• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan strategi pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa , sikap kritis dan prestasi belajar siswa kelas XI Akuntansi SMK Sanjaya Pakem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan strategi pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa , sikap kritis dan prestasi belajar siswa kelas XI Akuntansi SMK Sanjaya Pakem"

Copied!
308
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM

BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

BELAJAR SISWA, SIKAP KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR

SISWA

KELAS XI AK SMK SANJAYA PAKEM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh :

Birgitta Orlies Irdianti

121334037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM

BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

BELAJAR SISWA, SIKAP KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR

SISWA

KELAS XI AK SMK SANJAYA PAKEM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh :

Birgitta Orlies Irdianti

121334037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Motto dan Persembahan

 Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan – kesalahan, tetapi jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak terjadi kesalahan lagi.

 Orang – orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Dan orang – orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan. (Mario Teguh)

Skripsi ini akan kupersembahkan kepada Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus

Bapakku dan Ibuku yang tercinta Yohanes Suroso dan Lucia Sarjuni

Kakakku yang tersayang Paulina Ervin Indiarti

Kakak iparku yang tersayang Johanes Tri Hartanto

Keponakan tersayang Flaviano Sastra Jovino

Almamaterku

Dan semua orang yang ku cintai

(6)
(7)
(8)

vii

ABSTRAK

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA,

SIKAP KRITIS SISWA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK SANJAYA PAKEM

Birgitta Orlies Irdianti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, sikap kritis siswa dan prestasi belajar siswa setelah penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran pajak materi perhitungan PPh 21 wajib pajak orang pribadi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI Akuntansi SMK Sanjaya Pakem. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang dalam tiap siklusnya meliputi empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(9)

viii

ABSTRACT

THE APPLICATION OF PROBLEM BASED LEARNING STRATEGY TO

INCREASE STUDENT’S LEARNING MOTIVATION, CRITICAL ATTITUDE AND LEARNING ACHIEVEMENT OF THE ELEVENTH

STUDENTS IN ACCOUNTING STUDY PROGRAM IN SANJAYA PAKEM VOCATIONAL HIGH SCHOOL

Birgitta Orlies Irdianti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2017

The objective of this research is to increase student’s learning motivation, critical attitude and achievement by applying Problem Based Learning strategy on the subject of calculating 21 personal income tax.

The research belongs to class action research. The subjects of the research were the eleventh grade students of the Accounting Study Program in Sanjaya Vocational High School Pakem Sleman Yogyakarta. It was done in two cycles in which each cycle had four stages: planning, action, observing, reflecting. The data collection techniques were descriptive analysis and comparative analysis.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat serta syukur penulis persembahkan kepada Tuhan

Yesus Kristus atas segala berkat, rahmat, dan kasih-Nya penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyusun skripsi dengan judul :

“Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning untuk

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa, Sikap Kritis Siswa, dan Prestasi

Belajar Siswa”. Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas XI Akuntansi SMK

Sanjaya Pakem.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian

Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai

pihak yang dengan tulus hati dan ikhlas telah mengorbankan pikiran dan

waktunya untuk membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan

(11)

x

3. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M. Si. Selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak memberikan bimbingan, koreksi, dan saran dalam penulisan skripsi

ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus

Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan

selama penulis menempuh kuliah.

5. Mbak Aris yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

6. Bapak Setiyo Budi Kriswanto selaku Kepala SMK Sanjaya Pakem yang telah

memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian

7. Ibu Marsia Peniati, S.Pd selaku Guru Pembimbing yang diminta oleh sekolah

untuk mendampingi penulis selama melaksanakan penelitian

8. Para siswa-siswi kelas XI Akuntansi SMK Sanjaya Pakem yang telah

bersedia menjadi subjek penelitian ini.

9. Kedua Orang Tuaku, Bapak Yohanes Suroso dan Ibu Lucia Sarjuni yang

telah memberikan doa, dukungan yang luar biasa untuk penulis dalam

penyusunan skripsi, dan memberikan kasih sayangnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

10.Kakak Kandungku Paulina Ervin Indiarti dan Kakak Iparku Johanes Tri

Hartanto yang selalu mendukung penulis dalam penyusunan skripsi, yang

selalu memberikan doa dan memberikan kasih sayangnya sehingga penulis

(12)

xi

11.Keponakanku tersayang Flaviano Sastra Jovino yang selalu membuat

semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi.

12.Makasih buat teman-teman sepayungan yang telah dengan senang hati selama

ini bahu membahu dan bertukar pikiran dalam menyelesaikan skripsi ini :

Marsella Astuti Inatutok dan Anjelina Dita.

13. Para sahabat – sahabatku : Marsella Astuti, Vinna Pratiwi, Marselinus tri,

Tiodoris Sidauruk, Cahyaning Apsari, Restituta Endra Svera, Felicitas Noi,

Felisitas Purnaningsih, Arko Janser Sitinjak, Agus Brolin Nadeak, Marcelino

Riyadi, Mbak Hilda, dan Agung, terima kasih untuk perhatian, bantuan dan

kasih sayang kalian yang sangat berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Semoga persahabatan kita akan selalu terjalin.

14.Teman – teman seperjuangan PAK 2012 yang selalu mendengarkan keluh

kesah dan selalu memberikan hiburan disaat mengalami banyak kepenatan

dalam kuliah dan menggarap skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua

pihak yang berkepentingan. Terima kasih.

Penulis

(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR DIAGRAM ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

(14)

xiii

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Pengertian PTK ... 10

B. Pengertian Problem Based Learning ... 21

C. Pengertian Motivasi ... 31

D. Pengertian Sikap Kritis ... 36

E. Pengertian Prestasi ... 38

F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 41

G. Kerangka Berfikir ... 43

H. Hipotesis Tindakan ... 44

BAB III. MEODOLOGI PENELITIAN ... 45

A. Jenis Penelitian ... 45

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 46

D. Prosedur Penelitian ... 46

E. Operasionalisasi Variabel ... 52

F. Teknik Pengumpulan Data ... 57

G. Instrument Penelitian ... 58

H. Skala Pengukuran Instrumen Penelitian... 66

I. Teknik Pengujian Instrumen ... 66

J. Teknik Analisis Data ... 74

BAB IV. GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 77

A. Sejarah SMK Sanjaya Pakem... 77

B. Tujuan, Visi, dan Misi SMK Sanjaya Pakem ... 79

C. Siswa SMK Sanjaya Pakem ... 80

D. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMK Sanjaya Pakem ... 81

E. Organisasi Sekolah Satuan Pendidikan SMK Sanjaya Pakem . 83

(15)

xiv

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 85

A. Deskripsi Data Penelitian ... 85

B. Analisis Komparansi Motivasi Belajar, Sikap Kritis dan Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus 1 dan Siklus 2 dalam Penerapan Metode PBL ... 133

C. Pembahasan ... 138

BAB VI. KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN ... 141

A. Kesimpulan ... 141

B. Keterbatasan Penelitian ... 142

C. Saran ... 143

DAFTAR PUSTAKA ... 145

(16)

xv

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar (1) ... 68

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar (2) ... 69

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar (3) ... 70

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Sikap Kritis Siswa (1) ... 71

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Sikap Kritis Siswa (2) ... 71

Tabel 3.9 Tabel Interpretasi ... 73

Tabel 3.10 Hasil Pengukuran Uji Reabilitas ... 73

Tabel 3.11 Kategorisasi PAP tipe II ... 75

Tabel 3.12 Tabel Komparasi ... 75

Tabel 3.13 Rangkuman Distribusi Frekuensi ... 75

Tabel 3.14 Analisis Peningkatan Prestasi Siswa ... 76

Tabel 4.1 Jumlah Siswa SMK Sanjaya Pakem ... 81

Tabel 5.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru Sebelum Penerapan Strategi pembelajaran PBL ... 87

Tabel 5.2 Observasi Kegiatan Siswa Sebelum Penerapan Strategi Pembelajaran PBL ... 91

Tabel 5.3 Observasi Kondisi Fisik Kelas ... 92

Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Klasifikasi Motivasi Berdasarkan PAP II ... 94

Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Klasifikasi Sikap Kritis Berdasarkan PAP tipe II ... 95

Tabel 5.6 Hasil Evaluasi Belajar Siswa Sebelum Penerapan PBL Pra Penelitian ... 96

(17)

xvi

Tabel 5.8 Refleksi Siswa Pada Pembelajaran Saintifik Strategi

Pembelajaran Siklus I ... 105

Tabel 5.9 Hasil Klasifikasi Motivasi Belajar Berdasarkan PAP tipe II Siklus I ... 106

Tabel 5.10 Hasil Perhitungan Sikap Kritis Berdasarkan PAP tipe II Siklus I ... 107

Tabel 5.11 Hasil Evaluasi Belajar Siswa Saat Penerapan PBL Siklus I ... 108

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Penilaian Prestasi Siswa Siklus I ... 109

Tabel 5.13 Hasil Penilaian Problem Siklus I... 111

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Penilaian Problem Siswa Siklus I ... 112

Tabel 5.15 Hasil Observasi Kegiatan Guru Saat Penerapan Strategi Pembelajaran PBL ... 119

Tabel 5.16 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Saat Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning ... 122

Tabel 5.17 Hasil Perhitungan Klasifikasi Motivasi Belajar Berdasarkan PAP tipe II Siklus 2 ... 124

Tabel 5.18 Hasil Perhitungan Klasifikasi Sikap Kritis Berdasarkan AP tipe II Siklus 2 ... 126

Tabel 5.19 Hasil Evaluasi Belajar Siswa Saat Penerapan PBL Siklus II ... 127

Tabel 5.20 Distribusi Frekuensi Penilaian Prestasi Siswa Siklus II ... 128

Tabel 5.21 Hasil Penilaian Problem Siklus I... 129

Tabel 5.22 Distribusi Frekuensi Penilaian Problem Siswa Siklus I ... 130

Tabel 5.23 Refleksi Siswa Pada Pembelajaran Saintifik Model PBL Siklus 2 ... 131

Tabel 5.24 Tabel Komparatif Motivasi Belajar Siswa ... 133

Tabel 5.25 Rangkuman Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa ... 134

Tabel 5.26 Tabel Komparasi Sikap Kritis ... 135

Tabel 5.27 Rangkuman Distribusi Frekuensi Sikap Kritis Siswa ... 136

(18)

xvii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Persentase Motivasi Belajar Siswa Pra Penelitian... 95

Diagram 5.2 Persentase Sikap Kritis Siswa Pra Penelitian ... 96

Diagram 5.3 Persentase Prestasi Belajar Siswa Pra Penelitian ... 98

Diagram 5.4 Persentase Motivasi Belajar Siswa Siklus I... 107

Diagram 5.5 Persentase Sikap Kritis Siswa Siklus I ... 108

Diagram 5.6 Persentase Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 110

Diagram 5.7 Persentase Penilaian Proyek Siklus I ... 112

Diagram 5.8 Presentase Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 125

Diagram 5.9 Persentase Sikap Kritis Siswa Siklus II ... 126

Diagram 5.10 Persentase Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 129

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas ... 148

Lampiran 2 Instrumen Observasi Aktivitas Peserta Didik di Kelas ... 151

Lampiran 3 Instrumen Observasi Keadaan Kelas ... 152

Lampiran 4 Kuesioner Motivasi Belajar... 153

Lampiran 5 Kuesioner Sikap Kritis ... 156

Lampiran 6 Daftar Pertanyaan Wawancara Guru ... 159

Lampiran 7 Lembar Refleksi ... 160

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 162

Lampiran 9 Skenario Pembelajaran Siklus I ... 176

Lampiran 10 Buku Siswa Siklus I ... 179

Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa Siklus I... 185

Lampiran 12 Soal Evaluasi Siswa Siklus I ... 187

Lampiran 13 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 188

Lampiran 14 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siswa Siklus I ... 192

Lampiran 15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 193

Lampiran 16 Skenario Pembelajaran Siklus II ... 207

Lampiran 17 Buku Siswa Siklus II ... 210

Lampiran 18 Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 216

Lampiran 19 Soal Evaluasi Siswa Siklus II ... 218

Lampiran 20 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 219

Lampiran 21 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ... 223

Lampiran 22 Nilai Ulangan Pra Penelitian ... 224

Lampiran 23 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Pra Penelitian ... 225

Lampiran 24 Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik di Kelas Pra Penelitian ... 229

Lampiran 25 Hasil Observasi Keadaan Kelas Pra Penelitian ... 231

(21)

xx

Lampiran 27 Hasil Analisis Butir Kuesioner Sikap Kritis Belajar Pra

Penelitian ... 233

Lampiran 28 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Siklus I ... 234

Lampiran 29 Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik di Kelas Siklus I ... 238

Lampiran 30 Hasil Observasi Keadaan Kelas Siklus I ... 240

Lampiran 31 Hasil Analisis Butir Kuesioner Motivasi Belajar Siklus I ... 241

Lampiran 32 Hasil Analisis Butir Kuesioner Sikap Kritis Siklus I ... 242

Lampiran 33 Hasil Lembar Refleksi Siswa Siklus I ... 243

Lampiran 34 Nilai Ulangan Siklus I ... 245

Lampiran 35 Lembar Jawab Ulangan Siklus I ... 246

Lampiran 36 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Siklus II ... 247

Lampiran 37 Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik di Kelas Siklus II ... 251

Lampiran 38 Hasil Observasi Keadaan Kelas Siklus II... 253

Lampiran 39 Hasil Analisis Butir Kuesioner Motivasi Belajar Siklus II ... 254

Lampiran 40 Hasil Analisis Butir Kuesioner Sikap Kritis Siklus II ... 255

Lampiran 41 Hasil Lembar Refleksi Siswa Siklus II ... 256

Lampiran 42 Nilai Ulangan Siklus II... 258

Lampiran 43 Lembar Jawab Ulangan Siklus II ... 259

Lampiran 44 Hasil Wawancara Guru Setelah Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning ... 260

Lampiran 45 Hasil Output Uji Validitas ... 262

Lampiran 46 Hasil Output Uji Reabilitas ... 265

Lampiran 47 Perhitungan Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar, Sikap Kritis, dan Prestasi Belajar Siswa dengan PAP tipe II ... 266

Lampiran 48 Tabel Korelasi r Pearson ... 267

Lampiran 49 Hasil Kuesioner Motivasi dan Sikap Kritis Pra Penelitian ... 270

Lampiran 50 Hasil kuesioner Motivasi dan Sikap Kritis Siklus I ... 275

Lampiran 51 Hasil Kuesioner Motivasi dan Sikap Kritis Siklus II ... 280

Lampiran 52 Surat Keterangan Permohonan Ijin Penelitian ... 285

Lampiran 53 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 286

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan

kemajuan bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan merupakan proses

budaya yang bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.

Dengan pendidikan bermutu, akan tercipta sumber daya manusia yang

berkualitas. Pendidikan itu sendiri berlaku seumur hidup dan dilakukan

dalam lingkungan, keluarga, pendidikan formal (sekolah) dan masyarakat.

Untuk itu, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,

masyarakat, dan Negara.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 menyebutkan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Artinya proses pendidikan di sekolah merupakan proses yang

terencana dan mempunyai tujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan

oleh guru dan siswa diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang

kondusif serta proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, dalam

(23)

Suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat

mengembangkan potensi dirinya, sehingga pendidikan itu harus berorientasi

pada siswa (student active learning) dan peserta didik harus dipandang

sebagai seorang yang sedang berkembang dan memiliki potensi. Sedangkan

tugas pendidik adalah mengembangkan poteni yang dimiliki anak.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

2005 tentang guru dan dosen bab 1 pasal 1 poin (a) “Guru adalah pendidik

professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah”.

Artinya, proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap,

pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan

keterampilan anak sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Guru

merupakan pendorong belajar siswa yang mempunyai peranan besar dalam

menumbuhkan semangat para murid untuk belajar. Dengan menggunakan

model pembelajaran yang menarik maka siswa akan lebih mudah memahami

pelajaran dan mengembangkan ilmu pengetahuannya.

Salah satu persoalan besar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini

adalah rendahnya kualitas pendidikan nasional. Rendahnya kualitas

pendidikan tersebut disebabkan oleh banyak faktor, antara lain keterbatasan

dana, ketersediaan sarana dan prasarana dalam aktivitas pembelajaran, dan

(24)

minimnya sosialisasi kurikulum sebelum kurikulum baru dijalankan.

Problematika pendidikan itulah yang menjadi tanggung jawab dan

membutuhkan keseriusan lebih untuk mencari solusinya.

Sejalan dengan itu perlu dikembangkan iklim belajar mengajar yang

menumbuhkan rasa percaya diri, sikap dan perilaku yang inovatif serta

kreatif. Dengan demikian pendidikan nasional akan mampu mewujudkan

manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta

bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Dalam rangka

mengembangkan iklim belajar mengajar seperti menumbuhkan rasa percaya

diri, sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif, sangat diperlukan adanya

keterkaitan antara komponen-komponen pendidikan. Komponen-komponen

pendidikan yang meliputi guru, siswa, kurikulum, alat (media pembelajaran)

dan sumber belajar, materi, metode maupun alat evalusai saling bekerjasama

untuk mewujudkan proses belajar yang kondusif. Oleh karena itu

komponen-komponen dalam pendidikan tersebut tidak bisa dipisahkan karena memiliki

keterkaitan yang penting, sehingga akan membentuk suatu sistem yang

berkesinambungan dalam mencapai tujuan pendidikan.

Pembelajaran yang menyenangkan memang menjadi langkah awal

untuk mencapai hasil belajar yang berkualitas. Dalam skripsi faristin

mengatakan bahwa Nurhadi,dkk dalam skripsi Amroni yang berjudul

Efektifitas pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah

(PBM) pada prestasi mata pelajaran ekonomi akuntansi siswa kelas XI SMA

(25)

apabila siswa atau anak didik mengalami sendiri apa yang dipelajarinya”.

Akan tetapi, pelaksanaan pembelajaran di sekolah seringkali membuat

masyarakat kecewa. Kondisi ini dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap

materi pembelajaran. Sebagian besar siswa memiliki kemampuan dalam

menyajikan materi melalui bahan hafalan semata, akan tetapi memahami dan

mengerti secara dalam mengenai pengetahuan. Kondisi ini ditandai dengan

siswa belum mampu menghubungkan materi pembelajaran di sekolah dengan

pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan dan belum mampu

mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pembelajaran, motivasi sangat diperlukan. Dalam kegiatan

belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di

dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan

belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat

tercapai (Sardiman, 2010:75). Motivasi akan senantiasa menentukan

intensitas usaha belajar bagi para siswa. Adanya motivasi yang baik dalam

belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan usaha yang tekun dan

terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan

melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan

sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya (Sardiman,

2010:75).

Dalam proses belajar mengajar guru sebagai sumber daya memiliki

(26)

keberhasilan siswa. Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja

ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya akan tetapi

ditentukan atau bahkan sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang

mengajar dan membimbing mereka (Hamalik, 2002:36).

Menurut Yunus Abidin (2014: 122), model pembelajaran proses

saintifik merupakan model yang menuntut siswa beraktivitas sebagaimana

seorang ahli sains. Proses belajar secara saintifik mencakup beberapa

aktivitas, diantaranya mengidentifikasi atau menemukan masalah,

merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik

kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep yang ditemukan.

Salah satu proses belajar saintifik yang dapat diterapkan di kelas

adalah penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Problem Based Learning adalah proses pembelajaran yang dirancang dengan

masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan penting,

membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, memiliki strategi

belajar sendiri, serta kecakapan berpartisipasi dalam tim. Pernyataan ini

pernah ada dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Elfrida Gita (2014)

yang menyatakan bahwa penerapan Problem Based Learning (PBL) dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi.

Pelaksanaan proses saintifik bertujuan agar dapat menumbuhkan

keterampilan sikap kritis siswa selama proses interaksi antara guru dengan

(27)

pertimbangan, keputusan yang tepat, dan menjawab secara lebih lengkap.

Sependapat dengan penelitian jurnal yang telah dilakukan oleh Sri Wahyuni

(Program Studi Kimia PMIPA FKIP-UT) tentang mengembangkan

keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan

Alam) dengan penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning

menerangkan bahwa keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan

mengidentifikasi, menganalisis, memecahkan masalah secara kreatif, dan

berpikir logis sehingga menumbuhkan sikap kritis dalam diri siswa terutama

dalam mata pelajaran Kimia (IPA).

Proses pembelajaran dengan mengunakan strategi pembelajaran

Problem Based Learning dapat meningkatkan pola berpikir siswa untuk lebih

kritis dalam memecahkan materi pelajaran yang sudah disediakan. Dengan

berpikir kritis akan berpikir lebih mendalam tentang materi-materi yang

diajarkan dan motivasi siswa bertambah sehingga diharapkan prestasi belajar

siswa juga akan meningkat dengan model ini. Oleh karena itu penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul : “Penerapan Strategi

Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Motivasi

Belajar Siswa, Sikap Kritis dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI

Akuntansi SMK Sanjaya Pakem”.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan terdapat

beberapa permasalahan yang dihadapi siswa. Dalam penelitian ini, penuis

(28)

1. Melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

2. Penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa.

3. Penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning untuk

meningkatkan sikap kritis siswa.

4. Penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa.

5. Materi perpajakan yaitu tentang menghitung PPh 21 Perseorangan

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

diantaranya sebagai berikut :

1. Apakah dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem Based

Learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa ?

2. Apakah dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem Based

Learning dapat meningkatkan sikap kritis siswa ?

3. Apakah dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem Based

Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah :

1. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI AK melalui strategi

(29)

2. Untuk meningkatkan sikap kritis siswa kelas XI AK melalui strategi

pembelajaran Problem Based Learning.

3. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI AK melalui strategi

pembelajaran Problem Based Learning.

E. Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang telah dipaparkan sebelumnya, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan suatu manfaat, yaitu :

1. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan motivasi pembelajaran dan

sikap kritis dengan menggunakan strategi pembelajaran problem based

learning.

2. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru supaya

dapat meningkatkan kegiatan mengajarnya. Dengan guru yang dapat

mengajar dikelas menggunakan strategi pembelajaran problem based

learning maka akan meningkatkan motivasi belajar sehingga akan

mempengaruhi prestasi belajar siswa.

3. Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi sekolah sebagai

(30)

4. Penulis

Hasil penelitian ini menambah wawasan dan pengetahuan tentang

penggunaan strategi pembelajaran problem based learning untuk

(31)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Mulyasa (2010: 10) menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) dapat diartikan sebagai penelitian tindakan (action research) yang

dilakukan dengan tujuan memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar

sekelompok peserta didik.

Kusumah & Dwitagama (2010: 9), Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri

dengan cara: (1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan

tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki

kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Saur (2014: 15) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas

adalah suatu pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata

berupa siklus melalui proses kemampuan mendeteksi dan memecahkan

masalah.

Dari beberapa pengertian di atas, disimpulkan bahwa penelitian

tindakan kelas adalah bentuk kegiatan yang bersifat refleksi diri yang

dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam suatu situasi kependidikan

untuk memperbaiki pengajaran dalam pendidikan, meliputi: (a)

praktik-praktik kependidikan mereka, (b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik

(32)

2. Karakteristik PTK

Menurut Saur (2014: 20-21), karakteristik PTK adalah:

a. Permasalahan yang dipecahkan berasal dari masalah praktis serta

bersifat kontekstual, spesifik, fleksibel, reflektif, siklus, dan

terlokalisasi.

b. Tujuan utamanya berfokus pada perbaikan kinerja pendidik melalui

perbaikan kualitas pembelajaran, inovasi pembelajaran, perbaikan

hasil belajar akademik maupun non akademik.

c. Problem sholving oriented yaitu berorientasi pada pemecahan

masalah yang dihadapi guru dalam proses belajar di kelas.

d. Lingkup penelitian bersifat mikro, dilakukan untuk satu kelas, dan

tidak mengganggu proses pembelajaran dimana guru menjalankan

tugas secara rutin, karena hasilnya bukan untuk digeneralisasikan

melainkan memecahkan masalah secara benar.

e. Variabel atau faktor yang dikaji sesuai dengan permasalahan dan

cara pemecahan yang tercermin dalam judul penelitian.

f. PTK bersifat fleksibel dan adaptif.

Menurut Kunandar (2008: 58-60), PTK memiliki

karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

a. Masalah yang diteliti adalah masalah nyata yang muncul dari dunia

kerja. Dengan demikian PTK didasarkan pada masalah yang

(33)

b. Berorientasi pada pemecahan masalah peningkatan mutu

PTK dilakukan oleh guru sebagai upaya memecahkan masalah yang

dihadapi oleh guru dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) di

kelasnya melalui tindakan sebagai upaya menyempurnakan proses

belajar di kelasnya. Bertujuan untuk memperbaiki atau

meningkatkan kualitas pembelajaran dengan asumsi semakin baik

kualitas proses pembelajaran maka semakin baik hasil belajar siswa.

c. Siklus

Konsep tindakan (action) siklus dalam PTK terdiri dari empat

tahapan, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi), dan

analisis (refleksi).

d. Partisipatory (collaborative)

PTK dilaksanakan secara kolaboratif dengan pihak lain seperti teman

sejawat yang berperan sebagai pengamat. Kolaborasi dalam

pelaksanaannya seperti guru dengan teman sejawat, guru dengan

kepala sekolah.

Dari beberapa karakteristik yang dikemukakan di atas dapat

disimpulkan bahwa karakteristik utama PTK dilakukan di dalam kelas,

muncul dari kesadaran guru untuk memperbaiki proses pembelajaran

yang dilakukan secara bertahap dan terus-menerus selama PTK

dilakukan. PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan

profesionalisme guru karena PTK mampu membelajarkan guru serta

(34)

keingintahuan siswa, meningkatkan motivasi siswa, dan mampu

mengembangkan karakter siswa menjadi lebih baik.

3. Ciri-ciri khusus PTK (Hermawan, 2015: 14)

Ciri-ciri khusus penelitian tindakan kelas antara lain:

a. PTK dilaksanakan karena adanya kesadaran diri guru sendiri.

Guru tersadar bahwa pembelajaran yang dilakukan mempunyai

kekurangan karena hasil belajar lewat tes tidak sesuai dengan

harapan.

b. Penelitian dilakukan melalui refleksi diri

Guru tersadar kalau nilai hasil ulangan siswa yang dilakukan dengan

tes ternyata tidak mencapai KKM, maka guru melakukan refleksi

diri sehingga guru berusaha untuk memperbaiki apa yang diharapkan

c. PTK dilakukan di kelasnya sendiri

PTK paling utama terjadi dalam lingkup kelas. Beberapa diantaranya

yang terdapat di kelas adalah guru, siswa, media, materi ajar,

metode, pengelolaan kelas, dan lainnya yang berkaitan dengan

pembelajaran.

d. PTK bertujuan memperbaiki proses pembelajaran dan memperbaiki

hasil belajar anak didik agar meningkat optimal.

4. Prinsip PTK (Hermawan, 2015: 16-17)

Prinsip adalah sikap mental yang dipakai sebagai pedoman

(35)

mengganggu dengan hal lain. PTK memiliki prinsip-prinsip yang harus

diperhatikan oleh guru di Sekolah. Prinsip tersebut di antaranya:

a. PTK dilaksanakan tidak menganggu komitmen pembelajaran.

b. PTK terfokus pada masalah nyata yang dihadapi kelas, dan dimulai

dari masalah sederhana, menantang dan akurat.

c. PTK memilih strategi, metode dan media yang tepat.

d. PTK mensyaratkan rumusan masalah dan hipotesis meyakinkan.

e. Guru membuat jurnal untuk mencatat perubahan.

f. Guru memiliki kemampuan reflektif.

g. PTK sesuai dengan langkah-langkah.

5. Rencana Kegiatan PTK (Heris Hendriana, 2014: 41-43)

Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui proses yang dinamis

(siklus), diantaranya:

a. Penyusunan rencana (Planning)

Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang

secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Perencanaan

disusun pada masalah dan hipotesis tindakan sehingga perubahan

yang diharapkan dapat mengidentifikasi hasil proses belajar

mengajar sekaligus mengungkap faktor pendukung dan penghambat

pelaksanaan tindakan. Penyusunan rencana siklus I diantaranya:

1) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan.

2) Menentukan pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian.

(36)

4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

5) Menyiapkan sumber belajar.

6) Mengembangkan format evaluasi dan observasi pembelajaran.

b. Pelaksanaan tindakan (acting)

Pelaksanaan tindakan adalah hal yang dilakukan dengan sadar

dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan

bijaksana. Pelaksanaan tindakan yang berlangsung di dalam kelas

adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar

yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan yang

telah direncanakan hendaknya cukup fleksibel untuk mencapai

perbaikan dan peningkatan yang diinginkan. Tindakan dapat berupa

menerapkan hal yang mengacu pada skenario dan RPP.

c. Pengamatan atau observasi tindakan (Observing)

Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh

terkait tindakan. Observasi dalam PTK berupa pengumpulan data

perubahan kinerja Proses Belajar Mengajar (PBM). Kegiatan

observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data

yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan dan

tindakan yang telah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan

hasil instruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen

format observasi dan menilai hasil tindakan format evaluasi yang

(37)

d. Refleksi terhadap tindakan (reflecting)

Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan

seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha

memahami proses, masalah, persoalan dan kendala yang nyata dalam

tindakan strategis. Dalam suatu refleksi yang tajam dan terpercaya

akan didapat suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi

penentu langkah tindakan selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan

dalam refleksi diantaranya sebagai berikut:

1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi

evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap kegiatan tindakan.

2) Merenungkan kembali mengenai kekuatan dan kelemahan dari

tindakan yang direncanakan.

3) Memperkirakan implikasi dari tindakan yang direncanakan.

4) Menjawab penyebab kondisi yang terjadi selama pelaksanaan.

5) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang

skenario, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan sebagainya.

6) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk

digunakan pada siklus berikutnya.

Secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini

membentuk suatu siklus. Siklus ini kemudian diikuti oleh

siklus-siklus lain secara berkesinambungan seperti bentuk sebuah spiral.

Model siklus ini dikembangkan oleh Direktorat Ketenagaan Ditjen

(38)

Kemmis. Untuk mempermudah siklus yang dimaksud dalam

penelitian ini, akan digambarkan siklus PTK sebagai berikut:

Gambar 2.1

Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Gabungan Sanford dan Kemmis

Sumber: Modifikasi Depdiknas, 2010 & Saur, 2011

6. Tujuan PTK (Kunandar, 2008: 63-64)

Dari adanya siklus 1, siklus 2 pada gambar 2.1 di atas, ada tujuan

penelitian tindakan kelas diantaranya sebagai berikut:

a. Untuk memecahkan masalah nyata yang terjadi di dalam kelas dalam

interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar,

meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya

akademik di kalangan para guru.

b. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara

terus-menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.

c. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui

(39)

d. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik

pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis

keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

e. Meningkatkan profesional pendidik dan tenaga kependidikan.

f. Tercipta sikap siswa & guru yang proaktif dalam melakukan

perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran secara berkelanjutan.

g. Sebagai alat inovatif terhadap sistem pembelajaran yang

berkelanjutan.

7. Kelebihan dan Kelemahan PTK

PTK sebagai jenis penelitian, memiliki kelebihan dan kelemahan, yaitu:

a. Kelebihan PTK

Shumsky (1982) dalam buku (Kunandar, 2008: 69), kelebihannya

adalah sebagai berikut:

1) Kerja sama dalam PTK menimbulkan rasa memiliki.

2) Kerja sama dalam PTK mendorong kreativitas dan pemikiran

kritis dalam hal ini guru yang sekaligus menjadi peneliti.

3) Melalui kerja sama, kemungkinan untuk adanya perubahan lebih

baik akan meningkat.

4) Kerja sama dalam PTK meningkatkan kesepakatan dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi.

b. Kelemahan PTK

Shumsky (1982) dalam buku (Kunandar, 2008: 69), kelemahannya

(40)

1) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar

PTK pada pihak peneliti (guru).

2) Berkenaan dengan waktu. Karena PTK memerlukan komitmen

peneliti untuk terlibat dalam prosesnya, faktor waktu dapat

menjadi kendala yang besar. Hal ini belum optimal karena

kegiatan rutinnya dan aktivitas PTK.

3) Guru harus peka terhadap kelas. Bila tidak, maka penilaian

cenderung tidak objektif.

8. Jenis-jenis PTK

Berdasarkan sumber http://www.seputarpengetahuan.com /2016/04/

4-jenis-penelitian-tindakan-kelas-dan-penjelasannya.html, jenis Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) ada empat, beberapa diantaranya sebagai berikut:

a. Penelitian Tindakan Kelas Diagnostik

Suatu penelitian tindakan kelas diagnostik adalah penelitian

yang dirancang dengan menuntun penelitian ke arah suatu tindakan.

Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang

terdapat dalam latar belakang penelitian, sebagai contoh peneliti

berupaya menangani perselisihan, perkelahian, dan konflik yang

dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu Sekolah atau kelas.

b. Penelitian Tindakan Kelas Partisipan

Suatu penelitian tindakan partisipan terjadi apabila peneliti

terlibat langsung di dalam penelitian sejak awal hingga akhir

(41)

peneliti senantiasa terlibat. Selanjutnya peneliti memantau, mencatat

dan mengumpulkan data, kemudian menganalisis data serta berakhir

dengan melaporkan hasil penelitiannya. Penelitian tindakan kelas

partisipan dapat juga dilakukan di Sekolah secara langsung sejak

awal penelitian hingga berakhirnya penelitian.

c. Penelitian Tindakan Kelas Empiris

Suatu penelitian tindakan kelas empiris terjadi apabila

peneliti berupaya melaksanakan suatu tindakan atau aksi dan

membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi

tersebut berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitiannya

berkenaan dengan penyimpangan catatan dan pengumpulan

pengalaman peneliti dalam pekerjaan sehari-hari.

d. Penelitian Tindakan Kelas Eksperimental

Suatu penelitian tindakan kelas eksperimental terjadi

apabila penelitian tindakan kelas ini dapat diselenggarakan dengan

berupaya menerapkan teknik atau strategi secara efektif dan efesien

di dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Dalam kaitannya dengan

kegiatan belajar mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari strategi

atau teknik yang diterapkan penelitian tindakan kelas ini diharapkan

peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam

(42)

B. Problem Based Learning

1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

PBL dikembangkan tahun 1970-an di McMaster University di

Canada, kini metode sudah merambah ke berbagai lembaga pendidikan di

dunia. Dengan perkembangan yang pesat, rumusannya juga beragam.

Salah satu yang cukup mewakili, adalah rumusan yang diungkapkan

menurut Prof. Howard Barrows dan Kelson (Amir, 2009: 21-22), adalah:

Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses

pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang

dituntut siswa mendapatkan pengetahuan penting, mereka mahir dalam

memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar serta memiliki

kecakapan berpartisipasi dengan tim. Proses pembelajarannya

menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau

menghadapi tantangan yang diperlukan dalam karir dan kehidupan

sehari-hari.

Rumusan dari Dutch (1994) berikut ini akan membantu kita lebih

memahami lagi apa itu PBL.

PBL merupakan metode intruksional yang menantang siswa agar “belajar untuk belajar”, bekerjasama dengan kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan siswa berpikir kritis dan analitis, serta menggunakan sumber belajar yang sesuai.

Dari kedua definisi tersebut, terlihat bahwa materi pelajaran

(43)

akan diberikan masalah-masalah. Masalah yang disajikan adalah masalah

yang memiliki konteks dengan dunia nyata. Semakin dekat dengan dunia

nyata, akan semakin baik pengaruhnya pada peningkatan kecakapan

belajar siswa. Dari masalah yang diberikan ini, siswa bekerja sama dalam

berkelompok, mencoba memecahkannya dengan pengetahuan yang

mereka miliki, dan sekaligus mencari informasi baru yang relevan untuk

solusinya. Di sini, tugas guru sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa

dalam mencari dan menemukan solusi yang diperlukan.

2. Ciri-ciri PBL

Menurut Lynda Wee (Amir, 2009: 13), menyebutkan bahwa ciri

proses pembelajaran berbasis masalah sangat menunjang penggunaan

kecakapan mengatur diri sendiri (self directed), kolaboratif, dan cakap

menggali informasi yang semuanya relatif perlu untuk dunia kerja.

Menurut M. Hosnan (2014: 300) ciri-ciri PBL diantaranya, yaitu:

a. Mengajukan masalah atau pertanyaan

Pembelajaran pada masalah atau pertanyaan penting bagi siswa atau

masyarakat. Pertanyaan atau masalah diajukan harusnya memenuhi

kriteria autentik, jelas, mudah dipahami, luas, dan bermanfaat.

b. Keterkaitan dengan berbagai masalah disiplin ilmu

Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah

(44)

c. Penyelidikan yang autentik

Penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis masalah

bersifat autentik. Selain itu penyelidikan diperlukan untuk mencari

penyelesaian masalah yang bersifat nyata. Siswa menganalisis dan

merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis,

mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen,

menarik kesimpulan, dan menggambarkan hasil akhir.

d. Menghasilkan karya

Pada pembelajaran berbasis masalah, siswa bertugas menyusun hasil

penelitiannya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya.

Artinya, hasil penyelesaian masalah siswa ditampilkan atau dibuatkan

laporannya.

e. Kolaborasi

Pada pembelajaran berbasis masalah, tugas-tugas belajar berupa

masalah harus diselesaikan bersama-sama antar siswa dengan siswa,

baik dalam kelompok kecil maupun besar, dan bersama-sama antar

siswa dengan guru.

Penyajian sebuah masalah dapat membuat siswa lebih baik dalam

belajar. Menurut Savin; Badin, 2000 & Moust, Bouhuijs, Schmidt, 2001

(Amir, 2009: 23), diungkapkan bahwa belajar tidak sekedar mengingat,

meniru, mencontoh, begitu pula dengan PBL sebuah “masalah” tidak

sekedar “latihan” yang diberikan setelah contoh-contoh soal disajikan.

Dalam cara belajar konvensional, guru sering menerangkan, memberikan

(45)

Kemudian pendidik memberikan berbagai variasi latihan dimana

pemelajar menjawab pertanyaan serupa. Berikut dijelaskan tabel bahwa

PBL berbeda dengan pendekatan lainnya.

3. Perbedaan PBL dengan metode lain

Tabel 2.1

Perbedaan PBL dengan Strategi Pembelajaran yang Lain

No. Indikator

Mandiri Mandiri Mandiri Mandiri

(46)

7 Biaya dan

Peralatan

yang

Dibutuhkan

Sedikit Lebih banyak Sedikit Lebih banyak

9 Peran Guru Moderator Pembimbing Moderator Pembimbing

10 Pendekatan

Untuk mendukung strategi belajar mengajar berbasis masalah, guru

perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan. Materi

pelajaran tidak terbatas hanya pada satu buku teks sekolah, tetapi juga

dapat diambil dari sumber lingkungan seperti peristiwa dalam lingkungan

sekolah, peristiwa dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Menurut Gulo, pemilihan materi memerlukan beberapa kriteria

sebagai berikut:

a. Bahan pelajaran bersifat controversial. Bahan ini dapat direkam dari

peristiwa konkret dalam bentuk audio visual atau kliping.

b. Bahan bersifat umum sehingga tidak terlalu asing bagi siswa.

c. Bahan mendukung pengajaran dan pokok bahasan dalam kurikulum

sekolah.

(47)

e. Bahan tersebut merangsang perkembangan kelas yang mengarah pada

tujuan yang dikehendaki.

f. Bahan menjamin kesinambungan pengalaman siswa.

Penjelasan di atas menerangkan bahwa “masalah” yang biasa

seperti “pertanyaan untuk diskusi”, tidak sama dengan “masalah” dalam

PBL. Dalam diskusi pertanyaan diajukan untuk memicu pembelajaran

terhubungkan dengan materi yang dibahas. Sementara “masalah” dalam

PBL menuntut penjelasan atas sebuah fenomena.

4. Prinsip-Prinsip PBL (M. Hosnan, 2014: 300-301)

Prinsip-prinsip utama PBL adalah penggunaan masalah nyata

sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan

sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan

memecahkan masalah. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat dalam

kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila diselesaikan.

Pemilihan dan penetuan masalah nyata ini dapat dilakukan oleh guru

maupun peserta didik yang disesuaikan dengan kompetensi dasar tertentu.

Masalah bersifat terbuka, yaitu masalah yang memiliki banyak

jawaban atau strategi penyelesaian yang mendorong keingintahuan peserta

didik untuk mengidentifikasi strategi dan solusi. Masalah juga bersifat

tidak terstruktur dengan baik yang tidak dapat diselesaikan secara

langsung dengan cara menerapkan formula atau strategi tertentu. Perlu

(48)

beberapa strategi atau bahkan mengkreasi strategi sendiri untuk

menyelesaikannya.

5. Langkah-langkah dalam PBL

Menurut M. Hosnan (2014: 301), penerapan pembelajaran berbasis

masalah terdiri atas lima langkah utama dimulai dengan guru

memperkenalkan siswa dengan masalah dan diakhiri dengan penyajian dan

analisis hasil kerja siswa. Beberapa langkah-langkah adalah:

a. Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang

dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan

masalah yang dipilih.

b. Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mengidentifikasi dan mengorganisasi tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

c. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok

Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai materi,

melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan

pemecahan masalahnya.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang

sesuai, seperti laporan, video, dan model serta membantu berbagai

(49)

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

f. Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.

6. Manfaat PBL

Pendidikan harus membuat siswa untuk hidup, maka dengan PBL

akan memberi peluang untuk membangun kecakapan hidup (life skills)

siswa, siswa terbiasa mengatur dirinya sendiri (self directed). Smith (Amir,

2009: 27-29) menemukan bahwa manfaat PBL adalah:

a. Meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analisis,

sistematis dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah

melalui eksplorasi data secara empiris dalam mencapai sikap ilmiah.

b. Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi ajar.

Dengan konteks yang dekat dan sekaligus melakukan deep learning

(melakukan penyelidikan pembelajaran) maka siswa akan lebih

memahami materi.

c. Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan.

Dengan adanya kemampuan guru membangun masalah yang berkaitan

dengan konteks praktik, siswa bisa lebih baik dalam operasinya

dilapangan.

d. Mendorong untuk berpikir.

Guru tidak perlu terburu-buru menyimpulkan tetapi didalam proses

belajar siswa diharapkan untuk kritis dalam memecahkan, mencoba

(50)

e. Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial.

PBL dikerjakan dalam kelompok maka dapat mendorong terjadinya

pengembangan kecakapan kerja tim dan kecakapan sosial. Siswa

diharapkan memahami perannya dalam kelompok, menerima

pandangan orang lain. Keterampilan seperti menumbuhkan hubungan

interpersonal, mempertimbangkan strategi, serta mampu menentukan

keputusan.

f. Membangun kecakapan belajar. Siswa dibiasakan untuk mampu belajar

terus menerus. Ilmu, keterampilan yang mereka butuhkan nanti akan

terus berkembang, apapun bidang pekerjaannya.

g. Memotivasi siswa. Dengan PBL, kita punya peluang untuk

membangkitkan minat dari dalam diri siswa, karena kita menciptakan

masalah dengan konteks pekerjaan. Dengan masalah yang menantang,

diupayakan mereka bergairah untuk menyelesaikannya dengan baik.

Hasil dari PBL adalah peserta didik memiliki keterampilan

penyelidikan, peserta didik mempunyai keterampilan mengatasi masalah,

peserta didik mempunyai kemampuan mempelajari peran orang dewasa,

dan peserta didik menjadi pembelajaran yang mandiri dan independen.

7. Kelebihan dan Kelemahan PBL (Aris Shoimin, 2014:132)

a. Kelebihan PBL

Ada beberapa kelebihan yang menjadi prioritas PBL diantaranya

sebagai berikut:

1) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah

(51)

2) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri

melalui aktivitas.

3) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak

ada hubungannya tidak perlu dipelajari siswa. Hal ini mengurangi

beban siswa untuk menghafal atau menyimpan informasi.

4) Terjadinya aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.

5) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik

dari perpustakaan , internet, dan observasi.

6) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.

7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah

dengan kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.

8) Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja

kelompok dalam bentuk peer teaching.

b. Kelemahan PBL (Aris Shoimin, 2014:132)

Aris mengatakan ada beberapa kelemahan PBL yakni sebagai berikut:

1) PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada

bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBL lebih

cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu

kaitannya dengan pemecahan masalah.

2) Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk

memecahkan masalah.

3) Tidak semua siswa mampu memecahkan masalah yang diberikan

(52)

C. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif, berarti keadaan dalam pribadi

orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas

tertentu guna mencapai suatu tujuan. Tiap aktivitas yang dilakukan oleh

seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang itu,

kekuatan inilah yang kita sebut motif (Suryabrata, 1984: 72).

Motivasi adalah suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau

dapat juga dikatakan sebagai daya (energy) dan kesiapsediaan

(preparatory set) dalam individu (organisme) untuk bergerak (to move) ke

arah tujuan tertentu, baik disadari ataupun tidak disadari. Motivasi ini

muncul dan tumbuh berkembang dalam diri seseorang baik dari dalam diri

individu (intrinsic) dan dari luar individu / lingkungan (extrinsic).

Menurut Rusyan, dkk (1992: 93), motivasi adalah dorongan yang

tumbuh karena tingkah laku dan kegiatan manusia. Pada dasarnya motivasi

memberikan jawaban dari tiga persoalan yaitu apa yang diinginkan

manusia (kegiatan apa yang dilakukan dan hasil apa yang ingin dicapai

oleh seseorang), mengapa ia berbuat demikian (apa yang mendorong

seseorang untuk melakukan perbuatan tertentu), dan bagaimana ia

melakukannya (proses apa yang dialami dalam usaha mencapai suatu hasil

tertentu). Bisa dikatakan bahwa awal motivasi karena manusia mempunyai

kebutuhan, sehingga dikatakan bahwa motivasi adalah penggerak tingkah

(53)

Menurut Winkel (1987: 93), motivasi belajar adalah keseluruhan

daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

belajar, menjamin kelangsungan belajar, dan memberikan arah pada

kegiatan belajar demi menggapai tujuan tertentu.

Dapat disimpulkan bahwa motivasi menjadi salah satu prasyarat

penting dalam belajar. Mulai dari kepribadian siswa dan kemampuan

siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah, hadiah-hadiah yang

didapat karena telah belajar, situasi belajar yang mendorong siswa untuk

belajar, dan sebagainya. Motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang

tidak mempunyai motivasi, tidak akan melakukan aktivitas belajar.

2. Pentingnya Motivasi dalam Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 85-86), motivasi perilaku

manusia berasal dari kekuatan mental umum, insting, dorongan,

kebutuhan, proses kognitif dan interaksi. Bagi siswa pentingnya motivasi

adalah sebagai berikut:

a. Menyadarkan pada awal, proses, dan akhir belajar. Misalnya seorang

siswa membaca satu bab buku bacaan, dibanding temannya yang juga

membaca buku tersebut, tetapi ia kurang menangkap isi, maka ia

terdorong membaca lagi.

b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan

teman sebayanya. Contoh siswa belum terbukti bahwa ia sudah

menguasai materi, maka ia belajar setekun temannya yang belajar dan

(54)

c. Mengarahkan kegiatan belajar. Contoh seorang siswa belum belajar

secara serius sehingga nilainya jelek, peran guru adalah menasihatinya

sehingga siswa tersebut mengubah perilaku belajarnya.

d. Membesarkan semangat belajar.

e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian

bekerja.

Sedangkan bagi guru pentingnya motivasi adalah:

a. Membangkitkan, meningkatkan, memelihara semangat siswa untuk

belajar sampai berhasil.

b. Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas.

c. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara

banyak peran.

d. Memberi peluang guru untuk unjuk kerja.

Klasifikasi indikator motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno (2007: 23)

adalah sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

d. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

e. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan

(55)

3. Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2010: 85), ada tiga fungsi motivasi belajar, yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendaknya

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan apa yang harus

dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

4. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999 : 97-99), unsur-unsur yang

mempengaruhi motivasi belajar ada 4 yaitu:

a. Cita-cita atau aspirasi siswa

Keberhasilan mencapai keinginan menumbuhkan kemauan belajar

sehingga akan menumbuhkan cita-cita dalam kehidupan.

b. Kemampuan siswa

Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan

tugas-tugas perkembangan.

c. Kondisi siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi rohani dan jasmani mempengaruhi

(56)

d. Kondisi lingkungan siswa

Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib, dan indah maka

semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.

5. Bentuk-bentuk motivasi di sekolah

Menurut Sardiman A.M (2008: 91-95), ada beberapa bentuk dan

cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di Sekolah,

yaitu:

a. Memberi angka

Angka sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar. Banyak siswa yang

utama mencari nilai atau angka yang baik, sehingga siswa biasanya

yang dikejar adalah nilai raport atau ulangan yang nilainya baik.

b. Hadiah

Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi. Ketika seseorang mendapat

hadiah, dia akan merasa senang, dan terinspirasi untuk belajar.

c. Saingan/kompetisi

Saingan/kompetisi sebagai alat motivasi mendorong belajar siswa.

Menumbuhkan kesadaran siswa agar merasakan pentingnya tugas dan

menerima sebagai kompetisi sehingga bekerja keras sebagai bentuk

motivasi.

d. Memberi ulangan

Siswa akan giat belajar bila mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena

(57)

e. Mengetahui hasil

Semakin mengetahui hasil belajar meningkat, maka akan ada motivasi

pada siswa untuk terus belajar dengan harapan hasil terus meningkat.

f. Pujian

Dengan pujian akan memupuk suasana yang menyenangkan dan

mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga

diri.

D. Sikap Kritis

1. Pengertian Sikap Kritis

Scriven & Paul (1987) dalam Fondation of Critical Thinking,

menyatakan bahwa keterampilan bersikap kritis merupakan suatu proses

intelektual tentang konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis, dan

evaluasi secara aktif dan mahir terhadap informasi yang diperoleh dari

observasi, pengalaman, refleksi, pemikiran, atau komunikasi sebagai

pedoman untuk meyakini tindakan.

Dalam psikologi, bersikap kritis didefinisikan sebagai suatu proses

mental dalam mengeksplorasi peta pengalaman yang merupakan satu

keterampilan bertindak dengan kecerdasan sebagai sumber daya penalaran.

Bersikap kritis lebih fokus pada menganalisis dan mengembangkan

(58)

2. Keterampilan Berpikir Kritis

Keterampilan Ennis (Surya, 2015: 127), mengungkapkan bahwa ada

keterampilan berpikir/bersikap kritis yang diperlukan dalam proses secara

efektif, diantaranya sebagai berikut:

a. Memfokuskan pada pertanyaan;

b. Menganalisis argument;

c. Menanyakan dan menjawab pertanyaan;

d. Merumuskan istilah dan menimbang definisi;

e. Mengidentifikasi asumsi;

f. Memutuskan suatu tindakan;

g. Berinteraksi dengan orang lain;

h. Terbuka terhadap pemikiran;

Hal yang perlu diingat bahwa segala bentuk berpikir/bersikap kritis,

tidak mungkin dapat dilakukan tanpa komponen utama yaitu pengetahuan.

Pengetahuan merupakan sesuatu yang digunakan untuk berpikir dan juga

diperoleh sebagai hasil berpikir/bersikap kritis.

3. Perencanaan Program Keterampilan Sikap Kritis

Terdapat 3 tahapan pengembangan program keterampilan bersikap

kritis:

a. Identifikasi keterampilan yang tepat

Ada beberapa macam keterampilan diantaranya adalah:

1) Bersikap kritis

(59)

2) Membuat keputusan

Guna mencapai keputusan yang terinformasikan.

3) Pemecahan masalah

Guna mencapai satu atau lebih solusi masalah yang memadai.

b. Menerapkan Pengajaran

Agar program dapat berjalan dengan efektif, para pengajar harus

menyajikan keterampilan dalam urutan yang jelas dan bermakna.

c. Menilai Program

Guna memperoleh informasi keefektifan program, maka langkah

penting yang harus dilakukan yaitu menilai program sejak mulai

dirancang, selama implementasi, dan setelah program diterapkan.

4. Indikator Kemampuan Bersikap Kritis

Krathwohl (2002: 53) menyatakan bahwa indikator untuk

mengukur berpikir/sikap kritis meliputi: menganalisis, mengevaluasi dan

mengkreasi.

E. Prestasi

1. Pengertian

Proses belajar yang dialami oleh murid menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang

keterampilan dan dalam bidang nilai dan sikap. Adanya perubahan itu

tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap tugas

Gambar

Gambar 2.1  Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Tabel 2.1
Tabel 3.1 Kisi-kisi Motivasi Belajar
Tabel 3.2 Skala Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

Banyak riset yang membuktikan bahwa tingginya motivasi dalam belajar berhubungan dengan tingginya prestasi belajar. Bahkan pada saat ini, kaitan antara motivasi dengan perolehan

DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI. SISWA KELAS XI KOMPETENSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Biaya Siswa Kelas XI Kejuruan Akuntansi SMK Negeri 1

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara: (1) motivasi belajar dengan prestasi belajar akuntansi siswa, (2) disiplin belajar dengan prestasi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar ekonomi akuntansi, 2) pengaruh kecerdasan spiritual siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Siswa Kelas XI AK SMK Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran problem solving berbantuan modul pada

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah. Apakah dengan penerapan metode problem solving dapat menigkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa pada