viii ABSTRAK
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SISWA KELAS XI IPS I SMA
NEGERI 2 NGAGLIK
Mugianto
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) peningkatan motivasi belajar sejarah siswa setelah penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan (2) peningkatan prestasi belajar sejarah siswa setelah penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kurt Lewin, yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 2 Ngaglik, yang berjumlah 32 siswa. Objek penelitian adalah motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Data dikumpulkan dengan menggunakan tes, observasi dan kuesioner. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dengan persentase.
Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan (1) motivasi belajar sejarah siswa, hal ini di tunjukkan dengan skor rata-rata motivasi belajar sejarah keadaan awal 70,38, meningkat pada siklus I menjadi 76 atau 5,62%, pada siklus II meningkat 82,39 atau 6,39%. (2) Prestasi belajar sejarah siswa meningkat baik dari segi nilai KKM maupun dari nilai rata-rata. Dari segi KKM sekolah dengan nilai 75, pada keadaan awal 14 siswa atau 44%, meningkat pada siklus I menjadi 27 siswa atau 81% dan pada siklus II meningkat menjadi 30 siswa atau 94%. Dari segi nilai rata-rata prestasi belajar sejarah siswa yaitu keadaan awal 73,94, meningkat pada siklus I menjadi 78,75 atau 4,81%, pada siklus II meningkat 89,56 atau 10,88%.
ix ABSTRACT
INCREASE MOTIVATION AND ACHIEVEMENT TO LEARN THE HISTORY THROUGH THE LEARNING MODEL OF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) THE STUDENTS OF CLASS XI IPS I
SMA NEGERI NGAGLIK Mugianto
Sanata Dharma University Yogyakarta
2016
This research aims to describe: (1) increase of students’ motivation to learn history through Student Teams Achievement Division (STAD) learning model and (2) increase of students’ achievement to learn history through Student Teams Achievement Division (STAD) learning model.
Researcher used a method of Classroom Action Research by Kurt Lewin, that includes the planning, action, observation, and reflection. The research subject are the 32 students of class XI IPS SMA Negeri 2 Ngaglik. The research object is the motivation and achievement to learn the history of student though Student Teams Achievement Division (STAD) learning model. Data was collected by using the research instrument. Data analysis using descriptive comparative analysis with percentages.
i
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SISWA KELAS XI IPS I SMA
NEGERI 2 NGAGLIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh : Mugianto NIM: 121314024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua orangtua “Mohtar dan Neliana”, adik-adik “Elma Nanda, Aryo Pradana
dan Khalisa Apriliana” yang senantiasa mendukung mendoakanku dan
v MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu
sendiri yang mengubah nasibnya
(Ar-Ra’d : 11)
Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara
viii ABSTRAK
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SISWA KELAS XI IPS I SMA
NEGERI 2 NGAGLIK
Mugianto
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) peningkatan motivasi belajar sejarah siswa setelah penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan (2) peningkatan prestasi belajar sejarah siswa setelah penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kurt Lewin, yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 2 Ngaglik, yang berjumlah 32 siswa. Objek penelitian adalah motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Data dikumpulkan dengan menggunakan tes, observasi dan kuesioner. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dengan persentase.
Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan (1) motivasi belajar sejarah siswa, hal ini di tunjukkan dengan skor rata-rata motivasi belajar sejarah keadaan awal 70,38, meningkat pada siklus I menjadi 76 atau 5,62%, pada siklus II meningkat 82,39 atau 6,39%. (2) Prestasi belajar sejarah siswa meningkat baik dari segi nilai KKM maupun dari nilai rata-rata. Dari segi KKM sekolah dengan nilai 75, pada keadaan awal 14 siswa atau 44%, meningkat pada siklus I menjadi 27 siswa atau 81% dan pada siklus II meningkat menjadi 30 siswa atau 94%. Dari segi nilai rata-rata prestasi belajar sejarah siswa yaitu keadaan awal 73,94, meningkat pada siklus I menjadi 78,75 atau 4,81%, pada siklus II meningkat 89,56 atau 10,88%.
ix ABSTRACT
INCREASE MOTIVATION AND ACHIEVEMENT TO LEARN THE HISTORY THROUGH THE LEARNING MODEL OF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) THE STUDENTS OF CLASS XI IPS I
SMA NEGERI NGAGLIK Mugianto
Sanata Dharma University Yogyakarta
2016
This research aims to describe: (1) increase of students’ motivation to learn history through Student Teams Achievement Division (STAD) learning model and (2) increase of students’ achievement to learn history through Student Teams Achievement Division (STAD) learning model.
Researcher used a method of Classroom Action Research by Kurt Lewin, that includes the planning, action, observation, and reflection. The research subject are the 32 students of class XI IPS SMA Negeri 2 Ngaglik. The research object is the motivation and achievement to learn the history of student though Student Teams Achievement Division (STAD) learning model. Data was collected by using the research instrument. Data analysis using descriptive comparative analysis with percentages.
The result of this result indicated that the students motivation to learn had increased toward the history during the application of learning model Student Teams Achievement Division (STAD). (1) The students’ motivation to learn history, that was shown by an average score of motivasion to learn the history of the initial state of 70,38 increased in the first cycle become 76 or 5,62%, on the second cycle increased 82,39 or 6,39%. (2) The student learning achievement of history increased both the KKM and the average of the value. In terms of school’s KKM was 75, the initial state of 14 student 44%, increased in the first cycle to 27 students or 81% and the second cycle increased to 30 students or 94%. In terms of the average score of learning history student achievement was the initial state 73.94, increased in the first cycle to 78.75, or 4.81%, on the second cycle increased 89.56, or 10.88%.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan
Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD) Siswa Kelas XI IPS I Negeri 2 Ngaglik”. Skripsi
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar sarjana (S1) di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan dukungan
kepada penulis selama belajar di Program Studi Pendidikan Sejarah.
3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan
tulus meluangkan waktu untuk membantu, mengarahkan serta memberikan
dorongan sampai skripsi ini selesai.
4. Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang
telah memberikan dukungan selama penulis menyelesaikan studi di
Universitas Sanata Dharma.
5. Pemerintah Kutai Barat yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk belajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
6. Ibu Martini yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk masuk ke
xi
7. Darwito S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Ngaglik yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Ibu Dra Siti Aptinah, selaku guru mata pelajaran yang telah bersedia
membantu penulis dalam melakukan penelitian.
9. Seluruh siswa SMA Negeri 2 Ngaglik, khususnya siswa kelas XI IPS I.
10.Teman sesama peneliti yaitu Dewi Asmarawati Gulo dan Ignatus Galih
Prasetyo yang telah mendukung dalam penelitian ini.
11.Kedua orangtuaku “Mohtar dan Neliana”, adik-adikku “Elma Nanda, Aryo
Pradana dan Khalisa Aprilia” yang senantiasa mendukung mendoakanku dan
menyayangiku tiada henti.
12.Teman-teman angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Sejarah dan
teman-teman jalur kerja sama Kutai Barat yang telah mendukung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan masukan yang membangun. Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi yang membaca.
Yogyakarta, 4 Oktober 2016
Penulis
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PESEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 4
E. Pemecahan Masalah ... 5
F. Tujuan Penelitian ... 5
xiii BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Motivasi ... 7
a. Pengertian motivasi ... 7
b. Jenis-jenis Motivasi ... 8
2. Konsep Belajar ... 9
3. Prestasi Belajar ... 11
a. Penegertian Prestasi Belajar ... 11
b. Guna Prestasi Belajar ... 12
4. Teori Kontruktivisme ... 13
5. Pembelajaran Kooperatif ... 14
a. Pengetian pembelajaran Kooperatif ... 14
b. Tipologi Pembelajaran Kooperatif ... 15
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 15
d. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif... 16
e. Prosedur Pembelajaran Kooperatif ... 16
f. Langkah-langkah Pembeljaran kooperatif ... 17
g. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif ... 18
6. Metode pengajaran tipe STAD... 18
a. Pengertian pembelajaran tipe STAD ... 18
b. Fase-fase Pembelajaran Kooperatif... 21
c. Komponen dan langkah-langkah STAD ... 22
7. Konsep Sejarah... 23
8. Materi Pelajaran ... 25
B. Penelitian yang Relevan ... 25
C. Kerangka Berfikir... 26
xiv BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 28
B. Setting Penelitian ... 29
1. Tempat Penelitian... 29
2. Waktu Penelitin ... 29
C. Subjek Penelitian ... 29
D. Objek Penelitian ... 30
E. Devinisi Operasional ... 30
1. Motivasi ... 30
2. Belajar ... 30
3. Prestasi ... 30
4. Pembelajaran Kooperatif ... 31
5. Model STAD ... 31
F. Variabel-variabel penelitian ... 32
G. Metode pengumpulan data ... 32
H. Instrumen pengumpulan data ... 33
I. Desain Penelitian ... 36
J. Teknik Analisis data ... 37
K. Prosedur penelitian ... 45
L. Indikator Keberhasilan ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ... 50
1. Observasi Pra Penelitian ... 50
2. Deskripsi pelaksanaan siklus I ... 58
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 71
B. Komparasi Kegiatan Belajar, Motivasi dan Prestasi ... 82
1. Komparasi Kegiatan Belajar Sejarah Siswa ... 82
2. Komperasi motivasi Belajar Sejarah siswa ... 86
3. Komperasi Prestasi Belajar Sejarah siswa ... 90
xv BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 99
B. Saran ... 100
Daftar Pustaka ... 101
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Proses Pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan Prestasi
Belajar Sejarah siswa ... 30
Gambar II : Bagan Siklus Penelitian ... 36
Gambar III : Diagram Kondisi Awal Motivasi Belajar Siswa ... 55
Gambar IV : Diagram Keadaan Awal Prestasi Belajar Siswa ... 57
Gambar V : Diagram Motivasi Siklus I... 67
Gambar VI : Diagram Prestasi Siklus I ... 69
Gambar VII : Diagram Motivasi Belajar siswa Siklus II ... 78
Gambar VIII : Diagram Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 80
Gambar IX : Grafik Komparasi Motivasi Belajar Sejarah Siswa ... 89
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Fase-fase Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 21
Tabel 2 : Penilaian kegiatan Belajar siswa ... 38
Tabel 3 : Keterangan Penilaian Acuan Patokan 1 ... 39
Tabel 4 : Analisis Tingkat Kegiatan Siswa ... 39
Tabel 5 : Contoh Tabel Angket Motivasi Belajar Siswa ... 40
Tabel 6 : Keterangan Penilaian Acuan Patokan 1 ... 41
Tabel 7 : Analisis Motivasi Belajar Sejarah Siswa ... 41
Tabel 8 : Keterangan Penilaian Acuan Patokan 1 ... 42
Tabel 9 : Analisis Prestasi Belajar Sejarah Siswa ... 42
Tabel 10 : Analisis Komparatif Kegiatan Belajar Siswa ... 44
Tabel 11 : Analisis Komparatif Motivasi Belajar Siswa ... 45
Tabel 12 : Analisis Komparatif Prestasi Belajar Siswa ... 45
Tabel 13 : Indikator Keberhasilan Motivasi dan Prestasi Belajar ... 49
Tabel 14 : Data Obeservasi Pra Penelitian Terhadap Kegiatan Belajar ... 51
Tabel 15 : Data Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa ... 53
Tabel 16 : Data Kategori Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa ... 54
Tabel 17 : Data Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa ... 56
Tabel 18 : Data Presentase Keadaan Awal Prestasi Belajar Siswa ... 57
Tabel 19 : Kegiatan Belajar Siswa ... 59
Tabel 20 : Data Observasi Kegiatan Belajar Sejarah Siswa Siklus I ... 63
Tabel 21 : Data Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 65
Tabel 22 : DataKategori Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa ... 66
Tabel 23 : Data Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 67
xviii
Tabel 25 : Data Kegiatan Belajar Sejarah Siswa pada Siklus II ... 74
Tabel 26 : Data Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 76
Tabel 27 : Data Kategori Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 77
Tabel 28 : Data Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 79
Tabel 29 : Persentase Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 80
Tabel 30 : Analisi Komparatif Kegiatan Belajar Siswa antara Pra Penelitian dengan Siklus I ... 82
Tabel 31 : Analisis Koparatif Kegiatan Belajar Siswa antara Siklus I dengan Siklus II ... 84
Tabel 32 : Analisis Komperatif Motivasi Belajar Siswa antara Pra Penelitian Dengan Siklus I ... 86
Tabel 33 : Analisis Komparatif Motivasi Belajar Siswa antara Siklus I Dengan Siklus II ... 87
Tabel 34 : Komparatif Motivasi Belajar Siswa ... 89
Tabel 35 : Analisis Komperatif Prestasi Belajar Sejarah Siswa ... 90
Tabel 36 : Peningkatan Prestasi Belajar Sejarah Siswa ... 92
Tabel 37 : Analisis Komparatif Prestasi Belajar Sejarah Siswa ... 92
xix LAMPIRAN
Lampiran 1a : Surat ijin penelitian dari Universitas Sanata Dharma ... 103
Lampiran 1b : Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 104
Lampiran 2 : Silabus ... 105
Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 122
Lampiran 5 : Kisi-kisi motivasi ... 156
Lampiran 6 : Angket motivasi ... 157
Lampiran 7 : Kisi-kisi soal siklus I ... 160
Lampiran 8 : Kisi-kisi soal siklus II ... 163
Lampiran 9 : Soal siklus I ... 167
Lampiran 10 : Soal siklus II ... 174
Lampiran 11 : Lembar jawaban ... 181
Lampiran 12a : Validitas Motivasi Prasiklus ... 182
Lampiran 12b : Validitas Motivasi Siklus I ... 183
Lampiran 12c : Validitas Motivasi Siklus II ... 184
Lampiran 12d : Reliabilitas Motivasi Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ... 185
Lampiran 13a : Validitas Prestasi Siklus I ... 186
Lampiran 13b : Validitas Prestasi Siklus II ... 187
Lampiran 13c : Reliabilitas Tes Prestasi Siklus I dan Siklus II ... 188
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang menentukan kualitas hidup di suatu
bangsa. Pemerataan pendidikan harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pedidikan secara nasional. Peran pendidikan yang sangat penting untuk
menciptakan kehidupan cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Maka
pembaharuan pendidikan harus dilakukan, Ada tiga hal yang harus diamati, yaitu
pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan efektivitas
metode pembelajaran. Pendidikan menjadi hal utama yang penting dalam
memperoleh kehidupan yang lebih layak bagi kehidupan warga negara. Maka dari
itu pendidikan selalu diperbaharui oleh pemerintah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengikuti perkembangan yang ada. Namun dengan adanya
perkembangan zaman dan perubahan kurikulum dengan mengikuti arus kemajuan
yang ada, ternyata belum diikuti oleh para pendidiknya, yaitu tenaga pengajar.
Penggunaan model pembelajaran yang konvensional dalam prosesnya
mengakibatkan peserta didik kurang terlihat aktif mengikuti pembelajaran,
khususnya pembelajaran sejarah.
Pesatnya perkembangan pendidikan membuat semakin dituntutnya
peranan siswa, yang pertamanya guru sebagai pusat perhatian sekarang berbalik
siswa yang menjadi pusat dan guru hanya sebagai pembimbing dalam proses
pembelajaran. Siswa dituntut untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri.
dengan adanya perubahan mengenai peranan siswa menjadi aktif maka saat ini
2
sekarang ini sangat membantu di dalam meningkatkan motivasi siswa untuk
melatih diri terbiasa dengan cara belajar yang mandiri tanpa harus tergantung pada
guru dan bisa memperoleh keberhasilan. Guru bertugas sebagai pembimbing
siswa antara lain sebagai penglola kelas, mediator, fasilitator serta sebagai
evaluator untuk mencapai tujuan dalam kegiatan belajar. Namun peran guru juga
sangat penting peranannya saat di kelas. Keberhasilan pembelajaran ditentukan
banyak faktor diantaranya guru.1
Menurut Degeng yang di kutip oleh Sugiyono menyatakan bahwa daya
tarik suatu mata pelajaran (pembelajaran) ditentukan oleh dua hal, pertama oleh
mata pelajaran itu sendiri dan kedua oleh cara mengajar guru.2 Kebanyakan guru
dalam mengajar cenderung menghapal dan konvensional, serta peseerta didik juga
pasif dalam belajar. Situasi belajar demikian membuat kurangnya keaktifan
belajar sejarah. Oleh karena itu tugas profesional seorang guru adalah pelajaran
yang sebelumnya tidak menarik menjadi menarik, yang dirasakan sulit menjadi
mudah, yang tadinya tidak berarti menjadi bermakna.3
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas XI IPS 1
SMA Negeri 2 Ngaglik, mengalami kekurangaktifan siswa di dalam mengkuti
proses belajar mengajar terlihat dari antusias siswa yang kurang seperti
mengobrol, keluar masuk kelas, mengantuk bahkan ada yang tertidur, bermain
handphone, dan mengganggu lain siswa lain. Hal ini menunjukan bahwa motivasi
belajar sejarah siswa kelas XI IPS I sangat kurang dan dengan motivasi yang
1 H. Isjoni dan Arif Ismail, Model-model Pembelajaran Mutakhir,Yogyakarta, Pustaka Pelajar,
2008, Hlm 146
3
kurang maka akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Model yang dipakai
dalam pembelajaran juga kurang menarik karena medelnya hanya ceramah dan
tanya jawab sehingga siswa menjadi bosan. Dengan model yang monoton akan
membuat siswa bosan maka dibutuhkan model pembelajaran yang menyenangkan
bagi siswa, seperti model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division (STAD).
Ketidak berhasilan siswa ini dapat dilihat dengan rendahnya motivasi dan
prestasi belajar sejarah. Model dalam mengajar mata pelajaran sejarah harus tepat
agar dapat menarik simpati siswa. Model ini akan membantu proses belajar agar
sampai pada tujuan yang diharapkan. Oleh sebab itu, pada masa sekarang perlu
inovasi baru dalam mata pelajaran sejarah di dalam kelas, yakni menggunakan
model pembalajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Model
pembalajaran ini sangat berpusat pada kerja sama, tanggung jawab, kecepatan,
serta persaingan sehat dalam memecahkan suatu masalah dan dilakukan secara
berkelompok. Selain itu model pembelajaran ini dapat membantu peserta didik
untuk saling memahami, saling menghargai dan serta saling menghormati apabila
terjadi perbedaan pendapat di antara mereka. Diharapkan dengan penerapan
model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat
4 B.Identifikasi Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat di identifikasikan
permasalahan sebagai berikut:
1. Peserta didik kurang aktif di dalam proses pembelajaran
2. Peserta didik menganggap pelajaran sejarah adalah pelajaran yang kurang
menarik
3. Sebagian siswa kurang memiliki motivasi yang besar untuk belajar sejarah
4. Rendahnya prestasi belajar siswa
C.Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS 1
SMA Negeri 2 Ngaglik
D. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Apakah penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division
(STAD) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas XI IPS 1 SMA
Negeri 2 Ngaglik?
2. Apakah penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement
Division (STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas XI IPS
5 E. Pemecahan Masalah
Cara pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran sejarah. Peneliti mengambil
model pembalajaran tersebut dikarenakan model pembalajaran yang mudah
diterapkan kepada siswa, membuat siswa aktif didalam kelas, toleransi dan
lain-lain.
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas untuk:
1. Meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa pada Kelas XI I SMA Negeri 2
Ngaglik melalui penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement
Division (STAD).
2. Meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa pada kelas XI IPS 1 SMA Negeri
2 Ngaglik melalui penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement
Division (STAD).
G. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat
yaitu:
1. Bagi Sekolah
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan harapan dapat membantu
memberikan wacana bagi para lembaga pendidikan atau sekolah, melihat berbagai
model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menjalankan proses
6 2. Bagi Guru
Penelitian yang dilakukan dengan metode Student Teams Achievement
Division (STAD) ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru-guru
khususnya guru mata pelajaran sejarah dalam penggunaan berbagai model-model
pembelajaran yang bervariasi untuk menyampaikan meteri pembelajaran sejarah
kepada peserta didik.
3. Bagi Siswa
Meningkatkan motivasi belajar siswa dan memudahkan dalam
mempelajari sejarah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dan sebagai wahana baru dalam proses belajar mengajar.
4. Bagi Peneliti
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran
Student Teams Achievement Division (STAD) ini diharapkan dapat memberikan
pengalaman dan wacana mengenai penggunaan variasi model-model
pembelajaran dalam pembelajaran sejarah. Selain itu dapat menjadi acuan ketika
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan berbagai kajian teori dari beberapa
sumber yang tersaji sebagai berikut:
1. Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa motivasi adalah
dorongan yang timbul pada diri seorang secara sadar atau tidak sadar untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Atau usaha-usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu bergerak melakukan suatu
kerena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan
dengan perbuatanya.
Motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diarikan sebagai “daya
penggerak yang menjadi aktif” Motif menjadi aktif pada saat-saat tertetu, terutama
bila kebutuhan unruk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. Motivasi
banyak memiliki banyak persamaan makna atau beberapa istilah memiliki makna
seperti motivasi dalam berbagai literatur, seperti needs, drives, wants, imteres,
desires. Motivasi merupakan perilaku yang akan menentukan kebutuhan (needs)
atau wujud perilaku mencapai tujuan4.
Menurut Glaitman pengertian dasar motivasi ialah keadaan intern organism
baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam
4 Kompri. Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa. PT Remaja Rosdakarya. Bandung .
8
pengertian ini motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku
secara terarah. Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata, motif adalah keadaan
dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini motif bukanlah hal
yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya ada sesuatu
yang dapat disaksikan.
Mc Donald dalam Wasti Sumanto, memberikan pengertian motivasi yakni
suatu perubahan tenaga dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai dengan
dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Purwanto
mengemukakan bahwa motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang
untuk bertindak melakukan. Ahmad Thanthowi, juga mengemukakan bahwa
tindakan belajar yang bermotif dapat diakatakan sebagai tindakan belajar yang
dilakukan oleh anak didik yang didorong oleh kebutuhan yang dirasakannya,
sehingga tindakan itu dituju kearah suatu tujuan yang didiamkan.
b. Jenis-Jenis Motivasi
Woodworrh mengolongkan/membagi motif-motif menjadi tiga golongan,
yakni:
1. Kebutuhan-kebutuhan organis, yakni motif-motif yang berhubungan dengan
kebutuhan-kebutuhan bagian dalam dari tubuh.
2. Motif-motif darurat, yakni motif-motif yang timbul jika situasi menuntut
timbulnya tindakan kegiatan yang cepat dan kuat dari kita. Dalam hal ini
9
3. Motif objetif, yakni motif yang mengarahkan kepada suatu objek atau tujuan
tertentu disekitar kita. Motif ini timbul karena adanya dorongan dari dalam diri.
Sumadi Subrata juga membedakan motif menjadi dua, yakni motif
ekstrinsik dan intrinsik
1. Motif ekstrinsik, yakni motif-motif yang berfungsinya karena adanya
perangsangan dari luar, misalnya orang belajar giat karena diberitahu bahwa
sebentar lagi akan ada ujian, orang membaca sesuatu karena diberi tahu bahwa
hal itu harus dilakukannya sebelum ia dapat melamar pekerjaan, dan
sebagainya.
2. Motif intrinsik, yaitu motif-motif yang fungsinya tidak perlu dirangsang dari
luar. Memang dalam arti individu sendiri telah ada dorongan itu. Misalnya
orang yang gemar membaca tidak usah ada yang mendoronganya telah mencari
buku-buku untuk dibacanya, orang yang rajin dan beranggung jawab tidak usah
menanti komando sudah belajar secara sebaik-baiknya.5
2. Konsep Belajar
Menurut pegertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Jadi pengertian belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Melalui interaksi
10
dengan lingkungan, seseorang dapat memperoleh perubahan tingkah laku sesuai
kebuutuhannya sendiri, sehingga dapat menghasilkan perolehannya tersebut
melalui tingkah lakunya setiap hari.6
Belajar hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada
disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada
tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan
proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Sedangkan Witherington
(1952) menyebut bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang
dimanivestasikan sebagai suatu pola-pola respons yang berupa keterampilan,
sikap, kebiasaan, kecakapan dan pemahaman.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan beberapa hal menyangkut
pengertian belajar sebagai berikut:
a. Belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang dimulai sejak
lahir dan terus menerus berlangsung seumur hidup
b. Dalam belajar berarti terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat
relatif permanen
c. Hasil belajar ditunjukkan dengan aktivitas-aktivitas tingkah laku secara
keseluruhan.
d. Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain aspek motivasi,
emosional, sikap dan sebagainya.
Terjadinya proses belajar dapat dipandang dari sisi kognitif sebagaimana
dikemukakan Bigge yaitu hubungan dengan perubahan-perubahan tentang
11
kekuatan variabel-variabel hipotesis, kekuatan-kekuatan, asosiasi
hubungan-hubungan,kebiasaan dan kecendrungan perilaku. Belajar merupakan proses
interaksi antara berbagai unsur yang berkaitan.
Belajar menurut Gagne, suatu proses dimana organism berubah prilakunya
sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian tersebut dapat tiga unsur pokok dalam
belajar yaitu: (1) proses, (2) perubahan perilaku, dan (3) pengalaman.7
3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan
sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan meningkatnya pengetahuan
siswa dan pada akhirnya akan meningkatkan nilai.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar proses pembelajaran
dapat dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal, antara lain:
1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor internal meliputi: Faktor jasmaniah yaitu kesehatan atau cacat
tubuh. Faktor psikologis yaitu intelegensi, perhatian, bakat, motif,
kematangan dan kesiapan. Faktor kelelahan.
2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu yang meliputi: Faktor
keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang
kebudayaan. Faktor sekolah yaitu model pembelajaran, kurikulum, relasi guru
7 Muhamamad Rahman dan Sofan Amri, Model Pembelajaran “ARIAS” (Assurance, Relevance,
12
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,
waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas
rumah. Faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, media
massa, teman bergaul, dan kehidupan masyarakat.8
b. Guna Prestasi Belajar
Prestasi belajar berguna untuk mengukur prestasi atau hasil yang dicapai
oleh siswa dalam belajar. Dalam pendidikan formal, pentingnya pengukuran
prestasi belajar tidaklah disangsikan lagi. Sebagaimana diketahui, proses
pendidikan formal adalah suatu yang kompleks yang memerlukan waktu, dana
dan usaha kerjasama berbagai pihak. Tidak ada pendidikan yang secara sendirinya
berhasil mencapai tujuan yang digariskan tanpa interaksi berbagai faktor
pendukung yang ada dalam sistem pendidikan tersebut. Betapa jelasnya suatu
tujuan pendidikan yang telah digariskan, tanpa usaha pengukuran maka akan
mustahil hasilnya dapat diketahui.9
8Slameto, op. cit, hlm 54-71
13 4. Teori Konstruktivisme (Contructivism)
Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman10. Menurut
konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, tetapi dikonstruksi
dari dalam diri seseorang.
Muslich mengemukakan, konstruktivisme adalah proses pembelajaran
yang menekankan terbangunnya pemahanan sendiri secara aktif, kreatif, produktif
berdasarkan pengetahuan yang terdahulu dan dari pegalaman belajar yang
bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian faktam konsep, dam kaidah yang
siap dipraktikkan.Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu pengetahuan
itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.Dalam konstruktivisme ada
beberapa hal-hal sebagai berikut.
1. Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik
membangun sendiri pengetahuannya.
2. Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengontruksi pengetahuan, bukan
menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang diketahui
peserta didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan (konsep,
prinsip) baru, menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik mencari strategi
belajar yang efektif agar mencapai kompetensi dan memberikan kepuasan
atas penemuan (discovery).
3. Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi
pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan
10 M. Hosnan, Pendekatan Saintifik Dan Konstektual Dalam Pembelajaran Abad XII: Kunci
14
sosial untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan
masuk akal sesuai dengan kerangka berfikir yang dimiliki.
5. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang
difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri yaitu
untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara
kooperatif.11 Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari
beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda maka upayakan agar
dalam tiap kelompok terdiri dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda
pula dan penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada
perorangan. 12
Kategori tujuan dalam pembelajaran kooperatif:
1) Individual: keberhasilan seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri tidak
dipengaruhi oleh orang lain.
2) Kompetitif: keberhasilan seseorang dicapai karena kegagalan orang lain (ada
ketergantungan negatif).
3) Kooperatif: keberhasilan seseorang karena keberhasilan orang lain, orang
tidak dapat mencapai keberhasilan dengan sendirian.
15 b. Tipologi Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin yang di kutip Taniredja ada enam tipologi pembelajaran
kooperatif, yaitu:
1) Tujuan kelompok, bahwa kebanyakan metode pembelajaran kooperatif menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok. Dalam metode pembelajaran Tim Siswa ini bisa serupa sertifikat atau rekognisi lainya yang diberikan kepada tim yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
2) Tanggung jawab individu, yang dilaksanakan dengan dua cara. Pertama dengan menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata individu atau penilaian lainnya seperti dalam model pembelajaran siswa. Kedua, merupakan spesialisasi tugas. Cara kedua ini siswa diberi tanggung jawab khusus untuk sebagaian tugas kelompok.
3) Kesempatan sukses yang sama yang merupakan karakteristik unik metode pembelajaran tim siswa, yakni penggunaan skor yang memastikan semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam timnya.
4) Kompetisi tim, sebagai sarana untuk motivasi siswa untuk bekerja sama dengan anggota timnya.
5) Spesialisasi tugas, tugas untuk melaksanakan sub tugas terhadap masing-masing anggota kelompok.
6) Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok, metode ini akan mempercepat langkah kelompok.13
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional
yang menerapkan sistem kompetisi dimana keberhasilan individu diorientasikan
pada kegagalan orang lain. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut
Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif yaitu meningkatkan hasil
akademik dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugasnya. Sedangkan
tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat
menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar.
16
Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, ras, agama, kemampuan
akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif
ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial
yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat
orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau
pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.14
d. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif
peran guru sangat menentukan aktivitas siswa dalam pembelajaran
kooperatif. Guru sebelumnya mesti merancang pembelajaran menurut model atau
sturuktur pembelajaran kooperatif yang dipilih untuk mengaktivitaskan semua
siswa dalam kelompok. Berkaitan dengan itu, aktivitas siswa dalam kerjasama
dapat berjalan sebagai mana mestinya apabila mempunyai prosedur yang jelas
untuk dilakukan oleh anggota-anggota dalam kelompok.
Apabila aktivitas pembelajaran dapat menghubungkan anggota-anggota
kelompok dan proses interaksi maka ia dapat bagi mewujudkan keterampilan
kolaborasi siswa. Perkara ini mesti di usahakan oleh guru sejak awal pelaksanaan
pembelajaran kooperatif sehingga siswa dari awal berupaya membina tingkah laku
yang mengarah kepada keterampilan kolaborasi.15
e. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Ditnaga Dikti pada dasarnya kegiatan pembelajaran dipilahkan
menjadi empat langkah yaitu:
14 Ibid. Hlm.60.
17 1) Orientasi
Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran kegiatan diawali dengan
orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan
dipelajari serta bagaimana strategi pembelajaranya.
2) Kerja Kelompok
Pada tahap ini siswa melakukan kerja kelompok sebagai inti kegiatan
pembelajaran. Kerja kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
berdiskusi, melakukan eksplorasi, observasi, percobaan, browsing lewat internet
dan sebagainya.
3) Tes/Kuis
Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semuannya telah mampu
menguasai topik/masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masing-masing
menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap konsep
yang dikaji.
4) Penghargaan Kelompok
Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada kelompok
yang berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes individu. 16
f. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Langkah-langkah cooperative learning menurut Stahl, Slavin yaitu: 1) Guru merancang rencana program pembelajaran .
2) Dalam aplikasi pembelajaran dikelas, guru merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam nelajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil.
3) Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual maupun kelompok, baik dalam
18
memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar berlangsung.
4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi guru sebagai moderator. 17
g. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif
Ada banyak keuntungan dari pembelajaran kooperatif yaitu: 1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial
2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai–nilai sosial dan komitmen. 5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
7) Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
10) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
11) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.18
6. Metode Pembelajaran Tipe STAD a. Pengertian
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari
model pembelajaran Kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil
dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali
dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan
kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Slavin menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam belajar
beranggotaan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis
17Ibid, hlm 63
19
kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam
tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai materi
tersebut, pada tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.19
Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD
ini membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain :
a. Perangkat Pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan
perangkat pembelajarannya, yang meliputi Rencana Pembelajran, Buku Siswa,
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya.
b. Menentukan Kelompok Kooperatif
Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam
kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan
kelompok yang lainnya relatif homogen. Apabila kemungkinan kelompok
kooperatif perlu memperhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang
sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang relatif sama, maka
pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik yaitu.
1) Siswa dalam kelas terlebih dahulu dirangking sesuai kepandaian dalam mata
pelajaran sejarah. Tujuannya adalah untuk mengurutkan siswa sesuai
kemampuan dalam mata pelajaran sejarah dan digunakan dalam kelompok.
2) Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas, kelompok
menengah, dan kelompok bawah. Kelompok atas sebanyak 25% dari seluruh
19 Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group.
20
siswa dari seluruh siswa rangking satu, kelompok tengah 50% dari seluruh
siswa yang diambil dari urutan setelah diambil dari kelompok atas, dan
kelompok bawah sebnyak 25% dari seluruh siswa yaitu terdiri atas siswa
setelah diambil kelompok atas dan kelompok menengah.
c. Menentukan Skor Awal
Sekor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai
ulangan sebelumnya. Sekor awal ini dapat berubah setelah ada kuis
d. Pengaturan Tempat Duduk
Pengaturan tempat duduk pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif
perlu juga diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan
pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat
menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas
kooperatif.
e. Kerja Kelompok
Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe
STAD, terlebih dahulu diadakan diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini
bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam
kelompok20.
21 b. Fase-fase pembelajaran kooperatif21
Tabel 1: Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Fase Kegiatan Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut
Fase 2
Menyajikan/menyampaikan informasi
Menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4
Membimbing kelompok kerja dan belajar
Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
Fase 5
Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja
Fase 6
Memberikan penghargaan
Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok (pemberian nilai)
22
c. Komponen dan Langkah-langkah dalam Metode Pembelajaran STAD Menurut Slavin (2008) STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu
presentasi kelas, kerja kelompok (tim), sekor kemajuan individual, rekognisi
(penghargaan) kelompok.22
a. Presentasi kelas (Class Presentation). Dalam STAD, materi pelajaran
mula-mula disampaikan dalam presentasi kelas. Metode yang digunakan biasanya
dengan pembelajaran langsung atau diskusi kelas yang dipandu guru. Selama
presentasi kelas, siswa benar-benar memperhatikan karena dapat membantu
mereka dalam mengerjakan kuis individu yang juga akan menentukan nilai
kelompok.
b. Kerja kelompok (Teams Works) setiap kelompok terdiri atas 4-5 siswa yang
heterogen. Fungsi utama dari kelompok adalah menyiapkan anggota kelompok
agar mereka dapat mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menjelaskan
materi setiap kelompok mempelajari dan mendiskusikan LKS,
membandingakan jawaban dengan teman kelompok dan saling membantu antar
anggota jika ada yang mengalami kesulitan. Setiap saat guru mengingatkan dan
menekankan pada setiap kelompok agar setiap anggota melakukan yang terbaik
untuk membantu anggotanya.
c. Kuis (Quizzes). Setelah guru memberikan presentasi, siswa diberi kuis
individu. Siswa tidak diperbolehkan membatu sama lain selama kuis
berlangsung. Setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari dan
memahami nateri yang telah disampaikan.
23
d. Peningkatan Nilai Individu (individual Improvement Score). Peningkatan nilai
individu dilakukan untuk memberikan tujuan presentasi yang ingin dicapai jika
siswa dapat berusaha keras dan hasil prestasi yang labih baik dari yang telah
diperoleh sebelumnya. Setiap siswa dapat menyumbangkan nilai maksimum
pada kelompoknya dan setiap siswa mempunyai skor dasar diperoleh dari
rata-rata tes atau kuis sebelumnya, selanjutnya siswa menyumbangkan nilai untuk
kelompok berdasarkan peningkatan nilai individu yang diperoleh.
e. Penghargaan kelompok (Team Recgnation). Kelompok mendapatkan sertifikat
atau penghargaan lain jika rata-rata skor kelompok melebihi kriteria tertentu.
Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari
peringkat mereka.
7. Konsep Sejarah
Sejarah merupakan bagian penting dalam hidup kita. Dengan sejarah kita
bisa belajar banyak dan menjadi lebih baik. Maka sejarah sangatlah penting untuk
dipelajari. Kata sejarah bersal dari bahasa Arab syajara berarti terjadi, syajarah
berarti pohon, syajarah an-nasab berarti pohon silsilah, bahasa Inggris history23.
Pohon dalam hal ini bisa dikaitkan dengan keluarga raja yang diibaratkan
membentuk sebuah pohon yang bercabang yang melambangkan
keturunannya.Sejarah sebagai ilmu dapat berkembang dengan cara: (1)
perkembangan dalam filsafat, (2) perkembangan dalam teori sejarah, (3)
perkembangan dalam ilmu-ilmu lainnya, dan (4) perkembangan dalam metode
24
sejarah. Perkembangan sejarah selalu berarti berubah bahwa sejarah selalu
responsive terhadap kebutuhan masyarakat akan informasi24.
Kata syajarah ini mula-mula dimaksudkan sebagai gambaran silsilah
sesuai dengan situasi masyarakat waktu itu yang terutama berorientasi pada
penonjolan peranan para penguasa (raja), maka kebanyakan asal-usul yang ditulis
waktu itu adalah kelompok orang-orang besar, sehingga kelihatan sekali sifat
istanasentrisnya. Ini bisa dibandingkan dengan pengertian sejarah yang tumbuh di
Eropa Barat, seperti kata history dalam bahasa Inggris yang sebernarnya berasal
dari bahasa Yunani historia yang berarti belajar dengan cara bertanya-tanya.25
Kalau pengertian ini dipandang secara luas maka sudah mengacu pada pengertian
ilmu.
I G Widja menyatakan bahwa sejarah sebagai suatu studi yang berusaha
untuk mendapatkan pengertian tentang segala sesuatu yang telah dialami oleh
manusia di masa lampau yang bukti-buktinya masih bisa ditelusuri atau
ditemukan pada masa sekarang.26 Pendapat ini memberi pengertian bahwa sejarah
itu memiliki ciri khas tersendiri bila dibandingkan dengan ilmu lain. Dengan kata
lain, sejarah itu harus disertai bukti-bukti yang kuat dan memiliki relevansi
terhadap kehidupan manusia pada zaman sekarang.
24Ibid, hlm. 22
25 I.G Widja, Pengantar Ilmu Sejarah dalam Perspektif Pendidikan, Satya Wacana, Semarang.
1988, hal. 8
25 8. Materi Pelajaran
Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Akar-akar Nasionalisme Indonesia
KD 3.10 Menganalisis akar-akar nasionalisme Indonesia pada masa kelahirannya
dan pengaruh bagi masa kini
1) Materi pembelajaran
Akar-akar nasionalisme Indonesia.
b. Peristiwa Sekitar Proklamasi
KD 3.11 Menganalisis peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945
dan arti penting bagi kehidupan berbagsa dan bernegara pada masa itu
dan saat ini.
1) Materi pembelajaran
Peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi Kemerdekaan
B.Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Natalia Sri Purwati (2010) diketahui bahwa
prestasi belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta setelah
penerapan pendekatan Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) dengan KKM 75 (sesuai KKM yang di tetapkan, diperoleh rata-rata
74,38, dimana nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 84,33 dan nilai
terendahnya 65,58.
Hasil penelitian Siska Usulu menunjukkan bahwa melalui penggunaan
26
kelas X SMK Negeri I Gorontalo tahun pelajaran 2012/2013 pada mata pelajaran
IPS. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan
dari siklus I ke Siklus II yaitu 45,16% menjadi 93,55% atau rata-rata kelas 7,097
pada siklus I menjadi 8,258.
Dari kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada perubahan dari
sebelumnya yang dimana nilai belum mencapai KKM menjadi di atas KKM.
Perubahan tersebut terjadi karena penerapan tipe pembelajaran STAD yang dapat
menarik perhatian siswa, sehingga siswa menjadi lebih termotivasi, lebih aktif
dari yang sebelumnya, dan hal inipun berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
C.Kerangka Berpikir
Rendahnya motivasi peserta didik di dalam kelas mengakibatkan
rendahnya prestasi belajar peserta didik, sehingga diperlukan metode yang mampu
mengerakan peserta didik untuk aktif di dalam kelas. Salah satunya model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, karena metode STAD menekankan adanya
aktifitas dan interaksi antara peserta didik untuk saling mebantu dalam menguasai
materi pembelajaran. Guru di sini hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe
pembelajaran yang menekankan pada aktifitas dan interaksi di antara peserta
didik untuk saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal.
Berdasarkan kerangka berfikir di atas, pembelajaran sejarah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD diyakini dapat meningkatkan prestasi belajar
27
dan pola pikir peserta didik dalam belajar. Berdasarkan kerangka berfikir yang
telah diuraikan di atas maka dapat digambarkan bagan sebagai berikut:
Gambar 1: Bagan Proses Pembelajaran untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah Siswa.
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori serta pelaksanaan, maka hipotesis penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)
dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS I SMA
Negeri 2 Ngaglik.
2. Penerapan model Pembelajaran Student Teams Achievement Division
(STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS I
SMA Negeri 2 Ngaglik.
Penerapan anggota kelompoknya dan memecahkan masalah yang diberikan oleh guru
- Siswa saling berbagi pemikiran dengan proses pembelajaran
28 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom
action research, yaitu suatu action research yang dilakukan di kelas.27 Maka
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di
kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sehingga hasil belajar siswa meningkat.28 Model PTK yang digunakan adalah
model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat
langkah yaitu, (1) Perencanaan (Planing), (2) Tindakan (acting), (3) Obsevasi
(observing), (4) Refleksi (relfkecting).29
PTK ini sangat bermanfaat untuk peneliti karena bisa melakukan inovasi
dalam pembelajaran dengan menerap kan model pemebajaran yang lebih baik dan
untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Melalui PTK juga peneliti dapat
berperan langsung di dalamnya sehingga peneliti bisa merasakan dan
mengangamati seluruh proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.
Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memecahkan permasalahan
nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara
guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan
menumbuhkan budaya akademik dikalangan para guru, peningkatan kualitas
praktik pembelajaran dikelas secara terus mengingat masyarakat berkembang
27 Amirudin Hatibe, Meodologi Penelitian Tindakan Kelas, Suka Press, Yogyakarta, 2012, hlm. 13 28 Ibid, hlm. 14
secara cepat, peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui
peningkatan proses pembelajaran; sebagai alat traning in-service, yang
memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru, mempertajam kekuatan
analitisnya dan mempertinggi kesadaran di dirinya; peningkatan mutu hasil
melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan memngembangkan
berbagai jenis keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.30
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini untuk meningkatkan motivasi dan
prestasi belajar siswa.
B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Ngaglik
untuk mata pelajaran sejarah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2015/2016 di semester II,
yaitu pada bulan April 2016. Waktu penelitian disesuaikan dengan kalender
akademik dari sekolah dan juga mengikuti kebijakan dari sekolah dan guru mata
pelajaran sejarah. Penentuan waktu ketika penelitian ini sangat pening karena
penelitian tindakan kelas ini memerlukan dua sikus yang membutuhkan proses
pembelajaran yang efektif dikelas.
C. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian tindakan kelas untuk mengatasi peningkatan
motivasi dan prestasi belajar sejarah menggunakan model pembelajaran Student
30 Kunandar, langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi
Teams-Achievement Division (STAD) adalah siswa kelas XI IPS 1 . Adapun
jumlah siswa kelas XI IPS I adalah berjumlah 32 siswa. 18 siswi dan 14 siswa.
D. Obyek Penelitian
Obyek Penelitian tindakan kelas ini adalah untuk berupa motivasi dan prestasi
belajar siswa dengan materi “Akar-akar Nasionalisme Indonesia dan Pristiwa
sekitar Proklamasi”
E. Devinisi Operasional 1. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energy) sesorang yang dapat
menimbukan dorongan yang membuat individu untuk melakukan suatu tindakan,
baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsic)
maupun dalam luar individu (motivasi ekstrinsik)31.
2. Belajar
Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi
pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan sosial
untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan masuk
akal sesuai dengan kerangka berfikir yang dimiliki.32 Aktivitas yang dilakukan
untuk memperoleh suatu pemahaman yang baru.
3. Prestasi
Prestasi sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan
meningkatnya pengetahuan siswa dan pada akhirnya akan meningkatkan nilai.
31 Kompri, op. cit. hal 3
Selain adanya perubahan tingkah laku, keberhasilan dalam pembelajaran juga
dapat dilihat dari prestasi belajar atau hasil belajar dari siswa. Ditandai dengan
hasil yang dicapai. Dalam hal ini hasil yang dicapai adalah nilai dari hasil proses
pembelajaran
4. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk
membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus ketrampilan
sosial (social skill) termasuk interpersonal skill33. Pembelajaran kooperatif
dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih
sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif
ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat
interpedensi efektif di antara anggota kelompok34
5. Model STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari
model pembelajaran Kooperatiif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil
dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali
dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan
kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.35
33 Ibid, Hal 271.
F. Variabel-variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan
variabel terikat.
1. Variabel bebas (X) : Model pembelajaran Student Teams Achievement
Division (STAD)
2. Variabel terikat (Y) : Motivasi dan prestasi belajar sejarah
G. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi
Obeservasi ini dilakukan untuk mengetahui situasi dan kondisi awal keadaan
kelas sebelum merepakan model pembelajaran Student Teams Achievement
Division maupun setelah penarapan model pembelajaran tersebut.
2. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap
pelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengtahui hasil belajar siswa antara sebelum
maupun sesudah pembelajaran berlangsung.
3. Koesioner
Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket
atau kuesioner. angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui.
4. Wawancara
Untuk mendapakan data tentang tingkat keberhasilan penerapan kooperatif
H. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiaran untuk mengumpulkan data agar kegiatan tesebut
menjadi sistematis dan memudahkan dalam memperoleh data tersebut36
1. Alat pengumpulan data a) Observasi
Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
kualitatif dan kuantitif yang digunakan untuk melihat kegiatan belajar siswa
dalam proses pembelajaran di kelas.
b) Tes hasil belajar
Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa
sebelum dan susesudah diterapkannya model pembelajaran Student Teams
Achievement Division.
c) Kuesioner
Kuesioner yang berupa lembar-lembar isian, yaitu kuesioner tertutup serta
diukur menggunakan rating scala (skala bertingkat)
2. Validitas dan Reliabilitas a) Validitas
Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat sahihnya sebuah
tes. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam
arti memiliki kesejajaran antara tes dan kreteria.37
36 Suharsimi Arikunto, Managemen Penelitian, Renika Cipta, Jakarta, hlm. 100
37 Suharsismi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bumi Akasara, Jakarta,