KEEFEKTIFAN MEDIA KOMIK
DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI DRAMA
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar magister pendidikan
Program Studi Pendidikan Dasar
oleh
CICIH WIARSIH NIM 1007370
KONSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
SEKOLAH PASCASARJANA
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
LEMBAR PENGESAHAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Rahman, M.Pd. NIP 195704011984121001
Pembimbing II,
Dr. Hj. Isah Cahyani, M.Pd. NIP 196407071989012001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Dasar
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Keefektifan
Media Komik dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kemampuan
Mengapresiasi Drama” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di
dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.
Bandung, Agustus 2012 Yang membuat pernyataan,
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
KEEFEKTIFAN MEDIA KOMIK
DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI DRAMA
ABSTRAK
Cicih Wiarsih (1007370)
Tingkat perhatian guru dan siswa terhadap pembelajaran drama dan kemampuan berpikir kreatif siswa di kelas V SD Laboratorium Percontohan UPI berada dalam tataran rendah. Hal ini dikarenakan guru kurang variatif dalam menggunakan media pembelajaran. Selain itu, drama yang berbentuk dialog sulit untuk dipahami serta banyak siswa merasa kesulitan menuangkan ide dan gagasannya ke dalam bentuk naskah drama. Maka, salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi drama dan kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu dengan menggunakan media komik.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian kuasi eksperimen (nonequivalent control group design) terhadap siswa kelas V SD Laboratorium Percontohan UPI terdiri dari 44 siswa yang terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun teknik pengumpulan data yaitu melalui angket, tes portofolio, performansi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dan analisis deskriptif sebagai penjelasan.
Hasil analisis dan pembahasan data penelitian, menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama menggunakan media komik berjalan dengan baik. Terdapat peningkatan kemampuan siswa dalam mengapresiasi drama, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Selanjutnya, kemampuan siswa dalam mengapresiasi drama di kelas eksperimen yang menggunakan media komik lebih tinggi dibandingkan kemampuan siswa di kelas kontrol yang menggunkan media teks drama. Hal ini berdasarkan hasil penghitungan uji normalitas, homogenitas, uji t pretes dan postes, gain, dan N-gain. Pada kemampuan menulis naskah drama siswa pada kelas eksperimen memperoleh rata-rata gain sebesar 36,86 sedangkan pada kelas kontrol 18,41. Dan pada kelampuan performansi siswa pada kelas eksperimen memperoleh rata-rata gain sebesar 2,32 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,82.
Berdasarkan pada hasil penelitian, media komik efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan mengapresiasi drama. Dengan demikian, sangat disarankan kepada praktisi pendidikan, guru, dan orang tua untuk menggunakan media komik dalam pembelajaran guna meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang dipelajari sekaligus memberikan efek menyenangkan dan menarik dalam pembelajaran. Selain digunakan dalam pembelajaran bahasa, media komik juga dapat digunakan dalam pembelajaran lain.
DAFTAR ISI
Tabel ... Hal.
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ... v
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GRAFIK ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C.Tujuan Penelitian ... 7
D.Manfaat Penelitian ... 8
E. Struktur Organisasi Tesis ... 9
BAB II MEDIA KOMIK, KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI DRAMA A.Media Komik ... 11
1. Pengertian Media ... 11
2. Komik ... 16
a. Hakikat Komik ... 17
b. Struktur Komik ... 19
c. Fungsi Komik ... 21
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
B. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 30
1. Pengertian Berpikir Kreatif ... 30
2. Ciri-ciri Berpikir Kreatif ... 37
3. Indikator Berpikir Kreatif ... 38
4. Tahap-tahap Berpikir Kreatif ... 40
C.Kemampuan Mengapresiasi Sastra Drama ... 41
1. Apresiasi Sastra ... 41
a. Pengertian Apresiasi Sastra ... 42
b. Jenis-jenis Pendekatan Apresiasi Sastra ... 43
c. Tahap-tahap Apresiasi Sastra ... 47
d. Manfaat Apresiasi Sastra ... 48
e. Teori Tes Pembelajaran Apresiasi Sastra ... 49
f. Tingkatan Tes Kesastraan ... 59
2. Kemampuan Mengapresiasi Drama ... 69
a. Pengertian Drama ... 71
b. Jenis-jenis Drama ... 74
c. Istilah dalam Drama ... 77
d. Unsur-unsur Instrinsik Drama ... 79
e. Menulis Naskah Drama ... 83
f. Memahami dan Memperagakan Drama ... 86
3. Langkah-langkah Apresiasi Drama dengan Menggunakan Media Komik ... 88
D.Hubungan antara Media Komik, Berpikir Kreatif, dan Apresiasi Drama ... 93
E. Hipotesis Penelitian ... 95
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 97
B. Desain Penelitian ... 98
C. Definisi operasional ... 100
E. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 101
F. Prosedur Penelitian ... 102
1. Tahap perencanaan Penelitian ... 102
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 103
3. Tahap Pengoalahan Data Penelitian ... 103
G. Instrumen Penelitian ... 104
H. Validitas dan Reliabilitas ... 111
I. Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian ... 115
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 117
1. Analisis Efektivitas Media Komik dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kemampuan Mengapresiasi Drama ... 118
2. Analisis Kemampuan Mengapresiasi Drama ... 121
a. Analisis Tes Kemampuan Menulis Naskah Drama ... 121
b. Analisis Tes Performansi Drama ... 159
3. Analisis Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 170
B. Pembahasan ... 182
1. Pembahasan Penyebaran Angket Efektivitas Media Komik ... 182
2. Pembahasan Tes Kemampuan Menulis Naskah Drama ... 182
3. Pembahasan Tes Performansi Drama ... 186
4. Pembahasan Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif ... 187
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 191
B. Saran ... 192
DAFTAR PUSTAKA ... 194
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
DAFTAR TABEL
Tabel ... Hal.
3.1 Kisi-kisi Instrumen ... 106
3.2 Pedoman Angket Efektifitas Media Komik ... 107
3.3 Pedoman Penilaian Berpikir Kreatif ... 108
3.4 Pedoman Tes Performansi Apresiasi Drama ... 108
3.5 Deskriptor Kriteria Skor Tes Performansi Setiap Item ... 109
3.6 Pedoman Penilaian dan Deskripsi Kriteria Tes Menulis Naskah Drama . 109 3.7 Nilai dan Kategori Kemampuan Menulis Naskah Drama ... 111
3.8 Kategori Harga Koefisien Korelasi ... 113
3.9 Kriteria Peningkatan N-Gain ... 115
4.1 Hasil Analisis Angket Pretes Keefektifan Media Komik dalam Pembelajaran Drama ... 119
4.2 Hasil Analisis Angket Postes Keefektifan Media Komik dalam Pembelajaran Drama ... 120
4.3 Hasil Pretes Kemampuan Menulis Naskah Drama Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 122
4.4 Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Menulis Naskah Drama ... 123
4.5 Uji Homogenitas Pretes Kemampuan Menulis Naskah Drama ... 126
4.6 T-Test Sample Independent Pretes Kemampuan Menulis Naskah Drama 127 4.7 Skor Postes Kemampuan Menulis Naskah Drama Kelas Ekspeimen dan Kelas Kontrol ... 128
4.8 Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Menulis Naskah Drama ... 129
4.9 Uji Homogenitas Postes Kemampuan Menulis Naskah Drama ... 132
4.10 Uji Mann-Whitney Hasil Postes Kemampuan Menulis Naskah Drama .... 133
4.11 Hasil Penilaian Skor Total Kelas Eksperimen ... 134
4.12 Hasil Penilaian Skor Total Kelas Kontrol ... 135
4.14 Uji Homogenitas Gain Kemampuan Menulis Naskah Drama
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 137
4.15 Uji Mann-Whitney Gain Kemampuan Menulis Naskah Drama ... 137
4.16 N-Gain dan Klasifikasi Kemampuan Menulis Naskah Drama pada Setiap Aspek Indikator ... 138
4.17 Hasil Pretes Kemampuan Performansi Drama pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 160
4.18 Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Performansi Drama ... 161
4.19 Hasil Uji Mann-Whitney Pretes Kemampuan Performansi Drama Siswa 162 4.20 Hasil Postes Kemampuan Performansi Drama pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 163
4.21 Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Performansi Drama ... 164
4.22 Hasil Uji Mann-Whitney Kemampuan Performansi Drama ... 165
4.23 Hasil Penilaian Skor Total Kelas Eksperimen ... 166
4.24 Hasil Penilaian Skor Total Kelas Eksperimen ... 167
4.25 Uji Normalitas Distribusi Gain Kemampuan Performansi Drama Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 168
4.26 Hasil Uji Mann-Whitney Gain Kemampuan Performansi Drama ... 169
4.27 N-Gain dan Klasifikasi Kemampuan Performansi Drama pada Setiap Indikator ... 170
4.28 Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 171
4.29 Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 172
4.30 Uji Mann-Whitney Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 173
4.31 Hasil postes Kemampuan Berpikir Kreatif pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 174
4.32 Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 175
4.33 Hasil Uji Mann-Whitney Kemampuan Berpikir Kreatif ... 176
4.34 Hasil Penilaian Skor Total Kelas Eksperimen ... 177
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
Kelas Kontrol ... 179 4.37 Uji Mann-Whitney Gain Kemampuan Berpikir Kreatif ... 180 4.38 N-Gain dan Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif pada Setiap
DAFTAR GRAFIK
Grafik ... Hal.
4.1 Normal Probability Plot Pretes Kemampuan Menulis Naskah Drama
Kelas Eksperimen ... 124 4.2 Normal Probability Plot Pretes Kemampuan Menulis Naskah Drama
Kelas Kontrol ... 125 4.3 Normal Probability Plot Postestes Kemampuan Menulis Naskah Drama
Kelas Eksperimen ... 130 4.4 Normal Probability Plot Postes Kemampuan Menulis Naskah Drama
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran ... Hal.
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 198
Lampiran 2 Hasil Angket Pretes Efektivitas Media Komik ... 203
Lampiran 3 Hasil AngketPostes Efektivitas Media Komik ... 205
Lampiran 4 Perolehan Nilai Pretes Kemampuan Menulis Naskah Drama Kelas Eksperimen ... 207
Lampiran 5 Perolehan Nilai Postes Kemampuan Menulis Naskah Drama Kelas Eksperimen ... 208
Lampiran 6 Perolehan Nilai Pretes Kemampuan Menulis Naskah Drama Kelas Kontrol ... 209
Lampiran 7 Perolehan Nilai Postes Kemampuan Menulis Naskah Drama Kelas Kontrol ... 210
Lampiran 8 Skor Tes Performansi Kelas Eksperimen ... 211
Lampiran 9 Foto Kegiatan Penelitian ... 212
Lampiran 10 Naskah Drama ... 214
Lampiran 10 Surat-surat ... 230
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah Penelitian
Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya
pengalaman anak sehingga menjadikan anak lebih tanggap terhadap lingkungan di
sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran
sastra pada hakikatnya adalah menanamkan, menumbuhkan, dan mengembangkan
kepekaan-kepekaan terhadap masalah-masalah manusiawi, pengenalan, dan rasa
hormat terhadap tata nilai baik dalam konteks individual maupun sosial.
Pembelajaran sastra secara khusus bertujuan untuk mengembangkan kepekaan
anak terhadap nilai kognitif, nilai sosial, maupun gabungan keseluruhannya.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang secara teknis
tertuang dalam Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006 tentang standar isi
dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, bahwa Standar Kompetensi (SK) Mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki dua kemampuan utama, yaitu
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra. Kemampuan berbahasa
mencakup kemampuan mendengarkan atau menyimak, berbicara, membaca dan
menulis. Sedangkan kemampuan bersastra meliputi kemampuan apresiasi
(penghayatan) dan kemampuan ekspresi (menampilkan) sebuah karya sastra.
Dalam kegiatan di kelas, sastra sudah menjadi bagian tak terpisahkan
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
dianggap sebagai pembelajaran yang tidak perlu perencanaan yang matang dan
terkesan seadanya. Pembelajaran sastra sering dianggap sebagai bagian dari
kegiatan membaca teks secara nyaring tanpa persiapan dan penilaian yang
terencana.
Semakin terpinggirkannya sastra dalam pembelajaran pun tersirat dalam
nama mata pelajaran yang sebelumnya bernama pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia sekarang sudah lebih ringkas lagi menjadi Pendidikan Bahasa
Indonesia. Bagi guru yang memang memahami esensi dari pembelajaran bahasa
yang juga mencakup sastra nama tersebut tidak terlalu berpengaruh, sedangkan
bagi guru yang tidak memahami hal tersebut maka pelajaran sastra adalah sesuatu
yang dianggapnya tidaklah penting dan tidak ada kewajiban bagi dirinya untuk
menyampaikan pembelajaran sastra.
Pembelajaran sastra di sekolah perlu dikembangkan dengan
rencana-rencana yang terorganisasi. Siswa perlu mendapat pengetahuan tentang teori-teori
sastra, dan setelah itu siswa diberi kesempatan untuk mengapresiasi sastra yang
telah dipelajarinya.
Salah satu kegiatan apresiasi dalam pembelajaran apresiasi sastra Bahasa
Indonesia di sekolah dasar adalah apresiasi drama. Kegiatan drama merupakan
tempat bagi pengembangan kreativitas anak agar anak mampu bersosialisasi
dengan lingkungannya.
Dalam masa perkembangannya, anak-anak membutuhan bimbingan dalam
menemukan arah hidup yang lebih baik, diantaranya adalah pembelajaran etika,
anak untuk menemukan arah hidup tersebut yaitu melalui apresiasi drama. Hal ini
sejalan dengan pendapat Taylor (Milawati, 2011: 2) yang menyatakan di
tingkat-tingkat selanjutnya kegiatan drama di sekolah dipergunakan untuk
mempersiapkan anak menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan sosial dalam
kehidupannya.
Drama anak harus diciptakan dengan suasana yang menyenangkan karena
eksistensi drama adalah menampilkan cerminan kejadian dalam kehidupan. Oleh
sebab itu, drama anak-anak juga harus dapat dipakai mewadahi kehidupan anak
melalui cerita-cerita yang dipentaskannya. Tetapi pada kenyataannya sangat
disayangkan, pembelajaran drama di sekolah-sekolah merupakan pembelajaran
sastra yang paling kurang diminati oleh banyak anak. Menurut Rusyana
(Waluyo, 2002: 154) bahwa minat anak dalam membaca karya sastra yang
terbanyak adalah prosa, kemudian puisi selanjutnya drama. Perbandingannya
adalah 6: 3: 1. Hal ini disebabkan menghayati naskah drama yang berwujud
dialog itu cukup sulit dan harus tekun. Penghayatan naskah drama lebih sulit
daripada penghayatan naskah prosa dan puisi.
Menurut Yulianti (Susilo, 2009: 4) faktor lain yang mempengaruhi
rendahnya minat anak untuk mempelajari drama yaitu metode mengajar yang
digunakan oleh guru masih sangat monoton sehingga anak merasa bosan dan tidak
tertarik untuk mengikuti pembelajaran drama.
Materi drama yang diberikan kepada anak masih menggunakan buku-buku
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
dan kurang variasi dalam penyediaan bahan ajar sehingga anak menjadi sulit
memahami drama dan akhirnya anak jenuh terhadap pembelajaran tersebut.
Pembelajaran drama sebagai bentuk apresiasi sastra siswa kelas V SD,
saat ini tidak dapat dilaksanakan secara optimal dan kurang memiliki bobot yang
berimbang serta pembelajaran sastra kurang digunakan untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa siswa. Faktor utama kendalanya adalah guru kurang
memiliki wawasan dalam mengajarkan bahasa dan sastra Indonesia secara
terpadu.
Selain itu, guru dalam mengajar lebih fokus pada teoretis tentang
pengertian drama dan unsur-unsur penyusun drama. Hal ini membuat anak
kurang memiliki pengetahuan yang lengkap mengenai pembelajaran drama.
Siswa kurang dilatih untuk mengembangkan ide atau gagasannya, baik dalam
bentuk tulisan maupun apresiasi, sehingga kemampuan anak dalam menulis teks
drama dan kemampuan mengapresiasi drama menjadi lemah sehingga
menyebabkan rendahnya tingkat kemampuan anak untuk berpikir secara kreatif.
Pembelajaran drama yang diberikan pada anak sekolah dasar hendaknya
mampu memperkenalkan, membimbing, mengembangkan, dan mengapresiasi
drama, sehingga membuat mereka dapat menyenangi, menggemari, dan
menjadikan drama sebagai salah satu bagian yang menyenangkan dalam
kehidupan (Waluyo, 2002: 155). Hal ini, merupakan permasalahan pembelajaran
yang harus segera diatasi dan solusinya antara lain melalui pembelajaran
apresiasi sastra menggunakan media komik untuk meningkatkan kemampuan
pembinaan karakter siswa agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang
menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa.
Dalam mengajarkan atau menyajikan suatu materi (pokok bahasan)
tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat memilih media pembelajaran
yang sekiranya dapat membantu anak memahami dan berpikir kreatif walaupun
secara sederhana, sehingga dapat mempermudah siswa dalam mempelajari dan
mengapresiasi drama yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut, misalnya tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, lingkungan belajar dan
sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga memudahkan pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Salah satu media pembelajaran yang dapat
digunakan dalam peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan
mengapresiasi drama adalah media grafis berupa komik.
Untuk melaksanakan pembelajaran apresiasi drama maka diterapkanlah
model pembelajaran menggunakan media komik. Komik dipilih dengan
mempertimbangkan bahwa penguasaan kemampuan mengapresiasi drama dapat
dilakukan melalui kegiatan latihan-latihan, mempraktekkan secara langsung,
membangun interaksi antar siswa dengan guru dan antar sesama siswa, dan
pertunjukan/pentas.
Melalui media komik, diharapkan kelak siswa memiliki keterampilan
motorik/gerak seperti menghafalkan kata-kata, merangkai gambar menjadi cerita,
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
percakapan, terampil menggunakan anggota tubuh atau memperagakan sebagai
bagian dari komunikasi berbahasa.
Dalam penggunaan media komik sebagai upaya untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif, maka pengajaran harus difokuskan pada
sasaran-sasaran pembelajaran, dalam hal ini guru memiliki tanggung jawab penting untuk
memeragakan (modeling), menjelaskan (explaining), atau mengajukan pertanyaan
(questioning).
Penggunaan media komik bukan tanpa suatu alasan. Komik merupakan
media baca yang menarik karena berisikan tulisan dan gambar, terutama yang
berwarna. Anak-anak usia sekolah lebih tertarik untuk membaca komik dari pada
membaca text book. Penggunaan media komik dengan metode penyampaian
informasi secara diskusi dirasakan lebih efektif dan komunikatif. Pembaca lebih
mudah untuk memahami materi yang disampaikan dan lebih termotivasi untuk
bertanya mengenai hal yang kurang diketahui. Penyampaian informasi dengan
metode satu arah menjadikan anak-anak usia sekolah cenderung malu untuk
menanyakan hal yang belum dipahami.
Melalui uraian tersebut, maka peneliti berusaha untuk menyajikan
pembelajaran sastra bagi siswa kelas V Sekolah Dasar agar mereka menyenangi
dan dapat berinteraksi dengan sastra dengan baik. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah dengan menguji efektivitas media komik untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan mengapresiasi sastra khususnya
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul ”Keefektifan Media Komik dalam Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kemampuan Mengapresiasi Drama”
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah
diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah
Efektivitas Media Komik dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan
Kemampuan Mengapresiasi Drama?” Dari rumusan masalah tersebut diajukan
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan media komik efektif untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD?
2. Apakah penggunaan media komik efektif untuk meningkatkan kemampuan
apresiasi drama siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD?
3. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan berpikir kreatif dan
kemampuan mengapresiasi drama siswa dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas V SD?
C.Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut.
1. mengetahui efektivitas penggunaan media komik dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
2. mengetahui efektivitas penggunaan media komik dapat meningkatkan
kemampuan apresiasi drama siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
kelas V SD.
3. mengetahui pengaruh antara kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan
mengapresiasi drama siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V
SD?
D.Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini secara umum adalah media komik efektif
digunakan dalam pembelajaran apresiasi drama dan dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa. Adapun secara khusus, manfaat penelitian ini
dapat dikelompokkan menjadi manfaat teoretis dan manfaat praktis, yaitu:
1. Manfaat secara teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang pengembangan
teori pembelajaran sastra, khususnya drama melalui media komik sebagai
media pembelajaran di tingkat sekolah dasar.
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi Siswa
Dengan menggunakan media komik dalam pembelajaran apresiasi sastra,
khususnya drama, siswa diharapkan dapat merasakan kondisi belajar yang
berkesan dan menyenangkan. Dengan demikian, siswa mampu mengapresiasi
b. Bagi Guru
Dengan dilaksanakannya pembelajaran apresiasi sastra drama menggunaan
media komik, diharapkan media pembelajaran ini menjadi bahan masukan serta
membuka wawasan bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya di kelas
V. Dengan demikian guru dapat berinovasi dengan berbagai media pembelajaran
yang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah dan siswa itu sendiri, dengan
tujuan utama bahwa kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan secara optimal.
c. Bagi Sekolah (Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah)
Sebagai bahan masukan untuk lebih memperhatikan peran guru sebagai
pengajar di sekolah, sehingga akan lebih meningkatkan upaya untuk memotivasi
guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik secara profesional.
d. Bagi Dinas Terkait
Bagi dinas pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan
pertimbangan dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan
mutu pembelajaran dan profesionalisme guru.
e. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini juga diharapan akan bermanfaat untuk bahan kajian
penelitian selanjutnya, terutama dalam kajian media komik sebagai bahan
pembelajaran bahasa dan sastra di Sekolah Dasar.
E.Struktur Organisasi Tesis
Dalam penulisan tesis ini peneliti membagi ke dalam lima bab,
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab I tersusun atas latar belakang masalah, identifikasi dan
pertanyaan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis penelitian,
variabel penelitian dan definisi oprasional dan yang terakhir adalah struktur
organisasi tesis.
BAB II KAJIAN TEORETIS
Bagian bab II ini berisikan tentang konsep dasar atau teori-teori para ahli
yang dijadikan sebagai landasan peneliti dalam melakukan penelitian lapangan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III merupakan uraian berkenaan dengan langkah-langkah atau metode
yang digunakan peneliti dalam mencari, mengumpulkan data, juga menganalisis
data. Terdiri dari lokasi dan subjek penelitian, prosedur penelitian, teknik
pengumpulan data, instrument yang digunakan serta teknik pengolahan data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bagian ini merupakan gambaran berkenaan dengan bagaimana peneliti
menganalisis data lapangan yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan
berdasarkan data dan sumber referensi yang mendukung penelitian pada kajian
teoretis.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini merupakan bagian akhir dari sebuah tulisan, dimana peneliti
memaknai penelitian yang dilakukan dan saran atas hasil penelitian dan penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kuasi eksperimen dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Metode
penelitian kuasi eksperimen dipilih karena penelitian ini bukan dalam kondisi
laboratorium tapi dalam kegiatan sehari-hari sehingga tidak mungkin untuk
mengontrol semua variabel yang dapat mempengaruhi variabel bebas dan terikat
secara ketat. McMillan dan Schumacher (2001: 402) menegaskan bahwa
penelitian quasi eksperimen adalah “a type of experiment with research
participants are not randomly assigned to the experimental and control group.”
Individu tidak secara acak mempunyai peluang yang sama baik dalam kelompok
eksperimen maupun dalam kelompok kontrolnya.
Pendekatan penelitian kuantitatif menampilkan hasil statistik yang disajikan
dengan angka (McMillan and Schumacher, 2001: 22). Pendekatan penelitian
kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis (Sugiyono, 2007:14). Dalam hal
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
kemampuan mengapresiasi drama sebagai dampak penggunaan media komik di
kelas V SD Laboratorium Percontohan UPI.
B. Desain Penelitian
Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk desain Nonequivalent (Pretest
and Posttest) Control Group Design. Menurut Creswell (2010 : 132),
Nonequivalent (Pretest and Posttest) Control Group Design adalah :
In this design, a popular approach to quasi experiments, the experimental group A and the control group B are selected without random assignment. Both group take a pretest and posttest, and only the experimental group received the treatment.
Berdasarkan pendapat Cresswell, Nonequivalent (Pretest dan Posttest)
Control Group Design merupakan pendekatan yang paling populer dalam kuasi
eksperimen, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dipilih bukan dengan
cara random. Kedua kelompok diberi pretest dan posttest dan hanya kelompok
eksperimen yang mendapat perlakuan, sedangkan kelompok kontrol tidak
diberikan perlakuan, tetapi melaksanakan pembelajaran seperti biasa yaitu
menerima materi dari guru secara konvensional.
Sependapat dengan Cresswell, McMillan and Schumacher (2001: 456)
mengemukakan bahwa:
The most commonly used quasi-experimental design in educational research is the nonequivalent control groups design. In this design, research participants are not randomly assigned to experimental and control groups, and both groups take a pretest and posttest. Except for random assignment, the steps involved in this design are the same as for the pretest-posttest experimental control group design.
Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa desain quasi eksperimen yang
control group design. Dalam desain ini, partisipan penelitian baik pada kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Diluar dari
pemilihan partisipan atau responden, langkah-langkah dalam desain ini sama
dengan pretest-posttest experimental control group design.
Pada penelitian ini ada dua kelompok subjek penelitian yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk kelompok eksperimen pembelajaran
apresiasi drama menggunakan media komik, sedangkan pada kelompok kontrol
pembelajaran drama menggunakan media pembelajaran konvensional yaitu
pembelajaran langsung dan metode ceramah yang masih berpusat pada guru
(teacher center). Kedua kelompok diberikan pretes dan postes, dengan
menggunakan instrumen tes yang sama. Di bawah ini desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini:
Treatment group R O1 X1 O2
Control group R O3 X2 O4
(Sugiyono, 2010: 112)
Keterangan:
R = subjek eksperimen O1 = pretes kelas eksperimen
X1 = perlakuan di kelas eksperimen yang menggunakan media pembelajaran komik
O2 = postes kelas eksperimen O3 = pretes kelas kontrol
X2 = perlakuan di kelas eksperimen yang menggunakan media pembelajaran teks drama
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
C. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa istilah yang diinterpretasikan
sebagai berikut:
1. Media komik adalah media berupa gambar berseri yang digunakan untuk
memunculkan dan mengembangkan ide kreatif siswa dalam mengapresiasi
drama.
2. Kemampuan berpikir kreatif didefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki
oleh pribadi kreatif yang berupa kemampuan atau kesanggupan seseorang
untuk mencipta gagasan baru secara lancar, luwes, orisinil dan terperinci
3. Kemampuan mengapresiasi drama adalah kemampuan menulis dan
memerankan drama yang terpusat pada sejumlah pengetahuan teoretis dan
kemampuan praktis dalam penguasaan drama. Adapun pada pembelajaran
dikelas, guru menggunakan media komik dalam pembelajarannya.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
1. media komik sebagai variabel independent/ bebas (x)
2. kemampuan berpikir kreatif sebagai variabel dependent/terikat (y1)
3. kemampuan mengapresiasi drama sebagai variabel dependent/terikat (y2)
Secara visual, hubungan antara variabel-variabel yang terkandung dalam
Keterangan :
X : media komik
Y1 : kemampuan berpikir kreatif Y2 : kemampuan mengapresiasi drama
E. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SD Laboratorium Percontohan UPI
Bandung. Alasannya, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti bahwa
di sekolah tersebut pembelajaran drama sudah berjalan dengan baik tetapi perlu
adanya inovasi dalam cara penyampaian pembelajaran karena selama ini di
sekolah tersebut masih menggunakan model pembelajaran konvensional terutama
dalam pembelajaran drama masih mengandalkan media teks buku/teks drama saja.
Berdasarkan alasan tersebut maka peneliti berkeinginan untuk menggunakan
media pembelajaran menggunakan komik dalam melihat efektivitasnya
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan mengapresiasi drama.
Subjek penelitian yang diambil adalah siswa kelas V SD Laboratorium
Percontohan UPI yaitu kelas VA sebagai kelas eksperimen dan kelas VB sebagai
kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 44 orang. Pengambilan sampel
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel
yang didasarkan atas tujuan tertentu. Purposive sampling digunakan karena untuk
menyeragamkan karakteristik yang terdapat di dalam pengambilan sampel
(Riduwan, 2008: 61). Adapun pemilihan subjek siswa kelas V ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa pembelajaran drama terdapat dalam KTSP SD kelas V
semester 2. Selain itu, Santrock (2001:363) menyatakan bahwa “anak pada usia
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
sehingga mampu menghasilkan narasi yang saling melengkapi dan masuk akal.”
Serta siswa SD Kelas V rata-rata berusia 11 tahun.
F. Prosedur Penelitian
1. Tahap Perencanaan Penelitian
Menurut Suyanto (1997: 16) dalam tahap perencanaan peneliti telah
merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap sebagai solusi. Pada tahap
perencanaan ini terdapat beberapa kegiatan, yaitu:
a. melakukan observasi sekolah, untuk menentukan variabel penelitian dan
sekolah sebagai sampel penelitian
b. memohon izin kepala sekolah yang akan dijadikan subjek penelitian agar
diperbolehkan untuk mengambil data penelitian terutama di kelas V
c. melakukan studi kepustakaan mengenai media komik, berpikir kreatif dan
apresiasi drama
d. menganalisis SK, KD, indikator, dan indikator pembelajaran apresiasi drama di
SD yang selanjutnya dari hasil analisis tersebut dijabarkan melalui penyusunan
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
e. menganalisis buku sumber mengenai materi apresiasi drama
f. membuat instrumen penelitian
g. Melakukan validasi instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Pada tahap ini
a. memberikan pretest pada dua kelas yang dijadikan subjek penelitian untuk
mendapatkan data awal kemampuan berpikir kreatif, dan kemampuan
mengapresiasi drama (menulis naskah drama dan memperagakan drama) siswa
sebelum mengikuti pembelajaran
b. melakukan persiapan pelaksanan bersama guru, pada kelas eksperimen guru
diberikan pelatihan cara menggunakan media komik. Pada kelas eksperimen
digunakan pembelajaran apresiasi drama menggunakan media komik.
Sedangkan, pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran dengan cara belajar
yang biasa lakukan guru tanpa ada perlakuan berbeda
c. melakukan posttest, untuk menilai kemampuan berpikir kreatif dan
kemampuan mengapreasiasi drama, serta pemberian angket.
3. Tahap Pengolahan Data Penelitian
Tahap ini merupakan tahap pengolahan dan analisis data penelitian. Data
hasil penelitian yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif berupa hasil tes siswa, diolah dan dianalisis. Hasil temuan dalam
penelitian dipaparkan dalam pembahasan, dan ditarik kesimpulan dari hasil
temuan tersebut.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk
memperoleh, mengolah, dan menginterpretasikan informasi setiap responden yang
dilakukan dengan pola pengukuran yang sama. Instrumen penelitian dirancang
dengan satu tujuan penelitian dan tidak akan digunakan pada penelitian lain. Maka
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
ada instrumen yang baik dan tepat. Instrumen penelitian sangat diperlukan karena
digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian. Jadi, instrumen penelitian adalah
suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam atau sosial yang
diamati. (Sugiyono, 2010: 148).
Selain pendapat Sugiyono di atas, Arikunto (1996:91) juga menjelaskan, bahwa, “instrumen tes adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya akan lebih
baik, dalam arti cepat, lengkap, sistematis sehingga akan lebih mudah untuk diolah”.
Dalam penelitian yang berjudul “ Keefektifan Media Komik dalam
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kemampuan Mengapresiasi Drama” ini, ada tiga instrumen atau alat bantu yang digunakan, yaitu:
1. Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan media komik. Tes ini dibuat dalam
bentuk tes aplikasi dengan jumlah pilihan (option) sebanyak dua.
2. Tes portofolio berupa menulis naskah drama dan tes performansi. Tes ini
diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa mengapresiasi drama. Pada
tahap awal sebelum dilakukan tes performansi siswa diminta untuk membuat
naskah drama dan naskah yang dihasilkan merupakan pedoman pelaksanaan
tes performansi.
3. Pedoman observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif.
Observasi ini dilakukan pada tahap penulisan naskah drama, dari hasil tes
berupa analisis indikator berpikir kreatif dalam naskah drama, pada proses
menulis naskah drama dan kegiatan performansi drama. Pedoman observasi
dianalisis melalui teks naskah drama yang dibuat oleh siswa dan video
kegiatan performansi drama. Ada beberapa langkah yang dilakukan dalam
rangka menganalisis naskah drama dan video performansi, yaitu: (1) naskah
drama; naskah dianalisis berdasarkan kriteria yang akan dianalisis, hasil
analisis dikelompokkan pada setiap aspek yang dibutuhkan dalam penelitian
yang akhirnya adalah merupakan data penelitian untuk penilaian kemampuan
berpikir kreatif dan kemampuan menulis drama, (2) video performansi;
mentransfer video, adalah untuk tujuan setiap rekaman video yang diperoleh
dapat diputar kembali menggunakan komputer dan rekaman video
dipindahkan dalam bentuk digital; mentranskrip video, adalah menuliskan
semua percakapan yang terekam dalam video; dan koding, yaitu
pengalihkodean audio visual yang dihasilkan dalam rekaman kedalam bentuk
tulisan yang disebut dengan istilah videograph dan hasilnya berupa grafictext.
Selain itu peneliti melampirkan RPP yang menjelaskan pembelajaran drama
menggunakan media komik, adapun langkah-langkah dalam penyusunan
instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan
maka peneliti terlebih dahulu meyusun kisi-kisi intrumen penelitian seperti tertera
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
Tabel 3.1
KISI-KISI INSTRUMEN
No. Variabel
Penelitian Aspek Indikator
1 Media Komik Minat Siswa Pengetahuan siswa tentang komik
Ketertarikan siswa dalam mempelajari drama menggunakan media komik Penggunaan
visualisasi
Lebih memahami materi
Penerapan materi menjadi lebih jelas Penggunaan bahasa Bahasa yang digunakan dapat
dipahami
Bahasa yang digunakan sulit dipahami Penggunaan
gambar
Gambar yang disajikan mewakili materi
Gambar yang disajikan jelas
Komposisi warna Warna yang digunakan sesuai
Warna yang digunakan cocok
2 Berpikir Kreatif Kelancaran
(fluency)
Rasa ingin tahu yang tinggi dalam mempelajari bahan pelajaran Mampu bekerja sendiri dalam memecahkan masalah
Fleksibilitas (flexibility)
Memiliki gagasan dan pendapat dalam menyelesaikan masalah
originalitas (originality)
Memiliki daya imajinasi serta menyukai hal-hal yang baru Merinci (elaborate) Keberanian mengambil resiko
Percaya diri
Mampu menulis naskah drama yang memiliki struktur drama
Tekstur Drama (dialog, kramagung)
Mampu menulis naskah drama yang memiliki tekstur drama
Kesesuaian dengan cerita komik
Mampu menuliskan naskah drama sesuai dengan cerita dalam komik Naskah drama keajegan penulisan , dan kesesuaian bahasa dengan karakter tokoh
b. Memerankan
drama (Performansi)
Lafal Memerankan tokoh drama dengan
intonasi yang tepat dan jelas
Intonasi Memerankan tokoh drama dengan lafal
yang tepat dan jelas
Ekspresi Memerankan tokoh drama dengan
Tabel 3.2
Pedoman Angket Efektivitas Media Komik
No Parameter
Yang Diukur Isi Pertanyaan
Respon Ya Tidak
1 Minat siswa Saya suka komik
Setiap ada waktu, saya membaca komik
Gambar yang disajikan dalam komik menarik
Gambar yang disajikan jelas Komposisi
warna
Warna yang digunakan sesuai dan cocok
(Nurgiyantoro, 2010: 346 dengan penyesuaian oleh peneliti)
Tabel 3.3
a. Rasa ingin tahu yang tinggi dalam mempelajari bahan pelajaran
b. Mampu bekerja sendiri dalam memecahkan masalah
20
2 Fleksibilitas (flexibility)
Memiliki gagasan dan pendapat dalam menyelesaikan masalah
30
3 Originalitas (originality)
Memiliki daya imajinasi serta menyukai hal-hal yang baru
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
Tabel 3.4
Pedoman Tes Performansi Apresiasi Drama
No Nama Siswa
Aspek yang Dinilai
Pelafalan Intonasi Ekspresi
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Deskriptor Kriteria Skor Tes Performansi Setiap Item
No. Aspek Penilaian
Deskripsi Kriteria Rentang
Skor
1. Pelafalan siwa tidak mampu memerankan tokoh drama dengan lafal yang tepat dan jelas
1-10
siswa mampu memerankan tokoh drama dngan lafal yang tepat namun tidak jelas atau sebaliknya
11-20
siswa mampu memerankan tokoh drama dengan lafal yang tepat dan jelas
21-30
2 Intonasi siswa tidak mampu memerankan tokoh drama dengan intonasi yang benar dan tepat
1-10
siswa mampu memerankan tokoh drama dengan intonasi yang benar namun kurang tepat atau sebaliknya
11-20
siswa mampu memerankan tokoh drama dengan intonasi yang benar dan tepat
21-30
3 Ekspresi siswa tidak mampu memerankan tokoh drama dengan ekspresi yang tepat dan penuh penjiwaan
1-10
siswa mampu memerankan tokoh drama dengan ekspresi yang tepat namun kurang menjiwai atau sebaliknya
11-20
siswa mampu memerankan tokoh drama dengan ekspresi yang tepat dan penuh penjiwaan
21-30
Tabel 3.6
Pedoman Penilaian dan Deskripsi Kriteria Tes Menulis Naskah Drama
No Aspek
Penilaian
Deskripsi Kriteria Rentang
Skor
1. Plot a. Konflik tergambar sangat tajam dan jelas 12-15
b. Konflik tergambar dengan tajam dan jelas 8-11
c. Konflik tergambar cukup tajam 4-7
d. Konflik tergambar kurang tajam 1-3
2 Karakter Tokoh
a. Karakter tokoh tergambar sangat jelas 12-15
b. Karakter tokoh tergambar dengan jelas 8-11
c. Karakter tokoh tergambar cukup jelas 4-7
d. Karakter tokoh tergambar kurang jelas 1-3
3 Tema a. Tema sangat sesuai dengan cerita dalam komik dan
b. Dialog melukiskan perwatakan, konflik dan klimaks 8-11 c. Dialog cukup melukiskan perwatakan, konflik dan
klimaks
4-7
d. Dialog kurang melukiskan perwatakan, konflik dan klimaks
1-3
5 Kramagung a. Petunjuk laku pementasan sangat jelas 8-10
b. Petunjuk laku pementasan jelas 5-7
c. Petunjuk laku pementasan cukup jelas 3-4
d. Petunjuk laku pementasan kurang jelas 1-2
6 Kesesuaian cerita dengan media komik
a. Sangat sesuai dengan cerita dalam komik 8-10
b. Sesuai dengan cerita dalam komik 5-7
c. Cukup sesuai dengan cerita dalam komik 3-4
d. Kurang sesuai dengan cerita dalam komik 1-2
7 Naskah
disajikan dalam satu babak
a. Naskah drama disajikan dalam satu babak 8-10 b. Naskah drama disajikan lebih dari satu babak 5-7 c. Naskah drama disajikan kurang dari satu babak 3-4
d. Tidak berbentuk naskah drama 1-2
8 Kesesuaian penggunaan bahasa
a. Menggunakan kaidah ejaan yang disempurnakan dengan tepat, memiliki keajegan penulisan, dan kesesuaian bahasa dengan karakter tokoh
8-10
b. Menggunakan kaidah ejaan yang disempurnakan dengan tepat, memiliki keajegan penulisan, dan tidak ada kesesuaian bahasa dengan karakter tokoh
5-7
c. Menggunakan kaidah ejaan yang disempurnakan dengan tepat, tidak memiliki keajegan penulisan, dan tidak ada kesesuaian bahasa dengan karakter tokoh
3-4
d. Tidak menggunakan kaidah ejaan yang disempurnakan dengan tepat, tidak memiliki keajegan penulisan, dan tidak ada kesesuaian bahasa dengan karakter tokoh
1-2
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
Tabel 3.7
Nilai dan Kategori Kemampuan Menulis Naskah Drama
No. Nilai Kategori
1 85-100 Sangat Baik
2 75-84 Baik
3 64-74 Cukup
4 ˂ 64 Kurang
H. Validitas dan Reliabilitas
Dasar penyusunan instrumen penelitian adalah variabel-variabel penelitian
yang ditetapkan untuk dikembangkan menjadi indikator-indikator penelitian yang
dapat dipahami dan sesuai dengan teori-teori pendukung sehingga diperoleh
instrumen yang valid/sahih.
Kisi-kisi instrumen penelitian ini kemudian dinilai oleh expert judgment
untuk mendapatkan persetujuan ahli mengenai penilaian sebuah penelitian,
sedangkan hasil angket dan observasi digunakan untuk mengukur efektivitas
media komik dan kemampuan berpikir kreatif.
Langkah yang akan dilakukan untuk memenuhi prinsip kesahihan intrument
prestes dan posttest yang akan digunakan untuk mengumpulkan data adalah
sebagai berikut :
a. Uji Validitas
Menurut Azwar (Milawati, 2011: 68) validitas berasal dari kata validity
(tes) dalam melakukan fungsi ukurnya). Uji Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kelayakan interpretasi yang dibuat berdasarkan skor hasil tes
yang terkait dengan penggunaan dan bukan terhadap instrumen itu sendiri
(Nurgiyantoro, 2010:152). Maka validitas merupakan dukungan bukti dan teori
terhadap penafsiran hasil tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes. Valid tidaknya
suatu instrumen dapat dilihat dari koefisien korelasi. Besarnya koefisien korelasi -1 ≤ r ≤ +-1. Koefisisen korelasi -1 (ada atau tidak ada tanda negative di depan
angka) menunjukan terjadinya hubungan antar variabel (Susetyo, 2010:115).
Langkah yang dilakukan dalam melakukan uji validitas instrumen yaitu :
1) Mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus Pearson Product
Moment, yaitu :
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Catatan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y n = jumlah siswa
X = item soal yang dicari
Y = skor tes yang diperoleh sampel
2) Perhitungan koefisien korelasi kemudian dihitungkan pada butir item, dan
hasilnya dikonsultasikan ke dalam tabel Harga Produk Moment dengan taraf
signifikansi 95% untuk penelitian sosial. Harga koefisian korelasi (rxy)
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
Tabel 3.8
Kategori Harga Koefisien Korelasi
Batasan Kategori
0,75 ˂rxy ≤ 10,0 Sangat Baik
0,50 ˂rxy ≤ 0,75 Baik
0,25 ˂rxy ≤ 0,50 Cukup
0,00 ˂rxy ≤ 0,25 Kurang
3) Hasil yang didapat dengan rumus Pearson Product Moment lalu
didistribusikan kedalam rumus uji t, yaitu :
√ √
Catatan :
n = jumlah responden r = koefisien korelasi
4) Hasil thitung kemudian dikonsultasikan dengan harga ttabel dengan taraf
kepercayaan 95% pada derajat kebebasan dk = n-2. Jika thitung > ttabel maka
item tersebut dinyatakan valid.
b. Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan alat ukur dalam mengukur apa
yang diukur, artinya kapanpun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan
hasil yang sama. Jika sebuah tes diujicobakan lebih dari satu kali kepada subjek
yang sama dalam waktu yang berbeda dapat menghasilkan data yang kurang lebih
sama (Nurgiyantoro, 2010: 165). Alat ukur instrumen dikatakan baik bila
reliabilitasnya tinggi. Untuk mengetahui apakah suatu tes memiliki reliabilitas
tinggi, sedang atau rendah dapat dilihat dari koefisien reliabilitasnya (Susetyo,
Adapun uji reliabilitas dengan metode Alpha terhadap hasil penelitian dapat
dilakukan dengan cara :
1) Menghitung jumlah total variabel dari setiap item dengan rumus:
∑ ∑
Catatan :
Si = varian skor tiap butir item ∑Xi2 = jumlah kuadrat item Xi n = jumlah responden
2) Mencari jumlah varians setiap butir item dengan menggunakan rumus:
∑
3) Mencari harga varians total dengan rumus
∑ ∑
Catatan :
St = variasi total
∑Xt2 = jumlah kuadrat item X total n = jumlah responden
4) Mengkonsultasikan harga rhitung kedalam rtabel dengan derajat kepercayaan 95%
pada derajat kebebasan dk = n-2
5) Menentukan keputusan dengan membandingan r11 terhadap rtabel. Jika r 11>rtabel,
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
I. Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian
Hasil data Skor Gain dianalisis secara statistic dengan menggunakan
Software Statistical Package for Social Science (SPSS) for windows versi 17.0
dengan tahapan sebagai berikut :
1. Uji Gain Ternormalisasi
Uji gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar antara
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan G-factor (N-Gain) (Hake & Mettzler,
2002: 126), berikut kriteria N-Gain dapat dilihat pada table 3.9.
Tabel 3. 9
Kriteria Peningkatan N-Gain
Gain ternormalisasi (G) Kriteria peningkatan
G < 0.3 Rendah
0,3 < G < 0,7 Sedang
G > 0,7 Tinggi
2. Uji Normalisasi
Uji normalisasi digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau
tidak, sehingga dapat ditentukan uji hipotesis yang akan digunakan uji
parametric. Uji normalisasi yang digunakan adalah uji statistik
Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk, dengan batuan SPSS versi 17.0 for windows . uji ini
dilakukan untuk niai tes awal, tes akhir, dan N-Gain, baik kelas kontrol
3. Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas dilakukan dengan uji Levene melalu bantuan SPSS versi 17.0
for windows dengan batas signifikansi 95%. Kriteriannya:
a. Jika probabilitas atau signifikansi > 0,05 maka varian kelompok sama.
b. Jika probabilitas atau signifikansi < 0,05 maka varian kelompok berbeda.
4. Uji T
Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis. Pengujian uji T dilakukan
berdasarkan hipotesis statistik berikut:
Ho: Tidak Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif dan
kemampuan mengapresiasi drama siswa di kelas eksperimen dan di kelas
kontrol.
H1: Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini dikemukakan tentang simpulan dan saran yang diperoleh
berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya. Adapun simpulan dan saran
tersebut adalah sebagai berikut.
A.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa media komik efektif digunakan
dalam peningkatan kemampuan berpikir kreatif untuk 22 orang siswa. Hasil
observasi kemampuan berpikir kreatif pada kelas eksperimen lebih baik
dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen yang menggunakan
media komik diperoleh nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif sebesar
24,55 sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan media teks drama
sebesar 16,14.
2. Berdasarkan perolehan data hasil penelitian, diperoleh simpulan bahwa media
komik efektif digunakan dalam peningkatan kemampuan apresiasi drama untuk
22 orang siswa. Siswa di kelas eksperimen mengalami peningkatan
kemampuan menulis naskah drama lebih tinggi dibandingkan dengan siswa di
kelas kontrol. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian tentang
kemampuan mengapresiasi drama pada aspek menulis naskah drama
mendapatkan gain sebesar 36,86 sedangkan pada kelas kontrol yang
dengan kemampuan performansi drama, siswa di kelas eksperimen yang
menggunakan media komik mengalami peningkatan lebih signifikan
dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan media teks drama. Hal
ini terbukti dari perolehan gain di kelas eksperimen mendapatkan rata-rata gain
sebesar 2,32 sedangkan di kelas kontrol sebesar 0,82.
3. Terdapat hubungan antara kemampuan berpikir kreatif dengan kemampuan
mengapresiasi drama siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil perhitungan
korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dengan kemampuan mengapresiasi drama berada di bawah taraf signifikansi α 0,05 yaitu sig (2-tailed) 0,01 yang
berarti antara kemampuan berpikir kreatif dengan kemampuan mengapresiasi
drama saling berkorelasi atau berhubungan dan signifikan.
B.Saran
Berdasarkan temuan dilapangan dan hasil analisis penelitian, peneliti
berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan
guru pada khususnya. Penggunaan media komik dapat mendorong rasa ingin tahu
dan dapat meningkatkan pola berpikir secara kreatif.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan
penelitian selanjutnya berkaitan dengan pembelajaran apresiasi drama
menggunakan media komik. Dengan demikian media komik akan semakin
sempurna baik dari segi proses, maupun dari segi pembelajaran. Oleh karena itu,
guru harus benar-benar menguasai dan memahami media komik dengan
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
Sebagai tindak lanjut dan masukan dari hasil penelitian ini, berikut peneliti
kemukakan beberapa saran dengan harapan dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.
1. Bagi Guru bahasa Indonesia media komik dapat dijadikan alternatif media
pembelajaran dan dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan terutama kemampuan mengapresiasi drama. Namun demikina,
dalam penerapan media komik, guru harus memperhatikan:
a. Keberagaman komik. Pemilihan media komik harus selektif, jangan sampai
memilih komik yang bersifat negatif bagi pembelajaran. Alangkah lebih baik
jika guru membuat sendiri media komik yang akan digunakan, sehingga sesuai
dengan karakter peserta didik.
b. Penggunaan media komik dalam pembelajaran perlu disesuaikan dengan jam
pelajaran yang tersedia.
c. Penelitian ini di laksanakan di SD Laboratorium Percontohan UPI yang tentu
memiliki motivasi belajar berbeda dengan sekolah lainnya. Oleh sebab itu,
jika media komik akan dilakukan dalam penelitian bahasa lainnya, alangkah
lebih baik jika dilakukan studi pendahuluan.
2. Bagi pimpinan Sekolah Dasar dan Lembaga Terkait (LPMP, P4TK, PGRI,
Ditjen Pendidikan Dasar dan Dinas Pendidikan)
a. Hendaknya pimpinan sekolah lebih memotivasi guru untuk lebih kreatif dalam
penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak dan
b. Memperluas kesempatan bagi para guru untuk berinovasi serta menyediakan
media pembelajaran yang menunjang.
c. Pembelajaran apresiasi drama menggunakan media komik merupakan sebuah
upaya menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter. Oleh karena itu, media ini
perlu disosialisasikan dengan sebaik-baiknya dengan harapan dimasa
mendatang dapat digunakan tidak hanya dalam pembelajaran bahasa
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
DAFTAR PUSTAKA
Al Adzani Art. (2012). Drama menurut para ahli. [Online]. Tersedia: http://aladzaniart.blogspot.com/2012/04/drama.html. [4 Juni 2012]
Aminuddin. (2010). Apresiasi Drama. Jakarta: Angkasa
Arikunto, S. (1996) Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Atmazaki. (1992). Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kualitas Interaksi dengan
Karya Sastra sebagai Determinan Kemampuan Mengapresiasi Karya Sastra. Tesis Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada
Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). (2006). Kurikulum 2006 Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Media makmur Majumandiri
Bonneff, Marcel. (1998). Komik Indonesia. (terj. Rahayu S. Hidayat). Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Creswell, J.W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Deporter, B. & Hernacki, M. (2009). Quantum Learning. (Terj. Alwiyah Abdurrahman). Bandung: Kaifa
Desmasary, Dewi. (2012). Penggunaan Media Komik untuk Meningkatkan
Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunagrahita Ringan Kelas D6 Di SLB B-C Pambudi Dharma II Kota Cimahi. Skripsi Sarjana Pendidikan
Luar Biasa pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan
Evans, J.R. (1991). Creative Thinking. Cincinnati, Ohio: South Western Publishing Co
Fauziah, Y.N. (2011). Analisis Kemampuan Guru Dalam Mengembangkan
Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Kelas V Pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam: Studi Komparatif Pada Guru Sekolah Dasar Kelas V Di Beberapa Sekolah Dasar Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2010-2011. Tesis Magister Pendidikan Dasar pada SPs UPI
Fitria, R. (2010). Komik Sebagai Media Pembelajaran. [Online]. Tersedia:
http://rizcafitria.wordpress.com/2010/07/05/komik-sebagai-media-pembelajaran/. [4 Juni 2012]
Gani, Rizanur. (1981). Pengajaran Apresiasi Puisi. Jakarta: P3G Depdikbud
Hake & Meltzer, D. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and
Conceptual Learning Gains in Phisics : A Possible “Hidden Variable in Diagnostic Pre Test Scores”. Departemen of Phisicsand Astronomy Iowa: State University : Ames Iowa
Hamalik, Oemar. (1989). Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti
Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Harsiati, T. (2003). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Harymawan, RMA. (1993). Dramaturgi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Jabrohim, dkk. (2003). Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Herdian. (2010). Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa. [online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa/. [6 Juni 2012]
Lambertus. (2010). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik Siswa SD Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi Doktor Pendidikan Matematika pada SPs
UPI Bandung: tidak diterbitkan
Mahmudi. (2011). Pembelajaran Menulis Naskah Drama Dengan Model
Konsiderasi Dan Pemeranannya Sebagai Pengekspresian Nilai-Nilai Karakter. Tesis Magister Pendidikan Bahasa Indonesia pada SPs UPI
Bandung: tidak diterbitkan
Cicih Wiarsih, 2013
Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama
McCloud, Scott. (2008b). Reinventing Comics. Mencipta Ulang Komik. (Terj. Damaring Tyas Wulandari Palar). Jakarta: KPG ( Kepustakaan Populer Gramedia)
McMillan, J. H. & Schumacher, S. (2001). Research in Education. New York: Longman
Milawati, Teti. (2011) Peningkatan Kemampuan Anak Memahami Drama dan
Menulis Teks Drama Melalui Model Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI). Tesis Magister Pendidikan Dasar pada SPs UPI
Bandung: tidak diterbitkan
Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta
Munandi, Y. (2010). Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta : Gaung Persada Press
Novita. (2011). Apresiasi Sastra (Anak). [Online]. Tersedia: http://vhynjak.blogspot.com/2011/05/apresiasi-sastra-anak.html. [2 Juni 2012]
Nurgiyantoro, Burhan. (2001). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE
Nurgiyantoro, Burhan. (2005). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Olivia, Femi. (2008). Gembira Belajar dengan Mind Mapping. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Poerwadarminto. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Rahim, Abdul Rahman. (2011). Apresiasi Sastra Anak. [Online]. Tersedia: