• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPEMIMPINAN KEPALA SMA NEGERI DI WILAYAH BIREUEN ACEH UTARA : Studi Analitis Tentang Perilaku Kepemimpinan Dalam Pcngelolaan Sekolah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEPEMIMPINAN KEPALA SMA NEGERI DI WILAYAH BIREUEN ACEH UTARA : Studi Analitis Tentang Perilaku Kepemimpinan Dalam Pcngelolaan Sekolah."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

KEPEMIMPINAN KEPALA SMA NEGERI DI WILAYAH BIREUEN ACEH UTARA

(Studi Analitis Tcntang Pcrilaku Kcpcmimpinan

Dalam Pcngelolaan Sckolah)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat memperoleh Geiar Magister Pendidikan

Bidang Studi Administrasi Pendidikan

O l e h : Nasir Usman 9032196/XXH- 14

PROGRAM FASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN B4NDUNG

(2)

DESETUJUI DAN DISAHKAN TIM PEMBIMBING UNTUK UJIAN TAHAP II

Prof.DR.H. Achmad Sanusi, SH.MPA.

Pembimbing I.

Pembinbing II

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG

(3)

ABSTRAK

Penelitian

ini mengungkapkan salah satu aspek

pen-ting dalam administrasi pendidikan, yaitu masalah kepemim

pinan kepala sekolah di SMA Negeri. Penelitian ini

dilak-sanakan

dengan bertitik tolak dari tema

sentral

masalah

yang menyatakan bahwa perilaku kepemimpinan kepala sekolah

dalam pengelolaan sekolah merupakan bagian yang

monentukan-Pelaksanaan tugas sekolah, dan pada akhirnya mengarah pada

tingkat efektivitas pengelolaan sekolah.

Penelitian

ini berupaya menjawab masalah

(a)

per

sepsi kepala sekolah terhadap peranannya sebagai

pemimpin

pendidikan dalam pengelolaan sekolah, (b) pendekatan

kepemimpinan kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah, (c)

hubungan

kerja sama kepala sekolah dengan anggota

intern

sekolah, dan (d) faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku

kepemimpinan kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah.

Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah

metode kualitatif dengan lokasi penelitian pada SMA Negeri

di

Wilayah

Bireuen, Aceh Utara. Subyek penelitian

yang

dijadikan nara sumber adalah pihak-pihak yang berkaitan

dengan aktivitas kepemimpinan kepala sekolah.

(4)

wawancara, dan telaah bahan dokumentasi yang berkaitan

dengan masalah kepemimpinan kepala sekolah dalam pengelo

laan sekolah. Alat pengumpulan data adalah peneliti sen-diri (human instrument) dengan menggunakan alat bantu

se-perti buku catatan, tape recorder, dan kamera. Data yang

terkumpul itu dianalisis dengan mengikuti prosedur (a)

reduksi data, (b) display data, dan (c) pengambilan kesim

pulan dan verifikasi.

Dari analisis tersebut diketahui bahwa persepsi

kepala sekolah terhadap tugasnya sebagai pemimpin pendi

dikan

dalam

pengelolaan sekolah dirasakan

telah

cukup

dipahami,

namun

dalam

pelaksanaannya

dirasakan

cukup

berat. Persepsi tersebut tergambar dalam pernyataan kepala

sekolah tentang pentingnya meningkatkan disiplin,

memper-baiki dan memelihara fisik sekolah, meningkatkan kualitas

pendidikan, memberikan keteladanan, mendorong kreajbivitas,

mengatasi atau memecahkan masalah, memperkenalkan berbagai

ide, dan mengadakan pendekatan pribadi. Perwujudan persep

si itu diperoleh melalui mempelajari edaran-edaran/ pera-turan-peraturan, membaca buku-buku, pengalaman, pengarahan dari atasan, dan berdiskusi bersama kolega melalui KKKS.

(5)

Pendekatan kepemimpinan yang digunakan kepala sekolah

dalam pengelolaan sekolah, yaitu bervariasi.

Ada

kepala

sekolah yang berorientasi pada perilaku tugas dan

hubung

an, dan ada juga kepala sekolah yang hanya berorientasi

pada perilaku tugas. Pendekatan kepemimpinan kepala seko

lah dalam pengelolaan pengajaran, kesiswaan,

kepegawaian,

sarana prasarana, dan hubungan sekolah dengan masyarakat

belum sepenuhnya dilakukan sebagaimana mestinya. Dalam hal

ini

dibutuhkan kemampuan dan keterampilan kepala

sekolah

dalam mengembangkan kegiatan pada pengelolaan tersebut.

Bentuk hubungan kerja sama yang dijalin kepala seko

lah dengan anggota intern sekolah bervariasi. Ada

kepala

yang melakukan hubungan kerja sama dalam suasana intim

dengan tidak menghilangkan hubungan kerja sama formal, dan

ada juga kepala sekolah yang hanya

menampakkan

hubungan

impersonal dengan bawahan secara formal.

Faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan ke pala sekolah dalam pengelolaan sekolah meliputi faktor penghambat dan faktor penunjang. Faktor penghambat terdiri

dari faktor intern (pendidikan dan latihan), faktor

eks-tern

(lingkungan sosial budaya). Adapun faktor

penunjang

meliputi kepribadian, pengalaman, suasana kerja yang

(6)

laku kepemimpinan kepala sekolah itu masih dominan men

Pakkan ciri keteladanan sebagai hal yang penting untuk

memperoleh pengakuan atau kepatuhan para bawahan.

Keadaan

seperti itu diduga ada kaitannya dengan budaya yang

ber-kembang dalam masyarakat Aceh yaitu patuh kepada pemimpin.

Berdasarkan hal-hal di atas, untuk perilaku kepemim

pinan kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah, disarankan

supaya kepala sekolah melakukan berbagai kegiatan yang

da-Pat meningkatkan kemampuan mengelola sekolah,

mengikuti

Penataran,

mengembangkan kegiatan dari setiap pendekatan

yang dilakukan, memberikan motivasi dalam bentuk

imbalan

bagi bawahan yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik,

mengembangkan perilaku inisiatif dan kreatif,

mengembang

kan hubungan kerja sama yang multi arah, menerapkan

nilai-nilai kebersamaan dan saling menghormati, mengembangkan

kegiatan dengan orang tua siswa (BP3), dan teman sejawat.

Selain itu diperlukan juga persyaratan yang menduduki

jabatan kepala sekolah yang memiliki :(a) sistem nilai

Pancasila dan budaya profesional, (b) kemampuan teknis,

(c) pengetahuan tentang pengelolaan sekolah menengah, (d)

oiri-ciri kepribadian yang unggul, dan (e) memenuhi per

syaratan administratif yang berlaku.

a m

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

i

PENGHARGAAN DAN TERIMA KASIH

111

ABSTRAK

viii

DAFTAR ISI ...

xii DARTAR TABEL xv DAFTAR GAMBAR xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah x

B. Permasalahan 18

1. Identifikasi Masalah ...' 18

2. Rumusan Masalah 20

C. Tujuan Penelitian 22

D. Kegunaan Hasil Penelitian 23

E. Kerangka Permasalahan Penelitian 24

BAB

II. KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

26

t

A. Beberapa Konsep Dasar tentang Kepemim

pinan 26

B. Pendekatan Kepemimpinan Kepala'Sekolah' 30 y^ Tugas Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin

Pendidikan dalam Pengelolaan Sekolah. 48

1. Pengelolaan Pengajaran 52

2. Pengelolaan Kesiswaan .' 52 3. Pengelolaan Kepegawaian .. 54

4. Pengelolaan Keuangan 55

5. Pengelolaan Sarana Prasarana. ... . 56 6. Pengelolaan Hubungan Masyarakat... 57

(8)

E. Hubungan Kerja Sama Kepala Sekolah 61

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peri

laku Kepemimpinan Kepala Sekolah.... 63

G. Kesimpulan Hasil Studi Kepustakaan dan

Hasil Penelitian Sebelumnya 71 BAB III. PROSEDUR PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian ..'

B. Subyek Penelitian

C. Teknik Pengumpulan Data !!!!.'! .' .' ! 85 D. Pelaksanaan Pengumpulan Data...'.'!.'!.'.' 89

1. Tahap orientasi ! 8g

2. Tahap ekplorasi ! gi

3. Tahap Member check !!! $2

E. Pengolahan dan Analisis Data...

F. Signifikansi Hasil Penelitian...!!!!!!!

1. Kredibilitas

2. Transferabilitas !!!!!!!!!! !

3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas!!

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Persepsi Kepala Sekolah terhadap" Pe

ranannya sebagai Pemimpin Pendidikan

dalam Pengelolaan Sekolah 102 B. Pendekatan Kepemimpinan Kepala Sekciah'

dalam Pengelolaan sekolah 108

1. Pendekatan Kepemimpinan Kepala Seko

lah dalam Pengelolaan Pengajaran.... m

2. Pendekatan Kepemimpinan Kepala Seko

lah dalam Pengelolaan Kesiswaan 116 3. Pendekatan Kepemimpinan Kepala Seko

lah dalam Pengelolaan Kepegawaian ...' 118 4. Pendekatan Kepemimpinan Kepala Seko

lah dalam Pengelolaan Sarana Prasa

rana

5. Pendekatan Kepemimpinan Kepala Seko lah dalam Pengelolaan Hubungan Seko

lah dengan Masyarakat 128

C. Hubungan Kerja Sama Kepala Sekolah de

ngan Anggota Intern Sekolah 132

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peri

laku Kepemimpinan Kepala Sekolah 138 1. Faktor-faktor Penghambat 138

2. Faktor-faktor Penunjang ..! 142

(9)

BAB V. PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN

A. Persepsi Kepala Sekolah terhadap Pe

ranannya sebagai Pemimpin Pendidikan

dalam Pengelolaan Sekolah

B. Pendekatan Kepemimpinan Kepala Sekolah

dalam Pengelolaan Sekolah

*r

147

152

C. Hubungan Kerja Sama Kepala Sekolah de

ngan Anggota Intern Sekolah. 171

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peri

laku Kepemimpinan Kepala Sekolah 175

BAB VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

B. IMPLIKASI

C. Rekomendasi

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

x i v

187

187

197

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Keadaan Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat

II Aceh Utara 14

2.1. Jumlah Sekolah, Kelas, Siswa, Guru dan Pegawai di SMA Negeri Wilayah Bireuen,

Aceh Utara

2.3. Keadaan Ijazah, Masa Kerja dan Golongan/

Pangkat yang dimiliki kepala SMA Negeri

di Wilayah Bireuen, Aceh Utara

x v

15

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1.1. Kerangka Penelitian

1.2. Managerial Grid

2.2. Model Kepemimpinan Situasional

3.2. Model Getzels

3.2. Skema Konsep Administrasi Pendidikan

x v 1

Halaman

24

35 42 47

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran „ .

Halaman

1. Pedoman wawancara, observasi, dan dokumen-tasi dengan kepala SMA Negeri di Wilayah

Bireuen Aceh Utara

2. Foto-foto Hasil Penelitian

3. Peta Daerah Istimewa Aceh

4. Peta Kabupaten Aceh Utara 5. Surat-surat Izin Penelitian

6. Curriculum Vitae

x v n

214 221 228 229 230

(13)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

Sebagaimana telah dirumuskan pada bagian

pertama,

penelitian

ini

tidak bermaksud untuk

mengungkapkan

hu

bungan antar variabel melalui studi korelasi atau

regresi

untuk

menguji hipotesis tertentu. Rumusan

masalah

dalam

penelitian ini menuntut peneliti untuk melakukan explorasi

dalam

rangka

memahami dan menjelaskan masalah

yang

di-teliti

melalui

komunikasi yang

intensif

dengan

sumber

data. Dalam proses penelitiannya, peneliti dibimbing

oleh

suatu "conceptual framework". Artinya, peneliti harus mem

punyai tingkat intensitas pemahaman terhadap suatu

kon-sepsi atau teori. Konkon-sepsi ini merupakan perspektif teori

tis

yang dijadikan pedoman proses inquiry oleh

peneliti.

Bila

tidak demikian, maka apa yang dihasilkan

penelitian

hanyalah

merupakan

kemampuan

informasi.

Bila

kumpulan

informasi

itu

tersusun

dan

terorganisasi

dalam

suatu

struktur pemikiran tertentu, data tersebut mempunyai'makna

untuk menjelaskan masalah yang diteliti.

Pendekatan

penelitian seperti ini

dikenal

sebagai

pendekatan naturalistik kualitatif. Dalam hal ini Nasution

(1988)

mengemukakan

bahwa, "penelitian

kualitatif

pada

hakekatnya

ialah mengamati orang dalam lingkungan

hidup-nya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa

(14)

dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya."

Lebih lanjut Lexy J. Moleong (1990) menyimpulkan

bahwa, "penelitian kualitatif berakar pada latar belakang

alamiah sebagai kebutuhan mengandalkan manusia sebagai

alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, dan meng

adakan analisis data secara induktif." Sasaran penelitian

diarahkan kepada usaha menemukan teori-teori dasar peneli

tian bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari

Pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki

sepe-rangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, dan hasil

Penelitian disepakati oleh kedua pihak yakni peneliti dan

subjek penelitian.

Bogdan dan Biklen (1982 : 27-29) mengemukakan 5

ka-rakteristik utama dari penelitian kualitatif, sebagai

berikut :

'• ^^o^ce'cT^a' ahndS & "E^^H." '"

instrument. reseacner isv_the . key 2. Qualitative research is descriptive

?a?herathln res*arChers are concerned with process

4 £^Y?J ^ " Slmply with outcomes or products Pr°CeSS

?ndau1ctiv:iy ""«<*«» tend to analjze'^ir data

5" ap^o'aSh13 °f 6SSential ~ " to the qualitative

Dari kutipan di atas dapat diungkapkan bahwa

(15)

80

untuk .endatangi secara langsu„g su.ber datanya. Kedua

»engiBplikasikan data ya„g dikuapulkan dalaB penelitian

»x !ebih eendru„g dalaB bentuk kata-kata dari pada

angka-angka. Jadi hasil analisisnya berupa suatu uraian. Ketiga

menjelaskan bahwa hasil penelitian kualitatif lebih ...

nekanka„ perhatian kepada proses, tidak seBata-Bata pada

hasxl. dan keempat Belalui analisis induktif peneliti

«ngungkapkan makna dari keadaan yang dia.ati.

Bila diperhatikan karakteristik

Penelitian-peneliti-an kualitatif seperti dijelaskPenelitian-peneliti-an di atas, maka tidak

meng-herankan apabila vpenelitineiiti smrfi.isendiri merupakan pengumpul

data utama seperti di„yataka„ oleh S. Nasution U988 •54)

menempatkan peneliti sebagai instrumen penelitian dalam

Penelitian kualitatif mempunyai rasional yang dapat

diper-tanggung jawabkan 'sebab mempunyai adaptabilitas yang

tin«i. jadi senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan

-tuasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian

itu. Ia senantiasa dapat memperhalus pertanyaan untuk

memperoleh data yang lebih terinoi menurut kei„gi„a„„ya."

A. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dikemukakan (bab

I), maka penelitian ini mengambil lokasi di Wilayah

Bi

(16)

Negeri, yaitu untuk memperoleh informasi yang relevan

dengan fokus penelitian. Secara keseluruhan gambaran lo

kasi penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Sekolah Menengah Atas Megeri

Sekolah Menengah Atas Negeri yang dijadikan lokasi

penelitian adalah di bawah pimpinan kepala sekolah. Di

lingkungan sekolah inilah diperoleh data dan informasi

tentang berbagai aktivitas kepemimpinan kepala sekolah

dalam pengelolaan sekolah sesuai dengan masalah dan tujuan

penelitian. Aktivitas kepemimpinan kepala sekolah yang di maksud dalam tulisan ini adalah kepemimpinan yang dilaksa

nakan oleh setiap kepala sekolah dalam pengelolaan seko

lah. Dalam pengelolaan sekolah, kepala sekolah adalah penanggung jawab terakhir terhadap atasan dan Pemerintah,

serta kepada masyarakat pada umumnya.

2. Kan tor Wilayah Depdikbud Propinsi D.I. Aceh

Pada kantor ini diperoleh data dan informasi yang

berkaitan dengan masalah pribadi responden, pendidikan,

pengalaman, latihan dan penataran yang pernah diikuti oleh

kepala sekolah, merupakan studi dokumenter, dalam hal ini

dihubungi Kasi Tentis Dikmenum. Selanjutnya juga untuk

memperoleh informasi yang berkaitan dengan masalah proses

(17)

wawan-s:

oara

dengan

para

pejabat terkait yaitu

para

pengawas.

Karena umumnya mereka berkantor di Kantor Wilayah

Depdik-bud Propinsi Daerah Istimewa Aceh.

3. Kantor Depdikbud Kabupaten Aceh Utara

Kantor ini sebagai kantor yang mempunyai

tugas

me

laksanakan sebagian tugas Kantor Wilayah Depdikbud Propin

si dan sebagai koordianator bagi Sekolah Menengah Atas,

maka pada kantor ini diperoleh data yang berkaitan dengan

kemampuan rata-rata kepala sekolah, keadaan personil,

dan

fasilitas penunjang yang digunakan di sekolah.

Di samping lokasi-lokasi data tersebut di atas,

pe

neliti juga melakukan pertemuan dengan responden di

rumah-nya. Rumah kepala sekolah, guru-guru dan pejabat terkait

yang dianggap dapat memberikan data yang dibutuhkan

dikun-jungi secara kekeluargaan. Lebih jauh penelitian ini, juga

berlangsung di beberapa lokasi tertentu yang dianggap da

pat memberikan data untuk memenuhi kebutuhan penelitian.

Peneliti selalu berusaha untuk bertemu dengan subyek pe

nelitian dalam kondisi yang benar-benar bebas dari

penga

ruh kondisi formal. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan

hubungan baik dengan subyek penelitian sehingga data yang

diberikan benar-benar murni tanpa ada gangguan atau penga

(18)

Sedangkan sumber data di lingkungan SMA Negeri Wi layah Bireuen Aceh Utara diperoleh data dan informasi

tentang berbagai aktivitas kepemimpinan kepala sekolah

dalam pengelolaan sekolah sesuai dengan masalah dan tujuan

penelitian.

B. Subyek Penelitian

Dalam bagian I telah dijelaskan bahwa penelitian ini

mengambil lokasi di Wilayah Bireuen Aceh Utara dengan

subyek atau responden utama adalah kepala sekolah.

Kemudi-an untuk mendukung data primer dari kepala sekolah, maka

informasi dilacak kepada pihak-pihak yang terkait dengan

kepemimpinan kepala sekolah pada SMA Negeri, khususnya

berkenaan dengan perilaku kepemimpinan kepala sekolah

dalam pengelolaan sekolah, seperti guru, wakil kepala

sekolah, kepala tata usaha, dan pengawas. Di samping data

t

dan informasi tentang pengelolaan sekolah, kepada kepala

sekolah dimintakan pandangan tentang kepemimpinannya.

Subyek dalam penelitian ini termasuk "purpossive

sampling, " dengan maksud memperoleh data sesuai dengan

fokus penelitian. Nasution (1988 : 29) menyatakan bahwa

penentuan unit sampel (responden) dianggap telah memadai

apabila dapat diteruskan sampai dicapai taraf "redun

(19)

res-84

ponden

bertambah, data baru tidak bertambah atau

tetap.

Sedangkan

Subino Hadisubroto (1988

: 12)

mengemukakan

bahwa : "... peneliti kualitatif tidak akan memulai dengan

menghitung

atau memperkirakan banyaknya populasi dan

ke-mudian> menghitung proporsi sampelnya sehingga dipandang

sebagai yang telah representatif. "

Sejalan dengan pendapat di atas, dalam proses penen

tuan

banyaknya subyek penelitian

atau

responden

tidak

dapat ditentukan sebelumnya. Subyek penelitian yang

dipi-lih

semakin

lama, semakin terarah sesuai dengan

fokus

Penelitian.

Bila sudah dianggap cukup memadai,

subyek

penelitian

tidak lagi perlu diperbesar. Dengan demikian,

yang

menjadi

subyek dalam penelitian ini

adalah

kepala

sekolah.

Pemilihan

kepala sekolah sebagai

subyek

atau

responden didasarkan pada pertimbangan :

1). Kepala sekolah merupakan

penanggung jawab kegiatan

penyelenggaraan pendidikan.

2). Keterlibatannya dalam

organisasi

pendidikan di

se

kolah.

3). Mengetahui perkembangan

dan

permasalahan

pendidikan

secara menyeluruh di sekolah yang dipimpinnya.

4). Mampu memberikan informasi tentang berbagai

kegiatan

(20)

Salah

satu sifat metode kualitatif ialah

pemilihan

responden yang berkembang terus sesuai kebutuhannya.

Oleh

karena itu,

responden yang berkaitan dengan data yang

terhimpun,

dijadikan subjek penelitian. Jumlah data

dan

informasi dari kepala sekolah ditambah lagi dari data dan

informasi dari wakil kepala sekolah dan guru yang dipilih,

tidak ditetapkan sebelumnya. Jumlah subyek atau

responden

yang diwawancarai

terus berubah seiring dengan

lengkap

tidaknya data. Dalam hal ini, peneliti juga tidak dapat

menggunakan

personil yang ada pada SMA Negeri yang

telah

ditetapkan terutama mereka yang ragu-ragu dalam memberikan

informasi yang dibutuhkan peneliti. Wawancara dilakukan

berulang-ulang dengan para responden guna memperoleh

in

formasi yang benar-benar akurat dan menyeluruh.

C. Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan

yang

dilakukan dalam

usaha

mengumpulkan

data meliputi langkah-langkah sejak dari persiapan pelak

sanaan pengumpulan data sampai data itu diklasifikasikan

dan dikonstruksi dalam laporan penelitian. Rangkaian

ke

giatan yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah

ob

servasi,

wawancara, dan studi dokumentasi.

Ketiga

teknik

tersebut digunakan dalam penelitian ini dengan

harapan

(21)

diper-86

lukan.

Sedangkan sumber data yang diperlukan,

dapat

di-klasifikasikan menjadi data primer dan data sekunder.

Data primer, diambil dari personil (subjek) Sekolah

Menengah

Atas

Negeri, yang langsung

berhubungan

dengan

aktivitas

kepemimpinan

kepala

sekolah,

yaitu

kepala-kepala

Sekolah Menengah

Atas

Negeri.

Personil-personil

tersebut

dipilih untuk diwawancarai

dan

diobservasi,

ditentukan

berdasarkan

keterlibatan

mereka,

baik yang

terkait langsung dengan pelaksanaan tugas kepala

sekolah,

maupun yang berhubungan dengan kepemimpinan kepala sekolah

dalam

pengelolaan sekolah. Sedangkan data

sekunder yang

diambil

dari berbagai dokumen, seperti identitas

pribadi

responden, pendidikan, pengalaman, latihan dan penataran

yang pernah diikuti, pendayagunaan sarana dan prasarana

belajar

mengajar serta hal lain yang

berhubungan

dengan

materi penelitian, yang mendukung data primer.

Alat pengumpulan datanya adalah peneliti sendiri

(human instrumen),

dan

dibantu

dengan

tape

rocorder,

kamera foto, dan buku catatan. Peneliti sebagai instrumen

penelitian

mempunyai daya penyesuaian yang

cukup

tinggi

sehingga senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan situasi

yang berubah-ubah. Peneliti senantiasa dapat menghaluskan

pertanyaan untuk mendapatkan data yang lebih rinci menurut

(22)

1. Observasi

Sesuai dengan pendekatan penelitian naturalistik dan

pengumpulan data secara grounded, maka teknik observasi

merupakan

teknik pengumpulan

data

yang utama.

Dengan

observasi

diharapkan

dapat memperoleh data

yang

benar-benar alami dari berbagai aktivitas kepemimpinan kepala

sekolah.

Peneliti

melakukan

observasi

secara

langsung

kondisi kepemimpinan

kepala sekolah,

seperti perilaku,

pendapat,

persepsi,

sikap dan

lain-lainnya

berdasarkan

pandangan

subyek yang diteliti.

Karena

itu

peneliti

mengumpulkan

data melalui kontak langsung dengan

subyek

yang diteliti dimana mereka sehari-hari biasa berada dan

biasa melakukan kegiatannya.

2. Wawancara

Dari hasil observasi diadakan di atas, mencerminkan

berbagai

perilaku yang bersifat visial. Namun untuk mem

peroleh

makna, atau mencari rasionalitas

dari

munculnya

perilaku

tersebut perlu ditanyai

pada

responden yang

berperilaku

tersebut.

Teknik pengumpulan data

dengan

wawancara dalam penelitian naturalistik merupakan teknik

Pengumpulan data yang tidak dapat ditinggalkan, dan harus

(23)

88

Wawancara dilakukan dengan cara yang tak

berstruk-tur, dimana responden mendapat .kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan buah pikiran, pandangan dan perasaannya tanpa diatur oleh peneliti. Kemudian, setelah peneliti

memperoleh sejumlah keterangan, peneliti mengadakan wawan

cara yang lebih berstruktur dan disusun berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh responden. Dengan kata lain, data pertama mengandung sifat non-directive yaitu menurut Pikiran dan perasaan responden. Sedangkan dalam kegiatan selanjutnya data bersifat directive yaitu ditinjau dari

pandangan peneliti. Dengan demikian, wawancara makin

beralih dari tak berstruktur menjadi lebih berstruktur.

Dalam wawancara ini, peneliti menyediakan pedoman

wawancara yang telah dipersiapkan. Wawancara terjadi

ke-tika peneliti mengunjungi sekolah, dan pada waktu peneliti

dan responden sama-sama pulang ke rumah, dan responden

menyediakan waktu yang telah ditetapkan. Di samping'wawan

cara, pengumpulan data juga dilakukan dengan pencatatan,

rekaman, foto atau gambar. Jika menggunakan rekaman maka

informasi non verbal selalu dicatat.

3. Studi Dokumentasi

Sekalipun dalam penelitian kualitatif kebanyakan di

(24)

ob-manusia, diantaranya adalah dokumen. Dalam penelitian ini

dokumen

dapat

dijadikan bahan triangulasi

untuk

mencek

kesesuaian

data. Adapun perolehan data

dalam

penelitian

ini,

juga dilakukan

melalui berbagai dokumen

tentang

aktivitas

kepemimpinan

kepala sekolah,

seperti program

kerja

kepala sekolah, catatan/notula rapat sekolah,

data

pribadi

responden,

tingkat pendidikan kepala sekolah,

pengalaman, penataran-penataran yang pernah diikuti. Dalam

proses pengambilan data, peneliti mempertimbangkan hal-hal

sebagai

berikut

: (1) apakah dokumen

itu

otentik

atau

palsu,

(2)

apakah isi dokumen dapat diterima sebagai

kenyataan,

dan (3) apakah data itu cocok untuk

menambah

pengertian tentang gejala-gejala yang diteliti.

D. Pelaksanaan Pengunpulan Data

Pelaksanaan

pengumpulan data dalam

penelitian

ini

mengikuti prosedur atau tahap seperti yang dikemukakan

oleh S.

Nasution (1988 : 33-34) yaitu

tahap

orientasi,

tahap eksplorasi, dan tahap member check.

1. Tahap Orientasi

Sebelum

melaksanakan penelitian lapangan,

peneliti

terlebih dahulu mempersiapkan persyaratan administratif,

(25)

peneli-90

tian.

Surat izin dari pejabat, informasi tentang

respon

den,

dan

data pribadi responden

yang dibutuhkan

harus

dipersiapkan sebelum pelaksanaan pengumpulan data.

Sebagaimana

telah dikemukakan di atas,

maka

untuk

mengenai

latar belakang penelitian secara mendalam

lebih

dahulu

telah dilaksanakan survey pendahuluan. Dari

hasil

survey diketahui secara lengkap tentang kondisi responden,

dan

kondisi

lainnya. Data ini dapat

dipergunakan

untuk

menyusun

berbagai

format yang dibutuhkan

sesuai

dengan

permasalahan lapangan penelitian.

Dalam

penelitian naturalistik tidak mutlak

disusun

instrumen,

karena yang menjadi

instrumen

utama

adalah

peneliti

sendiri.

Akan tetapi untuk

mempermudah

pelak

sanaan pengumpulan data, format isian yang harus dibuat.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam tahap awal

ini

adalah mengembangkan komunikasi yang lebih akrab dengan

calon responden, sehingga informasi yang diberikan

benar-benar jujur, murni, bebas dari persepsi dan

kepentingan

responden. Kegiatan pengumpulan data dilakukan pada bulan

5 September

1992 sampai dengan 27 Desember

1992.

Untuk

pengumpulan data dalam penelitian ini sebelumnya dihubungi

beberapa pihak yang berkepentingan, yaitu :

1. Rektor IKIP Bandung dengan surat Nomor 4249/PT.25.HI/

(26)

2. Direktorat Sosial Politik Pemerintah Daerah

Tingkat

I

Jawa Barat Surat Rekomendasi No. 070.2/3499 tanggal

15

Agustus 1992.

3. Direktorat Sosial Politik Pemerintah Propinsi

Daerah

Istimewa Aceh dengan Surat

Rekomendasi

No.

Sospol.

070/3376 tanggal 25 Agustus 1992.

4. Kantor

Sosial

Politik

Pemerintah

Kabupaten

Daerah

Tingkat II Aceh Utara dengan Surat Rekomendasi No. Sos

pol .070/1268/TIB/1992 tanggal 22 Oktober 1992.

5. Kantor Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan

Kabupaten

Aceh Utara Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Aceh dengan

Surat Izin Penelitian No. 145/1107.4/T.1992 tanggal 23

Oktober 1992.

6. Kepala sekolah masing-masing di SMA Negeri

Wilayah

Bireuen Aceh Utara yang dijadikan objek penelitian.

Pelaksanaan pengumpulan data sedapat mungkin

diada-kan dengan tidak mengganggu kegiatan rutin sekolah. 'Untuk

membantu kelancaran pelaksanaan pengumpulan data, peneliti

menggunakan tape recorder guna merekam seluruh pembicaraan

dalam wawancara yang dilakukan.

2. Tahap Eksplorasi

Untuk mendapatkan informasi atau data yang relevan

(27)

observasi

dilakukan hal-hal yang ada

hubungannya

dengan

fokus masalah. Wawancara dilakukan secara lebih mendalam

tentang aspek-aspek yang ada kaitannya dengan ruang

ling

kup fokus penelitian, tidak bersifat umum, berstruktur dan

dapat

memberikan

kejelasan tentang

seluruh

aspek yang

menjadi fokus penelitian.

Dokumen-dokumen yang ditelaah adalah yang ada kaitan

dengan fokus penelitian dan dapat member! sumbangan untuk

menjelaskannya. Dalam hal ini peneliti membutuhkan respon

den yang mampu dan berani memberikan informasi sehubungan

dengan fokus penelitian.

3. Tahap Member check

Untuk

memperoleh keabsahan dan

keyakinan

terhadap

kebenaran data yang telah dihimpun terutama melalui wawan

cara dilakukan member check. Tahap ini dilakukan setiap

selesai mengadakan observasi maupun wawancara, yakni deng

an mengkonfirmasikan kembali catatan hasil wawancara.

Selain

itu dilakukan juga koreksi dari nara

sumber

yang

bersangkutan. Untuk lebih memantapkan lagi dilakukan pula

observasi dan studi dokumentasi serta triangulasi kepada

responden maupun nara sumber lain yang berkompeten. Dengan

demikian waktu pelaksanaan

member check

dilakukan

seiring

(28)

E. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini

biasanya

disebut data lunak (soft data), karena data tersebut

berupa

uraian

yang

penuh

deskripsi

mengenai

kegiatan

subyek yang diteliti, pendapatnya dan aspek-aspek

lainnya

yang

berkaitan, diperoleh melalui

observasi,

wawancara,

dan studi dokumentasi. S. Nasution (1988 : 126) mengemuka

kan bahwa "analisis data kualitatif adalah proses menyusun

data berarti menggolongkannya dalam pola, thema, atau ka

tegori agar dapat ditafsirkan." Dengan demikian dalam pro

ses analisis data kualitatif memerlukan daya kreatif dan

kemampuan intelektual yang tinggi dari peneliti untuk

cengolah data tersebut, sehingga diketahui maknanya.

Dalam penelitian kualitatif pada hakekatnya tidak

ada satu cara tertentu yang dapat diikuti untuk

dijadikan

pedoman dalam menganalisis data, sehingga oleh peneliti

mencari sendiri metode yang dirasakan lebih cocok dengan

masalah

penelitiannya.

Subino Hadisubroto

(1988

: 20)

mengemukakan sebagai berikut :

0,^oK"-*1dalam analisis data kuantitatif itu metodenya

SV+-aS dan Pastl> sedangkan

dalam

analisis

data

kualitatif metode seperti itu belum tersedia.

Peneli-tiiah yang berkewajiban menciptakannya sendiri Oleh

sebab itu ketajaman dan ketepatan analisis data

kuali-na* lni sangat tergantung kepada ketajaman melihat

n!na

+°l

Pene^ti

serta

kekayaan

pengalaman

dan

(29)

94

Berpedoman pada konsep analisis data kualitatif ter

sebut, maka dengan proses menyusun data, dapat ditafsirkan

dan diketahui maknanya. Menyusun data tersebut berarti

menggolongkan

ke dalam pola, tema, unit atau kategori.

Data yang diperoleh dari banyak sumber,

diseleksi dan

dibandingkan, kemudian dimasukkan ke dalam salah satu unit

atau

kategori. Tafsiran atau interprestasi menggambarkan

Perspektif atau pandangan peneliti dalam menyusun dan

menjelaskan unit atau kategori yang dapat menghubungkan

berbagai konsep, dan memberikan makna kepada analisis unit

atau kategori itu. Data yang dikumpulkan dalam penelitian

ini diolah dan dianalisis dengan berpedoman kepada

cara-oara yang disebutkan di atas. Adapun langkah-langkah yang

Peneliti lakukan dalam pengolahan dan analisis data adalah

sebagai berikut :

1- Setiap data yang dikumpulkan peneliti, mengandung ber

bagai informasi tentang berbagai hal dan masalah yang

berbeda. Oleh karena itu langkah pertama yang digunakan

adalah menentukan fokus penelitian tertentu.

2. Mengorganisasikan data menurut masing-masing

fokus

Penelitian. Data yang diorganisasikan adalah data yang

diperoleh dari kepala sekolah,

guru,

wakil kepala

sekolah, dan pengawas. Data tersebut diperoleh melalui

(30)

3. Data yang telah terorganisir dianalisis,

berdasarkan

konsensus

judgment

dengan merujuk

kepada

landasan

teoritis yang telah dikemukakan di atas, maka cara yang

Peneliti lakukan adalah mengelompokkan data berdasarkan

Pertanyaan penelitian yang diperoleh dari kepala

seko

lah, guru, wakil kepala sekolah dan pengawas. Kemudian,

data yang diperoleh disimpulkan menjadi satu

kedalaman

makna.

4. Memberikan tafsiran tentang apa yang berhasil diper

oleh dari setiap analisis pertanyaan penelitian,

dan

mencoba menarik kesimpulan secara

inferensial dengan

melihat kesamaan dan perbedaan jawaban responden (sub

yek penelitian) yang dikaitkan dengan teori.

5. Mengingat penelitian ini bersifat diagnostik, maka pada

langkah terakhir diajukan rekomendasi berupa beberapa

pemikiran

tentang apa yang sepatutnya dilakukan

oleh

kepala sekolah dan

pihak-pihak yang terkait

dalam

pengelolaan sekolah.

F. Signifikansi Hasil Penelitil a n

Tingkat kebermaknaan proses maupun hasil suatu pe

nelitian kualitatif tergantung pada : a) kredibilitas (va

(31)

96

i

nal), c) dependabilitas (reliabilitas), dan konfirraabili-tas (obyektivitas) (Nasution, 1988 : 114-124). Untuk itu penelitian ini diusahakan dapat memenuhi kriteria-kriteria

tersebut.

1. Kredibilitas

Kredibilitas merupakan ukuran tentang kebenaran data

yang dikumpulkan. Dalam penelitian kuantitatif disebut

validitas internal. Kredibilitas dalam penelitian kualita

tif menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan

konsep

yang ada pada responden atau nara sumber. Untuk

tercapai-nya aspek kebenaran atau "the truth value" hasil peneli

tian, dan dapat dipercaya, maka upaya yang dilakukan untuk

memenuhi kriteria tersebut, antara lain :

a. Memanfaatkan waktu penelitian, yakni penelitian natura

listik kualitatif membutuhkan waktu yang relatif lebih

lama dari pada penelitian dengan pendekatan

konvension-al kukonvension-alitatif. Mempertimbangkan mendesaknya batas waktu

penelitian, maka peneliti mencoba memanfaatkan waktu

yang dapat digunakan. Pada awal penelitian, pengumpulan

data

dilakukan pada situasi yang

natural.

Kekosongan

kegiatan pada beberapa sisi sasaran penelitian,

diman-faatkan untuk mengadakan pertemuan dengan kepala seko lah yang menjadi responden atau nara sumber. Keberadaan

(32)

berbagai aktivitas kepemimpinan kepala sekolah,

mendu-kung termanfaatnya waktu penelitian yang relatif

sing-kat (5 September 1992 sampai dengan 27 Desember 1992).

b. Triangulasi, yakni dilakukan untuk mengecek kebenaran

data dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh

dari nara sumber lain. Upaya yang dilakukan dalam

rangka triangulasi ini adalah : (1) membandingkan hasil

wawancara dengan hasil pengamatan, (2) memperbanyak

subjek sumber data untuk setiap fokus penelitian ter

tentu. Misalnya pelaksanaan triangulasi dalam peneli

tian ini ialah informasi tentang perilaku kepala seko

lah dalam mengadakan pembinaan terhadap bawahannya

diperoleh melalui wawancara dengan kepala sekolah

dibandingkan dengan informasi yang diperoleh melalui

wawancara dengan guru-guru, wakil kepala sekolah, dan

personil lainnya di sekolah, bahkan dibandingkan pula

dengan pengamatan langsung oleh peneliti sendiri' selama

berada di sekolah.

c Pembicaraan dengan kolega (peer debriefing). Dalam hal

ini peneliti membicarakan catatan lapangan dengan

kolega di FKIP Unsyiah dan teman-teman seangkatan S2 di

IKIP Bandung, sehingga dapat memberikan

pandangan-pandangannya yang netral dan obyektif. Pembicaraan ini

(33)

pertanyaan-per-98

tanyaan yang lebih tajam, kelemahan-kelemahan, bias, tafsiran yang kurang didukung data atau kurang jelas,

dan langkah-langkah perbaikan.

d. Penggunaan referensi, yakni dilakukan sejak awal

catatan kecil dibuat untuk merekam hasil pengamatan

yang ditemukan. Rekaman hasil wawancara dipindahkan ke

dalam bentuk laporan lapangan setelah dipadukan dengan

hasil observasi. Pemberian informasi dilakukan dalam

suasana natural, untuk mengurangi kelemahan daya ingat

peneliti yang memang terbatas, maka pembuatan laporan

lapangan dilakukan pada setiap malam hari setelah

observasi dan wawancara dilakukan.

e. Mengadakan member check, yakni pada setiap akhir wawan

cara dilakukan konfirmasi dengan nara sumber sehingga

apabila ada kekeliruan dapat diperbaiki atau bila ada

kekurangan dapat ditambah dengan informasi baru. Dengan

demikian data yang diperoleh sesuai dengan yang dimak

sudkan oleh nara sumber.

2. Transferabilitas

Kriteria ini berhubungan dengan masalah batas-batas

kemungkinan penggunaan atau pengaplikasian hasil peneliti

an. Dengan kata lain transferabilitas berhubungan dengan

(34)

lity bergantung pada sipemakai, yakni hingga manakah hasil

penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan

situasi tertentu. Oleh karena itu transferabilitas hasil

penelitian ini diserahkan kepada para pemakai. Apabil

pemakai melihat ada situasi yang identik dengan perma

salahan perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang dibahas

dalam penelitian ini, maka pemakai dipersilahkan

mengapli-kasikannya.

3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas

Pengertian dependabilitas sejajar dengan

reliabili-tas yaitu untuk mendapatkan hasil penelitian yang sama

dengan penelitian yang diulangi pihak lain, atau dengan

kata lain menguji apakah penelitian ini dapat diulangi

atau direplikasi dengan menemukan hasil yang sama. Sedang

kan konfirmabilitas berkaitan dengan obyektivitas hasil penelitian.

Seperti diketahui situasi sosial pada hakekatnya

bersifat unik dan tidak dapat direkontruksi sepenuhnya

seperti semula. Oleh karena itu sangat sulit untuk

mengu-kur konsistensi hasil penelitian tentang perilaku kepemim

pinan kepala sekolah ini. Untuk itu guna menjaga kebenaran

dan obyektivitas hasil peneltian ini dilakukan "audit

trail", yakni dengan melakukan pemeriksaan untuk

(35)

lOO

kan bahwa hal-hal yang dilaporkan memang demikian

kejadi-annya.

Untuk kepentingan ini dilakukan kegiatan-kegiatan

antara lain :

a. Menyusun data mentah yang diperoleh melalui wawancara

dan observasi dalam bentuk catatan lapangan,

menyimpan

dan meneliti dokumen.

b. Menyusun unit analisis atau kategorisasi informasi dan

mendeskripsikannya sebagai hasil analisis data.

c Merumuskan tafsiran dan kesimpulan sebagai hasil

sin-tesis data.

d. Melaporkan seluruh proses pengumpulan data, dari sejak

Praservey dan penyusunan disain sampai pengolahan

data

sebagaimana dilaporkan dalam penelitian ini.

Demikianlah beberapa ketentuan dan cara-cara yang

ditempuh dalam pelaksanaan penelitian ini. Dengan demikian

kebermaknaan data yang terkumpul sudah selayaknya terbatas

dalam penelitian ini. Batas-batas kebermaknaan tersebut

dapat dilampaui atau berlaku pula pada lingkup yang lain,

tetapi tetap tergantung pada kesamaan situasi dan kondisi

(36)

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Bab VI ini mengemukakan kesimpulan, implikasi,

dan

rekomendasi yang didasarkan pada hasil penelitian.

Kesim

pulan

disini

lebih merupakan

pemaknaan

secara

terpadu

terhadap seluruh hasil penelitian, yaitu perilaku kepemim

pinan kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah.

Implikasi

merupakan akibat dari hasil penelitian atau tuntutan ter

hadap pihak-pihak utama yang terkait dalam penelitian ini.

Pada sisi lain rekomendasi merupakan implikasi lebih

lan-jut dari hasil penelitian, terutama bagi pengambil

kepu

tusan

yang berkenaan dengan Sekolah Menengah Atas

Negeri

di

Wilayah

Bireuen Aceh Utara dan

bagi

kepala

sekolah

sebagai pengguna hasil penelitian.

A. Kesinpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan diskusi hasil

penelitian seperti diuraikan dalam bagian-bagian sebelum nya, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku kepemimpinan

kepala

sekolah

dalam pengelolaan SMA Negeri

di

Wilayah

Bireuen Aceh Utara, menunjukkan bahwa kepala sekolah telah

melakukan

pendekatan kepemimpinan yang berorientasi

pada

tugas dan hubungan, dan ada juga kepala sekolah yang hanya

(37)

188

berorientasi pada tugas. Akan tetapi belum bersifat

menye-luruh terhadap semua aspek pengelolaan sekolah. Selain

itu, pendekatan kepemimpinan yang dilakukan kepala seko

lah, apabila dinilai secara keseluruhan, maka perilaku

kepemimpinan kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah

belum dilakukan secara optimal sesuai dengan konsep ke

pemimpinan yang efektif. Belum optimalnya penerapan peri

laku kepemimpinan kepala sekolah tersebut, diduga faktor

utama penyebabnya yaitu tingkat pendidikan kepala sekolah di dalam memahami konsep-konsep kepemimpinan, dan faktor

materi penataran yang pernah diikuti masih belum dapat

memberikan pemahaman yang lebih tinggi atau komitmen terhadap tugas yang menuntut dapat memberikan perlakuan

yang lebih baik dalam pengelolaan sekolah.

Selanjutnya apabila ditinjau dari setiap aspek

pendekatan kepemimpinan kepala sekolah dalam pengelolaan

sekolah tersebut, maka ditemukan hal-hal seperti berikut :

1. Persepsi Kepala Sekolah

tentang Peranannya sebagai

Pemimpin Pendidikan dalam pengelolaan Sekolah

Secara

umum dapat disimpulkan bahwa

kegiatan

yang

dilakukan oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugas dan

peranannya dalam pengelolaan sekolah telah cukup dipahami,

(38)

kepala sekolah tersebut tergambar dalam pernyataannya

tentang pentingnya meningkatkan disiplin, memperbaiki dan

memelihara fisik sekolah, meningkatkan kualitas pendi

dikan, memberikan keteladanan, mendorong kreativitas,

mengatasi atau memecahkan segala masalah, memperkenalkan

berbagai ide, dan mengadakan pendekatan pribadi.

Persepsi kepala sekolah terhadap fungsi dan tugas

nya tersebut di atas, diperoleh dengan mempelajari sendiri

buku pedoman umum penyelengaraan administrasi sekolah,

membaca berbagai buku yang berkenaan dengan kepemimpinan

kepala sekolah, pengalaman sebelum menjadi kepala sekolah,

pengarahan dari atasan, dan hasil diskusi melalui wadah

KKKS atau KKG.

Perspesi kepala sekolah tentang tugas dan peranan

nya sebagai pemimpin pendidikan, tampak pada pemahaman

mereka tentang pentingnya memberikan kesempatan melakukan

berbagai kegiatan kepada bawahan untuk meningkatkan

profe-sionalnya. Persepsi kepala sekolah positif terhadap tugas dan peranannya terlihat juga dari pemahaman mereka tentang

pentingnya melakukan penyaringan, penyederhanaan, atau pengubahan keadaan yang ada ke arah pencapaian tujuan se

kolah, dengan tidak mengabaikan tujuan pendidikan yang

telah ditetapkan pemerintah. Menurut persepsi kepala se

(39)

pen-190

didikan dan pengalaman dalam rangka mewujudkan efektivitas

kepemimpinan.

2. Pendekatan Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pengelo

laan Sekolah

Pendekatan kepemimpinan kepala SMA Negeri di Wilayah

Bireuen Aceh Utara dalam pengelolaan sekolah bervariasi.

Ada kepala sekolah yang berorientasi pada perilaku tugas

dan hubungan, dan ada juga kepala sekolah yang berorien

tasi hanya pada perilaku tugas.

Pendekatan kepemimpinan kepala sekolah dalam penge

lolaan pengajaran berorientasi pada tugas dan hubungan.

Kondisi seperti itu berdampak dan berdaya dukung terhadap

keberlangsungan penyelenggaraan kegiatan mengatur jadwal

pelajaran, pembagian tugas guru, menentukan strategi meng

ajar, dan menetapkan sistem ujian. Pendekatan kepemimpinan

yang dilakukan dalam mengatur jadwal pelajaran yaitu

melakukannya secara bersama, mendelegasikan tugas kepada

bawahan, dan menyesuaikan kegiatan dengan ketentuan dari atasan. Untuk pembagian tugas, pendekatan yang dilakukan

yaitu mendelegasikan tugas kepada bawahan dengan mengada

kan musyawarah melalui rapat dewan guru, berpedoman pada

kualifikasi,

kemampuan, dan pengalaman. Untuk

membimbing

dan membina guru muda, diberikan wewenang kepada guru yang

(40)

Pendekatan yang digunakan dalam strategi mengajar ialah

memberikan wewenang kepada guru bidang studi atau kelompok

guru bidang studi, untuk menentukan cara pelaksanaan

metode mengajar. Pendekatan yang digunakan dalam penentuan sistem ujian, yaitu menentukan bentuk ketentuan sistem ujian. Ujian sumatif dilakukan secara formal melalui panitia sistem ujian. Fenomena ini menunjukkan bahwa

pendekatan yang dilakukan kepala sekolah hanya terbatas

pada pendekatan-pendekatan tersebut di atas, belum bersi

fat

menyeluruh, dan membutuhkan kreativitas

pengembangan

kegiatan terhadap hal yang telah dilakukan.

Pendekatan kepemimpinan kepala sekolah dalam penge

lolaan kesiswaan yaitu berorientasi pada tugas dan hubung

an, yang kondisi seperti ini berdampak terhadap daya du

kung keberlangsungan penyelenggaraan kegiatan penerimaan

siswa baru, pelaksanaan program bimpen, pencatatan

siswa,

kehadiran siswa, pengembangan kegiatan ekstra kurikuler,

dan pengaturan kegiatan usaha kesehatan sekolah (UKS).

Pendekatan kepemimpinan yang dilakukan kepala sekolah terhadap seluruh kegiatan tersebut, yaitu mendelegasikan

tugas kepada wakil kepala sekolah bidang kesiswaan untuk

mengatur dan mengkoordinir seluruh kegiatan kesiswaan.

(41)

di-192

lakukan tersebut belum sepenuhnya dilakukan sesuai dengan

orientasi tugas dan hubungan yang membutuhkan

pendekatan-pendekatan

yang

lebih

spesifik

dalam

setiap

kegiatan

kesiswaan.

Pendekatan kepemimpinan yang digunakan kepala seko

lah dalam pengelolaan kepegawaian yaitu berorientasi

pada

tugas

dan hubungan, yang dampak kegiatannya dalam

penye

lenggaraan

pengusulan kebutuhan pegawai, orientasi

pega

wai, penilaian DP3, pembayaran gaji pegawai, pembinaan ba

wahan, dan penilaian setiap kegiatan yang dilakukan bawah

an. Pendekatan yang dilakukan yaitu mengadakan musyawarah,

menetapkan tugas dan wewenang, memberikan informasi, me

lakukan

upacara pertemuan, memberikan pengarahan,

melim-pahkan

wewenang

kepada

bawahan,

memberikan

motivasi,

menilai sendiri prestasi bawahan sesuai dengan

kemampuan,

dedikasi,

dan disiplin. Pendekatan yang dilakukan

kepala

sekolah belum sepenuhnya merujuk pada orientasi tugas

dan

hubungan. Hal ini membutuhkan kreativitas kepala sekolah

dalam pengembangan terhadap kegiatan yang telah dilakukan.

Pendekatan kepemimpinan yang digunakan kepala seko

lah dalam pengelolaan sarana prasarana, lebih berorientasi

pada tugas. Kondisi seperti ini berdampak terhadap penye

lenggaraan kegiatan perencanaan, pengadaan, penyaluran dan

(42)

selu-ruh sarana prasarana sekolah. Pendekatan yang dilakukan kepala sekolah yaitu melakukan musyawarah dengan melibat

kan seluruh bawahan, melimpahkan tugas kepada wakil kepala

sekolah bidang sarana prasarana, mengatur penggunaan sa

rana prasarana, mencari sumber dana, dan menjalin hubungan

kerja sama dengan berbagai pihak serta memberikan laporan.

Fenomena di atas menunjukkan bahwa pendekatan yang dilaku

kan kepala sekolah lebih menitikberatkan pada orientasi

tugas, yang membutuhkan kemampuan dan kreativitas untuk

mengembangkan kegiatan-kegiatan yang telah ada.

Pendekatan kepemimpinan kepala sekolah dalam penge lolaan hubungan sekolah dengan masyarakat, berorientasi pada tugas dan hubungan. Kondisi tersebut berdampak dalam

kegiatan mengadakan hubungan dengan orang tua siswa (BP3),

menjalin hubungan kerja sama dengan instansi terkait,

pengawas, Kakandepdikbud, dan teman sejawat. Pendekatan

kepemimpinan yang dilakukan kepala sekolah yaitu hanya

memberitahukan informasi tentang keadaan dan kebutuhan

sekolah, memimta dukungan moral dan material dari berbagai

Pihak, memberikan wewenang kepada wakil kepala sekolah

bidang humas, untuk melakukan, mengatur, dan mengkoordinir seluruh kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat.

Fenomena di atas menunjukkan bahwa belum sepenuhnya kepala

(43)

peri-194

laku

tugas dan hubungan. Dalam hal ini membutuhkan kemam

puan dan keterampilan kepala sekolah untuk mengembangkan

berbagai kegiatan dalam meningkatkan hubungan. kerja sama

dengan berbagai pihak ke arah yang lebih efektif.

Seluruh

pendekatan kepemimpinan yang diuraikan

di

atas,

diarahkan untuk pencapaian efektivitas pengelolaan

sekolah.

Oleh

karena itu, dalam pencapaian

pengelolaan

sekolah yang efektif membutuhkan kemampuan dan keterampil

an kepala sekolah untuk mengembangkan berbagai kegiatan.

*• ^r^JsL5s:Lfria Sekolah dengan a"^»

*»-Hubungan

kerja

sama yang

dijalin

kepala

sekolah

dengan anggota intern organisasi sekolah yaitu hubungan

kepala sekolah dengan guru-guru, dan personil lainnya di

sekolah.

Hubungan yang terjadi tampak dalam suasana intim

dan tidak menghilangkan hubungan kerja sama formal.. Hu

bungan yang dijalin kepala sekolah dalam bentuk dialog

terbuka dan dialog tertutup. Bentuk hubungan terbuka jika

Persoalan

yang dibicarakan sifatnya umum,

sedangkan

hal

yang sifatnya pribadi atau kekeluargaan dibicarakan

dalam

bentuk tidak resmi. Hubungan kekeluargaan tetap dijalin

dengan baik agar dapat meningkatkan hubungan yang sifatnya

formal.

Selain

itu ada juga kepala sekolah menampakkan

(44)

Fenome-na di atas menunjukkan bahwa cara-cara yang dilakukan

kepala sekolah dalam menjaling hubungan kerja sama dengan

anggota interen sekolah bervariasi.

4-

SSS'££Sfc'W

mempengaruhi Perilaku Kepemimpinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpin

an kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah, terbagi dua

yaitu faktor penghambat dan faktor pendukung. Faktor peng

hambat bersumber dari faktor internal dan faktor ekster

nal. Faktor internal (pendidikan dan latihan). Faktor eks

ternal (lingkungan sosial budaya). Sedangkan faktor penun

jang meliputi kepribadian, pengalaman, suasana yang

kondu-sif, dan mentalitas kerja bawahan.

Pada umumnya kepala SMA Negeri di Wilayah Bireuen

Aceh Utara, berpendidikan sarjana muda dengan latar be

lakang pendidikan yang bervariasi. Hanya dua orang

kepala

sekolah yang berlatar belakang pendidikan sarjana. Bahkan,

tidak

ada satu pun kepala sekolah yang berlatar

belakang

jurusan administrasi pendidikan.

Penataran yang pernah diikuti selama menjadi ke

pala sekolah diantaranya penataran program bidang studi,

KKG,

dan

penataran kepegawaian.

Pelatihan

administrasi

pendidikan belum pernah diikuti. Bahkan, materi penataran

(45)

196

diikuti para guru.

Kondisi sosial budaya masyarakat yang mempengaruhi

perilaku kepemimpinan kepala sekolah diantaranya

nilai-nilai, norma-norma yang berlaku dan dijunjung tinggi oleh

masyarakat. Lingkungan masyarakat yang turut mempengaruhi

perilaku kepemimpinan kepala sekolah dalam pengelolaan

sekolah, yaitu sosial ekonomi masyarakat dan tingkat

pen

didikan masyarakat, pada umumnya masih rendah.

Faktor penunjang terlaksananya perilaku kepemim

pinan

kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah,

meliputi

kepribadian, pengalaman, suasana kerja yang kondusif,

dan

mentalitas kerja bawahan.

Kepribadian kepala sekolah menampakkan kepribadian yang baik, hal ini tampak pada sikapnya dalam memberikan

contoh. Pemberian contoh atau teladan kepada bawahan, pe

meliharaan disiplin, tata tertib, pemberian motivasi,

pe-mupukan hubungan kerja sama, sikap keterbukaan, dan

sikap

kesungguhan

dalam

melakukan setiap

kegiatan,

merupakan

faktor penting yang perlu diterapkan. Kemudian, membantu

bawahan dalam berbagai kegiatan dalam meningkatkan presta

si kerja bawahan.

Pengalaman sebelum menjadi kepala sekolah baik

(46)

pe-nataran,

hasil diskusi KKKS, dan masa kerja

sebagai

ke

pala

sekolah

merupakan hal

penting

dalam

melaksanakan

kegiatan pengelolaan sekolah.

Suasana

kerja yang kondusif dalam

proses

kegiatan

sekolah

tampak pada kegiatan pembagian tugas secara

adil

dan

proporsional, yang didasarkan pada kemampuan,

penga

laman,

dan kesediaan para bawahan, yang dilakukan

secara

musyawarah dan berpedoman pada peraturan yang berlaku.

Kesungguhan

dan

motivasi

yang

tinggi

dari

Para

bawahan dalam melakukan setiap kegiatan yang dibebankan,

ketelitian,

keuletan dalam tbekerja, dan

melakukan

ber

bagai kegiatan yang dibebankan, merupakan faktor penunjang

terlaksananya

perilaku

kepemimpinan yang

efektif

dalam

pengelolaan sekolah.

B. Implikasi

Dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan bebe

rapa implikasi baik secara teoritis, praktis maupun untuk

penelitian lebih lanjut.

1. Implikasi Penelitian

Secara teoritik konsep administrasi pendidikan

ber-tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penge

(47)

wi-198

layah kerja penataan sumber daya pendidikan yang berdampak

terhadap pelaksanaan bidang-bidang garapan dalam sekolah.

Sementara itu, masalah kepemimpinan sebagai salah satu

bentuk administrasi pendidikan mempunyai peranan yang

sangat penting dalam menciptakan pengelolaan sekolah yang

efektif dan efisien. Dalam hubungannya dengan konsep

administrasi pendidikan, hasil penelitian ini dapat

dika-takan memberikan dukungan emperik terhadap teori-teori

yang telah dikemukakan sebelumnya.

Masalah perilaku kepemimpinan kepala sekolah dalam

penelitian ini lebih merujuk kepada perilaku kepemimpin

an kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa perilaku kepemimpinan ke

pala sekolah dalam pengelolaan sekolah bervariasi, ada kepala sekolah yang berorientasi pada perilaku tugas dan

hubungan, dan ada juga kepala sekolah yang lebih cendrung

berorientasi hanya pada perilaku tugas. Pendekatan peri

laku kepemimpinan kepala sekolah memberikan corak tindakan

dalam proses kepemimpinan, yaitu melalui pendekatan-pende katan yang dilakukan kepala sekolah dalam pengelolaan

sekolah. Hal ini berarti bahwa perilaku yang digunakan

oleh seorang kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah

merupakan faktor yang tidak boleh diabaikan. Namun demiki

(48)

bila dikaitkan dengan konsep hakiki administrasi pendidik

an, maka efektivitas perilaku kepemimpinan secara langsung

ataupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap

keefek-tifan pengelolaan pendidikan di sekolah.

Secara teoritik pengaruh perilaku kepemimpinan ke

pala sekolah baik sifatnya positif maupun sifatnya negatif

membawa corak implikasi problematik dalam dunia pendidik

an. Hal ini dapat membuka ajang penelitian lain di masa

mendatang. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah pengaruh

nya tidak hanya terbatas kepada para guru dan pegawai ad

ministrasi sekolah sebagai kerabat kerja yang terdekat,

melainkan juga termasuk siswa-siswa yang diwariskan guru

melalui proses pendidikan di sekolah.

Hal-hal tersebut di atas membawa implikasi praktis,

bahwa dalam upaya pencapaian pengelolaan sekolah yang efektif, perlu memperhatikan potensi dan syarat-syarat

kondisional lainnya yang patut dimiliki oleh seseorang

yang menduduki jabatan kepala sekolah. Gagasan dasar dan

awal bagi persyaratan kepala sekolah yang efektif mungkin

dapat bersumber dari kemampuan akademis, bertaqwa, me

miliki kepribadian yang tinggi, kemudian ditambah lagi

dengan adanya perbekalan-perbekalan melalui berbagai pe

(49)

200

dan wawasan yang lebih luas terhadap pelaksanaan tugas se

bagai kepala sekolah.

2. Implikasi untuk Penelitian Lebih Lanjut

Penelitian ini, baru mengungkapkan salah satu as

pek yang relevan dengan bidang administrasi pendidikan

mengenai perilaku kepemimpinan kepala sekolah dalam pera

nannya mengelola pendidikan di sekolah. Oleh karena itu,

masih diperlukan lagi penelitian yang lebih lanjut, antara

lain :

a. Dampak perilaku kepemimpinan kepala sekolah tidak saja

melibatkan faktor kemampuan, tetapi juga melibatkan

faktor-faktor lain seperti pengalaman, kematangan,

suasana kerja yang kondusif dan mentalitas kerja para

bawahan, yang pada gilirannya terhadap pencapaian tu

juan. Salah satu masalah yang nampaknya relevan untuk

diteliti adalah "Gaya kepemimpinan situasional."

b. Penelitian ini memberikan informasi bahwa faktor peri laku kepemimpinan memberikan sumbangan berarti terhadap

efektivitas pengelolaan sekolah. Hal ini memberikan

implikasi dugaan bahwa perilaku kepemimpinan yang efek

tif turut meningkatkan efektivitas pengelolaan pen

(50)

pen-didikan yang sering kali muncul dan dapat dianggap

se

bagai suatu krisis, bukan saja disebabkan oleh kemampu

an kepemimpinan pendidikan, tetapi juga faktor

penentu

lainnya yang berada dalam sistem pendidikan. Dugaan ini

tentu membuka masalah baru yang memerlukan studi yang

lebih mendalam.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil-hasil penelitian, pembahasan,

dan

kesimpulan penelitian, dirumuskan rekomendasi yang merupa

kan implikasi lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas ke

pemimpinan kepala sekolah dalam pengelolaan SMA Negeri

di

Wilayah Bireuen Aceh Utara. Rekomendasi

ini,

ditujukan

langsung kepada pejabat atau aparat yang bertanggung jawab

dalam pengelolaan pendidikan, seperti Kakanwil Depdikbud,

para kepala Bidang, khususnya Kepala Bidang Dikmenum, para

Pengawas di

Sekolah Menengah Atas, dan

kepala sekolah,

maka diajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada Kanwil Depdikbud Propinsi Daerah Istii

Aceh beserta jajaran instansi di bawahnya, disarankan :

(a) Agar hasil penataran yang pernah diikuti kepala

seko

lah

dapat

lebih menunjang

pelaksanaan

tugas

dalam

pengelolaan sekolah, maka pada masa mendatang

(51)

^x>:

an yang diberikan hendaknya dalam waktu pelaksanaan

jangan terlalu singkat, materi yang disajikan relatif

spesifik, dan perlu ditunjang dengan latihan-latihan

praktis di lapangan, sehingga pemahaman para peserta penataran tidak hanya bersifat teoritis, akan tetapi

menguasai keterampilan praktis. Dengan penguasaan

teori dan latihan praktis di lapangan, maka nantinya akan menghasilkan kepala sekolah yang memiliki pe

mahaman teoretis dan praktis, yaitu pemimpin pendidik

an partisipatif yang menekankan pembaharuan untuk

mencapai tujuan pendidikan. Dari uraian tesebut, pe

nulis merasakan perlunya program pendidikan dan latih

an khusus bagi kepala sekolah, yang memungkinkan ke

pala sekolah benar-benar menjadi seorang pemimpin yang berkompeten. Program pendidikan dan pelatihan kepala

sekolah tersebut bertujuan agar kepala sekolah memi

liki pengetahuan, sikap, dan keterampilan khusus bagi

seorang pemimpin pendidikan.

(b) Agar kepala sekolah memiliki pemahaman yang tinggi

terhadap tugasnya sebagai pemimpin pendidikan, maka

penyajian materi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan

penataran yang telah diberikan kepada kepala sekolah

(52)

sekolah (meliputi cara melakukan berbagai kegiatan dan

cara menentukan serta menggunakan pendekatan kepemim

pinan yang sesuai dengan jenis kegiatan dan tingkat

kematangan bawahan).

(c) Perlu diadakannya pelatihan jabatan kepala sekolah.

Pelatihan jabatan bagi kepala sekolah akan memberikan

berbagai pengetahuan dan keterampilan yang memadai

dalam menunjang tugas seorang kepala sekolah di la

pangan. Dalam pelaksanaan pelatihan jabatan perlu di

susun suatu kriteria seleksi bagi calon kepala sekolah

yang akan diikutsertakan dalam pelatihan jabatan oleh

pelaksana pelatihan. Kriteria tersebut membuat dianta

ranya syarat tingkat pendidikan (faktor esensial dalam

penerapan pendekatan kepemimpinan kepala sekolah dalam

pengelolaan sekolah). Seleksi pendidikan dapat dilaku

kan dengan merekrut guru-guru sarjana yang berasal

dari program administrasi pendidikan. Seleksi tersebut

dimaksudkan : (1) untuk menghindari sedini mungkin

te-rekrutnya kepala sekolah yang tidak cakap dan tidak

memiliki kepribadian sebagai seorang pemimpin, dan (2)

untuk menghindarkannya merekrut guru-guru exelent in teaching yang dapat mengakibatkan kerugian bagi seko

lah atau rayon sekolah tersebut, karena kehilangan

(53)

104

tentu pula diperoleh kepala sekolah sebagai pemimpin

yang baik karena tugas guru tidak identik dengan tugas

pengelola pendidikan. Selain itu tanpa mengangkat guru

tersebut menjadi kepala sekolah, karena jenjang karier

guru tetap terbuka (SK Menpan Nomor 26/1989).

(d) Peran sentral kepala sekolah yang berdampak sangat me

nentukan perlu disertai oleh kualitas kepemimpinan yang berwibawa dan akseptabel, untuk itu diperlukan gagasan dasar dan awal tentang kriteria pemilihan per

syaratan kepala sekolah yang efektif mungkin dapat

bersumber sebagai berikut, (1) hendaknya memiliki sistem nilai yang sejalan dengan tujuan pendidikan di sekolah. Sejalan dengan syarat ini, kepala sekolah

hendaknya memiliki sistem nilai Pancasila dan budaya

profesional; (2) hendaknya memiliki kemampuan teknis,

yaitu menguasai program pendidikan yang ada di

seko-lahnya; (3) hendaknya memiliki pengetahuan tentang

pengelolaan pendidikan sekolah menengah atas dan kemampuan memimpin; (4) hendaknya memiliki ciri-ciri

kepribadian yang unggul yaitu bakat (pembawaan lahir) kepemimpinan, memiliki kemampuan menghasilkan keputus

an yang rasional, adil dan bijaksana, memiliki

kele-bihan tertentu dibandingkan dengan anggota lainnya

(54)

teladan), memiliki integritas dan rasa percaya diri, memiliki diterminasi, kemauan kuat untuk mencapai tujuan sekolahnya, dan memiliki kemenonjolan sikap

positif; (5) hendaknya memenuhi persyaratan adminis

tratif dengan ketentuan yang berlaku dan yang penting tidak harus berpangkat dan bergolongan tinggi di

sekolah tersebut. Indikator tersebut hanya akan muncul

dari perilaku pemimpin yang efektif.

2. Kepada Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri di

Wilayah Bireuen Aceh Utara, disarankan :

(a) Agar pemahaman dan komintmen kepala sekolah dapat me

numbuhkan kecintaan dan keikhlasannya untuk melaksana

kan tugas, serta memiliki keberanian untuk berbuat

sesuai dengan tuntutan, fungsi dan peranannya sebagai pemimpin pendidikan, maka kepala sekolah hendaknya da pat membenahi diri dengan berbagai kegiatan yang dapat

memberikan konsep-konsep pemahaman dalam pelaksanaan

tugas. Cara yang dilakukan diantaranya meningkatkan

kegiatan diskusi yang telah dilakukan melalui wadah

KKKS, membaca, dan menambah pengetahuan melalui meng

ikuti kuliah pada berbagai perguruan tinggi swasta.

Dengan pengembangan kegiatan-kegiatan tersebut kepala

(55)

(b) Agar pendekatan kepemimpinan dalam pengelolaan sekolah

dapat terlaksana secara lebih efektif, maka kepala

sekolah hendaknya melakukan pendekatan kepemimpinan

yang penerapannya sesuai dengan konsep dan situasi yang dihadapi. Dengan demikian akan melahirkan kepe mimpinan yang efektif dalam arti adanya pengertian

terhadap konsep tugas yang telah ditentukan dengan

keadaan situasi bawahan di sekolah. Untuk dapat mela hirkan kepemimpinan yang efektif itu, kepala sekolah

dituntut untuk : (1) selalu memperhatikan kedua dimen

si pendekatan kepemimpinannya, didahului dengan

pen-ciptaan dan pemeliharaan hubungan baik dengan setiap

bawahan, setelah tercipta dan terpeliharanya hubungan

baik itu, kepala sekolah perlu menekankan kepada ba

wahan agar setiap tugas yang diberikan diselesaikan

dengan baik sesuai dengan standar dan batas waktu yang

ditentukan, (2) menggunakan pendekatan kepemimpinan

yang tepat sesuai dengan tingkat kematangan masing-masing bawahan, selalu memantau tingkat perkembangan

kematangan bawahan dan kemudian diikuti kembali dengan

penggunaan kepemimpinan yang sesuai, (3) menggunakan

kuasa yang sesuai dengan tingkat kematangan bawahan serta memantau tingkat perkembangan kematangan mereka,

(56)

bawahan bekerja dengan tenang.

(c) Sebagai seorang pemimpin, untuk dapat mempengaruhi,

menggerakkan dan mengendalikan aktivitas bawahan se

suai dengan arah yang

Referensi

Dokumen terkait

BENTUK-BENTUK PERJUANGAN TOKOH UTAMA MENGEJAR IMPIAN DALAM NOVEL BIRU KARYA AGNES JESSICA: KAJIAN PSIKOLOGI.. SASTRA Oleh Bima

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2013 tentang Penetapan

Untuk pengereman motor induksi satu fasa pada Tugas Akhir ini menggunakan pengereman dinamik (dynamic braking) yang efektif dilakukan dengan cara menginjeksikan arus dari

Tinggi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015.

Siapa yang merekomendasikan saya tentang Grand Keude Kupie Uleekareng.. dan

Pada menu ini terdapat daftar admin yang berhak mengakses menu Administrator seperti ditunjukkan dalam Gambar 4.3.. Gambar 4.3 Halaman

bahwa dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme, perlu diberikan akses kepada pegawai dan/atau

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus, dengan anugerah-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul Pengaruh Penambahan Bentonit