasangan KB IUD sebanyak 68 orang (32,4%), suami memberikan dukungan emosional untuk memeriksakan kehamilan sebanyak 54 orang (25,7%).

Hasil pengukuran dukungan suami pada akseptor KB kemudian dikategorikan seperti pada Tabel 4.6 :

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kategori Dukungan Suami di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran

No Kategori Dukungan Suami f %

1 Mendukung 109 51,9

2 Tidak mendukung 101 48,1

Jumlah 210 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kategori dukungan suami pada akseptor KB lebih banyak mendukung sebanyak 109 orang (51,9%) dan lebih sedikit tidak mendukung sebanyak 101 orang (48,1%).

4.3.3. Distribusi Penggunaan AKDR/IUD di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran

Untuk melihat pemakaian AKDR/IUD di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada tabel 4.7 :

(39)

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Penggunaan AKDR/IUD di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran

No Penggunaan AKDR/IUD f %

1 Menggunakan 13 6,2

2 Tidak menggunakan 197 93,8

Jumlah 210 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pemakaian AKDR/IUD di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran adalah lebih banyak dengan tidak memakai AKDR/IUD sebanyak 197 orang (93,8%) dan lebih sedikit dengan memakai AKDR/IUD sebanyak 13 orang (6,2%).

4.4. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan variabel pengetahuan dan dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi AKDR/IUD.

Berdasarkan hasil analisis bivariat antara variabel pengetahuan dan dukungan suami dengan pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran ditemukan bahwa :

a. Hasil analisis hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD diperoleh bahwa ada sebanyak 9 dari 81 orang (11,1%) ibu dengan pengetahuan baik yang memakai kontrasepsi AKDR/IUD. Sedangkan diantara ibu dengan pengetahuan buruk ada 4 dari 129 orang (3,1%) yang memakai kontrasepsi AKDR/IUD. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan proporsi kejadian memakai kontrasepsi AKDR/IUD antara ibu dengan berpengetahuan baik dengan ibu berpengetahuan

(40)

buruk (ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD).

b. Hasil analisis hubungan antara dukungan suami dengan pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD diperoleh bahwa ada sebanyak 11 dari 109 orang (10,1%) ibu yang mendapatkan dukungan suami yang memakai kontrasepsi AKDR/IUD.

Sedangkan diantara ibu yang tidak mendapat dukungan suami ada 2 dari 101 orang (2,0%) yang memakai kontrasepsi AKDR/IUD. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan proporsi

kejadian memakai kontrasepsi AKDR/IUD antara ibu yang mendapatkan dukungan dari suami dengan ibu yang tidak mendapatkan dukungan (ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD).

Tabel 4.19. Hubungan Karakteristik Ibu, Dukungan Suami, Budaya dan Kualitas Pelayanan KB dengan Pemakaian Kontrasepsi AKDR/IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

No Variabel

Pemakaian AKDR/IUD

Total P value Menggunakan Tidak

Menggunakan

n % n % n %

1 Pengetahuan

Baik 9 11,1 72 88,9 81 100 0,040

Buruk 4 3,1 125 96,9 129 100

2 Dukungan Suami

Mendukung 11 10,1 98 89,9 109 100 0,032

Tidak mendukung 2 2,0 99 98,0 101 100

(41)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Kontrasepsi AKDR/IUD di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran

Hasil penelitian tentang variabel pengetahuan ditemukan akseptor KB pada pengetahuan dengan kategori baik dengan proporsi memakai kontrasepsi AKDR/IUD 11,1%. Uji statistik chi-square menunjukkan variabel pengetahuan nilai p < 0,05 berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan berbanding lurus dengan pemakaian alat kontrasepsi, artinya semakin rendah pengetahuan responden maka pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD juga rendah. Demikian juga sebaliknya jika pengetahuan responden tinggi maka pemakaian alat kontrasepsi juga akan meningkat.

Pengetahuan akseptor KB yang baik tentang hakekat program KB akan memengaruhi mereka dalam memilih metode/alat kontrasepsi yang akan digunakan termasuk keleluasaan atau kebebasan pilihan, kecocokan, pilihan efektif tidaknya, kenyamanan dan keamanan, juga dalam memilih tempat pelayanan yang lebih sesuai dan lengkap karena wawasan sudah lebih baik, sehingga demikian kesadaran mereka tinggi untuk terus memanfaatkan pelayanan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Blum yang dikutip oleh Notatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa tindakan seseorang individu termasuk kemandirian dan tanggung jawabnya dalam berperilaku sangat dipengaruhi oleh domain kognitif atau pengetahuan.

(42)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Meutia (1997) yang menyatakan bahwa ada pengaruh pengetahuan akseptor KB terhadap utilitas alat kontrasepsi implant (sig=0,001). Juga sejalan dengan penelitian Pardosi (2005) yang menyatakan bahwa secara statistik diperoleh hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tingkat kemandirian akseptor KB aktif dalam pemanfaatan program KB mandiri (sig=0,001).

Pernyataan tersebut sama dengan penelitian Purwoko (2000) pengetahuan menyumbangkan peran dalam menentukan pengambilan keputusan untuk memilih alat kontrasepsi tertentu. Semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi, maka makin meningkat pula perannya sebagai pengambil keputusan. Hasil penelitian yang sama oleh Wijayanti (2004) melalui wawancara mendalam dan observasi dapat diketahui bahwa ketidaktahuan atau kurangnya pengetahuan masyarakat tentang AKDR/IUD inilah yang merupakan faktor utama penyebab mereka tidak memilih AKDR/IUD ini sebagai kontrasepsi pilihan.

5.2. Hubungan Dukungan Suami dengan Penggunaan Kontrasepsi AKDR/IUD di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran

Hasil penelitian tentang variabel dukungan suami ditemukan akseptor KB yang didukung suami dalam pemakian kontrasepsi AKDR/IUD dengan proporsi memakai kontrasepsi AKDR/IUD 10,1%. Uji statistik chi-square menunjukkan variabel dukungan suami nilai p < 0,05 berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi

(43)

dukungan suami terhadap akseptor KB akan meningkat pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD.

Berdasarkan hasil penelitian, akseptor KB lebih banyak mendapat dukungan dari suami dalam mempergunakan alat kontrasepsi. Pemakaian alat kontrasepsi AKDR/IUD juga yang lebih banyak yang mempergunakan dengan ibu yang mendapat dukungan dari suami. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang memilih dan mempergunakan kontrasepsi AKDR/IUD mendapat dukungan dari suami dengan mempertimbangkan dalam pemilihan alat kontrasepsi tersebut.

Pemakaian jenis kontrasepsi AKDR/IUD perlu memperhatikan dukungan suami. Hal ini sesuai dengan Harymawan (2007), bahwa dalam hal untuk mempergunakan KB dibutuhkan dukungan suami, apabila ada dukungan suami untuk memilih jenis kontrasepsi yang mau dipakai, maka ibu dapat memilih jenis KB sesuai dengan keinginan istri dan suami. Peran dan dukungan suami adalah suatu upaya dan andil yang diberikan suami baik dalam mencari informasi, mengikuti konseling dan memberikan keputusan yang bersifat mendukung, selalu siap memberi pertolongan dan bantuan. Misalnya dalam mencari informasi, suami harus menggali berbagai pengetahuan tentang KB, contohnya tentang pengertian, manfaat, cara ber KB dan pola perencanaan.

Hal ini sesuai dengan Mekar Dwi Anggraeni (2007), bahwa dukungan suami dalam pemilihan alat kontrasepsi merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh pasangan suami-istri. Dukungan ibu meliputi : peran dan tanggung jawab bersama

(44)

suami dan isteri dalam merencanakan jumlah dan jarak kelahiran anak, meningkatkan pengetahuan tentang hak-hak reproduksi KB dan kesehatan reproduksi serta dalam memilih dan menggunakan kontrasepsi.

Hal ini sejalan dengan penelitian Winatri (2002), bahwa peran suami pada istri dalam pemilihan alat kontrasepsi adalah sebagai motivator dengan proporsi 33,29%, sebagai edukator dengan proporsi 31,86% dan sebagai fasilitator dengan proporsi 34,85% dan dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa peran suami pada istri dalam pemilihan alat kontrasepsi memiliki proporsi 34,85% peran suami sebagai fasilitator paling dominan.

Menurut Effendy (2003), bahwa suami mempunyai pengaruh besar terhadap penggunaan kontrasepsi yang digunakan oleh istri. Dalam hal ini pendapat suami mengenai KB cukup kuat pengaruhnya dalam penggunaan metoda kontrasepsi untuk istrinya, khusus dalam pemilihan alat kontrasepsi dan menjadi peserta KB.

(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Terdapat hubungan pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi AKDR/IUD di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran.

2. Terdapat hubungan dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi AKDR/IUD di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran.

6.2. Saran

1. Kepada akseptor KB di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran perlu meningkatkan pengetahuan tentang AKDR/IUD dengan mengikuti penyuluhan yang diadakan petugas kesehatan dan mencari informasi tentang kontrasepsi AKDR/IUD.

2. Kepada tenaga yang bertugas melayani akseptor KB di Desa Bogorejo Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran perlu meningkatkan pemahaman akseptor KB tentang kontrasepsi AKDR/IUD dan meningkatkan dukungan suami dalam upaya peningkatan cakupan pemakaian kontrasepsi AKDR/IUD.

42

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, 1991, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dalam Pemilihan Kontrasepsi,, Jakarta.

Akhmadi, 2006, Penilaian Manfaat Ekonomi dan Dukungan Keluarga, Jakarta.

Arum S.N.D, dkk., 2009, Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini, Mitra Cendikia, Jogjakarta.

As’ari. (2005). Apa itu dukungan sosial. http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu- dukungan-sosial.html, diperoleh tanggal 7 Mei 2011.

Augustin R. I., 2000, Urine Device as Mentod of Contraception. University Hospital of Obstetric and Gynecology University of Medicine Cluj- Napoca.

Romania.

BKKBN, 2003, Informasi Keadilan dan Kesertaan Gender Dalam KB dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta.

_______, 2006, Kumpulan Data Program Keluarga Berencana Nasional. Jakarta _______, 2009, Journal of Akseptor KB di Indonesia (Internet). Available from :

(http://www.bkkbn.com) (Accessed March 15, 2010).

_______, 2011, http://www.bkkbn.go.id/siaranpers/Pages/Pemerintah-Beri-Insentif- Pemasangan-IUD.aspx : tanggal diakses 31 Oktober 2011.

_______ Sumut, 2011, http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2011/10/30/

63562/pentingnya_kb_tren_positif_warga_sumut/#.TyglfPlAHUg : tanggal diakses 01 Pebruari 2012.

Effendy, N., 2003. Dasar - dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Gerungan, W.A., 1986, Psikologi Sosial, Eresco, Bandung.

Green LW, Krenter MW., 1991, Health Promotion Planning (An Educational and Environmental Approach). 2nd ed.. Mountain View, Calif: Mayfield Publishing Co.

Harymawan, 2007, Dukungan Suami dan Keluarga, http://www.infowikipedia.com, diakses pada tanggal 15 Maret 2011

89

(47)

Hartanto, H., 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pusaka Sinar Harapan, Jakarta.

Hasibuan, S.E.R, 2001, Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Metoda Kontrasepsi di Kelurahan Sidorame Barat II Kecamatan Medan Perjuangan Kodya Medan Tahun 2001, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hidayat A. A., 2007, Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta.

Hidayati R., 2009, Metode dan Tekhnik Penggunaan Alat Kontrasepsi, Salemba Medika, Jakarta.

Hutauruk, A., 2006. Hubungan Karakteristik WUS dan Kualitas Pelayanan KB dengan Utilisasi Pelayanan KB di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2006. Tesis Sekolah Pascasarjana USU.

Imbarwati, 2009, Beberapa Faktor Yang Berkaitan Dengan Penggunaan KB IUD Pada Peserta KB Non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang, Tesis Undip, Semarang.

Junita T.P., 2008, Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Istri PUS KB di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008, Tesis, Pasca Sarjana USU.

Katc, K., 2000, Apa itu dukungan Sosial Keluarga? http: //www.

Masbob.com/2009/08/, tanggal diakses 25/01/2012.

Kemendiknas, 2009, http://www.psp.kemdiknas.go.id/?page=sistem, tanggal diakses 13 Feb 2012, 11 : 50.

Koentjaraningrat, 2009, Perspektif Budaya, Rajawali Pers, Jakarta.

Lemeshow, S. & David W. H. Jr., 1997, Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan (terjemahan), Gadjahmada University Press, Yogyakarta

Magadi, M.A., 2003., Trends and Determinants of Contraceptive Method Choice in Kenya. Studies in Family Planning.

Manuaba G. I. B., 2010, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.

Maryatun, 2005, Analisis Faktor-Faktor Pada Ibu yang Berpengaruh terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi IUD di Kabupaten Sukoharjo, Skripsi, Stikes Aisyiyah, Surakarta.

(48)

Mawarni S., 2008, Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Pengenalan Tanda dan Gejala Hipertensi Pada Kehamilan di Klinik Fatimah Ali Marendal Medan Tahun 2008, Karya Tulis Ilmiah STIKes Pal Stabat

Meilani N., 2010, Pelayanan Keluarga Berencana (dilengkapi dengan penuntun belajar), Fitramaya, Ygyakarta.

Mekar, D. A., 2007, Peran Suami dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Yang Berwawasan Gender, Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, Surabaya.

Meutia, 1997, Pengaruh Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Aseptor KB Terhadap Utilitas Alat Kontrasepsi Implant di Kelurahan Kota Matsum-1 Motamadya Medan, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Notoatmodjo S., 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

____________ , 2007, Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta.

____________ , 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Nursalam, 2011, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skrpsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

Pardosi, T.I., 2005, Analis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kemandirian Akseptor KB Aktif dalam Pemanfaatan Program KB Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Kec. Medan Baru Kodya Medan Tahun 2005, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pastuty R., 2005, Hubungan Demand KB dengan Penggunaan Kontrasepsi. Tesis Pasca Sarjana, Program Studi Ilmu Kesehatan MasyarakatUGM, Yogyakarta.

Pendit B. U., dkk, 2006, Ragam Metode Kontrasepsi, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Pinem S., 2009, Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi, Trans Info Media, Jakarta.

Propil Puskesmas Sibolangit Kabupaten Deli Serdang, 2011.

Proverawati A., dkk, 2010, Panduan Memilih Kontrasepsi, Lengkap Dengan Panduan Praktek Pemasangan dan penggunaannya, Nuha Medika, Yogyakarta.

(49)

Purwoko, 2000, Penerimaan Vasektomi dan Sterilisasi Tuba, Tesis, Fakultas Kedokteran Undip, Semarang

Riyanto A., 2009, Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Mitra Cendika Press, Yogyakarta.

Rizma F., 2012, Budaya yang Berpengaruh Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi, Fakultas Kedokteran Padjadjaran, Bandung.

Riwidikdo, H., 2009, Statistik Kesehatan, Mitra Cendika Press, Yogyakarta.

Saifuddin, A.B, 2003, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

____________, 2006, Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Sarafino, E.P., 2006, Health Psychology Biopsychosocial Interaction, 5th edition, United States of America, Jhon Wiley & Sons.

Sarwono P., 2009, Ilmu Kandungan, YBP-SP, Jakarta.

Sastroasmoro S., 2008, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi ke-3, Sagung Seto, Jakarta.

Sigit K., 2000, Jumlah Anak dan Keinginan Punya Anak terhadap Penggunaan Kontrasepsi Di Propinsi Jawa Tengah, Tesis, Pascasarjana UGM, Yogyakarta.

Siswosudarmo H.R., dkk, 2007, Teknologi Kontrasepsi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Soelaeman, 2007, Ilmu Sosial Budaya Dasar, Rafika Aditima, Jakarta.

Suhita, 2005, Apa Itu Dukungan Sosial?. ¶ 3. http://masbow.com.

Sukanto, S., 2002, Sosial Budaya Dasar, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suratun, dkk, 2008, Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi, Trans Info Media, Jakarta

Taylor, S.E., 2003, Health Psychology, New York : McGraw-Hill Companies. Inc

(50)

Wijayanti, T., 2004, Studi Kualitatif Alasan Akseptor Laki-Laki Tidak Memilih MOP sebagai Kontrasepsi Pilihan di Desa Timpik kecamatan Susukan kabupaten Semarang, Program Studi D IV Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo, Unggran.

Winatri W., 2002, Peran Suami pada Istri Dalam Pemilihan ALat Kontrasepsi di Desa Kepatihantulangan Sidoarjo, Skripsi, ITB, Bandung.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

2020 tentang Pengendalian Transportasi Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 ( COVID - 19) ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun. 2020 Nomor 361

jiwa terhadap perilaku seksual. Akibat dari gangguan seksual itu timbul kejahatan-kejahatan yang melanggar norma-norma serta sistem hukum di Indonesia. Perilaku

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji asosiasi antara genetik lokus mikrosatelit BMS1282 pada sapi yang mengalami kejadian kawin berulang.. Sejumlah 52 ekor darah

Mendasarkan pada teori dan penelitian terdahulu maka penelitian ini akan mencari hubungan antara variabel sosial ekonomi masyarakat, pengetahuan, motivasi, sikap,

kerja, 4 minggu cuti dikarenakan penerbangan domestik sedang dibatasi oleh pemerintah. Dan pada bulan Juni sudah mulai normal kembali. Selain itu, management secara

Kadang mereka mengajarkan kehendak telah demikian dirusak oleh dosa, sehingga manusia sepenuhnya bergantung kepada anugerah Allah, tetapi di lain kesempatan mereka menjelaskan

Dari 25 faktor kritis kesuksesan dalam implementasi sistem enterprise resource planning di institusi pendidikan tinggi yang telah diidentifikasi, ada 11 faktor yang dijalankan

Salah dalam mencari nilai Mr. Berdasarkan Tabel 4 di bawah ini dapat diketahui bahwa diantara keenam kesalahan yang ada pada kelompok bentuk kesalahan memahami konsep