• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan metode problem based learning untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap kritis, dan mengembangkan karakter sosial siswi kelas XI IPS 1 pada mata pelajaran akuntansi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan metode problem based learning untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap kritis, dan mengembangkan karakter sosial siswi kelas XI IPS 1 pada mata pelajaran akuntansi."

Copied!
370
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, SIKAP KRITIS, DAN MENGEMBANGKAN KARAKTER SOSIAL SISWI KELAS XI IPS 1 PADA

MATA PELAJARAN AKUNTANSI

(Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di kelas XI IPS 1 SMA Stella Duce 2 Yogyakarta)

Laurencia Maytarani Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar, sikap kritis, dan mengetahui perkembangan karakter sosial siswi pada materi Siklus Akuntasi Perusahaan Jasa melalui penerapan pembelajaran Problem Based Learning.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswi kelas XI IPS 1 SMA Stella Duce 2 yang berjumlah 34 siswi. Pembelajaran diterapkan dengan pendekatan saintifik melalui Problem Based Learning. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas diterapkan dengan menggunakan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, kuesioner, tes, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(2)

ix ABSTRACT

THE APPLICATION OF PROBLEM BASED LEARNING TO INCREASE LEARNING MOTIVATION, CRITICAL ATTITUDE, AND TO DEVELOP SOCIAL CHARACTER THE ELEVENTH GRADE STUDENTS OF SOCIAL

SCIENCE CLASS ON ACCOUNTING SUBJECT

(A Classroom Action Research on the Eleventh Grade Students of SMA Stella Duce 2 Yogyakarta) motivation, critical attitude, and the development of students social character on Accounting Cycle subject of services company through the application of Problem Based Learning.

The type of this research is a classroom action research. The participants of this research were 34 eleventh grade students of social science class in Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta. The learning process was using scientific approach through Problem Based Learning. The Implementation of this research is applied by using two cycles. Each cycle consists of four steps, namely: 1) planning, 2) action, 3) observation, and 4) reflection. Data gathering techniques were done by using observation, questionnaries, test, interviews, and documentation. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

(3)
(4)

i

PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, SIKAP KRITIS, DAN MENGEMBANGKAN KARAKTER SOSIAL SISWI KELAS XI IPS 1

PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswi Kelas XI IPS SMA Stella Duce 2 Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Laurencia Maytarani NIM: 121334007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur, skripsi ini ku persembahkan

untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menjadi

pedoman hidup dalam setiap langkah ini.

Orang tua saya tercinta, Paulus Ngatijo dan Maria

Theresia Sulistini, terimakasih atas doa, motivasi,

bimbingan, kasih sayang, canda tawa, dan senantiasa

selalu memberi dukungan yang tiada henti untuk masa

depanku.

Adik saya terkasih, Dionisius Yoga Setiawan,

terimakasih atas doa, dukungan, dan keceriannya

selama penulis mengerjakan skripsi.

Almamater Universitas Sanata Dharma

(8)

v

Motto

Semua yang tidak mungkin, akan menjadi mungkin bagi orang

yang percaya

Laurencia Maytarani

Kupercaya, Tuhan pasti menolong di tengah kesulitanku.

Nikmatilah hidup setiap hari seolah ini adalah hari terakhir

Kick Andy

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang disebutkan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Laurencia Maytarani

NIM : 121334007

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Penerapan Metode Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar, Sikap Kritis Dan Mengembangkan Karakter Sosial

Siswi Kelas XI IPS 1 Pada Mata Pelajaran Akuntansi

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan ke dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap menyantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

(11)

viii ABSTRAK

PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, SIKAP KRITIS, DAN MENGEMBANGKAN KARAKTER SOSIAL SISWI KELAS XI IPS 1

PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI

(Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di kelas XI IPS 1 SMA Stella Duce 2 Yogyakarta)

Laurencia Maytarani Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar, sikap kritis, dan mengetahui perkembangan karakter sosial siswi pada materi siklus akuntasi perusahaan jasa melalui penerapan pembelajaran Problem Based Learning

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswi kelas XI IPS 1 SMA Stella Duce 2 yang berjumlah 34 siswi. Pembelajaran diterapkan dengan pendekatan saintifik melalui Problem Based Learning. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas diterapkan dengan menggunakan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, kuesioner, tes, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(12)

ix ABSTRACT

THE APPLICATION OF PROBLEM BASED LEARNING TO INCREASE LEARNING MOTIVATION, CRITICAL ATTITUDE, AND TO DEVELOP

SOCIAL CHARACTER THE ELEVENTH GRADE STUDENTS OF SOCIAL SCIENCE CLASS ON ACCOUNTING SUBJECT (A Classroom Action Research on the Eleventh Grade Students of SMA Stella

Duce 2 Yogyakarta) Laurencia Maytarani Sanata Dharma University

Yogyakarta 2016

The purposes of this research are to find out the improvement of learning motivation, critical attitude, and the development of students social character on accounting cycle subject of services company through the application of Problem Based Learning.

The type of this research is a classroom action research. The participants of this research were 34 eleventh grade students of social science class in Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta. The learning process was using scientific approach through Problem Based Learning. The Implementation of this research is applied by using two cycles. Each cycle consists of four steps, namely: 1) planning, 2) action, 3) observation, and 4) reflection. Data gathering techniques were done by using observation, questionnaries, test, interviews, and documentation. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas berkat yang selalu menyertai penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma.

Banyak tantangan dalam proses penulisan skripsi ini, namun dengan penyertaan Tuhan, dukungan, semangat, serta doa dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma;

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi;

3. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

4. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu dalam proses perkuliahan; 5. Ibu Cornelio Purwanti, S.Pd., M.SA., yang telah memberikan inspirasi,

(14)

xi

6. Seluruh Dosen Program Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik dan membimbing selama berkuliah di Universitas Sanata Dharma;

7. Theresia Aris Sudarsilah selaku Tenaga Administrasi yang telah membantu memperlancar untuk terselesainya skripsi ini;

8. Ibu Rosalia Tuti Ratnaningsih selaku Kepala Sekolah SMA Stella Duce 2 dan Guru Mata Pelajaran Ekonomi yang telah memberi masukan, saran, dan menerima saya dengan baik selama penelitian;

9. Bapak Yohanes Himawan Indaryanto selaku Guru Mata Pelajaran Akuntansi SMA Stella Duce 2 yang dengan sabar membimbing selama penelitian dan proses penulisan skripsi ini;

10. Seluruh Siswi-Siswi XI IPS 1 yang telah menerima penulis melakukan penelitian dan membantu memperlancar penulis dalam kegiatan proses belajar mengajar;

11. Kedua orang tuaku, Paulus Ngatijo dan Maria Theresia Sulistini yang selalu mendoakan, mendukung dengan penuh cinta kasih, memberikan masukan positif, dan membiayai penulis hingga dapat memperoleh gelar sarjana; 12. Kakekku Simbah Sandiyo (Alm), yang selalu sabar menasihati dan memberi

semangat kepada penulis;

13. Nenekku Simbah Wagiyem yang selalu sabar menasihati dan memberi semangat kepada penulis;

(15)

xii

15. Georgius Gian Widi Aprillio, terimakasih atas doa, dukungan, motivasi, dan waktu yang telah diluangkan untuk menerima keluh kesah penulis dalam penyusunan skripsi;

16. Sahabatku yang paling kukasihi Clementine Ari Lastari, Marselin Yuniarti H, Poppy Ceria Zai, Maria Regina Ayu, dan Novi yang selalu meluangkan waktu untuk membantu, memberikan perhatian, dan memberikan dukungan kepada penulis supaya penulis selalu semangat dan tidak putus asa;

17. Teman-teman angkatan 2012 (Ayu, Poppy, Siska, Vera, Sela, Lilis, Dita, Neneng, Vina, Tio, Olivia Rosa, Mega, Tere, Epi, Wasri, Mithayani, Sari, Natal, Vena, Danapramitha dan teman-teman lainnya) yang sudah memberikan dukungan serta semangat kepadaku;

(16)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPERLUAN KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C.Batasan Masalah ... 6

D.Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

(17)

xiv

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A.Penelitian Tindakan Kelas ... 9

B. Pendekatan Saintifik ... 20

C.Problem Based Learning (PBL) ... 25

D.Motivasi ... 35

E. Sikap Kritis ... 40

F. Pengembangan Karakter Sosial ... 43

G.Hasil Penelitian yang Relevan ... 48

H.Kerangka Berpikir ... 50

I. Hipotesis Tindakan ... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 52

A.Jenis Rancangan Penelitian ... 52

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 52

C.Subyek dan Obyek Penelitian ... 53

D.Prosedur Penelitian ... 53

E. Operasionalisasi Variabel ... 59

F. Teknik Pengumpulan Data ... 65

G.Instrumen Penelitian ... 66

H.Skala Pengukuran Instrumen Penelitian ... 75

I. Teknik Pengujian Instrumen ... 76

J. Teknik Analisis Data ... 84

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 87

A.Sejarah Singkat SMA Stella Duce 2 Yogyakarta ... 87

B. Visi, Misi, Tujuan Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 2 ... 89

C.Siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta ... 91

(18)

xv

E. Organisasi Sekolah Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 2 ... 92

F. Usaha-usaha Peningkatan Kualitas Lulusan ... 92

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 96

A.Deskripsi Data ... 96

B. Analisis Komparatif Penerapan PBL dalam Meningkatkan Motivasi Belajar, Sikap Kritis, dan Pengembangan Karakter Sosial Siswi pada Siklus 1 dan Siklus 2 ... 143

C.Pembahasan ... 151

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 153

A.Kesimpulan ... 153

B. Keterbatasan ... 154

C.Saran... ... 155

DAFTAR PUSTAKA ... 157

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Aktivitas Kegiatan Pembelajaran Pendekatan Saintifik ... 22

Tabel 2.2 Perbedaan PBL dengan metode lain ... 28

Tabel 2.3 Nilai-nilai yang Terkandung dalamPendidikan Karakter ... 46

Tabel 3.1 Kisi-kisi Motivasi Belajar Siswi ... 60

Tabel 3.2 Skala Likert ... 62

Tabel 3.3 Operasionalisasi Sikap Kritis Siswi ... 63

Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi ... 63

Tabel 3.5 Operasionalisasi Pengembangan Karakter Sosial Siswi ... 64

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Siswi (1) ... 77

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Siswi (2) ... 78

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Siswi (3) ... 79

Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Sikap Kritis Siswi (1) ... 80

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Sikap Kritis Siswi (2) ... 80

Tabel 3.11 Hasil Uji Validitas Karakter Sosial Siswi (1) ... 81

Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas Sikap Kritis Siswi (2) ... 82

Tabel 3.13 Tabel Intepretasi ... 83

Tabel 3.14 Hasil Pengukuran Uji Reliabilitas ... 84

Tabel 3.15 Kategorisasi PAP Tipe II ... 85

Tabel 3.16 Tabel Komparasi ... 86

(20)

xvii

Tabel 5.1 Hasil Observasi Guru Sebelum Penerapan Model Pembelajaran PBL... 97 Tabel 5.2 Hasil Observasi Kegiatan Siswi Sebelum Penerapan Model

Pembelajaran PBL ... 102 Tabel 5.3 Hasil Observasi Kondisi Fisik Kelas Sebelum Penerapan Model

Pembelajaran PBL ... 103 Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Klasifikasi Motivasi Belajar Berdasarkan PAP

Tipe II Sebelum Penerapan Model Pembelajaran PBL ... 107 Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Klasifikasi Sikap Kritis Berdasarkan PAP

Tipe II Sebelum Penerapan Model Pembelajaran PBL ... 108 Tabel 5.6 Hasil Perhitungan Klasifikasi Karakter Sosial Berdasarkan PAP

Tipe II Sebelum Penerapan Model Pembelajaran PBL ... 109 Tabel 5.7 Hasil Refleksi Guru pada Model Pembelajaran PBL Siklus 1... 117 Tabel 5.8 Hasil Refleksi Siswi pada Model Pembelajaran PBL Siklus 1 ... 118 Tabel 5.9 Hasil Perhitungan Klasifikasi Motivasi Belajar Berdasarkan PAP

Tipe II Siklus 1 ... 119 Tabel 5.10 Hasil Perhitungan Klasifikasi Sikap Kritis Berdasarkan PAP

Tipe II Siklus 1 ... 121 Tabel 5.11 Hasil Perhitungan Klasifikasi Karakter Sosial Berdasarkan PAP

Tipe II Siklus 1 ... 122 Tabel 5.12 Hasil Observasi Guru Setelah Penerapan Model Pembelajaran

(21)

xviii

Tabel 5.13 Hasil Observasi Kegiatan Siswi Setelah Penerapan Model

Pembelajaran PBL ... 133

Tabel 5.14 Hasil Perhitungan Klasifikasi Motivasi Belajar Berdasarkan PAP Tipe II Siklus 2 ... 135

Tabel 5.15 Hasil Perhitungan Klasifikasi Sikap Kritis Berdasarkan PAP Tipe II Siklus 2 ... 137

Tabel 5.16 Hasil Perhitungan Klasifikasi Karakter Sosial Berdasarkan PAP Tipe II Siklus 2 ... 138

Tabel 5.17 Hasil Refleksi Guru pada Model Pembelajaran PBL Siklus 2... 139

Tabel 5.18 Hasil Refleksi Siswi pada Model Pembelajaran PBL Siklus 2 ... 141

Tabel 5.19 Tabel Komparasi Motivasi Belajar Siswi ... 144

Tabel 5.20 Rangkuman Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswi ... 145

Tabel 5.21 Tabel Komparasi Sikap Kritis Siswi ... 146

Tabel 5.22 Rangkuman Distribusi Frekuensi Sikap Kritis Siswi ... 148

Tabel 5.23 Tabel Komparasi Karakter Sosial Siswi ... 149

(22)

xix

DAFTAR GAMBAR

(23)

xx

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR INSTRUMEN RENCANA

Lampiran 1 Instrumen Observasi Guru Sebelum Penerapan Model

Pembelajaran PBL ... 160 Lampiran 2 Instrumen Observasi Kegiatan Siswi Sebelum Penerapan Model

Pembelajaran PBL ... 163 Lampiran 3 Instrumen Observasi Kondisi Fisik Kelas Sebelum Penerapan

Model Pembelajaran PBL ... 164 Lampiran 4 Pedoman Wawancara Guru Sebelum Penerapan Model

Pembelajaran PBL ... 165 Lampiran 5 Pedoman Wawancara Siswi Sebelum Penerapan Model

Pembelajaran PBL ... 166 Lampiran 6 Instrumen Observasi Guru Saat Penerapan Model Pembelajaran

PBL ... 167 Lampiran 7 Instrumen Observasi Kegiatan Siswi Saat Penerapan Model

Pembelajaran PBL ... 170 Lampiran 8 Instrumen Observasi Kondisi Fisik Kelas Saat Penerapan Model

Pembelajaran PBL ... 171 Lampiran 9 Instrumen Refleksi Guru ... 172 Lampiran 10 Instrumen Refleksi Siswi ... 173 Lampiran 11 Daftar Pembagian Kelompok Siswi Kelas XI IPS 1 ... 174 Lampiran 12 Pedoman Wawancara Guru dan Siswi Setelah Penerapan

(24)

xxi

Lampiran 13 Instrumen Kuesioner Motivasi Belajar Siswi, Sikap Kritis, dan Karakter Sosial Siswi ... 177 DAFTAR INSTRUMEN PENELITIAN PENDAHULUAN

Lampiran 14 Instrumen Observasi Guru Sebelum Penerapan Model

Pembelajaran PBL ... 186 Lampiran 15 Instrumen Observasi Kegiatan Siswi Sebelum Penerapan

Model Pembelajaran PBL ... 189 Lampiran 16 Instrumen Observasi Kondisi Fisik Kelas Sebelum Penerapan

Model Pembelajaran PBL... 190 Lampiran 17 Hasil Wawancara Guru Sebelum Penerapan Model

Pembelajaran PBL ... 191 Lampiran 18 Hasil Wawancara Siswi Sebelum Penerapan Model

Pembelajaran PBL ... 194 DAFTAR MEDIA DAN INSTRUMEN SIKLUS I PTK

Lampiran 19 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP SIKLUS I) ... 196 Lampiran 20 Skenario Pembelajaran Siklus I ... 202 Lampiran 21 Instrumen Observasi Guru Saat Penerapan Model Pembelajaran

PBL ... 205 Lampiran 22 Instrumen Observasi Kegiatan Siswi Saat Penerapan Model

Pembelajaran PBL ... 208 Lampiran 23 Instrumen Observasi Kondisi Fisik Kelas Saat Penerapan Model

(25)

xxii

Lampiran 25 Model Soal PBL II... 212 Lampiran 26 Model Soal PBL III ... 214 Lampiran 27 Handout Materi ... 216 Lampiran 28 Lembar Kerja Siswi ... 220 Lampiran 29 Kunci Jawaban Soal PBL I ... 229 Lampiran 30 Kunci Jawaban Soal PBL II ... 238 Lampiran 31 Kunci Jawaban Soal PBL III ... 247 Lampiran 32 Lembar Refleksi Siswi Siklus I ... 256 Lampiran 33 Hasil Refleksi Siswi Siklus I ... 258 Lampiran 34 Hasil Refleksi Guru Siklus I ... 259

DAFTAR MEDIA DAN INSTRUMEN SIKLUS II PTK

Lampiran 35 Instrumen Observasi Guru Saat Penerapan Model Pembelajaran PBL ... 260 Lampiran 36 Instrumen Observasi Kegiatan Siswi Saat Penerapan Model

Pembelajaran PBL ... 263 Lampiran 37 Instrumen Observasi Kondisi Fisik Kelas Saat Penerapan Model

(26)

xxiii

Lampiran 43 Hasil Wawancara Guru Setelah Penerapan Model Pembelajaran PBL ... 284 Lampiran 44 Hasil Wawancara Siswi Setelah Penerapan Model Pembelajaran

PBL ... 286 Lampiran 45 Uji Validitas... 288 Lampiran 46 Uji Reliabilitas ... 291 Lampiran 47 Uji PAP Tipe II ... 292 Lampiran 48 Data Jawaban Siswi ... 235 Lampiran 49 Tabel Korelasi r Pearson ... 320 Lampiran 50 Foto-foto Dokumentasi ... 321 Lampiran 51 Hasil Analisis Butir Kuesioner Pra Penerapan Motivasi Belajar,

Sikap Kritis, dan Karakter Sosial ... 323 Lampiran 52 Hasil Analisis Butir Kuesioner Siklus I Motivasi Belajar, Sikap

Kritis, dan Karakter Sosial ... 324 Lampiran 53 Hasil Analisis Butir Kuesioner Siklus II Motivasi Belajar, Sikap

(27)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan membuat siswa memperoleh kesempatan, harapan, dan pengetahuan agar dapat hidup lebih baik. Besar kesempatan dan harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan. Pendidikan yang berkualitas melibatkan siswa aktif belajar. Siswa harus diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain terutama teman sekelas, keluarga, dan masyarakat.

Menurut Ridwan (2014: 2), pengetahuan dapat diperoleh ketika siswa berinteraksi dengan guru atau masyarakat. Pengetahuan tersebut hendaknya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga meningkatkan kualitas hidup. Oleh sebab itu, pembelajaran perlu didekatkan dengan kondisi sosial. Persoalan kontekstual yang terjadi di masyarakat dapat dibahas di kelas dan diupayakan penyelesaiannya dengan mengembangkan ide-ide kreatif siswa. Pembelajaran seperti itu dapat meningkatkan kemampuan mengintegrasikan konsep, menerapkan pengetahuan, meningkatkan kepedulian, dan menyadari dimensi kemanusiaan dalam diri siswa.

(28)

belajar. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil dan perbuatan yang baik. Guna mewujudkan pendidikan yang demikian, ada 5 tahap yang dikembangkan guru dalam belajar mengajar antara lain melakukan observasi dengan pendekatan sains, mengembangkan kemampuan bertanya, kemampuan berpikir, bereksperimen, dan komunikasi. Kelima model di atas adalah model proses saintifik.

Menurut Yunus Abidin (2014: 122), model pembelajaran proses saintifik merupakan model yang menuntut siswa beraktivitas sebagaimana seorang ahli sains. Proses belajar secara saintifik mencakup beberapa aktivitas, diantaranya mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep yang ditemukan.

Salah satu proses belajar saintifik yang dapat diterapkan di kelas adalah penerapan metode Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning adalah proses pembelajaran yang dirancang dengan

(29)

Pelaksanaan proses saintifik bertujuan agar dapat menumbuhkan keterampilan sikap kritis siswa selama proses interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa, sehingga siswa menghasilkan pertimbangan, keputusan yang tepat, dan menjawab secara lebih lengkap. Sependapat dengan penelitian jurnal yang telah dilakukan oleh Sri Wahyuni (Program Studi Kimia PMIPA FKIP-UT) tentang mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dengan penerapan model Problem Based Learning menerangkan bahwa keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, memecahkan masalah secara kreatif, dan berpikir logis sehingga menumbuhkan sikap kritis dalam diri siswa terutama dalam mata pelajaran Kimia (IPA).

Proses saintifik dapat menumbuhkan karakter sosial yang bertujuan mengembangkan watak sosial dengan menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam dirinya. Nilai-nilai moral seperti bertanggung jawab, toleransi, integritas, keberanian, sopan, dan sebagainya. Mengetahui nilai moral berarti memahami bagaimana menerapkannya.

(30)

keuangan jasa, kompetensi dasar yang dibutuhkan adalah siswa dapat memahami tahap-tahap yang harus dilakukan yaitu tahap pencatatan, tahap pengikhtisaran, dan tahap pelaporan. Tahap pencatatan meliputi jurnal umum dan buku besar. Tahap pengikhtisaran dimana transaksi yang terjadi diikhtisarkan meliputi; neraca saldo, ayat jurnal penyesuaian, dan kertas kerja. Kemampuan siswa dalam melakukan tahap pengikhtisaran seperti membuat ayat penyesuaian dan kertas kerja akan menentukan ketepatan dalam menyelesaikan tahap terakhir Siklus Akuntansi yaitu tahap pelaporan. Tahap pelaporan meliputi penyusunan laporan keuangan.

Dari kompetensi dasar tersebut, tujuan pembelajaran yang diharapkan dicapai adalah siswa mampu belajar berpikir kritis, mampu menerapkan Siklus Akuntansi, dan memiliki semangat belajar yang tinggi. Hal ini penting dikuasai oleh seorang siswa jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) khususnya bidang Akuntansi, karena siswa yang belajar Akuntansi disiapkan untuk berurusan dalam bidang Akuntansi misalnya sebagai akuntan sehingga siswa dituntut untuk memahami lebih mendalam. Dengan demikian, siswa yang belajar Akuntansi harus mempelajari kompetensi tersebut dengan baik.

(31)

dikerjakan dengan membuka buku paket atau catatan yang siswi miliki. Dalam permasalahan ini, siswi kurang dituntut aktif dan kreatif, sedangkan guru lebih aktif dalam menerangkan materi pelajaran. Hal ini membuat siswi cepat merasa bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kebosanan akan membuat proses pembelajaran tidak lancar dan siswi cenderung malas berfikir kritis sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai secara efektif dan efesien. Hal ini mengakibatkan beberapa siswi mengobrol dengan temannya, kurang aktif bertanya tentang materi yang belum dipahami, kurang motivasi belajar, dan siswi kurang semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Solusi untuk masalah tersebut adalah membuat proses belajar yang menyenangkan. Proses belajar dapat dilakukan dengan cara membuat siswi berperan lebih aktif daripada guru, sehingga siswi dituntut berpikir lebih dari biasanya dan mengkonstruksi pengetahuan mereka, maka dengan mudah mereka mengerti materi yang dipelajari. Salah satunya dengan penerapan metode Problem Based Learning, karena metode ini cocok diterapkan pada mata pelajaran Akuntansi. Mata pelajaran ini menuntut siswi dapat memiliki keterampilan dalam melakukan pencatatan, pengikhtisaran, dan pelaporan.

(32)

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Motivasi Belajar, Sikap

Kritis, dan Mengembangkan Karakter Sosial Siswi Kelas XI IPS 1 pada Mata Pelajaran Akuntansi”.

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan terjadi ketika siswi kelas XI IPS 1 masih mengalami kesulitan dalam memahami Siklus Akuntansi, kurangnya motivasi, sikap kritis, dan karakter sosial siswi dalam belajar, dikarenakan metode yang digunakan guru adalah metode ceramah selama pembelajaran dan siswi kurang dituntut dalam memecahkan permasalahan Akuntansi.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah disebutkan terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi siswi. Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis batasan masalah diantaranya adalah: 1. Melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

2. Menerapkan model Problem Based Learning untuk meningkatkan motivasi siswi.

3. Menerapkan model Problem Based Learning untuk meningkatkan sikap kritis siswi.

4. Menerapkan model Problem Based Learning untuk meningkatkan perkembangan karakter sosial siswi.

(33)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran model Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswi?

2. Apakah pembelajaran model Problem Based Learning dapat meningkatkan sikap kritis siswi?

3. Apakah pembelajaran model Problem Based Learning dapat mengembangkan karakter sosial siswi?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah:

1. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswi kelas XI IPS 1 melalui model pembelajaran Problem Based Learning.

2. Untuk meningkatkan sikap kritis belajar siswi kelas XI IPS 1 melalui model pembelajaran Problem Based Learning.

3. Untuk mengembangkan karakter sosial siswi kelas XI IPS 1 melalui model pembelajaran Problem Based Learning.

F. Manfaat Penelitian

(34)

1. Bagi siswa

Siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, aktif dan mandiri. Mengembangkan kemampuan kreativitasnya dalam mengemukakan serta menuangkan ide-ide kreatifnya pada mata pelajaran Akuntansi melalui proses Problem Based Learning.

2. Bagi guru

Guru terdorong menemukan metode yang tepat dalam meningkatkan motivasi, sikap kritis dan pengembangan karakter sosial siswi melalui PBL yang mengundang siswi untuk aktif memecahkan masalah yang terjadi. Melatih guru untuk melakukan PTK dan melaporkannya. 3. Bagi sekolah

PTK meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi yang bermutu di SMA dan berbagi informasi dalam menerapkan pembelajaran.

4. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, menerapkan teori yang telah diperoleh selama studi dan untuk memperoleh pengalaman nyata supaya dapat dipraktikkan..

5. Bagi peneliti selanjutnya

(35)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Mulyasa (2010: 10) menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat diartikan sebagai penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik.

Kusumah & Dwitagama (2010: 9), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara: (1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Saur (2014: 15) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata berupa siklus melalui proses kemampuan mendeteksi dan memecahkan masalah.

(36)

praktik-praktik kependidikan mereka, (b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi dimana praktik-praktik tersebut dilaksanakan.

2. Karakteristik PTK

Menurut Saur (2014: 20-21), karakteristik PTK adalah:

a. Permasalahan yang dipecahkan berasal dari masalah praktis serta bersifat kontekstual, spesifik, fleksibel, reflektif, siklus, dan terlokalisasi.

b. Tujuan utamanya berfokus pada perbaikan kinerja pendidik melalui perbaikan kualitas pembelajaran, inovasi pembelajaran, perbaikan hasil belajar akademik maupun non akademik.

c. Problem sholving oriented yaitu berorientasi pada pemecahan masalah yang dihadapi guru dalam proses belajar di kelas.

d. Lingkup penelitian bersifat mikro, dilakukan untuk satu kelas, dan tidak mengganggu proses pembelajaran dimana guru menjalankan tugas secara rutin, karena hasilnya bukan untuk digeneralisasikan melainkan memecahkan masalah secara benar.

e. Variabel atau faktor yang dikaji sesuai dengan permasalahan dan cara pemecahan yang tercermin dalam judul penelitian.

f. PTK bersifat fleksibel dan adaptif.

(37)

a. Masalah yang diteliti adalah masalah nyata yang muncul dari dunia kerja. Dengan demikian PTK didasarkan pada masalah yang benar-benar dihadapi dalam proses belajar mengajar.

b. Berorientasi pada pemecahan masalah peningkatan mutu

PTK dilakukan oleh guru sebagai upaya memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) di kelasnya melalui tindakan sebagai upaya menyempurnakan proses belajar di kelasnya. Bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran dengan asumsi semakin baik kualitas proses pembelajaran maka semakin baik hasil belajar siswa.

c. Siklus

Konsep tindakan (action) siklus dalam PTK terdiri dari empat tahapan, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi), dan analisis (refleksi).

d. Partisipatory (collaborative)

PTK dilaksanakan secara kolaboratif dengan pihak lain seperti teman sejawat yang berperan sebagai pengamat. Kolaborasi dalam pelaksanaannya seperti guru dengan teman sejawat, guru dengan kepala sekolah.

(38)

yang dilakukan secara bertahap dan terus-menerus selama PTK dilakukan. PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesionalisme guru karena PTK mampu membelajarkan guru serta siswa dapat berfikir kritis dan sistematis, mampu membelajarkan rasa keingintahuan siswa, meningkatkan motivasi siswa, dan mampu mengembangkan karakter siswa menjadi lebih baik.

3. Ciri-ciri khusus PTK (Hermawan, 2015: 14) Ciri-ciri khusus penelitian tindakan kelas antara lain:

a. PTK dilaksanakan karena adanya kesadaran diri guru sendiri.

Guru tersadar bahwa pembelajaran yang dilakukan mempunyai kekurangan karena hasil belajar lewat tes tidak sesuai dengan harapan.

b. Penelitian dilakukan melalui refleksi diri

Guru tersadar kalau nilai hasil ulangan siswa yang dilakukan dengan tes ternyata tidak mencapai KKM, maka guru melakukan refleksi diri sehingga guru berusaha untuk memperbaiki apa yang diharapkan

c. PTK dilakukan di kelasnya sendiri

(39)

d. PTK bertujuan memperbaiki proses pembelajaran dan memperbaiki hasil belajar anak didik agar meningkat optimal.

4. Prinsip PTK (Hermawan, 2015: 16-17)

Prinsip adalah sikap mental yang dipakai sebagai pedoman terhadap suatu hal, agar suatu hal tersebut dapat dijalankan dan tidak mengganggu dengan hal lain. PTK memiliki prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di Sekolah. Prinsip tersebut di antaranya:

a. PTK dilaksanakan tidak menganggu komitmen pembelajaran.

b. PTK terfokus pada masalah nyata yang dihadapi kelas, dan dimulai dari masalah sederhana, menantang dan akurat.

c. PTK memilih strategi, metode dan media yang tepat.

d. PTK mensyaratkan rumusan masalah dan hipotesis meyakinkan.

e. Guru membuat jurnal untuk mencatat perubahan.

f. Guru memiliki kemampuan reflektif.

g. PTK sesuai dengan langkah-langkah.

5. Rencana Kegiatan PTK (Heris Hendriana, 2014: 41-43)

(40)

a. Penyusunan rencana (Planning)

Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Perencanaan disusun pada masalah dan hipotesis tindakan sehingga perubahan yang diharapkan dapat mengidentifikasi hasil proses belajar mengajar sekaligus mengungkap faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan tindakan. Penyusunan rencana siklus I diantaranya:

1) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan.

2) Menentukan pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian.

3) Mengembangkan skenario pembelajaran.

4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

5) Menyiapkan sumber belajar.

6) Mengembangkan format evaluasi dan observasi pembelajaran.

b. Pelaksanaan tindakan (acting)

(41)

c. Pengamatan atau observasi tindakan (Observing)

Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh terkait tindakan. Observasi dalam PTK berupa pengumpulan data perubahan kinerja Proses Belajar Mengajar (PBM). Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan dan tindakan yang telah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil instruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen format observasi dan menilai hasil tindakan format evaluasi yang dikembangkan oleh peneliti.

d. Refleksi terhadap tindakan (reflecting)

Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis. Dalam suatu refleksi yang tajam dan terpercaya akan didapat suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentu langkah tindakan selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan dalam refleksi diantaranya sebagai berikut:

1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap kegiatan tindakan.

(42)

3) Memperkirakan implikasi dari tindakan yang direncanakan.

4) Menjawab penyebab kondisi yang terjadi selama pelaksanaan.

5) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan sebagainya.

6) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.

Secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus. Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain secara berkesinambungan seperti bentuk sebuah spiral. Untuk mempermudah siklus yang dimaksud dalam penelitian ini, akan digambarkan siklus PTK sebagai berikut:

Gambar 2.1

Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

(43)

6. Tujuan PTK (Kunandar, 2008: 63-64)

Dari adanya siklus 1, siklus 2 pada gambar 2.1 di atas, ada tujuan penelitian tindakan kelas diantaranya sebagai berikut:

a. Untuk memecahkan masalah nyata yang terjadi di dalam kelas dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik di kalangan para guru.

b. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus-menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.

c. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran.

d. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

e. Meningkatkan profesional pendidik dan tenaga kependidikan.

f. Tercipta sikap siswa & guru yang proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran secara berkelanjutan.

(44)

7. Kelebihan dan Kelemahan PTK

PTK sebagai jenis penelitian, memiliki kelebihan dan kelemahan, yaitu:

a. Kelebihan PTK

Shumsky (1982) dalam buku (Kunandar, 2008: 69), kelebihannya adalah sebagai berikut:

1) Kerja sama dalam PTK menimbulkan rasa memiliki.

2) Kerja sama dalam PTK mendorong kreativitas dan pemikiran kritis dalam hal ini guru yang sekaligus menjadi peneliti.

3) Melalui kerja sama, kemungkinan untuk adanya perubahan lebih baik akan meningkat.

4) Kerja sama dalam PTK meningkatkan kesepakatan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

b. Kelemahan PTK

Shumsky (1982) dalam buku (Kunandar, 2008: 69), kelemahannya adalah sebagai berikut:

1) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar PTK pada pihak peneliti (guru).

(45)

menjadi kendala yang besar. Hal ini belum optimal karena kegiatan rutinnya dan aktivitas PTK.

3) Guru harus peka terhadap kelas. Bila tidak, maka penilaian cenderung tidak objektif.

8. Jenis-jenis PTK

Berdasarkan sumber http://www.seputarpengetahuan.com/2016/04/4-jenis-penelitian-tindakan-kelas-dan-penjelasannya.html, jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ada empat, beberapa diantaranya sebagai berikut:

a. Penelitian Tindakan Kelas Diagnostik

Suatu penelitian tindakan kelas diagnostik adalah penelitian yang dirancang dengan menuntun penelitian ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang terdapat dalam latar belakang penelitian, sebagai contoh peneliti berupaya menangani perselisihan, perkelahian, dan konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu Sekolah atau kelas.

b. Penelitian Tindakan Kelas Partisipan

(46)

partisipan dapat juga dilakukan di Sekolah secara langsung sejak awal penelitian hingga berakhirnya penelitian.

c. Penelitian Tindakan Kelas Empiris

Suatu penelitian tindakan kelas empiris terjadi apabila peneliti berupaya melaksanakan suatu tindakan atau aksi dan membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi tersebut berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitiannya berkenaan dengan penyimpangan catatan dan pengumpulan pengalaman peneliti dalam pekerjaan sehari-hari.

d. Penelitian Tindakan Kelas Eksperimental

Suatu penelitian tindakan kelas eksperimental terjadi apabila penelitian tindakan kelas ini dapat diselenggarakan dengan berupaya menerapkan teknik atau strategi secara efektif dan efesien di dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari strategi atau teknik yang diterapkan penelitian tindakan kelas ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

B. Pendekatan Saintifik

1. Pengertian Pendekatan Saintifik

(47)

mengkontruksi konsep melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep. Menurut Iskandar (2008: 16), pendekatan saintifik (ilmiah) adalah suatu proses penyelidikan secara sistematik yang terdiri atas bagian-bagian yang saling bergantung (interdependent).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah suatu proses ilmiah yang membuat siswa lebih berpikir dalam menyelesaikan dan menyelidiki masalah yang diberikan (misalnya: masalah pada dunia nyata), serta bertujuan supaya siswa mampu menarik kesimpulan dari tahapan-tahapan yang diminta.

2. Karakteristik Pendekatan Saintifik

Menurut Daryanto (2014: 53), pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik yaitu:

a. Berpusat pada siswa.

b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkontruksi konsep.

c. Melibatkan proses kognitif dalam merangsang intelek, khususnya keterampilan tingkat tinggi atau berpikir kritis.

(48)

3. Kegiatan Pembelajaran melalui Pendekatan Saintifik

Menurut teori Dyer (Ridwan Abdullah Sani, 2014: 53), dapat dikembangkan pendekatan saintifik (scientific approach) dalam pembelajaran memiliki komponen proses pembelajaran antara lain: 1) mengamati; 2) menanya; 3) mencoba/ mengumpulkan informasi; 4) menalar/asosiasi, membentuk jaringan (melakukan komunikasi).

Gambar 2.2

Komponen Pendekatan Pembelajaran Saintifik

Sumber: Daryanto, 2014: 59

Menurut M. Hosnan (2014: 39), bentuk kegiatan pembelajaran melalui pendekatan saintifik dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1

Aktivitas Kegiatan Pembelajaran Pendekatan Saintifik Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Observing

(mengamati)

Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak (tanpa dan dengan alat).

Questioning (menanya)

(49)

Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Experiment (mencoba/

pengumpulan data)

Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen, dan lain-lain). Associating (menalar/

mengasosiasi)

Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data kategori, menyimpulkan dari hasil analisis data.

Networking

Membentuk jaringan / mengkomunikasikan)

Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, bagan, gambar atau media lainnya.

Berikut ini masing-masing kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran saintifik yang diungkapkan oleh Ridwan Abdullah Sani (2014: 54-72) adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengamatan atau observasi

(50)

b. Mengajukan pertanyaan

Siswa perlu dilatih untuk merumuskan pertanyaan terkait dengan topik yang dipelajari. Aktivitas belajar ini sangat penting untuk meningkatkan keingintahuan dalam diri siswa sehingga terbentuk pemikiran/sikap kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk belajar. Guru perlu mengajukan pertanyaan dalam upaya memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan.

c. Melakukan eksperimen/percobaan/memperoleh informasi

Belajar dengan pendekatan ilmiah akan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas menyelidiki fenomena dalam upaya menjawab suatu permasalahan. Guru dapat menugaskan siswa untuk mengumpulkan data dalam berbagai sumber. Guru perlu mengarahkan siswa dalam merencanakan aktivitas, melaksanakan dan melaporkan aktivitas yang telah dilakukan.

d. Mengasosiasi/menalar

(51)

e. Membangun/mengembangkan jaringan dan komunikasi.

Sebuah jaringan terbentuk ketika siswa berpartisipasi dalam kegiatan diskusi. Kemampuan untuk membangun jaringan dan berkomunikasi perlu dimiliki oleh siswa karena kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Bekerja sama dalam kelompok merupakan salah satu cara membentuk kemampuan siswa untuk dapat membangun jaringan dan komunikasi.

C. Problem Based Learning

1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

PBL dikembangkan tahun 1970-an di McMaster University di Canada, kini metode sudah merambah ke berbagai lembaga pendidikan di dunia. Dengan perkembangan yang pesat, rumusannya juga beragam. Salah satu yang cukup mewakili, adalah rumusan yang diungkapkan menurut Prof. Howard Barrows dan Kelson (Amir, 2009: 21-22), adalah:

Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses

(52)

Rumusan dari Dutch (1994) berikut ini akan membantu kita lebih memahami lagi apa itu PBL.

PBL merupakan metode intruksional yang menantang siswa agar

“belajar untuk belajar”, bekerjasama dengan kelompok untuk

mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan siswa berpikir kritis dan analitis, serta menggunakan sumber belajar yang sesuai.

Dari kedua definisi tersebut, terlihat bahwa materi pelajaran bercirikan ada masalah. Dalam proses PBL, sebelum kelas dimulai, siswa akan diberikan masalah-masalah. Masalah yang disajikan adalah masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata. Semakin dekat dengan dunia nyata, akan semakin baik pengaruhnya pada peningkatan kecakapan belajar siswa. Dari masalah yang diberikan ini, siswa bekerja sama dalam berkelompok, mencoba memecahkannya dengan pengetahuan yang mereka miliki, dan sekaligus mencari informasi baru yang relevan untuk solusinya. Di sini, tugas guru sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa dalam mencari dan menemukan solusi yang diperlukan.

2. Ciri-ciri PBL

(53)

Menurut M. Hosnan (2014: 300) ciri-ciri PBL diantaranya, yaitu: a. Mengajukan masalah atau pertanyaan

Pembelajaran pada masalah atau pertanyaan penting bagi siswa atau masyarakat. Pertanyaan atau masalah diajukan harusnya memenuhi kriteria autentik, jelas, mudah dipahami, luas, dan bermanfaat. b. Keterkaitan dengan berbagai masalah disiplin ilmu

Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah hendaknya mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu. c. Penyelidikan yang autentik

Penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis masalah bersifat autentik. Selain itu penyelidikan diperlukan untuk mencari penyelesaian masalah yang bersifat nyata. Siswa menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, menarik kesimpulan, dan menggambarkan hasil akhir. d. Menghasilkan karya

Pada pembelajaran berbasis masalah, siswa bertugas menyusun hasil penelitiannya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya. Artinya, hasil penyelesaian masalah siswa ditampilkan atau dibuatkan laporannya.

e. Kolaborasi

(54)

baik dalam kelompok kecil maupun besar, dan bersama-sama antar siswa dengan guru.

Penyajian sebuah masalah dapat membuat siswa lebih baik dalam belajar. Menurut Savin; Badin, 2000 & Moust, Bouhuijs, Schmidt, 2001 (Amir, 2009: 23), diungkapkan bahwa belajar tidak sekedar mengingat, meniru, mencontoh, begitu pula dengan PBL sebuah “masalah” tidak

sekedar “latihan” yang diberikan setelah contoh-contoh soal disajikan.

Dalam cara belajar konvensional, guru sering menerangkan, memberikan contoh-contoh soal sekaligus langkah-langkah untuk menyelesaikan soal. Kemudian pendidik memberikan berbagai variasi latihan dimana pemelajar menjawab pertanyaan serupa. Berikut dijelaskan tabel bahwa PBL berbeda dengan pendekatan lainnya.

3. Perbedaan PBL dengan metode lain (Amir, 2009: 23) Tabel 2.2

Perbedaan PBL dengan Metode Lain

Metode Belajar Deskripsi

Ceramah Informasi dipresentasikan dan didiskusikan oleh guru dan siswa.

Kasus atau studi kasus

Pembahasan kasus biasanya dilakukan diakhir perkuliahan dan selalu disertai dengan pembahasan di kelas dengan materi (dan sumber-sumber) atau konsep terkait dengan kasus. Berbagai materi terkait dan pertanyaan yang diberikan pada guru.

(55)

Untuk mendukung strategi belajar mengajar berbasis masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan. Materi pelajaran tidak terbatas hanya pada satu buku teks sekolah, tetapi juga dapat diambil dari sumber lingkungan seperti peristiwa dalam lingkungan sekolah, peristiwa dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Menurut Gulo, pemilihan materi memerlukan beberapa kriteria sebagai berikut:

a. Bahan pelajaran bersifat controversial. Bahan ini dapat direkam dari peristiwa konkret dalam bentuk audio visual atau kliping.

b. Bahan bersifat umum sehingga tidak terlalu asing bagi siswa.

c. Bahan mendukung pengajaran dan pokok bahasan dalam kurikulum sekolah.

d. Bahan mencakup kepentingan orang banyak dalam masyarakat.

e. Bahan tersebut merangsang perkembangan kelas yang mengarah pada tujuan yang dikehendaki.

f. Bahan menjamin kesinambungan pengalaman siswa.

Penjelasan di atas menerangkan bahwa “masalah” yang biasa

seperti “pertanyaan untuk diskusi”, tidak sama dengan “masalah” dalam

(56)

4. Prinsip-Prinsip PBL (M. Hosnan, 2014: 300-301)

Prinsip-prinsip utama PBL adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila diselesaikan. Pemilihan dan penetuan masalah nyata ini dapat dilakukan oleh guru maupun peserta didik yang disesuaikan dengan kompetensi dasar tertentu.

Masalah bersifat terbuka, yaitu masalah yang memiliki banyak jawaban atau strategi penyelesaian yang mendorong keingintahuan peserta didik untuk mengidentifikasi strategi dan solusi. Masalah juga bersifat tidak terstruktur dengan baik yang tidak dapat diselesaikan secara langsung dengan cara menerapkan formula atau strategi tertentu. Perlu informasi lebih lanjut untuk memahami serta perlu mengkombinasikan beberapa strategi atau bahkan mengkreasi strategi sendiri untuk menyelesaikannya.

5. Langkah-langkah dalam PBL

(57)

a. Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

b. Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mengidentifikasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

c. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok

Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai materi, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, video, dan model serta membantu berbagai tugas dengan temannya.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

f. Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.

6. Manfaat PBL

(58)

siswa, siswa terbiasa mengatur dirinya sendiri (self directed). Smith (Amir, 2009: 27-29) menemukan bahwa manfaat PBL adalah:

a. Meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analisis, sistematis dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam mencapai sikap ilmiah.

b. Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi ajar. Dengan konteks yang dekat dan sekaligus melakukan deep learning (melakukan penyelidikan pembelajaran) maka siswa akan

lebih memahami materi.

c. Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan.

Dengan adanya kemampuan guru membangun masalah yang berkaitan dengan konteks praktik, siswa bisa lebih baik dalam operasinya dilapangan.

d. Mendorong untuk berpikir.

Guru tidak perlu terburu-buru menyimpulkan tetapi didalam proses belajar siswa diharapkan untuk kritis dalam memecahkan, mencoba menemukan argumen, menumbuhkan rasa ingin tahu dengan berpikir

(59)

hubungan interpersonal, mempertimbangkan strategi, serta mampu menentukan keputusan.

f. Membangun kecakapan belajar. Siswa dibiasakan untuk mampu belajar terus menerus. Ilmu, keterampilan yang mereka butuhkan nanti akan terus berkembang, apapun bidang pekerjaannya.

g. Memotivasi siswa. Dengan PBL, kita punya peluang untuk membangkitkan minat dari dalam diri siswa, karena kita menciptakan masalah dengan konteks pekerjaan. Dengan masalah yang menantang, diupayakan mereka bergairah untuk menyelesaikannya dengan baik.

Hasil dari PBL adalah peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan, peserta didik mempunyai keterampilan mengatasi masalah, peserta didik mempunyai kemampuan mempelajari peran orang dewasa, dan peserta didik menjadi pembelajaran yang mandiri dan independen. 7. Kelebihan dan Kelemahan PBL (Aris Shoimin, 2014:132)

a. Kelebihan PBL

Ada beberapa kelebihan yang menjadi prioritas PBL diantaranya sebagai berikut:

1) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dengan situasi nyata.

(60)

3) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari siswa. Hal ini mengurangi beban siswa untuk menghafal atau menyimpan informasi.

4) Terjadinya aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.

5) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik dari perpustakaan , internet, dan observasi.

6) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.

7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dengan kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.

8) Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.

b. Kelemahan PBL (Aris Shoimin, 2014:132)

Aris mengatakan ada beberapa kelemahan PBL yakni sebagai berikut:

1) PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu kaitannya dengan pemecahan masalah.

(61)

3) Tidak semua siswa mampu memecahkan masalah yang diberikan guru.

D. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif, berarti keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang itu, kekuatan inilah yang kita sebut motif (Suryabrata, 1984: 72).

Motivasi adalah suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau dapat juga dikatakan sebagai daya (energy) dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam individu (organisme) untuk bergerak (to move)

ke arah tujuan tertentu, baik disadari ataupun tidak disadari. Motivasi ini muncul dan tumbuh berkembang dalam diri seseorang baik dari dalam diri individu (intrinsic) dan dari luar individu / lingkungan (extrinsic).

(62)

mencapai suatu hasil tertentu). Bisa dikatakan bahwa awal motivasi karena manusia mempunyai kebutuhan, sehingga dikatakan bahwa motivasi adalah penggerak tingkah laku ke arah tujuan dan didasari adanya suatu kebutuhan.

Menurut Winkel (1987: 93), motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi menggapai tujuan tertentu.

Dapat disimpulkan bahwa motivasi menjadi salah satu prasyarat penting dalam belajar. Mulai dari kepribadian siswa dan kemampuan siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah, hadiah-hadiah yang didapat karena telah belajar, situasi belajar yang mendorong siswa untuk belajar, dan sebagainya. Motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi, tidak akan melakukan aktivitas belajar.

2. Pentingnya Motivasi dalam Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 85-86), motivasi perilaku manusia berasal dari kekuatan mental umum, insting, dorongan, kebutuhan, proses kognitif dan interaksi. Bagi siswa pentingnya motivasi adalah sebagai berikut:

(63)

juga membaca buku tersebut, tetapi ia kurang menangkap isi, maka ia terdorong membaca lagi.

b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan teman sebayanya. Contoh siswa belum terbukti bahwa ia sudah menguasai materi, maka ia belajar setekun temannya yang belajar dan berhasil.

c. Mengarahkan kegiatan belajar. Contoh seorang siswa belum belajar secara serius sehingga nilainya jelek, peran guru adalah menasihatinya sehingga siswa tersebut mengubah perilaku belajarnya.

d. Membesarkan semangat belajar.

e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja.

Sedangkan bagi guru pentingnya motivasi adalah:

a. Membangkitkan, meningkatkan, memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil.

b. Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas.

c. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara banyak peran.

(64)

Klasifikasi indikator motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno (2007: 23) adalah sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan d. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

e. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

3. Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2010: 85), ada tiga fungsi motivasi belajar, yaitu: a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau

motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendaknya dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan apa yang harus

dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. 4. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

(65)

a. Cita-cita atau aspirasi siswa

Keberhasilan mencapai keinginan menumbuhkan kemauan belajar sehingga akan menumbuhkan cita-cita dalam kehidupan.

b. Kemampuan siswa

Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

c. Kondisi siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi rohani dan jasmani mempengaruhi motivasi belajar.

d. Kondisi lingkungan siswa

Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib, dan indah maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.

5. Bentuk-bentuk motivasi di sekolah

Menurut Sardiman A.M (2008: 91-95), ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di Sekolah, yaitu: a. Memberi angka

Angka sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar. Banyak siswa yang utama mencari nilai atau angka yang baik, sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai raport atau ulangan yang nilainya baik. b. Hadiah

(66)

c. Saingan/kompetisi

Saingan/kompetisi sebagai alat motivasi mendorong belajar siswa. Menumbuhkan kesadaran siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerima sebagai kompetisi sehingga bekerja keras sebagai bentuk motivasi.

e. Memberi ulangan

Siswa akan giat belajar bila mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan juga merupakan sarana memotivasi. f. Mengetahui hasil

Semakin mengetahui hasil belajar meningkat, maka akan ada motivasi pada siswa untuk terus belajar dengan harapan hasil terus meningkat. g. Pujian

Dengan pujian akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

E. Sikap Kritis

1. Pengertian Sikap Kritis

(67)

Dalam psikologi, bersikap kritis didefinisikan sebagai suatu proses mental dalam mengeksplorasi peta pengalaman yang merupakan satu keterampilan bertindak dengan kecerdasan sebagai sumber daya penalaran. Bersikap kritis lebih fokus pada menganalisis dan mengembangkan (Surya, 2015: 117).

2. Keterampilan Berpikir Kritis

Keterampilan Ennis (Surya, 2015: 127), mengungkapkan bahwa ada keterampilan berpikir/bersikap kritis yang diperlukan dalam proses secara efektif, diantaranya sebagai berikut:

a. Memfokuskan pada pertanyaan;

b. Menganalisis argument;

c. Menanyakan dan menjawab pertanyaan;

d. Merumuskan istilah dan menimbang definisi;

e. Mengidentifikasi asumsi;

f. Memutuskan suatu tindakan;

g. Berinteraksi dengan orang lain;

h. Terbuka terhadap pemikiran;

(68)

pengetahuan. Pengetahuan merupakan sesuatu yang digunakan untuk berpikir dan juga diperoleh sebagai hasil berpikir/bersikap kritis.

3. Perencanaan Program Keterampilan Sikap Kritis

Terdapat 3 tahapan pengembangan program keterampilan bersikap kritis: a. Identifikasi keterampilan yang tepat

Ada beberapa macam keterampilan diantaranya adalah: 1) Bersikap kritis

Guna menilai posisi yang bertentangan atau klarifikasi gagasan 2) Membuat keputusan

Guna mencapai keputusan yang terinformasikan.

3) Pemecahan masalah

Guna mencapai satu atau lebih solusi masalah yang memadai. b. Menerapkan Pengajaran

Agar program dapat berjalan dengan efektif, para pengajar harus menyajikan keterampilan dalam urutan yang jelas dan bermakna.

c. Menilai Program

(69)

4. Indikator Kemampuan Bersikap Kritis

Krathwohl (2002: 53) menyatakan bahwa indikator untuk mengukur berpikir/sikap kritis meliputi: menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi.

F. Pengembangan Karakter Sosial Siswa 1. Pengertian Karakter Sosial

Menurut American Dictionary of the English Language (Agus Wibowo, 2015: 7), karakter merupakan istilah yang menunjuk pada nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.

Sementara dalam Kamus Bahasa Indonesia kata “karakter”

diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak.

Karakter dan sosial sama dengan orang yang memiliki watak atau sifat kejiwaan yang mampu berbaur dengan orang lain. Orang berkarakter itu berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak. Berdasarkan definisi singkat di atas kita bisa memahami watak dan sifat seseorang yang menjadi dasar untuk membedakan seseorang dengan yang lainnya dan juga dapat melihat nilai-nilai yang terkandung dalam watak dan sifat seseorang.

(70)

way.” Lickona juga menambahkan bahwa, “Character so conceived has

three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral

behavior.” Proses internalisasi karakter menurut Lickona melalui tiga

tahapan penting:

a. Pertama, anak didik memiliki pengetahuan tentang kebaikan (moral knowing)

b. Kedua, pengetahuan tentang kebaikan selanjutnya timbul komitmen anak didik terhadap kebaikan (moral feeling)

c. Ketiga, setelah anak didik memiliki komitmen tentang kebaikan, mereka akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (moral behavior)

(71)

2. Indikator Pengembangan Karakter Sosial

Dalam silabus akuntansi keuangan SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen diungkapkan indikator pengembangan karakter diantaranya adalah:

a. Memiliki motivasi internal dan menunjukkan rasa ingin tahu dalam menemukan dan memahami pengetahuan dasar tentang komputer akuntansi

b. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, responsif, dan proaktif, dalam berinteraksi secara efektif dalam lingkungan sosial sesuai dengan prinsip etika profesi bidang komputer akuntansi

c. Menghargai kerja individu dan kelompok serta mempunyai kepedulian yang tinggi dalam menjaga keselarasan, lingkungan kerja dan lingkungan alam.

3. Implementasi Saintifik dalam Internalisasi Nilai-Nilai

Gambar

Gambar 2.1  Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Gambar 2.2 Komponen Pendekatan Pembelajaran Saintifik
Tabel 2.2 Perbedaan PBL dengan Metode Lain
Tabel 2.3 Nilai-nilai yang Terkandung dalam Pendidikan Karakter
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara pendapatan keluarga, pendidikan terakhir, usia perkawinan, lama pemakaian alat kontrasepsi

*i*ak di6na3jae sesiFo

MODEL WANATANI KOPI BERBASIS EKOLOGI DI DUSUN BENDOSARI, KOTA

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan informasi akuntansi bagi manajemen dalam pengambilan keputusan pada PT.Panca Kurnia Niaga Nusantara Medan yaitu akuntansi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisik biji kopi (warna, kadar air, bulk density) yang dihasilkan dari tiga perlakuan penundaan pulping yaitu

[r]

Dengan adanya Hijabers Community ini banyak gaya atau cara menggunakan hijab yang lebih modern tapi tetap syar’i.. Kata kunci: hijab, fesyen,

Persediaan Aset Biologis – Sapi potong pada Neraca ; Persediaan sapi ini dinilai pada nilai bruto yang belum ditambahkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan