• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KECACATAN PRODUK DENGAN METODE (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KECACATAN PRODUK DENGAN METODE (2)"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KECACATAN PRODUK DENGAN METODE

SEVEN TOOLS DI PT OCEAN ASIA INDUSTRY

CIKANDE - SERANG

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen (S.M) dari Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi (STIE) Bina Bangsa

O L E H :

KRISTINA MUNGNAY 11120599

JURUSAN : MANAJEMEN

KONSENTRASI : MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI PROGRAM PENDIDIKAN : STRATA-1 (S-1)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

STIE BINA BANGSA

(2)

KRISTINA MUNGNAY 11120599

ANALISIS KECACATAN PRODUK DENGAN METODE SEVEN TOOLS DI PT OCEAN ASIA INDUSTRY CIKANDE-SERANG

ANALISIS KECACATAN PRODUK DENGAN METODE SEVEN TOOLS DI PT OCEAN ASIA INDUSTRY

CIKANDE - SERANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen (S.M) dari Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi (STIE) Bina Bangsa

Disusun Oleh :

KRISTINA MUNGNAY 11120599

JURUSAN : MANAJEMEN

KONSENTRASI : MANAJEMEN OPERASI PRODUKSI

PROGRAM PENDIDIKAN : STRATA-1 (S-1)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI STIE BINA BANGSA

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

TENTANG

KEABSAHAN SKRIPSI

Saya Kristina Mungnay, 11120599, Jurusan Manajemen Operasi Produksi menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi dengan judul :

Analisis Kecacatan Produk dengan Metode Seven Tools di PT Ocean Asia Industry Cikande - Serang

Saya tulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Manajemen (S. M) dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bina Bangsa, seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan Skripsi yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian Skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya PLAGIAT dalam bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar akademik yang telah saya peroleh dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan.

Serang, 29 Februari 2016 Nama Mahasiswa

Materai 6000

(4)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

DIPERSYARATKAN UNTUK UJIAN SIDANG SKRIPSI

SKRIPSI

ANALISIS KECACATAN PRODUK DENGAN METODE SEVEN TOOLS DI PT OCEAN ASIA INDUSTRY CIKANDE – SERANG

KRISTINA MUNGNAY NPM : 11120599 JURUSAN : MANAJEMEN

KONSENTRASI : MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI JENJANG PENDIDIKAN : STRATA-1 (S-1)

Disetujui Untuk Dipertahankan Dalam Sidang Skripsi

Pembimbing I Pembimbing II

Ende, ST. MAB Abdul Aziz, S. Pd. I, MM

Tanggal : 29 Februari 2016 Tanggal : 29 Februari 2016

PIMPINAN JURUSAN / PROGRAM STUDI JURUSAN : MANAJEMEN

Ketua Sekretaris

(5)

PERSETUJUAN PENGESAHAN PEMBIMBING DAN PIMPINAN PERGURUAN TINGGI

SKRIPSI

ANALISIS KECACATAN PRODUK DENGAN METODE SEVEN TOOLS DI PT OCEAN ASIA INDUSTRY CIKANDE – SERANG

KRISTINA MUNGNAY NPM : 11120599 JURUSAN : MANAJEMEN

KONSENTRASI : MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI JENJANG PENDIDIKAN : STRATA-1 (S-1)

Skripsi Telah Diterima dan Dinyatakan :

L U L U S

Dengan Nilai Huruf : A/B/C

Oleh Dewan Penguji Dalam Sidang Program Sarjana (S1)

Jurusan Manajemen Operasi Produksi pada Hari…… Tanggal ….. Tahun…..

Serang, Tanggal…….

Pembimbing I Pembimbing II

Ende, ST. MAB Abdul Aziz, S. Pd. I, MM

NIDN : 0417088305 NIDN : PIMPINAN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI STIE BINA BANGSA

Ketua Sekretaris

Nani Rohaeni, SE., M.M Ende, ST. MAB NIDN : 0414097403 NIDN : 0417088305

Mengetahui, Ketua STIE Bina Bangsa

Dr. H. Furtasan Ali Yusuf, S.E, S. Kom, M.M

(6)

PERSETUJUAN PENGESAHAN PEMBIMBING DAN DEWAN PENGUJI

SKRIPSI

ANALISIS KECACATAN PRODUK DENGAN METODE SEVEN TOOLS DI PT OCEAN ASIA INDUSTRY CIKANDE – SERANG

KRISTINA MUNGNAY NPM : 11120599 JURUSAN : MANAJEMEN

KONSENTRASI : MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI JENJANG PENDIDIKAN : STRATA-1 (S-1)

Skripsi Telah Diterima dan Dinyatakan :

L U L U S

Dengan Nilai Huruf : A/B/C

Oleh Dewan Penguji Dalam Sidang Program Sarjana (S1)

Jurusan Manajemen Operasi Produksi pada Hari…… Tanggal ….. Tahun…..

Serang, Tanggal…….

Pembimbing I Pembimbing II

Ende, ST. MAB Abdul Aziz, S. Pd. I, MM NIDN : 0417088305 NIDN :

TEAM PENGUJI

1. Nama Dosen Penguji -1 Ketua Penguji ……….

NIDN : Tanggal :

2. Nama Dosen Penguji -2 Anggota ………..

NIDN : Tanggal :

3. Nama Dosen Penguji -3 Anggota ………...

(7)

ANALYSIS OF DEFECT PRODUCT WITH SEVEN TOOLS METHOD Survey In PT Ocean Asia Industry (2016)

KRISTINA MUNGNAY 11120599

ABSTRACT

This study was conducted to know about level of defect product in PT Ocean Asia Industry, knowing about kind of defect product in PT Ocean Asia Industry, knowing about most of defect product and cause of defect product in PT Ocean Asia Industry. Target of defect product should be below 1% but in PT Ocean Asia Industry defect product always over than 1%.

Method of research is qualitative method with case study. Procedure of research using Spradley theory that was build in 12 steps. Data was taken by observation, interview, documentation and literature review. Validity of data was did by triangulation.

There are 13 kinds of defect product in PT Ocean Asia Industry. The result of research using seven tools method, the highest is color defect. So, this research focus only for color defect. Color defect has 62% or 528 unit during 2015. Defect cause by four things they are man, material, method and machine. color defect is not related to total production in every month.

Most of defect product cause of less control from quality control department. Defect product that was not control by the control chart in every month, make employee lack of understanding about color defect knowledge so they will not aware about color defect.

(8)

ANALISIS KECACATAN PRODUK DENGAN METODE SEVEN TOOLS Survey di PT Ocean Asia Industry (2016)

KRISTINA MUNGNAY 11120599

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kecacatan produk di PT Ocean Asia Industry, jenis kecacatan produk di PT Ocean Asia Industry, jenis kecacatan terbanyak serta mengetahui penyebab kecacatan produk di PT Ocean Asia Industry. Target kecacatan produk adalah dibawah 1% namun yang terjadi di PT Ocean Asia Industry kecacatan produk selalu melebihi 1% dalam setiap bulannya.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Prosedur penelitian menggunakan teori spradley yaitu sebanyak 12 langkah. Pengambilan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Keabsahan data dilakukan dengan triangulasi.

Jenis kecacatan di PT Ocean Asia Industry sebanyak 13 jenis. Hasil dari penelitian menggunakan seven tools, diperoleh kecacatan tertinggi ada pada kecacatan warna. Maka penelitian ini fokus pada kecacatan warna. Kecacatan warna berada pada angka 62% atau sebanyak 528 unit pada tahun 2015. Kecacatan yang terjadi disebabkan oleh empat hal yaitu man, material, method dan machine. Kecacatan tersebut tidak berhubungan dengan total produksi ditiap bulannya.

Sebagian besar kecacatan produk disebabkan karena kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh bagian quality control. Kecacatan yang tidak dikontrol dengan control chart dalam setiap bulannya menyebabkan karyawan kurang memahami bahwa kecacatan warna tidak terkontrol dengan baik sehingga mengabaikan kecacatan warna yang terjadi.

(9)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya pada penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul : Analisis Kecacatan Produk dengan Metode Seven Tools, Survei di PT Ocean Asia Industry Cikande. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Manajemen (S.M) Pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bina Bangsa Banten.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung memberikan kontribusi dalam penyelesaian Skripsi ini. Secara khusus pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang Terhormat :

1. Bapak DR. H. Furtasan Ali Yusuf, SE., S. Kom., MM selaku Ketua Yayasan STIE Bina Bangsa.

2. Bapak Budi Ilham Maliki, S. Pd., MM selaku Pembantu ketua 1 Bidang Akademik.

3. Bapak Drs. Gatot Hartoko, M. Si Selaku pembantu ketua II Bidang Umum dan Keuangan.

4. Bapak Drs. A. R. Chaerudin, MM selaku pembantu ketua III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni.

5. Ibu Nani Rohaeni, SE., MM selaku Ketua Jurusan Manajemen.

6. Bapak Ende, S.T., MAB selaku Sekretaris Jurusan Manajemen dan Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan selama penyusunan Skripsi ini dari awal hingga Skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Bapak Abdul Aziz, S. Pd., I, MM selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan selama penyusunan Skripsi ini dari awal hingga Skripsi ini dapat diselesaikan.

(10)

9. Bapak Hartono Hendrawan dan Ibu Winarti, selaku orang tua yang telah mendukung aktivitas penulis selama penyusunan skripsi.

10. Ahmad Zahrawani, S. Sos, selaku calon suamiku yang telah mendukung penuh dalam segala kegiatan selama penyusunan skripsi dan memberikan jalan untuk mendapatkan sumber-sumber informasi yang bermanfaat untuk penulis dalam penyusunan skripsi.

11. Ulfathul Mardiah, selaku sahabat yang telah mendukung kelancaran penyusunan skripsi.

12. Cery Anisah, A. Md, selaku sahabat yang telah mendukung kelancaran penyusunan skripsi.

13. Dimas Setyo Perdana, selaku sahabat yang telah mendukung kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

14. Karyawan bagian Color Team PT Ocean Asia Industry yang telah mendukung penuh dan memberikan pencerahan untuk pengambilan data informasi dalam penelitian skripsi sehingga penulis berhasil mendapatkan data dengan mudah. Laporan ini disusun sebagai tugas akhir dari kegiatan penelitian dan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Manajemen (S.M) dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bina Bangsa Banten.

Laporan ini diharapkan dapat membantu penulis untuk mempermudah dalam pelaksanaan Bimbingan Tugas Akhir. Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh Mahasiswa/I STIE Bina Bangsa.

Cikande, 29 Februari 2016

Penulis

(11)

Lembar Pengesahan……….. i

Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi……….. iv

Abstrak………... v

Kata Pengantar……….. vii

Daftar Isi………. vi

Daftar Tabel………... viii

Daftar Gambar………...ix

Daftar Lampiran………x

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Belakang Masalah………... 1

1.2 Fokus dan Subfokus Penelitian……… 5

1.3 Pertanyaan Penelitian………... 6

1.4 Kegunaan Penelitian………. 6

BAB II KAJIAN TEORITIK………8

2.1 Deskripsi Konseptual………. 8

2.1.1 Pengertian Produk……….. 8

2.1.2 Pengenalan Bahan Tekstil……….. 9

2.1.3 Pengertian Kualitas……….... 12

2.1.4 Manajemen Kualitas/Manajemen Mutu……… 13

2.1.5 Pengendalian Kualitas……… 14

2.1.6 Pentingnya Pengendalian Mutu………. 16

2.1.7 Seven Tools………. 17

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan………... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……… 29

3.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian………. 38

3.1.1 Tinjauan Organisasi………... 38

3.2.2 Sejarah Singkat Berdirinya PT Ocean Asia Industry………… 38

3.2 Struktur Organisasi dan Tugas Pokok……….... 39

3.2.1 Tugas dan Tanggung Jawab………... 40

(12)

3.2.3 Misi PT Ocean Asia Industry………. 42

3.2.4 Tujuan Perusahaan………. 42

3.3 Tujuan Penelitian………... 45

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian……… 45

3.5 Latar Penelitian……….. 45

3.6 Metode dan Prosedur Penelitian……… 46

3.7 Data dan Sumber Data………... 48

3.8 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data………... 48

3.9 Prosedur Analisis Data………... 50

3.10 Pemeriksaan Keabsahan Data……….. 55

BAB IV HASIL PENELITIAN……… 60

4.1 Gambaran Umum Tentang Latar Penelitian……….. 60

4.2 Temuan Penelitian………. 60

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN………... 76

5.1 Tingkat Kecacatan Produk di PT Ocean Asia Industry………. 76

5.2 Jenis-Jenis Kecacatan Produk di PT Ocean Asia Industry………… 81

5.3 Jenis Kecacatan Terbanyak di PT Ocean Asia Industry……… 84

5.4 Penyebab Kecacatan Produk di PT Ocean Asia Industry………….. 86

BAB VI SIMPULAN DAN REKOMENDASI……… 91

6.1 Simpulan ………... 91

6.2 Rekomendasi……… 92 Lampiran – Lampiran……….. Riwayat Hidup………

(13)

Gambar Halaman

2.1 Contoh Diagram Pareto……….. 20

2.2 Contoh Diagram Histogram………... 21

2.3 Contoh Check Sheet………... 23

2.4 Contoh Fishbone Diagram………. 25

2.5 Contoh Scatter Diagram………. 26

2.6 Contoh Diagram Alur Proses (Flow Chart)………... 28

2.7 Contoh Control Chart………. 30

3.1 Struktur Organisasi PT Ocean Asia Industry………. 40

3.2 Tahapan Penelitian Kualitatif……… 50

3.3 Elemen Dalam Domain……….. 52

3.4 Hasil Dari Analisis Taksonomi……….. 53

3.5 Uji Kredibilitas Data……….. 55

3.6 Triangulasi Sumber……… 57

3.7 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data………. 57

3.8 Triangulasi Waktu Pengumpulan Data……….. 58

5.1 Diagram Histogram Kecacatan Warna……….. 78

5.2 Diagram Histogram Kecacatan Kualitas Fisik………... 80

5.3 Diagram Pareto Kecacatan Produk di PT Ocean Asia Industry…… 85

5.4 Control Chart Kecacatan Warna di PT Ocean Asia Industry……… 85

5.5 Diagram Tulang Ikan Kecacatan Warna di PT Ocean Asia Industry 86 5.6 Diagram Tebar Kecacatan Warna di PT Ocean Asia Industry…….. 87

5.7 Alur Proses Kerja (Flow Chart) PT Ocean Asia Industry…………. 89

(14)

Tabel Halaman

1.1 Laporan Kecacatan Produk Tahun 2015……… 4

2.1 Simbol Dalam Penyusunan Flow Chart………. 27

2.2 Simbol Dalam Penyusunan Flow Chart (Lanjutan)………... 28

2.3 Hasil Penelitian Yang Relevan……….. 30

2.4 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)……… 31

2.5 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)……… 32

2.6 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)……… 33

2.7 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)……… 34

2.8 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)……… 35

2.9 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)……… 36

2.10 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)……….. 37

4.1 Hasil Wawancara……….. 61

4.2 Hasil Wawancara (Lanjutan)………. 62

4.3 Hasil Wawancara (Lanjutan)………. 63

4.4 Hasil Wawancara (Lanjutan)………. 64

4.5 Hasil Wawancara (Lanjutan)………. 65

4.6 Hasil Wawancara (Lanjutan)………. 66

4.7 Hasil Wawancara (Lanjutan)………. 67

4.8 Hasil Wawancara (Lanjutan)………. 68

4.9 Laporan Kecacatan Produk……… 70

4.10 Data Jenis Kecacatan Warna di PT Ocean Asia Industry………… 73

4.11 Jenis Kecacatan Terbanyak di PT Ocean Asia Industry………….. 73

5.1 Data Kecacatan Produk Tahun 2015………. 77

5.2 Perhitungan Data Kecacatan Warna……….. 78

5.3 Perhitungan Data Kecacatan Kualitas Fisik………... 79

5.4 Check Sheet atau Lembar Isian Kecacatan Produk………... 80

(15)

Lampiran

1. Surat Permohonan Bimbingan... 2. Surat Permohonan Penelitian... 3. Surat Keterangan Telah Melaksanakan penelitian dari PT Ocean Asia

Industry... 4. Lembaran Hasil Wawancara... 5. Peta Proses Bisnis PT Ocean Asia Industry... 6. Daftar Kehadiran Bimbingan...

BAB I

(16)

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat ini pelaku bisnis dalam industri di Indonesia menyadari akan semakin berubahnya orientasi pelanggannya terhadap kualitas. Dalam persaingan dunia industri yang semakin ketat, perusahaan harus dapat bertahan dan bersaing dengan perusahaan sejenis. Oleh sebab itu, perusahaan harus dapat memenuhi keinginan pelanggan dan berusaha untuk dapat mempertahankan pelanggan. Komitmen dari perusahaan untuk terus mempertahankan kualitas dan keinginan pelanggan adalah dengan diterapkannya berbagai sistem manajemen mutu ISO dalam perusahaan, perusahaan telah mengalami perubahan dalam bidang kualitas. Namun perusahaan tidak dapat berhenti begitu saja karena pada kenyataannya masih terdapat produk yang belum sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan atau produk cacat (defect product). Sejalan dengan kemajuan teknologi, dapat diketahui bahwa konsumen menghadapi lebih banyak alternatif produk dengan harga dan pemasok yang berbeda. Hal ini menjadi sebuah persoalan yang harus diperhatikan perusahaan, terutama dalam hal penentuan pilihan produk yang akan dibeli konsumen. Menurut Kotler, pelanggan selalu mencari nilai yang dianggap paling tinggi dari beberapa produk atau jasa yang ada. Mereka membentuk harapan tentang nilai yang akan diperoleh (value expectation). Berdasarkan nilai tersebut, dapat diukur besarnya tingkat kepuasan yang dimiliki pelanggan.1

Pada kenyataannya, apabila hasil produksi/barang itu tidak dapat mencapai dengan tepat tujuan untuk apa barang tersebut dimaksudkan atau dipergunakan, ini tidak selalu berarti bahwa konsumen atau pembeli akan membuat keluhan-keluhan kepada produsen. Hal ini terjadi, karena seperti kita ketahui bahwa terdapat rantai distribusi antara konsumen dan produsen yang dapat menghalangi pemindahan informasi atau penyampaian keluhan-keluhan ini. Sehingga apabila

1 Moh. Ali Ramdhani, Manajemen Operasi, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2014), Cet. Ke-1,

(17)

tidak terdapat kesesuaian/kecocokan akan tujuan yang diinginkan dari penggunaan barang tersebut, maka biasanya konsumen atau pembeli akan pindah membeli barang merek lain di pasar.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa tidak mungkin dan tidaklah ada gunanya apabila si produsen merasa dirinya sebagai konsumen atau orang yang dapat menentukan kehendak/keinginan konsumen, terutama dalam menentukan tujuan untuk apa barang tersebut dimaksudkannya. Hal ini perlu diperhatikan oleh si produsen, karena ia menjual barang kepada pelanggan atau konsumen dan tidak pada dirinya sendiri. Dengan demikian sudah tentu si produsen tidaklah dapat menentukan begitu saja mutu yang bagaimana yang dibutuhkan dan yang akan dihasilkannya. Yang sudah jelas adalah bahwa keinginan/selera antara pembeli juga berbeda-beda, yang mungkin disebabkan karena perbedaan sifat daerah asalnya atau tingkat sosialnya atau sebab lainnya. Akibat keadaan ini akan lebih menyulitkan bagi pengusaha/produsen untuk memilih atau menentukan faktor kualitas yang diminta oleh pembeli atau pelanggan. Hendaknya para produsen selalu mengingat bahwa yang menjual barang-barang kepada pelanggan atau konsumen tidak hanya dia sendiri, tetapi masih terdapat banyak produsen lain. Oleh karena itu perlu adanya suatu dasar atas kebijakan yang diambilnya.

(18)

yang dihasilkan untuk melakukan rework akan lebih besar. Seharusnya produk dapat diperhatikan dari mulai bahan baku atau sebelum produksi, ketika masih dalam proses dan ketika finished good. Dengan demikian, produk akhir yang dihasilkan adalah produk yang bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan yang harus dibayar mahal karena produk tersebut harus dibuang atau dilakukan pengerjaan ulang. Hal ini dapat dicapai melalui penentuan metode-metode yang dapat diterapkan, salah satunya adalah metode seven tools atau tujuh alat perbaikan kualitas. Tujuh alat perbaikan kualitas (seven tools) merupakan instrumen dari Total Quality Management untuk melengkapi usaha pencapaian manajemen kualitas total (Total Quality Management). Alat perbaikan kualitas tersebut diantaranya Rekaman Data(Check Sheet), Grafik antar Variabel (Scatter Diagram), Diagram Tulang Ikan (Fishbone), Alur Proses (Flow Chart), Diagram Pareto (Pareto Chart), Diagram Histogram (Histogram Chart), dan Peta Kendali (Control Chart). 3

Untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang baik maka variasi yang terjadi harus diperkecil. Untuk dapat menyelesaikan masalah cacat produk, tidak semua penyebab dapat di atasi sekaligus, perusahaan harus mampu mengidentifikasi masalah-masalah apa yang perlu diprioritaskan terlebih dahulu. Masalah kecacatan produk dalam PT Ocean Asia Industry merupakan hal yang paling penting untuk diteliti, karena perusahaan tersebut sangat mendukung untuk mendapatkan sertifikat ISO 9001 : 2015 yang merupakan sertifikat dalam sistem manajemen kualitas. Pencapaian kesempurnaan kualitas perlu ditekankan di PT Ocean Asia Industry. Banyak hal yang harus dipelajari oleh PT Ocean Asia Industry mengenai pengendalian kualitas tersebut. Kepuasan pelanggan merupakan hal yang diutamakan oleh perusahaan. Kepuasan pelanggan merupakan salah satu tujuan perusahaan. Salah satu bentuk kepuasan pelanggan adalah apabila kita dapat memberikan pelayanan terbaik salah satunya yaitu kualitas terbaik. Kualitas terbaik yang diberikan merupakan produk tanpa kecacatan (zero defect).

(19)

Pencapaian zero defect tidaklah mudah. Banyak hal yang harus dipertimbangkan, terutama akar permasalahan sebuah produk. Angka kecacatan di PT Ocean Asia Industry masih dikatakan kurang dari sempurna dibandingkan dengan produksi pada setiap bulannya. Angka kecacatan yang sangat besar dan masih belum dikatakan sempurna, membuat penulis ingin meneliti lebih dalam mengenai kecacatan produk yang terdapat di PT Ocean Asia Industry.

Sebagaimana diketahui pada tabel dibawah ini bahwa data kecacatan selama satu tahun pada tahun 2015, kecacatan semakin meningkat. Jenis kecacatan bervariasi, mulai dari kecacatan yang disebabkan oleh garis minyak yang disebabkan oleh bagian perajutan, kecacatan yang disebabkan oleh warna, kecacatan yang disebabkan oleh kualitas fisik kain yang tidak sesuai dengan standar kualitas yang telah diberikan oleh pelanggan.

Tabel 1.1 Laporan Kecacatan Produk Tahun 2015

(20)

dilakukan untuk membantu perusahaan dalam mencari penyebab kecacatan yang sangat tinggi dalam setiap bulannya, mengetahui jenis kecacatan produk kain yang ada di PT Ocean Asia Industry serta memberikan solusi terbaik atas permasalahan yang ada. Analisis mencari penyebab kecacatan produk dilakukan dengan metode seven tools.

Penulis memilih menggunakan metode tersebut karena metode tersebut digunakan untuk menemukan suatu metode pengendalian kualitas yang tepat untuk mengurangi kecacatan suatu produk dan untuk perbaikan kualitas, sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu, metode seven tools juga memiliki langkah-langkah terstruktur mulai dari penentuan masalah hingga perencanaan rencana ke depan dalam meningkatkan kualitas suatu produk.

1.2 Fokus dan Subfokus Penelitian

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka peneliti dapat memutuskan mengenai fokus dan subfokus penelitian yang akan dilakukan di PT Ocean Asia Industry mengenai kecacatan produk. Penelitian ini difokuskan kedalam masalah kecacatan produk kain yang terdapat di PT Ocean Asia Industry. Data yang akan dijadikan sumber penelitian merupakan data kecacatan produk tahun 2015. Data tersebut dijadikan sumber penelitian karena merupakan data terbaru mengenai kecacatan produk di PT Ocean Asia Industry selama tahun 2015.

Berdasarkan fokus penelitian yang dituju, maka penulis menentukan bahwa subfokus penelitian ini diantaranya :

1. Data kecacatan dari setiap bulannya untuk menganalisa seberapa besar tingkat kecacatan yang terjadi di PT Ocean Asia Industry.

2. Jenis cacat yang terjadi pada pembuatan produk kain di PT Ocean Asia Industry.

(21)

1.3 Pertanyaan Penelitian

Dari fokus dan subfokus diatas, dapat ditarik pertanyaan dalam sebuah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat kecacatan produk yang terjadi di PT Ocean Asia Industry? 2. Ada berapakah golongan produk cacat pada kain di PT Ocean Asia Industry? 3. Jenis cacat manakah yang jumlahnya paling banyak?

4. Apa penyebab kecacatan sebuah produk kain di PT Ocean Asia Industry? Pertanyaan penelitian akan menjadi acuan bagi penentuan tujuan penelitian, penyusunan teori, penggunaan metode penelitian, pembahasan hasil penelitian dan simpulan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian mengenai kecacatan produk yang terjadi di PT Ocean Asia Industry, penulis berharap penelitian tersebut dapat berguna dan bermanfaat baik kepada penulis ataupun perusahaan. Kegunaan penelitian terbagi menjadi dua yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. Kegunaan teoritis merupakan bagaimana hasil penelitian menjadi bagian dari proses pengembangan ilmu sedangkan kegunaan praktis adalah bagaimana hasil penelitian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan.

Berdasarkan teori diatas, maka penulis dapat menyimpulkan mengenai kegunaan penelitian kecacatan produk yang terjadi di PT Ocean Asia Industry. a. Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah untuk membantu penulis untuk

(22)
(23)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

2.1 Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus Penelitian 2.1.1 Pengertian Produk

Pengertian produk tidak dapat dilepaskan dengan kebutuhan atau need, karena produk merupakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan manusia.4 Produk juga merupakan salah satu variabel yang menentukan dalam kegiatan suatu usaha, karena tanpa produk, suatu perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Banyaknya pesaing dalam dunia bisnis memerlukan suatu produk yang berbeda satu sama lainnya dan atupun sama. Produk suatu perusahaan haruslah memiliki suatu keunggulan ataupun kelebihan dibandingkan produk yang dihasilkan perusahaan lain, dalam hal ini perusahaan pesaing. Produk yang diharapkan oleh pembuatnya atau penjualnya akan mampu memenuhi kebutuhan manusia itu ada yang berhasil akan tetapi tdak jarang pula yang mengalami kegagalan.

Suatu produk tidak dapat dilepaskan dari namanya pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen. Suatu produk juga tidak dapat dikatakan memiliki nilai jual, jika produk tersebut tidak menarik bagi konsumen. Secara umumnya, produk adalah sekumpulan atribut yang nyata dan tidak nyata yang didalamnya tercakup warna, harga, kemasan, prestise pengecer, dan pelayanan dari pabrik serta pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya.

Produk merupakan sebuah kebutuhan untuk masyarakat yang disediakan oleh produsen untuk memenuhi kebutuhan seorang pelanggan. Produk merupakan barang yang bernilai yang dibuat sesuai dengan kebutuhan seorang pelanggan. Produk harus diusahakan agar dapat menjadi cocok dengan pasar yakni orang atau organisasi serta msyarakat luas, yang mana mereka memiliki berbagai macam kebutuhan. Dalam pengertian sempitnya produk adalah sekumpulan sifat fisik dan

(24)

kimia yang berwujud yang dihimpun dalam suatu bentuk serupa dan yang telah dikenal. Dalam pengertian secara luas produk adalah sekelompok sifat-sifat yang berwujud dan tidak berwujud yang didalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer, dan pelayanan yang diberikan kosumen dan pengecer yang dapat diterima konsumen sebagai kebutuhan. Dalam buku Manajemen Pemasaran Edisi Kedua menerangkan bahwa produk adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia atau masyarakat.5

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa produk merupakan segala sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Produk terbagi menjadi dua jenis ada produk yang berwujud dan produk yang tidak berwujud. Kedua jenis produk tersebut merupakan segala kebutuhan konsumen yang memiliki nilai tersendiri terhadap pemenuhan kebutuhan konsumen.

PT Ocean Asia Industry merupakan perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk berupa tekstil. Produk yang ditawarkan merupakan produk kain berbahan 100% cotton, polyester, spandex, jersey, pique, lacoste, fleece, French terry, rib 1x1. Produk yang dihasilkan akan di suplai ke garment yang kemudian akan dibuat sebuah pakaian yang dijual di pasar dunia. Produk yang dibuat merupakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Semua standar ditentukan oleh para pelanggannya.

2.1.2. Pengenalan bahan tekstil

Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya bahan tekstil dikelompokkan menurut jenisnya sebagai berikut:

a. Berdasarkan jenis produk/bentuknya: serat staple, serat filamen, benang, kain, produk jadi (pakaian / produk kerajinan dll).

(25)

b. Berdasarkan jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran. c. Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna, bermotif/bergambar. d. Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang

tunggal, benang gintir. 1) Pemeriksaan serat

Bila pemeriksaan serat secara visual belum dapat mengetahui asal bahan dengan pasti, maka sering dilakukan pemeriksaan yaitu dengan membakar serabut. Uji pembakaran dilakukan sebagai berikut :

Benang dicabut dari kain kemudian dipegang dengan pinset dan dibakar kemungkinan hasil uji membakaran serat adalah sebagai berikut :

a. ciri serat selulosa :

1) Benang akan cepat terbakar menjalar 2) Nyalanya berwarna kuning

3) Waktu terbakar tidak berbau, namun setelah padam berbau seperti kertas terbakar.

4) Bekas pembakaran merupakan abu yang mudah hancur dan warnanya kelabu.

b. ciri serat protein

1) Benangnya sukar terbakar 2) Berbau seperti rambut terbakar

3) Bekas pembakarannya beebentuk abu hitam c. Ciri serat termoplastik

Ciri serat termoplastik bermacam tergantung dari jenis kimia yang dipakai dalam proses pembuatannya.

2) Penggolongan Serat Tekstil

(26)

3) Jenis-Jenis Serat

Pada dasarnya serat tekstil berasal dari tiga unsur utama, yaitu serat yang berasal dari alam(tumbuh-tumbuhan dan hewan), serat buatan(sintetis) dan galian (asbes, logam).

a. Serat alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan antara lain: kapas, lenan, rayon, nenas, pisang. Serat alam yang berasal dari hewan yakni: dari bulu beri-beri, adapun bahan yang berasal dari serat tersebut adalah bahan wol.sedangkan serat dari ulat sutra menghasilkan bahan tekstil sutra. b. Serat buatan (termoplastik) bahan tekstil yang berasal dari serat buatan ini

adalah berupa Dacron, polyester, nylon.

c. Serat galian, adalah yang berasal dari dalam tanah.contoh asbes dan logam, benang logam.bahan asbes banyak digunakan untuk sumbu kompor minyak tanah, untuk mengisi aneka bunga yang berasal dari bermacam-macam bahan tekstil seperti: stoking, nylon, tula dan lain-lain.

4) Pembuatan Kain

Secara historis pembuatan kain telah dikenal sejak dahulu dan teknologinya berkembang terus, mulai dari kain yang dibuat dari kulit kayu atau kulit binatang sampai kemudian kain dibuat dengancara pertenunan, perajutan atau dikempa.

Prinsip pembuatan kain tenun, adalah menyilangkan benang pakan pada celah deretan benang lusi yang disusun memanjang dari gulungan benang yang dipersiapkan sebelumnya, cara ini telah dikenal sejak zaman pra sejarah dan tidak diketahui penciptanya, bahkan beberapa motif tenun sudah dibuat sejak 1.500 tahun sebelum Masehi.

(27)

5) Tekstil Untuk Busana

Tekstil untuk busana memerlukan persyaratan khusus, karena itu tidak seluruh tekstil yang ada dapat digunakan untuk busana. Syarat tekstil untuk busana, ialah memberikan kenyaman dan layak dipakai. Untuk itu tekstil untuk busana harus dapat menyerap keringat, pegangannya nyaman, nampak estetik, tidak kusut atau mengkeret dan sebagainya. Untuk sifat menyerap keringat harus memilih bahan tekstil higroskopis, yaitu bersifat menyerap air, misal memilih bahan kapas. Jika menggunakan serat sintetik dapat dicampur dengan serat kapas. Untuk menambah estetika bahan tekstil setelah penyempurnaan awal seperti pencucian, diproses pencelupan, pencapan atau pengelantangan. Untuk sifat pegangan nyaman, tidak kusut dan tidak mengkeret kain juga dilakukan proses penyempurnaan akhir. Rangkaian proses tersebut membuat bahan tekstil tersebut akan layak dan pantas dipakai sebagai busana.

2.1.3 Pengertian Kualitas

Secara harfiah, kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memnuhi atau melebihi harapan. Tjiptono dan Anastasia , Mendefinisikan kualitas sebagai kesesuaian untuk digunakan (fitness untuk digunakan). Definisi lain yang menekankan orientasi harapan pelanggan pertemuan. 6

Kualitas adalah tujuan yang sulit dipahami, karena harapan para konsumen akan selalu berubah. Setiap standar baru ditemukan, maka konsumen akan menuntut lebih untuk mendapatkan standar baru lain yang lebih baru dan lebih baik. Dalam pandangan ini, kualitas adalah proses dan bukan hasil akhir (meningkatkan kualitas kontinuitas).

Kualitas mengatakan mengandung banyak definisi dan makna, orang yang berbeda akan menafsirkannya berbeda, tetapi dari beberapa definisi dapat ditemukan untuk memiliki beberapa kesamaan, meskipun hanya cara pengiriman biasanya ditemukan pada unsur-unsur berikut:

a. Kualitas meliputi usaha atau superioritas memenuhi harapan pelanggan.

(28)

b. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan c. Kualitas adalah kondisi yang selalu berubah.

Kualitas Produk adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan, kehandalan, kemudahan operasi dan meningkatkan akurasi, serta atribut berharga lainnya. 7 Kualitas menunjuk pada pengertian pemenuhan standar atau persyaratan tertentu, kualitas juga mempunyai pengertian sebagai upaya untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan secara terus-menerus dalam pemenuhan kebutuhan pelanggan sehingga dapat memuaskan pelanggan.

2.1.4 Manajemen Kualitas / Manajemen Mutu

Dalam kehidupan pasar, kualitas dapat ditentukan oleh pelanggan karena produk yang diciptakan untuk pelanggan. Untuk meraih kualitas tersebut perlu diterapkan suatu manajemen kualitas. Menurut Gazpers, manajemen kualitas dapat dikatakan sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan dan tanggung jawab serta mengimplementasikannya melalui alat-alat manajemen kualitas, seperti perencanaan kualitas, pengendalian kualitas, penjaminan kualitas dan peningkatan kualitas. 8

Tanggung jawab untuk manajemen kualitas ada pada semua level dari manajemen, tetapi harus dikendalikan oleh manajemen puncak (top management) dan implementasinya harus melibatkan semua anggota organisasi. Meskipun manajemen kualitas dapat didefinisikan dalam berbagai versi, namun pada dasarnya manajemen kualitas berfokus pada perbaikan terus-menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Dengan demikian manajemen kualitas berorientasi pada proses yang mengintegrasikan semua sumber daya manusia, pemasok-pemasok (supplier), dan para pelanggan (customers), di lingkungan perusahaan (coporate environment). Hal ini berarti bahwa manajemen kualitas merupakan kemampuan atau kapabilitas yang melekat dalam sumber daya

7 Sofyan Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi, (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008), Edisi ke-4, h. 292.

(29)

manusia serta merupakan proses yang dapat dikontrol dan bukan suatu kebetulan belaka.

Dr. Joseph M. Juran salah seorang guru dalam manajemen kualitas, sangat terkenal dengan konsep trilogi kualitas, yaitu:9

a. perencanaan kualitas (quality planning) b. pengendalian kualitas (quality control)

c. perbaikan atau peningkatan kualitas (quality improvement).

Pandangan Dr. Juran tentang isu-isu utama lain yang berkaitan dengan manajemen kualitas adalah:

a. Siklus pengembangan produk seharusnya dipersingkat melalui perencanaan partisipatif, rekayasa berbarengan dan pelatihan kepada perencana dalam metode dan alat-alat manajemen kualitas.

b. Hubungan dengan pemasok seharusnya diperbaiki. Banyaknya pemasok seharusnya dikurangi. Suatu hubungan kerja sam seharusnya ditetapkan berdasarkan rasa saling percaya. Lama kontrak seharusnya diperpanjang sehingga bersifat hubungan jangka panjang.

c. Pelatihan seharusnya berorientasi pada hasil dan bukan berorientasi pada alat. Tujuan utama pelatihan seharusnya mengubah perilaku karyawan, bukan sekedar melatih atau mendidik saja. Sebagai contoh: pelatihan dalam peningkatan kualitas seharusnya didahului dengan tugas dalam suatu proyek perbaikan. Misi pelatihan seharusnya membantu tim menyelesaikan proyek itu.

d. Dalam manajemen kualitas jasa, perlu diperhatikan juga strategi produk jasa.10

2.1.5 Pengendalian Kualitas

a. Pengendalian

Pengendalian Menurut kamus bahasa Indonesia, arti pengendalian secara umum yaitu proses, cara, pembuatan, mengendalikan, atau pula dapat pengawasan

(30)

atas kemajuan (tugas) dapat membandingkan hasil dan sasaran secara teratur serta menyesuaikan usaha (kegiatan) dengan hasil pengawasan, sehingga dengan kata lain, pengendalian adalah nama lain dari pegawasan. Sementara itu arti kendali dalam industri adalah suatu proses untuk mendelegasikan tanggung jawab dan wewenang untuk kegiatan manajemen sambil tetap menggunakan cara-cara untuk menjamin hasil yang memuaskan

a. Mutu

Mutu adalah kemampuan suatu produk, baik itu barang maupun jasa/layanan untuk memenuhi keinginan pelanggannya. Sehingga setiap barang atau jasa selalu diacu untuk memenuhi mutu yang diminta pelanggan melalui pasar. 11 Mutu didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan pada produk atau jasa, diukur berdasarkan persyaratan pelanggan tersebut dinyatakan atau tidak dinyatakan, disadari atau hanya bisa dirasakan, dikerjakan secara teknis atau bersifat subjektif dan selalu mewakili sasaran yang bergerak dalam pasar yang penuh persaingan.

Arti mutu dapat berbeda-beda tergantung dari rangkaian perkataan atau kalimat dimana istlah mutu ini dipakai dan orang yang menggunakannya. Dalam perusahaan pabrik, istilah mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang/hasil yang menyebabkan barang/hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang/hasil itu dimaksudkan atau dibutuhkan.12

b. Pengendalian Mutu

Kebutuhan akan pengawasan mutu timbul setelah revolusi industry, oleh karena proses produksi dikerjakan dengan mesin, maka menimbulkan dua persoalan, yaitu :13

a. Penggunaan mesin mulai menggantikan atau mengurangi kebutuhan dan penggunaan tenaga atau tukang-tukang yang mempunyai keahlian yang tinggi.

11 Manahan P. Tampubulon Manajemen Operasi & Rantai Pemasok, (Jakarta : Mitra Wacana

(31)

b. Produksi barang-barang secara besar-besaran saling memerlukan pertukaran, sehingga selanjutnya dibutuhkan keseragaman dari komponen-komponen untuk memudahkan merakitnya.

Adapun yang dimaksudkan dengan pengendalian mutu adalah kegiatan untuk memastikan apakah kebijaksanaan dalam hal mutu dapat tercermin dalam hasil akhir. Dengan perkataan lain pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu/kualitas dari barang yang dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan pimpinan perusahaan.14 Dalam pengawasan mutu ini, semua prestasi barang di cek menurut standard an semua penyimpangan dicatat serta dianalisis dan semua penemuan-penemuan dalam hal ini digunakan sebagai umpan baik (feed back) untuk para pelaksana sehingga mereka dapat melakukan tindakan – tindakan perbaikan untuk produksi pada masa yang akan datang.

Jika semua divisi dan semua pegawai perusahaan berpartisipasi dalam pengendalian mutu terpadu, mereka harus melaksanakan kendali mutu dalam pengertian yang luas, yang mencakup pengendalian biaya, dan pengendalian jumlah. Jika tidak, kendali mutu bahkan dalam pengertian singkatnya tidak dapat dilaksanakan.

2.1.6 Pentingnya Pengendalian Mutu

a. Kebutuhan Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas produk merupakan usaha untuk meminimalisasi produk cacat dari produk yang dihasilkan perusahaan. Tanpa adanya pengendalian kualitas produk akan menimbulkan kerugian yang besar bagi perusahaan, karena penyimpangan-penyimpangan tidak diketahui sehingga perbaikan tidak bisa dilakukan dan akhirnya penyimpangan akan berkelanjutan. Sebaliknya bila pengendalian kualitas dapat dilaksanakan dengan baik maka setiap terjadi penyimpangan dapat langsung diperbaiki dan dapat digunakan untuk perbaikan proses produksi dimasa yang akan datang. Dengan demikian proses produksi yang

(32)

memperhatikan kualitas produk akan menghasilkan produk yang berkualitas bebas dari kerusakan dan kecacatan, sehingga membuat harga lebih kompetitif.

Peranan kualitas produk sangat penting dalam situasi pemasaran yang semakin bersaing, karena dapat mempengaruhi maju atau tidaknya perusahaan. Perusahaan bukan hanya memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan tetapi juga kualitas dari produk tersebut. Bagi perusahaan yang tidak memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan akan mengalami banyak kendala dalam pemasarannya, sehingga produk kurang laku dan mengalami penurunan penjualan.

b. Obyek Pengendalian Kualitas

Searah dengan perkembangan kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan dan ekonomi, lingkungan manufaktur mengalami pergeseran kearah yang lebih maju. Lingkungan persaingan juga bertambah ketat. Agar mampu bertahan dan bahkan bersaing dalam kondisi persaingan yang ketat ini, para pelaku bisnis hendaknya mampu terus menerus menyempurnakan proses produksi dan produk itu sendiri untuk dapat menciptakan keunggulan baru. Untuk itu perusahaan harus terus menerus mengadakan perbaikan pada kualitas produk yang dihasilkan. Oleh karena itu setiap perusahaan sangat membutuhkan suatu pengendalian mutu atau kualitas yang dilakukan secara terus menerus. Pengendalian mutu atau kualitas merupakan cara untuk memproduksi barang atau jasa secara ekonomis sesuai dengan keinginan pelanggan. Dalam proses pengendalian kualitas tidak hanya untuk mengetahui kualitas dari produk tetapi juga dibutuhkan pengandalian kualitas terhadap kinerja karyawan yang berkerja di perusahaan. Untuk itu dibutuhkan suatu metode yang dapat mengendalikan kualitas baik produk maupun karyawan.

2.1.7 Seven Tools (Tujuh Alat Perbaikan Kualitas)

(33)

konseptual, manajemen kualitas dapat diterapkan baik pada barang maupun jasa, karena yang ditekankan dalam penerapan manajemen kualitas adalah peningkatan sistem kualitas. Manajemen total kualitas atau Total Quality Management merupakan komitmen perusahaan untuk memberi yang terbaik bagi pelanggan-pelanggannya.15 Penekanannya adalah untuk secara kontinyu melakukan perubahan secara berkelanjutan (continuously improvement), yang merupakan tuntutan mutu yang tidak pernah secara seratus persen dapat dipenuhi organisasi, sehingga menjadi target berikutnya bagi manajemen operasional untuk mencapai ke tingkat bebas kesalahan (zero defect).

Pada dasarnya proses industri harus dipandang sebagai suatu peningkatan terus-menerus (continuous industrial process improvement), yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada konsumen. Seterusnya, berdasarkan informasi sebagai umpan-balik yang dikumpulkan dari pengguna produk (pelanggan) itu dapat dikembangkan ide-ide kreatif untuk menciptakan produk baru atau memperbaiki produk lama beserta proses produksi yang ada saat ini. 5 hal yang harus menjadi perhatian pada pengembangan Sistem Manajemen Kualitas:

1. Fokus pelanggan 2. Keterlibatan Total 3. Tolok Ukur

4. Dukungan Sistematis

5. Peningkatan yang terus menerus.

Peningkatan kualitas produksi dan jasa dapat dilakukan dengan berbagai alat bantu. 7 tools merupakan alat bantu statistic yang mudah untuk memecahkan suatu masalah. Metode ini berkembang di Jepang dan diperkenalkan di Jepang oleh Quality Gurus seperti Derming dan Juran. Kaoru Ishikawa telah memutuskan bahwa seven tools dapat digunakan untuk memecahkan 95% permasalahan16.

15 Manahan P. Tampubulon, loc.cit., h. 98.

(34)

Metode ini digunakan oleh Jepang setelah perang dunia ke dua. 7 Tools merupakan alat bantu dalam pengolahan data untuk peningkatan kualitas, dan 7 New Tools merupakan alat bantu dalam memetakan masalah secara terstruktur, guna membantu kelancaran komunikasi pada tim kerja, dan untuk pengambilan keputusan. 7 tools : (Pareto, Histogram, Fishbone, Scatter, Control Chart, Check Sheet, FlowChart Diagram). 7 New Tools : (Affinity diagram, Relation diagram, Matrix diagram, Tree diagram, Arrow diagram, Process Decision Program Chart). Menurut Girish, old seven tools of quality adalah alat-alat pembantu yang digunakan dalam eksplorasi kuantitatif meliputi check sheet, histogram, flow chart, scatter diagram, pareto diagram, fish bone dan control chart. 17

Berdasarkan uraian diatas, maka penjelasan tentang tujuh alat perbaikan kualitas sebagai instruksi dari manajemen kualitas total untuk melengkapi usaha pencapaian Total Quality Management (Manajemen Kualitas Total) adalah sebagai berikut :

1. Diagram Pareto

Diagram pareto disebut juga gambaran pemisah unsur penyebab yang paling dominan dari unsur-unsur penyebab lainnya dari suatu masalah. Diagram Pareto merupakan gambaran grafik yang mengidentifikasikan besaran frekuensi permasalahan atau tingkat kesalahan di dalam proses produksi suatu produk. Diagram Pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfredo Pareto. 18 Diagram Pareto ini merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah).

Selain itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses, sebelum dan setelahdiambil tindakan perbaikan terhadap proses.

(35)

Adapun Penyusunan Diagram Pareto meliputi 6 (enam) langkah, yaitu: a. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya

ber-dasarkan masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya.

b. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya.

c. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan. d. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yaang

terbesar hingga yang terkecil.

e. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan. f. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif

masing- masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat perhatian.

Gambar 2.1 Contoh Diagram Pareto

2. Histogram

Histogram merupakan gambaran distribusi frekuensi dari akurasi variabel dalam susunan balok.19 Misalnya : untuk melihat frekuensi dari waktu untuk melakukan perbaikan. Menurut Yamit Z histogram merupakan salah satu metode untuk membuat rangkuman tentang data sehingga data tersebut mudah dianalisis, yang menyajikan data secara grafik tentang seberapa sering elemen – elemen dalam proses muncul.20

19 Ibid., h.102.

20 Muhammad Ivanto, Pengendalian Kualitas Produksi Koran Menggunakan Seven Tools pada

(36)

1) Karakteristik histogram adalah sebagai berikut :

a. Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan rangking dari variasi terbesar sampai dengan yang terkecil.

b. Gambar bentuk distribusi (cacah) karakteristik mutu yang dihasilkan oleh data yang dikumpulkan melalui check sheet.

c. Histogram juga menunjukkan kemampuan proses, dan apabila memungkinkan, histogram dapat menunjukkan hubungan dengan spesifikasi proses dan angka-angka nominal, misalnya rata-rata.

d. Dalam histogram, garis vertikal menunjukkan banyaknya observasi tiap-tiap kelas.

2) Langkah – langkah Penyusunan Histogram adalah sebagai berikut :

a. Menentukan batas-batas observasi: perbedaan antara nilai terbesar dan terkecil.

b. Memilih kelas-kelas atau sel-sel. Pedoman: banyaknya kelas = akar n, dengan n = banyaknya data.

c. Menentukan lebar kelas-kelas tersebut. Biasanya, semua kelas mempunyai lebar yang sama. Lebar kelas = range / banyak kelas.

d. Menentukan batas-batas kelas. Kelas-kelas tersebut tidak saling tumpang tindih.

e. Menggambar frekuensi histogram dan menyusun diagram batangnya.

Gambar 2.2 Contoh Diagram Histogram

3. Lembar Isian ( Check Sheet )

(37)

khusus dan dapat diobservasi mengenai satu atau beberapa variabel.21 Bentuk dan isinya disesuaikan dengan kebutuhan maupun kondisi kerja yang ada. Untuk mempermudah proses pengumpulan data maka perlu dibuat suatu lembar isian (check sheet), dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Maksud pembuatan harus jelas

Dalam hal ini harus diketahui informasi yang jelas dan apakah data yang nantinya diperoleh cukup lengkap sebagai dasar untuk mengambil tindakan atau tidak.

b) Stratifikasi harus sebaik mungkin

Dapat dipahami dan diisi serta memberikan data yang lengkap tentang apa yang ingin diketahui.

c) Dapat diisi dengan cepat, mudah dan secara otomatis bisa segera diananlisa. Jika perlu dicantumkan gambar dan produk yang akan di check.

Tujuan pembuatan lembar pengecekan adalah menjamin bahwa data dikumpulkan secara teliti dan akurat oleh karyawan operasional untuk diadakan pengendalian proses dan penyelesaian masalah. Data dalam lembar pengecekan tersebut nantinya akan digunakan dan dianalisis secara cepat dan mudah. Lembar pengecekan ini memiliki beberapa bentuk kesalahanjumlah.

Ada beberapa jeis lembar isian yang dikenal dan dipergunakan untuk keperluan pengumpulan data, yaitu antara lain: Production Process Distribution Check Sheet. Lembar isian jenis ini dipergunakan untuk mengumpulkan data yang berasal dari proses produksi atau proses kerja lainnya. Output kerja sesuai dengan klasifikasi yang telah ditetapkan untuk dimasukkan dalam lembar kerja, sehingga akhirnya akan dapat diperoleh pola distribusi yang terjadi. Seperti halnya dengan histogram, maka bentuk distribusi data berdasarkan frekuensi kejadian yang diamati akan menunjukkan karakteristik proses yang terjadi.

(38)

Gambar 2.3 Contoh Check Sheet

4. Diagram Tulang Ikan ( Fishbone Diagram )

Istilah lain dari Fishbone Diagram adalah Diagram Ishikawa, dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa seorang pakar kendali mutu.22 Sering kali disebut sebagai fishbone diagram dikarenakan bentuknya yang menyerupai tulang ikan. Fishbone Diagram lahir karena adanya kebutuhan akan peningkatan mutu atau kualitas dari barang yang dihasilkan. Seringkali dalam suatu proses produksi dirasakan hasil akhir yang diperoleh tidak sesuai dengan ekspektasi, misalnya: barang cacat terjadi lebih dari yang ditetapkan, hasil penjualan sedikit, mutu barang kompetitor lebih baik dari barang kita, nasabah lebih memilih produk kompetitor kompetitor, dan lain-lain. Dari sinilah timbul pemikiran untuk melakukan analisa dan evaluasi terhadap proses yang sudah terjadi dalam rangka untuk memperbaiki mutu. Fishbone Diagram merupakan salah satu alat pengendali mutu yang fungsinya untuk mendeteksi permasalahan yang terjadi dalam suatu proses industri.

Fishbone Diagram dalam penerapannya digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penyebab permasalahan. Diagram ini sangat praktis dilakukan dan dapat mengarahkan satu tim untuk terus menggali sehingga menemukan penyebab utama atau Akar suatu permasalahan. Akar penyebab terjadinya masalah ini memiliki beragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan.

(39)

Fishbone Diagram sering juga disebut sebagai diagram Sebab Akibat. Dimana dalam menerapkan diagram ini mengandung langkah-langkah sebagai berikut:23

1. Menyiapkan sesi sebab akibat 2. Mengidentifikasi akibat

3. Mengidentifikasi berbagai kategori.

4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran. 5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama

6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin

Penggunaan diagram tulang ikan ini ternyata memiliki manfaat yang lain yaitu bermanfaat sebagai perangkat proses belajar diri, pedoman untuk diskusi, pencarian penyebab permasalahan, pengumpulan data, penentuan taraf teknologi, penggunaan dalam berbagai hal dan penanganan yang kompleks.

Apabila masalah dan penyebab sudah diketahui secara pasti, maka tindakan (action) dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan penyebab dan mencari akar permasalahan sebenarnya. Jadi sangat jelas bahwa Fishbone Diagram ini akan menunjukkan dan mengajarkan kita untuk melihat ke dalam dengan bertanya tentang permasalahan yang sedang terjadi dan menemukan solusinya dari dalam juga.

Penyelesaian masalah melalui fishbone dapat dilakukan secara individu top manajemen maupun dengan kerja tim. Seperti dengan cara mengumpulkan beberapa orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian memadai menyangkut problem yang terjadi. Semua anggota tim memberikan pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi.

Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan pendapat dan pandangan setiap individu. Ini tentu bisa dimaklumi, manusia mempunyai keterbatasan dan untuk mencapai hasil maksimal diperlukan kerjasama kelompok yang tangguh.

(40)

Analisa tulang ikan dipakai jika ada perlu untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang mudah dimengerti dan rapi. Juga alat ini membantu kita dalam menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses. Yaitu dengan cara memecah proses menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan dan sebagainya.

Gambar 2.4 Contoh Fishbone Diagram

5. Diagram Tebar ( Scattered Diagram )

Scatter diagram merupakan cara yang paling sederhana untuk menentukan hubungan antara sebab dan akibat dari dua variabel atau untuk menentukan korelasi antara penyebab yang diduga dengan akibat yang timbul dari suatu masalah. Menurut Yamit diagram tebar merupakan alat yang bermanfaat untuk menjelaskan apakah terdapat hubungan antara dua variabel tersebut dan apakah hubungan tersebut positif ataukah negatif.24

Scatter diagram untuk memperlihatkan hubungan (korelasi) antara dua faktor penyebab dan akibat. Juga disebut correlation chart. Diagram tebar merupakan suatu grafik dari nilai satu karakteristik VS karakteristik yang lain. Suatu gambar dari pengaruh seperti perubahan mutu terhadap perubahan eksperimental dalam masukan proses. Scatter diagram merupakan grafik yang dibuat untuk melihat variabel terikat dengan yang bebas mempengaruhi misalnya : hubungan produktivias dengan semangat kerja keryawan yang menyimpulkan

(41)

bahwa semangat kerja pekerja yang rendah akan emnurunkan produktivitas kerja karyawan.25

Gambar 2.5 Contoh Scatter Diagram

6. Diagram Alur Proses (Flowchart Diagram)

Flowchart atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Diagram Alur ini dipergunakan dalam industri manufakturing untuk menggambarkan proses-proses operasionalnya sehingga mudah dipahami dan mudah dilihat berdasarkan urutan langkah dari suatu proses ke proses lainnya. Flowchart atau Diagram Alur sering digunakan untuk mendokumentasikan standar proses yang telah ada sehingga menjadi pedoman dalam menjalankan proses produksi. Disamping itu, Flowchart atau Diagram Alur ini juga digunakan untuk melakukan Analisis terhadap proses produksi sehingga dapat melakukan peningkatan atau perbaikan proses yang berkesinambungan (secara terus menerus).26

Pada dasarnya, Flowchart (Diagram Alur) adalah alat yang digunakan untuk melakukan Perencanaan Proses, Analisis Proses dan Mendokumentasikan Proses sebagai standar Pedoman Produksi. Flowchart atau alur proses merupakan gambaran alur kerja dengan menguraikan setiap langkah-langkah yang dilakukan

25 Manahan P. Tampubulon, op.cit., h.102.

26 DicksonKho,Pengertian flowchart, h.1,

2015(

(42)

di dalam proses kerja.27 Confucius mengatakan bahwa sebuah gambar merupakan rangkaian ribuan kata. 28

Flowchart (Diagram Alur) merupakan alat (tool) dasar dan mudah dipergunakan serta sangat bermanfaat bagi suatu perusahaan Manufakturing dalam mengidentifikasikan proses operasionalnya terutama untuk menjelaskan setiap langkah dalam menjalankan Proses Operasionalnya.

a. Simbol-simbol Flowchart (Diagram Alur)

Berikut ini adalah bentuk atau simbol standar yang sering ditemukan dalam Flowchart (Diagram Alur Proses) :29

Tabel 2.1 Simbol dalam penyusunan flowchart.

Simbol Deskripsi

Simbol Terminal :

Mengidentifikasikan awal atau akhir dari sebuah proses.

Simbol Aktifitas :

Mengidentifikasikan Aktifitas sebuah proses.

Simbol Decision Point :

Biasanya memberikan keputusan Ya atau Tidak.

Simbol Dokumen :

Merupakan informasi tertulis yang berkenaan dengan proses.

Simbol Flow Line :

Anak Panah yang mengindikasikan arah aliran. Tabel 2.2 Simbol dalam penyusunan flowchart (Lanjutan)

27 Ibid., h.103.

28 Zulian Yamit, Manajemen Kualitas Produk & Jasa, ( Yogyakarta : Ekonisia, 2013), cet.

(43)

Simbol penyimpanan data :

Mengindikasikan sebuah data base elektronik yang disimpan.

Simbol penghubung :

Mengindikasikan dimana aliran proses berlanjut dari satu lini ke lini yang lain.

Flowchart atau diagram alur akan menjadi sebuah referensi yang mudah dimengerti dan sangat dibutuhkan bagi seluruh tim dalam proses pengembangan. Melalui flowchart, maka seluruh karyawan akan memahami prosedur dan alur proses kerja dalam sebuah perusahaan.

Contoh alur proses atau flowchart adalah sebagai berikut :

Gambar 2.6 Contoh Diagram Alur Proses (Flowchart).

(44)

Control Chart adalah grafik yang digunakan untuk mengkaji perubahan proses dari waktu ke waktu. Peta kendali adalah sebuah grafik atau peta dengan garis batas dan garis-garis itu disebut garis kendali. Terdapat tiga macam garis kendali yaitu : batas kendali atas, garis pusat dan batas kendali bawah. Garis – garis kendali itu ditulis sebagai UCL, x bar, dan LCL dengan urutan yang sama.30 Merupakan salah satu alat atau tools dalam pengendalian proses secara statististik yang sering kita kenal dengan SPC (Statistical Process Control), ada juga yang menyebutnya dengan Seven Tools. Pembuatan control chart dalam SPC bertujuan untuk mengidentifikasi setiap kondisi didalam proses yang tidak terkendali secara statistik (out of control) karena pengendaliannya terhadap proses maka control chart termasuk ke dalam aktivitas on line quality control.

Dalam proses pembuatan control chart sangat penting memperhatikan jenis data yang kita miliki untuk menentukan jenis control chart yang tetap, sehingga dapat memberikan informasi yang tetap terhadap kinerja proses. Kesalahan pemilihan jenis control chart dapat berakibat fatal, karena tidak ada informasi yang bisa tarik dari data yang sudah dikumpulkan bahkan dapat memberikan gambaran yang salah terhadap kinerja proses.

Ciri khas dari control chart baik untuk dapat variabel maupun atribute selalu di batas oleh batas kendali atas ( Upper Control Limit) dan batas kendali bawah (Lower Control Limit). Peta kendali X-bar R sebenarnya lebih baik digunakan dari pada X-bar S karena dalam menggambarkan variasi yang terjadi didalam sample dari setiap sub group, sedangkan dalam X-bar R hanya menunjukan rentang nilai sample dalam masing-masing sub grup.

P Chart digunakan untuk pengendalian proporsi produksi cacat, ukuran sample yang dalam pembuatan P chart dapat berbeda antara suatu sub group dengan sub group yang lainnya. Sedikit berbeda dengan NP chart, digunakan untuk memonitor jumlah produk cacat dan ukuran sample sub group datanya harus sama. P Chart dan NP chart dapat di dekati dengan distribusi binomial dalam perhitungannya.

(45)

Jika yang ingin kita kembalikan kecacatan dari suatu produk, maka

Gambar 2.7 Contoh Control Chart.

2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang sesuai dengan penelitian penulis berdasarkan dari jurnal yang telah ada dapat dilihat seperti tabel dibawah ini.

Tabel 2.3 Hasil Penelitian Yang Relevan

(46)
(47)

yaitu dari factor metode,

(48)

control efektif dan efisien, meminimalisir resiko dari kesalahan dan kelemaan dalam prosedur atau sistem atau dalam sumber material.

b. Tujuh alat perbaikan kualitas sangat lebih

membantu dalam

permasalahan yang berkaitan dengan kualitas.

c. Seluruh proses dibuat oleh faktor yang berbeda-beda dan oleh karena itu alat tersebut dapat digunakan untuk beberapa proses. d. Kegunaan selanjutnya

dari alat perbaikan ini

adalah untuk

memperbarui

karakteristik dari masing-masing

karyawannya. Ini akan meningkatkan

kemampuan mereka untuk memiliki ide

(49)

yang baik, dapat

(50)

c. Usaha – usaha untuk mengatasi terjadinya

cacat yang

disebabkan oleh faktor – faktor tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1) Manusia, melakukan

pengawasan kepada para pekerja dengan

lebih rutin,

memberikan

pelatihan kepada para pekerja secara

berkala dan

membuat system penilaian kerja baru dengan tujuan untuk memotivasi kinerja para pekerja agar lebih baik.

2) Mesin yaitu

melakukan

pengecekan kesiapan mesin sebelum dan sesudah digunakan agar sesuai standar operasional,

(51)

Tabel 2.9 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)

secara benar dan berkala tidak hanya

ketika mesin

mengalami

kerusakan, segera mengganti

komponen mesin yang rusak sehingga tidak menghambat proses produksi dan mencari teknisi

khusus mesin

percetakan dari daerah Kalimantan Barat, sehingga dapat menghemat biaya dan proses percetakan pun tidak terhambat.

3) Material yaitu memberikan standar yang baik untuk setiap bahan baku yang diorder dan melakukan

pengontrolan bahan

baku sebelum

(52)

Tabel 2.10 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)

4) Metode, perlunya membuat manual procedure agar dapat dipahami dan diikuti operator sebagai petunjuk kerja sebelum pelaksanaan proses produksi.

(53)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 3.1.1 Tinjauan Organisasi

PT Ocean Asia Industry berlokasi di Jalan Raya Serang- Jakarta KM. 62 No. 178 Ds. Parigi Kec. Cikande Serang, Banten, merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil yang merupakan group dari Pan Brothers dan dikelola oleh PT Ocean Asia Industry. PT Ocean Asia Industry memproduksi bahan tekstil yang merupakan supplier bagi Perusahaan Garment. Produk ini diproduksi untuk lokal dan ekspor. Dengan kurang lebih 500 orang karyawan, perusahaan ini mampu memasarkan produknya hingga ke mancanegara. Bahan yang diproduksi merupakan bahan Jersey, Rib 1x1, Cotton, Pique, Lacoste, Thermal, Polyester rayon, Popcorn, Spandex Jersey, French Terry, Fleece dan beberapa jenis kerah untuk kebutuhan membuat sebuah pakaian.

PT. Ocean Asia Industry sudah memproduksi kain berbagai jenis bagi perusahaan pemilik Brand yaitu Adidas, Nike, Puma, Gymboree, Polo, Toyoshima, H&M, Calvin Klein, . Produk dari Brand tadi dikenal sebagai produk yang bertaraf internasional dan dengan berjalannya waktu PT. Ocean Asia Indusrty mulai menguasai pangsa pasar produksi kain yang bertaraf internasional.

Perusahaan yang berlokasi didaerah Serang Banten ini, dalam proses kerjanya menghasilkan produk yang berkualitas tinggi serta mengekspor berbagai jenis kain jadi berkualitas ke berbagai negara tujuan di benua Eropa, Afrika, Amerika dan Asia. PT. Ocean Asia Industry akan terus bekerja sama dengan perusahaan bermerek lainnya untuk menyediakan produk kain yang berkualitas untuk digunakan oleh konsumen.

3.1.2 Sejarah Singkat Berdirinya PT Ocean Asia Industry

(54)

a. Pada saat itu, PT Panca Plazaindo masih dalam anak dari Pan Brothers. Pemasaran pada zaman PT Panca Plazaindo dilakukan hanya lintas lokal saja tidak sampai ekspor ke luar Indonesia.

PT Panca Plazaindo mengalami pailit pada tahun 2011 yang disebabkan oleh persaingan yang sangat ketat di dalam dunia industry tekstil serta kurangnya kemampuan penunjang produksi pada perusahaan tersebut . Beberapa saat setelah gedung ini kosong, Pan Brothers kembali membangkitkan gedung tersebut dengan nama PT Ocean Asia Industry. PT tersebut merupakan anak dari Pan Brothers, bergerak di Bidang tekstil dan dikelola oleh PT Ocean Asia Industri. Pada tahun 2011 PT Ocean Asia Industry resmi membuka usahanya atas ijin tinggal yang telah dibuat untuk memproduksi tekstil berbahan cotton jersey. Dengan sekitar 200 orang karyawan pada saat itu, perusahaan ini mampu memberikan kesejahteraan untuk para karyawannya dan memproduksi textile hingga ke mancanegara.

Saat ini perusahaan ini telah berjalan 4tahun. Beberapa perbaikan telah dilakukan demi memperkuat persaingan di pasar dunia. Saat ini PT Ocean Asia Industry sedang berusaha untuk mencapai ISO 9001: 2015 dalam bidang Quality Management System. Dengan 500 orang karyawan pada saat ini, perusahaan ini yakin dapat bersaing memproduksi tekstil dengan teknologi modern, dan mampu bersaing hingga ke mancanegara.

3.2 Struktur Organisasi dan Tugas Pokok

Gambar

Tabel 1.1 Laporan Kecacatan Produk Tahun 2015
Gambar 2.2 Contoh Diagram Histogram
Gambar 2.5 Contoh Scatter Diagram
Tabel 2.2 Simbol dalam penyusunan flowchart (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mengatasi masalah tersebut peneliti menggunakan Metode Quality Control Circle (QCC) yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kecacatan yang terjadi

Dalam film ini adegan-adegan yang menjadi objek penelitian adalah. pagi, siang sore dan malam hari. Waktu-waktu ini menunjukan

Pada tahap ini, hasil olahan data akan dianalisa untuk mencari faktor penyebab terjadinya kecacatan pada produk baja yang dihasilkan dengan diagram pareto (Gambar

Hasil penelitian didapati bahwa pada perjalanan pagi dan sore hari, waktu perjalanan dan kecepatan kendaraan lebih lama jika dibandingkan pada siang hari, kecepatan rata-rata

 Guru menjelaskan materi tentang kenampakan matahari pada pagi, siang dan sore hari bayangan yang terbentuk akibat posisi matahari dan manfaatnya menggunakan media

Dari teknik ini peneliti akan memperoleh data-data yang berkaitan dengan penerapan permendiknas nomor 22 tahun 2006, baik itu berupa dokumentasi hasil

Aktivitas Pengunjung Taman Bendung Tirtonadi Bagian Selatan di Pagi Hari Sumber: Dokumentasi Penulis, 2021 Sedangkan pada sore hari, pengunjung didominasi oleh aktivitas bersantai

4.2.2.2 Data Cacat Berikut data jenis-jenis kecacatan produk yang terjadi pada bulan Januari sampai Juni 2018, dapat dilihat pada gambar 1.4 4.2.2.3 Diagram Pareto Untuk mengetahui