PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM
BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA, SIKAP KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR
SISWA
KELAS XI AK SMK SANJAYA PAKEMSKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh :
Birgitta Orlies Irdianti
121334037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM
BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA, SIKAP KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR
SISWA
KELAS XI AK SMK SANJAYA PAKEMSKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh :
Birgitta Orlies Irdianti
121334037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
Motto dan Persembahan
Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan – kesalahan, tetapi jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak terjadi kesalahan lagi.
Orang – orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Dan orang – orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan. (Mario Teguh)
Skripsi ini akan kupersembahkan kepada Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus
Bapakku dan Ibuku yang tercinta Yohanes Suroso dan Lucia Sarjuni
Kakakku yang tersayang Paulina Ervin Indiarti
Kakak iparku yang tersayang Johanes Tri Hartanto
Keponakan tersayang Flaviano Sastra Jovino
Almamaterku
Dan semua orang yang ku cintai
vii
ABSTRAK
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA,
SIKAP KRITIS SISWA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK SANJAYA PAKEM
Birgitta Orlies Irdianti Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2017
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, sikap kritis siswa dan prestasi belajar siswa setelah penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran pajak materi perhitungan PPh 21 wajib pajak orang pribadi.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI Akuntansi SMK Sanjaya Pakem. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang dalam tiap siklusnya meliputi empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis komparatif.
viii
ABSTRACT
THE APPLICATION OF PROBLEM BASED LEARNING STRATEGY TO
INCREASE STUDENT’S LEARNING MOTIVATION, CRITICAL ATTITUDE AND LEARNING ACHIEVEMENT OF THE ELEVENTH
STUDENTS IN ACCOUNTING STUDY PROGRAM IN SANJAYA PAKEM VOCATIONAL HIGH SCHOOL
Birgitta Orlies Irdianti Sanata Dharma University
Yogyakarta 2017
The objective of this research is to increase student’s learning motivation, critical attitude and achievement by applying Problem Based Learning strategy on the subject of calculating 21 personal income tax.
The research belongs to class action research. The subjects of the research were the eleventh grade students of the Accounting Study Program in Sanjaya Vocational High School Pakem Sleman Yogyakarta. It was done in two cycles in which each cycle had four stages: planning, action, observing, reflecting. The data collection techniques were descriptive analysis and comparative analysis.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat serta syukur penulis persembahkan kepada Tuhan
Yesus Kristus atas segala berkat, rahmat, dan kasih-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyusun skripsi dengan judul :
“Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa, Sikap Kritis Siswa, dan Prestasi
Belajar Siswa”. Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas XI Akuntansi SMK
Sanjaya Pakem.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian
Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai
pihak yang dengan tulus hati dan ikhlas telah mengorbankan pikiran dan
waktunya untuk membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan
x
3. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M. Si. Selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan, koreksi, dan saran dalam penulisan skripsi
ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan
selama penulis menempuh kuliah.
5. Mbak Aris yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
6. Bapak Setiyo Budi Kriswanto selaku Kepala SMK Sanjaya Pakem yang telah
memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian
7. Ibu Marsia Peniati, S.Pd selaku Guru Pembimbing yang diminta oleh sekolah
untuk mendampingi penulis selama melaksanakan penelitian
8. Para siswa-siswi kelas XI Akuntansi SMK Sanjaya Pakem yang telah
bersedia menjadi subjek penelitian ini.
9. Kedua Orang Tuaku, Bapak Yohanes Suroso dan Ibu Lucia Sarjuni yang
telah memberikan doa, dukungan yang luar biasa untuk penulis dalam
penyusunan skripsi, dan memberikan kasih sayangnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
10.Kakak Kandungku Paulina Ervin Indiarti dan Kakak Iparku Johanes Tri
Hartanto yang selalu mendukung penulis dalam penyusunan skripsi, yang
selalu memberikan doa dan memberikan kasih sayangnya sehingga penulis
xi
11.Keponakanku tersayang Flaviano Sastra Jovino yang selalu membuat
semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi.
12.Makasih buat teman-teman sepayungan yang telah dengan senang hati selama
ini bahu membahu dan bertukar pikiran dalam menyelesaikan skripsi ini :
Marsella Astuti Inatutok dan Anjelina Dita.
13. Para sahabat – sahabatku : Marsella Astuti, Vinna Pratiwi, Marselinus tri,
Tiodoris Sidauruk, Cahyaning Apsari, Restituta Endra Svera, Felicitas Noi,
Felisitas Purnaningsih, Arko Janser Sitinjak, Agus Brolin Nadeak, Marcelino
Riyadi, Mbak Hilda, dan Agung, terima kasih untuk perhatian, bantuan dan
kasih sayang kalian yang sangat berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Semoga persahabatan kita akan selalu terjalin.
14.Teman – teman seperjuangan PAK 2012 yang selalu mendengarkan keluh
kesah dan selalu memberikan hiburan disaat mengalami banyak kepenatan
dalam kuliah dan menggarap skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua
pihak yang berkepentingan. Terima kasih.
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR DIAGRAM ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
xiii
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Pengertian PTK ... 10
B. Pengertian Problem Based Learning ... 21
C. Pengertian Motivasi ... 31
D. Pengertian Sikap Kritis ... 36
E. Pengertian Prestasi ... 38
F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 41
G. Kerangka Berfikir ... 43
H. Hipotesis Tindakan ... 44
BAB III. MEODOLOGI PENELITIAN ... 45
A. Jenis Penelitian ... 45
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 46
D. Prosedur Penelitian ... 46
E. Operasionalisasi Variabel ... 52
F. Teknik Pengumpulan Data ... 57
G. Instrument Penelitian ... 58
H. Skala Pengukuran Instrumen Penelitian... 66
I. Teknik Pengujian Instrumen ... 66
J. Teknik Analisis Data ... 74
BAB IV. GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 77
A. Sejarah SMK Sanjaya Pakem... 77
B. Tujuan, Visi, dan Misi SMK Sanjaya Pakem ... 79
C. Siswa SMK Sanjaya Pakem ... 80
D. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMK Sanjaya Pakem ... 81
E. Organisasi Sekolah Satuan Pendidikan SMK Sanjaya Pakem . 83
xiv
BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 85
A. Deskripsi Data Penelitian ... 85
B. Analisis Komparansi Motivasi Belajar, Sikap Kritis dan Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus 1 dan Siklus 2 dalam Penerapan Metode PBL ... 133
C. Pembahasan ... 138
BAB VI. KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN ... 141
A. Kesimpulan ... 141
B. Keterbatasan Penelitian ... 142
C. Saran ... 143
DAFTAR PUSTAKA ... 145
xv
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar (1) ... 68
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar (2) ... 69
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar (3) ... 70
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Sikap Kritis Siswa (1) ... 71
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Sikap Kritis Siswa (2) ... 71
Tabel 3.9 Tabel Interpretasi ... 73
Tabel 3.10 Hasil Pengukuran Uji Reabilitas ... 73
Tabel 3.11 Kategorisasi PAP tipe II ... 75
Tabel 3.12 Tabel Komparasi ... 75
Tabel 3.13 Rangkuman Distribusi Frekuensi ... 75
Tabel 3.14 Analisis Peningkatan Prestasi Siswa ... 76
Tabel 4.1 Jumlah Siswa SMK Sanjaya Pakem ... 81
Tabel 5.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru Sebelum Penerapan Strategi pembelajaran PBL ... 87
Tabel 5.2 Observasi Kegiatan Siswa Sebelum Penerapan Strategi Pembelajaran PBL ... 91
Tabel 5.3 Observasi Kondisi Fisik Kelas ... 92
Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Klasifikasi Motivasi Berdasarkan PAP II ... 94
Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Klasifikasi Sikap Kritis Berdasarkan PAP tipe II ... 95
Tabel 5.6 Hasil Evaluasi Belajar Siswa Sebelum Penerapan PBL Pra Penelitian ... 96
xvi
Tabel 5.8 Refleksi Siswa Pada Pembelajaran Saintifik Strategi
Pembelajaran Siklus I ... 105
Tabel 5.9 Hasil Klasifikasi Motivasi Belajar Berdasarkan PAP tipe II Siklus I ... 106
Tabel 5.10 Hasil Perhitungan Sikap Kritis Berdasarkan PAP tipe II Siklus I ... 107
Tabel 5.11 Hasil Evaluasi Belajar Siswa Saat Penerapan PBL Siklus I ... 108
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Penilaian Prestasi Siswa Siklus I ... 109
Tabel 5.13 Hasil Penilaian Problem Siklus I... 111
Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Penilaian Problem Siswa Siklus I ... 112
Tabel 5.15 Hasil Observasi Kegiatan Guru Saat Penerapan Strategi Pembelajaran PBL ... 119
Tabel 5.16 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Saat Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning ... 122
Tabel 5.17 Hasil Perhitungan Klasifikasi Motivasi Belajar Berdasarkan PAP tipe II Siklus 2 ... 124
Tabel 5.18 Hasil Perhitungan Klasifikasi Sikap Kritis Berdasarkan AP tipe II Siklus 2 ... 126
Tabel 5.19 Hasil Evaluasi Belajar Siswa Saat Penerapan PBL Siklus II ... 127
Tabel 5.20 Distribusi Frekuensi Penilaian Prestasi Siswa Siklus II ... 128
Tabel 5.21 Hasil Penilaian Problem Siklus I... 129
Tabel 5.22 Distribusi Frekuensi Penilaian Problem Siswa Siklus I ... 130
Tabel 5.23 Refleksi Siswa Pada Pembelajaran Saintifik Model PBL Siklus 2 ... 131
Tabel 5.24 Tabel Komparatif Motivasi Belajar Siswa ... 133
Tabel 5.25 Rangkuman Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa ... 134
Tabel 5.26 Tabel Komparasi Sikap Kritis ... 135
Tabel 5.27 Rangkuman Distribusi Frekuensi Sikap Kritis Siswa ... 136
xvii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 5.1 Persentase Motivasi Belajar Siswa Pra Penelitian... 95
Diagram 5.2 Persentase Sikap Kritis Siswa Pra Penelitian ... 96
Diagram 5.3 Persentase Prestasi Belajar Siswa Pra Penelitian ... 98
Diagram 5.4 Persentase Motivasi Belajar Siswa Siklus I... 107
Diagram 5.5 Persentase Sikap Kritis Siswa Siklus I ... 108
Diagram 5.6 Persentase Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 110
Diagram 5.7 Persentase Penilaian Proyek Siklus I ... 112
Diagram 5.8 Presentase Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 125
Diagram 5.9 Persentase Sikap Kritis Siswa Siklus II ... 126
Diagram 5.10 Persentase Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 129
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas ... 148
Lampiran 2 Instrumen Observasi Aktivitas Peserta Didik di Kelas ... 151
Lampiran 3 Instrumen Observasi Keadaan Kelas ... 152
Lampiran 4 Kuesioner Motivasi Belajar... 153
Lampiran 5 Kuesioner Sikap Kritis ... 156
Lampiran 6 Daftar Pertanyaan Wawancara Guru ... 159
Lampiran 7 Lembar Refleksi ... 160
Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 162
Lampiran 9 Skenario Pembelajaran Siklus I ... 176
Lampiran 10 Buku Siswa Siklus I ... 179
Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa Siklus I... 185
Lampiran 12 Soal Evaluasi Siswa Siklus I ... 187
Lampiran 13 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 188
Lampiran 14 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siswa Siklus I ... 192
Lampiran 15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 193
Lampiran 16 Skenario Pembelajaran Siklus II ... 207
Lampiran 17 Buku Siswa Siklus II ... 210
Lampiran 18 Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 216
Lampiran 19 Soal Evaluasi Siswa Siklus II ... 218
Lampiran 20 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 219
Lampiran 21 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ... 223
Lampiran 22 Nilai Ulangan Pra Penelitian ... 224
Lampiran 23 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Pra Penelitian ... 225
Lampiran 24 Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik di Kelas Pra Penelitian ... 229
Lampiran 25 Hasil Observasi Keadaan Kelas Pra Penelitian ... 231
xx
Lampiran 27 Hasil Analisis Butir Kuesioner Sikap Kritis Belajar Pra
Penelitian ... 233
Lampiran 28 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Siklus I ... 234
Lampiran 29 Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik di Kelas Siklus I ... 238
Lampiran 30 Hasil Observasi Keadaan Kelas Siklus I ... 240
Lampiran 31 Hasil Analisis Butir Kuesioner Motivasi Belajar Siklus I ... 241
Lampiran 32 Hasil Analisis Butir Kuesioner Sikap Kritis Siklus I ... 242
Lampiran 33 Hasil Lembar Refleksi Siswa Siklus I ... 243
Lampiran 34 Nilai Ulangan Siklus I ... 245
Lampiran 35 Lembar Jawab Ulangan Siklus I ... 246
Lampiran 36 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Siklus II ... 247
Lampiran 37 Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik di Kelas Siklus II ... 251
Lampiran 38 Hasil Observasi Keadaan Kelas Siklus II... 253
Lampiran 39 Hasil Analisis Butir Kuesioner Motivasi Belajar Siklus II ... 254
Lampiran 40 Hasil Analisis Butir Kuesioner Sikap Kritis Siklus II ... 255
Lampiran 41 Hasil Lembar Refleksi Siswa Siklus II ... 256
Lampiran 42 Nilai Ulangan Siklus II... 258
Lampiran 43 Lembar Jawab Ulangan Siklus II ... 259
Lampiran 44 Hasil Wawancara Guru Setelah Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning ... 260
Lampiran 45 Hasil Output Uji Validitas ... 262
Lampiran 46 Hasil Output Uji Reabilitas ... 265
Lampiran 47 Perhitungan Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar, Sikap Kritis, dan Prestasi Belajar Siswa dengan PAP tipe II ... 266
Lampiran 48 Tabel Korelasi r Pearson ... 267
Lampiran 49 Hasil Kuesioner Motivasi dan Sikap Kritis Pra Penelitian ... 270
Lampiran 50 Hasil kuesioner Motivasi dan Sikap Kritis Siklus I ... 275
Lampiran 51 Hasil Kuesioner Motivasi dan Sikap Kritis Siklus II ... 280
Lampiran 52 Surat Keterangan Permohonan Ijin Penelitian ... 285
Lampiran 53 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 286
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan
kemajuan bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan merupakan proses
budaya yang bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Dengan pendidikan bermutu, akan tercipta sumber daya manusia yang
berkualitas. Pendidikan itu sendiri berlaku seumur hidup dan dilakukan
dalam lingkungan, keluarga, pendidikan formal (sekolah) dan masyarakat.
Untuk itu, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat, dan Negara.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 menyebutkan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Artinya proses pendidikan di sekolah merupakan proses yang
terencana dan mempunyai tujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan
oleh guru dan siswa diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang
kondusif serta proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, dalam
Suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya, sehingga pendidikan itu harus berorientasi
pada siswa (student active learning) dan peserta didik harus dipandang
sebagai seorang yang sedang berkembang dan memiliki potensi. Sedangkan
tugas pendidik adalah mengembangkan poteni yang dimiliki anak.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang guru dan dosen bab 1 pasal 1 poin (a) “Guru adalah pendidik
professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah”.
Artinya, proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap,
pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan
keterampilan anak sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Guru
merupakan pendorong belajar siswa yang mempunyai peranan besar dalam
menumbuhkan semangat para murid untuk belajar. Dengan menggunakan
model pembelajaran yang menarik maka siswa akan lebih mudah memahami
pelajaran dan mengembangkan ilmu pengetahuannya.
Salah satu persoalan besar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini
adalah rendahnya kualitas pendidikan nasional. Rendahnya kualitas
pendidikan tersebut disebabkan oleh banyak faktor, antara lain keterbatasan
dana, ketersediaan sarana dan prasarana dalam aktivitas pembelajaran, dan
minimnya sosialisasi kurikulum sebelum kurikulum baru dijalankan.
Problematika pendidikan itulah yang menjadi tanggung jawab dan
membutuhkan keseriusan lebih untuk mencari solusinya.
Sejalan dengan itu perlu dikembangkan iklim belajar mengajar yang
menumbuhkan rasa percaya diri, sikap dan perilaku yang inovatif serta
kreatif. Dengan demikian pendidikan nasional akan mampu mewujudkan
manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Dalam rangka
mengembangkan iklim belajar mengajar seperti menumbuhkan rasa percaya
diri, sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif, sangat diperlukan adanya
keterkaitan antara komponen-komponen pendidikan. Komponen-komponen
pendidikan yang meliputi guru, siswa, kurikulum, alat (media pembelajaran)
dan sumber belajar, materi, metode maupun alat evalusai saling bekerjasama
untuk mewujudkan proses belajar yang kondusif. Oleh karena itu
komponen-komponen dalam pendidikan tersebut tidak bisa dipisahkan karena memiliki
keterkaitan yang penting, sehingga akan membentuk suatu sistem yang
berkesinambungan dalam mencapai tujuan pendidikan.
Pembelajaran yang menyenangkan memang menjadi langkah awal
untuk mencapai hasil belajar yang berkualitas. Dalam skripsi faristin
mengatakan bahwa Nurhadi,dkk dalam skripsi Amroni yang berjudul
Efektifitas pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah
(PBM) pada prestasi mata pelajaran ekonomi akuntansi siswa kelas XI SMA
apabila siswa atau anak didik mengalami sendiri apa yang dipelajarinya”.
Akan tetapi, pelaksanaan pembelajaran di sekolah seringkali membuat
masyarakat kecewa. Kondisi ini dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran. Sebagian besar siswa memiliki kemampuan dalam
menyajikan materi melalui bahan hafalan semata, akan tetapi memahami dan
mengerti secara dalam mengenai pengetahuan. Kondisi ini ditandai dengan
siswa belum mampu menghubungkan materi pembelajaran di sekolah dengan
pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan dan belum mampu
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran, motivasi sangat diperlukan. Dalam kegiatan
belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai (Sardiman, 2010:75). Motivasi akan senantiasa menentukan
intensitas usaha belajar bagi para siswa. Adanya motivasi yang baik dalam
belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan usaha yang tekun dan
terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan
melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan
sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya (Sardiman,
2010:75).
Dalam proses belajar mengajar guru sebagai sumber daya memiliki
keberhasilan siswa. Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja
ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya akan tetapi
ditentukan atau bahkan sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang
mengajar dan membimbing mereka (Hamalik, 2002:36).
Menurut Yunus Abidin (2014: 122), model pembelajaran proses
saintifik merupakan model yang menuntut siswa beraktivitas sebagaimana
seorang ahli sains. Proses belajar secara saintifik mencakup beberapa
aktivitas, diantaranya mengidentifikasi atau menemukan masalah,
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep yang ditemukan.
Salah satu proses belajar saintifik yang dapat diterapkan di kelas
adalah penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Problem Based Learning adalah proses pembelajaran yang dirancang dengan
masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan penting,
membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, memiliki strategi
belajar sendiri, serta kecakapan berpartisipasi dalam tim. Pernyataan ini
pernah ada dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Elfrida Gita (2014)
yang menyatakan bahwa penerapan Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi.
Pelaksanaan proses saintifik bertujuan agar dapat menumbuhkan
keterampilan sikap kritis siswa selama proses interaksi antara guru dengan
pertimbangan, keputusan yang tepat, dan menjawab secara lebih lengkap.
Sependapat dengan penelitian jurnal yang telah dilakukan oleh Sri Wahyuni
(Program Studi Kimia PMIPA FKIP-UT) tentang mengembangkan
keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan
Alam) dengan penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning
menerangkan bahwa keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan
mengidentifikasi, menganalisis, memecahkan masalah secara kreatif, dan
berpikir logis sehingga menumbuhkan sikap kritis dalam diri siswa terutama
dalam mata pelajaran Kimia (IPA).
Proses pembelajaran dengan mengunakan strategi pembelajaran
Problem Based Learning dapat meningkatkan pola berpikir siswa untuk lebih
kritis dalam memecahkan materi pelajaran yang sudah disediakan. Dengan
berpikir kritis akan berpikir lebih mendalam tentang materi-materi yang
diajarkan dan motivasi siswa bertambah sehingga diharapkan prestasi belajar
siswa juga akan meningkat dengan model ini. Oleh karena itu penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul : “Penerapan Strategi
Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa, Sikap Kritis dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI
Akuntansi SMK Sanjaya Pakem”.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan terdapat
beberapa permasalahan yang dihadapi siswa. Dalam penelitian ini, penuis
1. Melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
2. Penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning untuk
meningkatkan sikap kritis siswa.
4. Penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa.
5. Materi perpajakan yaitu tentang menghitung PPh 21 Perseorangan
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
diantaranya sebagai berikut :
1. Apakah dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem Based
Learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa ?
2. Apakah dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem Based
Learning dapat meningkatkan sikap kritis siswa ?
3. Apakah dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem Based
Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah :
1. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI AK melalui strategi
2. Untuk meningkatkan sikap kritis siswa kelas XI AK melalui strategi
pembelajaran Problem Based Learning.
3. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI AK melalui strategi
pembelajaran Problem Based Learning.
E. Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang telah dipaparkan sebelumnya, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan suatu manfaat, yaitu :
1. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan motivasi pembelajaran dan
sikap kritis dengan menggunakan strategi pembelajaran problem based
learning.
2. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru supaya
dapat meningkatkan kegiatan mengajarnya. Dengan guru yang dapat
mengajar dikelas menggunakan strategi pembelajaran problem based
learning maka akan meningkatkan motivasi belajar sehingga akan
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
3. Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi sekolah sebagai
4. Penulis
Hasil penelitian ini menambah wawasan dan pengetahuan tentang
penggunaan strategi pembelajaran problem based learning untuk
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Mulyasa (2010: 10) menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dapat diartikan sebagai penelitian tindakan (action research) yang
dilakukan dengan tujuan memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar
sekelompok peserta didik.
Kusumah & Dwitagama (2010: 9), Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri
dengan cara: (1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan
tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Saur (2014: 15) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas
adalah suatu pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata
berupa siklus melalui proses kemampuan mendeteksi dan memecahkan
masalah.
Dari beberapa pengertian di atas, disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas adalah bentuk kegiatan yang bersifat refleksi diri yang
dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam suatu situasi kependidikan
untuk memperbaiki pengajaran dalam pendidikan, meliputi: (a)
praktik-praktik kependidikan mereka, (b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik
2. Karakteristik PTK
Menurut Saur (2014: 20-21), karakteristik PTK adalah:
a. Permasalahan yang dipecahkan berasal dari masalah praktis serta
bersifat kontekstual, spesifik, fleksibel, reflektif, siklus, dan
terlokalisasi.
b. Tujuan utamanya berfokus pada perbaikan kinerja pendidik melalui
perbaikan kualitas pembelajaran, inovasi pembelajaran, perbaikan
hasil belajar akademik maupun non akademik.
c. Problem sholving oriented yaitu berorientasi pada pemecahan
masalah yang dihadapi guru dalam proses belajar di kelas.
d. Lingkup penelitian bersifat mikro, dilakukan untuk satu kelas, dan
tidak mengganggu proses pembelajaran dimana guru menjalankan
tugas secara rutin, karena hasilnya bukan untuk digeneralisasikan
melainkan memecahkan masalah secara benar.
e. Variabel atau faktor yang dikaji sesuai dengan permasalahan dan
cara pemecahan yang tercermin dalam judul penelitian.
f. PTK bersifat fleksibel dan adaptif.
Menurut Kunandar (2008: 58-60), PTK memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
a. Masalah yang diteliti adalah masalah nyata yang muncul dari dunia
kerja. Dengan demikian PTK didasarkan pada masalah yang
b. Berorientasi pada pemecahan masalah peningkatan mutu
PTK dilakukan oleh guru sebagai upaya memecahkan masalah yang
dihadapi oleh guru dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) di
kelasnya melalui tindakan sebagai upaya menyempurnakan proses
belajar di kelasnya. Bertujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan asumsi semakin baik
kualitas proses pembelajaran maka semakin baik hasil belajar siswa.
c. Siklus
Konsep tindakan (action) siklus dalam PTK terdiri dari empat
tahapan, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi), dan
analisis (refleksi).
d. Partisipatory (collaborative)
PTK dilaksanakan secara kolaboratif dengan pihak lain seperti teman
sejawat yang berperan sebagai pengamat. Kolaborasi dalam
pelaksanaannya seperti guru dengan teman sejawat, guru dengan
kepala sekolah.
Dari beberapa karakteristik yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa karakteristik utama PTK dilakukan di dalam kelas,
muncul dari kesadaran guru untuk memperbaiki proses pembelajaran
yang dilakukan secara bertahap dan terus-menerus selama PTK
dilakukan. PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan
profesionalisme guru karena PTK mampu membelajarkan guru serta
keingintahuan siswa, meningkatkan motivasi siswa, dan mampu
mengembangkan karakter siswa menjadi lebih baik.
3. Ciri-ciri khusus PTK (Hermawan, 2015: 14)
Ciri-ciri khusus penelitian tindakan kelas antara lain:
a. PTK dilaksanakan karena adanya kesadaran diri guru sendiri.
Guru tersadar bahwa pembelajaran yang dilakukan mempunyai
kekurangan karena hasil belajar lewat tes tidak sesuai dengan
harapan.
b. Penelitian dilakukan melalui refleksi diri
Guru tersadar kalau nilai hasil ulangan siswa yang dilakukan dengan
tes ternyata tidak mencapai KKM, maka guru melakukan refleksi
diri sehingga guru berusaha untuk memperbaiki apa yang diharapkan
c. PTK dilakukan di kelasnya sendiri
PTK paling utama terjadi dalam lingkup kelas. Beberapa diantaranya
yang terdapat di kelas adalah guru, siswa, media, materi ajar,
metode, pengelolaan kelas, dan lainnya yang berkaitan dengan
pembelajaran.
d. PTK bertujuan memperbaiki proses pembelajaran dan memperbaiki
hasil belajar anak didik agar meningkat optimal.
4. Prinsip PTK (Hermawan, 2015: 16-17)
Prinsip adalah sikap mental yang dipakai sebagai pedoman
mengganggu dengan hal lain. PTK memiliki prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan oleh guru di Sekolah. Prinsip tersebut di antaranya:
a. PTK dilaksanakan tidak menganggu komitmen pembelajaran.
b. PTK terfokus pada masalah nyata yang dihadapi kelas, dan dimulai
dari masalah sederhana, menantang dan akurat.
c. PTK memilih strategi, metode dan media yang tepat.
d. PTK mensyaratkan rumusan masalah dan hipotesis meyakinkan.
e. Guru membuat jurnal untuk mencatat perubahan.
f. Guru memiliki kemampuan reflektif.
g. PTK sesuai dengan langkah-langkah.
5. Rencana Kegiatan PTK (Heris Hendriana, 2014: 41-43)
Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui proses yang dinamis
(siklus), diantaranya:
a. Penyusunan rencana (Planning)
Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang
secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Perencanaan
disusun pada masalah dan hipotesis tindakan sehingga perubahan
yang diharapkan dapat mengidentifikasi hasil proses belajar
mengajar sekaligus mengungkap faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan tindakan. Penyusunan rencana siklus I diantaranya:
1) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan.
2) Menentukan pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian.
4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
5) Menyiapkan sumber belajar.
6) Mengembangkan format evaluasi dan observasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan (acting)
Pelaksanaan tindakan adalah hal yang dilakukan dengan sadar
dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan
bijaksana. Pelaksanaan tindakan yang berlangsung di dalam kelas
adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar
yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan yang
telah direncanakan hendaknya cukup fleksibel untuk mencapai
perbaikan dan peningkatan yang diinginkan. Tindakan dapat berupa
menerapkan hal yang mengacu pada skenario dan RPP.
c. Pengamatan atau observasi tindakan (Observing)
Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh
terkait tindakan. Observasi dalam PTK berupa pengumpulan data
perubahan kinerja Proses Belajar Mengajar (PBM). Kegiatan
observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data
yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan dan
tindakan yang telah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan
hasil instruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen
format observasi dan menilai hasil tindakan format evaluasi yang
d. Refleksi terhadap tindakan (reflecting)
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan
seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha
memahami proses, masalah, persoalan dan kendala yang nyata dalam
tindakan strategis. Dalam suatu refleksi yang tajam dan terpercaya
akan didapat suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi
penentu langkah tindakan selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan
dalam refleksi diantaranya sebagai berikut:
1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi
evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap kegiatan tindakan.
2) Merenungkan kembali mengenai kekuatan dan kelemahan dari
tindakan yang direncanakan.
3) Memperkirakan implikasi dari tindakan yang direncanakan.
4) Menjawab penyebab kondisi yang terjadi selama pelaksanaan.
5) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang
skenario, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan sebagainya.
6) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk
digunakan pada siklus berikutnya.
Secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini
membentuk suatu siklus. Siklus ini kemudian diikuti oleh
siklus-siklus lain secara berkesinambungan seperti bentuk sebuah spiral.
Model siklus ini dikembangkan oleh Direktorat Ketenagaan Ditjen
Kemmis. Untuk mempermudah siklus yang dimaksud dalam
penelitian ini, akan digambarkan siklus PTK sebagai berikut:
Gambar 2.1
Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Gabungan Sanford dan Kemmis
Sumber: Modifikasi Depdiknas, 2010 & Saur, 2011
6. Tujuan PTK (Kunandar, 2008: 63-64)
Dari adanya siklus 1, siklus 2 pada gambar 2.1 di atas, ada tujuan
penelitian tindakan kelas diantaranya sebagai berikut:
a. Untuk memecahkan masalah nyata yang terjadi di dalam kelas dalam
interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar,
meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya
akademik di kalangan para guru.
b. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara
terus-menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.
c. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui
d. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik
pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis
keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
e. Meningkatkan profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
f. Tercipta sikap siswa & guru yang proaktif dalam melakukan
perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran secara berkelanjutan.
g. Sebagai alat inovatif terhadap sistem pembelajaran yang
berkelanjutan.
7. Kelebihan dan Kelemahan PTK
PTK sebagai jenis penelitian, memiliki kelebihan dan kelemahan, yaitu:
a. Kelebihan PTK
Shumsky (1982) dalam buku (Kunandar, 2008: 69), kelebihannya
adalah sebagai berikut:
1) Kerja sama dalam PTK menimbulkan rasa memiliki.
2) Kerja sama dalam PTK mendorong kreativitas dan pemikiran
kritis dalam hal ini guru yang sekaligus menjadi peneliti.
3) Melalui kerja sama, kemungkinan untuk adanya perubahan lebih
baik akan meningkat.
4) Kerja sama dalam PTK meningkatkan kesepakatan dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
b. Kelemahan PTK
Shumsky (1982) dalam buku (Kunandar, 2008: 69), kelemahannya
1) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar
PTK pada pihak peneliti (guru).
2) Berkenaan dengan waktu. Karena PTK memerlukan komitmen
peneliti untuk terlibat dalam prosesnya, faktor waktu dapat
menjadi kendala yang besar. Hal ini belum optimal karena
kegiatan rutinnya dan aktivitas PTK.
3) Guru harus peka terhadap kelas. Bila tidak, maka penilaian
cenderung tidak objektif.
8. Jenis-jenis PTK
Berdasarkan sumber http://www.seputarpengetahuan.com /2016/04/
4-jenis-penelitian-tindakan-kelas-dan-penjelasannya.html, jenis Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ada empat, beberapa diantaranya sebagai berikut:
a. Penelitian Tindakan Kelas Diagnostik
Suatu penelitian tindakan kelas diagnostik adalah penelitian
yang dirancang dengan menuntun penelitian ke arah suatu tindakan.
Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang
terdapat dalam latar belakang penelitian, sebagai contoh peneliti
berupaya menangani perselisihan, perkelahian, dan konflik yang
dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu Sekolah atau kelas.
b. Penelitian Tindakan Kelas Partisipan
Suatu penelitian tindakan partisipan terjadi apabila peneliti
terlibat langsung di dalam penelitian sejak awal hingga akhir
peneliti senantiasa terlibat. Selanjutnya peneliti memantau, mencatat
dan mengumpulkan data, kemudian menganalisis data serta berakhir
dengan melaporkan hasil penelitiannya. Penelitian tindakan kelas
partisipan dapat juga dilakukan di Sekolah secara langsung sejak
awal penelitian hingga berakhirnya penelitian.
c. Penelitian Tindakan Kelas Empiris
Suatu penelitian tindakan kelas empiris terjadi apabila
peneliti berupaya melaksanakan suatu tindakan atau aksi dan
membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi
tersebut berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitiannya
berkenaan dengan penyimpangan catatan dan pengumpulan
pengalaman peneliti dalam pekerjaan sehari-hari.
d. Penelitian Tindakan Kelas Eksperimental
Suatu penelitian tindakan kelas eksperimental terjadi
apabila penelitian tindakan kelas ini dapat diselenggarakan dengan
berupaya menerapkan teknik atau strategi secara efektif dan efesien
di dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Dalam kaitannya dengan
kegiatan belajar mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari strategi
atau teknik yang diterapkan penelitian tindakan kelas ini diharapkan
peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam
B. Problem Based Learning
1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)
PBL dikembangkan tahun 1970-an di McMaster University di
Canada, kini metode sudah merambah ke berbagai lembaga pendidikan di
dunia. Dengan perkembangan yang pesat, rumusannya juga beragam.
Salah satu yang cukup mewakili, adalah rumusan yang diungkapkan
menurut Prof. Howard Barrows dan Kelson (Amir, 2009: 21-22), adalah:
Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses
pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang
dituntut siswa mendapatkan pengetahuan penting, mereka mahir dalam
memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar serta memiliki
kecakapan berpartisipasi dengan tim. Proses pembelajarannya
menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau
menghadapi tantangan yang diperlukan dalam karir dan kehidupan
sehari-hari.
Rumusan dari Dutch (1994) berikut ini akan membantu kita lebih
memahami lagi apa itu PBL.
PBL merupakan metode intruksional yang menantang siswa agar “belajar untuk belajar”, bekerjasama dengan kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan siswa berpikir kritis dan analitis, serta menggunakan sumber belajar yang sesuai.
Dari kedua definisi tersebut, terlihat bahwa materi pelajaran
akan diberikan masalah-masalah. Masalah yang disajikan adalah masalah
yang memiliki konteks dengan dunia nyata. Semakin dekat dengan dunia
nyata, akan semakin baik pengaruhnya pada peningkatan kecakapan
belajar siswa. Dari masalah yang diberikan ini, siswa bekerja sama dalam
berkelompok, mencoba memecahkannya dengan pengetahuan yang
mereka miliki, dan sekaligus mencari informasi baru yang relevan untuk
solusinya. Di sini, tugas guru sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa
dalam mencari dan menemukan solusi yang diperlukan.
2. Ciri-ciri PBL
Menurut Lynda Wee (Amir, 2009: 13), menyebutkan bahwa ciri
proses pembelajaran berbasis masalah sangat menunjang penggunaan
kecakapan mengatur diri sendiri (self directed), kolaboratif, dan cakap
menggali informasi yang semuanya relatif perlu untuk dunia kerja.
Menurut M. Hosnan (2014: 300) ciri-ciri PBL diantaranya, yaitu:
a. Mengajukan masalah atau pertanyaan
Pembelajaran pada masalah atau pertanyaan penting bagi siswa atau
masyarakat. Pertanyaan atau masalah diajukan harusnya memenuhi
kriteria autentik, jelas, mudah dipahami, luas, dan bermanfaat.
b. Keterkaitan dengan berbagai masalah disiplin ilmu
Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah
c. Penyelidikan yang autentik
Penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis masalah
bersifat autentik. Selain itu penyelidikan diperlukan untuk mencari
penyelesaian masalah yang bersifat nyata. Siswa menganalisis dan
merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen,
menarik kesimpulan, dan menggambarkan hasil akhir.
d. Menghasilkan karya
Pada pembelajaran berbasis masalah, siswa bertugas menyusun hasil
penelitiannya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya.
Artinya, hasil penyelesaian masalah siswa ditampilkan atau dibuatkan
laporannya.
e. Kolaborasi
Pada pembelajaran berbasis masalah, tugas-tugas belajar berupa
masalah harus diselesaikan bersama-sama antar siswa dengan siswa,
baik dalam kelompok kecil maupun besar, dan bersama-sama antar
siswa dengan guru.
Penyajian sebuah masalah dapat membuat siswa lebih baik dalam
belajar. Menurut Savin; Badin, 2000 & Moust, Bouhuijs, Schmidt, 2001
(Amir, 2009: 23), diungkapkan bahwa belajar tidak sekedar mengingat,
meniru, mencontoh, begitu pula dengan PBL sebuah “masalah” tidak
sekedar “latihan” yang diberikan setelah contoh-contoh soal disajikan.
Dalam cara belajar konvensional, guru sering menerangkan, memberikan
Kemudian pendidik memberikan berbagai variasi latihan dimana
pemelajar menjawab pertanyaan serupa. Berikut dijelaskan tabel bahwa
PBL berbeda dengan pendekatan lainnya.
3. Perbedaan PBL dengan metode lain
Tabel 2.1
Perbedaan PBL dengan Strategi Pembelajaran yang Lain
No. Indikator
Mandiri Mandiri Mandiri Mandiri
7 Biaya dan
Peralatan
yang
Dibutuhkan
Sedikit Lebih banyak Sedikit Lebih banyak
9 Peran Guru Moderator Pembimbing Moderator Pembimbing
10 Pendekatan
Untuk mendukung strategi belajar mengajar berbasis masalah, guru
perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan. Materi
pelajaran tidak terbatas hanya pada satu buku teks sekolah, tetapi juga
dapat diambil dari sumber lingkungan seperti peristiwa dalam lingkungan
sekolah, peristiwa dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Menurut Gulo, pemilihan materi memerlukan beberapa kriteria
sebagai berikut:
a. Bahan pelajaran bersifat controversial. Bahan ini dapat direkam dari
peristiwa konkret dalam bentuk audio visual atau kliping.
b. Bahan bersifat umum sehingga tidak terlalu asing bagi siswa.
c. Bahan mendukung pengajaran dan pokok bahasan dalam kurikulum
sekolah.
e. Bahan tersebut merangsang perkembangan kelas yang mengarah pada
tujuan yang dikehendaki.
f. Bahan menjamin kesinambungan pengalaman siswa.
Penjelasan di atas menerangkan bahwa “masalah” yang biasa
seperti “pertanyaan untuk diskusi”, tidak sama dengan “masalah” dalam
PBL. Dalam diskusi pertanyaan diajukan untuk memicu pembelajaran
terhubungkan dengan materi yang dibahas. Sementara “masalah” dalam
PBL menuntut penjelasan atas sebuah fenomena.
4. Prinsip-Prinsip PBL (M. Hosnan, 2014: 300-301)
Prinsip-prinsip utama PBL adalah penggunaan masalah nyata
sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan
sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
memecahkan masalah. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila diselesaikan.
Pemilihan dan penetuan masalah nyata ini dapat dilakukan oleh guru
maupun peserta didik yang disesuaikan dengan kompetensi dasar tertentu.
Masalah bersifat terbuka, yaitu masalah yang memiliki banyak
jawaban atau strategi penyelesaian yang mendorong keingintahuan peserta
didik untuk mengidentifikasi strategi dan solusi. Masalah juga bersifat
tidak terstruktur dengan baik yang tidak dapat diselesaikan secara
langsung dengan cara menerapkan formula atau strategi tertentu. Perlu
beberapa strategi atau bahkan mengkreasi strategi sendiri untuk
menyelesaikannya.
5. Langkah-langkah dalam PBL
Menurut M. Hosnan (2014: 301), penerapan pembelajaran berbasis
masalah terdiri atas lima langkah utama dimulai dengan guru
memperkenalkan siswa dengan masalah dan diakhiri dengan penyajian dan
analisis hasil kerja siswa. Beberapa langkah-langkah adalah:
a. Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang
dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih.
b. Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mengidentifikasi dan mengorganisasi tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
c. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok
Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai materi,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalahnya.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai, seperti laporan, video, dan model serta membantu berbagai
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
f. Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.
6. Manfaat PBL
Pendidikan harus membuat siswa untuk hidup, maka dengan PBL
akan memberi peluang untuk membangun kecakapan hidup (life skills)
siswa, siswa terbiasa mengatur dirinya sendiri (self directed). Smith (Amir,
2009: 27-29) menemukan bahwa manfaat PBL adalah:
a. Meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analisis,
sistematis dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah
melalui eksplorasi data secara empiris dalam mencapai sikap ilmiah.
b. Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi ajar.
Dengan konteks yang dekat dan sekaligus melakukan deep learning
(melakukan penyelidikan pembelajaran) maka siswa akan lebih
memahami materi.
c. Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan.
Dengan adanya kemampuan guru membangun masalah yang berkaitan
dengan konteks praktik, siswa bisa lebih baik dalam operasinya
dilapangan.
d. Mendorong untuk berpikir.
Guru tidak perlu terburu-buru menyimpulkan tetapi didalam proses
belajar siswa diharapkan untuk kritis dalam memecahkan, mencoba
e. Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial.
PBL dikerjakan dalam kelompok maka dapat mendorong terjadinya
pengembangan kecakapan kerja tim dan kecakapan sosial. Siswa
diharapkan memahami perannya dalam kelompok, menerima
pandangan orang lain. Keterampilan seperti menumbuhkan hubungan
interpersonal, mempertimbangkan strategi, serta mampu menentukan
keputusan.
f. Membangun kecakapan belajar. Siswa dibiasakan untuk mampu belajar
terus menerus. Ilmu, keterampilan yang mereka butuhkan nanti akan
terus berkembang, apapun bidang pekerjaannya.
g. Memotivasi siswa. Dengan PBL, kita punya peluang untuk
membangkitkan minat dari dalam diri siswa, karena kita menciptakan
masalah dengan konteks pekerjaan. Dengan masalah yang menantang,
diupayakan mereka bergairah untuk menyelesaikannya dengan baik.
Hasil dari PBL adalah peserta didik memiliki keterampilan
penyelidikan, peserta didik mempunyai keterampilan mengatasi masalah,
peserta didik mempunyai kemampuan mempelajari peran orang dewasa,
dan peserta didik menjadi pembelajaran yang mandiri dan independen.
7. Kelebihan dan Kelemahan PBL (Aris Shoimin, 2014:132)
a. Kelebihan PBL
Ada beberapa kelebihan yang menjadi prioritas PBL diantaranya
sebagai berikut:
1) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah
2) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri
melalui aktivitas.
3) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak
ada hubungannya tidak perlu dipelajari siswa. Hal ini mengurangi
beban siswa untuk menghafal atau menyimpan informasi.
4) Terjadinya aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.
5) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik
dari perpustakaan , internet, dan observasi.
6) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.
7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah
dengan kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.
8) Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja
kelompok dalam bentuk peer teaching.
b. Kelemahan PBL (Aris Shoimin, 2014:132)
Aris mengatakan ada beberapa kelemahan PBL yakni sebagai berikut:
1) PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada
bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBL lebih
cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu
kaitannya dengan pemecahan masalah.
2) Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk
memecahkan masalah.
3) Tidak semua siswa mampu memecahkan masalah yang diberikan
C. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif, berarti keadaan dalam pribadi
orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu guna mencapai suatu tujuan. Tiap aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang itu,
kekuatan inilah yang kita sebut motif (Suryabrata, 1984: 72).
Motivasi adalah suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau
dapat juga dikatakan sebagai daya (energy) dan kesiapsediaan
(preparatory set) dalam individu (organisme) untuk bergerak (to move) ke
arah tujuan tertentu, baik disadari ataupun tidak disadari. Motivasi ini
muncul dan tumbuh berkembang dalam diri seseorang baik dari dalam diri
individu (intrinsic) dan dari luar individu / lingkungan (extrinsic).
Menurut Rusyan, dkk (1992: 93), motivasi adalah dorongan yang
tumbuh karena tingkah laku dan kegiatan manusia. Pada dasarnya motivasi
memberikan jawaban dari tiga persoalan yaitu apa yang diinginkan
manusia (kegiatan apa yang dilakukan dan hasil apa yang ingin dicapai
oleh seseorang), mengapa ia berbuat demikian (apa yang mendorong
seseorang untuk melakukan perbuatan tertentu), dan bagaimana ia
melakukannya (proses apa yang dialami dalam usaha mencapai suatu hasil
tertentu). Bisa dikatakan bahwa awal motivasi karena manusia mempunyai
kebutuhan, sehingga dikatakan bahwa motivasi adalah penggerak tingkah
Menurut Winkel (1987: 93), motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, menjamin kelangsungan belajar, dan memberikan arah pada
kegiatan belajar demi menggapai tujuan tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa motivasi menjadi salah satu prasyarat
penting dalam belajar. Mulai dari kepribadian siswa dan kemampuan
siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah, hadiah-hadiah yang
didapat karena telah belajar, situasi belajar yang mendorong siswa untuk
belajar, dan sebagainya. Motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang
tidak mempunyai motivasi, tidak akan melakukan aktivitas belajar.
2. Pentingnya Motivasi dalam Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 85-86), motivasi perilaku
manusia berasal dari kekuatan mental umum, insting, dorongan,
kebutuhan, proses kognitif dan interaksi. Bagi siswa pentingnya motivasi
adalah sebagai berikut:
a. Menyadarkan pada awal, proses, dan akhir belajar. Misalnya seorang
siswa membaca satu bab buku bacaan, dibanding temannya yang juga
membaca buku tersebut, tetapi ia kurang menangkap isi, maka ia
terdorong membaca lagi.
b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan
teman sebayanya. Contoh siswa belum terbukti bahwa ia sudah
menguasai materi, maka ia belajar setekun temannya yang belajar dan
c. Mengarahkan kegiatan belajar. Contoh seorang siswa belum belajar
secara serius sehingga nilainya jelek, peran guru adalah menasihatinya
sehingga siswa tersebut mengubah perilaku belajarnya.
d. Membesarkan semangat belajar.
e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian
bekerja.
Sedangkan bagi guru pentingnya motivasi adalah:
a. Membangkitkan, meningkatkan, memelihara semangat siswa untuk
belajar sampai berhasil.
b. Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas.
c. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara
banyak peran.
d. Memberi peluang guru untuk unjuk kerja.
Klasifikasi indikator motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno (2007: 23)
adalah sebagai berikut:
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
d. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
e. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan
3. Fungsi Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (2010: 85), ada tiga fungsi motivasi belajar, yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendaknya
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
4. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999 : 97-99), unsur-unsur yang
mempengaruhi motivasi belajar ada 4 yaitu:
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
Keberhasilan mencapai keinginan menumbuhkan kemauan belajar
sehingga akan menumbuhkan cita-cita dalam kehidupan.
b. Kemampuan siswa
Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan
tugas-tugas perkembangan.
c. Kondisi siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi rohani dan jasmani mempengaruhi
d. Kondisi lingkungan siswa
Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib, dan indah maka
semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
5. Bentuk-bentuk motivasi di sekolah
Menurut Sardiman A.M (2008: 91-95), ada beberapa bentuk dan
cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di Sekolah,
yaitu:
a. Memberi angka
Angka sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar. Banyak siswa yang
utama mencari nilai atau angka yang baik, sehingga siswa biasanya
yang dikejar adalah nilai raport atau ulangan yang nilainya baik.
b. Hadiah
Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi. Ketika seseorang mendapat
hadiah, dia akan merasa senang, dan terinspirasi untuk belajar.
c. Saingan/kompetisi
Saingan/kompetisi sebagai alat motivasi mendorong belajar siswa.
Menumbuhkan kesadaran siswa agar merasakan pentingnya tugas dan
menerima sebagai kompetisi sehingga bekerja keras sebagai bentuk
motivasi.
d. Memberi ulangan
Siswa akan giat belajar bila mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena
e. Mengetahui hasil
Semakin mengetahui hasil belajar meningkat, maka akan ada motivasi
pada siswa untuk terus belajar dengan harapan hasil terus meningkat.
f. Pujian
Dengan pujian akan memupuk suasana yang menyenangkan dan
mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga
diri.
D. Sikap Kritis
1. Pengertian Sikap Kritis
Scriven & Paul (1987) dalam Fondation of Critical Thinking,
menyatakan bahwa keterampilan bersikap kritis merupakan suatu proses
intelektual tentang konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi secara aktif dan mahir terhadap informasi yang diperoleh dari
observasi, pengalaman, refleksi, pemikiran, atau komunikasi sebagai
pedoman untuk meyakini tindakan.
Dalam psikologi, bersikap kritis didefinisikan sebagai suatu proses
mental dalam mengeksplorasi peta pengalaman yang merupakan satu
keterampilan bertindak dengan kecerdasan sebagai sumber daya penalaran.
Bersikap kritis lebih fokus pada menganalisis dan mengembangkan
2. Keterampilan Berpikir Kritis
Keterampilan Ennis (Surya, 2015: 127), mengungkapkan bahwa ada
keterampilan berpikir/bersikap kritis yang diperlukan dalam proses secara
efektif, diantaranya sebagai berikut:
a. Memfokuskan pada pertanyaan;
b. Menganalisis argument;
c. Menanyakan dan menjawab pertanyaan;
d. Merumuskan istilah dan menimbang definisi;
e. Mengidentifikasi asumsi;
f. Memutuskan suatu tindakan;
g. Berinteraksi dengan orang lain;
h. Terbuka terhadap pemikiran;
Hal yang perlu diingat bahwa segala bentuk berpikir/bersikap kritis,
tidak mungkin dapat dilakukan tanpa komponen utama yaitu pengetahuan.
Pengetahuan merupakan sesuatu yang digunakan untuk berpikir dan juga
diperoleh sebagai hasil berpikir/bersikap kritis.
3. Perencanaan Program Keterampilan Sikap Kritis
Terdapat 3 tahapan pengembangan program keterampilan bersikap
kritis:
a. Identifikasi keterampilan yang tepat
Ada beberapa macam keterampilan diantaranya adalah:
1) Bersikap kritis
2) Membuat keputusan
Guna mencapai keputusan yang terinformasikan.
3) Pemecahan masalah
Guna mencapai satu atau lebih solusi masalah yang memadai.
b. Menerapkan Pengajaran
Agar program dapat berjalan dengan efektif, para pengajar harus
menyajikan keterampilan dalam urutan yang jelas dan bermakna.
c. Menilai Program
Guna memperoleh informasi keefektifan program, maka langkah
penting yang harus dilakukan yaitu menilai program sejak mulai
dirancang, selama implementasi, dan setelah program diterapkan.
4. Indikator Kemampuan Bersikap Kritis
Krathwohl (2002: 53) menyatakan bahwa indikator untuk
mengukur berpikir/sikap kritis meliputi: menganalisis, mengevaluasi dan
mengkreasi.
E. Prestasi
1. Pengertian
Proses belajar yang dialami oleh murid menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang
keterampilan dan dalam bidang nilai dan sikap. Adanya perubahan itu
tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap tugas