KEPEMIMPINAN KEPALA SMA NEGERI DI WILAYAH BIREUEN ACEH UTARA
(Studi Analitis Tcntang Pcrilaku Kcpcmimpinan
Dalam Pcngelolaan Sckolah)TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat memperoleh Geiar Magister Pendidikan
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
O l e h : Nasir Usman 9032196/XXH- 14
PROGRAM FASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN B4NDUNG
DESETUJUI DAN DISAHKAN TIM PEMBIMBING UNTUK UJIAN TAHAP II
Prof.DR.H. Achmad Sanusi, SH.MPA.
Pembimbing I.
Pembinbing II
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
ABSTRAK
Penelitian
ini mengungkapkan salah satu aspek
pen-ting dalam administrasi pendidikan, yaitu masalah kepemim
pinan kepala sekolah di SMA Negeri. Penelitian ini
dilak-sanakan
dengan bertitik tolak dari tema
sentral
masalah
yang menyatakan bahwa perilaku kepemimpinan kepala sekolah
dalam pengelolaan sekolah merupakan bagian yang
monentukan-Pelaksanaan tugas sekolah, dan pada akhirnya mengarah pada
tingkat efektivitas pengelolaan sekolah.Penelitian
ini berupaya menjawab masalah
(a)
per
sepsi kepala sekolah terhadap peranannya sebagai
pemimpin
pendidikan dalam pengelolaan sekolah, (b) pendekatan
kepemimpinan kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah, (c)
hubungan
kerja sama kepala sekolah dengan anggota
intern
sekolah, dan (d) faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku
kepemimpinan kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah.
Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif dengan lokasi penelitian pada SMA Negeri
di
Wilayah
Bireuen, Aceh Utara. Subyek penelitian
yang
dijadikan nara sumber adalah pihak-pihak yang berkaitandengan aktivitas kepemimpinan kepala sekolah.
wawancara, dan telaah bahan dokumentasi yang berkaitan
dengan masalah kepemimpinan kepala sekolah dalam pengelo
laan sekolah. Alat pengumpulan data adalah peneliti sen-diri (human instrument) dengan menggunakan alat bantu
se-perti buku catatan, tape recorder, dan kamera. Data yang
terkumpul itu dianalisis dengan mengikuti prosedur (a)
reduksi data, (b) display data, dan (c) pengambilan kesim
pulan dan verifikasi.
Dari analisis tersebut diketahui bahwa persepsi
kepala sekolah terhadap tugasnya sebagai pemimpin pendi
dikan
dalam
pengelolaan sekolah dirasakan
telah
cukup
dipahami,
namun
dalam
pelaksanaannya
dirasakan
cukup
berat. Persepsi tersebut tergambar dalam pernyataan kepala
sekolah tentang pentingnya meningkatkan disiplin,
memper-baiki dan memelihara fisik sekolah, meningkatkan kualitas
pendidikan, memberikan keteladanan, mendorong kreajbivitas,
mengatasi atau memecahkan masalah, memperkenalkan berbagai
ide, dan mengadakan pendekatan pribadi. Perwujudan persep
si itu diperoleh melalui mempelajari edaran-edaran/ pera-turan-peraturan, membaca buku-buku, pengalaman, pengarahan dari atasan, dan berdiskusi bersama kolega melalui KKKS.
Pendekatan kepemimpinan yang digunakan kepala sekolah
dalam pengelolaan sekolah, yaitu bervariasi.
Ada
kepala
sekolah yang berorientasi pada perilaku tugas dan
hubung
an, dan ada juga kepala sekolah yang hanya berorientasi
pada perilaku tugas. Pendekatan kepemimpinan kepala seko
lah dalam pengelolaan pengajaran, kesiswaan,
kepegawaian,
sarana prasarana, dan hubungan sekolah dengan masyarakat
belum sepenuhnya dilakukan sebagaimana mestinya. Dalam hal
ini
dibutuhkan kemampuan dan keterampilan kepala
sekolah
dalam mengembangkan kegiatan pada pengelolaan tersebut.
Bentuk hubungan kerja sama yang dijalin kepala seko
lah dengan anggota intern sekolah bervariasi. Ada
kepala
yang melakukan hubungan kerja sama dalam suasana intim
dengan tidak menghilangkan hubungan kerja sama formal, dan
ada juga kepala sekolah yang hanya
menampakkan
hubungan
impersonal dengan bawahan secara formal.
Faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan ke pala sekolah dalam pengelolaan sekolah meliputi faktor penghambat dan faktor penunjang. Faktor penghambat terdiri
dari faktor intern (pendidikan dan latihan), faktor
eks-tern
(lingkungan sosial budaya). Adapun faktor
penunjang
meliputi kepribadian, pengalaman, suasana kerja yang
laku kepemimpinan kepala sekolah itu masih dominan men
Pakkan ciri keteladanan sebagai hal yang penting untuk
memperoleh pengakuan atau kepatuhan para bawahan.
Keadaan
seperti itu diduga ada kaitannya dengan budaya yang
ber-kembang dalam masyarakat Aceh yaitu patuh kepada pemimpin.
Berdasarkan hal-hal di atas, untuk perilaku kepemim
pinan kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah, disarankan
supaya kepala sekolah melakukan berbagai kegiatan yang
da-Pat meningkatkan kemampuan mengelola sekolah,
mengikuti
Penataran,
mengembangkan kegiatan dari setiap pendekatan
yang dilakukan, memberikan motivasi dalam bentuk
imbalan
bagi bawahan yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik,
mengembangkan perilaku inisiatif dan kreatif,
mengembang
kan hubungan kerja sama yang multi arah, menerapkan
nilai-nilai kebersamaan dan saling menghormati, mengembangkan
kegiatan dengan orang tua siswa (BP3), dan teman sejawat.
Selain itu diperlukan juga persyaratan yang menduduki
jabatan kepala sekolah yang memiliki :(a) sistem nilai
Pancasila dan budaya profesional, (b) kemampuan teknis,
(c) pengetahuan tentang pengelolaan sekolah menengah, (d)
oiri-ciri kepribadian yang unggul, dan (e) memenuhi per
syaratan administratif yang berlaku.
a m
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
i
PENGHARGAAN DAN TERIMA KASIH
111
ABSTRAK
viii
DAFTAR ISI ...
xii DARTAR TABEL xv DAFTAR GAMBAR xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah x
B. Permasalahan 18
1. Identifikasi Masalah ...' 18
2. Rumusan Masalah 20
C. Tujuan Penelitian 22
D. Kegunaan Hasil Penelitian 23
E. Kerangka Permasalahan Penelitian 24
BAB
II. KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
26
t
A. Beberapa Konsep Dasar tentang Kepemim
pinan 26
B. Pendekatan Kepemimpinan Kepala'Sekolah' 30 y^ Tugas Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin
Pendidikan dalam Pengelolaan Sekolah. 48
1. Pengelolaan Pengajaran 52
2. Pengelolaan Kesiswaan .' 52 3. Pengelolaan Kepegawaian .. 54
4. Pengelolaan Keuangan 55
5. Pengelolaan Sarana Prasarana. ... . 56 6. Pengelolaan Hubungan Masyarakat... 57
E. Hubungan Kerja Sama Kepala Sekolah 61
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peri
laku Kepemimpinan Kepala Sekolah.... 63
G. Kesimpulan Hasil Studi Kepustakaan dan
Hasil Penelitian Sebelumnya 71 BAB III. PROSEDUR PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian ..'
B. Subyek Penelitian
C. Teknik Pengumpulan Data !!!!.'! .' .' ! 85 D. Pelaksanaan Pengumpulan Data...'.'!.'!.'.' 89
1. Tahap orientasi ! 8g
2. Tahap ekplorasi ! gi
3. Tahap Member check !!! $2
E. Pengolahan dan Analisis Data...
F. Signifikansi Hasil Penelitian...!!!!!!!
1. Kredibilitas
2. Transferabilitas !!!!!!!!!! !
3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas!!
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Persepsi Kepala Sekolah terhadap" Pe
ranannya sebagai Pemimpin Pendidikan
dalam Pengelolaan Sekolah 102 B. Pendekatan Kepemimpinan Kepala Sekciah'
dalam Pengelolaan sekolah 108
1. Pendekatan Kepemimpinan Kepala Seko
lah dalam Pengelolaan Pengajaran.... m
2. Pendekatan Kepemimpinan Kepala Seko
lah dalam Pengelolaan Kesiswaan 116 3. Pendekatan Kepemimpinan Kepala Seko
lah dalam Pengelolaan Kepegawaian ...' 118 4. Pendekatan Kepemimpinan Kepala Seko
lah dalam Pengelolaan Sarana Prasa
rana
5. Pendekatan Kepemimpinan Kepala Seko lah dalam Pengelolaan Hubungan Seko
lah dengan Masyarakat 128
C. Hubungan Kerja Sama Kepala Sekolah de
ngan Anggota Intern Sekolah 132
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peri
laku Kepemimpinan Kepala Sekolah 138 1. Faktor-faktor Penghambat 138
2. Faktor-faktor Penunjang ..! 142
BAB V. PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN
A. Persepsi Kepala Sekolah terhadap Pe
ranannya sebagai Pemimpin Pendidikan
dalam Pengelolaan Sekolah
B. Pendekatan Kepemimpinan Kepala Sekolah
dalam Pengelolaan Sekolah
*r
147
152
C. Hubungan Kerja Sama Kepala Sekolah de
ngan Anggota Intern Sekolah. 171
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peri
laku Kepemimpinan Kepala Sekolah 175
BAB VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
B. IMPLIKASI
C. Rekomendasi
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
x i v
187
187
197
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Keadaan Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat
II Aceh Utara 14
2.1. Jumlah Sekolah, Kelas, Siswa, Guru dan Pegawai di SMA Negeri Wilayah Bireuen,
Aceh Utara
2.3. Keadaan Ijazah, Masa Kerja dan Golongan/
Pangkat yang dimiliki kepala SMA Negeri
di Wilayah Bireuen, Aceh Utara
x v
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.1. Kerangka Penelitian
1.2. Managerial Grid
2.2. Model Kepemimpinan Situasional
3.2. Model Getzels
3.2. Skema Konsep Administrasi Pendidikan
x v 1
Halaman
24
35 42 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran „ .
Halaman
1. Pedoman wawancara, observasi, dan dokumen-tasi dengan kepala SMA Negeri di Wilayah
Bireuen Aceh Utara
2. Foto-foto Hasil Penelitian
3. Peta Daerah Istimewa Aceh
4. Peta Kabupaten Aceh Utara 5. Surat-surat Izin Penelitian
6. Curriculum Vitae
x v n
214 221 228 229 230
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
Sebagaimana telah dirumuskan pada bagian
pertama,
penelitian
ini
tidak bermaksud untuk
mengungkapkan
hu
bungan antar variabel melalui studi korelasi atau
regresi
untuk
menguji hipotesis tertentu. Rumusan
masalah
dalam
penelitian ini menuntut peneliti untuk melakukan explorasi
dalam
rangka
memahami dan menjelaskan masalah
yang
di-teliti
melalui
komunikasi yang
intensif
dengan
sumber
data. Dalam proses penelitiannya, peneliti dibimbing
oleh
suatu "conceptual framework". Artinya, peneliti harus mem
punyai tingkat intensitas pemahaman terhadap suatu
kon-sepsi atau teori. Konkon-sepsi ini merupakan perspektif teori
tis
yang dijadikan pedoman proses inquiry oleh
peneliti.
Bila
tidak demikian, maka apa yang dihasilkan
penelitian
hanyalah
merupakan
kemampuan
informasi.
Bila
kumpulan
informasi
itu
tersusun
dan
terorganisasi
dalam
suatu
struktur pemikiran tertentu, data tersebut mempunyai'maknauntuk menjelaskan masalah yang diteliti.
Pendekatan
penelitian seperti ini
dikenal
sebagai
pendekatan naturalistik kualitatif. Dalam hal ini Nasution
(1988)
mengemukakan
bahwa, "penelitian
kualitatif
pada
hakekatnya
ialah mengamati orang dalam lingkungan
hidup-nya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa
dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya."
Lebih lanjut Lexy J. Moleong (1990) menyimpulkan
bahwa, "penelitian kualitatif berakar pada latar belakang
alamiah sebagai kebutuhan mengandalkan manusia sebagai
alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, dan meng
adakan analisis data secara induktif." Sasaran penelitian
diarahkan kepada usaha menemukan teori-teori dasar peneli
tian bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari
Pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki
sepe-rangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, dan hasil
Penelitian disepakati oleh kedua pihak yakni peneliti dan
subjek penelitian.Bogdan dan Biklen (1982 : 27-29) mengemukakan 5
ka-rakteristik utama dari penelitian kualitatif, sebagai
berikut :
'• ^^o^ce'cT^a' ahndS & "E^^H." '"
instrument. reseacner isv_the . key 2. Qualitative research is descriptive?a?herathln res*arChers are concerned with process
4 £^Y?J ^ " Slmply with outcomes or products Pr°CeSS
?ndau1ctiv:iy ""«<*«» tend to analjze'^ir data
5" ap^o'aSh13 °f 6SSential ~ " to the qualitative
Dari kutipan di atas dapat diungkapkan bahwa
80
untuk .endatangi secara langsu„g su.ber datanya. Kedua
»engiBplikasikan data ya„g dikuapulkan dalaB penelitian
»x !ebih eendru„g dalaB bentuk kata-kata dari pada
angka-angka. Jadi hasil analisisnya berupa suatu uraian. Ketiga
menjelaskan bahwa hasil penelitian kualitatif lebih ...
nekanka„ perhatian kepada proses, tidak seBata-Bata pada
hasxl. dan keempat Belalui analisis induktif peneliti
«ngungkapkan makna dari keadaan yang dia.ati.
Bila diperhatikan karakteristik
Penelitian-peneliti-an kualitatif seperti dijelaskPenelitian-peneliti-an di atas, maka tidak
meng-herankan apabila vpenelitineiiti smrfi.isendiri merupakan pengumpul
data utama seperti di„yataka„ oleh S. Nasution U988 •54)
menempatkan peneliti sebagai instrumen penelitian dalam
Penelitian kualitatif mempunyai rasional yang dapat
diper-tanggung jawabkan 'sebab mempunyai adaptabilitas yang
tin«i. jadi senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan
-tuasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian
itu. Ia senantiasa dapat memperhalus pertanyaan untuk
memperoleh data yang lebih terinoi menurut kei„gi„a„„ya."
A. Lokasi Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dikemukakan (bab
I), maka penelitian ini mengambil lokasi di Wilayah
Bi
Negeri, yaitu untuk memperoleh informasi yang relevan
dengan fokus penelitian. Secara keseluruhan gambaran lo
kasi penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Sekolah Menengah Atas Megeri
Sekolah Menengah Atas Negeri yang dijadikan lokasi
penelitian adalah di bawah pimpinan kepala sekolah. Di
lingkungan sekolah inilah diperoleh data dan informasi
tentang berbagai aktivitas kepemimpinan kepala sekolah
dalam pengelolaan sekolah sesuai dengan masalah dan tujuan
penelitian. Aktivitas kepemimpinan kepala sekolah yang di maksud dalam tulisan ini adalah kepemimpinan yang dilaksa
nakan oleh setiap kepala sekolah dalam pengelolaan seko
lah. Dalam pengelolaan sekolah, kepala sekolah adalah penanggung jawab terakhir terhadap atasan dan Pemerintah,
serta kepada masyarakat pada umumnya.
2. Kan tor Wilayah Depdikbud Propinsi D.I. Aceh
Pada kantor ini diperoleh data dan informasi yang
berkaitan dengan masalah pribadi responden, pendidikan,
pengalaman, latihan dan penataran yang pernah diikuti oleh
kepala sekolah, merupakan studi dokumenter, dalam hal ini
dihubungi Kasi Tentis Dikmenum. Selanjutnya juga untuk
memperoleh informasi yang berkaitan dengan masalah proses
wawan-s:
oara
dengan
para
pejabat terkait yaitu
para
pengawas.
Karena umumnya mereka berkantor di Kantor Wilayah
Depdik-bud Propinsi Daerah Istimewa Aceh.3. Kantor Depdikbud Kabupaten Aceh Utara
Kantor ini sebagai kantor yang mempunyai
tugas
me
laksanakan sebagian tugas Kantor Wilayah Depdikbud Propin
si dan sebagai koordianator bagi Sekolah Menengah Atas,
maka pada kantor ini diperoleh data yang berkaitan dengan
kemampuan rata-rata kepala sekolah, keadaan personil,
dan
fasilitas penunjang yang digunakan di sekolah.
Di samping lokasi-lokasi data tersebut di atas,
pe
neliti juga melakukan pertemuan dengan responden di
rumah-nya. Rumah kepala sekolah, guru-guru dan pejabat terkaityang dianggap dapat memberikan data yang dibutuhkan
dikun-jungi secara kekeluargaan. Lebih jauh penelitian ini, juga
berlangsung di beberapa lokasi tertentu yang dianggap da
pat memberikan data untuk memenuhi kebutuhan penelitian.Peneliti selalu berusaha untuk bertemu dengan subyek pe
nelitian dalam kondisi yang benar-benar bebas dari
penga
ruh kondisi formal. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan
hubungan baik dengan subyek penelitian sehingga data yang
diberikan benar-benar murni tanpa ada gangguan atau penga
Sedangkan sumber data di lingkungan SMA Negeri Wi layah Bireuen Aceh Utara diperoleh data dan informasi
tentang berbagai aktivitas kepemimpinan kepala sekolah
dalam pengelolaan sekolah sesuai dengan masalah dan tujuan
penelitian.
B. Subyek Penelitian
Dalam bagian I telah dijelaskan bahwa penelitian ini
mengambil lokasi di Wilayah Bireuen Aceh Utara dengan
subyek atau responden utama adalah kepala sekolah.
Kemudi-an untuk mendukung data primer dari kepala sekolah, maka
informasi dilacak kepada pihak-pihak yang terkait dengan
kepemimpinan kepala sekolah pada SMA Negeri, khususnya
berkenaan dengan perilaku kepemimpinan kepala sekolah
dalam pengelolaan sekolah, seperti guru, wakil kepala
sekolah, kepala tata usaha, dan pengawas. Di samping data
t
dan informasi tentang pengelolaan sekolah, kepada kepala
sekolah dimintakan pandangan tentang kepemimpinannya.
Subyek dalam penelitian ini termasuk "purpossive
sampling, " dengan maksud memperoleh data sesuai dengan
fokus penelitian. Nasution (1988 : 29) menyatakan bahwa
penentuan unit sampel (responden) dianggap telah memadai
apabila dapat diteruskan sampai dicapai taraf "redun
res-84
ponden
bertambah, data baru tidak bertambah atau
tetap.
Sedangkan
Subino Hadisubroto (1988
: 12)
mengemukakan
bahwa : "... peneliti kualitatif tidak akan memulai dengan
menghitung
atau memperkirakan banyaknya populasi dan
ke-mudian> menghitung proporsi sampelnya sehingga dipandang
sebagai yang telah representatif. "
Sejalan dengan pendapat di atas, dalam proses penen
tuan
banyaknya subyek penelitian
atau
responden
tidak
dapat ditentukan sebelumnya. Subyek penelitian yang
dipi-lih
semakin
lama, semakin terarah sesuai dengan
fokus
Penelitian.
Bila sudah dianggap cukup memadai,
subyek
penelitian
tidak lagi perlu diperbesar. Dengan demikian,
yang
menjadi
subyek dalam penelitian ini
adalah
kepala
sekolah.
Pemilihan
kepala sekolah sebagai
subyek
atau
responden didasarkan pada pertimbangan :
1). Kepala sekolah merupakan
penanggung jawab kegiatan
penyelenggaraan pendidikan.
2). Keterlibatannya dalam
organisasi
pendidikan di
se
kolah.
3). Mengetahui perkembangan
dan
permasalahan
pendidikan
secara menyeluruh di sekolah yang dipimpinnya.
4). Mampu memberikan informasi tentang berbagai
kegiatan
Salah
satu sifat metode kualitatif ialah
pemilihan
responden yang berkembang terus sesuai kebutuhannya.
Oleh
karena itu,
responden yang berkaitan dengan data yang
terhimpun,
dijadikan subjek penelitian. Jumlah data
dan
informasi dari kepala sekolah ditambah lagi dari data dan
informasi dari wakil kepala sekolah dan guru yang dipilih,
tidak ditetapkan sebelumnya. Jumlah subyek atau
responden
yang diwawancarai
terus berubah seiring dengan
lengkap
tidaknya data. Dalam hal ini, peneliti juga tidak dapat
menggunakan
personil yang ada pada SMA Negeri yang
telah
ditetapkan terutama mereka yang ragu-ragu dalam memberikan
informasi yang dibutuhkan peneliti. Wawancara dilakukan
berulang-ulang dengan para responden guna memperoleh
in
formasi yang benar-benar akurat dan menyeluruh.C. Teknik Pengumpulan Data
Kegiatan
yang
dilakukan dalam
usaha
mengumpulkan
data meliputi langkah-langkah sejak dari persiapan pelak
sanaan pengumpulan data sampai data itu diklasifikasikandan dikonstruksi dalam laporan penelitian. Rangkaian
ke
giatan yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
ob
servasi,
wawancara, dan studi dokumentasi.
Ketiga
teknik
tersebut digunakan dalam penelitian ini dengan
harapan
diper-86
lukan.
Sedangkan sumber data yang diperlukan,
dapat
di-klasifikasikan menjadi data primer dan data sekunder.
Data primer, diambil dari personil (subjek) Sekolah
Menengah
Atas
Negeri, yang langsung
berhubungan
dengan
aktivitas
kepemimpinan
kepala
sekolah,
yaitu
kepala-kepala
Sekolah Menengah
Atas
Negeri.
Personil-personil
tersebut
dipilih untuk diwawancarai
dan
diobservasi,
ditentukan
berdasarkan
keterlibatan
mereka,
baik yang
terkait langsung dengan pelaksanaan tugas kepala
sekolah,
maupun yang berhubungan dengan kepemimpinan kepala sekolah
dalam
pengelolaan sekolah. Sedangkan data
sekunder yang
diambil
dari berbagai dokumen, seperti identitas
pribadi
responden, pendidikan, pengalaman, latihan dan penataran
yang pernah diikuti, pendayagunaan sarana dan prasarana
belajar
mengajar serta hal lain yang
berhubungan
dengan
materi penelitian, yang mendukung data primer.Alat pengumpulan datanya adalah peneliti sendiri
(human instrumen),
dan
dibantu
dengan
tape
rocorder,
kamera foto, dan buku catatan. Peneliti sebagai instrumen
penelitian
mempunyai daya penyesuaian yang
cukup
tinggi
sehingga senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan situasi
yang berubah-ubah. Peneliti senantiasa dapat menghaluskan
pertanyaan untuk mendapatkan data yang lebih rinci menurut
1. Observasi
Sesuai dengan pendekatan penelitian naturalistik dan
pengumpulan data secara grounded, maka teknik observasi
merupakan
teknik pengumpulan
data
yang utama.
Dengan
observasi
diharapkan
dapat memperoleh data
yang
benar-benar alami dari berbagai aktivitas kepemimpinan kepala
sekolah.
Peneliti
melakukan
observasi
secara
langsung
kondisi kepemimpinan
kepala sekolah,
seperti perilaku,
pendapat,
persepsi,
sikap dan
lain-lainnya
berdasarkan
pandangan
subyek yang diteliti.
Karena
itu
peneliti
mengumpulkan
data melalui kontak langsung dengan
subyek
yang diteliti dimana mereka sehari-hari biasa berada dan
biasa melakukan kegiatannya.
2. Wawancara
Dari hasil observasi diadakan di atas, mencerminkan
berbagai
perilaku yang bersifat visial. Namun untuk mem
peroleh
makna, atau mencari rasionalitas
dari
munculnya
perilaku
tersebut perlu ditanyai
pada
responden yang
berperilaku
tersebut.
Teknik pengumpulan data
dengan
wawancara dalam penelitian naturalistik merupakan teknik
Pengumpulan data yang tidak dapat ditinggalkan, dan harus
88
Wawancara dilakukan dengan cara yang tak
berstruk-tur, dimana responden mendapat .kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan buah pikiran, pandangan dan perasaannya tanpa diatur oleh peneliti. Kemudian, setelah peneliti
memperoleh sejumlah keterangan, peneliti mengadakan wawan
cara yang lebih berstruktur dan disusun berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh responden. Dengan kata lain, data pertama mengandung sifat non-directive yaitu menurut Pikiran dan perasaan responden. Sedangkan dalam kegiatan selanjutnya data bersifat directive yaitu ditinjau dari
pandangan peneliti. Dengan demikian, wawancara makin
beralih dari tak berstruktur menjadi lebih berstruktur.
Dalam wawancara ini, peneliti menyediakan pedoman
wawancara yang telah dipersiapkan. Wawancara terjadi
ke-tika peneliti mengunjungi sekolah, dan pada waktu peneliti
dan responden sama-sama pulang ke rumah, dan responden
menyediakan waktu yang telah ditetapkan. Di samping'wawan
cara, pengumpulan data juga dilakukan dengan pencatatan,
rekaman, foto atau gambar. Jika menggunakan rekaman maka
informasi non verbal selalu dicatat.
3. Studi Dokumentasi
Sekalipun dalam penelitian kualitatif kebanyakan di
ob-manusia, diantaranya adalah dokumen. Dalam penelitian ini
dokumen
dapat
dijadikan bahan triangulasi
untuk
mencek
kesesuaian
data. Adapun perolehan data
dalam
penelitian
ini,
juga dilakukan
melalui berbagai dokumen
tentang
aktivitas
kepemimpinan
kepala sekolah,
seperti program
kerja
kepala sekolah, catatan/notula rapat sekolah,
data
pribadi
responden,
tingkat pendidikan kepala sekolah,
pengalaman, penataran-penataran yang pernah diikuti. Dalamproses pengambilan data, peneliti mempertimbangkan hal-hal
sebagai
berikut
: (1) apakah dokumen
itu
otentik
atau
palsu,
(2)
apakah isi dokumen dapat diterima sebagai
kenyataan,
dan (3) apakah data itu cocok untuk
menambah
pengertian tentang gejala-gejala yang diteliti.D. Pelaksanaan Pengunpulan Data
Pelaksanaan
pengumpulan data dalam
penelitian
ini
mengikuti prosedur atau tahap seperti yang dikemukakan
oleh S.
Nasution (1988 : 33-34) yaitu
tahap
orientasi,
tahap eksplorasi, dan tahap member check.
1. Tahap Orientasi
Sebelum
melaksanakan penelitian lapangan,
peneliti
terlebih dahulu mempersiapkan persyaratan administratif,
peneli-90
tian.
Surat izin dari pejabat, informasi tentang
respon
den,
dan
data pribadi responden
yang dibutuhkan
harus
dipersiapkan sebelum pelaksanaan pengumpulan data.
Sebagaimana
telah dikemukakan di atas,
maka
untuk
mengenai
latar belakang penelitian secara mendalam
lebih
dahulu
telah dilaksanakan survey pendahuluan. Dari
hasil
survey diketahui secara lengkap tentang kondisi responden,
dan
kondisi
lainnya. Data ini dapat
dipergunakan
untuk
menyusun
berbagai
format yang dibutuhkan
sesuai
dengan
permasalahan lapangan penelitian.
Dalam
penelitian naturalistik tidak mutlak
disusun
instrumen,
karena yang menjadi
instrumen
utama
adalah
peneliti
sendiri.
Akan tetapi untuk
mempermudah
pelak
sanaan pengumpulan data, format isian yang harus dibuat.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam tahap awal
ini
adalah mengembangkan komunikasi yang lebih akrab dengan
calon responden, sehingga informasi yang diberikan
benar-benar jujur, murni, bebas dari persepsi dan
kepentingan
responden. Kegiatan pengumpulan data dilakukan pada bulan
5 September
1992 sampai dengan 27 Desember
1992.
Untuk
pengumpulan data dalam penelitian ini sebelumnya dihubungi
beberapa pihak yang berkepentingan, yaitu :
1. Rektor IKIP Bandung dengan surat Nomor 4249/PT.25.HI/
2. Direktorat Sosial Politik Pemerintah Daerah
Tingkat
I
Jawa Barat Surat Rekomendasi No. 070.2/3499 tanggal
15
Agustus 1992.
3. Direktorat Sosial Politik Pemerintah Propinsi
Daerah
Istimewa Aceh dengan Surat
Rekomendasi
No.
Sospol.
070/3376 tanggal 25 Agustus 1992.
4. Kantor
Sosial
Politik
Pemerintah
Kabupaten
Daerah
Tingkat II Aceh Utara dengan Surat Rekomendasi No. Sos
pol .070/1268/TIB/1992 tanggal 22 Oktober 1992.
5. Kantor Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Kabupaten
Aceh Utara Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Aceh dengan
Surat Izin Penelitian No. 145/1107.4/T.1992 tanggal 23
Oktober 1992.
6. Kepala sekolah masing-masing di SMA Negeri
Wilayah
Bireuen Aceh Utara yang dijadikan objek penelitian.
Pelaksanaan pengumpulan data sedapat mungkin
diada-kan dengan tidak mengganggu kegiatan rutin sekolah. 'Untuk
membantu kelancaran pelaksanaan pengumpulan data, peneliti
menggunakan tape recorder guna merekam seluruh pembicaraan
dalam wawancara yang dilakukan.
2. Tahap Eksplorasi
Untuk mendapatkan informasi atau data yang relevan
observasi
dilakukan hal-hal yang ada
hubungannya
dengan
fokus masalah. Wawancara dilakukan secara lebih mendalam
tentang aspek-aspek yang ada kaitannya dengan ruang
ling
kup fokus penelitian, tidak bersifat umum, berstruktur dan
dapat
memberikan
kejelasan tentang
seluruh
aspek yang
menjadi fokus penelitian.
Dokumen-dokumen yang ditelaah adalah yang ada kaitan
dengan fokus penelitian dan dapat member! sumbangan untuk
menjelaskannya. Dalam hal ini peneliti membutuhkan respon
den yang mampu dan berani memberikan informasi sehubungan
dengan fokus penelitian.
3. Tahap Member check
Untuk
memperoleh keabsahan dan
keyakinan
terhadap
kebenaran data yang telah dihimpun terutama melalui wawan
cara dilakukan member check. Tahap ini dilakukan setiap
selesai mengadakan observasi maupun wawancara, yakni deng
an mengkonfirmasikan kembali catatan hasil wawancara.
Selain
itu dilakukan juga koreksi dari nara
sumber
yang
bersangkutan. Untuk lebih memantapkan lagi dilakukan pula
observasi dan studi dokumentasi serta triangulasi kepada
responden maupun nara sumber lain yang berkompeten. Dengan
demikian waktu pelaksanaan
member check
dilakukan
seiring
E. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
biasanya
disebut data lunak (soft data), karena data tersebutberupa
uraian
yang
penuh
deskripsi
mengenai
kegiatan
subyek yang diteliti, pendapatnya dan aspek-aspek
lainnya
yang
berkaitan, diperoleh melalui
observasi,
wawancara,
dan studi dokumentasi. S. Nasution (1988 : 126) mengemuka
kan bahwa "analisis data kualitatif adalah proses menyusun
data berarti menggolongkannya dalam pola, thema, atau ka
tegori agar dapat ditafsirkan." Dengan demikian dalam pro
ses analisis data kualitatif memerlukan daya kreatif dan
kemampuan intelektual yang tinggi dari peneliti untuk
cengolah data tersebut, sehingga diketahui maknanya.
Dalam penelitian kualitatif pada hakekatnya tidak
ada satu cara tertentu yang dapat diikuti untuk
dijadikan
pedoman dalam menganalisis data, sehingga oleh peneliti
mencari sendiri metode yang dirasakan lebih cocok dengan
masalah
penelitiannya.
Subino Hadisubroto
(1988
: 20)
mengemukakan sebagai berikut :
0,^oK"-*1dalam analisis data kuantitatif itu metodenya
SV+-aS dan Pastl> sedangkan
dalam
analisis
data
kualitatif metode seperti itu belum tersedia.
Peneli-tiiah yang berkewajiban menciptakannya sendiri Oleh
sebab itu ketajaman dan ketepatan analisis data
kuali-na* lni sangat tergantung kepada ketajaman melihat
n!na
+°l
Pene^ti
serta
kekayaan
pengalaman
dan
94
Berpedoman pada konsep analisis data kualitatif ter
sebut, maka dengan proses menyusun data, dapat ditafsirkan
dan diketahui maknanya. Menyusun data tersebut berarti
menggolongkan
ke dalam pola, tema, unit atau kategori.
Data yang diperoleh dari banyak sumber,
diseleksi dan
dibandingkan, kemudian dimasukkan ke dalam salah satu unit
atau
kategori. Tafsiran atau interprestasi menggambarkan
Perspektif atau pandangan peneliti dalam menyusun dan
menjelaskan unit atau kategori yang dapat menghubungkan
berbagai konsep, dan memberikan makna kepada analisis unit
atau kategori itu. Data yang dikumpulkan dalam penelitian
ini diolah dan dianalisis dengan berpedoman kepada
cara-oara yang disebutkan di atas. Adapun langkah-langkah yang
Peneliti lakukan dalam pengolahan dan analisis data adalah
sebagai berikut :1- Setiap data yang dikumpulkan peneliti, mengandung ber
bagai informasi tentang berbagai hal dan masalah yang
berbeda. Oleh karena itu langkah pertama yang digunakan
adalah menentukan fokus penelitian tertentu.
2. Mengorganisasikan data menurut masing-masing
fokus
Penelitian. Data yang diorganisasikan adalah data yang
diperoleh dari kepala sekolah,
guru,
wakil kepala
sekolah, dan pengawas. Data tersebut diperoleh melalui
3. Data yang telah terorganisir dianalisis,
berdasarkan
konsensus
judgment
dengan merujuk
kepada
landasan
teoritis yang telah dikemukakan di atas, maka cara yang
Peneliti lakukan adalah mengelompokkan data berdasarkan
Pertanyaan penelitian yang diperoleh dari kepala
seko
lah, guru, wakil kepala sekolah dan pengawas. Kemudian,
data yang diperoleh disimpulkan menjadi satu
kedalaman
makna.
4. Memberikan tafsiran tentang apa yang berhasil diper
oleh dari setiap analisis pertanyaan penelitian,
dan
mencoba menarik kesimpulan secara
inferensial dengan
melihat kesamaan dan perbedaan jawaban responden (sub
yek penelitian) yang dikaitkan dengan teori.
5. Mengingat penelitian ini bersifat diagnostik, maka pada
langkah terakhir diajukan rekomendasi berupa beberapa
pemikiran
tentang apa yang sepatutnya dilakukan
oleh
kepala sekolah dan
pihak-pihak yang terkait
•
dalam
pengelolaan sekolah.
F. Signifikansi Hasil Penelitil a n
Tingkat kebermaknaan proses maupun hasil suatu pe
nelitian kualitatif tergantung pada : a) kredibilitas (va
96
i
nal), c) dependabilitas (reliabilitas), dan konfirraabili-tas (obyektivitas) (Nasution, 1988 : 114-124). Untuk itu penelitian ini diusahakan dapat memenuhi kriteria-kriteria
tersebut.
1. Kredibilitas
Kredibilitas merupakan ukuran tentang kebenaran data
yang dikumpulkan. Dalam penelitian kuantitatif disebut
validitas internal. Kredibilitas dalam penelitian kualita
tif menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan
konsep
yang ada pada responden atau nara sumber. Untuk
tercapai-nya aspek kebenaran atau "the truth value" hasil peneli
tian, dan dapat dipercaya, maka upaya yang dilakukan untuk
memenuhi kriteria tersebut, antara lain :
a. Memanfaatkan waktu penelitian, yakni penelitian natura
listik kualitatif membutuhkan waktu yang relatif lebih
lama dari pada penelitian dengan pendekatan
konvension-al kukonvension-alitatif. Mempertimbangkan mendesaknya batas waktu
penelitian, maka peneliti mencoba memanfaatkan waktu
yang dapat digunakan. Pada awal penelitian, pengumpulan
data
dilakukan pada situasi yang
natural.
Kekosongan
kegiatan pada beberapa sisi sasaran penelitian,
diman-faatkan untuk mengadakan pertemuan dengan kepala seko lah yang menjadi responden atau nara sumber. Keberadaan
berbagai aktivitas kepemimpinan kepala sekolah,
mendu-kung termanfaatnya waktu penelitian yang relatif
sing-kat (5 September 1992 sampai dengan 27 Desember 1992).
b. Triangulasi, yakni dilakukan untuk mengecek kebenaran
data dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh
dari nara sumber lain. Upaya yang dilakukan dalam
rangka triangulasi ini adalah : (1) membandingkan hasil
wawancara dengan hasil pengamatan, (2) memperbanyak
subjek sumber data untuk setiap fokus penelitian ter
tentu. Misalnya pelaksanaan triangulasi dalam peneli
tian ini ialah informasi tentang perilaku kepala seko
lah dalam mengadakan pembinaan terhadap bawahannya
diperoleh melalui wawancara dengan kepala sekolah
dibandingkan dengan informasi yang diperoleh melalui
wawancara dengan guru-guru, wakil kepala sekolah, dan
personil lainnya di sekolah, bahkan dibandingkan pula
dengan pengamatan langsung oleh peneliti sendiri' selama
berada di sekolah.
c Pembicaraan dengan kolega (peer debriefing). Dalam hal
ini peneliti membicarakan catatan lapangan dengan
kolega di FKIP Unsyiah dan teman-teman seangkatan S2 di
IKIP Bandung, sehingga dapat memberikan
pandangan-pandangannya yang netral dan obyektif. Pembicaraan ini
pertanyaan-per-98
tanyaan yang lebih tajam, kelemahan-kelemahan, bias, tafsiran yang kurang didukung data atau kurang jelas,
dan langkah-langkah perbaikan.
d. Penggunaan referensi, yakni dilakukan sejak awal
catatan kecil dibuat untuk merekam hasil pengamatan
yang ditemukan. Rekaman hasil wawancara dipindahkan ke
dalam bentuk laporan lapangan setelah dipadukan dengan
hasil observasi. Pemberian informasi dilakukan dalam
suasana natural, untuk mengurangi kelemahan daya ingat
peneliti yang memang terbatas, maka pembuatan laporan
lapangan dilakukan pada setiap malam hari setelah
observasi dan wawancara dilakukan.
e. Mengadakan member check, yakni pada setiap akhir wawan
cara dilakukan konfirmasi dengan nara sumber sehingga
apabila ada kekeliruan dapat diperbaiki atau bila ada
kekurangan dapat ditambah dengan informasi baru. Dengan
demikian data yang diperoleh sesuai dengan yang dimak
sudkan oleh nara sumber.
2. Transferabilitas
Kriteria ini berhubungan dengan masalah batas-batas
kemungkinan penggunaan atau pengaplikasian hasil peneliti
an. Dengan kata lain transferabilitas berhubungan dengan
lity bergantung pada sipemakai, yakni hingga manakah hasil
penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan
situasi tertentu. Oleh karena itu transferabilitas hasil
penelitian ini diserahkan kepada para pemakai. Apabil
pemakai melihat ada situasi yang identik dengan perma
salahan perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang dibahas
dalam penelitian ini, maka pemakai dipersilahkan
mengapli-kasikannya.
3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas
Pengertian dependabilitas sejajar dengan
reliabili-tas yaitu untuk mendapatkan hasil penelitian yang sama
dengan penelitian yang diulangi pihak lain, atau dengan
kata lain menguji apakah penelitian ini dapat diulangi
atau direplikasi dengan menemukan hasil yang sama. Sedang
kan konfirmabilitas berkaitan dengan obyektivitas hasil penelitian.
Seperti diketahui situasi sosial pada hakekatnya
bersifat unik dan tidak dapat direkontruksi sepenuhnya
seperti semula. Oleh karena itu sangat sulit untuk
mengu-kur konsistensi hasil penelitian tentang perilaku kepemim
pinan kepala sekolah ini. Untuk itu guna menjaga kebenaran
dan obyektivitas hasil peneltian ini dilakukan "audit
trail", yakni dengan melakukan pemeriksaan untuk
lOO
kan bahwa hal-hal yang dilaporkan memang demikian
kejadi-annya.
Untuk kepentingan ini dilakukan kegiatan-kegiatan
antara lain :
a. Menyusun data mentah yang diperoleh melalui wawancara
dan observasi dalam bentuk catatan lapangan,
menyimpan
dan meneliti dokumen.
b. Menyusun unit analisis atau kategorisasi informasi dan
mendeskripsikannya sebagai hasil analisis data.
c Merumuskan tafsiran dan kesimpulan sebagai hasil
sin-tesis data.
d. Melaporkan seluruh proses pengumpulan data, dari sejak
Praservey dan penyusunan disain sampai pengolahan
data
sebagaimana dilaporkan dalam penelitian ini.
Demikianlah beberapa ketentuan dan cara-cara yang
ditempuh dalam pelaksanaan penelitian ini. Dengan demikian
kebermaknaan data yang terkumpul sudah selayaknya terbatas
dalam penelitian ini. Batas-batas kebermaknaan tersebut
dapat dilampaui atau berlaku pula pada lingkup yang lain,
tetapi tetap tergantung pada kesamaan situasi dan kondisi
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Bab VI ini mengemukakan kesimpulan, implikasi,
dan
rekomendasi yang didasarkan pada hasil penelitian.
Kesim
pulan
disini
lebih merupakan
pemaknaan
secara
terpadu
terhadap seluruh hasil penelitian, yaitu perilaku kepemim
pinan kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah.
Implikasi
merupakan akibat dari hasil penelitian atau tuntutan ter
hadap pihak-pihak utama yang terkait dalam penelitian ini.
Pada sisi lain rekomendasi merupakan implikasi lebih
lan-jut dari hasil penelitian, terutama bagi pengambil
kepu
tusan
yang berkenaan dengan Sekolah Menengah Atas
Negeri
di
Wilayah
Bireuen Aceh Utara dan
bagi
kepala
sekolah
sebagai pengguna hasil penelitian.
A. Kesinpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan diskusi hasil
penelitian seperti diuraikan dalam bagian-bagian sebelum nya, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku kepemimpinan
kepala
sekolah
dalam pengelolaan SMA Negeri
di
Wilayah
Bireuen Aceh Utara, menunjukkan bahwa kepala sekolah telah
melakukan
pendekatan kepemimpinan yang berorientasi
pada
tugas dan hubungan, dan ada juga kepala sekolah yang hanya
188
berorientasi pada tugas. Akan tetapi belum bersifat
menye-luruh terhadap semua aspek pengelolaan sekolah. Selain
itu, pendekatan kepemimpinan yang dilakukan kepala seko
lah, apabila dinilai secara keseluruhan, maka perilaku
kepemimpinan kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah
belum dilakukan secara optimal sesuai dengan konsep ke
pemimpinan yang efektif. Belum optimalnya penerapan peri
laku kepemimpinan kepala sekolah tersebut, diduga faktor
utama penyebabnya yaitu tingkat pendidikan kepala sekolah di dalam memahami konsep-konsep kepemimpinan, dan faktor
materi penataran yang pernah diikuti masih belum dapat
memberikan pemahaman yang lebih tinggi atau komitmen terhadap tugas yang menuntut dapat memberikan perlakuan
yang lebih baik dalam pengelolaan sekolah.
Selanjutnya apabila ditinjau dari setiap aspek
pendekatan kepemimpinan kepala sekolah dalam pengelolaan
sekolah tersebut, maka ditemukan hal-hal seperti berikut :
1. Persepsi Kepala Sekolah
tentang Peranannya sebagai
Pemimpin Pendidikan dalam pengelolaan Sekolah
Secara
umum dapat disimpulkan bahwa
kegiatan
yang
dilakukan oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugas dan
peranannya dalam pengelolaan sekolah telah cukup dipahami,
kepala sekolah tersebut tergambar dalam pernyataannya
tentang pentingnya meningkatkan disiplin, memperbaiki dan
memelihara fisik sekolah, meningkatkan kualitas pendi
dikan, memberikan keteladanan, mendorong kreativitas,
mengatasi atau memecahkan segala masalah, memperkenalkan
berbagai ide, dan mengadakan pendekatan pribadi.
Persepsi kepala sekolah terhadap fungsi dan tugas
nya tersebut di atas, diperoleh dengan mempelajari sendiri
buku pedoman umum penyelengaraan administrasi sekolah,
membaca berbagai buku yang berkenaan dengan kepemimpinan
kepala sekolah, pengalaman sebelum menjadi kepala sekolah,
pengarahan dari atasan, dan hasil diskusi melalui wadah
KKKS atau KKG.
Perspesi kepala sekolah tentang tugas dan peranan
nya sebagai pemimpin pendidikan, tampak pada pemahaman
mereka tentang pentingnya memberikan kesempatan melakukan
berbagai kegiatan kepada bawahan untuk meningkatkan
profe-sionalnya. Persepsi kepala sekolah positif terhadap tugas dan peranannya terlihat juga dari pemahaman mereka tentang
pentingnya melakukan penyaringan, penyederhanaan, atau pengubahan keadaan yang ada ke arah pencapaian tujuan se
kolah, dengan tidak mengabaikan tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan pemerintah. Menurut persepsi kepala se
pen-190
didikan dan pengalaman dalam rangka mewujudkan efektivitas
kepemimpinan.
2. Pendekatan Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pengelo
laan Sekolah
Pendekatan kepemimpinan kepala SMA Negeri di Wilayah
Bireuen Aceh Utara dalam pengelolaan sekolah bervariasi.
Ada kepala sekolah yang berorientasi pada perilaku tugas
dan hubungan, dan ada juga kepala sekolah yang berorien
tasi hanya pada perilaku tugas.
Pendekatan kepemimpinan kepala sekolah dalam penge
lolaan pengajaran berorientasi pada tugas dan hubungan.
Kondisi seperti itu berdampak dan berdaya dukung terhadap
keberlangsungan penyelenggaraan kegiatan mengatur jadwal
pelajaran, pembagian tugas guru, menentukan strategi meng
ajar, dan menetapkan sistem ujian. Pendekatan kepemimpinan
yang dilakukan dalam mengatur jadwal pelajaran yaitu
melakukannya secara bersama, mendelegasikan tugas kepada
bawahan, dan menyesuaikan kegiatan dengan ketentuan dari atasan. Untuk pembagian tugas, pendekatan yang dilakukan
yaitu mendelegasikan tugas kepada bawahan dengan mengada
kan musyawarah melalui rapat dewan guru, berpedoman pada
kualifikasi,
kemampuan, dan pengalaman. Untuk
membimbing
dan membina guru muda, diberikan wewenang kepada guru yang
Pendekatan yang digunakan dalam strategi mengajar ialah
memberikan wewenang kepada guru bidang studi atau kelompok
guru bidang studi, untuk menentukan cara pelaksanaan
metode mengajar. Pendekatan yang digunakan dalam penentuan sistem ujian, yaitu menentukan bentuk ketentuan sistem ujian. Ujian sumatif dilakukan secara formal melalui panitia sistem ujian. Fenomena ini menunjukkan bahwa
pendekatan yang dilakukan kepala sekolah hanya terbatas
pada pendekatan-pendekatan tersebut di atas, belum bersi
fat
menyeluruh, dan membutuhkan kreativitas
pengembangan
kegiatan terhadap hal yang telah dilakukan.
Pendekatan kepemimpinan kepala sekolah dalam penge
lolaan kesiswaan yaitu berorientasi pada tugas dan hubung
an, yang kondisi seperti ini berdampak terhadap daya du
kung keberlangsungan penyelenggaraan kegiatan penerimaan
siswa baru, pelaksanaan program bimpen, pencatatan
siswa,
kehadiran siswa, pengembangan kegiatan ekstra kurikuler,
dan pengaturan kegiatan usaha kesehatan sekolah (UKS).
Pendekatan kepemimpinan yang dilakukan kepala sekolah terhadap seluruh kegiatan tersebut, yaitu mendelegasikan
tugas kepada wakil kepala sekolah bidang kesiswaan untuk
mengatur dan mengkoordinir seluruh kegiatan kesiswaan.
di-192
lakukan tersebut belum sepenuhnya dilakukan sesuai dengan
orientasi tugas dan hubungan yang membutuhkan
pendekatan-pendekatan
yang
lebih
spesifik
dalam
setiap
kegiatan
kesiswaan.
Pendekatan kepemimpinan yang digunakan kepala seko
lah dalam pengelolaan kepegawaian yaitu berorientasi
pada
tugas
dan hubungan, yang dampak kegiatannya dalam
penye
lenggaraan
pengusulan kebutuhan pegawai, orientasi
pega
wai, penilaian DP3, pembayaran gaji pegawai, pembinaan ba
wahan, dan penilaian setiap kegiatan yang dilakukan bawah
an. Pendekatan yang dilakukan yaitu mengadakan musyawarah,
menetapkan tugas dan wewenang, memberikan informasi, me
lakukan
upacara pertemuan, memberikan pengarahan,
melim-pahkan
wewenang
kepada
bawahan,
memberikan
motivasi,
menilai sendiri prestasi bawahan sesuai dengan
kemampuan,
dedikasi,
dan disiplin. Pendekatan yang dilakukan
kepala
sekolah belum sepenuhnya merujuk pada orientasi tugas
dan
hubungan. Hal ini membutuhkan kreativitas kepala sekolah
dalam pengembangan terhadap kegiatan yang telah dilakukan.
Pendekatan kepemimpinan yang digunakan kepala seko
lah dalam pengelolaan sarana prasarana, lebih berorientasi
pada tugas. Kondisi seperti ini berdampak terhadap penye
lenggaraan kegiatan perencanaan, pengadaan, penyaluran dan
selu-ruh sarana prasarana sekolah. Pendekatan yang dilakukan kepala sekolah yaitu melakukan musyawarah dengan melibat
kan seluruh bawahan, melimpahkan tugas kepada wakil kepala
sekolah bidang sarana prasarana, mengatur penggunaan sa
rana prasarana, mencari sumber dana, dan menjalin hubungan
kerja sama dengan berbagai pihak serta memberikan laporan.
Fenomena di atas menunjukkan bahwa pendekatan yang dilaku
kan kepala sekolah lebih menitikberatkan pada orientasi
tugas, yang membutuhkan kemampuan dan kreativitas untuk
mengembangkan kegiatan-kegiatan yang telah ada.
Pendekatan kepemimpinan kepala sekolah dalam penge lolaan hubungan sekolah dengan masyarakat, berorientasi pada tugas dan hubungan. Kondisi tersebut berdampak dalam
kegiatan mengadakan hubungan dengan orang tua siswa (BP3),
menjalin hubungan kerja sama dengan instansi terkait,
pengawas, Kakandepdikbud, dan teman sejawat. Pendekatan
kepemimpinan yang dilakukan kepala sekolah yaitu hanya
memberitahukan informasi tentang keadaan dan kebutuhan
sekolah, memimta dukungan moral dan material dari berbagai
Pihak, memberikan wewenang kepada wakil kepala sekolah
bidang humas, untuk melakukan, mengatur, dan mengkoordinir seluruh kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat.
Fenomena di atas menunjukkan bahwa belum sepenuhnya kepala
peri-194
laku
tugas dan hubungan. Dalam hal ini membutuhkan kemam
puan dan keterampilan kepala sekolah untuk mengembangkan
berbagai kegiatan dalam meningkatkan hubungan. kerja sama
dengan berbagai pihak ke arah yang lebih efektif.
Seluruh
pendekatan kepemimpinan yang diuraikan
di
atas,
diarahkan untuk pencapaian efektivitas pengelolaan
sekolah.
Oleh
karena itu, dalam pencapaian
pengelolaan
sekolah yang efektif membutuhkan kemampuan dan keterampil
an kepala sekolah untuk mengembangkan berbagai kegiatan.
*• ^r^JsL5s:Lfria Sekolah dengan a"^»
*»-Hubungan
kerja
sama yang
dijalin
kepala
sekolah
dengan anggota intern organisasi sekolah yaitu hubungan
kepala sekolah dengan guru-guru, dan personil lainnya di
sekolah.
Hubungan yang terjadi tampak dalam suasana intim
dan tidak menghilangkan hubungan kerja sama formal.. Hu
bungan yang dijalin kepala sekolah dalam bentuk dialog
terbuka dan dialog tertutup. Bentuk hubungan terbuka jika
Persoalan
yang dibicarakan sifatnya umum,
sedangkan
hal
yang sifatnya pribadi atau kekeluargaan dibicarakan
dalam
bentuk tidak resmi. Hubungan kekeluargaan tetap dijalin
dengan baik agar dapat meningkatkan hubungan yang sifatnya
formal.
Selain
itu ada juga kepala sekolah menampakkan
Fenome-na di atas menunjukkan bahwa cara-cara yang dilakukan
kepala sekolah dalam menjaling hubungan kerja sama dengan
anggota interen sekolah bervariasi.
4-
SSS'££Sfc'W
mempengaruhi Perilaku Kepemimpinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpin
an kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah, terbagi dua
yaitu faktor penghambat dan faktor pendukung. Faktor peng
hambat bersumber dari faktor internal dan faktor ekster
nal. Faktor internal (pendidikan dan latihan). Faktor eks
ternal (lingkungan sosial budaya). Sedangkan faktor penun
jang meliputi kepribadian, pengalaman, suasana yang
kondu-sif, dan mentalitas kerja bawahan.
Pada umumnya kepala SMA Negeri di Wilayah Bireuen
Aceh Utara, berpendidikan sarjana muda dengan latar be
lakang pendidikan yang bervariasi. Hanya dua orang
kepala
sekolah yang berlatar belakang pendidikan sarjana. Bahkan,
tidak
ada satu pun kepala sekolah yang berlatar
belakang
jurusan administrasi pendidikan.
Penataran yang pernah diikuti selama menjadi ke
pala sekolah diantaranya penataran program bidang studi,
KKG,
dan
penataran kepegawaian.
Pelatihan
administrasi
pendidikan belum pernah diikuti. Bahkan, materi penataran
196
diikuti para guru.
Kondisi sosial budaya masyarakat yang mempengaruhi
perilaku kepemimpinan kepala sekolah diantaranya
nilai-nilai, norma-norma yang berlaku dan dijunjung tinggi oleh
masyarakat. Lingkungan masyarakat yang turut mempengaruhi
perilaku kepemimpinan kepala sekolah dalam pengelolaan
sekolah, yaitu sosial ekonomi masyarakat dan tingkat
pen
didikan masyarakat, pada umumnya masih rendah.
Faktor penunjang terlaksananya perilaku kepemim
pinan
kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah,
meliputi
kepribadian, pengalaman, suasana kerja yang kondusif,
dan
mentalitas kerja bawahan.
Kepribadian kepala sekolah menampakkan kepribadian yang baik, hal ini tampak pada sikapnya dalam memberikan
contoh. Pemberian contoh atau teladan kepada bawahan, pe
meliharaan disiplin, tata tertib, pemberian motivasi,
pe-mupukan hubungan kerja sama, sikap keterbukaan, dan
sikap
kesungguhan
dalam
melakukan setiap
kegiatan,
merupakan
faktor penting yang perlu diterapkan. Kemudian, membantu
bawahan dalam berbagai kegiatan dalam meningkatkan presta
si kerja bawahan.
Pengalaman sebelum menjadi kepala sekolah baik
pe-nataran,
hasil diskusi KKKS, dan masa kerja
sebagai
ke
pala
sekolah
merupakan hal
penting
dalam
melaksanakan
kegiatan pengelolaan sekolah.
Suasana
kerja yang kondusif dalam
proses
kegiatan
sekolah
tampak pada kegiatan pembagian tugas secara
adil
dan
proporsional, yang didasarkan pada kemampuan,
penga
laman,
dan kesediaan para bawahan, yang dilakukan
secara
musyawarah dan berpedoman pada peraturan yang berlaku.
Kesungguhan
dan
motivasi
yang
tinggi
dari
Para
bawahan dalam melakukan setiap kegiatan yang dibebankan,
ketelitian,
keuletan dalam tbekerja, dan
melakukan
ber
bagai kegiatan yang dibebankan, merupakan faktor penunjang
terlaksananya
perilaku
kepemimpinan yang
efektif
dalam
pengelolaan sekolah.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan bebe
rapa implikasi baik secara teoritis, praktis maupun untuk
penelitian lebih lanjut.
1. Implikasi Penelitian
Secara teoritik konsep administrasi pendidikan
ber-tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penge
wi-198
layah kerja penataan sumber daya pendidikan yang berdampak
terhadap pelaksanaan bidang-bidang garapan dalam sekolah.
Sementara itu, masalah kepemimpinan sebagai salah satu
bentuk administrasi pendidikan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam menciptakan pengelolaan sekolah yang
efektif dan efisien. Dalam hubungannya dengan konsep
administrasi pendidikan, hasil penelitian ini dapat
dika-takan memberikan dukungan emperik terhadap teori-teori
yang telah dikemukakan sebelumnya.
Masalah perilaku kepemimpinan kepala sekolah dalam
penelitian ini lebih merujuk kepada perilaku kepemimpin
an kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa perilaku kepemimpinan ke
pala sekolah dalam pengelolaan sekolah bervariasi, ada kepala sekolah yang berorientasi pada perilaku tugas dan
hubungan, dan ada juga kepala sekolah yang lebih cendrung
berorientasi hanya pada perilaku tugas. Pendekatan peri
laku kepemimpinan kepala sekolah memberikan corak tindakan
dalam proses kepemimpinan, yaitu melalui pendekatan-pende katan yang dilakukan kepala sekolah dalam pengelolaan
sekolah. Hal ini berarti bahwa perilaku yang digunakan
oleh seorang kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah
merupakan faktor yang tidak boleh diabaikan. Namun demiki
bila dikaitkan dengan konsep hakiki administrasi pendidik
an, maka efektivitas perilaku kepemimpinan secara langsung
ataupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap
keefek-tifan pengelolaan pendidikan di sekolah.
Secara teoritik pengaruh perilaku kepemimpinan ke
pala sekolah baik sifatnya positif maupun sifatnya negatif
membawa corak implikasi problematik dalam dunia pendidik
an. Hal ini dapat membuka ajang penelitian lain di masa
mendatang. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah pengaruh
nya tidak hanya terbatas kepada para guru dan pegawai ad
ministrasi sekolah sebagai kerabat kerja yang terdekat,
melainkan juga termasuk siswa-siswa yang diwariskan guru
melalui proses pendidikan di sekolah.
Hal-hal tersebut di atas membawa implikasi praktis,
bahwa dalam upaya pencapaian pengelolaan sekolah yang efektif, perlu memperhatikan potensi dan syarat-syarat
kondisional lainnya yang patut dimiliki oleh seseorang
yang menduduki jabatan kepala sekolah. Gagasan dasar dan
awal bagi persyaratan kepala sekolah yang efektif mungkin
dapat bersumber dari kemampuan akademis, bertaqwa, me
miliki kepribadian yang tinggi, kemudian ditambah lagi
dengan adanya perbekalan-perbekalan melalui berbagai pe
200
dan wawasan yang lebih luas terhadap pelaksanaan tugas se
bagai kepala sekolah.
2. Implikasi untuk Penelitian Lebih Lanjut
Penelitian ini, baru mengungkapkan salah satu as
pek yang relevan dengan bidang administrasi pendidikan
mengenai perilaku kepemimpinan kepala sekolah dalam pera
nannya mengelola pendidikan di sekolah. Oleh karena itu,
masih diperlukan lagi penelitian yang lebih lanjut, antara
lain :
a. Dampak perilaku kepemimpinan kepala sekolah tidak saja
melibatkan faktor kemampuan, tetapi juga melibatkan
faktor-faktor lain seperti pengalaman, kematangan,
suasana kerja yang kondusif dan mentalitas kerja para
bawahan, yang pada gilirannya terhadap pencapaian tu
juan. Salah satu masalah yang nampaknya relevan untuk
diteliti adalah "Gaya kepemimpinan situasional."
b. Penelitian ini memberikan informasi bahwa faktor peri laku kepemimpinan memberikan sumbangan berarti terhadap
efektivitas pengelolaan sekolah. Hal ini memberikan
implikasi dugaan bahwa perilaku kepemimpinan yang efek
tif turut meningkatkan efektivitas pengelolaan pen
pen-didikan yang sering kali muncul dan dapat dianggap
se
bagai suatu krisis, bukan saja disebabkan oleh kemampu
an kepemimpinan pendidikan, tetapi juga faktor
penentu
lainnya yang berada dalam sistem pendidikan. Dugaan ini
tentu membuka masalah baru yang memerlukan studi yang
lebih mendalam.
C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil-hasil penelitian, pembahasan,
dan
kesimpulan penelitian, dirumuskan rekomendasi yang merupa
kan implikasi lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas ke
pemimpinan kepala sekolah dalam pengelolaan SMA Negeri
di
Wilayah Bireuen Aceh Utara. Rekomendasi
ini,
ditujukan
langsung kepada pejabat atau aparat yang bertanggung jawab
dalam pengelolaan pendidikan, seperti Kakanwil Depdikbud,
para kepala Bidang, khususnya Kepala Bidang Dikmenum, para
Pengawas di
Sekolah Menengah Atas, dan
kepala sekolah,
maka diajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Kepada Kanwil Depdikbud Propinsi Daerah Istii
Aceh beserta jajaran instansi di bawahnya, disarankan :
(a) Agar hasil penataran yang pernah diikuti kepala
seko
lah
dapat
lebih menunjang
pelaksanaan
tugas
dalam
pengelolaan sekolah, maka pada masa mendatang
^x>:
an yang diberikan hendaknya dalam waktu pelaksanaan
jangan terlalu singkat, materi yang disajikan relatif
spesifik, dan perlu ditunjang dengan latihan-latihan
praktis di lapangan, sehingga pemahaman para peserta penataran tidak hanya bersifat teoritis, akan tetapi
menguasai keterampilan praktis. Dengan penguasaan
teori dan latihan praktis di lapangan, maka nantinya akan menghasilkan kepala sekolah yang memiliki pe
mahaman teoretis dan praktis, yaitu pemimpin pendidik
an partisipatif yang menekankan pembaharuan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Dari uraian tesebut, pe
nulis merasakan perlunya program pendidikan dan latih
an khusus bagi kepala sekolah, yang memungkinkan ke
pala sekolah benar-benar menjadi seorang pemimpin yang berkompeten. Program pendidikan dan pelatihan kepala
sekolah tersebut bertujuan agar kepala sekolah memi
liki pengetahuan, sikap, dan keterampilan khusus bagi
seorang pemimpin pendidikan.
(b) Agar kepala sekolah memiliki pemahaman yang tinggi
terhadap tugasnya sebagai pemimpin pendidikan, maka
penyajian materi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan
penataran yang telah diberikan kepada kepala sekolah
sekolah (meliputi cara melakukan berbagai kegiatan dan
cara menentukan serta menggunakan pendekatan kepemim
pinan yang sesuai dengan jenis kegiatan dan tingkat
kematangan bawahan).
(c) Perlu diadakannya pelatihan jabatan kepala sekolah.
Pelatihan jabatan bagi kepala sekolah akan memberikan
berbagai pengetahuan dan keterampilan yang memadai
dalam menunjang tugas seorang kepala sekolah di la
pangan. Dalam pelaksanaan pelatihan jabatan perlu di
susun suatu kriteria seleksi bagi calon kepala sekolah
yang akan diikutsertakan dalam pelatihan jabatan oleh
pelaksana pelatihan. Kriteria tersebut membuat dianta
ranya syarat tingkat pendidikan (faktor esensial dalam
penerapan pendekatan kepemimpinan kepala sekolah dalam
pengelolaan sekolah). Seleksi pendidikan dapat dilaku
kan dengan merekrut guru-guru sarjana yang berasal
dari program administrasi pendidikan. Seleksi tersebut
dimaksudkan : (1) untuk menghindari sedini mungkin
te-rekrutnya kepala sekolah yang tidak cakap dan tidak
memiliki kepribadian sebagai seorang pemimpin, dan (2)
untuk menghindarkannya merekrut guru-guru exelent in teaching yang dapat mengakibatkan kerugian bagi seko
lah atau rayon sekolah tersebut, karena kehilangan
104
tentu pula diperoleh kepala sekolah sebagai pemimpin
yang baik karena tugas guru tidak identik dengan tugas
pengelola pendidikan. Selain itu tanpa mengangkat guru
tersebut menjadi kepala sekolah, karena jenjang karier
guru tetap terbuka (SK Menpan Nomor 26/1989).
(d) Peran sentral kepala sekolah yang berdampak sangat me
nentukan perlu disertai oleh kualitas kepemimpinan yang berwibawa dan akseptabel, untuk itu diperlukan gagasan dasar dan awal tentang kriteria pemilihan per
syaratan kepala sekolah yang efektif mungkin dapat
bersumber sebagai berikut, (1) hendaknya memiliki sistem nilai yang sejalan dengan tujuan pendidikan di sekolah. Sejalan dengan syarat ini, kepala sekolah
hendaknya memiliki sistem nilai Pancasila dan budaya
profesional; (2) hendaknya memiliki kemampuan teknis,
yaitu menguasai program pendidikan yang ada di
seko-lahnya; (3) hendaknya memiliki pengetahuan tentang
pengelolaan pendidikan sekolah menengah atas dan kemampuan memimpin; (4) hendaknya memiliki ciri-ciri
kepribadian yang unggul yaitu bakat (pembawaan lahir) kepemimpinan, memiliki kemampuan menghasilkan keputus
an yang rasional, adil dan bijaksana, memiliki
kele-bihan tertentu dibandingkan dengan anggota lainnya
teladan), memiliki integritas dan rasa percaya diri, memiliki diterminasi, kemauan kuat untuk mencapai tujuan sekolahnya, dan memiliki kemenonjolan sikap
positif; (5) hendaknya memenuhi persyaratan adminis
tratif dengan ketentuan yang berlaku dan yang penting tidak harus berpangkat dan bergolongan tinggi di
sekolah tersebut. Indikator tersebut hanya akan muncul
dari perilaku pemimpin yang efektif.
2. Kepada Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri di
Wilayah Bireuen Aceh Utara, disarankan :
(a) Agar pemahaman dan komintmen kepala sekolah dapat me
numbuhkan kecintaan dan keikhlasannya untuk melaksana
kan tugas, serta memiliki keberanian untuk berbuat
sesuai dengan tuntutan, fungsi dan peranannya sebagai pemimpin pendidikan, maka kepala sekolah hendaknya da pat membenahi diri dengan berbagai kegiatan yang dapat
memberikan konsep-konsep pemahaman dalam pelaksanaan
tugas. Cara yang dilakukan diantaranya meningkatkan
kegiatan diskusi yang telah dilakukan melalui wadah
KKKS, membaca, dan menambah pengetahuan melalui meng
ikuti kuliah pada berbagai perguruan tinggi swasta.
Dengan pengembangan kegiatan-kegiatan tersebut kepala
(b) Agar pendekatan kepemimpinan dalam pengelolaan sekolah
dapat terlaksana secara lebih efektif, maka kepala
sekolah hendaknya melakukan pendekatan kepemimpinan
yang penerapannya sesuai dengan konsep dan situasi yang dihadapi. Dengan demikian akan melahirkan kepe mimpinan yang efektif dalam arti adanya pengertian
terhadap konsep tugas yang telah ditentukan dengan
keadaan situasi bawahan di sekolah. Untuk dapat mela hirkan kepemimpinan yang efektif itu, kepala sekolah
dituntut untuk : (1) selalu memperhatikan kedua dimen
si pendekatan kepemimpinannya, didahului dengan
pen-ciptaan dan pemeliharaan hubungan baik dengan setiap
bawahan, setelah tercipta dan terpeliharanya hubungan
baik itu, kepala sekolah perlu menekankan kepada ba
wahan agar setiap tugas yang diberikan diselesaikan
dengan baik sesuai dengan standar dan batas waktu yang
ditentukan, (2) menggunakan pendekatan kepemimpinan
yang tepat sesuai dengan tingkat kematangan masing-masing bawahan, selalu memantau tingkat perkembangan
kematangan bawahan dan kemudian diikuti kembali dengan
penggunaan kepemimpinan yang sesuai, (3) menggunakan
kuasa yang sesuai dengan tingkat kematangan bawahan serta memantau tingkat perkembangan kematangan mereka,
bawahan bekerja dengan tenang.
(c) Sebagai seorang pemimpin, untuk dapat mempengaruhi,
menggerakkan dan mengendalikan aktivitas bawahan se
suai dengan arah yang