KEMAMPUAN MEMBUAT KERUPUK DENGAN STRATEGI KONTEKSTUAL PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN TINGKAT SMALB
DI SLB-C YPLAB KOTA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Khusus
Oleh :
MARYAM NURHANI
0909545
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KEMAMPUAN MEMBUAT KERUPUK DENGAN STRATEGI KONTEKSTUAL PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN TINGKAT SMALB
DI SLB-C YPLAB KOTA BANDUNG
Oleh
MARYAM NURHANI
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Maryam Nurhani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
MARYAM NURHANI NIM 0909545
KEMAMPUAN MEMBUAT KERUPUK DENGAN STRATEGI KONTEKSTUAL PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN TINGKAT SMALB
DI SLB-C YPLAB KOTA BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing I
Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd
NIP. 195202151983011001
Pembimbing II
dr. Riksma Nurahmi RA, M.Pd
NIP. 197511182005012001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Khusus
Drs. Sunaryo, M.Pd
ABSTRAK
KEMAMPUAN MEMBUAT KERUPUK DENGAN STRATEGI KONTEKSTUAL PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN TINGKAT SMALB
DI SLB-C YPLAB KOTA BANDUNG
Pada penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan membuat kerupuk dengan strategi kontekstual pada anak tunagrahita ringan di SLB-C YPLAB Kota Bandung.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif model penelitian eksplorasi. Subyek dalam penelitian ini adalah anak tunagrahita tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung sebanyak 4 orang. Metode pengumpulan data penelitian ini diperoleh melalui teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa dari 4 subyek anak tersebut 2 orang mampu menyebutkan alat-alat, bahan-bahan dan mempraktekan cara pembuatan kerupuk dari tahapan-tahapan awal sampai akhir tanpa bantuan guru, sedangkan 2 orang lagi dalam menyebutkan bahan-bahan, menimbang, membentuk adonan dan penggirisan kerupuk masih dibantu guru. Strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran membuat kerupuk ini yaitu dengan strategi kontekstual dengan mengimplemnetasikan diantara 7 komponen-komponen utama.
Pada proses membuat kerupuk ini hambatan yang dialami anak yaitu ketika menyebutkan bahan-bahan, menimbang, kemudian pada saat membentuk adonan, mengiris/memotong kerupuk dan hambatan yang berkaitan konsentrasi serta cepat bosan. Upaya mengatasi hambatan yang dialami anak dengan memberi contoh langsung kepada anak yang bersangkutan dan mengajarkannya secara berulang-ulang.
ABSTRAK
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBUAT KERUPUK MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA
TINGKAT SMALB DI SLB-C YPLAB KOTA BANDUNG
Skripsi ini adalah hasil dari penelitian kualitatif bertujuan untuk menjawab tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut: Pertama, Bagaimana proses pembelajaran keterampilan membuat kerupuk melalui pendekatan kontekstual bagi anak tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung ?. Kedua, Apakah dalam proses pembelajaran keterampilan membuat kerupuk melalui pendekatan kontekstual siswa mengalami hambatan ?. 3. Bagaimana cara mengatasi hambatan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran keterampilan membuat kerupuk melalui pendekatan kontekstual?
Data penelitian ini keseluruhannya diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini digunakan karena masalah yang diteliti memerlukan pengungkapan yang bersifat deskriptif yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan cara mengatasi hambatan siswa dalam pembelajaran keterampilan membuat kerupuk ini melalui pendekatan kontekstual.
Hasil penelitian yang diperoleh bahwa : proses pembelajaran keterampilan membuat kerupuk melalui pendekatan kontekstual dengan mengimplemntasikan ke 7 komponen utama yaitu unsur kontruktivisme (contructivisme), penemuan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment), sehingga pembelajaran tidak membosankan, dapat membuat siswa terlibat dalam kegiatan yang bermakna yang dapat membantu mereka menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan konteks situasi kehidupan nyata, dalam proses pembelajaran keterampilan membuat kerupuk melalui pendekatan kontekstual siswa mengalami hambatan dalam hal konsentrasi, mudah cepat bosan.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………. i
KATA PENGANTAR ……… ii
UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iii
DAFTAR ISI ……….. v
DAFTAR TABEL ………... vii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. viii
BAB I PENDAHULUAN ………... 1
A. Latar Belakang Masalah ………. 1
B. Fokus Masalah ………. 4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……… 5
1. Tujuan ………. 5
2. Kegunaan Penelitian ………... 5
2.1 Kegunaan Teoritis ……… 5
2.2.Kegunaan Praktis ………. 5
B. Klasifikasi Tunagrahita ………. 7
C. Karakteristik Tunagrahita Ringan ……… 8
D. Perkembangan Anak ……… 10
E. Kajian tentang kemampuan membuat kerupuk……….. 12
1. Pengertian kemampuan ……… 12
2. Pengertian kerupuk ………. 14
3. Langkah-langkah membuat kerupuk ………... 14
F. Strategi Kontekstual ………. 16
BAB III METODE PENELITIAN ………. 19
A. Tempat Penelitian ………... 19
B. Metode Penelitian ……….. 20
C. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data ………... 20
D. Pengujian Keabsahan Data ………. 33
E. Analisis Data ………... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 36
A. Hasil Pengujian Keabsahan Data ………. 36
B. Hasil Penelitian ……… 58
BAB V Kesimpulan dan Saran ……… 65
A. Kesimpulan ……… 65
B. Saran ……….. 67
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Inovasi pendidikan saat ini mengarah pada pembentukan kecakapan kegiatan hidup sehari-hari (life skills), artinya pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan nyata yang diinginkan peserta didik sesuai dengan potensi dan budaya masyarakatnya. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I, pasal I, ayat 1 yang menyatakan :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembang kan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.
Pendidikan hendaknya mengarah pada penguasaan keterampilan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan diri peserta didik, masyarakat, bangsa dan negara.
Fungsi pendidikan bagi anak tunagrahita antara lain ialah memperoleh kerja. Dunia kerja berkembang dari hari ke hari menjadi lebih rumit, kecakapan kini harus memiliki satu jenis pekerjaan, berlatih menjadi ahli dibidang tersebut, tetapi asing terhadap pekerjaan lain yang belum dijamahnya.
Pada umumnya pendidikan lebih ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang akademis. Namun, pendidikan semacam itu tidak tepat jika diterapkan pada anak tunagrahita. Selain mendapatkan materi pelajaran yang sifatnya akademis, siswa mendapatkan keterampilan seperti keterampilan perkayuan, pertanian, perikanan, peternakan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan.
membuat kerupuk. Hal-hal yang sebaiknya diperhatikan dalam pendidikan tunagrahita yaitu Pertama, mengusahakan supaya anak didik memiliki sikap hidup, kebiasaan, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh macam-macam pekerjaan. Kedua, menyiapkan peserta didik supaya mereka dapat mengerjakan salah satu atau sekelompok pekerjaan. Anak harus siap bukan saja untuk pekerjaan sekarang, tetapi juga pekerjaan yang akan muncul pada masa mendatang, sebab pada masa itulah anak-anak akan menjadi lebih dewasa.
Keterbatasan intelektual dan potensi yang dimiliki anak tunagrahita, mengakibatkan mereka kurang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, kurang memiliki keterampilan untuk bekerja yang memadai, namun dengan latihan dan pembiasaan mereka mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari. Untuk mencapai hasil belajar keterampilan bagi tunagrahita latihan berulang-ulang sampai menjadi kebiasaan dalam hidup. Jenis keterampilan disesuaikan dengan bakat dan minat siswa dengan berbekal keterampilan tersebut tunagrahita dapat mengembangkan diri atau bekerja pada pihak lain dengan memperoleh penghasilan layak.
Model pembelajaran keterampilan ini memerlukan sistem pengelolaan yang melibatkan berbagai pihak secara fungsional seperti orang tua, sekolah, pemerintah, masyarakat.
Kemandirian tunagrahita dapat dicapai melalui pembelajaran keterampilan, sehingga adanya suatu pengakuan dari lingkungan terhadap hasil keterampilan kerja tunagrahita.
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat pasal 13 menyatakan :
“Setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatanya, dan
pasal 14 “perusahaan negara dan swasta memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada penyandang cacat dengan mempekerjakan penyandang cacat di perusahaanya sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan, pendidikan, dan kemampuanya, yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah karyawan dan/atau kualifikasi perusahaan”.
Kurikulum Pendidikan Luar Biasa 1994 (Sunardi 2010) menjelaskan ; “Pendidikan luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang
menyandang kelainan fisik dan atau mental dan atau kelainan perilaku agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan”.
Dari kedua pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penyandang cacat mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan jenis kecacatannya, agar mereka mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja.
Anak yang memerlukan layanan khusus, terutama anak dengan IQ di bawah rata-rata biasanya tidak diharapkan bekerja sebagai administrator, maka anak tunagrahita yang memiliki IQ dibawah rata-rata, mereka juga diharapkan untuk dapat hidup mandiri, oleh karena itu untuk bekal hidup, mereka diberikan pendidikan keterampilan.
diri dan lingkungannya sehingga mereka mampu mandiri dalam menghadapi berbagai masalah dan menciptakan peserta didik yang memiliki keterampilan untuk bekal hidupnya, sehingga perlu diberikannya pembekalan yang tepat guna dan tepat sasaran. Namun pada pelaksanannya banyak sekali hambatan, baik waktu, materi pelajaran, nara sumber/tenaga ahli, dana, dan lain sebagainya.
Berdasarkan temuan dilapangan setiap sekolah berbeda-beda dalam mengembangkan pembelajaran keterampilan, hal ini dilihat dari berbagai faktor seperti : keadaan guru, kondisi sekolah, kemampuan sekolah dan lain sebagainya. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti ingin mengetahui bagaimana kemampuan membuat kerupuk dengan strategi kontekstual pada anak tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung.
B. Fokus Penelitian
Penulis memfokuskan dan membatasi penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana persiapan dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual pada anak tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung ?
2. Bagaimana pelaksanaan dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual pada anak tunagarhita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung ?
3. Bagaimana kemampuan membuat kerupuk dengan strategi kontekstual pada anak tunagarhita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung ?
4. Hambatan apa saja yang dialami anak dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu
a. Untuk mengetahui persiapan dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual pada anak tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung.
b. Untuk mengetahui pelaksanaan dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual pada anak tunagarhita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung.
c. Untuk mengetahui kemampuan membuat kerupuk dengan strategi kontekstual pada anak tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung.
d. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dialami anak dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual.
e. Untuk mengetahui upaya mengatasi hambatan yang dialami anak dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual.
2. Kegunaan Penelitian 2.1 Kegunaan teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan membuat kerupuk dengan strategi kontekstual bermanfaat bagi anak tunagrahita ringan di SLB-C YPLAB Kota Bandung.
2.2. Kegunaan Praktis
a. Bagi guru yaitu : diharapakan dengan strategi kontekstual dapat membantu pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis (Sugiyono, 2012:2).
Penelitian pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada postpositivisme, digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif dan lebih menekankan makna dari pada generalisasi. (Sugiyono, 2012:9).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah melalui pendekatan kualitatif, hal ini didasarkan kepada rumusan-rumusan yang muncul dalam penelitian ini yang menuntut peneliti untuk melakukan berbagai aktivitas eksplorasi dalam rangka memahami dan menjelaskan masalah-masalah yang menjadi fokus penelitian ini, kemudian pengumpulan berbagai data dan informasi akan dilakukan melalui observasi, wawancara, dokumentasi sumber-sumber data yang diperlukan.
Penelitian pendekatan kualitatif dengan metode eksplorasi ini bertujuan memperoleh gambaran tentang kemampuan membuat kerupuk dengan strategi kontekstual pada anak tunagrahita ringan.
memfasilitasi terjadinya interaksi antara peserta didik dengan guru untuk menanamkan sikap kerjasama.
Alasan pemilihan lokasi penelitian di SLB-C YPALB menyelenggarakan program keterampilan dikarenakan selain adanya pelajaran keterampilan juga untuk memberikan pembekalan kepada anak suatu keterampilan vokasional diantaranya keterampilan membuat kerupuk.
A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SLB-C YPLAB Kota Bandung di Jalan Wartawan IV No. 15 Kelurahan Turangga Kecamatan Lengkong.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis adalah eksplorasi yaitu merupakan proses kerja dalam memfasilitasi proses belajar siswa dari tidak tahu menjadi tahu. Siswa menghubungkan pikiran yang terdahulu dengan pengalaman belajarnya (http://gurupembaharu.com). Mereka menggambarkan pemahaman yang mendalam untuk memberikan respon yang mendalam.
Penggunaan pendekatan kualitatif ini didasari oleh pemikiran bahwa pendekatan tersebut memiliki kesesuaian dengan fokus penelitian yang pada hakekatnya ini melakukan eksplorasi pada obyek peneliti serta memperoleh gambaran mengenai kemampuan membuat kerupuk dengan strategi kontekstual pada anak tunagrahita ringan.
C. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk melakukan
sesuatu. Sedangkan penelitian memiliki arti pemeriksaan,
penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan
penyajian data secara sistematis dan objektif. Instrumen penelitian
adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan,
memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan,
mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara
sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu
persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi semua alat (dalam
bentuk pedoman wawancara, pedoman observasi) yang bisa
mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. (Sugiyono, 2013:62)
Teknik pengumpulan data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi
Syaodih (Djam’an dan Aan, 2012:105) mengemukakan bahwa
“obeservasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”.
Data yang ingin dikumpulkan melalui pengamatan ini adalah tentang pembelajaran keterampilan membuat kerupuk yang meliputi (1) pelaksanaan pembelajaran keterampilan membuat kerupuk dari mulai persiapan pembelajaran, pelaksanaan hingga evaluasi yang dilakukan, (2) kemampuan anak tunagrahita ringan tingkat SMALB dalam keterampilan membuat kerupuk melalui pendekatan kontekstual, (3) hambatan yang dialami siswa dalam pelaksanaan pembelajaran membuat kerupuk, (4) hingga upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan
atau tanya jawab. (Djam’an dan Aan, 2012:130).
Dalam penelitian ini teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus penelitian. Sehingga data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat terkumpul secara maksimal.
Dalam wawancara peneliti menyiapkan pedoman wawancara sesuai dengan data yang dibutuhkan. Untuk hal ini peneliti melakukan wawancara kepada subyek penelitian yaitu :
1. Kepala Sekolah 2. Guru
c. Studi dokumentasi
Peneliti berusaha mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumentasi yang digunakan peneliti adalah berupa pengumpulan informasi, foto-foto pelaksanaan membuat kerupuk dengan strategi pendekatan kontekstual pada anak tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung.
Kegiatan pengumpulan data dilakukan beberapa tahapan yaitu : 1. Tahapan perencanaan awal
Kegiatan ini merupkan tahap awal proses penelitian. Penelitian yang diajukan berupa proposal yang kemudian di seminarkan. Melengkapi dan menyempurnkan penelitian ini, peneliti kemudian melaksanakan konsultasi bimbingan.
2. Tahap latar penelitian
Proses pemilihan latar penelitian ini diawali dengan informasi mengenai pembelajaran keterampilan membuat kerupuk di SLB-C YPLAB Kota Bandung. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mendapatkan deskripsi mengenai pembelajaran keterampilan membuat kerupuk pada sekolah tersebut.
3. Tahap penyiapan peralatan penelitian
Pada tahap ini peneliti menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk memperlancar, memperjelas dan mempermudah kegiatan pengumpulan data yang diperoleh di lapangan. Adapun pada tahap ini peneliti membuat kisi-kisi instrument, pedoman wawancara dan pedoman observasi.
4. Tahap memasuki lapangan
Tabel 3.1
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
KEMAMPUAN MEMBUAT KERUPUK DENGAN STRATEGI KONTEKSTUAL
PAD ANAK TUNAGRAHITA RINGAN TINGKAT SMALB DI SLB-C YPLAB KOTA BANDUNG
No FOKUS PENELITIAN TUJUAN ASPEK YANG
DIUNGKAP
TEKNIK ALAT
PENGUMPUL DATA
SUBJEK PENELITIAN
1. Bagaimana persiapan dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual pada anak tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung ?
Untuk mengetahui persiapan dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual pada anak tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Pelaksanaan asesmen Wawancara Pedoman Wawancara Kepala Sekolah Guru
Penyusunan program Wawancara Dokumentasi
Pedoman Wawancara Kepala sekolah Guru
Program pembelajaran
No FOKUS PENELITIAN TUJUAN ASPEK YANG DIUNGKAP
TEKNIK ALAT
PENGUMPUL DATA
SUBJEK PENELITIAN
Sarana dan prasarana Wawancara Pedoman wawancara Kepala sekolah Guru
2. Bagaimana pelaksanaan dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual pada anak tunagarhita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung ?
Untuk mengetahui pelaksanaan dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual pada anak tunagarhita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Kegiatan pembelajaran Wawancara Observasi Pedoman Wawancara Pedoman Observasi Guru
3. Bagaimana kemampuan membuat kerupuk dengan strategi kontekstual pada anak tunagarhita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung ?
Untuk mengetahui kemampuan membuat kerupuk dengan strategi kontekstual pada anak tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung
Kemampuan anak Wawancara Observasi
Pedoman Wawancara Pedoman Observasi
No FOKUS PENELITIAN TUJUAN ASPEK YANG DIUNGKAP
TEKNIK ALAT
PENGUMPUL DATA SUBJEK PENELITIAN Evaluasi pembelajaran Wawancara Observasi Pedoman wawancara Pedoman Observasi Guru Siswa
Strategi Wawancara Pedoman wawancara Guru
4. Hambatan apa saja yang dialami anak dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual ?
Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dialami anak dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual.
Hambatan yang dialami anak Wawancara Observasi Pedoman wawancara Pedoman observasi Guru Siswa
5. Bagaimana upaya mengatasi hambatan yang dialami anak dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual?
Untuk mengetahui upaya mengatasi hambatan yang dialami anak dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual
Upaya dalam
mengatasi hambatan yang dialami anak
Tabel 3.2
PEDOMAN WAWANCARA
No Aspek yang ditanyakan
1 Pelaksanaan asesmen 2 Penyusunan program 3 Program pembelajaran 4 Sarana dan Prasarana 5 Kegiatan pembelajaran 6 Kemampuan anak 7 Evaluasi pembelajaran 8 Strategi pembelajaran
9 Hambatan yang dialami anak
Tabel 3.3
PEDOMAN OBSERVASI
NO ASPEK HASIL
1. Persiapan pelaksanaan membuat kerupuk dengan strategi kontekstual
a. Pelaksanaan Asesmen b. Perencanaan pembelajaran c. Program pembelajaran d. Sarana Prasarana
2. Proses pembelajaran membuat kerupuk dengan strategi kontekstual
a. Kegiatan b. Strategi
3 Kemampuan anak .
Evaluasi
4. Hambatan yang dialami anak dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual
Tabel 3.4
PEDOMAN LISAN SISWA
Nama siswa :
Kelas :
No Aspek yang dinilai Kemampuan
M MB TM
1 Kemampuan menyebutkan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kerupuk
Tepung kanji 1 kg Tepung terigu 1 ons Terasi 50 gram
Garam 1 sendok makan Air 100 ml
Minyak goreng 250 ml
2 Kemampuan menyebutkan alat-alat yang digunakan untuk membuat kerupuk
Kompor Panci Ketel
- Tempayan
- Pisau/Mesin pemotong - Talenan
No Aspek yang dinilai Kemampuan
M MB TM
Kemampuan mengurutkan membuat kerupuk
- Siapkan tepung kanji sebanyak 1 kg dan tepung terigu 1 ons kemudian disatukan pada tempayan plastik.
- Rebus terasi sebanyak 50 gram dengan air sebanyak 100 ml
- Tuangkan terasi yang masih panas ditambah garam sebanyak 1 sendok makan, dicampur dengan tepung kanji, kemudian diaduk. - Bentuk tepung tersebut dengan
bentuk lonjong memanjang
- Kemudian panaskan air sebanyak 200 ml atau 5 gelas pada panci sampai air mendidih.
- Masukkan adonan kerupuk yang sudah jadi pada air yang telah mendidih (direbus)
- Setelah adonan mengambang, angkat lalu di simpan pada tempayan
No Aspek yang dinil`ai Kemampuan
M MB TM
- Tata dengan rapi kerupuk yang sudah dipotong, kemudian jemur sampai kering (± selama dua hari) - Goreng kerupuk pada minyak
Tabel 3.5
PEDOMAN OBSERVASI/KINERJA SISWA Nama siswa :
Kelas :
No Aspek yang dinilai Kemampuan
M MB TM
1 Membuat Kerupuk :
- Menyiapkan tepung kanji sebanyak 1 kg dan terigu 1 ons kemudian disatukan pada tempayan plastik.
- Merebus terasi sebanyak 50 gram dengan air sebanyak 100 ml
- Menuangkan bumbu terasi yang masih panas di tambah garam sebanyak 1 sendok makan dicampur ke dalam tepung kanji, kemudian aduk
- Membentuk adonan dengan bentuk lonjong memanjang - Panaskan air sebanyak 200ml
atau 5 gelas pada panic yang telah mendidih (direbus)
- Adonan yang mengambang, angkat lalu simpan pada tempayan
- Adonan yang telah di simpan pada tempayan di diamkan selama 2 hari, kemudian potong kerupuk tipis-tipis dengan menggunakan pisau atau mesin pemotong.
- Menata dengan rapi kerupuk yang sudah dipotong, kemudian jemur sampai kering kurang lebih selama 2 hari
No Aspek yang dinilai Kemampuan
M MB TM
3 Mengemas Kerupuk :
Mengemas kerupuk yang telah digoreng dengan menggunakan plastik dan perekat plastik
D. Pengujian Keabsahan Data
Untuk menilai keabsahan data yang diperoleh dari lapangan dilakukan pemeriksaan secara seksama. Berkenaan dengan itu maka teknik pengujian/pemeriksaan keabsahan data pada penelitian ini dilakukan dengan triangulasi, yaitu usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dengan sumber yang lain.
Pada penelitian ini digunakan triangulasi sumber data yaitu dengan menggali kebenaran informasi melalui wawancara, observasi, gambar atau foto yang data tersebut diperoleh dari siswa dan guru dengan dicek kembali dan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
Triangulasi data ini dimaksudkan agar dalam pengumpulan data peneliti menggunakan banyak sumber data. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan melalui :
- Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan
E. Analisis Data
Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu observasi, wawancara yang telah dituliskan dan dokumentasi lainnya.
Kegiatan pengumpulan data dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu
1. Reduksi data : proses reduksi data dalam penelitian dilakukan dengan cara
memilih hal-hal yang berhubungan dengan aspek pembelajaran keterampilan
membuat kerupuk, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas
dalam proses pengumpulan data.
Proses reduksi data dilakukan dengan cara mengumpulkan data berupa hasil
wawancara, data yang diperoleh kemudian diolah melalui tahapan mengamati
setiap kata dan menuliskan berbagai informasi yang berhubungan dengan
pembelajaran keterampilan membuat kerupuk yang sedang diteliti.
2. Penyajian data : menyusun data agar teratur, ada keterhubungan dan tidak terpencar-pencar sehingga memudahkan untuk menganalisis, menafsirkan, menyusun kesimpulan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan tentang kemampuan membuat kerupuk dengan strategi kontekstual pada anak tunagrahita ringan tingkat SMALB di SLB-C YPLAB Kota Bandung adalah sebagai berikut :
1. Tahap persiapan dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual yaitu membuat program yang mengacu pada kurikulum KTSP dan dalam bentuk program khusus keterampilan serta rencana pelaksanaan pembelajaran. Asesmen tidak dilakukan secara khusus hanya ala kadanya dengan melihat kemampuan anak tampak dari luar saja.
2. Pelaksanaan dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual meliputi : menyiapkan tepung kanji dan tepung terigu yang telah ditimbang, merebus terasi, menuangkan terasi ke dalam tepung, membentuk adonan tepung, memanaskan air, merebus adonan, memotong adonan yang telah didiamkan selama 2 hari, menata kerupuk yang telah dipotong kemudian dijemur, menggoreng kerupuk dan mengemas kerupuk yang telah digoreng.
3. Pelaksanaan dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual meliputi :
Pembelajaran dilakukan di ruang keterampilan seminggu 1 kali dengan alokasi waktu 4 jam pelajaran (3 x pertemuan). Pembelajaran sudah sesuai dengan RPP yang telah dibuat dan dilakukan secara bertahap dan berulang-ulang. Strategi yang digunakan kontesktual dan metode pembelajaran dengan diskusi, tanya jawab dan penugasan.
4. Kemampuan membuat kerupuk dengan strategi kontekstual
digunakan. Pada proses pembuatan kerupuk subjek ini mampu melakukan tahapan-tahapan dalam pembuatan kerupuk dari proses menimbang bahan-bahan, merebus, mengolah adonan, mengiris, menjemur, menggoreng sampai proses pengepakan kerupuk yang telah digoreng tanpa bantuan guru (komponen kontruktivisme). Subjek RF ini mampu membantu teman-temannya yang belum bisa melakukan salah satu proses dalam pembuatan kerupuk (komponen masyarakat belajar, pemodelan).
b. Kemampuan subjek AH dalam membuat kerupuk, yaitu subjek mampu menyebutkan peralatan membuat kerupuk, tetapi dalam menyebutkan bahan-bahan yang akan digunakan masih dibantu guru. Pada proses pembuatan kerupuk subjek ini dalam melakukan tahapan-tahapan pembuatan kerupuk pada proses menimbang bahan-bahan masih dibantu guru, dalam proses merebus merebus mengolah adonan subjek ini mampu melakuknya tanpa bantuan guru, tetapi dalam proses pembentukan adonan kerupuk subjek ini dibantu oleh RF. Subjek AH mampu melakukan tahapan pada pengirisan kerupuk masih dibantu dengan bantuan RF, dan pada proses pengorengan sampai pengepakan mampu melakukannya.
c. Kemampuan subjek DH dalam membuat kerupuk, yaitu subjek mampu menyebutkan nama-nama peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat kerupuk. Subjek DH mampu melakukan semua tahapan-tahapan dalam pembuatan kerupuk mulai dari menimbang, mengolah adonan, membentuk adonan, merebus adonan, memotong/mengiris adonan, mengoreng sampai pengepakan kerupuk tanpa bantuan guru (komponen kontruktivisme). Subjek ini mampu membantu temannya dalam proses membentuk adonan, mengiris (komponen masyarakat belajar, pemodelan).
menyebutkan bahan-bahan yang akan digunakan masih dibantu guru. Subjek MH ini dalam tahapan menimbang bahan-bahan mampu melakukannya dengan bantuan temannya. Dalam proses membentuk adonan, kemudian merebus MH mampu melakuknnya tanpa bantuan. Adonan yang dibentuk sampai direbus mampu dilakukan oleh subjek MH ini tanpa dibantu. Subjek dibantu temannya saat melakukan pengirisan/pemotongan adonan yang telah dijemur. Pada proses pengorengan dan pengepakan kerupuk subjek MH ini mampu melakukannya tanpa bantuan.
5. Hambatan yang dialami siswa dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual yaitu dalam hal keterampilan motorik, yaitu ketika anak membentuk adonan dan mengiris/memotong kerupuk belum bisa maksimal, kemudian dalam hal konsentrasi anak yang kurang dapat bertahan dengan lama, serta cepat bosan.
6. Upaya mengatasi hambatan yang dialami siswa dalam membuat kerupuk dengan strategi kontekstual yaitu ketika anak tidak mampu menyebutkan bahan-bahan, menimbang, membentuk adonan dan mengiris/ memotong kerupuk dengan memberi bimbingan kepada anak secara perlahan, menyampaikan materi secara bertahap, berulang-ulang dengan menggunakan strategi pembelajaran yang dimodifikasi dengan perilaku anak, agar anak mudah menerima materi pelajaran.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka disampaikan beberapa saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini sebagai berikut :
1. Kepada Sekolah
menyediakan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut.
2. Kepada Guru
- Mengingat pentingnya pembelajaran keterampilan bagi tunagrahita ringan sebagai bekal hidupnya dimasa yang akan datang, maka sebaiknya guru mengenali lagi karekteristik yang dimiliki oleh setiap anak, agar program yang disusun dapat mengoptimalkan kemampuan dari setiap anak.
- Strategi kontekstualnya perlu dilakukan berulang-ulang dengan menggunakan petunjuk yang sederhana sehingga dimengerti anak. 3. Kepada Peneliti selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Amin. Moh. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung. Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.
Astati, Mulyati Lis (2010). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung. Catur Karya Mandiri.
Djam’an dan Komariah. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit
Alfabeta Bandung.
Chaniago dan Sirodjudin (1981:1) Pendidikan Keterampilan Bagi Anak Tunagrahita (online) http://wwwpapahmamah.com/showthread.php?t=
Dewan Bimbingan Skripsi. Pedoman Penulisan Skripsi dan Makalah Untuk Mahasiswa S1 Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia 2011
http://saung-anggie.blogspot.com/2009/07/implikasi-pendidikan-bagi-anak.html (19 Desember 2012)
http://www.anakluarbiasa.com/ArtikelAnakLuarBiasa/Detail/132/Menggali-Potensi-Tuna-Grahita-Melalui-Keterampilan.html
http://www.slideshare.net/romiantiteror/pendekatan-kontekstual (30 Desember 2012)
http://ningningocha.wordpress.com/2011/06/10/konsep-pembelajaran/(30 Desember 2012)
http://agen-kerupuk.blogspot. com
http://gurupembaharu.com/home/elaborasi-eksplorasi-dan-konfirmasi
Sunardi (2010) Kurikulum Pendidikan Luar Biasa Di Indonesia Dari Masa Ke Masa Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional (online) https://docs.google.com/ viewer?a=v&q=cache:2O_K8Mrl3bkJ:www.puskurbuk.net/downloads/vi ewing/Naskah/A_1_8%2BSEJARAH_KURIKULUM_EDISI_2010_(fina l)/6_PLB/Sejarah_Kurikulum_PLB.pdf/ (3 Desember 2012)
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitif Kualitatif dan R & D. Penerbit Alfabeta Bandung.
Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif.. Penerbit Alfabeta Bandung. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
Kebutuhan khusus anak tunagrahita ringan menurut Astati dan Mulyati (2010:26) bahwa kebutuhan khusus anak tunagrahita ringan adalah :
(buku pendidikan anak tunagrahita 2010 CV. Catur Karya Mandiri
Bandung.