• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar sejarah melalui model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 2 Ngaglik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan motivasi dan prestasi belajar sejarah melalui model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 2 Ngaglik."

Copied!
212
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SISWA KELAS XI IPS I SMA

NEGERI 2 NGAGLIK

Mugianto

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) peningkatan motivasi belajar sejarah siswa setelah penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan (2) peningkatan prestasi belajar sejarah siswa setelah penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kurt Lewin, yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 2 Ngaglik, yang berjumlah 32 siswa. Objek penelitian adalah motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Data dikumpulkan dengan menggunakan tes, observasi dan kuesioner. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dengan persentase.

Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan (1) motivasi belajar sejarah siswa, hal ini di tunjukkan dengan skor rata-rata motivasi belajar sejarah keadaan awal 70,38, meningkat pada siklus I menjadi 76 atau 5,62%, pada siklus II meningkat 82,39 atau 6,39%. (2) Prestasi belajar sejarah siswa meningkat baik dari segi nilai KKM maupun dari nilai rata-rata. Dari segi KKM sekolah dengan nilai 75, pada keadaan awal 14 siswa atau 44%, meningkat pada siklus I menjadi 27 siswa atau 81% dan pada siklus II meningkat menjadi 30 siswa atau 94%. Dari segi nilai rata-rata prestasi belajar sejarah siswa yaitu keadaan awal 73,94, meningkat pada siklus I menjadi 78,75 atau 4,81%, pada siklus II meningkat 89,56 atau 10,88%.

(2)

ix ABSTRACT

INCREASE MOTIVATION AND ACHIEVEMENT TO LEARN THE HISTORY THROUGH THE LEARNING MODEL OF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) THE STUDENTS OF CLASS XI IPS I

SMA NEGERI NGAGLIK Mugianto

Sanata Dharma University Yogyakarta

2016

This research aims to describe: (1) increase of students’ motivation to learn history through Student Teams Achievement Division (STAD) learning model and (2) increase of students’ achievement to learn history through Student Teams Achievement Division (STAD) learning model.

Researcher used a method of Classroom Action Research by Kurt Lewin, that includes the planning, action, observation, and reflection. The research subject are the 32 students of class XI IPS SMA Negeri 2 Ngaglik. The research object is the motivation and achievement to learn the history of student though Student Teams Achievement Division (STAD) learning model. Data was collected by using the research instrument. Data analysis using descriptive comparative analysis with percentages.

(3)

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SISWA KELAS XI IPS I SMA

NEGERI 2 NGAGLIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh : Mugianto NIM: 121314024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orangtua “Mohtar dan Neliana”, adik-adik “Elma Nanda, Aryo Pradana

dan Khalisa Apriliana” yang senantiasa mendukung mendoakanku dan

(7)

v MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu

sendiri yang mengubah nasibnya

(Ar-Ra’d : 11)

Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SISWA KELAS XI IPS I SMA

NEGERI 2 NGAGLIK

Mugianto

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) peningkatan motivasi belajar sejarah siswa setelah penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan (2) peningkatan prestasi belajar sejarah siswa setelah penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kurt Lewin, yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 2 Ngaglik, yang berjumlah 32 siswa. Objek penelitian adalah motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Data dikumpulkan dengan menggunakan tes, observasi dan kuesioner. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dengan persentase.

Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan (1) motivasi belajar sejarah siswa, hal ini di tunjukkan dengan skor rata-rata motivasi belajar sejarah keadaan awal 70,38, meningkat pada siklus I menjadi 76 atau 5,62%, pada siklus II meningkat 82,39 atau 6,39%. (2) Prestasi belajar sejarah siswa meningkat baik dari segi nilai KKM maupun dari nilai rata-rata. Dari segi KKM sekolah dengan nilai 75, pada keadaan awal 14 siswa atau 44%, meningkat pada siklus I menjadi 27 siswa atau 81% dan pada siklus II meningkat menjadi 30 siswa atau 94%. Dari segi nilai rata-rata prestasi belajar sejarah siswa yaitu keadaan awal 73,94, meningkat pada siklus I menjadi 78,75 atau 4,81%, pada siklus II meningkat 89,56 atau 10,88%.

(11)

ix ABSTRACT

INCREASE MOTIVATION AND ACHIEVEMENT TO LEARN THE HISTORY THROUGH THE LEARNING MODEL OF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) THE STUDENTS OF CLASS XI IPS I

SMA NEGERI NGAGLIK Mugianto

Sanata Dharma University Yogyakarta

2016

This research aims to describe: (1) increase of students’ motivation to learn history through Student Teams Achievement Division (STAD) learning model and (2) increase of students’ achievement to learn history through Student Teams Achievement Division (STAD) learning model.

Researcher used a method of Classroom Action Research by Kurt Lewin, that includes the planning, action, observation, and reflection. The research subject are the 32 students of class XI IPS SMA Negeri 2 Ngaglik. The research object is the motivation and achievement to learn the history of student though Student Teams Achievement Division (STAD) learning model. Data was collected by using the research instrument. Data analysis using descriptive comparative analysis with percentages.

The result of this result indicated that the students motivation to learn had increased toward the history during the application of learning model Student Teams Achievement Division (STAD). (1) The students’ motivation to learn history, that was shown by an average score of motivasion to learn the history of the initial state of 70,38 increased in the first cycle become 76 or 5,62%, on the second cycle increased 82,39 or 6,39%. (2) The student learning achievement of history increased both the KKM and the average of the value. In terms of school’s KKM was 75, the initial state of 14 student 44%, increased in the first cycle to 27 students or 81% and the second cycle increased to 30 students or 94%. In terms of the average score of learning history student achievement was the initial state 73.94, increased in the first cycle to 78.75, or 4.81%, on the second cycle increased 89.56, or 10.88%.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan

Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Student Teams

Achievement Division (STAD) Siswa Kelas XI IPS I Negeri 2 Ngaglik”. Skripsi

ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar sarjana (S1) di

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan dukungan

kepada penulis selama belajar di Program Studi Pendidikan Sejarah.

3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan

tulus meluangkan waktu untuk membantu, mengarahkan serta memberikan

dorongan sampai skripsi ini selesai.

4. Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang

telah memberikan dukungan selama penulis menyelesaikan studi di

Universitas Sanata Dharma.

5. Pemerintah Kutai Barat yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk belajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

6. Ibu Martini yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk masuk ke

(13)

xi

7. Darwito S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Ngaglik yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Ibu Dra Siti Aptinah, selaku guru mata pelajaran yang telah bersedia

membantu penulis dalam melakukan penelitian.

9. Seluruh siswa SMA Negeri 2 Ngaglik, khususnya siswa kelas XI IPS I.

10.Teman sesama peneliti yaitu Dewi Asmarawati Gulo dan Ignatus Galih

Prasetyo yang telah mendukung dalam penelitian ini.

11.Kedua orangtuaku “Mohtar dan Neliana”, adik-adikku “Elma Nanda, Aryo

Pradana dan Khalisa Aprilia” yang senantiasa mendukung mendoakanku dan

menyayangiku tiada henti.

12.Teman-teman angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Sejarah dan

teman-teman jalur kerja sama Kutai Barat yang telah mendukung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan masukan yang membangun. Semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat bagi yang membaca.

Yogyakarta, 4 Oktober 2016

Penulis

(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PESEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Pemecahan Masalah ... 5

F. Tujuan Penelitian ... 5

(15)

xiii BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Motivasi ... 7

a. Pengertian motivasi ... 7

b. Jenis-jenis Motivasi ... 8

2. Konsep Belajar ... 9

3. Prestasi Belajar ... 11

a. Penegertian Prestasi Belajar ... 11

b. Guna Prestasi Belajar ... 12

4. Teori Kontruktivisme ... 13

5. Pembelajaran Kooperatif ... 14

a. Pengetian pembelajaran Kooperatif ... 14

b. Tipologi Pembelajaran Kooperatif ... 15

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 15

d. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif... 16

e. Prosedur Pembelajaran Kooperatif ... 16

f. Langkah-langkah Pembeljaran kooperatif ... 17

g. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif ... 18

6. Metode pengajaran tipe STAD... 18

a. Pengertian pembelajaran tipe STAD ... 18

b. Fase-fase Pembelajaran Kooperatif... 21

c. Komponen dan langkah-langkah STAD ... 22

7. Konsep Sejarah... 23

8. Materi Pelajaran ... 25

B. Penelitian yang Relevan ... 25

C. Kerangka Berfikir... 26

(16)

xiv BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Setting Penelitian ... 29

1. Tempat Penelitian... 29

2. Waktu Penelitin ... 29

C. Subjek Penelitian ... 29

D. Objek Penelitian ... 30

E. Devinisi Operasional ... 30

1. Motivasi ... 30

2. Belajar ... 30

3. Prestasi ... 30

4. Pembelajaran Kooperatif ... 31

5. Model STAD ... 31

F. Variabel-variabel penelitian ... 32

G. Metode pengumpulan data ... 32

H. Instrumen pengumpulan data ... 33

I. Desain Penelitian ... 36

J. Teknik Analisis data ... 37

K. Prosedur penelitian ... 45

L. Indikator Keberhasilan ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ... 50

1. Observasi Pra Penelitian ... 50

2. Deskripsi pelaksanaan siklus I ... 58

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 71

B. Komparasi Kegiatan Belajar, Motivasi dan Prestasi ... 82

1. Komparasi Kegiatan Belajar Sejarah Siswa ... 82

2. Komperasi motivasi Belajar Sejarah siswa ... 86

3. Komperasi Prestasi Belajar Sejarah siswa ... 90

(17)

xv BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 100

Daftar Pustaka ... 101

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Proses Pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan Prestasi

Belajar Sejarah siswa ... 30

Gambar II : Bagan Siklus Penelitian ... 36

Gambar III : Diagram Kondisi Awal Motivasi Belajar Siswa ... 55

Gambar IV : Diagram Keadaan Awal Prestasi Belajar Siswa ... 57

Gambar V : Diagram Motivasi Siklus I... 67

Gambar VI : Diagram Prestasi Siklus I ... 69

Gambar VII : Diagram Motivasi Belajar siswa Siklus II ... 78

Gambar VIII : Diagram Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 80

Gambar IX : Grafik Komparasi Motivasi Belajar Sejarah Siswa ... 89

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Fase-fase Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 21

Tabel 2 : Penilaian kegiatan Belajar siswa ... 38

Tabel 3 : Keterangan Penilaian Acuan Patokan 1 ... 39

Tabel 4 : Analisis Tingkat Kegiatan Siswa ... 39

Tabel 5 : Contoh Tabel Angket Motivasi Belajar Siswa ... 40

Tabel 6 : Keterangan Penilaian Acuan Patokan 1 ... 41

Tabel 7 : Analisis Motivasi Belajar Sejarah Siswa ... 41

Tabel 8 : Keterangan Penilaian Acuan Patokan 1 ... 42

Tabel 9 : Analisis Prestasi Belajar Sejarah Siswa ... 42

Tabel 10 : Analisis Komparatif Kegiatan Belajar Siswa ... 44

Tabel 11 : Analisis Komparatif Motivasi Belajar Siswa ... 45

Tabel 12 : Analisis Komparatif Prestasi Belajar Siswa ... 45

Tabel 13 : Indikator Keberhasilan Motivasi dan Prestasi Belajar ... 49

Tabel 14 : Data Obeservasi Pra Penelitian Terhadap Kegiatan Belajar ... 51

Tabel 15 : Data Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa ... 53

Tabel 16 : Data Kategori Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa ... 54

Tabel 17 : Data Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa ... 56

Tabel 18 : Data Presentase Keadaan Awal Prestasi Belajar Siswa ... 57

Tabel 19 : Kegiatan Belajar Siswa ... 59

Tabel 20 : Data Observasi Kegiatan Belajar Sejarah Siswa Siklus I ... 63

Tabel 21 : Data Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 65

Tabel 22 : DataKategori Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa ... 66

Tabel 23 : Data Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 67

(20)

xviii

Tabel 25 : Data Kegiatan Belajar Sejarah Siswa pada Siklus II ... 74

Tabel 26 : Data Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 76

Tabel 27 : Data Kategori Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 77

Tabel 28 : Data Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 79

Tabel 29 : Persentase Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 80

Tabel 30 : Analisi Komparatif Kegiatan Belajar Siswa antara Pra Penelitian dengan Siklus I ... 82

Tabel 31 : Analisis Koparatif Kegiatan Belajar Siswa antara Siklus I dengan Siklus II ... 84

Tabel 32 : Analisis Komperatif Motivasi Belajar Siswa antara Pra Penelitian Dengan Siklus I ... 86

Tabel 33 : Analisis Komparatif Motivasi Belajar Siswa antara Siklus I Dengan Siklus II ... 87

Tabel 34 : Komparatif Motivasi Belajar Siswa ... 89

Tabel 35 : Analisis Komperatif Prestasi Belajar Sejarah Siswa ... 90

Tabel 36 : Peningkatan Prestasi Belajar Sejarah Siswa ... 92

Tabel 37 : Analisis Komparatif Prestasi Belajar Sejarah Siswa ... 92

(21)

xix LAMPIRAN

Lampiran 1a : Surat ijin penelitian dari Universitas Sanata Dharma ... 103

Lampiran 1b : Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 104

Lampiran 2 : Silabus ... 105

Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 122

Lampiran 5 : Kisi-kisi motivasi ... 156

Lampiran 6 : Angket motivasi ... 157

Lampiran 7 : Kisi-kisi soal siklus I ... 160

Lampiran 8 : Kisi-kisi soal siklus II ... 163

Lampiran 9 : Soal siklus I ... 167

Lampiran 10 : Soal siklus II ... 174

Lampiran 11 : Lembar jawaban ... 181

Lampiran 12a : Validitas Motivasi Prasiklus ... 182

Lampiran 12b : Validitas Motivasi Siklus I ... 183

Lampiran 12c : Validitas Motivasi Siklus II ... 184

Lampiran 12d : Reliabilitas Motivasi Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ... 185

Lampiran 13a : Validitas Prestasi Siklus I ... 186

Lampiran 13b : Validitas Prestasi Siklus II ... 187

Lampiran 13c : Reliabilitas Tes Prestasi Siklus I dan Siklus II ... 188

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang menentukan kualitas hidup di suatu

bangsa. Pemerataan pendidikan harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas

pedidikan secara nasional. Peran pendidikan yang sangat penting untuk

menciptakan kehidupan cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Maka

pembaharuan pendidikan harus dilakukan, Ada tiga hal yang harus diamati, yaitu

pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan efektivitas

metode pembelajaran. Pendidikan menjadi hal utama yang penting dalam

memperoleh kehidupan yang lebih layak bagi kehidupan warga negara. Maka dari

itu pendidikan selalu diperbaharui oleh pemerintah untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mengikuti perkembangan yang ada. Namun dengan adanya

perkembangan zaman dan perubahan kurikulum dengan mengikuti arus kemajuan

yang ada, ternyata belum diikuti oleh para pendidiknya, yaitu tenaga pengajar.

Penggunaan model pembelajaran yang konvensional dalam prosesnya

mengakibatkan peserta didik kurang terlihat aktif mengikuti pembelajaran,

khususnya pembelajaran sejarah.

Pesatnya perkembangan pendidikan membuat semakin dituntutnya

peranan siswa, yang pertamanya guru sebagai pusat perhatian sekarang berbalik

siswa yang menjadi pusat dan guru hanya sebagai pembimbing dalam proses

pembelajaran. Siswa dituntut untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri.

dengan adanya perubahan mengenai peranan siswa menjadi aktif maka saat ini

(23)

2

sekarang ini sangat membantu di dalam meningkatkan motivasi siswa untuk

melatih diri terbiasa dengan cara belajar yang mandiri tanpa harus tergantung pada

guru dan bisa memperoleh keberhasilan. Guru bertugas sebagai pembimbing

siswa antara lain sebagai penglola kelas, mediator, fasilitator serta sebagai

evaluator untuk mencapai tujuan dalam kegiatan belajar. Namun peran guru juga

sangat penting peranannya saat di kelas. Keberhasilan pembelajaran ditentukan

banyak faktor diantaranya guru.1

Menurut Degeng yang di kutip oleh Sugiyono menyatakan bahwa daya

tarik suatu mata pelajaran (pembelajaran) ditentukan oleh dua hal, pertama oleh

mata pelajaran itu sendiri dan kedua oleh cara mengajar guru.2 Kebanyakan guru

dalam mengajar cenderung menghapal dan konvensional, serta peseerta didik juga

pasif dalam belajar. Situasi belajar demikian membuat kurangnya keaktifan

belajar sejarah. Oleh karena itu tugas profesional seorang guru adalah pelajaran

yang sebelumnya tidak menarik menjadi menarik, yang dirasakan sulit menjadi

mudah, yang tadinya tidak berarti menjadi bermakna.3

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas XI IPS 1

SMA Negeri 2 Ngaglik, mengalami kekurangaktifan siswa di dalam mengkuti

proses belajar mengajar terlihat dari antusias siswa yang kurang seperti

mengobrol, keluar masuk kelas, mengantuk bahkan ada yang tertidur, bermain

handphone, dan mengganggu lain siswa lain. Hal ini menunjukan bahwa motivasi

belajar sejarah siswa kelas XI IPS I sangat kurang dan dengan motivasi yang

1 H. Isjoni dan Arif Ismail, Model-model Pembelajaran Mutakhir,Yogyakarta, Pustaka Pelajar,

2008, Hlm 146

(24)

3

kurang maka akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Model yang dipakai

dalam pembelajaran juga kurang menarik karena medelnya hanya ceramah dan

tanya jawab sehingga siswa menjadi bosan. Dengan model yang monoton akan

membuat siswa bosan maka dibutuhkan model pembelajaran yang menyenangkan

bagi siswa, seperti model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achievement Division (STAD).

Ketidak berhasilan siswa ini dapat dilihat dengan rendahnya motivasi dan

prestasi belajar sejarah. Model dalam mengajar mata pelajaran sejarah harus tepat

agar dapat menarik simpati siswa. Model ini akan membantu proses belajar agar

sampai pada tujuan yang diharapkan. Oleh sebab itu, pada masa sekarang perlu

inovasi baru dalam mata pelajaran sejarah di dalam kelas, yakni menggunakan

model pembalajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Model

pembalajaran ini sangat berpusat pada kerja sama, tanggung jawab, kecepatan,

serta persaingan sehat dalam memecahkan suatu masalah dan dilakukan secara

berkelompok. Selain itu model pembelajaran ini dapat membantu peserta didik

untuk saling memahami, saling menghargai dan serta saling menghormati apabila

terjadi perbedaan pendapat di antara mereka. Diharapkan dengan penerapan

model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat

(25)

4 B.Identifikasi Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat di identifikasikan

permasalahan sebagai berikut:

1. Peserta didik kurang aktif di dalam proses pembelajaran

2. Peserta didik menganggap pelajaran sejarah adalah pelajaran yang kurang

menarik

3. Sebagian siswa kurang memiliki motivasi yang besar untuk belajar sejarah

4. Rendahnya prestasi belajar siswa

C.Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada Penerapan

Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS 1

SMA Negeri 2 Ngaglik

D. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah yang diajukan dalam

penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Apakah penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division

(STAD) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas XI IPS 1 SMA

Negeri 2 Ngaglik?

2. Apakah penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement

Division (STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas XI IPS

(26)

5 E. Pemecahan Masalah

Cara pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian tindakan

kelas ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams

Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran sejarah. Peneliti mengambil

model pembalajaran tersebut dikarenakan model pembalajaran yang mudah

diterapkan kepada siswa, membuat siswa aktif didalam kelas, toleransi dan

lain-lain.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas untuk:

1. Meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa pada Kelas XI I SMA Negeri 2

Ngaglik melalui penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement

Division (STAD).

2. Meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa pada kelas XI IPS 1 SMA Negeri

2 Ngaglik melalui penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement

Division (STAD).

G. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat

yaitu:

1. Bagi Sekolah

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan harapan dapat membantu

memberikan wacana bagi para lembaga pendidikan atau sekolah, melihat berbagai

model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menjalankan proses

(27)

6 2. Bagi Guru

Penelitian yang dilakukan dengan metode Student Teams Achievement

Division (STAD) ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru-guru

khususnya guru mata pelajaran sejarah dalam penggunaan berbagai model-model

pembelajaran yang bervariasi untuk menyampaikan meteri pembelajaran sejarah

kepada peserta didik.

3. Bagi Siswa

Meningkatkan motivasi belajar siswa dan memudahkan dalam

mempelajari sejarah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa dan sebagai wahana baru dalam proses belajar mengajar.

4. Bagi Peneliti

Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran

Student Teams Achievement Division (STAD) ini diharapkan dapat memberikan

pengalaman dan wacana mengenai penggunaan variasi model-model

pembelajaran dalam pembelajaran sejarah. Selain itu dapat menjadi acuan ketika

(28)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan berbagai kajian teori dari beberapa

sumber yang tersaji sebagai berikut:

1. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa motivasi adalah

dorongan yang timbul pada diri seorang secara sadar atau tidak sadar untuk

melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Atau usaha-usaha yang dapat

menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu bergerak melakukan suatu

kerena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan

dengan perbuatanya.

Motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diarikan sebagai “daya

penggerak yang menjadi aktif” Motif menjadi aktif pada saat-saat tertetu, terutama

bila kebutuhan unruk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. Motivasi

banyak memiliki banyak persamaan makna atau beberapa istilah memiliki makna

seperti motivasi dalam berbagai literatur, seperti needs, drives, wants, imteres,

desires. Motivasi merupakan perilaku yang akan menentukan kebutuhan (needs)

atau wujud perilaku mencapai tujuan4.

Menurut Glaitman pengertian dasar motivasi ialah keadaan intern organism

baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam

4 Kompri. Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa. PT Remaja Rosdakarya. Bandung .

(29)

8

pengertian ini motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku

secara terarah. Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata, motif adalah keadaan

dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan

aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini motif bukanlah hal

yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya ada sesuatu

yang dapat disaksikan.

Mc Donald dalam Wasti Sumanto, memberikan pengertian motivasi yakni

suatu perubahan tenaga dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai dengan

dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Purwanto

mengemukakan bahwa motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang

untuk bertindak melakukan. Ahmad Thanthowi, juga mengemukakan bahwa

tindakan belajar yang bermotif dapat diakatakan sebagai tindakan belajar yang

dilakukan oleh anak didik yang didorong oleh kebutuhan yang dirasakannya,

sehingga tindakan itu dituju kearah suatu tujuan yang didiamkan.

b. Jenis-Jenis Motivasi

Woodworrh mengolongkan/membagi motif-motif menjadi tiga golongan,

yakni:

1. Kebutuhan-kebutuhan organis, yakni motif-motif yang berhubungan dengan

kebutuhan-kebutuhan bagian dalam dari tubuh.

2. Motif-motif darurat, yakni motif-motif yang timbul jika situasi menuntut

timbulnya tindakan kegiatan yang cepat dan kuat dari kita. Dalam hal ini

(30)

9

3. Motif objetif, yakni motif yang mengarahkan kepada suatu objek atau tujuan

tertentu disekitar kita. Motif ini timbul karena adanya dorongan dari dalam diri.

Sumadi Subrata juga membedakan motif menjadi dua, yakni motif

ekstrinsik dan intrinsik

1. Motif ekstrinsik, yakni motif-motif yang berfungsinya karena adanya

perangsangan dari luar, misalnya orang belajar giat karena diberitahu bahwa

sebentar lagi akan ada ujian, orang membaca sesuatu karena diberi tahu bahwa

hal itu harus dilakukannya sebelum ia dapat melamar pekerjaan, dan

sebagainya.

2. Motif intrinsik, yaitu motif-motif yang fungsinya tidak perlu dirangsang dari

luar. Memang dalam arti individu sendiri telah ada dorongan itu. Misalnya

orang yang gemar membaca tidak usah ada yang mendoronganya telah mencari

buku-buku untuk dibacanya, orang yang rajin dan beranggung jawab tidak usah

menanti komando sudah belajar secara sebaik-baiknya.5

2. Konsep Belajar

Menurut pegertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses

perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan

tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Jadi pengertian belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Melalui interaksi

(31)

10

dengan lingkungan, seseorang dapat memperoleh perubahan tingkah laku sesuai

kebuutuhannya sendiri, sehingga dapat menghasilkan perolehannya tersebut

melalui tingkah lakunya setiap hari.6

Belajar hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada

tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan

proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Sedangkan Witherington

(1952) menyebut bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang

dimanivestasikan sebagai suatu pola-pola respons yang berupa keterampilan,

sikap, kebiasaan, kecakapan dan pemahaman.

Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan beberapa hal menyangkut

pengertian belajar sebagai berikut:

a. Belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang dimulai sejak

lahir dan terus menerus berlangsung seumur hidup

b. Dalam belajar berarti terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat

relatif permanen

c. Hasil belajar ditunjukkan dengan aktivitas-aktivitas tingkah laku secara

keseluruhan.

d. Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain aspek motivasi,

emosional, sikap dan sebagainya.

Terjadinya proses belajar dapat dipandang dari sisi kognitif sebagaimana

dikemukakan Bigge yaitu hubungan dengan perubahan-perubahan tentang

(32)

11

kekuatan variabel-variabel hipotesis, kekuatan-kekuatan, asosiasi

hubungan-hubungan,kebiasaan dan kecendrungan perilaku. Belajar merupakan proses

interaksi antara berbagai unsur yang berkaitan.

Belajar menurut Gagne, suatu proses dimana organism berubah prilakunya

sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian tersebut dapat tiga unsur pokok dalam

belajar yaitu: (1) proses, (2) perubahan perilaku, dan (3) pengalaman.7

3. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan

sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh

mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan meningkatnya pengetahuan

siswa dan pada akhirnya akan meningkatkan nilai.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar proses pembelajaran

dapat dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal, antara lain:

1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar. Faktor internal meliputi: Faktor jasmaniah yaitu kesehatan atau cacat

tubuh. Faktor psikologis yaitu intelegensi, perhatian, bakat, motif,

kematangan dan kesiapan. Faktor kelelahan.

2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu yang meliputi: Faktor

keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana

rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang

kebudayaan. Faktor sekolah yaitu model pembelajaran, kurikulum, relasi guru

7 Muhamamad Rahman dan Sofan Amri, Model Pembelajaran “ARIAS” (Assurance, Relevance,

(33)

12

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,

waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas

rumah. Faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, media

massa, teman bergaul, dan kehidupan masyarakat.8

b. Guna Prestasi Belajar

Prestasi belajar berguna untuk mengukur prestasi atau hasil yang dicapai

oleh siswa dalam belajar. Dalam pendidikan formal, pentingnya pengukuran

prestasi belajar tidaklah disangsikan lagi. Sebagaimana diketahui, proses

pendidikan formal adalah suatu yang kompleks yang memerlukan waktu, dana

dan usaha kerjasama berbagai pihak. Tidak ada pendidikan yang secara sendirinya

berhasil mencapai tujuan yang digariskan tanpa interaksi berbagai faktor

pendukung yang ada dalam sistem pendidikan tersebut. Betapa jelasnya suatu

tujuan pendidikan yang telah digariskan, tanpa usaha pengukuran maka akan

mustahil hasilnya dapat diketahui.9

8Slameto, op. cit, hlm 54-71

(34)

13 4. Teori Konstruktivisme (Contructivism)

Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan

baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman10. Menurut

konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, tetapi dikonstruksi

dari dalam diri seseorang.

Muslich mengemukakan, konstruktivisme adalah proses pembelajaran

yang menekankan terbangunnya pemahanan sendiri secara aktif, kreatif, produktif

berdasarkan pengetahuan yang terdahulu dan dari pegalaman belajar yang

bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian faktam konsep, dam kaidah yang

siap dipraktikkan.Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu pengetahuan

itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.Dalam konstruktivisme ada

beberapa hal-hal sebagai berikut.

1. Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik

membangun sendiri pengetahuannya.

2. Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengontruksi pengetahuan, bukan

menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang diketahui

peserta didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan (konsep,

prinsip) baru, menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik mencari strategi

belajar yang efektif agar mencapai kompetensi dan memberikan kepuasan

atas penemuan (discovery).

3. Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi

pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan

10 M. Hosnan, Pendekatan Saintifik Dan Konstektual Dalam Pembelajaran Abad XII: Kunci

(35)

14

sosial untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan

masuk akal sesuai dengan kerangka berfikir yang dimiliki.

5. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan

kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang

difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri yaitu

untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara

kooperatif.11 Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan

tinggi, sedang dan rendah. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari

beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda maka upayakan agar

dalam tiap kelompok terdiri dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda

pula dan penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada

perorangan. 12

Kategori tujuan dalam pembelajaran kooperatif:

1) Individual: keberhasilan seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri tidak

dipengaruhi oleh orang lain.

2) Kompetitif: keberhasilan seseorang dicapai karena kegagalan orang lain (ada

ketergantungan negatif).

3) Kooperatif: keberhasilan seseorang karena keberhasilan orang lain, orang

tidak dapat mencapai keberhasilan dengan sendirian.

(36)

15 b. Tipologi Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin yang di kutip Taniredja ada enam tipologi pembelajaran

kooperatif, yaitu:

1) Tujuan kelompok, bahwa kebanyakan metode pembelajaran kooperatif menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok. Dalam metode pembelajaran Tim Siswa ini bisa serupa sertifikat atau rekognisi lainya yang diberikan kepada tim yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

2) Tanggung jawab individu, yang dilaksanakan dengan dua cara. Pertama dengan menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata individu atau penilaian lainnya seperti dalam model pembelajaran siswa. Kedua, merupakan spesialisasi tugas. Cara kedua ini siswa diberi tanggung jawab khusus untuk sebagaian tugas kelompok.

3) Kesempatan sukses yang sama yang merupakan karakteristik unik metode pembelajaran tim siswa, yakni penggunaan skor yang memastikan semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam timnya.

4) Kompetisi tim, sebagai sarana untuk motivasi siswa untuk bekerja sama dengan anggota timnya.

5) Spesialisasi tugas, tugas untuk melaksanakan sub tugas terhadap masing-masing anggota kelompok.

6) Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok, metode ini akan mempercepat langkah kelompok.13

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional

yang menerapkan sistem kompetisi dimana keberhasilan individu diorientasikan

pada kegagalan orang lain. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk

mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut

Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif yaitu meningkatkan hasil

akademik dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugasnya. Sedangkan

tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat

menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar.

(37)

16

Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, ras, agama, kemampuan

akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif

ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial

yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat

orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau

pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.14

d. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif

peran guru sangat menentukan aktivitas siswa dalam pembelajaran

kooperatif. Guru sebelumnya mesti merancang pembelajaran menurut model atau

sturuktur pembelajaran kooperatif yang dipilih untuk mengaktivitaskan semua

siswa dalam kelompok. Berkaitan dengan itu, aktivitas siswa dalam kerjasama

dapat berjalan sebagai mana mestinya apabila mempunyai prosedur yang jelas

untuk dilakukan oleh anggota-anggota dalam kelompok.

Apabila aktivitas pembelajaran dapat menghubungkan anggota-anggota

kelompok dan proses interaksi maka ia dapat bagi mewujudkan keterampilan

kolaborasi siswa. Perkara ini mesti di usahakan oleh guru sejak awal pelaksanaan

pembelajaran kooperatif sehingga siswa dari awal berupaya membina tingkah laku

yang mengarah kepada keterampilan kolaborasi.15

e. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ditnaga Dikti pada dasarnya kegiatan pembelajaran dipilahkan

menjadi empat langkah yaitu:

14 Ibid. Hlm.60.

(38)

17 1) Orientasi

Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran kegiatan diawali dengan

orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan

dipelajari serta bagaimana strategi pembelajaranya.

2) Kerja Kelompok

Pada tahap ini siswa melakukan kerja kelompok sebagai inti kegiatan

pembelajaran. Kerja kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti

berdiskusi, melakukan eksplorasi, observasi, percobaan, browsing lewat internet

dan sebagainya.

3) Tes/Kuis

Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semuannya telah mampu

menguasai topik/masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masing-masing

menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap konsep

yang dikaji.

4) Penghargaan Kelompok

Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada kelompok

yang berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes individu. 16

f. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Langkah-langkah cooperative learning menurut Stahl, Slavin yaitu: 1) Guru merancang rencana program pembelajaran .

2) Dalam aplikasi pembelajaran dikelas, guru merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam nelajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil.

3) Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual maupun kelompok, baik dalam

(39)

18

memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar berlangsung.

4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi guru sebagai moderator. 17

g. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif

Ada banyak keuntungan dari pembelajaran kooperatif yaitu: 1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial

2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.

3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.

4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai–nilai sosial dan komitmen. 5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.

6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.

7) Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.

8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.

10) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

11) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.18

6. Metode Pembelajaran Tipe STAD a. Pengertian

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari

model pembelajaran Kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil

dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali

dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan

kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Slavin menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam belajar

beranggotaan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis

17Ibid, hlm 63

(40)

19

kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam

tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai materi

tersebut, pada tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.19

Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD

ini membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran

dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain :

a. Perangkat Pembelajaran

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan

perangkat pembelajarannya, yang meliputi Rencana Pembelajran, Buku Siswa,

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya.

b. Menentukan Kelompok Kooperatif

Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam

kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan

kelompok yang lainnya relatif homogen. Apabila kemungkinan kelompok

kooperatif perlu memperhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang

sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang relatif sama, maka

pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik yaitu.

1) Siswa dalam kelas terlebih dahulu dirangking sesuai kepandaian dalam mata

pelajaran sejarah. Tujuannya adalah untuk mengurutkan siswa sesuai

kemampuan dalam mata pelajaran sejarah dan digunakan dalam kelompok.

2) Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas, kelompok

menengah, dan kelompok bawah. Kelompok atas sebanyak 25% dari seluruh

19 Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group.

(41)

20

siswa dari seluruh siswa rangking satu, kelompok tengah 50% dari seluruh

siswa yang diambil dari urutan setelah diambil dari kelompok atas, dan

kelompok bawah sebnyak 25% dari seluruh siswa yaitu terdiri atas siswa

setelah diambil kelompok atas dan kelompok menengah.

c. Menentukan Skor Awal

Sekor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai

ulangan sebelumnya. Sekor awal ini dapat berubah setelah ada kuis

d. Pengaturan Tempat Duduk

Pengaturan tempat duduk pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif

perlu juga diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan

pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat

menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas

kooperatif.

e. Kerja Kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe

STAD, terlebih dahulu diadakan diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini

bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam

kelompok20.

(42)

21 b. Fase-fase pembelajaran kooperatif21

Tabel 1: Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut

Fase 2

Menyajikan/menyampaikan informasi

Menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok kerja dan belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

Fase 5

Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja

Fase 6

Memberikan penghargaan

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok (pemberian nilai)

(43)

22

c. Komponen dan Langkah-langkah dalam Metode Pembelajaran STAD Menurut Slavin (2008) STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu

presentasi kelas, kerja kelompok (tim), sekor kemajuan individual, rekognisi

(penghargaan) kelompok.22

a. Presentasi kelas (Class Presentation). Dalam STAD, materi pelajaran

mula-mula disampaikan dalam presentasi kelas. Metode yang digunakan biasanya

dengan pembelajaran langsung atau diskusi kelas yang dipandu guru. Selama

presentasi kelas, siswa benar-benar memperhatikan karena dapat membantu

mereka dalam mengerjakan kuis individu yang juga akan menentukan nilai

kelompok.

b. Kerja kelompok (Teams Works) setiap kelompok terdiri atas 4-5 siswa yang

heterogen. Fungsi utama dari kelompok adalah menyiapkan anggota kelompok

agar mereka dapat mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menjelaskan

materi setiap kelompok mempelajari dan mendiskusikan LKS,

membandingakan jawaban dengan teman kelompok dan saling membantu antar

anggota jika ada yang mengalami kesulitan. Setiap saat guru mengingatkan dan

menekankan pada setiap kelompok agar setiap anggota melakukan yang terbaik

untuk membantu anggotanya.

c. Kuis (Quizzes). Setelah guru memberikan presentasi, siswa diberi kuis

individu. Siswa tidak diperbolehkan membatu sama lain selama kuis

berlangsung. Setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari dan

memahami nateri yang telah disampaikan.

(44)

23

d. Peningkatan Nilai Individu (individual Improvement Score). Peningkatan nilai

individu dilakukan untuk memberikan tujuan presentasi yang ingin dicapai jika

siswa dapat berusaha keras dan hasil prestasi yang labih baik dari yang telah

diperoleh sebelumnya. Setiap siswa dapat menyumbangkan nilai maksimum

pada kelompoknya dan setiap siswa mempunyai skor dasar diperoleh dari

rata-rata tes atau kuis sebelumnya, selanjutnya siswa menyumbangkan nilai untuk

kelompok berdasarkan peningkatan nilai individu yang diperoleh.

e. Penghargaan kelompok (Team Recgnation). Kelompok mendapatkan sertifikat

atau penghargaan lain jika rata-rata skor kelompok melebihi kriteria tertentu.

Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari

peringkat mereka.

7. Konsep Sejarah

Sejarah merupakan bagian penting dalam hidup kita. Dengan sejarah kita

bisa belajar banyak dan menjadi lebih baik. Maka sejarah sangatlah penting untuk

dipelajari. Kata sejarah bersal dari bahasa Arab syajara berarti terjadi, syajarah

berarti pohon, syajarah an-nasab berarti pohon silsilah, bahasa Inggris history23.

Pohon dalam hal ini bisa dikaitkan dengan keluarga raja yang diibaratkan

membentuk sebuah pohon yang bercabang yang melambangkan

keturunannya.Sejarah sebagai ilmu dapat berkembang dengan cara: (1)

perkembangan dalam filsafat, (2) perkembangan dalam teori sejarah, (3)

perkembangan dalam ilmu-ilmu lainnya, dan (4) perkembangan dalam metode

(45)

24

sejarah. Perkembangan sejarah selalu berarti berubah bahwa sejarah selalu

responsive terhadap kebutuhan masyarakat akan informasi24.

Kata syajarah ini mula-mula dimaksudkan sebagai gambaran silsilah

sesuai dengan situasi masyarakat waktu itu yang terutama berorientasi pada

penonjolan peranan para penguasa (raja), maka kebanyakan asal-usul yang ditulis

waktu itu adalah kelompok orang-orang besar, sehingga kelihatan sekali sifat

istanasentrisnya. Ini bisa dibandingkan dengan pengertian sejarah yang tumbuh di

Eropa Barat, seperti kata history dalam bahasa Inggris yang sebernarnya berasal

dari bahasa Yunani historia yang berarti belajar dengan cara bertanya-tanya.25

Kalau pengertian ini dipandang secara luas maka sudah mengacu pada pengertian

ilmu.

I G Widja menyatakan bahwa sejarah sebagai suatu studi yang berusaha

untuk mendapatkan pengertian tentang segala sesuatu yang telah dialami oleh

manusia di masa lampau yang bukti-buktinya masih bisa ditelusuri atau

ditemukan pada masa sekarang.26 Pendapat ini memberi pengertian bahwa sejarah

itu memiliki ciri khas tersendiri bila dibandingkan dengan ilmu lain. Dengan kata

lain, sejarah itu harus disertai bukti-bukti yang kuat dan memiliki relevansi

terhadap kehidupan manusia pada zaman sekarang.

24Ibid, hlm. 22

25 I.G Widja, Pengantar Ilmu Sejarah dalam Perspektif Pendidikan, Satya Wacana, Semarang.

1988, hal. 8

(46)

25 8. Materi Pelajaran

Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Akar-akar Nasionalisme Indonesia

KD 3.10 Menganalisis akar-akar nasionalisme Indonesia pada masa kelahirannya

dan pengaruh bagi masa kini

1) Materi pembelajaran

Akar-akar nasionalisme Indonesia.

b. Peristiwa Sekitar Proklamasi

KD 3.11 Menganalisis peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945

dan arti penting bagi kehidupan berbagsa dan bernegara pada masa itu

dan saat ini.

1) Materi pembelajaran

Peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi Kemerdekaan

B.Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Natalia Sri Purwati (2010) diketahui bahwa

prestasi belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta setelah

penerapan pendekatan Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) dengan KKM 75 (sesuai KKM yang di tetapkan, diperoleh rata-rata

74,38, dimana nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 84,33 dan nilai

terendahnya 65,58.

Hasil penelitian Siska Usulu menunjukkan bahwa melalui penggunaan

(47)

26

kelas X SMK Negeri I Gorontalo tahun pelajaran 2012/2013 pada mata pelajaran

IPS. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan

dari siklus I ke Siklus II yaitu 45,16% menjadi 93,55% atau rata-rata kelas 7,097

pada siklus I menjadi 8,258.

Dari kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada perubahan dari

sebelumnya yang dimana nilai belum mencapai KKM menjadi di atas KKM.

Perubahan tersebut terjadi karena penerapan tipe pembelajaran STAD yang dapat

menarik perhatian siswa, sehingga siswa menjadi lebih termotivasi, lebih aktif

dari yang sebelumnya, dan hal inipun berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

C.Kerangka Berpikir

Rendahnya motivasi peserta didik di dalam kelas mengakibatkan

rendahnya prestasi belajar peserta didik, sehingga diperlukan metode yang mampu

mengerakan peserta didik untuk aktif di dalam kelas. Salah satunya model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, karena metode STAD menekankan adanya

aktifitas dan interaksi antara peserta didik untuk saling mebantu dalam menguasai

materi pembelajaran. Guru di sini hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe

pembelajaran yang menekankan pada aktifitas dan interaksi di antara peserta

didik untuk saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran guna

mencapai prestasi yang maksimal.

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, pembelajaran sejarah model

pembelajaran kooperatif tipe STAD diyakini dapat meningkatkan prestasi belajar

(48)

27

dan pola pikir peserta didik dalam belajar. Berdasarkan kerangka berfikir yang

telah diuraikan di atas maka dapat digambarkan bagan sebagai berikut:

Gambar 1: Bagan Proses Pembelajaran untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah Siswa.

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori serta pelaksanaan, maka hipotesis penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)

dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS I SMA

Negeri 2 Ngaglik.

2. Penerapan model Pembelajaran Student Teams Achievement Division

(STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS I

SMA Negeri 2 Ngaglik.

Penerapan anggota kelompoknya dan memecahkan masalah yang diberikan oleh guru

- Siswa saling berbagi pemikiran dengan proses pembelajaran

(49)

28 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom

action research, yaitu suatu action research yang dilakukan di kelas.27 Maka

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di

kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya

sehingga hasil belajar siswa meningkat.28 Model PTK yang digunakan adalah

model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat

langkah yaitu, (1) Perencanaan (Planing), (2) Tindakan (acting), (3) Obsevasi

(observing), (4) Refleksi (relfkecting).29

PTK ini sangat bermanfaat untuk peneliti karena bisa melakukan inovasi

dalam pembelajaran dengan menerap kan model pemebajaran yang lebih baik dan

untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Melalui PTK juga peneliti dapat

berperan langsung di dalamnya sehingga peneliti bisa merasakan dan

mengangamati seluruh proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.

Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memecahkan permasalahan

nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara

guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan

menumbuhkan budaya akademik dikalangan para guru, peningkatan kualitas

praktik pembelajaran dikelas secara terus mengingat masyarakat berkembang

27 Amirudin Hatibe, Meodologi Penelitian Tindakan Kelas, Suka Press, Yogyakarta, 2012, hlm. 13 28 Ibid, hlm. 14

(50)

secara cepat, peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui

peningkatan proses pembelajaran; sebagai alat traning in-service, yang

memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru, mempertajam kekuatan

analitisnya dan mempertinggi kesadaran di dirinya; peningkatan mutu hasil

melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan memngembangkan

berbagai jenis keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.30

Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini untuk meningkatkan motivasi dan

prestasi belajar siswa.

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Ngaglik

untuk mata pelajaran sejarah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2015/2016 di semester II,

yaitu pada bulan April 2016. Waktu penelitian disesuaikan dengan kalender

akademik dari sekolah dan juga mengikuti kebijakan dari sekolah dan guru mata

pelajaran sejarah. Penentuan waktu ketika penelitian ini sangat pening karena

penelitian tindakan kelas ini memerlukan dua sikus yang membutuhkan proses

pembelajaran yang efektif dikelas.

C. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian tindakan kelas untuk mengatasi peningkatan

motivasi dan prestasi belajar sejarah menggunakan model pembelajaran Student

30 Kunandar, langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi

(51)

Teams-Achievement Division (STAD) adalah siswa kelas XI IPS 1 . Adapun

jumlah siswa kelas XI IPS I adalah berjumlah 32 siswa. 18 siswi dan 14 siswa.

D. Obyek Penelitian

Obyek Penelitian tindakan kelas ini adalah untuk berupa motivasi dan prestasi

belajar siswa dengan materi “Akar-akar Nasionalisme Indonesia dan Pristiwa

sekitar Proklamasi”

E. Devinisi Operasional 1. Motivasi

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energy) sesorang yang dapat

menimbukan dorongan yang membuat individu untuk melakukan suatu tindakan,

baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsic)

maupun dalam luar individu (motivasi ekstrinsik)31.

2. Belajar

Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi

pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan sosial

untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan masuk

akal sesuai dengan kerangka berfikir yang dimiliki.32 Aktivitas yang dilakukan

untuk memperoleh suatu pemahaman yang baru.

3. Prestasi

Prestasi sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan

meningkatnya pengetahuan siswa dan pada akhirnya akan meningkatkan nilai.

31 Kompri, op. cit. hal 3

(52)

Selain adanya perubahan tingkah laku, keberhasilan dalam pembelajaran juga

dapat dilihat dari prestasi belajar atau hasil belajar dari siswa. Ditandai dengan

hasil yang dicapai. Dalam hal ini hasil yang dicapai adalah nilai dari hasil proses

pembelajaran

4. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk

membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus ketrampilan

sosial (social skill) termasuk interpersonal skill33. Pembelajaran kooperatif

dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih

sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif

ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga

memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat

interpedensi efektif di antara anggota kelompok34

5. Model STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari

model pembelajaran Kooperatiif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil

dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali

dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan

kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.35

33 Ibid, Hal 271.

(53)

F. Variabel-variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan

variabel terikat.

1. Variabel bebas (X) : Model pembelajaran Student Teams Achievement

Division (STAD)

2. Variabel terikat (Y) : Motivasi dan prestasi belajar sejarah

G. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi

Obeservasi ini dilakukan untuk mengetahui situasi dan kondisi awal keadaan

kelas sebelum merepakan model pembelajaran Student Teams Achievement

Division maupun setelah penarapan model pembelajaran tersebut.

2. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap

pelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengtahui hasil belajar siswa antara sebelum

maupun sesudah pembelajaran berlangsung.

3. Koesioner

Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket

atau kuesioner. angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau

hal-hal yang ia ketahui.

4. Wawancara

Untuk mendapakan data tentang tingkat keberhasilan penerapan kooperatif

(54)

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiaran untuk mengumpulkan data agar kegiatan tesebut

menjadi sistematis dan memudahkan dalam memperoleh data tersebut36

1. Alat pengumpulan data a) Observasi

Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan teknik analisis

kualitatif dan kuantitif yang digunakan untuk melihat kegiatan belajar siswa

dalam proses pembelajaran di kelas.

b) Tes hasil belajar

Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa

sebelum dan susesudah diterapkannya model pembelajaran Student Teams

Achievement Division.

c) Kuesioner

Kuesioner yang berupa lembar-lembar isian, yaitu kuesioner tertutup serta

diukur menggunakan rating scala (skala bertingkat)

2. Validitas dan Reliabilitas a) Validitas

Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat sahihnya sebuah

tes. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam

arti memiliki kesejajaran antara tes dan kreteria.37

36 Suharsimi Arikunto, Managemen Penelitian, Renika Cipta, Jakarta, hlm. 100

37 Suharsismi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bumi Akasara, Jakarta,

Gambar

Tabel 1: Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Gambar 1:  Bagan Proses Pembelajaran untuk Meningkatkan Motivasi dan  Prestasi Belajar Sejarah Siswa
Gambar II : Bagan Rancangan Siklus Penelitian39
Tabel 2 : Penilaian Kegiatan Belajar Siswa On task
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode spektrofotometri yang dikombinasikan dengan kemometrika kalibrasi multivariat partial least square (PLS) digunakan dalam analisis sediaan farmasi sampel sirup dengan

Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan sediaan gel penyembuh luka dengan ekstrak daun mengkudu dan gelling agent karbopol 940 yang dapat memiliki sifat fisik dan

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana kebijakan Dinas Kehutanan dalam menanggulangi upaya menanggulangi pembalakan hutan di wilayah KPH Malang.Ingin

[r]

Evaluasi merupakan tolok ukur keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang

[r]

Pengaruh Konflik Peran Ganda Sebagai Ibu Rumah Tangga dan Pekerja Terhadap Tingkat Stres Wanita Karir (Studi Kasus Pada Pegawai Negeri Sipil Wanita di Kota Semarang Jawa

Pada Mega Electronik Store, pengolahan data dalam hal pemesanan barang electronik masih dilakukan secara manual, dalam penulisan ilmiah ini akan dibahas tentang pembuatan