• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN MEDIA KOMIK DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI DRAMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEEFEKTIFAN MEDIA KOMIK DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI DRAMA."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

KEEFEKTIFAN MEDIA KOMIK

DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI DRAMA

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar magister pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar

oleh

CICIH WIARSIH NIM 1007370

KONSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Rahman, M.Pd. NIP 195704011984121001

Pembimbing II,

Dr. Hj. Isah Cahyani, M.Pd. NIP 196407071989012001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Dasar

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Keefektifan

Media Komik dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kemampuan

Mengapresiasi Drama” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di

dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Bandung, Agustus 2012 Yang membuat pernyataan,

(4)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

KEEFEKTIFAN MEDIA KOMIK

DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI DRAMA

ABSTRAK

Cicih Wiarsih (1007370)

Tingkat perhatian guru dan siswa terhadap pembelajaran drama dan kemampuan berpikir kreatif siswa di kelas V SD Laboratorium Percontohan UPI berada dalam tataran rendah. Hal ini dikarenakan guru kurang variatif dalam menggunakan media pembelajaran. Selain itu, drama yang berbentuk dialog sulit untuk dipahami serta banyak siswa merasa kesulitan menuangkan ide dan gagasannya ke dalam bentuk naskah drama. Maka, salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi drama dan kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu dengan menggunakan media komik.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian kuasi eksperimen (nonequivalent control group design) terhadap siswa kelas V SD Laboratorium Percontohan UPI terdiri dari 44 siswa yang terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun teknik pengumpulan data yaitu melalui angket, tes portofolio, performansi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dan analisis deskriptif sebagai penjelasan.

Hasil analisis dan pembahasan data penelitian, menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama menggunakan media komik berjalan dengan baik. Terdapat peningkatan kemampuan siswa dalam mengapresiasi drama, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Selanjutnya, kemampuan siswa dalam mengapresiasi drama di kelas eksperimen yang menggunakan media komik lebih tinggi dibandingkan kemampuan siswa di kelas kontrol yang menggunkan media teks drama. Hal ini berdasarkan hasil penghitungan uji normalitas, homogenitas, uji t pretes dan postes, gain, dan N-gain. Pada kemampuan menulis naskah drama siswa pada kelas eksperimen memperoleh rata-rata gain sebesar 36,86 sedangkan pada kelas kontrol 18,41. Dan pada kelampuan performansi siswa pada kelas eksperimen memperoleh rata-rata gain sebesar 2,32 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,82.

Berdasarkan pada hasil penelitian, media komik efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan mengapresiasi drama. Dengan demikian, sangat disarankan kepada praktisi pendidikan, guru, dan orang tua untuk menggunakan media komik dalam pembelajaran guna meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang dipelajari sekaligus memberikan efek menyenangkan dan menarik dalam pembelajaran. Selain digunakan dalam pembelajaran bahasa, media komik juga dapat digunakan dalam pembelajaran lain.

(5)

DAFTAR ISI

Tabel ... Hal.

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Tesis ... 9

BAB II MEDIA KOMIK, KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI DRAMA A.Media Komik ... 11

1. Pengertian Media ... 11

2. Komik ... 16

a. Hakikat Komik ... 17

b. Struktur Komik ... 19

c. Fungsi Komik ... 21

(6)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

B. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 30

1. Pengertian Berpikir Kreatif ... 30

2. Ciri-ciri Berpikir Kreatif ... 37

3. Indikator Berpikir Kreatif ... 38

4. Tahap-tahap Berpikir Kreatif ... 40

C.Kemampuan Mengapresiasi Sastra Drama ... 41

1. Apresiasi Sastra ... 41

a. Pengertian Apresiasi Sastra ... 42

b. Jenis-jenis Pendekatan Apresiasi Sastra ... 43

c. Tahap-tahap Apresiasi Sastra ... 47

d. Manfaat Apresiasi Sastra ... 48

e. Teori Tes Pembelajaran Apresiasi Sastra ... 49

f. Tingkatan Tes Kesastraan ... 59

2. Kemampuan Mengapresiasi Drama ... 69

a. Pengertian Drama ... 71

b. Jenis-jenis Drama ... 74

c. Istilah dalam Drama ... 77

d. Unsur-unsur Instrinsik Drama ... 79

e. Menulis Naskah Drama ... 83

f. Memahami dan Memperagakan Drama ... 86

3. Langkah-langkah Apresiasi Drama dengan Menggunakan Media Komik ... 88

D.Hubungan antara Media Komik, Berpikir Kreatif, dan Apresiasi Drama ... 93

E. Hipotesis Penelitian ... 95

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 97

B. Desain Penelitian ... 98

C. Definisi operasional ... 100

(7)

E. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 101

F. Prosedur Penelitian ... 102

1. Tahap perencanaan Penelitian ... 102

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 103

3. Tahap Pengoalahan Data Penelitian ... 103

G. Instrumen Penelitian ... 104

H. Validitas dan Reliabilitas ... 111

I. Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian ... 115

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 117

1. Analisis Efektivitas Media Komik dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kemampuan Mengapresiasi Drama ... 118

2. Analisis Kemampuan Mengapresiasi Drama ... 121

a. Analisis Tes Kemampuan Menulis Naskah Drama ... 121

b. Analisis Tes Performansi Drama ... 159

3. Analisis Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 170

B. Pembahasan ... 182

1. Pembahasan Penyebaran Angket Efektivitas Media Komik ... 182

2. Pembahasan Tes Kemampuan Menulis Naskah Drama ... 182

3. Pembahasan Tes Performansi Drama ... 186

4. Pembahasan Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif ... 187

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 191

B. Saran ... 192

DAFTAR PUSTAKA ... 194

(8)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

DAFTAR TABEL

Tabel ... Hal.

3.1 Kisi-kisi Instrumen ... 106

3.2 Pedoman Angket Efektifitas Media Komik ... 107

3.3 Pedoman Penilaian Berpikir Kreatif ... 108

3.4 Pedoman Tes Performansi Apresiasi Drama ... 108

3.5 Deskriptor Kriteria Skor Tes Performansi Setiap Item ... 109

3.6 Pedoman Penilaian dan Deskripsi Kriteria Tes Menulis Naskah Drama . 109 3.7 Nilai dan Kategori Kemampuan Menulis Naskah Drama ... 111

3.8 Kategori Harga Koefisien Korelasi ... 113

3.9 Kriteria Peningkatan N-Gain ... 115

4.1 Hasil Analisis Angket Pretes Keefektifan Media Komik dalam Pembelajaran Drama ... 119

4.2 Hasil Analisis Angket Postes Keefektifan Media Komik dalam Pembelajaran Drama ... 120

4.3 Hasil Pretes Kemampuan Menulis Naskah Drama Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 122

4.4 Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Menulis Naskah Drama ... 123

4.5 Uji Homogenitas Pretes Kemampuan Menulis Naskah Drama ... 126

4.6 T-Test Sample Independent Pretes Kemampuan Menulis Naskah Drama 127 4.7 Skor Postes Kemampuan Menulis Naskah Drama Kelas Ekspeimen dan Kelas Kontrol ... 128

4.8 Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Menulis Naskah Drama ... 129

4.9 Uji Homogenitas Postes Kemampuan Menulis Naskah Drama ... 132

4.10 Uji Mann-Whitney Hasil Postes Kemampuan Menulis Naskah Drama .... 133

4.11 Hasil Penilaian Skor Total Kelas Eksperimen ... 134

4.12 Hasil Penilaian Skor Total Kelas Kontrol ... 135

(9)

4.14 Uji Homogenitas Gain Kemampuan Menulis Naskah Drama

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 137

4.15 Uji Mann-Whitney Gain Kemampuan Menulis Naskah Drama ... 137

4.16 N-Gain dan Klasifikasi Kemampuan Menulis Naskah Drama pada Setiap Aspek Indikator ... 138

4.17 Hasil Pretes Kemampuan Performansi Drama pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 160

4.18 Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Performansi Drama ... 161

4.19 Hasil Uji Mann-Whitney Pretes Kemampuan Performansi Drama Siswa 162 4.20 Hasil Postes Kemampuan Performansi Drama pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 163

4.21 Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Performansi Drama ... 164

4.22 Hasil Uji Mann-Whitney Kemampuan Performansi Drama ... 165

4.23 Hasil Penilaian Skor Total Kelas Eksperimen ... 166

4.24 Hasil Penilaian Skor Total Kelas Eksperimen ... 167

4.25 Uji Normalitas Distribusi Gain Kemampuan Performansi Drama Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 168

4.26 Hasil Uji Mann-Whitney Gain Kemampuan Performansi Drama ... 169

4.27 N-Gain dan Klasifikasi Kemampuan Performansi Drama pada Setiap Indikator ... 170

4.28 Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 171

4.29 Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 172

4.30 Uji Mann-Whitney Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 173

4.31 Hasil postes Kemampuan Berpikir Kreatif pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 174

4.32 Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 175

4.33 Hasil Uji Mann-Whitney Kemampuan Berpikir Kreatif ... 176

4.34 Hasil Penilaian Skor Total Kelas Eksperimen ... 177

(10)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

Kelas Kontrol ... 179 4.37 Uji Mann-Whitney Gain Kemampuan Berpikir Kreatif ... 180 4.38 N-Gain dan Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif pada Setiap

(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik ... Hal.

4.1 Normal Probability Plot Pretes Kemampuan Menulis Naskah Drama

Kelas Eksperimen ... 124 4.2 Normal Probability Plot Pretes Kemampuan Menulis Naskah Drama

Kelas Kontrol ... 125 4.3 Normal Probability Plot Postestes Kemampuan Menulis Naskah Drama

Kelas Eksperimen ... 130 4.4 Normal Probability Plot Postes Kemampuan Menulis Naskah Drama

(12)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ... Hal.

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 198

Lampiran 2 Hasil Angket Pretes Efektivitas Media Komik ... 203

Lampiran 3 Hasil AngketPostes Efektivitas Media Komik ... 205

Lampiran 4 Perolehan Nilai Pretes Kemampuan Menulis Naskah Drama Kelas Eksperimen ... 207

Lampiran 5 Perolehan Nilai Postes Kemampuan Menulis Naskah Drama Kelas Eksperimen ... 208

Lampiran 6 Perolehan Nilai Pretes Kemampuan Menulis Naskah Drama Kelas Kontrol ... 209

Lampiran 7 Perolehan Nilai Postes Kemampuan Menulis Naskah Drama Kelas Kontrol ... 210

Lampiran 8 Skor Tes Performansi Kelas Eksperimen ... 211

Lampiran 9 Foto Kegiatan Penelitian ... 212

Lampiran 10 Naskah Drama ... 214

Lampiran 10 Surat-surat ... 230

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah Penelitian

Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

pengalaman anak sehingga menjadikan anak lebih tanggap terhadap lingkungan di

sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

sastra pada hakikatnya adalah menanamkan, menumbuhkan, dan mengembangkan

kepekaan-kepekaan terhadap masalah-masalah manusiawi, pengenalan, dan rasa

hormat terhadap tata nilai baik dalam konteks individual maupun sosial.

Pembelajaran sastra secara khusus bertujuan untuk mengembangkan kepekaan

anak terhadap nilai kognitif, nilai sosial, maupun gabungan keseluruhannya.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang secara teknis

tertuang dalam Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006 tentang standar isi

dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah, bahwa Standar Kompetensi (SK) Mata pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki dua kemampuan utama, yaitu

kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra. Kemampuan berbahasa

mencakup kemampuan mendengarkan atau menyimak, berbicara, membaca dan

menulis. Sedangkan kemampuan bersastra meliputi kemampuan apresiasi

(penghayatan) dan kemampuan ekspresi (menampilkan) sebuah karya sastra.

Dalam kegiatan di kelas, sastra sudah menjadi bagian tak terpisahkan

(14)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

dianggap sebagai pembelajaran yang tidak perlu perencanaan yang matang dan

terkesan seadanya. Pembelajaran sastra sering dianggap sebagai bagian dari

kegiatan membaca teks secara nyaring tanpa persiapan dan penilaian yang

terencana.

Semakin terpinggirkannya sastra dalam pembelajaran pun tersirat dalam

nama mata pelajaran yang sebelumnya bernama pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia sekarang sudah lebih ringkas lagi menjadi Pendidikan Bahasa

Indonesia. Bagi guru yang memang memahami esensi dari pembelajaran bahasa

yang juga mencakup sastra nama tersebut tidak terlalu berpengaruh, sedangkan

bagi guru yang tidak memahami hal tersebut maka pelajaran sastra adalah sesuatu

yang dianggapnya tidaklah penting dan tidak ada kewajiban bagi dirinya untuk

menyampaikan pembelajaran sastra.

Pembelajaran sastra di sekolah perlu dikembangkan dengan

rencana-rencana yang terorganisasi. Siswa perlu mendapat pengetahuan tentang teori-teori

sastra, dan setelah itu siswa diberi kesempatan untuk mengapresiasi sastra yang

telah dipelajarinya.

Salah satu kegiatan apresiasi dalam pembelajaran apresiasi sastra Bahasa

Indonesia di sekolah dasar adalah apresiasi drama. Kegiatan drama merupakan

tempat bagi pengembangan kreativitas anak agar anak mampu bersosialisasi

dengan lingkungannya.

Dalam masa perkembangannya, anak-anak membutuhan bimbingan dalam

menemukan arah hidup yang lebih baik, diantaranya adalah pembelajaran etika,

(15)

anak untuk menemukan arah hidup tersebut yaitu melalui apresiasi drama. Hal ini

sejalan dengan pendapat Taylor (Milawati, 2011: 2) yang menyatakan di

tingkat-tingkat selanjutnya kegiatan drama di sekolah dipergunakan untuk

mempersiapkan anak menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan sosial dalam

kehidupannya.

Drama anak harus diciptakan dengan suasana yang menyenangkan karena

eksistensi drama adalah menampilkan cerminan kejadian dalam kehidupan. Oleh

sebab itu, drama anak-anak juga harus dapat dipakai mewadahi kehidupan anak

melalui cerita-cerita yang dipentaskannya. Tetapi pada kenyataannya sangat

disayangkan, pembelajaran drama di sekolah-sekolah merupakan pembelajaran

sastra yang paling kurang diminati oleh banyak anak. Menurut Rusyana

(Waluyo, 2002: 154) bahwa minat anak dalam membaca karya sastra yang

terbanyak adalah prosa, kemudian puisi selanjutnya drama. Perbandingannya

adalah 6: 3: 1. Hal ini disebabkan menghayati naskah drama yang berwujud

dialog itu cukup sulit dan harus tekun. Penghayatan naskah drama lebih sulit

daripada penghayatan naskah prosa dan puisi.

Menurut Yulianti (Susilo, 2009: 4) faktor lain yang mempengaruhi

rendahnya minat anak untuk mempelajari drama yaitu metode mengajar yang

digunakan oleh guru masih sangat monoton sehingga anak merasa bosan dan tidak

tertarik untuk mengikuti pembelajaran drama.

Materi drama yang diberikan kepada anak masih menggunakan buku-buku

(16)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

dan kurang variasi dalam penyediaan bahan ajar sehingga anak menjadi sulit

memahami drama dan akhirnya anak jenuh terhadap pembelajaran tersebut.

Pembelajaran drama sebagai bentuk apresiasi sastra siswa kelas V SD,

saat ini tidak dapat dilaksanakan secara optimal dan kurang memiliki bobot yang

berimbang serta pembelajaran sastra kurang digunakan untuk meningkatkan

kemampuan berbahasa siswa. Faktor utama kendalanya adalah guru kurang

memiliki wawasan dalam mengajarkan bahasa dan sastra Indonesia secara

terpadu.

Selain itu, guru dalam mengajar lebih fokus pada teoretis tentang

pengertian drama dan unsur-unsur penyusun drama. Hal ini membuat anak

kurang memiliki pengetahuan yang lengkap mengenai pembelajaran drama.

Siswa kurang dilatih untuk mengembangkan ide atau gagasannya, baik dalam

bentuk tulisan maupun apresiasi, sehingga kemampuan anak dalam menulis teks

drama dan kemampuan mengapresiasi drama menjadi lemah sehingga

menyebabkan rendahnya tingkat kemampuan anak untuk berpikir secara kreatif.

Pembelajaran drama yang diberikan pada anak sekolah dasar hendaknya

mampu memperkenalkan, membimbing, mengembangkan, dan mengapresiasi

drama, sehingga membuat mereka dapat menyenangi, menggemari, dan

menjadikan drama sebagai salah satu bagian yang menyenangkan dalam

kehidupan (Waluyo, 2002: 155). Hal ini, merupakan permasalahan pembelajaran

yang harus segera diatasi dan solusinya antara lain melalui pembelajaran

apresiasi sastra menggunakan media komik untuk meningkatkan kemampuan

(17)

pembinaan karakter siswa agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang

menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa.

Dalam mengajarkan atau menyajikan suatu materi (pokok bahasan)

tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang

akan dicapai. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat memilih media pembelajaran

yang sekiranya dapat membantu anak memahami dan berpikir kreatif walaupun

secara sederhana, sehingga dapat mempermudah siswa dalam mempelajari dan

mengapresiasi drama yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut, misalnya tujuan pembelajaran, materi

pembelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, lingkungan belajar dan

sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga memudahkan pencapaian tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Salah satu media pembelajaran yang dapat

digunakan dalam peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan

mengapresiasi drama adalah media grafis berupa komik.

Untuk melaksanakan pembelajaran apresiasi drama maka diterapkanlah

model pembelajaran menggunakan media komik. Komik dipilih dengan

mempertimbangkan bahwa penguasaan kemampuan mengapresiasi drama dapat

dilakukan melalui kegiatan latihan-latihan, mempraktekkan secara langsung,

membangun interaksi antar siswa dengan guru dan antar sesama siswa, dan

pertunjukan/pentas.

Melalui media komik, diharapkan kelak siswa memiliki keterampilan

motorik/gerak seperti menghafalkan kata-kata, merangkai gambar menjadi cerita,

(18)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

percakapan, terampil menggunakan anggota tubuh atau memperagakan sebagai

bagian dari komunikasi berbahasa.

Dalam penggunaan media komik sebagai upaya untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif, maka pengajaran harus difokuskan pada

sasaran-sasaran pembelajaran, dalam hal ini guru memiliki tanggung jawab penting untuk

memeragakan (modeling), menjelaskan (explaining), atau mengajukan pertanyaan

(questioning).

Penggunaan media komik bukan tanpa suatu alasan. Komik merupakan

media baca yang menarik karena berisikan tulisan dan gambar, terutama yang

berwarna. Anak-anak usia sekolah lebih tertarik untuk membaca komik dari pada

membaca text book. Penggunaan media komik dengan metode penyampaian

informasi secara diskusi dirasakan lebih efektif dan komunikatif. Pembaca lebih

mudah untuk memahami materi yang disampaikan dan lebih termotivasi untuk

bertanya mengenai hal yang kurang diketahui. Penyampaian informasi dengan

metode satu arah menjadikan anak-anak usia sekolah cenderung malu untuk

menanyakan hal yang belum dipahami.

Melalui uraian tersebut, maka peneliti berusaha untuk menyajikan

pembelajaran sastra bagi siswa kelas V Sekolah Dasar agar mereka menyenangi

dan dapat berinteraksi dengan sastra dengan baik. Salah satu upaya yang

dilakukan adalah dengan menguji efektivitas media komik untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan mengapresiasi sastra khususnya

(19)

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul ”Keefektifan Media Komik dalam Peningkatan

Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah

diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah

Efektivitas Media Komik dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan

Kemampuan Mengapresiasi Drama?” Dari rumusan masalah tersebut diajukan

beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan media komik efektif untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD?

2. Apakah penggunaan media komik efektif untuk meningkatkan kemampuan

apresiasi drama siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD?

3. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan berpikir kreatif dan

kemampuan mengapresiasi drama siswa dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas V SD?

C.Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut.

1. mengetahui efektivitas penggunaan media komik dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

(20)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

2. mengetahui efektivitas penggunaan media komik dapat meningkatkan

kemampuan apresiasi drama siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

kelas V SD.

3. mengetahui pengaruh antara kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan

mengapresiasi drama siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V

SD?

D.Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini secara umum adalah media komik efektif

digunakan dalam pembelajaran apresiasi drama dan dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif siswa. Adapun secara khusus, manfaat penelitian ini

dapat dikelompokkan menjadi manfaat teoretis dan manfaat praktis, yaitu:

1. Manfaat secara teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang pengembangan

teori pembelajaran sastra, khususnya drama melalui media komik sebagai

media pembelajaran di tingkat sekolah dasar.

2. Manfaat secara praktis

a. Bagi Siswa

Dengan menggunakan media komik dalam pembelajaran apresiasi sastra,

khususnya drama, siswa diharapkan dapat merasakan kondisi belajar yang

berkesan dan menyenangkan. Dengan demikian, siswa mampu mengapresiasi

(21)

b. Bagi Guru

Dengan dilaksanakannya pembelajaran apresiasi sastra drama menggunaan

media komik, diharapkan media pembelajaran ini menjadi bahan masukan serta

membuka wawasan bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya di kelas

V. Dengan demikian guru dapat berinovasi dengan berbagai media pembelajaran

yang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah dan siswa itu sendiri, dengan

tujuan utama bahwa kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan secara optimal.

c. Bagi Sekolah (Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah)

Sebagai bahan masukan untuk lebih memperhatikan peran guru sebagai

pengajar di sekolah, sehingga akan lebih meningkatkan upaya untuk memotivasi

guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik secara profesional.

d. Bagi Dinas Terkait

Bagi dinas pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan

pertimbangan dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan

mutu pembelajaran dan profesionalisme guru.

e. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini juga diharapan akan bermanfaat untuk bahan kajian

penelitian selanjutnya, terutama dalam kajian media komik sebagai bahan

pembelajaran bahasa dan sastra di Sekolah Dasar.

E.Struktur Organisasi Tesis

Dalam penulisan tesis ini peneliti membagi ke dalam lima bab,

(22)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I tersusun atas latar belakang masalah, identifikasi dan

pertanyaan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis penelitian,

variabel penelitian dan definisi oprasional dan yang terakhir adalah struktur

organisasi tesis.

BAB II KAJIAN TEORETIS

Bagian bab II ini berisikan tentang konsep dasar atau teori-teori para ahli

yang dijadikan sebagai landasan peneliti dalam melakukan penelitian lapangan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III merupakan uraian berkenaan dengan langkah-langkah atau metode

yang digunakan peneliti dalam mencari, mengumpulkan data, juga menganalisis

data. Terdiri dari lokasi dan subjek penelitian, prosedur penelitian, teknik

pengumpulan data, instrument yang digunakan serta teknik pengolahan data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bagian ini merupakan gambaran berkenaan dengan bagaimana peneliti

menganalisis data lapangan yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan

berdasarkan data dan sumber referensi yang mendukung penelitian pada kajian

teoretis.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini merupakan bagian akhir dari sebuah tulisan, dimana peneliti

memaknai penelitian yang dilakukan dan saran atas hasil penelitian dan penelitian

(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kuasi eksperimen dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Metode

penelitian kuasi eksperimen dipilih karena penelitian ini bukan dalam kondisi

laboratorium tapi dalam kegiatan sehari-hari sehingga tidak mungkin untuk

mengontrol semua variabel yang dapat mempengaruhi variabel bebas dan terikat

secara ketat. McMillan dan Schumacher (2001: 402) menegaskan bahwa

penelitian quasi eksperimen adalah “a type of experiment with research

participants are not randomly assigned to the experimental and control group.”

Individu tidak secara acak mempunyai peluang yang sama baik dalam kelompok

eksperimen maupun dalam kelompok kontrolnya.

Pendekatan penelitian kuantitatif menampilkan hasil statistik yang disajikan

dengan angka (McMillan and Schumacher, 2001: 22). Pendekatan penelitian

kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis (Sugiyono, 2007:14). Dalam hal

(24)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

kemampuan mengapresiasi drama sebagai dampak penggunaan media komik di

kelas V SD Laboratorium Percontohan UPI.

B. Desain Penelitian

Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk desain Nonequivalent (Pretest

and Posttest) Control Group Design. Menurut Creswell (2010 : 132),

Nonequivalent (Pretest and Posttest) Control Group Design adalah :

In this design, a popular approach to quasi experiments, the experimental group A and the control group B are selected without random assignment. Both group take a pretest and posttest, and only the experimental group received the treatment.

Berdasarkan pendapat Cresswell, Nonequivalent (Pretest dan Posttest)

Control Group Design merupakan pendekatan yang paling populer dalam kuasi

eksperimen, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dipilih bukan dengan

cara random. Kedua kelompok diberi pretest dan posttest dan hanya kelompok

eksperimen yang mendapat perlakuan, sedangkan kelompok kontrol tidak

diberikan perlakuan, tetapi melaksanakan pembelajaran seperti biasa yaitu

menerima materi dari guru secara konvensional.

Sependapat dengan Cresswell, McMillan and Schumacher (2001: 456)

mengemukakan bahwa:

The most commonly used quasi-experimental design in educational research is the nonequivalent control groups design. In this design, research participants are not randomly assigned to experimental and control groups, and both groups take a pretest and posttest. Except for random assignment, the steps involved in this design are the same as for the pretest-posttest experimental control group design.

Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa desain quasi eksperimen yang

(25)

control group design. Dalam desain ini, partisipan penelitian baik pada kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Diluar dari

pemilihan partisipan atau responden, langkah-langkah dalam desain ini sama

dengan pretest-posttest experimental control group design.

Pada penelitian ini ada dua kelompok subjek penelitian yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk kelompok eksperimen pembelajaran

apresiasi drama menggunakan media komik, sedangkan pada kelompok kontrol

pembelajaran drama menggunakan media pembelajaran konvensional yaitu

pembelajaran langsung dan metode ceramah yang masih berpusat pada guru

(teacher center). Kedua kelompok diberikan pretes dan postes, dengan

menggunakan instrumen tes yang sama. Di bawah ini desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini:

Treatment group R O1 X1 O2

Control group R O3 X2 O4

(Sugiyono, 2010: 112)

Keterangan:

R = subjek eksperimen O1 = pretes kelas eksperimen

X1 = perlakuan di kelas eksperimen yang menggunakan media pembelajaran komik

O2 = postes kelas eksperimen O3 = pretes kelas kontrol

X2 = perlakuan di kelas eksperimen yang menggunakan media pembelajaran teks drama

(26)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

C. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa istilah yang diinterpretasikan

sebagai berikut:

1. Media komik adalah media berupa gambar berseri yang digunakan untuk

memunculkan dan mengembangkan ide kreatif siswa dalam mengapresiasi

drama.

2. Kemampuan berpikir kreatif didefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki

oleh pribadi kreatif yang berupa kemampuan atau kesanggupan seseorang

untuk mencipta gagasan baru secara lancar, luwes, orisinil dan terperinci

3. Kemampuan mengapresiasi drama adalah kemampuan menulis dan

memerankan drama yang terpusat pada sejumlah pengetahuan teoretis dan

kemampuan praktis dalam penguasaan drama. Adapun pada pembelajaran

dikelas, guru menggunakan media komik dalam pembelajarannya.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

1. media komik sebagai variabel independent/ bebas (x)

2. kemampuan berpikir kreatif sebagai variabel dependent/terikat (y1)

3. kemampuan mengapresiasi drama sebagai variabel dependent/terikat (y2)

Secara visual, hubungan antara variabel-variabel yang terkandung dalam

(27)

Keterangan :

X : media komik

Y1 : kemampuan berpikir kreatif Y2 : kemampuan mengapresiasi drama

E. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di SD Laboratorium Percontohan UPI

Bandung. Alasannya, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti bahwa

di sekolah tersebut pembelajaran drama sudah berjalan dengan baik tetapi perlu

adanya inovasi dalam cara penyampaian pembelajaran karena selama ini di

sekolah tersebut masih menggunakan model pembelajaran konvensional terutama

dalam pembelajaran drama masih mengandalkan media teks buku/teks drama saja.

Berdasarkan alasan tersebut maka peneliti berkeinginan untuk menggunakan

media pembelajaran menggunakan komik dalam melihat efektivitasnya

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan mengapresiasi drama.

Subjek penelitian yang diambil adalah siswa kelas V SD Laboratorium

Percontohan UPI yaitu kelas VA sebagai kelas eksperimen dan kelas VB sebagai

kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 44 orang. Pengambilan sampel

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel

yang didasarkan atas tujuan tertentu. Purposive sampling digunakan karena untuk

menyeragamkan karakteristik yang terdapat di dalam pengambilan sampel

(Riduwan, 2008: 61). Adapun pemilihan subjek siswa kelas V ini didasarkan pada

pertimbangan bahwa pembelajaran drama terdapat dalam KTSP SD kelas V

semester 2. Selain itu, Santrock (2001:363) menyatakan bahwa “anak pada usia

(28)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

sehingga mampu menghasilkan narasi yang saling melengkapi dan masuk akal.”

Serta siswa SD Kelas V rata-rata berusia 11 tahun.

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perencanaan Penelitian

Menurut Suyanto (1997: 16) dalam tahap perencanaan peneliti telah

merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki,

meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap sebagai solusi. Pada tahap

perencanaan ini terdapat beberapa kegiatan, yaitu:

a. melakukan observasi sekolah, untuk menentukan variabel penelitian dan

sekolah sebagai sampel penelitian

b. memohon izin kepala sekolah yang akan dijadikan subjek penelitian agar

diperbolehkan untuk mengambil data penelitian terutama di kelas V

c. melakukan studi kepustakaan mengenai media komik, berpikir kreatif dan

apresiasi drama

d. menganalisis SK, KD, indikator, dan indikator pembelajaran apresiasi drama di

SD yang selanjutnya dari hasil analisis tersebut dijabarkan melalui penyusunan

silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

e. menganalisis buku sumber mengenai materi apresiasi drama

f. membuat instrumen penelitian

g. Melakukan validasi instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Pada tahap ini

(29)

a. memberikan pretest pada dua kelas yang dijadikan subjek penelitian untuk

mendapatkan data awal kemampuan berpikir kreatif, dan kemampuan

mengapresiasi drama (menulis naskah drama dan memperagakan drama) siswa

sebelum mengikuti pembelajaran

b. melakukan persiapan pelaksanan bersama guru, pada kelas eksperimen guru

diberikan pelatihan cara menggunakan media komik. Pada kelas eksperimen

digunakan pembelajaran apresiasi drama menggunakan media komik.

Sedangkan, pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran dengan cara belajar

yang biasa lakukan guru tanpa ada perlakuan berbeda

c. melakukan posttest, untuk menilai kemampuan berpikir kreatif dan

kemampuan mengapreasiasi drama, serta pemberian angket.

3. Tahap Pengolahan Data Penelitian

Tahap ini merupakan tahap pengolahan dan analisis data penelitian. Data

hasil penelitian yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data

kuantitatif berupa hasil tes siswa, diolah dan dianalisis. Hasil temuan dalam

penelitian dipaparkan dalam pembahasan, dan ditarik kesimpulan dari hasil

temuan tersebut.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk

memperoleh, mengolah, dan menginterpretasikan informasi setiap responden yang

dilakukan dengan pola pengukuran yang sama. Instrumen penelitian dirancang

dengan satu tujuan penelitian dan tidak akan digunakan pada penelitian lain. Maka

(30)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

ada instrumen yang baik dan tepat. Instrumen penelitian sangat diperlukan karena

digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian. Jadi, instrumen penelitian adalah

suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam atau sosial yang

diamati. (Sugiyono, 2010: 148).

Selain pendapat Sugiyono di atas, Arikunto (1996:91) juga menjelaskan, bahwa, “instrumen tes adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya akan lebih

baik, dalam arti cepat, lengkap, sistematis sehingga akan lebih mudah untuk diolah”.

Dalam penelitian yang berjudul “ Keefektifan Media Komik dalam

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kemampuan Mengapresiasi Drama” ini, ada tiga instrumen atau alat bantu yang digunakan, yaitu:

1. Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan media komik. Tes ini dibuat dalam

bentuk tes aplikasi dengan jumlah pilihan (option) sebanyak dua.

2. Tes portofolio berupa menulis naskah drama dan tes performansi. Tes ini

diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa mengapresiasi drama. Pada

tahap awal sebelum dilakukan tes performansi siswa diminta untuk membuat

naskah drama dan naskah yang dihasilkan merupakan pedoman pelaksanaan

tes performansi.

3. Pedoman observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif.

Observasi ini dilakukan pada tahap penulisan naskah drama, dari hasil tes

(31)

berupa analisis indikator berpikir kreatif dalam naskah drama, pada proses

menulis naskah drama dan kegiatan performansi drama. Pedoman observasi

dianalisis melalui teks naskah drama yang dibuat oleh siswa dan video

kegiatan performansi drama. Ada beberapa langkah yang dilakukan dalam

rangka menganalisis naskah drama dan video performansi, yaitu: (1) naskah

drama; naskah dianalisis berdasarkan kriteria yang akan dianalisis, hasil

analisis dikelompokkan pada setiap aspek yang dibutuhkan dalam penelitian

yang akhirnya adalah merupakan data penelitian untuk penilaian kemampuan

berpikir kreatif dan kemampuan menulis drama, (2) video performansi;

mentransfer video, adalah untuk tujuan setiap rekaman video yang diperoleh

dapat diputar kembali menggunakan komputer dan rekaman video

dipindahkan dalam bentuk digital; mentranskrip video, adalah menuliskan

semua percakapan yang terekam dalam video; dan koding, yaitu

pengalihkodean audio visual yang dihasilkan dalam rekaman kedalam bentuk

tulisan yang disebut dengan istilah videograph dan hasilnya berupa grafictext.

Selain itu peneliti melampirkan RPP yang menjelaskan pembelajaran drama

menggunakan media komik, adapun langkah-langkah dalam penyusunan

instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut:

Untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan

maka peneliti terlebih dahulu meyusun kisi-kisi intrumen penelitian seperti tertera

(32)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

Tabel 3.1

KISI-KISI INSTRUMEN

No. Variabel

Penelitian Aspek Indikator

1 Media Komik Minat Siswa Pengetahuan siswa tentang komik

Ketertarikan siswa dalam mempelajari drama menggunakan media komik Penggunaan

visualisasi

Lebih memahami materi

Penerapan materi menjadi lebih jelas Penggunaan bahasa Bahasa yang digunakan dapat

dipahami

Bahasa yang digunakan sulit dipahami Penggunaan

gambar

Gambar yang disajikan mewakili materi

Gambar yang disajikan jelas

Komposisi warna Warna yang digunakan sesuai

Warna yang digunakan cocok

2 Berpikir Kreatif Kelancaran

(fluency)

Rasa ingin tahu yang tinggi dalam mempelajari bahan pelajaran Mampu bekerja sendiri dalam memecahkan masalah

Fleksibilitas (flexibility)

Memiliki gagasan dan pendapat dalam menyelesaikan masalah

originalitas (originality)

Memiliki daya imajinasi serta menyukai hal-hal yang baru Merinci (elaborate) Keberanian mengambil resiko

Percaya diri

Mampu menulis naskah drama yang memiliki struktur drama

Tekstur Drama (dialog, kramagung)

Mampu menulis naskah drama yang memiliki tekstur drama

Kesesuaian dengan cerita komik

Mampu menuliskan naskah drama sesuai dengan cerita dalam komik Naskah drama keajegan penulisan , dan kesesuaian bahasa dengan karakter tokoh

b. Memerankan

drama (Performansi)

Lafal Memerankan tokoh drama dengan

intonasi yang tepat dan jelas

Intonasi Memerankan tokoh drama dengan lafal

yang tepat dan jelas

Ekspresi Memerankan tokoh drama dengan

(33)

Tabel 3.2

Pedoman Angket Efektivitas Media Komik

No Parameter

Yang Diukur Isi Pertanyaan

Respon Ya Tidak

1 Minat siswa Saya suka komik

Setiap ada waktu, saya membaca komik

Gambar yang disajikan dalam komik menarik

Gambar yang disajikan jelas Komposisi

warna

Warna yang digunakan sesuai dan cocok

(Nurgiyantoro, 2010: 346 dengan penyesuaian oleh peneliti)

Tabel 3.3

a. Rasa ingin tahu yang tinggi dalam mempelajari bahan pelajaran

b. Mampu bekerja sendiri dalam memecahkan masalah

20

2 Fleksibilitas (flexibility)

Memiliki gagasan dan pendapat dalam menyelesaikan masalah

30

3 Originalitas (originality)

Memiliki daya imajinasi serta menyukai hal-hal yang baru

(34)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

Tabel 3.4

Pedoman Tes Performansi Apresiasi Drama

No Nama Siswa

Aspek yang Dinilai

Pelafalan Intonasi Ekspresi

1 2 3 1 2 3 1 2 3

Deskriptor Kriteria Skor Tes Performansi Setiap Item

No. Aspek Penilaian

Deskripsi Kriteria Rentang

Skor

1. Pelafalan siwa tidak mampu memerankan tokoh drama dengan lafal yang tepat dan jelas

1-10

siswa mampu memerankan tokoh drama dngan lafal yang tepat namun tidak jelas atau sebaliknya

11-20

siswa mampu memerankan tokoh drama dengan lafal yang tepat dan jelas

21-30

2 Intonasi siswa tidak mampu memerankan tokoh drama dengan intonasi yang benar dan tepat

1-10

siswa mampu memerankan tokoh drama dengan intonasi yang benar namun kurang tepat atau sebaliknya

11-20

siswa mampu memerankan tokoh drama dengan intonasi yang benar dan tepat

21-30

3 Ekspresi siswa tidak mampu memerankan tokoh drama dengan ekspresi yang tepat dan penuh penjiwaan

1-10

siswa mampu memerankan tokoh drama dengan ekspresi yang tepat namun kurang menjiwai atau sebaliknya

11-20

siswa mampu memerankan tokoh drama dengan ekspresi yang tepat dan penuh penjiwaan

21-30

(35)

Tabel 3.6

Pedoman Penilaian dan Deskripsi Kriteria Tes Menulis Naskah Drama

No Aspek

Penilaian

Deskripsi Kriteria Rentang

Skor

1. Plot a. Konflik tergambar sangat tajam dan jelas 12-15

b. Konflik tergambar dengan tajam dan jelas 8-11

c. Konflik tergambar cukup tajam 4-7

d. Konflik tergambar kurang tajam 1-3

2 Karakter Tokoh

a. Karakter tokoh tergambar sangat jelas 12-15

b. Karakter tokoh tergambar dengan jelas 8-11

c. Karakter tokoh tergambar cukup jelas 4-7

d. Karakter tokoh tergambar kurang jelas 1-3

3 Tema a. Tema sangat sesuai dengan cerita dalam komik dan

b. Dialog melukiskan perwatakan, konflik dan klimaks 8-11 c. Dialog cukup melukiskan perwatakan, konflik dan

klimaks

4-7

d. Dialog kurang melukiskan perwatakan, konflik dan klimaks

1-3

5 Kramagung a. Petunjuk laku pementasan sangat jelas 8-10

b. Petunjuk laku pementasan jelas 5-7

c. Petunjuk laku pementasan cukup jelas 3-4

d. Petunjuk laku pementasan kurang jelas 1-2

6 Kesesuaian cerita dengan media komik

a. Sangat sesuai dengan cerita dalam komik 8-10

b. Sesuai dengan cerita dalam komik 5-7

c. Cukup sesuai dengan cerita dalam komik 3-4

d. Kurang sesuai dengan cerita dalam komik 1-2

7 Naskah

disajikan dalam satu babak

a. Naskah drama disajikan dalam satu babak 8-10 b. Naskah drama disajikan lebih dari satu babak 5-7 c. Naskah drama disajikan kurang dari satu babak 3-4

d. Tidak berbentuk naskah drama 1-2

8 Kesesuaian penggunaan bahasa

a. Menggunakan kaidah ejaan yang disempurnakan dengan tepat, memiliki keajegan penulisan, dan kesesuaian bahasa dengan karakter tokoh

8-10

b. Menggunakan kaidah ejaan yang disempurnakan dengan tepat, memiliki keajegan penulisan, dan tidak ada kesesuaian bahasa dengan karakter tokoh

5-7

c. Menggunakan kaidah ejaan yang disempurnakan dengan tepat, tidak memiliki keajegan penulisan, dan tidak ada kesesuaian bahasa dengan karakter tokoh

3-4

d. Tidak menggunakan kaidah ejaan yang disempurnakan dengan tepat, tidak memiliki keajegan penulisan, dan tidak ada kesesuaian bahasa dengan karakter tokoh

1-2

(36)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

Tabel 3.7

Nilai dan Kategori Kemampuan Menulis Naskah Drama

No. Nilai Kategori

1 85-100 Sangat Baik

2 75-84 Baik

3 64-74 Cukup

4 ˂ 64 Kurang

H. Validitas dan Reliabilitas

Dasar penyusunan instrumen penelitian adalah variabel-variabel penelitian

yang ditetapkan untuk dikembangkan menjadi indikator-indikator penelitian yang

dapat dipahami dan sesuai dengan teori-teori pendukung sehingga diperoleh

instrumen yang valid/sahih.

Kisi-kisi instrumen penelitian ini kemudian dinilai oleh expert judgment

untuk mendapatkan persetujuan ahli mengenai penilaian sebuah penelitian,

sedangkan hasil angket dan observasi digunakan untuk mengukur efektivitas

media komik dan kemampuan berpikir kreatif.

Langkah yang akan dilakukan untuk memenuhi prinsip kesahihan intrument

prestes dan posttest yang akan digunakan untuk mengumpulkan data adalah

sebagai berikut :

a. Uji Validitas

Menurut Azwar (Milawati, 2011: 68) validitas berasal dari kata validity

(37)

(tes) dalam melakukan fungsi ukurnya). Uji Validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat kelayakan interpretasi yang dibuat berdasarkan skor hasil tes

yang terkait dengan penggunaan dan bukan terhadap instrumen itu sendiri

(Nurgiyantoro, 2010:152). Maka validitas merupakan dukungan bukti dan teori

terhadap penafsiran hasil tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes. Valid tidaknya

suatu instrumen dapat dilihat dari koefisien korelasi. Besarnya koefisien korelasi -1 ≤ r ≤ +-1. Koefisisen korelasi -1 (ada atau tidak ada tanda negative di depan

angka) menunjukan terjadinya hubungan antar variabel (Susetyo, 2010:115).

Langkah yang dilakukan dalam melakukan uji validitas instrumen yaitu :

1) Mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus Pearson Product

Moment, yaitu :

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Catatan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y n = jumlah siswa

X = item soal yang dicari

Y = skor tes yang diperoleh sampel

2) Perhitungan koefisien korelasi kemudian dihitungkan pada butir item, dan

hasilnya dikonsultasikan ke dalam tabel Harga Produk Moment dengan taraf

signifikansi 95% untuk penelitian sosial. Harga koefisian korelasi (rxy)

(38)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

Tabel 3.8

Kategori Harga Koefisien Korelasi

Batasan Kategori

0,75 ˂rxy ≤ 10,0 Sangat Baik

0,50 ˂rxy ≤ 0,75 Baik

0,25 ˂rxy ≤ 0,50 Cukup

0,00 ˂rxy ≤ 0,25 Kurang

3) Hasil yang didapat dengan rumus Pearson Product Moment lalu

didistribusikan kedalam rumus uji t, yaitu :

√ √

Catatan :

n = jumlah responden r = koefisien korelasi

4) Hasil thitung kemudian dikonsultasikan dengan harga ttabel dengan taraf

kepercayaan 95% pada derajat kebebasan dk = n-2. Jika thitung > ttabel maka

item tersebut dinyatakan valid.

b. Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan alat ukur dalam mengukur apa

yang diukur, artinya kapanpun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan

hasil yang sama. Jika sebuah tes diujicobakan lebih dari satu kali kepada subjek

yang sama dalam waktu yang berbeda dapat menghasilkan data yang kurang lebih

sama (Nurgiyantoro, 2010: 165). Alat ukur instrumen dikatakan baik bila

reliabilitasnya tinggi. Untuk mengetahui apakah suatu tes memiliki reliabilitas

tinggi, sedang atau rendah dapat dilihat dari koefisien reliabilitasnya (Susetyo,

(39)

Adapun uji reliabilitas dengan metode Alpha terhadap hasil penelitian dapat

dilakukan dengan cara :

1) Menghitung jumlah total variabel dari setiap item dengan rumus:

∑ ∑

Catatan :

Si = varian skor tiap butir item ∑Xi2 = jumlah kuadrat item Xi n = jumlah responden

2) Mencari jumlah varians setiap butir item dengan menggunakan rumus:

3) Mencari harga varians total dengan rumus

∑ ∑

Catatan :

St = variasi total

∑Xt2 = jumlah kuadrat item X total n = jumlah responden

4) Mengkonsultasikan harga rhitung kedalam rtabel dengan derajat kepercayaan 95%

pada derajat kebebasan dk = n-2

5) Menentukan keputusan dengan membandingan r11 terhadap rtabel. Jika r 11>rtabel,

(40)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

I. Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian

Hasil data Skor Gain dianalisis secara statistic dengan menggunakan

Software Statistical Package for Social Science (SPSS) for windows versi 17.0

dengan tahapan sebagai berikut :

1. Uji Gain Ternormalisasi

Uji gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar antara

sebelum dan sesudah pembelajaran dengan G-factor (N-Gain) (Hake & Mettzler,

2002: 126), berikut kriteria N-Gain dapat dilihat pada table 3.9.

Tabel 3. 9

Kriteria Peningkatan N-Gain

Gain ternormalisasi (G) Kriteria peningkatan

G < 0.3 Rendah

0,3 < G < 0,7 Sedang

G > 0,7 Tinggi

2. Uji Normalisasi

Uji normalisasi digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau

tidak, sehingga dapat ditentukan uji hipotesis yang akan digunakan uji

parametric. Uji normalisasi yang digunakan adalah uji statistik

Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk, dengan batuan SPSS versi 17.0 for windows . uji ini

dilakukan untuk niai tes awal, tes akhir, dan N-Gain, baik kelas kontrol

(41)

3. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas dilakukan dengan uji Levene melalu bantuan SPSS versi 17.0

for windows dengan batas signifikansi 95%. Kriteriannya:

a. Jika probabilitas atau signifikansi > 0,05 maka varian kelompok sama.

b. Jika probabilitas atau signifikansi < 0,05 maka varian kelompok berbeda.

4. Uji T

Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis. Pengujian uji T dilakukan

berdasarkan hipotesis statistik berikut:

Ho: Tidak Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif dan

kemampuan mengapresiasi drama siswa di kelas eksperimen dan di kelas

kontrol.

H1: Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan

(42)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dikemukakan tentang simpulan dan saran yang diperoleh

berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya. Adapun simpulan dan saran

tersebut adalah sebagai berikut.

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa media komik efektif digunakan

dalam peningkatan kemampuan berpikir kreatif untuk 22 orang siswa. Hasil

observasi kemampuan berpikir kreatif pada kelas eksperimen lebih baik

dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen yang menggunakan

media komik diperoleh nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif sebesar

24,55 sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan media teks drama

sebesar 16,14.

2. Berdasarkan perolehan data hasil penelitian, diperoleh simpulan bahwa media

komik efektif digunakan dalam peningkatan kemampuan apresiasi drama untuk

22 orang siswa. Siswa di kelas eksperimen mengalami peningkatan

kemampuan menulis naskah drama lebih tinggi dibandingkan dengan siswa di

kelas kontrol. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian tentang

kemampuan mengapresiasi drama pada aspek menulis naskah drama

mendapatkan gain sebesar 36,86 sedangkan pada kelas kontrol yang

(43)

dengan kemampuan performansi drama, siswa di kelas eksperimen yang

menggunakan media komik mengalami peningkatan lebih signifikan

dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan media teks drama. Hal

ini terbukti dari perolehan gain di kelas eksperimen mendapatkan rata-rata gain

sebesar 2,32 sedangkan di kelas kontrol sebesar 0,82.

3. Terdapat hubungan antara kemampuan berpikir kreatif dengan kemampuan

mengapresiasi drama siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil perhitungan

korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dengan kemampuan mengapresiasi drama berada di bawah taraf signifikansi α 0,05 yaitu sig (2-tailed) 0,01 yang

berarti antara kemampuan berpikir kreatif dengan kemampuan mengapresiasi

drama saling berkorelasi atau berhubungan dan signifikan.

B.Saran

Berdasarkan temuan dilapangan dan hasil analisis penelitian, peneliti

berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan

guru pada khususnya. Penggunaan media komik dapat mendorong rasa ingin tahu

dan dapat meningkatkan pola berpikir secara kreatif.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan

penelitian selanjutnya berkaitan dengan pembelajaran apresiasi drama

menggunakan media komik. Dengan demikian media komik akan semakin

sempurna baik dari segi proses, maupun dari segi pembelajaran. Oleh karena itu,

guru harus benar-benar menguasai dan memahami media komik dengan

(44)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

Sebagai tindak lanjut dan masukan dari hasil penelitian ini, berikut peneliti

kemukakan beberapa saran dengan harapan dapat dijadikan bahan pertimbangan

dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.

1. Bagi Guru bahasa Indonesia media komik dapat dijadikan alternatif media

pembelajaran dan dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan kualitas

pendidikan terutama kemampuan mengapresiasi drama. Namun demikina,

dalam penerapan media komik, guru harus memperhatikan:

a. Keberagaman komik. Pemilihan media komik harus selektif, jangan sampai

memilih komik yang bersifat negatif bagi pembelajaran. Alangkah lebih baik

jika guru membuat sendiri media komik yang akan digunakan, sehingga sesuai

dengan karakter peserta didik.

b. Penggunaan media komik dalam pembelajaran perlu disesuaikan dengan jam

pelajaran yang tersedia.

c. Penelitian ini di laksanakan di SD Laboratorium Percontohan UPI yang tentu

memiliki motivasi belajar berbeda dengan sekolah lainnya. Oleh sebab itu,

jika media komik akan dilakukan dalam penelitian bahasa lainnya, alangkah

lebih baik jika dilakukan studi pendahuluan.

2. Bagi pimpinan Sekolah Dasar dan Lembaga Terkait (LPMP, P4TK, PGRI,

Ditjen Pendidikan Dasar dan Dinas Pendidikan)

a. Hendaknya pimpinan sekolah lebih memotivasi guru untuk lebih kreatif dalam

penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak dan

(45)

b. Memperluas kesempatan bagi para guru untuk berinovasi serta menyediakan

media pembelajaran yang menunjang.

c. Pembelajaran apresiasi drama menggunakan media komik merupakan sebuah

upaya menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter. Oleh karena itu, media ini

perlu disosialisasikan dengan sebaik-baiknya dengan harapan dimasa

mendatang dapat digunakan tidak hanya dalam pembelajaran bahasa

(46)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

DAFTAR PUSTAKA

Al Adzani Art. (2012). Drama menurut para ahli. [Online]. Tersedia: http://aladzaniart.blogspot.com/2012/04/drama.html. [4 Juni 2012]

Aminuddin. (2010). Apresiasi Drama. Jakarta: Angkasa

Arikunto, S. (1996) Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Atmazaki. (1992). Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kualitas Interaksi dengan

Karya Sastra sebagai Determinan Kemampuan Mengapresiasi Karya Sastra. Tesis Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada

Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). (2006). Kurikulum 2006 Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: Media makmur Majumandiri

Bonneff, Marcel. (1998). Komik Indonesia. (terj. Rahayu S. Hidayat). Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Creswell, J.W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Deporter, B. & Hernacki, M. (2009). Quantum Learning. (Terj. Alwiyah Abdurrahman). Bandung: Kaifa

Desmasary, Dewi. (2012). Penggunaan Media Komik untuk Meningkatkan

Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunagrahita Ringan Kelas D6 Di SLB B-C Pambudi Dharma II Kota Cimahi. Skripsi Sarjana Pendidikan

Luar Biasa pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan

Evans, J.R. (1991). Creative Thinking. Cincinnati, Ohio: South Western Publishing Co

Fauziah, Y.N. (2011). Analisis Kemampuan Guru Dalam Mengembangkan

Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Kelas V Pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam: Studi Komparatif Pada Guru Sekolah Dasar Kelas V Di Beberapa Sekolah Dasar Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2010-2011. Tesis Magister Pendidikan Dasar pada SPs UPI

(47)

Fitria, R. (2010). Komik Sebagai Media Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://rizcafitria.wordpress.com/2010/07/05/komik-sebagai-media-pembelajaran/. [4 Juni 2012]

Gani, Rizanur. (1981). Pengajaran Apresiasi Puisi. Jakarta: P3G Depdikbud

Hake & Meltzer, D. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and

Conceptual Learning Gains in Phisics : A Possible “Hidden Variable in Diagnostic Pre Test Scores”. Departemen of Phisicsand Astronomy Iowa: State University : Ames Iowa

Hamalik, Oemar. (1989). Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti

Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Harsiati, T. (2003). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Harymawan, RMA. (1993). Dramaturgi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Jabrohim, dkk. (2003). Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Herdian. (2010). Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa. [online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa/. [6 Juni 2012]

Lambertus. (2010). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematik Siswa SD Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi Doktor Pendidikan Matematika pada SPs

UPI Bandung: tidak diterbitkan

Mahmudi. (2011). Pembelajaran Menulis Naskah Drama Dengan Model

Konsiderasi Dan Pemeranannya Sebagai Pengekspresian Nilai-Nilai Karakter. Tesis Magister Pendidikan Bahasa Indonesia pada SPs UPI

Bandung: tidak diterbitkan

(48)

Cicih Wiarsih, 2013

Keefektifan Media Komik Dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Mengapresiasi Drama

McCloud, Scott. (2008b). Reinventing Comics. Mencipta Ulang Komik. (Terj. Damaring Tyas Wulandari Palar). Jakarta: KPG ( Kepustakaan Populer Gramedia)

McMillan, J. H. & Schumacher, S. (2001). Research in Education. New York: Longman

Milawati, Teti. (2011) Peningkatan Kemampuan Anak Memahami Drama dan

Menulis Teks Drama Melalui Model Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI). Tesis Magister Pendidikan Dasar pada SPs UPI

Bandung: tidak diterbitkan

Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta

Munandi, Y. (2010). Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta : Gaung Persada Press

Novita. (2011). Apresiasi Sastra (Anak). [Online]. Tersedia: http://vhynjak.blogspot.com/2011/05/apresiasi-sastra-anak.html. [2 Juni 2012]

Nurgiyantoro, Burhan. (2001). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE

Nurgiyantoro, Burhan. (2005). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Olivia, Femi. (2008). Gembira Belajar dengan Mind Mapping. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Poerwadarminto. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Rahim, Abdul Rahman. (2011). Apresiasi Sastra Anak. [Online]. Tersedia:

Gambar

Tabel  .................................................................................................................
Tabel
Grafik
Tabel 3.1 KISI-KISI INSTRUMEN
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. © Anistia Nurhalida 2015 Universitas

Menurut Sutanto (2002), bahwa PO dapat dipahami sebagai suatu praktek pertanian yang bersifat holistik mengingat kegiatan PO menyangkut berbagai aspek, antara lain :

Hipotesis kedua penelitian ³'LGXJD Brand Equity Berpengaruh Tidak Langsung Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Melalui Brand Preference pada Produk Televisi Sony

[r]

SIDa adalah keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan antarinstitusi pemerintah, pemda, lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan,.

Begitu juga dengan kebiasaan Ibunya di malam hari yang selalu duduk dan merenung di bawah pohon depan rumahnya sambil memohon kepada “Mbah Ibu Bumi Bapa Kuasa” yang diyakini

1 Untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran Students Team- achievement Devisions (STAD), metode pembelajaran cooperative script dan kemampuan psikomotorik peserta didik

Bagi calon penyedia jasa konstruksi yang keberatan atas Pengumuman ini, diberikan masa sanggah sesuai dengan jadwal Sistem Pelelangan Secara Elektronik (SPSE) dan