PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DAN PEMANFAATAN FASILITAS PENDIDIKAN TERHADAP MUTU LAYANAN AKADEMIK PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI
DI KABUPATEN CIANJUR
T E S I S
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Mengikuti Ujian Sidang Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh :
ASEP MOH. RIDWAN NIM: 0909913
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan terhadap Mutu Layanan Akademik pada Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur, sepenuhnya hasil karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku. Atas pernyataan ini saya bersedia menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.
ABSTRAK
Mutu layanan akademik merupakan aspek penting dalam proses pendidikan di madrasah. Banyak faktor yang mempengaruhi mutu layanan akademik . Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi mutu layanan akademik yaitu kepemimpinan kepala madrasah dan pemanfaatan fasilitas pendidikan. Masalah dalam penelitian ini yaitu seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala madrasah dan pemanfaatan fasilitas pendidikan terhadap mutu layanan akademik pada Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui: kepemimpinan kepala madrasah, pemanfaatan fasilitas pendidikan, mutu layanan akademik, pengaruh kepemimpinan kepala madrasah terhadap mutu layanan akademik, pengaruh pemanfaatan fasilitas pendidikan terhadap mutu layanan akademik dan pengaruh kepemimpinan kepala madrasah dan pemanfaatan fasilitas pendidikan secara simultan terhadap mutu layanan akademik pada Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu guru Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur berjumlah 144 orang. Pengambilan sample dilakukan secara acak (random). Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus Isaac and Michael. Hasil perhitungannya menghasilkan 46 orang guru. Instrumen yang digunakan adalah angket dengan pengukuran skala Likert.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ………..……... i
ABSTRAK ……….………… ii
KATA PENGANTAR ……….. iii
UCAPAN TERIMA KASIH ……….……… iv
DAFTAR ISI ……….……… vi
DAFTAR TABEL ……….……… ix
DAFTAR GAMBAR ………..….………...x
BAB I PENDAHULUAN …….………..…….1
A. Latar Belakang Penelitian .………...… ..………..1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ………..12
1. Identifikasi Masalah ………..……...12
2. Perumusan Masalah .……….…...13
C. Tujuan Penelitian ……….….……..14
D. Manfaat Penelitian ………..……....15
1. Secara Teoritis …..……….….……15
2. Secara Praktis .……….……...15
E. Struktur Organisasi Tesis ..……….……...……..15
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ………..…….………..17
A. Kajian Pustaka ……….……...…….17
1. Mutu Layanan Akademik ….…..……….…17
2. Kepemimpinan Kepala Madrasah …...……….27
3. Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan ………...………….51
B. Kerangka Pemikiran ……… ………..……..…………...61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….65
A. Populasi dan Sampel Penelitian ……..………...65
1. Populasi …….……….65
2. Sampel ……..………...………...66
B. Metode Penelitian ..……..………67
1. Metode Penelitian yang Digunakan …..………...…………...67
2. Pendekatan Penelitian …..……….………..67
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..………..………..68
1. Variabel Penelitian ……….………68
2. Definisi Operasional ………..……...………..69
D. Pengembangan Instrumen Penelitian …...…..……….71
1. Menyusun Indikator Penelitian ..…..………...71
2. Uji Validitas Data ...…..………..……75
3. Uji Reliabilitas Data ..……...………..79
E. Teknik Pengumpulan Data …………..…..………...82
F. Analisis Data ..………..……….………..84
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..………..……92
A. Hasil Penelitian ………..………..……...92
1. Deskripsi Variabel Penelitian ……….………92
a. Deskripsi Kepemimpinan Kepala Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur .………..……...…..…93
c. Deskripsi Mutu Layanan Akademik pada Madrasah
Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur ………...…….…...101
2. Pengujian Hipotesis Penelitian ……….…….………...105
a. Uji Asumsi Klasik ………...……….105
b. Pengujian Hipotesis ………..….………..107
B. Pembahasan ………...…….….………...115
1. Kepemimpinan Kepala Madrasah ………...…………115
2. Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan …………..…..……….120
3. Mutu Layanan Akademik ……….…..………….123
4. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Madrasah (XΌ) dan Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan (X) terhadap Mutu Layanan Akademik di Madrasah (Y) ………124
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………...126 A. Kesimpulan …………..………126
B. Rekomendasi………..………..127
DAFTAR TABEL Tabel
1.1 Data Dasar Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur...……….4
1.2 Kondisi Fasilitas di Madrasah Aliyah Negeri di Kab. Cianjur .…………..8
3.1 Keadaan Populasi Penelitian ……….65
3.2 Indikator Variabel Kepemimpinan Kepala Madrasah ………...71
3.3 Indikator Variabel Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan ……….………….73
3.4 Indikator Variabel Mutu Layanan Pembelajaran ……….………….74
3.5 Hasil Uji Validitas Variabel Kepemimpinan Kepala Madrasah ………...77
3.6 Hasil Uji Validitas Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan ………..78
3.7 Hasil Uji Validitas Mutu Layanan Pendidikan ……….79
3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ………82
3.9 Tabel Konsultasi Persentase Skor Rata-rata ……….87
3.10 Tabel Koefisien Korelasi Nilai r.………...……..88
4.1 Capaian Rata-rata, Persentase, dan Kategori Semua Variabel …..………92
4.2 Pengkategorian Variabel Kepemimpinan kepala Madrasah …………....93
4.3 Capaian Rata-rata, Persentase dan Kategori setiap Dimensi dalam Variabel Kepemimpinan Kepala Madrasah ………..………94
4.4 Pengkategorian Variabel Pemanfaatan Fasilitas pendidikan ………98
4.5 Capaian Rata-rata, Persentase dan Kategori setiap Dimensi dalam Variabel Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan ………….………....99
4.6 Pengkategorian Variabel Mutu Layanan ……….………101
4.7 Capaian Rata-rata, Persentase dan Kategori setiap Dimensi dalam Variabel Mutu Layanan Pendidikan …….………...102
4.8 Koefisien Korelasi antar Variabel ………...108
DAFTAR GAMBAR Gambar
1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Layanan Pembelajaran………13
2.1 Kerangka Pemikiran ……….……….62
3.1 Ilustrasi Hubungan antar Variabel Penelitian………....68 4.1 Grafik Batang Rata-Rata Capaian Setiap dimensi dalam Variabel
Kepemimpinan Kepala Madrasah.………..………..95 4.2 Grafik Batang Rata-Rata Capaian Setiap dimensi dalam Variabel
Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan ………99 4.3 Grafik Batang Rata-Rata Capaian Setiap dimensi dalam Variabel
Mutu Layanan Pendidikan ………103
4.4 Model Pengujian Hipotesis 1 dan 2 dengan Zero-Order
Correlation ………...110
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Di antara dampak globalisasi dalam dunia pendidikan adalah semakin menguatnya tuntutan terhadap mutu pendidikan. Hal ini dapat dipahami karena era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya kemajuan dalam teknologi dan persaingan hidup yang semakin ketat menuntut individu-individu yang kreatif, inovatif dan produktif yang semuanya dapat dicapai melalui pendidikan yang bermutu. Sehingga dapat dikatakan hanya bangsa dengan pendidikan yang bermutu yang dapat bersaing secara kompetitif dalam percaturan dunia global.
Dilihat dari sisi penyelenggaraannya, pendidikan termasuk kategori layanan jasa (service) yang dilaksanakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan bagi dan untuk kepentingan masyarakat (Sudarya: 2007). Pendidikan harus diorientasikan kepada peningkatan mutu pelayanan agar tercipta proses pendidikan yang menyenanngkan dan memuaskan sehingga mendorong peserta didik untuk semangat belajar yang pada akhirnya diharapkan dapat menghasilkan output pendidikan yang bermutu. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan “Pendidikan adalah
2
pendidikan tersebut adalah perlunya peningkatan mutu pendidikan dalam berbagai aspek, jenis, jenjang dan satuan pendidikan yang terhimpun dalam sistem pendidikan nasional.
Madrasah Aliyah merupakan jenjang pendidikan menengah yang kedudukannya setingkat dan sejajar dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Sebagai lembaga pendidikan Madrasah Aliyah memiliki fungsi dan tujuan sesuai dengan yang digariskan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:
3
Dalam laporan penelitian Madrasah Education Sub-sector Assessment (MESA) tahun 2003 disebutkan:
...Selain kelebihan ini, madrasah juga memiliki kelemahan. Keuangan, sumber daya fisik dan manusia mereka jauh lebih rendah dibandingkan tipe sekolah negeri umumnya. Kebijakan-kebijakan untuk mendukung madrasah justeru mengarahkan kepada perbedaan yang besar dalam pengalokasian sumber daya di madrasah dalam negara ini baik negeri maupun swasta. Dengan sumber daya jauh lebih sedikit, sebagian besar madrasah berada di bawah standar sekolah umum rata-ratanya. Walaupun untuk beberapa mata pelajaran di beberapa propinsi, siswa madrasah memperoleh nilai rata-rata yang lebih tinggi dari pada di sekolah umum. Kesenjangan antara madrasah dengan sekolah umum dalam hal status juga menjadi hambatan bagi peningkatan mutu madrasah. Sekolah umum, pada umumnya berstatus negeri. Dengan statusnya itu lembaga pendidikan pemerintah segala sesuatunya tercukupi sekalipun dalam batas-batas`minimal, misalnya guru, perpustakaan, laboratorium dan sarana pendidikan lainnya. Sementara madrasah yang pada umumnya berstatus swasta, maka selalu mengalami serba kekurangan, misalnya guru yang mengajar belum tentu memperoleh imbalan kesejahteraan yang cukup, buku-buku belum tentu tersedia dan juga sarana-prasarana lainnya.
Sebagaimana halnya pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs.), madrasah aliyah didominasi oleh madrasah aliyah swasta (MAS). Keadaan seperti ini terjadi secara merata hampir di setiap daerah.
4
pembiayaan, pengadaan fasilitas, guru, tenaga administrative, pengembangan sumber daya manusia dan lain-lain.
Kondisi Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada data dasar di bawah ini:
Tabel 1.1
Data Dasar Madrasah Aliyah Negeri Kabupaten Cianjur Tahun 2012
No Madrasah Jumlah Guru
PNS Non PNS 1. Madrasah Negeri Aliyah Cianjur 41 9 2. Madrasah Aliyah Negeri Pacet 55 3 3. Madrasah Aliyah Negeri Tanggeung 26 10
Jumlah 122 22
Sumber: Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cianjur
Melihat kemajuan yang demikian pesat khususnya dalam teknologi maka mau tidak mau madrasah harus dapat menyesuaikan diri dan dapat mengimbangi berbagai kemajuan. Dalam hal ini madrasah harus dapat menciptakan pelayanan yang bermutu untuk menarik pelanggannya sehingga mendorong semangat dan memberikan kepuasan belajar siswa. Dalam konteks ini mutu pelayanan di lembaga pendidikan seperti madrasah menjadi sangat urgen, sebagaimana menurut Bukhari Alma (2005:45):
5
tersebut, karena mereka sudah membayar mahal kepada lembaga pendidikan.
Dengan demikian arti pentingnya mutu layanan sebuah lembaga pendidikan termasuk madarasah agar para pemangku kepentingan merasakan kepuasan dari layanan yang diberikan penyelenggara pendidikan.
Layanan merupakan sebuah proses pemberian jasa (service delivery) dari produsen kepada pelanggan (customer). Layanan yang bermutu adalah layanan yang dapat memenuhi atau bahkan melebihi kebutuhan yang diharapkan oleh pengguna jasa layanan. Menurut Sugito (2005), “kepuasan pelanggan adalah suatu keadaan terpenuhinya keinginan, harapan, dan kebutuhan pelanggan. Bila pelayanan yang diberikan dapat memenuhi keinginan, harapan, dan kebutuhan pelanggan, dinilai pelayanan itu memuaskan.”
Mutu layanan merupakan faktor penting dan integral dalam pendidikan. Menurut Colby & Witt (2000: 30) mutu layanan pendidikan merupakan outcome dari interaksi antara lingkungan belajar yang kondusif, peserta didik dan pendidik, materi pembelajaran (materi, kurikulum, dan standar), dan proses pembelajaran di kelas. Dalam kebijakan Akreditasi Sekolah (Depdiknas: 2004:02) dikemukakan, bahwa yang dimaksud dengan mutu pelayanan pendidikan adalah "…jaminan bahwa proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan yang seharusnya terjadi dan sesuai pula dengan yang diharapkan. Agar mutu pendidikan itu sesuai dengan apa yang seharusnya dan apa yang diharapkan yang dijadikan pagu (benchmark)."
6
karena itu, mutu pelayanan harus dimulai dari kebutuhan konsumen akan pelayanan dan berakhir pada persepsi konsumen akan mutu pelayanan yang diberikan (Srinadi dan Nilaksumawati: 2008).
Banyak faktor yang menentukan mutu layanan di madrasah. Sebagai sebuah sistem, madrasah terdiri dari komponen-komponen input, proses dan output. Mutu layanan berkait erat dengan proses pendidikan. Tanpa proses pelayanan yang bermutu tidak akan diperoleh produk layanan yang bermutu, dengan kata lain tidak akan ada kepuasan pelanggan.
Selanjutnya Alma (2005:45) mengatakan “Layanan ini dapat dilihat dalam berbagai bidang, mulai dari layanan dalam bentuk fisik bangunan, sampai layanan berbagai fasilitas dan guru yang bermutu…Semuanya akan bermuara kepada sasaran memuaskan konsumen.”
Fasilitas pendidikan merupakan salah satu faktor (input) yang dapat menentukan mutu layanan pembelajaran. Fasilitas pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat menunjang dan memudahkan proses pendidikan, berupa lahan, bangunan, perpustakaan, laboratorium, tempat ibadah, media pembelajaran dan berbagai perlengkapan yang mendukung terlaksananya proses pendidikan. Oleh karena itu, untuk terlaksananya proses pendidikan di sekolah dengan baik diperlukan sejumlah sarana prasarana, dan perlengkapan fasilitas sekolah yang memadai, sehingga proses pendidikan dapat berlangsung secara efektif dan efisien (Sagala, 2010: 117).
7
memperoleh kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, atau fasilitas belajar untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.”
Kemudian Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 42 menyatakan bahwa “Setiap satuan pendidikan wajib
memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berlanjutan.”
Artinya, bahwa ketersediaan fasilitas pendidikan merupakan bagian vital untuk terselenggaranya proses belajar mengajar. Karena tanpa adanya dukungan fasilitas akan meninmbulkan kesulitan-kesulitan tersendiri baik bagi guru dan staf dalam memberikan pelayanan maupun siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Menurut Schneider (2003) “Fasilitas sekolah memiliki pengaruh langsung terhadap proses belajar mengajar. Kondisi sekolah yang buruk membuat guru lebih sulit untuk memberikan pendidikan yang memadai bagi siswa, mempengaruhi kesehatan guru, dan meningkatkan kemungkinan bahwa guru akan meninggalkan sekolah mereka dan profesi guru.”
8
harus menerima tanggung jawab ini karena mereka mendapatkan kontrol yang lebih besar dan lebih akuntabel.
Kondisi fasilitas pendidikan yang dimiliki oleh Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada table di bawah ini:
Tabel 1.2.
Kondisi Fasilitas Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri di Cianjur Tahun 2012
Nomor Fasilitas
NAMA MADRASAH
MAN CIANJUR MAN PACET MAN
TANGGEUNG
Kondisi Kondisi Kondisi
A B C A B C A B C
Sumber: Kementerian Agama Kabupaten Cianjur Keterangan:
A : Baik
9
Aktifitas mengatur sumber daya untuk menunjang berlangsungnya proses pendidikan yang bermutu memerlukan pengelolaan atau administrasi pendidikan secara profesional, terorganisir dan terencana. Oleh karena itu peran kepemimpinan kepala sekolah/ madrasah sangat penting.
Kepala madrasah adalah tenaga edukatif yang mendapatkan tugas untuk mengatur dan mengelola organisasi madrasah agar tercipta suasana madrasah yang kondusif sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Madrasah sebagai organisasi yang kompleks, yang terdiri dari komponen-komponen yang berinteraksi secara dinamis memerlukan penanganan secara profesional agar segenap sumber daya yang dimiliki oleh madrasah dapat dimanfaatkan dan diarahkan untuk mencapai tujuan. Kepala madrasah merupakan elemen penting dan berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan madrasah.
10
Demikian sentralnya peran kepemimpinan kepala madrasah/sekolah dalam menggerakkan madrasah/sekolah mencapai tujuan. Oleh karena itu, untuk menjalankan tugas dan fungsinya diperlukan kemampuan kepala madrasah/sekolah dalam memahami peran dan tanggung jawab yang diembannya. Wahjosumijo (2002: 82) mengatakan “Ada dua peranan penting kepala sekolah,
yaitu: a). Kepala sekolah berperan sebagai kekuatan sentral yang menjadi kekuatan penggerak kehidupan sosial. b). Kepala sekolah harus memahami tugas dan fungsi mereka demi keberhasilan sekolah, serta memiliki kepedulian kepada staf dan siswa.”
Peranan strategis kepala madrasah/sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan semakin penting terutama dalam merespon perubahan-perubahan di lingkungan sekolah. Perubahan sosial dan budaya masyarakat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu direspon secara positif oleh kepala madrasah/sekolah. Karena sikap responsif dan kepekaan kepala sekolah terhadap berbagai perubahan akan menjadi kekuatan bagi sekolah dan membawa sekolah pada situasi yang dinamis, kreatif dan inovatif. Dan sebaliknya, jika kepala sekolah tidak peka terhadap perubahan akan membawa kerugian bagi sekolah, seperti kemerosotan kualitas, penurunan prestasi, citra buruk, respons negatif dari masyarakat, kondisi labil, konflik yang tidak sehat, dan berbagai fenomena yang kontra produktif. (Qomar, 2007: 288).
11
dalam beberapa hal penting, baik melalui pengaruhnya pada orang lain atau organisasi, dan pengaruhnya pada proses (pendidikan) di sekolah. Kepala sekolah memainkan peran penting dan beragam dalam menetapkan arah bagi sekolah dan tempat kerja yang positif dan produktif bagi guru dan lingkungan belajar untuk anak-anak.
12
Terkait dengan mutu layanan akademik madrasah, tugas kepala madrasah untuk melakukan pembinaan terhadap para guru dan tenaga kependidikan dalam meningkatkan kinerja dalam memberikan pelayanan terhadap siswa, dan penyediaan berbagai sarana prasarana pendidikan di madrasah pada akhirnya bermuara pada tujuan untuk meningkatkan mutu layanan di madrasah.
Berdasarkan uraian di atas studi ini akan meneliti “Pengaruh
Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan terhadap Mutu Layanan Akademik pada Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur.”
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Studi ini difokuskan pada telaahan tentang mutu layanan akademik pada madrasah aliyah dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Banyak faktor yang mempengaruhi mutu layanan akademik di madrasah. Madrasah sebagai sistem memiliki komponen utama yaitu input, proses dan output. Pelayanan merupakan sebuah proses. Mutu layanan akademik akan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menjadi input pendidikan. Dalam penelitian ini dibatasi pada kepemimpinan kepala madrasah dan pemanfaatan fasilitas pendidikan.
13
Gambar 1.1
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Mutu Layanan Akademik di Madrasah Aliyah
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, rumusan masalah penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala madrasah dan pemanfaatan fasilitas pendidikan terhadap mutu layanan akademik pada Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur?
Rumusan masalah tersebut dapat dirnci sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kepemimpinan kepala Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur?
2. Bagaimanakah pemanfaatan fasilitas pendidikan Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur?
3. Bagaimanakah mutu layanan akademik pada Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur?
Mutu Layanan Akademik
Kurikulum
Proses Pembelajaran
Guru
Kepala Sekolah Fasilitas
Pembelajaran Pembiayaan
14
4. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala madrasah terhadap mutu layanan akademik pada Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur? 5. Seberapa besar pengaruh pemanfaatan fasilitas pendidikan terhadap mutu
layanan akademik pada Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur? 6. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala madrasah dan pemanfaatan
fasilitas pendidikan secara bersama-sama terhadap mutu layanan akademik pada Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan kepala madrasah dan pemanfaatan fasilitas pendidikan terhadap mutu layanan akademik pada Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur.
Secara khusus tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kepemimpinan kepala Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur.
2. Untuk mengetahui pemanfaatan fasilitas pendidikan Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur.
3. Untuk mengetahui mutu layanan akademik pada Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur.
4. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala madrasah terhadap mutu layanan akademik pada Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur.
15
6. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala madrasah dan pemanfaatan fasilitas pendidikan secara bersama-sama terhadap mutu layanan akademik pada Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur.
D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
a. Pengkajian kembali dan pengembangan teori mengenai kepemimpinan kepala madrasah dan pemanfaatan fasilitas pendidikan dalam meningkatkan mutu layanan akademik.
b. Menambah khazanah keilmuan dalam bidang ilmu administrasi pendidikan.
2. Secara Praktis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran:
a. Bagi kepala madrasah dalam meningkatkan kualitas kepemimpinan, pemanfaatan fasilitas pendidikan dan mutu layanan madrasah.
b. Untuk penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama. E. Struktur Organisasi Tesis
Penulisan tesis ini menggunakan sistematika sebagai berikut:
16
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian. Dalam bab ini terdiri dari: Konsep Mutu Layanan Akademik, Kepemimpinan Kepala Madrasah, Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan, Kerangka Pemikiran, Hipotesis.
Bab III Metode Penelitian. Bab ini menjelaskan Pendekatan Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen, Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data;
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini terdiri dari: Hasil Penelitian, Pembahasan;
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Sugiyono (2006: 90) mendefinisikan populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya”. Berdasarkan pengertian tersebut
populasi adalah obyek atau subyek penelitian, bisa berupa manusia (orang) atau benda yang dijadikan sumber informasi untuk memperoleh data-data terkait dengan penelitian untuk kemudian dijadikan kesimpulan. Populasi juga bukan hanya jumlah yang ada pada obyek/subyek penelitian yang akan dipelajari, tetapi meliputi seluruh sifat atau karakteristik yang ada pada obyek atau subyek tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut, populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh guru Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur dengan jumlah 144 orang.
Keadaan populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Keadaan Pupolasi Penelitian
No. Nama Madrasah Jumlah Guru
1. Madrasah Aliyah Negeri Cianjur 50 2. Madrasah Aliyah Negeri Pacet 58 3. Madrasah Aliyah Negeri Tanggeung 36
66
1) Sampel
Penelitian ini tidak mengkaji seluruh unit populasi yang diteliti, karena keterbatasan biaya, tenaga dan waktu yang tersedia. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian sampel. Menurut Sugiyono (2006: 91) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”
Arikunto (2002:93) menyatakan bahwa pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenaranya. Dengan kata lain, sampel harus representatif. Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tapi jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau antara 20-25% atau lebih.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling. Untuk menghitung ukuran sampel, di sini digunakan rumus yang didasarkan pada presisi estimasi statistik (tingkat ketelitian) 10% sebagai berikut:
)
S = jumlah sampel yang diperlukan N = jumlah anggota populasi
67
d = tingkat akurasi 0,10 2
= tabel nilai chi-square sesuai tingkat kepercayaan 0,90 2,706
Dalam penelitian ini, jumlah populasi sebanyak 144 dimasukkan ke dalam rumus tersebut dan menghasilkan nilai 46 (pembulatan) sampel seperti tampak sebagai berikut:
46 adalah sebanyak 46 guru.
B. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian yang Digunakan
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada atau terjadi pada masa sekarang. Sebagaimana dikemukakan Arikunto (2002:86), “Metode deskriptif adalah
metode penelitian yang digunakan dalam mengkaji permasalahan-permasalahan yang terjadi saat ini atau masa sekarang.”
Dengan menggunakan metode deskriptif, maka akan menghasilkan data faktual yang diolah secara kuantitatif berdasarkan informasi statistik maupun secara kualitatif (berdasarkan interprestasi hasil-hasil penelitian). 2. Pendekatan Penelitian
68
peneliti dalam penelitian dengan cara mengukur indikator-indikator variabel sehingga dapat diperoleh gambaran umum dan kesimpulan masalah penelitian (Arikunto, 2002:86).
Pendekatan kuantitatif merupakan upaya mengukur variabel-variabel yang ada dalam penelitian untuk kemudian dicari hubungan antar variabel-variabel tersebut.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen yaitu kepemimpinan kepala madrasah (X ) dan pemanfaatan fasilitas pendidikan (X ). Variabel dependen yaitu mutu layanan akademik (Y). Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif, maka penelitian ini akan mendeskripsikan korelasi antara ketiga variabel tersebut.
Ilustrasi variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 X
X
69
Ilustrasi Hubungan antar Variabel Penelitian Keterangan:
X : Kepemimpinan kepala madrasah X : Pemanfaatan fasilitas pendidikan
Y : Mutu layanan akademik
2. Definisi Operasional
70
b. Pemanfaatan fasilitas pendidikan yaitu penggunaan semua fasilitas madrasah yang menunjang proses pembelajaran di madrasah. Fasilitas pendidikan meliputi sarana dan prasarana. Sarana pendidikan adalah semua peralatan atau fasilitas yang langsung digunakan dalam proses belajar mengajar agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Prasarana pendidikan adalah alat yang tidak langsung digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan (Arum, 2007). Pemanfaatan fasilitas pendidikan diukur berdasarkan pemanfaatan sarana dan prasarana dilihat dari intensitas penggunaannya, yang terdiri dari alat pelajaran, media pendidikan, ruang kelas, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, tempat ibadah, tempat olah raga, peralatan kesenian, peralatan kebersihan, tempat pembuangan sampah, toilet, jaringan listrik, jaringan telepon.
c. Mutu layanan akademik yaitu aktivitas pemberian layanan/jasa oleh lembaga pendidikan yang dapat memenuhi/melebihi harapan pelanggan pendidikan. Mutu layanan akademik diukur berdasarkan dimensi-dimensi service quality (SERVQUAL) menurut Zeithaml, et.al. (1988) yang terdiri dari: keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), empati (empathy), fisik (tangible).
71
D. Pengembangan Instrumen Penelitian
Pengembangan instrumen ditempuh melalui beberapa cara, yaitu: (1) menyusun indikator variabel penelitian; (2) melakukan pengujian validitas instrumen; (3) melakukan pengujian reliabilitas instrumen.
a Menyusun Indikator Variabel Penelitian
Indikator yaitu alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel penlitian. Indikator disusun berdasarkan definisi teoritik setiap variabel. Indikator yang sudah disusun kemudian dijadikan kisi-kisi instrumen. Indikator untuk setiap varibel penelitian yaitu:
a. Variabel Kepemimpinan Kepala Madrasah (X1)
Indikator kepemimpinan kepala madrasah dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.2
Indikator Variabel Kepemimpinan Kepala Madrasah (X1)
Definisi Teoritik Dimensi Indikator
Kepemimpinan kepala sekolah orang lain untuk menciptakan komunitas pembelajaran profesional.
(Lunenberg & Irby: 2006)
72
daya keuangan
Memelihara gedung (bangunan)
Menilai kinerja pegawai
Menciptakan suasana kondusif untuk proses pembelajaran
Menetapkan visi, misi, dan tujuan Mengelola dukungan masyarakat
Kepemimpinan instruksional 2. Aktifitas
sosial
Memiliki kepekaan sosial
3. Profil Prilaku: yaitu perilaku kepala madrasah berhubungan dengan
Melakukan komunikasi
73
staf/personil
b Variabel Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan (X2)
Tabel di bawah ini menjelaskan indicator pemanfaatan fasilitas pendidikan:
Tabel 3.3:
Indikator Variabel Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan (X2)
Definisi Teoritik Dimensi Indikator
Fasilitas
Pemanfaatan sarana Pemanfaatan alat pelajaran Pemanfaatan media pendidikan Pemanfaatan
prasarana
74
b. Variabel Mutu Layanan Akademik
Indikator mutu layanan akademik dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.4:
Indikator Variabel Mutu Layanan Akademik (Y)
Variabel Sub Variabel Indikator
Dimensi mutu layanan menurut Parasuraman, Zeithaml, Berry (1988) (Tjiptono & Chandra:2011)
1. Keandalan (reliability) Menyampaikan pelayanan dengan tepat
Dapat dipercaya 2. Daya tanggap
(responsiveness)
Cepat tanggap Keinginan untuk
menyediakan pelayanan dengan baik
4. Jaminan (assurance) Pengetahuan atau wawasan
Kesopanan
Pemanfaatan jamban Pemanfaatan peralatan kebersihan
Pemanfaatan gudang
75
Kredibilitas Keamanan
5. Empati (empathy) Kemudahan melakukan hubungan
Memahami keinginan konsumen
5. Fisik (tangible) Fasilitas fisik Perlengkapan Penampilan personil Sarana komunikasi
b Uji Validitas Data
76
Keterangan:
r hitung = Koefisien korelasi ∑Xi = Jumlah skor item
∑Yi = jumlah skor total (seluruh item)
n = Jumlah responden Distribusi (tabel r) untuk α = 0,05
Kaidah keputusan jika : rhitung > rtabel, berarti valid, dan sebaliknya rhitung < rtabel, berarti tidak valid
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut:
Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 – 0,799 : tinggi Antara 0,400 – 0,599 : cukup tinggi Antara 0, 200 – 0,399 : rendah
Antara 0,000 – 0,1999 : sangat rendah (tidak valid) Hasil uji validitas variabel adalah sebagai berikut:
a. Uji validitas variabel kepemimpinan kepala madrasah (X )
77
nilai t tabel. Apabila nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel maka dinyatakan valid, sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Variabel Kepemimpinan Kepala Madrasah (X )
No. Item r
t-hitung
t-tabel
Keputusan78
Validitas item pertanyaan variabel pemanfaatan fasilitas pendidikan dapat dilihat dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel. Apabila nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel maka dinyatakan valid, sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Variabel Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan (X )
79
c. Uji validitas variabel mutu layanan akademik (Y)
Validitas item pertanyaan variabel mutu layanan akademik dapat
dilihat dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel. Apabila nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel maka dinyatakan valid,
sebagaimana pada tabel berikut: Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Variabel Mutu Layanan Akademik (Y)
80
c Uji Reliabilitas Data
Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keterandalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan. Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus Alpha. Metode mencari reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan Alpha sebagai berikut.
Langkah-langkah mencari reliabilitas Alpha sebagai berikut: Langkah 1: menghitung Varians skor tiap-tiap item dengan rumus:
Keterangan:
Si = varians skor tiap item ∑Xi = jumlah kuadrat item Xi (∑Xi) = jumlah item Xi dikuadratkan
N = jumlah responden
Langkah ke 2 : kemudian jumlahkan varians semua item dengan rumus:
Keterangan:
∑Si = jumlah varians semua item
81
Langkah 3: Menghitung varian total dengan rumus:
Keterangan:
St = varians total
∑Xt = jumlah kuadrat item X total (∑Xt)2 = jumlah item X total dikuadratkan
N = jumlah responden
Langkah 4 : Memasukkan nilai Alpha dengan rumus:
Keterangan:
rn = nilai reabililitas
∑Si = jumlah varians skor tiap-tiap item
Si = varians total
K = jumlah item
Kemudian diuji dengan uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus Korelasi Pearson Product Moment dengan teknik belah dua awal-akhir yaitu:
Harga rxy atau rb ini baru menunjukkan reliabilitassetengahtes. Oleh karenanya disebut rawal-rakhir Untuk mencari reliabilitas seluruh tes
)(1-82
digunakan rumus Spearman Brown yakni: r11 Untuk mengetahui korelasinya signifikan atau tidak digunakan distribusi (tabel r) untuk α =
0,05 atau α = 0,01 Kemudian membuat keputusan r11 dengan r tabel Adapun kaidah keputusan: jika r11 > r tabel berarti reliabel dan r11< r tabel berarti tidak reliabel.
Hasil uji reliabilitas instrument menggunakan rumus Alpha adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Variabel Koef.
Reliabilitas
Signifikansi (n=20)
Ket.
Kepemimpinan Kepala Madrasah (X1)
0.888 0.378 Reliabel Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan (X2)
0.925 0.378 Reliabel Mutu Layanan Akademik (Y)
0.959 0.378 Reliabel
Hasil pengujian reliabilitas menunjukan bahwa instrument penelitian yang disusun untuk mengukur kepemimpinan kepala madrasah, pemanfaatan fasilitas pendidikan dan mutu layanan akademik sudah memiliki reliabilitas yang tinggi D. Teknik Pengumpulan Data
benar-83
benar relevan dengan permasalahn yang hendak dipecahkan (Arikunto, 2002:197).
3. Menentukan alat pengumpul data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket yaitu seperangkat daftar pertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada responden yang menjadi anggota sample penelitian (Arikunto, 2002:200).
Jenis angket yang digunakan pada penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu responden diberi sejumlah pernyataan yang menggambarkan hal-hal yang ingin diungkapkan dari variabel-variabel yang ada disertai alternatif jawabannya. Adapun beberapa alasan yang menyebabkan peneliti menggunakan angket tertutup adalah :
a. Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti bersifat kuantitatif b. Responden akan lebih leluasa dalam memberikan jawaban
c. Waktu yang diperlukan relatif singkat dalam menghimpun data.
d. Pengumpulan data akan lebih efisien ditinjau dari segi biaya, tenaga, dan memudahkan untuk mengolahnya.
2. Penyusunan alat pengumpul data
84
Secara lebih rinci tahapan-tahapan yang ditempuh dalam pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:
a Menetapkan indikator-indikator dari setiap variabel penelitian yang dianggap penting untuk ditanyakan pada responden berdasarkan pada teori-teori yang telah diuraikan.
b Membuat kisi-kisi butir item berdasarkan variabel penelitian.
c Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan alternatif jawaban yang telah dipilih responden berdasarkan indicator variabel yang telah ditentukan dalam kisi-kisi item.
d Menetapkan kriteria penskoran untuk setiap alternatif jawaban setiap item pada setiap variabel dengan menggunakan skor penilaian yang berkisar dari 4 sampai 1 dengan rincian sebagai berikut:
Skala penilaian jawaban yang digunakan adalah Skala Likert (Sugiyono, 2006:107), dengan alternatif jawaban untuk masing-masing variabel diberi skor 5-1 yaitu Selalu (5), Sering (4), Kadang-kadang (3), Jarang (2), Tidak Pernah (1).
E. Analisis Data
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan dan penyeleksian data yang diperoleh dari responden melalui angket. Dalam hal ini langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
85
2. Mengelompokkan angket-angket tersebut berdasarkan variabel yang bersangkutan.
3. Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penelitian yang telah ditentukan, selanjutnya menentukan skornya.
4. Uji persyaratan analisis
Untuk mengetahui apakah hasil penelitian dapat diuji dengan menggunakan statistik parametrik atau non parametrik, maka data penelitian diolah dengan uji normalitas dan linieritas.
a. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui penyebaran data penelitian. Apabila normal maka akan digunakan statistik parametrik, namun jika penyebaran datanya tidak normal digunakan statistik non parametrik (Sugiyono, 2008: 233).
Rumus yang digunakan untuk pengujian distribusi ini adalah rumus Chi Kuadrat (X2 ):
(Akdon dan Hadi, 2005:171)
Keterangan:
86
f1 = Frekuensi yang diharapkan
b. Uji linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah antara variabel independen dan variabel dependen membentuk garis lurus atau tidak. Kalau tidak maka analisis regresi tidak dapat dilakukan (Sugiyono, 2008:265).
Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji linieritas adalah sebagai berikut:
1). Merumuskan hipotesis, yaitu:
Ho : hubungan antar variabel berpola tidak linier Ha : hubungan antar variabel berpola linier. 2). Mencari Jumlah Kuadrat Error (JKE), dengan rumus:
3). Mencari Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (JKTC):
4). Mencari Rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (R JKTC)
5). Mencari Rata-rata Jumlah Kuadrat Error (RJKE):
87
7). Mencari Ftabel :
1. Menentukan persentase skor rata-rata dari indikator variabel X1, X2, dan Y Hal ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan umum jawaban responden terhadap setiap indikator penelitian. Kriteria hasil digunakan sebagai berikut:
Tabel 3.9
Tabel Konsultasi Persentase Skor Rata-rata
Persentase Kategori
85,00 % - 100 % Sangat baik
70,00 % - 84,99 % Baik
55,00 % - 69,99 % Cukup
30,00 % - 54,99 % Kurang 0,00 % - 29,99 % Sangat kurang
(Riduwan dan Akdon, 2006) Dengan Formula:
x 100 % (Sujana, 1996:244) Keterangan:
88
Xid = Skor ideal setiap indicator 2. Menguji Hipotesis Penelitian
Setelah data penelitian diubah dari data mentah (ordinal) menjadi data baku (interval) selanjutnya dilakukan uji hipotesis penelitian untuk menjawab besar kecilnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
a. Analisis Korelasi
Analisis korelasi antar variabel dilakukan dengan terlebih dahulu merumuskan hipotesis:
Ho : tidak ada hubungan antara variabel independent dan variabel dependent
Ha : ada hubungan antara variabel independent dan variabel dependent
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus: 1) Korelasi Parsial:
=
2) Korelasi Ganda:
Untuk mengkonsultasikan nilai korelasi dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.10
89
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,800 -1,000 Sangat Kuat
0,600 – 0,799 Kuat
0,400 – 0,599 Cukup Kuat
0,200 – 0.399 Rendah
0,000 – 0,199 Sangat Rendah (Akdon, 2008:188)
Selanjutnya menentukan koefisien determinasi dengan mencari nilai r2, untuk menentukan persentase pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent.
b. Analisis Regresi dan Signifikansi
Analisa selanjutnya adalah menghitung persamaan regresinya. Persamaan regresi digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi variabel dependent bila nilai variabel independent dimanipulasi atau diubah-rubah (Sugiono, 2008:261).
1) Regresi Parsial
Adapun persamaan regresi yang dimaksud adalah: Ý = α + bX
Dimana, Ý = nilai yang diprediksikan a = konstanta
b = koefisien regresi
X = nilai variabel independent
Untuk mencari nilai a dan b persamaan regresi, dengan menggunakan rumus:
90
2) Regresi ganda
Persamaan regresi ganda adalah:
Ý = α + b1 X1 + b2 X2
Dimana, Ý = nilai yang diprediksikan: a = konstanta
b1 = koefisien regresi independent 1 b2 = koefisien regresi independent 2 X1 = nilai variabel independent 1 X2 = nilai variabel independent 2
Untuk mencari nilai a, b1 dan b2 pada persamaan regresi ganda dengan menggunakan rumus:
∑Y = an + b1 ∑X1 + b2∑X2………(1)
∑Y1Y = a∑X1 + b∑X12 + b2 X1 X2 ………(2) ∑X²Y = a ∑X2 + b1∑X1 X2 + b1 X22…….(3)
(Sugiyono, 2008:259)
91
a) Signifikansi Parsial:
( Sugiyono, 2008:259)
Kemudian nilai thitung dibandingkan dengan ttabel dengan derajat kebebasan, dk = n-2 dan derajat kesalahan 5 % dengan ketentuan:
Ho = diterima jika nilai thitung lebih kecil dari ttabel , dan Ha = diterima jika nilai thitung lebih besar dari ttabel .
b) Signifikansi Ganda:
(Sugiyono,2008:266) Keterangan:
R = korelasi ganda
k = jumlah variabel independent n = jumlah sampel
Kemudian nilai F hitung dibandingkan dengan F tabel dengan derajat kebebasan dk pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1) dan taraf kesalahan 5 %, dengan ketentuan:
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kepemimpinan kepala Madrasah Aliyah Negeri di kabupaten Cianjur dikategorikan tinggi, artinya kepala madrasah telah menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pemimpin pendidikan yang diukur dari dimensi tugas, aktivitas sosial, dan profil perilaku.
2. Pemanfaatan fasilitas pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur dikategorikan tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan disertai pemanfaatannya secara optimal untuk menunjang proses pendidikan di madrasah, seperti yang diukur dari dimensi pemanfaatan sarana dan pemanfaatan prasarana.
3. Mutu layanan akademik pada Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Cianjur sangat tinggi. Tingginya mutu layanan pendidikan menunjukkan adanya kesadaran akan fungsinya madrasah sebagai lembaga pemberi layanan terhadap pelanggannya, seperti yang diukur dari dimensi keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), empati (empathy), fisik (tangible).
127
bahwa kepala madrasah dinilai telah efektif dalam melaksanakan kepemimpinannya dalam meningkatkan mutu layanan akademik madrasah. 5. Pemanfaatan fasilitas pendidikan memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap mutu layanan akademik madrasah. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas pendidikan di lingkungan madrasah dapat dimanfaatkan secara optimal dalam menunjang dan meningkatkan mutu layanan akademik pada madrasah.
6. Kepemimpinan kepala madrasah dan pemanfaatan fasilitas pendidikan secara simultan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap mutu layanan akademik madrasah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin efektif kepemimpinan kepala madrasah dan semakin tinggi pemanfaatan fasilitas pendidikan, semakin tinggi pula tingkat mutu layanan akademik di madrasah.
B. Rekomendasi
Beberapa saran yang dapat diajukan terkait dengan hasil penelitian dan pembahasan antara lain:
1. Aspek yang relatif masih rendah pada variabel Kepemimpinan Kepala Madrasah adalah yang berkaitan dengan dimensi aktifitas/hubungan social dengan pihak lain dan profil perilaku (yang berhubungan dengan pengembangan staf). Oleh karena itu, disarankan agar kepala madrasah meningkatkan aspek tersebut sehingga seimbang dengan dimensi tugas (aspek yang berhubungan dengan aktifitas manajerial dan budaya sekolah).
128
madrasah, disarankan agar kepala madrasah menerapkan manajemen sarana prasarana lebih baik lagi dengan berpegang pada prinsip efektifitas dan efisiensi dalam mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana madrasah khususnya berkaitan dengan pemanfaatan media pembelajaran seperti slide/infocus, tape recorder, untuk menunjang mutu pembelajaran di madrasah.
3. Aspek yang relatif masih rendah pada variabel Mutu Layanan Akademik adalah aspek Fisik (Tangible) terutama pada penyediaan sarana komunikasi yang efektif di lingkungan madrasah. Untuk itu, kepala madrasah disarankan untuk menata ulang sarana tersebut secara efektif dalam menjaga mutu layanan madrasah.
4. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengkaji faktor-faktor lain yang mempengaruhi mutu layanan akademik pada skala yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Akdon dan Hadi, S. (2005). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruci
Alma, Bukhari. (2005). Pemasaran Stratejik Jasa Pendidikan. Bandung: Alfabeta. ____________ (2011). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung:
Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arum, Wahyu Sri Ambar. (2007). Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. Jakarta: Multi Karya Mulia.
Bafadal, Ibrahim. (2004). Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Bumi Aksara.
Bush, Tony and Glover, Derek. (2003). School Leadership: Concept and Evidence. (OnLine). Tersedia:http://dera.ioe.ac.uk/5119/2/dok217-eng-School_Leadership_Concepts_and_Evidence.pdf (21 September 2012) Colby, J. & Witt, M. (2000). Defining Quality in Education. New York: United
Nations Children’s Fund.
Davis, S. et al. (2005). School Leadership Study: Developing Successful Principals.(Online).Tersedia:
http://www.srnleads.org/data/pdfs/sls/sls_rr.pdf (10 September 2012). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1998). Panduan Manajemen Sekolah.
Jakarta
Depdiknas. 2004. Manajemen Mutu Berbasais Sekolah . Jakarta: Dirjen Dikdasmen
Engkoswara dan Komariah, Aan. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Fattah, Nanang. (2012). Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
130
Lunenburg, Fred.C. and Irby, Beverly J. (2006). The Principalship: Vision to Action. Belmont, USA: Wadsworth.
Mulyasa, E. (2004). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nassional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
Peraturan Menteri Pendidikan Nassional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Qomar, Mujamil. (2007). Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga. Riberu, J. (2003). Dasar-Dasar Kepemimpinan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. Riduwan dan Akdon. (2007). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika.
Bandung: Alfabeta
Sagala, Syaiful. (2010). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
____________. (2011). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta
____________. (2012). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.
Sallis, Edward. (2010). Total Quality Management in Education. Alih Bahasa: Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurroji. Jogjakarta: Ircisod.
Saparudin, Yudi. 2011. Pengembangan Produktifitas Madrasah: Stdudi tentang Pengaruh Kinerja Kepemimpinan Kepala MA,
Schneider, Mark. (2003). Linking School Facility Conditions to Teacher Satisfaction and Success. (Online).
Tersedia: http://www.ncef.org/pubs/teachersurvey.pdf
Siagian, Sondang P. (2003). Teori dan Praktik Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.
131
Lembaga Pendidikan (Studi Kasus di FMIPA, Universitas Udayana). Cakrawala Pendidikan Edisi Nopember 2008. (Online) Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/3328/1/%60.pdf (14 Juni2012).
Sudarya, Yaya. (2007). Service Quality Satisfaction dalam Layanan Pendidikan: Kajian Teoritis. (Online). Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_8 Oktober_/Service_Quality_Satisfaction_dalam_Layanan_Pendidikan_Kaji an_Teoretis.pdf. (20 Juli 2012).
Sugito, H. (2005). Mengukur Kepuasan Pelanggan. (Online). Tersedia: http.hadisugito.fadla.Or.Id./2005/12/11/ ( 30 September 2009)
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Terry, George R. and Rue, Leslie W. (2000). Principles of Management. Alih bahasa oleh G.A. Ticoalu: Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim LPP-SDM. (2010). Ensiklopedi Pendidikan Islam: Kurikulum Pendidikan Islam. Depok: Bina Muda.
Tjiptono, Fandy. (2011). Srvice Management: Mewujudkan Layanan Prima. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Tjiptono, Fandy dan Chandra, Gregorius. (2011). Srvice, Quality & Satisfaction. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Wahab, Abdul Aziz. (2008). Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan: Telaah terhadap Organisasi dan Pengelolaan Organisasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Wahjosumijo. (2002). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wahyuningrum. (2000). Buku Ajar Manajemen Fasilitas Pendidikan. Yogyakarta: FIP UNY.
Yukl, Gary. (2001). Leadership in Organization. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Alih bahasa Budi Supriyanto. 2009. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Indeks.