HAK PREROGATIF PRESIDEN INDONESIA DITINJAU MENURUT PENDAPAT IBNU ABI RABI’
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Untuk Memproleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Pada Program Studi Hukum Tatanegaraan (Syiasah)
Oleh : SAIDUN NIM. 1317.008
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH) FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) BUKITTINGGI
TP. 2021 M / 1442 H
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Skripsi yang berjudul Hak Prerogatif Presiden Indonesia Ditinjau Menurut Pendapat Ibnu Abi Rabi’ yang disusun oleh Saidun, NIM 1317.008 Program Studi Hukum Tatanegara (Siyasah) Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi telah dilakukan bimbingan secara masksimal dan untuk selanjutnya disetujui untuk diajukan ke sidang Munaqasyah skripsi.
Bukittinggi, 01 Maret 2021 Dosen Pembimbing
Gusril Basir, SH, M. Hum NIP. 196608171994031005
Mengetahui
Ketua Program Studi Hukum Tatanegara (Siyasah) Fakultas Syariah IAIN Bukittinggi
Dr. Helfi, M.Ag
NIP. 197510022006041015
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Saidun
Nim : 1317.008
Program Studi : Hukum Tatanegara (Siyasah) Fakultas : Syariah
Judul Skripsi : Hak Prerogatif Presiden Ditinjau Menurut Pendapat Ibnu Abi Rabi’
Menyatakan dengan ini sesungguhnya bahwa karya ilmuah (skripsi) penulis dengan judul di atas adalah benar asli karya penulis. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya sendiri, maka penulis bersedia diproses sesuai hukum yang berlaku dan gelar kesarjanaan penulis dcopot hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sesunnguhnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bukittinggi, 1 Maret 2021
Penulis
SAIDUN
NIM. 1317.008
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik untuk memproleh gelar sarjana hukum (SH). Shalawat dan Salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa Ummat-Nya dari alam kebodohan sampai kea lam yang berilmu pengetahuan sehingga kita dapat menuntut ilmu pengetahuan sebagaimana yang telah diajarkan-Nya.
Alhamdulillahirabbil ‘alamin penulis akhirnya bisa menyelsaikan penulisan skripsi ini dengan baik sesui dengan aturan yang berlaku untuk melengkapi salah satu syarat untuk memproleh gelar sarjana hukum (SH) pada Program Studi Hukum Tatanegara Fakultas Syraiah IAIN Bikittinggi dengan judul Hak Istimewa Presiden Indonesia Ditinjau dari Menurut Pendapat Ibnu Abi Rab’.
Penghargaan dan cinta kasih yang mendalam saya ucapkan kepada kedua
orangtuaku, terimakasih sebesar-besarnya atas do’a, dukungan, dan pengorbanan
yang telah diberikan kepada saya. Kasih sayiang Umak melebihi apapun dan tidak
akan pernah bisa terbalas, dan semoga Almarhum Ayah selalu berada disisi Allah
SWT dan mendapatkan ditempat surge-Nya. Terimakasih juga saya ucapkan kepada
Kakakku Sahlia Siregar, Elis Basari Siregar, Mas Delima Siregar, Asmawiyah
Siregar dan Adikku Sola Huddin Siregar beserta keluarga besarku yang selalu
memberikan Motivasi dan dukungannya sehingga penulis samapai pada titik ini.
ii
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, yang telah menyumbangkan waktu, pikiran dan tenaga. Oleh karena itu penulis ucapkan terimakasih kepada:
1. Rector Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, Ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum beserta bapak-bapak Wakil Rektor, Bapak Dr. Asyari, M.Si, Bapak DR. Novi Hendri, M.Ag dan bapak Dr. Miswardi, M.Hum, yang telah memberikan fasilitas kepada penulis selama menjalani pendidikan di IAIN Bukittinggi.
2. Dekan Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, Bapak Dr. Ismail Novel, M.Ag, beserta Bapak-bapak wakil Dekan, Bapak Dr.
Nofriadi, M.Ag, Bapak Dr. Busyro, M.Ag dan Bapak fajrul Wadi, A.ag, M.Hu, serta Ketua Program Studi Hukum Tatanegara (Siyasah), Bapak Dr.
Helfi, M.Ag, yang telah memfasilitasi penulis dalam menjalani pendidikan dan bimbingan skripsi ini.
3. Dosen Pembimbing Akademik, Bapak Adlan Sanur Torihoran, M.Ag yang telah memeberikan arahan dan masukan dalam pengajuan judul skripsi ini.
4. Pembimbing skripsi penulis, Bapak Gusril Basir, SH, M.Hum yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
iii
5. Bapak Ibuk staf pengajar pada Program Studi Hukum Tatanegara (Siyasah) atas ilmu pengetahuan yang diberikan selama ini. Begitu juga kepada Guru- guru yang telah hadir dalam kehidupan penulis.
6. Pimpinan beserta staf perpustakaan yang telah mengijinkan penulis untuk mengakses buku-buku dan referensi yang dibutuhkan dalam mengumpulkan data-data dan informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan penulisan skrisi ini.
Atas bantuan, saran dan bimbingan yang telah diberikan, penulis doakan pada Allah SWt, dari apa yang diberikan dapat diterima sebagai amal ibadah daan penulis berharap Aallah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Hukum Tatanegara (Siyasah), selanjutnya penulis membutuhkan saran, kritik yang membangun atas kekurangan skripsi ini agar dimasa yang mendatang lebih baik lagi.
` Bukittinggi, Maret, 2021
Penulis
SAIDUN
NIM. 1317.008
iv ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Hak Proregatif Presiden Ditinjau Menurut Pendapat Ibnu Abi Rabi’, ditulis oleh Saidun, NIM. 1317.008, Program Studi Hukum Tatanegara (Siyasah) Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.
Motivasi penulis dalam menulis skripsi ini adalah penulis ingin mengetahui bagaimana hak istimewa Presiden Indonesia ditinjau menurut pendapat Ibnu Abi Rabi’.
Skripsi ini ditulis untuk mengetahui bagaimana hak istimewa Kepala Negara menurut Ibnu Abi Rabi’ dan dilihat dengan hak istimewa Presiden Indonesia, hak istimewa adalah hak yang dimiliki seorang yang memiliki jabatan tinggi disuatu Negara yang tidak dimiliki oleh orang lain, hak tersebut dimiliki dipergunakan untuk mensejahterakan rakyat dalam suatu Negara. maka dari itu rumusan masalah yang ingin dijawab yaitu bagaimana hak istimewa Presiden Indonesia, dan Hak Istimewa Presiden Indonesia ditinjau dari pendapat Ibnu Abi Rabi’.
Penelitian skripsi ini adalah penelitian kepustakaan(Library Research) dengan sumber menalaah buku-buku yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini . sumber data primer dalam penelitian ini buku (kitab) yang ditulis langsung oleh Ibnu Abi Rabi’ Suluk al-Malik Fi Tadbir al-Mamalik dan Undang-Undang yang berkaitan dengan istimewa Presiden Indonesia (UUD 1945), sedangkan sumber data skunder adalah buku yang ditulis oleh para tokoh lainya yang berkaitan dengan permasalahan skripsi ini. Adapun dalam menganalisi data penulis menggunakan metode kualitatif menganalisis dari sumber seperti buku-buku, jurnal dan artikel yang penulis kumpulkan.
Berdasarkan hasil peneltian dapat ditemukan bahwa hak istimewa presiden
mempunyai persamaan dan perbedaan dengan hak istimewa pemimpin menurut Ibnu
Abi Rabi’. Adapun persamaannya yaitu hak istimewa Presiden Indonesia setalah
perubahan UUD 1945 adalah sebagai Kepala Negara sekaligus sebagai Kepala
Pemerintahan bahwasanya Presiden Indonesia mempunyai hak untuk menjalakan
Roda Pemerintahan seperti merancang Undang-Undang dan membentuk peraturan
perundang-undangan sama halnya dengan Ibnu Abi Rabi’ bahwasanya kepala negara
dalam suatu negara adalah mandate dari tuhan untuk melaksanakan aturan Allah di
muka bumi ini, sehingga dapat dikatakan bahwa Kepala Negara adalah sekaligus
Kepala Pemerintahan yang menjalankan roda Pemerintahan seperti membuat aturan
dimana aturan tersebut yang telah ditentukan oleh Allah SWT, sedangkan
perbedaannya yaitu hak istimewa Presiden Indonesia dibatasi oleh Undang-Undang
yang berlaku di Indonesia yaitu UUD 1945, sedangkan hak istimewa pemimpin
menurut Ibnu Abi Rabi; dibatasi oleh aturan yang terdapat dalam ajaran Islama yang
datangnya dari Allah SWT.
v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING
SURAT PERNYATAAN ORISNALITAS
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penulisan ... 12
D. Manfaat Penelitian ... 12
E. Penjelasan Judul ... 13
F. Tinjauan Kepustakaan ... 15
G. Metode Penelitian... 18
H. Sistematika Penulisan ... 23
BAB II HAK PREROGATIF PRESIDEN INDONESIA A. Pengertian Hak Prerogatif ... 20
B. Hak Prerogatif Presiden Indonesia ... 24
C. Macam-Macam Hak Prerogatif Presiden Indonesia ... 47
D. Dasar Hukum Hak Prerogatif Presiden Indonesia ... 60
BAB III PEMIKIRAN IBNU ABI RABI’
A. Biografi Ibnu Abi Rabi’ ... 64
vi
B. Karya-karya Ibnu Abi Rabi’... 65 C. Hak Istimewa Kepala Negara Menurut Ibnu Abi Rabiu…………66 D. Tinjauan Atas Pemikiran Ibnu Abi Rabi’ Hak Istimewa Kepala
Negara ... 73 BAB IV ANALISI
A. Hak Prerogatif Presiden Indonesia ... 80 B. Hak Prerogatif Presiden Indonesia Ditinjau Dari Pendapat Ibnu
Abi Rabi’ ... 93 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 101 B. Saran ... 104 DAFTAR KEPUSTAKAAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Hak istimewa atau Prerogatif secara kebahasaan berasal dari bahasa Latin Praerogativa (dipilih sebagai yang paling dahulu memberi suara), praerogativus (diminta sebagai yang pertama memberikan suara), praerogare (diminta sebelum meminta yang lain). 1 Hak prerogatif terdiri dari dua suku kata, hak dan prerogatif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak diartikan sebagai kekuasaan atau kewenangan untuk melakukan sesuatu.
Sementara itu prerogatif didefinisikan sebagai hak istimewa yang dipunyai oleh Kepala Negara mengenai hukum di luar kekuasaan badan-badan perwakilan. Lebih lanjut disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa hak prerogatif adaalah hak khusus atau hak istimewa yang ada pada seseorang karena kedudukannya sebagai Kepala Negara. 2
Hak prerogatif Presiden yaitu hak istimewa yang dimiliki oleh Presiden untuk melakukan sesuatu tanpa meminta persetujuan lembaga lain. Hal ini bertujuan agar fungsi dan peran Pemerintah dapat melakukan tindakan- tindakan yang dapat membangun kesejahteraan masyarakat, 3 seiring dengan
1
Ni’matul Huda,Hak Prerogatif Presiden Dalam Perspektif Hukum Tata Negara Indonesia.
Jurnal Hukum, vol 8, no 18, (2001), 2
2 http://bahasa.kemendiknas.go.id?kbbi?index.php diunduh 28 Agustus 2020
3
Johansyah, Hak Preroragtif Presiden Menurut UUD 1945, Jurnal unpal, vol 16, no 2, (2018),
197
hal tersebut maka perlu adanya batas atau pengawasan hak kekuasaan seorang Presiden atau seorang Raja/Ratu supaya tidak terjadi penyimpangan hak kekuasaan karena mementingkan kekuasaan pribadi seorang Presiden atau Raja/Ratu dalam suatu Negara.
Indonesia mengalami beberapa perubahan Sistem Pemerintahan, karena kekuasaan Presiden dalam suatu Negara tergantung dengan Sistem Pemerintahan yang dianut Negara tersebut, karena Sistem Pemrinttahan dapat diartikan sebagai suatu struktur yang terdiri dari fungsi Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif yang saling berhubungan, bekerja sama dan mempengaruhi satu sama lain, secara demikian Sistem Peemrintahan adalah cara kerja lembaga- lembaga Negara satu sama lainnya. 4 Secara umum Sistem Pemerintahan terbagi menjadi, Sistem Pemerintahan Presidensial apabila Kedudukan Kepala Neara tidak terpisah dengan jabatan Kepala Pemerintahan, Kepala Negara tidak bertanggung jawab kepala Parlemen, Presiden tidak berwenang membubarkan Parlemen, Kabinet bertanggung jawab kepada Pemerintahan.
Sedangkan Sistem Pemerintahan Parlementer apabila Kepala Negara terpisah dengan Kepala Pemerintahan, Kabinet bertanggung jawab kepada Parlemen. 5 Sri Soemantri membagi Sistem Pemerintahan yang berlaku di Indonesia ke dalam dua kategorisisasi yang didasarkan atas pengaturan Konstitusi (UUD)
4
Cora Elly Noviati,Demokrasi dan Sistem Pemerintahan, Jurnal Konstitusi, vol 10, no 2, (2013), 337
5
Jimly Asshidiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2015), 323
yang pernah berlaku di Indonesia. Yaitu , Sistem Pemerintahan sebelum perubahan UUD 1945, pada masa ini Sistem Pemerintahan Indonesia berlaku Sistem Pemerintahan Parlementer dan Sistem Pemerintahan Presidensial.
Sistem Pemerintahan sesudah perubahan UUD 1945, dari perubahan ini bahwasanya Sistem Pemerintahan Indonesia benar-benar Sistme Pemerintahan Presidensial. 6
Kepala Negara adalah sebuah jabatan individual atau kolektif yang mempunyai peranan sebagai wakil tertinggi dari sebuah Negara ,Kepala Negara adalah identik dengan suatu simbolik suatu Negara seperti Republik, Monarki, Federasi. Sedangkan Kepala Pemerintah adalah Pemimpin Kabinet atau Pemerintah yang menetukan jalannya suatu Pemerintahan dalam Negara,.
Oleh karena itu, pada dasarnya Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan dapat dibedakan melalui konstitusi yang dianut dalam setiap Negara di dunia.
Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan berdasarkan jenis konstitusi. Pada dasarnya maka Kepala Negaradan Kepala Pemerintahan dapat dibedakan menjadi: (1) Sistem Presidensil yaitu Negara dengan Sistem Presidensil dimana Presiden sebagai Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintah (Eksekutif) dan antara Eksekutif dan Legislatif di pisah atau Pemerintah tidak bertanggung jawab kepada Parlemen (DPR). System ini mempunyai kelemahan yaitu cendrung menempatkan Eksekutif sebagai bagian kekuasaan
6
Fajlurrahman Jurdi, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: Pranadamedia Group, 2019),
429-431
yang sangat berpengaruh kekuasaannya besar. Untuk itu, diperlukan pengaturan konstitusional untuk mengurangi dampak negative atau kelemahan yang dibawa sejak lahir oleh sistme presidensial tersebut. (2) Sistem Parlementer yaitu Negara dengan sistem Parlementer biasanya berbentuk Monarki dimana Presidennya hanya sebagai lambang Kepala Negara sedang Kepela Pemerintahannya dijalankan oleh Perdana Menteri, dimana Parlemen memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam sisitem ini, Parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat Perdana Menteri, dan Parlemen dapat menjatuhkan Pemerintahan. 7
Presiden sebagai Kepala Negara adalah simbol resmi negara indonesia di dunia, sedangkan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan yaitu memegang kekuasaan Pemerintahan pada Pasal 4 ayat (1) UUD NRI 1954 bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintah yang memiliki kewenangan penuh untuk menjalankan tugas pemerintahan di Indonesia.
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD NRI 1945) menegaskan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum, salah satu ciri dalam negara hukum, yang dalam bahasa Inggris disebut Legal state atau state based on the rule of law,
7
Ibid., 53
dalam bahasa Belanda dan Jerman disebut rechtstaat, adalah dianutnya pemisahan atau pembagian kekuasaan dalam penyelenggraan Negara. 8
Daulah Abbasyiah adalah salah satu daulah Islam yang namanya pernah menjulang baik di dunia timur maupun dunia barat. Hal ini dikarenakan kontribusi daulah tersebut yang besar terhadap umat islam dan kemanusian secara umum terutama dalam bidang peradaban; ibu kotanya di Baghdad, dikenal dengan kota bundar amat makmur. Baghdad juga merupakan pusat kegiatan ilmu pengetahuan dan pusat penelitian berbagai disiplin ilmu, yang pusat kegiatannya dikenal dengan Darul-Hikmah atau Baitul-Hikmah.
Ibnu Abi Rabi’ adalah salah seorang dari pemikir muslim pertama yang telah mencoba memusatkan perhatiannya dalam masalah-masalah kenegaraan secara rasional. Satu-satunya buku yang berkaitan dengan politik yang pernah ditulis adalah Kitab suluk al-malik fi tadbir al-Mamalik sesui dengan namanya buku ini dipersembahkan kepada Khalifah Mu’tashim sebagai Kepala Negara Dinasti Abbasyiah pada waktu itu yang nantinya dipergunakan sebagai buku manual atau pedoman bagi Kepala Negara dalam menjalankan roda pemerintahan saat itu. Dimana dalam gagasnya tersebut berisikan usulan- usulan dan nasihat-nasihat, karena dalam kenyataannya Dinasti Abbasyiah pada masa pemerintahan Mu’tashim sedang berada dalam puncak
8 Jimly Ashiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara., 281
kejayaannya. 9 Bahwasanya Kepala Negara/Raja menurut Ibnu Abi Rabi’ yang tugas utamanya adalah menyelengarakan segala urusan negara dan rakyat, serta melindungi warganya dari gangguan atau bahaya, yang timbul dari mereka sendiri, arau yang datang dari luar. Hak istimewa Kepala Negara dimasa lalu, terutama di abad-abad klasik dan pertengahan, bahkan sebelum itu sudah menjadi tradisi di kalangan Kepala Negara ( khalifah, sultan atau raja). Dengan hak istimewa ini, para Kepala Negara berpotensi menjadi penguasa yang absolut, tirani, dan dictator, karena mereka berkeyakinan bahwa negara adalah miliknya termasuk di dalamnya rakyatnya. Sehingga mereka bisa bertindak sewenang-wenang dan melakukanapa saja sesuai dengan kehendaknya. Oleh karena itu Ibnu Abi Rabi’ berbicara tentang hak istimewa Kepal Negara (khalifah, raja). 10 Maka hakistimewa seorang Kepala negara yaitu mandat dari Allah swt. Sehingga seorang Kepala Negara harus mempunyai otoritas yang berprilakuan baik. Sebagaimana terdapat dalam karya Ibnu Abi Rabi’ Suluk al-malik Fiy Tadbir al-Mamalik (Kebijakan raja dalam mengelola pemerintahan) yang terbagi kedalam empat pasal. Pasal pertama muqaddimah. Pasal kedua membahas akhlak dan pembagiaanya.
Pasal ketiga membahas pelbagi jenis perilaku yang menurut pertimbangan
9
Hutomo Satyo Prawiro, Abi Tabi, dalam https://id.scribd.com diunduh 8 September 2020.
10
Sirojuddin Aly, Pemikiran Politik Islam Sejarah, Praktik dan Gagasan,(Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2018), 391
akal perlu diikuti dan dilaksanakan. Pasal keempat membahas macam-macam siyasat (Penagaturan) dan ketentuan-ketentuannya. 11
Maka dari itu perlu adanya kajian bagaimana hak istimewa atau disebut dengan hak prerogatif seorang presiden di Indonesia baik itu sebelum dan setelah di Amandemen dan bagaimana apabila ditinjau dari hak istimewa menurut salah satu pemikir politik islam pada zaman Dinasti Abbasyiah dimana waktu itu mengalami kemajuan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat kajian ini untuk diteliti lebih lanjut.
Oleh karena itu suatu Hak Istimewa menurut Abi Rabi adanya suatu batasan yaitu prilaku seorang Kepala Negara sebagaimana dalam kitabnya bahwasnya menusia adalah mempunyai kelakukan jahat, maka seorang kepala negara harus mempunyai perilaku seperti yang terdapat dalam kitabnya.
Sebagaimana juga presiden di Indonesia sebagai Kepala Negara sekaligus Kepala Pemrintahan yang mempunyai hak istimewa atau dikenal dengan prerogatif dimana adanya suatu batasan yaitu Undang-undang dan pertimbangan DPR RI. Oleh karena itu penulis ingin meneliti bagaimana perkembangan Hak Istimewa Presiden dalam kemajuan kepemrintahan di Indonesia, dan bagaiaman Hak Istimewa Kepala Negara mwnurut Ibnu Abi
11
Nurrohman, Dimensi Etik dalam Pemikiran Politik Studi Terhadap Pemikiran politik Ibn
Abi Rabi’ dalam Kitabnya Suluk Al-Malik Fi Tadbir Al-Mamalik, (Bandung: CV Cibadak, 1990), 62
Rabi’ dimana pada masa itu dinasti Abbasyiah mengalami kemajuan dibawah pimpinan Khalifah Mu’tashim sebagai Kepala Negara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uruaian dan paparan dari Latar Belakang Masalah tersebut, untuk mendapat data maka permasalahannya disusun sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Hak Prerogatf Presiden di Indonesia?
2. Hak Prerogatif Presiden Indonesia ditinjau dari pendapat Ibnu Abi Rabi’?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian pada umumnya menemukan, mengembangkan, mengkaji kebenaran dari suatu penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengatahui bagaiman Hak Prerogatif Presiden di Indonesia.
2. Untuk mengetahui Hak Prerogatif Presiden Indonesia ditinjau dari pendapat Ibnu Abi Rabi’.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambahkan khazanah ilmu
pengetahuan, khususnya bagi Institut Agama Islam Negeri bukittinggi,
Fakultas Syariah di bidang Hukum Tata Negara.
b. Memberikan jawaban atas masalah yang dijadikan bahan penelitian yaitu:
1) Untuk mengetahui danmenjelaskan bagaimana hak prerogatif presiden di Indonesia.
2) Untuk mengetahui hak prerogatif presiden di indonesia ditinjau dari pendapat Ibnu Abi Rabi’.
2. Manfaat Praktisi
a. Sebagai tambahan ilmu bagi penulis dalam hal yang terkait dengan penelitian mengenai Hukum Tata Negara.
b. Dapat memberikan sumbangan pemikiran ataupun bahan acuan penelitian selanjutnya dan bahan pertimbangan penelitian, khususnya dalam hal tinjauan Ibnu Abi Rabi’ mengenai hak prerogatif presiden Indonesia.
E. Penjelasan Judul
Untuk menghindari terjadinya kekeliruan bagi pembaca, serta untuk mempermudah untuk memahami judul penelitian ini, maka penulis akan memberikan penjelasan terhadap kata-kata atau istilah yang penting.
Prerogatif atau Hak istimewa secara kebahasaan berasal dari bahasa latin
prearogativa ( dipilih sebagai paling dahulu memberi suara), praerogativus
(diminta sebagai yang pertama memberi suara), praerogare (diminta sebelum
meminta yang lain). merupakan hak istimewa yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang, namun tidak dimiliki oleh pihak lainnya.
Presiden adalah merupakan salah satu nama jabatan resmi yang digunakan seorang pemimpin suatu Organisasi, Perkumpulan,Perusahaan, atau juga Pimpinan suatu Negara
Tinjauan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah pemeriksaan data, pengolohan, analisa dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan.
Ibnu Abi Rabi’ Sarjana muslim yang dianggap pertama yang menuangkan gagasan teori politiknya dalam karyanya Suluk al-malik Fiy Tadbir al-Mamalik (Kebijakan raja dalam mengelola pemerintahan). Pada era pemerintahan dinasti Abbasyiah ilmu. Buku ini dipersembahkan kepada al- Mu’tashim Khalifah dinasti Abbasyiah ke delapan yang memerintah pada abad ke IX Masehi untuk dipergunakan sebagai guiding book dalam mentadbir atau mengelola pemerintahan. Oleh karena buku ini diperuntukan oleh Ibnu Abi Rabi’ kepada kepala negara yang sedang berkuasa saat itu.
Jadi yang dimaksud dengan judul tersebut adalah Hak Prerogatif Presiden
Indonesia ditinjau menurut pendapat Ibnu Abi Rabi’.
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang sudah pernah dilakukan seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang dilakukan tidak merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada. Untuk menghindari adanya dugaan plagiasi, berikut ini penulis akan memaparkan beberapa peneliti terdahulu yang memiliki kemiripan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Adapun beberapa peneliti yang membahas tentang analisis diantaranya:
1. Muh. In’amuzzahidin (jurnal) ia membahas etika politik dalam islam, ia mengatakan bahwasanya kekuasaan kepala negara bagi Ibnu Abi Rabi’
adalah bersumber dari Tuhan. Hal ini dapat dipahami statemennya, bahwa
Allah mengangkat penguasa-penguasa bagi masyarakat. Penguasa-
penguasa ini mendapat pancaran Illahi dan dikukuhkan dengan karamah-
Nya. Hanya saja, dia tidak menjelaskan, dikukuhkan melalui pemilihan
atau penunjukan. Sehingga sumber kekuasaan kepala negara adalah bukan
berasal dari rakyat, tetapi dari Allah yang diberikan kepada orang
pilihannya. Dan tugas pemimpin negara itu adalah mengelola urusan
rakyatnya dan bertindak sebagai hakim untuk menyelesaikan perselisihan
diantara mereka.
2. Mahsun Fuad (jurnal) yang membahas pemikiran politik islam pra modren, sebagaiaman ia mengatakan bahwasannya Ibnu Abi Rabi’ lebih dekat ditarik kepada teori ketuhanan, bahwasanya Ibnu Abi Rabi’
mengatakan Tabiat manusia ini merupakan ciptaan tuhan yang karena itu dia menurunkan aturan yang harus dipatuhi dan mengangkat seorang pemimpin yang bertugas memlihara peraturan-peraturan. Dengan demikian Ibnu Abi Rabi’ dalam memahami manusia sebagai makhlik sosial mengkaitkannya dengan keyakinan dan paham agama. Dan seumber kekuasaan bagi kepala negara berasal dari Tuhan.
3. Hutomo Satyo Prawiro (jurnal) yang membahas menganai Abi Rabi, sebagaimana yang terdapat dalam QS.Al-An’am Dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di buni dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa drajat. Untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepak sisksaan-Nya dan sesungguhnya dia maha pengampun lagi maha penyanyang. Hal tersebut menjadi dasar legitimasi keistimewaan hak-hak khalifah atas rakyatnya dalam ajaran agama.
Bahwasnya sumber kekuasaan yaitu berasal dari Tuhan.
4. Nizar (jurnal) yang membahas hubungan Islam dan negara, ia mengatakan
Ibnu abi Rabi’ berpandangan tentang kekuasaan raja, dasar kekuasan dan
otoritas raja adalah mandat dari tuhan yang telah memberikan kedudukan
istimewa kepada mereka dengan kekuatan dan keunggulan, telah
memperkokoh kekuasaan mereka di negara mereka dan telah memberikan hak kepada mereka untuk memerintah hamba-hambanya, sebagaimana dia memerintahkan kepada hamba-hambanya dari semua tingkatan untuk taat dan tunduk kepada mereka demi kesejahteraan negara.
5. Mei Susanto (jurnlal) membahas mengenai memahami istilah hak prerogative presiden (pengertian dan krakter hak prerogratif). Bahwasanya ia mengatakan hak dairtikan sebagai kekuasaan atau kewenangan untuk melakukan susautu. Sementara itu prerogative didefinisikan sebagai hak istimewa yang dipunyai oleh kepala Negara mengenai hukum dan undang- undang di luar kekuasaan badan-badan perwakilan.
6. H. Khairuddin (jurnal) yang membahas hak prerogative Presiden, ia menjelaskan bahwasanya dalam kedudukan sebagai kepala Negara, presiden mempunyai hak-hak prerogatif selain mempunyai kewenangan ke dalam juga kewenangan dalam hubungan keluar yang terdapat dalam UUD NRI 1945 yang kesemuaannya itu harus dalam konteks kedaulatan rakyat yang harus dilaksanakan menurut UUD NRI 1945. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan Negara yang tertinggi dan dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara, kekuasaan dan tanggungjawab berada di tangan presiden.
Dari beberapa uraian di atas focus penelitian ini berbeda dengan yang
telah di bahas sebelumnya. Perbedaannya adalah penulis membahas Hak
Istimewa Presiden Indonesia Ditinjau Menurut Pendapat Ibnu Abi Rabi’.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk memproleh kembali pemecahan terhadap segala permasahan. Dalam melakukan penelitian, membutuhkan data-data yang dapat memberikan kebenaran dari suatu ilmu pengetahuan. Maka penelitian itu dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan metode-metode ilmiah.
Metode-metode tersebut sangat penting untuk menunjang hasil yang nantinya diperoleh dari penelitian yang dilakukan, sehingga mendapatkan data dengan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang diteliti. Pemilihan metode juga menjadi salah satu penentu dari kesempurnaan suatu penelitian, metode-metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis dan sifat penelitian
Penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian kepustakaan (Library Research). Jenis penelitian ini dapat didefinisikn sebagai suatu penelitian yang diarahkan dan difokuskan untuk menalaah dan membahas bahan-bahan pustaka baik berupa buku-buku, kitab-kitab dan jurnal-jurnal yang relevan dengan kajian, atau penelitian yang menggunakan buku-buku sebagai sumber datanya.
Sedangkan sifat penelitian ini adalah deskriptif artinya penelitian ini
berusaha menunjukkan dan menjabarkan mengenai Hak Prerogatif
Presiden Ditinjau dengan Hak Istimewa Kepala Negara Menurut Ibnu Abi Rabi’.
2. Sumber Data Penelitian
Guna memproleh bahan data penelitian yang akurat untuk penulisan skripsi ini. Maka data dalam penelitian ini terdiri dari data Primer (pokok) dan data Skunder (tambahan).
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang langsung dapat diperoleh dari sumber data oleh penulis untuk tujuan yang khusus. Dalam hal ini penulis menggunakan buku-buku yang ditulis langsung oleh Ibnu Abi Rabi’:
Kitab suluk al-malik fi tadbir al-Mamalik, dan Undang-undang Dasar (UUD 1945) yang berkaitan dengan Hak Istimewa Presiden di Indonesia beserta Undang Undang mengenai Hak Istimewa Kepala Negara di Indonesia.
b. Data Skunder
Data Skunder yaitu data yang diperoleh kemudian dikumpulkan
dari berbagai sumber yang ditulis tokoh lainnya yang berkaitan dengan
permasalahan skripsi ini, yakni buku-buku sepertia (Pembatasan
Konstitusional Kekuasaan Presiden, Pengantar Ilmu Hukum Tata
Negara, Sejarah Kekuasaan Presiden Indonesia Sejak Merdeka Hingga
Reformasi Politik, Lembaga Kepresidenan Berdasarkan UUD 1945 Pasca Perubahan, Pembatasan Kekuasaan Presiden Pergeseran Kekuasaan Presiden Pasca Amandemen UUD 1945, Hukum Ketatanegaraan Indonesia, Fiqih Syiasah, Islam dan Tata Negara), serta jurnal internet seperti (Jurnal.komisiyudiasial, Perkembangan Pemaknaan Hak Prerogatif Presiden, Jurnal FISIP UMRAH, Eksitensi Hak Prerogatif Presiden Pasca Amandemen UUD 1945, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, Hak Prerogatif Presiden dalam Perpektif Hukum Tata Negara Indonesia, Jurnal Konstitusi unpal, Pergeseran Hak Prerogatif Presiden Pasca Amandemen UUD 1945, jurnal Repository, Tinjauan Fiqih Syiasah Tentang Hak Prerogatif Presiden, Jurnal repository uinjkt, Pemikiran Politik Islam sejarah, praktik dan gagasan, Jurnal Dauliyah Journal of Islamic, Prinsip Etika Politik Pemimpin dalam Islam).
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pleh penulis dalam penelitian ini disesuaikan dengan focus dan tujuan penelitian, Yiatu:
a. Studi Pustaka (Library Research)
Studi Pustaka adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti
dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, jurnal yang berkenaan
dengan masalah dan tujuan penelitian. Buku tersebut dianggap sebagai
sumber data yang akan diolah dan dianalisis. Maka teknik pengumpulan data, dalam hal ini penulis akan melakukan identifikasi wacana dari buku-buku, dan jurnal, artikel serta web (internet) yang berhubungan dengan judul penulisan. Maka penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengumpulkan sumber yang ada baik melalui buku-buku, jurnal atau artikel web.
2) Menganalisa sumber tersebut sehingga penulis bisa menyimpulkan tentang masalah yang dikaji.
Penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah dan membandingkan sumber kepustakaan untuk memproleh data yang bersifat teoritis. Sehingga pekerjaan penulis tidak merupakan duplikasi.
4. Analisis Data
Analisis data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi
informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan
bermanfaat untuk solusi permasalaha, terutama masalah yang berkaitan
dengan penelitian dari hasil penelitian tersebut menjadi informasi yang
nantinya bisa dipergunakan dalam mengambil kesimpulan. Dalam hal ini
penulis menganalisis data dengan analisis kualitatif, yaitu dengan cara
mengalisis data dari sumber sumbur seperti buku-buku, jurna, dan artikel web yang telah dikumpukan penulis.
Selanjutnya setelah melakukan analisis data seperti di atas, maka langkah penulis yaitu menarik kesimpulan, penulis menggunakan metode deduksi. Metode deduksi adalah suatu metode yang dipakai untuk mengambil kesimpulan dari uraian-uraian yang bersifat umum kepada uraian yang bersifat khusus. Penelitian yang dilakukan penulis dengan menggenerelasikan data-data dari sumber yang berhubungan dengan kajian penulis.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai pembahsan ini, maka penulis membagi laporan ini menjadi lima bab sebagai berikut :
BAB I sebagai Pendahuluan yang sub pembahasan meliputi latar bekalang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan judul, tinjauan pustaka, metedologi penelitian, dan sitematika penulisan.
BAB II berisi mengenai Hak Prerogatif Presiden di Indonesia, yang
didalamnya berisi, apa Pengertian Hak Istimewa (prerogatif) dan yang
dimaksud Hak Istimewa (prerogatif), bagaimana Hak Istimewa (prerogatif)
Presiden di Indonesia, apa saja Hak Istimewa (prerogatif) Presiden Indonesia.
Landasan Hukum Hak Prerogatif Presiden Indonesia.
BAB III berisi mengenai Pemikiran Ibnu Abi Rabi’, yang didalamnya berisikan gambaran umum biografi Ibnu Abi Rabi’, karya-karya yang dihasilkan, dan pokok pemikiran Ibnu Abi Rabi’ mengenai Hak Istimewa Kepala Negara.
BAB IV berisi tentang tinjauan analisis perkembangan Hak Istimewa Presiden indonesia ditinjau dengan Hak Istimewa Kepala Negara menurut Ibnu Abi Rabi’.
BAB V Penutup yang memuat kesimpulan sebagai jawaban dari
permasalah yang dirumuskan dan juga saran-saran yang berhubungan dengan
topic pembahasan dalam penelitian ini secara menyeluruh.
20 BAB II
HAK PREROGATIF PRESIDEN DI INDONESIA
A. Pengertian Hak Prerogatif
Prerogatif secara kebahasaan berasal dari bahasa latin praerogativa (dipilih sebagai yang paling dahulu memberi suara), prearogrativus (diminta sebagai yang pertama memberikan suara) praerogare (diminta sebelum meminta yang lain). 12 Hak prerogative terdiri dari dua suku kata yaitu, hak dan prerogative. Menurut kamus besar Indonesia, hak diartikan sebagai kekuasaan atau kewenangan untuk melakukan sesuatu. Sementara itu prerogative didefinisikan sebagai hak istimewa yang dipunyai oleh kepala negara mengenai hukum dan undang-undang di luar kekuasaan badan-badan perwakilan. Lebih lanjut disebutkan di dalam kamus hukum bahwa hak prerogative adalah wewenang kepala negara untuk memberi pengampunan terhadap hukuman yang telah dijatuhi oleh hakim untuk menghapuskan seluruhnya, sebagian, atau merubah sifat atau bentuk hukuman itu.
Dalam Blacks Law Dictionary, prerogative diartikan sebagai An exclusive or peculiar privilege. The special power, privilege, immunity, or advantage vested in and official person, eiter generally, of in respect to he thing of is his office, or in official body, as a court or legislature, In English law, A power or will which is discretionary, and above and uncontrolled by any other will.
12
Ni’matul Huda, Hak Prerogatif Presiden,.,
That special preeminence which the king (or queen) has over and above all other person, in right of his (or her) regel dignity. A term used to denote those rights and copacities which the sovereign emjoys alone, in contradistinction to others. Apabila diterjemahkan secara bahasa Indonesia prerogatif mengadung makna sebuah keistimewaan eksekutif atau hak istimewa (previleg) yang khas. Berupa kekuatan khusus, hak istimewa, kekebalan atau keuntungan yang berada ditangan orang yang resmi, baik secara umum, atau sehubungan dengan hal-hal berkaitan kantornya, atau badan resmi, sebagai pengadilan atau legislatif. Dalam hukum Inggris merupakan sebuah kekuasaan atau kehendak yang mempunyai sifat diskresi, dan yang tertinggi (diatas) dan tidak terkendali oleh kehendak lain. Dimana dikhususkan bagi keunggulan raja (atau ratu) yang lebih dari dan di atas semua orang lain, merupakan hak dan martabat yang agung. Sebuah istilah yang digunakan untuk menunjukkan hak-hak dan kepastian yang berdaulat sendiri, bertentangan dengan orang lain. 13
Dicey merumuskan prerogatif sebagai residu dari kekuasaan sikresi ratu/raja, yang secara hukum tetap dibiarkan dan dijalankan sendiri oleh ratu/raja dan para menteri. Yang disebut dengan kekuasaan diskresi (discretion ary power) adalah segala tindakan raja/ratu atau pejabat
13
Pegi Hasmalina,Tinjauan Fiqih Syiasah Hak Prerogatif Presiden Studi Kasus Pemberian
Grasi Kepada Narapidana Korupsi, (Lampung: Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung (Skripsi), 2017), 17.
kenegaraan lainnya yang secara hukum dibenarkan, walaupun tidak ditentukan atau didasarkan pada suatu ketentuan undang-undang
Disebut sebagai residu, karena kekuasaan ini tidak dari sisa seluruh kekuasaan yang semua ada pada raja/ratu (kekuasaan mutlak) yang kemuadian makin berkurang, karena beralih tangan rakyat (parlemen) atau unsur-unsur pemerintah lainny, seperti menteri. Kekuasaan prerogatif bersumber pada common law, yaitu hukum tidak tertulis berasal dari putusan hakim. Karena tidak memerlukan suatu dasar undang-undang, oleh sebagian orang kekuasaan prerogatif dipandang sebagai undemocratic and potentialy dengeous. 14
Bahwasanya hak prerogatif Presiden yaitu hak istimewa yang dimiliki Presiden untuk melakukan sesuatu tanpa meintai persetujuan lembaga lain.
Hal ini bertujuan agar fungsi dan peran pemerintahan direntang sedemikian luas sehingga dapat melakukan tindakan-tindakan yang dapat membangun kesejahteraan masyarakat. 15
Secara teoritis, hak prerogatif dalam berbagai literatur umumnya diterjemahkan sebagai hak istimewa yang dimiliki oleh lembaga-lembaga tertentu yang bersifat mandiri dan mutlak, dalam arti tidak dapat digugat oleh lembaga negara yang lain. Menurut Oksep Adhayanto, hak prerogatif adalah hak yang dimiliki oleh seorang kepala pemerintahan atau kepala negara tanpa ada intervensi dari pihak manapun dalam menggunakan hak tersebut. Oleh
14
Ni’matul Huda, Hak Prerogatif Presiden., 4
15
Johansyah, Hak Prerogatif Presiden Menurut UUD 1945, Jurnal unpal, vol 16, no 2, (2018),
197.
karenanya, hak prerogatif itu dikatakan sebagai hak privillege atau hak istimewa seorang kepala negara dalam menjalankan tugas kenegaraannya.
Secara historis, hak prerogatif merupakan hak istimewa seorang raja, yang pertama kali diterapkan dalam konteks ketatanegaraan di kerajaan Inggris.
Hak ini memberikan keistimewaan bagi penguasa politik untuk memutuskan sesuatu berdasarkan pertimbangan sendiri, untuknya putusan itu bisa dilakukan tanpa alasan apapun, kecuali kehendak pribadi sang pemimpin itu sendiri. Hak prerogatif raja dalam memberikan grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi, hak dalam memberikan tanda kehormatan maupun hak untuk memberikan gelar tidak perlu dipertanggungjawabkan kepada parlemen, sehingga hak itu tersebut memang mutlak yang berarti hak memberikan peraturan. 16
Menurut penulis yang dimaksud hak prerogatif adalah merupakan hak istimewa bagi pemegang kekuasaan untuk menentukan sesuatu tanpa harus diawasi atau dihilangkan oleh orang lain karena kedudukannya yang agung dan berdaulat, karena hak prerogatif tersebut dapat dikatakan sebagai hak privilge atau hak istimewa kepala negara dalam menjalakan tugas kenegaraannya. Dengan demikian hak prerogatif memiliki kecendrungan untuk disalah gunakan.
16
Bachtiar Baital, Pertanggung jawaban Penggunaan Hak Prerogatif Presiden Di Bidang
Yudikatif Dalam Menjamin Kemerdekaan Kekuasaan Kehahakiman, Jurnal Cita Hukum, vol 2, no 1,
(2014), 24.
B. HAK PREROGATIF PRESIDEN INDONESIA
Merujuk perjalanan Indonesia menjadi sebuah negara merdeka, kata Presiden dalam konteks pemimpin yang akan menjadi pengurus negara tertinggi, merupakan kata yang dapat dikatakan tidak memiliki historis yang kuat. Melacak bentangan empirik latar belakang sejarah, perjalanan Indonesia menuju negara merdeka telah dimulai dari berkembangnya monarki dengan malang-melintang kerajaan-kerajaan besar yang memiliki pengaruh dan rentang wilayah keuasaan yang luas, seperti: Sriwijaya, Singosari, Majapahit, Mataram. Tidak hanya itu, meskipun pengaruh dan wilayah kekuasaannya tak seluas Sriwijaya dan Majapahit, struktur sosial masyarakat sebagaian telah terbangun dengan model monarki, seperti Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (Yogyakarata), kesultanan Banjar, Kesultanan Cirebon dan lain- lain. 17
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, yaitu pada tanggal 29 April 1945 dibentuk suatu bedan untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan, pada tanggal 16 Juni 1945 Badan Penyelidik Untuk Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) menyetujui rancangan UUD untuk negara Indonesia merdeka dan pada tanggal 9 Agustus 1945 oleh Pemerintah Jepang dibentuk badan baru yang dinamakan Panitia Persiapan Kemerdekaan
17
Saldi Isra, Lembaga Negara Konsep, Sejarah, Wewenang, dan Dinamika Konstitusional,
(Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2020), 181.
Indonesia (PPKI) dan bertugas menentukan UUD dan hal-hal lain untuk persiapan kemerdekaan Indonesia. Belum sempat PPKI menjalankan tugasnya, pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang telah menyerah dan dinyatakan kalah perang oleh sekutu maka PPKI melanjutkan tugasnya yang dipimpin oleh Soekarno. 18
Sebelum perubahan UUD 1945 pada tahun 1999-2002, Republik Indonesia pernah berganti-ganti konstitusi mulai dari UUD 1945, UUD RIS 1949, UUD Sementara 1950, dan kembali lagi ke UUD 1945. Perubahan tersebut tentu berpengaruh terhadap lembaga kepresidenan maupun keuasaan Presiden. Berikut ini dijelaskan mengenai kekuasaan Presiden pada masing- masing konstitusi tersebut.
1. Hak Prerogatif/Kekuasaan Presiden Pada Masa Berlakunya Undang-Undang Dasar 1945
Satu hari setelah Soekarno-Hatta menyatakan kemerdekaan Indonesia, tanggal 18 Agustus 1945, dengan beberapa perubahan, PPKI mengadakan sidang untuk menyetujui rancangan undang-undang dasar yang sudah disusun oleh BPUPKI. Pada hari itu juga, Soekarno dan Muhammad Hatta dipilih sebagai presiden dan wakil presiden didasarkan kepada Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945 yang menyatakan bahwa untuk pertama kali presiden dan wakil presiden
18
Jonansyah, Hak Prerogatif Presiden., 200
dipilih oleh PPKI. Sebagai sebuah negara baru, belum semua alat kelengkapan negara sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 dapat dibentuk. Sebagaimana disebutkan di atas, satu-satunya lembaga negara yang terbentuk satu hari setelah kemerdekaan adalah Presiden dan Wakil Presiden. Selain itu berlaku Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 menyatakan, sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional. Dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945, Presiden mengisi struktur pemerintahan yang dimulai dari pembentukan partai pemerintah, 23 Agustus 1945, yaitu Partai Nasional Indonesia, kemudian 29 Agustus 1945 Presiden membubarkan PPKI dan melantik anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), setelah itu Soekarno dan Hatta membentuk kabinet pertama Republik Indonesia, yaitu kabinet yang akan membantu presiden dan wakil presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan dalam bentuk kabinet presidensial yang dipimpin oleh presiden itu sendiri. 19
19
Saldi Isra, Sistem Pemerintahan Indonesia Pergaulatan Ketatanegaraan Menuju Sistem
Pemerintahan Presidensial, (Depok: PT Ragrafindo Persada, 2019), 77.
Berdasarkan Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 dari sejak awal kemerdekaan presiden memiliki kekuasaan dan kewenangan yang sangat besar dan kuat. Karena presiden disamping sebagai pemegang kekuasaan dalam bidang pemerintahan juga bergungsi sebagai kepala negara. Bahkan presiden memiliki kekuasaan untuk menjalakan fungsi DPR, MPR dan DPA yang dibantu oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Menurut UUD 1945, Pemerintah Republik Indonesia dipimpin oleh Presdien dan dibantu oleh seorang Wakil Presiden Pasal 4 ayat (1) dan (2). Sisitem Pemrintahan kita adalah Presidensil, dalam arti Kepala Pemerintahan adalah Presiden dan di pihak lain ia tidak bertanggung jawab kepada DPR artinya kedudukan Presiden tidak tergantung kepada DPR (Alinea kedua angka V, Penjelasan UUD 1945) (Pasal 4 san Pasal 5 ayat (2) jo Pasal 10 sd 15 UUD 1945). 20
Melihat pengisian lembaga negara saat itu, Adnan Buyung Nasution menyatakan struktur pemerintahan ditetapkan dengan cara otoriter. Singkatnya, kekuasaan presiden dalam masa peralihan luar biasa sekali, tidak terbatas. Karena cara pengisian seperti itu dibenarkan Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945. Kekuasaan presiden dalam masa transisi dapat dikatakan sebagai constitutional
20
M. Ismail, Pasang Surut Kekuasaan Presiden Republik Indonesia Berdasarkan UUD 1945
Sebelum dan Sesudah Amandemen, Jurnal unmasmataram, vol 12, no 2, (2018), 70.
dictatorship. Dominasi presiden dalam praktik bernegara selama bulan-bulan pertama Indonesia merdeka mengalami perubahan dengan Maklumat Wakil Presiden Nomor X (selanjutnya ditylis: Maklumat No. X ) menyatakan:
Bahwa Komite Nasional Indonesia Pusat, sebelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Permusyawaratan Rakyat diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara, serta pekerjaan Komite Nasional Indonesia Pusat sehari-hari berhubung dengan gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja yang dipilih di antara mereka dan yang bertanggung jawab kepada Komite Nasional Indonesia Pusat.
Sebagai sebuah pristiwa penting di awal kemerdekaan, salah
satu perdebatan yang muncul berkaitan dengan tindakan atau langkah
dilakukan pemerintahan pada 16 Oktober 1945 bagaimanakah
kedudukan Maklumat No. X dalam sistem ketatanegaraan Indonesia di
bawah UUD 1945. Menurut Asaat, misalnya menepatkan Maklumat
No. X adalah sama dengan Dekrit Presiden yang pada waktu itu
mempunyai kekuatan absolut. Masalah yang diatur dalam maklumat
tersebut adalah masalah yang diatur dalam UUD dank arena itu
presiden dinilai telah menjalankan kekuasaan MPR. Dengan
menjalakan kekuasaan MPR, Asaat menganggap bahwa Maklumat No. X mempunyai kedudukan yang sama tingginya dengan undang- undang dasar. Berbeda dengan pendapat Asaat, Ismail Suny mengatakan bahwa kekuasaan presiden dalam masa peralihan sebagaimana dinyatakan oleh Aturan Peralihan, tidak boleh seluruhnya melaksanakan kekuasaan MPR terutama kekuasaan untuk menetapkan UUD. Untuk sementara waktu, tambah Ismail Sunny, presiden boleh menahan berlakunya suatu bagian dari UUD hanya untuk memungkinkan presiden melaksanakan segala tugas mengenai pembentukan MPR dan DPR, tetapi presiden tidah berhak mengubah UUD secara tetap (parmanen). Moch Tolchan Mensoer yang mengatakan juga bahwa Maklumat No. X tidak bisa dipersamakan dengan UUD. Namun demikian, ia menambahkan Maklumat No X yang dibuat berdasarkan Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 lebih tepat disebut dengan Dekrit Presiden. 21
Maka dari uraian diatas bahwasanya dengan keluarnya Maklumat No X yang dapat diartikan untuk membatasi kekuasaan presiden kaetika itu yang pada mulanya menurut Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 berkuasa atas Legislatif beralih ke tangan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Selain KNIP ikut
21
Saldi Isra, Sistem Pemerintahan., 78
menetapkan garis-garis besar haluan negara dan membentuk Badan Pekerja yang bertanggung jawab kepada KNIP. Sehingga kekuasaan presiden di bidang Legislatif telah berada dalam kekuasaan Komisis Nasional Indonesia Pusat (KNIP). 22 Dari hal tersebut adapun kekuasaan Presiden pada masa awal kemerdekaan atau beralkunya Undang-Undang dasar 1945 yaitu:
a. Kekuasaan di Bidang Penyelengaraan Pemerintahan.
Pasal 4 Ayat (1) Jelas mengatakan Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-undang Dasar.
b. Kekuasaan di Bidang Legislatif.
UUD 1945 memberikan kekuasaan Legislatif Presiden lebih besar daripada DPR. Selain mempunyai kekuasaan membentuk Undang-Udang bersama DPR, dalam kondisi kegentingan Presiden juga mempunyai kekuasaan membentuk peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang (perpu), serta berhak menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang.
22
Crisdianto Eko Purnomo, Pengaruh Pembatasan Kekuasaan Presiden Terhadap Praktik
Ketatanegaraan Indonesia, Jurnal Konstitusi, vol 7, no 2, (2010), 163.
c. Kekuasaan di Bidang Yudisial.
Presiden menurut UUD 1945, juga mempunyai beberapa kekuasaan yudisial, yaitu memberi grasi, amnesti, dan rehabilitasi.
d. Kekuasaan di Bidang Milliter.
Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkata Laut, dan Angkatan Udara, selain itu Presiden atas persetujuan DPR mempunyai kekuasaan untuk menyatakan perang dan membuat perdamaian dengan negara lain.
e. Keuasaan Hubungan Luar Negeri.
Kekuasaan hubungan luar negeri yang sering disebut sebagai kekuasaan diplomatik berupa kekuasaan untuk membuat perjanjian dengan negara lain. Uud 1945 mengatur ketentuan tersebut dalam Pasal 11, pasal tersebut juga mewajibkan kepada Presiden untuk meminta persetujuan DPR.
f. Kekuasaan Darurat
Kekuasaan ini diatur di dalam Pasal 12 yang mengatakan Presiden menyatakan bahaya sayarat bahaya ditetapkan dengan undang-undang.
g. Kekuasaan Mengangkat atau Menetapkan Pejabat Tinggi Negara.
Sebagaimana yang terdapat UUD 1945 Presiden mempunyai kekuasaan mengangkat dan memberhentikan pejabat tinggi negara seperti mentri, duta dan konseul, dan ketua badan pemeriksa keuangan. 23
2. Hak Prerogatif/Kekuasaan Presiden Pada Masa Konstitusi Indonesia Serikat (RIS)
Dalam perjalanan sejarah negara Indonesia, UUD 1945 hanya berlaku sampai dengan tanggal 27 Desember 1949. Hal yang demikian ini terjadi karena keinginan Belanda yang hendak menjajah kembali Negara Indonesia dengan berusaha memecah belah wilayah nusantara.
Mereka mencoba mendirikan negara-negara seperti Megara Sumatera Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur dan sebagainya. 24
23
Abdul Qhoffar, Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia Setelah Perubahan UUD 1945 dengan Delapan Negara Maju, (Jakarta: Kencana, 2009), 77-79.
24
Chirdianto Eko Purnomo, Pembatasan Konstitusional Kekuasaan Presiden Dalam Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Berdasarkan UUD 1945, (Mataram:
Pustaka Bangsa, 2015), 72.
Untuk menindaklanjuti kesepakatan atau perjanjian yang tertuang dalam KMB, maka ditetapkan konstitusi bagi Negara Republik Indonesia Serikat pada tanggal 27 Desember 1949. 25 Ketika di bawah Konstitusi RIS 1949, secara jelas, system pemerintahan benar-benar berubah menjadi system parlementer berdasrkan Pasal 68 ayat (1) Konstitusi RIS, Presiden dan Menteri-menteri bersama-sama merupakan pemerintahan. Meskipun bagian pemerintah, Pasal 69 ayat (1) Konstitusi RIS menegaskan bahwa Presiden merupakan Kepala Negara dan, dalam kedudukan ini, Presiden tidak dapat diganggu gugat. Sebagai bagian pemerintaha, Presiden berwenang mengangkat menteri-menteri yang dimusyawarahkan dan disepakati dengan wakil dari masing-masing daerah bagian. 26
Berbeda dengan Undang-Undang Dasar 1945 yang menempatkan Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintah, dalam UUD RIS 1949 kedudukan Presiden hanya sebagai kepala negara, sementara kekuasaan pemerintah dijalankan oleh cabinet yang dibawah kekuasaan perdana menteri. Namun secara formal, presiden juga adalah pemerintah. Karena sifatnya Cuma formalitas, maka kekuasaan dalam pemerintahan bergantung pada menteri-menteri. Semua keputusan atau peraturan harus diambil oleh
25
Ibid., 73
26
Saldi isra, Lembaga Negara.,188
kabinet, kemudian keputusan atau peraturan tersebut ditandatangani oleh presiden dan juga oleh menteri. 27
Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat (UUD RIS) dalam pengangkatan menteri menteri, Presiden terlebih dahulu melakukan kesepakatan dengan orang-orang yang dukuasakan oleh daerah-daerah bagian sebagai konsekuensi dari Presiden itu dipilih oleh orang-orang yang dikuasakan oleh pemerintah daerah-daerah bagian, kemudian menunjuk tiga pembentuk kabinet. Sesuai dengan hal tersebut, maka tiga pembentuk kebinet tersebut memiliki kewenangan untuk memberikan saran dan masukan kepada Presiden, Presiden selanjutnya mengangkat seorang dari padanya menjadi perdana menteri dan mengangkat menteri-menteri yang lainnya untuk menjalankan roda pemerintahan.
Sesuai dengan paparan diatas maka kekuasaan Presiden untuk mengangkat menteri-menteri tidak lagi dikatakan sebagai hak prerogatif Presiden. Hal ini dikarenekan juga karena pada waktu Konstitusi Republik Indonesia Serikat diberlakukan negara Indonesia menganut sistem Parlementer bukan Presidensial. Dan untuk itu juga dikenal dengan adanya perdana menteri selaku kepala pemerintahan dan fungsi Presiden hanya selaku kepala negara. Sehingga dalam hal
27
M. Ismail, Pasang Surut Kekuasaan Presiden., 71
pengangkatan menteri-menteri yang bertugas Presiden harus terlebih dahulu menerima setiap masukan dari ketiga pembentuk kabinet. 28
Dari hal tersebut adapun kekuasaan Presiden pada masa awal kemerdekaan atau beralkunya Undang-Undang dasar 1945 yaitu:
a. Kekuasaan Mengangkat atau Menetapkan Pejabat Tinggi Negara.
Kekuasaan administratif yang diberikan Konsttitusi RIS kepada Presiden adalah mengangkat perdana menteri, menteri- menteri, ketua senat setelah mendapat anjuran dari senat..
selain itu, Pasal 114 Konstitusi RIS juga memberikan kewenangan kepada Presiden untuk mengangkat ketua, wakil ketua, dan anggota-anggota Mahkamah Agung setalah mendengarkan senat.
b. Kekuasaan di Bidang Legislasi.
Pasal 141 ayat (1) Konstitusi RIS menyatakan bahwa Peraturan-peraturan menjalankan undang-undang ditetapkan oleh pemerintah nemanya adalah pemerintah, diperkuat lagi dengan pasal 142 yang menyatakan Undang-undang Federal
28
Oksep Adhayanto, Eksitensi Hak Prerogatif Presiden Pasca Amandemen UUD 1945, Jurnal
Fisip Umrah, vol 2, no 2, (2011), 164.
dan peraturan pemerintah dapat memerintahkan kepada alat- alat perlengkapan lain dalam Republik Indonesia Serikat.
Dalam peraktiknya pengaturan selanjutnya dari Indang-undang Federal dan peraturan pemerintah itu dilakukan dengan keputusan Presiden. Semua peraturan, baik Undang-undang Federal, peraturan pemerintah, maupun keputusan Presiden ditandatangani oleh Presiden dan oleh menteri yang bersangkutan.
c. Kekuasaan di Bidang Yudisial.
Seperti halnya dalam UUD 1945, menurut Konstitusi RIS Presiden mempunyai hak memberi ampunan dan keringanan hukuman atas hukuman yang dijatuhkan oleh vonis pengadilan, akan tetapi Presiden tidak bisa menjalankannya sebelum Presiden menurut aturan-aturan yang ditetapkan dengan Undang-undang Federal diberi kesempatan memberi ampun.
Sedangkan amnesti Presiden harus meminta nasihat dari manhkamah Agung.
d. Kekuasaan di Bidang Militer.
Keuasaan atas angkatan bersenjata (militer) secara tegas
dicantumkan dalam pasal 182 Konstitusi RIS ayat (1)
mengatakan Presiden ialah panglima tertinggi tentara Republik Indonesia Serikat. Akan tetapi dalam kekuasaan tersebut harus sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan dengan Undang- undang federal.
e. Kekuasaan Hubungan Luar Negeri.
Menurut Konstitusi RIS 1949, Presiden berkuasa untuk mengadakan dan mengesahkan segala perjanjian (traktat) dan persetujuan lain dengan negara-negara lain. Persetujuan tersebut baru sah jika sudah disetujui dengan undang-undang. 29
3. Hak Prerogatif/Kekuasaan Presiden Pada Masa Undang-Undang Sementara 1950
Perubahan konstitusi RIS 1949 menjadi UUDS 1950 didasari kepada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950 tentang perubahan konstitusi sementara Republik Indonesia Serikat menajdi Undang- Undang Dasar Sementara Republik Indonesia (UU No. 7/1950).
Dalam konsideran mengingat dicantumkan bahwa dasar perubahan adalah Pasal 190, Pasal 127 huruf a, dan Pasal 191 ayat (2). Serupa dengan UUD RIS 1949, UUD Sementara 1950 juga secara tegas menyatakan dalam Pasal 45 ayat (1) Presiden adalah kepala negara.
29
Abdul Ghoffar, Perbandingan Kekuasaan Presiden., 83-85
Karena kedudukan presdien adalah sebagai kepala negara, maka presiden tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas roda pemerintahan, sementara yang harus bertanggung jawab adalah para menteri baik secara sendiri-sendiri maupun secara kolektif. 30
Krakter sistem pemerintahan parlementer dapat dilihat dari sejumlah ketentuan yaitu, Presiden ialah kepala negara, presiden berhak membubarkan DPR, menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijakansanaan pemerintah baik bersama-sama untuk seluruhnya, dan pemerintah dipimpin oleh seorang perdana menteri. 31 Meski bentuk negara berubah dari serikat menjadi kesatuan, karena sama-sama sistem parlementer, Presiden tetap sebagai kepala negara.
Selain itu juga terdapat jabatan Wakil Presiden. Pasal 38 ayat (1) UUD Sementara 1950 menyatakan bahwa Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat. 32
Dari hal tersebut adapun kekuasaan Presiden pada masa awal kemerdekaan atau beralkunya Undang-Undang dasar 1945 yaitu:
a. Kekuasaan Mengangkat atau Menetapkan Pejabat Tinggi Negara.
30
Abdul Ghofur, Perbandingan Kekuasaan Presiden., 85
31
Saldi Isra, Sistem Pemerintahan., 96
32
Saldi Isra, Lembaga Negara., 189
Undang-undang Dasar Sementara tahun 1950 secara tegas memberi kekusaan kepada Presiden untuk mengangkat Wakil Presiden, Perdana menteri, menteri-menteri, dan pejabat- pejabat lainnya.
b. Kekuasaan di Bidang Legislasi.
Dalam hal Legislasi, pemerintah bersama-sama dengan DPR mempunyai kekusaan dalam hal perundang-undangan.
Presiden juga mempunyai kekuasaan untuk mengambil kekuasaan untuk mengambil inisiatif dalam perundang- undangan dan menyampaikan rancangan undang-undang kepada DPR dengan amanat Presiden. Presiden juga memegang kekuasaan untuk mengundangkan undang-undang.
c. Kekuasaan di Bidang Militer.
Pasal 85 UUD Sementara 1950 secara tegas mengatakan bahwa Presiden memegang kekuasaan atas angkatan perang.
Namun, keputusan-keputusan yang dikeluarkan atas kekuasaan tersebut harus mendapat tanda tangan dari menteri yang membidanginya.
d. Kekuasaan di Bidang Hubungan Luar Negeri.
UUD Sementara 1950 secara tegas menyatakan bahwa Presiden mempunyai kekuasaan untuk mengadakan dan mengesahkan perjanjian (traktat) dan persetujuan dengan negara-negara lain. Perjanjian dan persetujuan tersebut tidak sah sebelum disetujui dengan undang-undang. 33
4. Hak Prerogatif/Kekuasaan Presiden Pada Masa Berlakunya Kembali UUD 1945
Dengan diberlakukan kembali UUD 1945, maka kedudukan Presiden selain sebagai kepala negara juga sebagai kepala pemerintahan. Artinya, presiden berwenang mengangkat menteri- menterinya tanpa harus menunjuk formatur kabinet. Sesuai dengan Pasal 17 UUD 1945, kedudukan menteri hanyalah sebagai pembantu Presiden. Dengan demikian, berlaku sistem Presidensial di mana menteri-menteri tersebut bertanggung jawab kepada Presiden bukan kepada Parlemen. 34
Undang-Undang dasar 1945, menentukan kedudukan Presiden pada posisi yang sangat vital dalam struktur ketatanegaraan Indonesia.
Kedudukan Presiden yang sangat penting tersebut terlihat dengan adanya dua fungsi yang dimiliki oleh Presiden, yaitu fungsi sebagai
33
Abdul Ghoffar, Perbadingan Kekuasaan Presiden., 86-88
34
Abdul Ghoffar, Perbadingan Kekuasaan Presiden., 89
kepala negara dan sebagai fungsi kepala pemerintahan. Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD 1945. Pasal 5 UUD 1945 memberikan kekuasaan kepada Presiden membentuk undang-undang dengan persetujuan DPR. 35
Berdasarkan UUD 1945, sistem pemerintahan Indonesia menganut system pemerintahan presidensil. Ciri dari sistem pemerintahan presidensil adanya kekuasaan yang amat bgesar pada lembaga kepresidenan. Tidak menherankan jika kekuasaan yang dimiliki oleh Presiden menembus pada area kekuasaan-kekuasaan yang lain,seperti kekuasaan legislatif dan kekuasaan yudikatif. Secara rinci berikut ini kekuasaan dalam berbagai bidang antara lain sebagai berikut:
a. Kekuasaan di Bidang Penyelenggaraan Pemerintah.
Pasal 4 ayat (1) jelas mengatakan Presdien Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD 1945. Menurut Wirjono Prodjodikoro ketentuan Pasal tersebut mempunyai makna bahwa Presiden RI adalah satu-satunya
35